Uploaded by Ismail Fahmi

MODUL TEKNIS RENCANA PENARIKAN DANA (RPD) HARIAN TRANSAKSI BESAR

advertisement
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL PEREBENDAHARAAN
MODUL TEKNIS RENCANA PENARIKAN DANA (RPD)
HARIAN TRANSAKSI BESAR
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
INDODAFTAR ISI
I.
PERENCANAAN KAS
a. Pendahuluan
b. Pengertian dan Klasifikasi Transaksi Besar
c. Alur Penyusunan Rencanan Penarikan Dana (RPD) Harian
II.
PENYAMPAIAN DAN UPDATE RPD HARIAN TRANSAKSI BESAR
a. Penyampaian RPD Harian Transaksi Besar Kategori A dan B
b. Penayampaian RPD Harian Transaksi Besar Kategori C s.d. I
c. Update RPD Harian Transaksi Besar
III.
PERHITUNGAN AKURASI RPD HARIAN TRANSAKSI BESAR
a. Akurasi Harian
b. Akurasi Bulanan, Triwulanan dan Tahunan.
IV.
TANYA JAWAB DAN ILUSTRASI
1
BAB I
PERENCANAAN KAS
A. PENDAHULUAN
Pentingnya perencanaan kas mulai disadari sejak ditetapkannya Undang-undang No.1
Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. Dalam penjelasan undang-undang tersebut,
diuraikan bahwa salah satu fungsi perbendaharaan adalah melaksanakan kegiatan perencanaan
kas. Kegiatan ini sangat diperlukan dalam rangka pengelolaan sumber daya keuangan
pemerintah yang terbatas, sehingga pemanfaatan keuangan negara dapat dilaksanakan secara
efisien dan dapat memberikan nilai tambah. Selain itu, kegiatan perencanaan kas juga
merupakan suatu strategi manajemen kas yang dilaksanakan Bendahara Umum Negara guna
memastikan bahwa negara selalu memiliki kas yang cukup untuk memenuhi pembayaran
kewajiban negara dalam rangka pelaksanaan APBN, serta terhadap saldo kas yang ada dapat
dimanfaatkan secara maksimal sehingga dapat memberikan hasil yang optimal.
Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara dan/atau Kuasa Bendahara Umum
Negara Pusat bertanggung jawab untuk membuat perencanaan kas dan menetapkan saldo kas
minimal. Saldo kas minimal ini merupakan buffer cash yaitu suatu cadangan kas yang harus ada
di kas negara yang dipergunakan untuk menutup pengeluaran negara dalam pelaksanaan
APBN. Jika saldo kas minimal telah ditetapkan maka saldo kas pemerintah setiap hari
diupayakan untuk mendekati patokan tersebut dan setiap rupiah di atas saldo kas minimal
tersebut akan ditempatkan atau diinvestasikan dalam instrumen investasi jangka pendek.
Pemerintah dapat melaksanakan investasi atas kelebihan kas tersebut dengan syarat adanya
perencanaan kas berbasis harian. Perencanaan kas ini harus bersumber dari perkiraan
penarikan/penyetoran dana satker dan instansi terkait lainnya.
Kementerian/Lembaga mempunyai kewajiban menyampaikan Rencana Penerimaan Dana dan
Rencana Penarikan Dana secara periodik kepada Kuasa Bendahara Umum Negara. Kewajiban
tersebut didelegasikan kepada satuan kerja. Rencana dari satuan kerja ini merupakan sumber
utama data dalam penyusunan perencanaan kas pemerintah pusat oleh Direktorat Jenderal
Perbendaharaan. Rencana Penerimaan/Penarikan Dana dari satuan kerja kemudian dikompilasi
untuk disusun menjadi perencanaan kas yang merupakan rencana realisasi Anggaran. Akurasi
dari perencanaan kas sangat dipengaruhi oleh kecermatan pembuatan Rencana Penerimaan
Dana dan Rencana Penarikan Dana masing-masing satuan kerja.
2
Berkaitan dengan
perencanaan Kas, telah diterbitkan Peraturan Menteri Keuangan nomor
192/PMK.05/2009 tanggal 23 November 2009 tentang Perencanaan Kas. Dalam Peraturan
Menteri
Keuangan tersebut diatur secara detail tentang mekanisme penyusunan dan
penyampaian Perkiraan Penarikan Dana Bulanan, Mingguan, dan Harian. Penyusunan dan
penyampaian Perkiraan Penarikan Dana Harian juga telah diatur lebih lanjut melalui Peraturan
Direktur Jenderal Perbendaharaan nomor 03/PB/2010 tentang Perkiraan Penarikan Dana Harian
Satuan Kerja dan Perkiraan Pencairan Dana Harian KPPN.
Evaluasi menunjukkan bahwa pelaksanaan PMK Nomor 192/PMK.05/2009 belum dapat
memberikan perencanaan kas yang akurat. Salah satu faktor penyembabnya adalah rendahnya
tingkat
kepatuhan
satuan
kerja
dalam
menyampaikan
perencanaan
kas.
Kewajiban
penyampaian perencanaan kas yang mendetail maupun perubahan perencanaan atas seluruh
pengeluaran dirasa membebani satuan kerja. Sehingga seluruh perencanaan kas yang
dikumpulkan di tingkat pusat menyimpang jauh dari kebutuhan kas yang sesungguhnya.
Menjawab hambatan penerapan peraturan PMK Nomor 192/PMK.05/2009, pada tahun 2014
diatur bahwa penyampaian perencanaan kas dibatasi hanya pada belanja-belanja tertentu atau
yang dikenal dengan Transaksi Besar. Pengaturan batasan penyampaian perencanaan kas
tersebut dituangkan dalam PMK Nomor 277/PMK.05/2014 tentang Rencana Penarikan Dana,
Rencana Penerimaan Dana dan Perencanaan Kas.
Dengan pengaturan yang baru, maka satuan kerja tidak perlu menyampaikan seluruh rencana
pengeluaran. Satuan kerja diwajibkan menyampaikan perencanaan kas (Rencana Penarikan
Dana/ RPD Harian) hanya atas belanja-belanja yang diklasifikasikan sebagai Transaksi Besar
atau RPD Harian Transaksi Besar. Pengkategorian belanja besar ditentukan oleh nominal
belanja dan KPPN pembayar.
B. PENGERTIAN DAN KLASIFIKASI TRANSAKSI BESAR
Penggolongan belanja sebagai Transaksi Besar ditentukan pada dua kriteria yakni Tipe KPPN
Pembayar dan Nominal Belanja, dan tidak dibatasi pada jenis belanja tertentu. Nominal belanja
adalah besaran belanja (bruto/tanpa potongan) yang akan diajukan dalam 1 (satu) Surat
Perintah Membayar (SPM). Batasan minimal nominal belanja yang dapat digolongkan sebagai
Transaksi Besar berbeda untuk setiap Tipe KPPN Pembayar. Selanjutya dalam satu Tipe KPPN,
Transaksi Besar diklasifikasikan kembali berdasarkan besaran nominal belanja. Pengklasifikasian
Transaksi Besar untuk setiap KPPN Pembayar diatur sebagai berikut :
3
Tipe KPPN
KPPN Tipe A1
Yang Berlokasi di
Ibukota Propinsi
KPPN Tipe A1
Yang Tidak Berlokasi
di Ibukota Propinsi
KPPN Tipe A2
Klasifikasi
Transaksi Besar
Nilai Bruto SPM
Transaksi A
Lebih besar dari Rp 1 Triliun
Transaksi B
Lebih besar dari Rp 500 miliar s.d. Rp 1 triliun
Transaksi C
Rp 1 miliar s.d. Rp 500 miliar
Transaksi D
Lebih besar dari Rp 1 miliar
Transaksi E
Lebih besar dari Rp 750 juta s.d. Rp 1 miliar
Transaksi F
Rp 500 juta s.d. Rp 750 juta
Transaksi G
Lebih besar dari Rp 500 juta
Transaksi H
Lebih besar dari Rp 350 juta s.d. Rp 500 juta
Transaksi I
Rp 200 juta s.d. Rp 350 juta
Meskipun penentuan klasifikasi Transaksi Besar tidak dibatasi pada jenis belanja tertentu, dalam
penyusunannya RPD Harian Transaksi Besar memperhatikan jenis belanja dari dana yang akan
disampaikan. Sehingga RPD Harian Transaksi Besar akan memuat 3 (tiga) informasi utama
yakni : rencana tanggal pengajuan SPM, jenis belanja, dan nominal bruto belanja.
Atas seluruh belanja yang tergolong dalam Klasifikasi Transaksi Besar, satuan kerja diwajibkan
untuk terlebih dahulu menyampaikan RPD Harian Transaksi Besar atas belanja tersebut ke
KPPN sebelum pengajuan SPM.
Ketentuan klasifikasi belanja besar, dikecualikan untuk SPM sebagai berikut :
a) SPM Nihil
Meskipun ketentuan besaran nominal belanja adalah nilai bruto (tanpa potongan),
namun SPM Nihil dikecualikan karena tidak mengakibatkan adanya arus kas. SPM Nihil
merupakan SPM dengan nilai netto sebesar Rp 0 (nol rupiah). SPM Nihil umumnya
merupakan pertanggungjawaban atas penggunaan UP/TUP. Sehingga atas SPM Nihil
dimaksud, satker tidak berkewajiban untuk menyampaikan RPD Harian Transaksi Besar
ke KPPN.
b) SPM Potongan dengan nilai tertentu
Selain mengacu pada Tipe KPPN dan nominal belanja (bruto), SPM dengan nilai neto
yang lebih kecil dari minimal nominal belanja transaksi besar dikecualikan dari kewajiban
menyampaikan RPD Harian. Dengan demikian, untuk ketiga jenis KPPN, pengaturan
4
pengecualian kewajiban penyampaian RPD Harian Transaksi Besar adalah sebagai
berikut, untuk :
1. KPPN Tipe A1 yang Berlokasi di Ibukota Propinsi, dikecualikan untuk nilai neto
SPM lebih kecil dari Rp 1 miliar.
2. KPPN Tipe A1 yang Tidak Berlokasi di Ibukota Propinsi, dikecualikan untuk nilai
neto SPM lebih kecil dari Rp 500 juta.
3. KPPN Tipe A2, dikecualikan untuk nilai neto SPM lebih kecil dari Rp 200 juta.
Ketentuan penyampaian dan pengecualian klasifikasi belanja tersebut juga berlaku untuk
belanja dengan mata uang valuta asing, yakni sesuai dengan ekuivalen rupiah dari transaksi
valas tersebut. Penghitungan ekuivalen rupiah menggunakan kurs tengah Bank Indoensia, pada
saat penyampaian RPD Harian Transaksi Besar.
Contoh:
Berikut ini adalah data SPM (nilai bruto dan potongan) dan klasifikasinya sesuai KPPN
Pembayar:
KPPN
Pembayar
Tipe A1 di
Ibukota Prov.
Tipe A1 Tidak
di Ibukota
Prov.
Tipe A2
SPM
Nomor
Bruto
(ribu Rp)
Potongan
(ribu Rp)
Neto
(ribu Rp)
Klasifikasi
Transaksi Besar
000101
520.000.000
5.000.000
515.000.000
B
000102
510.000.000
25.000.000
485.000.000
B
000103
1.200.000
300.000
900.000
000201
120.000.000
10.000.000
110.000.000
D
000202
758.000
5.000
753.000
E
000203
758.000
30.000
728.000
E
000204
520.000
21.000
499.000
Bukan Trans. Besar
000301
120.000.000
10.000.000
110.000.000
G
000302
632.000
12.000
620.000
G
000303
375.000
15.000
360.000
H
000304
352.000
5.000
347.000
H
000305
215.000
18.000
197.000
Bukan Trans. Besar
Bukan Trans. Besar
5
C. ALUR PENYUSUNAN RENCANA PENARIKAN DANA HARIAN
Rencana Penarikan Dana (RPD) Harian merupakan muara dari rangkaian pengelolaan rencana
kegiatan satuan kerja. Diawali dengan penetapan target penarikan dana bulanan di tingkat
Kementerian/Lembaga yang selanjutnya dirinci ke masing-masing unit eselon I hingga ke
seluruh satuan kerja. Satuan kerja menyusun rencana kegiatan yang akan diselenggarakan dan
Rencana Penarikan Dana (RPD) Bulanan. RPD Bulanan kemudian dirinci ke dalam Rencana
Penarikan Dana (RPD) Harian yang memuat tanggal penarikan dana, jenis belanja dan nominal
belanja. Selanjutnya atas rencana penarikan dana yang tergolong dalam Transaksi Besar,
satuan kerja diwajibkan untuk menyampaikan RPD Harian Transaksi Besar ke KPPN sebelum
mengajukan SPM ke KPPN.
Proses penerjemahan RPD Bulanan ke dalam RPD Harian dilakukan melalui 5 (lima) tahapan
sebagaimana digambarkan pada diagram dibawah ini :
1
Penyusunan Kalender Kegiatan Harian
 Menjabarkan kegiatan-kegiatan yang akan diselenggarakan, sesuai dengan RPD Bulanan
yang telah disusun.
 Memperkirakan kebutuhan dana dari setiap kegiatan yang akan diselenggarakan.
 Menuangkan rencana kegiatan dalam Kalender Kegiatan
2
Penyesuaian Kalender Kegiatan dengan Pengajuan SPM
 Memperkirakan rencana pengajuan SPM dari jadwal pelaksanaan kegiatan dengan
mengacu pada PMK No. 190/PMK.05/2012 tentang Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka
Pelaksanaan Anggaran dan Pendapatan Belanja Negara.
3
Penyusunan RPD Harian
 Menuangkan penyesuaian kelander kegiatan dengan pengajuan SPM ke Rencana
Penarikan Dana (RPD) Harian.
 RPD Harian memuat seluruh rencana pengajuan SPM, baik yang tergolong dalam transaksi
besar maupun tidak.
4
Pengesahan RPD Harian oleh KPA
 Atas RPD Harian yang telah disusun oleh PPK, selanjutnya disampaikan ke KPA untuk
disahkan oleh KPA.
5
Penyampaian RPD Harian ke KPPN
 Satker wajib menyampaikan ke KPPN atas belanja-belanja yang tergolong dalam transaksi
besar (RPD Harian Transaksi Besar) sebelum pengajuan SPM atas belanja tersebut
6
BAB II
PENYAMPAIAN DAN UPDATE RPD HARIAN TRANSAKSI BESAR
Batasan waktu penyampaian RPD Harian Transaksi Besar ke KPPN ditentukan berdasarkan
nominal transaksi, tanggal rencana pengajuan SPM serta tipe KPPN dimana SPM tersebut akan
diajukan. Penyampaian RPD Harian Transaksi Besar dan Pengajuan SPM harus mengacu pada
jam kerja dan jam layanan di KPPN.
A. PENYAMPAIAN RPD HARIAN TRANSAKSI BESAR KATEGORI A DAN B
Transaksi Besar kategori A dan B merupakan transaksi besar dimana pembayaran dilakukan
pada KPPN Pembayar Tipe A1 yang berada di Ibukota Propinsi. Ketentuan penyampaian RPD
Harian Transaksi Besar Kategori A dan B diatur sebagaimana tabel dibawah ini :
KETENTUAN
TRANSAKSI BESAR KATEGORI
A
B
> Rp 1 triliun
> Rp 500 miliar
s.d. Rp 1 triliun
Batas Waktu Penyampaian RPD Harian Transaksi Besar
ke KPPN
15 hari kerja
sebelum
pengajuan SPM
10 hari kerja
sebelum
pengajuan SPM
Batas Waktu Penyampaian Update RPD Harian
Transaksi Besar ke KPPN
10 hari kerja
sebelum
pengajuan SPM
5 hari kerja
sebelum
pengajuan SPM
Batas Minimal Nominal Belanja
Ketentuan Batas Waktu Penyampaian RPD Harian Transaksi Besar ke KPPN dan Batas Waktu
Penyampaian Update RPD Harian Transaksi Besar ke KPPN merupakan batas akhir (paling
lambat), dengan demikian satuan kerja dimungkinkan untuk menyampaikan RPD Harian
Transaksi Besar/Update RPD Harian Transaksi Besar lebih awal dari ketentuan tersebut.
Batasan waktu penyampaian RPD Harian Transaksi Besar kategori A dan B digambarkan pada
diagram berikut ini :
7
15 Hari Kerja
Transaksi
Kategori A
Batas Akhir
Penyampaian RPD
HarianTransaksi Besar
Penyampaian lebih awal dari batas
akhir Penyampain RPD Harian
Transaksi Besar. Perubahan dan
penghapusan dapat dilakukan
Transaksi
Kategori B
10 Hari Kerja
5 Hari Kerja
Jadwal
Pengajuan
SPM
Batas Akhir Update
RPD Harian
Transaksi Besar
Periode Update. Perubahan
dan pengahapusan dapat
dilakukan
Batas Akhir
Penyampaian RPD
HarianTransaksi Besar
Perubahan tidak
diperkenankan
Batas Akhir Update
RPD Harian
Transaksi Besar
5 Hari Kerja
Jadwal
Pengajuan
SPM
5 Hari Kerja
10 Hari Kerja
Contoh:
Satuan Kerja XYZ berencana akan mengajukan SPM Belanja Bantuan Sosial pada hari Senin
tanggal 23 Maret 2015 dengan nominal bruto sebesar Rp 1,25 triliun pada KPPN Tipe A1 di
Ibukota Propinsi. Maka atas rencana tersebut :
 Tergolong dalam Transaksi Besar kategori A, sehingga satker berkewajiban untuk
menyampaikan RPD Harian Transaksi Besar.
 Satker XYZ menyampaikan Rencana Penarikan Dana (RPD) Harian Transaksi Besar atas
SPM tersebut paling lambat pada tanggal 2 Maret 2015 pukul 17:00 waktu setempat,
yakni 15 hari kerja sebelum pengajuan SPM. Meskipun demikian, satuan kerja dapat
menyampaikan RPD Harian Transaksi Besar sebelum tanggal 2 Maret 2015.
 Perubahan atas RPD Harian Transaksi Besar tersebut dapat dilakukan paling lambat
pada 6 Maret 2015 pukul 17:00.
B. PENYAMPAIAN RPD HARIAN TRANSAKSI BESAR KATEGORI C s.d. I
Transaksi Besar kategori C sampai dengan I memiliki besaran belanja dan Tipe KPPN Pembayar
yang berbeda, namun ketentuan batasan penyampaian RPD Harian Transaksi Besar untuk
ketujuh transaksi tersebut sama, yakni diajukan paling lambat 5 hari kerja sebelum pengajuan
SPM ke KPPN. Tidak seperti transaksi A dan B, transaksi C s.d. I tidak memungkinkan untuk
dilakukan update dintara tanggal batasan akhir penyampaian RPD Harian Transaksi Besar
sampai dengan pengajuan SPM ke KPPN.
Batasan waktu penyampaian RPD Harian Transaksi Besar kategori C s.d. I digambarkan pada
diagram berikut ini :
8
5 Hari Kerja
Transaksi
Kategori C s.d. I
Jadwal
Pengajuan
SPM
Batas Akhir
Penyampaian RPD
Harian Transaksi Besar
Penyampaian lebih awal dari batas
akhir Penyampain RPD Harian
Transaksi Besar. Perubahan dan
penghapusan dapat dilakukan
Perubahan tidak
diperkenankan
Contoh:
Satuan Kerja XYZ berencana akan mengajukan SPM Belanja Barang pada hari Senin tanggal 23
Maret 2015 dengan nominal bruto sebesar Rp 800 juta ke KPPN Tipe A1 yang tidak berlokasi di
Ibukota Propinsi. Maka atas rencana tersebut :
 Tergolong dalam Transaksi Besar E, sehingga satker XYZ berkewajiban untuk
menyampaikan RPD Harian Transaksi Besar.
 Satker XYZ menyampaikan Rencana Penarikan Dana (RPD) Harian atas SPM tersebut
paling lambat pada tanggal 16 Maret 2015 pukul 17:00 waktu setempat, yakni 5 hari
kerja sebelum pengajuan SPM. Meskipun demikian, satuan kerja dapat menyampaikan
RPD Harian sebelum tanggal 16 Maret 2015.
 Apabila Satker XYZ menyampaikan RPD Harian tersebut sebelum tanggal 16 Maret 2015,
maka Satker XYZ akan memiliki jangka waktu untuk melakukan perubahan atas RPD
Harian yang telah disampaikan. Sebagai contoh, apabila Satker XYZ menyapaikan RPD
Harian tersebut pada tanggal 09 Maret 2015, maka satker XYZ dapat melakukan
perubahan maupun penghapusan RPD Harian dimaksud sampai dengan tanggal 16
Maret 2015.
C.
UPDATE RPD HARIAN TRANSAKSI BESAR
Perubahan atas RPD Harian Transaksi Besar yang telah disampaikan ke KPPN, untuk setiap
jenis transaksi masih mungkin dilakukan selama belum melampaui batas waktu penyampaian
perubahan. Jenis perubahan atas RPD Harian Transaksi Besar yang telah disampaikan dapat
dibagi dalam dua jenis perubahan utama yakni :
a) Penghapusan RPD Harian Transaksi Besar.
Penghapusan RPD Harian Transaksi Besar dapat terjadi karena dua hal yakni :
 Pembatalan pelaksanaan kegiatan atau pengunduran pelaksanaan kegiatan sampai
batasan waktu yang belum dapat ditentukan, dan/atau
 Penurunan nominal belanja sehingga nilai bruto SPM
lebih kecil dari batasan
nominal transaksi besar.
9
b) Perubahan RPD Harian Transaksi Besar
Perubahan atas RPD Harian Transaksi Besar terkait tanggal pengajuan SPM, nominal
belanja, maupun gabungan keduanya, dapat dilakukan dengan ketentuan sebagai
berikut :
 Perubahan Tanggal, hanya dapat dilakukan untuk pengunduran pengajuan SPM
(penundaan pembayaran). Perubahan tanggal yang mengakibatkan percepatan
pembayaran tidak dapat dilakukan. Perubahan tanggal atas satu RPD Harian
Transaksi Besar dapat dilakukan lebih dari satu kali, selama masih dalam batasan
waktu penyampaian update dan tidak melanggar Batasan Waktu Penyampaian RPD
Harian Transaksi Besar.
 Perubahan Nominal, hanya dapat dilakukan untuk pengurangan nominal bruto.
Perubahan yang
Pengurangan
mengakibatkan penambahan belanja tidak diperkenankan.
nominal
belanja
yang
mengakibatkan
perubahan
kategori,
diperlakukan sebagai penghapusan RPD Harian Transaksi Besar.
Untuk perubahan RPD Harian Transaksi Besar yang mengakibatkan perpindahan kategori
Transaksi, maka atas RPD tersebut berlaku ketentuan batasan waktu sesuai dengan kategori
transaksi yang baru. Contoh, apabila atas RPD Harian Transaksi Besar dengan kategori
transaksi B dilakukan perubahan pengurangan nominal belanja sehingga RPD Harian Transaksi
Besar tersebut tergolong dalam kategori C, maka ketentuan batasan waktu yang berlaku
setelah dilakukan perubahan adalah batasan waktu sebagaimana pada Transaksi Besar kategori
C.
Contoh:
Pada tanggal 10 Maret 2015, Satker XYZ menyampaikan RPD Harian Transaksi Besar kategori B
untuk rencana pengajuan SPM yang akan dilakukan pada tanggal 23 Maret 2015. Apabila Satker
XYZ melakukan perubahan nominal belanja sehingga SPM yang semula kategori B menjadi
Kategori C, maka atas perubahan tersebut :
 Apabila jadwal pengajuan SPM tetap sebagaimana direncanakan sebelumnya, yaitu
tanggal 23 Maret 2015, maka perubahan RPD Harian Transaksi Besar tersebut dapat
disampaikan paling lambat sampai dengan tanggal 16 Maret 2015 (yakni lima hari kerja
sebelum tanggal 23 Maret 2015).
 Apabila tanggal 18 Maret 2015, selain perubahan berupa pengurangan nominal belanja
tersebut, Satker XYZ juga menyampaikan perubahan berupa pengunduran jadwal
pengajuan SPM menjadi tanggal 25 Maret 2015, maka atas perubahan tersebut tidak
diperkenankan. Karena tanggal 18 Maret 2015, sudah melampaui batas akhir
dilakukannya perubahan/update.
10
BAB III
PENGHITUNGAN AKURASI RPD HARIAN TRANSAKSI BESAR
A. AKURASI HARIAN
Terdapat tiga informasi penting termuat dalam RPD Harian Transaksi Besar yang akan
digunakan sebagai dasar dalam perencanaan kas pemerintah di tingkat nasional, yakni tanggal
dilakukannya pembayaran (pengajuan SPM), nominal belanja yang akan dibayarkan, dan jenis
belanja. Ketiga informasi tersebut di tingkat KPPN akan digunakan sebagai dasar perhitungan
akurasi perencanaan kas satuan kerja.
Berdasarkan periode, terdapat dua periode waktu akurasi yakni, akurasi harian dan akurasi
bulanan. Akurasi bulanan merupakan rata-rata akurasi harian, atas hari-hari kerja dimana
terdapat transaksi besar dalam bulan bersangkutan. Sedangkan akurasi periode triwulanan dan
tahuan merupakan rata-rata akurasi bulanan untuk periode triwulan maupun tahun tersebut.
Akurasi harian perencanaan kas dihitung dengan membandingkan antara realisasi belanja yang
tergolong dalam kategori belanja besar dengan RPD Harian yang disampaikan oleh satuan kerja
ke KPPN per jenis belanja pada hari yang bersangkutan. Perhitungan akurasi dilakukan secara
harian dengan memperhatikan tiga komponen keakuratan yakni: tanggal pelaksanaan
pembayaran, nomimal yang dibayarkan dan jenis belanja.
Rumusan perhitungan akurasi harian untuk satu jenis belanja adalah sebagai berikut :
({
|
|
}
)
Perhitungan akurasi satuan kerja dalam satu hari adalah rata-rata akurasi semua jenis belanja
yang tergolong dalam transaksi besar pada hari tersebut. Apabila tidak ada rencana penarikan
dana pada hari tesebut dan pada hari yang sama tidak ada realisasi transaksi besar, maka atas
hari tersebut tidak diikut sertakan dalam perhitungan akurasi harian maupun akurasi bulanan.
Sedangkan apabila terdapat realisasi transaksi besar namun tidak ada rencana penarikan dana,
maka akurasi pada hari tersebut adalah 0%, demikian pula sebaliknya, apabila terdapat
rencana penarikan dana sedangkan dihari yang sama tidak terdapat realisasi yang bersesuaian
dengan rencana penarikan dana, maka akurasi pada hari tersebut adalah 0%. Perhitungan
akurasi harian untuk satuan kerja diilustrasikan pada contoh dibawah ini.
Contoh :
Perhitungan akurasi harian satker XYZ yang memiliki mitra kerja KPPN Tipe A1 tidak di Ibukota
Provinsi untuk tanggal 02 Maret 2015 sampai dengan 04 Maret 2015 (dalam jutaan rupiah)
adalah sebagai berikut :
11
Tgl./Jns.
Belanja
51-Pegawai
02 Maret 2015
03 Maret 2015
04 Maret 2015
Rencana
Realisasi
Akurasi
Rencana
Realisasi
Akurasi
Rencana
Realisasi
Akurasi
(Rp juta)
(Rp juta)
(%)
(Rp juta)
(Rp juta)
(%)
(Rp juta)
(Rp juta)
(%)
1,210
1,115
92.15
-
-
-
52-Barang
-
-
-
512
495
0.00
-
-
-
53-Modal
-
-
-
-
-
-
1,120
985
87.95
57-Bansos
-
-
-
653
0
0.00
-
-
-
525
505
96.19
-
-
-
0
505
0.00
82-Transito
Akurasi
Harian
94.17
0.00
-
-
-
43.97
Dengan catatan realisasi transaksi besar serta RPD Harian Transaksi Besar tersebut diatas,
maka akurasi Satker XYZ selama tiga hari dimaksud adalah rata-rata akurasi dari ketiga hari
yakni sebesar 46.05%.
Dari tabel ilustrasi akurasi tesebut diatas, beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam
perhitungan akurasi Satker XYZ antara lain :



Tanggal 02 Maret 2015. Transaksi Besar pada hari tersebut terjadi hanya untuk jenis
belanja 51 (Pegawai) dan 82 (Transito), dengan masing-masing akurasi adalah 92.15 %
dan 96.19%. Sehingga akurasi harian tanggal 02 Maret 2015 Satker XYZ adalah sebesar
94.17%, yang merupakan hasil rata-rata dari 92.15% dan 96.19%.
Tanggal 03 Maret 2015. Satker XYZ telah menyampaikan rencana penarikan dana
sebesar Rp512 juta untuk Belanja Barang, namun atas rencana tersebut hanya
terealisasi sebesar Rp495 juta. Karena realisasi sebesar Rp495 juta bukan merupakan
transaksi besar, maka akurasi atas Belanja Barang untuk hari tersebut adalah 0%.
Selain itu, pada tanggal yang sama Satker XYZ juga telah menyampaikan rencana
penarikan dana belanja sebesar Rp653 juta untuk Belanja Bantuan Sosial, namun tidak
terealisasi. Sehingga akurasi untuk Belanja Bantuan Sosial pada tanggal 03 Maret 2015
adalah sebesar 0%.
Tanggal 04 Maret 2015. Satker XYZ memiliki rencana penarikan dana sebesar Rp1.120
juta (tergolong dalam transaksi besar D) untuk belanja Modal, namun realisasi transaksi
besar untuk belanja modal pada tanggal tersebut sebesar Rp958 juta (tergolong dalam
transaksi besar E). Maka perhitungan akurasi atas transaksi tesebut sebesar 87,95%
(sesuai dengan rumus perhitungan akurasi).
Selain itu, untuk tanggal yang sama Satker XYZ tidak memiliki rencana penarikan dana
untuk transaksi transito, namun terdapat realisasi belanja transito pada tangggal tesebut
yakni sebesar Rp525 juta. Sehingga akurasi dari transaksi Transito adalah 0%.
Dengan demikian akurasi harian Satker XYZ untuk tanggal tersebut adalah sebesar
43.97%, yang merupakan rata-rata dari 87.95% dan 0.00%.
12
B. AKURASI BULANAN, TRIWULANAN DAN TAHUNAN
Akurasi bulanan merupakan rata-rata akurasi harian, dimana terdapat transaksi besar
sepanjang bulan tersebut. Sedangkan akurasi triwulanan dan tahunan merupakan rata-rata
akurasi bulanan untuk triwulan dan tahun tersebut.
Dengan akurasi harian satker XYZ selama bulan Maret 2015 seperti ditunjukkan pada tabel
dibawah ini, maka akurasi perencanaan kas satker XYZ untuk bulan Maret 2015 adalah sebesar
83.94% yakni merupakan rata-rata akurasi dari 18 hari kerja yang terdapat transaksi besar
pada bulan tersebut.
Data Akurasi RPD Harian Satker XYZ Bulan Maret 2015
Tgl
Hari
01
Ming
Akurasi %
02
Sen
03
Sel
04
Rab
05
Kam
06
Jum
94.17
0.00
43.97
-
-
21
Sab
22
Ming
Tgl
Hari
17
Sel
18
Rab
19
Kam
20
Jum
Akurasi %
100
100
100
100
07
Sab
08
Ming
09
Sen
10
Sel
11
Rab
12
Kam
13
Jum
100
-
87.13
54.45
-
28
Sab
29
Ming
23
Sen
24
Sel
25
Rab
26
Kam
27
Jum
68.18
93.25
96.35
100
100
14
Sab
15
Ming
16
Sen
100
30
Sen
31
Sel
80.23
93.25
Sedangkan akurasi tahunan untuk satker XYZ, dengan akurasi bulanan untuk tahun 2015
sebagaimana pada tabel dibawah ini adalah sebesar 85.45%, yakni rata-rata dari akurasi
bulanan sepanjang tahun 2015.
Akurasi Bulanan Satker XYZ
Tahun 2015
Bulan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Rata-rata
Akurasi
(%)
98.93
100.00
83.94
82.56
74.23
54.28
88.61
95.41
63.15
94.52
93.25
96.53
85.45
13
BAB IV
TANYA JAWAB DAN ILUSTRASI
Jawaban atas beberapa pertanyaan yang sering diajukan oleh satuan kerja dalam penyusunan
dan pengelolaan Rencana Penarikan Dana (RPD) Harian, adalah sebagai berikut.
a. Pada tingkat satuan kerja, siapa kah yang berwenang dan bertanggungjawab
dalam menyusun dan menyampaikan RPD Harian?
Mengacu pada Pasal 9 dan Pasal 10 PMK Nomor 277/PMK.05/2014, penyusunan Rencana
Penarikan Dana Bulanan dan Harian merupakan tanggungjawab dan kewenangan Kuasa
Pengguna Anggaran (KPA) yang dilaksanakan oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK).
Apabila satker memiliki lebih dari satu PPK, maka KPA dapat menunjuk satu orang PPK
sebagai koordinator.
b. Apakah atas rencana pengajuan SPM-Nihil juga
menyampaikan RPD Harian Transaksi Besar ke KPPN?
diwajibkan
untuk
Tidak. SPM Nihil (yakni SPM dengan nilai neto sebesar nol dan tidak mengakibatkan
terjadinya arus kas), dibebaskan dari kewajiban menyampaikan RPD Harian Transaksi Besar
ke KPPN.
Pada prinsipnya, penetapan apakah suatu SPM diwajibkan menyampaikan RPD Harian
Transaksi Besar ke KPPN ditentukan dengan menggunakan dua pendekatan, yakni
pendekatan nilai neto dan pendekatan nilai bruto. Pendekatan nilai neto digunakan sebagai
dasar penentuan apakah SPM dimaksud tergolong dalam Transaksi Besar. Apabila suatu
SPM tidak tergolong Transaksi Besar, maka satker tidak perlu menyampaikan RPD Harian
Transaksi Besar sebelum pengajuan SPM tersebut. Apabila SPM tergolong dalam Transaksi
Besar, maka digunakan pendekatan bruto dalam menentukan Klasifikasi (kategori)
Transaksi Besar atas SPM tersebut.
Contoh :
Satker XYZ merupakan mitra kerja KPPN Tipe A1 Yang Tidak Berlokasi di Ibukota Provinsi,
sedangkan Satker PQR merupakan mitra kerja KPPN Tipe A2. Pada bulan Mei 2015, kedua
satker tersebut berencana akan mengajukan SPM dengan rincian sebagai berikut :
14
Satker XYZ
No.SPM
1001X
1002X
1003X
Nilai (juta Rp)
Bruto Potongan Neto
630
175
455
530
25
505
775
35
740
Satker PQR
No.SPM
2001P
2002P
2003P
Nilai (juta Rp)
Bruto Potongan Neto
215
25
190
525
10
515
560
75
485
Satker XYZ, dengan mitra Kerja KPPN Tipe A1 Yang Tidak Berlokasi di Ibukota Provinsi,
maka nilai neto minimal SPM yang tergolong dalam klasifikasi Transaksi Besar adalah
sebesar Rp500 juta. Sehingga klasifikasi dari ketiga SPM yang akan diajukan Satker XYZ
adalah sebagai berikut :
 SPM Nomor 1001X Bukan Merupakan Transaksi Besar. Meskipun nilai bruto lebih
besar dari Rp500 juta, namun nilai neto SPM tersebut (sebesar Rp 455 juta) lebih
kecil dari batas minimal transaksi besar untuk KPPN Tipe A1 Yang Tidak Berlokasi di
Ibukota Provinsi, yakni sebesar Rp500. Sehingga pengajuan SPM Nomor 1001X tidak
diwajibkan untuk menyampaikan RPD Harian Transaksi Besar ke KPPN.
 SPM 1002X merupakan Transaksi Besar dengan kategori Transaksi F. Nilai neto SPM
sebesar Rp505 juta melebihi batas minimal kategori Transaksi Besar, dan dengan
nilai bruto Rp530 (lebih besar dari Rp500 juta namun lebih kecil dari Rp750 juta)
maka SPM tersebut memenuhi kriteria Transaksi F.
 SPM Nomor 1003X, merupakan Transaksi Besar dengan kategori Transaksi E.
Dengan pendekatan nilai neto, SPM nomor 1003X tergolong dalam Transaksi Besar.
Meskipun nilai netto tergolong dalam kategori Transaksi F, namun nilai bruto SPM
Nomor 1003X (yakni sebesar Rp775 juta) tergolong dalam kategori E, sehingga SPM
ini diklasifikasikan sebagi Transaksi E.
Satker PQR, dengan mitra Kerja KPPN Tipe A2, maka nilai neto minimal SPM yang tergolong
dalam klasifikasi Transaksi Besar adalah sebesar Rp200 juta. Dengan demikian, klasifikasi
dari ketiga SPM yang akan diajukan Satker PQR adalah sebagai berikut :
 SPM Nomor 2001P Bukan Merupakan Transaksi Besar. Meskipun nilai bruto lebih besar
dari Rp200 juta, namun nilai neto SPM tersebut (sebesar Rp 190 juta) lebih kecil dari
batas minimal transaksi besar untuk KPPN Tipe A2, yakni sebesar Rp200 juta. Sehingga
atas pengajuan SPM Nomor 2001P, Satker PQR tidak diwajibkan untuk menyampaikan
RPD Harian Transaksi Besar ke KPPN.
 SPM 2002P merupakan Transaksi Besar dengan kategori Transaksi G. Nilai neto SPM
sebesar Rp515 juta melebihi batas minimal kategori Transaksi Besar, dan dengan nilai
bruto Rp525 memenuhi kriteria Transaksi G (yakni dengan nilai lebih besar dari Rp500
juta).
 SPM Nomor 2003P, merupakan Transaksi Besar dengan kategori Transaksi G. Dengan
pendekatan nilai neto, SPM nomor 2003P tergolong dalam Transaksi Besar. Meskipun
15
nilai neto lebih kecil batas maksimal nominal Transaksi G (yakni dengan nilai lebih besar
dari Rp500 juta), namun nilai bruto SPM Nomor 2003P memenuhi kriteria Transaksi G.
Untuk penjelasan lebih detail terkait penentuan Klasifikasi Transaksi Besar dapat dilihat
pada Bab I panduan teknis ini.
c. Apakah pengajuan SPM-Gaji Induk diwajibkan untuk menyampaikan RPD Harian
Transaksi Besar ke KPPN?
Iya, kewajiban penyampaian RPD Harian Transaksi Besar ke KPPN dilakukan untuk seluruh
jenis belanja, selama memenuhi kriteria Transaksi Besar.
Untuk SPM-Gaji Induk, sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
190/PMK.05/2012 tentang Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) menerbitkan dan
menyampaikan SPP-LS paling lambat tanggal 5 (atau hari kerja terakhir sebelum tanggal 5
apabila tanggal 5 jatuh pada hari libur), sebelum bulan pembayaran gaji berkenaan.
Selanjutnya Pejabat Penandatangan SPM (PPSPM) menyampaikan SPM-LS Gaji Induk ke
KPPN Paling lambat tanggal 15 atau hari kerja sebelum tanggal 15 apabila tanggal 15 jatuh
pada hari libur, sebelum bulan pembayaran gaji berkenaan.
Dengan memperhatikan ketentuan tersebut maka pengajuan SPM-LS Gaji Induk, (baik yang
memenuhi kriteria Transaksi Besar maupun tidak), dengan sendirinya akan memenuhi
ketentuan batas waktu pengajuan RPD Harian Transaksi Besar apabila SPM-LS Gaji Induk
tergolong dalam Transaksi Besar.
Sebagai contoh, untuk pembayaran Gaji Induk Bulan Maret 2015, satker akan diwajibkan
untuk menyampaikan SPM paling lambat tanggal 13 Februari 2015 (karena tanggal 15
Februari 2015 jatuh pada hari Minggu). Atas SPM tersebut, penyediaan dana (arus kas
keluar) baru akan terjadi tanggal 1 Maret 2015, sehingga apabila SPM Gaji Induk Maret
2015 tersebut tergolong dalam transaksi besar, RPD Harian Transaksi Besar (yang
didalamnya memuat informasi perkiraan penarikan dana pada tanggal 1 Maret 2015) dapat
disampaikan bersamaan dengan penyampaian SPM.
d. Apakah penyampaian RPD Harian Transaksi Besar dapat dilakukan lebih awal
dari batas akhir penyampaian RPD Harian Transaksi Besar ?
Iya, satker diperkenankan untuk menyampaikan RPD Harian Transaksi Besar lebih awal dari
batas akhir penyampaian RPD Harian Transaksi Besar.
e. Apakah atas penyampaian RPD Harian Tansaksi Besar Kategori C sampai dengan
Kategori I dimungkinkan untuk dilakukan perubahan/update?
Untuk Transaksi kategori C s.d. I batas akhir penyampaian RPD Harian Transaksi Besar
adalah 5 (lima) hari kerja, dengan demikian apabila satker meyampaikan RPD Harian
16
Transaksi Besar kategori C s.d. I pada hari batas akhir penyampaian RPD Harian Transaksi
Besar, maka atas RPD Harian Transaksi Besar tersebut satker tidak diperkenankan
melakukan perubahan/update dikemudian hari.
Untuk lebih jelas, terkait batasan waktu perubahan/update RPD Harian Transaksi Besar
dapat dilihat pada contoh-contoh berikut ini.
 Contoh
Satker XYZ berencana akan mengajukan SPM Belanja Modal yang tergolong dalam
Transaksi F pada tanggal 27 Maret 2015. Atas rencana tersebut, Satker XYZ
menyampaikan RPD Harian pada tanggal 12 Maret 2015.
Apakah setelah tanggal 12 Maret 2015 Satker XYZ diperkenankan untuk melakukan
perubahan (perubahan berupa koreksi nominal) atas RPD Harian Transaksi Besar
tersebut?
Karena pengajuan SPM Transaksi F direncanakan akan dilakukan pada tanggal 27 Maret
2015, maka batas akhir penyampaian RPD Harian atas SPM tersebut adalah tanggal 20
Maret 2015. Dengan demikian, perubahan/update sampai dengan tanggal 20 Maret
2015 masih dapat dilakukan. Perubahan/update tidak diperkenankan setelah tanggal 20
Maret 2015, sebagaimana diilustrasikan pada diagram dibawah ini.
5 Hari Kerja
Transaksi F
Satker XYZ
Perubahan dan penghapusan dapat dilakukan
12 Maret 2015
RPD Harian Transaksi Besar
disampaikan Satker XYZ
Perubahan tidak
diperkenankan
20 Maret 2015
Batas Akhir Penyampaian
RPD Harian Transaksi Besar
27 Maret 2015
Jadwal Pengajuan SPM
f. Apakah atas penyampaian RPD Harian Tansaksi Besar yang telah disampaikan
dapat dilakukan perubahan berupa percepatan penarikan dana?
Perubahan hanya boleh dilakukan selama masih sesuai ketentuan batasan waktu
penyampaian perubahan. Untuk transaksi C s.d. I, perubahan berupa percepatan
pembayaran dapat dilakukan selama jadwal baru pengajuan SPM (pembayaran) tidak
kurang dari 5 hari kerja dari tanggal dilakukannya perubahan. Sedangkan untuk transaksi A,
perubahan percepatan pembayaran dapat dilakukan selama jadwal baru pengajuan SPM
(pembayaran) tidak kurang dari 15 hari kerja dari tanggal dilakukannya perubahan, dan
untuk transaksi B tidak kurang dari 10 hari kerja. Untuk lebih jelas terkait perubahan ini
dapat dilihat dalam beberapa contoh kasus berikut ini.
17
Contoh 1
Satker XYZ berencana mengajukan SPM dengan belanja kategori A pada tanggal 31 Maret
2015, dan atas rencana tersebut Satker XYZ pada hari ini tanggal 05 Maret 2015 telah
menyampaikan RPD Harian Transaksi Besar.
Atas RPD Harian Transaksi Besar tersebut, Satker XYZ dapat saja mengajukan perubahan
berupa percepatan pengajuan SPM dengan ketentuan bahwa tanggal dilakukannya
perubahan harus 15 hari kerja atau lebih dari jadwal baru rencana pengajuan SPM.
Kemungkinan perubahan berupa percepatan pengajuan SPM untuk Satker XYZ untuk setiap
tanggal dilakukan perubahan adalah sebagai berikut :
 Jika perubahan dilakukan dan disampaikan pada tanggal 06 Maret 2015, maka
perubahan berupa percepatan pengajuan SPM dapat dilakukan paling cepat tanggal
tanggal 27 Maret 2015, yakni 15 hari kerja sebelum pengajuan SPM.
 Jika perubahan dilakukan dan disampaikan pada tanggal 09 Maret 2015, maka
perubahan berupa percepatan pengajuan SPM dapat dilakukan paling cepat tanggal
tanggal 30 Maret 2015, yakni 15 hari kerja sebelum pengajuan SPM.
 Jika perubahan dilakukan dan disampaikan setelah tanggal 09 Maret 2015, maka
perubahan berupa percepatan pengajuan SPM tidak diperbolehkan. Perubahan yang
dapat dilakuan hanya berupa pengurangan nominal belanja atau pengunduran jadwal
pengajuan SPM.
Untuk lebih jelas, kemungkinan perubahan percepatan pengajuan SPM sebagaimana
digambarkan pada diagram dibawah ini.
Bulan Maret 2015
Hari
Tgl
1
2
Menyampaikan RPD Harian Transaksi
Besar kategori A pada tanggal 5 untuk
rencana pengajuan SPM tgl 31
Kms Jmt Sbt Min Sen Sel Rab Kms Jmt Sbt Min Sen Sel Rab Kms Jmt Sbt Min Sen Sel Rab Kms Jmt Sbt Min Sen Sel
5
6
7
8
9
10 11
13 14
15
16 17 18
19
20 21
22
5 Hari Kerja
RPD Harian Transaksi
Besar disampaikan (lebih
awal dari ketentuan)
Batas akhir
penyampaian RPD
Harian Transaksi Besar
23 24 25
26
27 28
29
30 31
10 hari kerja
31
Batas Akhir Penyampaian
perubahan nominal dan
pengunduran pengajuan SPM
Rencana Awal
Pengajuan
SPM
Melakuan perubahan, dan disampaikan
pada tanggal 06 Maret 2015.
Kemungkinan perubahan percepatan
5 hari kerja
- Kemungkinan I : percepatan
pengajuan
SPM menjadi tanggal 30
3
12
- Kemungkinan II : percepatan
pengajuan
SPM menjadi
tanggal dan
27 disampaikan
Melakuan
perubahan,
pada tanggal 09 Maret 2015. Hanya
satu Kemungkinan perubahan
percepatan pengajuan SPM, yakni
menjadi tanggal 30. Perubahan yang
mengakibatkan pembayaran dilakukan
lebih cepat dari tanggal 30, tidak
diperkenankan.
Batas Akhir Penyampaian
perubahan nominal dan
pengunduran pengajuan
5 hari kerja
30
10 hari kerja
Jadwal Baru
Pengajuan SPM
27
10 hari kerja
Jadwal Baru
Pengajuan SPM
5 hari kerja
10 hari kerja
30
Contoh 2
Satker PQR berencana mengajukan SPM transaksi besar kategori F pada tanggal 18 Maret
2015, dan atas rencanan tersebut Satker XYZ pada hari ini tanggal 05 Maret 2015 telah
menyampaikan RPD Harian Transaksi Besar.
18
Untuk kategori transaksi F yang pengajuan SPM direncanakan pada tanggal 18 Maret 2015,
Satker PQR, batas akhir penyampaian RPD Harian adalah 5 (lima) hari kerja sebelum
pengajuan SPM yakni tanggal 11 Maret 2015. Dengan demikian, karena penyampaian RPD
Harian dilakukan lebih awal (tanggal 05 Maret 2015), maka dari tanggal 05 sampai dengan
sebelum tanggal 11 Maret 2015 Satker PQR dapat melakukan perubahan berupa percepatan
pengajuan SPM, dengan ketentuan jadwal pengajuan SPM yang baru paling sedikit 5 (lima)
hari kerja setelah tanggal penyampaian perubahan RPD Harian, sebagaimana ditunjukkan
pada diagram dibawah ini.
Bulan Maret 2015
1
2
Hari
Kms
Jmt
Sbt
Min
Sen
Sel
Rab
Kms
Jmt
Tgl
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Menyampaikan RPD Harian Transaksi
Besar kategori A pada tanggal 5 untuk
rencana pengajuan SPM tgl 31
RPD Harian Transaksi
Besar disampaikan (lebih
awal dari ketentuan)
Sen
Sel
Rab
Kms
Jmt
14
15
16
17
18
19
20
18
Batas akhir
penyampaian RPD
Harian Transaksi Besar
Rencana Awal
Pengajuan
SPM
Melakuan perubahan berupa
percepatan pengajuan SPM. Perubahan
disampaikan pada tanggal 06 Maret
2015, maka kemungkinan perubahan
berupa percepatan pengajuan SPM
adalah sebagai berikut :
Jadwal Baru
Pengajuan SPM
5 hari kerja
5 hari kerja
- Kemungkinan II
- Kemungkinan III
5 hari kerja
17
16
13
Melakuan perubahan berupa
percepatan pengajuan SPM. Perubahan
disampaikan pada tanggal 09 Maret
2015, maka kemungkinan perubahan
berupa percepatan pengajuan SPM
adalah sebagai berikut :
- Kemungkinan I
- Kemungkinan II
4
Min
5 hari kerja
- Kemungkinan I
3
Sbt
Jadwal Baru
Pengajuan SPM
5 hari kerja
5 hari kerja
17
16
Melakuan perubahan berupa
percepatan pengajuan SPM. Perubahan
disampaikan pada tanggal 10 Maret
2015, maka kemungkinan perubahan
hanya percepatan pembayaran
menjadi tanggal 17 Maret 2014.
Selanjutnya perubahan setelah tanggal
10 Maret 2015 tidak akan
Jadwal Baru
Pengajuan SPM
5 hari kerja
17
g. Apakah atas penyampaian RPD Harian Tansaksi Besar yang telah disampaikan
dapat dilakuan perubahan berupa penambahan nominal penarikan dana ?
Terkait perubahan nominal penarikan dana terdapat dua kemungkinan, yakni (i) penurunan
perkiraan penarikan dana dan (ii) kenaikan nominal perkiraan penarikan dana. Untuk
19
perubahan berupa penurunan nominal penarikan dana, maka perubahan dapat disampaikan
selama masih dalam jangka perubahan data.
Sedangkan untuk perubahan berupa kenaikan nominal penarikan dana, maka perubahan
diperlakukan sebagai penghapusan RPD HarianTransaksi Besar awal (yang telah
disampaikan sebelumnya) dan menggantikan dengan RPD Harian Transaksi Besar yang baru
(yang memuat nominal yang lebih besar dari nominal awal). Sehingga, perubahan berupa
penambahan nominal penarikan dana hanya untuk transaksi besar kategori A dan B,
meskipun dilakukan pada periode yang masih dimungkinkan dilakukan perubahan akan
berakibat pada pengunduran jadwal pembayaran dari rencana awal. Untuk lebih jelas terkait
perlakuan atas perubahan berupa penambahan nominal penarikan dana dapat dilihat pada
contoh kasus dibawah ini.
Contoh 1
Pada tanggal 05 Maret 2015, Satker XYZ menyampaikan RPD Harian Transaksi Besar
kategori B atas pengajuan SPM yang direncanakan akan diajukan pada tanggal 23 Maret
2015 dengan nominal Rp 725 miliar. Maka atas penyampaian RPD Harian Transaksi Besar
tersebut :
a. Atas rencana pengajuan SPM tanggal 23 Maret 2015, maka batas akhir penyampaian
RPD Harian Transaksi Besar ke KPPN adalah tanggal 09 Maret 2015.
b. Atas RPD Harian Transaksi Besar yang telah disampaikan tersebut, batas waktu
penyampaian perubahan adalah tanggal 16 Maret 2015 (yakni lima hari kerja sebelum
pengajuan SPM).
c. Pada tanggal 09 Maret 2015, Satker XYZ menyampaikan perubahan sehingga nominal
belanja yang semula sebesar Rp 725 miliar menjadi Rp 925 miliar dengan rencana
pengajuan SPM tetap sama yakni tanggal 23 Maret 2015. Maka untuk mengakomodir
perubahan tersbut, Satker XYZ melakukan penghapusan RPD Harian Transaksai Besar
yang semula disampaikan (nominal Rp 725 miliar) dan menyampaikan RPD Harian
Transaksi Besar yang baru dengan nilai Rp 925 miliar.
Perubahan ini masih dimungkinkan karena penambahan nominal tidak mengakibatkan
perubahan kategori transaksi menjadi kategori A, sehingga batas akhir penyampaian
RPD Harian Transaksi Besar masih tetap 10 (sepuluh) hari kerja sebelum pengajuan
SPM yakni paling lambat disampaikan pada tanggal 09 Maret 2015.
d. Jika dari tanggal 10 sampai dengan 16 Maret 2015, Satker XYZ menyampaikan
perubahan berupa penambahan nilai menjadi Rp 925 miliar dengan jadwal pengajuan
SPM tetap tanggal 23 Maret 2015, maka hal ini tidak dimungkinkan.
Perubahan penambahan nilai tersebut hanya dimungkinkan apabila juga dilakukan
perubahan jadwal pengajuan SPM sehingga sesuai dengan ketentuan batas waktu
penyampaian RPD Harian Transaksi Besar, yakni 10 hari kerja sebelum penyajuan SPM
untuk transaksi kategori B. Sehingga apabila perubahan dilakukan pada tanggal 10
Maret 2015, maka Satker XYZ menyampaikan perubahan berupa penghapusan RPD
Harian Transaksi Besar yang awal (dengan nilai nominal Rp 725 miliar dan jadwal
20
pengajuan SPM 23 Maret 2015) dan menyampaikan RPD Harian Transaksi Besar yang
baru dengan nominal Rp 925 miliar dan rencana pengajuan SPM paling cepat tanggal 24
Maret 2015.
Contoh 2
Pada tanggal 12 Maret 2015 Satker XYZ menyampaikan RPD Harian Transaksi Besar
kategori C atas pengajuan SPM yang direncanakan akan diajukan pada tanggal 23 Maret
2015 dengan nominal Rp 315 miliar. Maka atas penyampaian RPD Harian Transaksi Besar
tersebut :
a. Atas rencana pengajuan SPM tanggal 23 Maret 2015, maka batas akhir penyampaian
RPD Harian Transaksi Besar ke KPPN adalah tanggal 16 Maret 2015 (yakni 5 hari kerja
sebelum pengajuan tanggal 23 Maret 2015).
b. Atas RPD Harian Transaksi Besar yang telah disampaikan tersebut, batas waktu
penyampaian perubahan adalah tanggal 16 Maret 2015.
c. Pada tanggal 16 Maret 2015 Satker XYZ menyampaikan perubahan sehingga nominal
belanja yang semula sebesar Rp 315 miliar menjadi Rp 400 miliar. Maka untuk
mengakomodir perubahan tersebut, Satker XYZ melakukan penghapusan RPD Harian
Transaksi Besar yang semula disampaikan (nominal Rp 315 miliar) dan menyampaikan
RPD Harian Transaksi Besar yang baru dengan nilai Rp 400 miliar.
Perubahan ini masih dimungkinkan karena penambahan nominal tidak mengakibatkan
perubahan kategori transaksi menjadi kategori B maupun A, sehingga batas akhir
penyampaian RPD Harian Transaksi Besar masih tetap 5 (lima) hari kerja sebelum
pengajuan SPM yakni paling lambat disampaikan pada tanggal 16 Maret 2015.
d. Perubahan yang dilakukan setelah tanggal 16 Maret 2015, tidak diperkenankan.
21
Download