BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia pemerintah menyadari bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan ukuran sukses pembangunan kesehatan di suatu Negara. Pada awal tahun 2013, Presiden menyatakan bahwa penurunan AKI dan AKB menjadi prioritas pemerintah dan pemerintah mencanangkan penurunan AKI hingga 226 per 100.000 kelahiran hidup. Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kematian ibu diperkirakan sebanyak 500.000 kematian setiap tahun, 99% diantaranya terjadi dinegara berkembang.1,2 Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2016, angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi sebesar 359 per100.000 kelahiran hidup (KH). Angka ini sedikit menurun dibandingkan dengan SDKI tahun 2014, yaitu sebesar 390 per 100.000 KH. Target global SDGs (Suitainable Development Goals) adalah menurunkan AKI menjadi 70 per 100.000 KH. Air Susu Ibu ( ASI ) adalah cairan yang dihasilkan oleh sepasang payudara ibu dengan komposisi yang khas serta spesifik untuk perkembangan bayi dan nutrisi yang paling tepat untuk bayi. Menyusui adalah metode yang paling tepat untuk bayi . menyusui adalah metode yang tepat untuk meberikan makan pada bayi. Karena memberikan manfaat kesehatan untuk ibu dan bayi yang 1 bergantung pada gabungan kerja hormone reflek dan perilaku yang dipelajari ibu dan bayi baru lagir secara alami. Data riset kesehatan dasar ( Riskesdas) 2014 menunjukan cakupan ASI di Indonesia hanya 42 %. Angka itu jelas berada dibawah target WHO yang mewajibakan ASI hingga 50 persen. Angka kelahiran di Indonesia mencapai 4, 7 juta per tahun, maka bayi yang memperolah ASI. Selama enam bulan hingga dua tahun, tidak mencapai dua juta jiwa. Cakupan ASI mengalami kenaikan dibandingkan data Riskesdes 2007 dengan angka cakupan ASI hanya 32 persen. Angka ini menujukan kenaikan, cakupan ASI per tahun hanya berkisar dua persen. Angka ini menandakan hanya sedikit anak Indonesia yang memperoleh cakupan dalam pemberian ASI.1,2 Target ini masih sangat jauh untuk dicapai dalam kurun waktu yang cukup singkat, kurang lebih 6 tahun. Kehamilan dan kelahiran anak adalah proses fisiologis. Namun wanita mempunya resiko terhadap kesehatan fisik maupun mental selama proses reproduksi tersebut. Peristiwa kelahiran dan persalinan juga memerlukan adaptasi terhadap penyesuaian pola hidup pada periode setelah melahirkan ( post partum). Post partum atau puertum atau masa nifas adalah waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim, sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali organ yang berkaitan dengan kandungan yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya berkaitan saat melahirkan. 2 Cakupan target nasional pelayanan post partum adalah 90% cakupan pelayanan post partum di Jawa Tengah tahun 2014 yaitu 99,3% naik bila ditahun 2013 ( 93, 97%) dan sudah melampaui target standar pelayanan minimal (SPM) tahun 2010-2015 adalah (90%). Cakupan tertinggi adalah kota Pekalongan dan cakupan terendah adalah kota pemalang ( Dinkes kabupaten pemalang, 2014 ) pada tahun 2013. Cakupan pelayanan post partum yang telah mencapai 100% meliputi kota Banyumas, Kota Klaten, Kota Pekalongan dan magelang. Kota yang masih terdapat cakupan terendah adalah kota pemalang (64,7%). Kejadian kematian maternal pada waktu nifas sebesar 45,16%, pada waktu bersalin 31,24% dan 23,50% pada waktu hamil. Penyebab kematian adalah perdarahan sebesar 27,87%, eklamsi sebesar 23,27%, infeksi sebesar 5,2%, dan lain-lain sebesar 43,18%. Perdarahan dan infeksi sebagai penyebab kematian, tercakup pula kematian akibat abortus terinfeksi dan partus lama.3,9 Perawatan payudara adalah suatu tindakan perawatan yang dilaksanakan baik oleh ibu post partum maupun di buat oleh orang lain yang dilaksanakan mulai hari kedua setelah melahirkan minimal dua kali dalam sehari. Masalah menyusui pada post partum adalah puting susu nyeri, puting susu lecet, payudara bengkak, dan mastitis. Masalah menyusui pada post partum bisa teratasi dengan dilakukan perawatan payudara. Dampak jika tidak melakukan perawatan payudara adalah terjadinya bendungan ASI, bendungan ASI merupakan dimana keadaan payudara yang odema, sakit, puting susu kencang, kulit mengkilat walaupun tidak merah dan bila diperiksa asi tidak keluar, badan bisa menjadi demam selama 24 jam. 3 Perawatan payudara yang dilakukan meliputi pengurutan payudara, pengosongan payudara, pengompresan payudara dan perawatan puting susu. Perawatan payudara pada ibu post partum yang baik maka laktasi akan lancar sehingga memberikan kecukupan ASI pada bayi yang baru dilahirkan. Gerakan pada perawatan payudara cara efektif meningkatkan volume ASI dan mencegah bendungan pada payudara. Faktor-faktor yang menyebabkan ibu tidak melakukan perawatan payudara adalah kurang informasi yang didapatkan dari tenaga kesehatan, adanya rasa takut dan malas serta ketidak ketersediaan waktu untuk melakukan perawatan payudara selama masa menyusui, ibu post partum juga harus mengetahui akan petingnya perawatan payudara.3,7 Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti, diperoleh data dari PBM Listyani Amd.Keb, Paduraksa pada bulan Februari 2018 terdapat ibu dengan bendungan ASI 11 orang, Ibu nifas dengan Mastitis 2 orang, ASI tidak lancar 9 orang , ibu nifas dengan puting susu lecet 5 orang, ibu nifas dengan payudara bengkak 9 orang Dan data dari PBM Retno Utami Amd,Keb, 17 orang ibu post partum mengalami masalah-masalah dalam menyusui antara lain: puting susu lecet 8 orang, payudara bengkak 7 orang, mastitis 2 orang, asi tidak lancar Melihat angka kejadian Bendungan ASI yang masih relative cukup tinggi, maka penulis tertarik untuk mengambil kasus yang berjudul “Pengaruh Perawatan Payudara terhadap Kejadian Bendungan ASI pada Ibu Post Partum di PMB Wilayah Paduraksa Pemalang.” 4 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang peneliti uraikan di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah ada pengaruh tentang perawatan payudara terhadap kejadian bendungan ASI pada ibu post partum?” C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui pengaruh perawatan payudara terhadap kejadian bendungan ASI pada ibu post partum di PMB Wilayah Paduraksa Pemalang. 2. Tujuan Khusus a. Menganalisis efektifitas perawatan payudara menurut Standar Operasional Prosedur menurut buku Marmi (2012) dan Standar Operasional Prosedur Puskesmas Pemalang terhadap bendungan asi pada ibu post partum. b. Mengetahui bendungan ASI sebelum dan sesudah dilakukan perawatan payudara pada ibu post partum untuk kelompok kontrol menurut Standar Operasional Prosedur menurut buku Marmi (2012) c. Mendeskripsikan bendungan ASI sebelum dan sesudah dilakukan perawatan payudara pada ibu post partum untuk kelompok kontrol menurut Standar Operasional Prosedur Puskesmas Pemalang. d. Mengetahui pengaruh perawatan payudara terhadap kejadian bendungan asi pada ibu post partum di PMB Listyani Amd,Keb dan PMB Retno utami Amd,Keb pada pada ibu post partum di PMB Wilayah Paduraksa Pemalang. 5 e. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi bendungan asi di PMB Listyani Amd,Keb dan PMB Retno utami Amd,Keb Wilayah Paduraksa Pemalang D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Memberikan kesempatan pada peneliti untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh di institusi pendidikan terutama ilmu tentang statistik kesehatan dan ibu nifas dalam situasi nyata. 2. Bagi Institusi a. Bagi Lahan Penelitian Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan atau perawatan khususnya pada ibu post partum. b. Bagi Stikes Karya Husada Untuk memberikan masukan secara konseptual sesuai hasil penelitian pada mata kuliah keperawatan khususnya penerapan pada ibu tentang perawatan payudara dengan kejadian bendungan ASI ibu post partum. 3. Bagi Masyarakat Untuk memberikan tambahan ilmu pengetahuan pada masyarakat tentang pentingnya perawatan payudara dengan kejadian bendungan ASI pada ibu post partum. 6 E. Originalitas Penelitian Tabel 1.1 Originalitas Penelitian Nama, tahun dan judul Hapsari, S.D.,(2013)20 Hubungan tingkat pengetahuan perawatan payudara dengan kejadian payudara bengkak pada ibu nifas Yanti, D.P.,(2016)21 Hubungan pengetahuan sikap ibu dengan bendungan asi di puskesmas sidomulyo pekanbaru Metode penelitian Jenis penelitian adalah observasional dan desain penelitian menggunakan cross sectional. Jenis penelitian adalah accidental sampling dengan jumlah sampel 67 orang, pengumpulan data menggunakan data primer dengan instrument kuisioner, analisa data yang digunakan adalah univariat dan bivariat Hasil Sebagian besar ibu nifas di BPS Nur Hikmah Desa Kwaron Kecamatan Gubug mempunyai pengetahuan cukup tentang bendungan ASI sebanyak 17 responden (53,1%) dan pengetahuan baik tentang bendungan ASI sebanyak 5 responden (15,6%).Ada hubungan antara pengetahuan ibu nifas tentang bendungan ASI dengan praktik pencegahan bendungan ASI (BREAST CARE) di RB Nur Hikmah Kwaron Gubug Tahun 2012 Sebagian besar responden kurang pengetahuan tentang sikap ibu dengan bendungan sebanyak 43 responden (64,2)% Perbedaan 1. Lokasi penelitain 2. Variabel dependen dan variabel independe n sama 3. Desain penelitiann ya berbeda 4. penelitian meneliti tentang penelitian pengaruh perawatan terhadap kejadian bendungan asi pada ibu post partum di pbm wilayah Paduraksa Pemalang. 1. 2. 3. 7 lokasi penelitain Variabel dependen berbeda namun variabel independe n sama, lokasi penelitian. Penelitian meneliti tentang penelitian pengaruh perawatan terhadap Asti melani,.(2013)22 Hubungan perawatan payudara masa anteanatal dengan kecepatan sekresi ASI post partum primipara Meng- Xiu Liu.,(2013)23 Desain pene,itian ini menggunakan cross sectional Adanya hubungan perawatan payudara pada masa antenatal dengan kecapatan sekresi ASI pada ibu primipara post partum Desain penelitian ini emnggunakan cross sectional Secara umum sarjana perempuan siswa kurang kesadaran diri perawatan payudara dengan tingkat rendah pemeriksan payudara sendiri. Hal ini diperlukan untuk menambah pendidikan kesehatan untuk meningkatkan deteksi Correlation study of knowledge and behavior regarding breast care among female undergraduate student in China 8 kejadian bendungan asi pada ibu post partum di pbm wilayah Paduraksa Pemalang. 1. lokasi penelitain 2. Variabel penden berbeda namun variabel independe n sama, lokasi penelitian. 3. Penelitian meneliti tentang penelitian pengaruh perawatan terhadap kejadian bendungan asi pada ibu post partum di Pmb wilayah Paduraksa Pemalang. 1. Lokasi penelitian 2. Variabel dependen dan variabel independe n berbeda 3. Penelitian meneliti tentang penelitian pengaruh perawatan terhadap kejadian bendungan asi pada ibu Post partum di Pmb wilayah Paduraksa Pemalang Sefi Rahma Afianti,.(2013)24 Efektifitas pemijatan payudarra dengan senam payudara terhadap kelancaran ASI pada ibu post partum Quasy experimend dengan rancangan non randomized posstets without contrl group design 9 Adanya perbedaan yang signifikan antara pemijatan payudara dan senam payudara terhadap kelancaran ASI pada ibu post partum. 1. Lokasi penelitia n 2. Variabel dependen dan variabel independe n berbeda 3. Penelitian meneliti tentang penelitian pengaruh perawatan terhadap kejadian bendungan asi pada ibu post partum di Pmb wilayah paduraksa pemalang. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Post Partum 1. Pengertian Periode Post Partum (puerperium/nifas) adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim, sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan. Post partum (puerperium/nifas) berasal dari bahasa latin yaitu dari kata “puer” yang artinya bayi dan “parous” yang berarti melahirkan. Yaitu masa pulih kembali, dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 – 8 minggu. 4 2. Klasifikasi Masa Nifas Nifas dan puerperium dibagi dalam 3 periode: a. Puerperium dini Yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalanjalan. Dalam agama Islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari. b. Puerperium intermedial Suatu masa kepulihan menyeluruh dari organ-organ reproduksi selama kurang lebih enam sampai delapan minggu. 10 c. Puerperium intermadial Yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6 – 8 minggu.5,6 3. Perubahan Fisiologis Masa Nifas a. Uterus Uterus berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil. Tabel 2.1. Perubahan Uterus Masa Nifas Involusi uteri Plasenta lahir Tinggi fundus Berat uterus Diameter uteri uterus Setinggi 100 gr 12.5 cm pusat Sumber : Suherni dkk 2013 Palpasi serviks Lembut /lunak b. Bekas implantasi plasenta Bagian implantasi plasenta merupakan suatu luka yang kasar dan menonjol ke dalam kavum uteri, segera setelah persalinan. Penonjolan tersebut, dengan diameter 7,5 cm, sering disangka sebagai suatu bagian plasenta yang tertinggal. Sesudah 2 minggu diameternya menjadi 3,5 cm dan pada 6 minggu telah mencapai 2,4 cm. c. Luka-luka perineum Bentuk luka perineum setelah melahirkan ada 2 macam yaitu rupture dan episiotomi. Bila terdapat luka pada perineum dan tidak dilakukan perawatan maka akan mengakibatkan infeksi, komplikasi dan kematian ibu post partum. 11 d. After pains atau mules-mules Adalah rasa sakit yang mencengkeram (kram) pada abdomen bagian bawah yang sering dijumpai pada hari ke-7 hingga ke-10 postnatal. e. Lochea Adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Macam-macam lochea : 1) Lochea rubra (cruenta) Ini berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua (desidua, yakni selaput lendir rahim dalam keadaan hamil, vernix caseosa (yakni palit bayi, zat seperti salep terdiri atas palit atau semacam noda dan sel-sel epitel, yang menyelimuti kulit janin), lanugo (yakni bulu halus pada anak yang baru lahir), dan meconium (yakni isi usus janin cukup bulan yang terdiri atas getah kelenjar usus dan air ketuban, berwarna hijau kehitaman), selama 2 hari pasca persalinan. 2) Lochea sanguinolenta Warnanya merah kuning berisi darah dan lendir. Ini terjadi pada hari ke 3 – 7 pasca persalinan. 3) Loche serosa Berwarna kuning dan cairan ini tidak berdarah lagi pada hari ke 7- 14 pasca persalinan. 12 4) Lochea alba Cairan putih yang terjadinya pada hari setelah 2 minggu. 5) Lochea purulenta Ini karena terjadi infeksi, keluar ciran seperti nanah berbau busuk.23 f. Servik Servik mengalami involusio bersama-sama uterus setelah persalinan. Muara servik yang berdilatasi 10 cm pada waktu persalinan menutup secara bertahap. Setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat dimasuki 2 – 3 jari tangan, pada minggu ke-6 post partum servik menutup. g. Ligamen - ligamen Ligamen fasia dan diafragma pelvis serta fasia yang meregang sewaktu kehamilan dan partus, setelah janin lahir, berangsur-angsur ciut kembali seperti sediakala. Tidak jarang ligamentum rotondum menjadi kendor yang mengakibatkan uterus jatuh ke belakang. 4. Kebutuhan Dasar Masa Nifas a. Gizi Nutrisi atau gizi adalah zat yang diperlukan oleh tubuh untuk keperluan metabolismenya. Kebutuhan gizi pada masa nifas terutama bila menyusu akan meningkat 25%, karena berguna untuk proses kesembuhan karena setelah melahirkan dan untuk memproduksi air susu yang cukup untuk menyehatkan bayi. Semua 13 itu akan meningkat beberapa kali dari kebutuhan biasa. Makanan yang harus dikonsumsi adalah porsi cukup dan teratur, tidak terlalu asin, pedas atau berlemak, tidak mengandung alkohol, nikotin serta bahan pengawet atau pewarna. Di samping itu makanan harus mengandung sumber tenaga (energi), sumber pembangun (protein), sumber pengatur dan pelindung (mineral, vitamin dan air).5,22 b. Mobilisasi Mobilisasi dini adalah kebijakan untuk selekas mungkin membimbing klien keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya selekas mungkin berjalan. c. Miksi atau berkemih Hendaknya harus dilakukan sendiri. Tidak jarang wanita tidak dapat kencing sendiri akibat pada partus muskulus sfingter vesika et uretra mengalami tekanan oleh kepala janin, sehingga fungsinya terganggu. Bila kandung kencing penuh dan wanita tersebut tidak dapat berkemih sendiri, sebaiknya dilakukan katerisasi dengan memperhatikan jangan sampai terjadi infeksi. d. Defekasi atau buang air besar Karena kerja usus cenderung melambat dan ibu yang baru melahirkan mudah mengalami konstipasi. e. Laktasi 14 Sesudah bayi lahir, disusul terjadi peristiwa penurunan kadar hormon estrogen. Penurunan kadar estrogen mendorong naiknya kadar prolaktin yang mendorong produksi ASI. Dengan naiknya kadar prolaktin tersebut, mulailah aktivitas produksi ASI berlangsung. Ketika bayi menyusu, mammae menstimulasi terjadinya produksi prolaktin yang terus-menerus secara berkesinambungan. Sekresi ASI berada di bawah pengaruh neuro endokrin. Rangsangan sentuhan pada payudara ketika bayi menghisap puting susu menyebabkan timbulnya rangsangan yang menyebabkan terjadinya produksi oksitosin. Oksitosin merangsang terjadinya kontraksi sel-sel mioepitel.6,20 f. Rawat gabung Perawatan dan bayi dalam satu ruangan bersama-sama sehingga ibu lebih banyak memperhatikan bayinya, segera dapat memberikan ASI, sehingga kelancaran ASI lebih terjamin. g. Kebersihan diri Mandi di tempat tidur dilakukan sampai ibu dapat mandi sendiri di kamar mandi, yang terutama dibersihkan atau puting susu dan mammae dilanjutkan perawatan perinium.7 1) Perawatan perineum 15 Apabila setelah buang air besar atau buang air kecil perineum dibersihkan secara rutin. Caranya dibersihkan dengan sabun yang lembut minimal sekali sehari sekali. 2) Perawatan payudara Kedua payudara harus sudah di rawat selama kehamilan, areola mammae dan puting susu dicuci teratur dengan sabun dan diberi minyak atau cream, agar tetap lemas, jangan sampai kelak mudah lecet atau pecah.8 h. Istirahat Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal antara lain memperlambat mengurangi proses jumlah involusio ASI uteri yang dan diproduksi, memperbanyak perdarahan, menyebabkan depresi dan ketidak mampuan untuk merawat bayi dan diri sendiri. i. Seksual Secara fisik aman untuk memulai melakukan hubungan suami istri begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri, aman untuk melakukan hubungan suami istri. j. Keluarga Berencana Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun sebelum ibu hamil kembali. Setiap pasangan harus menentukan sendiri kapan dan bagaimana mereka ingin merencanakan tentang 16 keluarganya. Petugas kesehatan dapat membantu merencanakan keluarganya dengan mengajarkan kepada mereka tentang cara mencegah kehamilan yang tidak di inginkan. 5. Tanda Bahaya Pada Masa Nifas Tanda bahaya pada nifas adalah sebagai berikut: a. Terlalu banyak darah yang keluar Untuk normalnya, darah yang keluar saat masa nifas adalah 500600 ml per 24 jam setelah bayi dilahirkan. Lebih dari perdarahan haid atau bila memerukan penggantian pembalut 2x dalam 30 menit b. Sakit kepala berlebih disertai mual sering dengan keluarnya darah setelah melahirkan hal ini wajar karena kurangnya sel darah merah. c. Pembekakan di wajah atau tangan. Pembekakan ini tidak hanya muncul pada wajah saja, namun pada bagian kaki dan tangan sehingga membuat ibu yang baru saja melahirkan susah berjalan. Gejala pembengkakan pada kaki biasanya diawali dengan munculnya varises. d. Suhu tubuh yang mengalami peningkatan Setelah persalinan suhu tubuh khususnya pada ibu hamil tidak bisa diprediksi, hal ini dikarenakan daya tahan tubuh setiap orang berbeda-beda. Suhu tubuh ntuk ibu melahirkan umumnya 37,38 derajat celcius. Hal ini hanya akan berlangsung selama 1 sampai 3 hari saja.9,20 17 6. Tujuan Asuhan Masa Nifas Tujuan masa nifas adalah sebagai berikut: a. Mencegah infeksi. b. Meningkatkan penyembuhan jaringan. c. Meningkatkan involusi uterus dan kenyamanan. d. Meningkatkan istirahat, aktivitas dan keamanan serta mencegah komplikasi dari imobilisasi. e. Meningkatkan asupan makanan dan cairan adekuat. f. Meningkatkan pembentukan laktasi. g. Meningkatkan pola eliminasi normal. h. Mendorong untuk mempertahankan kesehatan melalui penggunaan sumber-sumber kesehatan yang ada di masyarakat. i. Memenuhi kebutuhan belajar ibu: kebersihan diri, perawatan perineal, perawatan payudara, parenting, latihan peregangan otot, hubungan seksual dan kontrasepsi. j. Meningkatkan rasa percaya diri dan gambaran tubuh, serta penurunan stres.20 7. Anatomi Payudara Payudara perempuan memiliki tiga unsur, yaitu: kelenjar susu, aliran susu dan jaringan penunjang yang mengikat kelenjar-kelenjar susu. Pada masa remaja, payudara terdiri dari saluran-saluran susu. Dengan bertambahnya usia, kelenjar susu akan bertambah. Kelenjar susu 18 mencapai jumlah terbanyak saat hamil dan menyusui, karena kelenjar tersebut digunakan untuk memproduksi air susu. Ada empat macam bentuk puting, yaitu bentuk yang normal/umum, pendek/datar, panjang dan terbenam (inverted). Namun bentuk-bentuk puting ini tidak berpengaruh pada proses laktasi, yang penting adalah membawa puting susu dan areolla mammae dapat ditarik dan membentuk tonjolan ke dalam mulut bayi.11,14 8. Fisiologis Laktasi Pemberian ASI bergantung pada empat macam proses, yaitu: a. Proses pengembangan jaringan penghasilan ASI dalam payudara. Proses ini dicapai dalam kehamilan dengan adanya rangsangan pada jaringan kelenjar serta saluran payudara oleh hormon-hormon plasenta yaitu hormon estrogen, progesteron dan hormon laktogenik plasenta. b. Proses yang memicu produksi ASI setelah melahirkan Penurunan produksi hormon akan terjadi dengan cepat setelah plasenta dilahirkan. Hormon hipofise anterior yaitu prolaktin yang terjadi dihambat oleh kadar estrogen dan progesteron yang tinggi dalam darah, kini dilepaskan. Prolaktin akan mengaktifkan sel-sel kelenjar payudara untuk memproduksi ASI. Dalam waktu 1 – 2 hari setelah bayi dilahirkan produksi ASI sudah dimulai. c. Proses untuk mempertahankan produksi ASI 19 Produksi ini bergantung pada oksitosin yang dilepaskan dari kelenjar hipofise posterior sebagai reaksi terhadap pengisapan puting. Oksitosin mengelilingi mempengaruhi alveoli mammae sel-sel sehingga mioepitelial alveoli yang tersebut berkontraksi dan mengeluarkan air susu yang sudah disekresikan oleh kelenjar mammae. d. Proses sekresi ASI (refleks let down) Proses ini terjadi oleh karena refleks neurogenik yang menstimulasi pelepasan oksitosin, juga bisa disebabkan oleh faktor-faktor yang murni dari kejiwaan, seperti mendengar tangis bayi, berpikir tentang bayinya, atau bahkan berpikir tentang pemberian ASI sendiri. Ibu yang menyusui akan mengalami refleks let down sekitar 30 – 60 menit setelah bayi mulai menyusu. Begitu produksi ASI sudah terjadi dengan baik, pengosongan sakus alveolus mammae yang teratur akan mempertahankan produksi ASI.12,15 9. Masalah yang sering muncul dalam masa menyusui Masalah yang sering muncul dalam masa menyusui, antara lain: a. Puting susu lecet Adalah keadaan dimana puting susu terjadi perlukaan karena teknik menyusui yang salah, terlihat merah pada puting dan sakit saat disusukan. 1) Penyebab 20 a) Kesalahan dalam teknik menyusui b) Sariawan mulut bayi yang menular pada puting susu ibu. c) Puting susu pendek, sehingga bayi sulit menghisap. 2) Penatalaksanaan a) Menyusukan pada puting susu yang normal dulu yang lecet lebih sedikit. b) Bekas ASI tidak perlu dibersihkan, cukup dianginanginkan. c) Jangan menggunakan sabun, alkohol, krim atau zat iritan lain untuk membersihkan puting susu. d) Pada puting susu biasakan dibubuhkan minyak baby oil atau minyak kelapa yang telah dimasak. b. Saluran susu tersumbat Adalah keadaan Air Susu mengental hingga menghambat lumen saluran hal ini disebabkan karena ASI tidak segera disusukan dan puting susu kotor, pada payudara terasa nyeri dan lunak pada perabaan biasanya terjadi pada hari pertama sampai kedua setelah melahirkan. Saluran tersumbat biasanya mengakibatkan benjolan lokal di salah satu bagian payudara, sementara bagian yang lain tidak. Cara mengatasinya dengan selalu berusaha menyusukan ASI hingga payudara kosong. Massage-lah benjolan akibat penyumbatan ASI tersebut. Kemudian kompres dengan handuk 21 yang telah direndam air hangat, selanjutnya kompres payudara dengan handuk yang telah direndam air dingin. Lakukan terus hingga benjolan hilang. 1) Penyebab : a) Tekanan jari ibu waktu menyusui. b) Posisi dan teknik yang salah sewaktu menyusui. c) Tidak pernah disusukan, stress dan kelelahan. d) Pemakaian BH yang kuat. 2) Penatalaksanaan : a) Merubah posisi menyusui. b) Mengkompres dengan air panas dan dingin secara bergantian. c) Rasa nyeri dapat dilakukan dengan massage. c. Bendungan Air Susu Ibu Bendungan ASI disebabkan karena menyusui yang tidak kontinyu, sehingga sisa ASI terkumpul pada daerah duktus. Hal ini dapat terjadi pada hari ke tiga setelah melahirkan. Selain itu, penggunaan bra yang ketat serta keadaan puting susu yang tidak bersih dapat menyebabkan sumbatan pada duktus. Untuk mempelancara bendungan asi dengan cara kompres hangat/panas untuk mengurangi rasa sakit dengan 5 menit, pijat ringan pada payudara yang membengkak, gunakan pemakaian BH yang dapat menyokong payudara.17,21 22 d. Mastitis Mastitis (radang pada payudara) adalah infeksi jairngan payudara yang disebabkan oleh bakteri. Gejala pada mastitis adalah payudara menjadi merah, bengkak, terkadang diikuti rasa nyeri dan panas serta suhu tubuh yang meningkat. Mastitis terjadi pada 1-3 minggu setelah melahirkan yang diakibat kan oleh sumbatan saluran susu yang berlanjut keadaan ini kurangnta ASI dihisap atau dikeluarkna, dapat juga karena penggunaan bra yang ketat, serta pengeluran ASI yang kurang baik, serta kebiasan menekan payudara dengan jari. Pengobatan Mastitis bisa dilakukan dnegan pengompresan hangat dan oemijatan selamata 30 menit, lakukan rangsangan oksitosin, dimulai pada payudara yang tidak sakit yaitu stimulasi puting susu, pijat leher punggung jika masih nyeri bisa dnegan pemberian antibiotik: flucloxacilin atau eryttromycin selama 7 – 10 hari istirahat total dan obat untuk penghilang rasa nyeri jika menjadi abses sebaiknya tidak disusukan karena mungkin perlu tindakan bedah. e. Abses payudara Abses disebabkan karena meluasnya peradangan dalam payudara merupakan komplikasi dari mastitis. Bila terdapat daerah payudara teraba keras , merah dan tegang walaupun ibu telah diterapi, maka kita harus pikirkan kemungkinan terjadinya abses. Kurang lebih 3% dari kejadian mastitis berlanjut menjadi abses. 23 Pemeriksaan USG payudara diperlukan untuk mengidentifikasi adanya cairan yang terkumpul. Cairan ini dapat dikeluarkan dengan aspirasi jarum halus yang berfungsi sebagai diagnostik sekaligus terapi, bahkan mungkin diperlukan aspirasi jarum secara serial. Pada abses yang sangat besar terkadang diperlukan tindakan bedah. Selama tindakan ini dilakukan ibu harus mendapat antibiotik. ASI dari sekitar tempat abses juga perlu dikultur agar antibiotik yang diberikan sesuai dengan jenis kumannya.5,11 B. Pengertian Laktasi Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI diproduksi, di sekresi, dan pengeluaran ASI sampai pada proses bayi menghisap dan menelan ASI. 1. Pengaruh Hormonal Proses laktasi tidak terlepas dari pengaruh hormonal, adapun hormon-hormon yang berperan adalah : a. Progesteron, berfungsi mempengaruhi pertumbuhan dan ukuran alveoli. Tingkat progesteron dan estrogen menurun sesaat setelah melahirkan. Hal ini menstimulasi produksi secara besar-besaran. b. Estrogen, berfungsi menstimulasi sistem saluran ASI untuk membesar. Tingkat estrogen menurun saat melahirkan dan tetap rendah untuk beberapa bulan selama tetap menyusui. Sebaiknya ibu menyusui menghindari KB hormonal berbasis hormon estrogen, karena dapat mengurangi jumlah produksi ASI. 24 c. Follicle stimulating hormone (FSH) d. Luteinizing hormone (LH) e. Prolaktin, berperan dalam membesarnya alveoil dalam kehamilan. f. Oksitosin, berfungsi mengencangkan otot halus dalam rahim pada saat melahirkan dan setelahnya, seperti halnya juga dalam orgasme. Selain itu, pasca melahirkan, oksitosin juga mengencangkan otot halus di sekitar alveoli untuk memeras ASI menuju saluran susu. Oksitosin berperan dalam proses turunnya susu let-down/ milk ejection reflex. g. Human placental lactogen (HPL): Sejak bulan kedua kehamilan, plasenta mengeluarkan banyak HPL, yang berperan dalam pertumbuhan payudara, puting, dan areola sebelum melahirkan. Pada bulan kelima dan keenam kehamilan, payudara siap memproduksi ASI. Namun, ASI bisa juga diproduksi tanpa kehamilan (induced lactation). 2. Proses Pembentukan Laktogen Proses pembentukan laktogen melalui tahapan-tahapan berikut: a. Laktogenesis I Merupakan fase penambahan dan pembesaran lobulus-alveolus. Terjadi pada fase terakhir kehamilan. Pada fase ini, payudara memproduksi kolostrum, yaitu berupa cairan kental kekuningan dan tingkat progesteron tinggi sehingga mencegah produksi ASI. Pengeluaran kolustrum pada saat hamil atau sebelum bayi lahir, tidak menjadikan masalah medis. Hal ini juga bukan merupakan indikasi sedikit atau banyaknya produksi ASI. 25 b. Laktogenesis II Pengeluaran plasenta saat melahirkan menyebabkan menurunnya kadar hormon progesteron, esterogen dan HPL. Akan tetapi kadar hormon prolaktin tetap tinggi. Hal ini menyebabkan produksi ASI besar-besaran. Apabila payudara dirangsang, level prolaktin dalam darah meningkat, memuncak dalam periode 45 menit, dan kemudian kembali ke level sebelum rangsangan tiga jam kemudian. Keluarnya hormon prolaktin menstimulasi sel di dalam alveoli untuk memproduksi ASI, dan hormon ini juga keluar dalam ASI itu sendiri. Penelitian mengemukakan bahwa level prolaktin dalam susu lebih tinggi apabila produksi ASI lebih banyak, yaitu sekitar pukul 2 pagi hingga 6 pagi, namun level prolaktin rendah saat payudara terasa penuh. Hormon lainnya, seperti insulin, tiroksin, dan kortisol, juga terdapat dalam proses ini, namun peran hormon tersebut belum diketahui. Penanda biokimiawi mengindikasikan bahwa proses laktogenesis II dimulai sekitar 30-40 jam setelah melahirkan, tetapi biasanya para ibu baru merasakan payudara penuh sekitar 50-73 jam (2-3 hari) setelah melahirkan. Artinya, memang produksi ASI sebenarnya tidak langsung keluar setelah melahirkan.19 Kolostrum dikonsumsi bayi sebelum ASI sebenarnya. Kolostrum mengandung sel darah putih dan antibodi yang tinggi daripada ASI sebenarnya, khususnya tinggi dalam level immunoglobulin A (IgA), yang 26 membantu melapisi usus bayi yang masih rentan dan mencegah kuman memasuki bayi. IgA ini juga mencegah alergi makanan. Dalam dua minggu pertama setelah melahirkan, kolostrum pelan pelan hilang dan tergantikan oleh ASI sebenarnya.21 c. Laktogenesis III Sistem kontrol hormon endokrin mengatur produksi ASI selama kehamilan dan beberapa hari pertama setelah melahirkan. Ketika produksi ASI mulai stabil, sistem kontrol autokrin dimulai. Pada tahap ini, apabila ASI banyak dikeluarkan, payudara akan memproduksi ASI banyak. Penelitian berkesimpulan bahwa apabila payudara dikosongkan secara menyeluruh juga akan meningkatkan taraf produksi ASI. Dengan demikian, produksi ASI sangat dipengaruhi seberapa sering dan seberapa baik bayi menghisap, dan juga seberapa sering payudara dikosongkan. Salah satu produksi ASI yang rendah adalah akibat dari: a. Kurang sering menyusui atau memerah payudara b. Apabila bayi tidak bisa menghisap ASI secara efektif, antara lain akibat: struktur mulut dan rahang yang kurang baik; teknik perlekatan yang salah. c. Kelainan endokrin ibu (jarang terjadi) d. Jaringan payudara hipoplastik e. Kelainan metabolisme atau pencernaan bayi, sehingga tidak dapat mencerna ASI f. Kurangnya gizi ibu 27 C. Bendungan ASI 1. Pengertian Bendungan air susu ibu adalah keadaan payudara yang odema, sakit, puting susu kencang, kulit mengkilat walaupun tidak merah dan bila diperiksa asi tidak keluar, badan bisa demam dalam 24 jam.21 Bendungan air susu ibu adalah kejadian dimana terjadinya sumbatan duktus yang diperkirakan akibat hambatan aliran air susu karena tekanan internal dan eksternal, misalnya: pembesaran, BH, dan baju yang ketat.18 Bendungan ASI terjadi pada saat 2-5 hari masa nifas dikarenakan payudara kotor, ASI tidak disusukan dengan adekuat dan kelainan puting susu.26 2. Gambaran klinis Selama 24 jam hingga 48 jam pertama sesudah terlihatnya sekresi lakteral, payudara sering mengalami distensi menjadi keras dan berbenjol-benjol. Keadaan ini yang disebut bendungan air susu atau “caked breast”, sering menyebabkan rasa nyeri yang cukup hebat dan bisa disertai dengan kenaikan suhu. Kelainan tersebut menggambarkan aliran darah vena normal yang berlebihan dan penggembungan limfatik dalam payudara, yang merupakan prekusor regular untuk terjadinya laktasi.19 3. Penyebab Bendungan Air Susu Penyebab bendungan air susu ibu, ialah: 28 a. Posisi mulut bayi dan puting susu ibu salah. b. Produksi ASI berlebihan. c. Terlambatnya dalam menyusui. d. Pengeluaran ASI yang jarang. e. Waktu menyusui yang terbatas.20 Sedangkan, penyebab bendungan air susu ibu adalah: a. Terjadi pembesaran pada payudara. b. Pemakaian BH dan baju yang ketat.25 4. Tanda dan gejala a. Ibu dengan bendungan ASI mempunyai tanda dan gejala sebagai berikut: 1) Mammae panas serta keras pada perabaan. 2) Payudara terasa nyeri. 3) Suhu badan tidak naik. b. Ibu dengan bendungan ASI mempunyai tanda dan gejala sebagai berikut: 1) Terjadi oedema pada payudara dan puting susu kencang dan timbul rasa nyeri dan sakit. 2) Bila diperas atau dihisap tidak keluar. 3) Dapat terjadi demam setelah 24 jam.6 5. Penanganan bendungan ASI a. Ada bayi hidup: 1) Keluarkan ASI secara manual/ASI tetap diberikan pada bayi. 29 2) Menyangga payudara dengan BH yang menyokong. 3) Kompres dengan kantong es (kalau perlu). 4) Melakukan perawatan Payudara 5) Pemberian analgetik atau kodein 60 mg per oral.23 b. Cara untuk penatalaksanaan pada bendungan ASI karena bayi meninggal: 1) Pengosongan isi payudara dengan tangan (memerah). 2) Pengosongan dengan pompa payudara. 3) Pembalutan mamae dengan kapas atau handuk kering 4) berikan obat estrogen untuk supresi seperti tablet lynoral dan parlodel. 5) Pakai BH yang menyokong.26 c. Penanganan bendungan air susu ibu dengan bayi hidup, yaitu: 1) Mulai menyusui bayi dari sisi yang tersumbat terlebih dahulu. 2) Menyusui bayi dengan dagunya berada di dekat benjolan, sehingga rahang bawahnya bisa memijat benjolan dengan lebih efektif. 3) Menggunakan gaya tarik bumi untuk membantu aliran susu dengan baringkan bayi terlentang dan biarkan payudara yang mengalami sumbatan menggantung diatasnya. 4) Memijat payudara dengan lembut. 5) Kehangatan bisa membantu aliran susu. 30 6) Menggunakan sisir bergigi lebar yang dilumas dengan sabun atau minyak bayi dan tekanan yang tegas tapi lembut, usaplah payudara di atas benjolan ke arah puting. 7) Keluarkan sedikit air susu setelah menyusui, jika masih terasa adanya benjolan pada payudara.23 D. Perawatan Payudara 1. Pengertian Perawatan payudara adalah suatu cara yang dilakukan untuk merawat payudara agar air susu keluar dengan lancar dan biasanya dilakukan 1 – 2 kali sehari.18 2. Tujuan Perawatan Payudara pasca persalinan merupakan kelanjutan perawatan payudara semasa hamil, yang mempunyai tujuan sebagai berikut : a. Untuk menjaga kebersihan payudara sehingga terhindar dari infeksi b. Untuk mengenyalkan puting susu, supaya tidak mudah lecet c. Untuk menonjolkan puting susu d. Menjaga bentuk buah dada tetap bagus e. Untuk mencegah terjadinya penyumbatan f. Untuk memperbanyak produksi ASI g. Untuk mengetahui adanya kelainan.6 31 Perawatan payudara pasca persalinan dimulai sedini mungkin yaitu 1 – 3 hari sesudah bayi dilahirkan. Hal itu dilakukan 2 kali sehari. 3. Manfaat Pelaksanaan Perawatan Payudara a. Menjaga kebersihan payudara, terutama kebesihan puting susu agar terhindar dari infeksi. b. Melunakkan serta memperbaiki bentuk puting susu sehingga bayi dapat menyusu dengan baik. c. Merangsang kelenjar-kelenjar air susu sehingga produksi asi lancar. d. Mengetahui secara dini kelainan puting susu dan melakukan usahausaha untuk mengatasinya. e. Persiapan psikis ibu menyusui.6 4. Cara Perawatan Payudara Setelah melahirkan atau pada ibu post partum, payudara perlu dirawat dengan cara di urut. Tindakan ini bisa memelihara kebersihan payudara, memperlancar keluarnya ASI dan juga mencegah masalahmasalah pada payudara. Pengurutan sebaiknya dilakukan setelah melahirkan sebanyak 1 kali sehari. Agar hasilnya baik, dilakukan pengurutan secara sistematis dan teratur, disertai perawatan tubuh secara umum seperti cukup makan makanan bergizi, menjaga hygiene dan cukup istirahat. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan perawatan payudara pasca persalinan, yaitu: 32 a. Puting susu dikompres dengan kapas minyak selama 3-4 menit, kemudian bersihkan dengan kapas minyak tadi. b. Pengenyalan yaitu puting susu dipegang dengan ibu jari dan jari telunjuk diputar kedalam 20 kali keluar 20 kali. c. Penonjolan puting susu yaitu : 1) Puting susu cukup ditarik sebanyak 20 kali 2) Dirangsang dengan menggunakan ujung waslap 3) Memakai pompa puting susu d. Pengurutan payudara 1) Telapak tangan petugas diberi baby oil kemudian diratakan 2) Peganglah payudara lalu diurut dari pangkal ke puting susu sebanyak 20 kali 3) Pijatlah puting susu pada daerah areola mammae untuk mengeluarkan colostrums. 4) Bersihkan payudara dengan air bersih memakai waslap. Cara perawatan payudara Sumber: (Marmi, 2012). 33 Gambar 2.1. Pengurutan buah dada dari tengah ke samping kemudian ke bawah Gambar 2.2. Pengurutan buah dada berputar dari tengah ke samping kemudian ke bawah Gambar 2.3. Pengurutan buah dada berputar dari tengah ke samping kemudian ke bawah 34 Gambar 2.4. Pengurutan buah dada dari pangkal ke puting. Cara perawatan payudara Sumber SOP Puskesmas. 1. Memberikan ibu tindakan yang akan dilakukan 2. mempersiapkan alat 3. mempersilahkan ibu duduk pada kursi yang disediakan 4. informed concent 5. mencuci tangan dengan sabun dan air mnegalir 6. membuka pakaian atas dan bra (BH) ibu. 35 7. Memasang handuk dengan posisi melintang dibawah payudara ibu. 8. Membersihkan puting susu dengan menggunakan kapas yang bersih kemudian mengeringkannya 9. Licinkan kedua telapak tangan dengan minyak 10. Tempatkan kedua telapak tangan dengan minyak 11. Payudara diurut dari bagian tengah ke atas melingkar selanjutnya menuju arah bawah, lalu ke atas dan diangkat kemudian dilepaskan, diangkat selama 5 menit 12. Tangan kiri menyongkong payudara kearah putting 30 kali (5 menit untuk setiap payudara) 13. Kolaborasi dengan pijat oksitosin, kompres hangat dan pemijatan selama, rangsangan oksitosin dimulai pada payudara yang tidak sakit yaitu stimulasi putting susu, pijat leher lakukan kurang lebih 3-5 menit. 14. Gunakan 2 kepalan tangan, ibu jari menunjuk ke depan 15. Tekan kuat membentuk gerakkan melingkar-lingkar 16. Pijat hingga sebatas tali bra 17. Payudara dibersihkan dan dikeringkan 18. Pakai brah (BH) yang menopang payudara 19. Membersihkan semua alat 20. Mencuci tangan 21. Mendokumentasi dan melakukan intervensi yang sesuai. 36 e. Perangsangan Payudara Setelah selesai pengurutan, payudara disiram dengan air hangat dan dingin secara bergantian selama ± 5 menit (air hangat dahulu kemudian air dingin). Kemudian pakailah BH (kutang) yang menyangga payudara. Diharapkan dengan melakukan perawatan payudara, baik sebelum maupun sesudah melahirkan, proses laktasi dapat berlangsung dengan sempurna. Langkah-langkah pengurutan payudara adalah sebagai berikut: 1) Cuci tangan sebelum massase payudara. 2) Tuangkan minyak ke kedua telapak tangan secukupnya. 3) Lakukan friction Sokong payudara kiri dengan tangan kiri. Lakukan gerakan kecil dengan dua atau tiga jari tangan kanan, mulai dari pangkal payudara dan berakhir dengan gerakan spiral pada daerah puting susu. Lakukan juga pada payudara kanan. 4) Selanjutnya lakukan gerakan memutar sambil menekan dari pangkal payudara dan berakhir pada puting susu di seluruh bagian payudara. Lakukan gerakan secara bergantian. 5) Lakukan massase Letakkan kedua telapak tangan diantara kedua payudara. Urutlah dari tengah ke atas sambil mengangkat kedua payudara dan lepaskan keduanya perlahan. Lakukan gerakan ini 20 – 30 kali. 37 6) Sangga payudara dengan satu tangan, sedangkan tangan lain mengurut payudara dengan sisi kelingking dari arah pangkal payudara ke arah puting susu. Lakukan gerakan ini 20 – 30 kali. Setelah itu letakkan satu tangan di sebelah atas dan satu lagi bawah payudara. Luncurkan kedua tangan secara bersamaan ke arah puting susu dengan cara memutar tangan. Ulangi gerakan ini sampai semua bagian payudara terkena urutan. 7) Pengompresan Pengompresan menggunakan air hangat dan air dingin serta 2 buah waslap. Cara: setelah pengurutan dilakukan, kompres kedua payudara dengan waslap hangat selama 2 menit, kemudian diganti dengan kompres dingin selama 1 menit. Kompres dilakukan 3 kali berturut-turut dan diakhiri dengan kompres hangat.6 5. Teknik pengosongan payudara Pengosongan payudara perlu dilakukan agar payudara tidak terasa penuh untuk mengurangi bendungan ASI serta memperlancar produksi ASI. Pengosongan payudara atau pengeluaran ASI dapat dilakukan dengan dua cara: a. Pengeluaran ASI dengan tangan 1) Tangan dicuci sampai bersih 2) Siapkan cangkir/gelas bertutup yang telah dicuci dengan air mendidih. 38 3) Payudara di kompres dengan kain handuk yang hangat dan di massase dengan kedua telapak tangan dari pangkal ke arah areolla mammae, ulangi pemijatan ini pada sekitar payudara secara merata. 4) Dengan ibu jari di sekitar aerolla mammae bagian atas dan jari telunjuk pada sisi yang lain, lalu daerah payudara di tekan ke arah dada. 5) Daerah aerolla mammae diperas dengan ibu jari dan jari telunjuk, jangan memijat/menekan puting karena dapat menyebabkan rasa nyeri/lecet. 6) Ulangi tekan – peras – lepas – tekan – peras – lepas, pada mulanya ASI tidak keluar, setelah beberapa kali maka ASI akan keluar. 7) Gerakan ini diulang pada sekitar areola mammae dari semua sisi, agar yakin bahwa ASI telah diperas dari semua segmen payudara. b. Pengeluaran ASI dengan pompa Bila payudara terbendung dan puting terasa nyeri, maka akan lebih baik bila ASI dikeluarkan dengan pompa payudara. Pompa dapat digunakan bila ASI benar-benar sudah penuh, tetapi ada payudara yang lunak akan lebih sukar. Cara pengeluaan ASI dengan pompa payudara: 1) Tekan bola karet untuk mengeluarkan udara. 39 2) Ujung leher tabung diletakkan pada payudara dengan puting susu tepat di tengah dan tabung benar-benar melekat pada kulit. 3) Bola karet di lepas, sehingga puting susu dan areola mammae tertarik ke dalam. 4) Tekan dan lepas beberapa kali, sehingga ASI akan keluar dan terkumpul pada lekukan penampung pada sisi tabung. 40 E. Kerangka Teori Bagan 2.1 Kerangka Teori Penelitian Faktor- faktor yang mengakibatkan bendungan ASI : Posisi mulut bayi puting susu ibu salah. dan Asi lancar payudara normal Produksi ASI berlebihan. Pengeluaran ASI yang jarang Perawatan Payudara Terlambat dalam menyusui Asi tersedia Waktu menyusui yang terbatas Ciri-ciri Payudara bengkak Payudara merah Payudara nyeri Keterangan : : diteliti : tidak diteliti Sumber : (Retna, 2016), (Marmi, 2012), 41 F. Kerangka Konsep Bagan 2.2 Kerangka Konsep Penelitian Variabel Independen Variabel Dependen Kejadian bendungan ASI Perawatan payudara G. Hipotesis Penelitian Hipotesis dari penelitian ini yaitu : “Ada pengaruh perawatan payudara terhadap kejadian bendungan ASI pada ibu post partum di pbm wilayah paduraksa pemalang.” Ha :Ada pengaruh perawatan payudara terhadap kejadian bendungan ASI pada ibu post partum sesudah dilakukan perawatan payudara. H. Variabel Penelitian Penelitian tentang pengaruh perawatan payudara terhadap kejadian bendungan asi pada ibu post partum di pbm wilayah paduraksa pemalang, menggunakan variable dependen independen (variabel bebas). 42 (variable terikat) dan variabel 1. Variabel dependen Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau akibat dari variabel independen. Dalam penelitian ini yang merupakan variabel dependen adalah Bendungan asi. 2. Variabel independen Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen. Dalam penelitian ini yang merupakan variabel independen adalah Perawatan payudara. 43 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Penelitian ini adalah Quasi Experiment (eksperimen semu) dengan rancangan two group pre test- post test design yaitu kelompok subyek di observasi sebelum dilakukan perlakuan berupa pengukuran bendungan ASI, kemudian diintervensi dengan dilakukan perawatan payudara menurut Standar Operasional Prosedur menerut buku Marmi, S,ST. (2012) pada kelompok intervensi kemudian pada kelompok kontrol dilakukan perawatan payudara menurut Standart Operasional Prosedur Puskesmas Kota Pemalang. Rancangan penelitian adalah sebagain berikut : Tabel 3.1 Desain Quasy Experiment (Two Group Pre-test and Post-test) Kelompok Intervensi Kontrol Pre-test O1 O3 Perlakuan X1 X2 Post-test O2 O4 Keterangan : O1 :Pengukuran kejadian bendungan ASI pada ibu post partum sebelum perawatan payudara pada kelompok intervensi di hari pertama 44 X1 :Perawatan payudara berdasarkan buku Marmi 2012 pada hari kedua. O2 :Pengukuran kejadian bendungan ASI pada ibu post partum sesudah perawatan payudara pada kelompok interview di hari ke empat. O3 :Pengukuran kejadian bendungan ASI pada ibu post partum sebelum perawatan payudara pada kelompok kontrol di hari pertama. X2 :Perawatan payudara menurut Standar Operasional Prosedur Puskesmas Pemalang pada hari kedua dan ketiga. O4 :Pengukuran kejadian bendungan ASI pada ibu post partum sesudah perawatan payudara pada kelompok kontrol di hari keempat. B. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Tempat Penelitian Tempat penelitian ini dilakukan di PMB Listyani Amd, Keb. Dan PMB Retno Utami Amd, Keb. Alasan dipilihnya tempat ini karena di Wilayah Pemalang banyak ibu post partum yang tidak melakukan perawatan payudara, dan belum ada yang pernah meneliti perawatan payudara di tempat Wilayah Pemalang. 2. Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Februari 2018. 45 C. Definisi Operasional Tabel 3.2 Definisi Operasional No 1. 2. Variabel Definisi Operasional Variabel Adalah suatu cara yang independen : dilakuan untuk merawat payudara agar air susu Perawatan keluar dengan lancar Payudara dilakukan ibu post partum hari kedua dan ketiga yang dilakukan dua kali sehari pagi dan sore. Variabel Keadaan payudara dependen : oedema, sakit puting Bendungan susu kencang, kulit mengkilat walaupun ida ASI merah, ASI tidak keluar, terjadi pada hari ke tiga post partum Alat & cara ukur Hasil Ukur Skala Ukur SOP perawatan payudara - - Lembar observasi Skor 1-11 Rasio D. Populasi, Sampel dan Tehnik Sampling 1. Populasi Populasi merupakan seluruh subjek atau objek dengan karakteristik tertentu yang akan diteliti. Populasi yang akan diambil dalam penelitian ini adalah ibu post partum pada bulan Februari 2018. 2. Sampel Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi14. Penentuan besarnya 46 sampel yang diambil oleh peneliti menggunakan rumus issac, sebagai berikut : Keterangan : s = Jumlah sampel N = Jumlah populasi = Chi kuadrat, dengan dk = 1, taraf kesalahan 1%, 5% & 10% d = 0,05 P = Q = 0,5 Jumlah populasi ibu bersalin pada bulan november-desember adalah 34 orang. = 29,18 dibulatkan menjadi 30 orang. Jumlah sampel ditambah 10% jadi 34 dibagi 2 kelompok yaitu 17 kelompok intevensi dan 17 kelompok kontrol. Jumlah dengan karakteristik pengambilan sampel dari anggota populasi berdasarkan inklusi dan eksklusi sebagai berikut : Kriteria inklusi merupakan batasan ciri atau karakter umum pada subjek peneliti, dikurangi karakter yang masuk kriteria eksklusi. Pertimbangan 47 ilmiah menjadi pedoman dalam menentukan kriteria inklusi.19,21 Adapun kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah: a. Ibu post partum yang mengalami bendungan asi di PMB Listyani Amd, Keb dan Retno Utami Amd,Keb wilayah paduraksa Pemalang. b. Semua ibu post partum pada hari kedua dan ketiga yang menyusui bayinya. c. Ibu post partum yang bersedia dilakukan perawatan payudara dua kali dalam sehari. d. Bentuk puting ibu normal. e. Ibu tidak sedang mengkonsumsi obat-obatan yang memperlancar pengeluaran ASI. f. Ibu yang tidak memberikan susu formula pada bayinya g. Ibu yang tidak melakukan perawatan payudara rutin selama hamil h. Usia kehamilan antara 37-42 minggu. i. Bayi lahir hidup. Kriteria eksklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian tidak dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel peneliti. Kriteria eksklusi harus dikeluarkan dari penelitian karena berbagai sebab yang dapat mempengaruhi hasil penelitian sehingga menjadi bias.1,25 Adapun kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah: 48 a. Semua ibu post partum yang melahirkan dengan tindakan atau persalinan dengan komplikasi (vacum/SC). b. Ibu mengalami demam tinggi. c. Payudara mengalami kelainan: mastitis, Ca mamae, gangguan integritas kulit di bagian payudara. 3. Teknik sampling Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah non probality sampling dengan purposive sampling. Teknik purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi.8 E. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian yang digunakan dalam perawatan payudara untuk kelompok intervensi dikutip menurut Standar Operasional Prosedur buku Marmi 2012 dan perawatan payudara untuk kelompok kontrol dikutip menurut Standar Operasional Prosedur Puskesmas Kota Pemalang. Lembar observasi berisi tentang identitas responden yang meliputi : nomor reponden, nama reponden, enumerator, serta hari dan tanggal untuk kelompok intervensi maupun kelompok kontrol sebelum perawatan payudara. 49 F. Teknik Pengumpulan Data 1. Pengumpulan Data a. Data primer Pengumpulan data primer yaotu dengan menggunakan lembar observasi sebagai subjek penelitian pada klien yang menjadi objek penelitian yang diperoleh melalui observasi berdasarkan lembar observasi yang telah disusun. Data primer merupakan sumber data yang diperoleh langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara). Data primer dapat berupa opini subjek (orang) secara individual atau kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda (fisik). Kejadian atau kegiatan, dan hasil pegujian. Metode yang dipergunakan dalam pengumpulan data primer dengan observasi. b. Data sekunder Pengumpulan data sekunder yaitu data diperoleh dari data dan arsip tentang ibu post partum yang ada di PMB Listyani dan PMB Retno utami kota pemalang. Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara atau dicatat oleh pihak lain. Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan histori yang telah tersusun dalam arsip (data dokumentasi) yang dipublikasikan dan yang tidak di publikasikan. Pencarian data sekunder dilakukan oleh peneliti sendiri secara manual. Peneliti mengumpulkan data yang berasal dari dokumen asli, dokumen 50 tersebut berupa data ibu bersalin dan data perawatan payudara yang dicatat bidan di ruangan bersalin di PMB Listyani dan PMB Retno. Apabila sampel telah dilakukan perlakuan, setelah melahirkan responden yang diperiksa menggunakan perawatan payudara dan kejadian bendungan asi serta dicatat pada lembar observasi. Apabila sampel dimasukkan ke dalam kelompok perlakuan, setelah melahirkan responden diperiksa keadaan payudaranya dan kejadian bendungan asinya serta dicatat pada lembar observasi. 2. Prosedur pengumpulan data pada penelitain ini adalah : a. Tahap persiapan Peneliti mempersiapkan meteri dan konsep yang mendukung penelitan. Peneliti menyusun proposal penelitian yang terlebih dahulu dikonsultasikan kepada pembimbing I dan II. Peneliti mengajukan surat permohonan dari STIKES Karya Husada Semarang untuk melakukan studi pendahuluan, kemudian peneliti meminta ijin kepada PMB yang akan diteliti untuk mengambil data sampel. Peneliti menyerahkan surat ijin penelitian kepada PMB yang akan diteliti di wilayah kota pemalang yang kemudian di lanjutkan meminta data ibu post partum tahun 2016. Untuk melihat jumlah pasien yang akan dijadikan responden. 51 Melakukan studi pendahuluan di PMB Listyani dan PMB Retno. b. Tahap pelaksanaan Kegiatan dalam tahap ini adalah penelitian dan pengumpulan data dilaksanakan setelah mendapatkan ijin penelitian dari pihak kampus. Kemudian proses ijin penelitian PMB untuk mendapatkan ijin dari pihak yang bersangkutan. Memberikan penjelasan kepada PMB Listyani dari pihak PMB mengenai prosedur, maksud dan tujuan penelitian yang akan dilakukan. Peneliti mengajukan lembar persetujuan menjadi responden kepada ibu post partum sebagai persetujuan menjadi responden dari penelitian ini. Peneliti meminta responden menandatangani lembar persetujuan (informed concent) memberikan tanda tangan di atas lembar persetujuan menjadi responden dikumpulkan dan dibagi ke dalam 2 kelompok yaitu kelompok intervensi yang dilakukan perawatan payudara menurut Standar Operasional Prosedur buku Marmi 2012 dan kelompok kontrol dilakukan perawatan payudara menurut Standar Operasional Prosedur Puskesmas Kota Pemalang. Peneliti dibantu oleh enumerator sebanyak 2 orang berperan sebagai orang 52 yang membantu peneliti saat melakukan perawatan payudara. Peneliti mengetahui latar belakang enumerator seperti nama, gelar pendidikan, pengalaman bekerja serta sertifikat yang diraih selama bekerja sebagai bidan dan peneliti juga melakukan persepsi terhadap enumerator dan responden sebelum dan sesudah melakukan tindakan. Peneliti menentukan jumlah populasi ibu post partum di Puskesmas Pemalang di dapatkan sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling didapatkan jumlah sampel 17 ibu post partum untuk kelompok intervesi yang dilakukan perawatan payudara. Menurut Standar Operasional buku Marmi (2012) didapatkan pengukuran kelancaran ASI 24 jam sebelum perawatan payudara pada hari kedua dan 24jam sesudah perawatan payudara pada hari ketiga dan jumlah sampel 17 ibu post partum untuk kelompok kontrol yang kan dilakukan perawatan payudara menurut Standar Operasional Puskesmas Pemalang didapatkan pengukuran bendungan ASI 24 jam sebelum perawatan payudara pada hari kedua dan 24 jam sesudah perawatan payudara pada hari ketiga dan aktifitas penelitian. Skema 3.1 Aktifitas Penelitian 53 Populasi ibu post partum Berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi Sampel yang memenuhi kriteria Pengukuran bendungan ASI 24 jam sebelum perawatan payudara pada hari kedua Pengukuran bendungan ASI 24 jam setelah perawatan payudara pada hari ketiga Kelompok Intervensi SOP menurut buku Marmi 2012 Purposive Sampling Kelompok Kontrol Perawatan payudara pada ibu post partum, H+2 dan H+3 SOP menurut Puskesmas Pemalang Pengukuran bendungan ASI 24 jam sebelum perawatan payudara pada hari kedua Pengukuran bendungan ASI 24 jam setelah perawatan payudara pada hari ketiga Jadwal berikutnya dengan responden yang sama. Setelah dilakukan perawatan payudara, bayi di berikan ASI. Enumerator mencatat hasil dari produksi ASI yang sudah dilakukan perawatan payudara selama 24 jam. Keesokan harinya hasil dikumpulkan kembali, informasi dari responden dalam penelitian ini dijaga kerahasiaannya. c. Tahap Pelaporan 54 Penelitian mengumpulkan data akhir untuk kemudian dilakukan analisis data menggunakan SPSS. G. Cara Pengolahan Data Kegiatan pengumpulan data dalam penelitian selalu berhubungan. Pengolahan data dapat dilakukan dengan tangan (manual) ataupun dengan bantuan alat komputer.15,18 Setelah semua data diperoleh kemudian dilakukan pengolahan data yang melalui tahap-tahap : 1. Editing (Memeriksa Data) Editing data meliputi kegiatan meneliti kembali kelengkapan lembar observasi yang telah diisi. 2. Coding (Memberi Kode) Kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Mengubah data dari yang berbentuk huruf menjadi data yang berbentuk angka untuk memudahkan penginterpretasian hasil penelitian. Jika ada bendungan= 0, jika tidak ada bendungan= 1. 3. Tabulating (Menyusun Data) Kegiatan mengorganisir data sedemikian rupa sehingga mudah untuk dijumlah, disusun dan disajikan ke dalam bentuk tabel atau grafik kemudian dianalisis. 4. Entry Data (Memasukkan Data) 55 Memasukkan data ke dalam komputer untuk selanjutnya dilakukan analisis data dengan menggunakan program software yang ada yaitu SPSS versi 12. H. Analisa Data 1. Analisa Univariat Penelitian analisa univariat adalah analisa yang dilakukan menganalisa tiap variabel dari hasil penelitian.15 Setelah dilakukan pengumpulan data kemudian data dianalisa menggunakan statistik deskriptif untuk mendapatkan dalam bentuk tabulasi, yang digunakan untuk melaporkan hasil dalam bentuk distribusi frekuensi dan prosentase (%) dari masing-masing item atau variabel yaitu pengukuran bendungan ASI sebelum dan sesudah perawatan payudara menurut prosedur buku Marmi 2012 dan pengukuran bendungan ASI sebelum dan sesudah perawatan payudara menurut prosedur Puskesmas Pemalang. Adapun analisa univariat disajikan dalam bentuk tendensi sentral berupa mean, minimum, maksimum dan standar deviasi. 2. Analisa Bivariat Analisa bivariat untuk mengetahui pengaruh perawatan payudara menurut Standar Operasional Prosedur buku Marmi 2012 dan perawatan payudara menurut Standar Operasional Prosedur Puskesmas Kota Pemalang terhadap bendungan ASI pada ibu menyusui di PMB Wilayah paduraksa Pemalang. Langkah-langkah untuk yang harus dilakukan adalah 56 uji normalitas data. Uji ini untuk mengetahui apakah ada data tersebut berdistribusi normal atau tidak. Jika sampel ≤ 50 maka normalitas data menggunakan uji Saphiro Wilk. Jika sampel ≥ 50 maka menggunakan smirnov. Apabila data berdistribusi normal maka menggunakan Independent t-test, bila tidak normal menggunakan uji Man Whitney test. I. Etika Penelitian Peneliti mengajukan permohonan izin kepada Direktur Puskesmas Pemalang. Kemudian melakukan penelitian langsung kepada responden dengan menekankan pada masalah etika yang meliputi : 1. Lembar Persetujuan menjadi responden (informed consent) Lembar persetujuan penelitian diberikan pada responden. Tujuannya adalah subyek mengetahui maksud dan tujuan penelitian serta dampak yang diteliti selama pengumpulan data. Jika subyek bersedia diteliti maka harus menanda tangani lembar persetujuan. Jika subyek menolak untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati haknya. Dalam penelitian ini yakni peneliti harus minta izin dan subyek yang akan diteliti juga harus menandatangani lembar persetujuan supaya menjadi bukti bahwa subyek yang akan diteliti benarbenar setuju. 2. Anonymity (tanpa nama) 57 Identitas responden tidak perlu dicantumkan pada lembar pengumpulan data, agar dapat dijaga kerahasiaannya. Untuk mengikuti keikut sertaannya peneliti cukup dengan menuliskan kode-kode pada masing-masing lembar pengumpulan data. 3. Confidentialy (rahasia) Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh peneliti yakni akan dijaga dan dijamin kerahasiaannya dengan cara tidak mencantumkan nama sebenarnya, akan tetapi dengan memberikan inisial pada data responden. 4. Hak Responden (right to wit draw) Setiap responden memiliki hak mengundurkan diri, sehingga responden dapat menyatakan untuk tidak diikut sertakan dalam penelitian dengan alasan tertentu. DAFTAR PUSTAKA 58 1. Arikunto, S, 2015. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta. 2. WHO. World Health Statistics 2015: World Health Organization; 2015 3. Depkes, RI. 2015. Modul 1 Askeb III (Nifas). Sister School Program D III Kebidanan. Jawa tengah 4. Manuaba, 2014. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC. 5. Farrer, 2014. Perawatan Maternitas. Edisi bahasa Indonesia. Jakarta : EGC 6. Marmi, S.ST. (2012). Asuhan kebidanan pada masa nifas “peuperium care” Yogyakarta:Pustaka Pelajar 7. Notoadmodjo, Prof. Dr. Soekidjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta. 8. Arita, M, 2013. Keterampilan praktik klinik keperawatan. Jakarta : Fitramaya 9. Dinkes Provinsi Jawa Tengah. 2015. Http://Www/Google/Angka kematian-Ibu sejateng-A-online. Com. Diunduh 14 Agustus 2017 10. Oktavia, 2013. Masa laktasi. Http//Www/ google-Laktasi.com. Diunduh Maret 2018 11. Saifuddin, 2013. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : JPNKKR 12. Nursalam, 2014. Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. 59 13. Afianti rahma sefi, 2013. Efektifitas pemijatan payudarra dengan senam payudara terhadap kelancaran ASI pada ibu post partum. Jakarta : EGC 14. Fika Aulia, 2015. Bendungan ASI. Http://Www/Google-bendunganAsi.Com. Di unduh 23 Maret 2012 15. Fuady, Ahmad. 2013. Kartini dan Angka kematian ibu yang tinggi. Http://Www/.Google/Farranasir. Com. Diunduh 13 Agustus 2017 16. Dewi Yanti, 2016. Hubungan pengetahuan sikap ibu dengan bendungan asi di puskesmas sidomulyo pekanbaru. 17. Mansjoer, A. (2014). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius. 18. Melani A, 2013. Hubungan perawatan payudara masa anteanatal dengan kecepatan sekresi ASI post partum primipara. Jakarta : Arcan 19. M Saleh. 2013. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia. 20. Retna, Eni, 2016. Asuhan kebidanan Nifas. Yogyakarta : Mitra Cendikia Pres. 21. S Hapsari, 2013. Hubungan tingkat pengetahuan perawatan payudara dengan kejadian payudara bengkak pada ibu nifas. Jakarta : Fitramaya 22. Sugiyono. 2014. Statistik untuk penelitian. Bandung : CV. Alfabeta. 23. Suherni, dkk. 2013. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta : Fitramaya. 24. Sujiyatini, 2013. Asuhan kebidanan Ibu Nifas. Yogyakarta : Cyrillus Publisher. 25. Varney, 2015. Buku Ajar asuhan kebidanan Edisi 4. Jakarta : EGC 60 26. Wiknjosastro, 2014. Ilmu Kandungan. Jakarta : YBPSP 27. Xiu liu meng, 2013. Correlation study of knowledge and behavior regarding breast care among female undergraduate student in China. Jakarta : Rineka Cipta. 61