Uploaded by User33672

BAB 1 2 3 ACC FIX

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia pemerintah menyadari bahwa Angka Kematian Ibu (AKI)
dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan ukuran sukses pembangunan
kesehatan di suatu Negara. Pada awal tahun 2013, Presiden menyatakan bahwa
penurunan AKI dan AKB menjadi prioritas pemerintah dan pemerintah
mencanangkan penurunan AKI hingga 226 per 100.000 kelahiran hidup. Menurut
data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kematian ibu diperkirakan sebanyak
500.000 kematian setiap tahun, 99% diantaranya terjadi dinegara berkembang.1,2
Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
tahun 2016, angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi sebesar 359 per100.000
kelahiran hidup (KH). Angka ini sedikit menurun dibandingkan dengan SDKI
tahun 2014, yaitu sebesar 390 per 100.000 KH. Target global SDGs (Suitainable
Development Goals) adalah menurunkan AKI menjadi 70 per 100.000 KH.
Air Susu Ibu ( ASI ) adalah cairan yang dihasilkan oleh sepasang
payudara ibu dengan komposisi yang khas serta spesifik untuk perkembangan
bayi dan nutrisi yang paling tepat untuk bayi. Menyusui adalah metode yang
paling tepat untuk bayi . menyusui adalah metode yang tepat untuk meberikan
makan pada bayi. Karena memberikan manfaat kesehatan untuk ibu dan bayi yang
1
bergantung pada gabungan kerja hormone reflek dan perilaku yang dipelajari ibu
dan bayi baru lagir secara alami.
Data riset kesehatan dasar ( Riskesdas) 2014 menunjukan cakupan ASI di
Indonesia hanya 42 %. Angka itu jelas berada dibawah target WHO yang
mewajibakan ASI hingga 50 persen. Angka kelahiran di Indonesia mencapai 4, 7
juta per tahun, maka bayi yang memperolah ASI. Selama enam bulan hingga dua
tahun, tidak mencapai dua juta jiwa. Cakupan ASI mengalami kenaikan
dibandingkan data Riskesdes 2007 dengan angka cakupan ASI hanya 32 persen.
Angka ini menujukan kenaikan, cakupan ASI per tahun hanya berkisar dua
persen. Angka ini menandakan hanya sedikit anak Indonesia yang memperoleh
cakupan dalam pemberian ASI.1,2
Target ini masih sangat jauh untuk dicapai dalam kurun waktu yang cukup
singkat, kurang lebih 6 tahun. Kehamilan dan kelahiran anak adalah proses
fisiologis. Namun wanita mempunya resiko terhadap kesehatan fisik maupun
mental selama proses reproduksi tersebut. Peristiwa kelahiran dan persalinan juga
memerlukan adaptasi terhadap penyesuaian pola hidup pada periode setelah
melahirkan ( post partum). Post partum atau puertum atau masa nifas adalah
waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim, sampai enam
minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali organ yang berkaitan
dengan kandungan yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain
sebagainya berkaitan saat melahirkan.
2
Cakupan target nasional pelayanan post partum adalah 90% cakupan
pelayanan post partum di Jawa Tengah tahun 2014 yaitu 99,3% naik bila ditahun
2013 ( 93, 97%) dan sudah melampaui target standar pelayanan minimal (SPM)
tahun 2010-2015 adalah (90%). Cakupan tertinggi adalah kota Pekalongan dan
cakupan terendah adalah kota pemalang ( Dinkes kabupaten pemalang, 2014 )
pada tahun 2013. Cakupan pelayanan post partum yang telah mencapai 100%
meliputi kota Banyumas, Kota Klaten, Kota Pekalongan dan magelang. Kota yang
masih terdapat cakupan terendah adalah kota pemalang (64,7%). Kejadian
kematian maternal pada waktu nifas sebesar 45,16%, pada waktu bersalin 31,24%
dan 23,50% pada waktu hamil. Penyebab kematian adalah perdarahan sebesar
27,87%, eklamsi sebesar 23,27%, infeksi sebesar 5,2%, dan lain-lain sebesar
43,18%. Perdarahan dan infeksi sebagai penyebab kematian, tercakup pula
kematian akibat abortus terinfeksi dan partus lama.3,9
Perawatan payudara adalah suatu tindakan perawatan yang dilaksanakan
baik oleh ibu post partum maupun di buat oleh orang lain yang dilaksanakan
mulai hari kedua setelah melahirkan minimal dua kali dalam sehari. Masalah
menyusui pada post partum adalah puting susu nyeri, puting susu lecet, payudara
bengkak, dan mastitis. Masalah menyusui pada post partum bisa teratasi dengan
dilakukan perawatan payudara. Dampak jika tidak melakukan perawatan payudara
adalah terjadinya bendungan ASI, bendungan ASI merupakan dimana keadaan
payudara yang odema, sakit, puting susu kencang, kulit mengkilat walaupun tidak
merah dan bila diperiksa asi tidak keluar, badan bisa menjadi demam selama 24
jam.
3
Perawatan payudara yang dilakukan
meliputi pengurutan payudara,
pengosongan payudara, pengompresan payudara dan perawatan puting susu.
Perawatan payudara pada ibu post partum yang baik maka laktasi akan lancar
sehingga memberikan kecukupan ASI pada bayi yang baru dilahirkan. Gerakan
pada perawatan payudara cara efektif meningkatkan volume ASI dan mencegah
bendungan pada payudara. Faktor-faktor yang menyebabkan ibu tidak melakukan
perawatan payudara adalah kurang informasi yang didapatkan dari tenaga
kesehatan, adanya rasa takut dan malas serta ketidak ketersediaan waktu untuk
melakukan perawatan payudara selama masa menyusui, ibu post partum juga
harus mengetahui akan petingnya perawatan payudara.3,7
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti, diperoleh
data dari PBM Listyani Amd.Keb, Paduraksa pada bulan Februari 2018 terdapat
ibu dengan bendungan ASI 11 orang, Ibu nifas dengan Mastitis 2 orang, ASI tidak
lancar 9 orang , ibu nifas dengan puting susu lecet 5 orang, ibu nifas dengan
payudara bengkak 9 orang Dan data dari PBM Retno Utami Amd,Keb, 17 orang
ibu post partum mengalami masalah-masalah dalam menyusui antara lain: puting
susu lecet 8 orang, payudara bengkak 7 orang, mastitis 2 orang, asi tidak lancar
Melihat angka kejadian Bendungan ASI yang masih relative cukup tinggi,
maka penulis tertarik untuk mengambil kasus yang berjudul “Pengaruh Perawatan
Payudara terhadap Kejadian Bendungan ASI pada Ibu Post Partum di PMB
Wilayah Paduraksa Pemalang.”
4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang peneliti uraikan di atas, rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah ada pengaruh tentang perawatan
payudara terhadap kejadian bendungan ASI pada ibu post partum?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh perawatan payudara terhadap kejadian bendungan
ASI pada ibu post partum di PMB Wilayah Paduraksa Pemalang.
2. Tujuan Khusus
a. Menganalisis
efektifitas
perawatan
payudara
menurut
Standar
Operasional Prosedur menurut buku Marmi (2012) dan Standar
Operasional Prosedur Puskesmas Pemalang terhadap bendungan asi
pada ibu post partum.
b. Mengetahui bendungan ASI sebelum dan sesudah dilakukan perawatan
payudara pada ibu post partum untuk kelompok kontrol menurut
Standar Operasional Prosedur menurut buku Marmi (2012)
c. Mendeskripsikan bendungan ASI sebelum dan sesudah dilakukan
perawatan payudara pada ibu post partum untuk kelompok kontrol
menurut Standar Operasional Prosedur Puskesmas Pemalang.
d. Mengetahui
pengaruh
perawatan
payudara
terhadap
kejadian
bendungan asi pada ibu post partum di PMB Listyani Amd,Keb dan
PMB Retno utami Amd,Keb pada pada ibu post partum di PMB
Wilayah Paduraksa Pemalang.
5
e. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi bendungan asi di PMB
Listyani Amd,Keb dan PMB Retno utami Amd,Keb Wilayah
Paduraksa Pemalang
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Memberikan
kesempatan
pada
peneliti
untuk
menerapkan
ilmu
pengetahuan yang diperoleh di institusi pendidikan terutama ilmu tentang
statistik kesehatan dan ibu nifas dalam situasi nyata.
2. Bagi Institusi
a. Bagi Lahan Penelitian
Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan atau
perawatan khususnya pada ibu post partum.
b. Bagi Stikes Karya Husada
Untuk memberikan masukan secara konseptual sesuai hasil penelitian
pada mata kuliah keperawatan khususnya penerapan pada ibu tentang
perawatan payudara dengan kejadian bendungan ASI ibu post partum.
3. Bagi Masyarakat
Untuk memberikan tambahan ilmu pengetahuan pada masyarakat tentang
pentingnya perawatan payudara dengan kejadian bendungan ASI pada ibu
post partum.
6
E. Originalitas Penelitian
Tabel 1.1 Originalitas Penelitian
Nama, tahun dan judul
Hapsari, S.D.,(2013)20
Hubungan tingkat
pengetahuan perawatan
payudara dengan
kejadian payudara
bengkak pada ibu nifas
Yanti, D.P.,(2016)21
Hubungan pengetahuan
sikap ibu dengan
bendungan asi di
puskesmas sidomulyo
pekanbaru
Metode penelitian
Jenis penelitian adalah
observasional
dan desain penelitian
menggunakan cross
sectional.
Jenis penelitian adalah
accidental sampling
dengan jumlah sampel
67 orang, pengumpulan
data menggunakan data
primer dengan
instrument kuisioner,
analisa data yang
digunakan adalah
univariat dan bivariat
Hasil
Sebagian besar ibu
nifas di BPS Nur
Hikmah Desa
Kwaron
Kecamatan Gubug
mempunyai
pengetahuan cukup
tentang
bendungan ASI
sebanyak 17
responden
(53,1%) dan
pengetahuan baik
tentang
bendungan ASI
sebanyak 5
responden
(15,6%).Ada
hubungan antara
pengetahuan ibu
nifas
tentang bendungan
ASI dengan
praktik
pencegahan
bendungan ASI
(BREAST CARE)
di
RB Nur Hikmah
Kwaron Gubug
Tahun 2012
Sebagian besar
responden kurang
pengetahuan
tentang sikap ibu
dengan bendungan
sebanyak 43
responden (64,2)%
Perbedaan
1. Lokasi
penelitain
2. Variabel
dependen
dan
variabel
independe
n sama
3. Desain
penelitiann
ya berbeda
4. penelitian
meneliti
tentang
penelitian
pengaruh
perawatan
terhadap
kejadian
bendungan
asi pada
ibu post
partum di
pbm
wilayah
Paduraksa
Pemalang.
1.
2.
3.
7
lokasi
penelitain
Variabel
dependen
berbeda
namun
variabel
independe
n sama,
lokasi
penelitian.
Penelitian
meneliti
tentang
penelitian
pengaruh
perawatan
terhadap
Asti melani,.(2013)22
Hubungan perawatan
payudara masa
anteanatal dengan
kecepatan sekresi ASI
post partum primipara
Meng- Xiu
Liu.,(2013)23
Desain pene,itian ini
menggunakan cross
sectional
Adanya hubungan
perawatan payudara
pada masa antenatal
dengan kecapatan
sekresi ASI pada
ibu primipara post
partum
Desain penelitian ini
emnggunakan cross
sectional
Secara umum
sarjana perempuan
siswa kurang
kesadaran diri
perawatan payudara
dengan tingkat
rendah pemeriksan
payudara sendiri.
Hal ini diperlukan
untuk menambah
pendidikan
kesehatan untuk
meningkatkan
deteksi
Correlation study of
knowledge and
behavior regarding
breast care among
female undergraduate
student in China
8
kejadian
bendungan
asi pada
ibu post
partum di
pbm
wilayah
Paduraksa
Pemalang.
1. lokasi
penelitain
2. Variabel
penden
berbeda
namun
variabel
independe
n sama,
lokasi
penelitian.
3. Penelitian
meneliti
tentang
penelitian
pengaruh
perawatan
terhadap
kejadian
bendungan
asi pada
ibu post
partum di
Pmb
wilayah
Paduraksa
Pemalang.
1. Lokasi
penelitian
2. Variabel
dependen
dan
variabel
independe
n berbeda
3. Penelitian
meneliti
tentang
penelitian
pengaruh
perawatan
terhadap
kejadian
bendungan
asi pada
ibu Post
partum di
Pmb
wilayah
Paduraksa
Pemalang
Sefi Rahma
Afianti,.(2013)24
Efektifitas pemijatan
payudarra dengan
senam payudara
terhadap kelancaran
ASI pada ibu post
partum
Quasy experimend
dengan rancangan non
randomized posstets
without contrl group
design
9
Adanya perbedaan
yang signifikan
antara pemijatan
payudara dan
senam payudara
terhadap kelancaran
ASI pada ibu post
partum.
1. Lokasi
penelitia
n
2. Variabel
dependen
dan
variabel
independe
n berbeda
3. Penelitian
meneliti
tentang
penelitian
pengaruh
perawatan
terhadap
kejadian
bendungan
asi pada ibu
post partum
di Pmb
wilayah
paduraksa
pemalang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Post Partum
1. Pengertian
Periode Post Partum (puerperium/nifas) adalah masa atau waktu
sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim, sampai enam
minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali organ-organ yang
berkaitan dengan kandungan. Post partum (puerperium/nifas) berasal dari
bahasa latin yaitu dari kata “puer” yang artinya bayi dan “parous” yang
berarti melahirkan. Yaitu masa pulih kembali, dimulai setelah plasenta lahir
dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum
hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 – 8 minggu. 4
2. Klasifikasi Masa Nifas
Nifas dan puerperium dibagi dalam 3 periode:
a. Puerperium dini
Yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalanjalan. Dalam agama Islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja
setelah 40 hari.
b. Puerperium intermedial
Suatu masa kepulihan menyeluruh dari organ-organ reproduksi selama
kurang lebih enam sampai delapan minggu.
10
c. Puerperium intermadial
Yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6 – 8
minggu.5,6
3.
Perubahan Fisiologis Masa Nifas
a. Uterus
Uterus berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya
kembali seperti sebelum hamil.
Tabel 2.1. Perubahan Uterus Masa Nifas
Involusi uteri
Plasenta lahir
Tinggi fundus Berat uterus Diameter
uteri
uterus
Setinggi
100 gr
12.5 cm
pusat
Sumber : Suherni dkk 2013
Palpasi
serviks
Lembut
/lunak
b. Bekas implantasi plasenta
Bagian implantasi plasenta merupakan suatu luka yang kasar dan
menonjol ke dalam kavum uteri, segera setelah persalinan. Penonjolan
tersebut, dengan diameter 7,5 cm, sering disangka sebagai suatu bagian
plasenta yang tertinggal. Sesudah 2 minggu diameternya menjadi 3,5 cm
dan pada 6 minggu telah mencapai 2,4 cm.
c. Luka-luka perineum
Bentuk luka perineum setelah melahirkan ada 2 macam yaitu
rupture dan episiotomi. Bila terdapat luka pada perineum dan tidak
dilakukan perawatan maka akan mengakibatkan infeksi, komplikasi dan
kematian ibu post partum.
11
d. After pains atau mules-mules
Adalah rasa sakit yang mencengkeram (kram) pada abdomen
bagian bawah yang sering dijumpai pada hari ke-7 hingga ke-10
postnatal.
e. Lochea
Adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Macam-macam
lochea :
1)
Lochea rubra (cruenta)
Ini berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel
desidua (desidua, yakni selaput lendir rahim dalam keadaan
hamil, vernix caseosa (yakni palit bayi, zat seperti salep terdiri
atas palit atau semacam noda dan sel-sel epitel, yang
menyelimuti kulit janin), lanugo (yakni bulu halus pada anak
yang baru lahir), dan meconium (yakni isi usus janin cukup
bulan yang terdiri atas getah kelenjar usus dan air ketuban,
berwarna hijau kehitaman), selama 2 hari pasca persalinan.
2)
Lochea sanguinolenta
Warnanya merah kuning berisi darah dan lendir. Ini terjadi
pada hari ke 3 – 7 pasca persalinan.
3)
Loche serosa
Berwarna kuning dan cairan ini tidak berdarah lagi pada hari ke
7- 14 pasca persalinan.
12
4)
Lochea alba
Cairan putih yang terjadinya pada hari setelah 2 minggu.
5)
Lochea purulenta
Ini karena terjadi infeksi, keluar ciran seperti nanah berbau
busuk.23
f. Servik
Servik
mengalami
involusio
bersama-sama
uterus
setelah
persalinan. Muara servik yang berdilatasi 10 cm pada waktu persalinan
menutup secara bertahap. Setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk
rongga rahim, setelah 2 jam dapat dimasuki 2 – 3 jari tangan, pada
minggu ke-6 post partum servik menutup.
g. Ligamen - ligamen
Ligamen fasia dan diafragma pelvis serta fasia yang meregang
sewaktu kehamilan dan partus, setelah janin lahir, berangsur-angsur ciut
kembali seperti sediakala. Tidak jarang ligamentum rotondum menjadi
kendor yang mengakibatkan uterus jatuh ke belakang.
4. Kebutuhan Dasar Masa Nifas
a. Gizi
Nutrisi atau gizi adalah zat yang diperlukan oleh tubuh
untuk keperluan metabolismenya. Kebutuhan gizi pada masa nifas
terutama bila menyusu akan meningkat 25%, karena berguna untuk
proses kesembuhan karena setelah melahirkan dan untuk
memproduksi air susu yang cukup untuk menyehatkan bayi. Semua
13
itu akan meningkat beberapa kali dari kebutuhan biasa. Makanan
yang harus dikonsumsi adalah porsi cukup dan teratur, tidak terlalu
asin, pedas atau berlemak, tidak mengandung alkohol, nikotin serta
bahan pengawet atau pewarna. Di samping itu makanan harus
mengandung sumber tenaga (energi), sumber pembangun (protein),
sumber pengatur dan pelindung (mineral, vitamin dan air).5,22
b. Mobilisasi
Mobilisasi dini adalah kebijakan untuk selekas mungkin
membimbing
klien
keluar
dari
tempat
tidurnya
dan
membimbingnya selekas mungkin berjalan.
c. Miksi atau berkemih
Hendaknya harus dilakukan sendiri. Tidak jarang wanita
tidak dapat kencing sendiri akibat pada partus muskulus sfingter
vesika et uretra mengalami tekanan oleh kepala janin, sehingga
fungsinya terganggu. Bila kandung kencing penuh dan wanita
tersebut tidak dapat berkemih sendiri, sebaiknya dilakukan
katerisasi dengan memperhatikan jangan sampai terjadi infeksi.
d. Defekasi atau buang air besar
Karena kerja usus cenderung melambat dan ibu yang baru
melahirkan mudah mengalami konstipasi.
e. Laktasi
14
Sesudah bayi lahir, disusul terjadi peristiwa penurunan
kadar hormon estrogen. Penurunan kadar estrogen mendorong
naiknya kadar prolaktin yang mendorong produksi ASI. Dengan
naiknya kadar prolaktin tersebut, mulailah aktivitas produksi ASI
berlangsung. Ketika bayi menyusu, mammae menstimulasi
terjadinya
produksi
prolaktin
yang
terus-menerus
secara
berkesinambungan. Sekresi ASI berada di bawah pengaruh neuro
endokrin. Rangsangan sentuhan pada payudara ketika bayi
menghisap puting susu menyebabkan timbulnya rangsangan yang
menyebabkan terjadinya produksi oksitosin. Oksitosin merangsang
terjadinya kontraksi sel-sel mioepitel.6,20
f. Rawat gabung
Perawatan dan bayi dalam satu ruangan bersama-sama
sehingga ibu lebih banyak memperhatikan bayinya, segera dapat
memberikan ASI, sehingga kelancaran ASI lebih terjamin.
g. Kebersihan diri
Mandi di tempat tidur dilakukan sampai ibu dapat mandi sendiri di
kamar mandi, yang terutama dibersihkan atau puting susu dan
mammae dilanjutkan perawatan perinium.7
1) Perawatan perineum
15
Apabila setelah buang air besar atau buang air kecil perineum
dibersihkan secara rutin. Caranya dibersihkan dengan sabun
yang lembut minimal sekali sehari sekali.
2) Perawatan payudara
Kedua payudara harus sudah di rawat selama kehamilan, areola
mammae dan puting susu dicuci teratur dengan sabun dan
diberi minyak atau cream, agar tetap lemas, jangan sampai
kelak mudah lecet atau pecah.8
h. Istirahat
Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal
antara
lain
memperlambat
mengurangi
proses
jumlah
involusio
ASI
uteri
yang
dan
diproduksi,
memperbanyak
perdarahan, menyebabkan depresi dan ketidak mampuan untuk
merawat bayi dan diri sendiri.
i. Seksual
Secara fisik aman untuk memulai melakukan hubungan suami istri
begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau
dua jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri, aman untuk
melakukan hubungan suami istri.
j. Keluarga Berencana
Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun
sebelum ibu hamil kembali. Setiap pasangan harus menentukan
sendiri kapan dan bagaimana mereka ingin merencanakan tentang
16
keluarganya. Petugas kesehatan dapat membantu merencanakan
keluarganya dengan mengajarkan kepada mereka tentang cara
mencegah kehamilan yang tidak di inginkan.
5. Tanda Bahaya Pada Masa Nifas
Tanda bahaya pada nifas adalah sebagai berikut:
a. Terlalu banyak darah yang keluar
Untuk normalnya, darah yang keluar saat masa nifas adalah 500600 ml per 24 jam setelah bayi dilahirkan. Lebih dari perdarahan
haid atau bila memerukan penggantian pembalut 2x dalam 30
menit
b. Sakit kepala berlebih disertai mual sering dengan keluarnya darah
setelah melahirkan hal ini wajar karena kurangnya sel darah merah.
c. Pembekakan di wajah atau tangan.
Pembekakan ini tidak hanya muncul pada wajah saja, namun pada
bagian kaki dan tangan sehingga membuat ibu yang baru saja
melahirkan susah berjalan. Gejala pembengkakan pada kaki
biasanya diawali dengan munculnya varises.
d. Suhu tubuh yang mengalami peningkatan
Setelah persalinan suhu tubuh khususnya pada ibu hamil tidak bisa
diprediksi, hal ini dikarenakan daya tahan tubuh setiap
orang
berbeda-beda. Suhu tubuh ntuk ibu melahirkan umumnya 37,38
derajat celcius. Hal ini hanya akan berlangsung selama 1 sampai 3
hari saja.9,20
17
6. Tujuan Asuhan Masa Nifas
Tujuan masa nifas adalah sebagai berikut:
a. Mencegah infeksi.
b. Meningkatkan penyembuhan jaringan.
c. Meningkatkan involusi uterus dan kenyamanan.
d. Meningkatkan istirahat, aktivitas dan keamanan serta mencegah
komplikasi dari imobilisasi.
e. Meningkatkan asupan makanan dan cairan adekuat.
f. Meningkatkan pembentukan laktasi.
g. Meningkatkan pola eliminasi normal.
h. Mendorong untuk mempertahankan kesehatan melalui penggunaan
sumber-sumber kesehatan yang ada di masyarakat.
i. Memenuhi kebutuhan belajar ibu: kebersihan diri, perawatan
perineal, perawatan payudara, parenting, latihan peregangan otot,
hubungan seksual dan kontrasepsi.
j. Meningkatkan rasa percaya diri dan gambaran tubuh, serta
penurunan stres.20
7. Anatomi Payudara
Payudara perempuan memiliki tiga unsur, yaitu: kelenjar susu,
aliran susu dan jaringan penunjang yang mengikat kelenjar-kelenjar susu.
Pada masa remaja, payudara terdiri dari saluran-saluran susu.
Dengan bertambahnya usia, kelenjar susu akan bertambah. Kelenjar susu
18
mencapai jumlah terbanyak saat hamil dan menyusui, karena kelenjar
tersebut digunakan untuk memproduksi air susu.
Ada
empat
macam
bentuk
puting,
yaitu
bentuk
yang
normal/umum, pendek/datar, panjang dan terbenam (inverted). Namun
bentuk-bentuk puting ini tidak berpengaruh pada proses laktasi, yang
penting adalah membawa puting susu dan areolla mammae dapat ditarik
dan membentuk tonjolan ke dalam mulut bayi.11,14
8. Fisiologis Laktasi
Pemberian ASI bergantung pada empat macam proses, yaitu:
a. Proses pengembangan jaringan penghasilan ASI dalam payudara.
Proses ini dicapai dalam kehamilan dengan adanya rangsangan
pada jaringan kelenjar serta saluran payudara oleh hormon-hormon
plasenta yaitu hormon estrogen, progesteron dan hormon
laktogenik plasenta.
b. Proses yang memicu produksi ASI setelah melahirkan
Penurunan produksi hormon akan terjadi dengan cepat setelah
plasenta dilahirkan. Hormon hipofise anterior yaitu prolaktin yang
terjadi dihambat oleh kadar estrogen dan progesteron yang tinggi
dalam darah, kini dilepaskan. Prolaktin akan mengaktifkan sel-sel
kelenjar payudara untuk memproduksi ASI. Dalam waktu 1 – 2
hari setelah bayi dilahirkan produksi ASI sudah dimulai.
c. Proses untuk mempertahankan produksi ASI
19
Produksi ini bergantung pada oksitosin yang dilepaskan dari
kelenjar hipofise posterior sebagai reaksi terhadap pengisapan
puting.
Oksitosin
mengelilingi
mempengaruhi
alveoli
mammae
sel-sel
sehingga
mioepitelial
alveoli
yang
tersebut
berkontraksi dan mengeluarkan air susu yang sudah disekresikan
oleh kelenjar mammae.
d. Proses sekresi ASI (refleks let down)
Proses
ini
terjadi
oleh
karena
refleks
neurogenik
yang
menstimulasi pelepasan oksitosin, juga bisa disebabkan oleh
faktor-faktor yang murni dari kejiwaan, seperti mendengar tangis
bayi, berpikir tentang bayinya, atau bahkan berpikir tentang
pemberian ASI sendiri. Ibu yang menyusui akan mengalami refleks
let down sekitar 30 – 60 menit setelah bayi mulai menyusu. Begitu
produksi ASI sudah terjadi dengan baik, pengosongan sakus
alveolus mammae yang teratur akan mempertahankan produksi
ASI.12,15
9.
Masalah yang sering muncul dalam masa menyusui
Masalah yang sering muncul dalam masa menyusui, antara lain:
a. Puting susu lecet
Adalah keadaan dimana puting susu terjadi perlukaan
karena teknik menyusui yang salah, terlihat merah pada puting dan
sakit saat disusukan.
1) Penyebab
20
a) Kesalahan dalam teknik menyusui
b) Sariawan mulut bayi yang menular pada puting susu ibu.
c) Puting susu pendek, sehingga bayi sulit menghisap.
2) Penatalaksanaan
a) Menyusukan pada puting susu yang normal dulu yang lecet
lebih sedikit.
b) Bekas ASI tidak perlu dibersihkan, cukup dianginanginkan.
c) Jangan menggunakan sabun, alkohol, krim atau zat iritan
lain untuk membersihkan puting susu.
d) Pada puting susu biasakan dibubuhkan minyak baby oil
atau minyak kelapa yang telah dimasak.
b. Saluran susu tersumbat
Adalah keadaan Air Susu mengental hingga menghambat
lumen saluran hal ini disebabkan karena ASI tidak segera
disusukan dan puting susu kotor, pada payudara terasa nyeri dan
lunak pada perabaan biasanya terjadi pada hari pertama sampai
kedua setelah melahirkan.
Saluran tersumbat biasanya mengakibatkan benjolan lokal
di salah satu bagian payudara, sementara bagian yang lain tidak.
Cara mengatasinya dengan selalu berusaha menyusukan ASI
hingga
payudara
kosong.
Massage-lah
benjolan
akibat
penyumbatan ASI tersebut. Kemudian kompres dengan handuk
21
yang telah direndam air hangat, selanjutnya kompres payudara
dengan handuk yang telah direndam air dingin. Lakukan terus
hingga benjolan hilang.
1) Penyebab :
a) Tekanan jari ibu waktu menyusui.
b) Posisi dan teknik yang salah sewaktu menyusui.
c) Tidak pernah disusukan, stress dan kelelahan.
d) Pemakaian BH yang kuat.
2) Penatalaksanaan :
a) Merubah posisi menyusui.
b) Mengkompres dengan air panas dan dingin secara
bergantian.
c) Rasa nyeri dapat dilakukan dengan massage.
c. Bendungan Air Susu Ibu
Bendungan ASI disebabkan karena menyusui yang tidak
kontinyu, sehingga sisa ASI terkumpul pada daerah duktus. Hal ini
dapat terjadi pada hari ke tiga setelah melahirkan. Selain itu,
penggunaan bra yang ketat serta keadaan puting susu yang tidak
bersih dapat menyebabkan sumbatan pada duktus. Untuk
mempelancara bendungan asi dengan cara kompres hangat/panas
untuk mengurangi rasa sakit dengan 5 menit, pijat ringan pada
payudara yang membengkak, gunakan pemakaian BH yang dapat
menyokong payudara.17,21
22
d. Mastitis
Mastitis (radang pada payudara) adalah infeksi jairngan
payudara yang disebabkan oleh bakteri. Gejala pada mastitis adalah
payudara menjadi merah, bengkak, terkadang diikuti rasa nyeri dan
panas serta suhu tubuh yang meningkat. Mastitis terjadi pada 1-3
minggu setelah melahirkan yang diakibat kan oleh sumbatan
saluran susu yang berlanjut keadaan ini kurangnta ASI dihisap atau
dikeluarkna, dapat juga karena penggunaan bra yang ketat, serta
pengeluran ASI yang kurang baik, serta kebiasan menekan
payudara dengan jari. Pengobatan Mastitis bisa dilakukan dnegan
pengompresan hangat dan oemijatan selamata 30 menit, lakukan
rangsangan oksitosin, dimulai pada payudara yang tidak sakit yaitu
stimulasi puting susu, pijat leher punggung jika masih nyeri bisa
dnegan pemberian antibiotik: flucloxacilin atau eryttromycin
selama 7 – 10 hari istirahat total dan obat untuk penghilang rasa
nyeri jika menjadi abses sebaiknya tidak disusukan karena mungkin
perlu tindakan bedah.
e. Abses payudara
Abses disebabkan karena meluasnya peradangan dalam
payudara merupakan komplikasi dari mastitis. Bila terdapat daerah
payudara teraba keras , merah dan tegang walaupun ibu telah
diterapi, maka kita harus pikirkan kemungkinan terjadinya abses.
Kurang lebih 3% dari kejadian mastitis berlanjut menjadi abses.
23
Pemeriksaan USG payudara diperlukan untuk mengidentifikasi
adanya cairan yang terkumpul. Cairan ini dapat dikeluarkan dengan
aspirasi jarum halus yang berfungsi sebagai diagnostik sekaligus
terapi, bahkan mungkin diperlukan aspirasi jarum secara serial.
Pada abses yang sangat besar terkadang diperlukan tindakan bedah.
Selama tindakan ini dilakukan ibu harus mendapat antibiotik. ASI
dari sekitar tempat abses juga perlu dikultur agar antibiotik yang
diberikan sesuai dengan jenis kumannya.5,11
B. Pengertian Laktasi
Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI diproduksi, di
sekresi, dan pengeluaran ASI sampai pada proses bayi menghisap dan
menelan ASI.
1. Pengaruh Hormonal
Proses laktasi tidak terlepas dari pengaruh hormonal, adapun
hormon-hormon yang berperan adalah :
a. Progesteron, berfungsi mempengaruhi pertumbuhan dan ukuran
alveoli. Tingkat progesteron dan estrogen menurun sesaat setelah
melahirkan. Hal ini menstimulasi produksi secara besar-besaran.
b. Estrogen,
berfungsi
menstimulasi
sistem
saluran
ASI untuk
membesar. Tingkat estrogen menurun saat melahirkan dan tetap
rendah untuk beberapa bulan selama tetap menyusui. Sebaiknya ibu
menyusui menghindari KB hormonal berbasis hormon estrogen,
karena dapat mengurangi jumlah produksi ASI.
24
c. Follicle stimulating hormone (FSH)
d. Luteinizing hormone (LH)
e. Prolaktin, berperan dalam membesarnya alveoil dalam kehamilan.
f. Oksitosin, berfungsi mengencangkan otot halus dalam rahim pada saat
melahirkan dan setelahnya, seperti halnya juga dalam orgasme. Selain
itu, pasca melahirkan, oksitosin juga mengencangkan otot halus di
sekitar alveoli untuk memeras ASI menuju saluran susu. Oksitosin
berperan dalam proses turunnya susu let-down/ milk ejection reflex.
g. Human placental lactogen (HPL): Sejak bulan kedua kehamilan,
plasenta
mengeluarkan
banyak
HPL,
yang
berperan
dalam
pertumbuhan payudara, puting, dan areola sebelum melahirkan.
Pada bulan kelima dan keenam kehamilan, payudara siap memproduksi
ASI. Namun, ASI bisa juga diproduksi tanpa kehamilan (induced lactation).
2. Proses Pembentukan Laktogen
Proses pembentukan laktogen melalui tahapan-tahapan berikut:
a.
Laktogenesis I
Merupakan fase penambahan dan pembesaran lobulus-alveolus.
Terjadi pada fase terakhir kehamilan. Pada fase ini, payudara memproduksi
kolostrum, yaitu berupa cairan kental kekuningan dan tingkat progesteron
tinggi sehingga mencegah produksi ASI. Pengeluaran kolustrum pada saat
hamil atau sebelum bayi lahir, tidak menjadikan masalah medis. Hal ini juga
bukan merupakan indikasi sedikit atau banyaknya produksi ASI.
25
b.
Laktogenesis II
Pengeluaran plasenta saat melahirkan menyebabkan menurunnya
kadar hormon progesteron, esterogen dan HPL. Akan tetapi kadar hormon
prolaktin tetap tinggi. Hal ini menyebabkan produksi ASI besar-besaran.
Apabila payudara dirangsang, level prolaktin dalam darah
meningkat, memuncak dalam periode 45 menit, dan kemudian kembali ke
level sebelum rangsangan tiga jam kemudian. Keluarnya hormon prolaktin
menstimulasi sel di dalam alveoli untuk memproduksi ASI, dan hormon
ini juga keluar dalam ASI itu sendiri. Penelitian mengemukakan bahwa
level prolaktin dalam susu lebih tinggi apabila produksi ASI lebih banyak,
yaitu sekitar pukul 2 pagi hingga 6 pagi, namun level prolaktin rendah saat
payudara terasa penuh.
Hormon lainnya, seperti insulin, tiroksin, dan kortisol, juga
terdapat dalam proses ini, namun peran hormon tersebut belum diketahui.
Penanda biokimiawi mengindikasikan bahwa proses laktogenesis II
dimulai sekitar 30-40 jam setelah melahirkan, tetapi biasanya para ibu baru
merasakan payudara penuh sekitar 50-73 jam (2-3 hari) setelah
melahirkan. Artinya, memang produksi ASI sebenarnya tidak langsung
keluar setelah melahirkan.19
Kolostrum dikonsumsi bayi sebelum ASI sebenarnya. Kolostrum
mengandung sel darah putih dan antibodi yang tinggi daripada ASI
sebenarnya, khususnya tinggi dalam level immunoglobulin A (IgA), yang
26
membantu melapisi usus bayi yang masih rentan dan mencegah kuman
memasuki bayi. IgA ini juga mencegah alergi makanan. Dalam dua
minggu pertama setelah melahirkan, kolostrum pelan pelan hilang dan
tergantikan oleh ASI sebenarnya.21
c.
Laktogenesis III
Sistem kontrol hormon endokrin mengatur produksi ASI selama
kehamilan dan beberapa hari pertama setelah melahirkan. Ketika
produksi ASI mulai stabil, sistem kontrol autokrin dimulai. Pada tahap
ini, apabila ASI banyak dikeluarkan, payudara akan memproduksi ASI
banyak. Penelitian berkesimpulan bahwa apabila payudara dikosongkan
secara menyeluruh juga akan meningkatkan taraf produksi ASI. Dengan
demikian, produksi ASI sangat dipengaruhi seberapa sering dan seberapa
baik bayi menghisap, dan juga seberapa sering payudara dikosongkan.
Salah satu produksi ASI yang rendah adalah akibat dari:
a.
Kurang sering menyusui atau memerah payudara
b.
Apabila bayi tidak bisa menghisap ASI secara efektif, antara lain
akibat: struktur mulut dan rahang yang kurang baik; teknik
perlekatan yang salah.
c.
Kelainan endokrin ibu (jarang terjadi)
d.
Jaringan payudara hipoplastik
e.
Kelainan metabolisme atau pencernaan bayi, sehingga tidak dapat
mencerna ASI
f.
Kurangnya gizi ibu
27
C. Bendungan ASI
1. Pengertian
Bendungan air susu ibu adalah keadaan payudara yang odema,
sakit, puting susu kencang, kulit mengkilat walaupun tidak merah dan
bila diperiksa asi tidak keluar, badan bisa demam dalam 24 jam.21
Bendungan air susu ibu adalah kejadian dimana terjadinya
sumbatan duktus yang diperkirakan akibat hambatan aliran air susu
karena tekanan internal dan eksternal, misalnya: pembesaran, BH, dan
baju yang ketat.18
Bendungan ASI terjadi pada saat 2-5 hari masa nifas
dikarenakan payudara kotor, ASI tidak disusukan dengan adekuat dan
kelainan puting susu.26
2. Gambaran klinis
Selama 24 jam hingga 48 jam pertama sesudah terlihatnya
sekresi lakteral, payudara sering mengalami distensi menjadi keras dan
berbenjol-benjol. Keadaan ini yang disebut bendungan air susu atau
“caked breast”, sering menyebabkan rasa nyeri yang cukup hebat dan
bisa disertai dengan kenaikan suhu. Kelainan tersebut menggambarkan
aliran darah vena normal yang berlebihan dan penggembungan
limfatik dalam payudara, yang merupakan prekusor regular untuk
terjadinya laktasi.19
3. Penyebab Bendungan Air Susu
Penyebab bendungan air susu ibu, ialah:
28
a. Posisi mulut bayi dan puting susu ibu salah.
b. Produksi ASI berlebihan.
c. Terlambatnya dalam menyusui.
d. Pengeluaran ASI yang jarang.
e. Waktu menyusui yang terbatas.20
Sedangkan, penyebab bendungan air susu ibu adalah:
a. Terjadi pembesaran pada payudara.
b. Pemakaian BH dan baju yang ketat.25
4. Tanda dan gejala
a. Ibu dengan bendungan ASI mempunyai tanda dan gejala sebagai
berikut:
1) Mammae panas serta keras pada perabaan.
2) Payudara terasa nyeri.
3) Suhu badan tidak naik.
b. Ibu dengan bendungan ASI mempunyai tanda dan gejala sebagai
berikut:
1) Terjadi oedema pada payudara dan puting susu kencang dan
timbul rasa nyeri dan sakit.
2) Bila diperas atau dihisap tidak keluar.
3) Dapat terjadi demam setelah 24 jam.6
5. Penanganan bendungan ASI
a. Ada bayi hidup:
1) Keluarkan ASI secara manual/ASI tetap diberikan pada bayi.
29
2) Menyangga payudara dengan BH yang menyokong.
3) Kompres dengan kantong es (kalau perlu).
4) Melakukan perawatan Payudara
5) Pemberian analgetik atau kodein 60 mg per oral.23
b. Cara untuk penatalaksanaan pada bendungan ASI
karena bayi
meninggal:
1) Pengosongan isi payudara dengan tangan (memerah).
2) Pengosongan dengan pompa payudara.
3) Pembalutan mamae dengan kapas atau handuk kering
4) berikan obat estrogen untuk supresi seperti tablet lynoral dan
parlodel.
5) Pakai BH yang menyokong.26
c. Penanganan bendungan air susu ibu dengan bayi hidup, yaitu:
1) Mulai menyusui bayi dari sisi yang tersumbat terlebih dahulu.
2) Menyusui bayi dengan dagunya berada di dekat benjolan,
sehingga rahang bawahnya bisa memijat benjolan dengan lebih
efektif.
3) Menggunakan gaya tarik bumi untuk membantu aliran susu
dengan baringkan bayi terlentang dan biarkan payudara yang
mengalami sumbatan menggantung diatasnya.
4) Memijat payudara dengan lembut.
5) Kehangatan bisa membantu aliran susu.
30
6) Menggunakan sisir bergigi lebar yang dilumas dengan sabun
atau minyak bayi dan tekanan yang tegas tapi lembut, usaplah
payudara di atas benjolan ke arah puting.
7) Keluarkan sedikit air susu setelah menyusui, jika masih terasa
adanya benjolan pada payudara.23
D. Perawatan Payudara
1.
Pengertian
Perawatan payudara adalah suatu cara yang dilakukan untuk
merawat payudara agar air susu keluar dengan lancar dan biasanya
dilakukan 1 – 2 kali sehari.18
2.
Tujuan
Perawatan Payudara pasca persalinan merupakan kelanjutan
perawatan payudara semasa hamil, yang mempunyai tujuan sebagai
berikut :
a. Untuk menjaga kebersihan payudara sehingga terhindar dari
infeksi
b. Untuk mengenyalkan puting susu, supaya tidak mudah lecet
c. Untuk menonjolkan puting susu
d. Menjaga bentuk buah dada tetap bagus
e. Untuk mencegah terjadinya penyumbatan
f. Untuk memperbanyak produksi ASI
g. Untuk mengetahui adanya kelainan.6
31
Perawatan payudara pasca persalinan dimulai sedini
mungkin yaitu 1 – 3 hari sesudah bayi dilahirkan. Hal itu dilakukan 2
kali sehari.
3.
Manfaat Pelaksanaan Perawatan Payudara
a. Menjaga kebersihan payudara, terutama kebesihan puting susu agar
terhindar dari infeksi.
b. Melunakkan serta memperbaiki bentuk puting susu sehingga bayi
dapat menyusu dengan baik.
c. Merangsang kelenjar-kelenjar air susu sehingga produksi asi lancar.
d. Mengetahui secara dini kelainan puting susu dan melakukan usahausaha untuk mengatasinya.
e. Persiapan psikis ibu menyusui.6
4.
Cara Perawatan Payudara
Setelah melahirkan atau pada ibu post partum, payudara perlu
dirawat dengan cara di urut. Tindakan ini bisa memelihara kebersihan
payudara, memperlancar keluarnya ASI dan juga mencegah masalahmasalah pada payudara. Pengurutan sebaiknya dilakukan setelah
melahirkan sebanyak 1 kali sehari. Agar hasilnya baik, dilakukan
pengurutan secara sistematis dan teratur, disertai perawatan tubuh
secara umum seperti cukup makan makanan bergizi, menjaga hygiene
dan cukup istirahat.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan
perawatan payudara pasca persalinan, yaitu:
32
a. Puting susu dikompres dengan kapas minyak selama 3-4 menit,
kemudian bersihkan dengan kapas minyak tadi.
b. Pengenyalan yaitu puting susu dipegang dengan ibu jari dan jari
telunjuk diputar kedalam 20 kali keluar 20 kali.
c. Penonjolan puting susu yaitu :
1) Puting susu cukup ditarik sebanyak 20 kali
2) Dirangsang dengan menggunakan ujung waslap
3) Memakai pompa puting susu
d. Pengurutan payudara
1) Telapak tangan petugas diberi baby oil kemudian
diratakan
2) Peganglah payudara lalu diurut dari pangkal ke puting
susu sebanyak 20 kali
3) Pijatlah puting susu pada daerah areola mammae untuk
mengeluarkan colostrums.
4) Bersihkan payudara dengan air bersih memakai waslap.
Cara perawatan payudara Sumber: (Marmi, 2012).
33
Gambar 2.1. Pengurutan buah dada dari tengah ke samping kemudian
ke bawah
Gambar 2.2. Pengurutan buah dada berputar dari tengah ke samping
kemudian ke bawah
Gambar 2.3. Pengurutan buah dada berputar dari tengah ke samping
kemudian ke bawah
34
Gambar 2.4. Pengurutan buah dada dari pangkal ke puting.
Cara perawatan payudara Sumber SOP Puskesmas.
1.
Memberikan ibu tindakan yang akan dilakukan
2.
mempersiapkan alat
3.
mempersilahkan ibu duduk pada kursi yang disediakan
4.
informed concent
5.
mencuci tangan dengan sabun dan air mnegalir
6.
membuka pakaian atas dan bra (BH) ibu.
35
7.
Memasang handuk dengan posisi melintang
dibawah
payudara ibu.
8.
Membersihkan puting susu dengan menggunakan kapas
yang bersih kemudian mengeringkannya
9.
Licinkan kedua telapak tangan dengan minyak
10.
Tempatkan kedua telapak tangan dengan minyak
11.
Payudara diurut dari bagian tengah ke atas melingkar
selanjutnya menuju arah bawah, lalu ke atas dan diangkat
kemudian dilepaskan, diangkat selama 5 menit
12.
Tangan kiri menyongkong payudara kearah putting 30 kali
(5 menit untuk setiap payudara)
13.
Kolaborasi dengan pijat oksitosin, kompres hangat dan
pemijatan selama, rangsangan oksitosin dimulai pada
payudara yang tidak sakit yaitu stimulasi putting susu, pijat
leher lakukan kurang lebih 3-5 menit.
14.
Gunakan 2 kepalan tangan, ibu jari menunjuk ke depan
15.
Tekan kuat membentuk gerakkan melingkar-lingkar
16.
Pijat hingga sebatas tali bra
17.
Payudara dibersihkan dan dikeringkan
18.
Pakai brah (BH) yang menopang payudara
19.
Membersihkan semua alat
20.
Mencuci tangan
21.
Mendokumentasi dan melakukan intervensi yang sesuai.
36
e. Perangsangan Payudara
Setelah selesai pengurutan, payudara disiram dengan air
hangat dan dingin secara bergantian selama ± 5 menit (air hangat
dahulu kemudian air dingin). Kemudian pakailah BH (kutang)
yang menyangga payudara. Diharapkan dengan melakukan
perawatan payudara, baik sebelum maupun sesudah melahirkan,
proses laktasi dapat berlangsung dengan sempurna.
Langkah-langkah pengurutan payudara adalah sebagai berikut:
1) Cuci tangan sebelum massase payudara.
2) Tuangkan minyak ke kedua telapak tangan secukupnya.
3) Lakukan friction
Sokong payudara kiri dengan tangan kiri. Lakukan gerakan kecil
dengan dua atau tiga jari tangan kanan, mulai dari pangkal
payudara dan berakhir dengan gerakan spiral pada daerah puting
susu. Lakukan juga pada payudara kanan.
4) Selanjutnya lakukan gerakan memutar sambil menekan dari
pangkal payudara dan berakhir pada puting susu di seluruh bagian
payudara. Lakukan gerakan secara bergantian.
5) Lakukan massase
Letakkan kedua telapak tangan diantara kedua payudara. Urutlah
dari tengah ke atas sambil mengangkat kedua payudara dan
lepaskan keduanya perlahan. Lakukan gerakan ini  20 – 30 kali.
37
6) Sangga payudara dengan satu tangan, sedangkan tangan lain
mengurut payudara dengan sisi kelingking dari arah pangkal
payudara ke arah puting susu. Lakukan gerakan ini  20 – 30 kali.
Setelah itu letakkan satu tangan di sebelah atas dan satu lagi bawah
payudara. Luncurkan kedua tangan secara bersamaan ke arah
puting susu dengan cara memutar tangan. Ulangi gerakan ini
sampai semua bagian payudara terkena urutan.
7) Pengompresan
Pengompresan menggunakan air hangat dan air dingin serta 2 buah
waslap.
Cara: setelah pengurutan dilakukan, kompres kedua payudara
dengan waslap hangat selama 2 menit, kemudian diganti dengan
kompres dingin selama 1 menit. Kompres dilakukan 3 kali
berturut-turut dan diakhiri dengan kompres hangat.6
5.
Teknik pengosongan payudara
Pengosongan payudara perlu dilakukan agar payudara tidak
terasa penuh untuk mengurangi bendungan ASI serta memperlancar
produksi ASI. Pengosongan payudara atau pengeluaran ASI dapat
dilakukan dengan dua cara:
a. Pengeluaran ASI dengan tangan
1) Tangan dicuci sampai bersih
2) Siapkan cangkir/gelas bertutup yang telah dicuci dengan air
mendidih.
38
3) Payudara di kompres dengan kain handuk yang hangat dan di
massase dengan kedua telapak tangan dari pangkal ke arah
areolla mammae, ulangi pemijatan ini pada sekitar payudara
secara merata.
4) Dengan ibu jari di sekitar aerolla mammae bagian atas dan jari
telunjuk pada sisi yang lain, lalu daerah payudara di tekan ke
arah dada.
5) Daerah aerolla mammae diperas dengan ibu jari dan jari
telunjuk, jangan memijat/menekan puting karena dapat
menyebabkan rasa nyeri/lecet.
6) Ulangi tekan – peras – lepas – tekan – peras – lepas, pada
mulanya ASI tidak keluar, setelah beberapa kali maka ASI
akan keluar.
7) Gerakan ini diulang pada sekitar areola mammae dari semua
sisi, agar yakin bahwa ASI telah diperas dari semua segmen
payudara.
b. Pengeluaran ASI dengan pompa
Bila payudara terbendung dan puting terasa nyeri, maka akan lebih
baik bila ASI dikeluarkan dengan pompa payudara. Pompa dapat
digunakan bila ASI benar-benar sudah penuh, tetapi ada payudara
yang lunak akan lebih sukar. Cara pengeluaan ASI dengan pompa
payudara:
1) Tekan bola karet untuk mengeluarkan udara.
39
2) Ujung leher tabung diletakkan pada payudara dengan puting
susu tepat di tengah dan tabung benar-benar melekat pada kulit.
3) Bola karet di lepas, sehingga puting susu dan areola mammae
tertarik ke dalam.
4) Tekan dan lepas beberapa kali, sehingga ASI akan keluar dan
terkumpul pada lekukan penampung pada sisi tabung.
40
E. Kerangka Teori
Bagan 2.1 Kerangka Teori Penelitian
Faktor- faktor yang mengakibatkan bendungan ASI :
Posisi mulut bayi
puting susu ibu salah.
dan
Asi lancar payudara
normal
Produksi ASI berlebihan.
Pengeluaran ASI yang
jarang
Perawatan Payudara
Terlambat dalam menyusui
Asi tersedia
Waktu menyusui yang
terbatas
Ciri-ciri
 Payudara
bengkak
 Payudara
merah
 Payudara
nyeri
Keterangan :
: diteliti
: tidak diteliti
Sumber : (Retna, 2016), (Marmi, 2012),
41
F. Kerangka Konsep
Bagan 2.2 Kerangka Konsep Penelitian
Variabel Independen
Variabel Dependen
Kejadian bendungan
ASI
Perawatan payudara
G. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dari penelitian ini yaitu : “Ada pengaruh perawatan payudara
terhadap kejadian bendungan ASI pada ibu post partum di pbm wilayah
paduraksa pemalang.”
Ha
:Ada pengaruh perawatan payudara terhadap kejadian bendungan
ASI pada ibu post partum sesudah dilakukan perawatan payudara.
H. Variabel Penelitian
Penelitian tentang pengaruh perawatan payudara terhadap kejadian
bendungan asi pada ibu post partum di pbm wilayah paduraksa pemalang,
menggunakan
variable
dependen
independen (variabel bebas).
42
(variable
terikat)
dan
variabel
1. Variabel dependen
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau akibat
dari variabel independen. Dalam penelitian ini yang merupakan
variabel dependen adalah Bendungan asi.
2. Variabel independen
Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau
yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen.
Dalam penelitian ini yang merupakan variabel independen adalah
Perawatan payudara.
43
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian
Penelitian ini adalah Quasi Experiment (eksperimen semu) dengan
rancangan two group pre test- post test design yaitu kelompok subyek di
observasi sebelum dilakukan perlakuan berupa pengukuran bendungan
ASI, kemudian diintervensi dengan dilakukan perawatan payudara
menurut Standar Operasional Prosedur menerut buku Marmi, S,ST. (2012)
pada kelompok intervensi kemudian pada kelompok kontrol dilakukan
perawatan payudara menurut Standart Operasional Prosedur Puskesmas
Kota Pemalang.
Rancangan penelitian adalah sebagain berikut :
Tabel 3.1
Desain Quasy Experiment (Two Group Pre-test and Post-test)
Kelompok
Intervensi
Kontrol
Pre-test
O1
O3
Perlakuan
X1
X2
Post-test
O2
O4
Keterangan :
O1 :Pengukuran kejadian bendungan ASI pada ibu post partum
sebelum perawatan payudara pada kelompok intervensi di hari
pertama
44
X1 :Perawatan payudara berdasarkan buku Marmi 2012 pada hari
kedua.
O2 :Pengukuran kejadian bendungan ASI pada ibu post partum
sesudah perawatan payudara pada kelompok interview di hari ke
empat.
O3 :Pengukuran kejadian bendungan ASI pada ibu post partum
sebelum perawatan payudara pada kelompok kontrol di hari
pertama.
X2 :Perawatan payudara menurut Standar Operasional Prosedur
Puskesmas Pemalang pada hari kedua dan ketiga.
O4 :Pengukuran kejadian bendungan ASI pada ibu post partum
sesudah perawatan payudara pada kelompok kontrol di hari
keempat.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian ini dilakukan di PMB Listyani Amd, Keb. Dan PMB
Retno Utami Amd, Keb. Alasan dipilihnya tempat ini karena di Wilayah
Pemalang banyak ibu post partum yang tidak melakukan perawatan
payudara, dan belum ada yang pernah meneliti perawatan payudara di
tempat Wilayah Pemalang.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan mulai bulan Februari 2018.
45
C. Definisi Operasional
Tabel 3.2 Definisi Operasional
No
1.
2.
Variabel
Definisi
Operasional
Variabel
Adalah suatu cara yang
independen : dilakuan untuk merawat
payudara agar air susu
Perawatan
keluar dengan lancar
Payudara
dilakukan ibu post
partum hari kedua dan
ketiga yang dilakukan
dua kali sehari pagi dan
sore.
Variabel
Keadaan
payudara
dependen
: oedema, sakit puting
Bendungan
susu kencang, kulit
mengkilat walaupun ida
ASI
merah,
ASI
tidak
keluar, terjadi pada hari
ke tiga post partum
Alat &
cara
ukur
Hasil Ukur
Skala
Ukur
SOP
perawatan
payudara
-
-
Lembar
observasi
Skor 1-11
Rasio
D. Populasi, Sampel dan Tehnik Sampling
1. Populasi
Populasi merupakan seluruh subjek atau objek dengan karakteristik
tertentu yang akan diteliti. Populasi yang akan diambil dalam
penelitian ini adalah ibu post partum pada bulan Februari 2018.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan obyek yang
diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi14. Penentuan besarnya
46
sampel yang diambil oleh peneliti menggunakan rumus issac, sebagai
berikut :
Keterangan :
s = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
= Chi kuadrat, dengan dk = 1, taraf kesalahan 1%, 5% & 10%
d = 0,05
P = Q = 0,5
Jumlah populasi ibu bersalin pada bulan november-desember
adalah 34 orang.
= 29,18 dibulatkan menjadi 30 orang.
Jumlah sampel ditambah 10% jadi 34 dibagi 2 kelompok
yaitu 17 kelompok intevensi dan 17 kelompok kontrol. Jumlah
dengan karakteristik pengambilan sampel dari anggota populasi
berdasarkan inklusi dan eksklusi sebagai berikut :
Kriteria inklusi merupakan batasan ciri atau karakter umum
pada subjek peneliti, dikurangi karakter yang masuk kriteria
eksklusi.
Pertimbangan
47
ilmiah
menjadi
pedoman
dalam
menentukan kriteria inklusi.19,21 Adapun kriteria inklusi dalam
penelitian ini adalah:
a. Ibu post partum yang mengalami bendungan asi di
PMB Listyani Amd, Keb dan Retno Utami Amd,Keb
wilayah paduraksa Pemalang.
b. Semua ibu post partum pada hari kedua dan ketiga yang
menyusui bayinya.
c. Ibu post partum yang bersedia dilakukan perawatan
payudara dua kali dalam sehari.
d. Bentuk puting ibu normal.
e. Ibu tidak sedang mengkonsumsi obat-obatan yang
memperlancar pengeluaran ASI.
f. Ibu yang tidak memberikan susu formula pada bayinya
g. Ibu yang tidak melakukan perawatan payudara rutin
selama hamil
h. Usia kehamilan antara 37-42 minggu.
i. Bayi lahir hidup.
Kriteria eksklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian
tidak dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai
sampel peneliti. Kriteria eksklusi harus dikeluarkan dari penelitian
karena berbagai sebab yang dapat mempengaruhi hasil penelitian
sehingga menjadi bias.1,25 Adapun kriteria eksklusi pada penelitian
ini adalah:
48
a.
Semua ibu post partum yang melahirkan dengan
tindakan
atau
persalinan
dengan
komplikasi
(vacum/SC).
b.
Ibu mengalami demam tinggi.
c.
Payudara mengalami kelainan: mastitis, Ca mamae,
gangguan integritas kulit di bagian payudara.
3. Teknik sampling
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah
non probality sampling dengan
purposive sampling. Teknik
purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data
dengan pertimbangan tertentu berdasarkan kriteria inklusi dan
eksklusi.8
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam perawatan payudara untuk
kelompok intervensi dikutip menurut Standar Operasional Prosedur buku
Marmi 2012 dan perawatan payudara untuk kelompok kontrol dikutip
menurut Standar Operasional Prosedur Puskesmas Kota Pemalang.
Lembar observasi berisi tentang identitas responden yang meliputi : nomor
reponden, nama reponden, enumerator, serta hari dan tanggal untuk
kelompok intervensi maupun kelompok kontrol sebelum perawatan
payudara.
49
F. Teknik Pengumpulan Data
1. Pengumpulan Data
a. Data primer
Pengumpulan data primer yaotu dengan menggunakan lembar
observasi sebagai subjek penelitian pada klien yang menjadi objek
penelitian yang diperoleh melalui observasi berdasarkan lembar
observasi yang telah disusun. Data primer merupakan sumber data
yang diperoleh langsung dari sumber asli (tidak melalui media
perantara). Data primer dapat berupa opini subjek (orang) secara
individual atau kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda
(fisik). Kejadian atau kegiatan, dan hasil pegujian. Metode yang
dipergunakan dalam pengumpulan data primer dengan observasi.
b. Data sekunder
Pengumpulan data sekunder yaitu data diperoleh dari data dan
arsip tentang ibu post partum yang ada di PMB Listyani dan
PMB Retno utami kota pemalang. Data sekunder merupakan
sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak
langsung melalui media perantara atau dicatat oleh pihak lain.
Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan
histori yang telah tersusun dalam arsip (data dokumentasi) yang
dipublikasikan dan yang tidak di publikasikan. Pencarian data
sekunder dilakukan oleh peneliti sendiri secara manual. Peneliti
mengumpulkan data yang berasal dari dokumen asli, dokumen
50
tersebut berupa data ibu bersalin dan data perawatan payudara
yang dicatat bidan di ruangan bersalin di PMB Listyani dan
PMB Retno. Apabila sampel telah dilakukan perlakuan, setelah
melahirkan responden yang diperiksa menggunakan perawatan
payudara dan kejadian bendungan asi serta dicatat pada lembar
observasi. Apabila sampel dimasukkan ke dalam kelompok
perlakuan, setelah melahirkan responden diperiksa keadaan
payudaranya dan kejadian bendungan asinya serta dicatat pada
lembar observasi.
2. Prosedur pengumpulan data pada penelitain ini adalah :
a. Tahap persiapan
Peneliti
mempersiapkan
meteri
dan
konsep
yang
mendukung penelitan. Peneliti menyusun proposal penelitian
yang terlebih dahulu dikonsultasikan kepada pembimbing I dan
II. Peneliti mengajukan surat permohonan dari STIKES Karya
Husada Semarang untuk melakukan studi pendahuluan,
kemudian peneliti meminta ijin kepada PMB yang akan diteliti
untuk mengambil data sampel.
Peneliti menyerahkan surat ijin penelitian kepada PMB
yang akan diteliti di wilayah kota pemalang yang kemudian di
lanjutkan meminta data ibu post partum tahun 2016. Untuk
melihat jumlah pasien yang akan dijadikan responden.
51
Melakukan studi pendahuluan di PMB Listyani dan PMB
Retno.
b. Tahap pelaksanaan
Kegiatan
dalam
tahap
ini
adalah
penelitian
dan
pengumpulan data dilaksanakan setelah mendapatkan ijin
penelitian dari pihak kampus. Kemudian proses ijin penelitian
PMB untuk mendapatkan ijin dari pihak yang bersangkutan.
Memberikan penjelasan kepada PMB Listyani dari pihak PMB
mengenai prosedur, maksud dan tujuan penelitian yang akan
dilakukan.
Peneliti
mengajukan
lembar
persetujuan
menjadi
responden kepada ibu post partum sebagai persetujuan menjadi
responden dari penelitian ini. Peneliti meminta responden
menandatangani
lembar
persetujuan
(informed
concent)
memberikan tanda tangan di atas lembar persetujuan menjadi
responden dikumpulkan dan dibagi ke dalam 2 kelompok yaitu
kelompok intervensi yang dilakukan perawatan payudara
menurut Standar Operasional Prosedur buku Marmi 2012 dan
kelompok kontrol dilakukan perawatan payudara menurut
Standar Operasional Prosedur Puskesmas Kota Pemalang.
Peneliti dibantu oleh enumerator sebanyak 2 orang
berperan
sebagai
orang
52
yang membantu
peneliti
saat
melakukan perawatan payudara. Peneliti mengetahui latar
belakang
enumerator
seperti
nama,
gelar
pendidikan,
pengalaman bekerja serta sertifikat yang diraih selama bekerja
sebagai bidan dan peneliti juga melakukan persepsi terhadap
enumerator dan responden sebelum dan sesudah melakukan
tindakan. Peneliti menentukan jumlah populasi ibu post partum
di Puskesmas Pemalang di dapatkan sampel yang memenuhi
kriteria inklusi dan ekslusi. Pengambilan sampel dilakukan
secara purposive sampling didapatkan jumlah sampel 17 ibu
post partum untuk kelompok intervesi yang dilakukan
perawatan payudara.
Menurut Standar Operasional buku Marmi (2012)
didapatkan pengukuran kelancaran ASI 24 jam sebelum
perawatan payudara pada hari kedua dan 24jam sesudah
perawatan payudara pada hari ketiga dan jumlah sampel 17 ibu
post partum untuk kelompok kontrol yang kan dilakukan
perawatan payudara menurut Standar Operasional Puskesmas
Pemalang didapatkan pengukuran bendungan ASI 24 jam
sebelum perawatan payudara pada hari kedua dan 24 jam
sesudah perawatan payudara pada hari ketiga dan aktifitas
penelitian.
Skema 3.1 Aktifitas Penelitian
53
Populasi ibu post partum
Berdasarkan kriteria
inklusi dan eksklusi
Sampel yang
memenuhi kriteria
Pengukuran
bendungan
ASI 24 jam
sebelum
perawatan
payudara
pada hari
kedua
Pengukuran
bendungan
ASI 24 jam
setelah
perawatan
payudara
pada hari
ketiga
Kelompok
Intervensi
SOP
menurut
buku
Marmi
2012
Purposive Sampling
Kelompok
Kontrol
Perawatan
payudara
pada ibu
post
partum,
H+2 dan
H+3
SOP
menurut
Puskesmas
Pemalang
Pengukuran
bendungan ASI 24
jam sebelum
perawatan payudara
pada hari kedua
Pengukuran
bendungan ASI 24
jam setelah
perawatan payudara
pada hari ketiga
Jadwal berikutnya dengan responden yang sama.
Setelah dilakukan perawatan payudara, bayi di berikan ASI.
Enumerator mencatat hasil dari produksi ASI yang sudah
dilakukan perawatan payudara selama 24 jam. Keesokan
harinya hasil dikumpulkan kembali, informasi dari responden
dalam penelitian ini dijaga kerahasiaannya.
c. Tahap Pelaporan
54
Penelitian
mengumpulkan
data
akhir
untuk
kemudian
dilakukan analisis data menggunakan SPSS.
G. Cara Pengolahan Data
Kegiatan pengumpulan data dalam penelitian selalu berhubungan.
Pengolahan data dapat dilakukan dengan tangan (manual) ataupun dengan
bantuan alat komputer.15,18 Setelah semua data diperoleh kemudian
dilakukan pengolahan data yang melalui tahap-tahap :
1. Editing (Memeriksa Data)
Editing data meliputi kegiatan meneliti kembali kelengkapan lembar
observasi yang telah diisi.
2. Coding (Memberi Kode)
Kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri
atas beberapa kategori. Mengubah data dari yang berbentuk huruf
menjadi
data
yang
berbentuk
angka
untuk
memudahkan
penginterpretasian hasil penelitian. Jika ada bendungan= 0, jika tidak
ada bendungan= 1.
3. Tabulating (Menyusun Data)
Kegiatan mengorganisir data sedemikian rupa sehingga mudah untuk
dijumlah, disusun dan disajikan ke dalam bentuk tabel atau grafik
kemudian dianalisis.
4. Entry Data (Memasukkan Data)
55
Memasukkan data ke dalam komputer untuk selanjutnya dilakukan
analisis data dengan menggunakan program software yang ada yaitu
SPSS versi 12.
H.
Analisa Data
1. Analisa Univariat
Penelitian analisa univariat adalah analisa yang dilakukan
menganalisa tiap variabel dari hasil penelitian.15 Setelah dilakukan
pengumpulan data kemudian data dianalisa menggunakan statistik
deskriptif untuk mendapatkan dalam bentuk tabulasi, yang digunakan
untuk melaporkan hasil dalam bentuk distribusi frekuensi dan prosentase
(%) dari masing-masing item atau variabel yaitu pengukuran bendungan
ASI sebelum dan sesudah perawatan payudara menurut prosedur buku
Marmi 2012 dan pengukuran bendungan ASI sebelum dan sesudah
perawatan payudara menurut prosedur Puskesmas Pemalang. Adapun
analisa univariat disajikan dalam bentuk tendensi sentral berupa mean,
minimum, maksimum dan standar deviasi.
2. Analisa Bivariat
Analisa bivariat untuk mengetahui pengaruh perawatan payudara
menurut Standar Operasional Prosedur buku Marmi 2012 dan perawatan
payudara menurut Standar Operasional Prosedur Puskesmas
Kota
Pemalang terhadap bendungan ASI pada ibu menyusui di PMB Wilayah
paduraksa Pemalang. Langkah-langkah untuk yang harus dilakukan adalah
56
uji normalitas data. Uji ini untuk mengetahui apakah ada data tersebut
berdistribusi normal atau tidak. Jika sampel ≤ 50 maka normalitas data
menggunakan uji Saphiro Wilk. Jika sampel ≥ 50 maka menggunakan
smirnov.
Apabila
data
berdistribusi
normal
maka
menggunakan
Independent t-test, bila tidak normal menggunakan uji Man Whitney test.
I. Etika Penelitian
Peneliti mengajukan permohonan izin kepada Direktur Puskesmas
Pemalang. Kemudian melakukan penelitian langsung kepada responden
dengan menekankan pada masalah etika yang meliputi :
1. Lembar Persetujuan menjadi responden (informed consent)
Lembar
persetujuan
penelitian
diberikan
pada
responden.
Tujuannya adalah subyek mengetahui maksud dan tujuan penelitian serta
dampak yang diteliti selama pengumpulan data. Jika subyek bersedia
diteliti maka harus menanda tangani lembar persetujuan. Jika subyek
menolak untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap
menghormati haknya. Dalam penelitian ini yakni peneliti harus minta izin
dan subyek yang akan diteliti juga harus menandatangani lembar
persetujuan supaya menjadi bukti bahwa subyek yang akan diteliti benarbenar setuju.
2. Anonymity (tanpa nama)
57
Identitas responden tidak perlu dicantumkan pada lembar
pengumpulan data, agar dapat dijaga kerahasiaannya. Untuk mengikuti
keikut sertaannya peneliti cukup dengan menuliskan kode-kode pada
masing-masing lembar pengumpulan data.
3. Confidentialy (rahasia)
Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh peneliti yakni akan
dijaga dan dijamin kerahasiaannya dengan cara tidak mencantumkan nama
sebenarnya, akan tetapi dengan memberikan inisial pada data responden.
4. Hak Responden (right to wit draw)
Setiap responden memiliki hak mengundurkan diri, sehingga
responden dapat menyatakan untuk tidak diikut sertakan dalam penelitian
dengan alasan tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
58
1. Arikunto, S, 2015. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta : Rineka Cipta.
2. WHO. World Health Statistics 2015: World Health Organization; 2015
3. Depkes, RI. 2015. Modul 1 Askeb III (Nifas). Sister School Program D
III Kebidanan. Jawa tengah
4. Manuaba, 2014. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan & Keluarga
Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.
5. Farrer, 2014. Perawatan Maternitas. Edisi bahasa Indonesia. Jakarta :
EGC
6. Marmi, S.ST. (2012). Asuhan kebidanan pada masa nifas “peuperium
care” Yogyakarta:Pustaka Pelajar
7. Notoadmodjo, Prof. Dr. Soekidjo. (2010). Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta.
8. Arita, M, 2013. Keterampilan praktik klinik keperawatan. Jakarta :
Fitramaya
9. Dinkes Provinsi Jawa Tengah. 2015. Http://Www/Google/Angka
kematian-Ibu sejateng-A-online. Com. Diunduh 14 Agustus 2017
10. Oktavia, 2013. Masa laktasi. Http//Www/ google-Laktasi.com.
Diunduh Maret 2018
11. Saifuddin, 2013. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta : JPNKKR
12. Nursalam, 2014. Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
59
13. Afianti rahma sefi, 2013. Efektifitas pemijatan payudarra dengan
senam payudara terhadap kelancaran ASI pada ibu post partum.
Jakarta : EGC
14. Fika Aulia, 2015. Bendungan ASI. Http://Www/Google-bendunganAsi.Com. Di unduh 23 Maret 2012
15. Fuady, Ahmad. 2013. Kartini dan Angka kematian ibu yang tinggi.
Http://Www/.Google/Farranasir. Com. Diunduh 13 Agustus 2017
16. Dewi Yanti, 2016. Hubungan pengetahuan
sikap ibu dengan
bendungan asi di puskesmas sidomulyo pekanbaru.
17. Mansjoer, A. (2014). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media
Aesculapius.
18. Melani A, 2013. Hubungan perawatan payudara masa anteanatal
dengan kecepatan sekresi ASI post partum primipara. Jakarta : Arcan
19. M Saleh. 2013. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia.
20. Retna, Eni, 2016. Asuhan kebidanan Nifas. Yogyakarta : Mitra
Cendikia Pres.
21. S Hapsari, 2013. Hubungan tingkat pengetahuan perawatan payudara
dengan kejadian payudara bengkak pada ibu nifas. Jakarta : Fitramaya
22. Sugiyono. 2014. Statistik untuk penelitian. Bandung : CV. Alfabeta.
23. Suherni, dkk. 2013. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta : Fitramaya.
24. Sujiyatini, 2013. Asuhan kebidanan Ibu Nifas. Yogyakarta : Cyrillus
Publisher.
25. Varney, 2015. Buku Ajar asuhan kebidanan Edisi 4. Jakarta : EGC
60
26. Wiknjosastro, 2014. Ilmu Kandungan. Jakarta : YBPSP
27. Xiu liu meng, 2013. Correlation study of knowledge and behavior
regarding breast care among female undergraduate student in China.
Jakarta : Rineka Cipta.
61
Download