Uploaded by Nu'man Hidayat

PPNT Q

advertisement
FERTILITAS DAN PERIODE FERTIL TELUR ITIK HASIL
INSEMINASI BUATAN DENGAN SEMEN ENTOK YANG DIBERI
VITAMIN C DAN VITAMIN E
Oleh:
Nu’man Hidayat
D1A007053
Pembimbing I : Dr. Ir. Rachmawati Wahyuningsih, S.,SU.M.Agr.Sc
Pembimbing II: Dr. Ismoyowati, S.Pt., MP
KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PETERNAKAN
PROGRAM STUDI PRODUKSI TERNAK
PURWOKERTO
2011
Latar Belakang
Itik Lokal
Penghasil Daging
PBB Rendah
PBB Tinggi
Semen Entok
Koleksi Semen
IB
Dilakukan IB
Penurunan Kualitas
Antioksidan
Fertilitas &
Periode Fertil
Berhasil
Perumusan Masalah
Antioksidan
Semen Entok
Vitamin C & E
Melindungi semen dari
oksidasi senyawa peroksida
Meningkatkan
Fertilitas telur
&
Periode Fertil
Spermatozoa
Entok
Dalam Saluran
Reproduksi
Itik Betina
Radikal Bebas
Penghalang utama trhdp peroksida
fosfolipida dlm membran seluler dan
subseluler
Hipotesis
Penambahan vitamin C dan vitamin E dapat mempertahankan kualitas
spermatozoa sehingga akan meningkatkan fertilitas dan periode fertil
telur itik hasil IB dengan semen entok.

Mengetahui pengaruh
interaksi antara penambahan
vitamin dalam semen pada
itik Magelang dan itik
Mojosari terhadap fetilitas
dan periode fertil.


Mengetahui pengaruh jenis
itik tehadap fertilitas dan
periode fertil.
Mengetahui pengaruh
penambahan vitamin dalam
semen terhadap fertilitas
dan periode fertil.
Memberikan informasi secara
teoritis dalam bidang IPTEK
mengenai kualitas spermatozoa
entok yang mempunyai
fertilitas dan periode fertil
yang tinggi untuk IB.


Memberikan informasi
kepada masyarakat mengenai
cara menghasilkan kualitas
spermatozoa entok yang
mempunyai fertilitas dan
periode fertil yang tinggi
untuk IB dengan penambahan
vitamin C dan vitamin E.
Inseminasi Buatan pada Itik
Simanjuntak, 2002
Itik betina lokal yang di IB dengan semen entok
akan menghasilkan entik, karena berasal dari 2
jenis unggas yang berbeda maka memiliki
tingkat fertilitas dan daya tetas telur yang lebih
rendah. Telur hasil persilangan ini ditetaskan
selama 32 hari dan ternyata menghasilkan
individu baru yang unggul terutama
pertumbuhan tubuhnya, tetapi hasil silangannya
selalu mandul.
Martawijaya, 2004
Itik Magelang berasal dari Magelang, Jawa Tengah.
Umumnya warna bulu itik Magelang adalah kecoklatan
dengan variasi dari coklat muda hingga coklat tua atau
kehitaman. Itik ini pertama kali berproduksi pada umur 6
bulan dengan bobot badan 1,5 kg.
Srigandono, 1990
Kemampuan produksi telur itik Megelang dalam satu masa
peneluran adalah 160,90 butir dengan rataan bobot telur
adalah 64,95 g/butir.
Prayitno, 2002
Itik Mojosari berasal dari Mojosari, Kabupaten Mojokerto,
Jawa Timur. Umumnya warna bulu itik Mojosari cokelat
kehitaman dengan paruh dam kaki berwarna hitam. Itik ini
pertama kali berproduksi pada umur 5,5 bulan dengan
bobot badan 1,7 kg, namun tingkat produksinya baru stabil
setelah berumur 7 bulan. Kerabang telurnya berwarna
kehijauan.
Simanjuntak, 2002
Produksi telurnya mencapai 180-200 butir/ ekor/ tahun dan
[email protected]
berat telur sekitar 60 gram
per butir. Menurut penelitian
Dewantari (2000)
umur dewasa kelamin dan bobot badan itik
mojosari yang diberi alfatoksin dalam ransum
adalah 135,50 ± 2,45 hari dan 1434,40 ± 13,50
kg.
Semen Unggas
Etches, 1996
Spermatozoa unggas berbentuk panjang, silindris dan ekor
meruncing. Diameter, panjang dan volume spermatozoa
berturut-turut adalah 0,5 µm, 100 µm dan 10 µm3.
Spermatozoa unggas terdiri atas akrosom, kepala, bagian
tengah (midpeace) dan ekor. Akrosom mengandung enzim
proteolitik yang dibutuhkan spermatozoa selama
pembuahan, sedangkan pada kepala spermatozoa berisi
inti sel. Bagian tengah dan ekor terdiri atas mitokondria dan
sel sitoskeleton yang menyebabkan spermatozoa menjadi
motil dan berfungsi.
Pengenceran Semen
Isnaini dan Suyadi, 2000
Tujuan digunakan ringer laktat sebagai bahan
pengencer adalah untuk memberikan sifat buffer
dalam semen, karena spermatozoa yang disimpan
pada suhu kamar akan cepat mengalami penurunan
kualitas dan bisa digunakan untuk inseminasi buatan
tidak lebih dari 30 menit setelah penampungan.
Bearden dan Fuquay, 2000
Kapasitas buffer harus dapat mencegah perubahan pH
dengan menetralisir produksi asam dari metabolisme
spermatozoa/ isotonic sodium citrate.
Vitamin C & E
Surai et al.,2001
kombinasi antioksidan alami seperti vitamin C (asam
ascorbat), vitamin E dan glutathione dengan enzim peroksida
dismutase dan glutathione peroksidase pada semen unggas,
dapat melindungi spermatozoa dari senyawa radikal bebas
dari produk racun yang dihasilkannya. Selanjutnya dikatakan
bahwa keseimbangan antara produk radikal bebas dengan
antioksidan dalan semen merupakan faktor penentu kualitas
semen.
Vitamin C & E
Blesbois et al., 1993
Vitamin E yang terkandung dalam semen ayam jantan
ditemukan rata-rata adalah 0,25 mikrogram per 109 sel
pada spermatozoa dan hanya 0,074 mikrogram dalam
seminal plasma.
Surai et al.,1997
Secara umum kandungan vitamin E dalam semen
tergantung pada suplementasi vitamin E pada pakan, semen
unggas mengandung vitamin E sekitar 0,46 µg/ml (tanpa
suplementasi vitamin E) sampai 1,04 – 1,20 µg/ml
(suplementasi vitamin E 200 mg/ kg pakan).
Fertilitas
Suprijatna dkk ( 2005)
Fertilitas adalah persentase telur fertil dari seluruh telur
yang digunakan dalam suatu penetasan. Faktor-faktor
penentu fertilitas adalah sex rasio, umur ternak, jarak
waktu kawin sampai bertelur, pakan dan musim.
fertilitas telur itik berkisar antara 85-90 %.
Fertilitas
Froman and Kirby, 2008
Fertilitas telur dipengaruhi oleh produksi dan maturasi
spermatozoa, motilitas spermatozoa sewaktu kopulasi,
lamanya spermatozoa bertahan di UVJ, transport pasif
spermatozoa dalam mencapai oviduct, induksi pada reaksi
akrosom, pelubangan selaput previtellin oleh spermatozoa,
penempatan rapatan DNA pada gabungan membran oosit
serta kombinasi dari satu atau beberapa inti sel kelamin
jantan dan betina.
Periode Fertil
Sastrodihardjo dan Resnawati, 2003
lama hidup spermatozoa di dalam saluran reproduksi betina
yaitu di Uterus-Vagina Junction (UVJ) yang merupakan
tempat terjadinya fertilisasi kurang lebih 6-10 hari.
Iskandar, 2004
satu kali inseminasi dengan dengan kualitas semen yang
baik berisi sekitar 100 juta spermatozoa, betina akan terus
menghasilkan telur fertil selama rata-rata 12 hari.
Materi
24 ekor Itik betina
Magelang
24 ekor Itik betina
Mojosari
5 ekor entok pejantan
Materi
►Kandang
24 petak kandang
5 petak kandang
itik betina
entok
►Pakan yang diberikan
40 % Dedak
25 % Konsentrat
35 % Jagung giling
Kandungan dalam ransum : protein 17 % dan energi 2900 kkal/kg
Materi
►Bahan yang digunakan dalam IB :
Pengencer
Vitamin C
Vitamin E
Larutan Ringer laktat
Esterce
Tocopherol
►Alat yang digunakan dalam penyadapan semen,evaluasi
semen & IB :
-Gelas ukur
-Corong glass
-Spuit
-Mikroskop
-Object glass
-Cover glass
Macam Peubah
 Fertilitas Telur
 Periode Fertil
Data Pendukung : volume, motilitas, konsentrasi,
persentase hidup, dan persentase
abnormalitas spermatozoa.
Rancangan Penelitian
RAL
Faktorial
Faktor A : Jenis Itik
A0 = Itik Magelang
A1 = Itik Mojosari
Yijk = µ + αi + βj + (αβ i j) + ε ijk
Faktor A : Jenis Itik
Faktor B: Pengencer + Vitamin
4 Ulangan
Faktor B : Pengencer + vitamin
B0 = semen + larutan Ringer
B1 = semen + larutan Ringer + vitamin C 400 µg/ ml
B2 = semen + larutan Ringer + vitamin E 80 µg/ ml
Yijk
µ
αi
βj
β (i) j
εijk
= Nilai pengamatan
= Nilai tengah populasi
= Pengaruh jenis itik ke- i
= Pengaruh pengencer ke- j
= Pengaruh jenis itik ke-i dan pengencer ke-j
= Galat percobaan
Model Analisis
Tabulasi Data
Perlakuan
A0B0
A0B1
A0B2
A1B0
A1B1
A1B2
1
Ulangan
2
3
4
Rataan
Perlakuan
Model Analisis
Analisis Variansi
Sumber
Variansi
JK
Perlakuan
A
B
AxB
Galat
Total
JK p
JK a
JK b
JK ab
JK g
JK tot
DB
KT
5
JK p/5
1
JK a/1
2
JK b/2
2 JK ab/2
18 JK g/18
23 JK tot/23
F Hitung
KT p/KT g
KT a/KT g
KT b/KT g
KT ab/KT g
F Tab
0,05 0,01
TATA URUTAN KERJA
TAHAP PERSIAPAN PENELITIAN
TAHAP PELAKSANAAN PENELITIAN
Tahap persiapan penelitian
Persiapan
materi
• Membeli Itik betina Magelang dan
Mojosari serta entok jantan
Persiapan
Kandang
• Pembersihan kandang
• Memasukan itik dan pemberian kode
Persiapan
alat
• Menyiapkan alat-alat IB
Tahap pelaksanaan penelitian
Pemeliharaan
Koleksi
semen
Evaluasi
Kualitas Semen
Pengenceran
Penetasan
Koleksi Telur
Teknik kawin
suntik (IB)
Penembahan
Vitamin
Fertilitas
Periode Fertil
Tabulasi dan
analisis
Waktu dan Tempat
Penelitian akan dilaksanakan setelah usulan penelitian ini disetujui mulai tanggal
sampai
2011
bertempat di Desa Berkoh, Kecamatan Purwokerto Timur, Kabupaten Banyumas serta di Laboratorium
Ilmu Reproduksi Ternak dan Produksi Ternak Unggas, Fakultas Peternakan, Universitas Jenderal Soedirman.
Tabel 4. Rencana Jadwal Kegiatan Penelitian
No
Kegiatan
1.
2.
3.
Tahap persiapan
Koleksi Semen,
Pengenceran,
Penambahan
vitamin dan IB
Koleksi telur &
candling
Analisis data
Pembuatan laporan
4.
5.
6.
1
1
x
2
x
2
3
3
4
1
2
3
x
x
x
x
4
4
1
2
3
4
1
2
3
4
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
HASIL & PEMBAHASAN
 Evaluasi Semen Segar Entok
Kualitas spermatozoa
Volume
Motilitas
Konsentrasi
Viabilitas
Morfologi abnormal
Angka
0,5 ml
78%
198 x 107sel/ ml
80%
15 %
Volume tersebut sesuai dengan pendapat Etches (1996), bahwa
volume semen unggas berkisar antara 0,1 – 0,9 ml.
Bearden dan Fuquay (2000), dibutuhkan motilitas sebesar 50 - 80%
guna mendapatkan tingkat fertilitas yang tinggi .
Iskandar (2004), minimal konsentrasi spermatozoa 100 juta
/inseminasi.
Toelihere (1993), spermatozoa yang abnormal ≤ 20% dan viabilitas ≥
50% agar pelaksanaan IB berhasil.
 Rataan Fertilitas (%)
Perlakuan
A0B0
A0B1
A0B2
A1B0
A1B1
A1B2
1
46,00
57,14
46,15
33,33
60,00
42,86
2
33,33
55,55
44,44
35,71
62,50
28,57
Ulangan
3
25,00
46,66
50,00
22,22
42,86
46,15
4
30,00
62,50
33,33
33,33
50,00
60,00
Rataan
Perlakuan
33,583 ± 8,958
55,463 ± 6,579
43,480 ± 7,155
31,148 ± 6,056
53,840 ± 9,097
44,395 ± 12,902
 Analisis Variansi
Sumber
Variansi
Perlakuan
A
B
AxB
Galat
Total
JK
DB
2006.4889
6.5835
1987.6910
12.2144
1381.8405
3388.3295
5
1
2
2
18
23
KT
F Hitung
401.2978 5.2273 **
6.5835
0.0858
993.8455 12.9459**
6.1072
0.0796
76.7689
F Tab
0,05
2.77
4.41
3.55
3.55
0,01
4.25
8.29
6.01
6.01
KK = 20.072 %
 Hasil
analisis variansi menunjukkan bahwa
interaksi antara penambahan vitamin tidak
berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap fertilitas.
Hal tersebut diduga karena kombinasi perlakuan
antara penambahan vitamin dan jenis itik
memberikan respon yang berbeda-beda sehingga tidak
memberikan pengaruh bersama secara nyata terhadap
fertilitas pada masing-masing jenis itik.
 Hasil
analisis variansi menunjukkan bahwa
perlakuan jenis itik tidak
berpengaruh nyata
(P>0.05) terhadap fertilitas.
Hal ini disebabkan oleh sistem reproduksi antara itik
betina Magelang dan Mojosari sama karena kedua
ternak tersebut masih termasuk dalam satu bangsa.
Dugaan lain yang menyebabkan jenis itik tidak
memberikan pengaruh yang nyata terhadap fertilitas
adalah jumlah produksi telur yang hampir sama
antara itik Magelang dan itik Mojosari
Selain itu, nilai gravitasi spesifik telur kemungkinan
sama antara telur itik Magelang dan itik Mojosari.
Menurut Yuwanta (1997), fertilitas ayam kampung
akan meningkat dengan meningkatnya nilai spesifik
gravitasi telur.
 Hasil
analisis variansi menunjukkan bahwa
perlakuan penambahan vitamin berpengaruh
sangat nyata terhadap fertilitas (P<0.01).
Penambahan 400 µg/ ml vitamin C dan 80 µg/ ml
vitamin E masing-masing mampu meningkatkan
fertilitas sebasar 22,286 % dan 11,573 %. Hal ini
diduga karena kedua vitamin tersebut merupakan
antioksidan yang melindungi sel dari reaksi oksidasi
senyawa fospolipida peroksida sehingga dapat
mempertahankan kualitas spermatozoa.
Vitamin C bekerja secara ekstrasel pada sitosol. Sebagai
zat penyapu radikal bebas, vitamin C dapat langsung bereaksi
dengan anion superoksida, radikal hidroksil, oksigen singlet
dan lipid peroksida. Sebagai reduktor, asam askorbat akan
mendonorkan
satu
elektron
membentuk
semi
dehidroaskorbat yang tidak bersifat reaktif dan selanjutnya
mengalami
reaksi
disproporsionasi
membentuk
dehidroaskorbat yang bersifat tidak stabil. Dehidroaskorbat
akan terdegradasi membentuk asam oksalat dan asam
treonat. Oleh karena kemampuan vitamin C sebagai
penghambat radikal bebas, maka peranannya sangat penting
dalam menjaga integritas membran sel (Suhartono et al.
2007).

Vitamin E berada di dalam lapisan fosfolipid membran sel
dan berfungsi melindungi asam lemak jenuh ganda dan
komponen membran sel lain dari oksidasi radikal bebas
dengan memutuskan rantai peroksida lipid yang banyak
muncul karena adanya reaksi antara lipid dan radikal bebas
dengan cara menyumbangkan satu atom hidrogen dari gugus
OH pada cincinnya ke radikal bebas, sehingga terbentuk
radikal vitamin E yang stabil dan tidak merusak. (Hariyatmi
2004).

Uji BNJ
 Pengaruh Penambahan Vitamin C dan Vitamin E
dalam Semen Entok Terhadap Fetilitas Telur Itik
Perlakuan
B0
B1
B2
Fertilitas
32.365±7.198a
54.651±7.400b
43.938±9.671b
Ket: superskrip, huruf yang berbeda pada kolom yang sama
menunjukkan berbeda nyata (P<0,05).
Hasil uji lanjut tersebut menunjukkan bahwa ada
perbedaan pengaruh perlakuan penambahan vitamin.
Vitamin C memberikan perbedaan pengaruh sangat
nyata (P<0,01) terhadap fertilitas, sedangkan vitamin
E memberikan perbedaan pengaruh yang nyata
(P<0,05) terhadap fertilitas.
 Rataan Periode Fertil (hari)
Perlakuan
A0B0
A0B1
A0B2
A1B0
A1B1
A1B2
1
14
7
6
20
6
10
2
18
8
5
19
20
3
Ulangan
3
19
11
3
19
9
6
4
20
19
11
20
7
7
Rataan
Perlakuan
17,8 ± 2,6
11,3 ± 5,4
6,3 ±3,4
19,5 ± 0,6
10,5 ± 6,5
6,5 ± 2,9
 Analisis Variansi
Sumber
Variansi
Perlakuan
A
B
AxB
Galat
Total
JK
DB
KT
F Hitung
13.8773
0.0108
13.7356
0.1308
6.9674
20.8447
5
1
2
2
18
23
2.7755
0.0108
6.8678
0.0654
0.3871
7.1702**
0.0280
17.7427**
0.1690
F Tab
0,05
2.77 4.41
3.55 3.55
0,01
4.25
8.29
6.01
6.01
KK = 18.681 %
 Hasil
analisis variansi menunjukkan bahwa
interaksi antara penambahan vitamin dan jenis itik
tidak berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap periode
fertil.
Hal tersebut diduga karena kombinasi perlakuan
antara penambahan vitamin dan jenis itik
memberikan respon yang berbeda-beda sehingga tidak
memberikan pengaruh bersama secara nyata terhadap
periode fertil pada masing-masing jenis itik.
Hasil analisis variansi menunjukkan bahwa perlakuan
jenis itik tidak berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap
periode fertil.
Hal ini disebabkan oleh sistem reproduksi antara itik betina
Magelang dan Mojosari sama karena kedua ternak tersebut
masih termasuk dalam satu bangsa. Spermatozoa yang
masuk ke dalam saluran reproduksi betina akan disimpan di
Sperm Storage Tubules (SST). SST terletak di Utero -Vagina
Junction (UVJ) yaitu saluran penghubung antara uterus dan
vagina. Terdapat sekitar 25.000 SST pada ayam betina.
Setiap SST dapat menampung sekitar 400 spermatozoa dan
75% SST akan berisi spermatozoa yang diinseminasikan ke
ayam betina (Etches, 1996).

Panjang pendeknya periode fertil sangat ditentukan oleh
jumlah spermatozoa yang bersarang pada SST (Sperm
Storage Tubulus), sehingga cukup banyak spermatozoa dapat
menembus membran vitellina sel telur dalam proses
fertilisasi (Wishart,1987).
Hasil analisis variansi menunjukkan bahwa perlakuan
penambahan vitamin berpengaruh sangat nyata (P<0.01)
terhadap periode fertil.
Penambahan 400 µg/ml vitamin C dan 80 µg/ml vitamin E
masing-masing menurunkan periode fertil sebesar 8 hari dan
13 hari.
Hal tersebut diduga karena dengan penambahan vitamin C
maupun vitmain E mampu melindungi sel dari reaksi
oksidasi senyawa fospolipida peroksida sehingga motilitas
spermatozoa tinggi. Semakin tinggi motilitas spermatozoa
maka akan menyebabkan laju metabolisme spermatozoa
tersebut semakin tinggi.

Spermatozoa terus hidup dan beraktivitas dengan
memanfaatkan energi dari hasil metabolisme, sedangkan sisa
dari metabolisme tersebut berupa asam laktat yang
menyebabkan penurunan pH dan asam laktat tersebut
bersifat racun yang merusak fungsi enzim dalam proses
metabolisme (Fauzi dkk, 2001). Semakin tinggi laju
metabolisme spermatozoa akan mengakibatkan substrat yang
tersedia dalam semen sebagai sumber energi semakin
menurun dan timbunan asam laktat semakin tinggi (Saleh,
2000). Oleh karena itu, semen dengan penambahan vitamin
akan menyebabkan pendeknya periode fertil karena
spermatozoa tidak mampu bertahan lebih lama di SST.

Uji BNJ
 Pengaruh Penambahan Vitamin C dan Vitamin E
dalam Semen Entok Terhadap Periode Fertil Telur
Itik
Perlakuan
B0
B1
B2
Fertilitas
18,6 ± 2,0a
10,9 ± 5,5b
6,4 ± 2,9b
Ket: superskrip, huruf yang berbeda pada kolom yang sama
menunjukkan berbeda nyata (P<0,05).
Hasil uji lanjut tersebut menunjukkan bahwa ada
perbedaan pengaruh perlakuan penambahan vitamin.
Vitamin C dan vitamin E memberikan perbedaan
pengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap periode
fertil.
[email protected]
KESIMPULAN
 Penambahan vitamin dalam semen pada itik
Magelang dan Mojosari menghasilkan fertilitas dan
periode fertil yang relatif sama.
 Penambahan 400 µg/ ml vitamin C mampu
meningkatkan fertilitas sebesar 22,28 ± 0,202 %,
sedangkan 80 µg/ ml vitamin E mampu
meningkatkan fertilitas sebasar 11,567 ± 2,473 %.
 Penambahan 400 µg/ ml vitamin C menurunkan
periode fertil sebesar 7,8 ± 3,5 hari, sedangkan 80
µg/ ml vitamin E menurunkan periode fertil sebesar
12,3 ± 0,9 hari.
SARAN
Aplikasi IB sebaiknya dilakukan penambahan vitamin
C dalam semen dengan interval pengulangan IB
dilakukan kurang dari 8 hari.
Download