Uploaded by oktaviandarahmi17

2 Telaah Jurnal KDK Kelompok G18

advertisement
PRAKTEK KEPERAWATAN DASAR KLINIK
TELAAH JURNAL
The Effect of Foot Reflexology and Back Massage on Hemodialysis Patient’s
Fatigue and Sleep Quality
Oleh :
Kelompok G’18 (2)
Khairina , S.Kep
Liasanil Ulfa Ila’ika, S.Kep
Siti Hamidah, S.Kep
Venti Agustin, S.Kep
Lega Septi Rahmi, S.Kep
PRAKTEK PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas telaah jurnal ini tepat
pada waktunya. Shalawat beserta salam tak lupa pula kita hadiahkan kepada Nabi
besar kita yakninya Nabi besar Muhammad SAW. Yang telah membawa umatnya
dari zaman jahiliyah kepada zaman yang penuh ilmu pengetahuan yang kita
rasakan pada saat sekarang ini.
Telaah jurnal ini penulis buat untuk melengkapi tugas mata kuliah
Keperawatan Dasar Klinik. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
makalah ini. Semoga menjadi ibadah dan mendapatkan pahala dari Allah SWT.
Amin.
Penulis menyadari bahwa telaah jurnal ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca, demi
kesempurnaan telaah jurnal ini. Akhir kata penulis berharap semoga telaah jurnal
ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan supaya kita selalu berada di bawah
lindungan Allah SWT.
Padang, September 2018
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................
i
DAFTAR ISI ...................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .........................................................................................
1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................
4
C. Tujuan Penulis .........................................................................................
4
D. Manfaat ....................................................................................................
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Hemodialisa .............................................................................................
6
B. Kualitas Tidur ...........................................................................................
9
C. Fatigue.......................................................................................................
11
D. Refloksology Kaki ....................................................................................
12
E. Back Massage ...........................................................................................
17
BAB III TELAAH JURNAL
A. Telaah Penulisan ......................................................................................
18
B. Telaah Konten ..........................................................................................
29
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ..............................................................................................
34
B. Saran ........................................................................................................
34
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
35
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Data dari United States Renal Data System (USRDS), jumlah insiden
(baru dilaporkan) di United States untuk kasus End Stage Renal Disease
(ESRD) pada tahun 2012 adalah 114.813. Insiden ini mengalami peningkatan
dari tahun sebelumnya yaitu 113.343 (USRDS, 2014). Insiden gagal ginjal di
negara berkembang diperkirakan sekitar 40-60 kasus perjuta penduduk per
tahunnya (Suwitra, 2009 dalam Idrus, dkk., 2009).
Hasil dari Riset Kesehatan Dasar (2013) menyebutkan bahwa
prevalensi penyakit ginjal kronis berdasarkan diagnosis dokter di Indonesia
sebesar 0,2 persen dan penyakit batu ginjal sebesar 0,6 persen. Prevalensi
PGK di Sumatera Barat sebesar 0,2%. Prevalensi PGK tertinggi sebanyak
0,4% yaitu di Kabupaten Tanah Datar dan Kota Solok. Di Kota Padang
didapatkan prevalensi CKD sebesar 0,3%. Kejadian tertinggi CKD di
Sumatera Barat adalah pada kelompok umur 45-54 tahun sebanyak 0,6%.
Perbandingan CKD berdasarkan jenis kelamin pria dan wanita adalah tiga
berbanding dua (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian
Kesehatan RI, 2013). Berdasarkan artikel penelitian tentang gambaran klinis
penderita penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di RSUP
Dr.M.Jamil oleh Aisara, dkk tahun 2018, pasien yang menjalani HD
terbanyak pada kelompok umur 40 – 60 tahun (62,5%). Pasien dengan jenis
kelamin laki-laki memiliki presentasi lebih tinggi, yaitu sebanyak 56,7%.
Berdasarkan lama hemodialisis lebih banyak ditemukan pasien yang
menjalani HD selama kurang dari 3 bulan (81,7%).
Penyakit ginjal kronis merupakan suatu proses patofisiologis dengan
beragam etiologi, sehingga dapat mengakibatkan penurunan fungsi ginjal
yang progresif, dan kebanyakan penyakit ginjal kronis akan berakhir dengan
gagal ginjal. Sedangkan, gagal ginjal merupakan suatu keadaan klinis dimana
terjadi penurunan fungsi ginjal yang irreversible, terjadi pada suatu derajat
yang memerlukan terapi pengganti yang tetap berupa dialisis ataupun
transplantasi ginjal (Suwitra, 2009 dalam Idrus, dkk., 2009).
1
Direktur Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Kementerian
Kesehatan RI, dr. Lily Sriwahyuni Sulistyowati, MM, menegaskan bahwa
perawatan yang dapat dilakukan oleh penderita penyakit ginjal kronis adalah
hemodialisis yang dapat mencegah terjadinya kematian tetapi tidak dapat
menyembuhkan atau memulihkan fungsi ginjal secara sempurna (Depkes,
2016). Hemodialisis merupakan proses membersihkan darah dari produk
sampah yang digunakan pada pasien dengan ESRD (End Stage Renal
Disease) atau pasien dengan penyakit akut yang membutuhkan dialisis dalam
jangka waktu pendek (Williams & Wilkins, 2010).
Hemodialisis dapat menurunkan risiko kerusakan organ-organ vital
lainnya dan akumulasi zat toksik dalam sirkulasi darah, tetapi hemodialisis
tidak dapat mengembalikan fungsi ginjal secara permanen. Selain itu, klien
penyakit ginjal kronis biasanya harus menjalani terapi hemodialisis sepanjang
hidupnya (biasanya 3x dalam seminggu selama paling sedikit 3 hingga 4 jam
per sekali terapi) atau sampai mendapatkan ginjal baru melalui transplantasi
ginjal (Muttaqin & Sari, 2011). Pada pasien dengan penyakit ginjal kronis,
produksi eritropoeitin menurun sehingga mengakibatkan terjadinya anemia,
fatigue, angina, dan napas pendek (Smeltzer, et al., 2010). Efek samping dari
melakukan hemodialisa diantaranya secara biologis (mengalami tekanan
darah yang terlalu rendah atau tinggi, terkena penyakit hernia, anemia,
peritonitis, kulit terasa gatal, dan kram otot), secara psikososial (emosi,
kesulitan tidur, kelelahan, penurunan harga diri, perubahan gaya hidup, dan
fungsi seksual), dan secara sosial (perubahan interaksi kemasyarakat).
Salah satu efek samping yang terjadi pada pasien hemodialisis yaitu
anemia dan fatigue (Williams & Wilkins, 2010). Fatigue adalah perasaan
subyektif dengan gejala yang biasa berupa kelelahan yang ekstrim dan
persisten, bekurangnya energi atau kelemahan (Friedman & Stephens, 2008).
Pasien gagal ginjal kronik yang menjalankan therapy dialysis yang
mengalami beberapa efek samping dari Psikososial dan spiritual memutuskan
untuk menghentikan therapy dialysis yang dijalankan, hal ini menunjukkan
mereka memiliki beban psikologis yang berarti, salah satunya adalah
gangguan tidur dimana ini masalah umum pada pasien gagal ginja kronik dan
2
memiliki angka prevalensi 44% (20-83%), (Khalili, Hooshmand, Jahani &
Shariati, 2012).
Gangguan tidur pada pasien hemodialisis mempengaruhi kualitas tidur
dari segi tercapainya jumlah atau lamanya tidur. Orang dengan gangguan
tidur bisa dipopulasi beresiko tinggi rentan terhadap kecelakaan, oleh karena
itu manajemen yang baik dari gangguan pasien gagal ginjal kronik adalah
penting untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas, (Khalili, Hooshmand,
Jahani & Shariati, 2012).
Kualitas tidur yang baik dapat memberikan perasaan tenang di pagi
hari, perasaan energik, dan tidak mengeluh gangguan tidur. Dengan kata lain,
memiliki kualitas tidur baik sangat penting dan vital untuk hidup sehat semua
orang (Potter & Perry, 2006). Gangguan tidur dialami oleh setidaknya 5080% pasien yang menjalani hemodialisis (Merlino, et al, 2006; Kosmadakis
& Medcalf,2008). Gangguan tidur dalam penanganan pasien hemodialisa
terdapat dua cara yang dapat digunakan, yaitu secara farmakologis dengan
menggunakan obat-obatan dan secara non farnakologis dengan cara
penggunaan homeopathy, hipnotherapy, relaksasi, akupresur, yoga, dan
massage atau pemijatan (Danuatmaja & Meliasari, 2008).
Metode non farmakologi mempunyai efek noninvasif, sederhana,
efektif, dan tanpa efek yang membahayakan dibandingkan metode
farmakologi. Back Massage adalah salah satu tehnik memberikan tindakan
massage pada punggung dengan usapan secara perlahan (Kenworthy et al,
2002). Nilai terapeutik dari masase punggung termasuk mengurangi
ketegangan otot, meningkatkan sirkulasi darah dan kelenjar getah bening,
melepaskan respon saraf, melepaskan bahan kimia tubuh sehingga terjadi
respon relaksasi fisik dan psikologis (Kusyati, 2006). Salah satu manfaat
langsung dari pijat punggung adalah relaksasi menyeluruh dan ketenangan,
yang dapat memberikan kenyamanan saat tidur.
Metode non farmakologi lain adalah foot reflexology. Reflexology
Therapy adalah sebuah metode alamiah untuk merawat tubuh dengan cara
menelusuri dan sekaligus memberikan therapy di daerah titik-titik refleksi di
tubuh manusia dengan teknik pemijitan, baik yang berada di daerah kaki
dengan penerapan Foot reflexology.
3
Berdasarkan hasil pengamatan di ruangan penyakit dalam wanita
RSUP Dr..Djamil Padang, September 2018, data dari 1 bulan terakhir (13
Agustus-19 September 2018) terdapat 47 orang pasien yang dirawat inap
dengan diagnosis CKD (Cronic Kidney Disease) dengan menjalani
hemodialisa. Di ruangan interne wanita penatalaksanaan yang dialukan pada
pasien CKD dengan hemodialisa dengan penanganan secara fisik yaitu terapi
obat dan terapi diit nutrisi. Pada hasil pengamatan yang dilakukan, terdapat
masalah yang ditemukan penulis terhadap pasien, dimana pasien dengan
diagnosis tersebut mengalami masalah dari segi psikososial dimana pasien
sering merasa kelelahan dan sulit untuk tidur akibat beberapa komplikasi atau
efek setelah melakukan hemodialisa. Sehingga berdasarkan latar belakang
dan pengamatan di atas dapat disimpulkan bahwa masih banyak pasien
dengan CKD yang melakukan terapi hemodialisa yang di rawat di rumah
sakit, terkhusus ruang interne wanita mengalami gangguan pola tidur dan
fatigue. Sehingga penulis tertarik melakukan telaah jurnal tentang “Pengaruh
Foot Reflexology dan Back Massage Pada Kelelahan dan Kulitas Tidur Pasien
Hemodialisa.”
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penulisan jurnal “Pengaruh Foot Reflexology dan Back
Massage Pada Kelelahan dan Kulitas Tidur Pasien Hemodialisa“ ?
2. Bagaimana isi dari jurnal “Pengaruh Foot Reflexology dan Back Massage
Pada Kelelahan dan Kulitas Tidur Pasien Hemodialisa “ ?
C. Tujuan penulisan
1. Tujuan Umum
Mengetahui pengembangan praktek dan pengetahuan baru terkait
dengan pengaruh Foot Reflexology dan Back Massage pada kelelahan dan
kulitas
tidur
dipertimbangkan
pasien
dalam
hemodialisa
praktik
yang
klinis
meningkatnya profesionalitas keperawatan.
2. Tujuan khusus
4
harus
dunia
diketahui
dan
keperawatan
agar
a. Diketahui penulisan Jurnal “Pengaruh Foot Reflexology dan Back
Massage Pada Kelelahan dan Kulitas Tidur Pasien Hemodialisa “
b. Diketahui isi dari jurnal “Pengaruh Foot Reflexology dan Back
Massage Pada Kelelahan dan Kulitas Tidur Pasien Hemodialisa “
D. Manfaat penulisan
Penulisan telaah jurnal “Pengaruh Foot Reflexology dan Back Massage
Pada Kelelahan dan Kulitas Tidur Pasien Hemodialisa “diharapkan dapat
bermanfaat:
1. Bagi Mahasiswa
Sebagai bahan pembelajaran dalam merawat pasien dalam
pemberian terapi foot reflexology dan back massage pada kelelahan dan
kulitas tidur pasien hemodialisa.
2. Bagi Perawat
Sebagai pengetahuan terbaru dalam praktik klinik yang dapat
meningkatkan profesionalitas dari perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan terutama dalam perawatan pasien yang sedang hemodialisa.
3. Bagi Ruangan
Sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan mutu pelayanan
pada pasien sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan dirumah
sakit.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Hemodialisa
1. Pengertian Hemodialisa
Hemodialisa adalah proses pembuangan zat-zat sisa metabolisme,
zat toksis lainnya melalui membran semipermiabel sebagai pemisah antara
darah dan cairan dialisat yang sengaja dibuat dalam dialiser. Membran
semipermiabel adalah lembar tipis, berpori-pori terbuat dari selulosa atau
bahan sintetik. Ukuran pori pori membran memungkinkan difusi zat
dengan berat molekul rendah seperti urea, keratin, dan asam urat berdifusi.
Molekul air juga sangat kecil dan bergerak bebas melalui membran, tetapi
kebanyakan protein plasma, bakteri, dan sel-sel darah terlalu besar untuk
melewati pori-pori membran(Wijaya, dkk., 2013).
Hemodialisa adalah dialisis dengan menggunakan mesin dialiser
yang berfungsi sebagai ginjal buatan. Pada hemodialisa, darah dipompa
keluar dari tubuh, masuk kedalam mesin dialiser. Didalam mesin dialiser
darah dibersihkan dari zat-zat racun melalui proses difusi dan ultrafiltrasi
oleh dialisat (suatu cairan khusus untuk dialisis), lalu dialirkan kembali
dalam tubuh. Proses hemodialisa dilakukan 1-3 kali seminggu dirumah
sakit dan setiap kalinya membutuhkan waktu sekitar 2-4 jam (Mahdiana,
2011). Hemodialisa merupakan terapi jangka panjang yang biasa
dilakukan pada penderita gagal ginjal kronis. Hemodialisis berperan
sebagai penyaring untuk membuang toksin yang ada dalam darah.
Namun demikian, terapi hemodialisa tidak dapat menyembuhkan
gangguan ginjal pada pasien. Oleh karena itu, pada pasien dengan gagal
ginjal kronik masih sering terjadi komplikasi yaitu hipotensi, nyeri dada,
gangguan keseimbangan dialisis, kram otot, mual muntah, dan gangguan
tidur (Terry & Weaver, 2011).
2. Tujuan Hemodialisa
Menurut Lumenta (2001), Sebagai terapi pengganti, kegiatan
hemodialisa mempunyai tujuan:
6
a. Membuang produk metabolisme protein seperti urea, kreatinin, dan
asam urat
b. Membuang kelebihan air
c. Mempertahankan atau mengembalikan sistem buffer tubuh.
d. Mempertahankan atau mengembalikan kadar elektrolit tubuh.
e. Memperbaiki status kesehatan penderita.
3. Indikasi
Menurut Wijaya dkk, (2013) indikasi hemodialisa adalah sebagai
berikut:
a. Pasien yang memerlukan hemodialisa adalah pasien GGK dan GGA
untuk sementara sampai fungsi ginjalnya pulih (laju filtrasi glomerulus
< 5ml). Pasien-pasien tersebut dinyatakan memerlukan hemodialisa
apabila terdapat indikasi: Hiperkalemia (K+ darah > 6 mEq/l),
asidosis, kegagalan terapi konservatif, kadar ureum/kreatinin tinggi
dalam darah (Ureum > 200 mg%, Kreatinin serum > 6 mEq/l),
kelebihan cairan, mual dan muntah hebat
b. Intoksikasi obat dan zat kimia
c. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berat
d. Sindrom hepatorenal dengan kriteria :
1) K+ pH darah < 7,10 → asidosis
2) Oliguria/anuria > 5 hari
3) GFR < 5 ml/I pada GGK
4) Ureum darah > 200 mg/dl
4. Kontra Indikasi
Menurut Wijaya, dkk (2013) menyebutkan kontra indikasi pasien
yang hemodialisa adalah sebagai berikut:
a. Hipertensi berat (TD > 200/100 mmHg)
b. Hipotensi (TD < 100 mmHg)
c. Adanya perdarahan hebat
d. Demam tinggi
7
5. Prinsip Hemodialisa
Menurut Muttaqin (2011), prinsip hemodialisa pada dasarnya sama
seperti pada ginjal, ada tiga prinsip yang mendasari kerja hemodialisia,
yaitu: difusi, osmosis, dan ultrafiltrasi.
a. Proses difusi adalah proses berpindahnya zat karena adanya perbedaan
kadar di dalam darah, makin banyak yang berpindah ke dialisat
b. Proses ultrafiltrasi adalah proses berpindahnya zat dan air karena
perbedaan hidrostatik di dalam darah dan dialisat. Luas permukaan dan
daya saring membran mempengaruhi jumlah zat dan air yang
berpindah. Pada saat dialisis, pasien, dialiser, dan rendaman dialisat
memerlukan pemantauan yang konstan untuk mendeteksi berbagai
komplikasi yang dapat terjadi misal: emboli udara, ultrafiltrasi yang
tidak adekuat atau berlebihan, hipotensi, kram, muntah, perembesan
darah, kontaminasi dan komplikasi terbentuknya pirau atau fistula)
6. Penatalaksanaan Hemodialisa pada pasien
Jika kondisi ginjal sudah tidak berfungsi diatas 75 % (gagal ginjal
terminal atau tahap akhir), proses cuci darah atau hemodialisa merupakan
hal yang sangat membantu penderita. Proses tersebut merupakan tindakan
yang dapat dilakukan sebagai upaya memperpanjang usia penderita.
Hemodialisa tidak dapat menyembuhkan penyakit gagal ginjal yang
diderita pasien tetapi hemodialisa dapat meningkatkan kesejahteraan
kehidupan pasien yang gagal ginjal (Wijayakusuma, 2008).
Diet merupakan faktor penting bagi pasien yang menjalani
hemodialisa mengingat adanya efek uremia. Apabila ginjal yang rusak
tidak mampu mengekskresikan produk akhir metabolisme, substansi yang
bersifat asam ini akan menumpuk dalam serum pasien dan bekerja sebagai
racun dan toksin. Gejala yang terjadi akibat penumpukan tersebut secara
kolektif dikenal sebagai gejala uremia dan akan mempengaruhi setiap
sistem tubuh. Diet rendah protein akan mengurangi penumpukan limbah
nitrogen dan dengan demikian meminimalkan gejala (Smeltzer & Bare,
2001).
Penumpukan cairan juga dapat terjadi dan dapat mengakibatkan
gagal jantung kongestif serta edema paru. Dengan demikian pembatasan
8
cairan juga merupakan bagian dari resep diet untuk pasien. Dengan
penggunaan hemodialisis yang efektif, asupan makanan pasien dapat
diperbaiki meskipun biasanya memerlukan beberapa penyesuaian dan
pembatasan pada asupan protein, natrium, kalium dan cairan (Smeltzer &
Bare, 2001). Banyak obat yang diekskresikan seluruhnya atau sebagian
melalui ginjal. Pasien yang memerlukan obat-obatan (preparat glikosida
jantung, antibiotik, antiaritmia dan antihipertensi) harus dipantau dengan
ketat untuk memastikan agar kadar obat-obat ini dalam darah dan jaringan
dapat dipertahankan tanpa menimbulkan akumulasi toksik (Smeltzer &
Bare, 2001).
7. Komplikasi
Menurut Smeltzer & Bare (2002), Komplikasi dialisis sendiri dapat
mencakup hal-hal berikut:
a. Hipotensi dapat terjadi selama terapi dialisis ketika cairan dikeluarkan
b. Emboli udara merupakan komplikasi yang jarang tetapi dapat saja
terjadi jika udara memasuki sistem vaskuler pasien
c. Nyeri dada dapat terjadi karena pCO2 menurun bersamaan dengan
terjadinya sirkulasi darah di luar tubuh
d. Pruritus dapat terjadi selama terapi dialisis ketika produk akhir
metabolisme meninggalkan kulit
e. Gangguan keseimbangan dialisis terjadi karena perpindahan cairan
serebral dan muncul sebagai serangan kejang. Komplikasi ini
kemungkinan terjadi lebih besar jika terdapat gejala uremia yang berat
f. Kram otot yang nyeri terjadi ketika cairan dan elektrolit dengan cepat
meninggalkan ruang ekstrasel
g. Mual dan muntah merupakan peristiwa yang sering terjadi
Komplikasi atau dampak Hemodialisa terhadap fisik menjadikan
klien lemah dan lelah dalam menjalani kehidupan sehari- hari terumtama
setelah menjalani hemodialisis (Farida, 2010).
B.
Kualitas Tidur
Kualitas tidur meliputi beberapa aspek kebiasaan seseorang,
termasuk kuantitas tidur, latensi tidur, efisiensi tidur, dan gangguan tidur.
9
Penurunan kualitas tidur berhubungan dengan perasaan cemas, depresi,
marah, kelelahan, kebingungan dan mengantuk di siang hari. Sedangkan
kualitas tidur yang baik dapat memberikan perasaan yang tenang di pagi
hari, perasaan energik, dan tidak mengeluh gangguan tidur. Gangguan tidur
juga berkaitan dengan peningkatan mortalitas dan peningkatan resiko untuk
terkena berbagai penyakit kronis termasuk depresi, hipertensi, stroke,
diabetes, penyakit jantung serta obesitas. (Chang, 2011; Firoz, 2015;
Rakhmawati, 2016; Safruddin, 2016; Varisella, 2016).
Berdasarkan penjelasan tersebut terdapat beberapa faktor yang dapat
menyebabkan terjadinya gangguan pola tidur/insomnia seperti faktor
demografi (usia, jenis kelamin, pekerjaan, tingkat pendidikan, status
perkawinan, suku/ras, spiritual), faktor gaya hidup (kebiasaan merokok,
konsumsi kopi), faktor psikologis (kecemasan), faktor biologis (penyakit
penyebab gagal ginjal kronik, anemia), faktor lingkungan (kenyamanan,
lingkungan fisik/nyeri),dan faktor terapi dialisis (shift hemodialisa, lamanya
waktu hemodialisa) (Rosdiana, 2010; Tarwoto & Wartonah 2015). Menurut
Sabry, et al (2010) gangguan tidur dialami oleh 50-80% pasien yang
menjalani terapi hemodialisa. Gangguan tidur sering terjadi pada pasien
gagal ginjal kronik (CKD) bahkan dapat berlangsung lama, hal ini dapat
mempengaruhi kualitas tidur pasien gagal ginjal kronik baik dari segi
tercapainya jumlah atau lamanya tidur yang berdampak pada aktivitas
keseharian individu. Gangguan tidur pada pasien gagal ginjal kronik yang
menjalani terapi hemodialisa selain menyebabkan kualitas tidur yang buruk
masalah tidur juga memberikan dampak negatif pada fisik dan mental serta
dapat mengarah pada penurunan penampilan pasien seperti disfungsi
kognitif dan memori, mudah marah, penurunan kewaspadaan serta
konsentrasi. Kualitas tidur merupakan kepuasan seseorang terhadap tidur
yang dapat ditentukan oleh seseorang yang mempersiapkan pada malam
hari seperti kemampuan untuk tetap tidur, kemudahan untuk tetap tidur
tanpa bantuan medis (Safruddin, 2016).
Gangguan tidur pada pasien hemodialisa dapat mengakibatkan
insomnia jangka panjang, penurunan kualitas hidup dan kualitas tidur yang
buruk. Pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa
10
mengalami gangguan tidur dapat mempengaruhi tubuh baik fisiologis,
psikologis, fisik, sosial, dan kematian. Gangguan tidur juga dapat
menyebabkan efek pada sistem endokrin, kardiovaskular, imun, dan sistem
saraf (Firoz, 2015; Sari, 2016).
C.
Fatigue
Fatigue adalah perasaan subyektif yang tidak menyenangkan berupa
kelelahan, kelemahan, dan penurunan energy dan merupakan keluhan utama
pasien dengan dialisis (prevalensinya mencapai 60-97%). Kondisi fatigue
pada pasien hemodialisis dapat menyebabkan konsentrasi menurun, malaise,
gangguan tidur, gangguan emosional, dan penurunan kemampuan pasien
dalam melakukan aktivitas sehari-harinya, sehingga pada akhirnya dapat
menurunkan kualitas hidup pasien hemodialisis (Jhamb, 2008). Terdapat
beberapa kondisi yang dapat mempengaruhi kondisi fatigue pada pasien
hemodialisis menurut Jhamb (2008) dan Brunner & Suddarth (2001) yaitu
uremia, anemia, malnutrisi, depresi, dan kurangnya aktivitas fisik. Uremia
pada pasien hemodialisis dapat menyebabkan pasien kehilangan nafsu
makan, mual, muntah, kehilangan energi dan protein, dan penurunan
produksi karnitin yang menyebabkan penurunan produksi energi untuk
skeletal dan mengakibatkan fatigue.
Anemia adalah kondisi dimana tubuh tidak mempunyai cukup sel
darah merah atau eritrosit. Kerusakan fungsi ginjal menyebabkan penurunan
produksi hormon eritropoietin yang berperan dalam proses eritropoiesis atau
pembentukan eritrosit. Penurunan jumlah eritrosit menyebabkan anemia
yang menyebabkan penurunan jumlah sel darah yang mengangkut oksigen
dan nutrisi ke seluruh tubuh. Penurunan suplay oksigen dan nutrisi ke
seluruh jaringan tubuh menyebabkan pasien mengalami kelelahan yang
ekstrem atau fatigue, anoreksia, gangguan tidur, dan penurunan toleransi
terhadap aktivitas. Anemia pada pasien dialisis juga disebabkan karena
kurangnya zat besi akibat dari pembatasan asupan karena diet, penurunan
kemampuan tubuh untuk menyerap zat besi, dan kehilangan darah akibat
terapi hemodialisa, perdarahan gastrointestinal, dan perdarahan pada saat
akses vaskuler.
11
Penurunan kadar Hb pada pasien hemodialisis menyebabkan
penurunan level oksigen dan sediaan energi dalam tubuh, yang
mengakibatkan terjadinya fatigue dan kelemahan dalam melakukan aktivitas
sehingga pada akhirnya dapat menurunkan kualitas hidup pasien. Hasil
penelitian
menyebutkan
bahwa
penurunan
kualitas
hidup
pasien
hemodialisis disebabkan oleh anemia dengan kadar Hb < 11 gr/dL.
Kondisi depresi dapat mempengaruhi fisik pasien sehingga timbul
fatigue, gangguan tidur, dan penurunan minat untuk melakukan aktivitas.
Penurunan aktivitas fisik pada pasien hemodialisis mempengaruhi level
fatigue.
D.
Refleksi Kaki
Refleksologi adalah pengobatan holistik berdasarkan prinsip bahwa
terdapat titik atau area pada kaki, tangan, dan telinga yang terhubung ke
bagian tubuh atau organ lain melalui sistem saraf. Tekanan atau pijatan di
titik atau area tersebut akan merangsang pergerakan energi di sepanjang
saluran
saraf
yang
akan
membantu
mengembalikan
homeostasis
(keseimbangan) energi tubuh. Stres, cedera, atau gangguan penyakit dapat
menyebabkan keseimbangan energi tubuh terganggu. Ketidakseimbangan
energi dapat dirasakan melalui kristal di titik refleksi yang sesuai dengan
bagian tubuh yang bermasalah. Kristal tersebut terasa bervariasi dari yang
seperti pasir hingga terasa berbentuk benjolan. Kristal tersebut terjadi
karena terhalangnya saluran energi. Pijatan di daerah yang bermasalah akan
merangsang aliran energi
yang akan
membongkar halangan dan
melancarkan kembali aliran energi.
Tujuan dan manfaat dari ilmu pijat pengobatan refleksi adalah untuk:
a. Meningkatkan daya tahan dan kekuatan tubuh (promotif)
b. Mencegah penyakit tertentu (preventif)
c. Mengatasi keluhan dan pengobatan terhadap penyakit tertentu
(kuratif)
d. Memulihkan kondisi kesehatan (rehabilitatif)
12
1. Area untuk Reflexologi Kaki
Area longitudinal
Area Transversal
13
2. Area atau Titik Reflexology Kaki
a. Area atau Titik Refleksi
1) Kepala (otak)
2) Dahi (sinus)
3) Otak kecil (cerbellum)
4) Kelenjar bawah otak/hyphophyse/pituitary
5) Saraf trigeminus (temporal area)
6) Hidung
7) Leher
8) Mata
9) Telinga
10) Bahu
11) Otot trapezius
12) Kelenjar tiroid
13) Kelenjar paratiroid
14) Paru-paru dan bronkus
15) Lambung
16) Duodenum (usus dua belas jari)
17) Pankreas
18) Hati
19) Kantong empedu
20) Serabut saraf lambung atau solar pleksus
21) Kelenjar adrenal atau supra renalis atau anak ginjal
22) Ginjal
Lokasi titik: Area pijat terletak di telapak kaki, longitudinal 2,
transversal 3 (lihat peta titik nomor 22).
Keterangan:
Berikut ini akan dijelaskan fungsi ginjal.
a) Ginjal mengatur cairan dalam tubuh. Kelebihan air dalam
tubuh akan diekskresikan oleh ginjal sebagai urine (kemih)
yang encer dalam jumlah besar. Kekurangan air (kelebihan
keringat) menyebabkan urine yang diekskresi berkurang dan
14
konsentrasinya lebih pekat sehingga susunan dan volume
cairan tubuh dapat dipertahankan relatif normal.
b) Ginjal mengatur keseimbangan elektrolit. Jika terjadi
pemasukan atau pengeluaran ion-ion yang abnormal akibat
pemasukan garam yang berlebihan atau penyakit pendarahan
(diare, muntah), ginjal akan meningkatkan ekskresi ion-ion
yang peting, misalnya Na, K, Cl, Ca, dan fosfat. Ginjal
mengatur keseimbangan asam-basa cairan tubuh yang
bergantung pada asupan makanan.
c) Ginjal mengeluarkan sisa hasil metabolisme (ureum, asam
urat, kreatinin) zat-zat toksik, sisa obat-obatan, hasil
metabolisme hemoglobin, dan bahan kimia asing (pestisida).
d) Ginjal meningkatkan fungsi hormonal dan metabolisme.
Ginjal menyekresi hormon renin yang mempunyai peranan
penting dalam mengatur tekanan darah dan proses
pembentukan sel darah merah (eritropoiesis). Di samping
itu, ginjal juga membentuk hormon dihidroksi kolekalsiferol
(vitamin D aktif) yang diperlukan untuk absorsi ion kalsium
di usus.
23) Ureter (saluran kencing)
24) Kantong kemih
25) Usus kecil
26) Usus buntu
27) Katup ileo sekal
28) Usus besar menaik (ascendens)
29) Usus besar mendatar (transcendens)
30) Usus besar menurun (descendens)
31) Rektum
32) Anus
33) Jantung
34) Limpa
35) Lutut
36) Kelenjar reproduksi
15
37) Mengendurkan perut atau mengurangi sakit
38) Sendi pinggul
39) Kelenjar getah bening bagian atas tubuh
40) Kelenjar getah bening bagian perut
41) Kelenjar getah bening bagian dada
42) Organ keseimbangan
43) Dada
44) Sekat rongga dada atau diafragma
45) Amandel
46) Rahang bawah
47) Rahang atas
48) Tenggorokan dan saluran pernapasan
49) Kunci paha
50) Rahim atau testis
51) Penis atau vagina atau saluran kencing
52) Dubur atau wasir
53) Tulang leher
54) Tulang punggung
55) Tulang pinggang
56) Tulang kelangkang
57) Tulang tungging
58) Tulang belikat
59) Sendi siku
60) Tulang rusuk
61) Pinggul
62) Lengan
3. Teknik Refleksi
a. Teknik Jempol berjalan
Menggunakan teknik ujung jempol, tujuan dari teknik
jempol berjalan adalah untuk menerapkan tekanan konstan, stabil
ke permukaan kaki atau tangan, satu tangan memegang atau
meregangkan telapak kaki. Ibu jari memijat atau menekan area
telapak kaki, menekuk dan umbend thumb bersama, bergerak
16
maju sedikit pada satu waktu. Tujuannya adalah untuk bekerja
dengan area kecil di setiap langkah untuk menciptakan perasaan
tekanan konstan, stabil. Selalu berjalan dalah arah yang maju,
tidak mundur.
b. Hook dan Back Up
Teknik ini digunakan untuk bekerja di sebuah titik tertentu
yang tersembunyi atau banyak dagingnya. Ini adalah teknik yang
relative stasioner, dengan hanya gerakan-gerakan kecil jempol
yang terlibat. Untuk menghindari kuku terkena daging, satu tangan
memegang
kaki
atau
tangan.
Tangan
saatu
lagi
seperti
menggenggam atau menekuk dan menahan. Tempatkan jempol di
pusat daerah untuk bekerja. Hook dan back up menggunakan ujung
jari yang telah ditekuk.
E.
Pijat Punggung (back massage)
Ada berbagai bentuk gerakan masase yang dapat digunakan pada
bagian tubuh yang berbeda, salah satunya adalah slow stroke back massage
(Hasankhani, et al., 2013). Slow stroke back massage adalah tindakan
masase punggung dengan usapan yang perlahan selama 3-10 menit (Potter
& Perry, 2005). Slow stroke back massage dapat meningkatkan aliran darah
serta nutrisi ke area tertentu dan meningkatkan ekskresi produk limbah
seperti asam laktat yang akan menghasilkan pelepasan energi dan penurunan
fatigue pada pasien yang menjalani hemodialisis (Hasankhani, et al., 2013).
17
BAB III
TELAAH JURNAL
A. Telaah Penulisan
1. Judul Jurnal
Jurnal Elsevier : Complementary Therapies in
Clinical Practice, Volume 24. Agustus 2016.
139-144
“Pengaruh Foot Reflexology dan Back Massage Pada Kelelahan dan
Kualitas Tidur Pasien Hemodialisa”
The Effect of Foot Reflexology and Back Massage on Hemodialysis Patient’s
Fatigue and Sleep Quality
Kevser Sevgi Unal, Reva Balci Akpinar
Faculty of Health Sciences, Ataturk University
Turkey Telp. +90 442 23122114
Email [email protected] / [email protected]
Setiap jurnal harus memiliki judul yang jelas. Dengan membaca judul akan
memudahkan pembaca mengetahui inti jurnal tanpa harus membaca
keseluruhan dari jurnal tersebut. Judul tidak boleh memiliki makna ganda.
Kelebihan Jurnal
1. Judul jurnal sudah baik dan terdiri dari 14 kata, dimana syarat judul
jurnal adalah tidak boleh lebih dari 20 kata, singkat dan jelas. Judul
jurnal
menjelaskan tentang pengaruh foot reflexology dan back
massage pada kelelahan dan kulitas tidur pasien hemodialisa, dari judul
jurnal kita sudah mengetahui
bahwa dari terapi komplementer foot
refloxology dan back massage dapat mempengaruhi kelelahan dan
kualitas tidur dari pasien yang menjalani hemodialisa
2. Pada jurnal ini nama penulis sudah ditulis dengan benar, tanpa
menggunakan gelar.
3. Pada judul jurnal juga di paparkan alamat jurnal dan tahun publis dari
jurnal sehingga kita tahu apakah jurnal ini merupakan penelitian terbaru
yang dapat diterapkan.
18
2. Abstrak
ABSTRAK
Tujuan: tujuan penelitian ini adalah untuk menguji efektivitas foot reflexology
dan back massage untuk mengoptimalkan kualitas tidur dan mengurangi
kelelahan pada pasien hemodialisa.
Metode: penelitian ini melibatkan 105 responden pasien sukarelawan yang
terdaftar di klinik swasta dan menerima pengobatan hemodialisa. Refleksologi
kaki dan pijat punggung diberikan kepada pasien selama dua kali seminggu
selama empat minggu. Visual Analogue Scale for Fatigue dan Pittsburg Sleep
Quality Index digunakan untuk mengumpulkan data.
Hasil: perbedaan rata-rata skor pretes dan postes pasien dengan Visual Analogue
Scale for Fatigue untuk kelelahan dan Pittsburg Sleep Quality Index untuk
kualitas tidur adalah signifikan secara statistik (p < 0,001)
Kesimpulan: foot reflexology dan back massage terbukti meningkatkan kualitas
tidur dan mengurangi kelelahan pada pasien hemodialisa. Dibandingkan back
massage, foot reflexology ditentukan untuk menjadi lebih efektif
Kata Kunci: Back Massage, Foot Reflexology, Kelelahan, Hemodialisis,
Perawat, Kuliatas Tidur
Abstrak sebuah jurnal berfungsi untuk menjelaskan secara singkat
tentang keseluruhan isi jurnal. Penulisan sebuah abstrak terdiri dari sekitar
250 kata yang berisi tentang latar belakang, tujuan, metode,bahan, hasil, dan
kesimpulan isi jurnal.
Kelebihan Jurnal
1. Jurnal ini memiliki abstrak dengan jumlah kata sebanyak 127 kata,
menjelaskan secara singkat isi dari jurnal.
2. Jurnal ini juga menjelaskan langkah-langkah melakukan penelitian.
3. Abstrak pada jurnal ini sudah baik dan berurutan yang terdiri dari
tujuan, metode, hasil dan kesimpulan serta kata kunci.
Kelemahan jurnal
Abstrak di jurnal ini tidak menjelaskan latar belakang atau fenomena
masalah yang sesuai dengan apa yang terjadi di lapangan.
19
3. Pendahuluan
Pasien
hemodialisis
mengalami
kelelahan karena berbagai alasan, termasuk
akumulasi limbah metabolik dalam tubuh,
ketidakseimbangan cairan-elektrolit, abnormal
pengeluaran energi, ketidakpastian, anemia
dan depresi. Seperti rasa kelelahan ini
cenderung bertahan bahkan setelah beristirahat
dan sulit untuk dicegah. Kelelahan dan sulit
tidur secara negatif mempengaruhi kerja
pasien, aktivitas rekreasi, kebiasaan nutrisi,
kehidupan
seksual
dan
hubungan
bersama keluarga dan teman-teman. Telah
dilaporkan bahwa antara 50% dan 83% dari
pasien hemodialisis mengalami gangguan
tidur, dan bahwa antara 7% dan 92,5%
mengalami kelelahan.
Mengontrol tidak tidur dan kelelahan
yang dialami oleh pasien hemodialisis
membutuhkan pendekatan multidisiplin, yang
di dalamnya perawat berperan sangat penting
peran dalam menghilangkan atau mengurangi
keluhan-keluhan ini. Termasuk di antara yang
saling melengkapi praktek-praktek perawat
digunakan untuk mengatasi masalah dengan
sulit tidur dan kelelahan adalah pijat, terapi
aromaterapi dan musik. Pijat termasuk dalam
intervensi keperawatan klasifikasi dan
merupakan metode sederhana dan non-invasif
untuk memastikan relaksasi. Melibatkan
palpasi jaringan lunak dan otot, pijat adalah
sentuhan terapeutik yang mengarah untuk
relaksasi fisik dan mental dan mampu
menghasilkan transmisi energi antara praktisi
dan subjek, dan karena itu dapat digunakan
untuk membantu pasien mengatasi masalah
tidur. Field dkk. (2007) melaporkan bahwa
pijat punggung mengakibatkan mengurangi
rasa sakit, kecemasan dan gangguan tidur dan
meningkatkan suasana hati para peserta
mereka rilekskan mereka.
Refleksologi didefinisikan sebagai:
“teknik untuk membantu menormalkan fungsi
tubuh dengan menerapkan tangan ke titik
refleks di tangan, kaki dan telinga yang terkait
dengan keseluruhan kelenjar, organ, dan
bagian tubuh”.
20
Dalam refleksologi, yang merupakan stimulasi
saraf jalur, daerah refleks dirangsang
menggunakan jari-jari untuk mengirimkan
impuls saraf, memulihkan aliran aliran darah
yang benar dan mempertahankan homeostasis
tubuh. Lebih khususnya, refleksologi kaki
adalah teknik tekanan yang diterapkan pada
ujung saraf di kaki. Efek refleksologi pada
subjek telah dibuktikan dalam berbagai uji.
Penelitian
telah
menunjukkan
bahwa
refleksologi mengurangi kecemasan, mual dan
muntah, nyeri, sulit tidur dan kelelahan. Di
satu studi khusus dilakukan pada pasien
dengan gagal ginjal kronis dan hemodialisis
pasien, refleksologi terbukti memiliki efek
positif pada kram, kelelahan, emosi dan
sistem kekebalan tubuh. Dalam tinjauan
pustaka, tidak ada penelitian yang menemukan
hal itu bandingkan efek refleksologi kaki dan
pijat punggung pada pasien hemodialisis.
Penelitian ini, oleh karena itu,
menganalisis efek refleksologi kaki dan pijat
punggung kelelahan dan kualitas tidur pasien
hemodialisis.
Pendahuluan jurnal terdiri dari latar belakang penelitian, tujuan penelitian,
penelitian sejenis yang mendukung penelitian dan manfaat penelitian.
Pendahuluan terdiri dari 4-5 paragraf, dimana dalam setiap paragraf terdiri
dari 4-5 kalimat.
Kelebihan Jurnal
1. Pendahuluan pada jurnal ini sudah baik memiliki 4 paragraf dengan
jumlah kalimat berkisar dari tiga sampai sembilan kalimat.
2. Pada jurnal ini fenomena yang dibahas adalah tentang teknik untuk
membantu menormalkan fungsi tubuh dengan menerapkan tangan ke titik
refleks di tangan, kaki dan telinga yang terkait dengan keseluruhan
kelenjar, organ, dan bagian tubuh. Pasien hemodialisis mengalami
kelelahan karena berbagai alasan, termasuk akumulasi limbah metabolik
dalam tubuh, ketidakseimbangan cairan-elektrolit, abnormal pengeluaran
energi, ketidakpastian, anemia dan depresi.Jika ini terjadi terus-menerus
maka dapat mengakibatkan kekurangan kebutuhan nutrisi. Pasien dirumah
sakit bukan hanya membutuhkan obat untuk kesembuhan melainkan salah
satunya adalah terapi komplementer yang dapat menunjang kesehatan
pasien.
3. Pada jurnal ini, sudah terdapat penelitian lain yang sejenis yang
mendukung penelitian jurnal.
Kelemahan Jurnal
Pendahuluan pada jurnal ini tidak menjelaskan terkait manfaat dan
penjelasan terkait back massage dari penelitian yang dilakukan.
4. Pernyataan Masalah Penelitian
Dalam jurnal ini terdapat pernyataan masalah yang jelas.
5. Tinjauan Pustaka
Jurnal ini sudah mencantumkan tinjauan kepustakaan sebagai acuan konsep.
6. Kerangka Konsep dan Hipotesis
Dalam penulisan ini, tidak tercantum kerangka konsep dan hipotesis.
21
7. Metodologi
Data untuk penelitian eksperimental terkontrol dan acak ini dikumpulkan antara Januari
2014 dan Februari 2015.
2.1. Populasi
Populasi penelitian terdiri dari 200 pasien yang terdaftar di pusat dialisis swasta di Turki.
Dari 200 pasien ini, 90 dikeluarkan dari penelitian karena gagal memenuhi kriteria inklusi,
meninggalkan 110 pasien untuk berpartisipasi dalam penelitian. Para pasien tidak secara acak
ditugasi ke kelompok lain: kelompok fleksologi thefootre (n = 36), kelompok pijat punggung
(n = 37) dan kelompok kontrol (n-37). Dari 110 pasien, total 105 pasien (35 pasien per
kelompok) mencapai akhir penelitian, dengan satu pasien dalam kelompok refleks kaki dan
dua pasien di kelompok pijat punggung setelah ditarik dari penelitian, dan dua pasien di
kelompok kontrol setelah meninggalkan pusat dialisis.
2.2. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi untuk partisipasi dalam penelitian ini melibatkan pasien antara usia 18
dan 60 yang menerima terapi hemodialisis dua kali seminggu, yang tidak memiliki masalah
komunikasi.
2.3. Kriteria pengecualian
Pasien dengan lesi kulit, luka kaki terbuka, penyakit ganas, trombosis, atau gangguan
perdarahan dikeluarkan dari penelitian.
2.4. Alat pengumpulan data
Data demografi dikumpulkan dengan Formulir Informasi Pasien, yang termasuk
masukan pada usia, jenis kelamin dan fitur lain yang terkait dengan pasien, Skala Analogi
Visual untuk Kelelahan (VASF) dan Indeks Kualitas Tidur Pittsburg (PSQI).
VASF: Skala ini, dikembangkan oleh Lee et al. (1991), fitur 18 item. Item ke-1, ke-2, ke-3,
ke-4, ke-5, ke-11, ke-12, ke-13, ke-14, ke-15, ke-16, ke-17, ke-14, ke-15, ke-16, ke-17, dan
ke-18 membentuk subskala kelelahan, sedangkan item ke-6, 7, 8, 9, dan 10 membentuk
subskala energi. Skala ini menggunakan garis 10 cm, di mana pernyataan yang sangat positif
merupakan salah satu ujung dan pernyataan yang sangat negatif di ujung lainnya. Pernyataan
yang paling positif dan negatif pada subskala kelelahan diberi skor 0 dan 10, masing-masing,
dengan sebaliknya berlaku untuk subskala energi. Dengan kata lain, item pada subskala
kelelahan dan subskala energi diperintahkan dari yang paling positif ke yang paling negatif
dan sebaliknya, masing-masing. Skor tinggi pada subskala kelelahan dan skor rendah pada
subskala energi menunjukkan kelelahan yang parah. Skala VASF diterjemahkan ke dalam
bahasa Turki oleh Yurtsever dan Bedük pada tahun 2003. Dalam versi Turki, Cronbach's
konsistensi internal koefisien ditemukan menjadi 0,90 untuk subskala kelelahan dan 0,74
untuk subskala energi .
PSQI: The PSQI, dikembangkan oleh Buysse et al. (1989), digunakan untuk
mengevaluasi kualitas tidur. Jawaban untuk skala ini dibuat sesuai dengan pengalaman tidur
pasien dalam sebulan terakhir. Skala ini terdiri dari 19 pertanyaan self-rated, dan 19 item ini
dikelompokkan menjadi 7 komponen skor (Kualitas Tidur Subyektif, Sleep Latency, Durasi
22
Tidur, Efisien Tidur, Gangguan Tidur, HypnoticMedicationUse, DaytimeDysfunction)
.Eachitemis memberikan skor antara 0 dan 3, dan skor total pada 7 subskala menghasilkan
skor PSQI. Total skor PSQI berkisar antara 0 dan 21, di mana skor PSQI lebih tinggi dari 5
menunjukkan kualitas tidur yang buruk. Koefisien reliabilitas dari skala asli adalah 0,83,
sedangkan skala diterjemahkan ke dalam bahasa Turki oleh A ?gargün et al. (1996) memiliki
koefisien reliabilitas alpha Cronbach sebesar 0,80.
2.5. Intervensi
VASF dan PSQI diberikan kepada pasien sebagai pretest segera sebelum mereka
dibawa ke hemodialisis. Refleksi kaki, pijatan punggung dan tes dilakukan oleh peneliti
dalam ruangan 22 ° C, ruangan yang benar-benar sepi, yang dilengkapi dengan sofa
pemeriksaan untuk melakukan pijatan.
Refleksologi kaki grup diberikan reflekologi kaki waktu seminggu selama empat
minggu (total 8 sesi). Para pasien diminta terlebih dahulu untuk mendapatkan tanda bintang
(ifany) dan kemudian digantikan dengan posisi berbaring atau berbaring, sebelum
melanjutkan ke administrasi refleksi kaki selama 30 menit, 15 menit untuk setiap kaki. Tiga
hingga lima tetes.
Perhatian khusus harus diberikan untuk menghindari penerapan babyoilin dengan
jumlah yang besar, karena diperlukan untuk menghitung jumlah tekanan. Refleksologi kaki
dimulai dengan latihan relaksasi, yang melibatkan jempol, jari dan gerakan menekan dan
menggosok dan menepuk-nepuk. Aplikasi ini mengeluarkan fleksologi yang membentuk atas
ke bawah, di mana pijatan yang sebenarnya dimulai pada kelenjar pituitari, hipotalamus, otak
dan titik tubuh pineal dari jempol kaki, diikuti oleh pijat di titik medulla spinalis tubuh, yang
terletak di daerah yang membentang dari jempol kaki ke tengah sisi belakang tumit. Tekanan
kemudian diaplikasikan pada solarplexus, setelah itu teknik refleksif diterapkan ke seluruh
area yang sesuai dengan proyeksi saraf di kaki. Refleksi kaki berakhir dengan kinerja dari
latihan relaksasi yang sama yang disebutkan di atas. Kelompok pijat punggung diberikan
kembali pijat dua hari seminggu selama beberapa minggu (atotalof 8sessions). Para pasien
bertanya untuk berbaring di sisi mana saja yang mereka rasa paling nyaman dan kemudian
diberi pijatan punggung selama 30 menit. Tiga hingga lima tetes minyak bayi, diterapkan
pada suhu kamar, digunakan untuk mengurangi gesekan selama pijatan. Pijat effase,
petrissage andfriction stylesof dilakukan. Setelah selesai sesi pijat punggung dan refleks kaki,
VASF dan PSQI diadministrasikan pada posttestothothgroupsasa. Kelompok kontrol tidak
menerima refleksi kaki atau pijatan punggung tetapi dilakukan pasca akhir pekan keempat.
Refleksitas kaki, pijatan punggung dan tes dilakukan sebelum pasien dibawa ke hemodialisis
23
Desain dalam penelitian ini adalah eksperimen secara terkontrol dan
acak. Penelitian eksperimen bertujuan untuk mengetahui suatu gejala yang
timbul sebagai akibat dari adanya perlakuan pretes dan postes pada kelompok
kontrol dan intervensi (Nursalam, 2013). Pada penelitian ini dijelaskan jenis
penelitian kuantitatif.
8. Sampel dan Instrumen
Populasi dalam penelitian ini adalah 200 pasien yang terdaftar di pusat
dialisis swasta di Turki. Dari 200 pasien, 90 diantaranya dieksklusikan dari
penelitian karena gagal memenuhi kriteria inklusi. Jurnal ini menjelaskan
kapan waktu penelitian dilakukan yaitu pada Januari 2014 dan Februari 2015.
Pada jurnal ini dijelaskan apa saja kriteria inkkusi dan eksklusi pada saat
penelitian. Besar subyek penelitian ini yaitu 105 responden dengan
menggunakan random sampling variabel penelitian ini foot reflexology dan
back massage terhadap kelelahan dan kualitas tidur pasien hemodialisa.
Pengambilan data menggunakan kuesioner PSQI (Indeks Kulitas Tidur
Pittsburg) dan skala untuk kelelahan (VASF). Data dianalisis menggunakan
koefesien reabilitas dan koefesien konsistensi
9. Hasil Penelitian
24
Hasil penelitian pada jurnal ini yaitu :
Pada tabel 1. di antara semua pasien dalam penelitian ini, 47,6% adalah
perempuan, 52,4% adalah laki-laki dan usia rata-rata mereka adalah 54,33 ±
12,96. Tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistik yang ditemukan
antara karakteristik sosiodemografi pasien, yang hasilnya menunjukkan bahwa
kelompok yang termasuk dalam penelitian ini adalah homogen.
Pada tabel 2 menunjukkan bahwa skor rata-rata skor kelelahan pretest
dari refleksologi kaki, kembali kelompok pijat dan kontrol adalah 82,46 ±
22,27, 80,31 ± 15,74 dan 74,54 ± 22,52, masing-masing. Perbedaan antara ratarata skor kelelahan kelompok tidak signifikan secara statistik (p> 0,05). Ratarata skor kelelahan posttest kaki refleksologi, pijat punggung dan kelompok
kontrol adalah 58,51 ± 18,81, 70,77 ± 16,05, dan masing-masing 80,74 ±
21,11. Perbedaan antara rata-rata skor rata-rata posttest dan antara rata-rata
skor kelelahan pretest dan posttest dari kelompok secara statistik signifikan (p
<0,001). Rata-rata skor energi pretest dari refleksologi kaki, pijat punggung
dan kelompok kontrol adalah 21,37 ± 9,05, 22,63 ± 7,55 dan 24,97 ± 7,99,
masing-masing. Perbedaan antara rata-rata ini tidak signifikan secara statistik
(p> 0,05).
25
Skor energi posttest rata-rata refleksologi kaki, pijat punggung dan
kelompok kontrol adalah 28,74 ± 6,67, 24,20 ± 7,35 dan 21,97 ± 7,98, masingmasing. Perbedaan antara rata-rata ini adalah signifikan secara statistik (p>
0,001). Perbandingan intragroup dari pretest dan posttest skor rata-rata
menunjukkan perbedaan yang signifikan secara statistik pada kelompok
refleksologi kaki (p <0,001), kelompok pijat punggung (p <0,05) dan
kelompok kontrol (p <0,05) (Tabel 2). Rata-rata skor pretest PSQI dari
refleksologi kaki, pijat punggung dan kontrol kelompok adalah 11.09 ± 3.18,
10.59 ± 2.11, 9.20 ± 2.42, masing-masing, sedangkan posttest PSQI skor ratarata dari kelompok-kelompok ini adalah 5,54 ± 2,15, 8,34 ± 2,39 dan 11,8 ±
2,47, masing-masing. Perbedaan antara skor rata-rata pretest dan postes PSQI
dalam kelompok dan perbedaan antara rata-rata skor posttest dari kelompok
secara statistik signifikan (p <0,001).
Pada hasil penelitian jurnal ini, menampilkan hasil penelitian
karaktersitik responden yang diteliti, seperti usia dan jenis kelamin.
Penelitian disampaikan secara lengkap dan terperinci dari hasil tabel yang
ada.
10. Pembahasan
Rata-rata skor kelelahan pretest dari refleksologi kaki, pijat punggung dan kelompok
kontrol menunjukkan bahwa pasien memiliki tingkat kelelahan yang tinggi. Kelelahan
berkembang di pasien hemodialisis yang mengalami gagal ginjal kronis karena berbagai
alasan, termasuk akumulasi limbah metabolik dalam tubuh, pengeluaran energi abnormal,
tidak sesuai atau anemia. Yurtsever menemukan bahwa 92,5% pasien hemodialisis
mengalami kelelahan. Penelitian lain yang dilakukan pada subjek ini juga telah dikonfirmasi
pengalaman kelelahan pada pasien ini (Tabel 1).
Fakta bahwa tidak ada perbedaan signifikan antara skor kelelahan pretest Rata-rata
dari kelompok (p> 0,05) menunjukkan bahwa tingkat kelelahan kelompok adalah homogen.
Rata-rata skor posttest yang lebih rendah dari kelompok refleksologi kaki pada kelelahan dan
energi menunjukkan bahwa refleksologi kaki mengurangi kelelahan mereka dan
meningkatkan energi mereka (p <0,001) (Meja 2). Dalam penelitian yang dilakukan oleh
Özdemir et al. (2013), ditemukan bahwa refleksologi mengurangi tingkat kelelahan pasien
hemodialisis. Studi lain dalam literatur menunjukkan refleksologi juga mengurangi kelelahan
pada kelompok pasien lain. Di dalam studi dilakukan oleh Won dengan pasien kemoterapi,
oleh Polat dengan pasien COPD, oleh Özdelikara dengan pasien kanker payudara dan oleh
Doğan dengan multiple sclerosis pasien, refleksologi ditemukan untuk mengurangi kelelahan.
Temuan-temuan masa kini studi serupa dengan yang ditemukan dalam literatur.
26
Rata-rata skor posttest dari kelompok pijat punggung pada kelelahan dan energi
menunjukkan bahwa pijatan punggung mengurangi kelelahan mereka dan meningkatkan
energi mereka (p <0,001) (Meja 2). Pijat punggung menstimulasi reseptor pada kulit,
meredakan otot dan melebarkan arteriol, sehingga otot-otot lelah lelah. Sudah diketahui
bahwa pijat mampu mengurangi kadar kortisol dan meningkatkan kadar serotonin dan
dopamin. Penurunan tingkat kelelahan dan peningkatan tingkat energi dari kelompok pijat
punggung bisa dijelaskan oleh fakta bahwa dopamin meningkatkan tingkat energi dan
meningkatkan serotonin relaksasi. Hasankhani dkk. (2013) juga menunjukkan bahwa pijat
punggung mengurangi kelelahan pada pasien hemodialisis. Rata-rata skor posttest dari
kelompok refleksologi adalah lebih rendah dalam hal kelelahan dan lebih tinggi dalam hal
energi dibandingkan dengan pijat punggung kelompok. Selain mendukung teori-teori
refleksologi, temuan ini menunjukkan hal itu refleksologi mengurangi tingkat kelelahan dan
meningkatkan tingkat energi secara lebih efektif daripada kembali pijat.
Perbandingan intragroup skor rata-rata kelelahan kelompok kontrol menunjukkan
peningkatan yang signifikan dalam rata-rata skor kelelahan mereka. Ini menunjukkan bahwa
kelelahan mereka tingkat meningkat seiring waktu. Selain itu, penelitian sebelumnya telah
menunjukkan hal itu kualitas hidup menurun dan tingkat kelelahan meningkat seiring
lamanya dialisis meningkat. Saat ini Penelitian menemukan bahwa kelompok memiliki ratarata skor pretes PSQI homogen, yang lebih tinggi dari 9 untuk semua kelompok (Tabel 2).
Skor total 5 atau lebih tinggi pada PSQI menunjukkan kualitas tidur yang buruk. Oleh karena
itu, temuan pretest mengungkapkan bahwa hemodialisis pasien memiliki kualitas tidur yang
buruk. Kualitas tidur pasien hemodialisis yang buruk disebabkan oleh faktor-faktor seperti
keterbatasan dalam hidup, perubahan metabolisme akibat penyakit, nyeri, diet, kelelahan,
kram, asidosis metabolik, neuropati perifer, masalah emosional dan paparan lebih lama
terhadap racun uremik. Pada pasien dengan gagal ginjal kronis, tidak normal produksi sel
interleukin dapat menyebabkan somnolen, dan penghilangan zat-zat ini dari tubuh melalui
dialisis dapat menyebabkan insomnia atau gangguan tidur. Beberapa penelitian telah
menunjukkan bahwa pasien yang menerima dialisis karena gagal ginjal kronis mengalami
lebih banyak tidur masalah daripada orang sehat. Neda et al. (2005) melaporkan bahwa
67,7% dari pasien hemodialisis dalam penelitian mereka memiliki kualitas tidur yang buruk.
Dalam penelitian ini, skor rata-rata lebih rendah dari kelompok refleksologi kaki pada
PSQI menunjukkan bahwa refleksologi efektif dalam meningkatkan kualitas tidur. Penelitian
serupa juga menemukan refleksologi untuk secara signifikan meningkatkan kualitas tidur.
Sebagai contoh, Hughes dkk. (2009) melaporkan bahwa peningkatan durasi tidur pasien
mengarah pada peningkatan tingkat tidur yang dirasakan. Penurunan rata-rata skor PSQI dari
kelompok pijat punggung menunjukkan bahwa pijat punggung juga efektif dalam
meningkatkan tidur kualitas. Pijat punggung dianggap menghasilkan efek terapeutik pada
subjek dan mengurangi kadar kortisol, norepinefrin dan epinefrin dengan menstimulasi
simpatetik sistem saraf, sehingga meningkatkan kualitas tidur pasien berdasarkan fisik dan
relaksasi psikologis yang
27
diberikannya. Yaman dan Çınar juga menemukan itu kembali pijat yang diberikan kepada
orang tua dengan kualitas tidur yang buruk sebelum mereka pergi tidur meningkat kualitas
tidur mereka. Rata-rata skor post-rata PSQI dari kelompok pijat punggung lebih rendah
dibandingkan dengan kelompok kontrol, sebuah temuan yang juga berfungsi untuk
menunjukkan bahwa pijat punggung adalah efektif untuk meningkatkan kualitas tidur. Ratarata rendah PSQI posttest skor kaki kelompok refleksologi daripada kelompok pijat
punggung dan kelompok kontrol (P <0,001) menunjukkan bahwa refleksologi kaki
meningkatkan kualitas tidur lebih efektif daripada kembali pijat.
Menurut Setiadi dan Hidayat (2007) mengatakan pada pembahasan
penulis diminta mengungkapkan makna dari penulisan yang diungkapkan
dalam hasil kemudian dihubungkan dengan pertanyaan penulisan atau
hipotesis. Pembahasan harus menampilkan hasil penelitian yang didapat,
pendapat penulis mengenai hasil penulisannya, dan teori yang mendasari atau
mendukung penulisan.
Jurnal ini sudah menampilkan hasil penelitian yang didapat, pendapat
penulis serta didukung oleh teori-teori yang mendasari atau mendukung
penulisan.
Kelebihan jurnal
Pendapat penulis diikuti dengan data yang memperkuat pernyataan
penulis. Selain itu jurnal ini juga mengungkapkan opini penulis, dan teoriteori yang mendukung dan mendasari penulisan ini yang bersumber dari
beberapa buku.
Kekurangan Jurnal
Penulis belum menunjukkan hasilnya hanya dapat digeneralisasikan
untuk pasien hemodialisis, karena penelitian ini adalah terbatas pada
kelompok pasien ini saja. Keterbatasan penelitian yang paling signifikan,
faktor lain yang mungkin mempengaruhi kelelahan pasien dan status tidur
tidak terkontrol.
11. Kesimpulan
Simpulan
Studi ini menunjukkan bahwa refleksologi kaki dan pijatan punggung
mengurangi kelelahan dan meningkatkan tingkat energi dan kualitas
tidur. Refleksologi kaki, bagaimanapun ditemukan lebih efektif
daripada pijat punggung. Disarankan agar refleksologi kaki digunakan
untuk mengurangi kelelahan dan masalah tidur yang dialami oleh pasien
hemodialisis. Pijat punggung, yang adalah intervensi sederhana dan
mudah diterapkan, juga harus digunakan untuk mengurangi kelelahan
dan masalah tidur pasien hemodialisis.
28
Kekurangan Jurnal
Kesimpulan pada penelitian ini telah menerangkan refleksologi kaki
dan pijatan punggung mampu mengurangi kelelahan dan meningkatkan
tingkat energi dan kualitas tidur. Hal ini tidak dijelaskan apakah pasien
tersebut melakukan foot refloxology dan back massage atau tidak, baik
secara mandiri atau dengan dibantu perawat ataupun keluarga.
12.
`
Implikasi Hasil Penelitian
Kelebihan Jurnal
Implikasi hasil penelitian ini menjelaskan bahwa sebagian besar responden
dengan refleksologi kaki dan pijatan punggung mampu mengurangi
kelelahan dan meningkatkan tingkat energi dan kualitas tidur. Pijat
punggung, yang adalah intervensi sederhana dan mudah diterapkan, juga
harus digunakan untuk mengurangi kelelahan dan masalah tidur pasien
hemodialisis.
13. Daftar Pustaka
Penulisan daftar pustaka dalam jurnal ini menggunakan metode APA Style.
Kelebihan Jurnal
Daftra pustaka yang dijadikan referensi pada penelitian ini telah
menggunakan referensi yang bervariasi sebanyak 40 daftar pustaka
Kekurangan Jurnal
Ada beberapa referensi yang menggunakan referensi lebih dari lima
tahu terakhir, yaitu pada tahun 1989.
B.
Telaah Konten
1. Pendahuluan Pengaruh Foot Reflexology dan Back Massage Pada
Kelelahan dan Kulitas Tidur Pasien Hemodialisa
Pasien hemodialisis mengalami kelelahan karena berbagai alasan,
termasuk akumulasi limbah metabolik dalam tubuh, ketidakseimbangan
cairan-elektrolit, abnormal pengeluaran energi, ketidakpastian, anemia
dan depresi. Seperti rasa kelelahan ini cenderung bertahan bahkan
setelah beristirahat dan sulit untuk dicegah. Kelelahan dan sulit tidur
secara negatif mempengaruhi kerja pasien, aktivitas rekreasi, kebiasaan
nutrisi, kehidupan seksual dan hubungan bersama keluarga dan teman-
29
teman. Telah dilaporkan bahwa antara 50% dan 83% dari pasien
hemodialisis mengalami gangguan tidur, dan bahwa antara 7% dan
92,5% mengalami kelelahan.
Mengontrol gangguan tidur dan kelelahan yang dialami oleh pasien
hemodialisis membutuhkan pendekatan multidisiplin, yang di dalamnya
perawat berperan sangat penting peran dalam menghilangkan atau
mengurangi keluhan-keluhan ini. Pijat termasuk dalam intervensi
keperawatan klasifikasi dan merupakan metode sederhana dan noninvasif untuk memastikan relaksasi. Melibatkan palpasi jaringan lunak
dan otot, pijat adalah sentuhan terapeutik yang mengarah untuk relaksasi
fisik dan mental dan mampu menghasilkan transmisi energi antara
praktisi dan subjek, dan digunakan untuk membantu pasien mengatasi
masalah tidur. Field dkk. (2007) melaporkan bahwa pijat punggung
mengakibatkan mengurangi rasa sakit, kecemasan, gangguan tidur, dan
meningkatkan suasana hati pasien.
Refleksologi kaki adalah teknik tekanan yang diterapkan pada
ujung saraf di kaki. Efek refleksologi pada subjek telah dibuktikan
dalam berbagai uji. Penelitian telah menunjukkan bahwa refleksologi
mengurangi kecemasan, mual dan muntah, nyeri, sulit tidur, dan
kelelahan. Di satu studi khusus dilakukan pada pasien dengan gagal
ginjal kronis dan hemodialisis pasien, refleksologi terbukti memiliki
efek positif pada kram, kelelahan, emosi, dan sistem kekebalan tubuh.
Dalam tinjauan pustaka, tidak ada penelitian yang menemukan hal itu
bandingkan efek refleksologi kaki dan pijat punggung pada pasien
hemodialisis.
2. Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian ini adalah ada pengaruh foot reflexology dan
back massage pada kelelahan dan kulitas tidur pasien hemodialisa
relaksasi di Pusat Dialisis Swasta, Turki.
3. Metode penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen acak dan terkontrol
yang dilakukan antara Januari 2014 sampai Februari 2015. Dilakukan di
pusat dialisis swasta di Turki kepada 200 responden, kemudian 90
30
responden dikeluarkan dari penelitian dikarenakan gagal memenuhi
kriteria inklusi. Sehingga sampel dari penelitian ada 110 responden
terdiri dari 35 responden perkelompok. Kriteria inklusi dari penelitian
ini adalah responden dengan rentang usia 18-60 tahun yang menerima
terapi hemodialisis dua kali seminggu dan tidak memiliki masalah
komunikasi. Kriteria ekslusi adalah responden dengan lesi kulit, luka
kaki terbuka, penyakit ganas, trombosis atau gangguan perdarahan
dikeluarkan dari penelitian.
4. Hasil Penelitian
Dalam penelitian ini, 47,6% adalah perempuan, 52,4% adalah lakilaki dan usia rata-rata mereka adalah 54,33 ± 12,96. Tidak ada perbedaan
yang signifikan secara statistik yang ditemukan antara karakteristik
sosiodemografi pasien, yang hasilnya menunjukkan bahwa kelompok yang
termasuk dalam penelitian ini adalah homogen.
Rata-rata skor kelelahan pretest dari refleksologi kaki, kembali
kelompok pijat dan kontrol adalah 82,46 ± 22,27, 80,31 ± 15,74 dan 74,54
± 22,52, masing-masing. Perbedaan antara rata-rata skor kelelahan
kelompok tidak signifikan secara statistik (p> 0,05). Rata-rata skor
kelelahan posttest kaki refleksologi, pijat punggung dan kelompok kontrol
adalah 58,51 ± 18,81, 70,77 ± 16,05, dan masing-masing 80,74 ± 21,11.
Perbedaan antara rata-rata skor rata-rata posttest dan antara rata-rata skor
kelelahan pretest dan posttest dari kelompok secara statistik signifikan (p
<0,001). Rata-rata skor energi pretest dari refleksologi kaki, pijat
punggung dan kelompok kontrol adalah 21,37 ± 9,05, 22,63 ± 7,55 dan
24,97 ± 7,99, masing-masing. Perbedaan antara rata-rata ini tidak
signifikan secara statistik (p> 0,05).
Skor energi posttest rata-rata refleksologi kaki, pijat punggung dan
kelompok kontrol adalah 28,74 ± 6,67, 24,20 ± 7,35 dan 21,97 ± 7,98,
masing-masing. Perbedaan antara rata-rata ini adalah signifikan secara
statistik (p> 0,001). Perbandingan intragroup dari pretest dan posttest skor
rata-rata menunjukkan perbedaan yang signifikan secara statistik pada
kelompok refleksologi kaki (p <0,001), kelompok pijat punggung (p
<0,05) dan kelompok kontrol (p <0,05) (Tabel 2). Rata-rata skor pretest
31
PSQI dari refleksologi kaki, pijat punggung dan kontrol kelompok adalah
11.09 ± 3.18, 10.59 ± 2.11, 9.20 ± 2.42, masing-masing, sedangkan
posttest PSQI skor rata-rata dari kelompok-kelompok ini adalah 5,54 ±
2,15, 8,34 ± 2,39 dan 11,8 ± 2,47, masing-masing. Perbedaan antara skor
rata-rata pretest dan postes PSQI dalam kelompok dan perbedaan antara
rata-rata skor posttest dari kelompok secara statistik signifikan (p <0,001).
Pada hasil penelitian jurnal ini, menampilkan hasil penelitian
karaktersitik responden yang diteliti, seperti usia dan jenis kelamin.
Penelitian disampaikan secara lengkap dan terperinci dari hasil tabel yang
ada.
5. Pembahasan
Temuan pretes mengungkapkan bahwa hemodialisis pasien
memiliki kualitas tidur yang buruk. Kualitas tidur pasien hemodialisis
yang buruk disebabkan oleh faktor-faktor seperti keterbatasan dalam
hidup, perubahan metabolisme akibat penyakit, nyeri, diet, kelelahan,
kram, asidosis metabolik, neuropati perifer, masalah emosional dan
paparan lebih lama terhadap racun uremik. Pada pasien dengan gagal
ginjal kronis, tidak normal produksi sel interleukin dapat menyebabkan
somnolen, dan penghilangan zat-zat ini dari tubuh melalui dialisis dapat
menyebabkan insomnia atau gangguan tidur. Beberapa penelitian telah
menunjukkan bahwa pasien yang menerima dialisis karena gagal ginjal
kronis mengalami lebih banyak tidur masalah daripada orang sehat.
Dalam penelitian ini, skor rata-rata lebih rendah dari kelompok
refleksologi kaki pada PSQI menunjukkan bahwa refleksologi efektif
dalam meningkatkan kualitas tidur. Penelitian serupa juga menemukan
refleksologi untuk secara signifikan meningkatkan kualitas tidur.
Rata-rata skor post-rata PSQI dari kelompok pijat punggung lebih
rendah dibandingkan dengan kelompok kontrol, sebuah temuan yang
juga berfungsi untuk menunjukkan bahwa pijat punggung adalah efektif
untuk meningkatkan kualitas tidur. Rata-rata rendah PSQI posttest skor
kaki kelompok refleksologi daripada kelompok pijat punggung dan
kelompok kontrol (P <0,001) menunjukkan bahwa refleksologi kaki
meningkatkan kualitas tidur lebih efektif daripada kembali pijat.
32
6. Kesimpulan
Kesimpulan penelitian menunjukkan bahwa refleksologi kaki dan
pijatan punggung mengurangi kelelahan dan meningkatkan tingkat energi
dan kualitas tidur. Refleksologi kaki ditemukan lebih efektif dari pada
pijat punggung. Disarankan agar refleksologi kaki digunakan untuk
mengurangi kelelahan dan masalah tidur yang dialami oleh pasien
hemodialisis. Pijat punggung adalah intervensi sederhana dan mudah
diterapkan, digunakan untuk mengurangi kelelahan dan masalah tidur
pasien hemodialisis.
33
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Gangguan tidur dan kelelahan merupakan masalah kesehatan yang
sering ditemukan pada pasien yang menjalani hemodialisa yang
menyebabkan penurunan kualitas tidur. Dari beberapa hasil penelitian
melaporkan bahwa
antara 50% dan 83% dari pasien hemodialisis
mengalami gangguan tidur, dan bahwa antara 7% dan 92,5% mengalami
kelelahan. Maka dari itu, untuk mengontrol kesulitan tidur dan kelelahan
yang
dialami
oleh
pasien
hemodialisis
membutuhkan
pendekatan
multidisiplin, yang di dalamnya, salah satunya perawat berperan sangat
penting dalam menghilangkan atau mengurangi keluhan-keluhan ini. Salah
satu intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah
kesulitan tidur dan kelelahan adalah melakukan teknik pijat kaki dan masase
punggung. Hal ini sesuai dengan jurnal yang sudah ditelaah bahwa terdapat
pengaruh pijat kaki dan masase punggung pada pasien yang menjalani
hemodialisa terhadap kualitas tidur dan kelelahan.
Pijat dan masase termasuk dalam intervensi keperawatan klasifikasi
dan merupakan metode sederhana dan non-invasif untuk memastikan
relaksasi. Melibatkan palpasi jaringan lunak dan otot, pijat adalah sentuhan
terapeutik yang mengarah untuk relaksasi fisik dan mental dan mampu
menghasilkan transmisi energi antara praktisi dan subjek, dan karena itu
dapat digunakan untuk membantu pasien mengatasi masalah tidur dan
kelelahan.
B.
Saran
1. Bagi perawat agar dapat meningkatkan pelayanan keperawatan dengan
menerapkan terapi pijat kaki dan masase punggung pada pasien yang
menjalani hemodialisa sehingga kualitas tidur pasien
membaik di
ruangan penyakit dalam wanita RSUP M jamil Padang.
2. Bagi Penanggung jawab ruangan Interne Wanita RSUP M jamil Padang
dapat menjadikan terapi pijat kaki dan masase punggung pada pasien
yang menjalani hemodialisa sebagai salah satu terapi yang dapat
diaplikasikan di ruangan.
34
DAFTAR PUSTAKA
Friedman, M. M and Stephens, S. A. (2008), Cardiac Nursing, A Companion to
Braunwald’s Heart Disease, Saunders Elsevier, Canada.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2015. Ilmu Pijat Refleksi Relaksasi.
Di akses dari
http://www.infokursus.net/download/2808162105Kurikulum_Pijat_R
efleksi_Jenjang_II.pdf
Potter, P. A and Anne, G. P. (2005), Buku Ajar Fundamental Keperawatan:
Konsep, Proses, dan Praktik, Edisi 4 Volume 2, Alih Bahasa InggrisIndonesia, Renata Komalasari, dkk, EGC, Jakarta.
Septiwi, C. 2012. Pengaruh Breathing Exercise Terhadap Level Fatigue Pasien
Hemodialisis Di Rspad Gatot Subroto Jakarta. Keperawatan STIKES
Muhammadiyah Gombong
Smeltzer, S. C., Bare, B. G., Hinkle, J. L., Cheever, K. H. (2010), Textbook of
Medical-Surgical Nursing, Edisi 12 Volume 2, Lippincot Williams &
Wilkins, China
Suwitra, K. (2009). Penyakit Ginjal Kronik, dalam Idrus, A., K, M. S., Setiati,
S., Setiyohadi, B., Sudoyo, A. W, Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 5
volume 2, Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Indonesia, Jakarta, 1035-1040
USRDS.
(2014),
„United
States
Renal
Data
System’,
https;//www.usrds.org/2014/view/default.aspx
Williams, L and Wilkins. (2010), Manual of Nursing Practice, Edisi 9, Wolters
Kluwer, China.
35
Download