THE EFFECTS OF RICE STRAW COMPOST FOR GROWTH AND YIELD OF SPINACH ON ALLUVIAL SOIL PENGARUH BOKASI JERAMI PADI TERHADAP TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BAYAM PADA TANAH ALLUVIAL Kasini1) Mulyadi Safwan2) dan Asnawati2) Mahasiswa, Dosen Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura 1) 2) ABSTRAC As a medium of plant growing, alluvial soil generally has some problems like less of nutrient and acid reacsion. Regading on such problems, it is necessary to prepare alluvial soil for the culture of spirach. This research is aimed to investigate the effect of giving rice straw compost on the growtn and one yield of spinach on the soil. The experimental design used in this research is completely randomized. Design (CDR), consisting of 5 treatments with 5 replication and each replication consists of 5 sample. The variables measured were the spinach height, number of leaf chorofil, leaf area, root volume, plant fresh weight, and the weight of the soil volume. The results shows that granting rice straw compost 377 g / polybag gives the best results on spinach height, leaf area and plant fresh weight. Keywords: Alluvial, rise straw compost, spinach plants. PENGARUH BOKASI JERAMI PADI TERHADAP TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BAYAM PADA TANAH ALLUVIAL Kasini1) Mulyadi Safwan2) dan Asnawati2) Mahasiswa, Dosen Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura 1) 2) ABSTRAK Tanah alluvial sebagai media tumbuh tanaman umumnya menghadapi beberapa kendala, diantaranya miskin unsur hara, reaksi tanah masam hingga basa, kandungan bahan organik yang rendah sehingga perlu upaya untuk tanah alluvial siap digunakan untuk bididaya tanaman cabut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pemberian bokasi jerami padi terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman bayam pada tanah alluvial. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL), terdiri 1 dari 5 perlakuan dengan 5 kali ulangan dan setiap ulangan terdiri dari 5 sampel. Variabel yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah klorofil daun, luas daun, volume akar, berat segar tanaman, berat volume tanah. Hasil penelitian menunjukan pemberian bokasi jerami padi sebanyak 377 g/polybag memberikan hasil terbaik pada tanaman bayam untuk variabel tinggi tanaman, luas daun dan berat segar tanaman. Kata kunci: alluvial, bayam, bokasi jerami padi. PENDAHULUAN Pemanfaatan tanah alluvial dihadapkan pada kendala sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Tanah alluvial mempunyai produktivitas rendah, lapis olah yang dangkal, kandungan unsur hara dan bahan organik yang cukup rendah, tingkat kemasaman yang cukup tinggi, cukup peka terhadap erosi, dan kandungan liat yang cukup tinggi sehingga menyebabkan perakaran tanaman tidak berkembang dengan baik dan penyerapan unsur hara menjadi terhambat. Reaksi tanah yang masam pada tanah alluvial dapat menyebabkan unsur hara terutama P dan Ca kurang tersedia sedangkan unsur Fe, Al, dan Mn berada dalam jumlah yang berlebihan sehingga menjadi racun bagi tanaman. Tanaman bayam menghendaki tanah yang subur, gembur, banyak mengandung bahan organik, memiliki pH 6 – 7, dan tidak menggenang (becek). Mengingat hal tersebut di atas maka untuk memperoleh hasil tanaman bayam yang baik perlu dilakukan upaya perbaikan sifat-sifat fisik kimia tanah dan biologi, salah satunya dengan penggunaan bokasi jerami padi yang merupakan syarat perbaikan kesuburan tanah terutama untuk perbaikan sifat fisik tanah. Menurut Hardjowigeno (2002), kandungan unsur hara dalam pupuk organik tidak terlalu tinggi, tetapi jenis pupuk ini mempunyai keistimewaan yang lain yaitu dapat memperbaiki sifat fisik tanah, seperti permeabilitas tanah, porositas tanah, struktur tanah, daya menahan air dan kation tanah. Kandungan bahan organik yang terdapat dalam bokasi jerami padi juga dapat memperbaiki sifat kimia tanah antara lain tersedianya N, P, dan K, aluminium menjadi rendah serta meningkatnya pH tanah. Kondisi biologi tanah juga mengalami peningkatan karena bokasi merupakan sumber energi yang diperlukan mikroorganisme untuk berkembang biak. Menurut Sutedjo (1987), penambahan bahan organik kedalam tanah dapat meningkatkan aktivitas biologi tanah, karena kompos berisi mikroorganisme yang menguntungkan baik bagi tanah maupun tanaman. Yuwono, (2005) menambahkan, bahwa keberadaan mikroorganisme tersebut dapat menghasilkan limbah organik yang dapat memperbaiki tata udara di dalam tanah dengan membuat lubang-lubang kecil, sehingga tanah yang terlalu liat dan sulit ditembus akar menjadi gembur dan mampu ditembus akar. 2 Pengaruh bokasi jerami padi terhadap kesuburan tanah dan tanaman yaitu bahan organik yang dikandungnya cukup tingggi. Bokasi yang telah menjadi humus mengandung nitrogen, 20- 80 % sulfur, fosfor dan kalium dalam jumlah tersedia sehingga unsur hara bagi tanaman akan terpenuhi, memperbaiki sifat fisik tanah, tanah menjadi gembur sehingga aerasi tanah menjadi baik, memperbesar daya ikat tanah yang berpasir sehingga struktur tanah dapat diperbaiki (Sutanto, 2002). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian bokasi jerami padi terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman bayam cabut pada tanah alluvial. METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura Pontianak. Penelitian ini berlangsung dari tanggal 26 Februari – 23 mei 2012. Bahan alluvial dan bayam. Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) terdiri dari 5 perlakuan dan 5 ulangan dengan 5 sampel tanaman pada tiap perlakuan sehingga keseluruhan berjumlah 125 tanaman. Adapun perlakuan dalam penelitian ini adalah: b1 = pemberian bokasi 21 g / polibag setara dengan 7% bahan organik b2 = pemberian bokasi 199 g / polibag setara dengan 10% bahan organik b3 = Pemberian bokasi 377g / polibag setara dengan 13% bahan organik b4 = Pemberian bokasi 555 g / polibag setara dengan 16% bahan organik b5 = Pemberian bokasi 733 g / polibag setara dengan 19% bahan organik Rumah penelitian dibuat dengan panjang 5 m, lebar 4 m dan tinggi 2,5 m. Atap yang digunakan adalah plastik transparan dan dindingnya menggunakan polynet. Di dalam rumah penelitian dibuat meja – meja penelitian yang tingginya 50 cm dari permukaan tanah untuk meletakan polybag. Perbandingan bahan untuk pembuatan bokasi adalah: jerami padi 25 kg, pupuk kandang kotoran sapi 15 kg, sekam padi 5 kg, dedak 5 kg, gula pasir 25 g dan jamur thricoderma 250 g untuk membuat bokasi 50 kg. Jerami padi dipotongpotong sepanjang 3 - 4 cm, dicampurkan dengan pupuk kandang, sekam/ kulit padi, dan biakan trichoderma secara merata. Gula dan thricoderma dilarutkan ke dalam air kemudian disiram secara merata pada seluruh bahan sampai kandungan air bahan mencapai 30% atau bila dikepal dengan tangan air tidak keluar dari bahan dan bila dilepaskan dari genggaman akan tetap menggumpal, tetapi ketika disentuh campuran tersebut akan menjadi remah dan pecah. Dihamparkan adonan diatas lantai kering, lalu tutup dengan plastik / terpal. Suhu tumpukan dipertahankan 350C - 450C. Apabila suhu naik bukalah penutup kemudian adonan dibolak-balik lalu ditutup kembali dan ketinggian tumpukan dipertipis, sebaiknya dilakukan pengecekan suhu 5 jam sekali. Kematangan dalam proses bokasi ditentukan berdasarkan nisbah C/N sebesar < 20, dengan ciri-ciri bokasi telah berwarna hitam, gembur, tidak panas dan tidak berbau. 3 Bokasi diberikan pada 125 polybag berdasarkan dosis yang telah ditetapkan dan dicampur secara merata dengan tanah yang telah dimasukan kedalam polybag satu persatu sesuai dengan perlakuan. Benih sebelum ditanam direndam dengan air hangat selama 5 menit. Penanaman langsung dilakukan pada media tanam yang telah diinkubasi sebanyak 5 benih untuk tiap polybag. Setelah benih bayam telah tumbuh, benih tersebut hanya disisakan satu tanaman dengan cara menggunting tanaman yang lain. Pupuk dasar yang digunakan adalah Urea 1 g/polybag. Pemeliharaan tanaman meliputin penyiraman dilakukan 2x hari, penyiangan gulma dan pengendalian hama secara manual. Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah tinggi tanaman, klorofil daun, luas daun, volume akar, berat segar tanaman, berat volume tanah. Selain itu dilakuka pula pengamatan lingkungan tumbuh meliputi, suhu udara, kelembaban dan pH tanah. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Tinggi tanaman pertama kali diukur ketika tanaman sudah berumur 2 minggu setelah tanaman. Pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali, yaitu 14, 21 dan 28 hari, dimana hasil dapat dilihat pada Tabel 1. Jumlah klorofil daun, luas daun, volume akar, dan berat segar diukur pada akhir penelitian, diman hasil dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel. 1 Hasil Rerata Semua Variabel Pengamatan. Dosis Variabel Pengamatan bokasi (g) TT 14 hari 21 hari KD LD VA BST 28 hari 21 2,86 a 7,42 a 22,24 a 30,84 464 a 2,92 a 35,7 a 199 3,83 a 9,16 a 26,92 a 29,62 537,4 a 5,56 a 55,2 b 377 5,09 b 14,88 bc 44,84 b 32,22 851,2 b 11,92 b 117,7 c 555 5,89 b 16,92 c 46,68 b 30, 86 714,8 ab 17,64 c 134,6 c 733 5,00 b 13,52 b 41,68 b 29 861,2 b 15,02 bc 124,9 c 0,99 2,92 5,37 tn 298,85 3,176 17,58 BNJ 5% Keterangan : TT = Tinggi tanaman (cm), KD = Klorofil Daun (Spad Unit), LD = Luas Daun (cm2), VA = Volume Akar (cm3), BST = Berat Segar Tanaman (g), dan tn = tidak berbeda nyata Hasil uji BNJ pada tabel 1 untuk volume akar menunjukan bahwa dosis 21 g dan 199 g berbeda nyata terhadap dosis 377 g, 555 g, dan 733 g. Dosis 377 g 4 berbeda nyata terhadap dosis 21 g, 199 g, dan 555 g tetapi berbeda tidak nyata terhadap dosis 733 g. Dosis 555 g berbeda nyata terhadap dosis 21 g, 199 g dan 555 g tetapi berbeda tidak nyata terhadap dosis 733 g. Dosis 733 g berbeda nyata terhadap dosis 21 g dan 199 g tetapi berbeda tidak nyata terhadap dosis 377 g dan 555 g. Hasil uji BNJ pada tabel 1 untuk luas daun menunjukan bahwa dosis 21 g dan 199 g berbeda nyata terhadap dosis 377 g dan 733 g tetapi berbeda tidak nyata terhadap dosis 555 g. Dosis 377 g dan 733 g berbeda nyata terhadap dosis 21 g, 199 g dan 555 g. Hasil uji BNJ pada tabel 1 untuk tinggi tanaman umur 14 hari menunjukan bahwa dosis 21 g dan 199 g berbeda nyata terhadap dosis 377 g, 555 g dan 733 g. Pada umur 21 hari menunjukan bahwa dosis 21 g dan 199g berbeda nyata terhadap dosis 377 g, 555 g dan 733 g. Dosis 377 g berbeda nyata terhadap dosis 21 g dan 199 g tetapi berbeda tidak nyata terhadap dosis 555 g dan 733 g. Dosis 555 g nyata terhadap dosis 21 g, 199 g dan 733 g tetapi berbeda tidak nyata terhadap dosis 377 g. Dosis 733 g berbeda nyata terhadap dosis 21 g, 199 g dan 555 g tetapi berbeda tidak nyata terhadap dosis 377 g. Pada umur 28 hari menunjukan bahwa dosis 21 g dan 199 g berbeda nyata terhadap dosis 377 g, 555 g dan 733 g. Hasil uji BNJ pada tabel 1 untuk berat segar tanaman menunjukan bahwa dosis 21 berbeda nyata terhadap dosis 199 g, 377 g, 555 g dan 733 g. Dosis 199 g berbeda nyata terhadap dosis 21 g, 377 g, 555 g dan 733 g. Dosis 377 g, 555 g dan 733 g berbeda nyata terhadap dosis 21 g dan 199 g. Tabel. 2 Berat Volume Tanah Pada Sebelum dan Setelah Pemberian Bokasi. Dosis bokasi (g) BV sebelum (g/cm3) BV setelah (g/cm3) 21 1,33 1,210 199 1,33 1,186 377 1,33 1,176 555 1,33 1,140 733 1,33 1,107 Berdasarkan hasil dari Tabel 2 menunjukan berat volume tanah tanpa pemberian bokasi jerami padi merupakan berat volume terbesar dari dosis yang lainnya. Semakin banyak pemberian bokasi akan memperkecil nilai BV tanah, hal ini dikarenakan bokasi jerami padi dapat memperbaiki sifat fisik tanah yakni, meningkatkan sirkulasi udara, struktur tanah menjadi lebih gembur sehingga perakaran tanaman akan lebih mudah menembus tanah dan unsur hara yang ada dalam tanah mudah diserap oleh tanaman, sehingga pertumbuhan tanaman akan menjadi lebih baik. B. Pembahasan Pemberian bokasi memberikan pengaruh nyata terhadap beberapa variabel yaitu, tinggi tanaman, luas daun , volume akar dan berat segar tanaman, tetapi 5 berpengaruh tidak nyata terhadap variabel klorofil daun. Hal ini dikarenakan pemberian bokasi dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Dosis 21 g dan 199 g mengasilkan volume akar terendah dibandingkan dengan dosis lainnya. Hal ini disebabkan karena pada dosis tersebut belum mencukupi kebutuhan unsur hara bayam dan belum mampu memperbaiki media tumbuhan tanaman. Air diserap tanaman melalui akar bersama-sama dengan unsur hara yang terlarut di dalamnya, kemudian diangkut kebagian atas tanaman terutama daun, melalui pembuluh xylem (Lakitan,2001) Dosis 555 g dan 733 g mengasilkan volume akar yang berbeda dibandingkan dosis lainnya. Hal ini dikarenakan bokasi yang diberikan sudah mampu memperbaiki media tumbuh tanaman yang menyebabkan tanah menjadi gembur dan pH tanah meningkat 5, 28 untuk dosis 555 g pemberian bokasi, 5, 58 untuk dosis 733 g mendekati pH yang diinginkan tanaman bayam yaitu 6 – 7 sehingga penyerapan unsur hara menjadi optimal untuk meningkatkan volume akar. Pernyataan tersebut dapat dilihat pada nilai BV tanah, yaitu penambahan bahan organik dapat memperkecil berat volume tanah. Pertumbuhan akar yang baik akan mempunyai kemampuan yang baik dalam menyerap air dan unsur hara yang akan digunakan dalam metabolisme tanaman. Hal ini sesuai dengan pendapat Nyakpa, dkk (1988) yang menyatakan bahwa semakin banyak akar yang berhubungan dengan tanah, maka semakin banyak unsur hara yang diserap sehingga dapat membantu dalam proses pertumbuhan tanaman. Hal yang sama juga dinyatakan oleh Rosmarkam dan Nasih (2002), semakin panjang dan banyak akar, rambut akar, maka semakin besar kemampuan tanaman untuk menyerap unsur hara atau mengubah unsur hara menjadi tersedia bagi tanaman. Menurut Djuarnani, dkk(2006), pupuk organik digunakan untuk maksud memperbaiki struktur tanah yaitu meningkatkan ketersedian bahan organik dalam tanah, menggemburkan tanah, meningkatkan daya serap tanah terhadap air dan unsur hara, memperbaiki kehidupan mikroorganisme, memperbesar daya ikat tanah berpasir sehingga tidak mudah terpencar, memperbaiki drainase dan tata udara didalam tanah, membantu proses pelapukan bahan mineral, melindungi tanah terhadap kerusakan yang disebabkan oleh erosi, dan meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK).. Menurut Rosmankam dan Nasih (2002) pertumbuhan akar tanaman sangat dipengaruhi oleh unsur hara fosfor. Ditambah oleh Syarief (1986), Bahan organik akan menambah kelarutan fosfat karena humus akan menjadi asam humat atau asam-asam lain yang melarutkan fosfat sehingga dalam keadaan bebas. Kandungan P dalam bokasi jerami padi sebesar 2,08 % (Lampiran IV). Bokasi yang diberikan telah mampu menyediakan unsur hara P untuk perkembangan akar tanaman. Keadaan perakaran tanaman yang kekurangan P sangat kurang dan tidak berkembang (Setyamidjaja, 1986). P yang tersedia dalam tanah dipengaruhi oleh pH tanah. Pada umumnya P mudah diserap oleh akar tanaman pada pH sekitar netral. Berdasarkan data pH tanah setelah pemberian bokasi dari pH 4,68 Sampai 5,58 semangkin banyak pemberian bokasi pada media maka pH pada media akan 6 semangkin tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat Novizan (2005) yaitu pada tanah asam, penambahan bahan organik dapat membantu meningkatkan pH tanah. Tanaman bayam memerlukan pH tanah antara 6 – 7 untuk tumbuh dan berkembang. pH tanah selama penelitian belum bisa dikatakan sesuai dengan syarat tumbuh melainkan hampir mendekati syarat tumbuh tanaman bayam. Kondisi ini menyebabkan unsur hara belum cukup tersedia untuk pemberian dosis yang rendah pada media dan unsur hara tidak mudah untuk diserap oleh akar tanaman karena terikat oleh unsur logam untuk pertumbuhan dan perkembangannya serta membantu meningkatkan kesuburan tanah dimana dengan meningkatnya kesuburan tanah akan menyebabkan akar cenderung membentuk percabangannya. Akar yang semakin banyak membentuk percabangan akan meningkatkan volume akar tanaman itu sendiri. Unsur hara yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan daun adalah nitrogen. Berdasarkan hasil analisis bokasi jerami padi (Lampiran IV) kandungan N sebesar 1,25% tergolong sangat tinggi (Balai Penelitian Tanah, 2009) . N menyebabkan penambahan luas daun karena N tersedia dapat menghasilkan protein yang lebih banyak sehingga daun dapat tumbuh lebih lebar. Kekurangan unsur hara N akan menyebabkan terganggunya pertumbuhan vegetatif yang akhirnya mempengaruhi laju fotosintesis persatuan luas. Berkurangnya laju fotosintesis akan menyebabkan kecilnya luas daun yang terbentuk. Menurut Sutedjo (2002), N dapat meningkatkan kadar protein dalam tubuh tanaman, semakin tinggi pemberian Nitrogen semakin cepat pula sintesis karbohidrat yang diubah menjadi protein dan protoplasma. Nitrogen adalah bahan organik yang selalu dibutuhkan oleh mahluk hidup. Tanaman dengan cukup mengandung N berdaun lebar dan berwarna hijau tua, fotosisntesis berjalan baik dan pertumbuhannya pesat, maka N merupakan faktor yang penting untuk produktivitas tanaman Dosis 377 g, 555 g dan 733 g menghasilkan rerata luas daun berbeda dibandingkan dengan dosis lainnya. Hal ini dikarenakan bokasi yang diberikan sudah mampu meningkatkan kesuburan tanah dan menyediakan unsur hara yang dapat meningkatkan luas daun tanaman. Menerut Poerwowidodo (1992) jika nitrogen diberikan dalam jumlah yang cukup, daun tanaman akan tumbuh besar dan memperluas daun yang tersedia untuk fotosintesis. Hasil fotosintesis kemudian akan diedarkan keseluruh bagian tanaman terutama digunakan untuk proses pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman. Proses fotosintesis sangat tergantung pada kemampuan daun untuk menerima energi dan faktor sangat menentukan adalah lebar daun, sehingga dengan meningkatnya daya tampung energi menjadi maksimal. Jumlah klorofil daun terbesar terdapat pada dosis 377 g, dosis pemberian bokasi jerami padi terbanyak tidak memberikan hasil yang terbaik untuk jumlah klorofil daun atau zat hijau daun yang erat kaitannya dengan proses fotosintesis yang terjadi pada tanaman, karena klorofil merupakan faktor yang penting dalam membantu proses fotosintesis yang terjadi dan menghasilkan karbohidrat yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Menurut Dharmawan dan Baharsjah (2010) pembentukan klorofil dipengaruhi faktor keturunan, 7 ketersedian oksigen, karbohidrat serta beberapa unsur seperti N, Mg, Fe, dan Mn. Selain dari faktor – faktor tersebut, klorofil memerlukan adanya cahaya walaupun dalam kualitas yang kecil dan semua warna dapat merangsang pembentukan klorofil. Menurut Novizan (2005) Mg merupakan unsur pembentuk warna hijau pada daun, yang mempunyai kandungan Mg sebesar 2,75%. Berdasarkan hasil analisis bokasi jerami padi kandungan Mg sebesar 0,01% (lampiran IV) tergolong sangat rendah (Balai Penelitian Tanah, 2009). Mg yang terdapat dalam bokasi ternyata belum mampu meningkatkan jumlah klorofil walau pada umumnya berwarna hijau. Kekurangan unsur Mg juga dapat mempengaruhi pembentukan klorofil. Klorofil adalah zat hijau daun yang terdapat dalam kloroplas. Klorofil berbentuk seperti cincin yang terdiri atas 4 pirol dengan Mg sebagai inti (Dwijoseputro,1994). Kekurangan Mg akan mengakibatkan klorosis pada daun, kemudian diikuti dengan menurunnya aktitvitas fotosintesis ( Sutedjo dan Kartasaputra, 1988). Berdasarkan uji BNJ mengahasilkan tanaman tinggi tanaman untuk dosis 21 g dan 199 g berbeda dibanding dosis lainnya. Hal ini terjadi dikarenakan pemberian bokasi pada media bertujuan untuk memperbaiki sifat fisik tanah. Menurut Hardjowigeno (2002), kandungan unsur hara dalam pupuk organik tidak terlalu tinggi, tetepi jenis pupuk ini mempunyai keistimewaan lain yaitu dapat memperbaiki sifat fisik tanah, seperti permeabilitas tanah, porositas tanah, struktur tanah, daya menahan air dan kation tanah. Menurut Lakitan (2001) unsur hara yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan adalah nitrogen. Nitrogen dibutuhkan dalam jumlah yang relatif besar khusus dalam pertumbuhan vegetatif seperti batang dan daun. Dosis 555 g dan 733 g menghasilkan rerata berat segar berbeda dibandingkan dengan dosis lainnya. Tanaman dapat tumbuh secara optimal apabila unsur hara yang diperlukan tersedia dalam keadaan yang seimbang. Berdasarkan hasil analisis bokasi jerami padi (Lampiran IV) kandungan unsur hara N sebesar 1,25% tergolong sangat tinggi (Balai Penelitian Tanah, 2009). N yang terkandung dalam bokasi dapat digunakan oleh tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Pertumbuhan masa vegetatif, unsur hara N juga berfungsi sebagai pembentuk protein. Senyawa ini sangat penting untuk pembelahan, perpanjangan dan diferensiasi sel-sel. Selain itu, unsur juga berfungsi sebagai bahan pembentuk klorofil yang sangat dibutuhkan tanaman sebagai salah satu komponen pada proses fotosintesis (Gardner, dkk, 1991). Proses fotosintesis berhubungan dengan luas daun dan radiasi sinar matahari yang diterima, semakin luas permukaan daun maka intensitas sinar matahari yang diterima semakin besar, yang pada akhirnya akan menambahkan berat segar tanaman. Faktor lingkungan yang juga mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman selama penelitian adalah kelembaban, suhu, curah hujan dan serangan hama. Hasil pengamatan terhadap kelembaban udara dapat dilihat pada lampiran IX kelembaban udara salah satu faktor yang berpengaruh terhadap proses fisiologi 8 tanaman, terutama proses transpirasi yang akan berkaitan dengan proses serapan dan translokasi unsur hara keseluruhan bagian tanaman (Dwijoseputro, 1994). Menurut Rukmana (2010) tanaman bayam menghendaki kelembaban udara diatas 60%. Hasil pengamatan dilapangan menunjukan bahwa rerata kelembaban udara harian berkisar 71 - 84,25%, dengan rerata kelembaban udara selama penelitian 75,66%. Berdasarkan hasil pengamatan tersebut diketahui bahwa kelembaban udara selama penelitian sudah sesuai dengan kelembaban udara yang dikehendaki sehingga mendukung pertumbuhan tanaman bayam. Hasil pengamatan terhadap suhu udara dapat dilihat bahwa rerata suhu harian berkisar antara 25,5-31,750C, dengan rerata suhu udara selama penelitian 29,320C. Tanaman bayam menghendaki suhu udara antara 20-300C (Rukmana, 2010). Berdasarkan hasil pengamatan tersebut diketahui bahwa suhu udara selama penelitian sudah sesuai dengan suhu udara yang dikehendaki walaupun ada beberapa kali suhu udara yang selama penelitian lebih tinggi dari suhu yang dikehendaki tanaman bayam walaupun suhu tersebut telah mendukung tanaman bayam. Menurut Harjani (1991) bahwa suhu udara mempunyai hubungan kualitatif terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman seperti proses respirasi dan sebagai reaksi fotosintesis. Hama yang menyerang tanaman selama penelitian adalah belalang dan ulat jingkal, belalang memakan daun tanaman sehingga tanaman menjadi berlubang, ulat merobek daun dan batang untuk tanaman yang masih muda. lokasi penelitian serangan hama sangat rendah, sehingga tidak mempengaruhi berat segar tanaman. PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian bokasi jerami padi (377 g/polybag) atau setara dengan 13% bahan organik merupakan dosis terbaik terhadap variabel tinggi tanaman 5,09 cm untuk tinggi tanaman umur 14 hari, 14,88 cm untuk tinggi tanaman umur 21 hari, dan 44,84 cm untuk tinggi tanaman umur 28 hari, luas daun sebesar 851,2 cm2, dan berat segar tanaman sebesar 117,68 g. B. Saran Disarankan melakukan penelitian lebih lanjut dilapangan pada tanah alluvial atau tanah lainnya dengan dosis yang berbeda. DAFTAR PUSTAKA Badan Penelitian Tanah. 2009. Analisis Tanah, Tanaman, Air Dan Pupuk. Balai Besar Litbag Sumberdaya Lahan Pertanian dan Pengembangan Pertanian Depertemen Pertanian. Dharmawan, J. dan Baharsjah, S. Justika. 2010. Dasar – Dasar Fisiologi Tanaman. SITC. Jakarta. 9 Dwijoseputro, D. 1988. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia. Jakarta. Djuarnani, N, Kriatian, dan B.S, Setiawan. 2005. Cara Cepat Membuat Kompos. Agromedia Pustaka. Jakarta. Gardner, F.P. R.B. Pearce dan R.L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Universitas Indonesia. Jakarta. Harjadi. S.S. 1991. Pengantar Agronomi. Aneka. Solo. Hardjowigeno, Sarwono. 2002. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Bogor. Lakitan, B. 2001. Dasar – Dasar Fisiologi Tumbuhan. Raja grafindo persada. Jakarta. Novizan. 2005. Petunjuk Pemupukan Yang Efektif. Agromedia Pustaka. Jakarta. Poerwowidodo. 1992. Telaah Kesuburan Tanah. Angkasa. Bandung. Rosmankam, A dan Nasih, W. Y. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius. Yogyakarta. Rukmana, Rahmat. 2010. Bayam. Kanisius. Yogyakarta. Setyawidjaja, D. 1986. Pupuk Dan Pemupukan. Simplex. Jakarta. Sutanto. R. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Kanisius. Yogyakarta. Sutedjo,M.M. dan A.G. kartasapoetra. 1988. Pupuk Dan Cara Pemupukan. Bina Aksara. Jakarta. Sutedjo, M.M. 2002. Pupuk Dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta. Syarief, S. 1986. Ilmu Tanah Pertanian. Pustaka Buana. Bandung. Yuwono, D. 2005. Kompos. Penebar Swadaya. Jakarta. Uyeek. 2008. Pengaruh Penggunaan Pupuk Bokasi Pada Pertumbuhan dan Produksi Padi Palawija dan Sayuran. http://uyeek.wordpress.com 10