PENENTUAN EFEK ANALGETIK PERIFER EKSTRAK ETANOL DAUN SERNAI (Wedelia biflora L.) TERHADAP MENCIT PUTIH BETINA1 NAMA : M. ZIKRI NIM : 1510121221114 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nyeri merupakan perasaan tidak nyaman dan menyiksa bagi tubuh sebagai tanda adanya kerusakan jaringan (Winarti dan Wantiyah, 2011). Secara farmakologis rasa nyeri dapat diatasi dengan penggunaan obat-obat antinyeri atau analgesik. Obat ini dibagi menjadi dua kelompok yaitu analgesik perifer (non-narkotik) dan analgesik narkotik. Analgetik perifer (non-narkotik) adalah obat yang mengurangi atau menghalau rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Sedangkan analgetik narkotik merupakan obat yang mengurangi rasa nyeri yang menyebabkan kebiasaan dan ketagihan (Tjay dan Rahardja, 2008). Namun demikian, obat analgetik ini juga memiliki efek samping seperti kerusakan darah, hati, dan ginjal, reaksi alergi pada kulit terutama pada penggunaan lama (Tjay dan Rahardja, 2002). Disebabkan efek samping dari penggunaan obat analgetik tersebut, maka diperlukan pengobatan alternatif seperti obat tradisional yang memiliki efek samping minimum untuk mengatasi rasa nyeri (Ali, 2016). Salah satu obat tradisional yang digunakan masyarakat adalah tumbuhan sernai. Tumbuhan ini mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, kumarin, triterpenoid, steroid, saponin (Meena dkk., 1 Hasil penelitian ini akan diseminarkan di Kampus Akademi Farmasi Dwi Farma Bukittinggi pada : Hari/tanggal : Sabtu, 13 Januari 2018 Pukul : 11.00 - 12.00 WIB Pembimbing : 1. Budi Setiawan, M.Farm, Apt 2. Zulfisa, S.Si, M.Farm 1 2 2010; Isa dkk, 2012). Diantara senyawa-senyawa yang terkandung, flavonoid berkhasiat sebagai analgetik yang mekanisme kerjanya menghambat kerja enzim siklooksigenase (Suryanto, 2012). Penghambatan enzim siklooksigenase akan mengurangi produksi prostaglandin sehingga mengurangi rasa nyeri (Gunawan dan Mulyani, 2004). Masyarakat menggunakan daun sernai sebagai obat analgetik dengan cara merebus daun sernai sebanyak segenggam jika dihitung dan ditimbang sekitar 50 lembar (± 18 gram) direbus dengan 2 gelas air hingga tersisa 1 gelas (Hidayat, 2008). Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian “Penentuan Efek Analgetik Ekstrak Etanol Daun Sernai (Wedelia biflora L.) terhadap Mencit Putih Betina.” 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah : 1. Apakah ekstrak etanol daun sernai (Wedelia biflora L.) berkhasiat sebagai analgetik perifer? 2. Seberapa besar kekuatan efek analgetik dari ekstrak etanol daun sernai (Wedelia biflora L.) dibandingkan dengan ibuprofen? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui seberapa besar kekuatan efek analgetik ekstrak etanol daun sernai (Wedelia biflora L.) terhadap mencit putih betina. 3 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang kekuatan efek analgetik dari ekstrak etanol daun sernai (Wedelia biflora L.) 2. Bagi peneliti, mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama menjalani perkuliahan di Akademi Farmasi Dwi Farma Bukittinggi. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Botani Daun Sernai (Wedelia biflora L.) 2.1.1 Klasifikasi Daun Sernai (Wedelia biflora L.) Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Asterales Famili : Asteraceae Genus : Wedelia Spesies : Wedelia biflora (L.) (Harapan, 2015). Nama daerah : Sarunilaut (Sunda), cinga-cinga (Ternate), Namadaerah : widelia (Jawa), sernai (Sumatera) (Harapan, Namadaerah 2.1.2 :2015; Hidayat, 2008) Kandungan Kimia : Alkaloid, flavonoid, kumarin, terpenoid, Kandungan Kimia : steroid, saponin (Meena dkk., 2010; Isa dkk, Kandungan Kimia : 2012). Khasiat : Analgetik, antipiretik, antijamur, antibakteri, Khasiat : antiplasmodium (Ali dkk, 2016). Morfologi Daun Sernai (Wedelia biflora L.) Memiliki sistem perakaran tunggang, arah tumbuh batang menjalar atau merayap (repens). Batang berbentuk bulat (teres), permukaan batang rata (laevis). Berupa daun tunggal, duduk daunnya berhadapan (folia decusata), bentuk daun jorong (ovalis), ujung daun runcing (acutus), tepi daun bergerigi ganda (biserratus), pangkal daun tumpul (obtusus), tulang 4 5 daun menyirp (peninervis), permukan daun kasar. Bunga majemuk dengan karangan bunga berbentuk cawan (anthodium). Termasuk kedalam buah sejati tunggal yang kering yaitu buah kurung (achenium) (Hendra, 2012). p 2.2 Nyeri Nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional yang tidak nyaman, berkaitan dengan terdapatnya atau ancaman timbulnya kerusakan jaringan. Nyeri yang disebabkan oleh rangsangan mekanik, kimiawi, atau fisik (kalor, listrik) dapat menimbulkan kerusakan pada jaringan. Rangsangan tersebut memicu pelepasan leukotrien, dan prostaglandin. Semua mediator nyeri itu merangsang reseptor nyeri (nosiseptor) di ujung-ujung saraf bebas di kulit, mukosa serta jaringan lain dan demikian menimbulkan antara lain reaksi radang dan kejang-kejang. Nosiseptor ini juga terdapat diseluruh jaringan dan organ tubuh, terkecuali di SSP. Dari tempat ini rangsangan dialirkan melalui saraf-saraf sensoris ke sistem saraf pusat melalui sum-sum tulang belakang dan kemudian kepusat nyeri didalam otak besar, dimana rangsangan tersebut dirasakan sebagai nyeri (Tjay dan Rahardja, 2015). 2.3 Analgetik Analgetik non narkotik atau obat penghilang nyeri adalah zat-zat yang mengurangi atau menghalau rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Atas dasar kerja farmakologisnya, analgetik dibagi dalam dua kelompok besar, yakni: a. Analgetik Perifer (non-narkotik) Analgetik yang terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat narkotik dan tidak bekerja sentral. 6 b. Analgetik narkotik Analgetik ini digunakan untuk menghalau rasa nyeri hebat, seperti pada fraktur dan kanker (Tjay dan Rahardja, 2015). 2.4 Ekstraksi Ekstraksi adalah suatu proses penyarian zat aktif dari bagian tanaman obat yang bertujuan untuk menarik komponen kimia yang terdapat dalam bagian tanaman obat (Marjoni, 2016). Metode ekstraksi umum yang digunakan : 1. Ekstraksi secara dingin a. Maserasi Proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan (kamar). b. Perkolasi Ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru, sampai sempurna yang dilakukan pada temperatur ruangan. 2. Ekstraksi secara panas a. Infusa Ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air, selama waktu tertentu. b. Digesti Maserasi kinetik pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan, yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40-50°C. 7 c. Dekokta Infus pada waktu yang lebih lama (≥ 30°C) dan temperatur sampai titik didih air. d. Refluks Ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik. e. Soxhletasi Ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut yang relatih konstan dengan adanya pendingin balik (Depkes RI, 2000). 2.5 Hewan Uji 2.5.1 Klasifikasi Mencit Kingdom : Animalia Filum : Chordata Subfilum : Vertebrata Kelas : Mammalia Ordo : Rodentia Family : Muridae Subfamily : Murinae Genus : Mus Spesies : Mus musculus (Kusumawati.D, 2004). 8 2.6 Metode Uji Analgetik 2.6.1 Metode Writhing Test (Geliat) Metode ini menggunakan zat kimia yang diinjeksikan pada hewan uji secara intraperitonial, sehingga akan menimbulkan nyeri. Beberapa zat kimia yang digunakan antara lain asam asetat. Nyeri ditandai dengan timbulnya geliat yang ditunjukkan dengan bagian abdomen menyentuh dasar tempat berpijak dan kedua pasang kaki ditarik kebelakang (Puspitasari, 2003). 2.6.2 Metode Hot Plate Metode ini dilakukan dengan menempatkan mencit diatas pelat panas dengan suhu tetap yaitu 55°C sebagai stimulus nyeri dan mencit akan memberikan respon dalam bentuk menjilat kaki belakang atau meloncat (Puspitasari, 2003). 2.7 Acidum Aceticum Glaciale (Asam Asetat Glasial) Gambar 1. Rumus Bangun Acidum Aceticum Glaciale Nama kimia : Metil karboksilat. Rumus molekul : C2H4O2 Kadar : Tidak kurang dari 99,5 % dan tidak lebih dari 100,5 % : v/v C2H4O2 9 Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, bau khas menusuk, Pemerian : rasa asam yang tajam. Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, etanol, dan gliserol. Khasiat : Zat tambahan (Depkes RI, 1995). 2.8 Ibuprofen Gambar 2. Rumus Bangun Ibuprofen Nama kimia : 2-(p-Isobutil fenil) asam propionate Rumus molekul : C13H18O2 Pemerian : Serbuk hablur, putih hingga hamper putih, berbau Pemerian : khas. Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, sangat mudah larut Kelarutan : dalam etanol, methanol, aseton, dan kloroform, sukar Kelarutan : larut dalam etil asetat (Depkes RI, 1995). 2.8.1 Farmakokinetik Ibuprofen diabsorbsi dengan cepat melalui lambung dan kadar maksimum dalam plasma di capai setelah 1 sampai 2 jam. Ibuprofen diabsorbsi dengan cepat melalui saluran cerna dengan bioavailabilitas lebih besar dari 80%. Pada manusia sehat volume distribusi relatif rendah yaitu (0,15 ± 0,002 L/kg). Kira-kira 90% dari dosis yang diabsorbsi akan dieksresikan melalui urin sebagai metabolit (Katzung, 1995; Stoelting, 2006). 2.8.2 Farmakodinamik Mekanisme kerja ibuprofen melalui inhibisi sintesa prostaglandin dan menghambat siklooksigenase-I (COX I) dan siklooksigenase-II (COX II). Namun, tidak seperti aspirin, hambatan yang diakibatkan bersifat reversible. Dalam pengobatan dengan ibuprofen terjadi penurunan pelepasan mediator dari granulosit, basofil, dan sel mast terjadi penurunan kepekaan terhadap bradikinin dan histamin, mempengaruhi produksi limfosit T, melawan vasodilatasi dan menghambat agregasi platelet (Stoelting, 2006). 2.9 Hipotesa Adapun hipotesa dari penelitian ini adalah ” Ekstrak etanol daun sernai (Wedelia biflora L.) memiliki efek analgetik dengan kekuatan lebih kecil dari ibuprofen.” III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan November 2017 sampai selesai di Laboratorium Fitokimia dan Laboratorium Farmakologi Akademi Farmasi Dwi Farma Bukittinggi. 3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat Timbangan triple balance, timbangan analitik, timbangan digital, spuit oral, kandang mencit, spidol, backer glass, gelas ukur, sudip, cawan penguap, batang pengaduk, kain flanel, pipet tetes, vial, jarum suntik, lumpang, stamfer, rotary evaporator. 3.2.2 Bahan Daun sernai (Wedelia biflora L.), etanol 96 %, Ibuprofen, Asam asetat glasial, NaCl fisiologis, aqua dest. 3.2.3 Hewan Uji Hewan uji yang digunakan adalah mencit putih betina dengan berat 17-25 gram (Depkes RI, 1979). 3.3 Sampling dan Teknik Sampling 3.3.1 Pengambilan sampel Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun sernai yang diambil di Kota Bukittinggi Provinsi Sumatera Barat dengan teknik pengambilan sampel simple random sampling. 11 12 3.3.2 Pengolahan sampel Daun sernai dicuci bersih, kering anginkan, dirajang, dikeringkan hingga terbentuk simplisia, ditimbang sebanyak 100 gram, kemudian dimasukkan ke dalam botol gelap bermulut lebar, rendam dengan etanol 96% selapis diatas sampel, selama 3 hari sambil dikocok 1x sehari. Hasil maserasi disaring, ulangi maserasi sebanyak 3 kali. Maserat 1,2, dan 3 dicampurkan, dan dilanjutkan destilasi hingga diperoleh ekstrak kering dengan bobot tetap. 3.4 Perhitungan Rendemen 3.4.1 Ekstrak Etanol Daun Sernai Jumlah sampel = 100 gram Misal ekstrak kental yang diperoleh = 12 gram Maka rendemennya adalah = = = 12 % 3.5 Perhitungan Dosis yang direncanakan Pemakaian masyarakat = 18 gram (Hidayat, 2008) Dosis ekstrak untuk manusia = 18 gram/hari = 2,16 gram Konversi ke mencit = 2,16 gram × 0,0026 = 0,005616 gram = 5,616 mg = 5,6 mg Dosis yang direncanakan = 3 mg; 6 mg; 12 mg 13 3.6 Pembuatan Zat Uji Ekstrak Etanol Daun Sernai a) Dosis I : 2,8 mg/ ekor/ 0,5 ml Dibuat untuk 20 ml = 3 mg = 120 mg Timbang ekstrak daun sernai 120 mg, tambahkan aquadest hingga 20 ml, kocok homogen. b) Dosis II : 5,6 mg/ ekor/ 0,5 ml Dibuat untuk 20 ml = 6 mg = 240 mg Timbang ekstrak daun sernai 240 mg, tambahkan aquadest hingga 20 ml, kocok homogen. c) Dosis III : 11,2 mg/ ekor/ 0,5 ml Dibuat untuk 20 ml = 12 mg = 480 mg Timbang ekstrak daun sernai 480 mg, tambahkan aquadest hingga 20 ml, kocok homogen. 3.7 Perhitungan Dosis Ibuprofen Dosis 1× pakai untuk manusia = 400 mg Dosis 1 hari pakai = 400 mg × 4 = 1600 mg Konversi ke mencit = 1600 mg × 0,0026 = 4,16 mg/20gBB/0,5 ml Dibuat untuk 10 ml = Berat 1 tablet Ibuprofen = 530 mg Ibuprofen yang ditimbang = CMC yang ditimbang = Air mendidih = 20 × 0,05 g = 1 g = 1 ml 4,16 mg = 83,2 mg 530 mg = 110,24 mg = 110 mg 10 ml = 0,05 g 14 3.7.1 Pembuatan Suspensi Ibuprofen Kembangkan CMC 50 mg dengan air mendidih 1 ml lalu gerus hingga kembang. Serbuk Ibuprofen gerus homogen, tambahkan CMC yang telah kembang sedikit demi sedikit kemudian gerus homogen, encerkan dengan aquadest hingga bisa dituang. Kemudian masukkan kedalam botol kalibrasi 10 ml. 3.8 Larutan Asam Asetat untuk Penginduksi Asam asetat glasial tidak kurang dari 99,5%, dan tidak lebih dari 100,5% asam asetat (Depkes RI, 1995). Untuk penginduksi diberi asam asetat 1% v/v sebanyak 10 ml/KgBB mencit sebagai penginduksi nyeri (Afrianti, 2014). 3.8.1 Pembuatan Asam Asetat Glasial 1 % Ambil asam asetat glasial 1 ml, tambahkan NaCl fisiologis sampai 100 ml, kocok homogen. 3.9 Teknik Pengumpulan Data 1. Hewan yang digunakan adalah mencit putih betina sebanyak 25 ekor dengan berat 17-25 gram 2. Hewan uji diaklimasi lebih kurang 7 hari 3. Hewan dikelompokkan menjadi 5 kelompok, masing-masing kelompok 5 ekor kemudian masukkan kedalam kandang 4. Hewan dipuasakan selama 18 jam sebelum pengujian, air minum tetap diberikan 5. Kemudian berikan perlakuan sebagai berikut : Kelompok 1 : Kontrol negatif (Asam Asetat) Kelompok 2 : Kontrol positif (Ibuprofen) 15 Kelompok 3 : Dosis I (2,8 mg/ ekor/ 0,5 ml) Kelompok 4 : Dosis II (5,6 mg/ ekor/ 0,5 ml) Kelompok 5 : Dosis III (11,2 mg/ ekor/ 0,5 ml) 6. Setelah 30 menit semua kelompok diinduksi dengan asam asetat 1% sebanyak 0,2 ml /ekor secara intraperitonial kecuali kelompok normal 7. Lima menit setelah diinduksi dengan asam asetat amati dan hitung jumlah geliat mencit selama 30 menit dengan selang waktu 5 menit. 8. Semua data yang diperoleh dianalisis secara statistik. 3.10 Teknik Analisa Data Dilakukan uji analisa data efek analgetik dari ekstrak etanol daun sernai (Wedelia biflora L.) terhadap mencit putih betina diolah secara statistik dengan menggunakan : Langkah pertama : Uji normalitas data menggunakan uji liliefors Langkah kedua : Uji homogenitas varian menggunakan uji barlet Langkah ketiga : Uji analisis varian satu arah (one way anava) Langkah keempat : Uji T, dilakukan jika tolak Ho pada Anava satu arah DAFTAR PUSTAKA Afrianti, R., Yenti, R., dan Meustika, D., (2014). Uji Aktivitas Analgetik Ekstrak Etanol Daun Pepaya (Carica papaya L.) pada Mencit Putih Jantan yang di Induksi Asam Asetat 1%. Jurnal Sains Farmasi Dan Klinis, 1(1), 57. Ali, A.H.A. (2016). Potensi Ekstrak Air Daun Sernai (Wedelia biflora L.) sebagai Antinyeri pada Mencit (Mus musculus). Skripsi. Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh Departemen Kesehatan RI. (1979). Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes RI, Jakarta -------------------------------. (1995a). Farmakope Indonesia Edisi IV. Depkes RI, Jakarta -------------------------------. (2000b). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Depkes RI, Jakarta Gunawan, D. Dan Mulyani, S. (2004). Ilmu Obat Alam (Farmakognosi). Penebar Swadaya, Jakarta Harapan. (2015). Manfaat dan Khasiat Bunga Wedelia. (Januari 2015). Diakses Desember 2017. Tersedia di http://tanaman--herbal.blogspot.co.id/2015/01/manfaat-dankhasiat-bunga-wedelia.html Hendra, F.D.R. (2012). Deskripsi Seruni atau Wedelia Biflora.(13 Agustus 2012). Diakses Desember 2017. Tersedia di http://ferrydwirestuhendra.blogspot.co.id/2012/08/asteraleswedeliabiflora-seruni-menurut_12.html Hidayat, S., Wahyuni, S. Dan Andalusia, S. (2008). Tumbuhan Obat Berpotensi Hias. Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, Jakarta Isa, Rinidar, S. (2012). Aktivitas Antiplasmodium Daun Sernai (Wedelia biflora) berdasarkan Evaluasi Fungsi Ginjal dan Hati pada Mencit yang Diinfeksi dengan Plasmodium berghei. J. Vet.13, 167–175 Katzung, B.G. (1995). Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi VI. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta Kusumawati, D. (2004). Bersahabat dengan Hewan Coba. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta 16 17 Marjoni, Riza. (2016). Dasar-dasar Fitokimia Untuk Diploma III Farmasi. Trans Info Media, Jakarta. Meena, A.K., M. M. Rao, K. Kaur, dan P. Panda. (2010). Comparative evaluation of standardisation parameters between Wedelia genus species. International Journal of Pharma Sciences and Research. 1(3) : 207-210. Puspitasari, Hesti., Listyawati, Shanti., Widiyanti, Tertri. (2003). Aktivitas Analgetik Ekstrak Umbi Teki (Cyperus rotundus L.) pada Mencit Putih (Mus muculus L.) Jantan. Jurusan Biologi FMIPA UNS. Surakarta Stoelting, R.K., Hiller, S. (2006). Pharmacology & Physiology in Anesthetic Practice. Edisi VI. Philadelphia. Lipincott William & Wilkins Suryanto, E. (2013). Potensi Ekstrak Fenolik Buah Pisang Goroho (Musa Spp.) Terhadap Gula Darah Tikus Putih (Rattus norvegicus), Chem. Prog Tjay, T.H. dan K. Rahardja. (2002). Obat-obat Penting: Khasiat, Penggunaan dan Efek-efek Sampingnya. Edisi 6. Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, Jakarta ----------------------------------. (2008a). Obat-obat Penting: Khasiat, Penggunaan dan Efek-efek Sampingnya. Edisi 6. Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, Jakarta ----------------------------------. (2015b). Obat-obat Penting: Khasiat, Penggunaan dan Efek-efek Sampingnya. Edisi 7. Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, Jakarta Winarti, L. dan Wantiyah. (2011). Uji Efek Analgetika Ekstrak Rimpang Temu Kunci (Boesenbergia pandurata (roxb.) Schlechter pada Mencit Jantan Galur Swiss. Majalah Obat Tradisional, Universitas Jember