Uploaded by User32794

TR1-5170911172-AUSHAFIA RAFIDAH THAHIRA-BPUPKI

advertisement
SEJARAH BPUPKI
Disusun Oleh
5170911172 Aushafia Rafidah Thahira
UNIVERSITAS TEKNOLOGI YOGYAKARTA
TAHUN PELAJARAN 20199/2020
Jl. Glagahsari No. 63 Yogyakarta email : [email protected] , D.I. Yogyakarta 55164
2019
1. Latar Belakang
Kekalahan Jepang dalam perang Asia – Pasifik, sehingga Angkatan Laut
Amerika Serikat yang dipimpin oleh Laksamana Nimitz berhasil menduduki
Kepulauan Mariana. Sementara Angkatan Darat Amerika Serikat yang dipimpin oleh
Jendral Douglas Mac Arthur membangun markasnya di Holandia (Jayapura). Kekuatan
tentara Jepang yang semula menyerang berubah menjadi defensif. Kepada bangsa
Indonesia, pemerintah militer Jepang masih terus meyakinkan bahwa Jepang akan
menang dalam perang Asia - Pasifik. Pada tanggal 18 Juli 1944, Perdana Menteri
Hideki Tojo terpaksa mengundurkan diri dan diganti oleh Perdana Menteri Koiso
Kuniaki.
Pada tanggal 7 September 1944 dalam sidang istimewa ke-85 Parlemen Jepang
(Teikoku Ginkai) mengumumkan bahwa Indonesia akan dimerdekakan sesudah
kemenangan Jepang dalam perang Asia Timur Raya. Janji kemerdekaan ini sering
disebut dengan “Deklarasi Kaiso”. Sejak saat itu, Jepang memberikan izin kepada
rakyat Indonesia untuk mengibarkan bendera Merah Putih di samping bendera Jepang
Hinomaru dan lagu Indonesia Raya boleh dinyanyikan setelah lagu Kimigayo. Dengan
cara itu, Jepang berharap tentara sekutu akan disambut oleh rakyat Indonesia sebagai
saudara jauh Indonesia, sehingga untuk merealisasikan pada tanggal 1 Maret 1945
pimpinan pemerintah pendudukan militer Jepang di Jawa, Jenderal Kumakichi Harada,
mengumumkan dibentuknya suatu badan khusus yang bertugas menyelidiki usahausaha persiapan kemerdekaan Indonesia, yang dinamakan "Badan Penyelidik UsahaUsaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia" (BPUPKI) atau dalam bahasa Jepang:
Dokuritsu Junbi Cosakai.
2. Pembentukan BPUPKI
2.1 Proses Pembentukan
BPUPKI resmi dibentuk pada tanggal 29 April 1945, bertepatan dengan ulang
tahun kaisar Jepang, Kaisar Hirohito.
Upacara peresmian BPUPKI dilangsungkan di gedung Cuo Sangi In, Jalan
Pejambon (Gedung Pancasila), Jakarta, pada tanggal 28 mei 1945. Upacara peresmian
BPUPKI itu juga dihadiri oleh dua orang pejabat Jepang, yaitu Jendral Itagaki dan
Letnan Jendral Nagano. Pada upacara itu bendera jepang dikibarkan oleh Mr. A. G.
Pringgodigdo, kemudian pengibaran bendera merah putih oleh Royohiko Masuda.
Pembentukan BPUPKI secara tertulis termuat dalam Maklumat Gunseikan nomor 23
tanggal 29 Mei 1945.
2.2 Keanggotaan
Beranggotakan 69 orang, yang terdiri dari: 62 orang anggota aktif adalah tokoh
utama pergerakan nasional Indonesia dan 7 orang anggota istimewa adalah perwakilan
pemerintah pendudukan militer Jepang, tetapi wakil dari bangsa Jepang ini tidak
mempunyai hak suara. Keanggotaan ketujuh wakil Jepang ini adalah pasif, mereka
hadir sebagai pengamat dan pengawas orang-orang BPUPKI pribumi saja.
Ketua
Wakil Ketua Muda
: Dr. K.R.T. Radjiman Wedyodiningrat
: - Raden Pandji Soeroso ( Indonesia )
- Ichibangase Yosio ( Jepang )
Selain menjadi wakil ketua muda, Raden Pandji Soeroso juga sebagai kepala
kantor tata usaha BPUPKI dibantu Masuda Toyohiko dan Mr. Abdoel Gafar
Pringgodigdo.
Anggota Indonesia :
1. Abdul Kaffar
2. Abdul Kahar Muzakir
3. Agus Muhsin Dasaad
4. AR Baswedan
5. Bandoro
Pangeran
Hairo
Purobujo
6. Bendoro Kanjeng Pangeran Ario
Suryohamijoyo
7. Bendoro Pangeran Hairo Bintoro
8. Dr.
Raden
Buntaran
Martoatmojo
9. Dr. Raden Suleiman Effendi
Kusumaatmaja
10. Dr. Samsi Sastrawidagda
11. Dr. Sukiman Wiryosanjoyo
12. Drs. Kanjeng Raden Mas Hario
Sosrodiningrat
13. Drs. Muhammad Hatta
14. K. H. A. Ahmad Sanusi
15. Haji Abdul Wahid Hasyim
16. Haji Agus Salim
17. Ir. Pangeran Muhammad Nur
18. Ir.
Raden
Ashar
Sutejo
Munandar
19. Ir. Raden Mas Panji Surahman
Cokroadisuryo
20. Ir.
Raden
Ruseno
Suryohadikusumo
21. Ir. Soekarno
22. K.H. Abdul Halim Majalengka
23. Kanjeng
Raden
Mas
Tumenggung Ario Wuryaningrat
24. Ki Bagus Hadikusumo
25. Ki Hajar Dewantara
26. Kiai Haji Abdul Fatah Hasan
27. Kiai Haji Mas Mansoer
28. Kiai Haji Masjkur
29. Liem Koen Hian
30. Mas Aris
31. Mas Sutarjo Kartohadikusumo
32. Mr. A. A. Maramis
33. Mr.Kanjeng
Raden
Mas
Tumenggung Wongsonagoro
Anggota Orang Jepang :
1. Matuura Mitukiyo
2. Miyano Syoozoo
3. Tanaka Minoru
4. Tokonami Tokuzi
34. Mr. Mas Besar Martokusumo
35. Mr. Mas Susanto Tirtoprojo
36. Mr. Muhammad Yamin
37. Mr. Raden Ahmad Subarjo
38. Mr. Raden Hindromartono
39. Mr. Raden Mas Sartono
40. Mr. Raden Panji Singgih
41. Mr. Raden Syamsudin
42. Mr. Raden Suwandi
43. Mr. Raden Sastromulyono
44. Mr. Yohanes Latuharhary
45. Ny. Mr. Raden Ayu Maria Ulfah
Santoso
46. Ny. Raden Nganten Siti
Sukaptinah
Sunaryo
Mangunpuspito
47. Oey Tiang Tjoei
48. Oey Tjong Hauw
49. Tan Eng Hoa
50. P.F. Dahler
51. Parada Harahap
52. Prof. Dr. Mr. Raden Supomo
53. Prof. Dr. Pangeran Ario Husein
Jayadiningrat
54. Prof. Dr Raden Jenal Asikin
Wijaya Kusuma
55. Raden Abdul Kadir
56. Raden Abdulrahim Pratalykrama
57. Raden Abikusno Cokrosuyoso
58. Raden Adipati Ario Purbonegoro
Sumitro Kolopaking
59. Raden
Adipati
Wiranatakoesoema V.
60. Raden Asikin Natanegara
61. Raden
Mas
Margono
Joyohadikusumo
62. Raden Mas Tumenggung Ario
Suryo
63. Raden Oto Iskandardinata
64. Raden Rusian Wongsokusumo
65. Raden Sudirman
66. Raden Sukarjo Wiryopranoto
5. Itagaki Masumitu
6. Masuda Toyohiko
7. Ide Teitiroo
2.3 Tujuan BPUPKI
- Menarik simpati rakyat indonesia supaya membantu jepang dalam perang
melawan sekutu dengan cara memberikan janji kemerdekaan kepada indonesia,
melaksanakan politik kolonialnya didirikan pada tanggal 1 maret 1945.
- Mempelajari dan menyelidiki hal penting berhubungan dengan pembentukan
negara Indonesia merdeka atau mempersiapkan hal-hal penting mengenai tata
pemerintahan Indonesia merdeka.
3. SIDANG BPUPKI
3.1 Sidang Pertama ( 29 Mei – 1 Juni 1945 )
Gambar 1 Pembukaan Sidang I BPUPKI
Upacara pelantikan dan seremonial pembukaan persidangan BPUPKI I dihadiri
oleh seluruh anggota BPUPKI dan juga dua orang pembesar militer jepang, yaitu:
Panglima Tentara Wilayah ke-7, Jenderal Izagaki Panglima Tentara Wilayah ke-16
dan Jenderal Yuichiro Nagano. Namun untuk selanjutnya pada masa persidangan
resminya itu sendiri, yang berlangsung selama empat hari, hanya dihadiri oleh seluruh
anggota BPUPKI.
Sebelumnya agenda sidang diawali dengan membahas pandangan mengenai
bentuk negara Indonesia, yakni disepakati berbentuk "Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI), kemudian agenda sidang dilanjutkan dengan merumuskan
konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Untuk hal ini, BPUPKI harus
merumuskan dasar negara Republik Indonesia terlebih dahulu yang akan menjiwai isi
dari Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia itu sendiri, sebab
Undang-Undang Dasar adalah merupakan konstitusi Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Ada tiga puluh tiga pembicara pada sidang pertama yang membahas
perumusan dasar negara Indonesia ini. Adapun tokoh-tokoh yang menyumbangkan
pendapat tentang usulan dasar negara, antara lain :
a. Sidang tanggal 29 Mei 1945, Mr. Prof. Mohammad Yamin, S.H.
Berpidato mengemukakan gagasan mengenai rumusan lima asas dasar
negara Republik Indonesia yang diberi judul “Asas dan Dasar Negara
Kebangsaan Republik Indonesia”, yaitu:
1. Peri Kebangsaan
2. Peri Kemanusiaan
3. Peri Ketuhanan
4. Peri Kerakyatan
5. Kesejahteraan Rakyat
b. Sidang tanggal 30 Mei 1945, Drs. Moh. Hatta
Berpendapat bahwa sebaiknya jangan mendirikan sebuah negara hanya
dengan satu agama. Beliau juga memapakan beberapa teori, seperti :
1. Teori Individualistik
Negara didirikan oleh individu-individu dengan tujuan untuk
kesejahteraan individu-individu yang bersangkutan. Dalam memimpin
pemerintahan mereka menunjuk orang perorangan dengan mengadakan
kontrak politik dan sosial dengan individu-individu itu dan apabila
dilanggar perjanjiannya maka orang yang telah ditunjuk tersebut harus
diganti.
2. Teori Golongan (Class Teori)
Negara didirikan oleh golongan yang ekonominya kuat yang
bertujuan untuk menumpas golongan ekonomi yang lemah. Menurut
teori ini negara dan pemerintahan tidak akan stabil karena golongan
yang ditindas pasti akan menyusun kekuatan untuk menurunkan dan
mengalahkan golongan yang berkuasa.
3. Teori Integralistik
Negara didirikan oleh semua lapisan masyarakat dengan tujuan
untuk mencapai kesejahteraan bersama. Menurut Drs. Moch. Hatta teori
inilah yang paling tepat bagi bangsa Indonesia.
c. Sidang tanggal 31 Mei 1945, Prof. Mr. Dr. Soepomo
Berpidato mengemukakan gagasan mengenai rumusan lima prinsip
dasar negara Republik Indonesia, yang dia namakan "Dasar Negara Indonesia
Merdeka", yaitu
:
1. Persatuan
2. Kekeluargaan
3. Mufakat dan Demokrasi
4. Musyawarah
5. Keadilan Sosial
Seorang anggota BPUPKI bernama Ki Bagoes Hadikoesoemo,
mengusulkan bahwa dasar Negara hendaklah “Islam”, alasan ini diungkapkan
karena 90% rakyat Indonesia Merdeka menganut agama Islam dan apabila
Islam tidak menjadi dasar Negara dikuatirkan umat Islam di Indonesia nanti
bersikap pasif atau dingin tidak bersemangat terhadap rencana kemerdekaan
Indonesia. Usulan tersebut didukung oleh Abdoel Kahar Moezakkir, seorang
abiturient mahasiswa Universitas Al Azhar di Kairo dan Komisaris partai Islam,
dan hal itu diungkapkan dengan semangat yang berapi-api. Saran dari mereka
ditanggapi oleh Mr. Johannes Latuharhary, seorang tokoh Golongan Nasionalis
Sekuler dari Maluku yang kemudian menjadi Gubernur Pertama di Maluku,
tanggapannya hanya singkat namun tegas. Dia mengatakan bila BPUPK nanti
menetapkan bahwa dasar Indonesia Merdeka adalah “Islam”, dia akan
mengundurkan diri dari sidang dan selanjutnya tidak ikut bertanggung jawab.
d. Sidang tanggal 1 Juni 1945, Ir. Soekarno
Berpidato mengemukakan gagasan mengenai rumusan lima sila dasar
negara Republik Indonesia, yang dia namakan "Pancasila", yaitu:
1. Kebangsaan Indonesia
2. Internasionalisme dan Peri Kemanusiaan
3. Mufakat atau Demokrasi
4. Kesejahteraan Sosial
5. Ketuhanan Yang Maha Esa
Gagasan mengenai rumusan lima sila dasar negara Republik Indonesia
yang dikemukakan oleh Ir. Soekarno tersebut kemudian dikenal dengan istilah
"Pancasila". Pada mulanya, Soekarno mengusulkan Pancadharma , namun
nama tersebut dianggap tidak tepat karna kata ‘Dharma’ berarti kewajiban,
sementara yang dimaksudkan adalah dasar. Soekarno kemudian meminta saran
Muh. Yamin yang merupakan seorang ahli bahasa, dan selanjutnya gagasan
tersebut dinamakan Pancasila, kata ‘Sila’ berarti azas atau dasar dan masih
menurut dia (bilamana diperlukan) gagasan mengenai rumusan Pancasila ini
dapat diperas menjadi "Trisila" (Tiga Sila), yaitu:
1. Sosionasionalisme, yaitu Nasionalisme dan Internasionalisme
2. Sosiodemokrasi, yaitu Demokrasi dengan Kesejahteraan Rakyat
3. Ketuhanan Yang Maha Esa
Bahkan menurut Ir. Soekarno lagi, Trisila tersebut bila hendak diperas
kembali dinamakannya sebagai "Ekasila" (Satu Sila), yaitu merupakan sila:
“Gotong-Royong”, ini adalah upaya dari Soekarno dalam menjelaskan bahwa
konsep gagasan mengenai rumusan dasar negara Republik Indonesia yang
dibawakannya tersebut adalah berada dalam kerangka "satu-kesatuan" yang tak
terpisahkan satu dengan lainnya. Soekarno dalam pidatonya juga
menyampaikan bahwa:
‘Kita hendak mendirikan suatu Negara ‘semua buat semua’, bukan buat
satu orang, bukan buat satu golongan, baik golongan bangsawan, maupun
golongan yang kaya-miskin, tetapi ‘semua buat semua’ ”.
Pidato dari Ir. Soekarno ini sekaligus mengakhiri masa persidangan
BPUPKI yang pertama, setelah itu BPUPKI mengalami masa reses persidangan
(periode jeda atau istirahat) selama satu bulan lebih.
3.2 Masa antara Sidang Pertama dan Kedua
3.2.1 Panitia Kecil
Setelah berakhir masa sidang BPUPKI yang pertama, belum nampak
hasil kesepakatan Dasar Negara Indonesia. Maka dibentuk panitia delapan
(panitia kecil) yang tugasnya untuk memeriksa usul-usul yang masuk untuk
ditampung dan dilaporkan pada sidang BPUPKI yang kedua.
Beranggotakan 8 orang :
1. Ir. Soekarno (ketua merangkap anggota)
2. Ki Bagoes Hadikoesoemo
3. Kyai haji wachid hasyim
4. Mr. Muhammad yamin
5.
6.
7.
8.
M. soetardjo kartohadikoesoemo
Mr. A.A. maramis
R. Oto iskandar dinata
Drs. Mohammad hatta
Hasil rapat panitia kecil :
1. Supaya selekas-lekasnya Indonesia Merdeka.
2. Supaya hukum dasar yang akan dirancangkan itu diberi semacam
preambule (Mukaddimah).
3. Menerima anjuran Ir. Soekarno supaya BPUPKI terus bekerja sampai
terwujudnya suatu hukum dasar.
4. Membentuk satu panitia kecil penyelidik usu-usul/perumusan dasar
negara yang dituangkan dalam mukaddimah hukum dasar.
Segera selesai sidang Panitia Kecil, dibentuk Panitia Sembilan sebagai
penyidik usul-usul/perumus Dasar Negara yang dituangkan dalam Mukaddimah
Hukum Dasar yang beranggotakan 9 orang yang besidang di kediaman Ir.
Soekarno,di Pegangsaan Timur no. 56 Jakarta.
3.2.2
Panitia Sembilan
Adapun susunan anggota Panitia Sembilan :
1. Ir. Soekarno ( Ketua )
2. Drs. Mohammad Hatta ( Wakil Ketua )
3. Mr. Raden Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo ( Anggota )
4. Mr. Prof. Mohammad Yamin, S.H. ( Anggota )
5. Kiai Haji Abdul Wahid Hasjim ( Anggota )
6. Abdoel Kahar Moezakir ( Anggota )
7. Raden Abikusno Tjokrosoejoso ( Anggota )
8. Haji Agus Salim ( Anggota )
9. Mr. Alexander Andries Maramis ( Anggota )
Sesudah melakukan perundingan yang cukup sulit antara 4 orang
dari pihak Nasionalis dan 4 orang dari kaum keagamaan (Islam) yang
terjadi di rumah Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur no. 56 Jakarta, maka
pada tanggal 22 Juni 1945 "Panitia Sembilan" kembali bertemu dan
menghasilkan rumusan dasar negara Republik Indonesia yang kemudian
dikenal sebagai "Piagam Jakarta" atau "Jakarta Charter", yang pada waktu
itu disebut-sebut juga sebagai sebuah "Gentlement Agreement". Menurut
dokumen tersebut, dasar negara Republik Indonesia adalah sebagai berikut :
1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan Syariat Islam bagi
pemeluk-pemeluknya,
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab,
3. Persatuan Indonesia,
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Di antara dua masa persidangan resmi BPUPKI itu, berlangsung
pula persidangan tak resmi yang dihadiri 38 orang anggota BPUPKI yang
diadakan di kantor besar Jawa Hokokai. Persidangan tak resmi ini dipimpin
sendiri oleh Bung Karno yang membahas mengenai rancangan "Pembukaan
(bahasa Belanda: "Preambule") Undang-Undang Dasar 1945".
Gambar 2 Piagam Jakarta
3.3 Sidang Kedua ( 10 – 17 Juli 1945 )
Gambar 3 Sidang BPUPKI II
a. Agenda Sidang BPUPKI
:
- Wilayah NKRI
- Kewarganegaraan Indonesia
- RUUD
- Ekonomi dan keuangan
- Pembelaan Negara
- Pendidikan dan pengajaran
Pada persidangan BPUPKI yang kedua ini, anggota BPUPKI dibagibagi dalam panitia-panitia kecil. Panitia-panitia kecil yang terbentuk itu antara
lain adalah:
1. Panitia Perancang Undang-Undang Dasar (diketuai oleh Ir. Soekarno)
2. Panitia Pembelaan Tanah Air (diketuai oleh Raden Abikusno
Tjokrosoejoso)
3. Panitia Ekonomi dan Keuangan (diketuai oleh Drs. Mohammad Hatta).
b. Sidang tanggal 10 Juli 1945
Merumuskan wilayah negara Indonesia apabila sudah merdeka nanti,
dan terdapat tiga usulan mengenai wilayah negara yaitu :
1. Bekas jajahan Hindia Belanda (Sabang - Merauke).
2. Bekas jajahan Hindia Belanda + Kalimantan Utara + Irian Timur + Timur
Portugis.
3. Bekas jajahan Hindia Belanda + Semenanjung Melayu + Irian.
Dari ketiga usulan itu, diambil usulkan yang pertama, yakni wilayah
bekas jajahan Hindia Belanda dari Sabang sampai Merauke. Karena kondisi
Indonesia saat itu yang sedang dijajah Jepang, apalagi dengan adanya pihak
Sekutu yang mulai datang ke Indonesia, sehingga Indonesia tidak
memungkinkan untuk menguasai daerah lain selain wilayah dari Sabang
sampai Merauke.
c. Sidang tanggal 11 Juli 1945
Diadakan sidang panitia Perancang Undang-Undang Dasar yang
diketuai oleh Ir. Soekarno, yang membahas dan membentukan lagi panitia kecil
di bawahnya, yang tugasnya adalah khusus merancang isi dari Undang-Undang
Dasar, yang beranggotakan 7 orang yaitu sebagai berikut :
1. Prof. Mr. Dr. Soepomo (ketua panitia kecil)
2. Mr. KRMT Wongsonegoro (anggota)
3. Mr. Raden Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo (anggota)
4. Mr. Alexander Andries Maramis (anggota)
5. Mr. Raden Panji Singgih (anggota)
6. Haji Agus Salim (anggota)
7. Dr. Soekiman Wirjosandjojo (anggota)
Kemudian muncul perdebatan lagi di kalangan anggota BPUPKI
mengenai bentuk negara Indonesia kelak apabila Indonesia merdeka. Terdapat
tiga bentuk negara yang diusulkan, yaitu :
1. Kerajaan
2. Kesultanan
3. Republik
Dari ketiga usulan itu, anggota BPUPKI mengambil kesepakatan bahwa
bentuk negara Indonesia kelak setelah merdeka adalah Negara Republik.
d. Sidang tanggal 13 Juli 1945
Dalam sidang panitia Perancang Undang-Undang Dasar yang diketuai
oleh Ir. Soekarno, membahas hasil kerja panitia kecil di bawahnya, yang
tugasnya adalah khusus merancang isi dari Undang-Undang Dasar, yang
beranggotakan 7 orang tersebut. Hasil kerjanya panitia tersebut kemudian
disempurnakan lagi kaidah kebahasaannya oleh Panitia Penghalus Bahasa yang
terdiri atas Husein Jayadiningrat, H. Agus Salim, dan Mr. Supomo.
e. Sidang tanggal 14 Juli 1945
Sidang pleno BPUPKI menerima laporan panitia Perancang UndangUndang Dasar, yang dibacakan oleh ketua panitianya sendiri, Ir. Soekarno.
Dalam laporan tersebut membahas mengenai rancangan Undang-Undang Dasar
yang di dalamnya tercantum tiga masalah pokok yaitu :
1. Pernyataan tentang Indonesia Merdeka
2. Pembukaan Undang-Undang Dasar
3. Batang tubuh Undang-Undang Dasar yang kemudian dinamakan sebagai
"Undang-Undang Dasar 1945", yang isinya meliputi :
- Wilayah negara Indonesia adalah sama dengan bekas wilayah HindiaBelanda dahulu, ditambah dengan Malaya, Borneo Utara (sekarang
adalah wilayah Sabah dan wilayah Serawak di negara Malaysia, serta
wilayah negara Brunei Darussalam), Papua, Timor-Portugis (sekarang
adalah wilayah negara Timor Leste), dan pulau-pulau di sekitarnya,
- Bentuk negara Indonesia adalah Negara Kesatuan,
- Bentuk pemerintahan Indonesia adalah Republik,
- Bendera nasional Indonesia adalah Sang Saka Merah Putih,
- Bahasa nasional Indonesia adalah Bahasa Indonesia.
Konsep proklamasi kemerdekaan negara Indonesia baru rencananya
akan disusun dengan mengambil tiga alenia pertama "Piagam Jakarta",
sedangkan konsep Undang-Undang Dasar hampir seluruhnya diambil dari
alinea keempat "Piagam Jakarta". Sementara itu, perdebatan terus berlanjut di
antara peserta sidang BPUPKI.
f.
Sidang tanggal 15 dan 16 Juli 1945
Diadakan sidang untuk menyusun UUD berdasarkan hasil kerja Panitia
Perancang Undang-Undang Dasar dan pada tanggal 17 Juli 1945 dilaporkan
hasil kerja penyusunan UUD secara keseluruhan dan hasilnya diterima dalam
sidang pleno BPUPKI.
4. AKHIR MASA BPUPKI
Pada tanggal 7 Agustus 1945, BPUPKI dibubarkan karena dianggap telah dapat
menyelesaikan tugasnya dengan baik, yaitu menyusun rancangan Undang-Undang
Dasar bagi negara Indonesia Merdeka, dan sebagai gantinya dibentuklah "Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia" (PPKI) atau yang dalam bahasa Jepang: Dokuritsu
Junbi Inkai dengan Ir. Soekarno sebagai ketuanya.
DAFTAR PUSTAKA



Materiku86.blogspot.com. Proses Pembentukan BPUPKI dan PPKI Secara Lengkap.
Primadia, Adara. Sejarah Pembentukan BPUPKI Lengkap. (diakses 2 Oktober 2019).
(diakses 2 Oktober 2019).https://sejarahlengkap.com/organisasi/sejarah-pembentukanbpupki
Sejarah BPUPKI : Pengertian, Anggota, Tugas, SIdang dan Tujuan Lengkap
( diakses 2 Oktober 2019 ) https://www.gurupendidikan.co.id/sejarah-bpupki/
Download