SEJARAH BPUPKI Disusun Oleh 5170911172 Aushafia Rafidah Thahira UNIVERSITAS TEKNOLOGI YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 20199/2020 Jl. Glagahsari No. 63 Yogyakarta email : [email protected] , D.I. Yogyakarta 55164 2019 1. Latar Belakang Kekalahan Jepang dalam perang Asia – Pasifik, sehingga Angkatan Laut Amerika Serikat yang dipimpin oleh Laksamana Nimitz berhasil menduduki Kepulauan Mariana. Sementara Angkatan Darat Amerika Serikat yang dipimpin oleh Jendral Douglas Mac Arthur membangun markasnya di Holandia (Jayapura). Kekuatan tentara Jepang yang semula menyerang berubah menjadi defensif. Kepada bangsa Indonesia, pemerintah militer Jepang masih terus meyakinkan bahwa Jepang akan menang dalam perang Asia - Pasifik. Pada tanggal 18 Juli 1944, Perdana Menteri Hideki Tojo terpaksa mengundurkan diri dan diganti oleh Perdana Menteri Koiso Kuniaki. Pada tanggal 7 September 1944 dalam sidang istimewa ke-85 Parlemen Jepang (Teikoku Ginkai) mengumumkan bahwa Indonesia akan dimerdekakan sesudah kemenangan Jepang dalam perang Asia Timur Raya. Janji kemerdekaan ini sering disebut dengan “Deklarasi Kaiso”. Sejak saat itu, Jepang memberikan izin kepada rakyat Indonesia untuk mengibarkan bendera Merah Putih di samping bendera Jepang Hinomaru dan lagu Indonesia Raya boleh dinyanyikan setelah lagu Kimigayo. Dengan cara itu, Jepang berharap tentara sekutu akan disambut oleh rakyat Indonesia sebagai saudara jauh Indonesia, sehingga untuk merealisasikan pada tanggal 1 Maret 1945 pimpinan pemerintah pendudukan militer Jepang di Jawa, Jenderal Kumakichi Harada, mengumumkan dibentuknya suatu badan khusus yang bertugas menyelidiki usahausaha persiapan kemerdekaan Indonesia, yang dinamakan "Badan Penyelidik UsahaUsaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia" (BPUPKI) atau dalam bahasa Jepang: Dokuritsu Junbi Cosakai. 2. Pembentukan BPUPKI 2.1 Proses Pembentukan BPUPKI resmi dibentuk pada tanggal 29 April 1945, bertepatan dengan ulang tahun kaisar Jepang, Kaisar Hirohito. Upacara peresmian BPUPKI dilangsungkan di gedung Cuo Sangi In, Jalan Pejambon (Gedung Pancasila), Jakarta, pada tanggal 28 mei 1945. Upacara peresmian BPUPKI itu juga dihadiri oleh dua orang pejabat Jepang, yaitu Jendral Itagaki dan Letnan Jendral Nagano. Pada upacara itu bendera jepang dikibarkan oleh Mr. A. G. Pringgodigdo, kemudian pengibaran bendera merah putih oleh Royohiko Masuda. Pembentukan BPUPKI secara tertulis termuat dalam Maklumat Gunseikan nomor 23 tanggal 29 Mei 1945. 2.2 Keanggotaan Beranggotakan 69 orang, yang terdiri dari: 62 orang anggota aktif adalah tokoh utama pergerakan nasional Indonesia dan 7 orang anggota istimewa adalah perwakilan pemerintah pendudukan militer Jepang, tetapi wakil dari bangsa Jepang ini tidak mempunyai hak suara. Keanggotaan ketujuh wakil Jepang ini adalah pasif, mereka hadir sebagai pengamat dan pengawas orang-orang BPUPKI pribumi saja. Ketua Wakil Ketua Muda : Dr. K.R.T. Radjiman Wedyodiningrat : - Raden Pandji Soeroso ( Indonesia ) - Ichibangase Yosio ( Jepang ) Selain menjadi wakil ketua muda, Raden Pandji Soeroso juga sebagai kepala kantor tata usaha BPUPKI dibantu Masuda Toyohiko dan Mr. Abdoel Gafar Pringgodigdo. Anggota Indonesia : 1. Abdul Kaffar 2. Abdul Kahar Muzakir 3. Agus Muhsin Dasaad 4. AR Baswedan 5. Bandoro Pangeran Hairo Purobujo 6. Bendoro Kanjeng Pangeran Ario Suryohamijoyo 7. Bendoro Pangeran Hairo Bintoro 8. Dr. Raden Buntaran Martoatmojo 9. Dr. Raden Suleiman Effendi Kusumaatmaja 10. Dr. Samsi Sastrawidagda 11. Dr. Sukiman Wiryosanjoyo 12. Drs. Kanjeng Raden Mas Hario Sosrodiningrat 13. Drs. Muhammad Hatta 14. K. H. A. Ahmad Sanusi 15. Haji Abdul Wahid Hasyim 16. Haji Agus Salim 17. Ir. Pangeran Muhammad Nur 18. Ir. Raden Ashar Sutejo Munandar 19. Ir. Raden Mas Panji Surahman Cokroadisuryo 20. Ir. Raden Ruseno Suryohadikusumo 21. Ir. Soekarno 22. K.H. Abdul Halim Majalengka 23. Kanjeng Raden Mas Tumenggung Ario Wuryaningrat 24. Ki Bagus Hadikusumo 25. Ki Hajar Dewantara 26. Kiai Haji Abdul Fatah Hasan 27. Kiai Haji Mas Mansoer 28. Kiai Haji Masjkur 29. Liem Koen Hian 30. Mas Aris 31. Mas Sutarjo Kartohadikusumo 32. Mr. A. A. Maramis 33. Mr.Kanjeng Raden Mas Tumenggung Wongsonagoro Anggota Orang Jepang : 1. Matuura Mitukiyo 2. Miyano Syoozoo 3. Tanaka Minoru 4. Tokonami Tokuzi 34. Mr. Mas Besar Martokusumo 35. Mr. Mas Susanto Tirtoprojo 36. Mr. Muhammad Yamin 37. Mr. Raden Ahmad Subarjo 38. Mr. Raden Hindromartono 39. Mr. Raden Mas Sartono 40. Mr. Raden Panji Singgih 41. Mr. Raden Syamsudin 42. Mr. Raden Suwandi 43. Mr. Raden Sastromulyono 44. Mr. Yohanes Latuharhary 45. Ny. Mr. Raden Ayu Maria Ulfah Santoso 46. Ny. Raden Nganten Siti Sukaptinah Sunaryo Mangunpuspito 47. Oey Tiang Tjoei 48. Oey Tjong Hauw 49. Tan Eng Hoa 50. P.F. Dahler 51. Parada Harahap 52. Prof. Dr. Mr. Raden Supomo 53. Prof. Dr. Pangeran Ario Husein Jayadiningrat 54. Prof. Dr Raden Jenal Asikin Wijaya Kusuma 55. Raden Abdul Kadir 56. Raden Abdulrahim Pratalykrama 57. Raden Abikusno Cokrosuyoso 58. Raden Adipati Ario Purbonegoro Sumitro Kolopaking 59. Raden Adipati Wiranatakoesoema V. 60. Raden Asikin Natanegara 61. Raden Mas Margono Joyohadikusumo 62. Raden Mas Tumenggung Ario Suryo 63. Raden Oto Iskandardinata 64. Raden Rusian Wongsokusumo 65. Raden Sudirman 66. Raden Sukarjo Wiryopranoto 5. Itagaki Masumitu 6. Masuda Toyohiko 7. Ide Teitiroo 2.3 Tujuan BPUPKI - Menarik simpati rakyat indonesia supaya membantu jepang dalam perang melawan sekutu dengan cara memberikan janji kemerdekaan kepada indonesia, melaksanakan politik kolonialnya didirikan pada tanggal 1 maret 1945. - Mempelajari dan menyelidiki hal penting berhubungan dengan pembentukan negara Indonesia merdeka atau mempersiapkan hal-hal penting mengenai tata pemerintahan Indonesia merdeka. 3. SIDANG BPUPKI 3.1 Sidang Pertama ( 29 Mei – 1 Juni 1945 ) Gambar 1 Pembukaan Sidang I BPUPKI Upacara pelantikan dan seremonial pembukaan persidangan BPUPKI I dihadiri oleh seluruh anggota BPUPKI dan juga dua orang pembesar militer jepang, yaitu: Panglima Tentara Wilayah ke-7, Jenderal Izagaki Panglima Tentara Wilayah ke-16 dan Jenderal Yuichiro Nagano. Namun untuk selanjutnya pada masa persidangan resminya itu sendiri, yang berlangsung selama empat hari, hanya dihadiri oleh seluruh anggota BPUPKI. Sebelumnya agenda sidang diawali dengan membahas pandangan mengenai bentuk negara Indonesia, yakni disepakati berbentuk "Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), kemudian agenda sidang dilanjutkan dengan merumuskan konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Untuk hal ini, BPUPKI harus merumuskan dasar negara Republik Indonesia terlebih dahulu yang akan menjiwai isi dari Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia itu sendiri, sebab Undang-Undang Dasar adalah merupakan konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Ada tiga puluh tiga pembicara pada sidang pertama yang membahas perumusan dasar negara Indonesia ini. Adapun tokoh-tokoh yang menyumbangkan pendapat tentang usulan dasar negara, antara lain : a. Sidang tanggal 29 Mei 1945, Mr. Prof. Mohammad Yamin, S.H. Berpidato mengemukakan gagasan mengenai rumusan lima asas dasar negara Republik Indonesia yang diberi judul “Asas dan Dasar Negara Kebangsaan Republik Indonesia”, yaitu: 1. Peri Kebangsaan 2. Peri Kemanusiaan 3. Peri Ketuhanan 4. Peri Kerakyatan 5. Kesejahteraan Rakyat b. Sidang tanggal 30 Mei 1945, Drs. Moh. Hatta Berpendapat bahwa sebaiknya jangan mendirikan sebuah negara hanya dengan satu agama. Beliau juga memapakan beberapa teori, seperti : 1. Teori Individualistik Negara didirikan oleh individu-individu dengan tujuan untuk kesejahteraan individu-individu yang bersangkutan. Dalam memimpin pemerintahan mereka menunjuk orang perorangan dengan mengadakan kontrak politik dan sosial dengan individu-individu itu dan apabila dilanggar perjanjiannya maka orang yang telah ditunjuk tersebut harus diganti. 2. Teori Golongan (Class Teori) Negara didirikan oleh golongan yang ekonominya kuat yang bertujuan untuk menumpas golongan ekonomi yang lemah. Menurut teori ini negara dan pemerintahan tidak akan stabil karena golongan yang ditindas pasti akan menyusun kekuatan untuk menurunkan dan mengalahkan golongan yang berkuasa. 3. Teori Integralistik Negara didirikan oleh semua lapisan masyarakat dengan tujuan untuk mencapai kesejahteraan bersama. Menurut Drs. Moch. Hatta teori inilah yang paling tepat bagi bangsa Indonesia. c. Sidang tanggal 31 Mei 1945, Prof. Mr. Dr. Soepomo Berpidato mengemukakan gagasan mengenai rumusan lima prinsip dasar negara Republik Indonesia, yang dia namakan "Dasar Negara Indonesia Merdeka", yaitu : 1. Persatuan 2. Kekeluargaan 3. Mufakat dan Demokrasi 4. Musyawarah 5. Keadilan Sosial Seorang anggota BPUPKI bernama Ki Bagoes Hadikoesoemo, mengusulkan bahwa dasar Negara hendaklah “Islam”, alasan ini diungkapkan karena 90% rakyat Indonesia Merdeka menganut agama Islam dan apabila Islam tidak menjadi dasar Negara dikuatirkan umat Islam di Indonesia nanti bersikap pasif atau dingin tidak bersemangat terhadap rencana kemerdekaan Indonesia. Usulan tersebut didukung oleh Abdoel Kahar Moezakkir, seorang abiturient mahasiswa Universitas Al Azhar di Kairo dan Komisaris partai Islam, dan hal itu diungkapkan dengan semangat yang berapi-api. Saran dari mereka ditanggapi oleh Mr. Johannes Latuharhary, seorang tokoh Golongan Nasionalis Sekuler dari Maluku yang kemudian menjadi Gubernur Pertama di Maluku, tanggapannya hanya singkat namun tegas. Dia mengatakan bila BPUPK nanti menetapkan bahwa dasar Indonesia Merdeka adalah “Islam”, dia akan mengundurkan diri dari sidang dan selanjutnya tidak ikut bertanggung jawab. d. Sidang tanggal 1 Juni 1945, Ir. Soekarno Berpidato mengemukakan gagasan mengenai rumusan lima sila dasar negara Republik Indonesia, yang dia namakan "Pancasila", yaitu: 1. Kebangsaan Indonesia 2. Internasionalisme dan Peri Kemanusiaan 3. Mufakat atau Demokrasi 4. Kesejahteraan Sosial 5. Ketuhanan Yang Maha Esa Gagasan mengenai rumusan lima sila dasar negara Republik Indonesia yang dikemukakan oleh Ir. Soekarno tersebut kemudian dikenal dengan istilah "Pancasila". Pada mulanya, Soekarno mengusulkan Pancadharma , namun nama tersebut dianggap tidak tepat karna kata ‘Dharma’ berarti kewajiban, sementara yang dimaksudkan adalah dasar. Soekarno kemudian meminta saran Muh. Yamin yang merupakan seorang ahli bahasa, dan selanjutnya gagasan tersebut dinamakan Pancasila, kata ‘Sila’ berarti azas atau dasar dan masih menurut dia (bilamana diperlukan) gagasan mengenai rumusan Pancasila ini dapat diperas menjadi "Trisila" (Tiga Sila), yaitu: 1. Sosionasionalisme, yaitu Nasionalisme dan Internasionalisme 2. Sosiodemokrasi, yaitu Demokrasi dengan Kesejahteraan Rakyat 3. Ketuhanan Yang Maha Esa Bahkan menurut Ir. Soekarno lagi, Trisila tersebut bila hendak diperas kembali dinamakannya sebagai "Ekasila" (Satu Sila), yaitu merupakan sila: “Gotong-Royong”, ini adalah upaya dari Soekarno dalam menjelaskan bahwa konsep gagasan mengenai rumusan dasar negara Republik Indonesia yang dibawakannya tersebut adalah berada dalam kerangka "satu-kesatuan" yang tak terpisahkan satu dengan lainnya. Soekarno dalam pidatonya juga menyampaikan bahwa: ‘Kita hendak mendirikan suatu Negara ‘semua buat semua’, bukan buat satu orang, bukan buat satu golongan, baik golongan bangsawan, maupun golongan yang kaya-miskin, tetapi ‘semua buat semua’ ”. Pidato dari Ir. Soekarno ini sekaligus mengakhiri masa persidangan BPUPKI yang pertama, setelah itu BPUPKI mengalami masa reses persidangan (periode jeda atau istirahat) selama satu bulan lebih. 3.2 Masa antara Sidang Pertama dan Kedua 3.2.1 Panitia Kecil Setelah berakhir masa sidang BPUPKI yang pertama, belum nampak hasil kesepakatan Dasar Negara Indonesia. Maka dibentuk panitia delapan (panitia kecil) yang tugasnya untuk memeriksa usul-usul yang masuk untuk ditampung dan dilaporkan pada sidang BPUPKI yang kedua. Beranggotakan 8 orang : 1. Ir. Soekarno (ketua merangkap anggota) 2. Ki Bagoes Hadikoesoemo 3. Kyai haji wachid hasyim 4. Mr. Muhammad yamin 5. 6. 7. 8. M. soetardjo kartohadikoesoemo Mr. A.A. maramis R. Oto iskandar dinata Drs. Mohammad hatta Hasil rapat panitia kecil : 1. Supaya selekas-lekasnya Indonesia Merdeka. 2. Supaya hukum dasar yang akan dirancangkan itu diberi semacam preambule (Mukaddimah). 3. Menerima anjuran Ir. Soekarno supaya BPUPKI terus bekerja sampai terwujudnya suatu hukum dasar. 4. Membentuk satu panitia kecil penyelidik usu-usul/perumusan dasar negara yang dituangkan dalam mukaddimah hukum dasar. Segera selesai sidang Panitia Kecil, dibentuk Panitia Sembilan sebagai penyidik usul-usul/perumus Dasar Negara yang dituangkan dalam Mukaddimah Hukum Dasar yang beranggotakan 9 orang yang besidang di kediaman Ir. Soekarno,di Pegangsaan Timur no. 56 Jakarta. 3.2.2 Panitia Sembilan Adapun susunan anggota Panitia Sembilan : 1. Ir. Soekarno ( Ketua ) 2. Drs. Mohammad Hatta ( Wakil Ketua ) 3. Mr. Raden Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo ( Anggota ) 4. Mr. Prof. Mohammad Yamin, S.H. ( Anggota ) 5. Kiai Haji Abdul Wahid Hasjim ( Anggota ) 6. Abdoel Kahar Moezakir ( Anggota ) 7. Raden Abikusno Tjokrosoejoso ( Anggota ) 8. Haji Agus Salim ( Anggota ) 9. Mr. Alexander Andries Maramis ( Anggota ) Sesudah melakukan perundingan yang cukup sulit antara 4 orang dari pihak Nasionalis dan 4 orang dari kaum keagamaan (Islam) yang terjadi di rumah Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur no. 56 Jakarta, maka pada tanggal 22 Juni 1945 "Panitia Sembilan" kembali bertemu dan menghasilkan rumusan dasar negara Republik Indonesia yang kemudian dikenal sebagai "Piagam Jakarta" atau "Jakarta Charter", yang pada waktu itu disebut-sebut juga sebagai sebuah "Gentlement Agreement". Menurut dokumen tersebut, dasar negara Republik Indonesia adalah sebagai berikut : 1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan Syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya, 2. Kemanusiaan yang adil dan beradab, 3. Persatuan Indonesia, 4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. 5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Di antara dua masa persidangan resmi BPUPKI itu, berlangsung pula persidangan tak resmi yang dihadiri 38 orang anggota BPUPKI yang diadakan di kantor besar Jawa Hokokai. Persidangan tak resmi ini dipimpin sendiri oleh Bung Karno yang membahas mengenai rancangan "Pembukaan (bahasa Belanda: "Preambule") Undang-Undang Dasar 1945". Gambar 2 Piagam Jakarta 3.3 Sidang Kedua ( 10 – 17 Juli 1945 ) Gambar 3 Sidang BPUPKI II a. Agenda Sidang BPUPKI : - Wilayah NKRI - Kewarganegaraan Indonesia - RUUD - Ekonomi dan keuangan - Pembelaan Negara - Pendidikan dan pengajaran Pada persidangan BPUPKI yang kedua ini, anggota BPUPKI dibagibagi dalam panitia-panitia kecil. Panitia-panitia kecil yang terbentuk itu antara lain adalah: 1. Panitia Perancang Undang-Undang Dasar (diketuai oleh Ir. Soekarno) 2. Panitia Pembelaan Tanah Air (diketuai oleh Raden Abikusno Tjokrosoejoso) 3. Panitia Ekonomi dan Keuangan (diketuai oleh Drs. Mohammad Hatta). b. Sidang tanggal 10 Juli 1945 Merumuskan wilayah negara Indonesia apabila sudah merdeka nanti, dan terdapat tiga usulan mengenai wilayah negara yaitu : 1. Bekas jajahan Hindia Belanda (Sabang - Merauke). 2. Bekas jajahan Hindia Belanda + Kalimantan Utara + Irian Timur + Timur Portugis. 3. Bekas jajahan Hindia Belanda + Semenanjung Melayu + Irian. Dari ketiga usulan itu, diambil usulkan yang pertama, yakni wilayah bekas jajahan Hindia Belanda dari Sabang sampai Merauke. Karena kondisi Indonesia saat itu yang sedang dijajah Jepang, apalagi dengan adanya pihak Sekutu yang mulai datang ke Indonesia, sehingga Indonesia tidak memungkinkan untuk menguasai daerah lain selain wilayah dari Sabang sampai Merauke. c. Sidang tanggal 11 Juli 1945 Diadakan sidang panitia Perancang Undang-Undang Dasar yang diketuai oleh Ir. Soekarno, yang membahas dan membentukan lagi panitia kecil di bawahnya, yang tugasnya adalah khusus merancang isi dari Undang-Undang Dasar, yang beranggotakan 7 orang yaitu sebagai berikut : 1. Prof. Mr. Dr. Soepomo (ketua panitia kecil) 2. Mr. KRMT Wongsonegoro (anggota) 3. Mr. Raden Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo (anggota) 4. Mr. Alexander Andries Maramis (anggota) 5. Mr. Raden Panji Singgih (anggota) 6. Haji Agus Salim (anggota) 7. Dr. Soekiman Wirjosandjojo (anggota) Kemudian muncul perdebatan lagi di kalangan anggota BPUPKI mengenai bentuk negara Indonesia kelak apabila Indonesia merdeka. Terdapat tiga bentuk negara yang diusulkan, yaitu : 1. Kerajaan 2. Kesultanan 3. Republik Dari ketiga usulan itu, anggota BPUPKI mengambil kesepakatan bahwa bentuk negara Indonesia kelak setelah merdeka adalah Negara Republik. d. Sidang tanggal 13 Juli 1945 Dalam sidang panitia Perancang Undang-Undang Dasar yang diketuai oleh Ir. Soekarno, membahas hasil kerja panitia kecil di bawahnya, yang tugasnya adalah khusus merancang isi dari Undang-Undang Dasar, yang beranggotakan 7 orang tersebut. Hasil kerjanya panitia tersebut kemudian disempurnakan lagi kaidah kebahasaannya oleh Panitia Penghalus Bahasa yang terdiri atas Husein Jayadiningrat, H. Agus Salim, dan Mr. Supomo. e. Sidang tanggal 14 Juli 1945 Sidang pleno BPUPKI menerima laporan panitia Perancang UndangUndang Dasar, yang dibacakan oleh ketua panitianya sendiri, Ir. Soekarno. Dalam laporan tersebut membahas mengenai rancangan Undang-Undang Dasar yang di dalamnya tercantum tiga masalah pokok yaitu : 1. Pernyataan tentang Indonesia Merdeka 2. Pembukaan Undang-Undang Dasar 3. Batang tubuh Undang-Undang Dasar yang kemudian dinamakan sebagai "Undang-Undang Dasar 1945", yang isinya meliputi : - Wilayah negara Indonesia adalah sama dengan bekas wilayah HindiaBelanda dahulu, ditambah dengan Malaya, Borneo Utara (sekarang adalah wilayah Sabah dan wilayah Serawak di negara Malaysia, serta wilayah negara Brunei Darussalam), Papua, Timor-Portugis (sekarang adalah wilayah negara Timor Leste), dan pulau-pulau di sekitarnya, - Bentuk negara Indonesia adalah Negara Kesatuan, - Bentuk pemerintahan Indonesia adalah Republik, - Bendera nasional Indonesia adalah Sang Saka Merah Putih, - Bahasa nasional Indonesia adalah Bahasa Indonesia. Konsep proklamasi kemerdekaan negara Indonesia baru rencananya akan disusun dengan mengambil tiga alenia pertama "Piagam Jakarta", sedangkan konsep Undang-Undang Dasar hampir seluruhnya diambil dari alinea keempat "Piagam Jakarta". Sementara itu, perdebatan terus berlanjut di antara peserta sidang BPUPKI. f. Sidang tanggal 15 dan 16 Juli 1945 Diadakan sidang untuk menyusun UUD berdasarkan hasil kerja Panitia Perancang Undang-Undang Dasar dan pada tanggal 17 Juli 1945 dilaporkan hasil kerja penyusunan UUD secara keseluruhan dan hasilnya diterima dalam sidang pleno BPUPKI. 4. AKHIR MASA BPUPKI Pada tanggal 7 Agustus 1945, BPUPKI dibubarkan karena dianggap telah dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik, yaitu menyusun rancangan Undang-Undang Dasar bagi negara Indonesia Merdeka, dan sebagai gantinya dibentuklah "Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia" (PPKI) atau yang dalam bahasa Jepang: Dokuritsu Junbi Inkai dengan Ir. Soekarno sebagai ketuanya. DAFTAR PUSTAKA Materiku86.blogspot.com. Proses Pembentukan BPUPKI dan PPKI Secara Lengkap. Primadia, Adara. Sejarah Pembentukan BPUPKI Lengkap. (diakses 2 Oktober 2019). (diakses 2 Oktober 2019).https://sejarahlengkap.com/organisasi/sejarah-pembentukanbpupki Sejarah BPUPKI : Pengertian, Anggota, Tugas, SIdang dan Tujuan Lengkap ( diakses 2 Oktober 2019 ) https://www.gurupendidikan.co.id/sejarah-bpupki/