Uploaded by Ulvi Asdi Salikha

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DENGAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DAN PENDEKATAN KULIAH TERHADAP KEPEDULIAN LINGKUNGAN

advertisement
ISSN 1858-3776
PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN PROBLEM BASED
LEARNING DENGAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN
KONTEKSTUAL DAN PENDEKATAN KULIAH TERHADAP
KEPEDULIAN LINGKUNGAN DAN PENGUASAAN KONSEP
DASAR EKOLOGI
Suhardin, Eko Purnomo
Universitas Ibnu Chaldun Jakarta
Surel: [email protected], [email protected]
Abstrak
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pembelajaran problem
based learning (PBL) strategi pembelajaran kontekstual dengan
pendekatan pembelajaran dan pendekatan ceramah dengan kepedulian
lingkungan pada penguasaan konsep dasar ekologi. Penelitian ini
dilakukan di SMP IT Almuttaqien Bogor menggunakan desain 2X2 yang
melibatkan 36 siswa yang dipilih dengan menggunakan purposive random
sampling. Analisis dan interpretasi data menunjukkan bahwa: 1. Tidak
ada perbedaan penguasaan konsep dasar ekologi antara siswa yang
memperoleh strategi pembelajaran pendekatan pembelajaran kontekstual
(PBL) contextual learning learning (CTL) dan pendekatan ceramah
(LCT), 2 Ada interaksi yang signifikan antara strategi pembelajaran
pembelajaran berbasis promblem (PBL) dan kepedulian lingkungan
terhadap penguasaan konsep dasar siswa ekologi, 3. Siswa dengan
lingkungan yang tinggi tentang penguasaan konsep dasar ekologi yang
diperlakukan dengan pembelajaran berbasis promblem (PBL) strategi
pendekatan pembelajaran kontekstual (CTL) lebih tinggi daripada siswa
yang memiliki strategi pembelajaran pendekatan Pembelajaran Pramuka
(PBL) ceramah (LCT), 4. Siswa dengan kepedulian lingkungan lebih
rendah tentang penguasaan konsep dasar ekologi yang diperlakukan
dengan Strategi pembelajaran pendekatan pembelajaran berbasis
prombbl (PBL) pembelajaran pembelajaran kontekstual (CTL) tidak lebih
tinggi daripada siswa yang memiliki l strategi penghasilan pembelajaran
berbasis promblem (PBL) approach lecture (LCT).
Kata Kunci: Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL), Pendekatan
Pembelajaran
Kontekstual,
Pendekatan
Ceramah,
Kepedulian Lingkungan, Penguasaan Konsep Dasar
Ekologi
Jurnal MUQADDIMAH, Vol. 14 No. 3, September – Desember 2018
| 78
ISSN 1858-3776
A. Pendahuluan
Kemunduran, kerusakan,
kehilangan dan pencemaran
lingkungan
terjadi
akibat
tingginya pertumbuhan manusia
di muka bumi, yang telah
mencapai 6 (enam) miliar.
Pertumbuhan ini membawa
dampak tingginya kebutuhan
baik secara kuantitatif maupun
secara kualitatif. Hal ini terasa
secara global, regional, nasional
dan lokal. Pertumbuhan manusia
yang begitu meningkat tajam bila
tidak di arahkan kepada sikap dan
perilaku positif, empat hal di atas
akan lebih meningkat tajam.
Tetapi apabila di arahkan kepada
hal-hal positif seperti paham
tentang makna hidup dan
kehidupan,
eksistensi
dan
kesejahteraan manusia bersama
makhluk lain, dunia akan penuh
dengan
kerahmatan
dan
keberkahan.
Secara kodrati, manusia
berhak untuk mendapatkan
lingkungan yang baik dan sehat
sebagai bagian dari hak azazi
manusia. Hal ini lebih detail
dinyatakan dalam UndangUndang Republik Indonesia
Nomor 32 Tahun 2009 Tentang
Perlindungan dan pengelolaan
Lingkungan Hidup. Pada Bab X
pasal 65 menyatakan (1) setiap
orang berhak atas lingkungan
hidup dan sehat sebagai bagian
dari hak asasi manusia; (2) setiap
orang berhak mendapatkan
pendidikan lingkungan hidup,
akses
informasi,
akses
partisipasi, dan akses keadilan
dalam memenuhi hak atas
lingkungan hidup yang baik dan
sehat; (3) setiap orang berhak
mengajukan
usul
dan/atau
kegiatan yang diperkirakan dapat
menimbulkan dampak terhadap
lingkungan hidup; (4) setiap
orang berhak untuk berperan
dalam
perlindungan
dan
pengelolaan lingkungan hidup
sesuai
dengan
peraturan
perundang-undangan; (5) setiap
orang
berhak
melakukan
pengaduan
akibat
dugaan
pencemaran dan/atau perusakan
lingkungan hidup; (6) ketentuan
lebih lanjut mengenai tata cara
pengaduan
sebagaimana
dimaksud pada ayat 5 diatur
dengan
peraturan
menteri.
(Undang-Undang Nomor 32
Tahun
2009
tentang
Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup, Pasal 65 ayat
1-6).
Kesadaran terhadap hak
dan kewajiban kemanusiaan
terhadap
lingkungan,
di
kembangkan dengan kepedulian
lingkungan.
Kepedulian
lingkungan akan memberikan
makna terhadap kelestarian dan
keharmonisan
lingkungan.
Keharmonisan dan kelestarian
lingkungan
akan
membuat
masing-masing
individual
makhluk
hidup
memiliki
Jurnal MUQADDIMAH, Vol. 14 No. 3, September – Desember 2018
| 79
ISSN 1858-3776
kenyamanan menempati masingmasing ekosistemnya. Terhindar
dari segala sesuatu yang
membahayakan akan eksisstensi
dirinya,
dapat
menikmati
kelangsungan
hidup
individualnya,
dapat
mengembangkan diri. Sebaliknya
lingkungan yang rusak dalam
bentuk polusi. Diantaranya
adalah (1) bising, seperti suara
yang tidak diinginkan di sekitar
area kerja; (2) sampah, seperti
bahan bekas, merupakan zat-zat
yang perlu dibuang; (3) polusi
tanah, seperti setipa tumpahan
atau kontaminasi tanah di area
kerja; (4) polusi air, yang
disebabkan
oleh
tindakan
membiarkan racun, zat berbahaya
atau pengotor masuk ke air atau
air tanah yang terkontrol; (5)
polusi udara, seperti debu,
gas/asap atau penyemprotan di
dalam area kerja; (6) gangguan,
yang bisa berupa tindakan atau
kelalaian yang mengganggu
kenyamanan
atau
kualitas
kehidupan; (7) getaran, yang
disebabkan oleh penggunaan
tempat dan peralatan dan dapat
merusak struktur bangunan atau
formasi
alam.
(http://www.artikellingkunganhi
dup.com/kesadaranlingkungan.html).
Lingkungan
sekolah
merupakan wahana yang paling
tepat digunakan sebagai media
memupuk kepedulian, pelatihan
berperilaku ramah lingkungan
dan menumbuhkan (local genius)
kearifan lingkungan. Lingkungan
sekolah dapat menimbulkan
minat, merangsang siswa berbuat
dan membuktikan kepeduliannya
terhadap lingkungan. Kepedulian
terhadap
lingkungan
akan
membuat
siswa
memiliki
penguasaan yang tinggi terhadap
konsep dasar ekologi. Strategi
yang dilakukan untuk penguatan
penguasaanya terhadap konsep
dasar ekologi haruslah dengan
melakukan pembelajaran dengan
berbagai
model
strategi
pembelajaran. Pilihan model
strategi
pembelajaran
akan
mempengaruhi
tingkat
penguasaan
konsep
dasar
ekologi. Demikian juga halnya
tingkat
kepedulian
akan
mempengaruhi
tingkat
penguasaan
konsep
dasar
ekologi. Ketepatan strategi pada
siswa yang memiliki tingkat
kepedulian lingkungan akan
berpengaruh terhadap tingkat
penguasaan
konsep
dasar
ekologinya.
Strategi
pembelajaran
dipilih dan di tetapkan oleh guru,
pada dasarnya melihat jenis
materi
ajar
yang
akan
disampaikan kepada siswa.
Selain
itu,
guru
juga
memperhatikan kondisi siswa
yang akan di ajarnya. Siswa yang
aktif, akan lebih di pilih strategi
pembelajaran partisipatif, siswa
Jurnal MUQADDIMAH, Vol. 14 No. 3, September – Desember 2018
| 80
ISSN 1858-3776
cerdas lebih dipilih strategi
pembelajaran kajian dan studi
kasus. Pembelajaran berbasis
masalah biasanya di manfaatkan
oleh guru untuk siswa yang
memiliki keinginan yang tinggi
untuk memahami masalah, dan
permasalahan yang kontekstual,
dialami dan dirasakan oleh siswa
secara langsung.
Penguasaan berasal dari
kata kuasa artinya kemampuan
atau kesanggupan (untuk berbuat
sesuatu); kekuatan. Sedangkan
penguasaan adalah (1) proses,
cara, perbuatan menguasai atau
menguasakan; (2) pemahaman
atau
kesanggupan
untuk
menggunakan
(pengetahuan,
kepandaian). Lorin lebih lanjut
mengatakan
penguasaan,
memahami adalah mengkonstruk
makna dari materi pembelajaran,
termasuk apa yang diucapkan,
ditulis, dan digambar oleh guru.
Pemahaman yang dimaksud
meliputi (1) menafsirkan; (2)
mencontohkan;
(3)
mengklasifikasikan;
(4)
merangkum; (5) menyimpulkan;
(6)
membandingkan;
(7)
menjelaskan. (Lorin W Anderson
: 1956).
Penguasaan berawal dari
proses belajar, dimana belajar
merupakan (1) mendapatkan halhal yang baru; (2) perubahan
relatif permanen, sementara dan
tidak menetap; (3) perubahan
tidak terjadi secara langsung; (4)
pengalaman atau latihan; (5)
penguatan. (BR. Hergenhahn :
2008) Dari penguatan inilah
mengarah kepada penguasaan
terhadap pengalaman belajar
yang telah dilalui seorang
pembelajar, kuncinya adalah
kesanggupan
untuk
menggunakan pengetahuan yang
dimiliki. Dalam bahasa lain
adalah kepandaian seseorang
untuk
memformulasikan
pemahamannya tentang sesuatu
hal.
Dalam
pembelajaran,
penguasaan disebut dengan
mastery learning, menurut Tung,
adalah bergerak dari konsep atau
topik secara menyeluruh sebelum
pindah ke topik yang lebih sulit.
(Khoe Yao Tung : 2005). Guru
memastikan
siswanya,
menguasai secara utuh materi
pembelajaran yang disampaikan,
baru pindah kepada bagian
pembelajaan berikutnya.
Untuk
memberikan
pemahaman yang baik terhadap
murid, guru di tuntut untuk
memiliki pemahaman akan
konsep yang baik, fleksibel, dan
mendalam
tentang
materi
pembelajaran. (John W. Santrock
: 2008) Guru yang efektif
mempunyai arahan yang baik
pada tiap materi pengajaran yang
diajarkannya
dan
memiliki
keterampilan dasar mengajar
yang kuat.
Jurnal MUQADDIMAH, Vol. 14 No. 3, September – Desember 2018
| 81
ISSN 1858-3776
Ekologi
adalah
pengkajian organisme-organisme
“di rumah”. Biasanya ekologi di
defenisikan sebagai pengkajian
hubungan organisme-organisme
atau
kelompok-kelompok
organisme
terhadap
lingkungannya,
atau
ilmu
hubungan timbal balik antara
organisme-organisme hidup dan
lingkungannya. (Eugene P.
Odum : 1973). Lebih lanjut
konsep dasar ekologi mencakup;
(1) biotik; (2) abiotik; (3)
ekosistem; (4) produktifitas; (5)
biomasa; (6) termodinamika I
dan II; (7) siklus biogeokimia; (8)
populasi dan komunitas; (7)
suksesi dan (8) keanekaragamn
hayati.
Pada dasarnya ekologi
adalah
imu
dasar
untuk
mempertanyakan, menyelidiki,
dan memahami bagaimana alam
bekerja; bagaimana keberadaan
makhluk hidup dalam sistem
kehidupan; apa yang mereka
perlukan dari habitatnya untuk
dapat melangsungkan kehidupan;
bagaimana mereka mencukupi
kebutuhannya;
bagaimana
dengan melakukan semuanya itu
mereka berinteraksi dengan
komponen lain dan dengan
spesies lain; bagaimana individuindividu dalam spesies itu
beradaptasi; bagaimana makhluk
hidup
itu
menghadapi
keterbatasan dan harus toleran
terhadap berbagai perubahan;
bagaimana
individu-individu
dalam spesies itu mengalami
pertumbuhan sebagai bagian dari
suatu populasi atau komunitas.
(Mohammad Soerjani : 1987).
Penguasaan konsep dasar
ekologi, dalam penelitian ini
adalah kemampuan individual
siswa dalam menguasai konsep
dasar ekologi yang mencakup (1)
konsep ekosistem; (2) konsep
energi (hukum termodinamika);
(3) konsep produksi primer dan
sekunder; (4) konsep rantai
makanan, tingkatan trofik, dan
piramida ekologi; (5) konsep
siklus-siklus dalam ekosistem;
mencakup siklus air, siklus
oksigen, siklus karbon, siklus
nitrogen, siklus pasfor, siklus
sulfur, intrusi manusia dalam
siklus ekologi; dan (6) konsep
density dan carrying capacity;
(7) konsep diversitas species; dan
(8) konsep suksesi.
PBL merupakan salah
satu
model
pembelajaran
inovative
yang
dapat
memberikan kondisi belajar aktif
kepada siswa. Sebuah temuan
yang disampaika oleh Esti,
bahwa PBL lebih efektif
digunakan
dalam
sebuah
pembelajaran yang diterapkan
kepada anak didik dibandingkan
dengan metode tradisional. PBL
menuntut siswa untuk belajar
aktif, menuntu pembelajar untuk
mampu memecahkan masalah,
yang di buat pengajarnya atau
Jurnal MUQADDIMAH, Vol. 14 No. 3, September – Desember 2018
| 82
ISSN 1858-3776
masalah yang di buat oleh si
pembelajar sendiri. Hal ini
memacu prestasi dan hasil belajar
secara efektif. (Esti Zaduqisti :
2010)
Terkait dengan proses
PBL dan peran guru, Anita
menggambar dengan tabel di
bawah ini : (Anita Woolfolk :
2010).
Tabel.2.1. Proses PBL dan
Peran Guru
FASE
PERILAKU
GURU
Fase I
Mengarahkan
siswa ke
permasalahannya
Guru menjelaskan
tujuan
pembelajaran,
mendeskripsikan
keperluankeperluan logistik
penting,
dan
memotivasi siswa
untuk ikut terlibat
dalam
kegiatan
problem solving
yang
dipilihnya
sendiri.
Guru membantu
siswa
untuk
mendefenisikan
dan
mengorganisasika
n
tugas-tugas
pembelajaran yang
berhubungan
dengan
permasalahannya.
Guru mendorong
siswa
untuk
mengumpulkan
informasi
yang
tepat
guna,
melaksanakan
eksperimen, dan
berusaha
menemukan
Fase II
Mengorganisasika
n siswa untuk
belajar
Fase III
Membantu
investigasi mandiri
dan kelompok
Fase IV
Mengembangkan
dan
mempresentasikan
artefak dan
Exhibits
Fase V
Menganalisis dan
Mengevaluasi
Proses Problem
Solving.
penjelasan
dan
solusi.
Guru membantu
siswa
dalam
merencanakan dan
mempersiapkan
artefak
seperti
laporan, video, dan
model
dan
membantu mereka
untuk
berbagi
karya
dengan
orang lain.
Guru membantu
siswa
untuk
merefleksikan
investigasinya dan
proses-proses yang
mereka gunakan.
PBL dilakukan dengan
pendekatan, pertama, Lecture
approach, lecture berasal dari
kata “lecture” artinya kuliah,
ceramah,
menasehati.
Perkuliahan dapat diartikan
sebagai
cara
menyajikan
pelajaran melalui penuturan
secara lisan atau penjelasan
langsung kepada kelompok
siswa. Robert M. Gagne
menyatakan modus yang paling
umum dari instruksi untuk
kelompok besar adalah ceramah.
Ceramah
menurut
beliau
komunikasi lisan guru yang dapat
disertai dengan gambar, diagram,
video, atau slide, disajikan
dengan menggunakan berbagai
media, white board, in focus, dan
media lain. Siswa mendengarkan
dan mencatat, dalam rangka
mengingat kata-kata penting dan
point-point penting. (Robert M.
Gagne : 2005).
Kedua,
Jurnal MUQADDIMAH, Vol. 14 No. 3, September – Desember 2018
| 83
ISSN 1858-3776
Contextual Teaching Learning
(CTL) adalah konsep belajar
yang mendorong guru untuk
menghubungkan antara materi
yang diajarkan dan situasi dunia
nyata siswa. CTL menolong
siswa untuk melihat makna
dalam materi akademik yang
mereka pelajari dengan cara
menghubungkan subyek-subyek
akademik dengan konteks dalam
kehidupan keseharian mereka.
(Sugiyono : 2008).
B. Metodologi Penelitian
Metode penelitian yang
digunakan
adalah
metode
eksperimen dengan variabel
sebagai berikut :
1. Variabel terikat adalah
Penguasaan
Konsep
Dasar
Ekologi siswa
(Basic Concepts students'
mastery ecology).
2. Variabel
bebas
(perlakuan)
adalah
strategi
pembelajaran
Problem Based Learning
(PBL) dengan pendekatan
contextual
Teaching
Learning (CTL) dan
Lecture (LCT).
3. Variabel atributif adalah
kepedulian lingkungan
(environmental
concerns).
Variabel
atribute ini di bagi
menjadi dua tingkatan,
yaitu
kepedulian
lingkungan tinggi (high
environmental concerns)
dan
kepedulian
lingkungan rendah (low
environmental concerns).
Adapun desain penelitian
yang digunakan adalah factorial
sederhana (simple
factorial
design) 2 × 2 dengan matrik
rancangan eksperimen yang
diadaptasi dari Jack R. Fraenkel
dan Norman E Wallen yang
ditunjukkan pada tabel berikut :
Tabel 3.1. Desain Eksperimen
Faktorial 2 × 2
Penguasaan Konsep Dasar
Ekologi
Kepedulian
Lingkungan
(B)
Strategi
Pembelajaran
PBL (A)
CTL
(A1)
Lecture
(A2)
Tinggi (B1)
A1B1
A2B1
Rendah (B2)
A1B2
A2B2
Keterangan :
A1B1 : Kelompok siswa yang
memiliki
kepedulian
lingkungan tinggi (high
environmental concerns)
dengan perlakuan strategi
PBL dengan pendekatan
Contextual
Teaching
Learning (CTL).
Jurnal MUQADDIMAH, Vol. 14 No. 3, September – Desember 2018
| 84
ISSN 1858-3776
A2B1 : Kelompok siswa yang
memiliki
kepedulian
lingkungan tinggi (high
environmental concerns)
dengan perlakuan PBL
dengan
pendekatan
Lecture (LCT).
A1B2 : Kelompok siswa yang
memiliki
kepedulian
lingkungan rendah (low
environmental concerns)
dengan perlakukan PBL
dengan
pendekatan
Contextual
Teaching
Learning (CTL).
A2B2 : Kelompok siswa yang
memiliki
kepedulian
lingkungan rendah (low
environmental concerns)
dengan perlakuan PBL
dengan
pendekatan
Lecture (LCT).
Rancangan
factorial
adalah unit-unit eksperimen
dikelompokkan ke dalam sel-sel
sedemikian rupa secara acak,
sehingga unit-unit eksperimen
dalam setiap sel relative bersifat
homogen. Sampel ditempatkan
secara acak sederhana ke setiap
unit-unit eksperimen dalam
setiap sel.
Ketiga variabel penelitian
dibandingkan
dalam
satu
rancangan penelitian seperti yang
digambarkan pada tabel 3.1. di
atas. Data yang diperoleh melalui
instrumen penelitian, digunakan
untuk memeriksa kemungkinan
adanya perbedaan antar varianel
lain yang akan mempengaruhi
variabel-variabel yang sedang
diteliti.
Untuk
memperoleh
keyakinan bahwa rancangan
eksperimen yang telah di pilih
cukup memadai dalam pengujian
hipotesis
dan
hasil-hasil
penelitian yang diperoleh dapat
digeneralisasi ke populasi, maka
dilakukan
langkah-langkah
pengendalian dan pengontrolan
terhadap sejumlah unsur atau
variabel
yang
mengancam
validitas
eksperimen,
baik
validitas
internal
maupun
validitas external eksperimen.
Populasi yang akan di
teliti meliputi populasi target
adalah siswa SMP se Kecamatan
Tamansari Bogor dan populasi
terjangkau (target population)
(Meredith D. Gall : 2007) adalah
siswa SMP Islam Terpadu AlMuttaqien Tamansari Kabupaten
Bogor, dengan sampel kelas
tertentu yang akan diambil secara
simple random sampling. Sampel
diambil dengan menggunakan
tekhnik sampling purposive
random
sampling,
dimana
penelitian ini mengambil sampel
dengan strata tertentu yakni siswa
yang
memiliki
kepedulian
lingkungan tinggi dan rendah.
Siswa yang memiliki kepedulian
lingkungan di sekitar rata-rata
tidak dimasukkan dalam sampel.
Dalam pemilihan sampel juga
Jurnal MUQADDIMAH, Vol. 14 No. 3, September – Desember 2018
| 85
ISSN 1858-3776
terlibat random sampling untuk
menentukan siswa kelas mana
yang akan terlibat dalam
penelitian. Dilakukan dengan
mengambil secara random bukan
individu namun kelompokkelompok yang mempunyai
karakteristik yang relatif sama.
(Walter R.B Meredith D. Gall :
1983).
Sebelum
dilaksanakan
treatment,
masing-masing
diberikan pengukuran kepedulian
lingkungan siswa, skor yang
diperoleh kemudian di ranking,
skor di atas rata-rata di jadikan
kelas kepedulian lingkungan
tinggi, dan skor di bawah ratarata dijadikan kelas kepedulian
lingkungan rendah. Peserta yang
memiliki
skor
kepedulian
lingkungan
rata-rata,
tidak
diambil karena kurang dapat
mengidentifikasi apakah peserta
tersebut termasuk pada kelompok
siswa yang memiliki kepedulian
lingkungan rendah atau tinggi.
Perlakuan
peneltian
adalah pelaksanaan eksperimen
dalam bentuk pembelajaran
tentang dasar-dasar konsep
ekologi
dengan
strategi
pembelajaran Probleme Based
Learning
(PBL)
dengan
pendekatan
lecture
dan
contextual teaching learning
(CTL).(Jhon J. Shaughnessy :
2012). Lebih detail perbedaan
kedua treatment di atas dapat
digambar dalam grafik di bawah
ini :
Tabel 3.2
RINCIAN TREATMENT
No
.
PBL BY
LECTURE
No
.
PBL BY
CTL
1.
Persiapan
(preparation)
Penyajian
(presentation)
1.
3.
Menghubungk
an (corelation)
3.
4.
Menyimpulka
n
(generalizatio
n)
Mengaplikasik
an (aplication)
4.
Memberikan
masalah
Siswa
mendiskusika
n masalah dan
mengidentifik
asi masalah
Pembelajaran
pada konteks
kehidupan
siswa
Belajar
bersama
(colaboration
learning)
Penilaian
otentik
2.
5.
2.
5.
Untuk menguji hipotesis
penelitian dan memperkirakan
besarnya
perbedaan
antara
variable, digunakan analisis
varians. Agar analisis varian
dapat
digunakan,
maka
persyaratan
analisis
harus
dipenuhi. Persyaratan analisis
adalah bahwa data harus diambil
secara acak, variabel-variabel
harus independen, data penelitian
yang
diperoleh
harus
berdistribusi normal, dan semua
variansnya homogen.
C. Hasil Penelitian
Pada
penelitian
ini
pengujian hipotesis dengan
menggunakan uji analisis varian
(ANAVA) dua jalur. Penggunaan
anava ini untuk menguji hipotesis
Jurnal MUQADDIMAH, Vol. 14 No. 3, September – Desember 2018
| 86
ISSN 1858-3776
bertujuan menguji pengaruh
mayor atau utama (main effect),
satu pengaruh minor (simple
effect), dan satu pengaruh
interaksi (interaction effect).
Main effect dalam penelitian ini
adalah yakni perbedaan pengaruh
paket A strategi pembelajaran
Problem Based Learning (PBL)
dengan pendekatan Contextual
Teaching
Learning
(CTL)
terhadap Penguasaan Konsep
Dasar Ekologi. Simple effect
adalah pengaruh kepedulian
lingkungan
hidup
siswa.
Sedangkan interaction effectnya
pengaruh strategi pembelajaran
Problem Based Learning (PBL)
dan kepedulian lingkungan hidup
siswa
terhadap penguasaan
konsep dasar ekologi. Hasil
perhitungan ANAVA dapat
dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.11. Ringkasan Hasil
Uji Anava Dua Arah Pengaruh
Paket Strategi Pembelajaran
Problem Based Learning
(PBL) dan Kepedulian
Lingkungan Terhadap
Penguasaan Konsep Dasar
Ekologi.
Sum
ber
Vari
an
Core
cted
Mod
el
D
k
JK
RJK
3
102
900
0
343
000
Fhit
ung
3,1
76
Ftabel
α α
= =
0, 0,
0 0
5 1
Inter
sep
Trea
tmen
t
(A)
Kep
eduli
an
(B)
Inter
aksi
AX
B
Kek
eliru
an
Tota
l
Kore
ksi
Tota
l
1
782
13.4
44
782
13.4
44
72
4.2
92
1
256.
000
256.
000
2,3
71
4,
1
5
7,
5
0
1
289.
000
289.
000
2.6
76
4,
1
5
7,
5
0
1
484.
000
484.
000
4,4
82
4,
1
5
7,
5
0
3
2
3
6
3
5
345
5,55
6
826
98.0
00
107,
986
448
4.55
6
Keterangan :
dk
= derajat kebebasan
JK
= Jumlah Kuadrat
RJK = Rerata Jumlah Kuadrat
A
= Strategi Pembelajaran
(Treatment)
B
= Kepedulian
Lingkungan (Atribut)
INT = Interaksi
*)
= Signifikan pada α =
0,05.
**)
= Signifikan pada α =
0,01.
Hipotesis Pertama
Penguasaan konsep dasar
ekologi antara siswa yang
mengikuti strategi pembelajaran
Problema Based Learning (PBL)
dengan pendekatan Contextual
Jurnal MUQADDIMAH, Vol. 14 No. 3, September – Desember 2018
| 87
ISSN 1858-3776
Teaching Learning (CTL) dan
Lecture (LCT)
Hipotesis statistik yang di
uji adalah :
H0
:μA1 ≤ μA2
H1
: μA1 > μA2
Berdasarkan
hasil
pengujian hipotesis pertama
diperoleh hasil uji bahwa
hipotesis nol diterima yang
menyatakan tidak ada perbedaan
“Penguasaan
konsep
dasar
ekologi siswa yang mengikuti
pembelajaran dengan paket
strategi pembelajaran Problem
Based Learning (PBL) melalui
pendekatan Contextual Teaching
Learning (CTL) (A1) dan Lecture
(LCT) (A2). Hal ini berarti
hipotesis nol diterima. Hal ini
ditunjukkan dengan Fhitung <
Ftabel pada signifikansi (α = 0,05).
Hasil perhitungan uji
Anava Dua Arah yang dilakukan
dengan bantuan program SPSS
22 for Windows dapat dirangkum
dalam tabel berikut :
Harga Ftabel diperoleh
sebagai berikut F(0,05)(32) = 4,15.
Sedangkan untuk α = 0,01
diperoleh harga F(0,01)(32) = 7,50.
Dari ringkasan uji pada Tabel
4.11 kolom sumber variasi pada
baris
strategi
pembelajaran
memberikan hasil bahwa Fhitung =
2,371 < F(0,05)(32) = 4,15. Hasil uji
menunjukkan Fhitung lebih kecil
dari Ftabel berarti terima H0 pada
𝛼 =0,05.
Dengan demikian dapat
disimpulkan
bahwa
tidak
terdapat perbedaan penguasaan
konsep dasar ekologi siswa
antara yang memperoleh strategi
pembelajaran Problem Based
Learning
(PBL)
dengan
pendekatan Contextual Teaching
Learning (CTL) dan pendekatan
lecture (LCT).
Hal ini berarti hipotesis
kerja di tolak dan hipotesis nol
diterima. Dengan hasil uji
hipotesis pertama di atas, ini
berarti
dengan
tidak
memperhitungkan
kepedulian
lingkungan siswa, menunjukkan
bahwa strategi pembelajaran
Problem Based Learning (PBL)
dengan pendekatan Contextual
Teaching Learning (CTL) tidak
lebih baik pengaruhnya bagi
siswa
terhadap penguasaan
konsep dasar ekologi dari pada
strategi pembelajaran Problem
Based Learning (PBL) dengan
pendekatan Lecture (LCT).
Hipotesis Kedua
Interaksi antara strategi
pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) dan kepedulian
lingkungan
hidup
dengan
penguasaan
konsep
dasar
ekologi.
Pengujian
hipotesis
kedua dengan menggunakan uji
Anava Dua Arah adalah untuk
menguji pengaruh interaksi
antara strategi pembelajaran PBL
Jurnal MUQADDIMAH, Vol. 14 No. 3, September – Desember 2018
| 88
ISSN 1858-3776
(A) dan kepedulian lingkungan
(B). Hipotesis statistik yang diuji
adalah
H0
: Interaksi A X B
=0
H1
: Interaksi A X B
≠0
Hasil pengujian hipotesis
kedua menunjukkan bahwa
hipotesis nol yang menyatakan
tidak terdapat interaksi antara
strategi pembelajaran Problem
Based Learning (PBL) dan
kepedulian lingkungan hidup
dengan penguasaan konsep dasar
ekologi di tolak. Hal ini
ditunjukkan dengan Fhitung =
(4,48) > Ftabel, diperoleh harga
Ftabel sebesar α =0,05 = (4,15).
Hal ini berarti hipotesis kerja
diterima. Dengan demikian dapat
dinyatakan
bahwa
terdapat
pengaruh interaksi antara strategi
pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) dan kepedulian
lingkungan
hidup
dengan
penguasaan
konsep
dasar
ekologi.
Dengan hasil uji hipotesis
di atas, berarti tinggi rendahnya
penguasaan konsep dasar ekologi
siswa ditentukan oleh kepedulian
lingkungan siswa. Dalam hal
dapat dijelaskan sebagai berikut :
Pertama,
penguasaan
konsep dasar ekologi siswa pada
strategi pembelajaran Problem
Based Learning (PBL) dengan
pendekatan Contextual Teaching
Learning (CTL) lebih tepat
diberikan kepada siswa yang
memiliki kepedulian lingkungan
tinggi. Hal ini terbukti bahwa
siswa yang memiliki kepedulian
lingkungan tinggi lebih tinggi
penguasaan
konsep
dasar
ekologinya
di
bandingkan
dengan siswa yang memiliki
kepedulian lingkungan rendah.
Kedua,
penguasaan
konsep dasar ekologi siswa pada
strategi pembelajaran Problem
Based Learning (PBL) dengan
pendekatan Lecture (LCT) lebih
effective diberikan kepada siswa
yang
memiliki
kepedulian
lingkungan rendah.
Dengan hasil uji kedua
yang memberikan hasil terdapat
pengaruh
interaksi
yang
signifikan
antara
strategi
pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) dan kepedulian
lingkungan dapat digambarkan
dalam grafik dengan estimasi
harga
rata-rata
penguasaan
konsep dasar ekologi sebagai
berikut :
1) rata-rata skor penguasaan
konsep dasar ekologi pada
siswa
yang
memilki
kepedulian lingkungan tinggi
(b1) pada sampel strategi
pembelajaran PBL-CTL (a1)
= 50,11 dan pada sampel
strategi pembelajaran PBLLCT (a2) = 37,44; dan
2) rata-rata skor penguasaan
konsep dasar ekologi siswa
yang memiliki kepedulian
Jurnal MUQADDIMAH, Vol. 14 No. 3, September – Desember 2018
| 89
ISSN 1858-3776
lingkungan rendah (b2) pada
sampel strategi pembelajaran
PBL-CTL (a1) = 48.44 dan
pada
sampel
stretagi
pembelajaran PBL LCT (a2) =
50.44.
Grafik
pengaruh
interaksi dapat ditunjukkan
dengan
gambar
sebagai
berikut :
Gambar 4.9 Grafik Pengaruh
Interaksi antara Strategi PBL
dan Kepedulian Lingkungan
terhadap Penguasaan Konsep
Dasar Ekologi siswa.
Hipotesis Ketiga
Penguasaan konsep dasar
ekologi siswa yang memiliki
kepedulian lingkungan tinggi
yang
mengikuti
strategi
pembelajaran Problem Based
Learning
(PBL)
dengan
pendekatan Contextual Teaching
Learning (CTL) dan strategi
pembelajaran Problem Based
Learning
(PBL)
dengan
pendekatan Lecture (LCT).
Hipotesis statistik yang di
uji adalah :
H0
: 𝜇 A1B1 ≤ 𝜇 A2B1
H1
: 𝜇 A1B1 > 𝜇 A2B1
Hasil uji hipotesis ketiga
juga
menunjukkan
bahwa
hipotesis nol ditolak. Dari hasil
perhitungan uji post hoc Tukey
di dapat Fhitung = (6,88**) > Qtabel
(0,05)=(1:16)
(3,00)
(0,01)=(1:16)(4,13). Hal ini
berarti hipotesis kerja di terima.
Dengan
demikian
dapat
dinyatakan bahwa
terdapat
perbedaan yang sangat signifikan
penguasaan konsep dasar ekologi
siswa yang memiliki kepedulian
lingkungan
tinggi
yang
mengikuti strategi pembelajaran
Problem Based Learning (PBL)
dengan pendekatan Contextual
Teaching Learning (CTL) dan
strategi pembelajaran Problem
Based Learning (PBL) dengan
pendekatan Lecture (LCT).
Penguasaan konsep dasar
ekologi siswa yang memiliki
kepedulian lingkungan tinggi
yang di ajar dengan Problema
Based Learning (PBL) dengan
pendekatan Cotextual Teaching
Learning (CTL) lebih tinggi dari
pada
yang
memperoleh
Problema Based Learning (PBL)
dengan pendekatan Lecture
(LCT)”.
Hasil uji ini memberikan
bukti secara empirik bahwa
penguasaan konsep dasar ekologi
siswa yang memiliki kepedulian
lingkungan
tinggi
yang
memperoleh
strategi
pembelajaran Problema Based
Learning
(PBL)
dengan
pendekatan Contextual Teaching
Learning (CTL) lebih tinggi dari
pada siswa yang memperoleh
strategi pembelajaran Problema
Jurnal MUQADDIMAH, Vol. 14 No. 3, September – Desember 2018
| 90
ISSN 1858-3776
Based Learning (PBL) dengan
pendekatan Lecture (LCT).
Hipotesis Keempat
Penguasaan konsep dasar
ekologi siswa yang memiliki
kepedulian lingkungan rendah
yang
mengikuti
strategi
pembelajaran Problem Based
Learning
(PBL)
dengan
pendekatan Contextual Teaching
Learning (CTL) dan strategi
pembelajaran Problem Based
Learning
(PBL)
dengan
pendekatan Lecture (LCT).
Hipotesis statistik yang di
uji adalah :
H0
: 𝜇 A1B2 ≥ 𝜇 A2B2
H1
: 𝜇 A1B2 < 𝜇 A2B2
Hasil
uji
hipotesis
keempat juga menunjukkan
bahwa menerima hipotesis nol.
Dari hasil perhitungan uji post
hoc Tukey di dapat Fhitung
=(0,162)
<
Qtabel
(0,05)=(1:16)(3,00)
(0,01)=(1:16)(4,13). Hal ini
berarti hipotesis kerja ditolak.
Dengan
demikian
dapat
dinyatakan bahwa tidak terdapat
perbedaan
yang
signifikan
penguasaan konsep dasar ekologi
siswa yang memiliki kepedulian
lingkungan
rendah
yang
mengikuti strategi pembelajaran
Problem Based Learning (PBL)
dengan pendekatan Contextual
Teaching Learning (CTL) dan
strategi pembelajaran Problem
Based Learning (PBL) dengan
pendekatan Lecture (LCT).
Penguasaan konsep dasar
ekologi siswa yang memiliki
kepedulian lingkungan rendah
yang di ajar dengan Problema
Based Learning (PBL) dengan
pendekatan Cotextual Teaching
Learning (CTL) tidak memiliki
perbedaan dari pada yang
memperoleh Problema Based
Learning
(PBL)
dengan
pendekatan Lecture (LCT)”.
Hasil uji ini memberikan
bukti secara empirik bahwa
penguasaan konsep dasar ekologi
siswa yang memiliki kepedulian
lingkungan
rendah
yang
memperoleh
strategi
pembelajaran Problema Based
Learning
(PBL)
dengan
pendekatan Contextual Teaching
Learning (CTL) tidak memiliki
perbedaan dari pada siswa yang
memperoleh
strategi
pembelajaran Problema Based
Learning
(PBL)
dengan
pendekatan Lecture (LCT).
D.
Pembahasan
Hasil
Penelitian
Berdasarkan temuan hasil
penelitian dari hasil uji hipotesis
dapat dijelaskan sebagai berikut :
Hipotesis pertama
Merujuk kepada hasil
pengujian hipotesis, bahwa tidak
terdapat
perbedaan
yang
signifikan penguasaan konsep
dasar ekologi siswa yang
Jurnal MUQADDIMAH, Vol. 14 No. 3, September – Desember 2018
| 91
ISSN 1858-3776
diberikan strategi pembelajaran
Problem Based Learning (PBL)
dengan pendekatan Contextual
Teaching Learning (CTL) dan
Problem Based Learning (PBL)
dengan pendekatan Lecture
(LCT). Hal ini terlihat pada tabel
ANAVA, Fhitung 2,37 lebih kecil
dari Ftabel 4,15 pada taraf
signifikan 5%. Data skor rata-rata
siswa yang mengikuti paket
strategi pembelajaran Problem
Based Learning (PBL) dengan
pendekatan Cotextual Teaching
Learning (CTL) 49,28 lebih
besar dari skor rata-rata siswa
yang mengikuti paket strategi
pembelajaran Problem Based
Learning
(PBL)
dengan
pendekatan lecture (LCT) 46,61.
Berdasarkan hasil yang
diperoleh
tersebut
dapat
dijelaskan bahwa siswa yang
mengikuti
paket
strategi
pembelajaran Problem Based
Learning
(PBL)
dengan
pendekatan Cotextual Teaching
Learning
(CTL)
memiliki
penguasaan konsep dasar ekologi
lebih tinggi di bandingkan
dengan siswa yang mengikuti
paket strategi pembelajaran
Problem Based Learning (PBL)
dengan
pendekatan
lecture
(LCT), tetapi tidak memiliki
perbedaan yang signifikan.
Kedua strategi di atas
berbasis
Problem
Based
Learning
(PBL)
dengan
pendekatan yang berbeda, paket
pertama Contextual Teaching
Learning (CTL) paket kedua
lecture (LCT). Pada CTL lebih di
tekankan colaboration antar
siswa
untuk
melakukan
identifikasi
masalah
dan
ketekstualisasi masalah dengan
kehidupan yang ada di tengahtengah masyarakat. Pada lecture
(LCT) guru bersama siswa
melakukan generalisasi dan
corelasi
masalah
pelajaran
dengan permasalahan kehidupan
sosial masyarakat dengan di
dahului
oleh
guru
mengembangkan
dan
mengelaborasi konseptualisasi
pembelajaran secara sistematis.
Strategi
pembelajaran
Problem Based Learning (PBL)
baik pendekatan Contextual
Teaching Learning (CTL) dan
lecture
(LCT)
merupakan
pembelajaran yang berpusat pada
siswa (student centre approach)
dimana siswa dilatih untuk
berpikir kritis (critical thinking),
mencari pemecahan masalah dari
konsep yang tengah dipelajari,
mengidentifikasi data dan fakta,
mengelaborasi
konsep
dan
mengkorelasi antara konsep
dengan fakta yang ada di tengahtengah lingkungan. Semua hal
tersebut
di
atas
akan
mempengaruhi penguasaan siswa
terhadap konsep dasar ekologi
yang tengah di sampaikan,
dipandu dan di bimbing oleh
guru.
Jurnal MUQADDIMAH, Vol. 14 No. 3, September – Desember 2018
| 92
ISSN 1858-3776
Hipotesis kedua
Berdasarkan
hasil
pengujian hipotesis kedua yang
menyatakan adanya interaksi
antara
paket
strategi
pembelajaran Problem Based
Learning (PBL
)
dan
kepedulian lingkungan dengan
penguasaan siswa
terhadap
konsep dasar ekologi dapat
terlihat pada tabel ANAVA,
dimana Fhitung 4,48 lebih besar
dari Ftabel 4,15 pada taraf
signifikan 5%.
Interaksi berarti adanya
kerjasama antara dua variabel
bebas
atau
lebih
dalam
mempengaruhi suatu variabel
terikat. Dalam penelitian ini
berarti adanya interaksi antara
paket strategi pembelajaran
Problem Based Learning (PBL)
dan kepedulian lingkungan hidup
dapat mempengaruhi penguasaan
siswa terhadap konsep dasar
ekologi. Hal ini menunjukkan
bahwa strategi pembelajaran
Problem Based Learning (PBL)
berhubungan dengan kepedulian
lingkungan hidup yang di miliki
siswa.
Siswa yang diberikan
strategi pembelajaran Problem
Based Learning (PBL) dengan
pendekatan Cotextual Teaching
Learning (CTL) pada siswa yang
memiliki kepedulian lingkungan
hidup tinggi, lebih tinggi
penguasaan
konsep
dasar
ekologinya
di
bandingkan
dengan siswa yang memiliki
kepedulian lingkungan rendah.
Demikian pula untuk strategi
pembelajaran Problem Based
Learning
(PBL)
dengan
pendekatan
lecture
(LCT).
Selanjutnya
siswa
yang
mendapatkan paket strategi
pembelajaran Problem Based
Learning
(PBL)
dengan
pendekatan Cotextual Teaching
Learning (CTL) lebih tinggi
penguasaan
konsep
dasar
ekologinya di bandingkan siswa
yang mendapatkan paket strategi
pembelajaran Problem Based
Learning
(PBL)
dengan
pendekatan lecture (LCT). Tetapi
sebaliknya pada siswa yang
memiliki kepedulian lingkungan
rendah
pengaruhnya
justru
sebaliknya, yaitu siswa yang
mendapatkan paket strategi
pembelajaran Problem Based
Learning
(PBL)
dengan
pendekatan lecture (LCT) lebih
tinggi penguasaan konsep dasar
ekologinya di bandingkan siswa
yang mendapatkan paket strategi
pembelajaran Problem Based
Learning (PBL)
dengan
pendekatan lecture (LCT).
Efek yang berbeda ini
pada variabel terikat dalam hal
ini variabel penguasaan konsep
dasar ekologi siswa, hal ini
menandakan adanya interaksi
atau kerjasama dari dua variabel
bebas yaitu variabel paket
Jurnal MUQADDIMAH, Vol. 14 No. 3, September – Desember 2018
| 93
ISSN 1858-3776
strategi pembelajaran Problem
Based Learning (PBL) dan
kepedulian lingkungan hidup.
Efek interaksi antara paket
strategi pembelajaran Problem
Based Learning (PBL) dan
kepedulian lingkungan ini dapat
di lihat pada grafik interaksi. Dari
grafik tersebut dapat terlihat
bahwa
paket
strategi
pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) dan pendekatan
yang
digunakan
dapat
memberikan efek yang berbeda
terhadap penguasaan konsep
dasar ekologi siswa. Tinggi
rendahnya penguasaan konsep
dasar ekologi siswa di tentukan
oleh tinggi rendahnya kepedulian
lingkungan hidupnya dan paket
strategi
paket
strategi
pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) yang digunakan
dalam pembelajaran tersebut.
Hipotesis ketiga
Berdasarkan analisis data
dan uji hipotesis di dapatkan
bukti bahwa penguasaan konsep
dasar ekologi siswa yang
memiliki kepedulian lingkungan
hidup tinggi yang mengikuti
paket strategi pembelajaran
Problem Based Learning (PBL)
dengan pendekatan Cotextual
Teaching Learning (CTL) lebih
tinggi dari siswa yang mengikuti
paket strategi pembelajaran
Problem Based Learning (PBL)
dengan
pendekatan
lecture
(LCT).
Berdasarkan
data
ANAVA
ternyata
terdapat
perbedaan yang sangat signifikan
akibat pengaruh (effect) paket
strategi pembelajaran Problem
Based Learning (PBL) dengan
pendekatan Cotextual Teaching
Learning
(CTL)
terhadap
penguasaan konsep dasar ekologi
siswa. Hal ini ditunjukkan
dengan diperolehnya
Fhitung
6,88** lebih besar dari Qtabel
(0,05)=(1:16)(3,00)
(0,01)=(1:16) (4,13). Untuk taraf
signifikansi 5% (3,00) dan taraf
signifikansi 1% (4,13). Karena
Fhitung 6,88** > Qtabel 3,00 dan
4,13 maka terdapat perbedaan
yang sangat signifikan.
Kelompok siswa yang
mendapatkan paket strategi
pembelajaran Problem Based
Learning
(PBL)
dengan
pendekatan Contextual Teaching
Learning (CTL) dan kepedulian
lingkungan tinggi lebih tinggi
penguasaan konsep
dasar
ekologinya
di
bandingkan
dengan kelompok siswa yang
mendapatkan paket strategi
pembelajaran Problem Based
Learning
(PBL)
dengan
pendekatan lecture (LCT). Hal
ini berarti siswa yang berbeda
perlakuan pendekatan strategi
pembelajaran pada Problem
Based Learning (PBL) tetapi
memiliki kepedulian lingkungan
yang sama-sama tinggi dapat
memberikan pengaruh (effect)
Jurnal MUQADDIMAH, Vol. 14 No. 3, September – Desember 2018
| 94
ISSN 1858-3776
yang
berbeda
terhadap
penguasaan
konsep
dasar
ekologinya. Siswa yang memiliki
kepedulian lingkungan tinggi
ketika
dihadapkan
dengan
straategi pembelajaran Problem
Based Learning (PBL) dengan
pendekatan Contextual Teaching
Learning
(CTL)
lebih
berkembang
pemahaman,
penghayatan, dan penguasaannya
terhadap materi di bandingkan
dengan siswa yang mendapatkan
straategi pembelajaran Problem
Based Learning (PBL) dengan
pendekatan lecture (LCT) yang
lebih
banyak
mendapatkan
materi yang sudah sempurna.
Hipotesis keempat
Penguasaan konsep dasar
ekologi siswa yang memiliki
kepedulian lingkungan rendah
dan mengikuti paket straategi
pembelajaran Problem Based
Learning
(PBL)
dengan
pendekatan Contextual Teaching
Learning (CTL) tidak memiliki
perbedaan
yang
signifikan
dengan
paket
straategi
pembelajaran Problem Based
Learning
(PBL)
dengan
pendekatan lecture (LCT).
Jika di lihat dari rata-rata
nilai skornya siswa yang
memiliki kepedulian lingkungan
rendah yang mengikuti paket
strategi pembelajaran Problem
Based Learning (PBL) dengan
pendekatan Contextual Teaching
Learning (CTL) nilai rata-rata
scornya lebih rendah dari pada
yang mengikuti paket strategi
pembelajaran Problem Based
Learning
(PBL)
dengan
pendekatan lecture (LCT). Tetapi
bila di lihat dari hasil uji post hoc
Tukey
perbedaannya
tidak
signifikan. Hal ini berarti
penguasaan konsep dasar ekolgi
siswa kedua kelompok tersebut
tidak lebih rendah bila di beri
perlakuan
paket
strategi
pembelajaran Problem Based
Learning
(PBL)
dengan
pendekatan Contextual Teaching
Learning (CTL) maupun paket
strategi pembelajaran Problem
Based Learning (PBL) dengan
pendekatan lecture (LCT).
Siswa yang memiliki
kepedulian lingkungan rendah
tidak lebih tinggi penguasaan
konsep dasar ekologinya bila
diberikan
paket
strategi
pembelajaran Problem Based
Learning
(PBL)
dengan
pendekatan Contextual Teaching
Learning (CTL). Hal ini dapat
dijelaskan bawah siswa memiliki
kepedulian lingkungan rendah
ketika di berikan paket strategi
pembelajaran Problem Based
Learning
(PBL)
dengan
pendekatan Contextual Teaching
Learning
(CTL),
semua
kelebihan-kelebihan paket ini
menjadi kurang berlaku dalam
peningkatan penguasaan konsep
dasar ekologinya
bila
di
Jurnal MUQADDIMAH, Vol. 14 No. 3, September – Desember 2018
| 95
ISSN 1858-3776
bandingkan dengan siswa yang
memiliki kepedulian lingkungan
tinggi. Siswa yang berada dalam
kelompok
ini,
inisiatif,
kreatifitas,
sensitifitas
dan
aktifitasnya perlu di tekan oleh
guru
dalam
menyuguhkan
konsep materi pembelajaran.
Pengaruh
paket
strategi
pembelajaran Problem Based
Learning
(PBL)
dengan
pendekatan Contextual Teaching
Learning (CTL) dan lecture
(LCT) tidak begitu berpengaruh
terhadap penguasaan konsep
dasar ekologi siswa.
Hal ini berbeda sekali
dengan siswa yang memiliki
kepedulian lingkungan tinggi
yang mereka secara sukarela,
penuh inisiatif, mengembangkan
kreatifitas dalam memahami
konsep dasar ekologi yang di
sampaikan guru. Ketergantungan
terhadap
guru
berkurang,
cendrung guru hanya sebagai
pembimbing,
melakukan
managerial
kelas
dari
perencanaan, proses, control dan
evaluasi. Siswa dan guru
melakukan kolaborasi dalam
memahami, menghayati dan
menguasai konsep pembelajaran.
Bagi siswa yang memiliki
kepedulian lingkungan rendah,
kurang
bersedia
di
ajak
berkolaborasi,
melakukan
inisiasi, dan berkreasi dalam
memahami, menghayati dan
menguasai konsep. Cendrung
menuntut guru lebih banyak lagi
pro aktif dalam mensiminasi,
mempresentasi, dan menuntun
siswa
dalam
memahami,
menghayati dan menguasai
konsep pembelajaran. Sehingga
paket strategi pembelajaran
Problem Based Learning (PBL)
dengan pendekatan Contextual
Teaching Learning (CTL) dan
lecture (LCT) tidak begitu
berpengaruh
terhadap
penguasaan konsep dasar ekologi
siswa.
E. Kesimpulan
Bardasarkan hasil analisis
dan pembahasan yang telah
diuraikan dalam penelitian ini
dapat diperoleh temuan-temuan
sebagai berikut :
1. Secara
keseluruhan
penguasaan konsep dasar
ekologi
siswa
yang
memperoleh
strategi
pembelajaran Problema
Based Learning (PBL)
dengan
pendekatan
Contextual
Teaching
Learning (CTL) lebih
tinggi dari pada siswa
yang memperoleh strategi
pembelajaran Problema
Based Learning (PBL)
dengan
pendekatan
Lecture (LCT).
2. Terdapat interaksi antara
paket
strategi
pembelajaran Problema
Based Learning (PBL)
Jurnal MUQADDIMAH, Vol. 14 No. 3, September – Desember 2018
| 96
ISSN 1858-3776
dan
kepedulian
lingkungan
hidup
terhadap
penguasaan
konsep dasar ekologi
siswa.
3. Penguasaan konsep dasar
ekologi
siswa
yang
memiliki
kepedulian
lingkungan hidup tinggi
yang mengikuti paket
strategi
pembelajaran
Problema
Based
Learning (PBL) dengan
pendekatan Contextual
Teaching Learning (CTL)
lebih
tinggi
dari
penguasaan konsep dasar
ekologi
siswa
yang
memiliki
kepedulian
lingkungan hidup tinggi
yang mengikuti paket
strategi
pembelajaran
Problema
Based
Learning (PBL) dengan
pendekatan
lecture
(LCT).
4. Penguasaan konsep dasar
ekologi
siswa
yang
memiliki
kepedulian
lingkungan hidup rendah
yang mengikuti paket
strategi
pembelajaran
Problema
Based
Learning (PBL) dengan
pendekatan Contextual
Teaching Learning (CTL)
tidak lebih rendah dari
penguasaan konsep dasar
ekologi
siswa
yang
memiliki
kepedulian
lingkungan hidup rendah
yang mengikuti paket
strategi
pembelajaran
Problema
Based
Learning (PBL) dengan
pendekatan
lecture
(LCT).
Akhirnya penelitian ini
menyimpulkan bahwa apabila
paket stretegi pembelajaran
Problem Based Learning (PBL)
dengan pendekatan Contextual
Teaching Learning (CTL) dan
lecture (LCT) dilaksanakan di
sekolah
maka
perlu
mempertimbangkan kepedulian
lingkungan hidup siswa dalam
rangka
meningkatkan
penguasaan
konsep
dasar
ekologi.
Paket
strategi
pembelajaran Problem Based
Learning
(PBL)
dengan
pendekatan Contextual Teaching
Learning (CTL) lebih efektif
meningkatkan
penguasaan
konsep dasar ekologi siswa,
terutama siswa yang memiliki
kepedulian lingkungan hidup
tinggi.
F. Implikasi.
Berdasarkan hasil uji
hipotesis yang diperoleh dalam
penelitian ini, yaitu kelima
hipotesis yang diuji memberikan
hasil yang signifikan, maka
kesimpulan yang diperoleh
dalam penelitian ini dapat
ditindak lanjuti dengan implikasi
hasil penelitian.
Jurnal MUQADDIMAH, Vol. 14 No. 3, September – Desember 2018
| 97
ISSN 1858-3776
Dalam konteks penelitian
ini, implikasi hasil penelitian
adalah berkenaan dengan upaya
meningkatkan penguasaan siswa
terhadap konsep dasar ekologi
dengan
mempertimbangkan
faktor strategi pembelajaran
Problema Based Learning (PBL)
dan kepedulian lingkungan.
Implikasi penelitian ini dapat
dijelaskan sebagai berikut :
Pertama, dengan adanya
paket strategi pembelajaran
Problem Based Learning (PBL)
dengan pendekatan Contextual
Teaching Learning (CTL) dan
paket strategi pembelajaran
Problem Based Learning (PBL)
dengan
pendekatan
lecture
(LCT),
diharapkan dapat
menjadi tambahan wawasan bagi
guru
dalam
mengajarkan
pendidikan lingkungan hidup
(PLH) kepada siswa. Pendidikan
lingkungan hidup memiliki
peranan
penting
dalam
membentuk sikap dalam menjaga
keseimbangan dan kelestarian
lingkungan hidup. Oleh sebab itu
di perlukan strategi yang efektif
untuk penguasaan siswa terhadap
konsep dasar ekologi yang
disampaikan. Dengan adanya
penelitian ini dapat menjadi
tambahan refrensi bagi guru dan
siswa dalam memilih strategi
pembelajaran.
Kedua,
sehubungan
dengan temuan penelitian, siswa
yang
memiliki
kepedulian
lingkungan
tinggi
dapat
diberikan
paket
strategi
pembelajaran Problem Based
Learning
(PBL)
dengan
pendekatan Contextual Teaching
Learning (CTL) dalam upaya
peningkatan penguasaan konsep
dasar ekologi siswa.
Ketiga, penelitian ini
dapat memperkaya paket strategi
pembelajaran
Pendidikan
Lingkungan Hidup (PLH) yang
sangat diperlukan sekali oleh
guru dalam rangka peningkatan
penguasaan siswa
terhadap
konsep dasar ekologi. Paket ini
dilengkap dengan perangkat
instruksional yang lain seperti
Rencana Pokok Pembelajaran,
Bahan
Ajar, dan silabus
pembelajaran, untuk Problem
Based Learning (PBL) dengan
pendekatan Contextual Teaching
Learning (CTL) dan Problem
Based Learning (PBL) dengan
pendekatan lecture (LCT).
Keempat,
pentingnya
strategi pembelajaran Problem
Based Learning (PBL) di
sekolah. Model pembelajaran
yang kaku, menoton, kurang
dinamis, dan text book perlu di
kurangi, di minimalisasi dan
strategi-strategi
pembelajaran
yang inovatifi, pengembangan
kreatifitas, pengelolaan kelas
yang kolaboratif, melatih siswa
berpikir
kritis,
mengasah
kepedulian perlu dikembangkan
Jurnal MUQADDIMAH, Vol. 14 No. 3, September – Desember 2018
| 98
ISSN 1858-3776
menjadi muatan dari strategi
pembelajaran.
Kelima, pentingnya paket
strategi pembelajaran Problem
Based Learning (PBL) dengan
pendekatan Contextual Teaching
Learning
(CTL)
dalam
peningkatan penguasaan konsep
dasar ekologi siswa. Strategi
pembelajaran ini lebih banyak
memberikan
pengalaman
pembelajaran, siswa terlibat
secara
optimal
dalam
pembelajaran,
ia
lebih
menghayati materi pembelajaran,
mengaitkan dengan pengalaman
hidup yang ia rasakan, sehingga
penguasaannya terhadap konsep
pembelajaran tersebut lebih
optimal.
Keenam,
kepedulian
lingkungan
hidup
dalam
peningkatan penguasaan konsep
dasar
ekologi
memiliki
pengaruhyang sangat signifikan.
Siswa yang memiliki kepedulian
lingkungan
tinggi,
lebih
partisipatif, lebih aktif, lebih
kreatif, sehingga lebih cepat
dalam memahami dan merespon
pembelajaran yang disampaikan
guru. Siswa yang memiliki
kepedulian lingkungan hidup
tinggi lebih tinggi penguasaan
konsep dasar ekologinya dengan
strategi pembelajaran Problem
Based Learning (PBL) dengan
pendekatan Contextual Teaching
Learning (CTL), karena strategi
ini lebih menuntun siswa ke arah
partisipasi,
aktifitas
dan
kreatifitas. Dengan demikian
penelitian
ini
memberikan
konstribusi kepada para pendidik
untuk meningkatkan penguasaan
siswa terhadap konsep dasar
ekologi, perlu juga meningkatkan
kepedulian lingkungan hidup
siswa.
G. Saran
Berdasarkan kesimpulan
dalam penelitian ini maka dapat
disampaikan beberapa saran
sebagai berikut :
1. Bagi Guru
a. Perlu mengembangkan
dan menggunakan paket
strategi
pembelajaran
Problem Based Learning
(PBL) dengan pendekatan
Contextual
Teaching
Learning
(CTL).
Pelaksanaan
paket
strategi pembelajaran ini
sebagai alternatif bagi
guru dalam peningkatan
penguasaan konsep dasar
ekologi. Telah terbukti
dari hasil penelitian ini
bahwa paket strategi
pembelajaran
Problem
Based Learning (PBL)
dengan
pendekatan
Contextual
Teaching
Learning (CTL) lebih
tinggi penguasaan konsep
dasar ekologi siswa dari
pada
paket strategi
pembelajaran
Problem
Jurnal MUQADDIMAH, Vol. 14 No. 3, September – Desember 2018
| 99
ISSN 1858-3776
Based Learning (PBL)
dengan
pendekatan
lecture (LCT). Maka
paket
strategi
pembelajaran
Problem
Based Learning (PBL)
dengan
pendekatan
Contextual
Teaching
Learning (CTL) ini dapat
terus digunakan dan
dikembangkan di sekolah.
b. Dalam
peningkatan
penguasaan konsep dasar
ekologi, kepedulian siswa
perlu di tingkakan, karena
siswa yang memiliki
kepedulian lingkungan
hidup tinggi, akan lebih
partisipatif, kreatif dan
inspiratif
dalam
mengikuti pembelajaran,
memahami pembalajaran
dan menguasai konsep
pembelajaran yang di
sampaikan.
2. Bagi Institusi Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Perlu
membuat
kurikulum
yang
lebih
mengedepankan
pada
pengembangan
kepedulian
siswa.
Karena
dengan
kepedulian yang tinggi, siswa
lebih efektif meningkatkan
penguasaannya
terhadap
konsep, materi pembelajaran
yang di sampaikan.
3. Bagi Peneliti lain.
Jumlah
siswa
yang
sedikit, perlu diperbesar lagi
supaya
hasilnya
lebih
representatif dan memperoleh
gambaran yang lebih akurat
dari efek perlakuan. Penelitian
ini hanya melibatkan satu
pelajaran IPA Terpadu yang di
dalamnya terintegrasi materi
konsep dasar ekologi. PBL
dengan pendekatan CTL dan
LCT dapat dilakukan dengan
mata pelajaran lain dengan
mengembangkan atribut sikap
siswa terhadap mata pelajaran
tersebut.
Referensi
Anderson,
Lorin W.,
A
Taxonomy for Learning,
Teaching, and Assessing :
A Revision of Bloom’s
Taxonomy of Educational
Objectives, New York :
David Mc Kay Company,
1956.
BR. Hergenhahn, Theories of
Learning
Indiana
:
Pearson
Educatioan,
2008.
Gagne, Robert M. Principles Of
Instructional
Design,
Canada
:
Thomson
Learning, 2005.
Gall,
Meredith
D.,
An
Introduction Educational
Research,
Boston
:
Pearson, 2007.
Jurnal MUQADDIMAH, Vol. 14 No. 3, September – Desember 2018
| 100
ISSN 1858-3776
Gravetter, J. Frederick, Research
Methods
For
The
Behavioral
Sciences,
Canada : Wadsworth
Cengage Learning, 2012.
http://www.artikellingkunganhid
up.com/kesadaranlingkungan.html.
Iskandar, Tb. Zulrizka, Psikologi
Lingkungan Teori dan
Konsep,
Bandung
:
Refika Aditama, 2012.
Moh. Soerjani, Lingkungan :
Sumberdaya Alam dan
Kependudukan
dalam
Pembangunan, Jakarta :
UI Pres, 1987.
Odum,
Eugene
P.,
Fundamentals
Of
Ecology
,
Athena,
Georgia
:
Soundera
Colege, 1973.
Tung, Khoe Yao., Pembelajaran
dan
Perkembangan
Belajar, Jakarta : Indeks,
2015.
Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2009 tentang
Perlindungan
dan
Pengelolaan Lingkungan
Hidup, Pasal 65 ayat 1-6.
Wallen, Jack R Fraenkel dan
Norman E., How to Design and
Evaluate Research in Education,
Boston : Mc Graw-Hill
Comapany, 2003
Jurnal MUQADDIMAH, Vol. 14 No. 3, September – Desember 2018
| 101
Download