MAKALAH ANATOMI TENGKORAK KEPALA Dosen Pengampu : R. Pranajaya, S.Kp., M.Kes Disusun Oleh : Juwita Mara (1915401119) Rizky Intan Perdani (1915401120) Ayu Rahmawati (1915401134) Geligsta Gika Putri (1915401140) POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN TANJUNG KARANG 2019/2020 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Anatomi berasal dari bahasa yunani yang terdiri dari ana yang artinya memisah-misahkan atau mengurai. Dan tomos yang artinya memotong-motong, jadi anatomi berarti mengurai dan memotong. Ilmu bentuk dan susunan tubuh di peroleh dengan cara mengurai badan melalui potongan bagian-bagian dari badan dan hubungan alat tubuh satu dengan yang lainnya Mekanisme dan sifat khusus tubuh manusia hidup di luar pengendalian kita sendiri, misalnya rasa haus dan lapar yang membuat kita mencari minum dan makan, perasaan dingin membuat kita mencari kehangatan dan perlindungan. Tulang Tengkorak bagian kepala mengelilingi dan melindungi organ yang sangat vital yaitu otak. Ketika kita lahir,bagian-bagian tulang tengkorak bagian kepala belum menyatu sempurna. Tetapi selama pertumbuhan, tulang-tulang tersebut menyatu membentuk tempurung kepala.Tulang tengkorak bagian kepala terdiri atas 10 buah tulang, yaitu 1 tulang tengkorak belakang, 1 tulang dahi, 2 tulangubun-ubun, 2 tulang pelipis, 2 tulang tapis dan 2 tulang baji. Berdasarkan keterangan diatas, maka penulis tertarik untuk mengangkat masalah anatomi tengkorak kepala sebagai judul dari makalah ini yang akan dibahas lebih lanjut pada bab selanjutnya. 2 1.1 Rumusan Masalah 1.1.1. Apa fungsi tengkorak kepala? 1.1.2. Bagaimana rangka tengkorak kepala? 1.1.3. Bagaimana rangka tengkorak bayi? 1.1.4. Bagaimana rangka tengkorak wajah? 1.1.5. Apa penyakit-penyakit yang menyerang kepala manusia? 1.2 Tujuan Penulisan 1.2.1 Untuk mengetahui fungsi tengkorak kepala 1.2.2 Untuk mengetahui rangka tengkorak kepala 1.2.3 Untuk mengetahui rangka tengkorak bayi 1.2.4 Untuk mengetahui rangka tengkorak wajah 1.2.5 Untuk mengetahui penyakit-penyakit yang menyerang kepala manusia 3 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Fungsi Tengkorak Kepala Fungsi utama dari tulang tengkorak adalah untuk melindungi otak, organ ensorik dan mendukung struktur wajah. Tulang dalam struktur tengkorak memiliki peran lain dan yang lebih spesifik. Ada 22 tulang dalam tengkorak atau tempurung kepala manusia. Tulang tengkorak dibagi menjadi dua kelompok, yaiatu: tulang kranial, terletak di atas kepala, dan tulang facial (tulang wajah), terletak di depan tengkorak. 2.2 Rangka tengkorak kepala A. KARAKTERISTIK TULANG ATAP KEPALA Tulang atap kepala terdiri atas dua lapisan, yaitu substansi kompakta tubula eksterna (lapisan luar) dan substansi kompakta tubula interna (lapisan dalam) diantara kedua lapisan ini terdapat substansi spongeosa. Lubang bagian dalam diafase terdapat ruang yang disebut kavum medulla yang berisi sum-sum tulang kuning (medulla osseum plave) dan pada lubang substansi spongeosa terdapat sum-sum tulang merah merah (medulla osseum rubra) permukaan dalam substansi kompakta diliputi oleh selaput tipis yang disebut endosteum. Substansi kompakta dan spongeosa ini termasuk jaringan penunjang. Jaringan penunjang pada jaringan antar sel (substansi interselularis) banyak mengandung kalsium (zat kapur), fosfat, kalsium 4 karbonat, dan memiliki sifat yang keras. Bila dibandingkan zat-zat organis lebih banyak terdapat dalam tulang anak-anak dari pada lansia sehingga tulang anak-anak lebih lentur (bingkas). Dalam substansi kompakta terdapat saluran yang dikelilingi oleh beberapa lapis yang disebut Lamella Harves (keeping tulang yang membentuk saluran) dan dibawah periostinum terdapat lapisan tulang. B. RANGKA TULANG KEPALA Kranium (tulang tengkorak) dibentuk oleh potongan tulang yang saling bertautan yang membentuk kerangka kepala. Tulang-tulang yang membentuk kranium meliputi : 1. KERANGKA OTAK (NEUROKRANIUM) a. Kubah tengkorak (klavilaria) Pada permukaan dalam klavaria terdapat sutura (koronalis, sagitalis, dan lamboidae) sedangkan pada garis tengah terdapat alur sagital dangkal yang menampung sinus sagitalis superior. Os frontale (tulang dahi) 1buah Os parietale (tulang ubun-ubun) 2buah Os okspitale (tulang belakang) 1buah Os temporale (samping tengkorak) 2buah 5 b. DASAR TENGKORAK (BASIS KRANII) Os spenoidale (tulang baji) 1buah Os ethmoldale (tulang tapis) 1buah 2. TENGKORAK WAJAH (SPONKNO KRANIUM) a. Bagian hidung Os lakrimale (tulang air mata) 2buah Os nasela (tulang hidung) 2buah Os konka nasale (tulang kerangka hidung) 2buah Os septum nasale (sekat rongga hidung) 2buah b. Bagian rahang Os maksilaris (tulang rahang atas) 2buah Os zigo matikum (tulang rahang bawah) 2buah Os palatum (tulang langit-langit) 2buah Os madibularis (tulang rahang bawah) 1buah Or hyoid (tulang lidah) 1buah Perhubungan tulang yang membentuk kranium sangat kuat. Batas-batas tempat perhubungan ini berupa garis yang berliku-liku yang disebut sutura (tautan). Sutura merupakan garis yang berkesinambungan dan saling berpotongan. Terdiri dari : 1. Sutura koronalis : antara os parietalis dan os frontalis 2. Sutura sagitalis : antara os parietalis kiri dan kanan 3. Sutura squamosa : antara os parietalis, os temporalis, dan os sfenoidalis 6 4. Sutura lamboidea : antara os parietalis dan os oksipitalis 5. Sutura parietalmastoidea : antara os parietalis dan presessus mastoidea dari os temprolaris 6. Sutura sfenofrontalis : antara os frontalis dan os etmoidalis 7. Sutura stenotemporalis : antara os sfenoidalis dan os tempordis 8. Sutura sfenomaksilaris : antara os sfenoidalis dan os maksilaris 9. Sutura zigomatiko temporalis : antara os zigomatikum dan os temporalis 10. Sutura zigomatiko maksilaris : antara zigomatikum dan os maksilaris 11. Sutura maksilarkrimalis : antara os maksilaris dan os lakrimalis 12. Sutura maksilopalatina : antara os maksilaris dan os lakriminalis 13. Sutura platina transversa : antara os maksilaris dan os palatum (palatum durum) 14. Sutura platina sagitalis : antara os maksilaris dan os palatum durum kanan dan kiri 7 NEUROKRANIUM Neurokranium terdiri atas sejumlah tulang yang menyatu pada sendi tak brgerak yang disebut sutura. Tulang-tulang tengkorak dapat dibedakan menjadi tulang cranium dan wajah yang terdiri dari lamina eksterna dan lamina interna yang dipisahkan oleh lapisan spongeosa. OS FRONTALE Melengkung kebawah membentuk margo superior orbita. Pada tulang ini dapat dilihat adanya arkus supersiliaris dan insisura foramen supra orbita dapat dibedakan menjadi tiga bagian : 1. Squama frontalis (bagian atas) Fasies eksterna menghadap ke luar Fasies interna frontalis menghadap kedalam 2. Pars nasalis bagian tengah bawah os frontale yang menghubungkan os nasale di depan dan os etmoidale dibelakang. Taju runcing spina frontalis dikanan dan kiri spina terdapat lubang hiatus sinus frontalis 3. Pars ortalis bagian lateral os frontalis kiri dan kanan dengan sutura lamboidea. Celah ini membentuk segitiga dengan alas segitiga pada sutura lamboidea. Celah ini membentuk segitiga dengan alas segitiga pada sutura lamboidea. 8 KAFUM KRANI Bagian belakang tulang tengkorak neuro cranium berbentuk bola terdapat rongga yang disebut kafum krani terbagi atas tiga bagian : 1. Fose kranium anterior Bagian depan dibentuk oleh os frontale, os spenoidale, dan os etmoidale, terdapat dua lubang (foramen) a. Lamina kribrosa ossis etmoidale : lubang halus yang dilalui oleh nervus ol faktorius menuju hidung b. Foramen optikum : terdapat pada suatu sudut depan korpus ossis spenoidale dilalui oleh nervus optikus menuju mata untuk saraf penglihatan 2. Fose kranni media (bagian tengah) Dibentuk oleh os spenoidale temporal, terdapat 6 lubang: a. Fisura orbita superior : bagian medial atas dilalui oleh beberapa syaraf dan pembuluh darah. b. Foramen rotundum : bagian medial bawah dari fisura orbitalis superior, lubang ini dilalui oleh narfus maksilaris. c. Foramen ovale : terdapat di bawah foramen rotundum dan dilalui oleh nervus madibularis. d. Foramen spinosum : terdapat pada lateral bawah foramen ovale. Lubang inidilalui oleh arteri meningen media. 9 e. Foramen laseratum: pada sudut bawah korpus spemoidale yang terbatas dengan os oksipitale dan ujung pars piramidalis, os temporalis. Lubang ini ditutupi oleh vibro kartilago basalis berupa selaput tipis dari jaringan tulang rawan. f. Foramen karotikum internus : terdapat diujung medial pars ossis piramidalis, merupakan ujung kranial dari kanalis koratikus dan os oksipitale. 3. Fossa kranii posterior (bagian belakang) Dibentuk oleh os spenoida, os temporal,danos oksipitale. a. Pars nasalis : dipisahkan oleh insisura ethmoidalis,tepi medial depan pars orbitalis lebih tebal dan didalamnya terdapat ruang udara disebut sinus ethmoidalis yang terletak di bawahnya. b. Pars orbitalis ossis frontalis, fasies orbitalis permukaaan yang menghadap ke rongga orbita terdiri atas : 1. Lamina triangularis : terdapat di depan fossa lakrimalis. 2. Fossa trokhlearis : terdapat di depan fossa lakrimalis. 3. Fassies serebralis pars orbitalis ossis frontalis, mempunyai cekung bekas otak yang disebut serebralis danimpression digitalis, pars natalis danpars orbitalis ossis frontalis, disebut juga pars horizontalis. 10 OS PARIETAL Dibentuk dari tulang pipih segiempat, di atas kraniumterdapat : 1. Fasies eksterna : permukaan luar os parietal yang menonjol tuber parietal, pada bagian lateral terdapat dua garis lengkung yang berjalan sejajar yaitu linea temporalis superior dan linea temporalis inferior. 2. Fasies interna : permukaan dalam menghadap keotak terdapat sulkus yang bentuknya sesuai dengan tonjolan permukaan meningen. OS OKSIPITALIS Tulang pipih yang berbentuk trapezium dan terletak di belakang kepala yang berlubang besar, di bawahnya terdapat foramen magnum yang menghubungkan rongga otak (cavum krani) dengan kanalis vertebralis dan dilalui pangkal medula spinalis (sum-sum tulang belakang). Os oksipitalis di bagian atas 3 bagian yaitu : 1. Pars basilaris : bagian depan foramen magnum berbentuk tonjolan memanjang berhunungan dengan os spenoidalis. 2. Pars lateralis : bagian samping kiri dankanan foramen magnum, fasies eksterna menghadap ke bawah dan berhubungan dengan tulang leher, terdapat kondilus oksipitalis bongkolan kiri dan kanan foramen magnum dan persendian dengan tulang atlas (vertebrata servikalis). 3. Pars squamosa ossis oksipitalis : tulang pipih berbentuk trapesium, pinggir tulang disebut margo mastoid di sebelah bawah batas antara keduanya terdapat sulkus tranversus yang terletak pada fasies interna. 11 OSSA TEMPORALIS Pada ossa temporalis terdapat ruang/saluran yang dijelaskan di bawah ini. 1. Kavum timpani : rongga dalamos temporalis berhubungan keluar melalui meatus akustikus eksternus. Kavum timpani ke arah oksipital lateral berhubungan dengan antrum timpani, terdpaat saluran menuju ke depan (kanalis muskulo tuberalis) ke medial anterior dihubungan oleh semikanalis tubamuskulo tuberalis. Di dalam kavum timpani terdapat tulang-tulang maleus, inkus, dan stapes, juga terdapat saluran kecil menuju ke depan yang disebut apatura superior kanalis timpani. 2. Kanalis karotikus: menghubungkan foramen karotikum eksternum dan foramen karotikum internum. Pada karotis ini berjalan arteri karotis interna. 3. Kanalis fasialis : mulai dari pars akustikus internus os temporale dilanjutkan ke meatus akustikus internus. Pada sebelah belakang terdapat area vestibularis inferior sebagai saraf keseimbangan. 4. Kanalis nervus fasialis: mulai dari fundus meatus akustikus internus sebelah atas menuju ke arah lateral di atas alat pendengar sampai batas kavum timpani membelok kebelakang menuju kebawah dan berakhir pada foramen stilo mastoideus. 12 2.3 TULANG TENGKORAK BAYI Pada bayi sampai usia 2 tahun sambungan tulang belum sempurna seperti orang dewasa, bentuk suturanya menyerupai garis. Pada bayi ditemukan dua buah celah, yaitu ; 1. Frontale mayor Celah ini berbentuk belah ketupat pada sudut pertemuan antara tulang os parietal kiri dan kanan dengan os frontal kiri dan kanan. Pada bagian depan ujung sutura sagitalis dan pertengahan sutura koronalis di daerah ubun-ubun puncak kepala, sudut depan lebih besar dan sudut belakang lebih lancip. 2. Frontale minor Celah ini terdapat pada pertemuan bagian belakang atas os parietal dengan os oksipital, yang ujung belakang sutura sagitalis berbatasan dengan fossa crania posterior, terdapat 4 foramen : a. Foramen oksipitalis magnum, menghubungkan rongga toraks dengan kanalis vertebralis. Lubang ini dilalui oleh bagian permulaan medulla spinalis (sum-sum tulang belakang) b. Foramen jugularis, batas pars lateralis ossis oksipitalis dengan bagian belakang piramidalis ossis temporalis terdapat tonjolan tulang pars venosus belakang, dilalui oleh tiga saraf saraf IX (nervus glassofangeus) saraf X (nervus vagus) saraf XI (nervus aksesori IX) 13 c. Kandis hipoglassi, terdapat pada pars lateralis ossis oksipitalis dibawah kondilus oksipitalis dan dilalui oleh nervus XII (nervus hipoglosus) d. Porus akustikus internus, pada permukaan medialis pars piramidalis ossis temporalis dilalui oleh saraf VII (auditorius) 2.4 SPANKNO KRANII ( TENGKORAK WAJAH ) OSSA MAKSILARIS Ossa maksilaris merupakan 2 buah tulang menjadi satu yang terdiri atas 5 bagian, yaitu: 1. Korpus maksilaris : berbentuk kubus, terdapat rongga udara yang disebut sinus maksilaris berhubungan dengan udara luar melalui pintu yang disebut hiatus maksilaris. 2. Prosesus frontalis : tonjolan pada sudut media anterior korpus maksilaris berhubungan dengan os frontalis ke atas dan os ke bawah medial. 3. Prosesus zigomatikus : berhubungan dengan os zigomatikum membentuk pipi. 4. Prosesus alviolaris : membentuk lengkung dan mempunyai lubang di ujungnya untuk perlengketan dengan gigi. 14 5. Prosesus palatinum : tonjolan bagian medial bawah korpus maksilaris membentuk sutura palatina. Pada pinggir atas sutura palatina terdapat krista nasalis anterior. OS MANDIBULAR Os mandibular berbentuk huruf L dan merupakan garis horizontal. Tulang ini terdiri atas korpus mandibular dan ramus mandibular. a. Korpus mandibular : bagian depan kiri dan kanan membentuk protuberonsia mentalis dan bagian yang menonjol membentuk dagu pada wajah. b. Ramus mandibular : bagian samping mandibulae merupakan garis vertikal, sebelah atas mandibular bercabang 2 yaituprosesus kondiloideus (bagian belakang) dan prosesus koronoideus (bagian depan), di antara keduanya terdapat celah yang lebar disebut insisura mandibulae. OSSA NASALE Ossa nasale terdiri atas dua keping tulang kecil berbentuk trapesium dan mempunyai emapat sisi yang merupakan tulang batang hidung. a. Margo superior : tulang pendek yang berhubungan dengan os frontale. b. Margo inferior : menghubungkan rawan hidung dengan kartilago. 15 c. Margo lateris eksterna : berhubungan dengan prosesus nasalis lateralis. d. Margo medialis interna : terdapat krista longitudinalis sepanjang pinggir bagian dalam berhubungan dengan lamina pendikularis ossis etmoidalis membentuk septum hidung. OS ZIGOMATIKUM Os zigomatikum merupakan tulang pipi yang terdiri dari atas dua buah tulang kiri dan kanan,bagian-bagiannya sebagai berikut. a. Fasises orbitalis : mempunyai lubang kecil yaitu forsmen orbitabdan terdpat permukaan saluran kecil menuju lateral kemudian bercabang menjadi foramen zigomatikum fasialis dan foramen zigomatiko temporalis. b. Fasies temporalis : dataran yang berhubungan dengan bagian samping tengkorak. c. Fasies maksilaris : dataran yang berhubungan dengan tulang rahang atas. OS LAKRIMALE Os larimale berbentuk segiempat membentuk dinding medialis orbita dan bagian lain membentuk rongga hidung. Bagian depan tulang ini terdapat prosesus frontalis maksilaris dan bagian belakang lamina papyrasera ossis etmoidalis, melekat pada os frontale dan di bawah korpus maksilaris. 16 OS PALATUM Os palatum merupakan bagian horizontal dan bagian vertikal lamina perpendikulus. 1. Lamina horizontal ossa palatina kiri dan kanan : melekat dalam sutura palatina, membentuk palatum durum, sedangkan bagian depan melekat pada tepi belakang prosesus palatines maksilae dan membentuk sutura palatine transversa. 2. Perpendikularis : melekat pada bagian belakang korpus maksilaris (fasies maksilaris). 3. Lamina horizontalis ossis palatinus : merupakan lanjutan sutura palatina durum bagian belakang. 4. Lamina perpendikularis ossis palatinus : mempunyai sulkus pterigo palatinus, bagian yang agak menonjol disebut prosesus maksilaris. OS VAMER Os vamer berbentuk taju belah ketupat tegak yang terdapat dibagian belakang dari fosa nasalis membentuk septum nasi. KONKA NASALIS INFERIOR Menyerupai karang melengkung ke arah medialis tepi atas melekat pada krista konka nasalis ossis maksilaris dan ossis palatina. Bagian tengah terdapat pintu sinus maksilaris disantrum higmori membentuk kanalis lakrimalis. 17 Tulang Penyusun Pelindung Otak (Kranium) dan Tulang Pembentuk Wajah Tulang pelindung otak (kranium) tersusun atas tulang dahi, tulang ubunubun, tulang tapis, tulang baji, tulang pelipis, dan tulang kepala bagian belakang. Tulang pembentuk wajah tersusun atas tulang rahang atas, tulang rahang bawah, tulang hidung, tulang pipi, tulang air mata, tulang langit-langit, dan tulang belakang. 2.5 Penyakit-Penyakit yang Menyerang Kepala 1. Hidrosefalus Hidrosefalus adalah penumpukan cairan di dalam tengkorak sehingga otak membengkak. Secara harfiah, hidrosefalus berarti “air di otak”. Hidrosefalus terjadi dikarenakan adanya masalah aliran cairan serebrospinal. Cairan ini mengelilingi sumsum otak dan tulang belakang dan berfungsi sebagai pembawa nutrisi ke otak, membuang limbah dari otak, dan menjadi bantalan otak. Aliran cairan tersebut bisa saja tersumbat atau produksi cairannya yang berlebihan. Akibatnya tekanan otak tinggi sehingga otak terdorong ke tengkorak dan merusak jaringan otak. 2. Parkinson Parkinson adalah penyakit yang ditandai dengan tremor (gemetar), sikap agak kaku dan mengalami gangguan saat berjalan. Penyakit ini dapat dialami oleh 18 baik pria maupun wanita dan dialami oleh 1% dari seluruh populasi. Pria lebih sering mengalami parkinson. Penyakit ini biasanya dimulai pada usia 50 sampai 65 tahun. Biasanya gejala awal tidak disadari sampai sudah cukup terlihat oleh dokter. Kehilangan lebih dari 80% dopamine menjadi penyebab terjadinya parkinson. 3. Stroke Stroke adalah penyakit yang ditandai dengan adanya gangguan pembuluh darah yang menuju otak sehingga beberapa jaringan otak mengalami kematian. Hal tersebut dapat menyebakan kehilangan beberapa fungsi motorik. Gangguan tersebut dapat berupa sumbatan, penyempitan, atau pecahnya pembuluh darah. Kebiasaan merokok, diabetes, dan hipertensi menjadi pemicu utama stroke. 4. Migrain Migrain adalah rasa sakit pada kepala yang disertai dengan mual, muntah, dan kepekaan terhadap cahaya meningkat. Pikiran, keturunan, kafein, dan terik matahari diduga menjadi penyebab utama migrain. Gejala migrain dapat dikurangi dengan obat penghilang rasa sakit dan obat abortif. Penderita sebaiknya diberikan istirahat dan lebih baik lagi jika ia tertidur. 5. Alzheimer Alzheimer adalah penyakit yang ditandai dengan hilangnya intelektual dan kemampuan sosialisasi yang cukup parah dan mempengaruhi kehidupannya 19 sehari-hari. Orang lanjut usia sering mengalami alzheimer. Gejala yang sering terjadi adalah pikun, kesulitan berbicara dan berpikir, lebih sulit dalam melakukan hal yang dulunya biasa dilakukan, dan hilangnya kemampuan dalam menilai. Penyakit ini tidak dapat disembuhkan dan membutuhkan dukungan penuh dari keluarga dan teman-temannya. 6. Meningitis Meningitis adalah radang yang terjadi pada membran pelindung sistem saraf pusat yang disebut meninges. Meninges adalah selaput pelindung yang menyelimuti otak dan saraf tulang belakang. Meninges terdiri dari tiga bagian yaitu duramater, arachnoid, dan piamater. Meningitis disebabkan oleh jamur, bakteri, ataupun virus. Ketika meninges diserang, meninges akan meradang dan membengkak akibat infeksi. Hal tersebut dapat merusak sistem saraf dan otak. Sehingga penderita seringkali berujung pada kematian. Penyakit ini dapat dicegah dengan melakukan vaksinasi meningitis. 7. Kanker Otak Kanker otak adalah penyakit kanker yang menyerang otak. Penyakit ini tentu sangat berbahaya karena otak adalah bagian terpenting manusia. Penderitanya bisa siapa saja mulai dari yang berusia lanjut bahkan anak-anak. Penyebab kanker otak adalah malnutrisi, alkohol, kebiasaan merokok, dan narkoba. Gejala kanker otak mulai dari rasa sakit seperti tertekan, kehilangan fokus, perubahan perilaku, dan beberapa anggota badan tidak bisa digerakan. 20 8. Epilepsi Epilepsi adalah kelainan yang disebabkan oleh terbentuknya sinyal listrik di dalam otak yang menyebabkan timbulnya kejang-kejang secara mendadak. Penyebaran impuls yang tidak terkendali menjadi salah satu penyebab terjadinya epilepsi. Cara penanganannya adalah dengan memberikan obat supositoria ke dalam anus. Bila kejang berlangsung selama lebih dari dua menit, penderita harus dibawa ke rumah sakit. 9. Craniosynostosis (Kelainan Bentuk Tengkorak Kepala Bayi) Craniosynostosis adalah kelainan bentuk tengkorak kepala bayi. Craniosynostosis adalah kondisi cacat lahir yang menyebabkan bentuk kepala bayi tidak normal akibat adanya kelainan pada tulang tengkorak. Tulang tengkorak bukan satu tulang utuh yang berdiri sendiri, melainkan gabungan dari tujuh lempeng tulang yang berbeda. Ketujuh tulang itu dihubungkan satu sama lain oleh jaringan yang disebut sutura. Bayi dikatakan mengalami craniosynostosis jika satu atau beberapa jaringan sutura menutup lebih cepat dari seharusnya. Akibatnya, otak bayi tidak bisa berkembang dengan maksimal karena terhambat oleh tulang tengkorak yang terlanjur menyatu. Kondisi ini sangat berbahaya karena bisa mengakibatkan munculnya beberapa gangguan dan kelainan. Bentuk tulang tengkorak yang tidak proporsional bisa menimbulkan sakit kepala berkepanjangan, gangguan penglihatan, serta masalah psikologis di kemudian hari. 21 Penyebab Craniosynostosis Penyebab craniosynostosis belum diketahui pasti. Meski begitu, kadang kondisi ini berhubungan dengan kelainan genetik seperti sindrom Apert, sindrom Pfeiffer, sindrom Crouzon, dan masih banyak lagi. Pada beberapa kasus, craniosynostosis disebabkan oleh perpaduan paparan zat kimia selama kehamilan dan faktor genetik. Jenis-Jenis Craniosynostosis Tergantung dari jenis sutura yang terlibat dalam percepatan penutupan tulang tengkorak, craniosynostosis dibedakan menjadi empat tipe, yaitu: Sagittal. Ini adalah jenis craniosynostosis yang paling sering ditemukan. Sesuai namanya, gangguan ini terjadi di ketika bagian sagittal suture, yang membentang dari depan ke belakang tengkorak bagian atas (area ubunubun), menutup terlalu dini. Gangguan ini menyebabkan kepala tumbuh memanjang dan agak pipih. Coronal. Coronal suture membentang dari telinga kanan dan kiri ke bagian atas tengkorak. Penutupan dini pada bagian ini bisa menyebabkan bentuk dahi menjadi tidak rata dan bergelombang. Metopic. Metopic suture membentang dari hidung melalui garis tengah dahi hingga ke ubun-ubun dan terhubung dengan sagittal suture di bagian atas tengkorak. Penutupan dini pada sutura ini menyebabkan dahi membentuk segitiga dengan bagian belakang kepala melebar. 22 Lambdoid. Penutupan dini terjadi di lambdoid suture, yang membentang dari kanan ke kiri di bagian belakang tengkorak. Hal ini menyebabkan sebagian sisi kepala bayi terlihat datar dan posisi salah satu telinga lebih tinggi dari telinga yang lain. Craniosynostosis lambdoid sangat jarang ditemukan. Gejala Craniosynostosis Gejala dan tanda craniosynostosis biasanya sudah tampak saat bayi lahir, dan semakin terlihat jelas setelah beberapa bulan. Gejala tersebut antara lain: Ubun-ubun pada bagian atas kepala bayi tidak terlihat. Bentuk tengkorak bayi terlihat aneh (tidak proporsional). Munculnya peningkatan tekanan di dalam tengkorak bayi. Kepala bayi tidak berkembang sejalan dengan pertambahan usia. Pada sebagian kasus, craniosynostosis menyebabkan adanya gangguan atau kerusakan pada otak, serta menghambat proses pertumbuhan secara umum. Berikut adalah gejala-gejala yang perlu Anda waspadai. Muntah tiba-tiba, tanpa didahului rasa mual. Gangguan pendengaran. Mata bengkak atau sulit digerakkan. Lebih sering tidur dan jarang bermain. Suara napas keras dan tidak teratur. Lebih mudah menangis dibanding biasanya. 23 Pengobatan Craniosynostosis Craniosynostosis dengan tingkat keparahan ringan atau menengah tidak membutuhkan pengobatan yang serius. Dokter biasanya akan menyarankan bayi Anda untuk menggunakan helm khusus yang berfungsi merapikan bentuk tengkorak serta membantu perkembangan otak. Jika craniosynostosis parah, pemedahan harus dilakukan untuk mengurangi dan mencegah tekanan otak, memberikan ruang agar otak bisa berkembang, serta merapikan bentuk tulang tengkorak. Ada dua jenis operasi yang bisa dilakukan untuk menangani craniosynostosis, yaitu: Bedah endoskopi. Bedah minimal invasif ini cocok dilakukan untuk bayi berusia di bawah enam bulan, dengan syarat hanya satu sutura yang bermasalah. Lewat operasi ini, sutura yang bermasalah akan dibuka sehingga otak bisa berkembang secara normal. Bedah terbuka. Operasi jenis ini dilakukan untuk bayi di atas enam bulan, dan tidak hanya untuk mengatasi sutura yang bermasalah, tetapi juga memperbaiki bentuk tulang tengkorak yang tidak proporsional. Masa pemulihan pascaoperasi bedah terbuka lebih lama dibandingkan dengan bedah endoskopi. Terapi helm dapat diberikan untuk merapikan bentuk tulang tengkorak setelah bedah endoskopi, tetapi pada bedah terbuka terapi ini tidak diperlukan. 24 Komplikasi yang Mungkin Terjadi Akibat Craniosynostosis Craniosynostosis adalah kondisi yang harus segera ditangani secepat mungkin. Bila ditunda, anak berisiko mengalami gangguan otak. Selain itu, bisa juga menyebabkan cacat bentuk wajah yang dapat mengurangi kualitas hidup anak di masa depan. Bayi yang memiliki craniosynostosis serius berisiko mengalami peningkatan tekanan dalam tengkoraknya. Jika tidak ditangani, peningkatan tekanan tengkorak ini bisa menyebabkan keterlambatan perkembangan, gangguan fungsi kognitif, kebutaan, kejang, bahkan kematian (meski jarang terjadi). Tulang Tengkorak Kepala Pada Anak yang Retak dan Di Angkat Saat Operasi Tumbuh kembali Perlu diketahui bahwa operasi yang paling umum dilakukan pada tulang otak berupa tindakan kraniotomi. Kraniotomi merupakan operasi dengan membuka salah satu bagian tulang tengkorak dengan membuat semacam lubang untuk mengakses organ dalam tengkorak yang akan dioperasi. Tindakan kraniotomi sering dilakukan jika terdapat kondisi seperti perdarahan didalam otak, tumor, atau akibat terjadinya cedera kepala. Perlu kita ketahui bahwa pada operasi tulang tengkorak tentu melibatkan pembuatan lubang. Ukuran lubang tersebut tergantung dari prosedur operasi yang dilakukan. Pada dasarnya tulang tengkorak yang sudah dibuat lubang setelah operasi sudah tidak bisa menutup kembali. Namun, biasanya hal ini diatasi dengan pemasangan plate atau bone graft (cangkok tulang) untuk menutupi lubang tersebut. 25 BAB III PENUTUP 3.1 KESIMPULAN 3.1.1 Fungsi utama dari tulang tengkorak adalah untuk melindungi otak, organ sensorik dan mendukung struktur wajah 3.1.2 Tulang tengkorak dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu tulang pelindung otak (kranium) dan tulang pembentuk wajah. Tulang pelindung otak (kranium) tersusun atas tulang dahi, tulang ubunubun, tulang tapis, tulang baji, tulang pelipis, dan tulang kepala bagian belakang. Tulang pembentuk wajah tersusun atas tulang rahang atas, tulang rahang bawah, tulang hidung, tulang pipi, tulang air mata, tulang langit-langit, dan tulang belakang. 3.1.3 Pada bayi sampai usia 2 tahun sambungan tulang belum sempurna seperti orang dewasa, bentuk suturanya menyerupai garis. Pada bayi ditemukan dua buah celah yaitu frontale mayor dan frontale minor. 3.1.4 Ossa maksilaris, Os mandibular, Ossa nasale, Os zigomatikum, Os lakrimale, Os palatum, Os vamer, Konka nasalis inferior 3.1.5 Parkinson, Hidrosefalus, Stroke, Migrain, Alzheimer, Meningitis,Kanker otak , Epilepsi, dan Craniosynostosis. 26 3.2 Saran Hasil observasi ini sebagai bahan belajar untuk mahasiswi dalam meningkatkan pemahaman tentang anatomi tengkorak kepala yang didapati di perkuliahan. Dan juga bisa menjadi bahan pembelajaran dan acuan untuk dapat menjadi calon bidan yang selalu berpegangan teguh dalam falsafah dan filosofi kebidanan. 27 DAFTAR PUSTAKA https://septiantarie.com/2012/10/08/sistem-rangka-pada-manusia/ Rahmah.2012.RangkaManusia dan Fungsinya. http://asagenerasiku.com/2012/03/rangka-manusia-dan-fungsinya.html https://www.academia.edu/11154912/Sistem_Rangka https://dosenbiologi.com/manusia/sistem-rangka-manusia 28