GAMBARAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PENGOBATAN KOMPLEMENTER DAN ALTERNATIF DI WILAYAH KELURAHAN PONDOK BENDA RW 013 PAMULANG 2 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) Oleh: SARI PURBOYEKTI 1113104000021 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H/2017 M ii FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES SCHOOL OF NURSING SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY OF JAKARTA Undergraduate Thesis, June 2017 Sari Purboyekti, NIM: 1113104000021 Public Perception Towards Complementary And Alternative Medicine In Kelurahan Pondok Benda RW 013 Pamulang 2 xvii + 96 pages + 7 tables + 2 schemes + 9 attachements ABSTRACT Complementary and alternative medicine are progressing globally. Research in various worlds shows complementary and alternative ways are very common. This study held respondents who have used and never use complementary and alternative medicine. The purpose of this research is to know people's perception of compelementer and alternative medicine. This type of research is quantitative with descriptive design. The sample of this research is 88 respondents in Kelurahan Pondok Benda RW 013 Pamulang 2 with random sampling technique. Data collection using questionnaires made by the researcher. The results showed that 53.4% of respondents had postive perception of complementary and alternative medicine, 62.6% had positive perception on cupping, 60.2% of respondents had positive persespi on acupuncture and acupressure, respondent's perception of reflexology had the amount Similarly, 80.7% of respondents had positive perceptions of herbal medicine, 60.2% of respondents had good perception on traditional bone setter, 61.4% of respondents had positive perception of shamanism, and 61.4% of respondents had good perception on profit and lack of complementary and alternative medicine. Researchers advise the community to choose complementary and alternative medicine that has been standardized. Keyword: perception, complementary and alternative medicine References: 88 (1995-2017) iii FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Skripsi, Juni 2017 Sari Purboyekti, NIM: 1113104000021 Gambaran Persespi Masyarakat Terhadap Pengobatan Komplementer Dan Alternatif Di Wilayah Kelurahan Pondok Benda RW 013 Pamulang 2 xvii + 96 halaman + 7 tabel + 2 bagan + 9 lampiran ABSTRAK Pengobatan komplementer dan alternatif mengalami perkembangan secara global. Penelitian di berbagai dunia menunjukkan bahwa pengobatan komplementer dan alternatif sangat umum digunakan. Penelitian ini meneliti responden yang pernah menggunakan dan tidak pernah menggunakan pengobatan komplementer dan alternatif. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui persepsi masyarakat terhadap pengobatan kompelementer dan alternatif. Jenis penelitian ini adalah kuantitaif dengan desain deskriptif. Sampel penelitian adalah 88 orang warga di wilayah Kelurahan Pondok Benda RW 013 Pamulang 2 dengan teknik random sampling. Pengambilan data menggunakan kuesioner yang dibuat oleh peneliti. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 53,4 % responden memiliki persepsi yang positif terhadap pengobatan komplementer dan alternatif, 62,6% memiliki persepsi positif terhadap bekam, 60,2% responden memiliki persespi positif terhadap akupuntur dan akupresur, persepsi responden terhadap pijat refleksi memilki jumlah yang sama, 80,7% responden memilki persepsi positif terhadap obat herbal, 60,2 % responden memilki persepsi positif terhadap ahli patah tulang, 61,4% responden memilki persepsi positif terhadap dukun sembur, dan 61,4% responden memilki persepsi positif terhadap keuntungan dan kekurangan dari pengobatan komplementer dan alternatif. Peneliti menyarankan kepada masyarakat untuk dapat memilih pengobatan komplementer dan alternatif yang sudah terstandarisasi. Kata Kunci: persepsi, pengobatan komplementer dan alternatif Daftar Pustaka: 88 (1995-2017) iv RIWAYAT HIDUP Nama : Sari Purboyekti Temapt/ Tanggal Lahir : Tangerang, 31 Juli 1995 Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Islam Status : Belum Menikah Alamat : Jalan Benda Barat 11 B Blok D 38/7 Pamulang 2 RT 004/RW 013 Kota Tangerang Selatan Telepon : 08567088224 Email : [email protected] Riwayat Pendidikan : 1. 1999 - 2001: TK Tunas Harapan I 2. 2001 - 2007: SDN Serua 03 3. 2007 - 2010: SMP Negeri 9 Kota Tangerang Selata 4. 2010 - 2013: SMA Negeri 1 Kota Tangerang Selatan 5. 2013 - 2017: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Pengalaman Organisasi : 1. 2016: Himpunan Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta viii KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, kekuatan, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Gambaran Persepsi Masyarakat Terhadap Pengobatan Komplementer Dan Alternatif Di Wilayah Kelurahan Pondok Benda RW 013 Pamulang 2.” Yang disusun dan diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan. Sholawat serta salam juga tercantum kepada Nabi Muhammad SAW. Penulis telah berusaha untuk menyajikan suatu tulisan ilmiah yang rapi dan sistematik sehingga mudah dipahami oleh pembaca. Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan skiripsi ini jauh dari sempurna dan banyak mengalami kendala, namun penulis berkat bantuan, bimbingan serat dukungan dari berbagai pihak sehingga penulis ingin mengucapkan ucapan terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada yang terhormat: 1. Kedua orang tua saya yang tercinta Bapak Ahmad Zaidi dan Ibu Suparti yang tidak pernah lelah untuk memberikan dukungan baik moril, material, kasih sayang, dan selalu mendoakan penulis dalam proses menyelesaikan skripsi ini. ix 2. Prof.Dr.H. Arif Sumantri, S.KM., M.Kes, selaku dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Maulina Handayani, S.Kp, M.Sc, selaku Ketua Program Studi dan Ernawati, S.Kp, M.Kep, Sp.KMB, selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 4. Ibu Ernawati, S. Kp, M.Kep, Sp.KMB, dan Ibu Maulina Handayani, S.Kp., M.Sc, Selaku Dosen Pembimbing, terima kasih sebesar-besarnya untuk beliau yang telah meluangkan waktu serta memberikan arahan dan bimbingan dengan sabar kepada penulis selama proses pembuatan skripsi ini. 5. Bapak Karyadi, S.Kp.,MKep., PhD, selaku dosen pembimbing akademik, terimakasih sebesar-besarnya untuk beliau yang telah membimbing dan memberikan motivasi selama 3 tahun duduk di bangku kuliah. 6. Seluruh dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membekali penulis ilmu dan pengetahuan serta pengalamannya selama penulis mengikuti perkuliahan. 7. Seluruh staf dan karyawan Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 8. Seluruh angkatan 2013 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terimakasih karena telah saling mengingatkan, mendukung, mendo’akan, dan menjadi penyemangat untuk berjuang menggapai semua impian. Ciputat, Juni 2017 Sari Purboyekti x DAFTAR ISI LEMBAR PERNYATAAN .......................................................................................... ii ABSTRACT ................................................................................................................. iii ABSTRAK ................................................................................................................... iv PERNYATAAN PERSETUJUAN ................................ Error! Bookmark not defined. LEMBAR PENGESAHAN ........................................... Error! Bookmark not defined. LEMBAR PENGESAHAN ........................................... Error! Bookmark not defined. RIWAYAT HIDUP..................................................................................................... vii KATA PENGANTAR ................................................................................................. ix DAFTAR ISI ................................................................................................................ xi DAFTAR SINGKATAN ............................................................................................xiv DAFTAR TABEL ........................................................................................................xv DAFTAR BAGAN .....................................................................................................xvi DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. xvii BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1 A. Latar Belakang ................................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 5 xi C. Tujuan Penelitian ............................................................................................... 6 D. Manfaat Penelitian ............................................................................................. 6 E. Ruang Lingkup Penelitian.................................................................................. 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 8 A. Persepsi .............................................................................................................. 8 1. Pengertian ....................................................................................................... 8 2. Macam-macam persepsi ................................................................................. 9 3. Syarat dan proses pembentukan persepsi ..................................................... 11 4. Faktor yang mempengaruhi persepsi ............................................................ 12 B. Pengobatan komplementer dan alternatif ......................................................... 15 1. Pengertian ..................................................................................................... 15 2. Klasifikasi..................................................................................................... 17 3. Kuntungan dan kekurangan CAM................................................................ 45 C. Masyarakat ....................................................................................................... 47 D. Penelitian Terkait ............................................................................................. 48 E. Kerangka Teori ................................................................................................ 51 BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ...................... 52 xii A. Kerangka konsep .............................................................................................. 52 B. Definisi operasional ......................................................................................... 53 BAB IV METODELOGI PENELITIAN ................................................................... 56 A. Desain Penelitian ............................................................................................. 56 B. Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................................... 56 C. Populasi dan Sampel ........................................................................................ 57 D. Instrumen Penelitian ........................................................................................ 59 E. Pengumpulan Data ........................................................................................... 63 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ..................................................................... 64 F. G. Teknik Analisa Data ........................................................................................ 66 H. Etika Penelitian ................................................................................................ 68 BAB V HASIL PENELITIAN ................................................................................... 70 A. Gambaran Tempat Penelitian ........................................................................... 70 B. Analisis Univariat ............................................................................................ 71 1. Data Demografi ............................................................................................ 71 2. Gambaran Persespi Pengobatan Komplementer dan Alternatif ................... 72 3. Distribusi Proporsi Persepsi Terhadap Pengobatan Komplementer dan Alternatif Berdasarkan Usia ................................................................................ 73 xiii 4. Distribusi Proporsi Persepsi Terhadap Pengobatan Komplementer dan Alternatif Berdasarkan Jenis Kelamin ................................................................. 74 5. Distribusi Proporsi Persepsi Terhadap Pengobatan Komplementer dan Alternatif Berdasarkan Pendidikan Terakhir ....................................................... 75 6. Distribusi Proporsi Persepsi Terhadap Pengobatan Komplementer dan Alternatif Berdasarkan Pengalaman .................................................................... 76 7. Gambaran Persepsi Tehadap Pengobatan Komplementer dan Alternatif Berdasarkan Item Pernyataan .............................................................................. 77 BAB VI PEMBAHASAN........................................................................................... 80 A. Karakteristik Responden .................................................................................. 80 B. Gambaran Persespi Masyarakat Terhadap Pengobatan Komplementer dan Alternatif ................................................................................................................. 82 C. Keterbatasan Penelitian .................................................................................... 91 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 92 A. Kesimpulan ...................................................................................................... 92 B. Saran ................................................................................................................ 93 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 95 LAMPIRAN .............................................................................................................. 102 xiv DAFTAR SINGKATAN CAM : Complementary and Alternative Medicine NCCAM : National Center of Compelemtary and Alternative Medicine WHO : World Health Organization xiv DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Definisi Operasional……………………………………………………...53 Tabel 4.1 Kisi-Kisi Kuesioner………………………………………………………60 Tabel 4.2 Skor Perhitungan Stastistik Persepsi Tentang Pengobatan Komplementer dan Alternatif………………………………………………………….....61 Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Data Demografi…………………………………....71 Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Persepsi…………………………………………….72 Tabel 5.3 Distribusi Persepsi Berdasarkan Usia……………………………………73 Tabel 5.4 Distribusi Persespi Berdasarkan Jenis Kelamin………………………….74 Tabel 5.5 Distribusi Persespi Berdasarkan Pendidikan Terakhir…………………...75 Tabel 5.6 Distribusi Persespi Berdasarkan Pengalaman Terhadap Pengobatan Komplementer dan Alternatif……………………………………………77 Tabel 5.7 Distribusi Persepsi Tehadap Pengobatan Komplementer dan Alternatif..78 xv DAFTAR BAGAN Bagan 2.1 Kerangka Teori…………………………………………………………51 Bagan 3.1 Kerangka Konsep………………………………………………………52 xvi DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1: Informed concent Lampiran 2: Kuesioner penelitian Lampiran 3: Uji validitas dan reliabilitas kuesioner Lampiran 4: Hasil olahan SPSS Lampiran 5: Surat permohonan izin studi pendahuluan Lampiran 6: Surat izin studi pendahuluan dari Kelurahan Pondok Benda Lampiran 7: Surat permohonan izin uji validitas dan reliabilitas Lampiran 8: Surat izin uji validitas dan reliabilitas dari Kelurahan Benda Baru Lampiran 9: Surat izin penelitian dan pengambilan data dari Kelurahan Pondok Benda xvii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang National Center for Complementary and Alternative Medicine (NCCAM) mengartikan Complementary and Alternative Medicine (CAM) sebagai sekelompok dari berbagai macam pengobatan dan perawatan kesehatan yang terdiri dari praktisi dan pelayanannya tidak termasuk dalam pengobatan konvensional (NCCAM. 2012, dalam Lindquist, 2014). Peraturan Menteri Kesehatan tahun 2007 mengartikan pengobatan komplementer dan alternatif sebagai pengobatan non konvesnional yang ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan terstruktur dengan kulaitas kemanaan, dan efektifitas yang tinggi berlandasakan ilmu pengetahuan biomedik. Data dari World Health Organization (WHO) tahun 2010, menargetkan sejumlah negera di dunia, masyarakatnya menggunakan pengobatan komplementer dan alternatif, yaitu sekitar 80% pengguna (WHO, 2010). Sejumlah negera sudah menerapkan pengobatan komplementer dan alternatif sebagai pendukung pengobatan konvensional. Ethiopia 80% masyarakatnya menggunakan pengobatan tradisional karena mereka percaya bahwa pengobatan tradisional dapat menyembuhkan dengan biaya yang 1 2 murah. Negara di Asia seperti China dan Jepang yang mempunyai berbagai macam pengobatan komplementer dan alternatif sudah mengintegrasikannya ke dalam pengobatan konvensional, yaitu terdapat 95% rumah sakit di China yang sudah menerapakan dan sekitar 72% dokter di Jepang sudah menerapakan penggunaan pengobatan komplementer dan alternatif kedalam prakteknya (Kamaludin, 2010). Pengobatan ini berkembang ke negara-negara barat seperti Amerika Serikat yang diperkirakan 38% orang dewasanya menggunakan pengobatan komplementer dan alternatif (Mc Fadden et al, 2010). Australia dan Perancis jumlah pengguna pengobatan ini sekitar 49%, serta Kanada sekitar 70% masyarakatnya menggunakan pengobatan komplementer dan alternatif (Elolemy dan AlBedah, 2012). Seseorang yang mengalami sakit pasti akan mencari tindakan untuk memperoleh kesembuhan (Sunaryo, 2004; Asmadi, 2008). Jumlah penduduk Indonesia mengalami peningkatan dalam menggunakan pengobatan komplementer dan alternatif dari tahun 2000 - 2006 dari 15,2% menjadi 38,30% (Supardi dan Susyanty, 2010). Jenis-jenis pengobatan komplementer dan alternatif yang sering digunakan oleh masyarakat seperti bekam, akupuntur dan akupresur, pijat refleksi, obat herbal, ahli patah tulang, dan tukang urut (NCCAM, 2012; Kemenkes, 2007). Pengunaan pengobatan komplementer dan alternatif sudah mulai digunakan di sejumlah rumah sakit, seperti Rumah Sakit Kanker Dharmais, RS Orthopedi Prof. Dr. R. Soeharso 3 Solo, dan RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta yang menyediakan layanan pengobatan komplementer dan alternatif (Setyaningsih, 2012). Masyarakat yang menggunakan pengobatan komplementer dan alternatif terus mengalami peningkatan (Widyatuti, 2008). Penelitian terkait yang dilakukan oleh Onyiapat et al (2011) mengenai pravelensi penggunaaan CAM pada orang dewasa di Enugu menunjukan bahwa jenis kelamin (lakilaki), usia (26-41 tahun), dan status ekonomi berpengaruh dalam penggunaan CAM. Dahilig dan Selenga (2012) dalam penelitiannya di Filipina menunjukan bahwa wanita dengan status pendidikan tinggi lebih cenderung menggunakan CAM. Alasan seseorang menggunakan pengobatan ini antara lain untuk meningkatkan kesehatan atau untuk mengurangi gejala penyakit, menghindari efek samping pengobatan konvesional, memiliki kontrol yang besar terhadap kesehatan sendiri (Barnes et al, 2008). Pengaruh media massa, informasi dari sebuah produk, rekomendasi keluarga dan teman, sifat alami manusia yang ingin selalu mencoba hal-hal baru serta kemudahan akses pada pengobatan ini dapat mempengaruhi persepsi seseorang untuk menggunakan CAM karena dinilai alami dan aman digunakan (Limsatchapanich et al, 2013); (Onyiapat et al, 2014). Persepsi merupakan padangan pribadi atas apa yang terjadi, setiap orang merasakan, menginterprestasikan, dan memahami kejadian secara berbeda (Potter dan Perry, 2012). Persepsi menangkap stimulus, 4 mengorganisasikan stimulus, dan menerjemahkan atau mengintegrasikan stimulus yang terorganisir untuk mempengaruhi perilaku dan membentuk sikap (Ivancevich, 2007). Pemahaman pasien ataupun masyarakat mengenai persepsi pengobatan komplementer dan alternatif itu penting karena pasien yang menggunakan CAM harus mengetahui efek dari pengobatan tersebut. Masyarakat lebih memilih menggunakan tempat pengobatan komplementer dan alternatif yang masih dipertanyakan keamanannya (Bahall, 2015). Peran penting tenaga kesehatan terhadap penggunaan pengobatan komplementer dan alternatif di masyarakat perlu dilakukan karena tenaga kesehatan mempunyai peran sebagai konsultan, advokat, pemberi pelayanan pendidikan dan promosi kesehatan (Asmadi,2008) Praktek keperawatan saat ini membutuhkan pengetahuan dan sikap yang baik mengenai pengobatan komplementer dan alternatif karena jumlah masyarakat yang semakin banyak menggunakannya. Penyedia pelayanan kesehatan konvesional perlu mehamai isu-isu terkait keamaan dan keefektifan penggunaan CAM. Perawat yang mempunyai pengetahuan dan persepsi yang baik terhadap pengobatan komplementer dan alternatif dapat memenuhi tanggung jawab sebagai seorang perawat (Waheida, 2016). Wilayah Tangerang Selatan terdapat kurang lebih 162 klinik pengobatan komplementer dan alternatif. Studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada warga RW 013 Pamulang 2 di wilayah Kelurahan Pondok 5 Benda, terdapat hasil 9 dari 10 orang menggunakan pengobatan komplementer dan alternatif. Produk pengobatan komplementer dan alternatif yang banyak digunakan adalah herbal dan pijat urut, 1 dari 9 orang pernah menggunakan pengobatan ke ahli patah tulang, 2 dari 9 orang pernah menggunakan bekam dan 2 orang pernah melakukan pijat refleksi dan 1 orang belum pernah menggunakan terapi pengobatan ini. Berdasarkan studi pendahuluan diatas yang dilakukan oleh peneliti, masih ada masyarakat yang beralasan penggunaan pengobatan komplementer dan alternatif karena lebih efisien dan praktis, harga yang murah, alami, efek samping yang tidak akan menggangu kesehatan dan prosedur yang tidak sulit namun ada juga yang beralasan lebih baik menggunakan pengobatan konvensionalPada tempat tersebut terdapat seorang warga yang mampu melakukan praktik pengobatan komplementer dan alternatif yaitu bekam dan pijat refleksi. B. Rumusan Masalah Pengobatan komplementer dan alternatif beberapa waktu belakangan ini mulai banyak digunakan masyarakat di berbagi negara, termasuk Indonesia. Banyaknya tempat praktik pengobatan komplementer dan alternatif yang menawarkan berbagai macam manfaat kesembuhan dan kepraktisan prosedur namun masih ada tempat praktik perorangan yang belum sesuai dengan standar dan masih ada masyarakat yang mempersepsikan bahwa pengobatan komplementer dan alternatif memiliki efek samping yang tidak 6 akan menggangu kesehatan serta dalam menentukan pilihan untuk menggunakan pengobatan ini masih ada masyarakat yang mengikuti kata orang lain tanpa berkonsultasi terlebih dahulu dengan tenaga medis. Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik mengetahui persepsi masyarakat wilayah Kelurahan Pondok Benda RW 013 Pamulang 2 terhadap pengobatan komplementer dan alternatif. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi persepsi masyarakat mengenai pengobatan komplementer dan alternatif. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui karakteristik responden meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir, dan pengalaman terhadap pengobatan komplementer dan alternatif. b. Mengetahui persepsi masyarakat terhadap pengobatan komplementer dan alternatif. c. Mengetahui gambaran persepsi tentang pengobatan komplementer dan alternatif berdasarkan karakteristik demografi. D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian bagi peneliti yaitu dapat menambah pengalaman yang diperoleh dari penelitian ini dan dapat mengetahui persepi masyarakat 7 mengenai pengobatan komplementer dan alternatif. Manfaat bagi institusi pendidikan adalah dapat memperoleh masukkan untuk dijadikan pertimbangan agar pengobatan komplementer dan alternatif ini dapat dikembangkan ke bidang keperawatan lainnya. Manfaat bagi profesi yaitu agar mampu menyikapi penggunaan pengobatan komplementer dan alternatif ini dengan positif serta dapat mengintegrasikannya kedalam pelayanan keperawatan. Manfaat bagi pemerintah yaitu dapat mengawasi praktekpraktek pengobatan komplementer dan alternatif yang ada di Indonesia dan manfaat penelitian untuk masyarakat yaitu dapat mengetahui dan memilih pengobatan komplementer dan alternatif yang keamanannya sudah jelas dan dapat dipertanggung jawabkan. E. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan di Wilayah Pamulang 2 Kelurahan Pondok Bneda untuk mengetahui persepsi masyarakat mengenai pengobatan komplementer dan alternatif. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan rancangan desain deskriptif. Penelitian ini dilakukan pada bulan April-Mei 2017. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persepsi 1. Pengertian Persepsi (perception) adalah proses di mana individu mengatur dan menginterprestasikan kesan-kesan sensoris mereka guna memberikan arti bagi lingkungan mereka (Robbins dan Judge, 2008). Pendapat yang lain mengartikan persespsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkannya. Persepsi adalah memberikan makna kepada stimulus (Notoatmojo, 2010). Persepsi biasanya digunakan untuk mengungkapkan tentang pengalaman terhadap sesuatu benda ataupun suatu kejadian yang dialami. Hude (2006) mengatakan persepsi merupakan suatu tindakan lanjut dari suatu perasaan, karena persepsi pada hakikatnya merupakan pemberian suatu makna pada stimulasi yang ditangkap oleh sistem pengindraan. Persepsi juga sangat bergantung pada beberapa faktor yaitu faktor personal dan faktor situasional atau faktor fungsional dan juga faktor sturktural. Persepsi dapat membantu individu untuk bertindak dan 8 9 juga mengerti sosial lingkungan sekitarnya, karena persepsi merupakan suatu proses akhir dari rangkaian peristiwa yang saling berhubungan. Dari penjelasan di atas dapat ditarik suatu kesamaan pendapat bahwa persepsi merupakan suatu ransangan objek yang dilihat sehinnga menciptakan tanggapan pada diri individu. Tanggapan tersebut yang nantinya akan mempengaruhi sikap individu terhadap lingkungannya. 2. Macam-macam persepsi Menurut (Sunaryo, 2013) persepsi dapat dibedakaan menjadi dua macam, yaitu: Persepsi eksternal, yaitu suatu persepsi yang datangnya karena adanya rangsangan dari luar tubuh individu dan persepsi internal atau persepsi diri merupakan sutau persepsi yang datangnya karena adanya rangsangan dari stimulus dalam tubuh individu. Mulyana (2007) mengatakan bahwa terdapat 2 macam persepsi yang dimilki oleh manusia yaitu: a. Persepsi terhadap objek lingkungan fisik Persepsi setiap individu dalam menilai suatu objek atau suatu lingkungan fisik terjadi kekeliruan, karena suatu onjek tersebut dapat menipu indera individu tersebut. Hal ini disebabkan karena: 1) Kondisi yang dapat mempengaruhi pandangan seseorang seperti cuaca yang dapat membuat fatamorgana, pembiasan cahaya contohnya peristiwa ketika seseorang melihatnya 10 didalam air yang akan terlihat bengkok yang sebenarnya berposisi lurus. Hal tersebut yang disebut ilusi. 2) Latar belakang pengalaman yang berbeda antara individu satu dengan yang lainnya. 3) Budaya yang berbeda yang dapat mempengaruhi persepsi inividu tersebut. 4) Gambaran psikologi yang berbeda juga dapat mempengaruhi perbedaan persespi individu dengan orang lain dalam mepersepsikan suatu objek. b. Persepsi terhadap manusia atau persepsi sosial Persepsi manusia atau persepsi sosial merupakan proses penangkapan makan dari objek-objek sosial dan kejadian yang dialami oleh individu dalam lingkungan individu tersebut persepsi ini lebih kompleks karena: 1) Manusia memiliki sifat yang dinamis karenanya persepsi manusai dapat berubah dari waktu ke waktu dan labih cepat dari pada persepsi terhadap objek. 2) Persepsi sosial tidak meliputi sifat-sifat yang tampak dari luar, namun juga sifat-sifat ataupun alasan-alasan dari dalam. 11 3) Persepsi sosial bersifat interaktif karena pada saat individu mempersepsikan orang lain, maka orang tersebut tidak diam meliankan turut mempersepsikan orang tersebut. 3. Syarat dan proses pembentukan persepsi Persepsi dapat membuat seseorang menyadari dan memahami suatu keadaan di lingkungan sekitarnya, dan juga dapat menyadari dan memahami keadaan diri sendiri (self perception). Persepsi terjadi dari proses sistem penginderaan. Pertama, stimulus akan diterima oleh resptor, yang kemudian akan diteruskan kedalam otak atau pada susunan saraf pusat yang akan diorganisasikan dan juga diinterprestasikan sebagai proses psikologi. Pada akhirnya individu akan menyadari apa yang telah ia lihat dan yang telah ia dengar (Sunaryo, 2013) Ada beberapa syarat terjadinya suatu persepsi, yaitu: a. Adanya objek. Objek berperan sebagai suatu rangsangan sedangkan pacaindra berperan sebagai reseptornya. b. Adanya perhatian sebagai salah satu langkah pertama untuk mengadakan suatu persepsi c. Adanya pancaindra sebagai reseptor penerima rangsangan d. Saraf sensorik berguna sebagai meneruskan rangsangan ke dalam otak (pusat saraf atau pusat kesadaraan) yang kemudian dibawa melalui saraf motorik untuk menghasilkan sebuah respon. 12 Sebuah persepsi terjadi melalui tiga porses, yaitu proses fisik, fisiologis, dan psikologis. Proses fisik terjadi melalui pengalaman, yakni objek diberikan rangsangan, kemudian diterima oleh resptor atau sistem indra. Sementara itu, proses fisiologis terjadi karena rangsangan yang dihantarkan ke saraf sensorik akan disampaikan ke otak. Terakhir, proses psikologis yaitu proses yang terjadi pada otak sehingga seseorang menyadari rangsangan yang diterima. Jadi, ketiga syarat tersebut sangat diperlukan untuk tercapainya suatu persepsi yang baik (Sunaryo, 2013) 4. Faktor yang mempengaruhi persepsi Menurut (Toha, 2008) faktor yang mempengaruhi persepsi individu yaitu: a. Faktor internal Faktor internal meliputi perasaan, sikap, dan kepribadian individu, prasangka, keinginan atau harapan, perhatian (fokus), proses belajar, keadaan fisik, kebutuhan serta minat, dan motivasi. b. Faktor eksternal Faktor eksternal meliputi latar belakang keluarga, informasi yang diperoleh, pengetahuan, intensitas, keberlawanan, hal-hal baru dan familiar atau ketidakasingan suatu objek. Menurut (Rakhmat, 2011); (Sobur, 2003) faktor yang mempengaruhi persepsi individu, yaitu: 13 c. Faktor fungsional Faktor fungsional merupakan faktor yang berasal dari kebutuhan, kegembiraan, pelayanan yang diterima, dan pengalaman masa lalu individu. Faktor ini bersifat subjektif dan internal dari seseorang. Persepsi pada dasarnya tidak ditentukan oleh jenis rangsangan, tetapi tergantung pada karakter individu yang memberikan respon terhadap rangsangan tersebut, dengan demikian persespi bersifat selektif fungsional, maka seseorang yang mempersepsikan sesuatu akan memberikan tekanan sesuai dengan tujuan individu tersebut. d. Faktor struktural Faktor-faktor yang timbul dari bentuk rangsangan dan efek netral yang akan dihasilkan dari sistem saratf individu. Faktor ini merupakan faktor biologis dari tubuh seseorang. Usia merupakan faktor biologis, usia 26-33 tahun sudah dapat menentukan pilihan yang mereka pilih dan menyelesaikan masalah-masalah dalam kehidupan mereka, usia 33-40 tahun merupakan periode yang menetap dimana mereka sudah menemukan tempat dalam hidup dan berusaha menggabungkan peran potensial mereka (Durkin, 1995). Usia 40-65 tahun kemampuan kognitif dan intelektual dimasa paruh baya tidak 14 banyak mengalami perubahan, kemampuan dalam memecahkan masalah tetap sama (Kozier, 2011). Gestalt ahli psikologis mengatakan, manusia mempresepsikan sesuatu cenderung sebagai suatu yang keseluruhan, meskipun rangsangan yang diterima dengan rangakaian stimulus yang di persepsikan. Hal mengelompokan itu orang, menyebabakan ataupun individu persitiwa cenderung sejenis dan memisahakannya dari kelompok lain yang tidak serupa. e. Faktor situasional Faktor ini merupakan faktor yang berhubungan dengan bahasa nonverbal. Persepsi dilihat secara kontekstual yang artinya situasi dimana persepsi tersebut muncul dan harus mendapatkan perhatian. Situasi merupakan faktor yang turut berperan dalam proses pembentukan persepsi individu. f. Faktor personal Faktor personal merupakan faktor yang terdiri dari faktor pengalaman, sosial budaya, pengetahuan. Pengetahuan dapat diperoleh melalui pendidikan, penelitian yang dilakukan oleh (Barnes et al, 2008) memperlihatkan bahwa masyarakat yang memiliki pendidikan tinggi lebih sering menggunakan pengobatan komplementer dan alternatif, penelitian lain juga menunjukan masyarakat yang sekolah di 15 perguruan tinggi menyatakan pengobatan ini dapat membantu (Pooya, 2011). Faktor personal juga dipengaruhi oleh harapan, motivasi, dan kepribadian individu. Faktor-faktor tersebut menjadikan persepsi individu berbeda satu sama lain dan akan berpengaruh pada individu dalam mempersepsikan suatu objek, stimulus, meskipun objek tersebut benar-benar sama. Persepsi seseorang atau kelompok dapat jauh berbeda dengan persepsi orang atau kelompok lain sekalipun situasinya sama. Perbedaan persepsi dapat ditelusuri pada adanya perbedaan-perbedaan individu, perbedaan dalam sikap atau perbedaan dalam motivasi (Walgito, 2003). B. Pengobatan komplementer dan alternatif 1. Pengertian Pengobatan komplementer dan alaternatif beberapa tahun belakangan ini mulai banyak digunakan oleh masyarakat sebagai salah satu terapi pilihan untuk kesehatan. Pengertian dari pengobatan komplementer dan alternatif sendiri merupakan suatu bentuk penyembuhan yang bersumber pada berbagai sitem, modalitas dan praktek kesehatan yang didukung oleh teori dan kepercayaan (Setyaningsih, 2012). National Center for Complementary and Alternative Medicine (NCCAM) mendefinisikan pengobatan komplementer dan alternatif sebagai istilah umum terhadap 16 berbagai praktik ataupun produk yang umunya tidak dianggap bagian terapi medis ataupun konvensional (Snyder dan Lindquis 2014). Menurut peraturan Menteri Kesehatan tahun 2007. Pengobatan komplementer dan alternatif adalah pengobatan non konvensional yang ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang diperoleh memalui pendidikan terstruktur dengan kualitas, keamanan, dan efektifitas yang tinggi yang berlandaskan ilmu pengetahuan biomedik, yang belum diterima dalam kedokteran konvensional (Kemenkes, 2007). Hampir setengah (49,53%) penduduk Indonesia berusia 15 tahun keatas, mengonsumsi jamu yang merupakan salah satu produk dari pengobatan komplementer dan alternatif. Sekitar lima persen (4,36%) mengkonsumsi jamu setaip hari, sedangkan sisanya (45,17%) mengkonsumsi jamu sesekali (Kemenkes, 2011). Penggunaan komplementer dan alternatif sudah digunakan sejak berabad-abad yang lalu. Florence Nightingale yang dikenal sebagai pelopor keperawatan telah menggunakan terapi musik dalam proses penyembuhan pasein (Snyder dan Lindquist, 2014). Komplementer dan alternatif terapi bukan tradisi dari sebuah negara sendiri dan tidak terintegrasi kedalam sistem perawatan konvensional. Pengobatan ini 17 terkadang di istilahkan sebagai pengobatan alami, non konvensional dan pengobatan holistic (Health Professions Licensing Authority, 2007). 2. Klasifikasi Berdasarkan peraturan (Kemenkes, 2007) dan National Center for Complementary and Alternative Medicine (NCCAM) tahun 2012 pengobatan komplementer dan alternatif dapat dikalsifikasikan sebagai berikut: a. Sistem pelayanan pengobatan alternatif (alternative system of medical practice Terapi ini sebagai sistem yang lengkap dari teori dari praktek yang berbeda dari pengobatan konvensional. Contohnya: 1) Bekam a) Pengertian Bekam Bekam merupakan metode pengobatan dengan cara mengeluarkan darah kotor dari badan tubuh melalui permukaan kulit. Bekam mempunyai nama lain seperti canduk, canthuk, kop, mambakan, di Eropa bekam dikenal dengan istilah Cuping Therapeutic Method (Aldjoefrie, 2015) . Bekam dalam bahasa Arab berasal dari kata “Al Hijmu” yang berarti menghisap atau menyedot. Kesimpulan definisi hijamah menurut bahasa adalah ungkapan tentang menghisap darah dan mengeluarkannya dari 18 permukaan kulit, yang kemudian ditampung di dalam gelas mihjamah, yang menyebabkan pemusatan dan penarikan darah di sana, lalu dilakukan penyayatan permukaan kulit dengan pisau bedah, guna untuk mengeluarkan darah (Kasmui, 2014). b) Cara Melakukan Bekam (1) Bekam basah (a) Mengukur tekanan darah (b) Siapkan gelas kop ukuran sedang yang telah dipasang alat pemantiknya, dalam kedaan steril (c) Sebelum ditusuk titik yang akan dibekam, dibersihkan terlebih dahulu dengan kapas beralkohol 70% (d) Lakukan pemijatan pada seluruh badan atau daerah yang ingin di bekam dengan menggunakan minyak zaitun/ minyak habbatusaudah (e) Bersihkan derah akhda’ dengan kassa streril yang telah diberikan betadine. Juru bekam dan pasien dalam keadaan suci dari hadas dengan wudhu. Juru bekam dapat membaca/berdoa dengan bacaan ruqyah untuk orang sakit yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW, dan ingatkan pasein untuk selalu berdzikir dengan mambaca minimal “Allahu hawa asysyifa” atau 19 “Allahu Huwasysyafi” (Allah Yang Maha Menyembuhkan), selama proses pembekaman supaya yakin bahwa hanya Allah SWT yang dapat menyembuhkan penyakit. Juru bekam juga harus selalu mambaca dzikir ini. (f) Letakkan alat bekam di daerah akhda’ dan ucapkan Basmalah (g) Vacuum gelas kop secukupnya 2-3 kali, tidak terlalu kuat atau lemah pada titik yang ingin di bekam. Biarkan selama 2-3 menit untuk meberikan kekebalan pada kulit saat akan dilakukan penyayatan (h) Lepas gelas kop tersebut, lakukan penyayatan dengan jarum (lancing), penyayatan di sesuaikan dengan besarnya diameter gelas kaca tersebut. Vacuum kembali hingga darah keluar (i) Bersihkan darahnya, kemudian bekas sayatannya di bersihkan menggunakan tissue/kassa dan tutup luka sayatan dengan membersihkan darah dengan betadine, lalu oleskan minyak habatussauda/ zaitun agar tidak terjadi infeksi dan lukanya cepat sembuh (Kasmui, 2014) 20 (2) Bekam kering (a) Pijat bagain tubuh yang ingin dilakukan bekam dengan minyak zaitun selama 5 menit (b) Vaccum gelas kop pada permukaan kulit di titik yang telah ditentukan. Kemudian diamkan selama 10-12 menit (c) Lepas gelas kop tersebut dan pijat kembali bekas bekam dengan minyak zaitun selama 3-5 menit (Nilawati, 2008). (3) Bekam meluncur (a) Pijat bagian tubuh yang ingin dilakukan bekam dengan menggunakan minyak zaitun atau minyak habatussaudah (b) Vaccum gelas kop di permukaan kulit 1-3 kali pompaan. Kemudian gerakkan gelas kop ke bagain tubuh yang sudah diolesi minyak zaitun atau minyak habatussaudah samapi terlihat kemerhaan. Cukup dilalukan 2-3 menit. (c) Lepas kop bekam (Nilawati, 2008). 21 c) Manfaat Bekam Bekam mempunyai beberapa manfaat seperti mengatasi tekanan darah yang tidak normal, kolesterol tinggi, mengatasi migrain dan sakit kepala, mengatasi permasalahan pada sistem pernapasan seperti: asma, flu, sinusitis, alergi, membersihkan darah dari racun-racun dalam tubuh yang berasal dari sisa makanan, bermanfaat bagi wanita yang mengalami keputihan dan mengalami gangguan pada rahim, mengatasi stroke, mengurangi nyeri pada bahu, kram otot, nyeri pinggang, rematik, membantu dalam pengobatan mata (Kasmui, 2014). Penelitian yang dilakukan oleh Mei Chi (2016) mengenai keefktifan terapi bekam terhadap penurunan nyeri leher dan punggung, didapatkan hasil terjadi penurunan tingkat nyeri yang signifikan dari 9,7 menjadi 3,6 pada kelompok yang diberikan intervensi sedangkan kelompok kontrol hanya memiliki perubahan yang sedikit yaitu dari 9,7 menjadi 9,5. d) Indikasi dan kontraindikasi Bekam dapat digunakan untuk mengobati beberapa penyakit seperti penyakit kulit, gangguan reproduksi pada pria, reumatik, gangguan pembuluh darah, glaukoma, penyakit jantung, hemoroid, hipertensi. Bekam juga memiliki 22 kontraindikasi seperti anemia, hemophilia, wanita hamil, leukemia, nyeri selama prosedur bekam, hipotensi, infeksi, alergi, sepsi (Alam, 2013). 2) Akupuntur dan Akupresur a) Pengertian akupuntur dan akupresur Lebih dari 2500 tahun pembanguan, kekayaan pengalaman telah terakumulasi dalam akupuntur, berbagi penyakit dan kondisi terbukti dapat disembuhkan secara efektif dengan akupuntur. Akupuntur telah digunakan di seluruh dunia, terutama sejak tahun 1970-an. Pengertian akupuntur sendiri secara harfiah berarti tusakan dengan jarum. Sedangkan pengertian akupresur merupakan istilah yang digunakan untuk memberikan rangsangan (stimulasi) titik akupuntur dengan teknik penekanan atau teknik mekanik. Penekanan dilakukan sebagai pengganti penusukan jarum yang dilakukan pada akupuntur dengan tujuan untuk melancarkan aliran energi vital (qi) pada seluruh tubuh (Kemenkes, 2015). b) Pengobatan China dasar Dasar dari pengobatan tradisional China berdasarkan pada hubungan antara pikiran pribadi, tubuh dan spiritualitas. Pengobatan tradisional China menginterpretasikan tubuh 23 sebagai alam semesta, salah satu hukum keseimbangan yang di percaya masyarakat China adalah Yin Yang. Emosi dan mental yang baik akan mempengaruhi tubuh terhadap kerentanan penyakit serta faktor-faktor dari luar seperti pekerjaan, gaya hidup, lingkungan. Berikut adalah konsep dasar pengobatan tradisional China: (a) Lima elemen Konsep lain dalam teori pengobatan tradisional China adalah mengenai tubuh manusia dan alam semesta yang digambarkan terbuat dari lima elemen utama yang ada di alam. Elemen tersebut saling berhubungan satu sama lain dan masing-masing elemen menghasilkan unsur lain atau mengontrol elemen lain. Pengobatan tradisional China menggunakan ini untuk mengkategorikan organ dan menggambarkan elemen, mendiagnosa, dan mengobati kondisi medis. Berikut 5 elemen dalam pengoabtan tradisional China: (1) Kayu berhubungan dengan organ hepar dan kantung empedu (2) Api berhubungan dengan organ jantung dan sistem pencernaan kecil 24 (3) Bumi berhubungan dengan organ limpa dan perut (4) Air berhubungan dengan organ ginjal dan kandung kemih (5) Logam berhubungan dengan paru-paru dan sistem pencernaan besar (b) Meridian Dalam tubuh selain mengalir sistem peredaran darah, sistem saraf, dan sistem getah bening, menurut ilmu pengobatan tradisional China ada juga sistem meridian. Merdian berfungsi sebagai tempat mengalirnya energi vital, penghubung bolak-balik antar organ, bagian-bagian, dan jaringan tubuh, panca indra, titik akupuntur, masuk dan keluarnya penyebab penyakit, serta tempat rangsangan penyembuhan. Melalui sistem meridian ini energi vital dapat diarahkan ke organ atau bagian tubuh yang sedang mengalami gangguan. Pada meridian ini terdapat titik-titik akupuntur dan akupresur yang akan dirangsang dengan tekanan jari atau alat tumpul lain yang tidak menembus kulit dan tidak menimbulkan rasa sakit (Sukanta, 2008). (1) Penggolongan 25 Meridian digolongkan menjadi jalur yang membujur dan melintang. Jalur yang membujur terdiri atas meridian umum, meridian cabang, dan meridian istimewa, sedangkan jalur yang melintang teridiri atas luo dan salurannya. (a) Meridian umum digolongkan berdasarkan yin yang, organ tubuh dan kaki tangan, yang jumlahnya ada 12. i. Yin bersifat pasif, meridian yin dalam tubuh manusia letaknya di sisi depan. Yang bersifat aktif, meridian yang dalam tubuh manusia letaknya di sisi belakang. ii. Organ tubuh menurut ilmu akupuntur terdiri dari enam organ zang (organ padat) yang bersifat yin yaitu paru, jantung, selaput jantung, limpa, ginjal, dan hati. Enam organ fu (organ berongga) bersifat yang yaitu usus besar, usus kecil, tri pemanas, lambung, kandung kemih, dan kandung empedu. Selanjutnya meridian umum ynag berhubungan dengan 26 organ tetentu dalam tubuh diberi nama sesuai dengan nama organ tersebut. iii. Jalur meridian umum melewati anggota gerak tangan dan kaki untuk selanjutnya meridian yang melewati tangan disebut meridian tangan yang dari yin tangan dan yang tangan, demikian juga meridian yang melewati kaki disebut meridian kaki yang terdiri dari yin kaki dan yang kaki. (b) Meridian istimewa Merupakan bagian penting dari sistem meridian yang jumlahnya ada 8 (delapan). Meridian ini tidak berhubungan dengan organ tubuh. Fungsi dari meridian istimewa adalah sebagai regulator dan reservoir dari energi vital (qi) meridian umum. Ada dua jenis meridian istimewa yaitu meridian Konsepsi/Ren (bersifat yin) dan meridian Gubernur/Du (bersifat yang) karena pada kedua meridian istimewa tersebut akupuntur/akupresur tersendiri. terdapat titik 27 (c) Luo merupakan jalur meridian yang melintang dan berasal dari meridian umum, berfungsi untuk mempererat hubungan antara meridian (Kemenkes, 2015). (2) Penamaan Meridian umum diberi nama berdasarkan singkatan dari nama organ mapun meridian istimewa yaitu: Lung (LU): Paru-paru, Large Intestine (LI): Usus Besar, Stomach (ST): Lambung, Spleen (SP): Limpa, Heart (HT): Jantung, Small Intestine (SI): Usus Kecil, Bladder (BL): Kandung Kemih, Kidney (KL): Ginjal, Pericardium (PC): Selaput Jantung, San jiao (SJ): Tri Pemanas, Gallbladder (GB): Kandung Empedu, Liver (LV): Hati, Consepsion Vessel/Ren (CV/RN): Merdian Konsespi, dan Govemoor Vessel/Du (GV/DU: Meridian Gubernur (Focks, 2008). c) Titik akupuntur dan akupresur Titik akupuntur dan akupresur merupakan tempat terpusatnya energi vital (qi) sekaligus merupakan tempat untuk melakukan penekanan atau penusukan jarum sehingga tercapai 28 keseimbangan yin yang dalam tubuh. Ada 3 titik untuk melakukan akupuntur/akupresur (1) Titik akupuntur/akupresur umum adalah titik akupuntur/akupresur yang terletak di jalur meridian umum dan meridian istimewa (2) Titik akupuntur/akupresur ekstra adalah titik akupuntur/akupresur yang terletak di luar jalur meridian umum dan meridian istimewa (3) Titik nyeri adalah titik akupuntur/akupresur yang bukan merupakan titik akupuntur/akupresur umum maupun titik akupuntur/ekupresur ekstra. Pada titik tersebut akan dirasakan nyeri apabila dilakukan penekaan (dalam fase pasif) maupun tidak dilakukan penekanan (dalam fase aktif). d) Cara melakukan akupuntur dan akupresur Pemilihan titik-titik akupuntur/akupresur sangat penting dilakukan dimana titik yang dipilih merupukan tempat penekanan ataupun penusukan jarum untuk mengatasi keluhan gangguan kesehatan tertentu. Keluhan gangguan kesehatan akibat bekerja di tempat kerja yang dapat dilakukan perawatan mandarin akupuntur/ akupresur antara lain: keluhan sakit 29 kepala, sakit leher, mata lelah, nyeri bahu, nyeri pergelangan tangan, nyeri pinggang, nyeri lutut dan stress. Penelitian yang dilakukan oleh Dodik (2012) mengenai pengaruh akupuntur terhadap penurunan nyeri lutut pada pasien osteoatritis didapatkan hasil sebelum dilakukan terapi tingkatan nyeri berada rata-rata pada skala nyeri sedang (4-6) sedangkan setelah dilakukan terapi akupuntur nyeri berkurang menjadi skala ringan (1-3). Penelitian lain yang dilakukan oleh Putri dkk (2014) mengenai pengaruh akupresur terhadap moring sickness menunjukkan hasil rata-rata skor sebelum dilakukan akupresur pada kelompok intervensi lebih tinggi dengan ratarata 8,48 dibandingkan kelompok kontrol yaitu 7,96, sedangkan setelag dilakukan akupresur rata-rata moring sickeness pada kelompok intervensi lebih rendah yaitu 1,28 dan kelompok kontrol sebesar 7,84. Adapun tahapan pelaksanaan akupuntur dan akupresur adalah sebagi berikut: (1) Relaksasi Relaksasi dilakukan dengan memijat tengkuk, bahu, lengan, tangan, pinggang, paha dan kaki dengan menggunakan jari dan telapak tangan, masing-masing sebanyak 5 kali. 30 (2) Menentukkan titik-titik akupuntur/akupresur pada tubuh yang mengalami keluhan (3) Penekanan/pemijatan Pemijatan dilakukan pada titik-titik akupresur sebanyak 2030 kali tekanan, kekuatan tekanan dianggap cukup apabila sepertiga kuku menjadi putih pasa saat penekanan dilakukan. Kekuatan tekanan disesuaikan apabila dilakukan dengan alat bantu tumpul. Pada akupuntur jarum yang ditusukan ke tubuh pasien berlangsung selama 30 menit (Kemenkes, 2015). e) Kontraindikasi Akupuntur dapat menginduksi terjadinya persalinan, wanita hamil tidak dianjurkan untuk menggunakan terapi ini selama masa kehamilan. Pada trimester pertama kehamilan titik-titik tertentu pada daerah abdomen dan lumbal sacral dapat merangsang kontraksi uterus yang kuat. Akupuntur tidak boleh diberikan kepada pasien yang mengalami kondisi darurat, selian itu pada pasien yang menderita tumor ganas bisa menggunakan tercapai ini hanya untuk mengurangi efek samping dari kemoterapi. Akupuntur juga tidak dianjurkan bagi pasien yang menderita kelainan darah (WHO, 2000) 31 b. Cara penyembuhan manual (manual healing methods) Teknik terapi ini berdasarkan manipulasi atau pergerakan dari satu atau lebih dari bagain tubuh. Contohnya: 1) Pijat refleksi a) Pengertian Refleksi diambil dari kata refleks, yaitu suatu istilah yang mengandung makna “gerak yang tak sengaja” atau gerak yang otomatis, atau dapat pula berarti berbalik kembali atau memantul (Hadikusumo, 2000). Teknik pengobatan dengan cara memijat, mengusap tau mengurut, memanaskan atau menghangatkan, atau menusuk sebenarnya adalah keterampilan umum milik semua bangsa yang dilakukan, baik oleh yang ahli ilmu pengobatan maupun orang awam, bahkan oleh anak kecil sekalipun Saat ini terapi pijat refleski telah berkembang di seluruh dunia. Pijat refleksi menjadi salah satu pilihan untuk mengatasi gangguan kesehatan pada manusia. Masyarakat di Indonesia telah banyak memanfaatkan jasa pelayanan pijat refleksi untuk menjaga kesehatan (Kemdendikbud, 2015). b) Mekanisme kerja pijat refleksi Refleksologi adalah pengobatan holistik berdasarkan prinsip bahwa terdapat titik atau area pada kaki, tangan, dan 32 telinga yang terhubung ke bagian tubuh atau organ lain melalui sistem saraf. Tekanan atau pijatan di titik atau area tersebut akan merangsang pergerakan energi di sepanjang saluran saraf yang akan membantu mengembalikan homeostatis (keseimbangan) energi tubuh. Stress, cedera, atau gangguan penyakit dapat menyebabkan keseimbangan energi tubuh terganggu. Ketidakseimbangan energi dapat dirasakan melalui Kristal di titik refleski yang sesuai dengan bagain tubuh yang bermasalah. Kristal tersebut terasa bervariasi dari yang seperti pasir hingga terasa berbentuk benjolan. Kristal tersebut terjadi karena terhalangnya saluran energi. Pijatan di daerah yang bermasalah akan merangsang aliran energi yang akan membongkar halangan dan melancarkan kembali aliran energi. Ketidakseimbangan energi dapat dilihat atau dirasakan melalui tanda-tanda, antara lain mengerasnya kulit, muncul tanda-tanda di kaku (tanda merah dapat menunjukan masalah akut), bau kaki, atau temperatur kaki dan kelembaban kaki yang tidak normal. Pijat refleksi dilakukan dengan memanipulasi di titik atau area refleski untuk merangsang aliran dan pergerakan energi di 33 sepanjang saluran zona yang akan membantu mengembalikan homeostasis (keseimbangan) energi tubuh. Rangsangan pijat refleksi bekerja dari dalam ke luar, memanipulasi energi tubuh agar tubuh memperbaiki gangguan, dan merangsang sistem saraf untuk melepaskan ketegangan (Kemendikbud, 2015). c) Manfaat pijat refleksi Teori Endorphin Pommeranz menyatakan bahwa tubuh akan bereaksi dengan mengeluarkan endorphin karena pemijatan. Endorphin bersifat menenangkan, memberikan efek nyaman, dan sangat berperan dalam regenerasi sel-sel guna memperbaiki bagian tubuh yang sudah rusak. Pijat refleksi juga memberikan manfaat bagi sistem dalam tubuh. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut: (1) Stress, kurang tidur, nyeri kepala, dan sebaginya menimbulkan ketegangan pada sistem saraf. Pijat refleksi dapat sedatif yang berfungsi meringankan ketegangan pada saraf. Karena mempengaruhi sistem saraf, pijat refleksi juga dapat meningkatkan aktivitas sistem vegetasi tubuh yang dikontrol oleh otak dan sistem saraf, yakni sistem kelenjar-hormonal, penelitian yang dilakukan oleh Srilestari (1997) tentang pengaruh pijat refleksi pada 34 penderita non insulin dependen diabetes mellitus didapatka hasil pada kelompok intervensi setelah dilakukan pijat refleksi 5 kali, kadar glukosa darah puasa menurun sebesar 11,7 mg %, sedangkan pada kelompok kontrol meningkat 8,6 mg % dan glukosa dara pospradinal setelah pijar refleksi 5 kali, pada kelompok intervensi menurun 3 mg % sedangkan pada kelompok kontrol meningkat 17,7 mg %. Sistem peredaran darah, Rezky dkk (2015) melakukan penelitian mengenai pengaruh pijat refleksi terhadap tenakan darah pada penderita hipertesi primer didapatkan hasil pada kelompok intervensi mengalami penurunan tekanan darah sitolik yaitu dari 158 mmHg menjadi 152 mmHg dan tekanan darah diastolik mengalami penurunan sebesar 3,44 mmHg sedangkan pada kelompok kontrol tekanan daran sistolik juga mengalami penurunan dari 159 mmHg menjadi 157 mmHg dengan selisih sebesar 2,42 mmHg dan tenakan darah diastoliknya naik sebesar 0,97 mmHg, sistem pencernaan. (2) Mengurangi pegal dan nyeri pada otot ataupun persendian yang diakibatkan penumpukan asam laktat. Pijat refleksi 35 dapat membuat otot dan jaringan lunak tubuh lebih releks dan meregang (Kemendikbud, 2015). c. Pengobatan farmakalogi dan biologi (pharmacologic and biologic treatments) Terapi yang menggunakan bahan-bahan yang tersedia di alam. Contohnya: 1) Obat herbal a) Pengertian Obat herbal adalah obat-obatan yang dibuat dari bahan tumbuan, baik itu tumbuhan yang sudah dibudidayakan maupun tumbuhan liar. Obat herbal merupakan salah satu obat tradisional. Dalam obat tradisional mencakup juga obat yang dibuat dari bahan hewan, mineral, atau gabungan dari bahan hewan, mineral, dan tumbuhan (Mangan, 2009). b) Macam-macam obat herbal Obat herbal dapat dikelompokkan menjadi empat kategori (WHO, 2004), yaitu berdasarkan asal usul, evolusi, dan bentuk penggunaan saat ini. (1) Obat-obatan herbal asli Kategori obat herbal ini secara historis digunakan di masyarakat atau daerah setempat dan sudah digunakan 36 sejak lama dalam hal kompisisinya. Informasi mengenai penjelasan pengobatan dan dosis hanya berdasarkan informasi dari masyarakat saja karena belum adanya label mengenai kemanjuran dan keamanaan dari kategori obat herbal ini. (2) Obat herbal dengan sistem Obat-obatan dalam kategori ini sudah lama digunakan dan mempunyai informasi yang jelas berdasarkan teori dan konsep pengobatan dan diterima secara global. Misalnya Ayurveda, Unani, dan Siddha masuk ke dalam kategori ini. (3) Obat herbal yang dimodifikasi Pada kategori ini obat herbal sudah mengalami modifikasi baik dari cara, bentuk sediaan, dosis, bahan yang digunakan sebagai ramuan obat herbal, cara penggunaan, dan indikasi medis. Pada kategori ini obat herbal yang akan digunakan harus memenuhi persayaratan mengenai keamanan dari lembaga pengawasan obat dan keampuhan dari obat herbal itu sendiri. (4) Produk impor dengan basis obat herbal Kategori ini mencakup semua obat-obatan herbal impor termasuk bahan baku dan produk herbal impor harus 37 terdaftar dan dipasarkan juga di negara asalnya sebelum produk tersebut dipasarkan ke negara lain. Produk obat herbal impor ini juga harus mempunyai data mengenai keamanaan dan kemapuhan baik dari negara asalnya maupun negara yang menerima produk tersebut. c) Penggunaan obat herbal dengan tepat Katno (2008), menyatakan bahwa obat herbal akan bermanfaat dan aman jika digunakan dengan mempertimbangkan enam aspek ketepatan, yaitu: (1) Tepat takaran (dosis) Obat herbal sama seperti obat buatan pabrik yang harus dikonsumsi sesuai dengan dosis, seperti penggunaan daun keji beling (Strobilantus cripus) untuk menghancurkan batu ginjal melebihi dua gram serbuk dalam sekali minum dapat menimbulkan iritasi saluran kemih. Permasalahan dalam ketepatan takaran penggunaan obat herbal karena penentuan takaran umumnya belum banyak didukung oleh hasil penelitian. Peracikan secara tradisional hanya menggunakan segenggam, ketepatannya. ukuran dan tradisional, seruas sehingga seperti sejumput, sulit ditentukan 38 (2) Tepat waktu penggunaan Penggunaan ekstrak kunyit dapat mengurangi nyeri saat menstruasi karena kunyit bersifat abortivum sehingga memiliki efek stimultan pada kontraksi uterus, mengkonsumsi ekstrak kunyit tidak dianjurkan pada awal masa kehamilan, karena akan meningkatkan resiko keguguran. Hal ini menunjukkan bahwa ketepatan waktu penggunaan obat herbal akan sangat menentukan tercapi tidaknya efek yang diharapkan. (3) Tepat cara penggunaan Secara umum, masyarakat menggunakan obat herbal dengan cara direbus untuk mengambil sarinya. Hal ini tidak sepenuhnya dapat digunakan untuk semua jenis obat herbal ataupun tanaman obat, seperti daun kecebung (Datura metel L), daun ini mengandung alkaloid (seperti hiosiamin dan atropin) yang bersifat bronkodilator. penggunaan daun ini tidak boleh dengan cara di rebus karena akan meningkatkan alkaloid dalam darah sehingga akan terjadi keracunan. 39 (4) Tepat pemilihan bahan Obat herbal biasanya diproses menggunakan tanaman obat yang mempunyai beragam spesies sehingga sulit untuk dibedakan. Masyarakat harus lebih teliti dalam pemilihan bahan agar khasiat yang ingin di dapat dapat diperoleh jika terjadi kesalahan dalam membuat ramuan obat herbal maka akan menimbulkan efek samping seperti keracunan. (5) Tepat telaah informasi Perkembangan teknologi informasi meberikan kemudahan akses dalam mencari informasi. Kemudahan akses ini harus didukung dengan pengetahuan dasar yang memadai dan telaah atau kajian yang cukup sehingga tidak akan terjadi kesalahan dalam menerima informasi. Ketidaktahuan bisa menyebabkan obat herbal dapat memimbulkan efek samping yang berbahaya. (6) Sesuai dengan indikasi penyakit tertentu Masyarakat mempunyai banyak pilihan untuk menggunakan obat herbal. Pemilihan jenis obat herbal untuk mengobati suatu penyakit harus dilakukan dengan tepat dan rasio antara keberhasilan terapi dan efek samping 40 yang ditimbulkan harus menjadi pertimbangan dalam pemilihan obat herbal. d) Tanaman obat herbal Beberapa tanaman obat yang biasa digunakan menjadi obat herbal antara lain: (1) Kunyit Termasuk salah satu tanaman suku temu-temuan (Zingiberaceae). Kunyit yang dikenal sebagai penyedap dapat digunakan juga sebagai obat untuk meyembuhkan berbagi penyakit. Kunyit kaya akan kandungan minyak atsiri yang dapat mencegah keluarnya asam lambung yang berlebihan dan mengurangi gerak usus terlalu kuat. Selain minyak atsiri, kunyit juga berkhasiat untuk menyembuhkan gangguan pada hepar dan saluran empedu. Zat aktif yang terkandung dalam kunyit dan efek farmakologis No. Nama Zat Aktif Efek Farmakologis 1 Caffeic acid Merangsang semangat, penyegar, mengurangi rasa letih, antiradang, antikejang, dan antioksidan 2 L-a dan L-b curcumae Penyegar 3 Guanicol Menurunkan kepekaan perbaba dan menekan batuk 4 Protochatechuic acid Merangsang daya tahan tubuh saraf 41 5 Ukanon A, B, C dan D Merangsang daya tahan, stamina, dan kekebalan tubuh (Winarto, 2008) (5) Jahe merah Jahe (Zingiber afficinale Rosc) adalah salah satu tanaman obat yang sering digunakan oleh masyarakat. Pemanfaatan jahe sudah diwariskan secara turun-temurun, seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan dilengkapi dengan penelitian yang mendukung, jahe mulai dimanfaatkan secara komersial. Salah satu jenis jahe yang sering dijadikan obat adalah jenis jahe merah. Zat aktif yang terkandung dalam jahe merah dan efek farmakologi No. Nama Zat Aktif Efek Farmakologis 1 Limonene Menghambat jamur Candida albicans, anticholinesterase, obat flu 2 1,8-cineole Mengatasi ejakulasi premature, anestetik anticholinesterase, perangsang aktivitas saraf pusat, pengaut hepar 3 4 10-dehydroginger-dione, Merangsang 10-ginger-dione, menghambat kerja enzim siklo- 6- keluarnya ASI, gingerdion, 6-gingerol oksigenase, penekan prostaglandin Alpha-linolenic acid Anti-pendarahan di luar haid, 42 merangsang kekebalan tubuh, merangsang produksi getah bening 5 Arginine Mencegah kemandulan, memperkuat daya than sperma 6 Aspartic acid Perangsang saraf, penyegar 7 Betha-sitoserol Perangsang hormone androgen, menghambat hormone estrogen, mencegah hiper-lipoprotein, melemahkan potensi sperma, bahan baku feroid 8 Caprylic-acid Antijamur Candida albicans 9 Capcaisin Merangsang ereksi, menghembat keluarnya enzim 5-lipoksigenase dan siklo-oksigenase, meningkatkan aktivitas kelenjar endokrin 10 Chlorogenic acid Mencegah proses penuaan, merangsang regenerasi sel kulit, farnesal 11 Farnesol Bahan pewangi makanan, parfum, merangsang regenerasi sel normal. (Winarto, 2008) (2) Mengkudu Mengkudu (Morinda citrifolia) yang termasuk anggota family Rubiaceae ini juga dikenal dengan nama keumudee, lengkudu, atau bangkudu pada daerah Sumatra. Nama mengkudu berbeda-beda disetiap daerah. Mengkudu mempunyai beberapa kandungan untuk kesehatan seperti sebagai pencahar, bersifat fiuretik, obat anticacing gelang, 43 menghilangkan hawa lembab pada tubuh, meningkatkan kekuatan tulang, membersihkan darah, meluruhkan haid, melembutkan kulit, serta mengobati batuk (Suharmiati dkk, 2006). Mengkudu mengandung potasium yang tinggi sehingga pasien yang mempunyai gangguan pada ginjal harus berhati-hati karena dapat menyebabkan aritmia dan infark miokard (Hussin, 2001). (3) Alang-alang Alang-alang merupakan tanaman yang berbentuk rumput panjang yang tumbuh merayap di tanah. Alangalang mempunyai nama latin Imperata cylindrical dan mempunyai beberapa nama yang berbeda di setiap daerah contohnya di daerah Sumatera alang-alang dinamakan naleueng lakoe. Beberapa khasiat yang terdapat pada alangalang di antaranya mempunyai sifat penurun panas, peluruh kencing (diuretik), menghentikan pendarahan (hemostatik), menghilangkan haus (Andareto, 2015; Dalimartha, 2007). e) Efek samping Masyarakat yang mengkonsumsi obat herbal harus berhatihati terhadap efek samping. Wanita hamil harus berhati-hati dalam mengkonsumsi obat herbal karena kandungan senyawa 44 pada obat herbal dapat mengakibatkan gangguan pada janin atau masalah pada bayi baru lahir. Penggunaan obat herbal yang dikombinasi dengan obat konvesional dapat merubah farmakokinetik dan farmakodinamik. Interaksi obat herbal dapat menyebabkan terjadinya penurunan atau peningkatan penyerapan, distribusi, metabolisme, dan ekskresi dari obat konvensional (Hussin, 2001). d. Cara lain dalam diagnosa dan pengobatan (unclassified diagnostic and treatment methods) a) Ahli patah tulang Ahli patah tulang adalah seorang praktisi manipulasi sendi. Ahli patah tulang juga dapat didefinisikan sebagai praktisisi yang terbentuk dari sebuah tradisi dan tidak mengikuti pendidikan formal atau pelatihan medis mengenai patah tulang/fraktur. Pengobatan dasar yang dilakukan oleh seorang ahli patah tulang meliputi teknik pembalutan, dislokasi, strain dan sprain, metode awal penyembuhan patah tulang, dan memproduksi minyak untuk memperkuat tulang. Ahli patah tulang mendapatkan ilmu secara turun-temurun tanpa adanya dokumentasi dan prosedur yang jelas mengenai praktik ini (Singh, 2013; Aries, 2007). 45 Beberapa faktor yang mempengaruhi masyarakat memilih ahli patah tulang antara lain karena akses yang mudah, pelayanan yang cepat, takut dengan prosedur medis seperti pemasangan implant dan traksi, kemudahan dan fleksibilitas, percaya dengan tradisi turun-temurun, dan ahli patah tulang dipandang sebagai seorang yang mengobati patah tulang minor (Owumi, 2013). b) Dukun sembur Sebuah profesi tradisional yang ada dalam masyarakat Betawi yang berfungsi membantu orang melahirkan anak. Biasanya dukun beranak adalah perempuan yang sudah berusia lanjut. Selain membantu melahirkan dukun sembur juga membantu pengobatan dengan cara mengolesi ramuan yang dijadikan obat pada tubuh pasien kemudian di bacakan doa-doa khusus atau jampi-jampi. Media penyembuhan yang biasa digunakan oleh dukun sembur seperti air atau ramuan (akar, daun) yang dijampi-jampi lalu disemburkan (Ensiklopedia Jakarta, 2012). 3. Kuntungan dan kekurangan CAM Beberapa keuntungan dan kerugian dalam penggunaan pengobatan komplementer dan alternatif (WHO, 2012), sebagai berikut: a. Keuntungan 1) Kemudahan akses 46 Pengobatan komplementer dan alternatif lebih sering digunakan oleh masyarakat di negara berkembang karena pengobatan ini banyak ditemukan di negara berkembang dan lebih terjangkau dari pada pengobatan konvensional. 2) Terjangkau Kebanyakan masyarakat miskin di negera berkembang membeli obat dengan harga yang tidak sesuai dengan kantung mereka, meskipun layanan pengobatan disekitar mereka menyediakan pengabatan gratis ataupun pengobatan esensial tidak dapat diandalkan serta jauhnya jarak fasilitas kesehatan. 3) Dirasa aman Terapi pengobatan komplementer dan alternatif dikenal dengan masyarakat karena memiliki efek samping yang rendah dibandingkan dengan terapi medis. 4) Berpotensi menyembuhan penyakit Masyarakat yang menggunakan pengobatan komplementer dan alternatif secara umum menganggap bahwa pengobatan ini mempunyai manfaat yang baik khususnya dalam mengobati penyakit kronis. Selain itu masyarakat yang menggunakan pengobatan komplementer dan alternatif biasanya menolak menggunakan pengobatan konvensional. 47 b. Kekurangan 1) Kualitas yang tidak baik Salah satu produk dari pengobatan komplementer dan alternatif adalah obat herbal. Obat herbal yang di produksi masih mempunyai standar yang kurang dalam hal pengawasan. Hal tersebut dapat menyebabkan masalah seperti pemalsuan, kesalahan identifikasi bahan, kontaminasi, dan kurangnya informasi pada label kemasan. 2) Penggunaan yang tidak tepat Penggunaan pengobatan komplementer dan alternatif yang tidak tepat dapat menimbulkan hal yang serius. 3) Informasi yang kurang Kebanyakan konsumen di negara berkembang menggunakan produk pengobatan komplementer dan alternatif untuk mengobati diri mereka sendiri tanpa adanya pendampingan dari orang yang ahli karena pengobatan ini memiliki kebebasan dan harga yang tidak begitu mahal. C. Masyarakat Masyarakat dalam istilah bahasa Inggris adalah society yang berasal dari kata latin socius yang berarti kawan. Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling berinteraksi satu sama lain (Koentjaraningrat, 2009). Pengertian 48 lain mendefinisikan masyarakat sebagai sekelompok manusia yang telah hidup dan bekerja sama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas-batas yang telah ditetapkan dengan jelas (Effendy, 2000). Horton et al (dalam Satria, 2008) mendefinisikan masyarakat sebagai sekumpulan manusia yang relatif mandiri, yang hidup bersama-sama cukup lama, mendiami suatu wilayah tertentu, memiliki kebudayaan sama, dan melakukan sebagian besar kegiatannya dalam sekelompok tersebut. Soerjono Soekanto (dalam Satria, 2008) mencirikan unsur-unsur masyarakat sebagai berikut: a. Manusia yang hidup bersama b. Mereka bercampur untuk waktu yang lama c. Mereka sadar sebagai suatu kesatuan, dan d. Mereka merupakan suatu sitem hidup bersama. D. Penelitian Terkait 1. Onyiapat dkk tahun 2011 melakukan penelitian di Negeria mengenai penggunaan pengobatan komplementer dan alternatif terhadap orang dewasa di Enugu, Nigeria. Penelitian ini menggunakan kuisioner dengan metode cross-sectional dan random sampling di dapatkan hasil sebanyak 732 peserta (37, 2% laki-laki dan 62,8% perempuan) yang usianya 18-65 49 tahun. Sebanyak 620 (84,7%) menggunakan satu atau lebih pegobatan komplementer dan alternatif sedangkan sebanyak 112 (15,3%) tidak menggunakan segala bentuk dari pengobatan komplementer dan alternatif. Alasan utama masyarakat Enugu menggunakan pengobatan ini karena sudah menjadi kebiasaan masyarakat disana dan sebagai sarana promosi serta pemeliharan kesehatan. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Hermalinda dkk tahun 2015 mengenai pengalaman orang tua dalam penggunaan pengobatan alternatif pada anak yang menderita kanker di Jakarta. Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi dengan teknik pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam terhadap 8 orang tua dan dianalisis dengan metode Colaizzi. Hasil pada penelitian ini adalah tidak ada perubahan dan adanya efek jera dalam penggunaan pengobatan alternatif. Orang tua yang memilih menggunakan pengobatan alternatif karena memiliki ketidakpuasan pada pengobatan konvensional. 3. Penelitian yang dilakukan oleh Khan dkk tahun 2015 pemilihan dan kebiasaan menggunakan ahli patah tulang. Penelitian ini menggunakan design observational study. Hasil penelitian ini sebayak 60 perempuan dan 44 laki-laki, 2 (3,3%) pasien tetap memimilih menggunakan pelayanan orthopedic modern, 47 (78,3%) pasien yang menggunakan ahli patah tulang berdasarkan keinginan sendiri dan saran dari keluarga mereka, 20% 50 atas rekomendasi dari teman. Alasan mereka menggunakan pengobatan ahli patah tulang karena percaya, harga yang murah, pelayanan yang cepat dan pelayanannya sama seperti tenaga medis yang ada di rumah sakit. 51 E. Kerangka Teori Masyarakat Medis/konvensional: - Operasi Farmakologi Pengobatan komplementer dan alternatif: - Bekam Akupuntur dan akupresur Pijat refleksi Obat herbal Ahli patah tulang Dukun sembur Pandangan masyarakat terhadap pengobatan komplementer dan alternatif meliputi pengertian, jenis, keuntungan dan kerugian Self perception: pengetahuan, sikap, perasaan, kepribadian, harapan, keinginan, motivasi , keadaan fisik, dan sosial budaya Persepsi External perception: keluarga, orang lain, informasi yang diterima, lingkungan, dan hal baru Bagan 2.1 Kerangka teori: NCCAM (2013), Toha (2003), Rakhmat (2011), (Sobur, 2003) BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL A. Kerangka konsep Variabel penelitian adalah sesutau yang digunakan sebagai ciri, sifat, dan ukuran yang dimiliki atau didapat oleh satuan penelitian tentang suatu konsep pengertian tertentu (Notoatmojo, 2010). Penelitian ini memiliki satu variable yaitu persepsi masyarakat di wilayah Kelurahan Pondok Benda RW 013 Pamulang 2 terhadap pengobatan komplementer dan alternatif. Persepsi Pandangan masyarakat terhadap pengobatan komplementer dan alternatif menurut masyarakat meliputi: pengertian, jenis, keuntungan dan kerugian 52 53 B. Definisi operasional Definisi operasional adalah medefinisikan variabel secara operasional berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat suatu objek atau fenomena. Variabel Usia Definisi Operasional Suatu rentang waktu kehidupan yang diukur dengan tahun berdasarkan tahun yang sudah dilalui oleh responden pada saat pengambilan data Alat Ukur Kuesioner Hasil Ukur 1 = Dewasa awal = 26-35 tahun 2 = Dewasa akhir = 36-45 tahun 3 = Lansia awal = 46-55 tahun 4 = Lansia akhir = 56-65 tahun (Kozier, 2011), (Durkin, 1995) Skala Ordinal Jenis kelamin Status seks antara laki-laki dan perempuan yang dimiliki oleh responden secara biologis yang dibawa sejak responden lahir Kuesioner 1 = Laki-laki 2 = Perempuan Nominal Pendidikan Pendidikan yang sedang berlangsung ataupun pendidikan terakhir responden Kuesioner 0 = Tidak sekolah 1 = Lulus SD 2 = Lulus SMP/SLTPTA 3 = Lusus SMA/SLTA/SMK 4 = Perguruan tinggi (UU nomer 20 tahun 2003) Ordinal 54 Pengalaman menggunakan pengobatan komplementer dan alternative Persepsi tentang pengobatan komplementer dan alternative Berpengalaman menggunakan pengobatan komplementer dan alternative Kuesioner 1= Pernah 2= Tidak pernah Nominal Pandangan masyarakat terhadap pengobatan komplementer dan alternatif meliputi: pengertian, jenis, keuntungan, dan kerugian Suatu persepsi yang dimiliki responden terhadap pengertian pengobatan komplementer dan altenatif dan makanya apabila persepsi positif maka responden tersebut dapat menjawab dengan tepat tentang pengertian pengobatan komplementer dan alternatif Suatu persepsi dimana responden menganggap bahwa bekam tetap memiliki indikasi, kontraindikasi serta harus mempunyai keamanan dalam prosedur tindakan Cut of point: 1. Persepsi positif (skor jawaban ≥ median , 92,00) 2. Persepsi negatif (skor jawaban ≤ median, 92,00) Cut of point: 1. Persepsi positif (skor jawaban ≥ median , 6,00) 2. Persepsi negatif (skor jawaban ≤ median, 6,00) Ordinal Persepsi tentang pengertian pengobatan komplementer dan alternative Menggunakan kusioner yang dibuat sendiri oleh peneliti yang sudah di uji validitas dan reliabilitas berjumlah 28 pernyataan lalu menghitung skor pada pernyataan yang sudah dijawab repsonden dengan cara ukur skala likert Menggunakan kusioner yang dibuat sendiri oleh peneliti yang sudah di uji validitas dan reliabilitas berjumlah 2 pernyataan lalu menghitung skor pada pernyataan yang sudah dijawab repsonden dengan cara ukur skala likert Menggunakan kusioner yang dibuat sendiri oleh peneliti yang sudah di uji validitas dan reliabilitas berjumlah 5 pernyataan lalu menghitung skor pada pernyataan yang sudah dijawab repsonden dengan cara ukur skala likert Menggunakan kusioner yang dibuat sendiri oleh peneliti yang sudah di uji validitas dan reliabilitas berjumlah 5 pernyataan lalu menghitung skor pada pernyataan yang sudah dijawab repsonden dengan cara ukur skala likert Cut of point: 1. Persepsi positif (skor jawaban ≥ median , 18,00) 2. Persepsi negatif (skor jawaban < median, 18,00) Cut of point: 1. Persepsi positif (skor jawaban ≥ median , 18,00) 2. Persepsi negatif (skor jawaban < median, 18,00) 3. Persepsi tentang bekam Persepsi tentang akupuntur dan akupresur Suatu persepsi dimana responden menganggap bahwa akupuntur dan akupresur tetap memiliki indikasi, kontraindikasi serta harus mempunyai keamanan dalam prosedur tindakan 55 Persepsi tentang pijat refleksi Suatu persepsi dimana responden menganggap bahwa pijat refleksitetap memiliki indikasi, kontraindikasi serta harus mempunyai keamanan dalan prosedur tindakan Persepsi tentang obat herbal Suatu persepsi dimana responden menganggap bahwa obat herbal tetap memiliki indikasi, kontraindikasi serta harus mempunyai informasi mengenai keamanan dan kemapuhan dari obat herbal Suatu persepsi dimana responden menganggap bahwa ahli patah tulang tetap memiliki indikasi, kontraindikasi serta harus mempunyai keamanan dalam prosedur tindakan Persespi tentang ahli patah tulang Persepsi tentang dukun sembur Suatu persepsi dimana responden menganggap bahwa dukum semburtulang tetap memiliki indikasi kontraindikasi serta harus mempunyai keamanan dalam prosedur tindakan Persepsi tentang keuntungan dan kerugian pengobatan komplementer dan alternatif Suatu persepsi dimana responden menganggap bahwa pengobatan komplementer dan alternatif tetap mempunyai keuntungandan kerugian Menggunakan kusioner yang dibuat sendiri oleh peneliti yang sudah di uji validitas dan reliabilitas berjumlah 4 pernyataan lalu menghitung skor pada pernyataan yang sudah dijawab repsonden dengan cara ukur skala likert Menggunakan kusioner yang dibuat sendiri oleh peneliti yang sudah di uji validitas dan reliabilitas berjumlah 3 pernyataan lalu menghitung skor pada pernyataan yang sudah dijawab repsonden dengan cara ukur skala likert Menggunakan kusioner yang dibuat sendiri oleh peneliti yang sudah di uji validitas dan reliabilitas berjumlah 2 pernyataan lalu menghitung skor pada pernyataan yang sudah dijawab repsonden dengan cara ukur skala likert Menggunakan kusioner yang dibuat sendiri oleh peneliti yang sudah di uji validitas dan reliabilitas berjumlah 2 pernyataan lalu menghitung skor pada pernyataan yang sudah dijawab repsonden dengan cara ukur skala likert Menggunakan kusioner yang dibuat sendiri oleh peneliti yang sudah di uji validitas dan reliabilitas berjumlah 5 pernyataan lalu menghitung skor pada pernyataan yang sudah dijawab repsonden dengan cara ukur skala likert Cut of point: 1. Persepsi positif (skor jawaban ≥ median , 15,50) 2. Persepsi negatif (skor jawaban < median, 15,50) Cut of point: 1. Persepsi positif (skor jawaban ≥ median , 6,00) 2. Persepsi negatif (skor jawaban < median, 6,00) Cut of point: 1. Persepsi positif (skor jawaban ≥ median , 6,00) 2. Persepsi negatif (skor jawaban < median, 6,00) Cut of point: 1. Persepsi positif (skor jawaban ≥ median , 7,00) 2. Persepsi negatif (skor jawaban < median, 7,00) Cut of point: 1. Persepsi positif (skor jawaban ≥ median , 16,00) 2. Persepsi negatif (skor jawaban < median, 16,00) BAB IV METODELOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian merupakan suatu strategi untuk mencapai tujuan penelitian yang telah ditetapkan dan berperan sebagai pedoman atau penun tun penelitian pada seluruh proses penelitian (Setiadi, 2007). Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan desain deskriptif. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran persepsi masyarakat terhadap pengobatan komplementer dan alternatif pada wilayah Kelurahan Pondok Benda RW 013 Pamulang 2. B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kelurahan Pondok Benda RW 013 Pamulang 2. Tempat ini dipilih oleh peneliti karena belum ada penelitian yang sama dan untuk mengetahui pengobatan komplementer dan alternatif yang umumnya akan digunakan oleh masyarakat. Selain itu tempat ini terdapat seorang warga yang mampu melakukan praktik pengobatan dan alternatif seperti bekam dan pijat refleksi. 2. Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan April-Mei 2017. 56 57 C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah jumlah dari keseluruhan objek yang karakteristiknya tidak ditetapkan (Nursalam, 2008). Populasi dalam penelitian ini adalah semua masyarakat di wilayah Kelurahan Pondok Benda RW 013 Pamulang 2 yang berusia 26 sampai 65 tahun. Populasi pada penelitian ini berjumlah 403. 2. Sampel Sampel adalah bagan populasi yang dipilih dengan sampling tertentu untuk bisa memenuhi atau mewakili populasi (Nursalam, 2008). Penelitian ini menggunakan random sampling yang merupakan cara pengambilan sampel untuk memberikan peluang yang sama kepada setiap anggota populasi untuk terpilih sebagai sampel (Morton, 2009). Teknik random sampling yang digunakan adalah simple random sampling dengan sistem lotre (Gulo, 2010). Sampel ditentukan dengan cara mengambil responden yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Pengambilan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi yang ditentukan oleh peneliti. a. Kriteria inklusi yang ditetapkan adalah 1) Bersedia menjadi responden 2) Memahami bahasa Indonesia 3) Masyarakat yang berusia 26 sampai 65 tahun 58 4) Masyarakat yang pernah menggunakan ataupun belim pernah menggunakan pengobatan komplementer dan alternatif 5) Sehat jasmani dan rohani b. Kriteria ekslusi 1) Menolak untuk berpartisipasi sebagai subjek penelitian 2) Responden tidak dapat diwakilkan oleh orang lain. Perhitungan jumlah sampel dibawah ini menggunakan rumus Slovin untuk menentukan berapa minimal sampel yang dibutuhkan jika ukuran populasi diketahui (Hamdi, 2014), yaitu: N n= 1+N (d2) Keterangan: n: Jumlah sampel N: Populasi d: Derajat kesalahan yang diinginkan Maka pengambilan sampel yang diinginkan adalah: 403 n= 1+ 403 (10%)2 403 = 1+ 4,03 = 403 5,03 59 = 80,11 (dibulatkan 80) Untuk mengantisipasi responden yang droupout, maka total sampel yang diambil sebanyak 80 orang ditambah 10% sehingga sampel penelitian sebanyak 88 orang. D. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian yang digunakan oleh peneliti untuk memperoleh informasi dari responden ialah menggunakan kuesioner 1. Kuesioner Pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah kuesioner atau angket yang disesuaikan dengan tujuan penelitian dan mengacu kepada konsep dan teori yang telah dibuat. Pertanyaan terdiri dari empat bagian yaitu: a. Bagian A berisi tentang data demografi yang meliputi inisial, usia, jenis kelamin, riwayat pendidikan terakhir, dan pengalaman terhadap pengoabtan komplementer dan alternatif. b. Bagian B berkaitan dengan persepsi masyarakat terhadap pengobatan komplementer dan alternatif. 60 Tabel 4.1 Kisi-Kisi Kuesioner Persepsi terhadap pengobatan Positif Negatif Jumlah 1 2 2 Pengertian 3 - 1 Keamanan 4 5, 6 3 Kontraindikasi 7 - 1 Pengertian 8 - 1 Keamanan 9 10, 12 3 Kontraindikasi 12 - 1 Pengertian 13 - 1 Keamanan 14 15 2 Kontraindikasi 16 - 1 Pengertian - - - Keamanan - 17 1 Khasiat - 18 19 2 Pengertian 20 - 1 Kemananan - 21 1 Biaya - - - 22 - 1 - 23 1 Keuntungan 24, 26, 28 - 3 Kekurangan - 25, 27 2 komplementer dan alternative Pengetian Bekam: Akupuntur dan akupresur: Pijat refleksi: Obat herbal: Ahli patah tulang: Dukun sembur/ “ Orang pintar”: Pengertian Keefektifan Berdasarkan skala likert, dengan penilaian untuk pertanyaan positif “sangat tidak setuju” = 1, “kurang setuju” = 2, “ragu-ragu” = 3, 61 “setuju” = 4, “sangat setuju” = 5. Sedangkan untuk pertanyaan yang bersifat negatif diberi nilai “sangat setuju” = 1, “setuju” = 2, “raguragu” = 3, “kurang setuju” = 4, “sangat tidak setuju” = 5. Penelitian ini menggunakan cut of point sebagai nilai tengah untuk mengetahui skor persepi tentang pengobatan komplementer dan alternatif, sehingga dilakukan uji normalitas. Uji normalitas data pada penelitian ini menggunakan Kolmogrov-Smirnov jika nilai p < 0,05, maka distribusi data tidak normal sedangkan jika p > 0,05 maka distribusi data normal (Sopiyudin, 2012). Perhitungan statistik persepsi tentang pengobatan komplementer dan alternatif dan subvariabelnya dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.2 Skor perhitungan statistik persespi tentang pengobatan komplementer dan alternatif beserta subvariabelnya Mean Median KolmogrovSmirnov Persepsi total 93,74 92,00 .001 Pengertian 6,53 6,00 .000 Bekam 18,07 18,00 .000 Akupuntur dan akupresur 18,01 18,00 .011 Pijat refleksi 15,31 15,50 .000 Obat herbal 6,68 6,00 .000 Ahli patah tulang 5,97 6,00 .000 Dukun sembur/”orang pintar” 7,16 7,00 .000 Keuntungan dan kekurangan 16,01 16,00 .005 62 Pada tabel 4.2 diatas didapatkan bahwa data mengenai persepsi tentang pengobatan komplementer dan alternatif berdistribusi tidak normal, sehingga pada penelitian ini menggunakan nilai median sebagai batas tengah atau cut of point. Nilai cut of point untuk persepsi tentang pengobatan komplementer dan alternatif adalah 92,00, apabila persespi positif maka skor hitung ≥ 92,00 dan apabila persespi negatif maka skor hitung ≤ 92,00. Persespi positif pengertian pengobatan komplementer dan alternatif skor hitung ≥ 6,00 dan persespi negatif skor hitung ≤ 6,00. Persepsi positif item bekam skor hitung ≥ 18,00 da persespi negate jika skor hitung ≤ 18,00. Persepsi positif item akupuntur dan akupresur skor hitung ≤ 18,00 dan persespi negatif jika skor hitung ≤ 18,00. Persepsi positif item pijat refleksi skor hitung ≥ 15,50 dan persepsi negatif skor hitung ≤ 15,50. Persepsi positif item obat herbal skor hitung ≥ 6,00 dan persespi negatif skor hitung ≤ 6,00. Persepsi positif item ahli patah tulang skor hitung ≥ 6,00 dan persepsi negatif skor hitung ≤ 6,00. Persespi positif item duku sembur/”orang pintar” ≥ 7,00 dan persepsi negatif skor hitung ≤ 7,00. Persepsi positif item keuntungan dan kerugian skor hitung ≥ 16,00 dan persespi negatif ≤ 16,00. 63 E. Pengumpulan Data 1. Sumber Data Data primer yang didapatkan peneliti adalah langsung dari responden melalui kuesioner yang diberikan oleh peneliti. Sebelum melakukan pengumpulan data peneliti sudah melakukan uji validitas dan uji reliabilitas kuesioner yang digunakan untuk penelitian ini. Responden diminta untuk mengisi sendiri kuesioner yang telah diberikan oleh peneliti dan tidak boleh diwakilkan. Kuesioner yang telah diisi langsung diberikan kepada peneliti. 2. Prosedur Pengumpulan Data Proses-proses pengumpulan data pada penelitian melalui beberapa tahap, yaitu: a. Setelah proposal penelitian disetujui oleh penguji dan pembimbing peneliti membuat kuesioner berdasarkan teroi yang ada b. Selanjutnya peneliti mengambil data setelah mendapatkan surat pemohonan izin penelitian dari Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang ditujukan kepada Kepala Kelurahan Pondok Benda. c. Setelah mendapat persetujuan dari Kepala Kelurahan Pondok Benda, peneliti melakukan pengambilan data yang memenuhi kriteria penelitian 64 d. Meminta kesediaan calon responden yang terpilih agar bersedia menjadi responden setelah mengadakan pendekatan dan memberikan penjelasan tentang tujuan dan manfaat, dan prosedur penelitian serta hak dan kewajiban selama menjadi responden. Responden yang bersedia selanjutnya diminta menandatangani lembar informed consent. e. Memberikan kesempatan kepada responden untuk mengisi kuesioner dan bertanya kepada peneliti bila ada pernyataan yang tidak jelas jelas. f. Mengingatkan responden untuk memeriksa kembali kueisoner yang telah diisi untuk memastikan semua pernyataan diisi dengan baik g. Responden memberikan kembali kueisoner yang sudah diisi oleh reponden untuk diperiksa h. Setelah seluruh pernyataan dalam kuisioner sudah dijawab, maka peneliti mengumpulkan data dan mengucapkan terimakasih. i. Mengolah data dan menganalisa data sesuai uji statistik yang telah ditetapkan oleh peneliti F. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas 1. Uji Validitas Uji validitas merupakan suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur. Suatu kuisioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuisioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu 65 yang akan diukur oleh kuesioner tersebut yaitu variabel ( Hidayat, 2008). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan kuesioner yang dibuat sendiri oleh peneliti. Setelah membuat instrument sesuai dengan aspek-aspek yang akan diukur berlandaskan dengan teori tertentu Uji validitas dilakukan pada masyarakat di Kelurahan Benda Baru sebanyak 30 responden. Uji yang dilakukan adalah menggunakan rumus Pearson Product Moment (Hastono, 2006). Pertanyaan valid apabila r hitung > r tabel, sedangkan pertanyaan dianggap tidak valid jika r hitung < r tabel (0,361) pada n = 30 (Sugiyono, 2016). Hasil uji validitas kuesioner dari 33 pernyataan didapatkan nomor 3, 14, 17, 18, 21, 24, 25, 26, 27, dan 30 tidak valid. Setelah itu peneliti melakukan uji conten validity didapatkan untuk nomor 14, 17, 21, 26, dan 27 tetap dimasukan ke dalam kuesioner karena merupakan pernyataan pokok yang ingin diteliti oleh peneliti dan dilakukan modifikasi , sedangkan untuk nomor 3,18, 24, 25, dan 30 tidak dimasukan karena mempunyai kesamaan makna pada pernyataan sebelumnya. 2. Uji Reliabilitas Reabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap 66 gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini menggunakan uji reliabilitas Alpha Cronbach a> 0,60 (Ridwan, 2007), dalam uji reliabilitas r hasil adalah alpha. Uji reliabilitas untuk jumlah pernyataan sebanyak 33 didapatkan nilai reliabilitasnya adalah 0,842 yang menunjukkan bahwa kuesioner ini bersifat reliabel. G. Teknik Analisa Data Berikut langkah-langkah dalam pengolahan data meliputi editing, coding, processing, cleaning data menurut Hidayat (2008) dengan penjelasan sebagai berikut: 1. Langkah Analisa Data a. Editing Editing adalah kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian dari kueisoner yang telah diisi apakah sudah sesuai, atau apakah sudah lengkap atau belum. Pada proses ini peneliti melakukan pemerikasaan data yang telah terkumpul misalnya, apakah semua pernyataan sudah terisi, apakah penulisannya jelas, dan apakah jawaban yang ditulis relevan dengan perntayaan. b. Coding Memberikan kode tertentu untuk setiap pertanyaan. Dalam coding, data yang terbentuk huruf diubah menjadi data berbentuk angka atau 67 bilangan. Misalnya untuk variabel tingkat pendidikan terakhir diberikan koding 0 = Tidak sekolah, 1= SD, 2= SMP, 3= SMA, 4= Perguruan Tinggi. Proses koding ini untuk mempermudah peneliti saat melakukan analisa data dan mempercepat entery data atau memasukkan data kedalam program komputer SPSS. c. Processing Pemrosesan data dilakukan dengan mengentri data yang sudah diubah dalam bentuk kode kedalam program komputer SPSS. d. Cleaning Data Cleaning data merupakan kegiatan memeriksa kembali data yang sudah dientri, apakah ada kesalahan atau tidak. Setelah proses entery data selesai peneliti mengecek kembali data-data yang telah di entery, dan semuanya data tidak ada yang salah. (Notoatmodjo, 2010). 2. Analisis Univariat Penelitian ini menggunakan analisis univariat. Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian (Sumantri, 2011). Karakteristik responden pada penelitian ini meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir, dan pengalaman terhadap pengobatan komplementer dan alternatif. Analisis univariat dalam penelitian ini menggunakan distribusi frekuensi. Variabel yang akan dianalisis univariat adalah persepsi masyarakat terhadap 68 pengobatan komplementer dan alternatif di wilayah Kelurahan Pondok Benda RW 013 Pamulang 2. H. Etika Penelitian Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menerapkan prinsip etis (Sumantri, 2011) sebagai berikut: 1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity) Peneliti mempertimbangkan hak subjek dalam mendapatkan informasi yang berkaitan dengan berjalannya penelitian. Peneliti mempersiapkan formulir informed concent dalam menghormati harkat dan martabat subjek dalam penelitian, yaitu sebagai berikut: a. Menjelaskan manfaat dan tujuan penelitian b. Menjelaskan resiko yang mungkin dapat muncul serta ketidaknyamanan c. Melakukan persetujuan penelitian dapat menjawab perntayaan yang diajukan sebjek berkaitan dengan prosedur penelitian d. Melakukan persetujan subjek apabila menolak untuk dijadikan subjek penelitian. 2. Menghormati privasi dan kerahasian subjek penelitian (respect for privacy and confidentiality) Peneliti memperhatikan kerahasiaan data subjek dalam penelitian karena tidak semua orang menginginkan informasinya diketahui oleh 69 orang lain, dalam pelaksanaan, peneliti tidak menampilkan informasu identitas responden secara lengkap dalam kuesioner serta alat ukur apapun dalam menjaga anominitas dan kerahasiaan identitas responden. 3. Keadilan dan inklusivitas (repect for justice and inlusiveness) Prinsip keadilan dan keterbukaan dalam penelitian. Penelitian ini dilakukan secara jujur, hati-hati, professional, berperikamusiaan, dan memperhatikan faktor-faktor ketepatan, keseksamaan, kecermataan, intimitas, psikologi dari subjek penelitian. Prinsip keterbukaan mengenai kejelasan prosedur penelitian. Prinsip keadilan menekankan sejauh mana peneliti membagikan keuntungan dan beban yang secara merata kepada semua subjek yang bersedia dalam penelitan 4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing harm and benefits) Peneliti melakuan penelitian ini sesuai dengan proses dan prosedur penelitian untuk mendapatkan hasil yang bermanfaat secara maksimal dan dapat digeneralisasikan dalam tingkat populasi. BAB V HASIL PENELITIAN Bab ini akan memaparkan secara lengkap hasil penelitian persepsi masyarakat terhadap pengobatan komplementer dan alternatif di wilayah Kelurahan Pondok Benda RW 013 Pamulang 2. Peneliti menyebarkan 88 kuesioner di wilayah tersebut, pembagian kuesioner sesuai dengan kriteria inklusi penelitian. A. Gambaran Tempat Penelitian Kelurahan Pondok Benda merupakan kelurahan yang masuk kedalam wilayah Kecamatan Pamulang. Kelurahan ini mempunyai batas wilayah sebagai berikut: 1. Sebelah Utara berbatasan dengan: Kelurahan Bambu Apus 2. Sebelah Barat Laut berbatasan dengan: Kelurahan Benda Barau 3. Sebelah Tenggara berbatas dengan:Kelurahan Pamulang Timur Kelurahan Pondok Benda terdiri dari 33 RW yang salah satunya RW 013 Pamulang 2. RW 013 Pamulang 2 mempunyai jumlah kepala keluarga sebanyak dengan jumlah RT sebanyak 6. Pada RW 013 terdapat seorang yang membuka praktik pengobatan komplementer dan alternatif berupa tindakan bekam dan pijat refleksi. Kelurahan Pondok Benda ini berada dalam wilayah kerja Puskesmas Pondok Benda. 70 71 B. Analisis Univariat Pada penelitian ini, karakteristik responden yang dianalisis adalah sebagai berikut: 1. Data Demografi Pengelompokan responden berdasarkan data demografi digambarkan pada tabel 5.1 berikut: Tabel 5.1 Distribusi frekuensi data demografi masayarakat di Kelurahan Pondok Benda RW 013 Pamulang 2 (N=88) Karakteristik Frekuensi Persentase (%) Usia Dewasa awal (26-35) 29 33 Dewasa akhir (36-45) 19 21,6 Lansia awal (46-55) 21 23,9 Lanisa akhir (56-65) 19 21,6 88 100 Laki-laki 44 50 Perempuan 44 50 88 100 SD 3 3,4 SMP/SLTP 13 14,8 SMA/SLTA/SMK 38 43,2 Perguruan Tinggi 36 38,6 88 100 Pernah 50 56,8 Tidak pernah 38 43,2 88 100 Total Jenis Kelamin Total Pendidikan Terakhir Total Pengalaman CAM Total 72 Berdasarkan tabel diatas didapatkan karakteristik responden berdasarkan usia terbanyak adalah usia dewasa awal (26-35) (33%). Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin memiliki jumlah yang sama yaitu sebanyak 50% laki-laki dan 50% perempuan. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan terakhir terbanyak adalah SMA (43,2%). Karakteristik responden berdasarkan pengalaman terbanyak adalah pernah (56,8%). 2. Gambaran Persespi Pengobatan Komplementer dan Alternatif Pada penelitian ini tingkat persepsi terhadap pengobatan komplementer dan alternatif dikelompokan menjadi positif dan negatif. Persepsi positif apabila nilai jawaban responden lebih besar dari nilai COP median (92,00), sedangkan persepsi negatif apabila nilai jawaban responden lebih kecil dari nilai COP Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Persepsi Pada Masyarakat di Kelurahan Pondok Benda RW 013 Pamulang (N=88) Karakteristik Frekuensi Persentase (%) Positif 47 53,4 Negatif 41 46,6 Total 88 100 Pada tabel 5.2 menggambarkan bahwa tingkat persepsi terhadap pengobatan komplementer dan alternatif responden yang positif sebanyak 47 73 responden atau 53,4% dan yang negatif sebanyak 36 responden atau sebanyak 46,6% 3. Distribusi Proporsi Persepsi Terhadap Pengobatan Komplementer dan Alternatif Berdasarkan Usia Penglompokan responden berdasarkan kategori usia digambarkan pada table 5.3 berikut: Tabel 5.3 Distribusi Persepsi Berdasarkan Usia (N=88) Usia Persepsi terhadap pengobatan Total komplementer dan alternative Dewasa awal Dewasa akhir Lansia awal Lansia akhir Total Positif Negatif 17 12 29 58,6% 41,4% 100% 12 14 21 63,2% 36,8% 100% 7 14 21 33,3% 66,7% 100% 11 8 19 57,9% 42,1% 100% 47 41 88 53,4% 46,6% 100,0% Pada tabel 5.3 menunjukan bahwa persepsi terhadap pengobatan komplementer dan alternatif berdasarkan usia dewasa awal yang memiliki persepsi positif sebanyak 17 responden (58,6%) dan yang memiliki persepsi 74 negatif sebanyak 12 responden (41,4%), usia dewasa akhir yang memiliki persepsi positif sebanyak 12 responden (63,2%) dan yang memiliki persepsi negatif sebanyak 14 responden (36,8%), usia lansia awal yang memiliki persepsi positif sebanyak 7 responden (33,3%) dan yang memiliki persepsi negatif sebanyak 14 responden (66,7%), dan usia lansia akhir yang memiliki persepsi positif sebanyak 11 responden (57,9 %) dan yang memiliki persepsi negatif sebanyak 8 responden (42,1%). 4. Distribusi Proporsi Persepsi Terhadap Pengobatan Komplementer dan Alternatif Berdasarkan Jenis Kelamin Penglompokan responden berdasarkan kategori jenis kelamin digambarkan pada tabel 5.4 berikut: Tabel 5.4 Distribusi Persepsi Berdasarkan Jenis Kelamin (N=88) Jenis kelamin Persepsi terhadap pengobatan Total komplementer dan alternative Laki-laki Perempuan Total Positif Negatif 24 20 44 54,5% 45,5% 100% 23 21 44 52,3% 47,7% 100% 47 41 88 53,4% 46,6% 100,0% Pada table 5.4 Pada tabel ini menunjukkan bahwa persepsi terhadap pengobatan komplementer dan alternatif berdasarkan jenis kelamin, laki-laki 75 yang memiliki persepsi positif sebanyak 24 responden (54,5%) dan yang memiliki persepsi negatif sebanyak 20 responden (45,5%). Sedangkan jenis kelamin perempuan yang memiliki persepsi positif sebanyak 23 responden (52,3%) dan yang memiliki persespi negatif sebanyak 21 responden (47,7%). 5. Distribusi Proporsi Persepsi Terhadap Pengobatan Komplementer dan Alternatif Berdasarkan Pendidikan Terakhir Pengelompokan responden berdasarkan kategori pendidikan terakhir digambarakan pada tabel 5.5 berikut: Tabel 5.5 Distribusi Persepsi Berdasarkan Pendidikan Terakhir (N=88) Pendidikan Persepsi terakhir komplementer dan alternative SD SMP/SLTP SMA/SLTA/SMK Perguruan Tinggi Total terhadap pengobatan Total Positif Negatif 0 3 3 0,0% 100% 100% 8 5 13 61,5% 38,5% 100% 18 13 34 47,4% 52,6% 100% 21 13 34 61,8% 38,2% 100% 47 41 88 53,4% 46,6% 100,0% Pada tabel 5.5 menunjukan bahwa persepsi terhadap pengobatan komplementer dan alternatif berdasarkan jenjang pendidikan terakhir responden. Responden dengan jenjang pendidikan terakhir SD yang 76 memiliki persepsi positif sebanyak 0 responden (0%) dan yang memiliki persespi negatif sebanyak 3 responden (100%), responden dengan jenjang pendidikan terakhir SMP/SLTP yang memiliki persespi positif sebanyak 8 responden (61,5%) dan yang memiliki persepsi negatif sebanyak 5 responden (38,5%), responden dengan jenjang pendidikan terakhir SMA/SLTA/SMK yang memiliki persepsi positif sebanyak 18 responden (47,4%) dan yang memiliki persepsi negatif sebanyak 13 responden ( 52,6%), dan responden dengan jenjang pendidikn terakhir perguruan tinggi yang memiliki persespi positif sebanyak 21 responden (61,8%) dan yang memiliki persespi negatif sebanyak 13 responden (38,2%). 6. Distribusi Proporsi Persepsi Terhadap Pengobatan Komplementer dan Alternatif Berdasarkan Pengalaman Pengelompokan responden berdasarkan pengalaman menggunakan pengobatan komplementer dan alternatif digambarkan pada tabel 5.6 berikut: 77 Tabel 5.6 Distribusi Persepsi Berdasarkan Pengalaman CAM (N=88) Pengalaman Persepsi terhadap pengobatan Total komplementer dan alternatif Pernah Tidak pernah Total Positif Negatif 30 20 50 60,0% 40,0% 100% 17 21 38 44,7% 53,3% 100% 47 41 88 53,4% 46,6% 100% Pada tabel 5.6 menunjukan bahwa persepsi terhadap pengobatan komplementer dan alternatif berdasarkan pengalaman terhadap pengobatan ini. Responden yang pernah menggunakan pengobatan ini sebanyak 30 responden (60%) memiliki persespi yang positif dan responden yang memiliki persespi negatif sebanyak 20 (40%), sedangkan responden yang tidak pernah menggunakan pengobatan ini sebanyak 17 responden (44,7%) memilki persespi yang positif dan responden yang memiliki persespi negatif sebanyak 21 (53,3%). 7. Gambaran Persepsi Tehadap Pengobatan Komplementer dan Alternatif Berdasarkan Item Pernyataan Gambaran persepsi terhadap pengobatan komplementer dan alternatif akan dijelaskan pada tabel dibawah ini mengenai pengertian, jenis pengobatan komplementer dan alternatif seperti: bekam, akupuntur dan 78 akupresur, pijat refleksi, obat herbal, ahli patah tulang, dan dukun sembur/ “orang pintar” serta mengenai keuntungan dan kerugian dari pengobatan ini. Tabel 5.7 Distribusi persespi terhadap pengobatan komplementer dan alternatif (N=88) Persepsi Pengobatan Komplementer dan Alternatif Positif Frekuensi Negatif Pengertian 77 Persentase (%) 87,5 Frekuensi 11 Persentase (%) 12,5 Bekam 55 62,6 33 37,5 Akupuntur dan Akupresur 53 60,2 35 39,8 Pijat Refleksi 44 50 44 50 Obat Herbal 72 80,7 17 19,3 Ahli Patah Tulang 53 60,2 35 39,8 Dukun Sembur/ “Orang 54 62,4 34 38,6 54 62,4 34 38,6 Pintar” Keuntungan dan Kerugian Pada tabel 5.7 menggambarkan bahwa persepsi responden terhadap pengertian pengobatan komplementer dan alternatif yang positif sebanyak 77 responden (87,%) dan yang persepsinya negatif sebanyak 11 responden (12,5%). Persepsi responden terhadap bekam yang positif sebanyak 55 responden (62,6%) dan yang persepsinya negatif sebanyak 33 responden (37,5%). Persepsi responden terhadap akupuntur dan akupresur yang positif sebanyak 53 responden (60,2%) dan yang persepsinya negtaif sebanyak 35 responden (39,8%). Persepsi responden terhadap pijat refleksi yang positif 79 sebanyak 44 responden (50%) dan yang persepsinya negatif sebanyak 44 responden (50%). Persepsi responden terhadap obat herbal yang positif sebanyak 71 responden (80,7%) dan yang persepsinya negatif sebanyak 17 responden (19,5%). Persepsi responden terhadap pengobatan ahli patah tulang yang positif sebanyak 55 responden (60,2%) dan yang persepsinya negatif sebanyak 35 responden (39,8%). Persepsi responden terhadap dukun sembur/ “orang pintar” yang positif sebanyak 54 responden (61,4,%) dan yang persepsinya negatif sebanyak 34 responden (38,6%), dan persepsi responden terhadap keuntungan dan kerugian pengobatan komplementer dan alternatif yang positif sebanyak 54 responden (61,4%) dan yang persepsinya negatif sebanyak 34 responden (38,6%). BAB VI PEMBAHASAN Bab ini akan menjelasakan hasil penelitian dan keterbatasan penelitian. Interpretasi hasil akan membahas mengenai hasil penelitian yang dikaitkan dengan teori yang ada pada tinjauan pustaka, sedangkan keterbatasan penelitian akan memaparkan keterbatasan yang terjadi selama penelitian. A. Karakteristik Responden Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa usia mayoritas responden termasuk dalam kategori usia dewasa awal (26-35 tahun) sebanyak 29 orang (33%). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Onyiapat (2011), penelitian ini dilakukan di Nigeria dengan jumlah responden terbanyak yaitu usia 26-41 tahun. Menurut teori Durkin (1995) usia 26-35 tahun sudah dapat menentukkan suatu pilihan dan dapat menyelesaikan masalah-masalah dalam kehidupan mereka. Pada seluruh responden yang berjumlah 88 orang, didapatkan sebanyak 44 (50%) orang berjenis kelamin laki-laki dan 44 (50%) berjenis kelamin perempuan. Pada penelitian ini jumlah responden berdasarkan jenis kelamin mempunyai jumlah yang sama. Dahilig (2012) melakukan penelitian pada masyarakat Filipina mengenai pravelensi, persepsi dan prediktor terhadap penggunaan pengobatan komplementer dan alternatif hasilnya menunjukkan 80 81 bahwa responden mayoritas adalah perempuan (60,3%) sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Onyiapat (2011) tentang penggunaan pengobatan komplementer dan alternatif pada orang dewasa di Enugu, menunjukkan hasil mayoritas responden adalah laki-laki, ini menunjukkan bahwa hasilnya akan berdeda-beda disetiap wilayah dan tergantung dengan cara pengambilan sampelnya. Mayoritas responden memiliki pendidikan terakhir SMA yaitu sebanyak 38 orang (43,2%), terbanyak kedua adalah responden dengan pendidikan terakhir Sarjana/ Diploma yaitu sebanyak 36 orang (38,6%), Wied Hary (1996) (dalam Notoatmodjo, 2012), menjelaskan bahwa, pendidikan akan berdampak pada tingkat pengetahuan seseorang. Seseorang yang memiliki pendidikan tinggi akan mempunyai wawasan yang lebih luas dibandingkan dengan seseorang yang berpendidikan lebih rendah. Toha (2008) menyebutkan bahwa salah satu faktor yang dapat mempengaruhi terbentuknya persespi yaitu faktor eksternal, dimana faktor eksternal ini salahsatunya berasal dari pengetahuan individu. Responden yang pernah mempunyai pengalaman terhadap pengobatan komplementer dan alternatif sebanyak 50 orang (56,8%), sedangkan responden yang tidak pernah mempunyai pengalaman terhadap pengobatan ini sebanyak 38 orang (43,2%). Pengalaman merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi persespi individu (Rakhmat, 2011). 82 B. Gambaran Persespi Masyarakat Terhadap Pengobatan Komplementer dan Alternatif Persepsi adalah proses di mana individu mengatur dan menginterprestasikan kesan-kesan sensoris mereka guna memberikan arti bagi lingkungan mereka (Robbins dan Judge, 2008). Persepsi dapat diinterperestasikan dengan baik atau persepsi yang positif maupun persepsi yang negatif (Walgito, 2004), persepsi ini seperti file yang sudah tersimpan rapi di dalam alam pikiran bawah sadar seseorang individu. File itu akan segera muncul jika ada stimulus yang merangsangnya. Persepsi merupakan hasil kerja otak dalam memahami atau menilai suatu hal yang terjadi di sekitarnya (Waidi, 2006). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 88 responden 47 orang (53,4%) mempunyai persepsi yang positif terhadap pengobatan komplementer dan alternatif, sedangkan responden yang mempunyai persespi negatif sebanyak 41 orang (46,6%). Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan di Nigeria sebanyak 44,6% mempunyai persepsi yang positif terhadap pengobatan komplementer dan alternatif (Ejimah, 2015). 1. Persepsi berdasarkan usia Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas responden kategori usia dewasa akhir sebanyak 12 orang (63,2%) memiliki persepsi yang positif. Pada penelitian ini usia tersebut sudah mampu untuk menyelesaikan masalah dalam hidupnya (Durkin, 1995), mempunyai pola pikir yang stabil, dan merasa positif dengan diri sendiri (Muhith, 2015). Hal ini didukung oleh 83 (Notoadmojo, 2010) menyatakan bahwa usia seseorang berkaitan dengan bertambahnya pengalaman, dimana pengalaman tersebut akan meningkatkan pengetahuan dan kematangan seseorang dalam menhadapi masalah. Pengalaman dan pengetahuan juga merupakan salah satu faktor yang akan memperngaruhi persepsi. Penelitian ini sejalan dengan Berikani (2014) yang meneliti praktisi pengobatan komplementer dan alternatif berdasarkan pengetahuan dan sikap, penelitian ini sebagian besar berusia 25 tahun keatas dan hasilnya sebanyak 96,4 % memiliki persepsi yang positif mengenai keuntungan dalam menjalankan praktik pengobatan ini. 2. Persepsi berdasarkan jenis kelamin Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jenis kelamin laki-laki mempunyai persespi yang positif yaitu sebanyak 24 orang (54,5%). Laki-laki lebih memilih membaca informasi-informasi faktual daripada cerita dan hanya mencari informasi tertentu yang diinginkannya daripada membaca dari awal sampai akhir (Santana, 2007). Ejimah (2015) meneliti mengenai penggunaan pengobatan komplementer dan alternatif pada pekerja di Negeria, didapatkan hasil sebanyak 62,3 % berjenis kelamin laki-laki, pada penelitian tersebut mayoritas reponden memiliki persepsi positif terhadap pengobatan komplementer dan alternatif serta vitamin untuk meningkatkan daya tahan tubuh. 84 3. Persespi berdasarkan tingkat pendidikan Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden dengan tingkat pendidikan akhir perguruan tinggi mempunyai persepsi yang positif yaitu sebanyak 21 orang (61,8%). Tingkat pendidikan akan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang, diharapkan dengan pendidikan yang tinggi maka individu akan memiliki wawasan yang luas. Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek, yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek ini yang akan menentukan sikap seseorang semakin banyak aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap semakin positif terhadap objek tertentu (Wawan dan Dewi, 2010). Toha (2008) menyebutkan bahwa salah satu faktor yang dapat mempengaruhi terbentuknya persespi yaitu faktor eksternal, dimana faktor eksternal ini salah satunya berasal dari pengetahuan individu. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Roy (2015), pada penelitian tersebut peneliti membandingkan persepsi antara dokter dengan pasien mengenai pengobatan komplementer dan alternatif hasilnya secara umum sebanyak 58% dokter memiliki persepsi yang positif terhadap pengobatan komplementer dan alternatif. 4. Persespi berdasarkan pengalaman terhadap pengobatan komplementer dan alternatif Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang pernah menggunakan pengobatan komplementer dan alternatif sebanyak 30 orang 85 (60,0%) memilki persepsi yang positif. Pengalaman merupakan sumber pengetahuan atau pengalaman merupakan suatau cara memperoleh kebenaran pengetahuan (Notoatmodjo, 2012). Pengetahuan dan pengalaman merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi persespi seseorang (Rahkmat, 2011). Penelitian ini meneliti masyarakat baik yang pernah menggunakan ataupun belum pernah menggunakan pengobatan komplementer dan alternatif sehingga sudah mengetahui dengan baik mengenai manfaat, keamanan prosedur, dan efek samping yang akan timbul, Honda dkk (2005) melakukan penelitian terhadap pengguna dan non pengguna dari pengobatan komplementer dan alternatif di Amerika, di dapatkan hasil mayoritas responden mempunyai persepsi yang positif terhadap pengobatan ini. Sridhar (2017) melakukan penelitian di Uni Emirates Arab terhadap masyarakat yang menggunakan pengobatan ini, hasilnya sebanyak 51,6% memiliki persepsi yang positif tentang keuntungan, keamanan dan keefektifan dari pengobatan komplementer dan alternatif ini. 5. Persepsi Tentang Pengertian Pengobatan Komplementer dan Alternatif Persepsi responden terhadap pengertian pengobatan komplementer dan alternatif adalah persepsi yang positif dengan jumlah 77 orang (87,5%). Pernyataan yang dijawab tepat ini dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan yaitu jumlah terbanyak rata-rata responden adalah yang pendidikan terakhirnya SMA dan perguruan tinggi. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ejima (2015), penelitian ini menunjukkan 86 bahwa sebanyak 164 responden (73,9%) mempunyai pengetahuan yang cukup baik terhadap pengobatan komplementer dan alternatif. Menurut Waidi (2006) setiap individu mempunyai kecenderungan dalam menilai suatu objek yang sama dengan cara yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu salah satunya faktor pengetahuan. 6. Persepsi Tentang Jenis Pengobatan Komplementer dan Alternatif a. Persespi Tentang Bekam Persepsi responden terhadap pengobatan komplementer dan alternatif bekam sebanyak 55 responden (62,6%) memiliki persepsi yang positif. Mayoritas responden mengetahui bahwa bekam merupakan tindakan yang hanya boleh dilakukan oleh seorang tenaga ahli, bekam merupakan sebuah terapi dengan mengelurakan darah kotor dan responden mengetahui bahwa bekam mempunyai kontraindikasi terhadap penyakit tertentu. Penelitian ini sejalan dengan Razzaq (2013) mayoritas responden mempunyai persepsi yang positif dimana 59,6% setuju bahwa bekam efektif dan mempunyai efek samping. b. Persepsi Tentang Akupuntur dan Akupresur Persepsi responden terhadap akupuntur dan akupresur sebanyak 53 orang (60,2%) mempunyai persepsi yang positif terhadap pengobatan ini. Mayoritas responden mengetahui bahwa akupuntur dan akupresur hanya boleh dilakukan oleh seorang tenaga terapis yang ahli, serta mengetahui tehnik pengobatan ini yang dilakukan pada titik-titik tubuh dan 87 mengetahui bahwa pengobatan ini mempunyai kontraindikasi terhadap penyakit tertentu. Chan (2015) melakukan penelitian dengan metode kualitatif kepada pengguna dan non pengguna akupuntur didapatkan hasil yang berbeda antara kedua kelompok tersebut. Kelompok pengguna mempunyai persespi yang positif mengenai keefektifan dan efek samping, sedangkan untuk kelompok bukan pengguna mempunyau persespi yang negatif terhadap pengobatan ini karena menganggap pengobatan ini tidak mempunyai kejelasan informasi mengenai klinik, mempunyai resiko tinggi, dan tidak terstandarisasi. c. Persepsi Tentang Pijat Refleksi Persepsi responden terhadap pengobatan pijat refleksi memiliki jumlah yang sama yaitu sebanyak 44 orang (50%) mempunyai persepsi yang positif dan persepsi yang negatif, hal ini karena responden mempersepsikan bahwa pijat refleksi sama dengan pijat pada umumnya sehingga pijat refleksi dirasa aman jika dilakukan oleh orang yang bukan tenaga ahli pada bidang ini, selain itu juga responden mempersepsikan bahwa pijat refleksi tidak dikontraindikasikan pada kondisi kesehatan tertentu. Haswani (2016) melakukan penelitian mengenai pijat refleksi secara kualitatif, didapatkan hasil bahwa pijat refleksi saat ini telah diterima sebagai salah satu cara untuk menjaga kesehatan. Penelitian ini menunjukkan masih adanya batasan pada praktik pengobatan ini, seperti masih ada klinik pijat refleksi yang melakukan prosedur tindakan dengan 88 tidak benar atau tenaga ahli yang kurang profesional sehingga menyebabkan efek samping yang memperparah kondisi kesehatan pasien. Masalah ini dapat mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap keefektifan dan keamanan dari pijat refleksi. d. Persepsi Tentang Obat Herbal Persepsi responden terhadap obat herbal sebanyak 77 orang (80,7%) mempunyai persepsi yang positif. Mayoritas responden mengetahui bahwa obat herbal tetap mempunyai efek samping dan informasi mengenai khasiat kurang jelas. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Gyasi (2011), menyatakan bahwa sebanyak 37 orang (52,9%) menyatakan bahwa penggunaan obat tradisional herbal tidak aman digunakan karena dalam proses produksi tidak menggunakan standar yang benar mengenai kebersihan dan standar dosis yang tepat . Penggunaan produk dan suplemen obat herbal telah meningkat secara pesat beberapa tahun belakang ini, kurang lebih 80% orang di seluruh dunia pernah menggunakan obat herbal. Obat herbal dapat berpotensi menyembuhkan penyakit namun obat herbal sendiri tetap mempunyai efek samping ataupun khasiat yang belum teruji secara klinis sehingga masyarakat perlu mengetahui mengenai cara kerja, kontraindikasi, dan interaksi dengan obat-obatan konvensional (Ekor, 2014). e. Persepsi Tentang Ahli Patah Tulang 89 Persepsi responden terhadap pengobatan ahli patah tulang sebanyak 53 orang (60,2%) mempunyai persespi yang positif. Mayoritas responden mengetaui bahwa ahli patah tulang tidak mengikuti pendidikan mengenai patah tulang dan mengetahui berobat ke ahli patah tulang tetap mempunyai terjadinya komplikasi yang akan memperparah keadaan. Pada penelitian ini berdeda dengan penelitian yang ada mengenai pengobatan ahli patah tulang, peneliti hanya meneliti responden berdasarkan pengalaman terhadap pengobatan komplementer dan alternatif secara umum saja. Edusai (2015) melakukan penelitian pada pasien fraktur di Ghana, menyatakan bahwa masyarakat mempunyai persepsi yang baik mengenai pelayanan yang diberikan oleh pengobatan ahli patah tulang kecuali beberapa masalah mengenai kebersihan pada tempat praktik. Pada penelitian ini masalah mengenai komplikasi yang timbul tidak dijadikan sebagai objek penelitian. f. Persepsi Tentang Dukun Sembur/”Orang Pintar” Persepsi responden terhadap pengobatan duku sembur/ “orang pintar” sebanyak 54 orang (61,4 %) mempunyai persespi yang positif. Responden mengetahui bahwa praktik pengobatan ini tidak efektif digunakan sebagai terapi pengobatan. Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Syuhudi dkk (2012) menyatakan bahwa masyarakat di Makassar masih mempunyai persepsi yang negatif karena masyarakat disana masih mempercayai bahwa praktik perdukunan efektif 90 dapat menyembuhkan penyakit. Masyarakat yang masih mempercayai praktik pengobatan ini biasanya disebabkan oleh pengetahuan dan pengalaman mereka. Pengetahuan dan pengalaman merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi persespi seseorang (Walgito, 2004). 7. Persepsi Tentang Kelebihan dan Kekurangan Pengobatan Komplementer dan Alternatif Persespi terhadap kelebihan dan kekurangan pengobatan komplementer dan alternatif sebanyak 54 orang (61,4%) mempunyai persespi yang positif. Pengobatan komplementer dan alternatif mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihan pegobatan ini yaitu bersifat alami, lebih hemat biaya dan lebih praktis dibandingkan pengoabtan konvensional sedangkan untuk kekurangan pengobatan komplementer dan alternatif yaitu kurang memberikan informasi mengenai kejelasan khasiat serta masih kurangnya bukti mengenai keefektifan praktik pengobatan ini (WHO, 2012). Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Bahall (2015), menyebutkan bahwa pasien jantung yang menggunakan terapi pengobatan ini setuju bahwa pengobatan komplementer dan alternatif lebih bersifat alami, mengatasi keterbatasan pengobatan konvensional, kurang memberikan informasi mengenai khasiat dan informasi ilmiah. 91 C. Keterbatasan Penelitian Peneliti menyadari adanya keterbatasan dalam pelaksanaan penelitian ini. Keterbatasan penelitian tersebut anatara lain adalah sebagai berikut: 1. Dalam penelitian ini tidak bisa di generalisasi karena dilakukan pada satu area, sehingga mungkin hasilnya akan berbeda dengan wilayah lainnya. BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Penelitian mengenai persespi masyarakat terhadap pengobatan komplementer dan alternatif di wilayah Kelurahan Pondok Benda Pada RW 013 Pamulang 2 dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, usia responden sebagian besar adalah kategori usia dewasa awal yaitu sebanyak 29 orang (33%). Persentase jenis kelamin memiliki jumlah yang sama antara laki-laki dan perempuan yaitu sebanyak 44 (50%) orang untuk masing-masing kategori jenis kelamin. Mayoritas responden memiliki pendidikan terakhir yaitu SMA sebesar sebanyak 38 orang (43,2%). Persentase responden yang mempunyai pengalaman terhadap pengobatan komplementer dan alternatif sebanyak 50 orang (56,8%). 2. Hasil penelitian ini menunjukkan secara umum masyarakat mempunyai persespi yang positif terhadap praktik pengobatan ini sebanyak 47 orang (53,4%). Persepsi tentang bekam 55 orang (62,%) mempunyai persespi yang positif. Persepsi tentang akupuntur dan akupresur sebanyak 53 orang (60,2%) mempunyai persespi yang positif. Persespi terhadap pijat refleksi sebanyak 44 orang (50%) mempunyai persepsi yang positif dan 44 orang (50%) memiliki persepsi yang negatif. Persepsi terhadap obat herbal 92 93 masyarakat sebagian besar mempunyai persepsi yang positif yaitu sebanyak 77 orang (80,7%). Persepsi terhadap ahli patah tulang masyarakat yang mempunyai persespi positif sebanyak 53 orang (60,2%), dan persepsi masyarakat terhadap pengobatan dengan dukun sembur/ “orang pintar” sebanyak 54 orang (61,2%) memiliki persespi yang positif. Persespi terhadap keuntungan dan kekurangan pengobatan komplementer dan alternatif sebanyak 54 orang (61,4%) mempunyai persepsi yang positif. 3. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi berdasarkan: jenis kelamin laki-laki sebanyak 24 (54,5%) mempunyai persespi yang positif, usia dewasa akhir sebanyak 12 (63,2%) memiliki persepsi yang positif, tingkat pendidikan terakhir yaitu perguruan tinggi sebanyak 21 (61,2%) mempunyai persepsi yang positif dan mayoritas responden memiliki persepsi yang positif berdasarkan pengalaman pernah menggunakan pengobatan komplementer dan alternatif yaitu sebanyak 30 (60,0%). B. Saran 1. Bagi masyarakat, agar masyarakat dapat mengetahui keefektifan tentang pengobatan komplementer dan alternatif, serta dapat memilih pengobatan komplementer dan alternatif yang mempunyai standar prosedur yang jelas dan benar. 94 2. Bagi institusi pendidikan, penelitian ini diharapkan dapat menjadi landasan dan acuan dalam mengembangkan ilmu pembelajaran dan dapat menjadi sumber informasi mengenai pengobatan komplementer dan alternatif. 3. Bagi peneliti selanjutnya, dapat melakukan penelitian ini dengan menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan metode wawancara agar mendapatkan hasil persepsi yang lebih mendalam dan membahas lebih mendalam mengenai pengalaman terhadap pengobatan komplementer dan alternatif. DAFTAR PUSTAKA Alam, Tanwir et al. 2013. Leech Therapy (Taleeq): Indication, Contraindication and Standard Operative Procedures (SOPS). Journal of Biological and Scientific Opinion: Moksha Publishing House. India Aldjoefrie, Mohamad Riza. 2015. Bekam Hijamah Menurut Sains dan Kedokteran Modern. Surabaya Andareto, Oki. 2015. Apotik Herbal di Sekitar Anda. Jakarta: PT. Serambi Distribusi Aries, Marcel J et al. 2007. Fracture Treatment by Bonesetters in Central Ghana: Patients Explain Their Choices and Experiences. Journal Tropical Medicine and International Health. Department of Neurology, University of Groningen. Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC Bahall dan Edwards. 2015. Perception of Complementary and Alternative Medicine Among Cardiac Patients in South Trinidad: A Qualitative Study. University Of The West Indies, St. Agustine, Trinidad and Tobago Barnes et al. 2008. Complementary and Alternative Medicine Use Among Adults and Children: United States. Journal of National Center for Health Statistics. USA Barikani, Ameneh. 2014. Knowledge, Attitude and Practice of General Practitioners Towards Complementary and Alternative Medicine: A Cross-Sectional Study. Tehran University of Medical Sciences Journal Chan, Kara. 2015. Attitudes Toward Acupunnture in Hongkong. International Journal of Pharmaceutical and Health Care Marketing Dalimartha, Setiawan. 2007. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 4. Jakarta: Puspa Swara Devananda, Swami V. 1988. The Complete Illustrated Book Of Yoga. New York: Three River Press Dodik dkk. 2012. Pengaruh Terapi Akupuntur Terhadap Penurunan Nyeri Lutut Pada Pasien dengan Osteoartritis di Praktik Klinik Perawatan Mandiri Latu Usadha Abiansemal. Jurnal Keperawatan Universitas Udayana Durkin, Kevin. 1995. Developmental Social Psychology: From Infancy to Old Age. New Jersey: Wiley-Blackwell Edusei, Anthony. 2015. Prespectives in Musculoskeletal Injury Management By Traditional Bone Setters in Ashanti, Ghana. African Journal of Disability 4 Effendi, Nasrul. 2000. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC Elolemy, Ahmed T dan Albedah, Abdullah M.N. 2012. Public Knowledge, Attitude and Practice of Complementary and Alternative Medicine in Riyadh Region, Saudi Arabia: Oman Medical Journal, vol. 27 Ekor, Martins. 2014. The Growing Use of Herbal Medicines: Issues Relating to Adverse Reaction and Challenges in Monitoring Safety. Journal of Department of Pharmacology, University of Cape Coast, Ghana Focks, Claudia. 2008. Atlas of Acupunture. New York: Elsevier Grant, J Emily. 2013. Medical Music Therapy: Medical and Nursing Student Perception and Barries to Program Implementation. Florida State University. Thesis Gulo, W. 2010. Metodologi Penelitian. Jakarta: Grasindo Gyasi, Razak M. 2011. Public Perceptions of The Role of Traditional Medicine in The Health Care Delivery System in Ghana. Global Journal of Health Science Hadikusumo. 2000. Kop, Moksibasi, dan Pijat Refleksi. Jakarta: Kanisius Hamdi, Asep. 2014. Metodologi Penelitian Kuantitatif Aplikasi Dalam Pendidikan. Yogyakarta: Deepulish Haswani, Nurul et al. 2016. Perspectives on Reflexology: A Qualitative Approach. Journal of Traditional and Complementary Medicine Hermalinda dkk. 2015. Pengalaman Orang Tua Dalam Penggunaan Pengobatan Alternatif Pada Anak yang Menderita Kanker di Jakarta. Jurnal Keperawatan Universitas Indonesia Hidayah, Zulyani. 2015. Ensiklopedia Suku Bangsa di Indonesia. Jakarta: Pustaka Obor Indonesia Hidayat, Alimul Aziz, 2008. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika http://www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/detail/471/Dukun-Sembur diakses pada tanggal 12 Januari 2017 pukul 7.14 WIB Hude, M. D. 2006. Emosi: Penjelajah Religio-Psikologi Tentang Emosi Manusai di Dalam Al-Quran. Jakarta: Erlangga Hussin, Abas. 2001. Adverse Effects of Herbs and Drug-Herbal Interactions. Malaysian Journal of Pharmacy, Universiti Sains Malaysia Ivancevich, John M dkk. 2007. Perilaku dan Manajemen Organisasi. Jakarta: Erlangga Kamaludin, Ridlwan. 2010. Pengalaman Pasien Hipertesni yang Menjalani Terapi Alternatif Komplementer Bekam Di Kabupaten Banyumas. Jakarta: Faklutas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Tesis Kasmui. 2014. Bekam Terapi Modern: Cara Membekam dengan Betul. Jakarta: AsSabil Katno. 2008. Tingkat Manfaat, Keamanan dan Efektifitas Tanaman Obat dan Obat Tradisional. Jakarta: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TO-OT), Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI Kementrian Kesehatan RI. 2011. Integrasi Pengobatan Tradisional dalam Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI Kementrian Kesehatan RI. 2015. Panduan Akupresur Mandiri Bagi Pekerja di Tempat Kerja. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI. 2015. Ilmu Pijat Pengobatan Refleksi Relaksasi. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI Khan, Imran et al. 2015. Traditional Bone Setters: Preference and Patronage. The Professional Medical Journal Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta Kozier, Erb. 2011. Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC Lindquist, Ruth et al. 2014. Complementary and Alternative Therapies in Nurisng. New York: Springter Publishing Company Mangan, Yellia. 2009. Solusi Sehat Mencegah dan Mengatasi Kanker. Jakarta: Agro Media Pustaka McFadden, Kristina L et al. 2010. Attitudes Towards Complementary and Alternative Medicine Infulence Its Use. Elsevier Inc Mei Chi, Lee et al. 2016. The Effectiveness of Cupping Therapy on Relieving Chronic Neck and Shoulder Pain: A Randomized Controlled Trail. Journal of National Institute of Health. USA Nilawati, Sri. 2008. Care Yourself: Kolesterol. Jakarta: Penebar Plus Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Promosi Kesehatan Dan Ilmu Perilaku. Jakarta: PT. Rineka Cipta Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metode Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Onyiapat et al. 2011. Complementary and Alternative Medicine Use Among Adults in Enugu, Nigeria. Journal of Nursing: Department of Nurisng Sciences College of Medicine University of Nigeria Owumi, B. E et al. 2013. Utilization of Traditional Bone-Setter in The Treatment of Bone Fracture in Ibadan North Local Government. International Journal of Humanities and Social Science Invention Vol 2 Pooya, Ali A dan Emami. 2014. Perceptiona and Use of Complementary and Alternative Medicine Among Children and Adults With Epilepsy: The Importance of The Decision Makers. Traditional Medicine and History of Medicine Research Center, Shiraz University of Medical Sciences, Iran Putri, Hikma A dkk. 2014. Pengaruh Akupresur Terhadap Morning Sickenss di Kecamatan Magelang Utara Tahun 2014. Jurnal Keperawatan Universitas Muhammadiyah Magelang Rakhmat, Jalaluddin. 2011. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya Razzaq et al. 2013. Public Awarenness Towards Cupping Therapy in Karaci. Pakistan Journal of Medicine and Dentistry Rezky, Rindang A dkk. 2015. Pengaruh Terapi Pijat Refleksi Kaki Terhadap Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Primer. Jurnal Keperawatan Universitas Riau Richard F, Morton. 2009. Epidemologi dan Biostatistika. Jakarta: EGC Robbins dkk. 2008. Perilaku Organisasi, edisi 12. Jakarta: Salemba Empat Roy, Vandana. 2015. Perception, Attitude and Usage of Complementary and Alternative Medicine Among Doctors and Patients in A Tertiary Care Hospital in India. Indian Journal of Pharmacology Santana, Septiawan. 2007. Menulis Ilmiah Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Obor Indonesia Satria, Arif. 2014. Pengantar Sosiologi Masyarakat Pesisir. Jakarta: Pustaka Obor Indonesia Setiadi. 2007. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu Setiyaningsih, Yuni. 2012. Hubungan Antara Persepsi dengan Sikap Masyarakat Terhadap Pengobatan Komplementer dan Alternatif di Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo. Jurnal Universitas Muhammadiyah Surakarta Singh, Paramvir et al. 2013. Tradisional Bone Setting: Origin and Practice. International Journal of Therapeutic Application. Punjabi University. Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia Sopiyudin. 2012. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Penerbit Salemba Sridhar, Sathuik B et al. 2017. Assessment of Perception, Experience, and Information-Seeking Behavior of The Public of Ras Al-Kaimah, Uni Emirates Arab, Toward Usage and Safety of Complementary and Alternative Medicine. Journal of Pharmacy and Bio Allied Sciences Srilestari, Adiningsih. 1997. Pengaruh Pijat Refleksi Pada Penderita Non Insulin Dependen Diabetes Melitus di RSUPN. Dr. Cipto Mangunkusumo Tahun 1997. Universitas Indonesia: Tesis Suharmiati dan Handayani. 2005. Ramuan Tradisional untuk Keadaan Darurat di Rumah. Jakarta: Agromedia Pustaka Sugiyono. 2016. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta Sukanta. 2008. Pijat Akupresur Untuk Kesehatan. Jakarta: Penebar Plus Sumantri, Arif. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Kencana Sunaryo. 2004. Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC Supardi, Sudibyo dan Susyanti, Andi Leny. 2010. Penggunaan Obat Tradisonal Dalam Upaya Pengobatan Sendiri Di Indonesia (Analisis Data Susenas 2007). Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Sistem dan Kebijakan Kesehatan Jakarta Syuhudi dkk. 2012. Etnografi Dukun: Studi Atropologi Tentang Praktik Pengobatan Dukun Di Kota Makassar. Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Makssar Toha, Miftah. 2008. Perilaku Organisasi, Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: Rajawali Press Waheida, Soheir et al. 2016. Nursing Students’ Knowledge, Practice, Attitudes and Barries Toward Complementary and Alternative Therapy: Journal of Nursing and Health Science Waidi. 2006. On Becoming A Personal Excellent. Jakarata: PT Elex Media Komputindo Walgito, Bimo. 2003. Psikologi Sosial. Yogyakarta: Andi Yogyakarta Widyatuti. 2008. Terapi Komplementer Dalam Keperawatan: Jurnal Keperawatan Indonesia Volume 12. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia Winarto. 2008. Khasiat dan Manfaat Jahe Merah Si Rimpang Ajaib. Jakarta: Argo Media Winarto. 2008. Khasiat dan Manfaat Kunyit. Jakarta: Argo Media World Health Organization. 2000. Guidelines on Basic Training and Safety in Acupunture World Health Organization. 2003. Guidelines for The Regulation of Herbal Medicines in The South-East Asia Region World Health Organization. 2012. Management Sciences For Health Wawan dan Dewi M. 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika LAMPIRAN LAMPIRAN PERMOHONAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN Assalamu’alaikum Wr. Wb., Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Sari Purboyekti NIM : 1113104000021 Program studi: Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Saya adalah mahasiswi Univeristas Islam Negeri Syarif Hidyatullah Jakarta Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Ilmu Keperawatan yang sedang melaksanakan penelitian untuk penulisan skripsi sebagai tugas akhir dalam menyelesaikan pendidikan sebagai Sarjana Keperawatan (S.Kep). Berkaitan dengan penelitian yang akan saya lakukan, saya mohon bantuan dan kesedian waktu untuk mengisi daftar pertanyaan berikut ini dengan sejujur-jujurnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran persepsi masyarakat terhadap pengobatan komplementer dan alternatif di wilayah RW013 Kelurahan Pondok Benda Pamulang 2. Partisipasi saudara/i akan sangat berarti terhadap penelitian saya. Kerahasiaan jawaban dan identitas saudara/i akan dijaga dan hanya diketahui oleh peneliti. Saya mengucapkan terimakasih atas bantuan dan partisipasi saudara/i dalam pengisian kuesioner ini. Hormat saya Wassalamu’alaikum Wr. Wb Bersedia menjadi responden: YA/TIDAK Sari Purboyekti SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Setelah saya membaca dan memahami ini dan penjelasan pada lembar permohonan menjadi responden, maka saya bersedia turut berpartisipasi sebagai responden dalam penelitian yang akan dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yaitu: Nama : Sari Purboyekti NIM : 111314000021 Judul Penelitian : Gambaran Persepsi Masyarakat Terhadap Pengobatan Komplementer Dan Alternatif Di Wilayah RW 013 Kelurahan Pondok Benda Pamulang 2 Saya memahami bahwa penelitian ini tidak membahayakan dan merugikan saya maupun keluarga saya, sehingga saya bersedia menjadi responden dalam penelitian ini. Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya tanpa ada paksaan dan ancaman. Pamulang, Maret 2017 (…………………………….) Nama terang dan tanda tangan KUESIONER GAMBARAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PENGOBATAN KOMPLEMENTER DAN ALATERNATIF DI WILAYAH RW 013 KELURAHAN PONDOK BENDA PAMULANG 2 A. Data demografi/identitas 1. Nama/ inisial responden : 2. Jenis kelamin : ( ) Laki-laki ( ) Perempuan 3. Usia :……….Tahun 4. Pendidikan terakhir : : ( ) Tidak sekolah : ( ) SD ( ) SMP/SLTP ( ) SMA/SLTA/SMK ( ) Perguruan tinggi 5. Pengalaman menggunakan pengobatan komplementer dan alternatif: ( ) Pernah ( ) Tidak pernah KUESIONER GAMBARAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PENGOBATAN KOMPLEMENTER DAN ALATERNATIF DI WILAYAH RW 013 KELURAHAN PONDOK BENDA PAMULANG 2 No. Responden Petunjuk pengisian kuesioner: 1. Baca setiap pernyataan dibawah ini dengan teliti 2. Setiap pernyataan memiliki 5 jawaban. Pilihan tersebut adalah : Sangat Setuju (SS) Setuju (S) Ragu-ragu (RR) Tidak Setuju (TS) Sangat Tidak Setuju (STS) 3. Harap mengisi pernyataan yang ada didalam kuesioner ini, pastikan tidak ada yang terlewat 4. Beri tanda cek list (√) pada kotak yang telah disediakan 5. Apabila mengalami kesulitan dalam mengisi kuesioner, silahkan bertanya langsung kepada peneliti B. Lembar kuesioner persepsi Pernyataan Menurut saya: 1. Pengobatan komplementer dan alternatif adalah praktik pengobatan yang tidak termasuk ke dalam pengobatan kedokteran modern 2. Pengobatan komplementer dan alternatif dilakukan oleh seseorang yang menempuh pelatihan khusus secara formal 3. Bekam adalah mengeluarkan darah kotor 4. Bekam hanya boleh dilakukan oleh seorang terapis/tenaga ahli 5. Bekam boleh dilakukan selain dengan SS S RR TS STS 6. 7. 8. 9 10 11 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23 24. 25. terapis/tenaga ahli Bekam dirasa aman untuk kesehatan Bekam dikontraindikasi pada kondisi kesehatan tertentu Akupuntur dan akupresur adalah terapi yang dilakukan pada titik-titik tubuh Akupuntur dan akupresur hanya boleh dilakukan oleh seorang terapis/tenaga ahli Akupuntur dan akupresur boleh dilakukan selain dengan terapis/tenaga ahli Akupuntur dan akupresur di rasa aman untuk kesehatan Akupuntur dan akupresur dikontraindikasikan pada kondisi kesehatan tertentu Pijat refleksi adalah teknik pemijatan yang dilakukan pada telapak kaki Pijat refleksi hanya boleh dilakukan oleh seorang terapis/tenaga ahli Pijat refleksi boleh dilakukan selain dengan terapis/tenaga ahli Pijat refleksi dikontraindikasikan pada kondisi kesehatan tertentu Obat herbal bersifat alami tanpa ada efek samping Kandungan obat herbal tertulis jelas pada kemasan Kandungan obat herbal efektif dapat menyembuhkan penyakit Ahli patah tulang tidak mengikuti pendidikan formal mengenai patah tulang Berobat ke ahli patah tulang tidak mempunyai risiko yang akan memperparah kondisi patah tulang Dukun sembur/ “orang pintar” merupakan seorang ahli pengobatan dengan menggunakan ramuan dan doa-doa tertentu Dukun sembur/ “orang pintar” dirasa lebih efektif dari pengobatan modern Pengobatan komplementer dan alternatif bersifat alami klinik/produk pengobatan komplementer dan alternatif memberikan informasi yang jelas 26. 27. 28. mengenai khasiat Pengobatan komplementer dan alternatif lebih praktis daripada pengobatan kedokteran modern Pengobatan komplementer dan alternatif aman digunakan karena mempunyai efek samping yang sedikit Berobat ke pengobatan komplementer dan alternatif lebih hemat biaya Hasil Uji Validitas dan Relibilitas Correlations p1 p1 p1 p1 p1 p1 p1 p1 p1 p1 p2 p2 p2 p2 p2 p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p Pears 1 on Correl 1 .0 .2 25 46 .5 .5 61 61 ** ** .0 .0 .2 .3 12 27 .5 .4 72 07 ** * .0 .0 0 1 .3 .2 23 10 2 3 4 5 6 7 .4 .4 .3 .4 .4 - 50 43 64 13 14 .3 * * * * * .0 .0 .0 .0 .0 ation Sig. .8 (2- Correl .0 25 1 .0 93 ation Sig. (2tailed) N .0 .0 .2 .0 49 .7 .2 .2 .2 .0 .2 71 10 27 12 75 .4 .7 .4 23 71 59 * ** * .0 Correl (2tailed) N .7 * .0 1 2 .1 .2 .1 15 91 79 .5 .1 .3 3 .0 84 .6 4 .2 10 .2 .4 21 * .0 .2 .1 .0 79 95 51 97 .4 61 * .1 .2 .2 .4 06 54 32 05 * .8 .6 .1 .2 .2 .9 .1 .0 .0 .0 .9 94 26 98 47 66 27 51 41 20 00 11 03 67 21 77 13 26 11 10 76 75 17 26 .2 .0 .6 .1 .4 .6 .0 .5 .1 .2 .0 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 .2 .0 46 93 1 .1 .2 .1 .2 .2 .0 .1 .1 .1 .1 68 14 57 71 59 72 11 38 64 89 ation Sig. .2 23 09 p Pears 3 on .0 88 11 69 .0 .3 0 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 p Pears 2 on .2 - 9 94 89 01 01 60 78 01 25 81 66 13 14 48 23 23 95 19 34 46 19 44 61 65 tailed) N .1 8 .1 .6 89 26 .3 .2 .4 .1 .1 .7 .5 .4 .3 .3 .0 22 .9 .2 .0 64 62 .1 .7 - - .1 .0 22 63 .5 .7 .1 .2 34 18 .4 .2 - - - .0 .0 .0 81 70 84 .6 .7 .6 .1 44 .4 75 57 08 47 66 05 60 67 85 17 07 59 43 22 42 80 48 69 13 57 47 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 p Pears 4 on Correl .5 - 61 .0 ** 49 .0 .7 ation Sig. (2tailed) N p Pears 5 on Correl .1 68 1 .3 .3 11 .0 01 98 75 .4 42 .1 * 06 .0 .5 .7 .4 90 69 ** ** .0 .0 .2 .1 .2 44 32 56 .1 .4 .1 .8 66 ** .0 .2 .3 .2 76 43 87 .1 .0 .1 - - .2 .1 85 98 .1 (2tailed) N Correl .5 61 ** .2 .2 .3 71 14 11 .4 .3 .3 1 00 92 67 * * * .0 .0 .0 .1 .1 60 14 .0 .1 .2 .0 01 47 57 95 .4 (2tailed) N Correl ation .2 64 46 79 62 09 .1 .4 .1 .3 .2 .0 14 .9 .5 46 ** .3 .1 .1 .2 .3 .0 25 50 40 09 51 05 .5 .0 .0 .4 .4 .2 .0 .9 .1 39 .4 .2 .2 .0 .1 .0 .2 29 07 05 30 53 17 .2 .2 .9 .4 .7 .2 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 .2 .2 .1 12 10 57 .4 .4 42 00 * .2 .2 .4 .0 1 * .0 .1 62 .3 60 66 08 15 28 .4 87 ** .0 24 .0 .9 - .4 .0 30 32 * .8 .0 .0 .2 .1 .1 .1 .1 .4 34 58 47 72 01 41 37 .8 .1 .4 .3 .5 .4 .0 * 13 .0 .9 .1 08 .5 .1 73 .3 .2 01 .2 .5 48 .0 ** 39 .0 .8 91 06 00 66 18 58 69 38 63 94 56 16 44 69 61 87 02 38 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 p Pears 7 on .1 28 32 46 00 49 02 80 30 60 68 57 80 64 23 74 78 94 79 50 ation Sig. .2 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 p Pears 6 on .1 95 15 78 00 09 94 87 73 00 40 64 24 27 94 58 42 36 93 68 42 ation Sig. .2 .2 .3 .2 .2 .1 27 27 71 06 .3 92 * .1 62 1 .1 .1 68 64 .3 .4 80 53 * * .0 79 .0 73 .1 .2 .2 37 04 15 .0 - .6 .1 25 52 55 ** .0 .1 50 33 .0 49 .0 .0 97 11 Sig. (2tailed) N p Pears 8 on Correl .0 .2 .1 .5 .0 .3 .3 78 27 47 78 32 91 .3 .0 .0 .6 .7 .4 .2 .2 (2tailed) N p Pears 9 on Correl (2tailed) N .5 72 ** .0 .0 .2 12 59 .7 .3 .4 90 67 87 ** * ** .1 68 .4 1 73 ** .9 .1 .0 .0 .0 .3 .0 01 51 66 00 46 06 73 .4 07 * .0 0 Correl 23 .2 .0 75 72 .4 69 ** .1 .0 .1 60 24 64 .1 .7 .0 .4 .4 23 * .1 .2 .1 11 44 14 ation N .7 .6 .9 .2 .1 .3 24 74 32 .7 51 ** .1 .3 .2 .2 .3 .0 .0 .4 90 05 20 76 .3 .1 .2 .1 ** 58 .0 .4 .1 .1 22 10 .5 .5 .0 41 .8 .2 .1 .0 38 77 73 .2 .3 .7 .4 .6 73 1 50 ** ** .1 38 .5 .5 21 05 ** ** .0 30 .7 80 ** .3 .9 .3 .0 .0 .4 .0 .0 .8 .0 .4 46 22 .0 - .4 .4 .0 08 16 33 * * .0 .8 .0 * .0 .1 35 .4 .4 - 70 .0 ** 03 .0 .9 .3 94 * .0 00 67 03 04 77 00 61 20 61 25 22 78 09 87 31 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 .3 tailed) .4 08 34 57 73 00 14 01 42 08 03 21 63 29 06 50 02 25 41 05 09 00 00 86 08 1 on (2- .7 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 p Pears Sig. .0 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 ation Sig. .4 73 86 38 12 77 02 71 80 53 86 14 00 92 83 95 11 53 ation Sig. .7 .0 .0 .5 .1 .5 - .3 .0 80 32 * .8 .0 .2 24 .2 .6 50 ** .0 81 20 60 94 49 66 38 34 00 1 .2 12 .2 .4 21 * .0 .2 77 .1 - .6 .0 19 23 ** .9 .0 .0 72 .7 .0 87 .6 .0 77 .4 .4 07 17 * * .2 07 .4 15 * .1 .4 43 95 ** .6 .0 .0 .2 .0 .4 .0 60 20 38 05 00 07 46 85 26 22 72 23 50 05 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 p Pears 1 on .2 1 Correl 10 .7 71 ** .1 .1 38 32 .5 .4 .4 46 30 53 ** * * .0 .0 .0 .1 .1 .2 74 38 12 1 .3 15 ation Sig. (2tailed) N p Pears 1 on 2 Correl .2 .0 .4 .4 .3 .4 .2 .0 66 00 67 87 02 18 12 57 67 60 .0 69 .7 .1 .2 .2 .1 .0 .2 .3 .1 .2 70 89 87 17 00 51 09 67 56 .3 .1 .1 .5 90 17 69 21 24 39 1. 00 0 .1 .0 .3 .1 (2tailed) N p Pears 1 on 3 Correl (2tailed) N p Pears 1 on 4 Correl ation 31 .0 * 46 .0 .8 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 .4 .4 50 59 * * .0 .0 .1 .2 .3 .0 .0 .3 64 56 25 34 79 32 .3 .1 .0 .8 .5 .4 21 21 .3 ** * 15 .0 .0 .0 1 .6 .0 .3 .2 49 70 .0 13 11 85 73 80 58 77 73 03 20 90 .4 88 ** .2 .0 .0 .2 .3 .1 .2 65 23 95 04 31 73 59 .1 .0 .1 .9 .6 .2 .0 .3 .1 - - .2 .0 38 27 .2 .8 58 50 06 56 03 16 79 74 59 67 04 86 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 .4 43 * .0 .1 23 89 .8 66 ** .1 .2 50 58 ation Sig. - 80 97 79 73 17 09 ation Sig. .4 .0 .9 .3 .0 .4 .1 - .7 .5 .0 51 05 .2 73 ** ** 77 .7 .0 .0 .1 .0 69 .7 .3 49 1 .0 .2 .1 44 21 37 .1 14 03 17 00 30 69 02 00 04 38 17 58 .3 .0 .4 - - .2 .1 13 25 .2 .5 .1 .2 .1 .1 34 18 63 40 .4 .2 .3 .4 - - .0 .1 12 26 .9 .5 94 84 70 59 09 80 48 90 60 50 06 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 .3 64 * .2 09 .0 22 .2 .1 .1 .1 .1 .0 76 40 47 37 90 30 .0 23 .1 .2 .2 70 70 44 1 .1 24 .1 .2 .1 33 12 54 .0 22 .1 .2 19 27 - - .1 .1 64 09 .0 59 Sig. (2tailed) N p Pears 1 on 5 Correl .0 .2 .9 .1 .4 .4 .4 .3 .8 .9 .3 .1 .1 48 67 07 40 60 38 71 14 77 05 69 50 94 (2tailed) N p Pears 1 on 6 Correl .4 (2tailed) N p Pears 1 on 7 Correl ation Sig. (2tailed) N .4 .9 .5 .2 .3 .5 .7 15 84 60 15 08 31 27 86 67 56 .4 .4 13 21 * * .0 .0 .2 .3 .2 .1 .2 .3 64 43 09 72 04 05 .7 .6 80 19 .2 ** ** 89 .0 .0 .1 .4 88 .3 ** 21 .1 .0 .2 .3 .2 .1 .0 .0 .1 1 24 .5 .3 48 .0 23 21 59 64 68 63 80 01 00 00 21 06 84 15 .2 34 .2 59 14 .0 00 1. 00 0 .4 .4 12 05 * * .0 .0 .0 .3 .0 23 21 84 .9 .0 .6 .3 27 .0 24 26 05 83 58 78 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 .4 14 * .0 .0 .2 .3 .1 .2 .2 .3 .0 .2 .2 .1 .1 .3 79 62 87 51 01 15 20 46 72 87 65 37 33 48 1 ation Sig. .2 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 ation Sig. .5 .0 .6 .7 .1 .0 .5 .2 .2 .0 .7 .1 .1 .4 .4 .0 23 77 43 24 57 94 53 42 61 07 24 56 70 84 59 .3 99 - .4 - .0 14 .0 40 .8 * 41 * .0 .8 .0 .1 .0 .1 37 66 32 .4 .7 .4 .0 86 .6 29 32 23 33 71 31 85 50 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 .3 11 .0 .2 95 .1 - - .1 .2 22 85 .5 .1 .0 .1 05 41 .9 .4 .0 52 .7 - - .4 .4 76 22 .0 ** * 87 .0 .0 .6 .1 .0 17 23 .5 .9 .2 13 .2 .2 12 .2 .2 34 .2 .3 99 * .0 95 13 22 27 80 56 86 08 20 46 39 03 59 60 14 29 1 - - .1 .2 98 17 .2 .2 .1 .0 31 81 .4 .6 .1 64 .3 .0 62 .7 .0 16 .9 95 48 91 72 85 43 32 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 p Pears 1 on 8 Correl ation Sig. (2tailed) N p Pears 1 on 9 Correl .0 69 .7 .1 51 .4 - - - .0 .1 .1 63 98 39 .7 .2 .4 (2tailed) N .4 37 * .0 - - - .1 .1 .0 55 58 33 .4 .4 .8 .0 .0 .0 77 00 95 .6 19 26 42 94 64 16 14 03 61 85 1. 00 0 .6 .1 25 .5 .1 .0 54 00 .4 16 09 15 1. 00 0 .3 88 * .0 .1 0 Correl 15 .0 .1 .2 .2 97 34 64 29 .6 .4 .1 .2 - .6 .0 25 .1 13 ** 22 .9 .0 .5 .4 .4 08 07 * * .0 .0 .2 .2 .1 51 04 34 .1 .2 .4 - .4 N .4 61 * .5 .0 1 41 98 .8 .2 71 57 .7 32 95 .1 .4 - - - - .0 .2 .3 .0 98 93 19 33 .6 .1 .0 .8 11 07 05 16 86 61 - .0 12 14 .2 22 * * 17 .9 .0 .0 .2 .0 71 1 .7 .2 .1 45 71 .1 .3 - - - .0 .0 .1 74 55 29 .6 .7 .4 92 65 99 72 97 .2 .1 .2 .1 .0 .1 18 46 07 08 50 10 .4 .4 16 17 * * .3 .3 .2 .1 09 31 18 19 .4 - 05 .0 * 40 .2 .4 .2 .5 .7 .5 .0 .0 .0 .0 .2 .5 .0 .8 .1 .1 .2 31 57 45 1 .0 .3 .0 .4 96 01 58 06 * .4 .4 .1 .6 46 10 48 42 74 69 92 63 22 22 97 74 48 31 26 33 91 07 92 .1 .7 .0 13 06 60 26 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 p Pears 2 on .2 1 Correl 91 06 ation .1 .4 ation tailed) .0 .0 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 2 on (2- - 34 11 80 58 23 44 00 21 25 26 80 79 80 08 24 23 48 11 p Pears Sig. - 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 ation Sig. - .1 .0 81 .2 .0 79 05 .1 73 .1 33 .0 41 .1 .2 .1 .1 .1 .2 .0 .1 .0 35 07 67 73 63 27 23 37 81 .0 98 .1 .0 71 96 1 .1 .1 32 76 .1 48 Sig. (2tailed) N .1 .5 .1 2 Correl 79 54 .2 ation tailed) N p Pears 2 on 3 Correl ation Sig. (2tailed) N .3 .1 .0 70 .7 .0 84 .6 .2 32 .2 .0 84 .6 .4 .2 .3 .3 .3 .2 .9 .4 .6 .6 .3 .6 .4 .3 .4 88 52 36 .1 .1 .2 62 30 01 .3 .4 .2 .0 49 .7 .2 38 .2 .4 .4 70 15 ** * .0 .0 .2 .2 .1 56 59 40 .1 .1 .4 .1 64 .3 .3 .0 21 66 .0 .7 - - - .1 .2 .0 64 93 74 .3 .1 .6 .3 .1 01 32 .1 1 .4 .3 58 .0 .1 58 .4 52 06 .2 .0 09 53 .2 .7 .5 48 ** .0 .0 .1 97 77 .6 .3 .0 03 .9 .1 43 .4 .4 - - - 31 .2 .0 .1 * .0 38 12 09 .2 .9 .5 .0 .1 .0 84 32 62 .6 .4 .7 - - .3 .0 19 55 .0 .7 .0 .1 .3 58 76 58 .7 .3 1 .1 80 .3 61 17 57 68 79 02 11 50 87 50 17 04 50 67 58 85 43 86 72 60 52 52 41 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 - 4 Correl 10 05 44 .4 .1 * ation N .8 .0 .2 tailed) .4 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 2 on (2- .3 44 75 13 93 94 87 95 06 09 23 73 67 60 86 83 31 85 16 99 06 88 p Pears Sig. .9 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 2 on (2- .1 19 76 69 36 78 61 83 29 78 72 79 59 90 27 05 71 72 05 65 13 p Pears Sig. .6 .2 .0 .4 .0 14 .9 .2 .0 .0 .0 - - .3 .4 17 39 11 73 94 95 .2 .8 .9 .7 * ** .0 .0 - - - .0 .0 .1 46 27 26 .8 .8 .5 .0 59 .7 - - - - - .3 .0 .0 .0 .1 27 86 16 33 29 .0 .6 .9 .8 .4 .4 06 * .0 - - - .1 .1 .1 1 48 58 80 .4 .4 .3 65 26 47 42 50 38 53 02 31 05 09 86 06 56 78 50 32 61 97 26 36 06 41 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 p Pears 2 on 5 Correl ation Sig. (2tailed) N - - .1 .1 62 10 .3 .1 6 Correl 73 ation tailed) N .3 .2 7 Correl 90 ation tailed) N - .1 .2 .3 .2 84 49 35 51 .3 .1 .1 - .1 02 28 36 .5 .4 .4 * .0 .0 .2 64 59 .7 .1 .0 10 .9 .1 .0 .2 34 99 51 .4 .6 .1 .1 .0 75 53 .6 .7 - - .1 .2 21 94 .5 .1 .0 00 1. 00 0 - - .0 .1 99 62 .6 .3 .1 38 .4 .0 - .3 - .3 74 .2 * 58 .0 .1 95 55 .6 .0 .0 18 .9 - - - - .2 .2 .2 .0 91 52 24 13 .1 .1 .2 .9 04 93 69 16 54 42 69 26 19 80 33 45 .1 .0 63 .7 .3 .2 .0 .0 .0 .2 43 81 84 58 00 71 .0 .1 .6 .7 1. 00 0 .1 .0 84 .6 .2 84 .1 .6 - - 14 .3 .2 ** .0 29 31 .0 .2 .0 99 .6 - - .1 .1 03 47 .5 .4 .3 37 .0 .4 - 12 .0 * 81 .0 .6 47 61 28 00 76 19 03 87 37 69 24 69 .0 10 .9 .3 .1 30 05 .0 .5 .1 30 .4 .0 .3 .0 25 43 93 .8 .0 .6 .0 86 .6 .0 40 .8 .0 68 .7 .1 41 .4 .1 10 .5 .0 .1 .0 .3 .0 .2 .2 85 82 00 02 59 02 28 .6 .3 21 56 79 01 81 58 75 81 92 95 63 25 53 33 20 58 63 55 36 1. 00 0 .1 .7 .2 .2 05 57 85 25 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 p Pears 2 on .2 8 Correl 69 88 80 19 09 ation .0 .0 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 2 on (2- - 60 00 74 27 35 67 42 64 33 61 62 p Pears Sig. .4 - 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 2 on (2- 48 - 93 63 36 31 84 70 81 95 83 23 15 p Pears Sig. .5 .1 .1 .2 .1 .2 .1 22 .1 .1 .1 .2 .1 .3 .1 .1 .0 .3 10 41 76 71 95 09 27 46 71 07 .1 60 .0 .1 83 67 .0 55 .2 42 - - - .0 .1 .0 02 11 95 Sig. (2tailed) N .1 .0 9 Correl 25 ation tailed) N .5 .2 .5 .5 .4 .8 1. 00 0 ** .0 .0 93 .6 .0 49 .7 .2 .2 .2 .0 .1 .2 .2 .9 45 55 92 70 31 59 91 86 .0 .0 .0 .1 .2 .1 .1 ation p Pears 3 on 1 Correl .0 .5 .4 .7 .0 .4 .7 .4 23 71 59 * ** * .0 .2 23 09 .4 21 * .0 (2tailed) N .6 .3 .2 .1 .0 79 95 51 97 .1 .0 .0 .0 .9 .2 .0 .6 .8 .7 .6 .7 .4 .1 .3 .3 .0 12 .9 .3 .1 58 17 .0 .5 .1 40 .4 .0 92 .6 .3 39 .0 .0 64 .7 .1 53 .4 .7 .1 .9 .5 .6 .4 61 * .1 .2 .2 .4 06 54 32 05 .1 .4 .6 .0 .5 .1 .2 .0 .0 83 .6 .2 56 .1 .0 .0 49 99 .7 .6 .1 33 .4 .3 61 .0 .5 50 .0 ** 49 .0 .7 15 72 29 12 91 67 11 26 49 52 37 61 29 67 36 21 64 72 98 04 84 50 02 97 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 .5 87 ** .0 .2 66 11 .8 .3 .5 36 67 43 ** * ** .2 12 .9 .5 47 21 ** ** .3 .2 .3 14 36 21 .6 86 ** .2 49 .4 05 * .2 .0 .7 .2 .0 .0 .0 .2 .0 .0 .0 .2 .0 .0 .1 .0 .4 53 43 ation Sig. .3 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 0 Correl N .3 94 00 26 98 47 66 27 51 41 20 00 11 03 67 21 77 13 26 11 10 76 75 17 26 .0 tailed) .1 * 3 on (2- .2 71 10 27 12 75 p Pears Sig. .3 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 2 on (2- .1 51 20 34 31 68 20 63 56 51 47 02 96 03 41 09 98 97 64 79 74 97 92 59 18 p Pears Sig. .3 .1 .1 * 47 .0 .4 .1 .1 .0 .2 .2 68 28 51 56 80 .3 .5 .7 .1 .1 .0 25 .8 01 30 63 00 46 02 61 00 03 91 09 84 00 85 26 77 14 38 76 02 89 72 34 97 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 p Pears 3 on .2 .1 .2 .0 .3 .1 2 Correl 95 79 84 57 59 62 .9 88 ** .1 .1 .3 12 35 37 .4 03 - .0 * 48 .0 .8 .1 26 ation Sig. (2tailed) N p Pears 3 on 3 Correl .1 .3 .1 .7 .0 .3 .0 .5 .4 .0 .5 .1 .1 .2 29 76 07 .4 .3 .2 (2tailed) N T Pears o on t Correl .0 - .1 25 21 90 .9 .6 .3 ** .0 .0 17 10 .9 - .1 .0 49 .5 .7 .0 .0 87 51 .6 .7 13 44 28 63 51 92 00 57 78 69 27 01 06 95 52 73 11 13 00 29 62 97 46 91 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 .4 22 * .3 .0 34 92 .4 44 * .0 .0 .2 99 21 15 .4 .9 .6 36 65 93 * ** ** .1 88 .5 .4 58 77 ** ** .0 15 .8 20 ** .2 .0 .0 .6 .0 .6 .9 .2 .0 .0 .0 .3 .0 .0 .9 .0 .3 83 76 ation Sig. - .1 - .4 .3 .0 41 65 * 09 * .0 .9 .0 .1 * 62 .0 .3 .4 - - 39 .0 .3 * .0 21 33 .9 .0 20 71 30 14 04 11 53 16 00 00 21 01 08 37 00 30 41 64 15 48 94 15 11 72 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 .6 .5 47 40 .2 ** ** 96 .0 .0 .1 .6 .5 .4 .5 .6 .6 .5 .6 .5 .4 25 67 67 46 28 16 92 82 48 79 .2 ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** 92 .0 .0 .0 .0 .0 .0 .0 .0 .0 .0 .1 .6 .4 - 30 64 .1 ** ** .0 .0 a ation - .5 .4 .1 08 41 61 04 .2 ** * 61 .0 .0 .1 .4 .3 - 02 67 .1 * * 48 .0 .0 .4 l Sig. (2tailed) N .3 .5 00 02 12 00 01 09 02 00 00 01 00 02 07 17 00 10 96 85 04 15 63 28 46 35 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 Correlations p25 p26 p27 p28 p29 p30 p31 p32 p33 Total p1 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N p2 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N p3 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N p4 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N p5 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N p6 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N ** .295 .422 .815 .001 .113 .020 .000 30 30 30 30 30 30 ** .055 .066 .179 .334 .320 .000 .772 .730 .344 .071 .002 30 30 30 30 30 30 30 30 -.136 .134 .280 .093 .092 .211 .284 .092 .296 .436 .474 .479 .134 .626 .629 .263 .128 .630 .112 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 -.184 .402 * .099 .119 -.049 .070 ** .057 .444 .331 .027 .601 .531 .798 .712 .000 .763 .014 .000 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 -.249 .064 .251 .209 .271 .131 .367 * .359 .099 .184 .735 .181 .268 .147 .491 .046 .051 .604 .001 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 -.335 .259 -.010 -.122 .210 .259 ** .162 .021 .070 .167 .958 .520 .266 .167 .002 .392 .911 .009 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 -.162 .173 .290 .269 .025 .045 .393 .360 .121 .151 .894 30 30 30 30 -.110 -.128 -.010 .188 .563 .500 .956 30 30 .148 1.000 .587 .836 .543 * * .647 .540 .625 .567 .467 ** ** ** ** ** p7 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N p8 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N p9 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N p10 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N p11 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N p12 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N ** .215 .261 .000 .253 .002 30 30 30 30 ** .112 .436 .326 .000 .557 .016 .000 30 30 30 30 30 30 .176 .275 -.012 ** .135 .492 .351 .141 .949 .003 .478 .000 .000 30 30 30 30 30 30 30 30 30 -.121 .084 .025 .271 .423 * .358 .314 .337 .523 .661 .895 .147 .020 .052 .091 .069 .000 .001 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 -.294 .058 .343 .195 ** .117 .236 .403 * .188 .115 .762 .063 .302 .000 .537 .209 .027 .321 .000 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 .000 .000 .093 .309 .459 * -.140 .321 .048 1.000 1.000 .625 .096 .011 .461 .084 .801 .001 .002 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 -.251 -.063 .330 .110 .227 .191 .212 .181 .742 .075 .563 .227 .311 30 30 30 30 30 30 .075 .343 .105 .141 .012 .186 .695 .064 .581 .456 .951 30 30 30 30 .053 .281 -.130 .783 .133 30 .771 .947 .521 .988 .965 .693 .558 * ** ** ** .546 .628 .616 .592 .682 .548 ** ** ** ** ** ** p13 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N p14 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N p15 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N p16 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N p17 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N p18 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N ** -.126 .629 .000 .506 .008 .007 30 30 30 30 30 30 .146 .209 -.339 .249 .129 .015 .292 .833 .441 .267 .067 .185 .495 .937 .117 30 30 30 30 30 30 30 30 30 .138 .284 -.068 .071 .421 * .064 .405 * .176 .469 .128 .720 .709 .021 .736 .026 .352 .000 .000 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 ** .141 .307 .079 -.153 .253 .207 .283 .616 .000 .458 .098 .677 .421 .177 .273 .130 .010 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 -.355 -.329 -.110 -.160 .295 .083 -.443 * -.021 -.376 * -.161 .054 .076 .563 .397 .113 .664 .014 .911 .041 .396 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 * -.231 .085 .083 .151 -.256 -.147 -.190 -.009 -.104 .042 .219 .655 .664 .426 .172 .438 .313 .964 .585 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 -.099 .271 -.086 .127 .023 .092 .604 .147 .653 .503 .903 30 30 30 30 -.162 -.084 .040 .393 .661 30 -.095 .374 .614 .686 .477 .820 ** ** .479 .630 .464 ** ** ** p19 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N p20 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N p21 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N p22 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N p23 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N p24 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N .441 * .182 .167 .097 .049 .168 .169 .603 .336 .379 .611 .798 .376 .000 .015 .004 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 .018 -.103 .000 -.055 .461 * .099 .128 .017 .365 .926 .587 1.000 .774 .010 .604 .502 .929 .048 .015 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 -.291 -.147 .302 .242 .106 -.133 .051 .110 .162 .261 .119 .437 .105 .197 .576 .484 .789 .562 .394 .163 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 -.252 .337 .059 -.002 .254 .361 .256 -.049 .439 .180 .069 .757 .992 .175 .050 .172 .797 .015 .028 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 -.224 .412 * .202 -.111 .232 ** .280 .087 -.021 .367 .233 .024 .285 .559 .217 .002 .134 .646 .911 .046 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 -.013 -.081 .228 -.095 -.405 * .049 -.025 .051 -.333 -.148 .945 .669 .225 .618 .026 .797 .897 .791 .072 .435 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 * * .508 ** .099 .550 .625 ** -.258 .441 .402 * * * p25 Pearson Correlation 1 -.091 -.156 -.176 -.110 -.268 .087 -.257 .047 -.245 .633 .411 .352 .563 .152 .649 .170 .806 .193 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 -.091 1 .031 -.102 -.128 .223 .371 * -.074 .221 .317 .872 .591 .500 .236 .043 .698 .240 .088 Sig. (2-tailed) N p26 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N p27 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N p28 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N p29 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N p30 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N .633 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 -.156 .031 1 .149 -.010 .208 .084 .300 -.091 .311 .411 .872 .431 .956 .271 .661 .108 .631 .095 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 -.176 -.102 .149 1 .188 -.035 .129 .113 .183 .261 .352 .591 .431 .320 .856 .496 .553 .333 .163 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 -.110 -.128 -.010 .188 1 .055 .066 .179 .334 .563 .500 .956 .320 .772 .730 .344 .071 .002 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 -.268 .223 .208 -.035 .055 1 .126 .172 .012 .262 .152 .236 .271 .856 .772 .508 .364 .948 .162 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 .540 ** p31 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N p32 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N p33 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Tota Pearson l Correlation Sig. (2-tailed) N .087 .371 * .084 .129 .066 .126 .649 .043 .661 .496 .730 .508 30 30 30 30 30 30 -.257 -.074 .300 .113 .179 .170 .698 .108 .553 30 30 30 .047 .221 .806 1 .160 .491 ** .694 ** .398 .006 .000 30 30 30 30 .172 .160 1 .184 .344 .364 .398 30 30 30 30 -.091 .183 .334 .012 .240 .631 .333 .071 30 30 30 30 -.245 .317 .311 .261 .193 .088 .095 30 30 30 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). .497 ** .329 .005 30 30 30 ** .184 1 .948 .006 .329 30 30 30 30 ** .262 .163 .002 .162 .000 .005 .000 30 30 30 30 30 30 .540 .491 .694 ** .497 ** .632 ** .000 30 30 ** 1 .632 30 Case Processing Summary N Cases Valid a Excluded Total % 30 100.0 0 .0 30 100.0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items .842 33