i Tugas: Makalah PEMIKIRAN NURCHOLIS MADJID TENTANG ISLAM KEMODERNAN DAN KEINDONESIAAN OLEH Surianti, S.Kom PASCA SARJANA PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KENDARI 2019 i ii KATA PENGANTAR الحمد هلل و الصال ة و السال م على رسول هللا وءلى اله وصحبه اجمعين Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan petunjuk dan pertolongan sehingga penyusunan tulisan ini selesai dengan judul “Pemikiran Nurcholis Madjid tentang Islam kemodernan dan keindonesiaan”. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi besar Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya yang telah menuntun manusia ke jalan yang benar, di jalan yang diridlai Allah SWT. Penulis menyadari akan keterbatasan kemampuan yang ada, baik dari segi kemampuan berfikir maupun fasilitasnya, Selaku insan yang memahami kelemahan untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang tak terhingga kepada teman teman yang telah membantuh penulis dalam menyelesaikan tulisan ini. Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan segala kritikan yang sifatnya membangun dari semua pembaca demi kesempurnaan tulisan selanjutnya. Dengan mengucapkan Alhamdulillah, semoga Allah SWT memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Amin. Kendari, 02 Oktober 2019 Penulis Surianti, S.Kom ii iii DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ................................................................................... KATA PENGANTAR ................................................................................. DAFTAR ISI ................................................................................................ BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...................................................................... B. Rumusan Masalah ................................................................. C. Tujuan Penulisan ................................................................... BAB II 1 2 2 PEMBAHASAN A. B. C. D. E. F. BAB III hal i ii iii Pengertian Islam Kemodernan Dan Keindonesiaan .............. Biografi Nurcholis Madjid .................................................... Karya-Karya Nurcholis Madjid............................................. Pokok-Pokok Pemikiran Nurcholis Madjid .......................... Tokoh Yang Mempengaruhi Pemikiran Nurcholish ............. Pengaruh Pemikiran Nurcholish Madjid dalam Islam .......... 3 5 8 9 13 15 PENUTUP A. Kesimpulan ........................................................................... B. Saran ...................................................................................... 20 21 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 22 iii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nurcholish Madjid dikenal sebagai penarik gerbong pembaharu pemikiran Islam di Indonesia. Oleh pengamat Islam kontemporer, gagasannya dianggap sebagai paradigma intelektual gerakan pembaruan teologis di Indonesia.1 Pada tahun 1970-an Nurcholish meyampaikan pidato di Taman Ismail Marzuki yang berjudul “Keharusan Pembaruan dalam Islam dan Masalah Integrasi Ummat”, inti dari pidato tersebut adalah kegelisahan intelektual Nurcholish melihat kebuntuan pemikiran umat Islam di Indonesia dan hilangnya kekuatan daya dobrak psikologis dalam perjuangan mereka. Kemandegan itu ia lihat dari bagaimana umat Islam tidak bisa membedakan hal yang bersifat transenden dan temporal. Bahkan umat Islam kadang menempatkan nilai-nilai temporal menjadi nilai transenden, begitupun sebaliknya.2 Maka menurut Nurcholish upaya pembaruan pemikiran merupakan jalan keluar yang harus ditempuh untuk keluar dari kemandegan berpikir tersebut. Meski demikian Nurcholish dianggap sebagai sosok kontroversial karena gagasan yang sering ia lontarkan sering disalahpahami dan mendapat kritik tajam dari berbagai pihak bahkan teman dekat dia sendiri. Salah satu gagasan yang sering menjadi kritik tersebut adalah ide sekularisasi. Menurut para pengkritiknya bahwa ide sekularisasi dapat menjadi hal yang berbahaya bagi akidah umat Islam karena merupakan gagasan yang berasal dari Barat. Selain itu ide sekularisasi dianggap memisahkan dunia dan akhirat padahal dalam Islam tidak mengenal konsep tersebut. Namun sekularisasi menurut Nurcholish tidak demikian. Ia mengatakan bahwa sekularisasi tidaklah bermaksud sebagai penerapan sekularisme dan mengubah kaum muslim menjadi sekularis. Namun ini 1 Bahtiar Effendi, Islam dan Negara: Transformasi Pemikiran dan Politik Islam di Indonesia, (Jakarta: Paramadina, 1998), h. 21 2 Bahtiar Effendi, Islam dan Negara: ..., h. 137 1 2 dimaksudkan agar umat Islam menduaniawikan hal-hal yang mestinya bersifat duniawi dan melepaskan kecenderungan untuk mengukhrawikan-nya.3 Konsep sekularisasi Nurcholish menurut Fahri Ali dan Bahtiar Effendi, dimaksudkan sebagai lembaga bagi umat Islam untuk “membedakan” bukan “memisahkan” persoalan dunia dan akhirat. Dengan kata lain Nurcholish mencoba memberikan penafsiran baru mengenai istilah tersebut. Di sini istilah sekularisasi digunakan sebagai sarana untuk membumikan ajaran Islam, karena pada dasarnya sekularisasi dan sekularisme berbeda menurut Nurcholish.4 Berangkat dari asumsi di atas, penulis mengajak kita semua untuk berfikir dengan membahas bersama makalah Pendekatan Dalam Pengkajian Islam ini yang berjudul “Pemikiran Nurcholis Madjid tentang Islam kemodernan dan keindonesiaan”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan paparan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penulisan ini yaitu bagaimanakah Pemikiran Nurcholis Madjid tentang Islam kemodernan dan keindonesiaan itu? C. Tujuan Penulisan Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah untuk mengetahui Pemikiran Nurcholis Madjid tentang Islam kemodernan dan keindonesiaan. 3 Nurcholish Madjid, Islam, Kemodernan dan Keindonesiaan, (Jakarta: Paramadina, 1998), h. 122. 4 Pardoyo, Sekularisasi dalam Polemik, (Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1993), h. 23 3 BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Islam Kemodernan Dan Keindonesiaan Modernisasi adalah rasionalisasi menurut Nurcholish Madjid yang berarti rasionalisasi untuk memperoleh dayaguna dalam berfikir dan bekerja yang maksimal, guna kebahagiaan umat manusia adalah perintah Tuhan yang imperatif dan mendasar.5 Modernisasi berarti berfikir dan bekerja menurut fitrah atau sunnatullah (Hukum Ilahi) yang haq (sebab,alam adalah haq). Sunnatullah telah mengejawantahkan dirinya dalam hukum alam, sehingga untuk dapat menjadi modern, manusia harus mengerti terlebih dahulu hukum yang berlaku dalam alam itu (perintah Tuhan). Pemahaman manusia terhadap hukum-hukum alam, melahirkan ilmu pengeetahuan, sehingga modern berarti ilmiah. Dan ilmu pengetahuan diperoleh manusia melalui akalnya (rasionya), sehingga modern berarti ilmiah, berarti pula rasional. Menjadi modern adalah juga berarti progresif dan dinamis. Jadi tidak dapat bertahan kepada sesuatu yang telah ada (status quo), dan karena itu bersifat merombak dan melawan tradisi-tradisi yang terang terang tidak benar,tidak sesuai dengan kenyataan yang ada dalam hukum alam, tidak rasional, tidak ilmiah.6 Modernisasi yang bermakna pembaharuan dalam Bahasa Indonesia atau dalam bahasa Arab al-tajdid, mempunyai pengertian “pikiran, gerakan untuk menyesuaikan paham-paham keagamaan Islam dengan perkembangan baru yang ditimbulkan oleh kemajuan-kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern.” Dengan jalan itu pemimpin-pemimpin islam modern mengharap akan dapat melepaskan umat islam dari suasana kemunduran kepada kemajuan. 5 Madjid, Nurcholish. Pikiran- Pikiran Keindonesiaan. (Bandung: Mizan,1996), h. 69 6 Nurcholish Muda Islam Kerakyatan dan Madjid, Nurcholish. Islam Kemodernan dan Keindonesiaan. (Bandung: Mizan. 1992). 173- 174 4 Sumber Islam Alquran dan Hadist tidak dapat diperbarui. Namun, Alquran dan Hadist telah diijtihadkan oleh para ulama menjadi kitab-kitab tauhid, tafsir, fikih, falsafah Islam, dan lain-lain dan ini juga menjadi pedoman bagi umat Islam. Kalau Alquran dan Hadist tidak boleh diubah atau diperbarui, tetapi ijtihad ulama tentang Alquran dan Hadist yang kemudian menjadi pedoman-pedoman bidang tauhid, fikih, dan lain-lain, itu pada masa ulama-ulama yang berijtihad mungkin masih sesuai dengan kebutuhan umat, tapi pada masa selanjutnya mungkin perlu diperbarui. Dalam bidang inilah pembaharuan Islam berkecimpung.7 Islam merupakan rahmat bagi seluruh alam yang mempunyai nilai-nilai universal yang menyangkut sesuai manusia. Islam yang berarti sikap pasrah, kepatuhan dan ketundukan kepada Allah merupakan sikap umum yang dimiliki oleh setiap penganutnya. Islam sesuai dengan jiwanya selali menerima perkembangan, karena Al Qura’an itu sendiri merupakan wahyu Tuhan yang bersifat universal dan up-to-date memenuhi tuntutan perkembangan zaman. Universalisme Islam tergambar pada prisip-prinsip nilai yang dapat diterapkan dalam kehidupan modern. Pengertian modern mengacu bukan hanya kepada “zaman”, tetapi yang lebih penting mengacu kepada “cara berfikir dan bertindak”. Peradaban modern ditandai oleh dua ciri utama, yaitu rasionalisasi (cara berfikir yang rasional) dan teknikalisasi (cara bertindak yang teknikal). Modernisasi sendiri merupakan akibat dari perubahan-perubahan tertentu dalam ciri khas pemikiran keagamaan; dan banyak di antara alasan-alasan yang mendukung maupun menentangnya terkait secara sadar atau tidak dengan prinsipprinsip pertama yang melandasi struktur keimanan dan peribadatan umat islam.8 Berdasarkan penjelasan diatas, penulis menyimpulkan bahwa Modernisasi adalah pikiran atau gerakan untuk menyesuaikan paham-paham keagamaan Islam 7 Sunanto, Musyrifah. Sejarah Peradaban Islam Indonesia. (Jakarta: Rajawali Pers, 2014). 302. 8 Modernisme dalam Islam, BAB II, [pdf], http://digilib.uinsby.ac.id (diunduh 20/10/2019) 5 dengan perkembangan baru yang ditimbulkan oleh kemajuan-kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Dengan jalan itu pemimpin-pemimpin islam modern mengharap akan dapat melepaskan umat islam dari suasana kemunduran kepada kemajuan. Dalam konteks ini modernisasi Islam telah mencakup di berbagai bidang seperti bidang pendidikan, iptek, sosial, ekonomi, dan politik yang menimbulkan beberapa masalah yang harus diatasi. Dalam dunia modern ini kompatibilitas Islam diperlukan untuk mengatasi berbagai masalah dalam kehidupan. B. Biografi Nurcholis Madjid Nurcholis Madjid Lahir di Jombang, Jawa Timur, 17 Maret 1939 dan meninggal di Jakarta, 29 Agustus 2005 pada umur 66 tahun. Putra dari pasangan suami istri H. Abdul Madjid dan Hj. Fathonah ini sedari kecil diberi nama Abdul Malik. Perubahan nama menjadi Nurcholis Madjid terjadi k etika menginjak usia 6 tahun. Hal ini terjadi karena dalam tradisi Jawa, anak yang sering menderita sakit dianggap kabotan jeneng, dan oleh karena itu perlu diganti nama. Lahir di lingkungan pesantren, ayahnya adalah adalah santri pendiri NU, Hadratusy Syaikh Hasim Asy’ari di Pesantren Tebu Ireng, Jombang.9 Jenjang pendidikan beliau bermula SR (Sekolah Rakyat), sekaligus pada sore harinya beliau juga sekolah di Madrasah al-Wathaniyyah yang didirikan oleh ayahandanya sendiri. Walaupun masuk sekolah pagi dan sore, hal itu tidak membuat Nurcholis kecil merasa berat. Justru prestasi yang dicapainya sangat bagus. Hal itu terlihat dari penguasaan Ilmu Hitung (al-Jabbar) yang selalu mendapatkan nilai tinggi, sedangkan ketika di madrasah beliau mampu dengan mudah menguasai pelajaran di madrasah seperti tata bahasa Arab (Nahw dan Sharf).10 9 Ahmad Gaus AF, Api Islam Nurcholis Madjid; Jalan Hidup Seorang Visioner, (Jakarta: Kompas, 2010). h. 1-2 10 Ahmad Gaus AF, Api Islam. h. 2 6 Tamat dari SR pada 1953, Nurcholis dimasukkan ayahnya ke Pesantren Darul Ulum, yang lebih dikenal dengan Pesantren Rejoso, karena terletak di Desa Rejoso, Kecamatan Peterongan. Ia tidak dikirim ke Pesantren Tebu Ireng, almamater ayahnya dulu. Sebab, saat itu K.H. Hasyim Asy’ari telah wafat. Sedangkan, Pesantren Rejoso saat itu diasuh oleh Kiai Romli Tamim dan K.H. Dahlan Cholil. Kiai Romli adalah kawan dekat ayahanda beliau ketika masih nyantri di Tebu Ireng. Dengan kata lain, sebenarnya ayahanda Cak Nur menitipkannya kepada temannya sendiri.11 Suasana politik menjelang pemilu 1955 sangat terasa di desa-desa, bahkan juga masuk ke lingkungan pesantren. Pada tahun 1952, NU telah menyatakan keluar dari Masyumi. Sedangkan ayah Cak Nur adalah pendukung Masyumi yang setia, karena berpegang pada perkataan dari K.H. Hasyim Asy’ari yang beliau anggap sebagai ‘fatwa’, bahwa, Masyumi merupakan satu-satunya partai Islam. Akhirnya, dampak dari sikap politik ayahnya tersebut segera terasa oleh Cak Nur. Saat belajar, ia sering disindir oleh para pengajar sebagai anak Masyumi yang kesasar (di sarang NU). Selain para pengajar, para santripun ikutikutan menyindir Cak Nur karena perbedaan tersebut. Akhirnya, karena ketidaknyamanan tersebut, Cak Nur dipindahkan ayahnya ke Pesantren Gontor.12 Ketika nyantri di Gontor, Cak Nur menjadi santri kesayangan K.H. Zarkasyi (Pengasuh Pesantran Gontor kala itu). Hal ini karena kecerdasan dan keuletan yang dimiliki oleh beliau. Lulus dari Gontor, beliau didaftarkan oleh kianya tersebut ke Mesir. Namun pada saat itu Mesir sedang bergejolak, dan mahasiswa dari luar negeri tidak bisa mendapatkan visa untuk ke sana. Akhirnya, atas petunjuk K.H. Zarkasyi, Cak Nur meneguhkan pilihannya untuk melanjutkan 11 Ahmad Gaus AF, Api Islam. h. 11 12 Ahmad Gaus AF, Api Islam. h. 15 7 studi di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan lulus pada tahun 1968 dengan predikat Cum Laude.13 Ketika di Jakarta, sembari kuliah di IAIN Syarif Hidayatullah, Nurcholish Madjid tinggal di Masjid Agung al-Azhar, Kebayoran Baru dan sedemikian Akrab dengan Buya Hamka dan ia sedemikian kagum terhadap dakwah Buya yang mampu mempertemukan pandangan kesufian, wawasan budaya dan semangat al-Qur’an sehingga paham keislaman yang ditawarkan Buya sangat menyentuh dan efektif untuk masyarakat Islam kota. Minat Nurcholis Madjid terhadap kajian keislaman semakin mengkristal dengan keterlibatannya di HMI. Dia terpilih menjadi Ketua Umum Pengurus Besar HMI selama dua periode berturut-turut dari tahun 1966-1969 hingga 1969-1971. Ia pun menjadi presiden Persatuan Mahasiswa Islam Asia Tenggara (PEMIAT) periode 1967-1969. Dan untuk masa bakti 1969-1971, Cak Nur menjadi Wakil Sekretaris Umum International Islamic Federation of Students Organisation (IIFSO).14 Pada tahun 1984, ia berhasil menyandang gelar philosophy Doctoral (Ph.D) di Universitas Chicago dengan nilai cum laude. Adapun disertasinya ia mengangkat pemikiran Ibnu Taymiah dengan judul “Ibn Taymiyah dalam ilmu kalam dan filsafat: masalah akal dan wahyu dalam Islam” (Ibn Taymiyah in Kalam and Falsafah: a Problem of Reason and Revelation in Islam). Disertasi doktoral yang dilakukan ini menunjukkan atas kekaguman dirinya terhadap tokoh tersebut. Kekaguman ini pun menjadi pengakuan yang disampaikannya.15 13 Komaruddin Hidayat, “Kata Pengantar”, dalam Nurcholish Madjid, Islam Agama Kemanusiaan; Membangun Makna dan Relevansi Islam dalam Sejarah (Jakarta: Paramadina, 1995), h. 7 14 Greg Barton, Gagasan Islam Liberal di Indonesia, Pemikiran Neo-Modernisme Nurcholish Madjid, Djohan Effendi, Ahmad Wahid, dan Abdurrahman Wahid, terj., Nanang Tahqiq (Jakarta : Paramadina, 1999), h. 78. 15 Greg Barton, Gagasan Islam ..., h. 79 8 C. Karya-Karya Nurcholis Madjid Diantara karya-karya Nurcholis Madjid dalam Bahasa Indonesia antara lain: 1. Khazanah Intelektual Islam. 2. Islam Kemodernan dan Keindonesiaan 3. Islam Doktrin dan Peradaban: Sebuah Telaah Kritis tentang Masalah Keimanan, Kemanusiaan dan Kemodernan 4. Islam Kerakyatan dan Keindonesiaan: Pikiran-Pikiran Nurcholish Madjid “Muda”.(1994) 5. Pintu-Pintu Menuju Tuhan (1994). 6. Islam Agama Peradaban: Membangun Makna dan Relevansi Doktrin Islam dalam Sejarah (1995). 7. Islam Agama Kemanusiaan: Membangun Tradisi dan Visi Baru Islam Indonesia (1995). 8. Masyarakat Religius (1997). 9. Tradisi Islam: Peran dan Fungsinya dalam pembangunan di Indonesia (1997). 10. Kaki Langit Peradaban Islam (1997 11. Bilik-Bilik Pesantren: Sebuah potret Perjalanan (1997) 12. Dialog Keterbukaan: Artikulasi Nilai Islam dalam Wacana Sosial Politik Kontemporer (1997). 13. Cendekiawan dan Religiusitas Masyarakat: Kolom-Kolom di Tabloid “Tekad” (1999). 14. Cita-cita Politik Islam di Era Reformasi (1999). 15. Indonesia Kita (2003).16 Sedangkan karya-karya beliau dalam bahasa Inggris antara lain: 1. The Issue of Modernization Among Muslimin in Indonesia: From a participant’s Paint of View, dalam Gloria Davies (ed.) Komaruddin Hidayat, “Kata Pengantar”, ..., h. 10 16 9 2. What is Modern Indonesia Culture? (Athens, Ohio, University of Ohio Southeast Asia Studies, 1979) 3. Islam in the Contemporary World, (Notre Dame, Indiana, Cross Roads Books, 1980)17 D. Pokok-Pokok Pemikiran Nurcholis Madjid Membicarakan pemikiran Nurcholis Madjid, tidak akan bisa tersampaikan secara komperehensif jika hanya disampaikan di dalam makalah yang sangat terbatas ini. Sebagai intelektual yang pemikirannya ensiklopedis, pemikirannya juga meliputi banyak isu dan sangat komperehensif. Oleh karena itu, pemakalah akan menyampaikan beberapa pokok pemikiran Nurcholis Madjid, termasuk juga pemikiran-pemikiran beliau yang sangat kontroversial, antara lain: 1. Sekularisasi Polemik seputar pemikiran sekularisasi Cak Nur muncul ketika beliau menyampaikan makalahnya yang berjudul, “Keharusan Pembaruan Pemikiran Islam dan Masalah Integrasi Umat” yang dipresentasikan pada pertemuan silaturahim antara para aktivis, anggota, dan keluarga dari empat organisasi Islam, yaitu Persami, HMI, GPI, dan PII yang diselenggarakan oleh PII Cabang Jakarta, di Jakarta 3 Januari 1970.18 Lebih lanjut, inilah kutipan ide sekularisasi dari makalah tersebut: “Dengan sekularisasi tidaklah dimaksudkan penerapan sekularisme, sebab, secularism is the name of an ideology, a new closed world view which functions very much like a new religion. Dalam hal ini yang dimaksudkan ialah setiap bentuk liberating development. Proses pembebasan ini terutama diperlukan karena umat Islam, akibat daripada perjalanan sejarahnya sendiri, tidak sanggup lagi membedakan di antara nilai-nilai yang disangkanya Islamis itu mana yang transendental dan mana yang temporal. Malahan hirarki nilai itu sering dalam Komaruddin Hidayat, “Kata Pengantar”, ..., h. 12 17 18 Budi Munawar Rahman, Ensiklopedi Nurcholis Madjid, (Bandung: Mizan, 2006) h. 11 10 keadaan terbalik, transendental menjadi temporal dan sebaliknya atau menjadi transendental semuanya, bernilai ukhrowi tanpa kecuali. Sekalipun mungkin mereka tidak mengucapkannya secara lisan, malahan memungkirinya, namun sikap itu tercermin dalam tindakan-tindakan mereka sehari-hari. Akibat dari hal itu, sudah maklum, cukup parah: Islam menjadi senilai dengan tradisi dan menjadi Islamis sederajat dengan menjadi tradisionalis. Karena pembelaan Islam menjadi sama dengan pembelaan tradisional inilah maka timbul kesan bahwa kekuatan Islam adalah kekuatan tradisi yang bersifat reaksioner. Kacamata hirarki nilai di kalangan kaum Muslimin telah membikinnya tidak sanggup mengadakan respon yang wajar terhadap perkembangan pemikiran yang ada di dunia dewasa ini. Jadi dengan sekularisasi tidaklah dimaksudkan penerapan sekularisme dan mengubah kaum Muslimin menjadi kaum sekularis. Tetapi dimaksudkan untuk menduniawikan nilai-nilai yang sudah semestinya bersifat duniawi, dan melepaskan umat Islam dari kecenderungan untuk mengukhrawikannya. Dengan demikian kesediaan mental untuk selalu menguji dan menguji kembali kebenaran suatu nilai di hadapan kenyataan-kenyataan, materiil, moril maupun historis menjadi sifat kaum Muslimin. Lebih lanjut dengan sekularisasi dimaksudkan untuk lebih memantapkan tugas duniawi manusia sebagai Khalifah Allah di bumi. Fungsi sebagai Khalifah Allah itu memberikan ruangan bagi adanya kebebasan manusia untuk menetapkan dan memilih sendiri cara dan tindakan-tindakan dalam rangka perbaikan hidupnya di atas bumi ini, dan sekaligus memberikan pembenaran bagi adanya tanggungjawab manusia atas perbuatan-perbuatan itu di hadapan Tuhan.”19 2. Modernisasi Modernisasi yang ditawarkan Cak Nur bukanlah modernisasi dengan mengikuti Barat (westernisasi), melainkan hampir identik dengan pengertian rasionalisasi. Hal itu berarti proses perombakan pola berfikir dan tata kerja lama 19 Nurcholis Madjid, Keharusan Pembaruan Pemikiran Islam dan Masalah Integrasi Umat, makalah didownload dari formuda.files.wordpress.com (diunduh 13/10/2019) 11 yang tidak aqliah (rasional), dan menggantinya dengan pola berfikir dan tata kerja baru yang aqliah. Kegunaannya ialah untuk memperoleh daya guna dan efisiensi yang maksimal. Hal itu dilakukan dengan menggunakan penemuan mutakhir manusia dalam bidang ilmu pengetahuan.20 3. Liberalisasi Liberalisasi pemikiran yang ditawarkan oleh Cak Nur juga menimbulkan perdebatan dan kritik dari berbagai kalangan. Lebih jelasnya, ide tersebut antara lain: “Salah satu balai pendidikan Islam yang liberal, yaitu Balai Pendidikan Darussalam di Gontor, Ponorogo (Jawa Timur) mencantumkan sebagai motonya berfikir bebas, setelah berbudi tinggi, berbadan sehat dan berpengetahuan luas. Di antara kebebasan-kebebasan perorangan, kebebasan berfikir dan menyatakan pendapat adalah yang paling berharga. Seharusnya kita mempunyai kemantapan kepercayaan bahwa semua bentuk fikiran dan ide, betapapun anehnya kedengaran di telinga, haruslah mendapatkan jalan untuk dinyatakan. Tidak jarang dari pikiran-pikiran dan ide-ide itu yang umumnya semula dikira salah dan palsu, ternyata kemudian benar. Kenyataan itu merupakan pengalaman dari setiap gerakan pembaruan, perorangan maupun organisasi, di mana saja di muka bumi ini. Selanjutnya di dalam pertentangan pikiran-pikiran, ide-ide, kesalahan sekalipun memberikan kegunaan yang tidak kecil, sebab ia akan mendorong kebenaran untuk menyatakan dirinya dan tumbuh menjadi kuat. Agaknya tidaklah sama sekali omong kosong bila Nabi kita menyatakan bahwa perbedaan pendapat di kalangan umatnya merupakan rahmat. Kebebasan berfikir ini dengan baik sekali diterangkan oleh OW Holmes ketika dia mengatakan: The ultimate good desire is better reached by free trades in indeas that the best test of truth is the power of thought to get itself accepted competition of the market, and that truth is the only ground upon which their wishes safely can be carried out. (kebaikan terakhir yang dikehendaki adalah lebih baik dicapai 20 Nurcholis Madjid, Islam; Kemodernan dan Keindonesiaan, (Bandung: Mizan, 2008).h. 180 12 melalui perdagangan-perdagangan bebas dalam ide-ide. Bahwa sebaik-baiknya ujian bagi suatu kebenaran ialah kekalutan fikiran untuk membuat dirinya dapat diterima dalam kompetisi pasar, dan bahwa kebenaran adalah satu-satunya landasan di atas mana keinginan-keinginan mereka dengan selamat dapat dilaksanakan). Karena tiadanya pikiran-pikiran yang segar, kita telah kehilangan apa yang dikemukakan di muka, yaitu psychological striking force (kekuatan maknawi yang ampuh), sebab tidak ada suatu badan dengan pikiran yang bebas yang memusatkan perhatiannya kepada tuntutan-tuntutan segera dari pada kondisi-kondisi masyarakat yang tumbuh terus, baik di bidang ekonomi, politik, maupun sosial. Walaupun begitu masih harus diakui bahwa pikiran-pikiran kita yang berdasarkan Islam itu dapat menyelesaikan problema-problema itu sebaikbaiknya jika dipersesuaikan, dipersegar, diperbaharui, dan diorganisir (dikoordinir) untuk membuat ide-ide sejalan dengan kenyataan zaman sekarang. Sebagai contoh ajaran tentang syura atau musyawarah umpamanya, telah diterima oleh umat Islam secara umum sebagai sama atau dekat dengan ajaran demokrasi yang berasal dari Barat itu. Tetapi di pihak lain ajaran prinsipil Islam tentang keadilan sosial dan pembelaan kaum lemah, miskin dan tertindas yang terdapat di mana-mana dalam kitab suci belum menemukan jalan keluarnya untuk menjadi ide-ide dengan perumusan aplikatifnya yang dinamis dan progresif, sebab umat Islam nampaknya masih tabu terhadap kata-kata sosialisme, yaitu ide yang seperti halnya dengan demokrasi juga berasal dari Barat dan kira-kira sama artinya dengan pokok-pokok ide Islam tersebut. Halangan psychologis apakah yang ada pada umat Islam jika karena bukan ketiadaan kebebasan berfikir? Karenanya kemudian umat Islam tidak mampu mengambil inisiatif-inisiatif dalam perkembangan masyarakat duniawi ini, dan inisiatif-inisiatif selalu direbut oleh orang lain, sehingga posisi-posisi strategis di bidang pemikiran dan ide berada di tangan mereka, kemudian Islam di-excludekan dari padanya. Sebenarnya penting untuk diketahui bahwa persis sebagaimana dalam operasi-operasi militer seseorang merebut posisi di medan pertempuran dan 13 dengan begitu menghalangi musuh untuk mendudukinya, maka dalam percaturan politik yang maknawi itu mungkin saja untuk merebut posisi-posisi abstrak dan mempertahankannya jangan sampai jatuh ke tangan musuh atau orang lain. Dalam hal inilah kita melihat kelemahan utama umat Islam. Kesemuanya itu sekali lagi akibat dari pada tiadanya kebebasan berfikir, kacaunya hirarki antara nilai-nilai mana yang ukhrawi dan mana yang duniawi, sistem berfikir yang masih terlalu tebal diliputi oleh tabu dan apriori dan sebagainya.”21 Itulah beberapa pokok pemikiran Nurcholis Madjid yang menurut pemakalah perlu untuk dikemukakan. Secara garis besar, ide-ide Cak Nur terangkum dalam 3 hal pokok yang tidak terpisahkan, yaitu, Islam; Kemodernan dan Keindonesiaan (yang akhirnya dijadikan sebagai judul buku). E. Tokoh Yang Mempengaruhi Pemikiran Nurcholish Madjid Tokoh-tokoh yang mempengaruhi pemikiran Nurcholish Madjid antara lain: 1. Ibnu Taimiyah Sosok Ibnu Timiyah bagi Nurcholis Madjid tentulah tidak asing lagi, sebagai bukti disertasi Doktoral Nurcholish Madjid dalam bidang “Islamic Thouhgt” di Universitas Chicago yang berjudul Ibn Taimiyah on Kalam dan Filsafat: a problem and Revalation (Ibn Taimiyah dalam kalam dan filsafat: Masalah Akal dan wahyu dalam Islam)22 Ibnu Taimiyah adalah seorang intelektual besar yang nampaknya tidak banyak dipahami, padahal intelektuallismenya sangat baik jika diteladani dan dikembangkan lebih lanjut. Nurcholish Madjid menyebut Ibnu Taimiyah sebagai “moyang” kaum pembaharuan Islam di Zaman modern.23 21 Nurcholis Madjid, Keharusan Pembaruan Pemikiran Islam dan Masalah Integrasi Umat, makalah didownload dari formuda.files.wordpress.com (diunduh 13/10/2019) 22 Nurcholis Madjid, Islam Dokrin dan Peradaban, cet.III (Jakarta: Paramadina, 1995), h. 42. 23 Nurcholis Majid, Islam Agama kemanusiaan:Membangun Tradisi dan VISI Baru Islam Indonesia, (Jakarta: Paramadina, 2003), h. 142. 14 John L. Esposito menggambarkan bahwa barangkali tidak ada ulama aktivis dari zaman pertengahan yang memiliki pengaruh lebih besar dibandingkan Ibnu Taimiyah (1268-1328). Sebagai ulama di bidang aqidah dan hukum Islam sekaligus sosok politikus, ia adalah suara konservatif utama yang pada zaman modern ini dibuktikan boleh para pengamat aliran liberal, Konservatif dan Ekstrem. Digambarkan oleh sebagian orang sebagai bapak spiritual dan revolusioner Islam (sunni), yang lainnya memandangnya sebagai “model bagi revivalis dan orang-orang yang waspada, bagi para reformis fundamentalis, dan para pengemban risalah lainnya untuk memperkuat kembali moral. 2. Fazlur Rahman Nama Fazlur Rahman memang cukup popular di kalangan inteletual Indonesia. Pertama datang ke Indonesia pada tahun 1973 dan menjalin hubungan intensif dengan beberapa intelektual muslim Indonesia. Selain itu KaryaKaryanya banyak diterjemahakan dalam bahasa Indonesia. Ditambah lagi dengan gagasan-gagasan dan pemikiran Fazlur Rahman diakui mempengaruhi pergerakan dan pembaharuan dalam pemikiran Islam, termasuk di Indonesia. Gerakan pembaharuan Islam Fazlur Rahman seperti dikutip Junaidi Indrus, diformulasikan ke dalam empat kategori, pertama, revivalisme (pembangkitan kembali) pramodernitas yang muncul pada abad ke-18 dan abad ke-19 di semenanjung Arabia, India , dan Afrika, kedua, modernis klasik yang muncul pada pertengahan abad ke-19 dan abad ke-20 dibawah pengaruh ide-ide Barat. ketiga, revivalisme pasca modernism dan peraktek bentuk pendidikan Islam yang telah dimodernisasi, keempat, neo modernism yang ditandai dengan sikap selektif terhadap cara-cara dan metodologi untuk membangun masa depan Islam. Rekontruksi Islam adalah sebuah keniscayaan. Secara jelas harus dibedakan antara Islam noramatif dan Islam sejarah. Secara normative berakaitan dengan Alquran dan Hadis Nabi Muhammad SAW, sementara dalam kontek sejarah, Islam interpertasikan umat dengan konteks zamannya. Menurut Fazlur 15 Rahman perlu upaya rekontruksi Ilmu-ilmu Islam yang mencakup teologi, filsafat, dan Ilmu-ilmu sosial. Dalam bidang hukum Fazlur Rahman mengatakan, suatu hukum dapat berubah secara formal pada saat menghadapi perubahan sosial, dengan cacatan jiwa dan etik yang mendasar hukum formal tetap dan tidak berubah. 24 Nurcholis Madjid memberikan komentar bahwa perhatian Fazlur Rahman kepada kitab suci sangat besar, sehingga dalam menjelasakan arti sebah firman Allah sangat fasih dengan ke berbagai sumber kalsik, dan dengan kritis mencari relevansinya untuk maslah-masalah kontemoper. Uraian diatas setidaknya memberikan bahwa pembaharuan pemikiran Islam Nurcholish Madjid sejalan dengan neo-modernism Fazlur adalah tokoh utama pemikir neo-modernisme dalam Islam. Dalam kontek Indonesia berhasil melahirkan tokoh-tokoh modernism seperti Nurcholis Madjid. Asumsi ini berdasarkan pada sentral pemikiran Fazlur Rahman yang berupaya untuk mengkeritik pemikiran modern abad ke-19 dan membangaun paradigma baru yang signifikan. F. Pengaruh Pemikiran Nurcholish Madjid dalam Islam Dalam usaha menatap masa depan Islam, Nurcholis Madjid memperlihatkan sikapnya yang penuh semangat keterbukaan dan cenderung progresif, Umat Islam menurut penglihatanya cenderung taklid dan “takut” untuk berkreasi dan inovatif, sehingga membuatnya lamban untuk menggapai kemajuan sebagai agama yang memberikan kedamain (Islam). Dalam usaha menggambarkan pengaruh pemikiran Cak Nur, dapat kita kemukankan aspek-aspek pemikirannya. Tentu dalam mendeskripsikan pengaruhnya itu perlu melihat kontribusinya.25 24 Fazlur Rahman, Islam, cet: v,(cet: Ahsin Mohammad), (Bandung: Pustaka, 2003), h. 114. 25 Syahrin Harahap, Metodologi Studi Tokoh Pemikiran Islam, (Jakarta: Predana Medan Group, cet 1, 2011), h.38-39. 16 Dalam semua aspek pembaharuanya, yaitu. Pertama, melihat bagaimana perkembangan pemikiran Islam di Indonesia, setelah membandingkan dengan masa sebelumnya, kedua, melihat bagaimana kiprah Nurcholis Madjiddalam dunia politik, serta mengemukakan ide-idenya untuk perkembangan politik Indonesia. Ketiga, melihat bangaimana analisisnya terhadap kondisi sosial dan budaya di Indonesia. Dalam ketiga aspek itu, juga perlu dikemukakan mana pemikiran yang untuk saat ini dan mana pemikiran untuk masa yang akan datang. Untuk membangkitkan semangat Islam yang telah “hilang” itu perlu untuk meninjau kembali pemahaman yang dianggap sudah mapan itu memberi inspirasi baru atau sebagai tolok ukur sebagaimana yang pernah dilakukan oleh orangorang sebelum kita.Hal ini bukan di maksudkan untuk dimaknai penegakan apa yang disebut Negara Islam, sebab yang perlu dikembangkan adalah pemaknaan dan realisasi ajaran Islam (substansi) itu sendiri malah apa yang disebut Nurcholis Madjid dengan Negara Islam bukan isu Klasik, tetapi isu Negara Islam adalah isu kontemporer (modern).26 Nurcholis Madjid melihat, pemikiran itu dipengaruhi oleh demokrasi pendidikan umat Islam tanah air, yang tidak dapat ikut berpartisipasi terhadap pendidikan modern saat zaman Belanda. Selain itu sikap non-koperatif para ulama, karena pendidikan modern baru terbuka sekitar tahun 1950-an yang didahului oleh gerakan Muhammadiyah dan al-Irsyad yang mengenal (introduksi) pendidikan modern. Pemahaman umat Islam terhadap agamanya yang terkandung cenderung terpaku terhadap symbol-simbol dan cenderung tekstual dalam meninjau teks-teks keagamaan membuat selalu memunculkan anggapan Negara Islam adalah suatu keniscyaan. Sehingga tanpa kita sadari, sebagimana umat Islam malah memahaminya dengan lebih radikal lagi, tidak jarang fakta-fakta dilapangan, bahwa ada anggapan yang menyatakan ummat Islam cenderung bahkan identik 26 Nurcholish Madjid, Dialog Keterbukaan, Artikulasi Nilai Islam dalam Wacana Sosial Politik Kontemporer, edy A Efendi, edt, (Jakarta: Paramadina, 1998), h. 159 17 dengan terorisme, anggapan itu sebenarnya bukan tanpa alasan, pelaku bom Bali misalnya, memang semua mata tertuju kepada Islam, orang yang terlibat juga berorientasi Islam dan bersimbol Islam. Walaupun demikian bukan berarti ummat Islam adalah sarang dan mengajarkan terorisme. Kesalah pahaman dan kecenderungan tektualistik (metode) terhadap teksteks keagamaan itu mesti diimbangi dengan pemahaman terhadap konteks di masa awal mula perkembangan Islam itu, belum lagi pemahaman ummat Islam yang kecendurngan mengeneralisasi segala persoalan kajiaan adalah menjadi ruang lingkup Islam, suatu anggapan bahwa Islam juga mengatur segala-galanya termasuk hal-hal yang baru (kontemporer). Pemahaman yang seperti ini sering disandarkan bahwa ayat-ayat alquran sebagai pendukung gerakan-gerakan itu. Maka dalam waca pembaharuan yang dikemukan Nurcholis Madjid sangat jelas pemisahan antra dunia dan akhirat (sekularisasi),27 walaupun ide itu mendapat tantangan keras, terutama dari kalangan intelektual seperti Rasjidi, terlepas dari itu tanpa kita sadari bahwa perkembangan umat islam dalam kiprahnya berbangsa dan bernegara telah memilih jalan itu (sekularisasi). Dapat kita lihat bahwa apa yang disebut dengan syari‟at Islam dengan kelengkapan hukum dan tatanan sosial tidak di terapkan secara bulat-bulat semata, melainkan dilakukan secara keritis dan kesesuain dengan keperluan jaman, dan menurut penelitian Cak Nur, para ulama Fiqih sendiri yang bergerak dalam bidang pemikiran hukum Islam juga meyadari hal itu.28 Gerakan yang seperti yang di lakukan Nurcholis Madjid guna memberikan pandangn yang dalam bermakna demi menatap kehidupan masa depan, hal ini sangat jelas terlihat saat dia terpilih menjadi ketua umum HMI, akar haluan yang 27 Nurcholish Madjid Islam Kemodrenan dan kindonesian dan keidonesiaan, (Jakarta: Paramadina, 1998), h. 221 28 Nurcholish Madjid Konsep Ashab Al-Nuzul Dan Relevansinya Bagi Pandangan Historis Segi-Segi Tertentu Ajaran Keagamaan, dalam Budhi Munawar Rahman (edt) kontektualis dokrin islam sejarah. (Jakarta: Paramadina, cet, 1994), h. 29 18 terarah dari pemikiran Nurcholis Madjid hingga menyedot banyak perhatian Ummat, terutama generasi intelektual tanah air. Pergulantan Nurcholis Madjid dalam mengahadapi perubahan iklim pemikiran dunia, membuahkan pemikiran yang bersifat progresif, maka istilah modrenisasi menjadi topik yang ramai dibicarakn, baik dikalangan bawah dan kalangan atas, kiprah Nurcholis Madjid untuk memandang modernisasi cukup mempengaruhi cara berpikir sebagai masyarak Indonesia, yang dapat menyerang agama. Modernisasi dilihat sebagai tantangan bagi Islam Indonesi. Dengan ini Nurcholis Madjid memaksudkan sebuah pola pikir yang hanya melihat dampak negatife dari modernisasi bagi Indonesia , Agar bisa surve dengan perkembangan zaman Islam Indonesia tidak bisa menolak modernisaisi mentah-mentah kalu tidak mau tinggal kerta kemajuan peradaban. Menurut Nurcholis Madjid ide-ide modernitas semacam pola hubungan agama dan Negara, soal demokrasi, keadilan, persoalan intra agama, pandanga Islam terhadap agama-agama lain adalah sebuah isu yang mestinya disikapi secra arif.29 Modernisasi benar bersal dari Barat, akan tetapi tidak dengan itu Islam Indonesia Khusunya, antisipasi terhadap Barat dan modernisasi membebaskan manusia dari peraktik dehumanisasi. Tujuan inilah yang hendak dicapai oleh Nurcholish Madjid. Dalam karya Islam Dokrin dan Perdaban Nurcholis Madjid menegaskan iman, dalam arti bahwa modernisasi adalah sebuah batu uji bagi bagi penghayatan iman yang mendalam setiap pribadi. Selain moderenisasi juga merupakan sebuah sarana untuk mempertajam rasio manusia agar dapat menghayati imanya serta mampu menjawab segala persolan dialaminya dengan pikiran yang jernih. Pembaharuanyang dilakukan Nurcholis Madjid bersifat dekontruksi memberikan sadaran yang cukup kuat bagi setiap peribadi untuk mengintegrasikan modernisasi sebagai motor penggerak kemajuan bangsa agar 29 Budhy Munawar-rachman, Membaca Nurcolish Madjid, (Jakarta: Lembaga Studi Agama dan Filsafat, 2008), h. 144. 19 bangsa Indonesia tidak kalah bersaing dengan bangsa lain,akan tetapi kita teliti dengan seksama “serangan” pikiran pencerahan Nurcholis Madjid adalah akar dari pola hidup manusia Indonesia itu sendiri yakni agama, jadi dengan menghembuskan angin perubahan pola dan sikap dari ketertutupan menuju keterbukaan tanpa kehilangan semangat dan kemurnian dari agama setiap pribadi. 20 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan di atas, maka kesimpulan makalah ini sebagai berikut: Modernisasi adalah pikiran atau gerakan untuk menyesuaikan pahampaham keagamaan Islam dengan perkembangan baru yang ditimbulkan oleh kemajuan-kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Dengan jalan itu pemimpin-pemimpin islam modern mengharap akan dapat melepaskan umat islam dari suasana kemunduran kepada kemajuan. Dalam konteks ini modernisasi Islam telah mencakup di berbagai bidang seperti bidang pendidikan, iptek, sosial, ekonomi, dan politik yang menimbulkan beberapa masalah yang harus diatasi. Dalam dunia modern ini kompatibilitas Islam diperlukan untuk mengatasi berbagai masalah dalam kehidupan. Konsep modernisasi Islam Nurcholish Madjid menghendaki seorang muslim senantiasa modern, karena modernisasi harus rasionalisasi. Rasionalisasi, bukan harus weternisasi. Perombakan tata kerja lama yang tidak akliyah, menggantinya dengan yang akliyah dan juga harus bersesuaian dengan hukum alam yang berorintasi pada nilai-nilai Islam. Modernisasi berarti rasionalisasi untuk memperoleh daya guna dalam berpikir dan bekerja secara maksimal merupakan perintah Tuhan. Kontribusi pemikiran modernisasi Islam Nurcholish Madjid berkeinginan bahwa pola pemikiran umat Islam harus maju dan mau mengambil ilmu pengetahuan dari siapa saja tidak hanya kepada umat Islam saja, akan tetapi nilainilai islam tetap diutamakan dan jangan ditinggalkan dan keinginan membangun kembali khazanah-khazanah keilmuan yang pernah dicapai oleh para ulama terdahulu agar bisa di wujudkan kembali. 21 B. Saran Demikian makalah tentang Pemikiran Nurcholis Madjid tentang Islam kemodernan dan keindonesiaan. Penulis menyadari bahwa makalah yang disusun ini jauh dari pada sempurna dan juga masih banyak kesalahan, untuk itu penulis harapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca agar dalam pembuatan makalah selanjutnya menjadi lebih baik. Dan semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita. Amin 22 DAFTAR PUSTAKA AF, Ahmad Gaus, Api Islam Nurcholis Visioner, Jakarta: Kompas, 2010. Madjid; Jalan Hidup Seorang Barton, Greg, Gagasan Islam Liberal di Indonesia, Pemikiran Neo-Modernisme Nurcholish Madjid, Djohan Effendi, Ahmad Wahid, dan Abdurrahman Wahid, terj., Nanang Tahqiq, Jakarta : Paramadina, 1999. Effendi, Bahtiar, Islam dan Negara: Transformasi Pemikiran dan Politik Islam di Indonesia, Jakarta: Paramadina, 1998. Harahap, Syahrin, Metodologi Studi Tokoh Pemikiran Islam, Jakarta: Predana Medan Group, cet 1, 2011. Hidayat, Komaruddin, “Kata Pengantar”, dalam Nurcholish Madjid, Islam Agama Kemanusiaan; Membangun Makna dan Relevansi Islam dalam Sejarah, Jakarta: Paramadina, 1995. Madjid, Nurcholis, Islam Dokrin dan Peradaban, cet.III, Jakarta: Paramadina, 1995. Madjid, Nurcholis, Keharusan Pembaruan Pemikiran Islam dan Masalah Integrasi Umat, makalah didownload dari formuda.files.wordpress.com (diunduh 13/10/2019) Madjid, Nurcholish, Dialog Keterbukaan, Artikulasi Nilai Islam dalam Wacana Sosial Politik Kontemporer, edy A Efendi, edt, Jakarta: Paramadina, 1998. Madjid, Nurcholish, Konsep Ashab Al-Nuzul Dan Relevansinya Bagi Pandangan Historis Segi-Segi Tertentu Ajaran Keagamaan, dalam Budhi Munawar Rahman (edt) kontektualis dokrin islam sejarah. Jakarta: Paramadina, cet, 1994. Madjid, Nurcholish. Islam Kemodernan dan Keindonesiaan. Bandung: Mizan. 1992. Madjid, Nurcholish. Pikiran- Pikiran Nurcholish Muda Islam Kerakyatan dan Keindonesiaan. Bandung: Mizan,1996. Majid, Nurcholis, Islam Agama kemanusiaan:Membangun Tradisi dan VISI Baru Islam Indonesia, Jakarta: Paramadina, 2003. Musyrifah. Sunanto, Sejarah Peradaban Islam Indonesia. Jakarta: Rajawali Pers, 2014. Pardoyo, Sekularisasi dalam Polemik, Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1993. Rahman, Budi Munawar, Ensiklopedi Nurcholis Madjid, Bandung: Mizan, 2006. Rahman, Fazlur, Islam, cet: v,(cet: Ahsin Mohammad), Bandung: Pustaka, 2003.