Uploaded by Imam Mustaim

Nurcholis Madjid Islam kemodernan dan keindonesiaan

advertisement
i
Tugas: Makalah
PEMIKIRAN NURCHOLIS MADJID TENTANG ISLAM KEMODERNAN
DAN KEINDONESIAAN
OLEH
Surianti, S.Kom
PASCA SARJANA
PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
KENDARI
2019
i
ii
KATA PENGANTAR
‫الحمد هلل و الصال ة و السال م على رسول هللا وءلى اله وصحبه اجمعين‬
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan petunjuk dan pertolongan sehingga penyusunan tulisan ini selesai
dengan judul “Pemikiran Nurcholis Madjid tentang Islam kemodernan dan
keindonesiaan”. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi besar Muhammad
SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya yang telah menuntun manusia ke jalan
yang benar, di jalan yang diridlai Allah SWT.
Penulis menyadari akan keterbatasan kemampuan yang ada, baik dari segi
kemampuan berfikir maupun fasilitasnya, Selaku insan yang memahami kelemahan
untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang tak terhingga
kepada teman teman yang telah membantuh penulis dalam menyelesaikan tulisan ini.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan segala
kritikan yang sifatnya membangun dari semua pembaca demi kesempurnaan tulisan
selanjutnya. Dengan mengucapkan Alhamdulillah, semoga Allah SWT memberikan
rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Amin.
Kendari, 02 Oktober 2019
Penulis
Surianti, S.Kom
ii
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................
KATA PENGANTAR .................................................................................
DAFTAR ISI ................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................
B. Rumusan Masalah .................................................................
C. Tujuan Penulisan ...................................................................
BAB II
1
2
2
PEMBAHASAN
A.
B.
C.
D.
E.
F.
BAB III
hal
i
ii
iii
Pengertian Islam Kemodernan Dan Keindonesiaan ..............
Biografi Nurcholis Madjid ....................................................
Karya-Karya Nurcholis Madjid.............................................
Pokok-Pokok Pemikiran Nurcholis Madjid ..........................
Tokoh Yang Mempengaruhi Pemikiran Nurcholish .............
Pengaruh Pemikiran Nurcholish Madjid dalam Islam ..........
3
5
8
9
13
15
PENUTUP
A. Kesimpulan ...........................................................................
B. Saran ......................................................................................
20
21
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................
22
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Nurcholish Madjid dikenal sebagai penarik gerbong pembaharu pemikiran
Islam di Indonesia. Oleh pengamat Islam kontemporer, gagasannya dianggap
sebagai paradigma intelektual gerakan pembaruan teologis di Indonesia.1 Pada
tahun 1970-an Nurcholish meyampaikan pidato di Taman Ismail Marzuki yang
berjudul “Keharusan Pembaruan dalam Islam dan Masalah Integrasi Ummat”, inti
dari pidato tersebut adalah kegelisahan intelektual Nurcholish melihat kebuntuan
pemikiran umat Islam di Indonesia dan hilangnya kekuatan daya dobrak
psikologis dalam perjuangan mereka. Kemandegan itu ia lihat dari bagaimana
umat Islam tidak bisa membedakan hal yang bersifat transenden dan temporal.
Bahkan umat Islam kadang menempatkan nilai-nilai temporal menjadi nilai
transenden, begitupun sebaliknya.2 Maka menurut Nurcholish upaya pembaruan
pemikiran merupakan jalan keluar yang harus ditempuh untuk keluar dari
kemandegan berpikir tersebut.
Meski demikian Nurcholish dianggap sebagai sosok kontroversial karena
gagasan yang sering ia lontarkan sering disalahpahami dan mendapat kritik tajam
dari berbagai pihak bahkan teman dekat dia sendiri. Salah satu gagasan yang
sering menjadi kritik tersebut adalah ide sekularisasi. Menurut para pengkritiknya
bahwa ide sekularisasi dapat menjadi hal yang berbahaya bagi akidah umat Islam
karena merupakan gagasan yang berasal dari Barat. Selain itu ide sekularisasi
dianggap memisahkan dunia dan akhirat padahal dalam Islam tidak mengenal
konsep tersebut. Namun sekularisasi menurut Nurcholish tidak demikian. Ia
mengatakan
bahwa
sekularisasi
tidaklah
bermaksud
sebagai
penerapan
sekularisme dan mengubah kaum muslim menjadi sekularis. Namun ini
1
Bahtiar Effendi, Islam dan Negara: Transformasi Pemikiran dan Politik Islam di Indonesia,
(Jakarta: Paramadina, 1998), h. 21
2
Bahtiar Effendi, Islam dan Negara: ..., h. 137
1
2
dimaksudkan agar umat Islam menduaniawikan hal-hal yang mestinya bersifat
duniawi dan melepaskan kecenderungan untuk mengukhrawikan-nya.3
Konsep sekularisasi Nurcholish menurut Fahri Ali dan Bahtiar Effendi,
dimaksudkan sebagai lembaga bagi umat Islam untuk “membedakan” bukan
“memisahkan” persoalan dunia dan akhirat. Dengan kata lain Nurcholish
mencoba memberikan penafsiran baru mengenai istilah tersebut. Di sini istilah
sekularisasi digunakan sebagai sarana untuk membumikan ajaran Islam, karena
pada dasarnya sekularisasi dan sekularisme berbeda menurut Nurcholish.4
Berangkat dari asumsi di atas, penulis mengajak kita semua untuk berfikir
dengan membahas bersama makalah Pendekatan Dalam Pengkajian Islam ini
yang berjudul “Pemikiran Nurcholis Madjid tentang Islam kemodernan dan
keindonesiaan”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan paparan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan
masalah dalam penulisan ini yaitu bagaimanakah Pemikiran Nurcholis Madjid
tentang Islam kemodernan dan keindonesiaan itu?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah untuk mengetahui
Pemikiran Nurcholis Madjid tentang Islam kemodernan dan keindonesiaan.
3
Nurcholish Madjid, Islam, Kemodernan dan Keindonesiaan, (Jakarta: Paramadina, 1998), h.
122.
4
Pardoyo, Sekularisasi dalam Polemik, (Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1993), h. 23
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Islam Kemodernan Dan Keindonesiaan
Modernisasi adalah rasionalisasi menurut Nurcholish Madjid yang berarti
rasionalisasi untuk memperoleh dayaguna dalam berfikir dan bekerja yang
maksimal, guna kebahagiaan umat manusia adalah perintah Tuhan yang imperatif
dan mendasar.5
Modernisasi berarti berfikir dan bekerja menurut fitrah atau sunnatullah
(Hukum Ilahi) yang haq (sebab,alam adalah haq). Sunnatullah telah
mengejawantahkan dirinya dalam hukum alam, sehingga untuk dapat menjadi
modern, manusia harus mengerti terlebih dahulu hukum yang berlaku dalam alam
itu (perintah Tuhan). Pemahaman manusia terhadap hukum-hukum alam,
melahirkan ilmu pengeetahuan, sehingga modern berarti ilmiah. Dan ilmu
pengetahuan diperoleh manusia melalui akalnya (rasionya), sehingga modern
berarti ilmiah, berarti pula rasional.
Menjadi modern adalah juga berarti progresif dan dinamis. Jadi tidak
dapat bertahan kepada sesuatu yang telah ada (status quo), dan karena itu bersifat
merombak dan melawan tradisi-tradisi yang terang terang tidak benar,tidak sesuai
dengan kenyataan yang ada dalam hukum alam, tidak rasional, tidak ilmiah.6
Modernisasi yang bermakna pembaharuan dalam Bahasa Indonesia atau
dalam bahasa Arab al-tajdid, mempunyai pengertian “pikiran, gerakan untuk
menyesuaikan paham-paham keagamaan Islam dengan perkembangan baru yang
ditimbulkan oleh kemajuan-kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern.”
Dengan jalan itu pemimpin-pemimpin islam modern mengharap akan dapat
melepaskan umat islam dari suasana kemunduran kepada kemajuan.
5
Madjid, Nurcholish. Pikiran- Pikiran
Keindonesiaan. (Bandung: Mizan,1996), h. 69
6
Nurcholish
Muda
Islam
Kerakyatan
dan
Madjid, Nurcholish. Islam Kemodernan dan Keindonesiaan. (Bandung: Mizan. 1992). 173-
174
4
Sumber Islam Alquran dan Hadist tidak dapat diperbarui. Namun, Alquran
dan Hadist telah diijtihadkan oleh para ulama menjadi kitab-kitab tauhid, tafsir,
fikih, falsafah Islam, dan lain-lain dan ini juga menjadi pedoman bagi umat Islam.
Kalau Alquran dan Hadist tidak boleh diubah atau diperbarui, tetapi ijtihad ulama
tentang Alquran dan Hadist yang kemudian menjadi pedoman-pedoman bidang
tauhid, fikih, dan lain-lain, itu pada masa ulama-ulama yang berijtihad mungkin
masih sesuai dengan kebutuhan umat, tapi pada masa selanjutnya mungkin perlu
diperbarui. Dalam bidang inilah pembaharuan Islam berkecimpung.7
Islam merupakan rahmat bagi seluruh alam yang mempunyai nilai-nilai
universal yang menyangkut sesuai manusia. Islam yang berarti sikap pasrah,
kepatuhan dan ketundukan kepada Allah merupakan sikap umum yang dimiliki
oleh setiap penganutnya. Islam sesuai
dengan jiwanya selali menerima
perkembangan, karena Al Qura’an itu sendiri merupakan wahyu Tuhan yang
bersifat universal dan up-to-date memenuhi tuntutan perkembangan zaman.
Universalisme Islam tergambar pada prisip-prinsip nilai yang dapat diterapkan
dalam kehidupan modern.
Pengertian modern mengacu bukan hanya kepada “zaman”, tetapi yang
lebih penting mengacu kepada “cara berfikir dan bertindak”. Peradaban modern
ditandai oleh dua ciri utama, yaitu rasionalisasi (cara berfikir yang rasional) dan
teknikalisasi (cara bertindak yang teknikal).
Modernisasi sendiri merupakan akibat dari perubahan-perubahan tertentu
dalam ciri khas pemikiran keagamaan; dan banyak di antara alasan-alasan yang
mendukung maupun menentangnya terkait secara sadar atau tidak dengan prinsipprinsip pertama yang melandasi struktur keimanan dan peribadatan umat islam.8
Berdasarkan penjelasan diatas, penulis menyimpulkan bahwa Modernisasi
adalah pikiran atau gerakan untuk menyesuaikan paham-paham keagamaan Islam
7
Sunanto, Musyrifah. Sejarah Peradaban Islam Indonesia. (Jakarta: Rajawali Pers, 2014).
302.
8
Modernisme dalam Islam, BAB II, [pdf], http://digilib.uinsby.ac.id (diunduh 20/10/2019)
5
dengan perkembangan baru yang ditimbulkan oleh kemajuan-kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi modern. Dengan jalan itu pemimpin-pemimpin islam
modern mengharap akan dapat melepaskan umat islam dari suasana kemunduran
kepada kemajuan. Dalam konteks ini modernisasi Islam telah mencakup di
berbagai bidang seperti bidang pendidikan, iptek, sosial, ekonomi, dan politik
yang menimbulkan beberapa masalah yang harus diatasi. Dalam dunia modern ini
kompatibilitas Islam diperlukan untuk mengatasi berbagai masalah dalam
kehidupan.
B. Biografi Nurcholis Madjid
Nurcholis Madjid Lahir di Jombang, Jawa Timur, 17 Maret 1939 dan
meninggal di Jakarta, 29 Agustus 2005 pada umur 66 tahun. Putra dari pasangan
suami istri H. Abdul Madjid dan Hj. Fathonah ini sedari kecil diberi nama Abdul
Malik. Perubahan nama menjadi Nurcholis Madjid terjadi k etika menginjak usia
6 tahun. Hal ini terjadi karena dalam tradisi Jawa, anak yang sering menderita
sakit dianggap kabotan jeneng, dan oleh karena itu perlu diganti nama. Lahir di
lingkungan pesantren, ayahnya adalah adalah santri pendiri NU, Hadratusy
Syaikh Hasim Asy’ari di Pesantren Tebu Ireng, Jombang.9
Jenjang pendidikan beliau bermula SR (Sekolah Rakyat), sekaligus pada
sore harinya beliau juga sekolah di Madrasah al-Wathaniyyah yang didirikan oleh
ayahandanya sendiri. Walaupun masuk sekolah pagi dan sore, hal itu tidak
membuat Nurcholis kecil merasa berat. Justru prestasi yang dicapainya sangat
bagus. Hal itu terlihat dari penguasaan Ilmu Hitung (al-Jabbar) yang selalu
mendapatkan nilai tinggi, sedangkan ketika di madrasah beliau mampu dengan
mudah
menguasai
pelajaran
di
madrasah
seperti
tata
bahasa
Arab
(Nahw dan Sharf).10
9
Ahmad Gaus AF, Api Islam Nurcholis Madjid; Jalan Hidup Seorang Visioner, (Jakarta:
Kompas, 2010). h. 1-2
10
Ahmad Gaus AF, Api Islam. h. 2
6
Tamat dari SR pada 1953, Nurcholis dimasukkan ayahnya ke Pesantren
Darul Ulum, yang lebih dikenal dengan Pesantren Rejoso, karena terletak di Desa
Rejoso, Kecamatan Peterongan. Ia tidak dikirim ke Pesantren Tebu Ireng,
almamater ayahnya dulu. Sebab, saat itu K.H. Hasyim Asy’ari telah wafat.
Sedangkan, Pesantren Rejoso saat itu diasuh oleh Kiai Romli Tamim dan K.H.
Dahlan Cholil. Kiai Romli adalah kawan dekat ayahanda beliau ketika masih
nyantri di Tebu Ireng. Dengan kata lain, sebenarnya ayahanda Cak Nur
menitipkannya kepada temannya sendiri.11
Suasana politik menjelang pemilu 1955 sangat terasa di desa-desa,
bahkan juga masuk ke lingkungan pesantren. Pada tahun 1952, NU telah
menyatakan keluar dari Masyumi. Sedangkan ayah Cak Nur adalah pendukung
Masyumi yang setia, karena berpegang pada perkataan dari K.H. Hasyim Asy’ari
yang beliau anggap sebagai ‘fatwa’, bahwa, Masyumi merupakan satu-satunya
partai Islam. Akhirnya, dampak dari sikap politik ayahnya tersebut segera terasa
oleh Cak Nur. Saat belajar, ia sering disindir oleh para pengajar sebagai anak
Masyumi yang kesasar (di sarang NU). Selain para pengajar, para santripun ikutikutan menyindir Cak Nur karena perbedaan tersebut. Akhirnya, karena
ketidaknyamanan tersebut, Cak Nur dipindahkan ayahnya ke Pesantren Gontor.12
Ketika nyantri di Gontor, Cak Nur menjadi santri kesayangan K.H.
Zarkasyi (Pengasuh Pesantran Gontor kala itu). Hal ini karena kecerdasan dan
keuletan yang dimiliki oleh beliau. Lulus dari Gontor, beliau didaftarkan oleh
kianya tersebut ke Mesir. Namun pada saat itu Mesir sedang bergejolak, dan
mahasiswa dari luar negeri tidak bisa mendapatkan visa untuk ke sana. Akhirnya,
atas petunjuk K.H. Zarkasyi, Cak Nur meneguhkan pilihannya untuk melanjutkan
11
Ahmad Gaus AF, Api Islam. h. 11
12
Ahmad Gaus AF, Api Islam. h. 15
7
studi di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan lulus pada tahun 1968 dengan
predikat Cum Laude.13
Ketika di Jakarta, sembari kuliah di IAIN Syarif Hidayatullah, Nurcholish
Madjid tinggal di Masjid Agung al-Azhar, Kebayoran Baru dan sedemikian
Akrab dengan Buya Hamka dan ia sedemikian kagum terhadap dakwah Buya
yang mampu mempertemukan pandangan kesufian, wawasan budaya dan
semangat al-Qur’an sehingga paham keislaman yang ditawarkan Buya sangat
menyentuh dan efektif untuk masyarakat Islam kota. Minat Nurcholis Madjid
terhadap kajian keislaman semakin mengkristal dengan keterlibatannya di HMI.
Dia terpilih menjadi Ketua Umum Pengurus Besar HMI selama dua periode
berturut-turut dari tahun 1966-1969 hingga 1969-1971. Ia pun menjadi presiden
Persatuan Mahasiswa Islam Asia Tenggara (PEMIAT) periode 1967-1969. Dan
untuk masa bakti 1969-1971, Cak Nur menjadi Wakil Sekretaris Umum
International Islamic Federation of Students Organisation (IIFSO).14
Pada tahun 1984, ia berhasil menyandang gelar philosophy Doctoral
(Ph.D) di Universitas Chicago dengan nilai cum laude. Adapun disertasinya ia
mengangkat pemikiran Ibnu Taymiah dengan judul “Ibn Taymiyah dalam ilmu
kalam dan filsafat: masalah akal dan wahyu dalam Islam” (Ibn Taymiyah in
Kalam and Falsafah: a Problem of Reason and Revelation in Islam). Disertasi
doktoral yang dilakukan ini menunjukkan atas kekaguman dirinya terhadap tokoh
tersebut. Kekaguman ini pun menjadi pengakuan yang disampaikannya.15
13
Komaruddin Hidayat, “Kata Pengantar”, dalam Nurcholish Madjid, Islam Agama
Kemanusiaan; Membangun Makna dan Relevansi Islam dalam Sejarah (Jakarta: Paramadina, 1995), h.
7
14
Greg Barton, Gagasan Islam Liberal di Indonesia, Pemikiran Neo-Modernisme Nurcholish
Madjid, Djohan Effendi, Ahmad Wahid, dan Abdurrahman Wahid, terj., Nanang Tahqiq (Jakarta :
Paramadina, 1999), h. 78.
15
Greg Barton, Gagasan Islam ..., h. 79
8
C. Karya-Karya Nurcholis Madjid
Diantara karya-karya Nurcholis Madjid dalam Bahasa Indonesia antara
lain:
1. Khazanah Intelektual Islam.
2. Islam Kemodernan dan Keindonesiaan
3. Islam Doktrin dan Peradaban: Sebuah Telaah Kritis tentang Masalah
Keimanan, Kemanusiaan dan Kemodernan
4. Islam Kerakyatan dan Keindonesiaan: Pikiran-Pikiran Nurcholish Madjid
“Muda”.(1994)
5. Pintu-Pintu Menuju Tuhan (1994).
6. Islam Agama Peradaban: Membangun Makna dan Relevansi Doktrin Islam
dalam Sejarah (1995).
7. Islam Agama Kemanusiaan: Membangun Tradisi dan Visi Baru Islam
Indonesia (1995).
8. Masyarakat Religius (1997).
9. Tradisi Islam: Peran dan Fungsinya dalam pembangunan di Indonesia (1997).
10. Kaki Langit Peradaban Islam (1997
11. Bilik-Bilik Pesantren: Sebuah potret Perjalanan (1997)
12. Dialog Keterbukaan: Artikulasi Nilai Islam dalam Wacana Sosial Politik
Kontemporer (1997).
13. Cendekiawan dan Religiusitas Masyarakat: Kolom-Kolom di Tabloid “Tekad”
(1999).
14. Cita-cita Politik Islam di Era Reformasi (1999).
15. Indonesia Kita (2003).16
Sedangkan karya-karya beliau dalam bahasa Inggris antara lain:
1. The Issue of Modernization Among Muslimin in Indonesia: From a
participant’s Paint of View, dalam Gloria Davies (ed.)
Komaruddin Hidayat, “Kata Pengantar”, ..., h. 10
16
9
2. What is Modern Indonesia Culture? (Athens, Ohio, University of Ohio
Southeast Asia Studies, 1979)
3. Islam in the Contemporary World, (Notre Dame, Indiana, Cross Roads Books,
1980)17
D. Pokok-Pokok Pemikiran Nurcholis Madjid
Membicarakan
pemikiran
Nurcholis
Madjid,
tidak
akan
bisa
tersampaikan secara komperehensif jika hanya disampaikan di dalam makalah
yang sangat terbatas ini. Sebagai intelektual yang pemikirannya ensiklopedis,
pemikirannya juga meliputi banyak isu dan sangat komperehensif. Oleh karena
itu, pemakalah akan menyampaikan beberapa pokok pemikiran Nurcholis Madjid,
termasuk juga pemikiran-pemikiran beliau yang sangat kontroversial, antara lain:
1. Sekularisasi
Polemik seputar pemikiran sekularisasi Cak Nur muncul ketika beliau
menyampaikan makalahnya yang berjudul, “Keharusan Pembaruan Pemikiran
Islam dan Masalah Integrasi Umat” yang dipresentasikan pada pertemuan
silaturahim antara para aktivis, anggota, dan keluarga dari empat organisasi Islam,
yaitu Persami, HMI, GPI, dan PII yang diselenggarakan oleh PII Cabang Jakarta,
di Jakarta 3 Januari 1970.18
Lebih lanjut, inilah kutipan ide sekularisasi dari makalah tersebut:
“Dengan sekularisasi tidaklah dimaksudkan penerapan sekularisme,
sebab, secularism is the name of an ideology, a new closed world view which
functions very much like a new religion. Dalam hal ini yang dimaksudkan ialah
setiap bentuk liberating development. Proses pembebasan ini terutama diperlukan
karena umat Islam, akibat daripada perjalanan sejarahnya sendiri, tidak sanggup
lagi membedakan di antara nilai-nilai yang disangkanya Islamis itu mana yang
transendental dan mana yang temporal. Malahan hirarki nilai itu sering dalam
Komaruddin Hidayat, “Kata Pengantar”, ..., h. 12
17
18
Budi Munawar Rahman, Ensiklopedi Nurcholis Madjid, (Bandung: Mizan, 2006) h. 11
10
keadaan terbalik, transendental menjadi temporal dan sebaliknya atau menjadi
transendental semuanya, bernilai ukhrowi tanpa kecuali. Sekalipun mungkin
mereka tidak mengucapkannya secara lisan, malahan memungkirinya, namun
sikap itu tercermin dalam tindakan-tindakan mereka sehari-hari. Akibat dari hal
itu, sudah maklum, cukup parah: Islam menjadi senilai dengan tradisi dan menjadi
Islamis sederajat dengan menjadi tradisionalis. Karena pembelaan Islam menjadi
sama dengan pembelaan tradisional inilah maka timbul kesan bahwa kekuatan
Islam adalah kekuatan tradisi yang bersifat reaksioner.
Kacamata hirarki nilai di kalangan kaum Muslimin telah membikinnya
tidak sanggup mengadakan respon yang wajar terhadap perkembangan pemikiran
yang ada di dunia dewasa ini. Jadi dengan sekularisasi tidaklah dimaksudkan
penerapan sekularisme dan mengubah kaum Muslimin menjadi kaum sekularis.
Tetapi dimaksudkan untuk menduniawikan nilai-nilai yang sudah semestinya
bersifat duniawi, dan melepaskan umat Islam dari kecenderungan untuk
mengukhrawikannya. Dengan demikian kesediaan mental untuk selalu menguji
dan menguji kembali kebenaran suatu nilai di hadapan kenyataan-kenyataan,
materiil, moril maupun historis menjadi sifat kaum Muslimin. Lebih lanjut
dengan sekularisasi dimaksudkan untuk lebih memantapkan tugas duniawi
manusia sebagai Khalifah Allah di bumi. Fungsi sebagai Khalifah Allah itu
memberikan ruangan bagi adanya kebebasan manusia untuk menetapkan dan
memilih sendiri cara dan tindakan-tindakan dalam rangka perbaikan hidupnya di
atas bumi ini, dan sekaligus memberikan pembenaran bagi adanya tanggungjawab
manusia atas perbuatan-perbuatan itu di hadapan Tuhan.”19
2. Modernisasi
Modernisasi yang ditawarkan Cak Nur bukanlah modernisasi dengan
mengikuti Barat (westernisasi), melainkan hampir identik dengan pengertian
rasionalisasi. Hal itu berarti proses perombakan pola berfikir dan tata kerja lama
19
Nurcholis Madjid, Keharusan Pembaruan Pemikiran Islam dan Masalah Integrasi
Umat, makalah didownload dari formuda.files.wordpress.com (diunduh 13/10/2019)
11
yang tidak aqliah (rasional), dan menggantinya dengan pola berfikir dan tata kerja
baru yang aqliah. Kegunaannya ialah untuk memperoleh daya guna dan efisiensi
yang maksimal. Hal itu dilakukan dengan menggunakan penemuan mutakhir
manusia dalam bidang ilmu pengetahuan.20
3. Liberalisasi
Liberalisasi pemikiran yang ditawarkan oleh Cak Nur juga menimbulkan
perdebatan dan kritik dari berbagai kalangan. Lebih jelasnya, ide tersebut antara
lain:
“Salah satu balai pendidikan Islam yang liberal, yaitu Balai Pendidikan
Darussalam di Gontor, Ponorogo (Jawa Timur) mencantumkan sebagai motonya
berfikir bebas, setelah berbudi tinggi, berbadan sehat dan berpengetahuan luas. Di
antara kebebasan-kebebasan perorangan, kebebasan berfikir dan menyatakan
pendapat adalah yang paling berharga. Seharusnya kita mempunyai kemantapan
kepercayaan bahwa semua bentuk fikiran dan ide, betapapun anehnya kedengaran
di telinga, haruslah mendapatkan jalan untuk dinyatakan. Tidak jarang dari
pikiran-pikiran dan ide-ide itu yang umumnya semula dikira salah dan palsu,
ternyata kemudian benar. Kenyataan itu merupakan pengalaman dari setiap
gerakan pembaruan, perorangan maupun organisasi, di mana saja di muka bumi
ini. Selanjutnya di dalam pertentangan pikiran-pikiran, ide-ide, kesalahan
sekalipun memberikan kegunaan yang tidak kecil, sebab ia akan mendorong
kebenaran untuk menyatakan dirinya dan tumbuh menjadi kuat.
Agaknya tidaklah sama sekali omong kosong bila Nabi kita menyatakan
bahwa perbedaan pendapat di kalangan umatnya merupakan rahmat. Kebebasan
berfikir ini dengan baik sekali diterangkan oleh OW Holmes ketika dia
mengatakan: The ultimate good desire is better reached by free trades in indeas
that the best test of truth is the power of thought to get itself accepted competition
of the market, and that truth is the only ground upon which their wishes safely
can be carried out. (kebaikan terakhir yang dikehendaki adalah lebih baik dicapai
20
Nurcholis Madjid, Islam; Kemodernan dan Keindonesiaan, (Bandung: Mizan, 2008).h. 180
12
melalui perdagangan-perdagangan bebas dalam ide-ide. Bahwa sebaik-baiknya
ujian bagi suatu kebenaran ialah kekalutan fikiran untuk membuat dirinya dapat
diterima dalam kompetisi pasar, dan bahwa kebenaran adalah satu-satunya
landasan di atas mana keinginan-keinginan mereka dengan selamat dapat
dilaksanakan). Karena tiadanya pikiran-pikiran yang segar, kita telah kehilangan
apa yang dikemukakan di muka, yaitu psychological striking force (kekuatan
maknawi yang ampuh), sebab tidak ada suatu badan dengan pikiran yang bebas
yang memusatkan perhatiannya kepada tuntutan-tuntutan segera dari pada
kondisi-kondisi masyarakat yang tumbuh terus, baik di bidang ekonomi, politik,
maupun sosial. Walaupun begitu masih harus diakui bahwa pikiran-pikiran kita
yang berdasarkan Islam itu dapat menyelesaikan problema-problema itu sebaikbaiknya
jika
dipersesuaikan,
dipersegar,
diperbaharui,
dan
diorganisir
(dikoordinir) untuk membuat ide-ide sejalan dengan kenyataan zaman sekarang.
Sebagai contoh ajaran tentang syura atau musyawarah umpamanya, telah
diterima oleh umat Islam secara umum sebagai sama atau dekat dengan ajaran
demokrasi yang berasal dari Barat itu. Tetapi di pihak lain ajaran prinsipil Islam
tentang keadilan sosial dan pembelaan kaum lemah, miskin dan tertindas yang
terdapat di mana-mana dalam kitab suci belum menemukan jalan keluarnya untuk
menjadi ide-ide dengan perumusan aplikatifnya yang dinamis dan progresif,
sebab umat Islam nampaknya masih tabu terhadap kata-kata sosialisme, yaitu ide
yang seperti halnya dengan demokrasi juga berasal dari Barat dan kira-kira sama
artinya dengan pokok-pokok ide Islam tersebut. Halangan psychologis apakah
yang ada pada umat Islam jika karena bukan ketiadaan kebebasan berfikir?
Karenanya kemudian umat Islam tidak mampu mengambil inisiatif-inisiatif dalam
perkembangan masyarakat duniawi ini, dan inisiatif-inisiatif selalu direbut oleh
orang lain, sehingga posisi-posisi strategis di bidang pemikiran dan ide berada di
tangan mereka, kemudian Islam di-excludekan dari padanya.
Sebenarnya penting untuk diketahui bahwa persis sebagaimana dalam
operasi-operasi militer seseorang merebut posisi di medan pertempuran dan
13
dengan begitu menghalangi musuh untuk mendudukinya, maka dalam percaturan
politik yang maknawi itu mungkin saja untuk merebut posisi-posisi abstrak dan
mempertahankannya jangan sampai jatuh ke tangan musuh atau orang lain.
Dalam hal inilah kita melihat kelemahan utama umat Islam. Kesemuanya itu
sekali lagi akibat dari pada tiadanya kebebasan berfikir, kacaunya hirarki antara
nilai-nilai mana yang ukhrawi dan mana yang duniawi, sistem berfikir yang masih
terlalu tebal diliputi oleh tabu dan apriori dan sebagainya.”21
Itulah beberapa pokok pemikiran Nurcholis Madjid yang menurut
pemakalah perlu untuk dikemukakan. Secara garis besar, ide-ide Cak Nur
terangkum dalam 3 hal pokok yang tidak terpisahkan, yaitu, Islam; Kemodernan
dan Keindonesiaan (yang akhirnya dijadikan sebagai judul buku).
E. Tokoh Yang Mempengaruhi Pemikiran Nurcholish Madjid
Tokoh-tokoh yang mempengaruhi pemikiran Nurcholish Madjid antara
lain:
1. Ibnu Taimiyah
Sosok Ibnu Timiyah bagi Nurcholis Madjid tentulah tidak asing lagi,
sebagai bukti disertasi Doktoral Nurcholish Madjid dalam bidang “Islamic
Thouhgt” di Universitas Chicago yang berjudul Ibn Taimiyah on Kalam dan
Filsafat: a problem and Revalation (Ibn Taimiyah dalam kalam dan filsafat:
Masalah Akal dan wahyu dalam Islam)22
Ibnu Taimiyah adalah seorang intelektual besar yang nampaknya tidak
banyak dipahami, padahal intelektuallismenya sangat baik jika diteladani dan
dikembangkan lebih lanjut. Nurcholish Madjid menyebut Ibnu Taimiyah sebagai
“moyang” kaum pembaharuan Islam di Zaman modern.23
21
Nurcholis Madjid, Keharusan Pembaruan Pemikiran Islam dan Masalah Integrasi
Umat, makalah didownload dari formuda.files.wordpress.com (diunduh 13/10/2019)
22
Nurcholis Madjid, Islam Dokrin dan Peradaban, cet.III (Jakarta: Paramadina, 1995), h. 42.
23
Nurcholis Majid, Islam Agama kemanusiaan:Membangun Tradisi dan VISI Baru Islam
Indonesia, (Jakarta: Paramadina, 2003), h. 142.
14
John L. Esposito menggambarkan bahwa barangkali tidak ada ulama
aktivis dari zaman pertengahan yang memiliki pengaruh lebih besar dibandingkan
Ibnu Taimiyah (1268-1328). Sebagai ulama di bidang aqidah dan hukum Islam
sekaligus sosok politikus, ia adalah suara konservatif utama yang pada zaman
modern ini dibuktikan boleh para pengamat aliran liberal, Konservatif dan
Ekstrem. Digambarkan oleh sebagian orang sebagai bapak spiritual dan
revolusioner Islam (sunni), yang lainnya memandangnya sebagai “model bagi
revivalis dan orang-orang yang waspada, bagi para reformis fundamentalis, dan
para pengemban risalah lainnya untuk memperkuat kembali moral.
2. Fazlur Rahman
Nama Fazlur Rahman memang cukup popular di kalangan inteletual
Indonesia. Pertama datang ke Indonesia pada tahun 1973 dan menjalin hubungan
intensif dengan beberapa intelektual muslim Indonesia. Selain itu KaryaKaryanya banyak diterjemahakan dalam bahasa Indonesia. Ditambah lagi dengan
gagasan-gagasan dan pemikiran Fazlur Rahman diakui mempengaruhi pergerakan
dan pembaharuan dalam pemikiran Islam, termasuk di Indonesia.
Gerakan pembaharuan Islam Fazlur Rahman seperti dikutip Junaidi
Indrus, diformulasikan ke dalam empat kategori, pertama, revivalisme
(pembangkitan kembali) pramodernitas yang muncul pada abad ke-18 dan abad
ke-19 di semenanjung Arabia, India , dan Afrika, kedua, modernis klasik yang
muncul pada pertengahan abad ke-19 dan abad ke-20 dibawah pengaruh ide-ide
Barat. ketiga, revivalisme pasca modernism dan peraktek bentuk pendidikan
Islam yang telah dimodernisasi, keempat, neo modernism yang ditandai dengan
sikap selektif terhadap cara-cara dan metodologi untuk membangun masa depan
Islam.
Rekontruksi Islam adalah sebuah keniscayaan. Secara jelas harus
dibedakan antara Islam noramatif dan Islam sejarah. Secara normative berakaitan
dengan Alquran dan Hadis Nabi Muhammad SAW, sementara dalam kontek
sejarah, Islam interpertasikan umat dengan konteks zamannya. Menurut Fazlur
15
Rahman perlu upaya rekontruksi Ilmu-ilmu Islam yang mencakup teologi, filsafat,
dan Ilmu-ilmu sosial.
Dalam bidang hukum Fazlur Rahman mengatakan, suatu hukum dapat
berubah secara formal pada saat menghadapi perubahan sosial, dengan cacatan
jiwa dan etik yang mendasar hukum formal tetap dan tidak berubah. 24 Nurcholis
Madjid memberikan komentar bahwa perhatian Fazlur Rahman kepada kitab suci
sangat besar, sehingga dalam menjelasakan arti sebah firman Allah sangat fasih
dengan ke berbagai sumber kalsik, dan dengan kritis mencari relevansinya untuk
maslah-masalah kontemoper.
Uraian diatas setidaknya memberikan bahwa pembaharuan pemikiran
Islam Nurcholish Madjid sejalan dengan neo-modernism Fazlur adalah tokoh
utama pemikir neo-modernisme dalam Islam. Dalam kontek Indonesia berhasil
melahirkan tokoh-tokoh modernism seperti Nurcholis Madjid. Asumsi ini
berdasarkan pada sentral pemikiran Fazlur Rahman yang berupaya untuk
mengkeritik pemikiran modern abad ke-19 dan membangaun paradigma baru
yang signifikan.
F. Pengaruh Pemikiran Nurcholish Madjid dalam Islam
Dalam
usaha
menatap
masa
depan
Islam,
Nurcholis
Madjid
memperlihatkan sikapnya yang penuh semangat keterbukaan dan cenderung
progresif, Umat Islam menurut penglihatanya cenderung taklid dan “takut” untuk
berkreasi dan inovatif, sehingga membuatnya lamban untuk menggapai kemajuan
sebagai agama yang memberikan kedamain (Islam).
Dalam usaha menggambarkan pengaruh pemikiran Cak Nur, dapat kita
kemukankan
aspek-aspek
pemikirannya.
Tentu
dalam
mendeskripsikan
pengaruhnya itu perlu melihat kontribusinya.25
24
Fazlur Rahman, Islam, cet: v,(cet: Ahsin Mohammad), (Bandung: Pustaka, 2003), h. 114.
25
Syahrin Harahap, Metodologi Studi Tokoh Pemikiran Islam, (Jakarta: Predana Medan
Group, cet 1, 2011), h.38-39.
16
Dalam semua aspek pembaharuanya, yaitu. Pertama, melihat bagaimana
perkembangan pemikiran Islam di Indonesia, setelah membandingkan dengan
masa sebelumnya, kedua, melihat bagaimana kiprah Nurcholis Madjiddalam
dunia politik, serta mengemukakan ide-idenya untuk perkembangan politik
Indonesia. Ketiga, melihat bangaimana analisisnya terhadap kondisi sosial dan
budaya di Indonesia. Dalam ketiga aspek itu, juga perlu dikemukakan mana
pemikiran yang untuk saat ini dan mana pemikiran untuk masa yang akan datang.
Untuk membangkitkan semangat Islam yang telah “hilang” itu perlu untuk
meninjau kembali pemahaman yang dianggap sudah mapan itu memberi inspirasi
baru atau sebagai tolok ukur sebagaimana yang pernah dilakukan oleh orangorang
sebelum kita.Hal ini bukan di maksudkan untuk dimaknai penegakan apa yang
disebut Negara Islam, sebab yang perlu dikembangkan adalah pemaknaan dan
realisasi ajaran Islam (substansi) itu sendiri malah apa yang disebut Nurcholis
Madjid dengan Negara Islam bukan isu Klasik, tetapi isu Negara Islam adalah isu
kontemporer (modern).26
Nurcholis Madjid melihat, pemikiran itu dipengaruhi oleh demokrasi
pendidikan umat Islam tanah air, yang tidak dapat ikut berpartisipasi terhadap
pendidikan modern saat zaman Belanda. Selain itu sikap non-koperatif para
ulama, karena pendidikan modern baru terbuka sekitar tahun 1950-an yang
didahului oleh gerakan Muhammadiyah dan al-Irsyad yang mengenal (introduksi)
pendidikan modern.
Pemahaman umat Islam terhadap agamanya yang terkandung cenderung
terpaku terhadap symbol-simbol dan cenderung tekstual dalam meninjau teks-teks
keagamaan membuat selalu memunculkan anggapan Negara Islam adalah suatu
keniscyaan. Sehingga tanpa kita sadari, sebagimana umat Islam malah
memahaminya dengan lebih radikal lagi, tidak jarang fakta-fakta dilapangan,
bahwa ada anggapan yang menyatakan ummat Islam cenderung bahkan identik
26
Nurcholish Madjid, Dialog Keterbukaan, Artikulasi Nilai Islam dalam Wacana Sosial
Politik Kontemporer, edy A Efendi, edt, (Jakarta: Paramadina, 1998), h. 159
17
dengan terorisme, anggapan itu sebenarnya bukan tanpa alasan, pelaku bom Bali
misalnya, memang semua mata tertuju kepada Islam, orang yang terlibat juga
berorientasi Islam dan bersimbol Islam. Walaupun demikian bukan berarti ummat
Islam adalah sarang dan mengajarkan terorisme.
Kesalah pahaman dan kecenderungan tektualistik (metode) terhadap
teksteks keagamaan itu mesti diimbangi dengan pemahaman terhadap konteks di
masa awal mula perkembangan Islam itu, belum lagi pemahaman ummat Islam
yang kecendurngan mengeneralisasi segala persoalan kajiaan adalah menjadi
ruang lingkup Islam, suatu anggapan bahwa Islam juga mengatur segala-galanya
termasuk hal-hal yang baru (kontemporer). Pemahaman yang seperti ini sering
disandarkan bahwa ayat-ayat alquran sebagai pendukung gerakan-gerakan itu.
Maka dalam waca pembaharuan yang dikemukan Nurcholis Madjid sangat
jelas pemisahan antra dunia dan akhirat (sekularisasi),27 walaupun ide itu
mendapat tantangan keras, terutama dari kalangan intelektual seperti Rasjidi,
terlepas dari itu tanpa kita sadari bahwa perkembangan umat islam dalam
kiprahnya berbangsa dan bernegara telah memilih jalan itu (sekularisasi). Dapat
kita lihat bahwa apa yang disebut dengan syari‟at Islam dengan kelengkapan
hukum dan tatanan sosial tidak di terapkan secara bulat-bulat semata, melainkan
dilakukan secara keritis dan kesesuain dengan keperluan jaman, dan menurut
penelitian Cak Nur, para ulama Fiqih sendiri yang bergerak dalam bidang
pemikiran hukum Islam juga meyadari hal itu.28
Gerakan yang seperti yang di lakukan Nurcholis Madjid guna memberikan
pandangn yang dalam bermakna demi menatap kehidupan masa depan, hal ini
sangat jelas terlihat saat dia terpilih menjadi ketua umum HMI, akar haluan yang
27
Nurcholish Madjid Islam Kemodrenan dan kindonesian dan keidonesiaan, (Jakarta:
Paramadina, 1998), h. 221
28
Nurcholish Madjid Konsep Ashab Al-Nuzul Dan Relevansinya Bagi Pandangan Historis
Segi-Segi Tertentu Ajaran Keagamaan, dalam Budhi Munawar Rahman (edt) kontektualis dokrin islam
sejarah. (Jakarta: Paramadina, cet, 1994), h. 29
18
terarah dari pemikiran Nurcholis Madjid hingga menyedot banyak perhatian
Ummat, terutama generasi intelektual tanah air.
Pergulantan Nurcholis Madjid dalam mengahadapi perubahan iklim
pemikiran dunia, membuahkan pemikiran yang bersifat progresif, maka istilah
modrenisasi menjadi topik yang ramai dibicarakn, baik dikalangan bawah dan
kalangan atas, kiprah Nurcholis Madjid untuk memandang modernisasi cukup
mempengaruhi cara berpikir sebagai masyarak Indonesia, yang dapat menyerang
agama. Modernisasi dilihat sebagai tantangan bagi Islam Indonesi. Dengan ini
Nurcholis Madjid memaksudkan sebuah pola pikir yang hanya melihat dampak
negatife dari modernisasi bagi Indonesia , Agar bisa surve dengan perkembangan
zaman Islam Indonesia tidak bisa menolak modernisaisi mentah-mentah kalu
tidak mau tinggal kerta kemajuan peradaban. Menurut Nurcholis Madjid ide-ide
modernitas semacam pola hubungan agama dan Negara, soal demokrasi, keadilan,
persoalan intra agama, pandanga Islam terhadap agama-agama lain adalah sebuah
isu yang mestinya disikapi secra arif.29
Modernisasi benar bersal dari Barat, akan tetapi tidak dengan itu Islam
Indonesia Khusunya, antisipasi terhadap Barat dan modernisasi membebaskan
manusia dari peraktik dehumanisasi. Tujuan inilah yang hendak dicapai oleh
Nurcholish Madjid. Dalam karya Islam Dokrin dan Perdaban Nurcholis Madjid
menegaskan iman, dalam arti bahwa modernisasi adalah sebuah batu uji bagi bagi
penghayatan iman yang mendalam setiap pribadi. Selain moderenisasi juga
merupakan sebuah sarana untuk mempertajam rasio manusia agar dapat
menghayati imanya serta mampu menjawab segala persolan dialaminya dengan
pikiran yang jernih.
Pembaharuanyang dilakukan Nurcholis Madjid bersifat dekontruksi
memberikan
sadaran
yang
cukup
kuat
bagi
setiap
peribadi
untuk
mengintegrasikan modernisasi sebagai motor penggerak kemajuan bangsa agar
29
Budhy Munawar-rachman, Membaca Nurcolish Madjid, (Jakarta: Lembaga Studi Agama
dan Filsafat, 2008), h. 144.
19
bangsa Indonesia tidak kalah bersaing dengan bangsa lain,akan tetapi kita teliti
dengan seksama “serangan” pikiran pencerahan Nurcholis Madjid adalah akar
dari pola hidup manusia Indonesia itu sendiri yakni agama, jadi dengan
menghembuskan angin perubahan pola dan sikap dari ketertutupan menuju
keterbukaan tanpa kehilangan semangat dan kemurnian dari agama setiap pribadi.
20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan di atas, maka kesimpulan makalah ini
sebagai berikut:
Modernisasi adalah pikiran atau gerakan untuk menyesuaikan pahampaham keagamaan Islam dengan perkembangan baru yang ditimbulkan oleh
kemajuan-kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Dengan jalan itu
pemimpin-pemimpin islam modern mengharap akan dapat melepaskan umat
islam dari suasana kemunduran kepada kemajuan. Dalam konteks ini modernisasi
Islam telah mencakup di berbagai bidang seperti bidang pendidikan, iptek, sosial,
ekonomi, dan politik yang menimbulkan beberapa masalah yang harus diatasi.
Dalam dunia modern ini kompatibilitas Islam diperlukan untuk mengatasi
berbagai masalah dalam kehidupan.
Konsep modernisasi Islam Nurcholish Madjid menghendaki seorang
muslim senantiasa modern, karena modernisasi harus rasionalisasi. Rasionalisasi,
bukan harus weternisasi. Perombakan tata kerja lama yang tidak akliyah,
menggantinya dengan yang akliyah dan juga harus bersesuaian dengan hukum
alam yang berorintasi pada nilai-nilai Islam. Modernisasi berarti rasionalisasi
untuk memperoleh daya guna dalam berpikir dan bekerja secara maksimal
merupakan perintah Tuhan.
Kontribusi pemikiran modernisasi Islam Nurcholish Madjid berkeinginan
bahwa pola pemikiran umat Islam harus maju dan mau mengambil ilmu
pengetahuan dari siapa saja tidak hanya kepada umat Islam saja, akan tetapi nilainilai islam tetap diutamakan dan jangan ditinggalkan dan keinginan membangun
kembali khazanah-khazanah keilmuan yang pernah dicapai oleh para ulama
terdahulu agar bisa di wujudkan kembali.
21
B. Saran
Demikian makalah tentang Pemikiran Nurcholis Madjid tentang Islam
kemodernan dan keindonesiaan. Penulis menyadari bahwa makalah yang disusun
ini jauh dari pada sempurna dan juga masih banyak kesalahan, untuk
itu penulis harapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca agar
dalam pembuatan makalah selanjutnya menjadi lebih baik. Dan semoga makalah
ini dapat memberikan manfaat kepada kita. Amin
22
DAFTAR PUSTAKA
AF, Ahmad Gaus, Api Islam Nurcholis
Visioner, Jakarta: Kompas, 2010.
Madjid;
Jalan
Hidup
Seorang
Barton, Greg, Gagasan Islam Liberal di Indonesia, Pemikiran Neo-Modernisme
Nurcholish Madjid, Djohan Effendi, Ahmad Wahid, dan Abdurrahman Wahid,
terj., Nanang Tahqiq, Jakarta : Paramadina, 1999.
Effendi, Bahtiar, Islam dan Negara: Transformasi Pemikiran dan Politik Islam di
Indonesia, Jakarta: Paramadina, 1998.
Harahap, Syahrin, Metodologi Studi Tokoh Pemikiran Islam, Jakarta: Predana Medan
Group, cet 1, 2011.
Hidayat, Komaruddin, “Kata Pengantar”, dalam Nurcholish Madjid, Islam Agama
Kemanusiaan; Membangun Makna dan Relevansi Islam dalam
Sejarah, Jakarta: Paramadina, 1995.
Madjid, Nurcholis, Islam Dokrin dan Peradaban, cet.III, Jakarta: Paramadina, 1995.
Madjid, Nurcholis, Keharusan Pembaruan Pemikiran Islam dan Masalah Integrasi
Umat, makalah didownload dari formuda.files.wordpress.com (diunduh
13/10/2019)
Madjid, Nurcholish, Dialog Keterbukaan, Artikulasi Nilai Islam dalam Wacana
Sosial Politik Kontemporer, edy A Efendi, edt, Jakarta: Paramadina, 1998.
Madjid, Nurcholish, Konsep Ashab Al-Nuzul Dan Relevansinya Bagi Pandangan
Historis Segi-Segi Tertentu Ajaran Keagamaan, dalam Budhi Munawar
Rahman (edt) kontektualis dokrin islam sejarah. Jakarta: Paramadina, cet,
1994.
Madjid, Nurcholish. Islam Kemodernan dan Keindonesiaan. Bandung: Mizan. 1992.
Madjid, Nurcholish. Pikiran- Pikiran Nurcholish Muda Islam Kerakyatan dan
Keindonesiaan. Bandung: Mizan,1996.
Majid, Nurcholis, Islam Agama kemanusiaan:Membangun Tradisi dan VISI Baru
Islam Indonesia, Jakarta: Paramadina, 2003.
Musyrifah. Sunanto, Sejarah Peradaban Islam Indonesia. Jakarta: Rajawali Pers,
2014.
Pardoyo, Sekularisasi dalam Polemik, Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1993.
Rahman, Budi Munawar, Ensiklopedi Nurcholis Madjid, Bandung: Mizan, 2006.
Rahman, Fazlur, Islam, cet: v,(cet: Ahsin Mohammad), Bandung: Pustaka, 2003.
Download