Peranan Generasi Millenial dalam Mengembangkan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Menuju Indonesia Maju ( Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keuangan Dana Desa ) Dosen Mata Kuliah : Dr. Deliana, S.E., Ak., M.Si., CA Disusun Oleh Siti Aisyah 1605151019 PROGRAM STUDI AKUNTANSI KEUANGAN PUBLIK POLITEKNIK NEGERI MEDAN T.A 2018/2019 KATA PENGANTAR Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, saya sampaikan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Keuangan Dana Desa mengenai Peranan Generasi Millenial dalam Mengembangkan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Menuju Indonesia Maju. Saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya dan isi makalah ini. Oleh karena itu saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata saya berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca. Medan, 25 April 2019 Penyusun Siti Aisyah 2 Daftar Isi KATA PENGANTAR ...........................................................................................................2 DAFTAR ISI..........................................................................................................................3 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .................................................................................................................4 1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................5 1.3 Tujuan Penulisan ..............................................................................................................5 1.4 Manfaat Penulisan ............................................................................................................5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Peranan..............................................................................................7 2.2 Generasi Millenial ............................................................................................... 2.2.1 Pengertian Generasi Millenial....................................................................8 2.2.2 Karakteristik Generasi Millenial ................................................................8 2.3 Pengertian Pengembangan Organisasi ................................................................9 2.4 Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) ................................................................. 2.4.1 Pengertian Badan Usaha Milik Desa (BUMDes .........................................9 2.4.2 Tujuan Pendirian Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) .............................11 2.4.3 Manfaat Pendirian Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) ............................12 BAB III PEMBAHASAN .....................................................................................................13 BAB IV KESIMPULAN & SARAN .....................................................................................16 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................17 3 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan upaya untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara untuk tercapainya tujuan nasional yang tercantum pada Pembukaan UUD 1945. Desa memiliki peranan penting dalam upaya pembangunan nasional dikarenakan penduduk Indonesia cenderung bermukim di wilayah pedesaan sehingga hal tersebut memberikan pengaruh yang cukup besar dalam upaya penciptaan stabilitas nasional (Sa’dullah, 2016). Selain itu pula posisi desa dinilai strategis dalam pembangunan negara karena desa menjadi dasar dalam identifikasi permasalahan masyarakat hingga pada perencanaan serta realisasi tujuan negara yang terdapat pada tingkat desa (Sidik, 2015). Pembangunan pedesaan adalah menempatkan desa sebagai sarana pembangunan, sehingga tujuan untuk mengurangi berbagai kesenjangan dapat diwujudkan. Desa dipandang masih jauh tertinggal dibandingkan dengan kota baik dari segi ekonomi, kesejahteraan, pendidikan dan fasilitas-fasilitas lainnya. Salah satu faktor penyebab kegagalan pembangunan desa adanya besarnya campur tangan pemerintah sehingga berdampak pada terhambatnya kreativitas serta inovasi masyarakat desa dalam pengelolaaan dan perekonomian desa. Budiono (2015) menjelaskan salah satu cara untuk mendorong pembangunan di tingkat desa adalah pemerintah desa diberikan kewenangan oleh pemerintah pusat mengelola secara mandiri lingkup desa melalui lembaga-lembaga ekonomi \di tingkat desa. Lembaga-lembaga tersebut salah satunya adalah Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Badan Usaha Milik Desa (BUMDes merupakan lembaga usaha) yang bergerak dalam bidang pengelolaan aset-aset dan sumberdaya ekonomi desa dalam kerangka pemberdayaan masyarakat desa. Pengaturan BUMDes diatur di dalam pasal Pasal 213 ayat (1) UU No. 32 Tahun 2004, bahwa Desa dapat mendirikan Badan Usaha Milik Desa sesuai dengan kebutuhan dan potensi desa. Selain itu juga diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, yang didalamnya mengatur tentang BUMDes, yaitu pada Pasal 78 – 81, Bagian Kelima tentang Badan Usaha Milik Desa, serta yang terakhir dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2010 tentang Badan Usaha Milik Desa. Telah banyak Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) didirikan namun setelah didirikannya BUMDes tersebut kegiatan operasional tidak berjalan dikarena berbagai faktor. Oleh sebab itu perlu adanya strategi yang digunakan oleh setiap BUMDes agar kegiatan operasional dapat berjalan dan dapat mengembangkan potensi desa melalui BUMDes. Strategi sangat diperlukan dengan adanya strategi dapat mencapai tujuan dalam jangka panjang. Ketika BUMDes menghadapi permasalahan yang muncul maka untuk menyelesaikannya diperlukan suatu strategi. Dalam memilih strategi dilihat dari berbagai segi dengan lingkup permasalahan yang dihadapi agar 4 dapat menggunakan strategi yang tepat dalam pengembangan BUMDes. Pengembangan BUMDes perlu dilakukan agar BUMDes yang telah berdiri dapat berfungsi sesuai dengan peranannya. Para generasi milenial sangat dibutuhkan untuk ikut peduli dalam membangun desa. Hal itu bisa diwujudkan dengan membantu dalam mempromosikan produk unggulan desa dan wisata desa serta sejumlah potensi lainnya yang ada di desa. Peranan generasi millennial dan ide kreatif generasi millennial dan eksistensinya di media social menjadi energy besar dalam pembangunan desa di era millennial. Tujuan dan sasaran BUMDes dapat tercapai jika BUMDes dikelola secara terarah dan profesional. BUMDes merupakan solusi atas permasalahan-permasalahan yang terjadi di desa. BUMDes diharapkan dapat mendorong dan menggerakkan perekonomian desa (Ramadana dkk, 2013). Keberadaan BUMDes dapat membantu pemerintah dalam mengelola potensi desa yang kreatif dan inovatif, sehingga dapat membuka lapangan kerja baru sehingga dapat menyerap tenaga kerja di pedesaan. Berdasarkan latar belakang pada makalah ini saya ingin membahas mengenai “Peranan Generasi Millenial dalam Mengembangkan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Menuju Indonesia Maju 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang di atas maka perumusan masalah yang akan diteliti adalah Bagaimana Peranan Generasi Millenial dalam Mengembangkan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Menuju Indonesia Maju ? 1.3 Tujuan Penulisan Berdasarkan pada rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui dan memahami Peranan Generasi Millenial dalam Mengembangkan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Menuju Indonesia Maju. 1.4 Manfaat Penulisan Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat : 1. Manfaat Teoritis Penulisan ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan dapat digunakan sebagai referensi atau penelitian agar terdapat wacana yang diharapkan berubah menjadi suatu tindakan nyata untuk mensejahterakan masyarakat. 5 2. Manfaat Praktis Penulisan ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat mengenai peranan generasi millennial dalam mengembangkan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), sehingga dapat menumbuhkan partisipasi masyarakat 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Peranan Secara umum peranan adalah perilaku yang dilakukan oleh seseorang terkait oleh kedudukannya dalam struktur sosial atau kelompok di masyarakat, artinya setiap orang memiliki peranan yang berbeda sehingga membuat jenis tingkah laku yang berbeda pula dan setiap orang memiliki masing – masing peranan sesuai dengan kedudukan yang ia miliki. Menurut Margono Slamet (1995:15) Peranan adalah “ mencakup tindakan atau perilaku yang dilaksanakan oleh seseorang yang menempati posisi di dlam ststus sosial”. Sedangkan menurut Gross Manson an Me Eancherrn (1995:99) mengemukakan bahwa “Peranan adalah sebagai seperangkat Harapan – harapan yang dikenakan individu yang menempati kedudukan sosial tertentu”. Peran Merupakan aspek dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka dia menjalankan suatu peranan. Peranan yang melekata pada diri seseorang harus dibedakan dengan posisi dalam pergaulan kemasyarakatan, posisi seseorang dalam masyarakat merupakan unsur statis yang menunjukan tempat individu pada organisasi masyarakat. (Soerjono Soekanto 2007:213) peranan mencakup tiga hal, yaitu: a. Peranan meliputi norma-norma yang diungkap dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan – peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan masyaraat. b. Peranan adalah suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan oleh individu masyarakat sebagai individu. c. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting sebagai struktur sosial masyarakat. Berdasarkan pengertian di atas dapat didefinisikan bahwa peranan merupakan seperangkat harapan – harapan yang mencakup tindakan atau perilaku seseorang yang melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukan dalam kehidupan bermasyarakat. Seseorang diberikan kedudukan dalam melaksanakan hak dan kewajiban harus dengan peranannya dalam kehidupan sosial bermasyarakat dan diharapkan mampu melaksanakan tugas – tugas yang dibebankan kepadanya. 7 2.2. Generasi Millenial 2.2.1 Pengertian Generasi Millenial Menurut Yuswohady dalam artikel Milennial Trends (2016) Generasi milenial (Millennial Generation) adalah generasi yang lahir dalam rentang waktu awal tahun 1980 hingga tahun 2000. Generasi ini sering disebut juga sebagai Gen-Y, Net Generation, Generation WE, Boomerang Generation, Peter Pan Generation, dan lain-lain. Mereka disebut generasi milenial karena merekalah generasi yang hidup di pergantian milenium. Secara bersamaan di era ini teknologi digital mulai merasuk ke segala sendi kehidupan. Berdasarkan hasil penelitian dari Lancaster & Stillman (2002) Generasi Y dikenal dengan sebutan generasi millenial atau milenium. Ungkapan generasi Y mulai dipakai pada editorial koran besar Amerika Serikat pada Agustus 1993. Generasi ini banyak menggunakan teknologi komunikasi instan seperti email, SMS, instant messaging dan media sosial seperti facebook dan twitter, IG dan lain-lain, sehingga dengan kata lain generasi Y adalah generasi yang tumbuh pada era internet booming. Milenial (juga dikenal sebagai Generasi Y) adalah kelompok demografi setelah Generasi X (Gen-X). Tidak ada batas waktu yang pasti untuk awal dan akhir dari kelompok ini. Para ahli dan peneliti biasanya menggunakan awal 1980-an sebagai awal kelahiran kelompok ini dan pertengahan tahun 1990-an hingga awal 2000-an sebagai akhir kelahiran. Milenial pada umumnya adalah anak-anak dari generasi Baby Boomers dan Gen-X yang tua. Milenial kadang-kadang disebut sebagai "Echo Boomers" karena adanya 'booming' (peningkatan besar) tingkat kelahiran di tahun 1980-an dan 1990-an. Untungnya di abad ke 20 tren menuju keluarga yang lebih kecil di negara-negara maju terus berkembang, sehingga dampak relatif dari "baby boom echo" umumnya tidak sebesar dari masa ledakan populasi pasca Perang Dunia II. Berdasarkan definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa generasi milenial adalah generasi yang lahir diantara tahun 1980-2000 saat terjadi kemajuan teknologi yang pesat. Jika dilihat dari kelompok umur, generasi milenial merupakan generasi yang saat ini berusia dikisaran 19–39 tahun. 2.2.2 Karakteristik Generasi Milenial Berdasarkan literatur dari artikel Hitss.com, diketahui ada beberapa macam karakteristik dari generasi milenial yaitu: a. Milenial lebih percaya user generated content (UGC) atau konten dan informasi yang dibuat oleh perorangan daripada informasi searah b. Milenial lebih memilih ponsel dibanding TV c. Molenial wajib punya media sosial d. Milenial kurang suka membaca secara konvensional. 8 e. f. g. h. i. Milenial cenderung tidak loyal namun bekerja efektif Milenial cenderung melakukan transaksi secara cashless Milenial lebih tahu teknologi dibanding orang tua mereka Milenial memanfaatkan teknologi dan informasi Milenial cenderung lebih malas dan konsumtif, dan lain-lain. 2.3 Pengertian Pengembangan Organisasi Pengembangan organisasi merupakan rangkaian penataan dan penyempurnaan yang dilakukan secara berencana dan terus menerus guna memecahkan berbagai masalah yang timbul sebagai perubahan serta menyesuaikan diri dengan perubahan dan menerapkan ilmu perilaku yang dilakukan oleh pejabat dalam organisasi sendiri atau dengan bantuan dari luar organisasi. (Sutarto:2000:27) Secara terminologi, organization development atau pengembangan organisasi mencerminkan semua usaha pengembangan yang berorientasi pada membuat organisasi dan anggotanya efektif. Dengan kata lain, organization development merupakan usaha terencana secara terus-menerus untuk meningkatkan struktur, prosedur, dan aspek manusia dalam sistem. Usaha sistematik tersebut memastikan kelangsungan dan pertumbuhan organisasi dengan meningkatkan kualitas kehidupan kerja, dan kualitas hidup pekerja pada umumnya. Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa pengertian dari Pengembangan Organisasi (Organizational Development) adalah suatu usaha yang berencana yang meliputi organisasi secara keseluruhan dan dikelola dari pimpinan untuk meningkatkan efektivitas dan kesehatan organisasi melalui intervensi yang berencana didalam proses organisasi, dengan menggunakan pengetahuan ilmu perilaku. Hal tersebut menunjukkan bahwa Pengembangan Organisasi (Organizational Development) tidaklah hanya mengenai sesuatu yang dikerjakan untuk pencapaian keadaan organisasi yang lebih baik, melainkan merupakan suatu jenis proses perubahan, pembaharuan dan penyempurnaan yang khusus dalam suatu organisasi. 2.4 Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) 2.4.1 Pengertian Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) adalah lembaga usaha desa yang dikelola oleh masyarakat dan pemerintahan desa dalam upaya memperkuat perekonomian desa dan dibentuk berdasarkan kebutuhan dan potensi desa. BUMDes menurut Undang-undang nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah didirikan antara lain dalam rangka peningkatan Pendapatan Asli Desa (PADesa). Lebih lanjut, sebagai salah satu lembaga ekonomi yang beroperasi dipedesaan, BUMDes harus memiliki perbedaan dengan lembaga ekonomi pada umumnya. Ini dimaksudkan agar keberadaan dan kinerja BUMDes mampu memberikan kontribusi yang signifikan terhadap peningkatan kesejahteraan warga desa. Disamping itu, supaya tidak berkembang sistem usaha kapitalistis di pedesaan yang dapat mengakibatkan terganggunya nilainilai kehidupan bermasyarakat. 9 Menurut Tim Pusat Kajian Dinamika Sistem Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya dalam bukunya yang berjudul Buku Panduan Pendirian dan Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) menyatakan bahwa, “BUMDes merupakan pilar kegiatan ekonomi di desa yang berfungsi sebagai lembaga sosial (social institution) dan komersial (commercial institution). BUMDes sebagai lembaga sosial berpihak kepada kepentingan masyarakat melalui kontribusinya dalam penyediaan pelayanan sosial. Sedangkan sebagai lembaga komersial bertujuan mencari keuntungan melalui penawaran sumberdaya lokal (barang dan jasa) ke pasar.” (Tim Pusat Kajian Dinamika Sistem Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya: 2007: 3) Terdapat 9 (sembilan) ciri utama yang membedakan BUMDes dengan lembaga ekonomi komersial pada umumnya yaitu: 1. Badan usaha ini dimiliki oleh desa dan dikelola secara bersama 2. Modal usaha bersumber dari desa (51%) dan dari masyarakat (49%) melalui penyertaan modal (saham atau andil) 3. Dijalankan dengan berdasarkan asas kekeluargaan dan kegotongroyongan serta berakar dari tata nilai yang berkembang dan hidup dimasyarakat (local wisdom) 4. Bidang usaha yang dijalankan didasarkan pada pengembangan potensi desa secara umum dan hasil informasi pasar yang menopang kehidupan ekonomi masyarakat 5. Tenaga kerja yang diberdayakan dalam BUMDes merupakan tenaga kerja potensial yang ada didesa 6. Keuntungan yang diperoleh ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa dan atau penyerta modal 7. Pengambilan keputusan dan penyelesaian masalah dilakukan melalui musyawarah desa 8. Peraturan-peraturan BUMDes dijalankan sebagai kebijakan desa (village policy) 9. Difasilitasi oleh Pemerintah, Pemprov, Pemkab, dan Pemdes BUMDes sebagai suatu lembaga ekonomi modal usahanya dibangun atas inisiatif masyarakat dan menganut asas mandiri. Ini berarti pemenuhan modal usaha BUMDes harus bersumber dari masyarakat. Meskipun demikian, tidak menutup kemungkinan BUMDes dapat mengajukan pinjaman modal kepada pihak luar, seperti dari Pemerintah Desa atau pihak lain, bahkan melalui pihak ketiga. Ini sesuai dengan peraturan per undangundangan (UU 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 213 ayat 3). Penjelasan ini sangat penting untuk mempersiapkan pendirian BUMDes, karena implikasinya akan bersentuhan dengan pengaturannya dalam Peraturan Daerah (Perda) maupun Peraturan Desa (Perdes). Organisasi ekonomi perdesaan menjadi bagian penting sekaligus masih menjadi titik lemah dalam rangka mendukung penguatan ekonomi perdesaan. Oleh karenanya diperlukan upaya sistematis untuk mendorong organisasi ini agar mampu mengelola aset ekonomi strategis di desa sekaligus mengembangkan jaringan ekonomi demi meningkatkan daya saing ekonomi perdesaan. Dalam konteks demikian, BUMDes pada dasarnya merupakan bentuk konsolidasi atau 10 penguatan terhadap lembaga-lembaga ekonomi desa. Beberapa agenda yang bisa dilakukan antara lain: 1. Pengembangan kemampuan SDM sehingga mampu memberikan nilai tambah dalam pengelolaan aset ekonomi desa 2. Mengintegrasikan produk-produk ekonomi perdesaan sehingga memiliki posisi nilai tawar baik dalam jaringan pasar 3. Mewujudkan skala ekonomi kompetitif terhadap usaha ekonomi yang dikembangkan 4. Menguatkan kelembagaan ekonomi desa BUMDes merupakan instrumen pendayagunaan ekonomi lokal dengan berbagai ragam jenis potensi. Pendayagunaan potensi ini terutama bertujuan untuk peningkatan kesejahteran ekonomi warga desa melalui pengembangan usaha ekonomi mereka. Disamping itu, keberadaan BUMDes juga memberikan sumbangan bagi peningkatan sumber pendapatan asli desa ya ng memungkinkan desa mampu melaksanakan pembangunan dan peningkatan kesejahteraan rakyat secara optimal. 2.4.2 Tujuan Pendirian Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Tujuan utama pendirian Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) antara lain: 1. Meningkatkan perekonomian desa 2. Meningkatkan pendapatan asli desa 3. Meningkatkan pengolahan potensi desa sesuai dengan kebutuhan masyarakat 4. Menjadi tulang punggung pertumbuhan dan pemerataan ekonomi pedesaan Pendirian dan pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) adalah merupakan perwujudan dari pengelolaan ekonomi produktif desa yang dilakukan secara kooperatif, partisipatif, emansipatif, transparansi, akuntabel, dan sustainable. Oleh karena itu, perlu upaya serius untuk menjadikan pengelolaan badan usaha tersebut dapat berjalan secara efektif, efisien, profesional dan mandiri untuk mencapai tujuan BUMDes dilakukan dengan cara memenuhi kebutuhan (produktif dan konsumtif) masyarakat melalui pelayanan distribusi barang dan jasa yang dikelola masyarakat dan Pemdes. Pemenuhan kebutuhan ini diupayakan tidak memberatkan masyarakat, mengingat BUMDes akan menjadi usaha desa yang paling dominan dalam menggerakkan ekonomi desa. Lembaga ini juga dituntut mampu memberikan pelayanan kepada non anggota (di luar desa) dengan menempatkan harga dan pelayanan yang berlaku standar pasar. Artinya terdapat mekanisme kelembagaan/tata aturan yang disepakati bersama, sehingga tidak menimbulkan distorsi ekonomi di pedesaan disebabkan usaha yang dijalankan oleh BUMDes. Dinyatakan di dalam undang-undang bahwa BUMDes dapat didirikan sesuai dengan kebutuhan dan potensi desa. 11 2.4.3 Manfaat Pendirian Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Pendirian BUMDesa didasarkan pada kebutuhan dan potensi desa sebagai upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat. BUMDes dibangun atas inisiasi masyarakat, yang berdasarkan prinsip kooperatif, partisipatif, emansipatif, transparansi, akuntabel, dan berkelanjutan dengan mekanisme berbasis anggota dan pengusahaan mandiri (Ridlwan, 2014). Oleh karena itu masyarakat lah yang paling berhak mendapat manfaat dari keberadaan BUM Desa, baik manfaat langsung maupun manfaat tidak langsung.Manfaat pendirian Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) antara lain : a. Manfaat ekonomi BUMDes diharapkan mampu menstimulasi dan menggerakkan roda perekonomian di pedesaan. Aset ekonomi yang ada di desa harus dikelola sepenuhnya oleh masyarakat desa. BUMDes akan bergerak seirama dengan upaya meningkatkan sumber-sumber pendapatan asli desa, meng-gerakkan kegiatan ekonomi masyarakat di mana peran BUM Desa sebagai institusi payung dalam menaungi (Nurcholis, 2011). b. Manfaat politik BUMDes yang berdiri secara partisipatif, menjadi ruang bertemunya kelompokelompok minat kepentingan di desa. Kesepakatan-kesepakatan mengenai jenis usaha, prosentase pembagian keuntungan, hingga terbitnya peraturan desa (perdes) merupakan salah satu manfaat tidak langsung dari keberadaan BUMDes. Pengurus BUMDes setiap tahun melakukan laporan pertanggungjawaban yang dihadiri perwakilan elemen masyarakat sebagai bentuk transparansi dan akuntabilitas pengelolaan usaha. Disana masyarakat melakukan fungsi kontrol (pengawasan) terhadap jalannya bisnis unit-unit usaha yang bernaung di bawah BUM Desa dan mendiskusikan perencanaan yang akan dilakukan dalam tahun anggaran berikutnya. c. Manfaat sosial budaya Dalam rangka meningkatkan pendapatan masyarakat dan pendapatan asli desa (PADes) maka BUMDes berkontribusi secara sosial untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan lapangan pekerjaan. 12 BAB III PEMBAHASAN Sebuah desa sangat membutuhkan pengembangan desa agar desanya lebih dapat beradaptasi dengan segala perubahan dan kebutuhan masyarakat pada saat ini. Setiap desa tentunya mempunyai potensi Sumber Daya Alam (SDA) yang berbeda-beda, hal tersebut sejalan dengan topografi dan kontur wilayah sebuah perdesaan itu sendiri. Strategi pengembangan desa dapat dilakukan dengan meningkatkan mengoptimalkan Sumber Daya Alam (SDA) dan Sumber Daya Manusia (SDM). Keberlimpahan SDA tanpa adanya dukungan dari kualitas SDM akan menimbulkan ketimpangan dalam proses menemukan kemajuan dalam peningkatan kesejahteraan. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Elsa (2014) menyatakan, bahwa strategi yang tepat dalam pengembangan desa tertinggal adalah meningkatkan sumber daya alam melalui intensifikasi pertanian. Intensifikasi pertanian dilakukan dilahan yang sempit sehingga lahan dapat dimanfaatkan secara optimal dengan menggunakan bibit unggul, cara pengolahan yang baik, pengairan atau irigasi yang teratur, pemupukan, dan pemasaran (marketing). Selanjutnya, meningkatkan sumber daya manusia melalui penyuluhan dan pelatihan dalam bidang pertanian. Menumbuhkan minat masyarakat dalam pendidikan agar berpendidikan lebih tinggi. Dengan adanya potensi desa dan kualitas sumber daya manusia yang baik, maka akan tercipta sinergitas dalam berkemajuan. Tidak hanya soal kuantitas namun kualitas pun sangat menentukan kemajuan sebuah wilayah perdesaan. Dengan demikian, diharapkan desa dapat maju bersama dengan kemajuan zaman yang semakin menuntut akan sebuah perubahan. Daya adaptif sebuah wilayah perdesaan akan berdampak pada kemajuan sebuah desa secara mandiri. Salah satu yang dapat mewujudkan perekonomian desa, yakni dengan pendirian lembaga usaha seperti Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Perkembangan perkenomian di Indonesia yang sulit diprediksi dan tuntutan akan kesejahteraan di seluruh lapisan masyarakat masih menjadi agenda dalam penyelesaian permasalahan tersebut. Untuk mencapai tujuan pembangunan nasional, desa merupakan agen pemerintah yang dapat menjangkau kelompok sasaran masyarakat “akar rumput” yang hendak disejahterakan. Salah satunya dengan membentuk suatu badan usaha, yaitu Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). BUMDes pada prinsipnya bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat desa dan pengembangan desa menjadi desa yang mandiri. Aksa (2013) menjelaskan ada empat jenis bisnis yang bisa dikembangkan oleh BUMDes, antara lain: 1. BUMDes yang bertipe serving BUMDes semacam ini menjalankan bisnis sosial yang melayani, yaitu melakukan pelayanan publik kepada masyarakat sekaligus juga memperoleh keuntungan finansial dari 13 pelayanan itu. Usaha ini memanfaatkan sumber daya okal dan teknologi tepat guna, seperti usaha air minum desa dan usaha listrik desa. 2. BUMDes yang bertipe banking. BUMDes ini menjalankan bisnis uang seperti bank desa atau lembaga perkreditan desa. Modalnya berasal dari ADD, PADes, tabungan masyarakat serta dukungan dari pemerintah. Bisnis uang desa ini mengandung bisnis sosial dan bisnis ekonomi. Bisnis sosial artinya bak desa merupakan proteksi sosial terhadap warga desa, terutama kelompok warga yang rentan dan perempuan dari jeratan para rentenir. Bisnis ekonomi artinya bank desa berfungsi untuk mendukung permodalan usaha-usaha skala mikro yang dijalankan oleh pelaku ekonomi di desa. 3. BUMDes bertipe renting. BUMDes ini menjalankan bisnis penyewaan barang-barang (perangkat pesta, traktor, alat transportasi, ruko, dan lain sebagainya), baik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat maupun untuk memperoleh pendapatan desa. 4. BUMDes bertipe brokering. BUMDes ini berperan sebagai lembaga perantara, seperti jasa pelayanan kepada warga maupun usaha-usaha masyarakat, misalnya jasa pembayaran listri, desa mendirikan pasar desa untuk memasarkan produk-produk yang dihasilkan masyarakat. BUMDes juga bisa membangun jaringan dengan pihak ketiga untuk memasarkan produk-produk lokal secara lebih luas Generasi millenial memiliki peran yang sangat penting dalam membantu perkembangan Badan Usaha Miliki Desa (BUMDes). Generasi millennial mengalami pergeseran perilaku seturut dengan perkembangan teknologi. Tentu, perkembangan teknologi ini membawa akibat positif dan juga negatif bagi masyarakat. Keberhasilan Ponggok dalam mengelola desa menunjukan dampak positif dan pentingnya peran millenial dalam pembangunan desa. Setidaknya ada dua peran penting generasi millenial dalam mengembangkan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Pertama, peran dalam menginisiasi, menggali, serta mengembangkan potensi desa melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Kedua, peran millenial dalam sistem komikasi dan jaringan kelompok pemuda. Pembuatan portal resmi desa serta baliho sebagai media informasi pengeluaran dana desa merupakan salah satu contoh pengoptimalan sistem komunikasi dan jaringan untuk mengawal transparansi desa. 14 Pemanfaatan teknologi digital merupakan salah satu ciri generasi millennial. Generasi millenial bisa mewujudkan pengembangan BUMDes untuk kemajuan desa yang akan memberikan dampak untuk kemajuan Indonesia dengan membantu dalam mempromosikan produk unggulan desa dan wisata desa serta sejumlah potensi lainnya yang ada di desa. Generasi millenial yang kreatif akan memiliki sejumlah ide dalam mengembangkan segala potensi yang ada didesa untuk kemajuan desa. Jadi, buat para generasi millenial dapat turut serta dalam pengembangan BUMDes yang telah didirikan dengan memanfaatkan berbagai peluang potensi yang ada di desa seperti mengolah pariwisatanya, mengolah e-commerce dengan turut membantu dalam menyebarkan dan memasarkan sejumlah produk unggulan desa melalui sistem elektronik dan berbagai peluang lainnya yang hasilnya juga bisa turut mensejahterakan masyarakat desa. Ide kreatif generasi milenial dan eksistensinya di media sosial bisa menjadi energi besar dalam pembangunan desa melalui pengembangan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) di era milenial. Generasi millennial dapat melakukan eksplorasi nilai-nilai kearifan lokal dan juga mengenai potensi pengembangan sebagai desa wisata dengan mengandalkan hasil kekayaan alamnya. Sebagai Contoh generasi millennial dapat mengembangkan unit usaha BUMDes seperti Kebun Kopi. Kebun kopi dengan keindahan alamnya dapat dikemas dan dikembangkan menjadi Desa Wisata Coffeetainment sehingga memberi nilai tambah bagi desa dan warganya untuk peningkatan perokonomian. Generasi millennial dapat melakukan promosi atau perkenalan mengenai produk yang ditawarkan dari kebun kopi tersebut. Generasi millennial juga dapat mengembangkan penjualan produk kopi tersebut dengan melalui website atau secara online melalui media sosial yang akan mempermudah konsumen diluar desa tersebut untuk mendapatkan produk yang ditawarkan dengan mudah tanpa harus bersusah payah mendatangi desa tersebut. Generasi millennial dapat membantu mengembangkan Desa Wisata Coffetainment dengan memperkenalkan melalui sosial media seperti facebook atau instagram yang paling sering banyak digunakan oleh penduduk Indonesia. Untuk generasi muda yang berasal dari desa kemudian melanjutkan pendidikan di luar desa tersebut dapat turut serta mengembangkan Badan Usaha Milik Desa (BMDes) dengan memperkenalkan atau mensosialisasikan mengenai produk yang dihasilkan kepada teman-temannya yang berasal diluar desa tersebut. Generasi millenial mampu memanfaatkan media digital untuk mengawal desa yang berdikari lagi bersih. Media digital dimanfaatkan sebagai sarana untuk mewujudkan transparansi desa, segala pengeluran desa akan disebarkan melalui media ini. Selain itu yang tak kalah penting adalah peran pemuda millenial dalam musyawarah desa dan terus berinovasi untuk kemajuan desa. Millenial terus optimis bahwa pemerataan ekonomi perlu dimulai dari desa yang selama ini selalu ter-anak tirikan oleh program pembangunan yang dibuat oleh kota. 15 BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Berdasarkan penjelasan di atas, maka saya dapat menyimpulkan bahwa Generasi millennial memiliki peranan yang sangat penting dalam memajukan desa melalui pengembangan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Generasi millennial dapat memberikan kontribusi atau peranannya untuk pengembangan BUMDes melalui cara antara lain: 1. Generasi millennial membantu dalam mempromosikan produk unggulan desa dan wisata desa serta sejumlah potensi lainnya yang ada di desa 2. Generasi millenial yang kreatif akan memiliki sejumlah ide dalam mengembangkan segala potensi yang ada didesa untuk kemajuan desa 3. Generasi Millenial dapat memanfaatkan berbagai peluang potensi yang ada di desa seperti mengolah pariwisatanya, mengolah e-commerce dengan turut membantu dalam menyebarkan dan memasarkan sejumlah produk unggulan desa melalui sistem elektronik 4. Pembuatan portal resmi desa serta baliho sebagai media informasi pengeluaran dana desa dan perkembangan setiap Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Dengan peran aktif para generasi millenial yang ada pada desa tersebut dapat memberikan pengaruh yang luar biasa untuk kemajuan perekonomian desa tersebut. Apabila Desa mampu memanfaat dana desa dengan membuat dan mengembangkan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) maka hal tersebut dapat meningkatkan lapangan pekerjaan dan meningkatan pendapataan desa untuk masyarakat yang lebih maju. Sehingga akan meningkatkan perekonomian di Indonesia dan mengurangi tingkat kemiskinan yang ada. 4.2 Saran Untuk pengembangan lebih lanjut maka saya memberikan saran untuk pengembangan BUMDes untuk masa yang akan datang yaitu : 1. Melakukan sosialisasi kepada para generasi muda yang terdapat pada desa mengenai potensi-potensi yang ada pada desa tersebut 2. Melibatkan para genarasi muda dalam menjalankan kegiatan BUMDes yang didirikan 3. Memberikan pelatihan kepada para generasi millennial untuk mengoptimalkan penggunakaan computer dan internet 16 Daftar Pustaka https://ejournal.unisnu.ac.id/JDEB/article/viewFile/395/753 http://www.keuangandesa.com/strategi-pengembangan-bumdes-sebagai-pilar-ekonomi-desa/ http://www.berdesa.com/potensi-desa-yang-bisa-dikembangkan-di-era-modern/ http://youthproactive.com/201801/speak-up/kesuksesan-umbul-ponggok-dan-travelling-millenial/ https://www.republika.co.id/berita/ekonomi/desa-bangkit/generasi-milenial-miliki-peluangmanfaatkan-potensi-desa www.ejournal.unsrat.ac.id https://eprints.uny.ac.id/28003/ https://www.researchgate.net/publication/_PERANAN_BUMDES_DALAM_PEMBANGUNAN_DAN_P EMBERDAYAAN_MASYARAKAT_DI_DESA_PEJAMBON_KECAMATAN_SUMBERREJO_KABUPATEN_B OJONEGORO http://debcornels.blogspot.com/generasi-millennial_29.html https://economy.okezone.com/read/generasi-milenial-bisa-diandalkan-kembangkan-dana-desa 17