Uploaded by Zefanya Gian

MAKALAH DEMOKRASI KEL 4 REV

advertisement
MAKALAH
“DEMOKRASI”
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pancasila Yang Diampu
Oleh Bapak Dr. Bambang Sucondro, SH., MH.
Disusun Oleh :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
ADITYA HENRI SAPUTRA
ANTONIO JOBEAM GEREETH MANGIMBULUDE
DHIMAS RADITYO UTOMO
MUHAMMAD ZUHADAFFA IRVANISHERA
SITI JUHAIMA
ZEFANYA GIAN AGINTA KEMBAREN
RISMA AMALIA
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2019
072.17.001
072.17.003
072.18.011
072.18.037
072.18.046
072.18.052
072.18.063
DAFTAR ISI
1. PENGERTIAN DEMOKRASI DAN JENIS
DEMOKRASI…………………………………...
2. IDEOLOGI DALAM
DEMOKRASI…………………………………...
3. LANDASAN DEMOKRASI……………............
4. PRINSIP DAN FUNGSI NEGARA
DEMOKRASI……………………………………
5. UNSUR PELAKSANA
DEMOKRASI……………………………………
6. ASAS DEMOKRASI…………………………….
7. CIRI – CIRI DEMOKRASI PANCASILA DAN
DEMOKRASI BERDASARKAN
HUKUM…………………………………………..
A.PENGERTIAN DEMOKRASI
Secara etimologis, kata Demokrasi berasal dari bahasa Yunani
yaitu “Demos” dan “Kratos”. Demos artinya rakyat/ khalayak, dan Kratos artiya
pemerintahaan. Sehingga pengertian demokrasi adalah pemerintahan yang
diselenggarakan dari rakyat, untuk rakyat, dan oleh rakyat.
Menurut para ahli :
1. Abraham Lincoln
Menurut Abrahan Lincoln, pengertian demokrasi adalah suatu sistem pemerintahan
yang diselenggarakan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Artinya, rakyat
adalah pemegang kekuasaan tertinggi dalam suatu pemerintahan, dimana masingmasing dari mereka memiliki hak yang sama dalam upaya mengatur kebijakan
pemerintahan.
2. Charles Costello
Menurut Charles Costello, arti demokrasi adalah sistem sosial serta politik
pemerintahan diri dengan kekuasaan-kekuasaan pemerintah yang dibatasi oleh hukum
serta kebiasaan dalam melindungi hak-hak individu warga negara.
3. H. Harris Soche
Menurut H. Harris Soche, pengertian demokrasi adalah suatu bentuk pemerintahan
rakyat. Dengan kata lain, rakyat merupakan pemegang kekuasaan dalam
pemerintahan yang memiliki hak untuk mengatur, mempertahankan, serta melindungi
diri mereka dari adanya paksaan dari wakil-wakil mereka.
4. Sidney Hook
Menurut Sidney Hook, pengertian demokrasi adalah suatu sistem pemerintahan
dimana keputusan-keputusan penting pemerintah baik secara langsung maupun tidak
langsung dibuat berdasarkan pada kesepakatan mayoritas yang diberikan rakyat yang
telah berusia dewasa secara bebas.
5. Hans Kelsen
Menurut Hans Kelsen, pengertian demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat dan
untuk rakyat. Dalam hal ini, wakil-wakil rakyat yang terpilih merupakan pelaksana
kekuasaan negara, dimana rakyat telah memiliki keyakinan bahwa segala kehendak
serta kepentingan mereka akan selalu diperhatikan dalam pelaksanaan pemerintahan
tersebut.
Jenis – jenis Demokrasi :
1. Demokrasi Berdasarkan Bentuknya
Demokrasi Prosedural, yaitu bentuk demokrasi dimana proses pemilihan
pemimpin dilakukan secara langsung. Misalnya Pilpres, Pilkada.
Demokrasi Substansial, yaitu bentuk demokrasi dimana nilai-nilai demokrasi
diwujudkan dan terdapat perlindungan terhadap minoritas. Misalnya, kebebasan
menyampaikan pendapat tanpa merugikan kepentingan umum.
2. Demokrasi Berdasarkan Prosesnya
Demokrasi langsung, yaitu proses demokrasi dimana semua elemen
masyarakat ikut dalam permusyawaratan untuk merumuskan dan memutuskan
kebijakan Undang-Undang.
Demokrasi tidak langsung, yaitu proses demokrasi dimana kebijakan umum
atau Undang-Undang dirumuskan dan diputuskan oleh lembaga perwakilan rakyat,
misalnya Dewan Perwakilan Rakyat.
3. Demokrasi Berdasarkan Ideologinya
Demokrasi Liberal, yaitu ideologi demokrasi yang berlandaskan pada
kebebasan individu. Dalam pelaksanaannya, negara memiliki kekuasaan terbatas dan
harus memberikan perlindungan terhadap hak-hak individual dalam kehidupan warga
negaranya.
Demokrasi Sosial, yaitu ideologi demokrasi yang berlandaskan komunalisme
rakyat suatu negara. Dalam pelaksanaannya, negara menjadi pemilik kekuasaan
dominan yang mewakili rakyat. Kepentingan umum lebih diutamakan ketimbang
hak-hak individual yang bertujuan untuk mengurangi kesenjangan sosial di
masyarakat.
Demokrasi Pancasila, yaitu ideologi demokrasi yang berlandaskan kepada
nilai-nilai Pancasila. Indonesia menggunakan demokrasi Pancasila, seperti yang
tertuang dalam sila ke-4 Pancasila.
B. DEMOKRASI BERDASARKAN IDEOLOGI
Demokrasi Liberal
Dalam pelaksanaannya, negara memiliki kekuasaan terbatas dan harus
memberikan perlindungan terhadap hak-hak individual dalam kehidupan warga
negaranya. Secara konstitusional, ini bisa diartikan sebagai hak individu dari
kekuasaan pemerintah. Di dalam demokrasi liberal, keputusan-keputusan mayoritas
diberlakukan pada sebagian besar bidang kebijakan pemerintah yang tunduk terhadap
pembatasan-pembatasan agar keputusan pemerintah tidak melanggar kemerdekaan
dan hak-hak individu seperti yang tercantum dalam konstitusi.
Demokrasi Liberal pada pertama kali dikemukakan pada Abad Pencerahan
oleh penggagas teori kontrak sosial. Semasa Perang Dingin, istilah Demokrasi Liberal
seperti AS, bertolak belakang dengan Komunisme Republik Rakyat, seperti Soviet
dan China. Pada zaman sekarang demokrasi konstitusional umumnya dibandingkan
dengan demokrasi langsung ataupun demokrasi partisipasi.
Ciri-ciri demokrasi liberal secara umum. diantaranya yaitu :
1. Agama Adalah Urusan Masing-Masing
Di dalam negara yang menganut paham demokrasi liberal, agama ataupun
kepercayaan adalah urusan masing-masing pribadi di negara tersebut. Demokrasi
liberal meyakini bahwa agama ataupun kepercayaan seseorang yang mengatur
hubungannya dengan Tuhan hingga hanya orang tersebutlah yang berhak mengatur
dan mengetahuinya. Berikut adalah keterangan dari ciri-ciri agama dari urusan
masing-masing, sebagai berikut:

Jika pergi ke beberapa negara yang menganut demokrasi liberal pada sistem
pemerintahan maupun dalam kehidupan bermasyarakatnya, jangan sekali-kali
menanyakan soal agama terhadap orang yang tinggal di sana.

Selain bisa dianggap menyinggung, bisa juga dipermasalahkan sebab
mencampur urusan pribadi orang lain.

Jika di Indonesia kehidupan beragama diatur undang-undang, maka di negara
yang menganut paham demokrasi liberal, kehidupan beragama menjadi urusan
masing-masing individu.
2. Mengutamakan Kepentingan Pribadi
Negara yang menganut paham demokrasi liberal lebih cenderung
mengutamakan kepentingan pribadi terutama pada lingkungan masyarakatnya.
Seperti yang diketahui, negara yang menganut paham demokrasi liberal memilikk
masyarakat yang sangat individualis dalam kehidupan sehari-harinya.

Pengutamaan kepentingan pribadi dalam negara yang menganut paham
demokrasi memiliki makna tertentu.

Makna yang paling mudah bisa dipahami adalah pengutamaan kepentingan
pribadi di atas kepentingan yang lain.

Oleh sebab itu, hak-hak yang bersifat personal lebih diutamakan dalam
penegakkan hak asasi manusia pada negara yang menganut paham demokrasi
liberal
3. Mengutamakan Hak Asasi Yang Berkaitan Dengan Kebebasan
Negara yang menganut sistem demokrasi liberal mengutamakan hak asasi
manusia yang berkaitan dengan kebebasan individul. Perlu diketahui, liberal adalah
suatu ideologi atau filsasat yang mendasarkan suatu pemahaman yang menjunjung
tinggi kebebasan.
4. Memiliki Dua Kelompok Masyarakat
Di negara yang menganut paham demokrasi , dalam kehidupan bermasyarakat
ada dua kelompok yang menentukan jalannya kebijakan negara. Dua kelompok
masyarakat ini disebut kelompok mayoritas dan kelompok minoritas. Kedua
kelompok ini hidup dengan berdampingan pada negara yang menganut paham
demokrasi liberal .
5. Pembatasan Kebebasan Minoritas
Walaupun negara menganut paham demokrasi yang menjunjung hak-hak asasi
yang berkaitan denga kebebasan, kebebasan kelompok minoritas dibatasi. Namun
pembatasan yang dilakukan bukan kepada hak yang bersifat personal melainkan hakhak yang berkaitan dengan kelompok seperti:

Eksistensi kelompok minoritas

Pengajuan bantuan hukum pada kelompok minoritas
6. Adanya Kekuatan Mayoritas
Seperti yang sudah dijelaskan dalam poin sebelumnya, kelompok mayoritas
adalah kelompok yang memiliki kekuatan baik di dalam pemerintahan serta di dalam
masyarakat.
7. Keputusan di Ambil Berdasarkan Suara Terbanyak
Dalam menjalankan kehidupan demokrasi negara yang menganut paham
demokrasi liberal, keputusan terbanyak digunakan sebagai penentu ketika
menentukan keputusan yang berkaitan dengan kebijakan.
Demokrasi Komunis adalah demokrasi yang mengatur kehidupan warganya
dan segala sesuatunya menjadi milik negara. Konsep demokrasi Komunis adalah
interpretasi dari konsep Marxisme-Leninisme dari Karl Marx dan Lenin.
Dua hal penting mengenai pemikiran Marx adalah:
(1) Gagasan-gagasan Marx sangat bersifat moralistik. Isinya penuh dengan pesanpesan etika dan moralitas seperti sikapnya yang anti penindasan sesama manusia dan
menilai manusia sebagai makhluk kreatif. Ia menentang segala bentuk perbuatan yang
merendahkan manusia;
(2) Karya-karya Marx memberikan analisa yang tajam mengenai eksploitasi
kelas dalam sistem kapitalis. Negara dilihatnya sebagai kelas penindas yang
dimiliki kaum borjuasi-kapitalis. Kelas proletar (the oppressed people) harus merebut
kekuasaan negara dari tangan kelas borjuasi-kapitalis melalui cara-cara kekerasan
politik. Setelah berhasil merebut kekuasaan, kelas proletar menurut Marx akan
membentuk diktator proletariat dimana yang memegang kekuasaan tertinggi adalah
kaum proletariat.
Sementara itu bagi Lenin, meskipun kelas proletar memiliki kesadaran
revolusioner atau kesadaran kelas, mereka harus ada yang menggerakkan. Lenin
kemudian memperkenalkan konsep vanguard dalam terminologi komunis. Konsep
ini merujuk ke sekelompok kecil kaum elit proletar terdidik, yang dianggap paling
revolusioner, memiliki kesadaran kelas yang tinggi dan setia kepada cita-cita
komunisme, dan pelopor demokrasi Marxisme-Leninisme
Selain itu, ciri-ciri demokrasi komunis lainnnya adalah:
a.)
Bersifat masyarakat anti pasar. Dalam masyarakat anti pasar tidak
diperkenankan kebebasan bernegosiasi sesuatu yang mempengaruhi dan menentukan
kehidupan individu dalam masyarakat. Hubungan-hubungan sosial, keagamaan,
ekonomi, dan politik diatur oleh negara.
b.)
Adanya maksimalisasi peran negara. Negara sangat dominan dalam
berbagai aspek kehidupan masyarakat. Negara yang mengatur apa yang baik dan
buruk bagi masyarakat. Jadi, moralitas ditentukan oleh negara. Maksimalisasi peran
negara menimbulkan kecenderungan lain dalam negara demokrasi komunis, yaitu
kurang diakuinya privatisasi dan kebebasan sektor-sektor swasta (non-negara) untuk
mengembangkan diri. Hak-hak privat dan dominasi sektor swasta dianggap kejahatan
sosial dan dianggap sumber berbagai ketimpangan sosial ekonomi.
c.)
Pembatasan partisipasi politik. Dalam negara komunis, partisipasi politik
hanya ditolerir sejauh ia mendukung kekuatan rezim yang berkuasa.
Partisipasi politik yang berbeda atau bertentangan dengan aspirasi pemerintah
dianggap sebagai kegiatan politik ilegal dan tindakan subversif. Karena partisipasi
politik diperkenankan sejauh dimaksudkan untuk mendukung penguasa, maka
terdapat kecenderungan dimana partisipasi di negara-negara demokrasi komunis lebih
bersifat partisipasi politik yang dimobilisasi. Kegiatan politik bukanlah merupakan
partisipasi yang benar-benar muncul karena kesadaran diri, otonom atau sukarela.
d.)
Kurang mengenal kebebasan pers, sebab pers atau media massa
sepenuhnya berada di bawah kontrol kekuasaan. Pers hanya diperkenankan
menyuarakan aspirasi, program, dan cita-cita elit penguasa. Maka, dalam demokrasi
komunis pers tidak bisa disebut sebagai pilar keempat (the fourth pillar) demokrasi,
karena pers, misalnya, tidak bisa secara bebas menyuarakan pandangan, aspirasi,
gagasan dan penyelewengan kekuasaan negara.
e.)
Digunakannya sistem partai tunggal dominan (one party system). Di
negara demokrasi komunis tidak dikenal persaingan atau kompetisi partai-partai
seperti yang terdapat dalam demokrasi liberal (Barat) sebab hanya ada satu partai
yang berkuasa. Kalaupun ada partai-partai lainnya, pada umumnya lemah dan tidak
memiliki kekuasaan politik yang memungkinkan mereka bernegosiasi dengan partai
negara yang dominan.
Demokrasi Pancasila
Secara umum, pengertian Demokrasi Pancasila adalah suatu paham
demokrasi yang berlandaskan pada nilai-nilai yang terkandung di dalam ideologi
Pancasila.
Ada juga yang menyebutkan bahwa demokrasi Pancasila adalah suatu paham
demokrasi yang sumbernya berasal dari falsafah hidup bangsa Indonesia yang digali
berdasarkan kepribadian rakyat Indonesia itu sendiri. Falsafah hidup bangsa Indonesia
tersebut kemudian melahirkan dasar falsafah negara Indonesia, yaitu Pancasila yang
terkandung dalam Pembukaan UUD 1945.
Jadi secara ringkas penjelasan poin-poin penting mengenai sistem demokrasi
ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Demokrasi dilaksanakan berdasarkan kekeluargaan dan musyawarah untuk
mufakat untuk kesejahteraan rakyat.
2. Sistem organisasi negara dilaksanakan sesuai dengan persetujuan rakyat.
3. Kebebasan individu dijamin namun tidak bersifat mutlak dan harus disesuaikan
dengan tanggung jawab sosial.
4. Dalam pelaksanaan demokrasi ini tidak ada dominasi mayoritas atau minoritas,
namun harus dijiwai oleh semangat kekeluargaan untuk mewujudkan cita-cita
hidup bangsa Indonesia.
Ciri-Ciri Demokrasi Pancasila
Pada dasarnya sistem demokrasi ini memiliki kesamaan dengan demokrasi
universal, namun terdapat perbedaan di dalamnya. Adapun ciri-ciri demokrasi
Pancasila adalah sebagai berikut:
1. Penyelenggaraan pemerintahan berjalan sesuai dengan konstitusi.
2. Dilakukan kegiatan Pemilihan Umum (PEMILU) secara berkesinambungan.
3. Menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia (HAM) dan melindungi hak masyarakat
minoritas.
4. Proses demokrasi dapat menjadi ajang kompetisi berbagai ide dan cara
menyelesaikan masalah.
5. Ide-ide yang paling baik bagi Indonesia akan diterima, dan bukan berdasarkan
suara terbanyak.
C.LANDASAN DEMOKRASI
Ada beberapa definisi mengenai demokrasi Pancasila. Dilihat dari arti
katanya, demokrasi pancasila adalah demokrasi yang berdasar pada asas
kekeluargaan dan bertujuan untuk membentuk masyarakat yang sejahtera. Demokrasi
ini juga mempunyai kesadaran akan nilai – nilai religius, berbudi pekerti luhur, dan
merupakan proses yang berkesinambungan. Selain itu ada juga yang mengartikan
demokrasi Pancasila sebagai sistem pengorganisasian negara yang dilakukan oleh
rakyat dan dengan persetujuan rakyat. Secara singkat, demokrasi Pancasila adalah
demokrasi yang berdasar pada nilai – nilai Pancasila. Demokrasi Pancasila tidak
hanya diterapkan dalam politik saja. Karena seperti yang kita tahu, nilai –nilai
Pancasila mencakup semua aspek kehidupan.
Oleh karena itu, demokrasi pancasila juga bisa diterapkan di bidang ekonomi,
sosial, dan budaya.
Dalam menerapkan demokrasi Pancasila, tentu saja ada landasan hukum yang
dipakai. Landasan hukum bergfungsi sebagai landasan yang memperkokoh status
demokrasi Pancasila dalam sistem politik Indonesia. Dan secara hukum, penerapan
demokrasi Pancasila merupakan implementasi dari UUD 1945. Secara lebih rinci,
berikut landasan dari hukum demokrasi Pancasila:
1. Proklamasi 17 Agustus 1945
Proklamasi kemerdekaan Indonesia bisa menjadi landasan dari hukum
demokrasi Pancasila karena proklamasi berarti penting bagi rakyat Indonesia. Bagi
rakyat Indonesia, Proklamasi dianggap sebagai norma tertulis pertama yang ada
setelah Indonesia berdiri sebagai suatu negara. Proklamasi ini juga menjadi wujud
bahwa perjuangan rakyat telah membawa bangsa Indonesia ke babak baru kehidupan,
dimana Indonesia sebagai negara baru akan memiliki tatanan hukum yang baru. Oleh
karena itu, proklamasi yang merepresentasikan kemerdekaan yang direbut oleh rakyat
dan untuk rakyat. Hal itu lah yang menginspirasi akan penerapan demokrasi sebagai
sistem pemerintahan, tentu saja yang bersifat Pancasila. Dan sehari setelah
pembacaan proklamasi, pada 18 Agustus 1945, ditetapkanlah UUD 1945 sebagai
landasan konstitusional negara beserta presiden dan wakilnya. Seperti yang kita tahu,
UUD 1945 dan Proklamasi mempunyai hubungan yang erat. Hubungan itu adalah
dimana proklamasi menjadi landasan dalam menerapkan konsep demokrasi,
sedangkan UUD 1945 merupakan penjabaran yang lebih rinci dari
semangat demokrasi yang ada pada proklamasi.
2. Dekrit Presiden 5 Juli 1959
Dalam sejarah (UUD), UUD 1945 pernah digantikan oleh UUDS 1950. Hal
itu karena Indonesia mengalami perubahan bentuk negara. UUDS 1950 dterapkan
dari tahun 1950 hingga 1959. UUDS adalah undang – undang sementara yang
diterapkan untuk mengisi kekosongan selama masa penyusunan Undang – undang
baru untuk bentuk negara yang baru. Tetapi, tersendatnya proses penyusunan UUD
baru dianggap mengancam situasi ketatanegaraan Indonesia. Maka dari itu, presiden
mengeluarkan dekrit dimana isinya menetapkan bahwa UUDS tidak lagi berlaku dan
Indonesia kembali pada UUD 1945 sebagai konstitusi utama negara Indonesia yang
membawa dasar – dasar dalam penerapan demokrasi Pancasila. Disinilah peran
penting dekrit presiden sebagai landasan hukum demokrasi Pancasila.
3. Supersemar (Surat Perintah 11 Maret 1966)
Selain Proklamasi 17 Agustus 1945 dan Dekrit Presiden 1959, Supersemar
juga dianggap sebagai babak baru yang semakin memperkokoh kekuatan Pancasila
dan UUD 1945 sebagai landasan negara. Supersemar mengembalikan tatanan
pemerintah Indonesia kepada Pancasila dan UUD 1945 sebagai landasan dari hukum
demokrasi Pancasila.
4. Pembukaan UUD 1945
Dalam pembukaan UUD 1945 khususnya alinea ke empat, terdapat kalimat:
“maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu undang –
undang dasar Negara Indonesia yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik
Indonesia yang berkedaulatan rakyat dan berdasar kepada: Ketuhanan yang Maha
Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, serta
dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dari pembukaan UUD 1945 tersebut telah jelas disebutkan bahwa landasan dari
hukum demokrasi Pancasila menitik beratkan pada jalannya demokrasi yang
berlandas pada nilai kerakyatan yang dikandung oleh Pancasila.
5. Pasal 1 ayat (2) UUD 1945
Selain itu, landasan dari hukum demokrasi Pancasila juga tercantum pada
UUD 1945 pasal 1 ayat 2 yang berisi “kedaulatan ada di tangan rakyat dan
dilaksanakan menurut undang – undang dasar”. Sekali lagi konstitusi negara ini
menjunjung tinggi nilai kerakyatan dalam sistem politik. Hal ini karena Indonesia
sangat mengutamakan kepentingan rakyat dibanding kepentingan pemimpin.
Pemimpin hanyalah orang bertugas menjalankan keputusan – keputusan yang dibuat
atau dipilih oleh rakyat. Dengan kata lain, pemimpin juga merupakan abdi
masyarakat.
6. Pasal 28 UUD 1945
Pasal 28 dalam UUD 1945 menjelaskan bahwa rakyat atau warga negara
mempunyai kebebasan untuk berkumpul, bertukar pikiran mengeluarkan pendapat
baik dengan tulisan, lisan, atupun bentuk lain. Hal itu dimaksudkan memberi akses
pada rakyat untuk ikut berpartisipasi dalam pemerintahan dan pembangunan negara.
Kebebasan mengeluarkan pendapat tersebut juga dimaksudkan agar Indonesia bisa
menjadi lebih baik lagi dengan menerima dan mengoreksi kritik dari masyarakat.
Adapun bunyi dari pasal tersebut adalah “Kemerdekaan berserikat dan berkumpul,
mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dalam
undang – undang”.
7. Pasal 28E UUD 1945 ayat 3
Rincian dari pasal 28 UUD 1945 sebagai landasan hukum demokrasi
Pancasila memberikan landasan tertulis yang lain dalam pasal 28E UUD 1945 ayat 3
yang berbunyi “Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul dan
mengeluarkan pendapat”. Tidak seperti pada masa kolonialisme bangsa asing saat
rakyat harus melakukan pertemuan dengan sembunyi – sembunyi, bahkan tidak
berani menyuarakan aspirasinya, masa setelah kemerdekaan telah memberikan
kemerdekaan bagi rakyat untuk mengutarakan pendapat atau bermusyawarah dala
D. PRINSIP DEMOKRASI
Prinsip Negara Demokrasi
Demokrasi juga memiliki beberapa prinsip penting di dalamnya. Berikut ini
adalah beberapa prinsip sistem demokrasi yang ada.
 Adanya suatu kebebasan yang telah disepakati, diakui serta disetujui oleh tiap
warga Negara.
 Adanya keikutsertaan dari masing-masing warna Negara di dalam
melaksanakan dan juga menentukan suatu keputusan yang sifatnya politik.
 Adanya kesetaraan dan keadilan untuk tiap warga Negara.
 Tiap warna Negara mempunyai kesamaan dan juga kesetaraan di dalam praktik
politik.
Prinsip Prinsip Demokrasi dan Syarat Syarat Berdirinya Negara Demokrasi telah
terakomodasi dalam konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Prinsip prinsip
demokrasi, dapat ditinjau dari pendapat Almadudi yang kemudian dikenal dengan
“soko guru demokrasi” Menurutnya, prinsip prinsip demokrasi adalah:
1. kedaulatan rakyat;
2. pemerintahan berdasarkan persetujuan dari yang diperintah;
3. kekuasaan mayoritas;
4. hak-hak minoritas;
5. jaminan hak asasi manusia;
6. pemilihan yang bebas dan jujur;
7. persamaan di depan hukum;
8. proses hukum yang wajar;
9. pembatasan pemerintah secara konstitusional;
10. pluralisme sosial, ekonomi, dan politik;
11. nilai-nilai toleransi, pragmatisme, kerja sama, dan mufakat.
Gagasan pokok atau gagasan dasar pemerintahan demokrasi adalah pengakuan
hakikat manusia, yaitu pada dasarnya manusia mempunyai kemampuan yang sama
dalam hubungan sosial. Berdasarkan gagasan dasar tersebut, terdapat dua Asas Pokok
Demokrasi, yaitu:
1. pengakuan partisipasi rakyat dalam pemerintahan, misalnya pemilihan
wakil-wakil rakyat untuk lembaga perwakilan rakyat secara langsung, umum,
bebas, dan rahasia, serta jujur dan adil;
2. pengakuan hakikat dan martabat manusia, misalnya adanya tindakan
pemerintah untuk melindungi hak hak asasi manusia demi kepentingan
bersama.
Dalam perkembangannya, demokrasi menjadi suatu tatanan yang diterima dan
dipakai oleh hampir seluruh negara di dunia. Ciri-ciri pemerintahan demokrasi adalah
sebagai berikut.
1. Adanya keterlibatan warga negara (rakyat) dalam pengambilan keputusan
politik, baik langsung maupun tidak langsung (perwakilan).
2. Adanya pengakuan, penghargaan, dan perlindungan terhadap hak hak asasi
rakyat (warga negara).
3. Adanya persamaan hak bagi seluruh warga negara dalam segala bidang.
4. Adanya lembaga peradilan dan kekuasaan kehakiman yang independen
sebagai
alat
penegakan
hukum.
5. Adanya kebebasan dan kemerdekaan bagi seluruh warga negara. Adanya
pers (media, massa) yang bebas untuk menyampaikan informasi dan
mengontrol
perilaku
dan
kebijakan
pemerintah.
6. Adanya pemilihan umum untuk memilih wakil rakyat yang duduk di lembaga
perwakilan
rakyat.
7. Adanya pemilihan umum yang bebas, jujur, adil untuk menentukan
(memilih) pemimpin negara dan pemerintahan serta anggota lembaga
perwakilan
rakyat.
8. Adanya pengakuan terhadap perbedaan keragamaan (suku, agama, golongan,
dan sebagainya)
Fungsi Demokrasi menurut para Ahli :

Arisoteles: Definisi demokrasi
Pengertian demokrasi ialah sebagai suatu kebebasan, atau prinsip dari
demokrasi kebebasan dikarenakan hanya lewat kebebasan pada setiap warga
negara dapat saling berbagi kekuasaan. Aristoteles menyatakan bahwa ada
dalam , setiap orang (individu) ialah sebagai warga negara itu seimbang dalam
jumlah yaikni 1 dan 1 dan juga tidak dilihat dari suatu nilai dari 1 orang
tersebut. Dia juga menambahkan bahwa seseorang yang hidup tanpa adanya
bebas memilih cara hidupnya sama saja dengan yang disebut budak.

Pengertian Demokrasi Menurut Wikipedia.id
Pengertian demokrasi ialah bentuk pemerintahan yang pada semua
warga negaranya tersebut memiliki hak yang setara dalam mengambil suatu
kebijakan yang juga dapat mempengaruhi hidup mereka. Berdasarkan
pengertian demokrasi tersebut ialah memberikan izin secara langsung ataupun
dengan melalui perwakilan dalam rancangan, pengembangan dan juga
pembuatan aturan.
Demokrasi tersebut harus memperhatikan kondisi sosial, ekonomi dan
juga budaya yang memberikan kemungkinan dalam aplikasi kebebasan politik
secara bebas serts setara

Menurut Henry B. Mayo: Pengertian Demokrasi
Dalam Sistem Politik Demokratis tersebut, kebijakan umum yang
diambil oleh suatu pemerintahan yang ditetapkan oleh DPR di Indonesia yang
diawasi dengan secara efektif oleh rakyat. Penentuan kebijakan tersebut juga
harus menjunjung tinggi suatu kebebasan berpolitik.
Kranemburg: Pengertian Demokrasi
Kraneburg mengartikan demokrasi tersbut sesuai dengan arti dasarnya
yakni cara memerintah rakyat.


Koentjoro Poerbopranoto: Definisi Demokrasi
Dia menggemukakan bahwa demokrasi ialah sebuah sistem dimana
rakyat ikut berpartisipasi secara aktif didalam suatu pemerintahan negara.

Menurut Harris Soche: Pengertian Demokrasi
Demokrasi ialah pemerintahan yang didalam kekuasaanya melekat
pada rakyat ataupun demokrasi ialah pemerintahan rakyat.

Menurut Abraham Lincoln: Definisi demokrasi
Mantan presiden Amerika tersebut berpendapat ialah bahwa
demokrasi ialah pemerintah dari, oleh, dan juga untuk rakyat.

Menurut Charles Costello
Pengertian demokrasi ialah sistem sosial dan juga politik pemerintahan
diri dengan kekuasaan pemerintah yang dibatasi dengan hukum dan juga
kebiasaan untuk dapat melindungi hak-hak perorangan pada warga negara.
Dari beberapa ahli mengemukakan pengertian demokrasi yang didalam lebih
bertanggung jawab dengan menitik tengahkan bahwa warga yang dimaksud
ialah warga dewasa dari sebuah negara. Bagi negara indonesia Dewasa berada pada
umur 18 tahun ke atas.
1. Sidney Hook: Pengertian demokrasi
Pengertian Demokrasi ialah bentuk dari pemerintahan yang
mana keputusan-keputusan pemerintah yang penting secara langsung
maupun tidak didasarkan pada suatu kesepakatan mayoritas yang diberikan
secara bebas dari rakyat dewasa tersebut.
2. Samuel Huntington: Definisi Demokrasi
Demokrasi tersebut ada apabila para pembuat keputusan kolektif yang
paling kuat didalam sebuah sistem dipilih dengan melalui suatu pemilihan
umum yang adil, jujur dan juga berkala serta di dalam sistem itu para calon
bebas bersaing untuk dapat memperoleh suara dan juga hampir seluruh
penduduk dewasa dapat untuk memberikan suara.
3. Pengertian Demokrasi menurut Prof. Mr. Muhammad Yamin
Demokrasi ialah dasar pembentukan pemerintahan dan juga
masyarakat yang di dalamnya kekuasaan memerintah ataupun mengatur
dipegang secara sah, melainkan oleh karena segala anggota masyarakat.
4. Definisi Demokrasi menurut Maurice Duverger
Arti demokrasi ialah “termasuk cara pemerintahan yang
mana golongan yang memerintah dan juga yang diperintah, ialah sama dan
juga tidak terpisah -pisahkan.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas tersebu dapat diambil beberapa poin utama
mengenai demokrasi:
Pembagian Demokrasi berdasarkan dengan Cara Pengambilan suatu Keputusan
1. Demokrasi langsung (Direct Democracy) ialah demokrasi yang mengambil arti
demokrasi ialah sebagai pengambilan suatu keputusan secara langsung pada
tiap warga negara yang tanpa diwakili oleh siapapun. Demokrasi jenis
ini kebanyakan negara hanya diterapkan didalam pemilihan umum (Pemilu)
untuk
menentukan
pemimpin
dan
juga
perwakilan
(DPR).
2. Demokrasi tidak langsung ialah demokrasi yang mengambil arti demokrasi
ialah sebagai pengambilan suatu keputusan oleh perwakilan warga negara.
Perwakilan tersebut juga dipilih oleh warga negara dengan melalui pemilu.
Didalalam pengambilan keputusan maupun pembuatan kebijakan untuk dapat
kesejahteraan warga negara, Perwakilan tersebut terkadang tidak mengambil
saran maupun masukan secara umum sebelumnya kepada warga yang mereka
wakili sehingga didalam demokrasi tidak langsung, warga tersebut tidak
dilibatkan secara aktif dalam berpartisipasi.




Fungsi Demokrasi sebagai sistem pemerintahan
Sistem politik yang memberikan kekuatan didalam memilih pemimpin rakyat
dan juga pemerintahan secara bebas dan juga adil dalam pemilihan umum.
Memberikan individu ialh sebagai warga negara untuk dapat aktif berpartisipasi
didalam politik dan sebagai warga.
Memberikan perlindungan kepada hak asasi pada warga negara
Menghasilkan sebuah aturan yang berlaku kepada semua warga negara tanpa
ada pandang bulu
Manfaat dari demokrasi langsung dan demokrasi tak langsung.
1. Menjamin hak-hak dasar.
Negara yang menjalankan pemerintahannya dengan sistem demokrasi
menjamin hak-hak dasar warga negaranya. Penjaminan hak dasar ini dilakukan
dengan terbuka sebagai cara untuk mengungkap serta mengatasi adanya
masalah sosial yang belum terwujud. Tak terwujudnya hak dasar dapat terjadi
karena tak adanya kebebasan. Kebebasan inilah yang dapat mewujudkan
keterbukaan yang nantinya menjamin hak-hak dasar.
2. Adanya kesetaraan setiap warga negara.
Sistem negara demokratis mengedepankan kepentingan rakyat dengan
menomor satukan rakyat. Kekuasaan tertinggi negara demokrasi dimiliki oleh
rakyat, entah dari mana rakyat tersebut berasal dan latar belakangnya. Semua
warga negara dianggap sama tanpa melihat latar belakang dan asal rakyat
tersebut. Sehingga, dalam suatu negara demokrasi semua warga negara
dianggap memiliki kesetaraan.
3. Pemenuhan kebutuhan umum.
Demokrasi dilakukan agar kebutuhan masyarakat umum dapat
terpenuhi. Pengambilan kebijakan negara demokrasi tergantung pada keinginan
dan aspirasi rakyat secara umum. Dengan menentukan kebijakan sesuai dengan
keinginan masyarakat, dalam suatu negara demokrasi akan tercipta kepuasan
rakyat karena kebutuhan masyarakat umum dapat terpenuhi.
4. Pembaharuan kebijakan sosial.
Kebijakan pemerintah dibuat sesuai dengan keinginan rakyat. Akan
tetapi, suatu kebijakan memiliki tenggang waktu karena dimungkinkan adanya
perkembangan zaman yang akan berpengaruh terhadap kebutuhan kebijakan
yang diperlukan. Negara demokrasi memungkinkan dirumuskannya kebijakan
baru yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
5. Kebebasan rakyat untuk menyampaikan pendapat.
Negara yang memiliki kekuasaan tertinggi di tangan rakyatnya akan
menyediakan ruang bagi rakyat untuk menyampaikan pendapat. Rakyat yang
hidup di dalam negara demokrasi bebas untuk menyampaikan pendapat selama
pendapat yang dikemukakan tak bertentangan dengan Pancasila, UUD serta
memiliki etika dalam menyampaikan pendapat.
6. Mencegah tirani.
Sistem pemerintahan demokrasi disebut sebagai sistem pemerintahan
paling aman karena pemerintah dan rakyat dapat saling berinteraksi melalui
dewan yang telah dipilih oleh rakyat. Negara dengan sistem demokrasi
mencegah adanya kekuasaan tunggal dai pemerintah karena rakyat turut serta
dalam pemerintahan melalui dewan yang telah dipilih.
7. Mencegah terjadinya pemerintahan yang diktaktor.
Adanya peran rakyat dalam merumuskan kebijakan pemerintah secara
tak langsung dapat mencegah adanya pemerintahan yang diktaktor.
E. UNSUR DEMOKRASI
Unsur – unsur Demokrasi sebagai Bentuk Pemerintahan
1. Partisipasi Masyarakat dalam Kehidupan Bernegara
Dalam demokrasi, setiap warga berhak menentukan kebijakan publik, seperti
penentuan anggaran, peraturan – peraturan, dan kebijakan – kebijakan publik.
Namun, oleh karena secara praktis tidak mungkin melibatkan semua warga suatu
Negara dalam pengambilan keputusan (sebagaimana pada Zaman Yunani Kuno),
maka digunakan prosedur pemilihan wakil. Warga Negara memilih wakil – wakil
mereka di pemerintahan.
Pemerintahan demokratis diberi kewenangan membuat keputusan melalui
mandat yang di peroleh melalui pemilu. Pemilihan umum yang teratur (regular)
memungkinkan partai – partai yang telah memenuhi syarat menjadi peserta pemilihan
umum turut bersaing, mengumumkan kebijakan-kebijakan alternatif mereka agar
didukung masyarakat.
Selanjutnya warga Negara melalui hak memilihnya yang periodik dapat terus
menjaga agar pemerintahnya bertanggung jawab kepada masyarakat. Dan jika
pertanggungjawaban itu tidak diberikan, maka warga Negara dapat mengganti
pemerintahan melalui mekanisme demokrasi yang tersedia. Hal itu sesuai dengan
definisi demokrasi yang dikemukakan oleh Abraham Lincoln. Ia mengatakan,
demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.
Didalam proses pemilu, pertama – tama pemilu harus jujur. Pemilihan harus
menawarkan kepada para pemilih suatu pilihan yang nyata di antara partai-partai
yang menawarkan program berbeda. Pemilihan harus diawasi oleh petugas resmi dan
tidak memiliki kepentingan pribadi, yang dipercaya untuk menjamin suara bahwa
tidak seorang pun memberikan suara lebih dari satu kali dan bahwa suara-suara
dihitung secara jujur dan akurat.
Partisipasi rakyat tidak hanya berupa partisipasi dalam mekanisme lima
tahunan (pemilu) itu saja. Khusus bagi rakyat yang telah memilih, mereka berhak dan
bertanggung jawab untuk menyuarakan aspirasi atau kritik kapan saja terhadap para
wakil dan pemerintah yang mereka pilih. Hal yang lazim disebut gerakan
ekstraparlementer.
Hal ini mengingatkan kenyataan bahwa baik pemerintah maupun wakil rakyat
yang mereka pilih bisa saja membuat kebijakan yang bertentangan dengan aspirasi
mereka. Berkenan dengan kebajikan pemerintah yang tidak sesuai dengan aspirasi
rakyat, misalnya, para wakil seringkali diam saja, atau malah kongkalikong dengan
pemerintah. Untuk itu, masyarakat harus tetap mengawasi mereka dan tidak hanya
tunggu saat pemilu berikutnya. Inilah yang disebut demokrasi partisipatoris.
2. Kebebasan
Unsur kedua dan bahkan lebih mendasar dalam demokrasi adalah kebebasan,
yaitu kebebasan berekspresi, berkumpul, berserikat, dan media (Koran, radio, TV).
Kebebasan memungkinkan demokrasi berfungsi. Kebebasan memberi oksigen agar
demokrasi dapat bernafas.
a.
Kebebasan berekspresi memungkinkan segala masalah bisa diperdebatkan,
memungkinkan pemerintah di kritik, dan memungkinkan adanya pilihan – pilihan
lain.
b.
Kebebasan berkumpul memungkinkan rakyat berkumpul untuk melakukan
diskusi.
c.
Kebebasan berserikat memungkinkan orang – orang untuk bergabung dalam
suatu partai atau kelompok penekan untuk mewujudkan pandangan atau cita – cita
politik mereka.
Ketiga kebebasan ini memungkinkan rakyat mengangambil bagian dalam
proses demokrasi.
Media yang bebas (artinya media tidak dikendalikan oleh penguasa)
membantu rakyat mendapatkan informasi yang diperlukan untuk membuat pilihan
mereka sendiri. Tanpa media yang bebas dan tanpa kebebasan berekspresi yang luas
(melalui percakapan, buku – buku, film – film, dan bahkan poster – poster dinding),
rakyat seringkali sulit mengetahui apa yang sesungguhnya sedang terjadi, dan bahkan
sulit membuat keputusan yang berbobot mengenai apa yang harus mereka pilih demi
mencapai suatu keadaan masyarakat yang mereka inginkan.
3. Supremasi Hukum (Daulat Hukum)
Unsur penting lainnya, adalah Supremasi Hukum (Rule of Law). Supremasi
mempunyai arti kekuasaan tertinggi (teratas). Hukum mempunyai arti peraturan. Jadi,
Supremasi Hukum mempunyai pengertian sebagai suatu peraturan yang tertinggi.
Tidak ada gunanya pemerintah membiarkan semua kebebasan yang disebut
diatas bertumbuh apabila pemerintah menginjak – injaknya. Pengalaman banyak
Negara menunjukkan banyak pengkritik dijebloskan kedalam penjara, banyak
demonstran yang menentang kebijakan pemerintah dibubarkan dengan cara
kekerasan, dan bahkan banyak diantara mereka ditembak mati secara diam – diam
oleh agen – agen rahasia Negara. Agar kebebasan bertumbuh subur, rakyat harus
yakin bahwa kebebasan itu berlaku tetap.
4. Pengakuan akan Kesamaan Warga Negara
Dalam demokrasi, semua warga Negara diandaikan memiliki hak – hak politik yang
sama, jumlah suara yang sama, hak pilih yang sama, akses atau kesempatan yang
sama untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Kesamaan disini juga termasuk
kesamaan didepan hukum dari rakyat jelata sampai pejabat tinggi. Semuanya sama
dihadapan hukum.
a.
Di Bidang Ekonomi, setiap individu memiliki hay yang sama melakukan usaha
ekonomi (berdagang, bertani, berkebun, menjual jasa, dan sebagainya) untuk
memenuhi dan meningkatkan taraf hidupnya.
b.
Di Bidang Budaya, setiap individu mempunyai kesamaan hak dalam
mengembangkan seni, misalnya, berkreasi dalam seni tari, seni lukis, seni musik, seni
pahat, seni bangunan (arsitektur) dan sebagainya.
c.
Dalam Bidang Politik, setiap orang memiliki hak politik yang sama, yakni
setiap individu berhak secara bebas memilih, menjadi anggota salah satu partai
politik, atau mendirikan partai politik baru sesuai perundang – undangan yang
berlaku. Juga memiliki hak dalam pengambilan keputusan baik dalam lingkup
keluarga atau masyarakat melalui mekanisme yang disepakati dengan tidak
membedakan status, kedudukan, jenis kelamin, agama, dan sebagainya.
d.
Dalam Bidang Hukum, setiap individu memiliki kedudukan yang sama, yakni
berhak untuk mengadakan pembelaan, penuntutan, berperkara di depan pengadilan.
e.
Di Bidang Pertahanan dan Keamanan, setiap individu mempunyai hak dan
kewajiban yang sama dalam pembelaan Negara.
5. Pengakuan akan Supremasi Sipil atas Militer
Supremasi Sipil adalah salah satu agenda yang selalu turut dibicarakan dalam
diskusi sipil versus militer. Kata sipil dalam frase supremasi sipil atau civil
supremacy sebenarnya me-refer kepada masyarakat secara keseluruhan. Masyarakat
yang di maksud adalah masyarakt dalam sebuah peradaban atau civilization atau,
masyarakat beradab. Jadi, supremasi sipil dimaknai sebagai pengakuan bahwa rakyat
atau masyarakat beradab adalah pemegang kekuasaan tertinggi. Rakyat dalam
masyarakat beradab kemudian memilih representasi dan dengan mekanisme nasional
yang telah di sepakati memberikan madat itu kepada Pemerintah. Pemerintah yang
dipilih atau diangkat oleh masyarakat beradab itu adalah pemerintah yang legitimate.
Pemerintah yang legitimate itu akan mengedepankan kepentingan bangsa dan
Negara. Dan idealnya akan menjalankan fungsi itu secara optimal. Supremasi sipil
sesungguhnya berlaku disemua aspek.
Dalam sebuah Negara yang benar – benar demokratis, sipil mengatur militer,
bukan sebaliknya. Hal ini mengandung dua arti. Pertama, sipil mengendalikan militer.
Kedua, militer aktif tidak diperkenankan menjadi pejabat Negara (lurah, camat,
walikota, bupati, gubernur, presiden, dan sebagainya). Militer hanya bertanggung
jawab mengamankan Negara terhadap ancaman dari luar.
F. ASAS POKOK DEMOKRASI
Gagasan pokok atau gagasan dasar suatu pemerintahan demokrasi adalah
pengakuan hakikat manusia, yaitu pada dasarnya manusia mempunyai kemampuan
yang sama dalam hubungan sosial.Berdasarkan gagasan dasar tersebut terdapat dua
asas pokok demokrasi, yaitu:
1. Pengakuan partisipasi rakyat dalam pemerintahan, misalnya pemilihan wakilwakil rakyat untuk lembaga perwakilan rakyat secara langsung, umum, bebas,
dan rahasia serta jujur dan adil
2. Pengakuan
hakikat
dan martabat manusia,
misalnya
adanya
tindakan
pemerintah untuk melindungi hak-hak asasi manusia demi kepentingan
bersama.
Ciri-ciri pemerintahan demokratis Dalam perkembangannya, demokrasi
menjadi suatu tatanan yang diterima dan dipakai oleh hampir seluruh negara di dunia.
Ciri-ciri suatu pemerintahan demokrasi adalah sebagai berikut:
1. Adanya
keterlibatan
warga
negara
(rakyat)
dalam
pengambilan
keputusan politik, baik langsung maupun tidak langsung (perwakilan).
2. Adanya pengakuan, penghargaan, dan perlindungan terhadap hak-hak asasi
rakyat (warga negara).
3. Adanya persamaan hak bagi seluruh warga negara dalam segala bidang.
4. Adanya lembaga peradilan dan kekuasaan kehakiman yang independen sebagai
alat penegakan hokum
5. Adanya kebebasan dan kemerdekaan bagi seluruh warga negara.
6. Adanya pers (media massa) yang bebas untuk menyampaikan informasi dan
mengontrol perilaku dan kebijakan pemerintah.
7. Adanya pemilihan umum untuk memilih wakil rakyat yang duduk di lembaga
perwakilan rakyat.
8. Adanya pemilihan umum yang bebas, jujur, adil untuk menentukan (memilih)
pemimpin negara dan pemerintahan serta anggota lembaga perwakilan rakyat.
9. Adanya pengakuan terhadap perbedaan keragamaan (suku, agama, golongan,
dan sebagainya).
G. DEMOKRASI BERDASARKAN HUKUM
Dalam mewujudkan system demokrasi yang baik, maka perlu dituangkan
kedalam kaidah hukum dalam suatu sistem pemerintahan. Dalam suatu
negara demokrasi harus dikedepankan adanya persamaan dalam hukum,
yang mencerminkan ketaatan akan hukum yang ada. Dengan demikian
prinsip rule of law harus dijalankan oleh segenap warga negara tanpa
membedakan latar belakang.
Indonesia adalah negara demokrasi berdasarkan hukum yang mengutamakan
kepentingan umum. Pasal 1 Ayat (2) UUD 1945 menyebutkan “Kedaulatan atau
kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut UUD” juga
terdapat dua tempat lagi yang bermakna demokrasi. “Dua tempat itu adalah alinea
keempat Pembukaan UUD 1945 dan sila keempat dari Pancasila, yang dua-duanya
menyinggung masalah kedaulatan rakyat,”
Gagasan Negara Hukum itu dibangun dengan mengembangkan perangkat
hukum itu sendiri sebagai suatu sistem yang fungsional dan berkeadilan,
dikembangkan dengan menata supra struktur dan infra struktur kelembagaan politik,
ekonomi dan social yang tertib dan teratur, serta dibina dengan membangun budaya
dan kesadaran hukum yang rasional dan impersonal dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Untuk itu, sistem hukum itu perlu dibangun (law making)
dan ditegakkan (law enforcing) sebagaimana mestinya, dimulai dengan konstitusi
sebagai hukum yang paling tinggi kedudukannya. Untuk menjamin tegaknya
konstitusi itu sebagai hukum dasar yang berkedudukan tertinggi (the supreme law of
the land), dibentuk pula sebuah Mahkamah Konstitusi yang berfungsi sebagai ‘the
guardian’ dan sekaligus ‘the ultimate interpreter of the constitution’.
Demokrasi dapat diartikan kekuasaan Negara itu dianggap bersumber dan
berasal dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Rakyatlah penentu akhir
penyelenggaraan kekuasaan dalam suatu Negara. Dizaman modern ini, demokasi
secara luas dianggap sebagai konsep yang di idealkan oleh semua Negara di dunia.
Meskipun dalam praktik penerapannya, tergantung kepada penafsiran masing-masing
Negara dan para penguasa di Negara-negara yang menyebut dirinya demokrasi.
Demokrasi mempunyai kelemahan yaitu pada demokrasi terlalu
mengandalkan diri pada prinsip suara mayoritas sesuai dengan doktrin “one man one
vote” dimana pihak mana yang paling banyak suaranya, ialah yang paling
menentukan keputusan. Padahal, mayoritas suara belum tentu mencerminkan
kebenaran dan keadilan.
Atas dasar kelemahan yang dimiliki demokrasi tersebut proses pengambilan
keputusan dalam dinamika kekuasaan Negara harus diimbangi dengan prinsip
keadilan, nomokrasi, atau the rule of the law. Prinsip inilah yang dinamakan prinsip
Negara hukum, yang mengutamakan kedaulatan hukum, prinsip supremasi hukum
(supremacy of law), atau kekuasaan tertinggi di tangan hukum.
Menurut Bagir Manan dalam bukunya Teori dan politik Konstitusi, untuk
melaksanakan prinsip Negara berdasarkan hukum harus memenuhi syarat tegaknya
tatanan kerakyatan atau demokrasi, karena Negara berdasarkan atas hukum tidak
mungkin tumbuh berkembang dalam tatanan kediktatoran, merendahkan hukum dan
melecehkan hukum merupakan bawaan kediktatoran, tidak ada paham kediktatoran
yang menghormati hukum, yang ada dalam kediktatoran adalah kesewenangwenangan, kalaupun ada hukum semata-mata dilakukan untuk mempertahankan
kepentingan rezim kediktatoran tersebut.
Dalam hal tersebut rakyat semata-mata menjadi objek hukum dan bukan
subjek hukum, karena itu setiap upaya untuk mewujudkan tatanan Negara
berdasarkan hukum tanpa diikuti dengan usaha mewujudkan tatanan kerakyatan atau
demokrasi akan sia-sia.
Adapula apabila demokrasi juga dapat berkembang menjadi demokrasi yang
berlebihan yaitu mengembangkan kebebasan tanpa keteraturan dan kepastian
sehingga Negara tersebut kacau. Negara demokrasi yang seperti ini bukanlah
demokrasi yang diidealkan. Demokrasi yang yang ideal itu demokrasi yang teratur
berdasarkan hukum. karena itu, antara ide demokrasi dan Negara hukum (nomokrasi)
dipandang harus bersifat sejalan dan seiring, baru suatu Negara itu dapat disebut
sebagai Negara demokrasi dan sekaligus sebagai Negara hukum. demokrasi dan
Negara hukum tidak dapat dipisahkan, oleh karena itu kualitas demokrasi suatu
Negara akan menentukan kualitas hukum Negara tersebut, begitu pula sebaliknya.
Di zaman modern, konsep Negara Hukum di Eropah Kontinental
dikembangkan antara lain oleh Immanuel Kant, Paul Laband, Julius Stahl, Fichte, dan
lain-lain dengan menggunakan istilah Jerman, yaitu “rechtsstaat’.
Dalam tradisi Anglo Amerika, konsep Negara hukum dikembangkan atas
kepeloporan A.V. Dicey dengan sebutan “The Rule of Law”. Menurut Julius Stahl,
konsep Negara Hukum yang disebutnya dengan istilah ‘rechtsstaat’ itu mencakup
empat elemen penting, yaitu:
1. Perlindungan hak asasi manusia.
2. Pembagian kekuasaan.
3. Pemerintahan berdasarkan undang-undang.
4. Peradilan tata usaha Negara.
Sedangkan A.V. Dicey menguraikan adanya tiga ciri penting dalam setiap
Negara Hukum yang disebutnya dengan istilah “The Rule of Law”, yaitu:
1. Supremacy of Law.
2. Equality before the law.
3. Due Process of Law.
Keempat prinsip ‘rechtsstaat’ yang dikembangkan oleh Julius Stahl tersebut di
atas pada pokoknya dapat digabungkan dengan ketiga prinsip ‘Rule of Law’ yang
dikembangkan oleh A.V. Dicey untuk menandai ciri-ciri Negara Hukum modern di
zaman sekarang. Bahkan, oleh “The International Commission of Jurist”, prinsipprinsip Negara Hukum itu ditambah lagi dengan prinsip peradilan bebas dan tidak
memihak (independence and impartiality of judiciary) yang di zaman sekarang makin
dirasakan mutlak diperlukan dalam setiap negara demokrasi.
Prinsip-prinsip yang dianggap ciri penting Negara Hukum menurut “The
International Commission of Jurists” itu adalah:
1. Negara harus tunduk pada hukum.
2. Pemerintah menghormati hak-hak individu.
3. Peradilan yang bebas dan tidak memihak.
Profesor Utrecht membedakan ntara Negara Hukum Formil atau Negara
Hukum Klasik, dan Negara Hukum Materiel atau Negara Hukum Modern . Negara
Hukum Formil menyangkut pengertian hukum yang bersifat formil dan sempit, yaitu
dalam arti peraturan perundang-undangan tertulis. Sedangkan yang kedua, yaitu
Negara Hukum Materiel yang lebih mutakhir mencakup pula pengertian keadilan di
dalamnya. Karena itu, Wolfgang Friedman dalam bukunya ‘Law in a Changing
Society’ membedakan antara ‘rule of law’ dalam arti formil yaitu dalam arti
‘organized public power’, dan ‘rule of law’ dalam arti materiel yaitu ‘the rule of just
law’.
Pembedaan ini dimaksudkan untuk menegaskan bahwa dalam konsepsi negara
hukum itu, keadilan tidak serta-merta akan terwujud secara substantif, terutama
karena pengertian orang mengenai hukum itu sendiri dapat dipengaruhi oleh aliran
pengertian hukum formil dan dapat pula dipengaruhi oleh aliran pikiran hukum
materiel.
Jika hukum dipahami secara kaku dan sempit dalam arti peraturan perundangundangan semata, niscaya pengertian negara hukum yang dikembangkan juga bersifat
sempit dan terbatas serta belum tentu menjamin keadilan substantive. Karena itu, di
samping istilah ‘the rule of law’ oleh Friedman juga dikembangikan istilah ‘the rule
of just law’ untuk memastikan bahwa dalam pengertian kita tentang ‘the rule of law’
tercakup pengertian keadilan yang lebih esensiel daripada sekedar memfungsikan
peraturan perundang-undangan dalam arti sempit. Kalaupun istilah yang digunakan
tetap ‘the rule of law’, pengertian yang bersifat luas itulah yang diharapkan dicakup
dalam istilah ‘the rule of law’ yang digunakan untuk menyebut konsepsi tentang
Negara Hukum di zaman sekarang.
Namun demikian, terlepas dari perkembangan pengertian tersebut di atas,
konsepsi tentang Negara Hukum di kalangan kebanyakan ahli hukum masih sering
terpaku kepada unsur-unsur pengertian sebagaimana dikembangkan pada abad ke-19
dan abad ke-20. Sebagai contoh, tatkala merinci unsur-unsur pengertian Negara
Hukum (Rechtsstaat), para ahli selalu saja mengemukakan empat unsur ‘rechtsstaat’,
dimana unsurnya yang keempat adalah adanya ‘administratieve rechtspraak’ atau
peradilan tata usaha Negara sebagai ciri pokok Negara Hukum. Tidak ada yang
mengaitkan unsur pengertian Negara Hukum Modern itu dengan keharusan adanya
kelembagaan atau setidak-tidaknya fungsi Mahkamah Konstitusi sebagai lembaga
pengadilan tata Negara. Jawabannya ialah karena konsepsi Negara Hukum
(Rechtsstaat) sebagaimana banyak dibahas oleh para ahli sampai sekarang adalah
hasil inovasi intelektual hukum pada abad ke 19 ketika Pengadilan Administrasi
Negara itu sendiri pada mulanya dikembangkan; sedangkan Mahkamah Konstitusi
baru dikembangkan sebagai lembaga tersendiri di samping Mahkamah Agung atas
jasa Professor Hans Kelsen pada tahun 1919, dan baru dibentuk pertama kali di
Austria pada tahun 1920. Oleh karena itu, jika pengadilan tata usaha Negara
merupakan fenomena abad ke-19, maka pengadilan tata negara adalah fenomena abad
ke-20 yang belum dipertimbangkan menjadi salah satu ciri utama Negara Hukum
kontemporer. Oleh karena itu, patut kiranya dipertimbangkan kembali untuk
merumuskan secara baru konsepsi Negara Hukum modern itu sendiri untuk
kebutuhan praktek ketatanegaraan pada abad ke-21 sekarang ini.
Menurut Arief Sidharta , Scheltema, merumuskan pandangannya tentang
unsurunsur dan asas-asas Negara Hukum itu secara baru, yaitu meliputi 5 (lima) hal
sebagai berikut:
1. Pengakuan, penghormatan, dan perlindungan Hak Asasi Manusia yang berakar
dalam penghormatan atas martabat manusia (human dignity).
2. Berlakunya asas kepastian hukum.
Negara Hukum untuk bertujuan menjamin bahwa kepastian hukum terwujud
dalam masyarakat. Hukum bertujuan untuk mewujudkan kepastian hukum dan
prediktabilitas yang tinggi, sehingga dinamika kehidupan bersama dalam masyarakat
bersifat ‘predictable’.
Asas-asas yang terkandung dalam atau terkait dengan asas kepastian hukum
itu adalah:
a. Asas legalitas, konstitusionalitas, dan supremasi hukum;
b. Asas undang-undang menetapkan berbagai perangkat peraturan tentang cara
pemerintah dan para pejabatnya melakukan tindakan pemerintahan;
c. Asas non-retroaktif perundang-undangan, sebelum mengikat undang-undang
harus lebih dulu diundangkan dan diumumkan secara layak;
d. Asas peradilan bebas, independent, imparial, dan objektif, rasional, adil dan
manusiawi;
e. Asas non-liquet, hakim tidak boleh menolak perkara karena alasan
undangundangnya tidak ada atau tidak jelas;
f. Hak asasi manusia harus dirumuskan dan dijamin perlindungannya dalam
undang-undang atau UUD.
3. Berlakunya Persamaan (Similia Similius atau Equality before the Law)
Dalam Negara Hukum, Pemerintah tidak boleh mengistimewakan orang atau
kelompok orang tertentu, atau memdiskriminasikan orang atau kelompok orang
tertentu. Di dalam prinsip ini, terkandung (a) adanya jaminan persamaan bagi semua
orang di hadapan hukum dan pemerintahan, dan (b) tersedianya mekanisme untuk
menuntut perlakuan yang sama bagi semua warga Negara.
4. Asas demokrasi dimana setiap orang mempunyai hak dan kesempatan yang sama
untuk turut serta dalam pemerintahan atau untuk mempengaruhi tindakan-tindakan
pemerintahan.
Untuk itu asas demokrasi itu diwujudkan melalui beberapa prinsip, yaitu:
a. Adanya mekanisme pemilihan pejabat-pejabat publik tertentu yang bersifat
langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil yang diselenggarakan secara berkala;
b. Pemerintah bertanggungjawab dan dapat dimintai pertanggungjawaban oleh
badan perwakilan rakyat;
c. Semua warga Negara memiliki kemungkinan dan kesempatan yang sama untuk
berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan politik dan mengontrol
pemerintah;
d. Semua tindakan pemerintahan terbuka bagi kritik dan kajian rasional oleh
semua pihak;
e. Kebebasan berpendapat/berkeyakinan dan menyatakan pendapat;
f. Kebebasan pers dan lalu lintas informasi;
g. Rancangan undang-undang harus dipublikasikan untuk memungkinkan
partisipasi rakyat secara efektif.
5. Pemerintah dan Pejabat mengemban amanat sebagai pelayan masyarakat dalam
rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan tujuan bernegara yang
bersangkutan.
Dalam asas ini terkandung hal-hal sebagai berikut:
a. Asas-asas umum peerintahan yang layak;
b. Syarat-syarat fundamental bagi keberadaan manusia yang bermartabat
manusiawi dijamin dan dirumuskan dalam aturan perundang-undangan, khususnya
dalam konstitusi;
c. Pemerintah harus secara rasional menata tiap tindakannya, memiliki tujuan
yangn jelas dan berhasil guna (doelmatig). Artinya, pemerintahan itu harus
diselenggarakan secara efektif dan efisien.
Download