Uploaded by User29677

A Skripsi

advertisement
ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI DIVIDEN PAYOUT RATIO
PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI
BURSA EFEK INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat
Untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1)
pada Program Sarjana Fakultas Ekonomi
Universitas Diponegoro
Disusun oleh :
RIZAL ADHIPUTRA
NIM. C2C307042
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2010
1
2
PERSETUJUAN SKRIPSI
Nama Penyusun
: Rizal Adhiputra
Nomor Induk Mahasiswa
: C2C307042
Fakultas/Jurusan
: Ekonomi/Akuntansi
Judul Skripsi
: FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
DIVIDEN PAYOUT RATIO PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA
Semarang, Agustus 2010
Dosen Pembimbing,
(Endang Kiswara, S.E., M.Si., Ak.
3
PENGESAHAN KELULUSAN UJIAN
Nama Penyusun
: Rizal Adhiputra
Nomor Induk Mahasiswa
: C2C307042
Fakultas/Jurusan
: Ekonomi/Akuntansi
Judul Skripsi
: FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
DIVIDEN PAYOUT RATIO PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA
Telah dinyatakan lulus ujian pada tanggal 30 Agustus 2010
Tim Penguji
:
1.
Endang Kiswara, S.E., M.Si., Ak.
(……………………………)
2.
Dr. H. Agus Purwanto, M.Si., Ak.
(……………………………)
3.
Totok Dewayanto, M.Si., Akt.
(……………………………)
4
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI
Yang bertanda tangan di bawah ini saya, Rizal Adhiputra, menyatakan bahwa skripsi
dengan judul: Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Dividen Payout Ratio Pada Perusahaan
Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia adalah hasil tulisan saya sendiri. Dengan ini saya
menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau
sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk
rangkaian kalimat atau symbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari
penulis lain, yang saya akui seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri, dan/atau tidak terdapat bagian
atau keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru, atau yang saya ambil dari tulisan orang lain tanpa
memberikan pengakuan penulis aslinya.
Apabila saya melakukan tindakan yang bertentangan dengan hal tersebut diatas, baik
disengaja maupun tidak, dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai
hasil tulisan saya sendiri ini. Bila kemudian terbukti bahwa saya melakukan tindakan menyalin
atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijasah
yang telah diberikan oleh universitas batal saya terima.
Semarang, Agustus 2010
Yang membuat pernyataan,
(Rizal Adhiputra)
NIM: C2C307042
5
ABSTRAKSI
Bagi para pemegang saham yang tidak menyukai resiko akan
memasyarakatkan bahwa semakin tinggi resiko suatu emiten semakin tinggi
tingkat keuntungan yang diharapkan sebagai imbalan. Dividen yang ada saat ini
mempunyai nilai yang lebih tinggi daripada capital gain yang akan diterima
dimasa mendatang. Dengan demikian pemegang saham yang takut resiko akan
lebih menyukai menerima dividen daripada capital gain.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh cash potition (CP),
profitability (ROA), growth potential (GP), debt to equity ratio (DER) dan size
perusahaan terhadap variabel Deviden Payout Ratio (DPR). Jumlah samepl yang
digunakan sebanyak 26 perusahaan yang selalu masuk dalam LQ45 pada tahun
2006 – 2008. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji regresi linier
berganda.
Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa secara parsial
cash potition, profitability dan Size dapat memberikan pengaruh terhadap Deviden
Payout Ratio (DPR). Sedangkan variabel growth potential dan Kepemilikan
Saham (PUBLIC) tidak dapat memberikan pengaruh terhadap Deviden Payout
Ratio (DPR). Secara simultan cash potition (CP), profitability (ROA), growth
potential (GP), debt to equity ratio (DER) dan size perusahaan terhadap variabel
Deviden Payout Ratio (DPR) berdasarkan nilai F hitung yang diperoleh yaitu
sebesar 3,751 dengan nilai P value sebesar 0,004. Besarnya pengaruh yang
diberikan oleh kelima variabel tersebut adalah sebesar 20,7%.
Kata kunci : cash potition, profitability, growth potential, debt to equity ratio
dan size perusahaan dan Deviden Payout Ratio
6
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena hanya
perkenan-Nya saya dapat menyelesaikan skripsi “ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DIVIDEN PAYOUT RATIO PADA
PERUSAHAAN
MANUFAKTUR
DI
BURSA
EFEK
INDONESIA
”.
Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan
program pendidikan Strata 1 Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas
Diponegoro Semarang.
Penetapan misi Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro sebagai
fakultas berbasis riset menjadikan semua pihak harus bekerja sama untuk
mewujudkan misi tersebut, sehingga mutu pendidikan yang diharapkan bisa
tercapai. Demikian juga dengan penyusunan skripsi sebagai salah satu syarat
untuk menyelesaikan program pendidikan Strata 1 Fakultas Ekonomi Jurusan
Akuntansi Universitas Diponegoro Semarang memerlukan kerja sama berbagai
pihak untuk menghasilkan penelitian yang berkualitas. Untuk itu, saya ingin
menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian skripsi ini :
1. Bapak Dr. H.M. Chabachib, M.Si, Akt. selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Diponegoro Semarang.
2. Ibu Endang Kiswara, SE, MSi, Akt. selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan yang sangat baik hingga skripsi ini
selesai.
7
3. Bapak Drs. Daljono, M.Si, Akt. selaku dosen wali yang telah memberikan
bimbingan dan dorongan selama menuntut ilmu di Fakultas Ekonomi
Universitas Diponegoro.
4. Seluruh pengajar dan staf administrasi Fakultas Ekonomi Universitas
Diponegoro yang telah membimbing dan membantu kelancaran selama kuliah.
5. Keluargaku, Bapak, Ibu dan adik-adikku, terima kasih untuk segala kasih
sayang dan dukungannya.
6. Teman-teman Akuntansi 07 kelas sore, it’s a lot of fun we enjoyed together.
7. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan, terima kasih
setulusnya.
Teriring harapan agar skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kita
semua, mohon maaf atas segala kekurangan dan kesalahan dalam penulisan
skripsi ini.
Semarang, Agustus 2010
Penulis
8
DAFTAR ISI
Halaman
i
Halaman Judul ..................................................................................................
Halaman Pengesahan .......................................................................................
ii
Halaman Pengesahan Kelulusan Ujian ............................................................
iii
Pernyataan Orisinalitas Skripsi ........................................................................
iv
v
Abstraksi .........................................................................................................
vi
Kata Pengantar .................................................................................................
vii
Daftar Isi...........................................................................................................
Daftar Tabel
BAB
BAB
I
viii
....................................................................................................
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah ...................................................
1
1.2.
Rumusan Masalah .............................................................
6
1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian.......................................
7
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Landasan Teori ..................................................................
9
1.
Signaling Theory .........................................................
9
2.
Pengertian Deviden .....................................................
11
3.
Teori Kebijakan Deviden ............................................
12
4.
Alternatif Pembayaran Dividen ..................................
14
5.
Pengertian Dividend Payout Ratio ..............................
15
6.
Kebijakan Pembagian Deviden ...................................
18
7.
Pengaruh Kebijakan Deviden ......................................
21
8.
Arus Kas ...................................................................
22
9.
Profitabilitas ................................................................
22
10. Potensi Pertumbuhan Emiten ......................................
23
11. Ukuran Perusahaan .....................................................
23
12. Kepemilikan Minoritas ...............................................
23
2.2.
Review Penelitian Terdahulu .............................................
27
2.3.
Kerangka Pemikiran Teoritas ............................................
30
9
2.4.
BAB
BAB
BAB
III
IV
V
Hipotesis ...........................................................................
31
METODE PENELITIAN
3.1. Populasi dan Sampel .........................................................
39
3.2. Jenis dan Sumber Data ......................................................
40
3.3.
Metode Pengumpulan Data ..............................................
40
3.4. Variabel Penelitian Definisi Operasional ..........................
40
3.5. Metode Analisis Data ........................................................
43
3.6. Analisia Regresi Berganda ................................................
47
3.7. Pengujian Signifikansi Parameter Individual ....................
48
3.8. Pengujian Signifikansi Parameter Simultan ......................
48
2
3.9. Pengujian Koefsien Determinasi (R )...............................
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
49
4.1. Diskripsi Variabel Penelitian ............................................
51
4.2. Pengujian Asumsi Klasisk .................................................
53
4.3. Persamaan Regresi Linier Berganda .................................
62
4.4. Penguji Hipotesis secara Parsial ........................................
64
4.5. Pengujian Signifikansi Secara Simultan ...........................
75
2
4.6. Koefisien Determinasi (R ) ...............................................
PENUTUP
5.1.
76
Kesimpulan........................................................................
78
5.2. Keterbatasan dan Implikasi ...............................................
79
Daftar Pustaka
Lampiran-lampiran
10
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Hasil Uji Normalitas .......................................................................................... 54
Tabel 4.2 Hasil Uji Multikolinieritas ............................................................................... 57
Tabel 4.3 Hasil Uji Gletsjer ................................................................................................ 62
Tabel 4.4 Ringkasan Hasil Estimasi Regresi ................................................................. 63
11
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran .................................................................................... 30
12
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Sejalan dengan banyaknya perusahaan yang melakukan usaha
kebutuhan dana jangka menengah dan jangka panjang semakin dibutuhkan
untuk menunjang ekspansi usaha tersebut. Dalam hal ini pula yang
menyebabkan perusahaan-perusahaan semakin giat mencari sumber-sumber
yang dapat menyediakan dana dalam jumlah besar. Pemenuhan kebutuhan
dana tersebut dapat diperoleh dengan melakukan pinjaman dalam bentuk
hutang atau menerbitkan saham di pasar modal. Hal tersebut menyebabkan
semakin maju dan berkembang pula kegiatan pasar modal.
Pasar modal atau bursa efek secara sederhana adalah merupakan
tempat dimana bertemunya pembeli dan penjual efek yang terdapat di bursa
itu (listed stock) pembeli dan penjual untuk mengadakan transaksi jual beli.
Pengertian pasar modal secara umum adalah suatu sistem keuangan yang
terorganisir termasuk didalamnya adalah bank-bank komersial dan semua
lembaga perantara dibidang keuangan serta keseluruhan surat-surat berharga
yang beredar. Dalam arti sempit pasar modal adalah suatu pasar yang
disiapkan guna memperdagangkan saham-saham, obligasi dan jenis surat
berharga lainnya dengan memakai jasa para perantara pedagang efek.
Sedangkan bursa adalah ruang yang diterapkan sebagai kantor dan tempat
perdagangan efek.
13
Pasar menggunakan laporan keuangan sebagai salah satu nara
sumber dan bahan pertimbangan dalam melakukan investasi, karena laporan
keuangan berisi tentang aktivitas kinerja perusahaan dan dapat segera
diinformasikan kepada para pengguna maupun investor. Informasi yang
berkaitan dengan pasar modal tentu saja tidak dapat diabaikan dan
dilaporkan bagi siapa saja yang berkaitan dalam investasi khususnya
informasi yang menyangkut keuangan dan investasi perusahaan. Kebijakan
dividen merupakan kebijakan yang sangat penting, sebab akan melibatkan
dua pihak yaitu pemegang saham dan manajemen bank yang dapat
mempunyai kepentingan yang berbeda. Dividen diartikan sebagai
pembayaran kepada pemegang saham oleh perusahaan bank atas
keuntungan yang diperolehnya. Kebijakan dividen adalah kebijakan yang
berkaitan dengan pembayaran dividen oleh bank, berupa penentuan
besarnya pembayaran dividen dan besarnya laba yang ditahan untuk
kepentingan perusahaan emiten.
Brigham dan Gapenski (1999) menyatakan bahwa setiap perubahan
dalam kebijaksanaan pembayaran dividen akan memiliki dua dampak yang
berlawanan. Apabila dividen akan dibayarkan semua, kepentingan cadangan
akan terabaikan. Sebaliknya bila laba akan ditahan semua maka kepentingan
pemegang saham akan uang kas terabaikan. Untuk menjaga kedua
kepentingan, manajer keuangan harus menempuh kebijakan dividen yang
optimal. Teori kebijakan dividen yang optimal diartikan sebagai rasio
pembayaran dividen yang ditetapkan dengan memperhatikan kesempatan
14
menginvestasikan dana serta berbagai preferensi yang dimiliki para investor
mengenai dividen daripada capital gain (Husnan, 1998). Kebijakan dividen
tersebut dipandang untuk menciptakan keseimbangan diantara dividen saat
ini dan pertumbuhan dimasa mendatang sehingga memaksimumkan harga
saham. Pertumbuhan emiten secara terus menerus adalah diperlukan agar
dapat hidup dan memberi kemakmuran yang lebih tinggi kepada pemilik
saham. Untuk tumbuh, perusahaan memerlukan dana yang lebih besar untuk
mendanai perluasan investasinya. Dana tersebut dapat diperoleh dari
berbagai sumber internal maupun sumber eksternal. Sumber internal dapat
berupa depresiasi dan laba ditahan. Sumber eksternal dapat berupa pinjaman
dari bank lain atau lembaga keuangan lainnya, menjual obligasi atau
menjual saham baru. Apabila perusahaan mengandalkan pendanaan
investasi dengan menggunakan laba ditahan maka dividen yang dibagikan
akan berkurang. Sebaliknya bila perusahaan menggunakan sumber eksternal
maka ada kecenderungan membagikan dividen yang lebih besar.
Bagi para pemegang saham yang tidak menyukai resiko akan
memasyarakatkan bahwa semakin tinggi resiko suatu emiten semakin tinggi
tingkat keuntungan yang diharapkan sebagai imbalan. Dividen yang ada saat
ini mempunyai nilai yang lebih tinggi daripada capital gain yang akan
diterima dimasa mendatang. Dengan demikian pemegang saham yang takut
resiko akan lebih menyukai menerima dividen daripada capital gain.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen antara
lain dikemukakan oleh Bambang Riyanto (1995) bahwa kebijakan dividen
15
itu dipengaruhi oleh posisi likuiditas, kebutuhan dana untuk membayar
hutang, tingkat pertumbuhan emiten dan pengawasan terhadap emiten.
Sedangkan Hasan dan Puji Astuti (1994) menyebutkan faktor operating cost
flow, tingkat laba, kesempatan investasi, biaya transaksi dan pajak
perorangan. Beberapa faktor yang bisa menyebabkan pembayaran dividen
yang lebih tinggi dan beberapa faktor berpengaruh sebaliknya. Oleh karena
itu penelitian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi dividen payout
ratio
perlu
dilakukan
yaitu
menguji
konstruksi
pengaruh
faktor
profitabilitas, kas, potensi pertumbuhan, dan ukuran perusahaan dan
kepemilikan minoritas terhadap dividen payout ratio. Dengan demikian
terdapat konstribusi untuk membuktikan apakah terjadi Penguatan
konsistensi terhadap teori maupun proporsi yang terjadi selama ini atau
sebaliknya.
Apa yang dilakukan Sutijo dan Irianto (1995), memperlihatkan
bahwa kelompok industri manufaktur memiliki target devidend payout ratio
yang paling tinggi dibandingkan dengan kelompok industri lainnya. Data
yang diperoleh selama periode 1986-1993 menunjukan adanya keragaman
yang tinggi dari nilai debt equity ratio (DER) pada tiga kelompok industri.
Kelompok industri manufaktur, indistri keuangan, dan industri lain-lain
mempunyai nilai DER masing-masing sebesar 110,84%, 607,29% dan
77,36%. Keragaman yang tinggi pada nilai DER berdasarkan kelompok
industri tersebut menjadi menarik dan menantang untuk diteliti, karena
seperti telah diketahui bahwa besarnya devidend payout ratio akan
berpengaruh oleh besarnya nilai keuntungan dan hutang. Sedangkan pada
16
penelitian yang dilakukan Hapsari (2005) disimpulkan bahwa current ratio,
posisi kas dan ROI juga dapat mempengaruhi dividen.
Bagi para pemegang saham yang tidak menyukai resiko akan
mensyaratkan bahwa semakin tinggi resiko suatu perusahaan semakin tinggi
tingkat keuntungan yang diharapkan sebagai imbalan. Dividen yang ada saat
ini mempunyai nilai yang lebih tinggi daripada capital gain yang akan
diterima dimasa yang akan datang. Dengan demikian pemegang saham yang
takut resiko akan lebih menyukai menerima dividen daripada capital gain.
Menurut Husnan (1988) kebijakan dividen yang optimal diartikan
sebagai ratio pembayaran dividen yang ditetapkan dengan memperhatikan
kesempatan untuk menginvestasikan dana serta berbagai preferensi yang
dimiliki para investor mengenai dividen dari para capital gain.
Penelitian yang dilakukan oleh Sri Sudarsih (2002) menunjukkan
bahwa arus kas, Profitabilitas, Potensi pertumbuhan, Ukuran perusahaan
secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Deviden
Payout Ratio. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Ratna Septiyanti
(2003) menunjukkan bahwa kepemilikan minoritas secara simultan
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Deviden Payout Ratio.
Surasni (1998) yang meneliti tentang pengaruh cash position,
kepemilikan saham, ROI dan Current Ratio terhadap Deviden Payout Ratio
pada perusahaan manufaktur di BEI. Berdasarkan hasil analisis data dapat
disimpulkan bahwa cash position dan current ratio berpengaruh terhadap
Dividen Payout Ratio. Sedangkan kepemilikan saham secara parsial tidak
berpengaruh terhadap dividen payout ratio.
17
Lintner, Chang, Rp. And SG. Rhee (1990) yang meneliti pengaruh
firm size, current ratio, Asset Turn Over dan Cash Ratio terhadap dividen
payout ratio. Berdasarkan hasil analisis disimpulkan bahwa firm size dan
assets turn over berpengaruh terhadap dividen payout ratio. Pada penelitian
Bimo Kus Adrianto (2004) pada penelitian yang juga meneliti faktor-faktor
yang mempengaruhi Dividen Payout Ratio pada perusahaan manufaktur di
Bursa Efek Indonesia pada tahun 2001 – 2003. Penelitian ini menggunakan
sampel sebanyak 61 perusahaan manufaktur. Berdasarkan hasil analisis
dapat disimpulkan bahwa DER dan ROE berpengaruh terhadap Dividend
Payout Ratio. Sedangkan variabel cash position tidak berpengaruh terhadap
Dividend Payout Ratio.
Penelitian lain yang juga meneliti tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi Dividend Payout Ratio adalah penelitian yang dilakukan
oleh Sri Hapsari (2005). Pada penelitian ini menggunakan sampel sebanyak
335 perusahaan yang eksis di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2001 – 2003.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa ROI, Current Ratio dan Cash Position
berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio. Sedangkan DER dan ROA
tidak berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dikemukakan
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh Arus kas terhadap Deviden Payout Ratio ?
2. Bagaimana pengaruh Profitabilitas terhadap Deviden Payout Ratio ?
18
3. Bagaimana pengaruh Potensi Pertumbuhan Emiten terhadap Deviden
Payout Ratio?
4. Bagaimana pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Deviden Payout ?
5. Bagaimana pengaruh Kepemilikan Minoritas terhadap Deviden Payout
Ratio?
1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
a.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis
variabel yang berpengaruh terhadap dividend payout ratio dengan:
1.
Menganalisis pengaruh Arus kas terhadap Deviden Payout Ratio
2.
Menganalisis pengaruh Profitabilitas terhadap Deviden Payout
Ratio
3.
Menganalisis pengaruh Potensi Pertumbuhan Emiten terhadap
Deviden Payout Ratio
4.
Menganalisis pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Deviden
Payout
5.
Menganalisis pengaruh Kepemilikan Minoritas terhadap Deviden
Payout Ratio
b.
Kegunaan Penelitian
1. Bagi Investor
Membantu para calon investor dalam mengambil keputusan
khususnya dalam menginvestasikan dana yang menguntungkan di
pasar modal.
19
2. Bagi Pembaca
Diharapkan dapat berguna sebagai pembanding sehingga dapat
mengadakan penelitian lebih lanjut dibidang akuntansi terutama
mengenai pengaruh dividend payoul ratio pada LQ - 45 yang listed
di Bursa Efek Indonesia (BEI).
3. Bagi Peneliti
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan serta pengalaman
praktek dalam mengembangkan penelitian mengenai pengaruh
dividend payout ratio pada perusahaan manufaktur.
20
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
1. Signaling Theory
Sebagian keuntungan yang diperoleh perusahaan dalam operasinya akan
didistribusikan kepada pemegang saham dan sebagaian lagi akan ditahan untuk
diinvestasikan pada investasi yang akan menguntungkan. Terkait dengan keuntungan
tersebut maka manajer keuangan harus dapat mengambil keputusan mengenai
besarnya keuntungan yang harus dibagikan kepada pemegang saham dan berapa yang
harus ditahan guna mendanai perkembangan/pertumbuhan perusahaan. Keputusan
tersebut akan mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan. Besarnya keuntungan
yang dibagikan kepada pemegang saham disebut dividen. Pada umumnya perusahaan
membayarkan dividen dalam bentuk kas (tunai) dan karena kebijakan ini akan
mempengaruhi kebijakan pembelanjaan perusahaan maka keputusannya dilakukan
dengan hati-hati dan harus juga melibatkan para pemegang saham sebagai pemilik
perusahaan.
Selain dalam bentuk tunai, dividen dapat juga dibayarkan dalam bentuk
saham, artinya dividen yang menjadi hak pemegang saham diganti dengan saham.
Walaupun jumlah saham akhirnya berubah tapi porsinya masih tetap tidak berubah.
Hal ini disebabkan karena pemegang saham lama menerima saham sebagai pengganti
dividen sesuai dengan porsi pemilik sahamnya. Kebijakan ini diambil karena
perusahaan mempunyai peluang investasi yang menguntungkan sementara perusahaan
tidak ingin menggunakan dana eksternal oleh beberapa sebab. Dengan pemberian
dividen ini perusahaan dapat menahan kas lebih banyak untuk membiayai investasi
sehingga tidak perlu menarik dana dari luar perusahaan.
21
Tujuan pembagian dividen juga untuk menunjukan likuiditas perusahaan.
Dengan dibayarkan dividen juga untuk menunjukan tersebut dimata investor akan
memiliki nilai yang tinggi. Dengan pembayaran dividen yang terus menerus
perusahaan ingin menunjukan bahwa perusahaan mampu menghadapi gejolak
perekonomian dan mampu memberikan hasil kepada para pemegang saham. Hal ini
ditunjang oleh beberapa penelitian yang menunjukan arti pentingnya keuntungan
dibagikan kepada para pemegang saham. Yeager dan Seitz (1982) menyatakan bahwa
satu dollar dividen rata-rata mempunyai pengaruh sampai empat kali terhadap harga
saham dibandingkan dengan satu dolar laba ditahan.
Pernyataan ini juga diperkuat oleh Bringham (2000) yang menyatakan
bahwa efek dividen terhadap harga saham masih beberapa kali lebih besar dari pada
laba ditahan. Di samping itu investor masih memandang bahwa resiko dividen lebih
kecil dibandingkan dengan capital gain yang akan diperoleh akibat menahan laba.
Keengganan perusahaan dalam memotong dividen menjadikan dasar bagi
Lintner (1996) untuk melakukan penelitian dengan memperkenalkan Lintner’s lagged
partial adjustment model. Menurut Lintner perusahaan menetapkan target dividend
payout ratio yang didasari pada target keuntungan. Apabila keuntunganya telah
tercapai dan dianggap telah stabil maka perusahaan akan menyesuaikan itu disebut
speed of adjustment.
Pada akhirnya perusahaan membayarkan dividen demi memenuhi kebutuhan
para pemegang saham pendapatan tetap yang digunakan untuk keperluan konsumsi.
Mengapa perusahaan membayarkan dividen yaitu karena ada sebagian investor yang
merupakan investor kecil, lembaga keuangan dan organisasi non profit yang
membutuhkan pendapatan tetap yang digunakan untuk finance consumption. Seperti
yang sudah disinggung diatas bahwa manajemen harus memperhatikan tingkat
kemakmuran pemodal melalui pembayaran dividen yang optimal sehingga dapt
memaksimumkan harga sahamnya. Payout ratio yang ditentukan perusahaan untuk
membayar dividen kepada pemilik saham tiap tahunnya dilakukan berdasarkan besar-
22
kecilnya earning after tax (EAT). Oleh karena itu persentase dividen yang dibagi dari
EAT disebut “dividend pay out ratio”(Atmaja, 1994)
2. Pengertian Deviden
Deviden adalah pembagian laba yang diperoleh perusahaan
kepada para pemegang saham yang sebanding dengan jumlah saham
yang dimiliki. Deviden akan diterima oleh pemegang saham hanya
apabila ada usaha akan menghasilkan cukup uang untuk membagi
deviden tersebut dan apabila dewan direksi menganggap layak bagi
perusahaan untuk mengumumkan deviden.
Pendapatan yang diharapkan oleh pemegang saham adalah
pendapatan yang dihasilkan dari pembagian deviden, dimana badan
usaha menyerahkan sebagian labanya, untuk kepentingan kesejahteraan
pemegang saham.
3. Teori Kebijakan Deviden
a. Teori Ketidakrelevanan Dividen (Dividends Irrelevance Theory)
Teori ini menyatakan bahwa kebijakan dividen perusahaan
tidak merupakan pengaruh terhadap nilai perusahaan maupun biaya
modalnya. Pendukung utama teori ketidakrelevanan dividen
(dividends irrelevance theory) ini adalah Merton Miller dan Franco
Modigliani (2001). Mereka berpendapat bahwa nilai suatu
perusahaan hanya ditentukan oleh kemampuan dasarnya untuk
menghasilkan laba dan risiko bisnisnya. Dengan kata lain, nilai
perusahaan tergantung hanya pada pendapatan yang dihasilkan oleh
aktivanya, bukan pada bagaimana pendapatan tersebut dibagi antara
dividen dan laba yang ditahan.
23
Keon et. al (2000) menyatakan bahwa pada teori
ketidakrelevanan dividen, tak ada hubungan antara kebijakan
dividen dan nilai saham. Satu kebijakan dividen sama bagusnya
dengan lainnya. Secara agregat investor hanya mementingkan
pengembalian total keputusan investasi, tak peduli apakah
pengembalian berasal dari perolehan modal atau pendapatan
dividen.
b. Teori Bird in The Hand
Kebanyakan pemilik saham lebih menyukai pembayaran
dividen saat ini daripada menundanya untuk direalisir dalam bentuk
“capital gain” nanti. Tarif pajak untuk “capital gain” memang sering
lebih rendah daripada untuk dividen, namun para pemilik saham
banyak yang lebih menyukai dividen saat ini, karena dengan
pembayaran dividen sekarang maka penerimaan uang tersebut
sudah pasti, sedangkan apabila ditunda ada kemungkinan bahwa apa
yang diharapkan meleset. Teori ini dianut oleh Myron Bordon dan
John Lintner (Husnan, 1993).
c. Teori Preferensi Pajak
Berkaitan dengan pajak, ada 3 alasan mengapa investor lebih
menyukai pembagian dividen yang rendah daripada yang tinggi.
a)
Keuntungan modal dikenakan tarif pajak yang lebih rendah
daripada untuk pembagian dividen, karena itu investor yang
24
kaya
mungkin
lebih
suka
perusahaan
menahan
dan
menanamkan kembali laba di dalam perusahaan.
b)
Pajak atas keuntungan tidak dibayarkan sampai saham terjual,
karena adanya nilai efek waktu, satu dolar pajak yang
dibayarkan di masa mendatang mempunyai biaya efektif yang
lebih rendah daripada satu dolar yang dibayarkan hari ini.
c)
Jika selembar saham dimiliki oleh seseorang sampai ia
meninggal, sama sekali tidak ada pajak keuntungan modal
yang terutang, ahli waris dapat terhindar dari pajak
keuntungan modal.
Karena ada keuntungan pajak ini, para investor lebih suka
perusahaan menahan sebagian besar laba perusahaan, maka para
investor akan mau membayar lebih tinggi untuk perusahaan yang
pembagian dividenya lebih rendah daripada untuk perusahaan
sejenis yang pembagiannya tinggi.
4. Alternatif Pembayaran Dividen
Perusahaan harus memutuskan berapa besarnya keuntungan yang ditahan
dan berapa besarnya yang akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen.
Keputusan ini penting karena menyangkut tanggung jawab terhadap pemegang saham
yang telah menanamkan dananya dan juga terhadap pertumbuhan perusahaan. Ada
tiga macam alternatif pembayaran dividen:
a. Divident pay out yang konstan.
25
Divident pay out yang konstan merupakan penetapan pembagian rasio yang tetap
terhadap keuntungan yang didapat perusahaan. Berapapun keuntungan yang
diperoleh persentase keuntungan yang dibagikan selalu sama. Sebagai akibat
maka jumlah uang yang dibayarkan akan berbeda tergantung pada keuntungan
yang diperoleh.
b. Jumlah yang stabil.
Kebijakan ini akan menyebabkan perusahaan membayarkan jumlah yang tetap
untuk beberapa periode. Pembayaran ini akan dinaikan apabila perusahaan
merasa yakin bahwa kenaikan itu dapat dipertahankan untuk periode selanjutnya.
Perusahaan juga tidak akan melakukan penurunan dividen sampai benar-benar
terbukti bahwa perusahaan tidak sanggup lagi membayarkan.
c. Jumlah yang kecil ditambah dividen ekstra.
Perusahaan membayarkan dividen dalam jumlah yang kecil dan apabila ada
keuntungan yang melonjak maka pada akhir periode perusahaan menambahkan
dividen extra. Tujuan manajemen melakukan hal ini adalah untuk menghindari
konotasi dividen permanen.
5. Pengertian Dividend Payout Ratio
Dividend payout ratio adalah persentase dari pendapatan yang akan
dibayarkan kepada pemegang saham sebagai “cash dividend”. Dividend payout ratio
merupakan perbandingan antara dividend per share dengan earning per share pada
periode yang bersangkutan.
Di dalam komponen dividend per share terkandung unsur dividen, sehingga
jika semakin besar dividend yang dibagikan maka semakin besar pula dividend
payout rationya. Pembagian dividen yang besar bukanya tidak diinginkan oleh
investor, tetapi jika dividend payout ratio lebih besar dari 25% dikuatirkan akan
terjadi kesulitan likuiditas keuangan perusahaan dimasa yang akan datang.
Banyak perusahaan berusaha untuk mempertahankan dividend payout ratio,
pendapatan yang diinginkan untuk suatu periode yang panjang, artinya terdapat target
dividend payout ratio untuk jangka panjang atau mempertahankan
26
pendapatan. Hasilnya, dividen biasanya dipertahankan pada jumlah konstan dan
dinaikkan hanya jika manajer yakin bahwa relatif mudah untuk mempertahankan
kenaikan pembayaran tersebut di masa depan.
Yang dimaksud dengan dividen adalah pembagian kepada pemegang saham
PT yang sebanding dengan jumlah lembar yang dimiliki (Baridwan, 1992). Biasanya
dividen dibagikan dengan internal waktu yang tetap, tetapi kadang-kadang diadakan
pembagian dividen tambahan pada waktu yang bukan biasanya. Menurut Brigham
dan Houstan (2001) dividen biasanya dibagikan setiap triwulan, jika situasi
mendukung, maka dividen dapat dinaikkan sekali setiap tahun.
Dividen yang dibagikan oleh perusahaan dapat mempunyai beberapa bentuk
sebagai berikut :
a. Dividen Kas (Cash Dividends)
Dividen yang paling umum dibagikan dalam bentuk kas, yang perlu
diperhatikan adalah apakah jumlah uang kas yang ada mencukupi
untuk pembagian dividen.
b. Dividen Aktiva Saham Kas (Property Dividends)
Kadang-kadang dividen dibagikan dalam bentuk aktiva selain kas.
Aktiva yang dibagikan bisa berbentuk surat-surat berharga,
perusahaan lain yang dimiliki, barang dagangan atau aktiva lain.
c. Dividen Utang (Scrip Dividends)
Dividen utang (scrip dividends) timbul apabila saldo laba tidak
dibagi mencukupi untuk pembagian dividen, tetapi saldo kas yang
ada tidak cukup, sehingga perusahaan akan mengeluarkan scrip
dividens yaitu janji tertulis untuk membayar jumlah tertentu di
waktu yang akan datang.
d. Dividen Likuiditas
27
Dividen likuiditas adalah dividen yang sebagian besar merupakan
pengembalian modal. Biasanya modal yang dikembalikan adalah
sebesar deflasi yang diperhitungkan untuk periode tersebut.
e. Dividen Saham
Dividen saham adalah pembagian tambahan saham tanpa dipungut.
Pembayaran kepada para pemegang saham, sebanding dengan
saham-saham yang dimilikinya.
Dalam pembayaran dividen oleh emiten, maka emitan selalu akan
mengumumkan secara resmi jadwal pelaksanaan pembayaran deviden. Tanggaltanggal yang perlu diperhatikan dalam pembayaran dividen adalah sebagai berikut :
a. Tanggal Pengumuman (Declaration Date)
Yaitu tanggal pada saat direksi perusahaan mengeluarkan
pernyataan berisi pengumuman pembagian divisi.
b. Tanggal Cum Dividen (Cum Dividend Date)
Merupakan tanggal hari terakhir perdagangan saham yang masih
melekat hak untuk mendapatkan dividen baik dividen tunai maupun
dividen saham.
c. Tanggal Pencatatan Dalam Daftar Pemegang Saham (Date of
Record)
Tanggal dimana seorang investor harus terdaftar sebagai pemegang
saham perusahaan publik atau emiten sehingga ia mempunyai hak
yang diperuntukkan bagi pemegang saham.
d. Tanggal ex. Dividen (Ex. Dividend Date)
28
Tanggal pada saat hak atas dividen periode berjalan tidak lagi
menyertai saham tersebut, jangka waktunya adalah 4 hari kerja
sebelum tanggal pencatatan pemegang saham.
e. Tanggal Pembayaran (Payment Date)
Tanggal dimana pemegang saham dapat mengambil dividen sesuai
dengan dividen yang diumumkan oleh emiten.
6. Kebijakan Pembagian Deviden
Kebijakan deviden menyangkut keputusan untuk membagikan laba atau
menahannya guna diinvestasikan kembali dalam perusahaan. Apabila deviden yang
dibayarkan secara tunai semakin meningkat, maka semakin sedikit dana yang tersedia
untuk reinvestasi. Hal ini menyebabkan tingkat pertumbuhan masa mendatang rendha
dan akan menekan harga saham.
Brigham dan Gapenski (2000) menyatakan bahwa perubahan besarnya
dividen yang dibagikan terdapat dua akibat yang saling berlawanan. Apabila seluruh
laba dibayarkan sebagai dividen maka kepentingan cadangan terabaikan. Sebaliknya
bila laba ditahan semua, maka kepentingan pemegang saham terabaikan. Untuk
menjaga kedua kepentingan tersebut, maka manajer dapat menempuh kebijakan yang
optimal.
Menurut Weston dan Brigham (1997), kebijakan dividen optimal merupakan
kebijakan yang menciptakan keseimbangan antara dividen saat ini dan pertumbuhan
dimasa yang akan datang sehingga dapat memaksimumkan laba.
Menurut Riyanto (1995), ada berbagai macam kebijakan dividen yang
dilakukan oleh perusahaan :
a. Kebijakan Dividen yang Stabil
Kebijakan dividen yang stabil artinya jumlah dividen per lembar
yang dibayarkan setiap tahunnya relatif tetap selama jangka waktu
29
tertentu tersebut meskipun pendapatan per lembar saham per
tahunnya berfluktuasi.
b. Kebijakan Dividen dengan Penetapan Jumlah yang Minimal plus
Jumlah Esktra Tertentu.
Kebijakan ini menetapkan jumlah rupiah minimal dividen per
lembar saham setiap tahunnya dalam keadaan keuangan yang lebih
baik, perusahaan akan membayarkan dividen ekstra diatas jumlah
minimal tersebut. Tetapi di lain pihak kalau keadaan keuangan
perusahaan memburuk, maka yang dibayarkan hanya dividen
minimal saja.
c. Kebijakan dividen dengan penetapan dividend payout ratio yang
konstan.
Kebijakan ini menetapkan dividend payout ratio yang konstan,
misalnya 50%. Ini berarti bahwa jumlah dividen per lembar saham
yang dibayarkan setiap tahunnya akan berfluktuasi sesuai dengan
perkembangan keuntungan neto yang diperoleh setiap tahunnya.
d. Kebijakan Dividen yang fleksibel
Kebijakan ini menetapkan besarnya devidend payut ratio setiap
tahunnya disesuaikan dengan posisi financial dan kebijakan
financial dari pengaruh yang bersangkutan.
Mengingat pemegang saham dapat berpindah-pindah perusahaan, sebuah
perusahaan dapat mengubah kebijakan pembayaran dividen ke kebijakan yang lain
dan membiarkan pemegang saham yang tidak menyukai kebijakan tersebut menjual
30
sahamnya kepada investor lain yang menyukainya. Namun peralihan yang terlalu
sering dilakukan tidak efisien karen adanya biaya pialang, kemungkinan bahwa
pemegang saham yang menjual saham harus membayar pajak keuntungan modal, dan
adanya kemungkinan kekurangan investor menyukai kebijakan dividen yang baru.
7. Pengaruh Kebijakan Dividen
a. Information Centent or Signaling Hypothesis
Teori
ini
menyatakan
bahwa
investor
menganggap
perubahan dividen sebagai syarat dari perkiraan manajemen atas
laba. Modigliani dan Miller (2001) berpendapat bahwa suatu
kenaikan dividen yang lebih tinggi bahwa manajemen perusahaan
memperkirakan peningkatan laba di masa mendatang.
Stephen Ross (2002) menyatakan bahwa manejer dapat
menggunakan struktur modal juga dividen untuk memberikan
syarat mengenai prospek dividen atau kenaikan yang lebih kecil
daripada yang diperkirakan merupakan syarat bahwa manajemen
meramalkan laba yang rendah di mada yang akan datang.
b. Clientele Effect
Suatu kelompok yang berbeda dari pemegang saham
menyukai kebiakan dividen yang berbeda pula. Ada kelompok
yang lebih menyukai pendapatan tunai dan ada pula pemegang
saham yang lebih memilih reinvestasi pendapatan dividen tersebut.
Karena itu, ada kecenderungan suatu perusahaan untuk menarik
kelompok
investor
yang
(Modigliani dan Miller, 2001)
menyukai
kebijakan
dividenya.
31
Para investor yang menginginkan pendapatan investasi
dalam periode berjalan sebaiknya memiliki saham perusahaan yang
membagikan dividen dalam jumlah yang besar, sedangkan investor
yang tidak membutuhkan penghasilan investor dalam periode
berjalan dapat menanamkan uangnya dalam perusahaan.
8. Arus Kas
Arus kas adalah arus masuk dan arus keluar kas atau setara kas.
Kas yang dimaksud terdiri dari saldo kas dan rekening giro. Dengan
demikian laporan arus kas merupakan catatan yang melaporkan sumbersumber
utama
penerimaan
kas
perusahaan
serta
penggunaan
(pengeluaran) utama pembayaran kasnya untuk satu periode. Laporan
arus kas harus disusun perusahaan sesuai persyaratan dalam pernyataan
dan harus menyajikan laporan tersebut sebagai bagian yang tidak
terpisahkan (integral) dari laporan keuangan setiap dalam pernyataan
dan harus menyajikan laporan tersebut sebagai bagian yang tidak
terpisahkan (integral) dari laporan keuangan untuk setiap periode
penyajian laporan keuangan.
Pada dasarnya perusahaan memerlukan kas dengan alasan yang
sama
meskipun
pendapatan
terdapat
utama
perbedaan
(revenue
dalam
producing
aktivitas
activities).
penghasil
Perusahaan
membutuhkan kas untuk melaksanakan usaha, melunasi kewajiban dan
untuk membagikan deviden kepada para investor.
9. Profitabilitas
Profitabilitas adalah tingkat keuntungan bersih yang mampu
diraih oleh perusahaan pada saat menjalankan operasinya. Profitabilitas
32
mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atas
pengelolaan asset perusahaan yang merupakan perbandingan antara
earning after tax dengan Total assets. profitabilitas dapat digunakan
untuk mengukur efektivitas perusahaan didalam menghasilkan profit
untuk setiap assets yang ditanam.
10. Potensi Pertumbuhan Emiten.
Growth Potential adalah potensi pertumbuhan bank yang diukur
dengan selisih total assets pada tahun t-1 terhadap total assets pada t-1.
Semakin cepat tingkat pertumbuhan perusahaan, semakin besar
kebutuhan akan dana untuk membiayai perluasan, semakin besar
kebutuhan dana dimasa mendatang, semakin mungkin perusahaan
menahan pendapatan, bukan membayarkannya sebagai dividen.
Indikator untuk pengaruh ini adalah tingkat pertumbuhan campuran
yang diukur tiap tahun dalam total assets.
11. Ukuran Perusahaan.
Size adalah simbol ukuran perusahaan. Faktor ini menjelaskan
bahwa suatu perusahaan besar memiliki akses yang lebih mudah ke
pasar modal, sedangkan perusahaan kecil tidak mudah. Kemudahan
aksesibilitas ke pasar modal merupakan fleksibilitas dan kemampuan
perusahaan untuk menciptakan hutang atau memunculkan dana yang
lebih besar dengan catatan perusahaan tersebut memiliki ratio
pembayaran dividen yang lebih tinggi daripada perusahaan kecil.
12. Kepemilikan Minoritas
Tujuan teori proprietary (Teori Kepemilikan), entitas sebagai
agen, perwakilan atau susunan melalui wirausahawan, individual atau
33
pengoperasi pemegang saham. Sudut pandang kelompok pemilik
sebagai pusat kepentingan terefleksi dengan cara memelihara catatan
akuntansi dan membuat laporan keuangan. Tujuan utama teori
kepemilikan adalah untuk menentukan dan menganalisa kekayaan
bersih pemilik dengan persamaan akuntansi sebagai berikut :
Aset – Hutang = Ekuitas Pemilik
1.
Kepemilikan Saham Manajerial (Managerial Ownership)
Menurut Jensen (1993) menyatakan bahwa kepemilikan
saham manajerial dapat rnembantu pernyataan kepentingan antara
pemegang
saham
manajerial
maka
semakin
baik
kinerja
perusahaan. Struktur kepemilikan dapat dijelaskan dari dua sudut
pandang yaitu pendekatan keagenan dan pendekatan asimetri
(Huriaga dan Sanz, 2000). Menurut pendekatan keagenan, struktur
kepemilikan perusahaan merupakan suatu alat untuk mengurangi
konflik kepentingan diantara para pemegang klaim (claimholders)
utama yang ada dalam perusahaan, sedangkan menurut pendekatan
informasi asimetri menganggap struktur kepemilikan sebagai salah
satu cara untuk mengurangi ketidakseimbangan informasi antara
insider dan outsider melalui pengungkapan informasi di pasar
modal.
2.
Kepemilikan Saham Institusional
Kepemilikan saham institusional umumnya bertindak
sebagai pihak yang memonitor perusahaan. Perusahaan dengan
kepemilikan institusional yang besar (lebih dari 5%)
34
mengindikasikan kemampuannya untuk memonitor manajemen.
Semakin besar kepemilikan saham institusional maka semakin
efisien pemanfaatan aktiva perusahaan. Dengan demikian proposi
kepemilikan institusional bertindak sebagai pencegahan terhadap
pemborosan yang dilakukan manajemen.
3.
Kepemilikan Saham Mayoritas
Kepemilikan saham mayoritas adalah suatu perusahaan
yang memiliki sebagian besar atau seluruh sahamnya yang besar
atau seluruh sahamnya yang beredar milik perusahaan lain
sehingga mempunyai hak untuk mengendalikan manajemen dan
operasi perusahaan lain dan juga mempunyai hak terhadap aktiva
bersih milik anak perusahaan sebesar prosentase pemilikan
sahamnya.
Suatu perusahaan yang membeli dan memiliki saham-saham
perusahaan lain diatas 50% dari jumlah saham yang beredar dapat
dikatakan bahwa perusahaan tersebut dapat mengendalikan dan
menguasai perusahaan lain yang sahamnya dimilikinya. Hal ini
terjadi karena pemilikan diatas 50% dari saham yang beredar dari
sebuah perusahaan akan adanya pemilikan suara terbanyak dalam
rapat pemegang saham sehingga secara otomatis kebijakankebijakan perusahaan yang sahamnya dikuasai tersebut dapat
sepenuhnya ditentukan oleh perusahaan pembeli dan perusahaan
pembeli memiliki pengendalian (control) terhadap perusahaan yang
dibeli. Standar Akuntansi Keuangan dalam PSAK No. 22 paragraf
35
10 menyatakan bahwa “pengendalian (control) diasumsikan
diperoleh
apabila
salah
satu
perusahaan
yang
bergabung
memperoleh lebih dari 50 % hak suara pada perusahaan lain,
kecuali apabila dapat dibuktikan sebaliknya bahwa tidak terdapat
pengendalian walaupun pemilikan lebih dari 50%.
4.
Kepemilikan Saham Minoritas
Kepemilikan saham minoritas yang sebagian besar atau
seluruh sahamnya yang beredar dimiliki perusahaan lain sehingga
manajemen dan operasinya dikuasai oleh perusahaan lain. Dengan
kata lain dalam PSAK No. 4 paragraf 03 menyatakan bahwa hak
minoritas adalah bagian aktiva bersih dan hasil usaha dari anak
perusahaan yang tidak dimiliki baik secara langsung maupun tidak
langsung oleh induk perusahaan.
Pemegang saham publik, meskipun merupakan saham
minoritas dalam suatu perusahaan juga memiliki kepentingan
terhadap perusahaan. Pemegang saham publik ini berupaya untuk
memonitor perilaku pengelola perusahaan dalam menjalankan
perusahaannya,
bahkan
menuntut
adanya
good
corporate
governance dari suatu perusahaan, kondisi ini akan meningkatkan
nilai perusahaan. Short dan Keasey (1999) menemukan bahwa
persentase pemegang saham publik yang besar akan meningkatkan
nilai perusahaan karena adanya campur tangan publik akan
36
membuat perusahaan menerapkan pengelolaan perusahaan yang
baik.
Kepemilikan saham minoritas (PUBLIC) didefinisikan sebagai
kepemilikan saham individual oleh pihak luar atau publik, selain dari
kepemilikan saham oleh manajer, institusi pihak asing, ataupun famili.
Deviden bersifat informatif dalam menjalankan proteksi terhadap
pemegang saham minoritas. Pembayaran deviden merupakan alat yang
ideal bagi pemegang saham minoritas untuk mensinyalkan bahwa
mereka tidak bermaksud mengeksploitasi pemegang saham minoritas.
Tujuan utama teori kepemilikan adalah untuk menentukan dan
menganalisis kekayaan bersih pemilik. Teori kepemilikan dapat
dianggap memiliki paling tidak memiliki dua bentuk,yang menjadi
dasar untuk membedakan siapa yang termasuk dalam kelompok
pemilik. Bentuk pertama, hanya pemegang saham biasa yang
merupakan bagian dari kelompok pemilik dan pemegang saham
preferred tidak termasuk didalamnya. Dan bentuk kedua, teori
kepemilikan, baik saham biasa dan saham preferen termasuk dalam
ekuitas pemilik.
13. Hubungan Arus Kas Terhadap Deviden Payout Ratio.
CP adalah cash position atau posisi kas yang merupakan rasio
kas akhir tahun dengan earning after tax. Bagi emiten yang memiliki
posisi kas yang semakin kuat akan semakin besar kemampuannya untuk
membayar deviden. Faktor ini merupakan faktor internal yang dapat
37
dikendalikan oleh manajemen sehingga pengaruhnya dapat dirasakan
secara langsung bagi kebijakan deviden. Deviden merupakan cash out
flow dengan demikian makin kuatnya posisi kas perusahaan akan makin
besar kemampuannya untuk membayar deviden.
Arus kas adalah pergerakan ataupun aliran kas atau yang setara
dengan kas, baik aliran kas masuk maupun aliran kas keluar dari suatu
perusahaan dan mencakup transaksi kas yang dimasukan dalam
penentuan laba bersih (Manurung, 1998). Laporan arus kas dinilai
banyak memberikan informasi tentang kemampuan emiten dalam
mendapatkan laba dan likuiditas dimasa yang akan datang. Laporan arus
kas memberikan informasi yang relevan tentang penerimaan dan
pengeluaran kas dari suatu emiten pada suatu periode tertentu, dengan
mengklasifikasikan transaksi berdasarkan pada kegiatan operasi
pembiayaan dan investasi.
PSAK No. 2 menyatakan bahwa tujuan arus kas adalah
memberikan informasi tentang arus kas suatu emiten berguna bagi para
pemakai laporan keuangan sebagai dasar untuk menilai kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas dan menilai
kebutuhan emiten untuk menggunakan arus kas tersebut. Sri Sudarsih
(2002) menyatakan bahwa arus kas mempunyai pengaruh positif yang
signifikan terhadap Deviden Payout Ratio.
Hal :
Arus kas mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap
Deviden Payout Ratio.
38
14. Hubungan Profitabilitas Terhadap Deviden Payout Ratio.
Profitabilitas mencerminkan kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba atas pengelolaan asset perusahaan yang merupakan
perbandingan
antara
earning
after
tax
dengan
Total
Assets.
Profitabilitas adalah tingkat keuntungan bersih yang mampu diraih oleh
perusahaan pada saat menjalankan operasinya. Faktor ini juga memiliki
pengaruh terhadap kebijakan deviden. Deviden adalah laba bersih yang
diperoleh perusahaan, oleh karena itu deviden akan dibagikan apabila
perusahaan memperoleh keuntungan. Keuntungan yang layak dibagikan
kepada pemegang saham adalah keuntungan setelah perusahaan
memenuhi kewajiban - kewajiban tetapnya yaitu bunga dan pajak. Oleh
karena itu deviden yang diambilkan dari keuntungan bersih akan
mempenengaruhi deviden payout ratio. Perusahaan yang semakin besar
keuntungannya akan membayar porsi pendapatan yang semakin besar
sebagai deviden. Dengan kata lain semakin besar keuntungannya yang
diperoleh maka akan semakin besar kemampuannya bagi perusahaan
untuk membayar deviden.
Laba adalah kenaikan manfaat ekonomi selama satu periode
akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau
penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak
berasal dari kontribusi penanaman modal.
Tujuan utama pelaporan laba adalah untuk memberikan
informasi yang berguna bagi mereka yang berkepentingan dengan
39
laporan keuangan. Tujuan yang lebih khusus meliputi penggunaan laba
sebagai pengukuran efisiensi manajemen, penggunaan angka, laba
historis untuk membantu meramalkan keadaan sebagai pengukuran
keberhasilan serta pedoman pengambilan keputusan manajerial di masa
yang akan datang.
Informasi tentang laba perusahaan dapat digunakan antara lain,
sebagai berikut :
1)
Indikator efisiensi penggunaan dana yang tertanam dalam
perusahaan yang diwujudkan dalam tingkat kembalian.
2)
Pengukur prestasi manajemen
3)
Dasar penentuan besarnya pengenaan pajak
4)
Alat pengendalian alokasi sumber daya ekonomi suatu negara
5)
Dasar kompensasi dan pembagian bonus
6)
Alat motivasi manajemen dalam pengendalian perusahaan
7)
Dasar kenaikan kemakmuran
8)
Dasar pembagian dividen
Salah satu konsep perilaku adalah kemampuan ramal. Laba
bersih selama periode berguna untuk meramalkan laba operasi
perusahaan yang akan datang, jika faktor-faktor lainnya ikut
dipertimbangkan para investor mungkin tertarik dalam meramalkan laba
atau dividen.
Fisher dan Bedford (Anis Chairiri dan Imam Ghozali, 2001)
menyatakan bahwa pada dasarnya ada 3 konsep laba yang umum
40
dibicarakan dan digunakan dalam ekonomi. Konsep laba tersebut ialah :
1)
Pysical Income, yang menunjukkan konsumsi barang atau jasa
yang dapat memenuhi kepuasan dan keinginan individu.
2)
Real Time, yang menunjukkan kenaikkan dalam kemakmuran
ekonomi yang ditunjukkan oleh kenaikan cost of living.
3)
Money Income, yang menunjukkan kenaikan nilai moneter sumber
ekonomi yang digunakan untuk konsumsi dengan biaya hidup (cost
of living)
Laba terutama dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu : harga jual
produk, biaya dan volume penjualan. Biaya menentukan harga jual
untuk
mencapai
tingkat
laba
yang
dikehendaki,
harga
jual
mempengaruhi volume penjualan, sedangkan volume penjualan
langsung mempengaruhi volume produksi dan volume produksi
mempengaruhi biaya. Tiga faktor tersebut saling berkaitan satu sama
lain (Mulyadi, 1993:223).
Pembayaran dividen sangat bergantung pada laba yang
diperoleh perusahaan. Dividen dibayarkan kepada para pemegang
saham atas daar laba yang dihasilkan oleh perusahaan. Dengan kata
lain, dividen hanya dapat dibayarkan kepada para pemegang saham jika
perusahaan
memperoleh
laba
pada
tahun
yang
bersangkutan.
Kepemilikan saham minoritas baru dapat mempengaruhi kebijakan
pembayaran dividen jika perusahaan tersebut memperoleh laba. Dengan
demikian, pengaruh dari kepemilikan saham minoritas sangat
41
bergantung dengan perolehan laba perusahaan. Sutrisno (2000)
menyatakan bahwa laba dan kepemilikan saham merupakan determinan
dividend payout ratio, namun hasil penelitiannya menemukan bahwa
laba dan kepemilikan saham yang diuji secara terpisah (bukan interaksi)
dengan menggunakan structural equation modeling menunjukkan hasil
yang tidak signifikan. Kepemilikan saham dapat mempengaurhi
kebijakan pembayaran dividend kontinjen terhadap laba yang diperoleh
perusahaan. Oleh karen aitu, interaksi antara laba yang dilaporkan dan
kepemilikan saham minoritas akan mempengaruhi dividend payout
ratio.
Namun hasil penelitian Sri Sudarsih (2002) menyatakan bahwa
profitabilitas mempunyai pengaruh negatif yang signifikan terhadap
Deviden Payout Ratio .
Ha2
: Profitabilitas mempunyai pengaruh positif yang signifikan
terhadap Deviden Payout Ratio.
15. Hubungan Potensial Pertumbuhan Emiten terhadap Deviden
Payout
Growth Potensial adalah potensi pertumbuhan emiten yang
diukur dengan rasio selisih total assets pada tahun tahun t-1 terhadap
total assets pada t-1. Semakin cepat tingkat pertumbuhan perusahaan,
semakin besar kebutuhan akan dana untuk membiayai perluasan,
semakin besar kebutuhan dana dimasa mendatang, semakin mungkin
perusahaan menahan pendapatan, bukan membayarkannya sebagai
deviden. Indikator untuk pengaruh ini adalah tingkat pertumbuhan
42
campuran yang diukur tiap tahun dalam total assets. Sri Sudarsi (2002)
menyatakan bahwa Potensi Pertumbuhan Emiten mempunyai pengaruh
negatif yang signifikan terhadap Deviden Payout Ratio.
Ha3 :
Potensi Pertumbuhan Emiten mempunyai pengaruh positif yang
signifikan terhadap Deviden Payout Ratio.
16. Hubungan Ukuran Perusahaan terhadap Deviden Payout Ratio.
Size perusahaan didefinisikan sebagai total aktiva perusahaan
dan dioperasionalisasi sebagai logaritma total aktiva (LnTA). Faktor ini
menjelaskan bahwa suatu perusahaan yang mapan dan bebar memiliki
akses yang lebih mudah ke pasar modal, sedangkan perusahaan kecil
tidak mudah. Kemudahan aksesibilitas ke pasar modal dapat diartikan
adanya fleksibilitas dan kemampuan perusahaan untuk menciptakan
hutang atau memunculkan dana yang lebih besar dengan catatan
perusahaan tersebut memiliki rasio pembayaran dividen yang lebih
tinggi daripada perusahaan kecil. Gugler dan Yurtogul (2001)
menemukan bahwa dividend payout ratio dipengaruhi secara negatif
oleh size perusahaan. Semakin besar ukuran perusahaan cenderung
mengurangi pembagian dividenya. Kemungkinan hal ini disebabkan
karena pada perusahaan besar, manajemen mampu memanfaatkan cash
flow untuk kepentingan pribadi karena pemegang saham tidak mampu
mengendalikan perilaku manajemen.
43
Selain itu juga Size adalah symbol ukuran perusahaan Proxy ini
dapat ditemukan melalui log natural dari total assets (Ln TA) tiap
tahun. Faktor ini menjelaskan bahwa suatu perusahaan yang mapan dan
besar memiliki akses yang lebih mudah ke pasar modal, sedangkan
perusahaan kecil tidak mudah. Kemudahan aksesibilitas ke pasar modal
dapat diartikan adanya fleksibilitas dan kemampuan perusahaan untuk
menciptakan hutang atau memunculkan dana yang lebih besar dengan
catatan perusahaan tersebut memiliki rasio pembayaran deviden yang
lebih tinggi daripada perusahaan kecil.Ukuran perusahaan diwakili oleh
Log Natural (LN) dari total assets tiap tahun. Sri Sudarsih (2002)
menyatakan bahwa Ukuran Perusahaan mempunyai pengaruh negatif
yang signifikan terhadap Deviden Payout Ratio.
Ha4 :
Ukuran Perusahaan mempunyai pengaruh positif yang
sinifikan terhadap Deviden Payout Ratio.
17. Hubungan Kepemilikan Minoritas terhadap Deviden Payout Ratio.
Kepemilikan saham minoritas (PUBLIC) didefinisikan sebagai
kepemilikan saham individual oleh pihak luar atau publik, selain dari
kepemilikan saham oleh manajer, institusi pihak asing, ataupun famili.
Deviden bersifat informatif dalam menjalankan proteksi
terhadap
pemegang
saham
minoritas.
Pembayaran
Deviden
menunjukkan prorate payout yaitu adanya keadilan antara pemegang
saham besar dan kecil. Pembayaran deviden merupakan alat yang ideal
bagi pemegang saham minoritas untuk mensinyalkan bahwa mereka
44
tidak bermaksud mengeksploitasi pemegang saham minoritas. Ratna
Septiyanti
(2003)
menyatakan
bahwa
Kepemilikan
Minoritas
mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap Deviden Payout
Ratio.
Ha5
: Kepemilikan Minoritas berpengaruh negatif yang signifikan
terhadap Deviden Payout Ratio.
2.2. Review Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi dividend
payout ratio pada ind'ustri perbankan telah banyak dilakukan: Menurut
Husnan (1988) kebijakan dividen yang optimal diartikan sebagai ratio
pembayaran dividen yang ditetapkan dengan memperhatikan kesempatan
untuk menginvestasikan dana serta berbagai preferensi yang dimiliki para
investor mengenai dividen dari para capital gain.
Penelitian yang dilakukan oleh Sri Sudarsih (2002) menunjukkan
bahwa arus kas, Profitabilitas, Potensi pertumbuhan, Ukuran perusahaan
secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Deviden
Payout Ratio. Namun hasil uji t menunjukkan bahwa arus kas mempunyai
pengaruh positif yang signifikan terhadap Deviden Payout Ratio,
Profitabilitas mempunyai pengaruh negatif yang signifikan terhadap
Deviden Payout Ratio dan potensi pertumbuhan mempunyai pengaruh
negatif yang signifikan terhadap Deviden Payout Ratio. Populasi yang di
45
ambil adalah emiten yang terdaftar di BEI dan termasuk kelompok emiten
yang mempunyai saham aktif selama 3 tahun berturut - turut.
Penelitian yang dilakukan Ratna Septiyanti (2003) menunjukkan
bahwa kepemilikan minoritas secara simultan mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap Deviden Payout Ratio. Populasi yang digunakan adalah
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Pada 2000
dan 2001. Pemilihan periode ini dimaksudkan untuk menghindari kesulitan
finansial akibat krisis ekonomi 1997 yang akan berdampak pada
pembayaran deviden. Jumlah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia pada 2000 dan 2001 sebanyak 162 perusahaan. Metode
pemilihan sampel yang digunakan adalah purposive sampling.
Surasni (1998) yang meneliti tentang pengaruh cash position,
kepemilikan saham, ROI dan Current Ratio terhadap Deviden Payout Ratio
pada perusahaan manufaktur di BEI. Pada penelitian ini menggunakan
sampel sebanyak 85 perusahaan manufaktur yang listing pada tahun 1994 –
1997. Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa cash
position dan current ratio berpengaruh terhadap Dividen Payout Ratio.
Sedangkan kepemilikan saham secara parsial tidak berpengaruh terhadap
dividen payout ratio.
Lintner, Chang, Rp. And SG. Rhee (1990) yang meneliti pengaruh
firm size, current ratio, Asset Turn Over dan Cash Ratio terhadap dividen
payout ratio. Berdasarkan hasil analisis disimpulkan bahwa firm size dan
assets turn over berpengaruh terhadap dividen payout ratio.
46
Bimo Kus Adrianto (2004) pada penelitian yang juga meneliti
faktor-faktor yang mempengaruhi Dividen Payout Ratio pada perusahaan
manufaktur di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2001 – 2003. Penelitian ini
menggunakan sampel sebanyak 61 perusahaan manufaktur. Berdasarkan
hasil analisis dapat disimpulkan bahwa DER dan ROE berpengaruh terhadap
Dividend Payout Ratio. Sedangkan variabel cash positiontidak berpengaruh
terhadap Dividend Payout Ratio.
Penelitian lain yang juga meneliti tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi Dividend Payout Ratio adalah penelitian yang dilakukan
oleh Sri Hapsari (2005). Pada penelitian ini menggunakan sampel sebanyak
335 perusahaan yang eksis di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2001 – 2003.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa ROI, Current Ratio dan Cash Position
berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio. Sedangkan DER dan ROA
tidak berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio.
Adapun perbedaan peneliti dengan peneliti sebelumnya adalah
variabel independen ditambah satu yaitu kepemilikan minoritas dan periode
pengamatannya dari tahun 2001 - 2003. Karena dari peneliti yang terdahulu
menyarankan untuk mempertimbangkan variabel - variabel lain dan
menambah variabel independen lain yang potensial terhadap variabel
dependen serta menambahkan perode pengamatan.
2.3. Kerangka Pemikiran Teoritis
47
Kebijakan dividen pada emiten merupakan kebijakan yang sangat
penting, sebab akan melibatkan dua pihak yaitu pemegang saham dan
manajemen bank yang dapat mempunyai kepentingan yang berbeda.
Dividen diartikan sebagai pembayaran kepada pemegang saham oleh
perusahaan bank atas keuntungan yang diperolehnya. Kebijakan dividen
adalah kebijakan yang berkaitan dengan pembayaran dividen oleh bank,
berupa penentuan besarnya pembayaran dividen dan besarnya laba yang
ditahan untuk kepentingan perusahaan (bank).
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran.
Arus Kas (Cash Position)
+
Profitabilitas (ROA)
Potensi Pertumbuhan Emiten
+
+
+
Ukuran Perusahaan
Deviden Payout Ratio
(DPR)
-
Kepemimpinan Minoritas
2.4. Hipotesis
1.
Arus kas mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap
Deviden Payout Ratio.
2.
Profitabilitas mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap
Deviden Payout Ratio.
3.
Potensi Pertumbuhan Emiten mempunyai pengaruh positif yang
signifikan terhadap Deviden Payout Ratio.
48
4.
Ukuran Perusahaan mempunyai pengaruh positif yang sinifikan
terhadap Deviden Payout Ratio.
5.
Kepemilikan Minoritas berpengaruh negatif yang signifikan terhadap
Deviden Payout Ratio.
49
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Populasi dan Sampel
Populasi didalam penelitian ini, yaitu perusahaan yang terdapat di
Bursa Efek Indonesia 2006-2008. Pemilihan sampel di lakukan dengan
metode purposive sampling yaitu pengambilan sampel yang dilakukan
berdasarkan kriteria tertentu. Kriteria yang digunakan peneliti adalah:
1. Aktif melakukan perdagangan periode 2006 - 2008
2. Perusahaan yang mengeluarkan kebijakan pembagian deviden.
3. Sampel yang digunakan memiliki data lengkap.
Pada penelitian ini menggunakan populasi perusahaan yang masuk
dalam kelompok LQ45 pada periode 2006 – 2008. Adapun rincian
pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
a. Perusahaan yang masuk dalam LQ 45 tahun 2006 – 2008
: 83 perusahaan
b. Perusahaan yang memiliki laporan keuangan lengkap
: 83 perusahaan
c. Perusahaan yang membagikan deviden tahun 2006 – 2008 : 68 perusahaan
d. Perusahaan yang selalu masuk dalam LQ45
: 26 perusahaan
Pada penelitian ini hanya menggunakan perusahaan yang selalu
masuk dalam LQ45 dalam tahun 2006 – 2008 sehingga berjumlah 26
perusahaan. Pada proses pengolahan data menggunakan pooled sampling
sehingga jumlah data yang diolah sebanyak 78 buah.
50
3.2. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
meliputi laporan keuangan perusahaan manufaktur, jumlah perusahaan
manufaktur dan laporan kegiatan perdagangan saham. Sumber data tersebut
diperoleh dari Indonesia Capital Market Directory dan JSX Statistik yang
diterbitkan oleh Bursa Efek Indonesia, serta sumber-sumber terkait.
3.3. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan
adalah studi pustaka yaitu telaah pustaka yang ditujukan untuk mendapatkan
informasi yang berhubungan dengan materi penelitian. Studi dokumentasi
dilakukan di Pojok BEI UNDIP dan Pojok BEI Unika. Data-data yang
diperlukan yaitu cash position, return on assets, debt to equity dan dividend
payout ratio merupakan komponen laporan keuangan yang diperoleh dari
Indonesian Capital Market Directory (ICMD).
3.4. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Variabel-variabel dalam penelitian ini dapat digambarkan dan
difenisikan secara opersional sebagai berikut :
1.
Arus Kas (Cash Position)
Arus kas adalah cash position atau posisi kas yang merupakan
rasio kas akhir tahun dengan earning after tax. Bagi emiten yang
51
memiliki posisi kas yang semakin kuat akan semakin besar
kemampuannya untuk membayar deviden.
Deviden merupakan Cash Out Flow dengan demikian makin kuatnya
posisi kas perusahaan akan semakin besar kemampuannya untuk
membayar deviden. Arus kas dihitung berdasarkan perbandingan saldo
kas akhir tahun dengan Earning After Tax (Sri Sudarsi 2002) sebagai
berikut :
Kas AkhirTahun
CP =
.......... .......... ..........
EAT
....(1)
Dimana :
CP
: Cash Position
EAT : Earning After Tax
2.
Profitabilitas
Profitabilitas mencerminkan perusahaan dalam menghasilkan
laba atas pengelolaan Assets perusahaan yang merupakan perbandingan
antara Earning After Tax dengan Total Assets. Profiatabilitas adalah
tingkat keuntungan bersih yang mampu diraih oleh emiten pada saat
menjalankan
operasinya.
Perusahaan
yang
semakin
besar
keuntungannya akan membayar porsi pendapatan yang semakin besar
keuntungannya
yang
diperoleh
maka
akan
semakin
besar
kemampuannya untuk membayar deviden Profitabilitas diwakili oleh
ROA yaitu tingkat keuntungan setelah pajak dibagi dengan total assets
(Sri Sudars, 2002)
52
ROA= EAT .......... .......... .......... .......... (2)
TA
Dimana :
3.
ROA
: Return On Assets
EAT
: Earning After Tax
TA
: Total Assets
Potensi Pertumbuhan Emiten
Potensi pertumbuhan emiten adalah potensi pertumbuhan yang
diukur dengan ratio selisih total assets pada tahun t-1, terhadap total
assets t-l, semakin cepat perumbuhan emiten, semakin besar kebutuhan
dana dimasa mendatang, semakin mungkin perusahaan menahan
pendapatan, bukan membayarkannya sebagai deviden. Karena itu
potensi pertumbuhan emiten menjadi faktor penting dalam kebijakan
deviden. lndikator untuk faktor ini adalah tingkat pertumbuhan
campuran yang diatur tiap tahun dalam total assets (Sri Sudarsi, 2002) :
GP =
TAt TA t
1
.......... .......... ..........
TAt
1
Dimana :
GP
: Growth Potensial
TAt
: Total Assets tahun t
TAt
: Total Assets tahun t-1
........(3)
53
4.
Ukuran Perusahaan
Size adalah symbol ukuran perusahaan. Proxy ini dapat
ditentukan melalui log natural dari total assets (Ln TA) tiap tahun.
Kemudahan aksebilitas kepasar modal dapat diartikan adanya
fleksibilitas dan kemampuan emiten untuk menciptakan hutang atau
memunculkan dana yang lebih besar dengan catatan emiten tersebut
memiliki ratio pembayaran deviden yang lebih tinggi dari pada emiten
kecil. Ukuran perusahaan diwakili oleh Log Natural (LN) dari total
assets tiap tahun (Sri Sudarsi, 2002).
5.
Kepemilikan Minoritas
Kepemilikan saham minoritas (PUBLIC) didefinisikan sebagai
kepemilikan saham individual oleh pihak luar atau public, selain dari
kepemilikan saham oleh manajer, instuisi pihak asing ataupun famili.
Variabel ini dilihat dari kepemilikan saham oleh publik pada
perusahaan yang bersangkutan (Panji Kartiko Adi, 2003).
3.5. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1.
Pengujian Asumsi Klasik
Regresi terpenuhi apabila penaksir kuadrat terkecil biasa
(Ordinary Least Square) dari koefisien regresi adalah linier, tak biasa
dan mempunyai varians minimum, ringkasnya penaksir tersebut adalah
Best Linier Unbiased Estimator (BLUE), maka perlu dilakukan
54
uji (pemeriksaan) terhadap gejala multikolinieritas, autokorelasi dan
heterokedastisitas. Sehingga asumsi klasik penaksir kuadrat terkecil
(Ordinary Least Square) tersebut terpenuhi.
Oleh karena itu, uji asumsi klasik yang dilakukan adalah sebagai
berikut :
a. Uji Normalitas Data
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya
mempunyai distribusi normal ataukah tidak. Model regresi yang
baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal.
Untuk menguji apakah distribusi data normal atau tidak, salah satu
cara termudah untuk melihat normalitas adalah melihat histogram
yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang
mendekati distribusi normal.
Uji normalitas data bertujuan untuk memperoleh data yang
berdistribusi normal. Alat uji normalitas data menggunakan onesample kolmogorovsmirnov. Data dikatakan normal jika variabel
yang dianalisis memiliki tingkat signifikansi lebih besar dari 5%
(Santoso, 2001).
Namun demikian dengan hanya melihat histogram hal ini
bisa menyesatkan khususnya untuk jumlah sample yang kecil.
Metode yang lebih handal adalah dengan melihat Normal
Probability Plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari
55
data sesungguhnya dengan distribusi kumulatif dari distribusi
normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus
diagonal, dan ploting data akan dibandingkan dengan garis
diagonal. Jika distribusi data adalah normal, maka garis yang
menggambarkan
data
sesungguhnya
akan
mengikuti
garis
diagonalnya. (Imam Ghozali, 2001)
b. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu
model
regresi
ditemukan
adanya
korelasi
antar
variabel
independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi diantara variabel independen. Jika variabel independen
saling berkorelasi, maka variabelvariabel ini tidak ortogonal.
Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi
antar sesama variabel independen sama dengan nol (Ghozali,
2001). Multikolinieritas terjadi jika terdapat hubungan linier antara
variabel independen yang dilibatkan dalam model. Untuk
mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas dilakukan dengan
melihat nilai toleran dan variance inflation (VIF) (Ghozali, 2001).
Nilai VIF sama dengan 1/toleran. Adapun nilai cutoff yang umum
dipakai adalah nilai toleran 0,10 atau sama dengan nilai VIF 10.
Sehingga
data
yang
tidak
terkena
multikolinieritas
nilai
toleransinya harus lebih dari 0,10 atau nilai VIF-nya kurang dari 10
(Ghozali, 2001) .
c. Uji Autokorelasi
56
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu
model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada
periode t dengan kesalahan pada periode t-l (sebelumnya).
Autokorelasi pada model regresi artinya ada korelasi antar
anggota sampel yang diurutkan berdasarkan waktu saling
berkorelasi. Untuk mengetahui adanya autokorelasi dalam suatu
model regresi dilakukan melalui pengujian terhadap nilai uji
Durbin Watson (Uji DW). Dengan ketentuan sebagai berikut
(Algifari, 1997 ) :
Kurang dari 1,10
= Ada autokorelasi
1,10
s/d
1,54 = Tanpa kesimpulan
1,55
s/d
2,46 = Tidak ada autokorelasi
2,46
s/d
2,90 = Tanpa kesimpulan
Lebih dari
2,91 = Ada autokorelasi
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual
satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut
homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas.
Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak
heteroskedastisitas.
Cara mendeteksinya adalah dengan melihat grafik scatterplot.pada
output yang dihasilkan Jika titik-titik membentuk suatu pola
57
tertentu,
maka
hal
ini
mengindikasikan
terjadinya
heteroskedastisitas, tetapi apabila titik-titik pada grafik scatterplot
menyebar di atas dan di bawah angka 0, maka hal ini
mengindikasikan tidak terjadinya heteroskedastisitas.
3.6. Analisis Regresi Berganda
Dalam penelitian ini analisis regresi dilakukan untuk mengetahui
pola hubungan antara variabel independen (Arus Kas, Profitabilitas, Potensi
Pertumbuhan Emiten, Ukuran Perusahaan dan Kepemilikan Minoritas)
dengan variabel dependen (Deviden Payout Ratio). Analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini dengan model sebagai berikut :
= + 1 CP + 2 PR + 3 GP + 4 Size + 5 PUBLIC + e
DPR
Dimana :
DPR :
Deviden Payout Ratio yang diukur melalui perbandingan
deviden perlembar saham dengan earning perlembar saham.
CP
: Posisi kas yang merupakan ratio kas akhir tahun dengan,
earning after tax.
PR
: Profitability yaitu ukuran return on assets yang merupakan
perbandingan antara earning tax dengan total assets.
GP
: Potensi Pertumbuhan emiten yang diukur dengan ratio selisih
total assets pada tahun t dengan total t-1 terhadap total assets
pada t-1.
Size
: Ukuran perusahaan yang ditentukan melalui log naturaldari total
assets (Ln TA) tiap tahun.
58
PUBLIC : Kepemilikan Minoritas
Adapun dan masing-masing adalah konstanta dan koefisisen regresi,
sedangkan e adalah error term atau faktor-faktor diluar variabel yang tidak
dimasukan sebagai variabel model diatas.
3.7. Pengujian Signifikansi Parameter Individual
Pengujian ini dimaksudkan untuk melihat apakah secara individu
variabel bebas mempunyai pengaruh terhadap variabel tidak bebas dengan
asumsi variabel bebas lainnya konstan dan dengan alfa (a) 5%.
Pengujiannya dilakukan sebagai berikut :
a. Bila alfa ( ) < 5% maka variabel bebas secara individu berpengaruh
signifikan terhadap variabel tidak bebas.
b. Bila alfa ( ) > 5% maka variabel bebas secara individu berpengaruh
tidak signifikan terhadap variabel tidak bebas.
3.8. Pengujian Signifikansi Parameter Simultan
Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah variabel bebas
secara bersama-sama mempunyai pengaruh terhadap variabel tidak bebas
dan alfa ( ) 5% pengujian dilakukan sebagai berikut :
a. Bila alfa (a) < 5% maka variabel bebas secara bersama-sama
berpengaruh signifikan terhadap variabel tidak bebas.
b.
Bila alfa (a) > 5% maka variabel bebas secara bersama-sama
berpengaruh tidak signifikan terhadap variabel tidak bebas.
59
3.9. Pengujian Koefsien Determinasi (R2)
Pengujian Koefisien determinasi dilakukan dengan tujuan untuk
menggambarkan sampai seberapa jauh variabel-variabel bebas (independen)
yang digunakan dalam persamaan regresi mampu menjelaskan terhadap
variabel (dependen). Dari penelitian ini R2 menunjukan bahwa variabel
independen kemungkinan dapat menjelaskan bahwa perubahan naik
turunnya variabel dependen, dan merupakan pengaruh dari variabel
independen diluar variabel yang dipakai dalam model regresi yang turut
berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan Deviden Payout Ratio
(DPR).
Nilai koefisien determinasi menunjukkan persentase variasi nilai
variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh persamaan regresi yang
dihasilkan. Koefisien determinasi (r2) adalah presentasi nilai Y (variabel
dependen) yang dapat dijelaskan oleh garis regresi. Dalam konteks regresi,
koefisien determinasi (r) merupakan ukuran yang lebih bermakna
dibandingkan koefisien korelasi (r), karena koefisien determinasi mampu
memberikan informasi mengenai variasi nilai variabel dependen yang dapat
dijelaskan oleh model regresi yang digunakan. Sedangkan koefisien korelasi
hanya merupakan ukuran mengenai derajat (keeratan) hubungan (degree
ofas.sociation) antara dua variabel.
Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bias
terhadap jumlah variabel independen yang dimasukan kedalam model.
Setiap tambahan satu variabel independen, maka R2 pasti meningkat tidak
60
perduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap
variabel dependen. Oleh karena itu banyak peneliti menganjurkan untuk
menggunakan nilai Adjusted R2 pada saat mengevaluasi mana model
regresi terbaik. Tidak seperti R2, nilai Adjusted R2 dapat naik atau turun
apabila satu variabel independen ditambahkan kedalam model.
Dalam kenyataan nilai Adjusted R2 dapat bernilai negatif, walaupun
yang dikehendaki harus bernilai positif. Menurut Gujarati (2003) jika dalam
uji empiris didapat nilai adjusted R2 negatif, maka nilai adjusted R2
dianggap bernilai nol. Secara matematis jika nilai R2 = 1, maka Adjusted R2
= R2 = 1 sedangkan jika nilai R2 = 0, maka adjusted R2 = (1-k)/(n-k). jika k
> 1, maka adjusted R2 akan bernilai negatif.
61
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Variabel Penelitian
a. Cash Position
Rata-rata Cash Position atau posisi kas dari suatu perusahaan tahun
2006 hingga tahun 2008 untuk perusahaan yang menjadi sampel
penelitian ini berkisar antara -1,1370 sampai dengan 25,214 dengan
rata-rata keseluruhan sebesar 2,085. Cash Position terendah dialami
oleh Bank Central Asia tahun 2007, sedangkan tertinggi dialami oleh
Kalbe Farma tahun 2006.
b. Profitability (ROA)
Rata-rata Profitability (ROA) atau tingkat keuntungan bersih yang
diraih perusahaan dari tahun 2006 hingga tahun 2008 untuk perusahaan
yang menjadi sampel penelitian ini berkisar antara -0,1730 sampai
dengan 1,161 dengan rata-rata keseluruhan sebesar 0,083. Profitability
(ROA) terendah dialami oleh PT. INdofood Sukses Makmur tahun
2007, sedangkan tertinggi dialami oleh Ramayana Karya Lestari tahun
2007.
c. Growth Potential
Rata-rata Growth Potential atau potensi pertumbuhan perusahaan dari
tahun 2006 hingga tahun 2008 untuk perusahaan yang menjadi sampel
penelitian ini berkisar antara -0,730 sampai dengan 0,543 dengan rata-
62
rata keseluruhan sebesar 0,0905. Growth Potential terendah dialami
oleh PT. Astra International tahun 2006, sedangkan tertinggi dialami
oleh Astra International tahun 2007.
d. Kepemilikan Saham (PUBLIC)
Rata-rata Kepemilikan Saham (PUBLIC) atau jumlah saham yang
dimiliki oleh public dari tahun 2006 hingga tahun 2008 untuk
perusahaan yang menjadi sampel penelitian ini berkisar antara 0,0071
sampai dengan 0, 8279 dengan rata-rata keseluruhan sebesar 0,146.
Kepemilikan Saham (PUBLIC) terendah dialami oleh PT. Bentoel
International tahun 2007, sedangkan tertinggi dialami oleh Kalbe Farma
tahun 2008.
e. Size Perusahaan
Rata-rata Size Perusahaan atau simbol ukuran perusahaan dari tahun
2006 hingga tahun 2008 untuk perusahaan yang menjadi sampel
penelitian ini berkisar antara 11,390 sampai dengan 16,934 dengan ratarata keseluruhan sebesar 13,613. Size Perusahaan terendah dialami oleh
PT. Semen Gresik tahun 2006, sedangkan tertinggi dialami oleh PT.
Gudang Garam tahun 2008.
f.
Deviden Payout Ratio (DPR)
Rata-rata Deviden Payout Ratio (DPR) atau rasio deviden yang
dibagikan kepada para pemilik saham dari tahun 2006 hingga tahun
2008 untuk perusahaan yang menjadi sampel penelitian ini tertinggi
dialami oleh PT. Gudang Garam tahun 2008 yaitu sebesar 1,6060.
63
4.2. Pengujian Asumsi Klasik
Sebelum melakukan analisis regresi, terlebih dahulu dilakukan pengujian
asumsi klasik, yang secara keseluruhan asumsi klasik ada 11 asumsi
(Gujarati, 1995). Dalam penelitian ini hanya diuji tiga asumsi klasik yang
dianggap sangat penting, yang meliputi :
a.
Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai
distribusi normal ataukah tidak. Model regresi yang baik adalah
memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Untuk
menguji apakah distribusi data normal atau tidak, salah satu cara
termudah untuk melihat normalitas adalah melihat histogram yang
membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang
mendekati distribusi normal.
Namun demikian dengan hanya melihat histogram hal ini bisa
menyesatkan khususnya untuk jumlah sample yang kecil. Metode
yang lebih handal adalah dengan melihat Normal Probability Plot
yang membandingkan distribusi kumulatif dari data sesungguhnya
dengan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal
akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan ploting data akan
dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data adalah
normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan
mengikuti garis diagonalnya. (Imam Ghozali, 2001)
64
Berdasarkan hasil pengujian SPSS pada lampiran 2, Normal
Probability Plot yang terbentuk adalah sebagai berikut :
Normal P-P Plot of Regression Standardize Dependent Variable: DPR
1, 0
,8
Expected Cum Prob
,5
,3
0, 0
0, 0
,3
,5
,8
1, 0
Observed Cum Prob
Jika dilihat berdasarkan grafik di atas, maka data dari semua
data berdistribusi normal. Hal ini karena semua data menyebar
mengikuti garis Normalitas.
Sedangkan hasil pengujian normalitas dengan uji Kolmogorov
Smirnov adalah sebagai berikut :
Tabel 4.1
Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
N
Normal Parameters a,b
Most Extreme
Differences
Mean
Std. Deviation
Absolute
Positive
Negative
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
CP
78
ROA
78
Growth
78
public
78
Size
78
DPR
78
2,085
3,754
,231
,231
-,228
1,043
,273
,083
,169
,167
,167
-,121
,473
,261
,090
,183
,101
,063
-,101
,894
,401
,146
,181
,283
,283
-,220
1,500
,451
13,61
1,187
,105
,105
-,054
,926
,358
,284
,283
,158
,143
-,158
,398
,405
65
Berdasarkan tabel 4.1 terlihat bahwa nilai signifikansi seluruh
variabel yang digunakan melebihi angka 0,05 sehingga dapat
disimpulkan bahwa seluruh variabel berdistribusi normal.
b.
Uji Multikolinieritas
Menurut Sritua Arif (1993 ; 23) multikolinearitas ialah situasi
adanya korelasi variabel-variabel bebas (konfirmatori) diantara satu
dengan lainnya. Dalam hal itu disebut variabel-variabel bebas tidak
ortogonal. Variabel-variabel bebas yang bersifat ortogonal adalah
variabel bebas yang nilai korelasi diantara sesamanya sama dengan
nol. Jika korelasi yang sempurna diantara sesama variabel bebas
sehingga nilai koefisien korelasi diantara sesama variabel bebas ini
sama dengan satu, maka konsekuensinya :
Koefisien-koefisien regresi menjadi tidak dapat ditaksir.
Nilai standart error setiap koefisien regresi menjadi tak terhingga.
Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel
bebas/independen.
Ada tidaknya multikolinearitas dapat dilihat dari adanya
kolinearitas sempurna diantara xi koefisien regresinya tak tentu dan
kesalahan standarnya tak terhingga. Jika kolinearitasnya tinggi tetapi
tidak sempurna, penaksir koefisien regresi adalah mungkin, tetapi
kesalahan standarnya cenderung besar. Sebagai hasilnya, nilai
populasi dari koefisien tidak dapat ditaksir tepat (Gujarati 2002;172).
66
Meskipun tidak ada metode yang pasti dalam mendeteksi kolinearitas,
namun ada beberapa indikator untuk mendeteksi hal tersebut, antara
lain;
1) Tanda yang paling jelas dari multikolinearitas adalah koefisien R2
sangat tinggi tetapi tidak ada satupun koefisien regresi penting
(signifikan) secara statistik atas dasar pengujian t yang
konvensional hal ini merupakan kasus yang ekstrim.
2) Dalam model yang meliputi dua variabel yang menjelaskan,
kolinearitas dapat dideteksi dengan memeriksa korelasi derajat nol
atau sederhana antara dua variabel apabila korelasi tinggi
penyebabnya adalah multikolinearitas, namun korelasi derajat nol
dapat menyesatkan dalam model yang meliputi lebih dari dua
variabel-variabel karena ada kemungkinan untuk mempunyai
korelasi derajat nol yang rendah dan ternyata mendapatkan
multikolinearitas tinggi, karena itu diperlukan korelasi parsial atau
metode lain.
3) Jika
R2
tinggi
korelasi
parsial
rendah,
multikolinearitas
merupakan satu kemungkinan. Jika R2 tinggi dan korelasi parsial
tinggi maka multikolinearitas tidak dapat terdeteksi
4) Oleh karena itu, analis mungkin meregres tiap variabel xi atas sisa
variabel x dalam model mengetahui koefisien determinasi yang
berhubungan dengan Ri2. Suatu Ri2 yang tinggi akan menguraikan
bahwa xi sangat berkorelasi dengan sisa variabel x. Jadi analis bisa
67
mengeluarkan xi dari model, asalkan hal itu tidak membawa ke
bias spesifikasi yang serius
5) Sedangkan menurut Imam Ghozali (2004;63) multikolinearitas
dapat juga dilihat dari nilai Tolerance dan lawannya Variance
Inflation Factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap
variabel bebas manakah yang dijelaskan oleh variabel bebas
lainnya. Dalam pengertian sederhana setiap variabel bebas
menjadi variabel terikat dan diregres terhadap variabel bebas
lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel bebas yang
terpilih yang tidak dapat dijelaskan oleh variabel bebas lainnya.
Jadi nilai tolerance rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena
VIF = 1/tolerance) dan menunjukkan adanya kolinearitas yang
tinggi. Nilai cut off yang umum dipakai adalah nilai tolerance 0,10
atau sama dengan nilai VIF di atas 10. Setiap analis harus
menentukan tingkat kolinearitas yang masih dapat ditolerir.
Ringkasan hasil output SPSS ditunjukkan dalam tabel di bawah ini :
Tabel 4.2
Hasil Uji Multikolinieritas
Variabel
Cash position
Profitability-ROA
Growth potential
Kepemilikan Saham (PUBLIC)
Size perusahaan
Nilai Tolerance
0,959
0,893
0,978
0,866
0,964
Nilai VIF
1,042
1,120
1,023
1,155
1,037
Terlihat untuk kelima variabel bebas/independen, angka
VIF ada di sekitar angka 1 atau tidak ada satu pun variabel
bebas/independen yang memilik besaran VIF lebih dari 1. Selain
68
itu nilai Tolerance untuk kelima variabel bebas/independen juga
semuanya mendekati angka 1. Sehingga dapat disimpulkan tidak
terjadi adanya multikolinieritas antar variabel bebas/independen
dalam model regresi ini.
c.
Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu
model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu
pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya)
(Ghozali, 2004;67). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada
problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi
yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain.
Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu)
tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Hal ini
sering ditemukan pada data runtut waktu atau time series karena
“gangguan” pada seseorang individu/kelompok cenderung
mempengaruhi “gangguan” pada individu/kelompok yang sama
pada periode berikutnya.
Sedangkan menurut Damodar Gujarati (2002;182) satu
asumsi penting dari model regresi linear klasik adalah bahwa
kesalahan atau pengganggu ui yang masuk ke dalam fungsi
regresif populasi adalah random atau tak berkorelasi. Jika
asumsi ini dilanggar, maka analis akan mempunyai problem
serial korelasi atau autokorelasi.
69
Autokorelasi dapat timbul karena berbagai alasan. Sebagai
contoh adalah inersia atau kelambanan dari sebagian besar
deretan waktu ekonomi, bias spesifikasi yang diakibatkan oleh
tidak dimasukkannya beberapa variabel yang relevan dari model
atau karena menggunakan bentuk fungsi yang tidak benar,
fenomena
Cobweb,
tidak
dimasukkannya
variabel
yang
ketinggalan (lagged), dan manipulasi data.
Autokorelasi didefinisikan sebagai korelasi antara anggota
serangkaian observasinya yang diurutkan menurut waktu
(seperti dalam data time series) atau ruang (seperti dalam data
cross sectional).
Dengan adanya autokorelasi diantara error term terhadap
penaksiran regresi maka meskipun penaksir OLS tetap tak bias
dan konsisten dengan adanya autokorelasi, penaksir tidak lagi
efisien. Sebagai hasilnya, pengujian arti (significance) t dan F
tidak dapat diterapkan secara sah, dan koefisien determinasi (R2)
menjadi lebih tinggi dari yang seharusnya. (Gujarati, 2002;223)
Autokorelasi pada model regresi artinya ada korelasi antar
anggota sampel yang diurutkan berdasarkan waktu saling
berkorelasi. Untuk mengetahui adanya autokorelasi dalam suatu
model regresi dilakukan melalui pengujian terhadap nilai uji
Durbin Watson (Uji DW). Dengan ketentuan sebagai berikut
(Algifari, 1997 ) :
Kurang dari 1,10
= Ada autokorelasi
70
1,10
s/d
1,54 = Tanpa kesimpulan
1,55
s/d
2,46 = Tidak ada autokorelasi
2,46
s/d
2,90 = Tanpa kesimpulan
Lebih dari
2,91 = Ada autokorelasi
Menurut Singgih Santoso (2000;125) jika angka Durbin
Watson berkisar antara –2 sampai dengan +2 maka koefisien
regresi bebas dari gangguan autokorelasi sedangkan jika angka
DW dibawah –2 berarti terdapat autokorelasi positif dan jika
angka DW diatas +2 berarti terdapat autokorelasi negatif.
Dari output di atas nilai Durbin-Watson (D-W) adalah
sebesar 1,955, dan terletak pada rentang 1,55 s/d 2,46 yang
berarti tidak adanya autokorelasi. Selain itu juga angka D-W di
antara – 2 sampai + 2, maka dapat dinyatakan dalam model
regresi ini tidak terjadi adanya autokorelasi.
d.
Uji Heteroskedastisitas
Uji ini bertujuan menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan
ke pengamatan yang lain. Jika variance residual suatu
pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut
homokedastisitas, dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas.
Model
regresi
yang
baik
adalah
tidak
terjadi
adanya
heteroskedastisitas. Cara mendeteksinya adalah dengan melihat
grafik scatterplot.pada output yang dihasilkan Jika titik-titik
membentuk suatu pola tertentu, maka hal ini mengindikasikan
71
terjadinya heteroskedastisitas, tetapi apabila titik-titik pada
grafik scatterplot menyebar di atas dan di bawah angka o, maka
hal ini mengindikasikan tidak terjadinya heteroskedastisitas.
Scatterplot
Dependent Variable: DPR
5
4
3
2
1
0
-1
-2
-3
-2
-1
0
1
2
3
4
5
Regression Standardized Predicted Value
Dari grafik scatterplot, terlihat titik-titik menyebar secara
acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada
sumbu y. Dari pengamatan pada grafik di atas maka disimpulkan
bahwa dalam model regresi ini tidak terjadi heteroskedastisitas,
sehingga model regresi layak dipakai untuk memprediksi
Deviden Payout Ratio (DPR) berdasarkan masukan cash
potition (CP)-x1, profitability (ROA)-x2, growth potential (GP)x3, Kepemilikan Saham (PUBLIC)-x4 dan size perusahaan-x5.
Sedangkan hasil pengujian heteroskesdastisitas dengan uji
Gletsjer adalah sebagai berikut :
72
Tabel 4.3
Hasil Uji Gletsjer
a
Coefficients
Model
1
(Constant)
CP
ROA
Growth
public
Size
Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
1,474
,653
,022
,017
,164
,456
,624
,693
-,592
,368
-,051
,048
Standardized
Coefficients
Beta
,151
,047
,116
-,192
-,124
t
2,257
1,253
,358
,901
-1,609
-1,057
Sig.
,027
,214
,721
,371
,112
,294
a. Dependent Variable: ABS_RES
Berdasarkan tabel 4.3 terlihat bahwa nilai signifikansi
seluruh variabel bebas dengan nilai absolut residual lebih besar
dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan dalam uji regresi ini tidak
terdapat heteroskesdastisitas.
4.3. Persamaan Regresi Linier Berganda
Analisis Regresi Berganda (multiple regression method) digunakan
untuk mengetahui besarnya pengaruh dari variabel bebas/ berganda, yang
meliputi cash potition (CP)-x1, profitability (ROA)-x2, growth potential
(GP)-x3, Kepemilikan Saham (PUBLIC)-x4 dan size perusahaan-x5
terhadap variabel terikat/dependen yaitu Deviden Payout Ratio (DPR)
Perusahaan Manufaktur 2006 – 2008. Adapun hasil ringkasan dari uji
regresi dapat dilihat dalam tabel berikut ini :
73
Variabel
Tabel 4.4
Ringkasan Hasil Estimasi Regresi
Keputusan Pembelian : f (X1, X2, X3, X4)
Koefisien t-rasio
Konstanta
X1 (cash position)
X2 (profitability-ROA)
X3 (growth potential)
X4 (Kepemilikan Saham (PUBLIC))
X5 (size perusahaan)
F
R2
N
Sumber : data primer yang diolah
-0,732
-2,088
0,017
2,135
0,450
2,416
0,115
0,701
-0,260
-1,469
0,071
2,792
3,751 (P-value = 0,000)
0,207
78
Tingkat
Signifikan
(P-value)
0,040
0,036
0,018
0,486
0,146
0,007
Berdasarkan tabel di atas model regresi yang terjadi adalah :
Y = -0,732 + 0,017X1 + 0,450X2 + 0,115X3 - 0,260X4 +0,071X5
Berdasarkan persamaan tersebut dapat terlihat bahwa pengaruh
terbesar terhadap Deviden Payout Ratio (DPR) diberikan oleh ROA
yaitu sebesar 0,450. Kemudian dilanjutkan oleh variabel Kepemilikan
Saham (PUBLIC) sebesar 0,260, variabel growth potential sebesar
0,115, variabel size perusahaan sebesar 0,071. Sedangkan pengaruh
terkecil diberikan oleh variabel cash potition (CP) yaitu sebesar 0,017.
Variabel cash position, profitability (ROA), dan growth potential dan
size perusahaan memberikan pengaruh positif terhadap Deviden
Payout Ratio (DPR), artinya jika keempat variabel tersebut meningkat
maka mengakibatkan Deviden Payout Ratio (DPR) juga meningkat.
Sedangkan variabel Kepemilikan Saham (PUBLIC) memberikan
pengaruh yang negatif terhadap Deviden Payout Ratio (DPR), artinya
jika Kepemilikan Saham (PUBLIC) meningkat maka mengakibatkan
Deviden Payout Ratio (DPR) menurun.
74
4.4. Pengujian Hipotesis secara Parsial
Untuk menguji signifikan tidaknya setiap koefisien regresi secara
individual digunakan uji t dua sisi (Two-tailed Test). Derajad kepercayaan
yang digunakan adalah 95% (tingkat signifikansi = 5%) dengan degree of
freedom df = n – k.
Koefisien regresi secara individual dikatakan signifikan bila nilai t
hitung yang diperoleh lebih besar dari t tabel dengan menggunakan taraf
signifikansi ( ) = 5%, maka Ho ditolak, dan Ha diterima, artinya ada
pengaruh yang signifikan antara variabel independen (variabel x) terhadap
variabel dependen (variabel y).
Sebaliknya koefisien regresi secara individual tidak signifikan apabila
nilai t hitung lebih kecil daripada nilai t tabel dengan taraf signifikansi 5%,
maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya tidak ada pengaruh yang
signifikan antara variabel independen (variabel x) terhadap variabel
dependen (variabel y).
(1) Pengujian hipotesis variabel cash potition
Pengaruh variabel cash potition terhadap variabel Deviden
Payout Ratio (DPR) (y) dapat diketahui dengan melakukan pengujian
atas hipotesis yang ditetapkan. Adapun hipotesis yang ditetapkan
adalah sebagai berikut :
H1 :
Arus kas mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap
Deviden Payout Ratio.
75
Berdasarkan perhitungan regresi diperoleh t hitung sebesar
2,135 dengan menggunakan derajad kepercayaan 95% (tingkat
signifikansi = 5%) dengan degree of freedom df = n – k; df = 78 – 5
= 73, diperoleh t tabel 1,9955. Karena nilai t hitung yang diperoleh
lebih besar dari -t tabel dengan taraf signifikansi
= 5%, maka H1
diterima, artinya ada pengaruh yang signifikan antara variabel cash
potition -x1 terhadap variabel Deviden Payout Ratio (DPR).
Alternatif lain untuk pengujian t-test adalah dengan melihat
tingkat signifikansi pada hasil output analisis regresi yang dilakukan
menggunakan software SPSS. Jika tingkat signifkansi (Sig t) lebih
kecil dari 0,05, maka H1 diterima artinya ada pengaruh yang
signifikan antara variabel cash potition -x1 terhadap variabel Deviden
Payout Ratio (DPR).
Berdasarkan perhitungan regresi diperoleh nilai signifikansi
(Sig-t) sebesar 0,036. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat signifikansi
(Sig-t) yang diperoleh lebih kecil dari α = 5%, sehingga dapat
disimpulkan bahwa H1 diterima, artinya tidak ada pengaruh yang
signifikan antara variabel cash potition -x1 terhadap variabel Deviden
Payout Ratio (DPR).
Hasil ini memberikan arti bahwa cash position atau rasio kas
akhir tahun dengan Earning After Tax secara individu (parsial) dapat
menentukan besar kecilnya rasio deviden yang dibagikan kepada
pemegang saham. Dengan demikian para investor tidak dapat
76
menjadikan variabel ini sebagai pertimbangan tunggal dalam
menentukan investasinya.
Adapun grafik wilayah penerimaan uji t dari hasil uji regresi
yang dilakukan adalah sebagai berikut :
Daerah Penerimaan
H1
Daerah Penolakan
H1
+ 1,9955
2,135
Berpengaruhnya cash position secara parsial (individu) terhadap
deviden payout ratio menandakan bahwa perusahaan manufaktur
dalam membagikan devidennya terhadap investor dapat diprediksi
oleh kondisi kas perusahaan tersebut. Pada kondisi keuangan kas yang
besar dimana kas tersebut dapat digunakan untuk aktivitas perusahaan
sehingga dapat menghasilkan deviden yang besar pula.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Surasni (1998) dimana pada penelitian yang dilakukan
oleh peneliti terdahulu tersebut disimpulkan bahwa cash rasio atau
cash position berpengaruh terhadap Deviden Per Share. Kesesuaian
pendapat tersebut karena terdapat kesamaan antara pengertian Deviden
Per Share dengan Deviden Payout Ratio, sehingga dapat
77
dikatakan juga bahwa penelitian yang dilakukan Surasni (1998)
mendukung hasil penelitian tentang variabel ini.
(2) Pengujian hipotesis variabel profitability (ROA)
Pengaruh variabel profitability (ROA) terhadap variabel Deviden
Payout Ratio (DPR) (y) dapat diketahui dengan melakukan pengujian
atas hipotesis yang ditetapkan. Adapun hipotesis yang ditetapkan
adalah sebagai berikut :
H2 :
Profitabilitas (ROA) mempunyai pengaruh positif yang
signifikan terhadap Deviden Payout Ratio.
Berdasarkan perhitungan regresi diperoleh t hitung sebesar
2,416 dengan menggunakan derajad kepercayaan 95% (tingkat
signifikansi α = 5%) dengan degree of freedom df = n – k; df = 78 – 5
= 73, diperoleh t tabel 1,9955. Karena nilai t hitung yang diperoleh
lebih besar dari t tabel dengan taraf signifikansi α = 5%, H2 diterima,
artinya ada pengaruh yang signifikan variabel profitability (ROA)
terhadap variabel Deviden Payout Ratio (DPR).
Alternatif lain untuk pengujian t-test adalah dengan melihat
tingkat signifikansi pada hasil output analisis regresi yang dilakukan
menggunakan software SPSS. Jika tingkat signifkansi (Sig t) lebih
kecil dari 0,05, maka H2 diterima, artinya ada pengaruh yang
signifikan antara variabel profitability (ROA) terhadap variabel
Deviden Payout Ratio (DPR).
78
Berdasarkan perhitungan regresi diperoleh nilai signifikansi
(Sig-t) sebesar 0,018 Hal ini menunjukkan bahwa tingkat signifikansi
(Sig-t) yang diperoleh lebih kecil dari α = 5%, sehingga dapat
disimpulkan bahwa H2 diterima, artinya ada pengaruh yang signifikan
antara variabel profitability (ROA) terhadap variabel Deviden Payout
Ratio (DPR).
Hasil ini memberikan arti bahwa profitability–ROA atau tingkat
keuntungan yang diraih perusahaan secara individu (parsial) dapat
menentukan besar kecilnya rasio deviden yang dibagikan kepada
pemegang saham. Dengan demikian para investor tidak dapat
menjadikan variabel ini sebagai pertimbangan tunggal dalam
menentukan investasinya.
Adapun grafik wilayah penerimaan uji t dari hasil uji regresi
yang dilakukan adalah sebagai berikut :
Daerah Penerimaan
H2
Daerah Penolakan
H2
+ 1,9955
2,416
Secara parsial ROA berpengaruh terhadap deviden payout ratio.
Hal ini menandakan bahwa pada tingkat profitabilitas yang tinggi
dapat menentukan besarnya deviden yang akan diterima oleh investor.
79
Perusahaan yang menjadi sampel lebih banyak menggunakan
profitabilitas yang diperolehnya untuk keperluan pembagian deviden
terhadap investor.
Hasil penelitian ini didukung oleh pendapat Bambang Riyanto
(1998) yang mengatakan bahwa Deviden Payout Ratio dipengaruhi
oleh posisi likuiditas. Sedangkan dalam sebuah sebuah perusahaan,
posisi likuiditas sangat tergantung terhadap profitability, sehingga
dapat juga diartikan bahwa Deviden Payout Ratio juga sangat
dipengaruhi oleh profitability. Selain itu juga hasil penelitian ini
didukung oleh penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Chang dan
Rhee (1990). Dalam penelitian terdahulu tersebut disimpulkan bahwa
rasio pembayaran deviden dipengaruhi oleh profitability.
(3) Pengujian hipotesis variabel growth potential
Pengaruh variabel growth potential terhadap variabel Deviden
Payout Ratio (DPR) (y) dapat diketahui dengan melakukan pengujian
atas hipotesis yang ditetapkan. Adapun hipotesis yang ditetapkan
adalah sebagai berikut :
H3 :
Potensi Pertumbuhan Emiten mempunyai pengaruh negatif
yang signifikan terhadap Deviden Payout Ratio.
Berdasarkan perhitungan regresi diperoleh t hitung sebesar
0,701 dengan menggunakan derajad kepercayaan 95% (tingkat
signifikansi α = 5%) dengan degree of freedom df = n – k ; df = 78 – 5
= 73, diperoleh t tabel 1,9955. Karena nilai t hitung yang diperoleh
80
lebih kecil dari t tabel dengan taraf signifikansi α = 5%, maka H3
ditolak, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan variabel growth
potential terhadap variabel Deviden Payout Ratio (DPR).
Alternatif lain untuk pengujian t-test adalah dengan melihat
tingkat signifikansi pada hasil output analisis regresi yang dilakukan
menggunakan software SPSS. Jika tingkat signifkansi (Sig t) lebih
kecil dari 0,05, maka H3 diterima artinya ada pengaruh yang
signifikan antara variabel growth potential terhadap variabel Deviden
Payout Ratio (DPR).
Berdasarkan perhitungan regresi diperoleh nilai signifikansi
(Sig-t) sebesar 0,486. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat signifikansi
(Sig-t) yang diperoleh lebih besar dari α = 5%, sehingga dapat
disimpulkan bahwa H3 diterima, artinya ada pengaruh yang signifikan
antara variabel growth potential-x3 terhadap variabel Deviden Payout
Ratio (DPR).
Adapun grafik wilayah penerimaan uji t dari hasil uji regresi
yang dilakukan adalah sebagai berikut :
Daerah Penerimaan
H3
Daerah Penolakan
H3
0,701
+ 1,9955
81
Variabel Growth Potential secara parsial tidak berpengaruh
terhadap Dividend Payout Ratio. Hal ini berarti bahwa besarnya
ukuran perusahaan tidak menjamin besarnya dividen yang akan
dibagikan. Demikian pula sebaliknya, perusahaan dengan skala kecil
belum tentu menghasilkan dividen yang kecil pula. Hasil penelitian
yang menyimpulkan tidak berpengaruhnya Growth Potential terhadap
Dividend Payout Ratio didukung oleh penelitian Sri Sudarsi (2002)
dan Atika Jauhari Hatta (2003).
Hasil ini memberikan arti bahwa growth potential atau potensi
pertumbuhan industri secara individu (parsial) tidak dapat menentukan
besar kecilnya rasio deviden yang dibagikan kepada pemegang saham.
Dengan demikian para investor tidak dapat menjadikan variabel ini
sebagai pertimbangan tunggal dalam menentukan investasinya.
(4)
Pengujian hipotesis variabel Kepemilikan Saham (PUBLIC)
Pengaruh variabel Kepemilikan Saham (PUBLIC) terhadap
variabel Deviden Payout Ratio (DPR) (y) dapat diketahui dengan
melakukan pengujian atas hipotesis yang ditetapkan. Adapun hipotesis
yang ditetapkan adalah sebagai berikut :
H4 :
Kepemilikan Minoritas berpengaruh negatif yang signifikan
terhadap Deviden Payout Ratio.
82
Berdasarkan perhitungan regresi diperoleh t hitung sebesar 1,469 dengan menggunakan derajad kepercayaan 95% (tingkat
signifikansi α = 5%) dengan degree of freedom df = n – k ; df = 78 – 5
= 63, diperoleh t tabel 1,9955. Karena nilai t hitung yang diperoleh
lebih kecil dari t tabel dengan taraf signifikansi α = 5%, maka H4
ditolak, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan variabel
Kepemilikan Saham (PUBLIC) terhadap variabel Deviden Payout
Ratio (DPR).
Alternatif lain untuk pengujian t-test adalah dengan melihat
tingkat signifikansi pada hasil output analisis regresi yang dilakukan
menggunakan software SPSS. Jika tingkat signifkansi (Sig t) lebih
kecil dari 0,05, maka H4 diterima artinya ada pengaruh yang
signifikan antara variabel Kepemilikan Saham (PUBLIC)-x4 terhadap
variabel Deviden Payout Ratio (DPR).
Berdasarkan perhitungan regresi diperoleh nilai signifikansi
(Sig-t) sebesar 0,146 Hal ini menunjukkan bahwa tingkat signifikansi
(Sig-t) yang diperoleh lebih besar dari α = 5%, sehingga dapat
disimpulkan bahwa H4 ditolak, artinya tidak ada pengaruh yang
signifikan antara variabel Kepemilikan Saham (PUBLIC) terhadap
variabel Deviden Payout Ratio (DPR).
Hasil ini memberikan arti bahwa Kepemilikan Saham (PUBLIC)
atau perbandingan total hutang dengan ekuitas secara individu (parsial)
tidak dapat menentukan besar kecilnya rasio deviden yang
83
dibagikan kepada pemegang saham. Dengan demikian para investor
tidak dapat menjadikan variabel ini sebagai pertimbangan tunggal
dalam menentukan investasinya.
Adapun grafik wilayah penerimaan uji t dari hasil uji regresi
yang dilakukan adalah sebagai berikut :
Daerah Penerimaan
H
Daerah Penolakan
4
H4
- 1,9955
-1,469
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Surasni (1998) dimana pada penelitian yang dilakukan
oleh peneliti terdahulu tersebut disimpulkan bahwa Kepemilikan
Saham (PUBLIC) tidak berpengaruh terhadap Deviden Per Share. Hal
ini disebabkan adanya Kepemilikan Saham (PUBLIC) yang besar
tidak dapat menjamin nilai deviden yang dibagikan kepada investor.
Sebaliknya semakin besar nilai Kepemilikan Saham (PUBLIC)
menandakan semakin banyak modal yang diperoleh perusahaan
sehingga lebih dapat mendapatkan modal usaha yang lebih besar.
(5) Pengujian hipotesis variabel size perusahaan
Pengaruh variabel size perusahaan terhadap variabel Deviden
Payout Ratio (DPR) (y) dapat diketahui dengan melakukan pengujian
84
atas hipotesis yang ditetapkan. Adapun hipotesis yang ditetapkan
adalah sebagai berikut :
H5 :
Ukuran Perusahaan mempunyai pengaruh negatif yang
sinifikan terhadap Deviden Payout Ratio.
Berdasarkan perhitungan regresi diperoleh t hitung sebesar
2,792 dengan menggunakan derajad kepercayaan 95% (tingkat
signifikansi α = 5%) dengan degree of freedom df = n – k ; df = 78 – 5
= 73, diperoleh t tabel 1,9955. Karena nilai t hitung yang diperoleh
lebih besar dari t tabel dengan taraf signifikansi α = 5%, maka H5
ditolak, artinya ada pengaruh yang signifikan antara variabel size
perusahaan terhadap variabel Deviden Payout Ratio (DPR).
Alternatif lain untuk pengujian t-test adalah dengan melihat
tingkat signifikansi pada hasil output analisis regresi yang dilakukan
menggunakan software SPSS. Jika tingkat signifkansi (Sig t) lebih
kecil dari 0,05, maka H5 diterima, artinya ada pengaruh yang
signifikan antara variabel size perusahaan-x5 terhadap variabel
Deviden Payout Ratio (DPR).
Berdasarkan perhitungan regresi diperoleh nilai signifikansi
(Sig-t) sebesar 0,007 Hal ini menunjukkan bahwa tingkat signifikansi
(Sig-t) yang diperoleh lebih kecil dari α = 5%, sehingga dapat
disimpulkan bahwa H5 diterima, artinya ada pengaruh yang signifikan
85
antara variabel size perusahaan-x5 terhadap variabel Deviden Payout
Ratio (DPR).
Hasil ini memberikan arti bahwa size perusahaan atau simbol
ukuran perusahaan secara individu (parsial) dapat menentukan besar
kecilnya rasio deviden yang dibagikan kepada pemegang saham.
Dengan demikian para investor dapat menjadikan variabel ini sebagai
pertimbangan tunggal dalam menentukan investasinya.
Adapun grafik wilayah penerimaan uji t dari hasil uji regresi
yang dilakukan adalah sebagai berikut :
Daerah Penerimaan
H5
Daerah Penolakan
H5
+ 1,9955
2,792
Hasil penelitian ini didukung penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Chang dan Rhee (1990) dimana pada penelitian yang
dilakukan oleh peneliti terdahulu tersebut disimpulkan bahwa firm size
atau size perusahaan berpengaruh terhadap Deviden Payout Ratio.
4.5. Pengujian Signifikansi Secara Simultan
Pengujian secara simultan tentang faktor-faktor yang mempunyai
pengaruh secara bersama-sama terhadap Deviden Payout Ratio (DPR)
86
adalah menggunakan uji F (F-test). Berdasarkan perhitungan regresi
diperoleh F-hitung sebesar 6,502 dengan menggunakan derajad kepercayaan
95% (tingkat signifikansi
= 5%) dengan degree of freedom df = n – k –1;
df = 78 - 5 – 1 = 72, diperoleh F tabel
3,751. Karena nilai F hitung yang
diperoleh lebih besar dari F tabel dengan taraf signifikansi
= 5%, artinya
secara serempak ada pengaruh yang signifikan dari variabel cash potition
(CP), profitability (ROA), growth potential (GP), Kepemilikan Saham
(PUBLIC) dan size perusahaan terhadap variabel Deviden Payout Ratio
(DPR).
Alternatif lain untuk pengujian F-test adalah dengan melihat tingkat
signifikansi pada hasil output analisis regresi yang dilakukan menggunakan
software SPSS. Jika tingkat signifkansi (Sig F) lebih kecil dari 0,05, artinya
secara serempak ada pengaruh yang signifikan dari variabel cash potition
(CP), profitability (ROA), growth potential (GP), Kepemilikan Saham
(PUBLIC) dan size perusahaan terhadap variabel Deviden Payout Ratio
(DPR).
Berdasarkan perhitungan regresi diperoleh nilai signifikansi (Sig-F)
sebesar 0,004. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat signifikansi (Sig-F) yang
diperoleh lebih kecil dari = 5%, sehingga dapat disimpulkan bahwa ecara
serempak ada pengaruh yang signifikan dari variabel cash potition (CP),
profitability (ROA), growth potential (GP), Kepemilikan Saham (PUBLIC)
dan size perusahaan terhadap variabel Deviden Payout Ratio (DPR).
87
Hasil ini memberikan arti bahwa Deviden Payout Ratio (DPR) atau
rasio deviden yang dibagikan kepada para pemilik saham dipengaruhi oleh
cash potition (CP), profitability (ROA), growth potential (GP), Kepemilikan
Saham (PUBLIC) dan size perusahaan. Setiap perubahan yang terjadi pada
kelima variabel tersebut tentunya akan berkaibat berubahnya pula Deviden
Payout Ratio (DPR). Hasil ini dapat dijadikan pertimbangan oleh para
investor saham dalam menentukan modalnya untuk membeli saham, dimana
para investor dapat memilih perusahaan-perusahaan yang memiliki
profitability (ROA), growth potential (GP), Kepemilikan Saham (PUBLIC)
dan size perusahaan yang kuat sehingga tidak mengalami kerugian dalam
berinvestasi.
4.6. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien Determinasi (R²) digunakan untuk mengetahui prosentase
perubahan variabel tidak bebas (Y) yang disebabkan oleh variabel bebas
(X). Berdasarkan hasil uji regresi diperoleh nilai Koefisien Determinasi (R²)
sebesar 0,207 atau 20,7%. Hal ini mengandung arti bahwa besarnya
pengaruh yang diberikan oleh variabel cash potition (CP), profitability
(ROA), growth potential (GP), Kepemilikan Saham (PUBLIC) dan size
perusahaan secara simultan (bersama-sama) terhadap variabel Deviden
Payout Ratio (DPR) adalah sebesar 20,7%. Sedangkan sisanya yaitu 79,3%
88
merupakan pengaruh variabel lain selain variabel cash potition (CP),
profitability (ROA), growth potential (GP), Kepemilikan Saham (PUBLIC)
dan size perusahaan.
89
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
1.
Variabel cash potition -x1 dapat memberikan pengaruh terhadap
Deviden Payout Ratio (DPR). Hasil penelitian ini didukung oleh
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Surasni (1998).
2.
Variabel profitability –x2 dapat memberikan pengaruh terhadap Deviden
Payout Ratio (DPR). Hasil penelitian ini didukung oleh pendapat
Bambang Riyanto (1998) yang mengatakan bahwa Deviden Payout
Ratio dipengaruhi oleh posisi likuiditas. Sedangkan dalam sebuah
sebuah perusahaan, posisi likuiditas sangat tergantung terhadap
profitability, sehingga dapat juga diartikan bahwa Deviden Payout Ratio
juga sangat dipengaruhi oleh profitability.
3.
Variabel growt potential –x3 tidak dapat memberikan pengaruh terhadap
Deviden Payout Ratio (DPR). Hasil ini memberikan arti bahwa growth
potential atau potensi pertumbuhan industri secara individu (parsial)
tidak dapat menentukan besar kecilnya rasio deviden yang dibagikan
kepada pemegang saham. Dengan demikian para investor tidak dapat
menjadikan
variabel
ini
sebagai
pertimbangan
tunggal
dalam
menentukan investasiny
4.
Variabel Kepemilikan Saham (PUBLIC) –x4 tidak dapat memberikan
pengaruh terhadap Deviden Payout Ratio (DPR). Hasil ini memberikan
90
arti bahwa Kepemilikan Saham (PUBLIC) atau perbandingan total
hutang dengan ekuitas secara individu (parsial) tidak dapat menentukan
besar kecilnya rasio deviden yang dibagikan kepada pemegang saham.
5.
Variabel Size –x5 dapat memberikan pengaruh terhadap Deviden Payout
Ratio (DPR). Hasil ini memberikan arti bahwa size perusahaan atau
simbol ukuran perusahaan secara individu (parsial) dapat menentukan
besar kecilnya rasio deviden yang dibagikan kepada pemegang saham.
Dengan demikian para investor dapat menjadikan variabel ini sebagai
pertimbangan tunggal dalam menentukan investasinya.
6.
Terdapat Pengaruh variabel cash potition (CP)-x1, profitability (ROA)x2, growth potential (GP)-x3, debt to equity ratio (DER)-x4 dan size
perusahaan-x5 terhadap variabel Deviden Payout Ratio (DPR).
Besarnya pengaruh yang diberikan oleh kelima variabel tersebut adalah
sebesar 20,7%.
5.2. Keterbatasan Dan Implikasi
Dalam penelitian ini mengalami keterbatasan yang dapat menghambat
hasil penelitian sesuai dengan hipotesis yang diajukan oleh peneliti. Adapaun
keterbatasan tersebut adalah :
1. Jumlah sampel yang relatif kecil yaitu 78 perusahaan dan hanya
kelompok perusahaan yang selalu masuk dalam LQ-45 selama periode
penelitian
2. Selain jumlah sampel yang sulit didapatkan, peneliti juga mengalami
kesulitan dalam memperoleh data dalam rentang tahun yang lebih besar.
91
Pada penelitian ini peneliti hanya memperoleh rentang tahun sebanyak 3
tahun yaitu tahun 2006 hingga tahun 2008.
Setelah mengkaji hasil penelitian ini maka implikasi manajerial yang
dapat penulis ajukan adalah sebagai berikut:
1. Untuk para pengambil keputusan investasi saham dengan adanya
pengaruh dari berbagai variabel seperti pada kesimpulan di atas, maka
dalam mengambil keputusan untuk melakukan investasi sebaiknya
memperhatikan faktor-faktor yang menjadi variabel dalam penelitian ini
agar tidak terjadi kesalahan yang fatal dalam menentukan investasi.
2. Untuk para akademis, hal ini menjadi sebuah masukan tersendiri dimana
perlu dikaji kembali pengaruh variabel-variabel dalam penelitian ini
terhadap Deviden Payout Ratio (DPR) akan tetapi pada perusahaan yang
berbeda atau pada tahun yang berbeda sehingga dapat dijadikan pegangan
yang pasti untuk menentukan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
Deviden Payout Ratio (DPR).
92
DAFTAR PUSTAKA
Algifari. 1997. Statistika Induktif untuk Ekonomi dan Bisnis. Yogyakarta : UPP
AMP YKPN
Anoraga, Pandji dan Piji Pakarti, 2001. Pengantar Pasar Modal, Edisi Revisi,
Jakarta, Penerbit Rineka Cipta.
Atika
Jauhari Hatta, 2002, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan
Deviden : Investigasi pengaruh Teori Stakeholder
Atmaja, Soetrisno. 1994. Faktor yang penentu kebijakan pembayaran deviden
pada perusahaan yang go publik dibursa Efek Jakarta, Yogyakarta,
Gadjah Mad University Press.
Bringham, EF and Lc. Gapensi, 2000, Intermediate Financial Management, Fith
Edition, New York, The Drysden Press.
Cooper, D.R. dan Schilinder. 1995, Business Research Methods, Fifth Edition,
Illinois : Richard D. Irwin Inc. , 1995.
Ghozali, Imam. 2001. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.
BPFE UNDIP. Semarang
Gujarati, Damodar. 1995. Ekonometrika Dasar. Penerbit Erlangga, Jakarta.
Hadi Sutrisno. 2000. Statistik. Jilid 2. Cetakan Ketujuhbelas, Penerbit Andi Offset.
Yogyakarta
Husnan, S dan E, Pujiastuti, 1994, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Edisi
Pertama, UPP AMP YKPN, Yogyakarta.
Husnan, S, 1992, Manajemen Keuangan, Teori dan Penerapannya, Buku 1, edisi
12, Yogyakarta BPFE.
Husnan, S, 1998, Manajemen Keuangan, Keputusan Investasi dan Pembelanjaan
Edisi 2, Fakultas Ekonomi UGM Yogyakarta.
Lintner, Chang, Rp. And SG. Rhee, 1996, Taxes and Dividends : The Impact of
Personal taxes on Corporate Dividend Policy capital Structure
Dicions, Financial Management/Summer.p21-31.
Riyanto.
Bambang dan Indriantoro, 2002, Dasar-dasar Pembelanjaan
Perusahaan, Yayasan Badan Penerbit Gajah Mada, Yogyakarta
Santoso Singgih dan Tjiptono Fandy. 2001. Riset Pemasaran Konsep dan Aplikasi
dengan SPSS. Penerbit PT Elex Media Komputindo. Jakarta
Santoso, Singgih. 1999. Latihan SPSS Statistik Parametrik.. PT. Elex Media
Komputindo. Jakarta
Sartono, Agus, 1999, Manajemen Keuangan, Teori dan Aplikasi, BPFE UGM
Yogyakarta.
Singarimbun dan Sofian Effendi. 1989. Metode Penelitian. LP3ES. Jakarta
93
Supranto,J . 1997. Statistik, Teori dan Aplikasi. Jilid 2, Edisi Kelima, Erlangga,
Jakarta.
Surasni, 1998. Beberapa variabel yang mempengaruhi Deviden Per Share pada
perusahaan manufaktur yang Listed Di Bursa Effek. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Sutijo dan Irianto. 1995 Dampak Faktor-Faktor keagenan dan Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Biaya Transaksi Terhadap Rasio Pembayaran
Deviden.
94
Regression
Descriptive Statistics
Mean
,283795
2,085372
,083436
,090500
,146242
Std. Deviation
,2834170
3,7541174
,1691272
,1830454
,1805525
N
78
78
78
78
78
13,613359
1,1870541
78
DPR
CP
ROA
Growth
public
Size
Correlations
Pearson
Correlation
Sig.
(1-tailed)
N
DPR
CP
ROA
Growth
public
DPR
1,000
,223
,186
,111
-,057
CP
,223
1,000
,025
,044
,187
ROA
,186
,025
1,000
,041
,306
Growth
,111
,044
,041
1,000
,094
public
-,057
,187
,306
,094
1,000
Size
,295
,050
-,134
,103
-,078
Size
DPR
CP
ROA
Growth
public
,295
,
,025
,051
,167
,309
,050
,025
,
,415
,351
,050
-,134
,051
,415
,
,360
,003
,103
,167
,351
,360
,
,206
-,078
,309
,050
,003
,206
,
1,000
,004
,330
,121
,185
,248
Size
DPR
CP
ROA
Growth
public
Size
,004
78
78
78
78
78
78
,330
78
78
78
78
78
78
,121
78
78
78
78
78
78
,185
78
78
78
78
78
78
,248
78
78
78
78
78
78
,
78
78
78
78
78
78
b
Variables Entered/Removed
Model
1
Variables Entered
Variables Removed
a
Size, CP, Growth, ROA, public
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: DPR
Method
, Enter
95
b
Model Summary
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Change Statistics
Model
1
a
,455
,207
,152
,2610571
,207
3,751
5
72
,004
1,955
R Square Change
F Change
df1
df2
Sig. F Change
Durbin-Watson
a. Predictors: (Constant), Size, CP, Growth, ROA, public
b. Dependent Variable: DPR
b
ANOVA
Model
1
Regression
Residual
Sum of
Squares
1,278
4,907
Total
6,185
df
5
72
Mean Square
,256
,068
F
3,751
Sig.
a
,004
77
a. Predictors: (Constant), Size, CP, Growth, ROA, public
b. Dependent Variable: DPR
a
Coefficients
Unstandardized
Coefficients
Standardized Coefficients
t
Sig.
Correlations
Collinearity Statistics
B
Std. Error
Beta
(Constant)
-,732
,351
-2,088
,040
Zero-order
Partial
Part
Tolerance
VIF
a. Dependent Variable: DPR
CP
,017
,008
,229
2,135
,036
,223
,244
,224
,959
1,042
Model
1
ROA
Growth
,450
,115
,186
,164
,268
,074
2,416
,701
,018
,486
,186
,111
,274
,082
,254
,074
,893
,978
1,120
1,023
public
-,260
,177
-,166
-1,469
,146
-,057
-,171
-,154
,866
1,155
Size
,071
,026
,298
2,792
,007
,295
,313
,293
,964
1,037
96
Collinearity Diagnostics
Model
1
Dimension
1
2
3
4
5
6
Eigenvalue
3,438
,800
,752
,582
,423
,004
Condition
Index
1,000
2,073
2,138
2,430
2,850
30,969
(Constant)
,00
,00
,00
,00
,00
1,00
CP
,02
,05
,47
,39
,07
,00
Variance Proportions
ROA
Growth
,02
,02
,50
,31
,08
,45
,13
,21
,26
,00
,02
,01
public
,03
,04
,00
,01
,92
,01
Size
,00
,00
,00
,00
,00
1,00
a. Dependent Variable: DPR
Residuals Statistics
Predicted Value
Std. Predicted Value
Standard Error of Predicted Value
Adjusted Predicted Value
Residual
Std. Residual
Stud. Residual
Deleted Residual
Stud. Deleted Residual
Mahal. Distance
Cook's Distance
Centered Leverage Value
a. Dependent Variable: DPR
Minimum
,049604
-1,818
,0331812
,047797
-,368555
-1,412
-2,037
-,787108
-2,084
,257
,000
,003
a
Maximum
,800422
4,010
,2114770
1,228108
1,186837
4,546
4,670
1,252252
5,554
49,542
,823
,643
Mean
,283795
,000
,0653570
,293403
,000000
,000
-,014
-,009608
,006
4,936
,033
,064
Std. Deviation
,1288400
1,000
,0313598
,1711677
,2524390
,967
1,029
,2930403
1,124
7,798
,132
,101
N
78
78
78
78
78
78
78
78
78
78
78
78
97
Charts
Normal P-P Plot of Regression Standardize Dependent Variable: DPR
1, 0
Expected Cum Prob
,8
,5
,
3
0,
0
0
,
0
,3
,5
,8
1, 0
Observed Cum Prob
Scatterplot
Dependent Variable: DPR
5
4
3
2
1
0
-1
-2
-3
-2
-1
0
1
2
3
Regression Standardized Predicted Value
4
5
Download