BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan program pendidikan melalui proses belajar mengajar di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal sangat dipengaruhi oleh manajemen pengajaran guru, sebab gurulah yang berperan sebagai aktor sekaligus sutradara. Berhasil tidaknya suatu proses pengajaran juga sangat ditentukan oleh usaha guru dalam memberikan motivasi kepada peserta didik.Oleh karena itu faktor guru sangat dominan sekali dalam mempengaruhi kualitas pengajaran. Hal ini tidak berarti faktor-faktor yang lain tidak turut andil dalam mempengaruhi keberhasilan proses belajar mengajar,hanya saja yang paling dominan adalah guru. Variabel guru yang paling dominan mempengaruhi kualitas pengajaran adalah kompetensi profesional yang dimilikinya,misalnya bidang kognitif seperti penguasaan bahan, bidang sikap seperti mencintai profesi dan bidang perilaku seperti keterampilan mengajar, menilai hasil belajar siswa dan lain-lain. Belajar adalah petualangan seumur hidup,perjalanan ekplorasi tanpa akhir untuk menciptakan pemahaman personal kita sendiri. Petualangan itu haruslah melibatkan kemampuan untuk secara terus-menerus menganalisis dan meningkatkan cara belajar. Belajar harus dimulai jauh sebelum hari pertama masuk sekolah dan berlangsung seumur hidupnya. Mengacu dari pendapat tersebut, maka pembelajaran yang aktif ditandai adanya rangkaian kegiatan terencana yang melibatkan siswa secara langsung, komprehensif baik fisik, mental maupun emosi. Hal semacam ini sering diabaikan oleh guru karena guru lebih mementingkan pada pencapaian tujuan dan target kurikulum. Permasalahan yang dihadapi siswa di SMPN 2 Bandar khususnya di kelas IX adalah hasil belajar IPS yang belum tuntas yakni belum mencapai angka minimal daya serap yang telah ditentukan. Sebagian siswa berpendapat bahwa pelajaran IPS dianggap sulit, sehingga berdampak pada rendahnya hasil belajar yang diperoleh siswa. Rendahnya hasil belajar siswa karena kurangnya pemahaman siswa terhadap materi IPS tentang kondisi geografis benua Asia 1 2 dan benua lainnya melalui peta rupa bumi. Taraf berpikir siswa masih berada pada tingkat konkret, mereka masih kesulitan untuk membayangkan tentang pemerintahan negara, mereka belum dapat menyerap hal yang bersifat abstrak. Perlu diketahui bahwa tingkat pemahaman tiap-tiap siswa tidak sama, sehingga kecepatan siswa dalam mencerna bahan pengajaran berbeda. Hasil pelaksanaan kegiatan awal penelitian menunjukkan hasil yang kurang memuaskan. Hal ini dibuktikan dengan rendahnya hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS materi kondisi geografis benua Asia dan benua lainnya melalui peta rupa bumi. Dari 22 siswa yang mengikuti kegiatan awal penelitian, hanya terdapat 5 siswa atau 22,73% yang dinyatakan tuntas, sedangkan sisanya sebanyak 17 siswa atau 77,27% dinyatakan belum tuntas dengan perolehan nilai rata-rata hasil belajar secara klasikal sebesar 57,73. Penggunaan media dengan metode yang tepat akan mempercepat siswa dalam memahami suatu tema tertentu. Fungsi media dalam pembelajaran tidak hanya sekedar alat bantu guru,melainkan sebagai pembawa informasi atau pesan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa.Dengan demikian seorang guru dapat memusatkan tugasnya pada aspek-aspek lain seperti pada kegiatan bimbingan dan penyuluhan individual dalam kegiatan pembelajaran. Guru selaku orang yang paling bertanggung jawab di dalam pendidikan formal di sekolah, seharusnya selalu aktif dan kreatif dalam berusaha meningkatkan hasil belajar anak didiknya. Guru harus selalu mencari alternatif metode pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan kepada siswa, dengan harapan siswa akan merasa bersemangat dalam mengikuti kegiatan belajar di sekolah maupun mengerjakan tugas belajar di rumah. Guru juga harus berusaha bagaimana menjadikan suasana kelas menjadi menarik sehingga para siswa menjadi nyaman di kelas. Dengan metode yang tepat artinya sesuai dengan keadaan saat itu maka akan ditemukan pembelajaran yang efektif dan menarik. Metode antar kelas,dari tahun ke tahun tidaklah harus sama. Situasi inilah yang menuntut para guru untuk kreatif menemukan metode yang tepat. 3 Pada umumnya guru cenderung menggunakan metode pembelajaran konvensional yang lebih menitikberatkan pada kegiatan pengajaran ceramah, karena selain sederhana dan mudah dilaksanakan, metode ini juga tidak memakan banyak waktu. Tetapi metode ini memberikan kesan siswa cenderung hanya sebagai obyek dan membatasi siswa untuk berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran.Menurut Sunal dan Hans (dalam Isjoni, 2010 : 12) mengemukakan bahwa kooperatif merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada peserta didik agar bekerja sama selama proses pembelajaran. Sedangkan menurut Abdorrakhman Gintings (2008:216) kooperatif adalah kerjasama antara siswa yang berbeda tingkatan kemampuannya. Berdasarkan pendapat diatas belajar dengan model kooperatif dapat diterapkan untuk memotivasi siswa berani mengemukakan pendapatnya, menghargai pendapat teman, dan saling memberikan pendapat tanpa melihat tingkatan kemampuan siswa. Jadi dalam setiap kelompok terdapat peserta didik yang berkemampuan rendah, sedang, dan tinggi. Oleh sebab itu, model ini sangat baik untuk dilaksanakan karena siswa dapat bekerjasama dan saling tolong menolong mengatasi tugas yang dihadapinya. Pembelajaran kooperatif memiliki beberapa metode, salah satu diantaranya adalah Numbered Heads Together (NHT). NHT ini dapat digunakan sebagai metode yang baik dan menyenangkan tanpa kehilangan esensi belajar yang sedang berlangsung. Tujuan dari metode Numbered Heads Together (NHT) ini adalah hasil belajar akademik meningkat dan siswa dapat menerima beragam pendapat dari temannya, serta berkembangnya keterampilan sosial. Dari latar belakang masalah tersebut, maka peneliti merasa terdorong untuk melihat pengaruh model pembelajaran Numbered Head Together terhadap hasil belajar siswa dengan mengambil judul “Upaya Meningkatkan aktivitas dan hasil belajarIPS materi kondisi geografis benua Asia dan benua lainnya melalui peta rupa bumi melalui Model Pembelajaran Numbered Head Together pada Siswa kelas IXSMPN 2 Bandar Tahun Pelajaran 2017/2018”. 4 B. Identifikasi Masalah Dari penjelasan pada latar belakang di atas, maka peneliti dapat mengidentifikasi beberapa permasalahan pembelajaran yang muncul, diantaranya : 1. Metode pembelajaran konvensional yang lebih menitik beratkan pada kegiatan pengajaran ceramah, karena selain sederhana dan mudah dilaksanakan, metode ini juga tidak memakan banyak waktu. Tetapi metode ini memberikan kesan siswa cenderung hanya sebagai obyek dan membatasi siswa untuk berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran 2. Sebagian siswa berpendapat bahwa pelajaran IPS dianggap sulit, sehingga berdampak pada rendahnya hasil belajar yang diperoleh siswa 3. Penggunaan model, metode dan media pembelajaran yang belum tepat sesuai dengan karakteristik siswa sehingga fungsi model, metode dan media pembelajaran sebagai pembawa informasi atau pesan pembelajaran belum sesuai dengan pemahaman siswa C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian ini adalah : 1. Bagaimana proses pembelajaran IPS materi kondisi geografis benua Asia dan benua lainnya melalui peta rupa bumi pada siswa kelas IXSMPN 2 Bandar Tahun Pelajaran 2017/2018 dengan menggunakan modelpembelajaran Numbered Head Together ? 2. Bagaimana peningkatan aktivitas belajarIPS materi kondisi geografis benua Asia dan benua lainnya melalui peta rupa bumi pada siswa kelas IXSMPN 2 Bandar Tahun Pelajaran 2017/2018 melaluipenerapan modelpembelajaran Numbered Head Together dapat meningkatkan? 3. Bagaimana peningkatan hasil belajarIPS materi kondisi geografis benua Asia dan benua lainnya melalui peta rupa bumi pada siswa kelas IXSMPN 2 Bandar Tahun Pelajaran 2017/2018 melalui penerapan modelpembelajaran Numbered Head Together dapat meningkatkan? 5 D. Tujuan Penelitian Berdasarkan atas rumusan masalah di atas , maka tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk: 1. Mengetahui pelaksanaan pembelajaran modelNumbered Head Togetherpadapembelajaran IPS materi kondisi geografis benua Asia dan benua lainnya melalui peta rupa bumi siswa kelas IXSMPN 2 Bandar Tahun Pelajaran 2017/2018. 2. Mengetahui peningkatan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran IPS materi kondisi geografis benua Asia dan benua lainnya melalui peta rupa bumi melalui model pembelajaran Numbered Head Togethersiswa kelas IXSMPN 2 Bandar Tahun Pelajaran 2017/2018. 3. Mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS materi kondisi geografis benua Asia dan benua lainnya melalui peta rupa bumimelalui modelpembelajaran Numbered Head Togethersiswa kelas IXSMPN 2 Bandar Tahun Pelajaran 2017/2018. E. Manfaat Hasil Penelitian 1. Manfaat Teoretis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah dan memberikan kontribusi ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya di pendidikan Sekolah Dasar, serta dapat menjadi bahan referensi untuk kegiatan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan pembelajaran IPS dengan menggunakan modelpembelajaran Numbered Head Together. 2. Manfaat Praktis a. Bagi siswa 1) Meningkatkan semangat belajar dan keaktifan siswa selama proses pembelajaran berlangsung sehingga diharapkan dapat berpengaruh terhadap hasil belajar IPS 2) Meningkatkan keberanian siswa dalam mengungkapkan ide, pendapat, pertanyaan dan saran meningkat. 3) Siswa dapat memahami mengenai materi secara maksimal sehingga hasil belajar siswa akan meningkat. 6 b. Bagi guru 1) Proses pembelajaran lebih kreatif dan menyenangkan sehingga pelaksanaan pembelajaran menjadi tidak membosankan serta meningkatkan efektifitas dan efesiensi dalam pembelajaran.. 2) Guru memperoleh tambahan wawasan pengetahuan dan gambaran tentang bagaimana mengajar agar lebih efektif dan efisien. 3) Guru mampu meningkatkan kualitas pembelajaran yang dikelolanya terutama mata pelajaran IPS. c. Bagi sekolah 1) Dapat meningkatkan kualitas pendidikan 2) Memberikan sumbangan yang positif terhadap kemajuan sekolah yang tercermin dalam peningkatan kemampuan profesional para guru, perbaikan proses dan hasil belajar siswa.