MAKALAH SEJARAH PERKEMBANGAN TEORI ATOM Dosen Pengampu : Dr. Sigit Priatmoko, M.Si Disusun Oleh Fatkhul Umam / 4211419050 UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN FISIKA 2019 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teori dan model atom ditempuh dalam kurun waktu yang sangat lama. Perjalanan sejarah perkembangan teori atom dimulai pada sekitar abad kelima oleh seorang ahli filsafat bernama Democritus. Democritus menggagaskan bahwa suatu partikel yang berukuran sangat kecil dan tidak dapat dibagi disebut sebagai atomos. Walaupun pada masa itu gagasan dari Democritus tidak dapat diterima oleh para ahli filsafat lainnya, seperti Plato dan Aristoteles, namun gagasan tersebut masih dipertahankan hingga pada tahun 1808 seorang guru sekolah dan ilmuwan dari Inggris, yaitu John Dalton menggagaskan lebih dalam lagi pengertian atom yang digagaskan oleh Democritus. Namun konsep dari John Dalton ini masih belum sempurna yang setelahnya mengakibatkan para ilmuan lainnya untuk meneliti tentang atom dan mengembangkan teori atom lebih mendalam. 1.2 Tujuan Tujuan makalah ini adalah untuk mengetahui sejarah perkembangan teori atom yang digagaskan oleh para ilmuwan. 1.3 Rumusan Masalah 1. Apa pengertian dari atom? 2. Siapakah penemu atom? 3. Bagaimana atom dapat berkembang dari masa ke masa? 4. Bagaimana perkembangan model atom dari masa ke masa? 1 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian dan Awal Mula Penemuan Atom Sekitar pada abad kelima, seorang ahli filsafat bernama Democritus menggagaskan sebuat konsep bahwa suatu partikel yang berukuran sangat kecil dan memiliki sifat yang tidak dapat dibagi lagi disebut sebagai atomos. Kata atomos ini berasal dari bahasa Yunani yang berarti, a artinya tidak dan tomos memiliki arti dibagi, yang berarti atomos di definisikan tidak dapat dibagi (indivisible). Konsep yang digagaskan oleh Democritus ini sempat dibantah oleh para ahli filsafat lainnya, namun konsep itu tetap didipertahankan hingga seoraang ilmuan asal Inggris mengadaptasi gagasan atom dari Democritus. Ilmuan itu bernama John Dalton. Pada tahun 1808 John Dalton yang merupakan seorang guru sekolah dan ilmuan yang berasal dari Inggris ini meneliti tentang atom dan hasil dari penelitian itu menghasilkan sebuah konsep yang lebih dapat diterima dari konsep sebelumnya yang di gagaskan oleh Democritus. Walaupun konsep dari John Dalton ini megadaptasi konsep dari Democritus, namun pembahasan konsep Dalton lebih spesifik dari konsep Democritus. Konsep dari Dalton ini juga diterima oleh para ilmuan karena konsep dari Dalton ini sangat sukses dan dapat menjelaskan berbagai penemuan bahan kimia. Selama 100 tahun teori dari Dalton ini menjadi pembantu para ilmuan untuk melakukan berbagai percobaan kimia di dunia. 2.2 Perkembangan Teori Atom Atom memiliki banyak sekali teori, karena perkembangannya yang sangat pesat dan hasil dari adaptasi berbagai teori oleh para Ilmuan. Perkembangan teori atom ini berawal dari hanya sebuah partikel yang sangat kecil hingga saat ini atom menjadi sebuah teori yang dapat menjelaskan tentang berbagai penemuan percobaan teknologi kimia di dunia. Teori atom ini bisa 2 diartikan berbeda dari dua sisi keilmuan, yaitu oleh ilmu fisika dan ilmu kimia. Menurut ilmu fisika atom diartikan sebagai kumpulan elektron yang mengelilingi inti. Namun menurut ilmu kimia atom di artikan sebagai suatu partikel terkecil dari suatu zat. Teori atom menurut ilmu fisika dan kimia ini tetap samasaja, karena perkembangan teori ini berasal dari ilmuwan yang sama, perkembangan teori atom dari masa ke masa sebagai berikut: 2.2.1 Teori Atom Dalton Tahun 1808, John Dalton yang merupakan ilmuan dari Inggris ini mengadaptasi gagasan atom dari Democritus, namun teori yang digagaskan oleh Dalton ini lebih spesifik dari teori yang digagaskan oleh Democritus. Teori tentang atom yang digagaskan oleh Dalton (Fig. 2.2.1): 1. Atom merupakan unsur – unsur yang berukuran sangat kecil dari suatu zat, semua atom yang diberi identik, memiliki massa, ukuran, dan sifat kimia yang sama. Setiap atom berbeda dengan atom lainnya. 2. Sebuah senyawa memiliki lebih dari satu unsur atom. Dalam senyawa apapun apabila diberikan sebuah jenis atom yang sama, makam atom itu akan memiliki jumlah relatif yang sama. 3. Suatu reaksi kimia yang mengubah atom dalam reaksi kimia tidak dapat membuat ataupun menghancurkan atom. Figure 2.2.1 Bentuk atom dari teori atom Dalton. 3 Walaupun pada masa itu teori atom Dalton ini bisa dibilang sudah detail, namun teori ini masih memiliki banyak kekurangan, kekurangan teori atom Dalton sebagai berikut: 1. Pada teori atom Dalton ini tidak dapat menjelaskan perbedaan antara atom dan molekul. Lalu ternyata atom bukan merupakan unsur terkecil dalam senyawa. 2. Pada teori atom Dalton tidak dapat menjelaskan perbedaan antara atom unsur yang satu dengan yang lain dan tidak menjelaskan sifat listrik dari materi. 3. Pada teori atom Dalton ini tidak menjelaskan bagaimana cara atom saling berkaitan. Karena masih banyaknya kekurangan yang terdapat pada teori atom dari John Dalton, maka teori dari John Dalton ini dikembangkan lagi oleh J.J. Thomson. 2.2.2 Teori Atom J.J. Thomson Teori atom dari Thomson ini diawali dengan banyaknya hal yang tidak dapat dijelaskan pada teori atom Dalton. Teori atom Thomson ini diawali dengan percobaan yang di lakukan oleh Thomson (1856 – 1940), percobaan itu disebut dengan eksperimen penemuan elektron. Josepph John Thomson yang merupakan seorang fisikawan asal inggris ini melakukan eksperimen tentang atom. Eksperimen yang dilakukan adalah eksperimen penemuan elektron, eksperimen ini melibatkan sebuah tabung sinar katoda. Pada tahun 1830an berbagai ilmuwan menduga bahwa listrik ditransmisikan oleh partikel kecil yang terkait dengan atom. Setelah itu barulah dimulai oleh J.J. Thomson pada tahun 1890an dengan melakukan percobaan penemuan elektron dengan metode tabung sinar katoda. Metode ini mengaplikasikan radiasi yang dipancarkan ke 2 pelat logam bertegangan yang terdiri dari partikel – partikel yang bermuatan listrik, terdapat dua partikel yang bermuatan positif dan bermuatan negatif. Partikel yang bermuatan positif ini bernama anoda (+) dan yang bermuatan negatif bernama 4 katoda (-) (Fig 2.2.2a). Partikel Partikel ini diberi nama elektron oleh J.J. Thomson dan menghasilkan rumus e/m = -1.76 x 108 C/g. Dengan keterangan e sebagai elektron yang ditandai dengan coulombs (C) dan m sebagai massa elektron yang ditandai dengan grams (g). Figure 2.2.2a Ilustrasi percobaan penemuan elektron yang dilakukan oleh J.J. Thomson. Dari eksperimen tersebut akhirnya disimpulkan oleh J.J. Thomson dengan konsepnya sebagai berikut: 1. Bahwa teori dari Thomson ini menjelaskan atom bukan merupakan bagian paling kecil dari suatu unsur dan di dalam atom terdapat elektron yang menyebar dan menggambarkan bahwa bentuk dari atom seperti roti kismis (Fig. 2.2.2b). 2. Teori ini menjelaskan bahwa jumlah elektron dan proton itu sama, sehingga sebuah atom bersifat netral. 5 Figure 2.2.2b Bentuk atom yang digambarkan oleh J.J. Thomson. Namun teori yang digagaskan oleh J.J Thomson ini belum sempurna, masih ada hal yang tidak dapat dijelaskan yaitu bagaimana susunan muatan positif dan negatif dalam bola atom tersebut. Maka, munculah ilmuan lain yang dapat menjelaskan lebih detail susunan unsur dari atom, ilmuan itu adalah Rutherford 2.2.3 Teori Atom Rutherford Ernest Rutherford merupakan seorang fisikawan asal New Zealand. Pada tahun 1911 Rutherford menyangkal teori Thomson bahwa atom bermuatan positif dan di dalamnya dikelilingi elektron-elektron yang bermuatan negatif, layaknya seperti roti kismis. Rutherford menyangkal dengan melakukan eksperimen penembakan inti atom (Geiger-Marsden)/ eksperimen Rutherford. Eksperimen ini dilakukan dengan menembakan inti atom lempengan besi dengan partikel alpha (α). Penembakan ini dilakukan dengan sinar alpha (α) yang dipancarkan oleh unsur radioaktif yang ternyata hasil dari penembakan itu beragam. Ketika sinar α di tembakan hasil tembusan itu ada yang tembus sempuran, berbelok, dan ada yang berbalik arah (Fig. 2.2.3a). Hal tersebut menurut Rutherford di sebabkan oleh nukleus. Nukleus diartikan oleh Rutherford sebagai inti atom pada sebuah atom. Pada percobaan Geiger-Marsden ini inti 6 atom di gambarkan sebagai partikel yang bermuatan positif (+) dan sinar α adalah artikel yang bersifat negatif (-). Figure 2.2.3a Ilustrasi dari eksperimen penembakan inti atom lempengan besi oleh Rutherford Dari hasil dari eksperimen ini, Rutherford menyimpulkan bahwa teori atom sebagai berikut: 1. Dari teori ini didapatkan bahwa sebuah atom memiliki inti atom yang sangat kecil dan bersifat positif yang massanya merupakan massa atom tersebut. 2. Teori ini menjelaskan bahwa atom memilik elektron yang mengelilinginya yang dilengkapi dengan jumlah proton yang sama dengan elektron dengan nomer atom yang sesuai (Fig. 2.2.3b). Figure 2.2.3b Model atom berdasarkan teori Rutherford 7 Dengan detailnya teori atom yang di gagaskan oleh Rutherford ini membuat banyaknya pertanyaan yang timbul, seperti berikut: 1. Bagaimana cara elektron berotasi pada atom? 2. Bagaimana cara menentukan letak sebuah elektron pada atom? 3. Menurut ilmu fisika klasik, jika elektron mengitari atom membutuhkan sebuah energi dalam bentuk gelombang elektromagnetik, maka semakin lama elektron itu mengitari atom, semakin kecil energi yang tersisa pada elektron tersebut, dan itu mengakibatkan elektron menyatu pada inti atom, dengan menempelnya suatu elektron kepada inti atom, apakah akan terjadi suatu reaksi lagi atau sebuah atom itu akan menjadi tidak netral? Masih sangat banyak hal yang harus dibahas dan dipertanyakan pada teori atom ini dan dilakukan penelitian kembali tentang atom ini oleh seorang fisikawan yang merupakan murid dari Rutherford itu sendiri, yaitu Niels Bohr. 2.2.4 Teori Atom Bohr Niels Bohr merupakan seorang fisikawan yang berasal dari Denmark. Niels Bohr merupakan salah satu murid dari Rutherford dan ia juga pernah berkerja dengan J.J. Thomson setelah ia mendapat gelar sarjana nya. Karena ia merupakan murid dari Rutherford dan ia merasa bahwa gagasan dari gurunya itu belum sempurna dan masih banyak pertanyaan yang harus dijawab dalam teori atom tersebut, maka Bohr melakukan penelitian ulang tentang teori atom yang digagaskan oleh Rutherford dan semua gagasan dari Rutherford itu berhasil dibantah oleh teori dari Bohr. Karena ketika Bohr melakukan penelitian atom tersebut ia menemukan bahwa atom itu memiliki spectrum, dalam spectrum itu berisi spectrum garis yang menunjukan bahwa elektron hanya beredar pada lintasan-lintasan dengan energi tertentu. Hal ini digagaskan oleh Bohr dengan teori sebagai berikut: 1. Teori ini menjelaskan bahwa elektron mengelilingi inti atom pada lintasan tertentu yang stasioner yang disebut orbit/kulit. Walaupun elektron bergerak cepat tetapi elektron tidak memancarkan atau menyerap energi 8 sehingga energi elektron konstan. Hal ini berarti elektron yang berputar mengelilingi inti atom mempunyai lintasan tetap sehingga elektron tidak jatuh ke inti (Fig. 2.2.4). 2. Dalam teori ini dijelaskan bahwa elektron dapat berpindah dari kulit yang satu ke kulit yang lain dengan memancarkan atau menyerap energi. Energi yang dipancarkan atau diserap ketika elektron berpindah-pindah kulit disebut foton. Figure 2.2.4 Model atom berdasarkan teori dari Neils Bohr Hasil dari revisi Bohr tentang atom dari gagasan Rutherford sudah sangat detail. Bohr berhasil menemukan bahwa dalam atom berisi lintasan-lintasan yang menjadi alur dari elektron dan lintasan tersebut memiliki energi yang berbeda, teori ini dapat menjawab pertanyaan pada kekurangan pada teori Rutherford. Dengan perkembangan teori atom yang dilakukan oleh Bohr ini menghasilkan banyak sekali inovasi teori atom dari ilmuan-ilmuan di masa modern ini. 9 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Perkembangan dari atom mengalami perjalanan yang sangat panjang. Dimulai dari gagasan dari seorang ahli filsafat Yunani yaitu Democritus yang menggagaskan bahwa suatu partikel paling kecil yang tidak dapat di bagi di sebut dengan atomos. Lalu gagasan itu dikembangkan lagi oleh Dalton dan dengan diawalinya teori atom dari Dalton ini, menghasilkan perkembangan teori dari para fisikawan lainnya, yaitu J.J. Thomson, Rutherford, dan Niels Bohr. Perkembangan yang dilakukan para ilmuwan itu sangat berguna hingga saat ini, karena gagasan merekalah yang menjadi teori dasar dalam perkembangan teknologi kimia di 10 masa kini. DAFTAR PUTAKA Burdge, J. (2011). Chemistry, Second Edition. New York: Ryan Blankenship. Prof. Effendy, P. (2008). A-Level Chemistry For Senior High School Students Volume 1A. Malang: Bayumedia. Zumdahl, S. S. (2014). Chemistry, Ninth Edition. United States: Mary Finch.