Uploaded by User29137

MAKALAH HAM

advertisement
MAKALAH
HAK ASASI MANUSIA
Dosen Pengampu:
Susana Indriyati Caturiani, S.IP, M.Si
Disusun oleh:
Cindy Cenora
Kadek Maryadi
Krisdiyanto
Maliki
Milian Devialesti
Rosiana Desmayanti
Tini Maharani
1816041003
1816041065
1816041029
1816041057
1816041037
1816041007
1816041039
JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2018
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT, shalawat
dan salam juga disampaikan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW.
Serta sahabat dan keluarganya, seayun langkah dan seiring bahu dalam
menegakkan agama Allah. Dengan kebaikan beliau telah membawa kita dari alam
kebodohan ke alam yang berilmu pengetahuan.
Dalam
rangka
melengkapi
tugas
dari
mata
kuliah
Pendidikan
Kewarganegaraan pada Program Studi Ilmu Administrasi Negara dengan ini
penulis mengangkat judul “Hak Asasi Manusia”.
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan, baik dari cara penulisan, maupun isinya.
Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran-saran
yang dapat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Wassalam
Bandar Lampung, Februari 2019
Penulis,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................
i
DAFTAR ISI..............................................................................................
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang...................................................................................
1
B.
Rumusan Masalah..............................................................................
2
C.
Tujuan penulisan................................................................................
2
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Hak asasi manusia............................................................
2
B.
Sejarah perkembangan HAM di Indonesia........................................
3
C.
Macam-macam HAM........................................................................
7
D.
Pelaksanaan Ham dalam Islam..........................................................
9
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
11
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hak merupakan unsur normatif yang melekat pada diri setiap manusia yang
dalam penerapannya berada pada ruang lingkup hak persamaan dan hak
kebebasan yang terkait dengan interaksinya antara individu atau dengan instansi.
Hak juga merupakan sesuatu yang harus diperoleh. Masalah HAM adalah sesuatu
hal yang sering kali dibicarakan dan dibahas terutama dalam era reformasi ini.
HAM lebih dijunjung tinggi dan lebih diperhatikan dalam era reformasi dari pada
era sebelum reformasi.
Perlu diingat bahwa dalam hal pemenuhan hak, kita hidup tidak sendiri
dan kita hidup bersosialisasi dengan orang lain. Jangan sampai kita melakukan
pelanggaran HAM terhadap orang lain dalam usaha perolehan atau pemenuhan
HAM pada diri kita sendiri. Maka dengan ini penulis mengambil judul
“Pelanggaran Hak Asasi Manusia Terhadap Tenaga Kerja Diluar Negri Yang
Berasal Dari Daerah”.
1.2 Rumusan Masalah
a. Menjelaskan pengertian hak asasi manusia
b. Menjelaskan sejarah perkembangan HAM di Indonesia
c. Menjelaskan macam-macam HAM
d. Menjelaskan pelaksanaan HAM
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan kami dalam menyusun makalah ini adalah disamping untuk
memenuhi tugas dalam perkuliahan juga agar kami khususnya dan semua
mahasiswa pada umumnya mampu memahami Hak asasi manusia.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Hak Asasi Manusia
Menurut Teaching Human Rights yang diterbitkan oleh Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB), hak asasi manusia (HAM) adalah hak-hak yang melekat
pada setiap manusia, yang tanpanya manusia mustahil dapat hidup sebagai
manusia. Hak hidup, misalnya, adalah klaim untuk memperoleh dan melakukan
segala sesuatu yang dapat membuat seseorang tetap hidup. Tanpa hak tersebut
eksistensinya sebagai manusia akan hilang.
Senada dengan pengertian HAM di atas adalah pernyataan awal hak asasi
manusia yang dikemukakan oleh John Locke. Menurut John Locke, hak asasi
manusia adalah hak-hak yang diberikan langsung oleh Tuhan Yang Maha
Pencipta sebagai sesuatu yang bersifat kodrati. Karena sifatnya yang demikian,
maka tidak ada kekuasaan apapun di dunia ini yang dapat mencabut hak asasi
setiap manusia. Hak asasi merupakan hak yang dimiliki manusia yang telah
diperoleh dan dibawanya bersamaan dengan kelahiran ata kehadirannya di dalam
kehidupan masyarakat. Hak asai manusia adalah kebebasan seseorang untuk
bertindak sesuai dengan hati nurani berkenaan dengan hal-hal yang asai (hal yang
memungkinkan untuk hidup layak).1
Hak asasi manusia ini tertuang dalam UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang
Hak Asasi Manusia. Menurut UU ini, hak asasi manusia adalah seperangkat hak
yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan dan
merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi
oleh Negara, hokum, pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta
perlindungan harkat dan martabat manusia. Berikut ini pengertian HAM menurut
beberapa ahli:
1
Rizki Ariestandi Irmansyah, S.H. 2013. Hukum, Hak Asasi Manusia dan Demokrasi.
Graha Ilmu : Jogjakarta. Hal.62
1. Prof. Dr Dardji darmodiharjo, S.H, HAM adalah hak-hak dasar / pokok
yang dibawa manusia sejak lahir sebagaianugrahtuhan yang maha esa.
2. Laboratorium pancasila IKIP Malang. HAM adalah hak yang melekat
pada martabat manusia sebagai insan ciptaan TuhanYang Maha Esa.
3. A.J.M.Milne, HAM adalah hak yang dimiliki oleh umat manusia di segala
masa dan segala tempat karena keutamaan keberadaannnya sebagai
manusia. (Irmansyah, 63)
4. Menurut pendapat Jan Materson (dari komisi HAM PBB), dalam Teaching
Human Rights, United Nations sebagaimanadikutip Baharuddin Lopa
menegaskan bahwa HAM adalah hak-hak yang melekat pada setiap
manusia, yang tanpanyamanusia mustahil dapat hidup sebagai manusia.
5. John Locke menyatakan bahwa HAM adalah hak-hak yang diberikan
langsung oleh Tuhan Yang Maha Pencipta sebagaihak yang kodrati.
(Mansyur Effendi, 1994).
1.2 Sejarah Perkembangan HAM di Indonesia
1. Periode sebelum kemerdekaan
Pemikiran HAM dalam periode sebelum kemerdekaan dapat dijumpai
dalam sejarah kemunculan organisasi pergerakan nasional, seperti Boedi Oetomo
(1908), Serikat Islam (1911), Indische Partij (1912), Partai Komunis Indonesia
(1920), Perhimpunan Indonesia (1925), dan Partai Nasional Indonesia (1927).
Lahirnya organisasi pergerakan nasional itu tidak bisa dilepaskan dari sejarah
pelanggaran HAM yang dilakukan oleh penguasa colonial, penjajahan, dan
pemerasan hak-hak masyarakat terjajah. Puncak perdebatan HAM dilontarkan
oleh para tokoh pergerakan nasional seperti, Soekarno, Agus Salim, Mohammad
Natsir, Mohammad Yamin, K.H. Mas Mansyur, K.H. Wachid Hasyim, Mr.
Maramis, terjadi dalam siding-sidang BPUPKI. Dalam sidang BPUPKI tersebut
para
tokoh
nasional
berdebat
dan
berunding
merumuskan
dasar-dasar
ketatanegaraan dan kelengkapan Negara yang menjamin hak dan kewajiban
Negara dan warga Negara dalam Negara yang hendak diproklamirkan.
Dalam sejarah pemikiran HAM di Indonesia, Boedi Oetomo mewakili
organisasi pergerakan nasional mula-mula yang menyuarakan kesadaran
berserikat dan mengeluarkan pendapat melalui petisi-petisi yang ditujukan pada
pemerintah colonial maupun lewat tulisan di surat kabar. Inti dari perjuangan
Boedi Oetomo adalah perjuangan akan kebebasan berserikat dan mengeluarkan
pendapat melalui organisasi massa dan konsep perwakilan rakyat.
Diskursus HAM terjadi pula dikalangan tokoh pergerakan Serikat Islam
seperti Tjokro Aminoto, H. Samanhudi, Agus Salim.Mereka menyuarakan
pentingnya usaha-usaha untuk memperoleh kehidupan yang layak dan bebas dari
penindasan dan diskriminasi rasial yang dilakukan pemerintah colonial.Berbeda
dengan pemikiran HAM di kalangan tokoh nasionalis sekuler, para tokoh SI
mendasari perjuangan pergerakannya pada prinsip-prinsip HAM dalam ajaran
Islam.
2. Periode setelah kemerdekaan
Sejak kemerdekaan tahun 1945 sampai sekarang di Indonesia telah berlaku
tiga undang-undang dalam 4 periode, yaitu :
a. Periode 18 Agustus 1945 sampai 27 Desember 1949, berlaku UUD 1945,
b. Periode 27 Desember 1949 sampai 17 Agustus 1950, berlaku Konstitusi
Republik Indonesia Serikat.
c. Periode 17 Agustus 1950 sampai 5 Juli 1959, berlaku UUDS 1950.
d. Periode 5 Juli 1959 sampai sekarang, berlaku kembali UUD 1945.
Menurut catatan Bagir Manan, masa gemilang sejarah HAM Indonesia
pada masa ini tercermin pada lima indicator HAM:
a. Munculnya partai-partai politik dengan beragam ideology
b. Adanya kebebasan pers
c. Pelaksanaan pemilihan umum secara aman, bebas, dan demokratis
d. Control parlemen atas eksekutif
e. Perdebatan HAM secara bebas dan demokratis
1.4 HAM Pasca Orde Baru
Kesungguhan pemerintahan B.J. Habibie dalam perbaikan pelaksanaan
HAM ditunjukkan dengan pencanangan program HAM yang dikenal dengan
istilah Rencana Aksi Nasional HAM, pada Agustus 1998. Agenda HAM ini
bersandarkan pada empat pilar, yaitu:
1. Persiapan pengesahan perangkat Internasional di bidang HAM
2. Dimensi informasi dan pendidikan bidang HAM
3. Penentuan skala prioritas pelaksanaan HAM
4. Pelaksanaan isi perangkat Internasional di bidang HAM yang telah
diratifikasi melalui perundang-undangan nasional.
Komitmen pemerintah terhadap penegakan HAM juga ditunjukkan dengan
pengesahan UU tentang HAM, pembentukan Kantor Menteri Negara Urusan
HAM yang kemudian digabung dengan Departemen Hukum dan Perundangundanganmenjadi Departemen Kehakiman dan HAM, penambahan pasal-pasal
khusus tentang HAM dalam Amandemen UUD 1945, penerbitan inpres tentang
pengarusutamaan gender dalam pembangunan nasional, pengesahan UU tentang
pengadilan HAM. Pada tahun 2001, Indonesia juga menandatangani dua protocol
hak anak, yakni protocol yang terkait dengan larangan perdagangan, prostitusi,dan
pornografi anak. Menyusul kemudian, pada tahun yang sama pemerintah
membuat beberapa pengesahan UU di antaranya tentang perlindungan anak,
pengesahan tentang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga, dan penerbitan
keppres tentang Rencana Aksi Nasional (RAN) HAM Indonesia tahun 2004-2009.
1.5 Perkembangan Pemikiran HAM Dunia
a.
Magna ChartaPada umumnya para pakar di Eropa berpendapat bahwa
lahirnya HAM di kawasan Eropa dimulai denganlahirnya magna Charta
yang antara lain memuat pandangan bahwa raja yang tadinya memiliki
kekuasaanabsolute (raja yang menciptakan hukum, tetapi ia sendiri tidak
terikat dengan hukum yang dibuatnya), menjadidibatasi kekuasaannya
dan
mulai
dapat
diminta
hukum(MansyurEffendi,1994).
pertanggung
jawabannya
dimuka
b.
The American declarationPerkembangan HAM selanjutnya ditandai
dengan munculnya The American Declaration of Independence
yanglahir dari paham Rousseau dan Montesquuieu. Mulailah dipertegas
bahwa manusia adalah merdeka sejak didalam perut ibunya, sehingga
tidaklah logis bila sesudah lahir ia harus dibelenggu.
c.
The French declarationSelanjutnya, pada tahun 1789 lahirlah The French
Declaration (Deklarasi Perancis), dimana ketentuan tentanghak lebih
dirinci lagi sebagaimana dimuat dalam The Rule of Law yang antara lain
berbunyi tidak boleh adapenangkapan tanpa alasan yang sah. Dalam
kaitan itu berlaku prinsip presumption of innocent, artinya orang-orang
yang ditangkap, kemudian ditahan dan dituduh, berhak dinyatakan tidak
bersalah, sampai ada keputusanpengadilan yang berkekuatan hukum
tetap yang menyatakan ia bersalah.
d.
The four freedomAda empat hak kebebasan berbicara dan menyatakan
pendapat, hak kebebasan memeluk agama danberibadah sesuai dengan
ajaran agama yang diperlukannya, hak kebebasan dari kemiskinan dalam
Pengertiansetiap bangsa berusaha mencapai tingkat kehidupan yang
damai dan sejahtera bagi penduduknya, hakkebebasan dari ketakutan,
yang meliputi usaha, pengurangan persenjataan, sehingga tidak satupun
bangsaberada dalam posisi berkeinginan untuk melakukan serangan
terhadap Negara lain ( Mansyur Effendi,1994).
1.6 Macam-macam HAM
1.6.1 Hak Sipil dan Hak Politik
Hak-Hak Sipil dan Politik ditetapkan oleh Resolusi Majelis Umum 2200 A
(XXI) Tertanggal 16 Desember 1966, yang diratifikasi oleh negara indonesia
dengan undang-undang No 12 Tahun 2005 tentang Pengesahan International
Covenant On Civil And Political Rights (ICCPR).
Latar belakang lahirnya Kovenan Internasional Hak-hak Sipil dan Politik
merupakan tindak lanjut dari deklarasi Hak Asasi Manusia perserikan Bangsa-
Bangsa (PBB) atau Universal Declaration of Human Right tahun 1948, yang
kemudian dikenal dengan DUHAM. Kovenan internasional hak-hak sipil dan
politik dimaksudkan untuk lebih merinci lagi apa yang telah dideklarasikan
tentang HAM. Karena pada dasarnya deklarasi PBB tentang Hak Asasi Manusia
tahun 1948 hanya memuat pokok-pokok atau dasar-dasar dari hak asasi manusia.
Posisi Indonesia yang merupakan Negara anggota Perserikatan BangsaBangsa (PBB), yang juga mempunyai komitmen untuk menegakkan dan
melaksanakan ketentuan-ketentuan hak asasi manusia (HAM) menjadi pihak
dalam Konvensi Internasional tersebut dan meratifikasinya menjadi UndangUndang No 12 tahun 2005 Tentang Pengesahan International Covenant On Civil
And Political Rights. (ICCPR).
Dasar dari hak jenis ini adalah sebuah kovenan, konvonen ini
mengukuhkan pokok-pokok HAM di bidang sipil dan politik yang tercantum
dalam DUHAM sehingga menjadi ketentuan-ketentuan yang mengikat secara
hukum dan penjabarannya mencakup pokok-pokok lain yang terkait. Kovenan
tersebut terdiri dari pembukaan dan Pasal-Pasal yang mencakup 6 bab dan 53
Pasal. Ada 4 ketentuan pokok yang diatur dalam kovenan intrnasional hak-hak
sipil dan politik, yaitu:
1.
Tentang hak suatu bangsa untuk menetukan nasibnya sendiri, sebagaimana
yang termuat dalam pasal 1 ayat bagian 1 bahwa: “Semua bangsa berhak untuk
menentukan nasib sendiri. Berdasarkan hak tersebut mereka bebas untuk
menentukan status politik mereka dan bebas untuk mengejar kemajuan ekonomi,
sosial dan budayanya”. Dengan begitu tidak boleh lagi ada bangsa yang menjajah
dan mengintervensi negara lain dalam menetukan nasibnya.
2.
Hak suatu bangsa atau Negara untuk mengurangi kewajiban-kewajiban
rakyatnya dalam keadaan darurat, sebagaimana yang tercantum dalam pasal 4 ayat
1 bagian ke 2 bahwa: “Dalam keadaan darurat yang mengancam kehidupan
bangsa dan keberadaannya, yang telah diumumkan secara resmi, Negara-negara
Pihak Kovenan ini dapat mengambil langkah-langkah yang mengurangi
kewajiban-kewajiban mereka berdasarkan Kovenan ini, sejauh memang sangat
diperlukan dalam situasi darurat tersebut, sepanjang langkah-langkah tersebut
tidak bertentangan dengan kewajiban-kewajiban lainnya berdasarkan hukum
internasional dan tidak mengandung diskriminasi semata-mata berdasarkan atas
ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama atau asal- usul sosial.”
3.
Hal pokok yang selanjutnya adalah hak-hak individu, sebagaimana yang
diatur dalam pasal 6 sampai pasal 27, seperti yang termaktub dalam pasal 6 ayat 6
bagian ke 3 bahwa, : “Setiap manusia berhak atas hak untuk hidup yang melekat
pada dirinya. Hak ini wajib dilindungi oleh hukum. Tidak seorang pun dapat
dirampas hak hidupnya secara sewenang-wenang.”
4.
Hal pokok selanjutnya adalah Kewajiban-kewajiban Negara, sebagaimana
yang diatur dalam pasal 28 sampai pasal 45 bagian ke-4. Seperti yang tercantum
dalam pasal 28 ayat 1 bagian ke-4 bahwa, : “Harus dibentuk Komite Hak Asasi
Manusia (dalam Kovenan ini selanjutnya akan disebut sebagai Komite). Komite
harus terdiri dari delapan belas anggota dan bertugas melaksanakan fungsifungsi yang diatur di bawah ini.”
1.6.2 Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya
Hak-hak ekonomi, sosial dan budaya merupakan bagian tak terpisahkan
dari hak asasi manusia. Hak ekonomi, sosial dan budaya mempunyai nilai
intrinsik. Hak-hak ini memungkinkan kebebasan untuk menentukan cara hidup
yang kita hargai. Potensi manusia bisa diekspresikan melalui hak-hak sipil dan
politik namun pengembangan potensi tersebut membutuhkan keadaan-keadaan
sosial dan ekonomi yang memadai.
Jenis hak ini di dasari juga atas Kovenan tentang Hak-hak Ekonomi,
Sosial, dan Budaya yang menghendaki Negara Pihak agar mencapai secara
bertahap realisasi sepenuhnya atas hak-hak yang diakui di kovenan dan
mengambil langkah-langkah sejauh yang dimungkinkan oleh sumber daya yang
tersedia. Beberapa kalangan cendekiawan dan Negara menaruh anggapan bahwa,
hak-hak sipil dan politik merupakan hak asasi manusia sedang hak-hak ekonomi,
sosial dan budaya hanyalah sekedar aspirasi.
Di Indonesia sendiri ratifikasi Undang-Undang tentang Hak – Hak
Ekonomi Sosial dan Budaya disahkan dan telah berwujud dalam Undang-undang
Nomor 11 Tahun 2005 tentang Pengesahan International Covenant on Economic,
Social and Cultural Rights (Kovenan Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial
dan Budaya). Pada 30 September 2005 pemerintah Indonesia meratifikasi dua
perjanjian internasional tentang hak-hak manusia, yaitu Kovenan Internasional
tentang Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya (International Covenant on
Economic, Social and Cultural Rights – ICESCR). Dan pada 28 Oktober 2005,
pemerintah Indonesia mengesahkan ICESCR menjadi UU No. 11/2005 dan
ICCPR menjadi UU No. 12/2005. Dan juga ada undang-undang lain menegenai
masalah ekonomi seperti Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang
Penananaman Modal
Kovenan ini mengukuhkan dan menjabarkan pokok-pokok HAM di
bidang ekonomi, social dan budaya dari DUHAM dalam ketentuan-ketentuan
yang mengikat secara hukum. Kovenan terdiri dari pembukaan dan pasal-pasal
yang mencakup 31 pasal.
Ada beberapa pokok dari Kovenan Internasional Hak-Hak Ekonomi, Sosial, dan
Budaya ini, yaitu:
1. Hak rakyat untuk menentukan nasibnya sendiri dan menyerukan kepada
semua negara, termasuk negara-negara yang bertanggung jawab atas
pemerintahan Wilayah yang Tidak Berpemerintahan Sendiri dan Wilayah
Perwalian, untuk memajukan perwujudan hak tersebut. Pasal ini
mempunyai arti yang sangat penting pada waktu disahkannya Kovenan ini
pada tahun 1966 karena ketika itu masih banyak wilayah jajahan.
2. Persamaan hak antara laki-laki dan perempuan, seperti yang tercantum
pada pasal 3 bagian 2, bahwa: “Negara Pihak pada Kovenan ini berjanji
untuk menjamin hak yang sama antara laki-laki dan perempuan untuk
menikmati semua hak-hak ekonomi, sosial dan budaya yang tercantum
dalam Kovenan ini.”
3. Hak asasi setiap orang di bidang ekonomi, sosial, dan budaya yang diatur
dari pasal 6 sampai dengan pasal 15. Negara mengakui yakni hak atas
pekerjaan (Pasal 6), hak untuk menikmati kondisi kerja yang adil dan
menyenangkan (Pasal 7), hak untuk membentuk dan ikut serikat buruh
(Pasal 8), hak atas jaminan sosial, termasuk asuransi sosial (Pasal 9), hak
atas perlindungan dan bantuan yang seluas mungkin bagi keluarga, ibu,
anak, dan orang muda (Pasal 10), hak atas standar kehidupan yang
memadai (Pasal 11), hak untuk menikmati standar kesehatan fisik dan
mental yang tertinggi yang dapat dicapai (Pasal 12), hak atas pendidikan
(Pasal 13 dan 14), dan hak untuk ikut serta dalam kehidupan budaya
(PasaI1).
1.6.3 Berdasarkan Ketetapan MPR No. XVII/MPR/1998
HAM adalah hak-hak dasar yang melekat pada diri manusia secara kodrati,
universal dan abadi sebagai anugerah Tuhan YME, meliputi hak untuk hidup, hak
berkeluarga, hak mengembangkan diri, hak keadilan, hak kemerdekaan, hak
berkomunikasi, hak keamanan, dan hak kesejahteraan yang oleh karena itu tidak
boleh diabaikan atau dirampas oleh siapapun
Macam-macam HAM yang tercantum dalam TAP MPR di atas :
a.
Hak untuk hidup
b.
Hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan
c.
Hak keadilan
d.
Hak kemerdekaan
e.
Hak atas kebebasan informasi
f.
Hak kemananan
g.
Hak kesejahteraan
h.
Kewajiban
i.
Perlindungan dan pemajuan
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
HAM adalah hak-hak dasar yang melekat pada diri manusia secara kodrati,
universal dan abadi sebagai anugerah Tuhan YME, meliputi hak untuk hidup, hak
berkeluarga, hak mengembangkan diri, hak keadilan, hak kemerdekaan, hak
berkomunikasi, hak keamanan, dan hak kesejahteraan yang oleh karena itu tidak
boleh diabaikan atau dirampas oleh siapapun
Pemikiran HAM dalam periode sebelum kemerdekaan dapat dijumpai
dalam sejarah kemunculan organisasi pergerakan nasional, seperti Boedi Oetomo
(1908), Serikat Islam (1911), Indische Partij (1912), Partai Komunis Indonesia
(1920), Perhimpunan Indonesia (1925), dan Partai Nasional Indonesia (1927).
Komitmen pemerintah terhadap penegakan HAM juga ditunjukkan dengan
pengesahan UU tentang HAM, pembentukan Kantor Menteri Negara Urusan
HAM yang kemudian digabung dengan Departemen Hukum dan Perundangundanganmenjadi Departemen Kehakiman dan HAM, penambahan pasal-pasal
khusus tentang HAM dalam Amandemen UUD 1945, penerbitan inpres tentang
pengarusutamaan gender dalam pembangunan nasional, pengesahan UU tentang
pengadilan HAM. Hak-hak ekonomi, sosial dan budaya merupakan bagian tak
terpisahkan dari hak asasi manusia.
DAFTAR PUSTAKA
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/lslr/article/download/19483/9290/.
Diakses pada 13 Februari 2019 pukul 9.45 WIB
Jurnal Lentera Hukum. Volume 5 Issue 2 (2018), Hukum dan Bahasa: Refleksi
dan Transformasi Pemenuhan Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya.
Irmansyah Rizky Ariestandi. 2013. Hukum, Hak Asasi Manusia, dan Demokrasi.
Yogyakarta. Graha Ilmu
https://www.academia.edu/22534332/Kovenan_Hak_Sipil_Politik_Ekonomi_Sosi
al_dan_Budaya. Diakses pada 13 Februari 2019 pukul 10.15 WIB
Download