Praktikum ekologi perairan, Semester Genap (6), 1-7, Pendidikan Biologi FKIP Univerrsitas Riau, Pekanbaru. ANALISIS STRUKTUR KOMUNITAS BIOTIK MANGROVE PANTAI TANJUNG SENEKIP KABUPATEN BENGKALIS Fitria Adriani 1605123324 Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Riau Email : [email protected] ABSTRAK Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 29-31 Maret 2019 yang berlokasi di Desa Teluk Pambang, Kecamatan Bantan, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau. Tujuan dari praktikum ini untuk mengukur dan menganalisis faktor fisika, kimia, dan biologi perairan serta mangrove di Tanjung Senekip Desa Teluk Pambang, dan mengetahui kualitas perairan dan mangrove di Desa Teluk Pambang dengan pendekatan fisika, kimia dan biologi. Pengambilan cuplikan air dilakukan pada tiga stasiun. Adapun parameter yang di amati antara lain komposisi jenis, kepadatan, keanekaragaman , dominansi jenis , indeks kesamaan, indeks kekayaan, sedangkan untuk struktur vegetasi mangrove meliputi komposisi jenis, kerapatan jenis dan kerapatan relatif, frekuensi dan frekuensi relatif, dominansi dan dominansi relatif, indeks nilai penting, dan keanekaragaman hayati, serta parameter pendukung berupa parameter fisika dan kimia yang diperoleh secara insitu seperti pH, DO, kuat arus, kecerahan, kelembapan dan suhu udara, dan substrat dasar perairan maupun substrat mangrove. Alat yang digunakan untuk pencuplikan plankton yaitu plankton net sedangkan untuk pencuplikan bentos adalah eckman grab. Dari praktikum yang dilakukan lingkungan akuatik didesa teluk Pambang, kecamatan Bantan ,Bengkalis menunjukkan ciri fisika dan kimia yang cukup baik, namun belum baik dalam ciri biologi perihal keseimbangan ekosistem. Keyword : Benthos, Plankton, Periphyton, Mangrove. PENDAHULUAN Indonesia memiliki salah satu wilayah hutan mangrove yang luas di dunia, sekitar 3 juta hektar hutan mangrove tumbuh di sepanjang 95.000 km pesisir Indonesia. Jumlah ini mewakili 23 % dari keseluruhan ekosistem mangrove dunia (Giru dalam Fia et al., 2017. Pesisir Tanjung Senekip merupakan daerah pantai yang terdapat di Desa Teluk Pambang, Kecamatan Bantan, Kabupaten Bengkalis. Wilayah ini telah ditetapkan sebagai daerah wisata oleh Pemerintah Kabupaten Bengkalis. Desa Teluk Pambang terletak lebih kurang 45 km ke arah timur dari Ibu Kota Kecamatan (Selat Baru) dan 65 km dari Ibu Kabupaten Bengkalis, dengan luas wilayah lebih kurang 943,6 hektar. Di desa ini mengalir sebuah sungai yakni Sungai Kembung dengan salinitas yang cukup tinggi. Di sekitar sungai terdapat kawasan mangrove hingga ke pantai Tanjung Senekip. Hutan mangrove di Desa Teluk Pambang memiliki luas ± 500 Ha yang terbagi di dua dusun yaitu Dusun Setia Kawan dan Dusun Tanjung Kudus.. Hutan mangrove merupakan salah satu ekosistem alamiah yang unik dan mempunyai nilai ekologis dan ekonomis yang tinggi. Fungsi ekologis ekosistem mangrove antara lain: pelindung pantai dari serangan angin, arus dan ombak dari laut, habitat (tempat tinggal), tempat mencari makan (feeding ground), tempat asuhan dan pembesaran (nursery ground), dan tempat pemijahan (spawning ground) bagi biota perairan (Printrakoon and Temkin dalam Sri et al., 2015). Ekosistem mangrove Praktikum ekologi perairan, Semester Genap (6), 1-7, Pendidikan Biologi FKIP Univerrsitas Riau, Pekanbaru. merupakan suatu ekosistem khas di wilayah pesisir yang merupakan tempat berlangsungnya hubungan timbal balik antara komponen abiotik seperti senyawa anorganik, organik dan iklim (pasang surut, salinitas, dan lain-lain) dengan komponen biotik seperti produsen (vegetasi, plankton), konsumen makro (serangga, ikan, burung, buaya) (Rodlyan et al., 2015). Secara ekologis mangrove memiliki fungsi yang sangat penting dalam memainkan peranan sebagai mata rantai makanan di suatu perairan, yang dapat menumpang kehidupan berbagai jenis ikan, udang dan moluska. Perlu diketahui bahwa hutan mangrove tidak hanya melengkapi pangan bagi biota aquatik saja, akan tetapi juga dapat menciptakan suasana iklim yang kondusif bagi kehidupan biota aquatik, serta memiliki kontribusi terhadap keseimbangan siklus biologi di suatu perairan (Pramudji, 2001). Organisme akuatik dibagi menjadi beberapa jenis jika dilihat dari cara hidupnya atau kebiasaan hidupnya pada perairan, yaitu (1) neuston, organisme yang berada dipermukaan air. (2) Plankton, yaitu organisme yang hidupnya melayang dalam air, ia tidak dapat mengatur pergerakannya sendiri, sehingga pergerakannya diatur oleh arus air. (3) Nekton, merupakan organisme yang hidup dalam air dan bergerak secara bebas, artinya pergerakan yang dilakukannya adalah atas kehendaknya sendiri, dan tidak dipengaruhi oleh arus air. (4) Benthos, merupakan organisme yang hidupya berada di dasar air. (5) Periphyton, yaitu organisme yang melekat pada suatu permukaan baik itu di atas permukaan air, atau di dasar air (Suwondo, 2018). Menurut Yusuf Ibrahim, dkk (2014), keragaman biota dalam suatu ekosistem yang berasosiasi dengan faktor abiotik berperan penting dalam menjaga kelangsungan ekosistem tersebut. Keberadaan suatu organisme dalam satu ekosistem berpengaruh terhadap organisme pada ekosistem lainnya. BAHAN DAN METODE Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 29-31 Maret 2019 di desa Teluk Pambang, Kecamatan Bantan, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau. Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum lapangan ini adalah eckman grab, saringan dua tingkat ukuran 2 ml dan 1 ml, pipet tetes, mikroskop stereo, lup, pH meter, DO meter, cakram secci, thermometer, ice box, cawan petri, kantong plastik, kertas label, alat tulis dan formalin 4% , meteran, tali plastik, parang, kantong plastik, Handrefractometer, GPS (Geografic Position System), soil tester, dan pH meter. Metode yang digunakan merupakan metode survei dalam pengumpulan data. Praktikum ini dilakukan pada dua titik di sungai Kembung dan tiga titik di Pantai Senekip. Parameter utama berupa parameter biologi dan parameter pendukung. parameter biologi meliputi komposisi jenis, kepadatan, keanekaragaman, dominansi jenis, indeks kesamaan, dan indeks kekayaan untuk biota akuatik, sedangkan untuk struktur vegetasi mangrove meliputi komposisi jenis, kerapatan jenis dan kerapatan relatif, frekuensi dan frekuensi relatif, dominansi dan dominansi relatif, indeks nilai penting, dan keanekaragaman hayati. Parameter pendukung berupa parameter fisika dan kimia air yang diperoleh secara insitu dan eksitu. Parameter pendukung meliputi suhu air, udara dan tanah Praktikum ekologi perairan, Semester Genap (6), 1-7, Pendidikan Biologi FKIP Univerrsitas Riau, Pekanbaru. lumpur yang menjadi substrat mangrove diukur dengan thermometer dan termohygrometer, kecerahan air diukur dengan cakram secci, ph air, udara dan tanah diukur dengan ph meter, o2 terlarut diukur dengan do meter, kecepatan arus dan kondisi substrat mangrove. HASIL DAN PEMBAHASAN Faktor Fisika dan Kimia Faktor – faktor fisika-kimia yang menunjang kehidupan biota akuatik yaitu Suhu, Kecerahan dan kandungan oksigen terlarut (DO). Hasil pengukuran faktor fisikakimia dapat dilihat pada tabel 1 berikut. Tabel 1. Faktor Fisika-Kimia di Perairan desa Teluk Pambang, kecamatan Bantan, kabupaten Bengkalis. Stasiun Parameter I II III Suhu (°C) 28.5 28.6 31.1 Kecerahan (cm) 31.5 35 32 DO (Mg/L) 7.5 11.4 6.2 pH 7.95 8.5 6.8 Salinitas 2.5 2.5 2.5 TSS (Mg/L) 0.74 0.53 0.46 Berdasarkan data diatas, dapat diketahui bahwa suhu tertinggi berada distasiun III, sedangkan terendah berada di stasiun I. Namun, jika dicari rerataan, suhu air berada pada batas normal yaitu 29.4. Suhu antara 28.5-31.1 ℃ menunjukkan perairan yang hangat untuk tempat berkembang biak beberapa biota perairan termasuk ikan (Wikipedia, 2018). Nilai pH ketiga stasiun pengamatan >6, ini menunjukkan kualitas air tergolong baik. Data kecerahan pada masing-masing stasiun memiliki perbedaan. Data kecerahan tertinggi adalah pada stasiun II (tabel 1). Menurut Effendi (2003), Hal ini disebabkan adanya bahan organik dan anorganik baik yang tersuspensi dan terlarut, sehingga penetrasi cahaya matahari terhalang. Oksigen terlarut (DO) dapat menunjukkan tingkat pencemaran suatu perairan. Kandungan oksigen terlarut pada perairan yang belum tercemar yaitu > 6,5 mg/L. Nilai TSS tertinggi pada stasiun I yakni 0.74 mg/L. Hal ini mengindikasikan tingkat kekeruhan suatu perairan. Semakin besar nilai TSS, maka tingkat kekeruhan semakin tinggi. Indeks Keanekaragaman (H’) biota hewan air Keanekaragaman (H') 3 2,77 2,12 2 1 0,730,810,58 1,83 1,51 1,03 0 Stasiun 2 Stasiun 3 0 Plankton Stasiun 1 Benthos Periphyton Praktikum ekologi perairan, Semester Genap (6), 1-7, Pendidikan Biologi FKIP Univerrsitas Riau, Pekanbaru. Gambar 1. Penghitungan Kenanekaragaman (H’) Benthos, Plankton, dan Periphyton di perairan desa Teluk Pambang, kecamatan Bantan, kabupaten Bengkalis. Indeks keanekaragaman menggabungkan kekayaan spesies dan kemerataan dalam satu nilai. Nilai keanekaragaman yang sama bisa dihasilkan dari suatu komunitas yang tingkat kekayaan spesiesnya rendah tetapi kemerataannya tinggi begitu pula sebaliknya. Data hasil penelitian menunjukkan indeks keanekaragaman tertinggi tedapat pada plankton di stasiun 1 yaitu sebesar 2.27 (Gambar 1).Indeks kaenkaragaman plankton dan periphyton >1, sedangkan pada bentos menujukkan indeks keanekaragaman <1 yang berarti keanekaragaman jenis plankton dalam keadaan tidak seimbang, berarti tidak ada persaingan baik terhadap tempat maupun makanan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wienner bahwa jika 1,0 < H’ < 3,322 menunjukkan keanekaragaman sedang, produktivitas cukup, kondisi ekosistem cukup seimbang, tekanan ekologis sedang. Indeks Kemerataan (E’) biota hewan air Kemerataan (E') 1 0,67 0,52 0,570,63 0,39 0,5 0,2 0 Stasiun 2 0,12 0,03 Stasiun 3 0 Plankton Benthos Stasiun 1 Periphyton Gambar 2. Penghitungan kemerataan (E’) Benthos, Plankton, dan Periphyton di perairan desa Teluk Pambang, kecamatan Bantan, kabupaten Bengkalis. Nilai indeks kemerataan digunakan untuk mengukur derajat kemerataan kelimpahan individu spesies dalam komunitas. Kemerataan menggambarkan keseimbangan antara satu komunitas dengan komunitas lainnya. Dari gambar diatas, dapat dilihat bahwa nilai indeks kemerataan tertinggi terdapat pada organisme plankton pada stasiun 1 sebesar 0,67. Rentang nilai indeks kemerataan dengan besaran E’ < 0.3 menunjukkan kemerataan jenis tergolong rendah, E’ = 0.3 – 0.6 kemerataan jenis tergolong sedang dan E’ > 0.6 maka kemerataaan jenis tergolong tinggi. Pada hasil pencuplikan biota akuatik plankton dan peripthyton menunjukkan nilai kemerataan yang tinggi, yaitu E’ >0.3. Sedangkan pada pencuplikan bentos menunjukkan nilai kemerataan yang rendah yaitu E’ <0.3. Praktikum ekologi perairan, Semester Genap (6), 1-7, Pendidikan Biologi FKIP Univerrsitas Riau, Pekanbaru. Indeks Dominansi (C) hewan biota air 1,2 1 Dominansi (C) 1 0,8 0,37 0,4 0,2 Stasiun 1 0,61 0,6 0,12 0,06 0,13 0,23 0,17 Stasiun 2 Stasiun 3 0 0 Plankton Benthos Periphyton Gambar 3. Penghitungan dominansi (C) Benthos, Plankton, dan Periphyton di perairan desa Teluk Pambang, kecamatan Bantan, kabupaten Bengkalis. Indeks dominasi digunakan untuk mengetahui kekayaan spesies serta keseimbangan jumlah individu setiap spesies dalam ekosistem.Data gambar diatas, nilai indeks dominansi tertinggi terdapat pada organisme bentos pasa stasiun 1. Nilai indeks dominansi ini menunjukkan tidak ada individu yang mendominasi, dan juga nilai kemerataan jenis tergolong sedang. Menurut Effendi (2003), faktor utama yang mempengaruhi jumlah bentos, keragaman jenis, dan dominasi, antara lain adanya kerusakan habitat alami, pencemaran kimiawi, dan perubahan iklim. Nilai dominansi < 1 menunjukkan keanekaragamannya rendah dan kelimpahannya tinggi/ mendominasi dari jenis lain. Adanya spesies yang mendominasi ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain adalah persaingan antara tumbuhan yang ada, dalam hal ini berkaitan dengan iklim dan mineral yang diperlukan, jika iklim dan mineral yang dibutuhkan mendukung maka spesies tersebut akan lebih unggul dan lebih banyak ditemukan (Syafei, 1990). Nilai dominansi plankton, bentos, dan periphyton sebesar <1. Hal ini menunjukkan bahwa pada perairan tersebut tidak terdapat plankton yang mendominasi. Indeks Kenaekaragaman (H’) Mangrove 1,5 1 0,5 0 pohon sapling bibit Gambar 4. Indeks keanekaragaman mangrove Praktikum ekologi perairan, Semester Genap (6), 1-7, Pendidikan Biologi FKIP Univerrsitas Riau, Pekanbaru. Berdasarkan gambar diatas, nilai indeks keanekargaman tertinggi terdapat pada strata pohon, kemudian sapling dan bibit. Indeks keanekaragaman pohon sebesar 1.25 termasuk dalam kategori sedang. Indeks keanekaragaman Shannon-Wienner diperoleh dengan parameter kekayaan jenis dan proporsi kelimpahan masing-masing jenis pada suatu habitat. Kekayaan jenis adalah jumlah jenis dari suatu komunitas, sedangkan kelimpahan adalah jumlah individu dalam suatu jenis. Fachrul (2006) mendefinisikan besarnya indeks keanekaragaman jenis yaitu apabila nilai Hꞌ > 3 maka keanekaragaman jenis adalah tinggi atau melimpah, apabila nilai Hꞌ 1 ≤ Hꞌ ≤ 3 maka keanekaragaman jenis adalah sedang dan apabila nilai Hꞌ < 1 maka keanekaragaman spesies adalah sedikit atau rendah. Indeks Nilai Penting (INP) Mangrove INP Aegiceras… Lumnitzera… Rhizophpor… INP Rhizophpor… 600 500 400 300 200 100 0 INP 100 80 60 40 20 0 INP 150 100 50 INP 0 INP Gambar 5. Indeks nilai penting (INP) mangrove Indeks nilai penting (importance value index) adalah parameter kuantitatif yang dipakai untuk menyatakan tingkat penguasaan suatu jenis terhadap jenis-jenis lain dalam suatu komunitas. INP juga dapat digunakan untuk memberikan gambaran tentang peranan suatu jenis mangrove dalam ekosistem. Nilai indeks dominansi tertinggi terdapat pada strata pohon denan jens spesies Rhizopora apiculata sebesar 500. Indeks Nilai Penting (INP) digunakan untuk menggambarkan tingkat penguasaan yang diberikan oleh suatu spesies terhadap komunitas, semakin besar nilai INP suatu spesies semakin besar tingkat penguasaan terhadap komunitas dan sebaliknya . Adanya spesies yang mendominasi ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain adalah persaingan antara tumbuhan yang ada, dalam hal ini berkaitan dengan iklim dan mineral yang diperlukan, jika iklim dan mineral yang dibutuhkan mendukung maka spesies tersebut akan lebih unggul dan lebih banyak ditemukan. Indeks Nilai Penting (INP) merupakan nilai yang menggambarkan peranan keberadaan suatu jenis dalam komunitas tumbuhan. Jenis INP yang tinggi sangat mempengaruhi suatu komunitas tumbuhan. Menurut Fakhrul (2007), kategorisasi INP Praktikum ekologi perairan, Semester Genap (6), 1-7, Pendidikan Biologi FKIP Univerrsitas Riau, Pekanbaru. adalah sebagai berikut: INP > 42,66 dikategorikan tinggi, INP 21,96 – 42,66 dikategorikan sedang, INP< 21,96 dikategorikan rendah. Spesies yang memiliki INP tinggi berarti spesies tersebut lebih menguasai wilayah khususnya dalam memanfaatkan sumberdaya atau lebih mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya. KESIMPULAN Hasil praktikum ini menunjukkan bahwa lingkungan akuatik didesa teluk Pambang, kecamatan Bantan ,Bengkalis menunjukkan ciri fisika dan kimia yang cukup baik, namun belum baik dalam ciri biologi perihal keseimbangan ekosistem. Keseimbangan ekosistem dapat tercermin dari indeks kemerataan E yang dimiliki oleh suatu perairan. Karena nilai indeks kemerataan yang rendah pada seluruh stasiun, mengindikasikan rendahnya keseimbangan ekosistem perairan di desa Teluk Pambang, kecamatan Bantan, kabupaten Bengkalis. DAFTAR PUSTAKA Fia Novianty, Aras Mulyadi, Efriyeldi. 2017. Struktur Komunitas Hutan Mangrove Desa Mengkapan Kecamatan Sungai Apit Kabupaten Siak. Odum, E. P. 1998. Dasar-Dasar ekologi.Edisi Ketiga. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Pramudji. 2001. Ekosistem Hutan Mangrove Dan Peranannya Sebagai Habitat Berbagai Fauna Aquatik. Oseana 26(4), 13-23. R Rodlyan Ghufrona, Cecep Kusmana dan Omo Rusdiana. 2015. Komposisi Jenis dan Struktur Hutan Mangrove di Pulau Sebuku, Kalimantan Selatan. Jurnal Silvikultur Tropika Vol. 6 (1) : Hal 15-26 Sri Wahyuni, Arief Anthonius Purnama, Nurul Afifah. 2015. Jenis-Jenis Moluska (Gastropoda dan Bivalvia) pada Ekosistem Mangrove di Desa Dedap Kecamatan Tasikputripuyu Kabupaten Kepulauan Meranti, Riau. Suwondo, Yuslim Fauziah. 2018. Penuntun Praktikum Ekologi Perairan. Pekanbaru. Yusuf Ibrahim, Hertien K Surtikanti, Riandi, Adianto. 2014. Analisis Keragaman Biota Dan Faktor Fisiko-Kimia Pantai Karapy Pangandaran Untuk Kebutuhan Pengembangan Kuliah Lapangan Terpadu Mahasiswa Calon Guru Biologi. Proceeding Biology Education Conference. 11(1).