Update Tinjauan Mengenai Kebijakan Perdagangan Anggota World

advertisement
Update Tinjauan Mengenai Kebijakan Perdagangan Anggota World Trade
Organization (WTO)
Trade Policy Review ke-6 Terhadap People’s Republic of China Pada Tahun 2016
1.
Pada tanggal 20-22 Juli 2016 di Jenewa telah diselenggarakan Sidang Trade Policy
Review (TPR) ke-6 Republik Rakyat Tiongkok (RRT). Sidang dipimpin oleh Ms. Irene B.K.
Young (Wakil Tetap Hong Kong China untuk WTO), sementara Delegasi RRT dipimpin
oleh Wakil Menteri Perdagangan RRT, Mr. Wang Shouwen, dengan 31 anggota delegasi.
Bertindak sebagai discussant adalah Mr. Hamish McCormick, Wakil Tetap Australia
untuk WTO.
2.
Beberapa pandangan negara–negara Anggota WTO mengenai kebijakan perdagangan
(trade policy) dan Kebijakan terkait perdagangan (trade-related policy) yang diterapkan
oleh pemerintah RRT:
 Apresiasi kepada RRT yang telah menerapkan ekonomi yang terbuka dan telah
melakukan beberapa perbaikan di beberapa sektor sejak Trade Policy Review
sebelumnya pada tahun 2014.
 Selama periode 2014-2016, pertumbuhan ekonomi RRT cenderung mengalami
pelambatan, dengan tingkat pertumbuhan GDP 6,5-7% tahun 2012-2013, atau lebih
rendah dibandingkan dengan periode 2012-2014 yang berkisar antara 7,3-7,7%.
Komponen pendorong utama bagi pertumbuhan ekonomi RRT adalah kuatnya
permintaan di dalam negeri (domestic demand) yang didukung oleh ekspansi dan
ketersediaan kredit. Hal tersebut sejalan dengan kebijakan Pemerintah RRT untuk
menjadikan konsumsi di dalam negeri sebagai faktor utama penentu pertumbuhan
ekonomi. Pemerintah RRT juga mendorong peningkatan peranan sektor swasta
dalam perekonomian, reformasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN), peningkatan
persaingan usaha, serta reformasi fiskal dan sektor keuangan.
 Apresiasi kepada RRT yang telah menjadi World’s Largest Trader selama periode
review, dengan nilai total ekspor US$ 2,28 trilliun dan nilai total impor mencapai US$
1,68 trilliun di tahun 2015 yang berkontribusi secara langsung terhadap
pertumbuhan ekonomi dunia.
 Apresiasi atas terbentuknya China Shanghai Free Trade Zone dan pembukaan tiga
pilot Free Trade Zone (FTZ) baru, yaitu di Guangdong, Tianjin, dan Fujian, dalam
rangka mendukung peningkatan perdagangan dan investasi baik dalam negeri
maupun antar negara.
 Pada sektor jasa, RRT secara aktif mendorong investasi di bidang tersebut,
diantaranya mengeluarkan panduan untuk pengembangan jasa informasi,
kebudayaan, perawatan lansia, kesehatan, dan industri jasa lainnya. RRT juga
mendorong perkembangan jasa industri seperti di bidang energy conservation, dan
environmental protection.
3.
Beberapa concerns Indonesia dan negara-negara Anggota WTO lainnya terhadap
kebijakan RRT, antara lain:
 Banyaknya lembaga di tingkat pusat dan daerah yang memiliki kewenangan untuk
mengeluarkan standar, persyaratan bagi dilaksanakannya Mutual Recognition
Agreement (MRA), serta persyaratan SPS bagi produk makanan. Indonesia juga
1
menanyakan tentang pajak atas produk daun tembakau impor dan mengenai produk
pertanian yang menjadi subyek bagi automatic import licensing.
 Penggunaan Renmimbi (RMB) dalam perdagangan bilateral, yang ditujukan
mengurangi ketergantungan pada mata uang Amerika Serikat.
 Produk-produk barang dan jasa yang mendapatkan price controls, dimasukkannya
tembakau ke dalam daftar kategori investasi yang dilarang (prohibited) dan akses
pasar bagi produk dimaksud, serta permintaan penjelasan mengenai peranan State
Owned Enterprises (SOEs).
 Subsidi pertanian di RRT, penerapan batasan bagi dokter asing untuk dapat
mendaftarkan diri kembali untuk bekerja di institusi kesehatan di RRT, serta
hambatan perdagangan terkait impor tropical fruits, impor ikan hias, perbedaan data
perdagangan, ketentuan Insurance System Informatization,dan standar untuk produk
furniture.
 Kebijakan Pemerintah RRT yang telah mengakibatkan terjadinya overcapacity
produksi besi dan baja, semen, pertambangan batu bara, dan beberapa produk
lainnya. Kondisi tersebut telah mengakibatkan terjadinya gangguan dalam
perdagangan produk-produk tersebut di pasar dunia.
 Penerapan non-ad-valorem tariffs atas beberapa produk, khususnya produk
pertanian, yang diperkirakan melewati bound tariff produk dimaksud.
 Perbaikan perlindungan dan penegakan hukum terkait Intellectual Property Rights di
RRT sejak review terakhir RRT tahun 2014, khususnya terkait dengan hak cipta dan
merek dagang.
 Kebijakan Pemerintah RRT yang belum memenuhi prinsip transparansi,
predictability, dan non-discrimination, khususnya terkait subsidi yang berpengaruh
pada ekspor.
 Keluhan terkait kewajiban notifikasi yang belum dilaksanakan oleh RRT secara tepat
waktu, termasuk berbagai kebijakan terkait ekspor dan impor.
4.
Beberapa tanggapan dari Pemerintah RRT, antara lain:
 Terkait MRA, RRT menyampaikan bahwa sertifikasi dan pengujian suatu produk
hanya dapat dilakukan oleh laboratorium yang berada di wilayah RRT, yang ditunjuk
oleh CNCA. Pemerintah RRT tidak dapat secara langsung menerima hasil pengujian
dan sertifikasi dari lembaga di luar wilayah RRT, meskipun laboratorium dimaksud
sudah diakreditasi oleh lembaga yang tercakup dalam MRA. Mengenai standar,
pemerintah RRT menyatakan bahwa terdapat beberapa instansi, baik di tingkat
pusat maupun daerah, yang berwenang untuk mengeluarkan standar, serta bahwa
RRT akan berusaha mengikuti dinamika internasional dan melakukan sinkronisasi
standar RRT dengan standar yang diterima secara internasional.
 Terkait penggunaan Renmimbi (RMB), RRT menyampaikan bahwa pada tahun 2015,
RMB yang digunakan dalam perdagangan antara kedua negara telah mencapai RMB
25,6 miliar.
 Impor tropical fruits: Pemerintah RRT sedang dalam proses negosiasi dengan
Pemerintah RI guna menyusun protokol persyaratan SPS untuk ekspor manggis.
Apabila Indonesia hendak mengekspor buah-buahan tropis lainnya ke RRT, maka
perlu memiliki risk-analyzing materials untuk buah-buahan terkait.
2

Impor ikan hias: Pemerintah RRT mengharapkan kerja sama antara AQSIQ dengan
institusi terkait di Indonesia guna menyelesaikan assessment dan pendaftaran fish
farms dan packaging farms.
 Bea masuk produk kertas: Pemerintah RRT menyampaikan bahwa bea masuk atas
beberapa produk kertas telah dikurangi sesuai dengan ASEAN-China FTA.
 Terkait perbedaan data perdagangan, Pemerintah RRT sedang bekerja sama dengan
Pemerintah RI guna mengatasi hal tersebut.
 Ketentuan Insurance System Informatization: Pemerintah RRT menyatakan bahwa
tujuan diterapkannya ketentuan tersebut adalah untuk memastikan keamanan cyber
dan informasi dalam industri asuransi. Ketentuan terkait berlaku untuk perusahaan
asuransi domestik dan asing.
 Standar untuk produk furniture; Saat ini, Pemerintah RRT sedang meninjau kembali
standar dimaksud.
 Daftar produk yang mendapatkan price control merujuk pada Decree No. 29 of
National Development and Reform Commission of the PRC, serta lembaga di pusat
dan di daerah yang berwenang. Terkait tembakau, Pemerintah RRT menyatakan
bahwa impor tembakau tidak dilarang meskipun industri tembakau di RRT dimiliki
dan dimonopli oleh Negara.
 Daun tembakau (tobacco leaf) dikenai pajak penjualan dan bukan pajak atas impor.
Sedangkan daftar produk pertanian yang menjadi subyek automatic import licensing
terdapat dalam the Catalogue of Goods Subject to Automatic Import Licensing
(2015), MOFCOM GACC Joint Announcement No. 93 of 2014.
 Alasan bagi penerapan VAT rebate adalah untuk mengembalikan semua pajak yang
dibayarkan oleh eksportir selama proses produksi serta distribusi barang dan jasa
tenaga kerja agar produk yang diekspor dan jasa tenaga kerja dapat bersaing di pasar
internasional dengan menetapkan harga yang tidak kena pajak. Kebijakan dimaksud
akan tetap dipertahankan oleh Pemerintah RRT di masa mendatang.
 Terkait subsidi untuk produk pertanian, Pemerintah RRT menyatakan bahwa
sebagian besar untuk beberapa produk pertanian sudah berakhir di tahun 2015.
 Dalam perdagangan jasa, Pemerintah RRT menyampaikan bahwa tidak ada batasan
bagi dokter asing untuk melakukan registrasi ulang, dan bahwa kebijakan terkait
bukan merupakan horizontal measure.Terkait perlindungan dan penegakan hukum
atas Intellectual Property Rights, RRT telah mengeluarkan beberapa peraturan terkait
paten, merek, dan hak cipta.
 Terkait investasi, Pemerintah RRT menyampaikan mengenai meningkatnya
transparansi dan telah melakukan pengurangan jumlah sektor yang termasuk dalam
kategori “restricted” atau “prohibited” bagi investasi asing, serta mendorong
dilakukannya joint venture antara perusahaan asing dengan perusahaan RRT.
 Terkait transparansi kebijakan, Pemerintah RRT telah menotifikasikan 417 peraturan
terkait SPS pada periode 2013-2016 dan 141 peraturan terkait TBT pada periode
2014-2015.
5.
Tindak Lanjut
 Indonesia dapat mengoptimalkan peluang untuk melakukan MRA dengan RRT serta
pembentukan protokol SPS secara bilateral untuk produk buah-buahan tropis.
3
Download