Uploaded by tiasliagemini

ASKEP hiv komplementer

advertisement
MAKALAH KEPERAWATAN KOMPLEMENTER
ASUHAN KEPERAWATAN PALIATIF “HIV”
OLEH :
KELOMPOK 2
1. Nurlinda Salsa Iriyanti A.
2. Putu Thania Prameswari Agung D.
3. Ni Luh Candra Purnama Dewi
4. Ni Wayan Ariskanitha
5. Ni Kadek Putri Caniswari
6. Ni Putu Ayu Krisnayanti
7. Nita Perastiwi
8. Ni Putu Titania Ade Gunanti
9. Ni Kadek Sintya Dewi
10. Ni Putu Dentika Asvini
11. Aa. Yoga Mahendra Putra
12. Ni Nyoman Ayu Intan Pratiwi
13. I Nyoman Rai Putra Marthana
14. Ni Putu Diah Ratnasari
15. I Nengah Buda Arta
16. Ni Putu Andini
(17C10151)
(17C10153)
(17C10154)
(17C10155)
(17C10156)
(17C10157)
(17C10158)
(17C10159)
(17C10160)
(17C10161)
(17C10162)
(17C10163)
(17C10164)
(17C10165)
(17C10166)
(17C10167)
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
2019
KATA PENGANTAR
“Om Swastyastu”
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang
Maha Esa karena dengan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan Makalah Keperawatan
Komplementer saya ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan Paliatif HIV” dengan baik
meskipun banyak kekurangan didalamnya.
Saya sangat berharap tugas ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai pertumbuhan dan perkembangan masa sekolah. Saya
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat banyak kekuranagn.
Semoga tugas sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya tugas yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan saya memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di
masa mendatang, agar tugas yang saya buat bisa lebih baik untuk kedepannya.
“Om Shantih,Shantih,Shantih, Om”
Denpasar, 22 Juni 2019
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................... i
DAFTAR ISI ..................................................................................................................ii
BAB I............................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................. 2
1.3 Tujuan ................................................................................................................. 2
BAB II ............................................................................................................................. 4
LAPORAN PENDAHULUAN ..................................................................................... 4
2.1 Konsep Dasar Penyakit....................................................................................... 4
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan .......................................................................... 11
BAB III ......................................................................................................................... 15
ASUHAN KEPERAWATAN ..................................................................................... 15
A. Pengkajian ......................................................................................................... 15
B. Analisa Data ....................................................................................................... 24
D. Intervensi Keperawatan ..................................................................................... 26
E. implementasi dan Evaluasi................................................................................. 29
BAB IV .......................................................................................................................... 31
PENUTUP .................................................................................................................... 31
A. Simpulan ............................................................................................................ 31
B. Saran .................................................................................................................. 31
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................... 32
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Orang yang terkena virus HIV/AIDS ini akan menjadi rentan terhadap infeksi
oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Penyakit AIDS ini telah menyebar ke
berbagai negara di dunia. Bahkan menurut UNAIDS dan WHO memperkirakan bahwa
AIDS telah membunuh lebih dari 25 juta jiwa sejak pertama kali diakui tahun 1981, dan
ini membuat AIDS sebagai salah satu epidemik paling menghancurkan pada sejarah.
Meskipun baru saja, akses perawatan antiretrovirus bertambah baik di banyak region di
dunia, epidemik AIDS diklaim bahwa diperkirakan 2,8 juta (antara 2,4 dan 3,3 juta)
hidup pada tahun 2005 dan lebih dari setengah juta (570.000) merupakan anak-anak.
Secara global, antara 33,4 dan 46 juta orang kini hidup dengan HIV.Pada tahun 2005,
antara 3,4 dan 6,2 juta orang terinfeksi dan antara 2,4 dan 3,3 juta orang dengan AIDS
meninggal dunia, peningkatan dari 2003 dan jumlah terbesar sejak tahun 1981.
Di Indonesia menurut laporan kasus kumulatif HIV/AIDS sampai dengan 31
Desember 2011 yang dikeluarkan oleh Ditjen PP & PL, Kemenkes RI tanggal 29
Februari 2012 menunjukkan jumlah kasus AIDS sudah menembus angka 100.000.
Jumlah kasus yang sudah dilaporkan 106.758 yang terdiri atas 76.979 HIV dan 29.879
AIDS dengan 5.430 kamatian. Angka ini tidak mengherankan karena di awal tahun
2000-an kalangan ahli epidemiologi sudah membuat estimasi kasus HIV/AIDS di
Indonesia yaitu berkisar antara 80.000 – 130.000. Dan sekarang Indonesia menjadi
negara peringkat ketiga, setelah Cina dan India, yang percepatan kasus HIV/AIDSnya
tertinggi di Asia.
TB ( Tubrkulosis ) merupakan salah satu infeksi oportunistik
tersering
menyerang pada orang dengan HIV/AIDS di Indonesia. Infeksi HIV/AIDS memudahkan
terjadinya infeksi mycobacterium tuberculosis. Penderita HIV/AIDS mempunyai resiko
lebih besar menderita TB di bandingkan dengan non-HIV/AIDS. Resiko HIV/AIDS
untuk menderita TB adalah 10% per tahun, sedangkan yang non-HIV/AIDS resiko
menderita TB hanya 10% seumur hidup. Di Amerika Serikat di laporkan angka kejadian
TB dengan infeksi menurun, 4,4 kasus baru per 100.000 populasi ( total
13,299 kasus ) pada tahun 2007. Di RSU Dr.Soetomo dilaporkan sebanyak 25-83 %.
Sementara Raviglione, dkk menyebutkan bahwa TB merupakan penyebab kematian
tersering pada orang penderita HIV/AIDS. Di mana WHO memperkirakan TB sebagai
penyebab kematian 13% dari penderita AIDS.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari HIV/AIDS ?
2. Apa etiologi dari HIV/AIDS ?
3. Bagaimana patofisiologi dari HIV/AIDS?
4. Bagaimana manifestasi klinis HIV/AIDS ?
5. Apa pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada HIV/AIDS ? 6. Apa pemeriksaan
diagnostik yang dilakukan pada HIV/AIDS ?
7.
Bagaimana penatalaksanaan medis yang dilakukan pada HIV/AIDS ?
8.
Apa komplikasi yang akan muncul dari HIV/AIDS ?
9.
Bagaimana pencegahan HIV/AIDS ?
10. Bagaimana konsep asuhan keperawatan yang dilakukan pada pasien dengan
HIV/AIDS komplikasi TB paru?
1.3 Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk menjelaskan dan mengetahui konsep dasar teori serta bagaimana cara
menyusun asuhan keperawatan pada pada pasien dengan penyakit HIV/AIDS
komplikasi TB paru.
2. Tujuan khusus
a. Agar mahasiswa/i memahami definisi HIV/AIDS.
b. Agar mahasiswa/i mengetahui etiologi HIV/AIDS.
c. Agar mahasiswa/i memahami patofisiologi HIV/AIDS.
d. Agar mahasiswa/i mengetahui manifestasi klinis dari HIV/AIDS.
e. Agar mahasiswa/i megetahui pemeriksaan penunjang HIV/AIDS.
f. Agar mahasiswa/i mengetahui pemeriksaan diagnostik HIV/AIDS.
g. Agar mahasiswa/i mengetahui penatalaksanaan medik pada pasien dengan
HIV/AIDS.
h. Agar mahasiswa/i mengetahui komplikasi yang akan muncul dari HIV/AIDS?
i. Agar mahasiswa/i mengetahui pencegahan HIV/AIDS?
j. Agar mahasiswa/i memahami konsep asuhan keperawatan yang
dilakukan pada pasien dengan HIV/AIDS komplikasi TB Paru?
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN
2.1 Konsep Dasar Penyakit
2.1.1 Definisi
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah sejenis virus yang menyerang
sistem kekebalan tubuh manusia dan dapat menimbulkan AIDS. HIV menyerang salah
satu jenis dari sel-sel darah putih yang bertugas menangkal infeksi. Sel darah putih
tersebut terutama limfosit yang memiliki CD4 sebagai sebuah marker atau penanda yang
berada di permukaan sel limfosit. Karena berkurangnya nilai CD4 dalam tubuh manusia
menunjukkan berkurangnya sel-sel darah putih atau limfosit yang seharusnya berperan
dalam mengatasi infeksi yang masuk ke tubuh manusia. Pada orang dengan sistem
kekebalan yang baik, nilai CD4 berkisar antara 1400-1500. Sedangkan pada orang
dengan sistem kekebalan yang terganggu (misal pada orang yang terinfeksi HIV) nilai
CD4 semakin lama akan semakin menurun (bahkan pada beberapa kasus bisa sampai
nol) (KPA, 2007).
HIV adalah jenis parasit obligat yaitu virus yang hanya dapat hidup dalam sel
atau media hidup. Seorang pengidap HIV lambat laun akan jatuh ke dalam kondisi
AIDS, apalagi tanpa pengobatan. Umumnya keadaan AIDS ini ditandai dengan adanya
berbagai infeksi baik akibat virus, bakteri, parasit maupun jamur. Keadaan infeksi ini
yang dikenal dengan infeksi oportunistik (Zein, 2006).
HIV adalah virus yang menumpang hidup dan merusak sistem kekebalan tubuh.
Sedangkan AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah kumpulan gejala
penyakit yang disebabkan oleh virus HIV. (Brunner&Suddarth; edisi 8)
AIDS adalah singkatan dari Acquired Immuno Deficiency Syndrome, yang
berarti kumpulan gejala atau sindroma akibat menurunnya kekebalan tubuh yang
disebabkan infeksi virus HIV. Tubuh manusia mempunyai kekebalan untuk melindungi
diri dari serangan luar seperti kuman, virus, dan penyakit. AIDS melemahkan atau
merusak sistem pertahanan tubuh ini, sehingga akhirnya berdatanganlah berbagai jenis
penyakit lain (Yatim, 2006).
AIDS adalah sindroma yang menunjukkan defisiensi imun seluler pada seseorang
tanpa adanya penyebab yang diketahui untuk dapat menerangkan tejadinya defisiensi,
tersebut seperti keganasan, obat-obat supresi imun, penyakit infeksi yang sudah dikenal
dan sebagainya (Laurentz, 2005).
AIDS adalah suatu gejala penyakit yang menunjukkan kelemahan atau kerusakan
daya tahan tubuh atau gejala penyakit infeksi tertentu/keganasan tertentu yang timbul
sebagai akibat menurunnya daya tahan tubuh (kekebalan). (H. JH. Wartono, 1999 : 09)
2.1.2 Etiologi
Penyebab adalah golongan virus retro yang disebut Human Immunodeficiency
Virus (HIV). HIV pertama kali ditemukan pada tahun 1983 sebagai retrovirus dan
disebut HIV-1. Pada tahun 1986 di Afrika ditemukan lagi retrovirus baru yang diberi
nama HIV-2. HIV-2 dianggap sebagai virus kurang pathogen dibandingkaan dengan
HIV-1. Maka untuk memudahkan keduanya disebut HIV.
Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima fase yaitu :
1. Periode jendela. Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi. Tidak ada gejala.
2. Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1-2 minggu dengan gejala flu likes illness.
3. Infeksi asimtomatik. Lamanya 1-15 atau lebih tahun dengan gejala tidak ada.
4. Supresi imun simtomatik. Di atas 3 tahun dengan gejala demam, keringat malam
hari, B menurun, diare, neuropati, lemah, rash, limfadenopati, lesi mulut.
5. AIDS. Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali
ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada berbagai sistem
tubuh, dan manifestasi neurologist.
AIDS dapat menyerang semua golongan umur, termasuk bayi, pria maupun
wanita. Yang termasuk kelompok resiko tinggi adalah :
1. Lelaki homoseksual atau biseks.
2. Orang yang ketagian obat intravena.
3. Partner seks dari penderita AIDS.
4. Penerima darah atau produk darah (transfusi).
5. Bayi dari ibu/bapak terinfeksi.
2.1.3 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis penyakit AIDS menyebar luas dan pada dasarnya dapat
mengenai setiap sistem organ, salah satunya sistem pernapasan. Pneumonia
Pneumocystis carinii. Gejala napas yang pendek, sesak napas (dispnea), batuk-batuk,
nyeri dada dan demam akan menyertai berbagai infeksi oportunitis, seperti yang
disebabkan oleh Mycobacterium aviumintracellulare (MAI), sitomegalovirus (CMV) dan
Legionella. Walaupun begitu, infeksi yang paling sering ditemukan di antara penderita
AIDS adalah Pneumonia Pneumocystis carinii (PCP) yang merupakan penyakit
oportunis pertama yang dideskriPasienikan berkaitan dengan AIDS. Pneumonia ini
merupakan manifestasi pendahuluan penyakit AIDS pada 60% pasien. Tanpa terapi
profilaktik, PCP akan terjadi pada 80% orang-orang yang terinfeksi HIV P. carinii
awalnya diklasifikasikan sebagai protozoa, namun sejumlah penelitian dan pemeriksa¬an
analisis terhadap struktur RNA ribosomnya menunjukkan bahwa mikroorganisme ini
merupakan jamur (fungus). Kendati demikian, struktur dan sensitivitas antimikrobanya
sangat berbeda dengan jamur penyebab penyakit yang lain. P. carinii hanya
menimbulkan penyakit pada hospes yang kekebalannya terganggu. Jamur ini menginvasi
dan berproliferasi dalam alveoli pulmonalis sehingga terjadi konsolidasi parenkim paru.
Gambaran klinik PCP pada pasien AIDS umumnya tidak begitu akut bila
dibandingkan dengan pasien gangguan kekebalan karena keadaan lain. Periode waktu
antara awitan gejala dan penegakan diagnosis yang benar bisa beberapa minggu hingga
beberapa bulan. Penderita AIDS pada mulanya hanya memperlihatkan tanda-tanda dan
gejala yang tidak khas seperti demam, menggigil, batuk nonproduktif, napas pendek,
dispnea dan kadangkadang nyeri dada. PCP dapat ditemukan kendati tidak terdapat
krepitasi. Konsentrasi oksigen dalam darah arterial pada pasien yang bernapas dengan
udara ruangan dapat mengalami penurunan yang ringan; keadaan ini menunjukkan
hipoksemia minimal.
Bila tidak diatasi, PCP akan berlanjut dengan menimbulkan kelainan paru yang
signifikan dan pada akhirnya, kegagalan pernapasan. Beberapa pasien memperlihatkan
awitan yang dramatis dan perjalanan penyakit yang fulminan yang meliputi hipoksemia
berat, sianosis, takipnea dan perubahan status mental. Kegagalan pernapasan dapat
terjadi dalam waktu 2 hingga 3 hari setelah timbulnya gejala pendahuluan.
Diagnosis pasti PCP dapat ditegakkan dengan mengenali mikroorganisme dalam
jaringan paru atau sekret bronkus. Penegakan diagnosis ini dilaksanakan dengan
prosedur seperti induksi sputum, lavase bronkial-alveolar dan bioPasieni transbronkial
(melalui bronkoskopi serat optik).
Kompleks Mycobacterium avium. Penyakit kompleks Mycobacterium avium
(MAC; Mycobacterium avium Complex) muncul sebagai penyebab utama infeksi bakteri
pada pasien-pasien AIDS. Mikroorganisme yang termasuk ke dalam MAC adalah M.
avium, M. intracellulare dan M. scrofulaceum. MAC, yaitu suatu kelompok baksil tahan-
asam, biasanya menyebabkan infeksi pernapasan kendati juga sering dijumpai dalam
traktus gastrointestinal, nodus limfatikus dan sumsum tulang. Sebagian pasien AIDS
sudah menderita penyakit yang menyebar luas ketika diagnosis ditegakkan dan biasanya
dengan keadaan umum yang buruk. Infeksi MAC akan disertai dengan angka mortalitas
yang tinggi.
M. tuberculosis yang berkaitan dengan HIV cenderung terjadi di antara para
pemakai obat bius IV dan kelompok lain dengan prevalensi infeksi tuberkulosis yang
sebelumnya sudah tinggi. Berbeda dengan infeksi oportunis lainnya, penyakit
tuberkulosis (TB) cenderung terjadi secara dini dalam perjalanan infeksi HIV dan
biasanya mendahului diagnosis AIDS. Terjadinya tuberkulosis secara dini ini akan
disertai dengan pembentukan granuloma yang mengalami pengkijuan (kaseasi) sehingga
timbul kecurigaan ke arah diagnosis TB. Pada stadium ini. penyakit TB akan bereaksi
dengan baik terhadap terapi antituberkulosis. Penyakit TB yang terjadi kemudian dalam
perjalanan infeksi HIV ditandai dengan tidak terdapatnya resposn tes kulit tuberkulin
karena sistem kekebalan yang sudah terganggu tidak mampu lagi bereaksi terhadap
antigen TB. Dalam stadium infeksi HIV yang lanjut, penyakit TB disertai dengan
penyebaran ke tempat-tempat ekstrapulmoner seperti sistem saraf pusat, tulang,
perikardium, lambung, peritoneum dan skrotum. Strain multipel baksil TB yang resisten
obat kini bermunculan dan kerapkali berkaitan dengan ketidakpatuhan pasien dalam
menjalani pengobatan antituberkulosis.
2.1.4 Patofisiologi
Sel T dan makrofag serta sel dendritik / langerhans ( sel imun ) adalah sel-sel
yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) dan terkonsentrasi dikelenjar
limfe, limpa dan sumsum tulang. Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi
sel lewat pengikatan dengan protein perifer CD 4, dengan bagian virus yang bersesuaian
yaitu antigen grup 120. Pada saat sel T4 terinfeksi dan ikut dalam respon imun, maka
Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel lain dengan meningkatkan
reproduksi dan banyaknya kematian sel T4 yang juga dipengaruhi respon imun sel killer
penjamu, dalam usaha mengeliminasi virus dan sel yang terinfeksi.
Virus HIV dengan suatu enzim, reverse transkriptase, yang akan melakukan
pemograman ulang materi genetik dari sel T4 yang terinfeksi untuk membuat doublestranded DNA. DNA ini akan disatukan kedalam nukleus sel T4 sebagai sebuah provirus
dan kemudian terjadi infeksi yang permanen. Enzim inilah yang membuat sel T4 helper
tidak dapat mengenali virus HIV sebagai antigen. Sehingga keberadaan virus HIV
didalam tubuh tidak dihancurkan oleh sel T4 helper. Kebalikannya, virus HIV yang
menghancurkan sel T4 helper. Fungsi dari sel T4 helper adalah mengenali antigen yang
asing, mengaktifkan limfosit B yang memproduksi antibodi, menstimulasi limfosit T
sitotoksit, memproduksi limfokin, dan mempertahankan tubuh terhadap infeksi parasit.
Kalau fungsi sel T4 helper terganggu, mikroorganisme yang biasanya tidak
menimbulkan penyakit akan memiliki kesempatan untuk menginvasi dan menyebabkan
penyakit yang serius.
Dengan menurunya jumlah sel T4, maka sistem imun seluler makin lemah secara
progresif. Diikuti berkurangnya fungsi sel B dan makrofag dan menurunnya fungsi sel T
penolong. Seseorang yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV ) dapat tetap
tidak memperlihatkan gejala (asimptomatik) selama bertahun-tahun. Selama waktu ini,
jumlah sel T4 dapat berkurang dari sekitar 1000 sel perml darah sebelum infeksi
mencapai sekitar 200-300 per ml darah, 2-3 tahun setelah infeksi.
Sewaktu sel T4 mencapai kadar ini, gejala-gejala infeksi ( herpes zoster dan
jamur oportunistik ) muncul, Jumlah T4 kemudian menurun akibat timbulnya penyakit
baru akan menyebabkan virus berproliferasi. Akhirnya terjadi infeksi yang parah.
Seorang didiagnosis mengidap AIDS apabila jumlah sel T4 jatuh dibawah 200 sel per ml
darah, atau apabila terjadi infeksi opurtunistik, kanker atau dimensia AIDS.
2.1.5 WOC
9
2.1.6 Komplikasi
Komplikasi dengan penyakit HIV-AIDS, yaitu :
Penurunan sistem
kekebalan tubuh akibat virus HIV (Human Immuno
Deficiency Virus), menyebabkan tubuh mudah diserang penyakitpenyakit
1. Tuberkulosis Paru
2. Pneumonia Premosistis
3. Berbagai macam penyakit kanker
4. Pemeriksaan Penunjang
2.1.7 Penatalaksanaan Medis
1. Pengobatan Suporatif Tujuan :
-
Meningkatkan keadaan umum pasien
-
Pemberian gizi yang sesuai
-
Obat sistometik dan vitamin
-
Dukungan Pasienikologis
2. Pengobatan infeksi oportunistik
a. Untuk infeksi :
-
Kardidiasis eosofagus
-
Tuberculosis
-
Toksoplasmosis
-
Herpes
-
Pcp
-
Pengobatan yang terkait AIDS , limfoma malignum , sarcoma Kaposi dan
sarcoma servik, disesuaikan dengan standar terapi penyakit kanker
b. Terapi :
-
Flikonasol
-
Rifamfisin, INH , Etambutol, Piraziramid, Stremptomisin
-
Pirimetamin, Sulfadiazine, Asam folat
10
-
Ansiklovir
-
Kotrimoksazol
3. Pengobatan anti retro virus Tujuan :
-
Mengurangi kematian dan kesakitan
-
Menurunkan jumlah virus
-
Meningkatkan kekebalan tubuh
-
Mengurangi resiko penularan
2.1.8 Pemeriksaan Diagnostik
1. Tes untuk mendiagnosa infeksi HIV , yaitu :
-
ELISA
-
Western blot
-
P24 antigen test
-
Kultur HIV
2. Tes untuk mendeteksi gangguan sistem imun, yaitu :
-
Hematokrit
-
LED
-
Rasio CD4 / CD Limposit
-
Serum mikroglobulin B2
-
Hemoglobin
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
Meliputi nama, umur, tempat dan tanggal lahir
b. Riwayat
Test HIV positif, riwayat perilaku beresiko tinggi, menggunakan obatobatan
11
c. Penampilan umum
Pucat, kelaparan
d. Gejala subyektif
Demam kronik dengan atau tanpa mengigil, keringat malam hari berulang
kali, lemah, lelah, anoreksia
e. Pasienikososial
Kehilangan pekerjaaan dan penghasilan, perubahan pola hidup
f. Status mental
Marah atau pasrah, depresi , ide bunuh diri, halusinasi
g. HEENT
Nyeri perorbital, sakit kepala, edema muka, mulut kering
h. Pemeriksaan persistem
-
Sistem persyarafan
-
Sistem pernafasan
-
Sistem musculoskeletal
-
Sistem kardiovaskuler
-
Sistem integument
i. Pola fungsi kesehatan
-
Pola persePasieni dan pemeliharaan kesehatan
-
Pola nutrisi
-
Pola eliminasi
-
Pola istirahat tidur
-
Pola aktivitas dan latihan
2. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko tinggi infeksi b/d malnutrisi dan pola hidup beresiko
12
b. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan, pertukaran oksigen malnutrisi
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake yang kurang,
menurunnya absorbs zat gizi
d. Diare b/d infeksi GI (GastroIntestinal)
3. Intervensi dan Rasional Tindakan
a. Intervensi diagnosa 1
a. Reiko tinggi infeksi b/d malnutrisi dan pola hidup beresiko Tujuan :
Pasien akan bebas infeksi oportunistik dan komplikasinya, dengan KH :
-
Tidak ada tanda-tanda infeksi baru
-
TTV dalam batas normal
b. Intervensi (NIC)
-
Monitor tanda-tanda infeksi baru
R/: untuk pengobatan dini
-
Gunakan teknik aseptik pada setiap tindakan inovatif
R/: mencegah pasien terpapar kuman pathogen dari RS
-
Kumpulkan specimen untuk test lab, sesuai order
R/: meyakinkan diagnosis akurat dan pengobatan
-
Atur pemberian anti infeksi sesuai oerder
-
R/: mempertahankan kadar darah yang terapeutik
c. Intervensi diagnosa 2
b. Intoleransi
aktivitas
b/d
kelemahan,
pertukaran
malnutrisi
Tujuan :
Pasien dapat berpartisifasi dalam kegiatan, dengan KH :
-
Bebas dyspnea dan takikardi selama aktivitas
d. Intervensi (NIC)
13
oksigen,
-
Monitor respon fisiologis terhadap aktivitas
R/: respon bervariasi dari hari ke hari
-
Berikan bantuan perawatan yang pasien sendiri tidak mampu
R/: mengurangi kebutuhan energy
-
Jadwalkan perawatan pasien sehingga tidak mengganggu istirahat
1. R/: ekstra istirahat perlu untuk meningkatkan kebutuhan metabolic
14
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Pengumpulan Data
a. Identitas pasien
Nama
: Tn “J”
Umur
: 44 Tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Agama
: Kristen
Suku
: Dayak
Pendidikan
: SD
Alamat
: Jl. Dsn. Suka Damai RT 04/004.
Pasigi. Mempawah Hulu
Pekerjaan
: Petani
Tanggal masuk
: 04 Juni 2019
Tanggal pengkajian
: 06 Juni 2019
Diagnosa medis
: PLHA + Obs. DyspePasienia, TB
Paru
b. Identitas penanggung jawab
Nama
: Tn “A”
Jenis kelamin
: Laki-laki
Hubungan dengan pasien
: Adik
2. Riwayat Penyakit
a. Alasan masuk rumah sakit sakit
Pasien mengatakan demam ± 2 bulan SMRS, demam naik turun. Pasien juga
mengatakan batuknya berdahak ± 1 tahun yang lalu SMRS, sering sesak. Pasien
pernah berobat TB paru hanya 2 bulan saja. Pasien mengatakan nafsu makannya
berkurang.
15
b. Keluhan utama
Pasien mengatakan napasnya terasa sesak, pasien juga mengatakan ada batuk
berdahak.
c. Keluhan saat dikaji
Pasien mengatakan nafsu makannya menurun, sering juga mual muntah. Pasien
mengatakan juga tidak bisa tidur saat malam hari karena gelisah, sesak dan batuk
berdahak.
d. Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengatakan pernah berganti-ganti pasangan ketika berhubungan intim dan
pasien memiliki riwayat mentato badannya.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Pasien mengatakan keluarganya tidak ada yang menderita penyakit menular dan
penyakit kronis lainnya.
16
3. Genogram


 

Keterangan :
: Laki-laki

: Perempuan
: Pasien
: Tinggal dalam satu rumah
17
Data Biologis
a. Pola nutrisi
SMRS
: Pasien makan tiga kali sehari dengan menu bervariasi satu porsi
makan habis.
MRS
: Pasien tidak nafsu makan dan makan satu kali sehari porsi makan
RS tidak habis sisa 1/2.
b. Pola minum
SMRS
: Pasien minum 7-8 gelas sehari (1.5-2 liter)
MRS
: Pasien minum 5-6 gelas sehari (0.8-1 liter)
c. Pola eliminasi
SMRS
MRS
: Pasien BAB satu kali sehari, BAK 7-8 kali sehari
: Pasien jarang BAB karena jarang makan, BAK 6-7 kali sehari.
d. Pola istirahat/tidur
SMRS
MRS
: Pasien tidur 7-8 jam sehari.
: Pasien tidur hanya ± 3-4 jam saat malam hari, saat rasa sesak dan
batuk datang, pasien terjaga.
e. Pola hygiene - Mandi
SMRS : Pasien mandi dua kali sehari.
MRS
-
: Pasien mandi satu kali sehari.
Cuci rambut
SMRS : Pasien mencuci rambutnya saat mandi.
MRS : Pasien hanya membasahi rambutnya ketika mandi.
-
Gogok gigi
SMRS : Pasien gosok gigi dua kali sehari.
MRS
: Pasien baru satu kali menggosok gigi selama tiga hari masuk
rumah sakit.
18
4. Pola aktifitas
Aktifitas
0
Mandi
√
Berpakaian
√
Eliminasi
√
Mobilisasi ditempat tidur
√
Pindah
√
Makan dan minum
√
1
2
Keterangan : 0 = mandiri
1 = dibantu sebagian
2 = perlu bantuan orang lain
3 = perlu bantuan orang lain dan alat
4 = tergantung orang lain tidak mandiri
5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Lemah
Kesadaran
TTV
: E4M6V5 (GCS = 15) Compos Mentis
: TD = 100/80 mmHg N = 86
x/menit
RR = 40 x/menit
S = 37,3 ºC
Berat badan
SMRS
: 55 Kg ± 6 bulan lalu
MRS
: 35 Kg
Tinggi badan
: 159 cm
IMT
:
Keterangan
: Nilai normal 18,5 - 24,5 𝐾𝑔⁄𝑚2
19
3
4
b. Kepala
Inspeksi
: Bentuk kepala simetris, rambut hitam keriting, kulit
kepala kering, tidak ada ketombe.
Palpasi
: Tidak ada nyeri tekan.
c. Mata
Inspeksi
: Sklera putih, dapat melihat dengan jelas, bola mata
simetris, konjungtiva merah muda, ada reaksi terhadap
cahaya (miosis) tidak mengguakan alat bantu
penglihatan, fungsi penglihatan normal.
Palpasi
: Tidak nyeri tekan.
d. Hidung
Inspeksi
: bentuk simetris, tidak ada polip, tidak ada sekret.
Palpasi
: tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan dan
pembengkakan.
e. Telinga
Inspeksi
: Bentuk simetris, tidak ada kelainan dikedua telinga,
tidak ada lesi dan serumen.
Palpasi
: Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan.
f. Mulut
Inspeksi
: Gigi tampak kuning, lidah bersih, mukosa mulut
lembab.
Palpasi
: Otot rahang kuat.
g. Leher
Inspeksi
: Ada pembesaran kelenjar getah bening.
Palpasi
: Tidak ada nyeri tekan.
h. Thoraks (paru-paru)
Inspeksi
: Dada simetris, tidak ada lesi, respirasi 40 kali per
menit, terdapat retraksi dinding dada.
Palpasi
: Tidak ada nyeri tekan.
Auskultasi
: Bunyi napas ronkhi.
20
Perkusi
: Batas paru-paru normal.
i. Thoraks (jantung)
Inspeksi
: Ictus cordis terlihat, terlihat tatto di dada sebelah
kanan.
Palpasi
: Ictus cordis teraba.
Auskultasi
: S1 dan S2 reguler.
Perkusi
: Batas jantung normal.
j. Abdomen
Inspeksi
: Tidak ada lesi, terdapat pembesaran abdomen
Palpasi
: Tidak ada nyeri tekan.
Auskultasi
: Bising usus 8 kali per menit.
Perkusi
: Timpani.
k. Genetalia
(pasien menolak untuk dikaji karena menyangkut masalah pribadi).
l.Ekstremitas
Kanan
Kiri
5 5 5 5
5 5 5 5
5 5 5 5
5 5 5 5
Keterangan:
Terpasang infus di tangan kiri (RL 20 TPM).
0 : Tidak mampu bergerak sama sekali
1 : Hanya mampu menggerakkan ujung ektremitas.
2 : Hanya mampu menggerser sedikit.
3 : Mampu mengangkat tangan dengan bantuan, saat bantuan di lepaskan tangan
ikut jatuh.
4 : Kekuatan otot sedikit berkurang, mampu melawan gravitasi sesaatlalu jatuh.
5 : Kekuatan otot utuh mampu melwan gravitasi.
21
8.
Pemeriksaan Laboratorium
Golongan darah
:B
HbsAg
: Non-reaktif
HIV
: R/Reaktif
BTA
:+
LABORATORIUM
04-
Hasil
Nilai Normal
RBC
3,57
3,50-5,50 12⁄𝑙
MCV
7,47
75,0-100,0 fl
RDW%
63,1
1,0-1,6 %
HCT
26,7
PLT
386
MPV
6,3
PCT
0,24
HGB
10,2 HL
WBC
13,5
102014
8,0-11,0 fl
3,5-10 10 𝑔⁄𝑙
22
9.
Pengobatan
06 juni 2019
07 juni 2019
08 juni 2019
- IUFD RL 20 Tpm
- IUFD Clinimix
- IUFD Clinimix
- Inj. Dexametason
- IUFD ivelif
- Sohobion drip 1x1
3x1 amp
- Inj. Ranitidin 2x1
amp
- Inj Ceftriaxone 2x1
gram
- Sohobion drip 1x1 3cc
- OAT Terapi (INH 300
mg 1x1, Rifampisin 400
3cc
- OAT Terapi (INH
300 mg 1x1,
Rifampisin 400 mg
mg 2x1.
1x1, etambutol 1x1
- Pirazinamol 1x1,
Ketokonazole 1x200 mg
- PCT 3x1 (bila
demam), O2 4 𝑙⁄𝑚
1x1
- Candistatin
2x1(peroral)
- PCT 3x1 (bila demam),
O2 4 𝑙⁄𝑚
23
B. Analisa Data
NO.
1.
DATA
DS:
ETIOLOGI
HIV masuk ke dalam tubuh
tidak efektif
sering sesak.
- Pasien mengatakan
Penurunan kekebalan tubuh
DO:
- Ketika batuk, tampak
adanya sputum yang
Bersihan
jalan napas
- Pasien mengatakan
sering batuk.
MASALAH
Masuknya Micobacterium tuberkulosa
dikelarkan.
- Respirasi 40 kali per
menit
Menyebar ke organ paru
- Pasien terpasang
Menempel di paru
oksigen 4 l/m
Terjadi kerusakan membran alveolar
Terjadi pembentukan sputum berlebih
Tidak efektif bersihan jalan nafas
24
2.
Mual muntah
DS:
- Pasien mengatakan tidak nafsu
Ketidakseimbangan
nutrisi
makan
- Pasien mengatakan sering mual
Nafsu makan turun
dan muntah
DO:
- Pasien tampak lemah.
Asupan nutrisi tubuh berkurang
- BB pasien turun 20 kg, BB = 35
kg
- Pasien makan satu kali porsi RS
tidak habis
Ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh
- TTV (TD: 100/80 mmHg, N: 86
kali per menit.
- IMT = 12,69 (18,5-24,5) Kg/m2
3.
Proses penyakit
DS:
tidur
- Pasien mengatakan tidak bisa
tidur karena gelisah, sesak dan
batuk
Perubahan pola
Perubahan status kesehatan
DO:
- Pasien tidur ± 3-4 jam saat
malam hari
Kegelisahan
Perubahan pola tidur
25
D. Intervensi Keperawatan
NO
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
Bersihan jalan nafas b/d adanya
Setalah dilakukan tindakan
sputum di jalan nafas, ditandai
keperawatan 3x24 jam diharapkan
dengan:
bersihan jalan nafas tidakefektifan
DS:
hilang dengan kriteria hasil :
- Pasien mengatakan sering sesak -
- Mampu mengeluarkan sputum
Pasien mengatakan sering batuk
- DO:
- Ketika batuk,tampak adanya
NOC
NIC
1.
oxygen therapy
2.
Posiskan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi.
3.
Berikan posisi semi fowler pada
Pasien.
- Frekuensi pernafasan dalam rentang
normal (18-20x/m)
Monitor resfirasi dan status 02,
4.
Ajarkan untuk batuk efektif
5.
Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian dosis inhalasi
sputum yang dikeluarkan dari
mulut Pasien
RASIONAL
1.
Pemberian oksigen
sebanyak 4 l/m
2.
Memudahkan Pasien
ketika bernafas
3.
Memberikan kenyamanan
pada Pasien
4.
Mengeluarkan sputum
5.
Inhalasi digunakan untuk
memudahkan pengeluaran
sputum/secret
- Pasien terpasang oksigen 4 L/m
26
2.
Ketidakseimbangan nutrisi
Setelah dilakukan tindakan 3x24 jam
kurang dari kebutuhan tubuh
b/d menurunnya nafsu makan
diharapkan Ketidak seimbangan nutrisi 2.
Anjurkan makan sedikit tapi
terpenuhi dengan criteria hasil :
sering
dan mual muntah, ditandai
- IMT dalam batas normal
dengan:
- Pasien mengatakan nafsu makan
DS:
- Pasien mengatakan tidak nafsu
1.
3.
Edukasi pasien dan keluarga
pasien tentang makanan pantangan
meningkat
- Mual muntah hilang atau berkurang
Monitor Input dan Output nutrisi
yang memperburuk kondisi pasien
4.
makan
Kolaborasi diet pasien dengan
ahli gizi
1.
Menyesuaikan kebutuhan
kalori yang dibutuhkan
2.
Memenuhi kebutuhan
nutrisi Pasien
3.
Makanan mempengaruhi
peningkatakan kondisi kesehatan
pasien
4.
Menjaga keseimbangan
nutrisi pasien
- Pasien mengatakan sering mual
muntah
DO:
- Pasien tampak lemah
- BB 35 kg
- Pasien makan 1 kali sehari porsi
rs tidak habis
- TTV : TD =100/80 N=86x/m
IMT=12,69 Kg/m2
27
3.
Gangguan pola tidur b/d
Setelah dilakukan tindakan 3x24 jam
kegelisahan akibat perubahan
diharapkan Perubahan pola tidur tidak
setatus kesehatan ditandai
terjadi dengan criteria hasil:
dengan:
- Pasien mengatakan sudah bisa tidur -
- DS :
Jumblah jam tidur normal 6-8 jam.
Pasien mengatakan tidak bisa
1.
Pasien
2.
Idenfikasi penyebab perubahan
pola tidur Pasien
3.
Berikan posisi semi fowler
4.
Edukasi pola koping dalam
tidur karena gelisah
- DO :
Kaji kebutuhan istirahat tidur
menangani masalah
5.
Kolaborasi dengan keluarga
Pasien tidur kurang lebih 1-2 jam
pasien supaya menciptakan suasana
saat malam hari.
yang tenang dan nyaman
1.
Mengetahui intensitas tidur
Pasien
2.
Mengetahui penyebab
untuk memberikan intervensi
yang tepat
3.
Merangsang Pasien supaya
tertidur
4.
Pola koping yang baik
akan mengakibatkan pasien
merasa lebih tenang sehingga
memudahkan pasien untuk tidur
5.
Membantu Pasien untuk
tidur nyenyak.
28
E. implementasi dan Evaluasi
NO. DX
TANGGAL
DX 1.
06-06-2019
07.00
IMPLEMENTASI
EVALUASI
S : Pasien mengatakan sesak dan batuk
1.
Memonitor respirasi dan status O2, therapy
oxygen
07:10
2.
O:
Posiskan pasien untuk memaksimalkan
ventilasi.
07:20
sudah berkurang
- Respirasi 24 x/menit
- Pasien terpasang oksigen sebanyak 2
lpm
3.
Memberikan posisi semi fowler pada pasien.
07:30
4.
Mengajarkan untuk batuk efektif
07:40
5.
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
dosis inhalasi
29
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi 1, 2, 3 dan 5 dilanjutkan.
PARAF
DX 2.
06-10-2014
1.
Memonitor Input dan Output nutrisi
S : Pasien mengatakan nafsu makan
09:20
2.
Menganjurkan makan sedikit tapi sering
meningkat
3.
Mengedukasi pasien dan keluarga pasien
O:
09:30
makanan pantangan yang memperburuk kondisi
- Pasien makan 2 x sehari porsi RS
pasien
09:35
4.
habis
Kolaborasi diet pasien dengan ahli gizi
A : Masalah teratasi.
P : Intervensi 1, 3 dan 4 dilanjutkan
DX 3.
06-06-2019
10.20
1.Mengkaji kebutuhan istirahat tidur Pasien
S : Pasien mengatakan dapat tidur dengan
2.Mengidenfikasi penyebab perubahan pola tidur
nyenyak
Pasien
10:40
O:
3.Memberikan posisi semi fowler
- Mata pasien tampak lebih segar tanpa
4.Mengedukasi pola koping dalam menangani
masalah
10:45
kantong mata.
- Wajah pasien tampak cerah
5.Kolaborasi dengan keluarga pasien supaya
menciptakan suasana yang tenang dan nyaman
A : Masalah teratasi.
P : Intervensi 4 dilanjutkan.
10:50
30
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Tn “J” datang ke RSUD dr. Abdul Aziz Singkawang pada tanggal 04 Oktober 2014
pukul 18:45 WIB dengan keluhan pasien mengatakan demam ± 2 bulan SMRS, demam
naik turun. Pasien juga mengatakan batuk berdahak ± 1 tahun SMRS kadang ada sesak.
Saat di lakukan pengkajian pasien mengeluhkan batuk berdahak disertai sesak, tidak
nafsu makan dan tidurnya tidak nyenyak sehingga kami mengangkat diagnosa keperawatan
bersihan jalan napas tidak efektif, pola napas tidak efektif, ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh dan gangguan pola tidur. Tindakan yang dilakukan diantaranya
memanajemen bersihan jalan napas, memanajemen frekuensi pola napas, memanajemen
status nutrisi serta memenajemen pola tidur yang mana setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam pada empat diagnosa keperawatan tersebut belum ada yang
teratasi sepenuhnya.
B. Saran
Lebih teliti dalam pengkajian dan analisa data, karena yang menjadi acuan dalam
menentukan diagnosa Keperawatan adalah analisa data sebelum menentukan rencana
tindakannya.
31
DAFTAR PUSTAKA
Barbara C. Long. 1996 Perawatan Medikal Bedah. Pedjajaran Bandung
Doenges, Marylyn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 4.
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Padila. S.Kep.NS.2012. Keperawatan Medikal Bedah. Numed. Yogyakarta
Smeltzer , Bare, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah , Brunner dan suddart,
Edisi 8, Jakarta, EGC.
32
Download