MAKALAH KEPERAWATAN KOMPLEMENTER ASUHAN KEPERAWATAN PALIATIF “HIV” OLEH : KELOMPOK 2 1. Nurlinda Salsa Iriyanti A. 2. Putu Thania Prameswari Agung D. 3. Ni Luh Candra Purnama Dewi 4. Ni Wayan Ariskanitha 5. Ni Kadek Putri Caniswari 6. Ni Putu Ayu Krisnayanti 7. Nita Perastiwi 8. Ni Putu Titania Ade Gunanti 9. Ni Kadek Sintya Dewi 10. Ni Putu Dentika Asvini 11. Aa. Yoga Mahendra Putra 12. Ni Nyoman Ayu Intan Pratiwi 13. I Nyoman Rai Putra Marthana 14. Ni Putu Diah Ratnasari 15. I Nengah Buda Arta 16. Ni Putu Andini (17C10151) (17C10153) (17C10154) (17C10155) (17C10156) (17C10157) (17C10158) (17C10159) (17C10160) (17C10161) (17C10162) (17C10163) (17C10164) (17C10165) (17C10166) (17C10167) PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI 2019 KATA PENGANTAR “Om Swastyastu” Puji syukur kami panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan Makalah Keperawatan Komplementer saya ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan Paliatif HIV” dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Saya sangat berharap tugas ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai pertumbuhan dan perkembangan masa sekolah. Saya menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat banyak kekuranagn. Semoga tugas sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya tugas yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan saya memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa mendatang, agar tugas yang saya buat bisa lebih baik untuk kedepannya. “Om Shantih,Shantih,Shantih, Om” Denpasar, 22 Juni 2019 Penyusun i DAFTAR ISI KATA PENGANTAR .................................................................................................... i DAFTAR ISI ..................................................................................................................ii BAB I............................................................................................................................... 1 PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang.................................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................. 2 1.3 Tujuan ................................................................................................................. 2 BAB II ............................................................................................................................. 4 LAPORAN PENDAHULUAN ..................................................................................... 4 2.1 Konsep Dasar Penyakit....................................................................................... 4 2.2 Konsep Asuhan Keperawatan .......................................................................... 11 BAB III ......................................................................................................................... 15 ASUHAN KEPERAWATAN ..................................................................................... 15 A. Pengkajian ......................................................................................................... 15 B. Analisa Data ....................................................................................................... 24 D. Intervensi Keperawatan ..................................................................................... 26 E. implementasi dan Evaluasi................................................................................. 29 BAB IV .......................................................................................................................... 31 PENUTUP .................................................................................................................... 31 A. Simpulan ............................................................................................................ 31 B. Saran .................................................................................................................. 31 DAFTAR PUSTAKA................................................................................................... 32 ii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Orang yang terkena virus HIV/AIDS ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Penyakit AIDS ini telah menyebar ke berbagai negara di dunia. Bahkan menurut UNAIDS dan WHO memperkirakan bahwa AIDS telah membunuh lebih dari 25 juta jiwa sejak pertama kali diakui tahun 1981, dan ini membuat AIDS sebagai salah satu epidemik paling menghancurkan pada sejarah. Meskipun baru saja, akses perawatan antiretrovirus bertambah baik di banyak region di dunia, epidemik AIDS diklaim bahwa diperkirakan 2,8 juta (antara 2,4 dan 3,3 juta) hidup pada tahun 2005 dan lebih dari setengah juta (570.000) merupakan anak-anak. Secara global, antara 33,4 dan 46 juta orang kini hidup dengan HIV.Pada tahun 2005, antara 3,4 dan 6,2 juta orang terinfeksi dan antara 2,4 dan 3,3 juta orang dengan AIDS meninggal dunia, peningkatan dari 2003 dan jumlah terbesar sejak tahun 1981. Di Indonesia menurut laporan kasus kumulatif HIV/AIDS sampai dengan 31 Desember 2011 yang dikeluarkan oleh Ditjen PP & PL, Kemenkes RI tanggal 29 Februari 2012 menunjukkan jumlah kasus AIDS sudah menembus angka 100.000. Jumlah kasus yang sudah dilaporkan 106.758 yang terdiri atas 76.979 HIV dan 29.879 AIDS dengan 5.430 kamatian. Angka ini tidak mengherankan karena di awal tahun 2000-an kalangan ahli epidemiologi sudah membuat estimasi kasus HIV/AIDS di Indonesia yaitu berkisar antara 80.000 – 130.000. Dan sekarang Indonesia menjadi negara peringkat ketiga, setelah Cina dan India, yang percepatan kasus HIV/AIDSnya tertinggi di Asia. TB ( Tubrkulosis ) merupakan salah satu infeksi oportunistik tersering menyerang pada orang dengan HIV/AIDS di Indonesia. Infeksi HIV/AIDS memudahkan terjadinya infeksi mycobacterium tuberculosis. Penderita HIV/AIDS mempunyai resiko lebih besar menderita TB di bandingkan dengan non-HIV/AIDS. Resiko HIV/AIDS untuk menderita TB adalah 10% per tahun, sedangkan yang non-HIV/AIDS resiko menderita TB hanya 10% seumur hidup. Di Amerika Serikat di laporkan angka kejadian TB dengan infeksi menurun, 4,4 kasus baru per 100.000 populasi ( total 13,299 kasus ) pada tahun 2007. Di RSU Dr.Soetomo dilaporkan sebanyak 25-83 %. Sementara Raviglione, dkk menyebutkan bahwa TB merupakan penyebab kematian tersering pada orang penderita HIV/AIDS. Di mana WHO memperkirakan TB sebagai penyebab kematian 13% dari penderita AIDS. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa definisi dari HIV/AIDS ? 2. Apa etiologi dari HIV/AIDS ? 3. Bagaimana patofisiologi dari HIV/AIDS? 4. Bagaimana manifestasi klinis HIV/AIDS ? 5. Apa pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada HIV/AIDS ? 6. Apa pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada HIV/AIDS ? 7. Bagaimana penatalaksanaan medis yang dilakukan pada HIV/AIDS ? 8. Apa komplikasi yang akan muncul dari HIV/AIDS ? 9. Bagaimana pencegahan HIV/AIDS ? 10. Bagaimana konsep asuhan keperawatan yang dilakukan pada pasien dengan HIV/AIDS komplikasi TB paru? 1.3 Tujuan 1. Tujuan umum Untuk menjelaskan dan mengetahui konsep dasar teori serta bagaimana cara menyusun asuhan keperawatan pada pada pasien dengan penyakit HIV/AIDS komplikasi TB paru. 2. Tujuan khusus a. Agar mahasiswa/i memahami definisi HIV/AIDS. b. Agar mahasiswa/i mengetahui etiologi HIV/AIDS. c. Agar mahasiswa/i memahami patofisiologi HIV/AIDS. d. Agar mahasiswa/i mengetahui manifestasi klinis dari HIV/AIDS. e. Agar mahasiswa/i megetahui pemeriksaan penunjang HIV/AIDS. f. Agar mahasiswa/i mengetahui pemeriksaan diagnostik HIV/AIDS. g. Agar mahasiswa/i mengetahui penatalaksanaan medik pada pasien dengan HIV/AIDS. h. Agar mahasiswa/i mengetahui komplikasi yang akan muncul dari HIV/AIDS? i. Agar mahasiswa/i mengetahui pencegahan HIV/AIDS? j. Agar mahasiswa/i memahami konsep asuhan keperawatan yang dilakukan pada pasien dengan HIV/AIDS komplikasi TB Paru? BAB II LAPORAN PENDAHULUAN 2.1 Konsep Dasar Penyakit 2.1.1 Definisi HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah sejenis virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan dapat menimbulkan AIDS. HIV menyerang salah satu jenis dari sel-sel darah putih yang bertugas menangkal infeksi. Sel darah putih tersebut terutama limfosit yang memiliki CD4 sebagai sebuah marker atau penanda yang berada di permukaan sel limfosit. Karena berkurangnya nilai CD4 dalam tubuh manusia menunjukkan berkurangnya sel-sel darah putih atau limfosit yang seharusnya berperan dalam mengatasi infeksi yang masuk ke tubuh manusia. Pada orang dengan sistem kekebalan yang baik, nilai CD4 berkisar antara 1400-1500. Sedangkan pada orang dengan sistem kekebalan yang terganggu (misal pada orang yang terinfeksi HIV) nilai CD4 semakin lama akan semakin menurun (bahkan pada beberapa kasus bisa sampai nol) (KPA, 2007). HIV adalah jenis parasit obligat yaitu virus yang hanya dapat hidup dalam sel atau media hidup. Seorang pengidap HIV lambat laun akan jatuh ke dalam kondisi AIDS, apalagi tanpa pengobatan. Umumnya keadaan AIDS ini ditandai dengan adanya berbagai infeksi baik akibat virus, bakteri, parasit maupun jamur. Keadaan infeksi ini yang dikenal dengan infeksi oportunistik (Zein, 2006). HIV adalah virus yang menumpang hidup dan merusak sistem kekebalan tubuh. Sedangkan AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh virus HIV. (Brunner&Suddarth; edisi 8) AIDS adalah singkatan dari Acquired Immuno Deficiency Syndrome, yang berarti kumpulan gejala atau sindroma akibat menurunnya kekebalan tubuh yang disebabkan infeksi virus HIV. Tubuh manusia mempunyai kekebalan untuk melindungi diri dari serangan luar seperti kuman, virus, dan penyakit. AIDS melemahkan atau merusak sistem pertahanan tubuh ini, sehingga akhirnya berdatanganlah berbagai jenis penyakit lain (Yatim, 2006). AIDS adalah sindroma yang menunjukkan defisiensi imun seluler pada seseorang tanpa adanya penyebab yang diketahui untuk dapat menerangkan tejadinya defisiensi, tersebut seperti keganasan, obat-obat supresi imun, penyakit infeksi yang sudah dikenal dan sebagainya (Laurentz, 2005). AIDS adalah suatu gejala penyakit yang menunjukkan kelemahan atau kerusakan daya tahan tubuh atau gejala penyakit infeksi tertentu/keganasan tertentu yang timbul sebagai akibat menurunnya daya tahan tubuh (kekebalan). (H. JH. Wartono, 1999 : 09) 2.1.2 Etiologi Penyebab adalah golongan virus retro yang disebut Human Immunodeficiency Virus (HIV). HIV pertama kali ditemukan pada tahun 1983 sebagai retrovirus dan disebut HIV-1. Pada tahun 1986 di Afrika ditemukan lagi retrovirus baru yang diberi nama HIV-2. HIV-2 dianggap sebagai virus kurang pathogen dibandingkaan dengan HIV-1. Maka untuk memudahkan keduanya disebut HIV. Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima fase yaitu : 1. Periode jendela. Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi. Tidak ada gejala. 2. Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1-2 minggu dengan gejala flu likes illness. 3. Infeksi asimtomatik. Lamanya 1-15 atau lebih tahun dengan gejala tidak ada. 4. Supresi imun simtomatik. Di atas 3 tahun dengan gejala demam, keringat malam hari, B menurun, diare, neuropati, lemah, rash, limfadenopati, lesi mulut. 5. AIDS. Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada berbagai sistem tubuh, dan manifestasi neurologist. AIDS dapat menyerang semua golongan umur, termasuk bayi, pria maupun wanita. Yang termasuk kelompok resiko tinggi adalah : 1. Lelaki homoseksual atau biseks. 2. Orang yang ketagian obat intravena. 3. Partner seks dari penderita AIDS. 4. Penerima darah atau produk darah (transfusi). 5. Bayi dari ibu/bapak terinfeksi. 2.1.3 Manifestasi Klinis Manifestasi klinis penyakit AIDS menyebar luas dan pada dasarnya dapat mengenai setiap sistem organ, salah satunya sistem pernapasan. Pneumonia Pneumocystis carinii. Gejala napas yang pendek, sesak napas (dispnea), batuk-batuk, nyeri dada dan demam akan menyertai berbagai infeksi oportunitis, seperti yang disebabkan oleh Mycobacterium aviumintracellulare (MAI), sitomegalovirus (CMV) dan Legionella. Walaupun begitu, infeksi yang paling sering ditemukan di antara penderita AIDS adalah Pneumonia Pneumocystis carinii (PCP) yang merupakan penyakit oportunis pertama yang dideskriPasienikan berkaitan dengan AIDS. Pneumonia ini merupakan manifestasi pendahuluan penyakit AIDS pada 60% pasien. Tanpa terapi profilaktik, PCP akan terjadi pada 80% orang-orang yang terinfeksi HIV P. carinii awalnya diklasifikasikan sebagai protozoa, namun sejumlah penelitian dan pemeriksa¬an analisis terhadap struktur RNA ribosomnya menunjukkan bahwa mikroorganisme ini merupakan jamur (fungus). Kendati demikian, struktur dan sensitivitas antimikrobanya sangat berbeda dengan jamur penyebab penyakit yang lain. P. carinii hanya menimbulkan penyakit pada hospes yang kekebalannya terganggu. Jamur ini menginvasi dan berproliferasi dalam alveoli pulmonalis sehingga terjadi konsolidasi parenkim paru. Gambaran klinik PCP pada pasien AIDS umumnya tidak begitu akut bila dibandingkan dengan pasien gangguan kekebalan karena keadaan lain. Periode waktu antara awitan gejala dan penegakan diagnosis yang benar bisa beberapa minggu hingga beberapa bulan. Penderita AIDS pada mulanya hanya memperlihatkan tanda-tanda dan gejala yang tidak khas seperti demam, menggigil, batuk nonproduktif, napas pendek, dispnea dan kadangkadang nyeri dada. PCP dapat ditemukan kendati tidak terdapat krepitasi. Konsentrasi oksigen dalam darah arterial pada pasien yang bernapas dengan udara ruangan dapat mengalami penurunan yang ringan; keadaan ini menunjukkan hipoksemia minimal. Bila tidak diatasi, PCP akan berlanjut dengan menimbulkan kelainan paru yang signifikan dan pada akhirnya, kegagalan pernapasan. Beberapa pasien memperlihatkan awitan yang dramatis dan perjalanan penyakit yang fulminan yang meliputi hipoksemia berat, sianosis, takipnea dan perubahan status mental. Kegagalan pernapasan dapat terjadi dalam waktu 2 hingga 3 hari setelah timbulnya gejala pendahuluan. Diagnosis pasti PCP dapat ditegakkan dengan mengenali mikroorganisme dalam jaringan paru atau sekret bronkus. Penegakan diagnosis ini dilaksanakan dengan prosedur seperti induksi sputum, lavase bronkial-alveolar dan bioPasieni transbronkial (melalui bronkoskopi serat optik). Kompleks Mycobacterium avium. Penyakit kompleks Mycobacterium avium (MAC; Mycobacterium avium Complex) muncul sebagai penyebab utama infeksi bakteri pada pasien-pasien AIDS. Mikroorganisme yang termasuk ke dalam MAC adalah M. avium, M. intracellulare dan M. scrofulaceum. MAC, yaitu suatu kelompok baksil tahan- asam, biasanya menyebabkan infeksi pernapasan kendati juga sering dijumpai dalam traktus gastrointestinal, nodus limfatikus dan sumsum tulang. Sebagian pasien AIDS sudah menderita penyakit yang menyebar luas ketika diagnosis ditegakkan dan biasanya dengan keadaan umum yang buruk. Infeksi MAC akan disertai dengan angka mortalitas yang tinggi. M. tuberculosis yang berkaitan dengan HIV cenderung terjadi di antara para pemakai obat bius IV dan kelompok lain dengan prevalensi infeksi tuberkulosis yang sebelumnya sudah tinggi. Berbeda dengan infeksi oportunis lainnya, penyakit tuberkulosis (TB) cenderung terjadi secara dini dalam perjalanan infeksi HIV dan biasanya mendahului diagnosis AIDS. Terjadinya tuberkulosis secara dini ini akan disertai dengan pembentukan granuloma yang mengalami pengkijuan (kaseasi) sehingga timbul kecurigaan ke arah diagnosis TB. Pada stadium ini. penyakit TB akan bereaksi dengan baik terhadap terapi antituberkulosis. Penyakit TB yang terjadi kemudian dalam perjalanan infeksi HIV ditandai dengan tidak terdapatnya resposn tes kulit tuberkulin karena sistem kekebalan yang sudah terganggu tidak mampu lagi bereaksi terhadap antigen TB. Dalam stadium infeksi HIV yang lanjut, penyakit TB disertai dengan penyebaran ke tempat-tempat ekstrapulmoner seperti sistem saraf pusat, tulang, perikardium, lambung, peritoneum dan skrotum. Strain multipel baksil TB yang resisten obat kini bermunculan dan kerapkali berkaitan dengan ketidakpatuhan pasien dalam menjalani pengobatan antituberkulosis. 2.1.4 Patofisiologi Sel T dan makrofag serta sel dendritik / langerhans ( sel imun ) adalah sel-sel yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) dan terkonsentrasi dikelenjar limfe, limpa dan sumsum tulang. Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel lewat pengikatan dengan protein perifer CD 4, dengan bagian virus yang bersesuaian yaitu antigen grup 120. Pada saat sel T4 terinfeksi dan ikut dalam respon imun, maka Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel lain dengan meningkatkan reproduksi dan banyaknya kematian sel T4 yang juga dipengaruhi respon imun sel killer penjamu, dalam usaha mengeliminasi virus dan sel yang terinfeksi. Virus HIV dengan suatu enzim, reverse transkriptase, yang akan melakukan pemograman ulang materi genetik dari sel T4 yang terinfeksi untuk membuat doublestranded DNA. DNA ini akan disatukan kedalam nukleus sel T4 sebagai sebuah provirus dan kemudian terjadi infeksi yang permanen. Enzim inilah yang membuat sel T4 helper tidak dapat mengenali virus HIV sebagai antigen. Sehingga keberadaan virus HIV didalam tubuh tidak dihancurkan oleh sel T4 helper. Kebalikannya, virus HIV yang menghancurkan sel T4 helper. Fungsi dari sel T4 helper adalah mengenali antigen yang asing, mengaktifkan limfosit B yang memproduksi antibodi, menstimulasi limfosit T sitotoksit, memproduksi limfokin, dan mempertahankan tubuh terhadap infeksi parasit. Kalau fungsi sel T4 helper terganggu, mikroorganisme yang biasanya tidak menimbulkan penyakit akan memiliki kesempatan untuk menginvasi dan menyebabkan penyakit yang serius. Dengan menurunya jumlah sel T4, maka sistem imun seluler makin lemah secara progresif. Diikuti berkurangnya fungsi sel B dan makrofag dan menurunnya fungsi sel T penolong. Seseorang yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV ) dapat tetap tidak memperlihatkan gejala (asimptomatik) selama bertahun-tahun. Selama waktu ini, jumlah sel T4 dapat berkurang dari sekitar 1000 sel perml darah sebelum infeksi mencapai sekitar 200-300 per ml darah, 2-3 tahun setelah infeksi. Sewaktu sel T4 mencapai kadar ini, gejala-gejala infeksi ( herpes zoster dan jamur oportunistik ) muncul, Jumlah T4 kemudian menurun akibat timbulnya penyakit baru akan menyebabkan virus berproliferasi. Akhirnya terjadi infeksi yang parah. Seorang didiagnosis mengidap AIDS apabila jumlah sel T4 jatuh dibawah 200 sel per ml darah, atau apabila terjadi infeksi opurtunistik, kanker atau dimensia AIDS. 2.1.5 WOC 9 2.1.6 Komplikasi Komplikasi dengan penyakit HIV-AIDS, yaitu : Penurunan sistem kekebalan tubuh akibat virus HIV (Human Immuno Deficiency Virus), menyebabkan tubuh mudah diserang penyakitpenyakit 1. Tuberkulosis Paru 2. Pneumonia Premosistis 3. Berbagai macam penyakit kanker 4. Pemeriksaan Penunjang 2.1.7 Penatalaksanaan Medis 1. Pengobatan Suporatif Tujuan : - Meningkatkan keadaan umum pasien - Pemberian gizi yang sesuai - Obat sistometik dan vitamin - Dukungan Pasienikologis 2. Pengobatan infeksi oportunistik a. Untuk infeksi : - Kardidiasis eosofagus - Tuberculosis - Toksoplasmosis - Herpes - Pcp - Pengobatan yang terkait AIDS , limfoma malignum , sarcoma Kaposi dan sarcoma servik, disesuaikan dengan standar terapi penyakit kanker b. Terapi : - Flikonasol - Rifamfisin, INH , Etambutol, Piraziramid, Stremptomisin - Pirimetamin, Sulfadiazine, Asam folat 10 - Ansiklovir - Kotrimoksazol 3. Pengobatan anti retro virus Tujuan : - Mengurangi kematian dan kesakitan - Menurunkan jumlah virus - Meningkatkan kekebalan tubuh - Mengurangi resiko penularan 2.1.8 Pemeriksaan Diagnostik 1. Tes untuk mendiagnosa infeksi HIV , yaitu : - ELISA - Western blot - P24 antigen test - Kultur HIV 2. Tes untuk mendeteksi gangguan sistem imun, yaitu : - Hematokrit - LED - Rasio CD4 / CD Limposit - Serum mikroglobulin B2 - Hemoglobin 2.2 Konsep Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian a. Identitas Meliputi nama, umur, tempat dan tanggal lahir b. Riwayat Test HIV positif, riwayat perilaku beresiko tinggi, menggunakan obatobatan 11 c. Penampilan umum Pucat, kelaparan d. Gejala subyektif Demam kronik dengan atau tanpa mengigil, keringat malam hari berulang kali, lemah, lelah, anoreksia e. Pasienikososial Kehilangan pekerjaaan dan penghasilan, perubahan pola hidup f. Status mental Marah atau pasrah, depresi , ide bunuh diri, halusinasi g. HEENT Nyeri perorbital, sakit kepala, edema muka, mulut kering h. Pemeriksaan persistem - Sistem persyarafan - Sistem pernafasan - Sistem musculoskeletal - Sistem kardiovaskuler - Sistem integument i. Pola fungsi kesehatan - Pola persePasieni dan pemeliharaan kesehatan - Pola nutrisi - Pola eliminasi - Pola istirahat tidur - Pola aktivitas dan latihan 2. Diagnosa Keperawatan a. Resiko tinggi infeksi b/d malnutrisi dan pola hidup beresiko 12 b. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan, pertukaran oksigen malnutrisi c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake yang kurang, menurunnya absorbs zat gizi d. Diare b/d infeksi GI (GastroIntestinal) 3. Intervensi dan Rasional Tindakan a. Intervensi diagnosa 1 a. Reiko tinggi infeksi b/d malnutrisi dan pola hidup beresiko Tujuan : Pasien akan bebas infeksi oportunistik dan komplikasinya, dengan KH : - Tidak ada tanda-tanda infeksi baru - TTV dalam batas normal b. Intervensi (NIC) - Monitor tanda-tanda infeksi baru R/: untuk pengobatan dini - Gunakan teknik aseptik pada setiap tindakan inovatif R/: mencegah pasien terpapar kuman pathogen dari RS - Kumpulkan specimen untuk test lab, sesuai order R/: meyakinkan diagnosis akurat dan pengobatan - Atur pemberian anti infeksi sesuai oerder - R/: mempertahankan kadar darah yang terapeutik c. Intervensi diagnosa 2 b. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan, pertukaran malnutrisi Tujuan : Pasien dapat berpartisifasi dalam kegiatan, dengan KH : - Bebas dyspnea dan takikardi selama aktivitas d. Intervensi (NIC) 13 oksigen, - Monitor respon fisiologis terhadap aktivitas R/: respon bervariasi dari hari ke hari - Berikan bantuan perawatan yang pasien sendiri tidak mampu R/: mengurangi kebutuhan energy - Jadwalkan perawatan pasien sehingga tidak mengganggu istirahat 1. R/: ekstra istirahat perlu untuk meningkatkan kebutuhan metabolic 14 BAB III ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengkajian 1. Pengumpulan Data a. Identitas pasien Nama : Tn “J” Umur : 44 Tahun Jenis kelamin : Laki-laki Agama : Kristen Suku : Dayak Pendidikan : SD Alamat : Jl. Dsn. Suka Damai RT 04/004. Pasigi. Mempawah Hulu Pekerjaan : Petani Tanggal masuk : 04 Juni 2019 Tanggal pengkajian : 06 Juni 2019 Diagnosa medis : PLHA + Obs. DyspePasienia, TB Paru b. Identitas penanggung jawab Nama : Tn “A” Jenis kelamin : Laki-laki Hubungan dengan pasien : Adik 2. Riwayat Penyakit a. Alasan masuk rumah sakit sakit Pasien mengatakan demam ± 2 bulan SMRS, demam naik turun. Pasien juga mengatakan batuknya berdahak ± 1 tahun yang lalu SMRS, sering sesak. Pasien pernah berobat TB paru hanya 2 bulan saja. Pasien mengatakan nafsu makannya berkurang. 15 b. Keluhan utama Pasien mengatakan napasnya terasa sesak, pasien juga mengatakan ada batuk berdahak. c. Keluhan saat dikaji Pasien mengatakan nafsu makannya menurun, sering juga mual muntah. Pasien mengatakan juga tidak bisa tidur saat malam hari karena gelisah, sesak dan batuk berdahak. d. Riwayat penyakit dahulu Pasien mengatakan pernah berganti-ganti pasangan ketika berhubungan intim dan pasien memiliki riwayat mentato badannya. e. Riwayat kesehatan keluarga Pasien mengatakan keluarganya tidak ada yang menderita penyakit menular dan penyakit kronis lainnya. 16 3. Genogram Keterangan : : Laki-laki : Perempuan : Pasien : Tinggal dalam satu rumah 17 Data Biologis a. Pola nutrisi SMRS : Pasien makan tiga kali sehari dengan menu bervariasi satu porsi makan habis. MRS : Pasien tidak nafsu makan dan makan satu kali sehari porsi makan RS tidak habis sisa 1/2. b. Pola minum SMRS : Pasien minum 7-8 gelas sehari (1.5-2 liter) MRS : Pasien minum 5-6 gelas sehari (0.8-1 liter) c. Pola eliminasi SMRS MRS : Pasien BAB satu kali sehari, BAK 7-8 kali sehari : Pasien jarang BAB karena jarang makan, BAK 6-7 kali sehari. d. Pola istirahat/tidur SMRS MRS : Pasien tidur 7-8 jam sehari. : Pasien tidur hanya ± 3-4 jam saat malam hari, saat rasa sesak dan batuk datang, pasien terjaga. e. Pola hygiene - Mandi SMRS : Pasien mandi dua kali sehari. MRS - : Pasien mandi satu kali sehari. Cuci rambut SMRS : Pasien mencuci rambutnya saat mandi. MRS : Pasien hanya membasahi rambutnya ketika mandi. - Gogok gigi SMRS : Pasien gosok gigi dua kali sehari. MRS : Pasien baru satu kali menggosok gigi selama tiga hari masuk rumah sakit. 18 4. Pola aktifitas Aktifitas 0 Mandi √ Berpakaian √ Eliminasi √ Mobilisasi ditempat tidur √ Pindah √ Makan dan minum √ 1 2 Keterangan : 0 = mandiri 1 = dibantu sebagian 2 = perlu bantuan orang lain 3 = perlu bantuan orang lain dan alat 4 = tergantung orang lain tidak mandiri 5. Pemeriksaan Fisik a. Keadaan umum : Lemah Kesadaran TTV : E4M6V5 (GCS = 15) Compos Mentis : TD = 100/80 mmHg N = 86 x/menit RR = 40 x/menit S = 37,3 ºC Berat badan SMRS : 55 Kg ± 6 bulan lalu MRS : 35 Kg Tinggi badan : 159 cm IMT : Keterangan : Nilai normal 18,5 - 24,5 𝐾𝑔⁄𝑚2 19 3 4 b. Kepala Inspeksi : Bentuk kepala simetris, rambut hitam keriting, kulit kepala kering, tidak ada ketombe. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan. c. Mata Inspeksi : Sklera putih, dapat melihat dengan jelas, bola mata simetris, konjungtiva merah muda, ada reaksi terhadap cahaya (miosis) tidak mengguakan alat bantu penglihatan, fungsi penglihatan normal. Palpasi : Tidak nyeri tekan. d. Hidung Inspeksi : bentuk simetris, tidak ada polip, tidak ada sekret. Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan dan pembengkakan. e. Telinga Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada kelainan dikedua telinga, tidak ada lesi dan serumen. Palpasi : Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan. f. Mulut Inspeksi : Gigi tampak kuning, lidah bersih, mukosa mulut lembab. Palpasi : Otot rahang kuat. g. Leher Inspeksi : Ada pembesaran kelenjar getah bening. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan. h. Thoraks (paru-paru) Inspeksi : Dada simetris, tidak ada lesi, respirasi 40 kali per menit, terdapat retraksi dinding dada. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan. Auskultasi : Bunyi napas ronkhi. 20 Perkusi : Batas paru-paru normal. i. Thoraks (jantung) Inspeksi : Ictus cordis terlihat, terlihat tatto di dada sebelah kanan. Palpasi : Ictus cordis teraba. Auskultasi : S1 dan S2 reguler. Perkusi : Batas jantung normal. j. Abdomen Inspeksi : Tidak ada lesi, terdapat pembesaran abdomen Palpasi : Tidak ada nyeri tekan. Auskultasi : Bising usus 8 kali per menit. Perkusi : Timpani. k. Genetalia (pasien menolak untuk dikaji karena menyangkut masalah pribadi). l.Ekstremitas Kanan Kiri 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 Keterangan: Terpasang infus di tangan kiri (RL 20 TPM). 0 : Tidak mampu bergerak sama sekali 1 : Hanya mampu menggerakkan ujung ektremitas. 2 : Hanya mampu menggerser sedikit. 3 : Mampu mengangkat tangan dengan bantuan, saat bantuan di lepaskan tangan ikut jatuh. 4 : Kekuatan otot sedikit berkurang, mampu melawan gravitasi sesaatlalu jatuh. 5 : Kekuatan otot utuh mampu melwan gravitasi. 21 8. Pemeriksaan Laboratorium Golongan darah :B HbsAg : Non-reaktif HIV : R/Reaktif BTA :+ LABORATORIUM 04- Hasil Nilai Normal RBC 3,57 3,50-5,50 12⁄𝑙 MCV 7,47 75,0-100,0 fl RDW% 63,1 1,0-1,6 % HCT 26,7 PLT 386 MPV 6,3 PCT 0,24 HGB 10,2 HL WBC 13,5 102014 8,0-11,0 fl 3,5-10 10 𝑔⁄𝑙 22 9. Pengobatan 06 juni 2019 07 juni 2019 08 juni 2019 - IUFD RL 20 Tpm - IUFD Clinimix - IUFD Clinimix - Inj. Dexametason - IUFD ivelif - Sohobion drip 1x1 3x1 amp - Inj. Ranitidin 2x1 amp - Inj Ceftriaxone 2x1 gram - Sohobion drip 1x1 3cc - OAT Terapi (INH 300 mg 1x1, Rifampisin 400 3cc - OAT Terapi (INH 300 mg 1x1, Rifampisin 400 mg mg 2x1. 1x1, etambutol 1x1 - Pirazinamol 1x1, Ketokonazole 1x200 mg - PCT 3x1 (bila demam), O2 4 𝑙⁄𝑚 1x1 - Candistatin 2x1(peroral) - PCT 3x1 (bila demam), O2 4 𝑙⁄𝑚 23 B. Analisa Data NO. 1. DATA DS: ETIOLOGI HIV masuk ke dalam tubuh tidak efektif sering sesak. - Pasien mengatakan Penurunan kekebalan tubuh DO: - Ketika batuk, tampak adanya sputum yang Bersihan jalan napas - Pasien mengatakan sering batuk. MASALAH Masuknya Micobacterium tuberkulosa dikelarkan. - Respirasi 40 kali per menit Menyebar ke organ paru - Pasien terpasang Menempel di paru oksigen 4 l/m Terjadi kerusakan membran alveolar Terjadi pembentukan sputum berlebih Tidak efektif bersihan jalan nafas 24 2. Mual muntah DS: - Pasien mengatakan tidak nafsu Ketidakseimbangan nutrisi makan - Pasien mengatakan sering mual Nafsu makan turun dan muntah DO: - Pasien tampak lemah. Asupan nutrisi tubuh berkurang - BB pasien turun 20 kg, BB = 35 kg - Pasien makan satu kali porsi RS tidak habis Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh - TTV (TD: 100/80 mmHg, N: 86 kali per menit. - IMT = 12,69 (18,5-24,5) Kg/m2 3. Proses penyakit DS: tidur - Pasien mengatakan tidak bisa tidur karena gelisah, sesak dan batuk Perubahan pola Perubahan status kesehatan DO: - Pasien tidur ± 3-4 jam saat malam hari Kegelisahan Perubahan pola tidur 25 D. Intervensi Keperawatan NO DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Bersihan jalan nafas b/d adanya Setalah dilakukan tindakan sputum di jalan nafas, ditandai keperawatan 3x24 jam diharapkan dengan: bersihan jalan nafas tidakefektifan DS: hilang dengan kriteria hasil : - Pasien mengatakan sering sesak - - Mampu mengeluarkan sputum Pasien mengatakan sering batuk - DO: - Ketika batuk,tampak adanya NOC NIC 1. oxygen therapy 2. Posiskan pasien untuk memaksimalkan ventilasi. 3. Berikan posisi semi fowler pada Pasien. - Frekuensi pernafasan dalam rentang normal (18-20x/m) Monitor resfirasi dan status 02, 4. Ajarkan untuk batuk efektif 5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian dosis inhalasi sputum yang dikeluarkan dari mulut Pasien RASIONAL 1. Pemberian oksigen sebanyak 4 l/m 2. Memudahkan Pasien ketika bernafas 3. Memberikan kenyamanan pada Pasien 4. Mengeluarkan sputum 5. Inhalasi digunakan untuk memudahkan pengeluaran sputum/secret - Pasien terpasang oksigen 4 L/m 26 2. Ketidakseimbangan nutrisi Setelah dilakukan tindakan 3x24 jam kurang dari kebutuhan tubuh b/d menurunnya nafsu makan diharapkan Ketidak seimbangan nutrisi 2. Anjurkan makan sedikit tapi terpenuhi dengan criteria hasil : sering dan mual muntah, ditandai - IMT dalam batas normal dengan: - Pasien mengatakan nafsu makan DS: - Pasien mengatakan tidak nafsu 1. 3. Edukasi pasien dan keluarga pasien tentang makanan pantangan meningkat - Mual muntah hilang atau berkurang Monitor Input dan Output nutrisi yang memperburuk kondisi pasien 4. makan Kolaborasi diet pasien dengan ahli gizi 1. Menyesuaikan kebutuhan kalori yang dibutuhkan 2. Memenuhi kebutuhan nutrisi Pasien 3. Makanan mempengaruhi peningkatakan kondisi kesehatan pasien 4. Menjaga keseimbangan nutrisi pasien - Pasien mengatakan sering mual muntah DO: - Pasien tampak lemah - BB 35 kg - Pasien makan 1 kali sehari porsi rs tidak habis - TTV : TD =100/80 N=86x/m IMT=12,69 Kg/m2 27 3. Gangguan pola tidur b/d Setelah dilakukan tindakan 3x24 jam kegelisahan akibat perubahan diharapkan Perubahan pola tidur tidak setatus kesehatan ditandai terjadi dengan criteria hasil: dengan: - Pasien mengatakan sudah bisa tidur - - DS : Jumblah jam tidur normal 6-8 jam. Pasien mengatakan tidak bisa 1. Pasien 2. Idenfikasi penyebab perubahan pola tidur Pasien 3. Berikan posisi semi fowler 4. Edukasi pola koping dalam tidur karena gelisah - DO : Kaji kebutuhan istirahat tidur menangani masalah 5. Kolaborasi dengan keluarga Pasien tidur kurang lebih 1-2 jam pasien supaya menciptakan suasana saat malam hari. yang tenang dan nyaman 1. Mengetahui intensitas tidur Pasien 2. Mengetahui penyebab untuk memberikan intervensi yang tepat 3. Merangsang Pasien supaya tertidur 4. Pola koping yang baik akan mengakibatkan pasien merasa lebih tenang sehingga memudahkan pasien untuk tidur 5. Membantu Pasien untuk tidur nyenyak. 28 E. implementasi dan Evaluasi NO. DX TANGGAL DX 1. 06-06-2019 07.00 IMPLEMENTASI EVALUASI S : Pasien mengatakan sesak dan batuk 1. Memonitor respirasi dan status O2, therapy oxygen 07:10 2. O: Posiskan pasien untuk memaksimalkan ventilasi. 07:20 sudah berkurang - Respirasi 24 x/menit - Pasien terpasang oksigen sebanyak 2 lpm 3. Memberikan posisi semi fowler pada pasien. 07:30 4. Mengajarkan untuk batuk efektif 07:40 5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian dosis inhalasi 29 A : Masalah teratasi sebagian P : Intervensi 1, 2, 3 dan 5 dilanjutkan. PARAF DX 2. 06-10-2014 1. Memonitor Input dan Output nutrisi S : Pasien mengatakan nafsu makan 09:20 2. Menganjurkan makan sedikit tapi sering meningkat 3. Mengedukasi pasien dan keluarga pasien O: 09:30 makanan pantangan yang memperburuk kondisi - Pasien makan 2 x sehari porsi RS pasien 09:35 4. habis Kolaborasi diet pasien dengan ahli gizi A : Masalah teratasi. P : Intervensi 1, 3 dan 4 dilanjutkan DX 3. 06-06-2019 10.20 1.Mengkaji kebutuhan istirahat tidur Pasien S : Pasien mengatakan dapat tidur dengan 2.Mengidenfikasi penyebab perubahan pola tidur nyenyak Pasien 10:40 O: 3.Memberikan posisi semi fowler - Mata pasien tampak lebih segar tanpa 4.Mengedukasi pola koping dalam menangani masalah 10:45 kantong mata. - Wajah pasien tampak cerah 5.Kolaborasi dengan keluarga pasien supaya menciptakan suasana yang tenang dan nyaman A : Masalah teratasi. P : Intervensi 4 dilanjutkan. 10:50 30 BAB IV PENUTUP A. Simpulan Tn “J” datang ke RSUD dr. Abdul Aziz Singkawang pada tanggal 04 Oktober 2014 pukul 18:45 WIB dengan keluhan pasien mengatakan demam ± 2 bulan SMRS, demam naik turun. Pasien juga mengatakan batuk berdahak ± 1 tahun SMRS kadang ada sesak. Saat di lakukan pengkajian pasien mengeluhkan batuk berdahak disertai sesak, tidak nafsu makan dan tidurnya tidak nyenyak sehingga kami mengangkat diagnosa keperawatan bersihan jalan napas tidak efektif, pola napas tidak efektif, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dan gangguan pola tidur. Tindakan yang dilakukan diantaranya memanajemen bersihan jalan napas, memanajemen frekuensi pola napas, memanajemen status nutrisi serta memenajemen pola tidur yang mana setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pada empat diagnosa keperawatan tersebut belum ada yang teratasi sepenuhnya. B. Saran Lebih teliti dalam pengkajian dan analisa data, karena yang menjadi acuan dalam menentukan diagnosa Keperawatan adalah analisa data sebelum menentukan rencana tindakannya. 31 DAFTAR PUSTAKA Barbara C. Long. 1996 Perawatan Medikal Bedah. Pedjajaran Bandung Doenges, Marylyn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 4. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta Padila. S.Kep.NS.2012. Keperawatan Medikal Bedah. Numed. Yogyakarta Smeltzer , Bare, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah , Brunner dan suddart, Edisi 8, Jakarta, EGC. 32