Uploaded by User27434

Penelitian Partisipatoris (PAR)

advertisement
Penelitian Partisipatoris
(Participatory Research)
Latar Belakang Munculnya PAR
Menurut Kuntoro (1994) Penelitian Action Research muncul karena banyak kritik yang
ditujukan terhadap metode penelitian konvensional yang bersifat teoretis sepihak, kurang
dapat digunakan secara dekat dengan pembuatan kebijaksanaan dan pengembangan programprogram, bersifat memisahkan, dominasi dan opresif terhadap subjek yang diteliti. Metode
penelitian semacam ini tidak sesuai dengan pandangan humanistik mengenai pendidikan dan
pembangunan.
Action Research (penelitian aksi) muncul sebagai metode pengembangan komunitas lebih
sesuai dengan pan-dangan pendidikiiln dan pembangunan yang humanistik. Dalam
pandangan humanistik pendidikan dan pembangunan meletakkan subjek sebagai pelaku aktif
dalarn proses pendidikan atau pembangunan. Penelitian harus dipandang sarna dengan
pendidikan, harus memperlakukan subjek yang diteliti sebagai subjek yang aktif terlibat
dalam proses penelitian terhadap permasalahan mereka sendiri
Dalam buku The Sage Handbook of Qualitatif Research, Denzin (2011) mengatakan bahwa
Penelitian ini berakar dari teologi pembebasan dan pendekatan neo-Marxis terhadap
pembangunan masyarakat (community development)(di Amerika Latin, misalnya) yang juga
memiliki sumber agak liberal dalam aktifisme hak-hak manusia (misalnya di Asia).
Seringkali digubakan tiga ciri khusus untuk membedakan PR dengan penelitian
konvensional: 1. Kepemilikan/tanggung jawab bersama atas proyek penelitian, 2. Analisis
berbasis-komunitas terhadap persoalan persoalan sosial, dan 3. Orientasi menuju tindakan
masyarakat.
Deskripsi PAR
Deskripsi PAR Menurut Robin Mc Taggart:
Memiliki makna suatu bentuk penelitian refektif diri yang dilakukan oleh para partisipan
dalam situasi sosial agar dapat mengembangkan rasionalitas, keadilan, kesatuan dan kepuasan
dari praktik sosial mereka, pemahaman terhadap praktik yang mereka lakukan, dan
pengembangan kelembagaan dan program-program serta masyarakat dimana praktik-praktik
itu dilakukan.
Penelitian ini melibatkan partisipan dalam tindakan perencanaan (dalam bentuk refleksi),
dalam melaksanakan rencana (aksi), dalam mengamati secara sistematis proses pelaksanaan,
dan dalam menilai akis-aksi mereka atas dasar bukti bukti sebagai dasar untuk perencanaan
lebih jauh dan aksi-aksi selanjutnya sehingga membentuk suatu spiral reflektif diri.
Diskripsi PAR menurut Freire:
PAR mencakup dua aktivitas dasar yakni refleksi dan aksi.
Aktifitas refleksi dalam bentuk pemahaman dan perencanaan harus diikuti dengan tindakan
pelaksanaan rencana itu. Dan kemudian diikuti oleh aktivitas refleksi atas tindakan rencana
itu serta menyusun rencana lebih jauh lagi hingga tercapai perubahan yang diharapkan.
Ciri Utama PAR (Denzin, 2011)
PAR terdiri dari 3 (tiga) kata yang selalu berhubungan seperti daur
atau siklus yakni
partisipasi, riset, dan aksi. Artinya hasil riset yang telah dilakukan secara partisipatif
kemudian diimplementasikan ke dalam aksi . Aksi yang didasarkan pada riset partisipatif
yang benar akan menjadi tepat sasaran. Secara umum PAR dipandang mencakup sebuah
spiral siklus reflektif-diri berikut ini:
1. Merencanakan perubahan
2. Melakukan dan mengamati proses berikut konsekuensi perubahan
3. Mengkaji proses dan konsekuensi tersebut
4. Merencanakan ulang
5. Melakukan dan mengamati kembali dan seterusnya.
Siklus reflektif diri tersebut dapat digambarkan pada diagram sebagai berikut:
Aspek penting dalam penelitian aksi (Kuntoro, 1994)
Action research (penelitian aksi) semakin muncul dalam pembicaraan sebagai alternatif
metodologi penelitian. Terdapat dua aspek penting dalam penelitian aksi, yaitu pertama, dia
memiliki aspek pendidikan (pengembangan), dan kedua, aspek sosial (keterlibatan anggota
komunitas) dalam pengembangan. Penelitian aksi sebagai metode lebih terarah pada tujuan
urituk pengembangan komunitas sosial (masyara-kat, lembaga, organisasi) di mana anggota
komunitas sosial itu harus diletakkan sebagai pelaku aktif dalam proses perubahan. Sesuai
dengan paradigma pendidikan atau pembangunan yang humanistik bahwa: manusia adalah
merupakan subjek aktif bagi pengembangan atau pembangunan. Pendidikan sebagai upaya
pengembangan diri harus meletakkan subjek sebagai pelaku aktif bagi pengembangannya.
Pengembangan komunitas bukan merupakan kegiatan pemberian orang luar sebab
kepercayaan diri, kebanggaan, dan dorongan tidak dapat dibangun oleh orang lain . Anggota
komunitas membangun kepercayaan diri clan kebanggaan melalui proses keterlibatan dalam
memikirkan permasalahan, mencari alternatif pemecahan,mengambil keputusan tentang
tindakan, melakukan tindakan, menilai hasil dan proses tindakan dalam mewujudkan tujuan.
Hanya dengan partisipasi maka anggota komunitas sosial dapat mengembangkan diri.
Penelitian aksi sebagai metode pengembangan komunitas sosial (sistem maupun anggota
sistem) memiliki landasan dasar teori pembangunan a tau pendidikan yang humanistik.
Karakteristik Melaksanakan PAR Menurut B.L Hall
Beberapa karakteristik melaksanakan penelitian parti-sipasi! sebagaimana dideskripsikan
oleb B.t.. Hall adalah:
1.
Proses penelitian dapat bermanfaat secara langsung dan segera bagi suatu komunitas
(yang berlawanan dengan penelitian sekedar sebagai karya akademik atau analisis
kebijaksanaan yang kabur).
2.
Proses penelitian harus melibatkan komunitas atau warga dalam keseluruhan aktivitas
penelitian sejak dari perumusan masalah sampai pada diskusi bagaimana menemukan
pemecahan dan interprestasi terhadap penemuan.
3.
Proses penelitian harus dipandang sebagai bagian dari keseluruhan pengalaman
pendidikan dengan kegia tan meru-muskan kebutuhan komunitas, mengembangkan
kesadaran dan komitmen anggota dalam komunitas.
4.
Proses penelitian harus dipandang sebagai bagian dari keseluruhan pengalaman
pendidikan dengan kegia tan meru-muskan kebutuhan komunitas, mengembangkan
kesadaran dan komitmen anggota dalam komunitas.
5.
Sasaran (object) proses penelitian. seperti halnya sasaran proses pendidikan, harus
pembebasan potensi kreatif manu-sia dan mobilisasi sumber-sumber manusia bagi
pemecahan problem sosial.
6.
Sasaran (object) proses penelitian. seperti halnya sasaran proses pendidikan, harus
pembebasan potensi kreatif manusia dan mobilisasi sumber-sumber manusia bagi
pemecahan problem sosial.
Prinsip-Prinsip PAR (Denzin,2011)
Menurut pandangan kami PAR memiliki prinsip sama pentinya seperti spiral refleksi diri ini.
Prinsip tesebut adalah sebagai berikut:
1.
PAR adalah sebuah proses sosial.
PAR secara sadar mengkaji hubungan antara ranah individu dengan ranah sosial. PAR
merupakan sebuah proses yang ditempuh dalam penelitian di dalam setting, seperti
setting pendidikan dan pembangunan masyarakat, ketika manusia -secara individu
maupun koletif- berusaha memahami bagaimana diri mereka dibentuk dan dibentuk
ulang sebagai individu-individu dan dalam hubungannya satu sama lain di berbagai
setting.
2.
PAR berciri partisipatoris
PAR mengajak manuasi untuk mengkaji ilmu pengetahuan (pemahaman kecakapan,
dan nilai-nilai)dan kategori-kategori interpretatif (yaitu cara mereka menafsirkan diri
sndiri dan tindakannya dalam dunia sosial dan material) mereka. PAR merupakan
proses yang menjadi sarana bagi masing masing individu di dalam kelompok untuk
berupaya menangani cara cara ilmu pengetahuannya membentuk kepekaan akan rasa
identitas dan keberfungsian diri/agensi serta merefleksikan secara kritis bagaikana ilmu
pengetahuan saay ini membingkai dan membatasi tindakannya. Par juga berciri
partisipatoris dalam pengertian bahwa manuasi hanya dapat melajukan penelitian
tindakan “terhadap dirinya sendiri, secara individu ataupun kolektif. PAR bukanlah
penelitian yang dilakukan terhadap orang lain.
3.
PAR berciri praktis dan kolaboratif
PAR mengajak manusia untuk mengkaji praktik-praktik sosial yang menghubungkan
diri mereka dengan orang lain dalam interaksi sosial. PAR merupakan sebuah proses
yang menjadi sarana bagi manusia untuk mengeksplorasi praktik praktik komunikasi,
produksi dan pengorganisasian sosial mereka serta berupaya mengeksplorasi cara untuk
meningkatkan interaksi-interaksi mereka dengan mengubah tindakan-tindakan yang
membentuk interaksi tersebut, yaitu mengurangi aspek aspek interaksi yang
dialami/dirasakan oleh partisipan sebagai yang irasional, tidak produktif, tidak adil, dan
tidak memuaskan. Para peneliti PAR berupaya untuk menjalin kerjasama dalam
merekonstruksi interaksi interaksi sosial mereka dengan merekonstruksi tindakantindakan yang memebentuk interaksi tersebut.
4.
PAR berciri emansipatoris
PAR bertujuan untuk membantu manusia agar pulih dan melepaskan diri mereka dari
tekanan-tekanan struktur sosial yang irasional, tidak produktif, tidak adil dan tidak
memuaskan yang membatasi perkembangan diri dan kemandirian diri
5.
PAR berciri kritis
PAR bertujuan untuk membantu manusia agar pulih dan melepaskan diri dari
hambatan-hambatan yang lekat dengan media sosial yang menjadi wahana interaksi
merek-bahasa mereka, pola kerja mereka, relasi sosial. PAR merupakan sebuah proses
ketika manusia secara sadar berketetapan hati untuk memperjuangkan dan membentuk
ulang cara cara irasional, tidak produktif, tidak adil, tidah memuaskan dalam
mendeskripsikan dunia mereka, cara-cara kerja (pekerjaan), dan cara menghubungkan
diri dengan orang lain.
6.
PAR berciri refleksif
PAR bertujuan membantu manusia dalam mengkaji realita agar mampu mengubahnya
dan mengubah realita agar dapat mengkajinya. PAR merupakan prosedur sadar yang
menjadi sarana bagi manusia untuk mengubah praktik-praktik mereka melalui spiral
siklus aksi dan refleksi kritis dan kritis diri. PAR merupakan proses belajar dengan
orang lain melalui perbuatan yaitu mengubah cara mereka berinteraksi dengan dunia
sosial yang dijalin bersama.
7.
PAR bertujuan untuk mengubah teori dan praktik.
PAR tidak mementingkan salah satu dalam hubungan antara teori dan praktik, justru
sebaliknya PAR bertujuan untuk mengartikulasi dan mengembangkan keduanya dalam
hubungan satu sama lain melali penalaran kritis tentang teori dan praktik berikut
konsekuensi-konsekuensi keduanya. PAR tidak bertujuan untuk mengembangkan
bentuk-bentuk teori yang mampu berdiri terpisah dan lepas dari praktik, seolah praktik
dapat dikendalikan dan ditentukan tanpa mempertimbangkan aspek-aspek partikuler
dari situasi praktis yang dihadap oleh para praktisi dalam kehidupan dan pekerjaan
mereka sehari hari.
Langkah-Langkah dalam PAR
1.
Riset Pendahuluan
Dalam riset ini peneliti akan mengobservasi aktivitas sehari-hari masyarakat di suatu
lingkungan. Riset ini berguna sebagai pijakan untuk masuk pada analisis lebih jauh.
Riset ini juga akan mempermudah peneliti untuk melakukan langkah selanjutnya, yaitu
inkulturasi.
2.
Inkulturasi
Langkah selanjutnya adalah inkulturasi, atau melebur dan membaur dalam kehidupan
masyarakat sehari-hari. Informasi awal yang telah didapat ketika melakukan riset
pendahuluan dapat dijadikan pedoman untuk mengadaptasikan diri di tengah-tengah
masyarakat. Dalam langkah ini, peneliti melakukan proses pendekatan sebagai upaya
membangun kepercayaan.
3.
Pengorganisasian Masyarakat untuk Agenda Riset
a.
Membentuk Kelompok
Setelah tahap inkulturasi dilalui, peneliti akan membangun kelompok Kelompok
yang baik di sini bukan berarti
yang memiliki banyak
tetapi lebih
mempertimbangkan aspek benar-benar solid dan aktif.
b. Melakukan Analisis Masalah
Dalam pertemuan kelompok diadakan Focus Group Discussion (FGD), yaitu
diskusi mengenai permasalahan tertentu sesuai dengan yang telah disepakati
sebelumnya. Dalam FGD para partisipan diajak untuk mengkaji permasalahannya,
mencari penyebab, dan melihat dampak negatifnya
c.
Merumuskan Masalah
Masyarakat merumuskan masalah mendasar khususnya yang berkaitan dengan
hajat hidup kemanusiaan yang dialaminya. Teknik yang mudah untuk merumuskan
masalah ini biasanya dengan analisis pohon masalah (hirarkhi masalah), yang
selanjutnya dibuat analisa pohon tujuan. Selanjutnya dilengkapi dengan teknik
matrik ranking sebagai langkah untuk memilih prioritas persoalan mana yang akan
diselesaikan lebih dahulu.
4.
Perencanaan Tindakan Aksi untuk Perubahan Sosial
a. Mengorganisir Gagasan
Setelah matrik ranking masalah ditetapkan bersama, maka langkah selanjutnya
adalah merencanakan bersama upaya pemecahan masalah. Dalam tahap
perencanaan ini, ide dan gagasan dari partisipan diinventarisir terlebih dahulu,
untuk kemudian diputuskan bersama-sama gagasan yang dipilih.
b. Mengorganisir Sumber Daya/Potensi
Gagasan pemecahan
masalah yang telah
ditetapkan
harus
mempertimbangkan potensi dan sumber daya yang dimiliki masyarakat. Komunitas
sebelumnya harus sudah menginventarisir siapa memiliki potensi dan sumber
daya apa. Begitu seterusnya hingga keragaman sumber daya yang dimiliki
masyarakat dapat saling melengkapi guna mendukung jalannya aksi perubahan
sosial.
c. Menyusun Strategi Gerakan
Komunitas menyusun strategi gerakan untuk memecahkan problem kemanusiaan
yang telah dirumuskan. Di dalamnya, komunitas menentukan langkah-langkah
sistematik, menentukan pihak yang terlibat (stakeholders), dan merumuskan
kemungkinan keberhasilan dan kegagalan program yang direncanakan serta
mencari jalan keluar apabila terdapat kendala yang menghalangi keberhasilan
program.
5.
Aksi
Hasil perencanaan aksi selanjutnya diimplementasikan secara simultan dan partisipatif.
Pemecahan persoalan kemanusiaan bukanlah sekedar untuk menyelesaikan persoalan
itu sendiri, tetapi merupakan proses pembelajaran masyarakat, sehingga terbangun
pranata baru dalam komunitas dan sekaligus memunculkan community organizer
(pengorganisir dari masyarakat sendiri) dan akhirnya akan muncul local leader
(pemimpin lokal) yang menjadi pelaku dan pemimpin perubahan.
6.
Evaluasi
Evaluasi dilakukan dengan mengkroscek apakah yang telah dilaksanakan tetap berada
dalam jalur yang ditentukan, bagaimana impresi dan efek yang dihasilkan. Jika ternyata
langkah yang telah dilakukan membawa implikasi negatif dan destruktif, maka bukan
tidak mungkin peneliti harus merubah arah kebijakan, karena sebenarnya PAR
menghendaki pendekatan yang fleksibel dan multidimensional untuk menunjang
progresifitas masyarakat.
7.
Refleksi
Informasi yang telah terkumpul ditinjau secara terus-menerus, kemudian diklasifikasi,
diverifikasi, disistematisasikan, dan terakhir diambil kesimpulan-kesimpulannya.
Dengan demikian data-data lengkap yang telah tersusun menjadi bermakna.
Berdasarkan hasil riset, proses pembelajaran masyarakat, dan program-program aksi
yang sudah terlaksana, peneliti bersama masyarakat merefleksikan semua proses dan
hasil yang diperolehnya (dari awal sampai akhir).
Download