KATA PENGANTAR Bagaimana kita harus mempersiapkan diri kita dan seluruh anggota keluarga untuk menyambut kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali menjadi pokok pikiran yang cukup membebani penulis sejak ia mempelajari akhir zaman, khususnya ketika ia menyadari bahwa saat ini kita telah berada di akhir dari akhir zaman. Persiapan diri menghadapi akhir zaman bisa berupa persiapan secara fisik, walaupun tentunya yang terpenting adalah persiapan secara rohani. Lukas 1:7 menyampaikan agar kita mempersiapkan diri agar dapat menjadi umat yang layak bagi Tuhan. Seperti apa umat yang layak bagi Tuhan dan bagaimana kita melakukannya merupakan pokok bahasan buku ini. Puji Tuhan, sungguh Allah kita maha pemurah, yang dengan limpahnya terus menerus membukakan pengertian-pengertian akan firman-Nya bagi kita agar kita dapat makin diperkaya sehingga kita dapat lebih mengenal Tuhan dan segala hukum serta jalan-Nya sehingga kita akan menjadi umat Tuhan yang tetap kuat dan setia. Dan 11:32 Dan orang-orang yang berlaku fasik terhadap Perjanjian akan dibujuknya sampai murtad dengan kata-kata licin; tetapi umat yang mengenal Allahnya akan tetap kuat dan akan bertindak. Soli Deo Gloria, Penulis UMAT YANG LAYAK BAGI TUHAN Judul buku ini telah menjadi tema yang populer dan banyak dibahas di gereja-gereja pada saat ini, khususnya kedatangan yang Tuhan dalam Yesus menjadikannya tahunan, tapi sebagai sebuah disampaikan yang sebagai banyak di rangka tema akhir juga menghadapi kedua tema bulanan, yang yang zaman kali. tema menganggapnya penting ini Ada karena untuk pokok pembahasannya mencakup pembinaan berbagai aspek dalam kehidupan menyiapkan bagi umat Tuhan Tuhan dalam suatu upaya untuk yang layak umat bagi-Nya. Penulis yakin sebagai orangtua, kita pasti mengasihi kita. keluarga Dalam kita, proses terutama membesarkan anak-anak anak, kita biasanya dan selalu memperhatikan dan mengamati dengan saksama perkembangan dan pertumbuhan anak-anak kita sejak kecil sampai dewasa dari pelbagai aspek, seperti aspek sosial, emosional, akademis, dan religius. Kita akan menelusurinya satu demi satu. Aspek Sosial Ketika anak kita masih bayi, kita perhatikan, apakah ia sudah mampu melafalkan suara tertentu, atau bisa berkata-kata dan kalau mereka mampu berkata-kata, kita kita, senang, “Papa! “Ngeh, neh, erth, heh dan eh,” apalagi Mama!” kalau ia Wah, bisa kita memanggil benar-benar bahagia. Begitu juga kalau anak itu sudah agak besar, biasanya kita juga ingin tahu apakah ia mampu menjalin persahabatan dengan teman-temannya, bersosialisasi, ngobrol, bermain dengan mereka. bertemu juga dengan bisa “Ayo, orang mengamati kasih tangan,” melakukannya, kita guyon, bekerja sama, Demikian juga kalau ia yang dan dewasa, mungkin dan juga lebih kalau senang kita mengajarkan, mereka bahkan mampu bangga. Kita menganggap bahwa aspek sosial dari anakanak kita sudah berkembang dengan baik. Aspek Emosional Selain aspek memperhatikan Itulah sosial biasanya juga aspek emosional dari anak kita. sebabnya bayi-bayi supaya mereka tertawa. kita merasa senang. itu menyenangkan, emosionalnya. kita sering kita ganggu Kalau anak kita tertawa, Selain anak yang tertawa kita juga bisa melihat aspek Bahkan di satu pihak, kalau anak kita suka menangis, kita menganggap itu sesuatu yang baik karena aspek emosionalnya berkembang, tetapi di pihak lain, ada beberapa orang tua yang khawatir kalau anaknya terlalu sering menangis. Tentu saja yang lebih mengkhawatirkan ialah kalau anak kita, tidak pernah menangis, tidak pernah tertawa, dan kita akan menganggap hal itu lebih mengkhawatirkan daripada anak yang banyak menangis. Begitu juga kalau anak itu kelihatan agak penakut, kita tetap menganggap itu sesuatu yang baik, walaupun tentu kita akan mengajarkan dan menjelaskan agar ia tidak usah terlalu takut menghadapi suatu situasi atau masalah dan bisa menceritakan takut. pada kita apa yang membuatnya Itu adalah aspek-aspek yang kita anggap baik secara emosional. Aspek Akademis Setelah aspek perhatikan aspek emosional, akademis kita anak juga kita. memKita mencoba melihat apakah anak kita bisa mengikuti pelajaran dengan baik, mengamati bagaimana tingkat kecerdasannya, memperhatikan nilai-nilai ulangannya –apakah baik atau buruk. Terkadang kita juga terpaksa harus memarahi dan menegur anak kita, kalau ia lalai dalam melakukan halhal yang berkaitan akademis. dengan tugas dan kegiatan Dan kalau anak kita sudah kuliah dan diwisuda, ini biasanya merupakan momen penting dan kita sebagai orang tua sedapat mungkin akan menghadiri Hari Wisuda itu. Diwisudanya anak kita suatu sering dianggap sebagai tanda dan bukti bahwa kita selaku orang tua sudah berhasil mendidik anak kita, membesarkannya dengan baik. Aspek Religius Selain sebuah salah ketiga aspek satu aspek lain, aspek tersebut yang yang masih sebenarnya tak kalah ada termasuk pentingnya, yaitu yang berkaitan dengan keyakinan. Apakah kita menyediakan waktu dan memperhatikan aspek religius dari anak-anak kita? Kita seharusnya lebih memfokuskan hal ini karena aspek religius sangat penting dalam buhan kehidupan perkembangan rohaninya dan selaku pertumkeluarga Kristen. Lukas 1:13-17 menjelaskan salah satu aspek yang berkaitan dengan aspek religius dari anakanak kita. Selengkapnya Lukas 1:13-17 adalah: 1:13 Tetapi malaikat itu berkata kepadanya: "Jangan takut, hai Zakharia, sebab doamu telah dikabulkan dan Elisabet, isterimu, akan melahirkan seorang anak laki-laki bagimu dan haruslah engkau menamai dia Yohanes. 1:14 Engkau akan bersukacita dan bergembira, bahkan banyak orang akan bersukacita atas kelahirannya itu. 1:15 Sebab ia akan besar di hadapan Tuhan dan ia tidak akan minum anggur atau minuman keras dan ia akan penuh dengan Roh Kudus mulai dari rahim ibunya; 1:16 ia akan membuat banyak orang Israel berbalik kepada Tuhan, Allah mereka, 1:17 dan ia akan berjalan mendahului Tuhan dalam roh dan kuasa Elia untuk membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya dan hati orang-orang durhaka kepada pikiran orang-orang benar dan dengan demikian menyiapkan bagi Tuhan suatu umat yang layak bagi-Nya. Memang kalau kita baca sekilas, ayat-ayat di atas berkaitan dengan kelahiran Yohanes Pembaptis, tapi kalau kita baca di ayat 17-nya, ada firman Allah yang menyatakan tentang “menyiapkan bagi Tuhan suatu umat yang layak bagi-Nya”. Dan menyiapkan suatu umat yang layak bagi Tuhan itu terutama belajaran berkaitan erat aspek-aspek dengan religius proses dalam pem- keluarga dari orang tua kepada anak-anaknya. Lukas 1:17 lengkapnya berbunyi: 1:17 dan ia akan berjalan mendahului Tuhan dalam roh dan kuasa Elia untuk membuat hati bapa-bapa berbalik pada anak-anaknya dan hati orang-orang durhaka pada pikiran orang-orang benar dan dengan demikian menyiapkan bagi Tuhan suatu umat yang layak bagi-Nya.” Kedatangan Tuhan Yesus yang Pertama Kali Kalau kita perhatikan ayat tersebut, maka ada dua hal penting: Yang pertama, menyiapkan bagi Tuhan suatu umat yang layak bagi-Nya berkaitan dengan kedatangan Kalau kita Tuhan pelajari, Yesus maka yang pertama. perikop ini menjelaskan bahwa Yohanes Pembaptis akan lahir lebih dahulu daripada Tuhan Yesus, di mana salah satu tugas yang diberikan padanya adalah mempersiapkan bagi Tuhan suatu umat yang layak bagi-Nya. Yang kedua ialah bahwa menyiapkan bagi Tuhan suatu umat yang layak bagi-Nya berkaitan dengan bapak-bapak, dimana dikatakan, Yohanes Pembaptis akan membuat hati bapak-bapak beralih pada anakanaknya. Apa artinya? Dengan kata lain, tugas ini harus dimulai dari keluarga sebagai bagian terkecil dari masyarakat dan para bapak akan berperan serta dalam memperhatikan perilaku dan meningkatkan kualitas kehidupan rohani anak-anak mereka. Mengapa frase, “membuat hati bapak-bapak berbalik pada anak-anaknya” ini bisa disampaikan atau dimunculkan di sini? Kegagalan Umat Israel Frase di atas mempersiapkan pakan kerohanian perintah Israel gagal hatikan di sebenarnya Tuhan, berkaitan anak-anak dan bahwa Tuhan untuk mengajarkan 6: 6-9, memerintahkan pada yang meru- sayangnya melakukannya. Ulangan dengan Kalau jelas pada anak-anak orang kita per- dikatakan orang Israel mereka agar mereka menjadi umat Tuhan. Ulangan 6:6: Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, 6:7 haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anakanakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun. 6:8 Haruslah juga engkau mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu, 6:9 dan haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu. Perintah meninggal, ini dan disampaikan kita gagal menjalankan Bangsa Israel tahu bahwa perintah bukan Musa hanya sebelum bangsa Tuhan gagal ia Israel tersebut. ketika zaman Tuhan Yesus, melainkan jauh sebelumnya , yaitu sejak masa Perjanjian Lama. Sepeninggal Yosua perintah ini tidak pernah dijalankan lagi karena dalam kitab Hakim-hakim dijelaskan bahwa ketika Yosua sudah meninggal, umat Israel mulai menyembah berhala. Kedatangan Tuhan Yesus yang Kedua Kalinya Jika kedatangan perikop Tuhan di Yesus atas yang berkaitan dengan pertama, mengapa mempersiapkan suatu umat yang layak bagi Tuhan merupakan kedatangan tema yang Tuhan penting Yesus berkaitan kedua kali? dengan Ternyata ayat yang tertulis dalam Lukas 1:17 itu ada juga di Maleakhi 4:5-6. Mal 4:5 Sesungguhnya Aku akan mengutus nabi Elia padamu menjelang datangnya hari TUHAN yang besar dan dahsyat itu. 6 Maka ia akan membuat hati bapa-bapa berbalik pada anak-anaknya dan hati anak-anak pada bapa-bapanya supaya jangan Aku datang memukul bumi sehingga musnah. Penulis berkaitan meyakini dengan kedua kalinya. 1:17 sebelumnya bahwa kedatangan Maleakhi Tuhan 4:5-6 Yesus ini yang Kalau yang tertulis dalam Lukas berkaitan dengan kedatangan Tuhan Yesus yang pertama kali, maka yang ada di Maleakhi 4:5-6 berkaitan dengan kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kalinya; mengapa demikian? dikatakan, “Datangnya Pertama, di Maleakhi 4: 5 Kata-kata ini hari TUHAN yang besar dan dahsyat itu.” bukan berkaitan dengan kedatangan Tuhan Yesus ayat-ayat yang yang pertama. Mari kita berkaitan bandingkan dengan dengan kedatangan Tuhan Yesus yang pertama : Mat 1:23 "Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel" — yang berarti: Allah menyertai kita. Luk 2: 10 Lalu kata malaikat itu kepada mereka: "Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Kedatangan Tuhan Yesus yang pertama digambarkan sebagai sesuatu kedatangan-Nya yang yang sukacita, kedua kali sedangkan digambarkan sebagai sesuatu yang dahsyat dan mengerikan. Mat 24:27 Sebab sama seperti kilat memancar dari sebelah timur dan melontarkan cahayanya sampai ke barat, demikian pulalah kelak kedatangan Anak Manusia. 28 Di mana ada bangkai, di situ burung nazar berkerumun." 29 "Segera sesudah siksaan pada masa itu, matahari akan menjadi gelap dan bulan tidak bercahaya dan bintang-bintang akan berjatuhan dari langit dan kuasa-kuasa langit akan goncang. 30 Pada waktu itu akan tampak tanda Anak Manusia di langit dan semua bangsa di bumi akan meratap dan mereka akan melihat Anak Manusia itu datang di atas awan-awan di langit dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya. 31 Dan Ia akan menyuruh keluar malaikat-malaikat-Nya dengan meniup sangkakala yang dahsyat bunyinya dan mereka akan mengumpulkan orang-orang pilihan-Nya dari keempat penjuru bumi, dari ujung langit yang satu ke ujung langit yang lain. Kedua, kalau di Lukas hanya dikatakan, ”Hati bapakbapak berpaling pada anak-anaknya, maka di Maleakhi 4:4 disebutkan 2 hal secara timbal-balik, yaitu: hati bapak-bapak berbalik pada anak-anaknya dan hati anak-anaknya berbalik pada bapak-bapaknya. Kini tugas untuk menjalankan perintah Tuhan, menyatakan kebenaran, meneruskan tradisi, membimbing, memelihara, dan mengayomi anak-anak, sanak saudara, dan orang tua dalam keluarga bukan hanya dilakukan oleh orang tua pada anak, tetapi juga bisa dilakukan dari pihak anak pada orang tua. Kalau kita perhatikan di Perjanjian Lama, segala tugas yang berkaitan dengan keselamatan biasanya tua, disampaikan dari menyunatkan dari angkatan yang lebih orang tua pada anak. Misalnya, anak pada usia 8 merupakan hari tugas orang tua. Begitu juga perintah Tuhan dalam Ulangan 6:6-9 di atas. Sedang di ayat ini yang dituliskan tentang upaya dilakukan angkatan yang lebih muda terhadap angkatan yang lebih tua. Hubungan seperti ini tercatat di Perjanjian Baru, antara lain di Kisah Para Rasul 16:19-40, sebuah perikop Paulus dan dibelenggu tengah Tuhan, yang menjelaskan Silas ditangkap. dalam pasungan malam ketika terjadilah ketika Mereka yang Rasul kemudian kuat. Pada mereka berdoa dan memuji gempa bumi, pintu-pintu penjara terbuka. Kepala pasukan penjara begitu melihat pintu penjara terbuka, ia menganggap semua tahanan sudah melarikan diri sehingga ia mau membunuh diri. Tetapi kemudian Paulus berkata, “Jangan celakakan dirimu, sebab kami semuanya masih ada di sini!” Kemudian kepala penjara ini berkata pada Paulus dan Silas, "Tuan-tuan, apakah yang harus aku perbuat, supaya aku selamat?" Dan kemudian mereka menjawab, “Percayalah pada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu." mengandung arti, Kata “engkau dan seisi rumahmu” kepala penjara dan seluruh anggota keluarganya. Rasul Paulus dalam 1 Korintus 7:16 menegaskan, Sebab bagaimanakah engkau mengetahui, hai isteri, apakah engkau tidak akan menyelamatkan suamimu? Atau bagaimanakah engkau mengetahui, hai suami, apakah engkau tidak akan menyelamatkan isterimu? 2 Kasus dalam Keluarga Penulis Kejadian seperti itu pernah dialami penulis sampai dua kali. dengan ayah Kasus yang pertama berkaitan kandung penulis. Ayah kandung penulis sudah dibaptis ketika masih muda, tapi di kemudian hari almarhum tidak mau ke gereja. Namun, Papa masih mengizinkan kami -anak- anaknya- untuk pergi ke gereja, walaupun kadangkadang tidak mengizinkan kami untuk terlalu aktif, tapi sayangnya, Papa melarang Mama untuk pergi ke gereja. Jadi kami anak-anaknya terus berdoa, agar Papa mau lagi mengizinkan jalan. pergi Mama. Papa Dan sakit sebelum meninggal, ke gereja dan juga dan ke gereja ternyata dua dan Tuhan atau juga membuka tiga bulan Papa mau kembali lagi pergi mengizinkan Mama pergi ke gereja sehingga mereka dapat berbakti bersamasama. Kasus penulis, yang yang kedua, tidak ialah pernah mau ayah ke mertua gereja dan tidak pernah mau menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya. Kami, anak-anak sering membujuk, bahkan kadang-kadang juga mengajak pergi ke gereja dan sebagainya. Almarhum kadangkadang mau juga datang ke gereja, tetapi ia menyatakan dengan tegas bahwa ia mau pergi ke gereja karena anak-anak menginginkannya, tapi hatinya ada pada dewa-dewa sembahannya, karena almarhum adalah pengikut agama lain. Terakhir ketika Papa Mertua dirawat di rumah sakit, adik ipar penulis mencoba untuk mengingatkannya lagi tentang Papa keselamatan kami bukannya melalui menerima Tuhan Yesus malahan namun memarahi adik kami habis-habisan. Kami semua yang hadir sangat terkejut karena kemarahan beliau sangat luar biasa walaupun dalam kondisi tubuh yang sakit. Namun, kami terus berdoa, dan luar biasa, kira-kira seminggu sebelum Papa meninggal, ia mau menerima Tuhan Yesus. Kejadian itu terjadi ketika almarhum akan dipasang ventilator (alat bantu nafas bermesin), pada penulis, “Ayo istri penulis berkata Pih, Pih, injili sekali lagi.” Terus terang enggan karena dimarahi penulis belum sendiri berapa habis-habisan, saat lama tapi itu agak adik ipar istri penulis mengatakan bahwa mungkin ini kesempatan terakhir karena banyak pasien yang kalau sudah dipasang ventilator, tidak pernah bangun lagi. Akhirnya pegang penulis tangannya, mendatanginya, “Pah, Papah harus penulis percaya Tuhan Yesus.” mampu Dan almarhum berbicara yang sudah mengangguk-angguk. tidak Penulis terkejut dan tidak memercayainya. Karena penulis masih ragu-ragu “Papah harus maka mau mengangguk-angguk penulis dibaptis” lagi. yakin apakah almarhum mau dibaptis, sekali penulis paham mencoba lagi oleh dan atau benar-benar karena apakah tidak itu almarhum seorang bisa berbahasa Mandarin almarhum masih ulangi sama. Tapi, benar-benar akhirnya hamba tidak percaya dan penulis tetap sehingga menghubungi dengan almarhum. dan Penulis jawabannya khawatir melanjutkan, penulis Tuhan yang untuk bicara langsung Dan ternyata almarhum benar- benar mengerti dan bersedia menerima Tuhan Yesus dan akhirnya dibaptis. Itulah sepakat sebabnya untuk kami mengutip ayat sekeluarga akhirnya "Percayalah pada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu." baik untuk di surat kabar maupun di batu nisan almarhum. Jadi, apa kesimpulannya? Penulis yakin bahwa apa yang telah dilakukan seluruh mertua anak-anak merupakan Maleakhi 4:5, terhadap ayah mengejawantahan yaitu serta dari “ia akan membuat ayah ayat di hati anak-anak (berbalik) kepada bapa-bapanya”. Bagaimana dengan Persiapan Kita? Kembali ke Maleakhi 4:5, ayat itu berkaitan dengan kalinya. kedatangan Itulah Tuhan sebabnya Yesus kita yang perlu kedua memper- siapkan diri untuk menyambut kedatangan-Nya, dan seperti apakah dan mempersiapkan diri? bagaimanakah cara kita Kita bisa belajar dan coba membahas perintah Tuhan kepada umat Israel seperti yang tertulis di Ulangan 6:4-9. 4 Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa! 5 Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu. 6 Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, 7 haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak- anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun. 8 Haruslah juga engkau mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu, 9 dan haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu. Ulangan 6: 7 mengatakan bahwa kita harus mengajarkan pada anak-anak kita berulang-ulang, kemudian membicarakannya apabila kita sedang duduk di rumah, apabila kita sedang berbaring, apabila kita sedang bangun. harus menyatakannya Kita bukan hanya berulang-ulang, tapi pada setiap kesempatan. Kita bukan hanya membahasnya ketika keluarga, saat ada ibadah ketika disampaikan kita ada apabila melainkan kesempatan, kita sedang setiap bahkan juga dalam per- jalanan. Penulis pernah melakukan ini, ketika penulis membawa anak-anaknya berlibur. Pada waktu itu, kami sekeluarga berada dalam satu mobil dan memang penulis lebih senang mengajar anak-anak ketika berada di dalam mobil. Pada waktu itu penulis sepakat dengan istri bahwa di liburan tersebut, kami akan lebih membahas tentang hal spiritual, Pertama yang adalah keselamatan itu berkaitan apakah hanya dengan mereka ada dua mengerti dalam Kedua, penulis harus yakin bahwa Tuhan hal. bahwa Yesus. mereka sudah benar-benar menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat mereka. Jadi selama liburan, topik tersebut. senang ketika Ada penulis membahas topik tanya mengetahui jawab bahwa dan mereka penulis bukan hanya sudah ke Sekolah Minggu sejak kecil, tapi penulis yakin bahwa mereka juga sudah menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat mereka. Membahas Khotbah setelah Kebaktian Membaca, mendengar, dan mempraktikkan firman Tuhan merupakan satu paket yang tak terpisahkan, terutama dalam mengikuti ibadah di hari Minggu. Sering setelah merenungkannya ibadah selesai, kembali dan kita jarang membahasnya dan akhirnya melupakannya begitu saja seperti angin lalu. Dalam keluarga penulis, kami memiliki menjalani suatu kebiasaan yang berbeda. anak penulis biasanya kami sekeluarga. yang kedua pergi ke belum gereja dan Ketika menikah, bersama-sama, Jadi, yang pergi adalah penulis, istri penulis, anak penulis yang sulung dengan suaminya, kemudian anak penulis yang kedua waktu itu dengan calon istrinya, dan kalau kebetulan anak penulis yang bungsu juga ada, kami pergi berbakti ke gereja yang sama pada waktu sama. Mengapa kami harus pergi bersama-sama? yang Karena perjalanan biasanya pulang selesai kami kebaktian, membahas dalam materi atau khotbah yang disampaikan tersebut apakah tepat atau tidak. tapi Artinya bukannya kami meragukan, menurut penulis, setiap khotbah itu seharusnya kita pelajari, bahas, dan itu yang biasa kami mendengar lakukan. Penulis komentar mereka, juga apakah ingin mereka memahaminya atau tidak. Selanjutnya ayat 8 menyatakan, “Haruslah juga engkau mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu,” Jadi orang Israel biasanya suka melilit lengannya dan juga di dahinya ada tanda seperti itu. Ada orang lilitan di yang tangan menafsirkan ialah mengapa karena pada dibuat masa itu tidak banyak yang memiliki salinan firman Allah, belum banyak membuat selalu tanda barang salinan tulisan dibawa-bawa, untuk ketika selalu penulis cetakan dan di ini sehingga atas mencoba kulit berfungsi mengingatkan untuk mereka untuk sebagai mereka. Tapi mempelajarinya, penulis yakin bahwa maksud tanda di tangan dan lambang di dahi bukan sekadar memiliki makna harafiah, melainkan ada arti yang lebih men- dalam. Pertama, “mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu” bukan sekadar memiliki memiliki makna melambangkan nafkah kita. makna yang hasil karya harafiah, lebih luas, tangan kita namun yakni atau Ayat ini menjelaskan bahwa nafkah kita atau apa yang kita hasilkan melalui tangan kita harus sesuai dengan firman Allah. Jadi nafkah kita, haruslah jenis usaha atau pekerjaan yang sesuai dengan firman Allah dan dilakukan juga sesuai dengan firman Allah. Kedua, menjadi “lambang di dahimu” pemikiran kita, dan adalah itu sesuai juga dengan firman Allah. dalam pemikiran kita ucapan-ucapan kita. biasanya apa juga yang harus Apa yang ada mewujud dalam Jadi, apa yang ada dalam pemikiran kita, apa yang kita ucapkan, semuanya harus sesuai dengan firman Allah. Kemudian yang ketiga adalah ”haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu rumahmu“. Beberapa keluarga Kristen, tembok biasanya memajang rumahnya dengan hiasan atau plakat-plakat ayat dan itu tidak salah. Namun “tiang pintu rumahmu” merujuk pada rumah kita, apa yang ada di kehidupan keluarga kita dan suatu kehidupan firman Allah. sesuai dengan keluarga dalamnya, yaitu ini juga haruslah yang sesuai dengan Keluarga kita harus dijalankan prinsip-prinsip Kekristenan kita yang alkitabiah. bukan hanya sekadar sesuatu yang terjadi atau berlaku di gereja saja, atau di kelompok-kelompok Kristen, tapi terutama di dalam keluarga sehingga orang luar maupun orang dalam bisa merasakan bahwa inilah keluarga Kristen, keluarga yang berlandaskan Firman. Rasul Paulus dalam 2 Korintus 3:2 dan 3 “Kamu adalah surat pujian kami yang tertulis dalam mengatakan, hati kami dan yang dikenal dan yang dapat dibaca oleh semua orang. Karena telah ternyata, bahwa kamu adalah surat Kristus, yang ditulis oleh pelayanan kami, ditulis bukan dengan tinta, tetapi dengan Roh dari Allah yang hidup, bukan pada loh-loh batu, melainkan pada loh-loh daging, yaitu di dalam hati manusia.” Dan yang keempat adalah “pada pintu gerbangmu”. Kita tahu gerbang Jadi bahwa pada merupakan frase ini bersosialisasi menyampaikan zaman tempat mengacu di dan Israel kuno masyarakat bahwa masyarakat menunjukkan pada pun, gaya pintu berkumpul. saat kita kita harus hidup serta pemikiran kristiani kita pada mereka. Dengan demikian orang bisa membaca melalui diri kita, perilaku kita, tutur kata kita dan perbuatan kita bahwa kita adalah orang Kristen. Kekristenan harus bisa terpampang di hadapan orang lain atau di dalam komunitas, orang bisa melihatnya dengan jelas. Pada dasarnya, Ulangan 6: 7-9 terdiri dari dua bagian. Ulangan 6:7 berkaitan dengan ucapan: berkaitan dengan “mengajarkan” , “membicarakan”. Sedangkan perbuatan: Ulangan 6:8-9 “mengikatkannya”, “menuliskannya”. Hal itu berarti bahwa kita harus mendidik anak kita bukan hanya dengan ucapan saja, tapi juga dilakukan melalui perbuatan kita. Sebagai Anak Tuhan kita tidak hanya sekadar mengerti firman Allah, tapi juga yang utama juga adalah pelaku Firman. ialah bahwa kita Tanggung Jawab Ayah dan Ibu Dalam 2 Timotius 1:5, Rasul Paulus menyampaikan sesuatu yang berkaitan dengan Timotius, “Sebab aku teringat akan imanmu yang tulus ikhlas, yaitu iman yang pertama-tama hidup di dalam nenekmu Lois dan di dalam ibumu Eunike dan yang aku yakin hidup juga di dalam dirimu.” Artinya bahwa Timotius memiliki iman yang tulus yang sama dengan iman yang terdapat pada ibunya maupun nunjukkan selain pada bahwa juga neneknya. Timotius oleh Hal dididik neneknya. itu oleh Jadi, me- ibunya, ayat ini menjelaskan bahwa mendidik iman atau kerohanian anak bukan semata-mata tugas dari ayah, tapi ibu juga memiliki peran yang sama. Kalau Minggu, anak-anak maka kita kita sudah ikut harus sadar bahwa Sekolah jangan sekali-kali kita menganggap bahwa tugas mendidik anak secara rohani sudah diserahkan atau sudah dilakukan oleh guru Sekolah Minggu sehingga kita tidak perlu bertanggung jawab lagi. Tidak, itu juga masih menjadi tugas utama kita. Dan kelak kepada kita akan dimintakan pertanggungjawaban berkaitan dengan kewajiban tersebut. Tuhan Berikhtiar Untuk Membunuh Musa Kelalaian Musa dalam mendidik dan mempersiapkan anaknya berdampak fatal terhadap Musa. hampir Musa dibunuh Tuhan karena Hampiria lalai menyunatkan putranya. Kita tahu seorang Mesir, Midian. Pada bahwa ia setelah kemudian suatu Musa melarikan hari menggembalakan di gunung Horeb, ketika membunuh diri ke sedang Musa melihat ada semak yang terbakar, tapi tidak hangus, dan kemudian Tuhan menjumpai Musa, dan menugaskannya untuk membawa keluar bangsa Israel dan hal itu tercatat di Keluaran 3:10 Allah berfirman, “Jadi sekarang, pergilah, Aku mengutus engkau pada Firaun untuk membawa umat-Ku, orang Israel, keluar dari Mesir." Selanjutnya Musa membawa keluarganya, tanah Midian anak istrinya, meninggalkan untuk berangkat ke Mesir, tapi di Keluaran 4: 24-26 dikatakan, 24 “Tapi di tengah jalan, di suatu tempat bermalam, TUHAN bertemu dengan Musa dan berikhtiar untuk membunuhnya.” 25 Lalu Zipora mengambil pisau batu, dipotongnya kulit khatan anaknya, kemudian disentuhnya dengan kulit itu kaki Musa sambil berkata: "Sesungguhnya engkau pengantin darah bagiku." 26 Lalu TUHAN membiarkan Musa. "Pengantin darah," kata Zipora waktu itu, karena mengingat sunat itu. Di ayat 24, Musa, karena Tuhan berikhtiar untuk membunuh ia lalai menyunatkan anaknya. Mengapa hal itu dianggap suatu kesalahan yang besar sehingga Tuhan berikhtiar untuk mem- bunuhnya? Kita tahu di perjanjian lama bahwa lambang ketika itu seseorang anaknya belum menjadi belum umat sunat adalah Tuhan disunatkan, menjadi umat sehingga maka Tuhan, menganggap hal ini suatu kesalahan anaknya dan Tuhan yang besar sehingga Tuhan berikhtiar untuk membunuh Musa. Oleh wajib karena itu memperhatikan dengan melakukan sebagai atau orang tua, kita meyakinkan diri kita pengecekan berulang-ulang apakah anak-anak kita sudah menjadi umat Tuhan atau belum. kesibukan Kita pekerjaan tidak atau bisa bahkan menjadikan kesibukan pelayanan sebagai alasannya. kapan Tuhan berikhtiar untuk Musa? Peristiwa itu terjadi sesudah Tuhan me- bahwa kita jangan Tuhan Musa, sesudah Jadi sebelum membunuh apakah nugaskannya. atau Dalam kasus Musa, ayat-ayat sekali-kali ini menugaskan menjelaskan melalaikan apa yang sudah menjadi tugas serta kewajiban kita sebagai orang tua. Jika kita mengasihi anak-anak kita, maka memastikan anak-anak kita telah menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamat mereka merupakan wujud kasih kita dari orang yang paling besar dan paling nyata tua pada anaknya. Jadi kalau kita benar-benar mengasihi anak-anak kita, maka kita harus membawa dan memastikan mereka benar-benar menjadi anak Tuhan. Bukan Hanya Mempersiapkan Anak Menyiapkan bagi Tuhan suatu umat yang layak bagi-Nya kita, rohani tidak hanya berfokus pada tapi termasuk kita meningkatkan sendiri. Kita anak-anak kehidupan bukan sekadar mempersiapkan anak kita, tapi kita sendiri harus mempersiapkan diri kita, karena kita sendiri harus siap untuk menjadi umat yang layak bagi Tuhan. Kita mengerti, melainkan Firman, bukan sekadar kita berbicara harus menjadi atau pelaku karena di Yakobus 2:26 disampaikan, “Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati.” Artinya kalau kita tidak mempelajari Firman dan menjadi pelaku Firman, kalau kita tidak melakukan Firman yang tertulis, maka sebenarnya iman kita mati dan kalau iman kita mati, maka kita tentunya tidak akan menjadi umat yang layak bagi Tuhan.