umat yang layak bagi Tuhan

advertisement
KATA PENGANTAR
Bagaimana kita harus mempersiapkan diri kita
dan
seluruh
anggota
keluarga
untuk
menyambut
kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali menjadi
pokok pikiran yang cukup membebani penulis sejak
ia mempelajari akhir zaman, khususnya ketika ia
menyadari bahwa saat ini kita telah berada di
akhir dari akhir zaman.
Persiapan diri menghadapi akhir zaman bisa
berupa persiapan secara fisik, walaupun tentunya
yang terpenting adalah persiapan secara rohani.
Lukas 1:7 menyampaikan agar kita mempersiapkan
diri
agar
dapat
menjadi
umat
yang
layak
bagi
Tuhan. Seperti apa umat yang layak bagi Tuhan
dan bagaimana kita melakukannya merupakan pokok
bahasan buku ini.
Puji Tuhan, sungguh Allah kita maha pemurah,
yang dengan limpahnya terus menerus membukakan
pengertian-pengertian akan firman-Nya bagi kita
agar kita dapat makin diperkaya sehingga kita
dapat
lebih
mengenal
Tuhan
dan
segala
hukum
serta jalan-Nya sehingga kita akan menjadi umat
Tuhan yang tetap kuat dan setia.
Dan 11:32 Dan orang-orang yang berlaku fasik terhadap Perjanjian
akan dibujuknya sampai murtad dengan kata-kata licin; tetapi umat
yang mengenal Allahnya akan tetap kuat dan akan bertindak.
Soli Deo Gloria,
Penulis
UMAT YANG LAYAK BAGI TUHAN
Judul buku ini telah menjadi tema yang
populer
dan banyak dibahas di gereja-gereja pada saat
ini,
khususnya
kedatangan
yang
Tuhan
dalam
Yesus
menjadikannya
tahunan,
tapi
sebagai
sebuah
disampaikan
yang
sebagai
banyak
di
rangka
tema
akhir
juga
menghadapi
kedua
tema
bulanan,
yang
yang
zaman
kali.
tema
menganggapnya
penting
ini
Ada
karena
untuk
pokok
pembahasannya mencakup pembinaan berbagai aspek
dalam
kehidupan
menyiapkan
bagi
umat
Tuhan
Tuhan
dalam
suatu
upaya
untuk
yang
layak
umat
bagi-Nya.
Penulis yakin sebagai orangtua, kita pasti
mengasihi
kita.
keluarga
Dalam
kita,
proses
terutama
membesarkan
anak-anak
anak,
kita
biasanya dan selalu memperhatikan dan mengamati
dengan
saksama
perkembangan
dan
pertumbuhan
anak-anak kita sejak kecil sampai dewasa dari
pelbagai aspek, seperti aspek sosial, emosional,
akademis, dan religius.
Kita akan menelusurinya
satu demi satu.
Aspek Sosial
Ketika anak kita masih bayi, kita perhatikan,
apakah ia sudah mampu melafalkan suara tertentu,
atau bisa berkata-kata dan kalau mereka mampu
berkata-kata,
kita
kita,
senang,
“Papa!
“Ngeh, neh, erth, heh dan eh,”
apalagi
Mama!”
kalau
ia
Wah,
bisa
kita
memanggil
benar-benar
bahagia.
Begitu juga kalau anak itu sudah agak besar,
biasanya kita juga ingin tahu apakah ia mampu
menjalin
persahabatan
dengan
teman-temannya,
bersosialisasi,
ngobrol,
bermain dengan mereka.
bertemu
juga
dengan
bisa
“Ayo,
orang
mengamati
kasih
tangan,”
melakukannya,
kita
guyon,
bekerja
sama,
Demikian juga kalau ia
yang
dan
dewasa,
mungkin
dan
juga
lebih
kalau
senang
kita
mengajarkan,
mereka
bahkan
mampu
bangga.
Kita menganggap bahwa aspek sosial dari anakanak kita sudah berkembang dengan baik.
Aspek Emosional
Selain
aspek
memperhatikan
Itulah
sosial
biasanya
juga
aspek emosional dari anak kita.
sebabnya
bayi-bayi
supaya mereka tertawa.
kita merasa senang.
itu menyenangkan,
emosionalnya.
kita
sering
kita
ganggu
Kalau anak kita tertawa,
Selain anak yang tertawa
kita juga bisa melihat aspek
Bahkan di satu pihak, kalau anak kita suka
menangis, kita menganggap itu sesuatu yang baik
karena aspek emosionalnya berkembang, tetapi di
pihak
lain,
ada
beberapa
orang
tua
yang
khawatir kalau anaknya terlalu sering menangis.
Tentu
saja
yang
lebih
mengkhawatirkan
ialah
kalau anak kita, tidak pernah menangis, tidak
pernah tertawa, dan kita akan menganggap hal itu
lebih mengkhawatirkan daripada anak yang banyak
menangis.
Begitu
juga
kalau
anak
itu
kelihatan
agak
penakut, kita tetap menganggap itu sesuatu yang
baik, walaupun tentu kita akan mengajarkan dan
menjelaskan
agar
ia
tidak
usah
terlalu
takut
menghadapi suatu situasi atau masalah dan bisa
menceritakan
takut.
pada
kita
apa
yang
membuatnya
Itu adalah aspek-aspek yang kita anggap
baik secara emosional.
Aspek Akademis
Setelah
aspek
perhatikan
aspek
emosional,
akademis
kita
anak
juga
kita.
memKita
mencoba melihat apakah anak kita bisa mengikuti
pelajaran
dengan
baik,
mengamati
bagaimana
tingkat kecerdasannya, memperhatikan nilai-nilai
ulangannya –apakah baik atau buruk.
Terkadang
kita juga terpaksa harus memarahi dan menegur
anak kita, kalau ia lalai dalam melakukan halhal
yang
berkaitan
akademis.
dengan
tugas
dan
kegiatan
Dan kalau anak kita sudah kuliah dan
diwisuda, ini biasanya merupakan momen penting
dan kita sebagai orang tua sedapat mungkin akan
menghadiri Hari Wisuda itu.
Diwisudanya anak
kita
suatu
sering
dianggap
sebagai
tanda
dan
bukti bahwa kita selaku orang tua sudah berhasil
mendidik anak kita, membesarkannya dengan baik.
Aspek Religius
Selain
sebuah
salah
ketiga
aspek
satu
aspek
lain,
aspek
tersebut
yang
yang
masih
sebenarnya
tak
kalah
ada
termasuk
pentingnya,
yaitu yang berkaitan dengan keyakinan.
Apakah
kita menyediakan waktu dan memperhatikan aspek
religius dari anak-anak kita?
Kita seharusnya
lebih memfokuskan hal ini karena aspek religius
sangat
penting
dalam
buhan
kehidupan
perkembangan
rohaninya
dan
selaku
pertumkeluarga
Kristen.
Lukas 1:13-17 menjelaskan salah satu aspek
yang berkaitan dengan aspek religius dari anakanak kita.
Selengkapnya Lukas 1:13-17 adalah:
1:13 Tetapi malaikat itu berkata kepadanya:
"Jangan takut, hai
Zakharia, sebab doamu telah dikabulkan dan Elisabet, isterimu, akan
melahirkan seorang anak laki-laki bagimu dan haruslah engkau
menamai dia Yohanes.
1:14 Engkau akan bersukacita dan bergembira, bahkan banyak orang
akan bersukacita atas kelahirannya itu.
1:15 Sebab ia akan besar di hadapan Tuhan dan ia tidak akan minum
anggur atau minuman keras dan ia akan penuh dengan Roh Kudus
mulai dari rahim ibunya;
1:16 ia akan membuat banyak orang Israel berbalik kepada Tuhan,
Allah mereka,
1:17 dan ia akan berjalan mendahului Tuhan dalam roh dan kuasa Elia
untuk membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya dan hati
orang-orang durhaka kepada pikiran orang-orang benar dan dengan
demikian menyiapkan bagi Tuhan suatu umat yang layak bagi-Nya.
Memang kalau kita baca sekilas, ayat-ayat di
atas
berkaitan
dengan
kelahiran
Yohanes
Pembaptis, tapi kalau kita baca di ayat 17-nya,
ada
firman
Allah
yang
menyatakan
tentang
“menyiapkan bagi Tuhan suatu umat yang layak bagi-Nya”.
Dan
menyiapkan suatu umat yang layak bagi Tuhan itu
terutama
belajaran
berkaitan
erat
aspek-aspek
dengan
religius
proses
dalam
pem-
keluarga
dari orang tua kepada anak-anaknya.
Lukas 1:17 lengkapnya berbunyi:
1:17 dan ia akan berjalan mendahului Tuhan dalam roh dan kuasa
Elia untuk membuat hati bapa-bapa berbalik pada anak-anaknya dan
hati orang-orang durhaka pada pikiran orang-orang benar dan dengan
demikian menyiapkan bagi Tuhan suatu umat yang layak bagi-Nya.”
Kedatangan Tuhan Yesus yang Pertama Kali
Kalau kita perhatikan ayat tersebut, maka ada
dua hal penting: Yang pertama, menyiapkan bagi
Tuhan suatu umat yang layak bagi-Nya berkaitan
dengan
kedatangan
Kalau
kita
Tuhan
pelajari,
Yesus
maka
yang
pertama.
perikop
ini
menjelaskan bahwa Yohanes Pembaptis akan lahir
lebih dahulu daripada Tuhan Yesus, di mana salah
satu
tugas
yang
diberikan
padanya
adalah
mempersiapkan bagi Tuhan suatu umat yang layak
bagi-Nya.
Yang
kedua
ialah
bahwa
menyiapkan
bagi
Tuhan
suatu umat yang layak bagi-Nya berkaitan dengan
bapak-bapak, dimana dikatakan, Yohanes Pembaptis
akan membuat hati bapak-bapak beralih pada anakanaknya.
Apa artinya? Dengan kata lain, tugas
ini harus dimulai dari keluarga sebagai bagian
terkecil
dari
masyarakat
dan
para
bapak
akan
berperan serta dalam memperhatikan perilaku dan
meningkatkan kualitas kehidupan rohani anak-anak
mereka.
Mengapa
frase,
“membuat hati bapak-bapak
berbalik pada anak-anaknya” ini
bisa disampaikan atau
dimunculkan di sini?
Kegagalan Umat Israel
Frase
di
atas
mempersiapkan
pakan
kerohanian
perintah
Israel
gagal
hatikan
di
sebenarnya
Tuhan,
berkaitan
anak-anak
dan
bahwa
Tuhan
untuk
mengajarkan
6:
6-9,
memerintahkan
pada
yang
meru-
sayangnya
melakukannya.
Ulangan
dengan
Kalau
jelas
pada
anak-anak
orang
kita
per-
dikatakan
orang
Israel
mereka
agar
mereka menjadi umat Tuhan.
Ulangan 6:6: Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah
engkau perhatikan,
6:7 haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anakanakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu,
apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring
dan apabila engkau bangun.
6:8 Haruslah juga engkau mengikatkannya sebagai tanda pada
tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu,
6:9 dan haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan
pada pintu gerbangmu.
Perintah
meninggal,
ini
dan
disampaikan
kita
gagal
menjalankan
Bangsa
Israel
tahu
bahwa
perintah
bukan
Musa
hanya
sebelum
bangsa
Tuhan
gagal
ia
Israel
tersebut.
ketika
zaman
Tuhan Yesus, melainkan jauh sebelumnya , yaitu
sejak masa Perjanjian Lama.
Sepeninggal Yosua
perintah ini tidak pernah dijalankan lagi karena
dalam kitab Hakim-hakim dijelaskan bahwa ketika
Yosua
sudah
meninggal,
umat
Israel
mulai
menyembah berhala.
Kedatangan Tuhan Yesus yang Kedua Kalinya
Jika
kedatangan
perikop
Tuhan
di
Yesus
atas
yang
berkaitan
dengan
pertama,
mengapa
mempersiapkan suatu umat yang layak bagi Tuhan
merupakan
kedatangan
tema
yang
Tuhan
penting
Yesus
berkaitan
kedua
kali?
dengan
Ternyata
ayat yang tertulis dalam Lukas 1:17 itu ada juga
di Maleakhi 4:5-6.
Mal 4:5
Sesungguhnya Aku akan mengutus nabi Elia padamu
menjelang datangnya hari TUHAN yang besar dan dahsyat itu.
6 Maka ia akan membuat hati bapa-bapa berbalik pada anak-anaknya
dan hati anak-anak pada bapa-bapanya supaya jangan Aku datang
memukul bumi sehingga musnah.
Penulis
berkaitan
meyakini
dengan
kedua kalinya.
1:17
sebelumnya
bahwa
kedatangan
Maleakhi
Tuhan
4:5-6
Yesus
ini
yang
Kalau yang tertulis dalam Lukas
berkaitan
dengan
kedatangan
Tuhan Yesus yang pertama kali, maka yang ada di
Maleakhi 4:5-6 berkaitan dengan kedatangan Tuhan
Yesus yang kedua kalinya; mengapa demikian?
dikatakan, “Datangnya
Pertama, di Maleakhi 4: 5
Kata-kata ini
hari TUHAN yang besar dan dahsyat itu.”
bukan
berkaitan
dengan
kedatangan
Tuhan
Yesus
ayat-ayat
yang
yang pertama.
Mari
kita
berkaitan
bandingkan
dengan
dengan
kedatangan
Tuhan
Yesus
yang
pertama :
Mat 1:23
"Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan
melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia
Imanuel" — yang berarti: Allah menyertai kita.
Luk 2: 10 Lalu kata malaikat itu kepada mereka: "Jangan takut, sebab
sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk
seluruh bangsa:
Kedatangan Tuhan Yesus yang pertama digambarkan
sebagai
sesuatu
kedatangan-Nya
yang
yang
sukacita,
kedua
kali
sedangkan
digambarkan
sebagai sesuatu yang dahsyat dan mengerikan.
Mat 24:27 Sebab sama seperti kilat memancar dari sebelah timur dan
melontarkan cahayanya sampai ke barat, demikian pulalah kelak
kedatangan Anak Manusia.
28 Di mana ada bangkai, di situ burung nazar berkerumun."
29 "Segera sesudah siksaan pada masa itu, matahari akan menjadi
gelap dan bulan tidak bercahaya dan bintang-bintang akan
berjatuhan dari langit dan kuasa-kuasa langit akan goncang.
30 Pada waktu itu akan tampak tanda Anak Manusia di langit dan
semua bangsa di bumi akan meratap dan mereka akan melihat Anak
Manusia itu datang di atas awan-awan di langit dengan segala
kekuasaan dan kemuliaan-Nya.
31
Dan Ia akan menyuruh keluar malaikat-malaikat-Nya dengan
meniup sangkakala yang dahsyat bunyinya dan mereka akan
mengumpulkan orang-orang pilihan-Nya dari keempat penjuru bumi,
dari ujung langit yang satu ke ujung langit yang lain.
Kedua, kalau di Lukas hanya dikatakan, ”Hati bapakbapak berpaling pada anak-anaknya, maka di Maleakhi 4:4
disebutkan 2 hal secara timbal-balik, yaitu: hati
bapak-bapak berbalik pada anak-anaknya dan hati anak-anaknya
berbalik pada bapak-bapaknya.
Kini tugas untuk menjalankan perintah Tuhan,
menyatakan
kebenaran,
meneruskan
tradisi,
membimbing, memelihara, dan mengayomi anak-anak,
sanak
saudara,
dan
orang
tua
dalam
keluarga
bukan hanya dilakukan oleh orang tua pada anak,
tetapi juga bisa dilakukan dari pihak anak pada
orang tua.
Kalau
kita
perhatikan
di
Perjanjian
Lama,
segala tugas yang berkaitan dengan keselamatan
biasanya
tua,
disampaikan
dari
menyunatkan
dari
angkatan
yang
lebih
orang
tua
pada
anak.
Misalnya,
anak
pada
usia
8
merupakan
hari
tugas
orang
tua.
Begitu
juga
perintah
Tuhan
dalam Ulangan 6:6-9 di atas.
Sedang di ayat
ini
yang
dituliskan
tentang
upaya
dilakukan
angkatan yang lebih muda terhadap angkatan yang
lebih tua.
Hubungan seperti ini tercatat di Perjanjian
Baru,
antara lain di Kisah Para Rasul 16:19-40,
sebuah
perikop
Paulus
dan
dibelenggu
tengah
Tuhan,
yang
menjelaskan
Silas
ditangkap.
dalam
pasungan
malam
ketika
terjadilah
ketika
Mereka
yang
Rasul
kemudian
kuat.
Pada
mereka
berdoa
dan
memuji
gempa
bumi,
pintu-pintu
penjara terbuka. Kepala pasukan penjara begitu
melihat
pintu
penjara
terbuka,
ia
menganggap
semua tahanan sudah melarikan diri sehingga ia
mau membunuh diri.
Tetapi
kemudian
Paulus
berkata,
“Jangan
celakakan dirimu, sebab kami semuanya masih ada di sini!”
Kemudian kepala penjara ini berkata pada Paulus
dan Silas, "Tuan-tuan, apakah yang harus aku perbuat, supaya
aku
selamat?"
Dan
kemudian
mereka
menjawab,
“Percayalah pada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat,
engkau dan seisi rumahmu."
mengandung
arti,
Kata “engkau dan seisi rumahmu”
kepala
penjara
dan
seluruh
anggota keluarganya.
Rasul
Paulus
dalam
1
Korintus
7:16
menegaskan,
Sebab bagaimanakah engkau mengetahui, hai isteri, apakah engkau
tidak akan menyelamatkan suamimu? Atau bagaimanakah engkau
mengetahui, hai suami, apakah engkau tidak akan menyelamatkan
isterimu?
2 Kasus dalam Keluarga Penulis
Kejadian seperti itu pernah dialami penulis
sampai dua kali.
dengan
ayah
Kasus yang pertama berkaitan
kandung
penulis.
Ayah
kandung
penulis sudah dibaptis ketika masih muda, tapi
di kemudian hari almarhum tidak mau ke gereja.
Namun,
Papa
masih
mengizinkan
kami
-anak-
anaknya- untuk pergi ke gereja, walaupun kadangkadang
tidak
mengizinkan
kami
untuk
terlalu
aktif, tapi sayangnya, Papa melarang Mama untuk
pergi ke gereja.
Jadi kami anak-anaknya terus berdoa, agar
Papa
mau
lagi
mengizinkan
jalan.
pergi
Mama.
Papa
Dan
sakit
sebelum meninggal,
ke
gereja
dan
juga
dan
ke
gereja
ternyata
dua
dan
Tuhan
atau
juga
membuka
tiga
bulan
Papa mau kembali lagi pergi
mengizinkan
Mama
pergi
ke
gereja sehingga mereka dapat berbakti bersamasama.
Kasus
penulis,
yang
yang
kedua,
tidak
ialah
pernah
mau
ayah
ke
mertua
gereja
dan
tidak pernah mau menerima Tuhan Yesus sebagai
Tuhan dan Juruselamatnya. Kami, anak-anak sering
membujuk,
bahkan
kadang-kadang
juga
mengajak
pergi ke gereja dan sebagainya. Almarhum kadangkadang
mau
juga
datang
ke
gereja,
tetapi
ia
menyatakan dengan tegas bahwa ia mau pergi ke
gereja
karena
anak-anak
menginginkannya,
tapi
hatinya ada pada dewa-dewa sembahannya, karena
almarhum adalah pengikut agama lain.
Terakhir
ketika Papa Mertua dirawat di rumah sakit, adik
ipar penulis mencoba untuk mengingatkannya lagi
tentang
Papa
keselamatan
kami
bukannya
melalui
menerima
Tuhan
Yesus
malahan
namun
memarahi
adik kami habis-habisan. Kami semua yang hadir
sangat terkejut karena kemarahan beliau sangat
luar
biasa
walaupun
dalam
kondisi
tubuh
yang
sakit.
Namun,
kami
terus
berdoa,
dan
luar
biasa,
kira-kira seminggu sebelum Papa meninggal,
ia
mau menerima Tuhan Yesus. Kejadian itu terjadi
ketika almarhum akan dipasang ventilator (alat
bantu nafas bermesin),
pada
penulis,
“Ayo
istri penulis berkata
Pih,
Pih,
injili
sekali
lagi.”
Terus
terang
enggan
karena
dimarahi
penulis
belum
sendiri
berapa
habis-habisan,
saat
lama
tapi
itu
agak
adik
ipar
istri
penulis
mengatakan bahwa mungkin ini kesempatan terakhir
karena banyak pasien yang kalau sudah dipasang
ventilator, tidak pernah bangun lagi.
Akhirnya
pegang
penulis
tangannya,
mendatanginya,
“Pah,
Papah
harus
penulis
percaya
Tuhan
Yesus.”
mampu
Dan
almarhum
berbicara
yang
sudah
mengangguk-angguk.
tidak
Penulis
terkejut dan tidak memercayainya. Karena penulis
masih
ragu-ragu
“Papah
harus
maka
mau
mengangguk-angguk
penulis
dibaptis”
lagi.
yakin apakah almarhum
mau
dibaptis,
sekali
penulis
paham
mencoba
lagi
oleh
dan
atau
benar-benar
karena
apakah
tidak
itu
almarhum
seorang
bisa berbahasa Mandarin
almarhum
masih
ulangi
sama.
Tapi,
benar-benar
akhirnya
hamba
tidak
percaya dan
penulis
tetap
sehingga
menghubungi
dengan almarhum.
dan
Penulis
jawabannya
khawatir
melanjutkan,
penulis
Tuhan
yang
untuk bicara langsung
Dan ternyata almarhum benar-
benar mengerti dan bersedia menerima Tuhan Yesus
dan akhirnya dibaptis.
Itulah
sepakat
sebabnya
untuk
kami
mengutip ayat
sekeluarga
akhirnya
"Percayalah pada Tuhan
Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu."
baik untuk di surat kabar maupun di batu nisan
almarhum.
Jadi, apa kesimpulannya?
Penulis yakin bahwa apa yang telah dilakukan
seluruh
mertua
anak-anak
merupakan
Maleakhi
4:5,
terhadap
ayah
mengejawantahan
yaitu
serta
dari
“ia akan membuat
ayah
ayat
di
hati anak-anak
(berbalik) kepada bapa-bapanya”.
Bagaimana dengan Persiapan Kita?
Kembali ke Maleakhi 4:5, ayat itu berkaitan
dengan
kalinya.
kedatangan
Itulah
Tuhan
sebabnya
Yesus
kita
yang
perlu
kedua
memper-
siapkan diri untuk menyambut kedatangan-Nya, dan
seperti
apakah
dan
mempersiapkan diri?
bagaimanakah
cara
kita
Kita bisa belajar dan coba membahas perintah
Tuhan kepada umat Israel seperti yang tertulis
di Ulangan 6:4-9.
4 Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!
5 Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan
segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu.
6 Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau
perhatikan,
7
haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-
anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu,
apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring
dan apabila engkau bangun.
8
Haruslah juga engkau mengikatkannya sebagai tanda pada
tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu,
9 dan haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan
pada pintu gerbangmu.
Ulangan
6:
7
mengatakan
bahwa
kita
harus
mengajarkan pada anak-anak kita berulang-ulang,
kemudian
membicarakannya
apabila
kita
sedang
duduk di rumah, apabila kita sedang berbaring,
apabila kita sedang bangun.
harus
menyatakannya
Kita bukan hanya
berulang-ulang,
tapi
pada
setiap kesempatan.
Kita bukan hanya membahasnya
ketika
keluarga,
saat
ada
ibadah
ketika
disampaikan
kita
ada
apabila
melainkan
kesempatan,
kita
sedang
setiap
bahkan
juga
dalam
per-
jalanan.
Penulis pernah melakukan ini, ketika penulis
membawa anak-anaknya berlibur. Pada waktu itu,
kami
sekeluarga
berada
dalam
satu
mobil
dan
memang penulis lebih senang mengajar anak-anak
ketika berada di dalam mobil.
Pada waktu itu
penulis sepakat dengan istri bahwa di liburan
tersebut,
kami akan lebih membahas tentang hal
spiritual,
Pertama
yang
adalah
keselamatan
itu
berkaitan
apakah
hanya
dengan
mereka
ada
dua
mengerti
dalam
Kedua, penulis harus yakin bahwa
Tuhan
hal.
bahwa
Yesus.
mereka sudah
benar-benar menerima Tuhan Yesus sebagai
Tuhan
dan Juruselamat mereka.
Jadi selama liburan,
topik
tersebut.
senang
ketika
Ada
penulis membahas topik
tanya
mengetahui
jawab
bahwa
dan
mereka
penulis
bukan
hanya sudah ke Sekolah Minggu sejak kecil, tapi
penulis yakin bahwa mereka juga sudah menerima
Yesus
Kristus
sebagai
Tuhan
dan
Juruselamat
mereka.
Membahas Khotbah setelah Kebaktian
Membaca, mendengar, dan mempraktikkan firman
Tuhan merupakan satu paket yang tak terpisahkan,
terutama dalam mengikuti ibadah di hari Minggu.
Sering
setelah
merenungkannya
ibadah
selesai,
kembali
dan
kita
jarang
membahasnya
dan
akhirnya melupakannya begitu saja seperti angin
lalu.
Dalam
keluarga
penulis,
kami
memiliki
menjalani suatu kebiasaan yang berbeda.
anak
penulis
biasanya
kami
sekeluarga.
yang
kedua
pergi
ke
belum
gereja
dan
Ketika
menikah,
bersama-sama,
Jadi, yang pergi adalah penulis,
istri penulis, anak penulis yang sulung dengan
suaminya, kemudian anak penulis yang kedua waktu
itu dengan calon istrinya, dan kalau kebetulan
anak penulis yang bungsu juga ada, kami pergi
berbakti
ke
gereja
yang
sama
pada
waktu
sama.
Mengapa kami harus pergi bersama-sama?
yang
Karena
perjalanan
biasanya
pulang
selesai
kami
kebaktian,
membahas
dalam
materi
atau
khotbah yang disampaikan tersebut apakah tepat
atau tidak.
tapi
Artinya bukannya kami meragukan,
menurut
penulis,
setiap
khotbah
itu
seharusnya kita pelajari, bahas, dan itu yang
biasa
kami
mendengar
lakukan.
Penulis
komentar
mereka,
juga
apakah
ingin
mereka
memahaminya atau tidak.
Selanjutnya ayat 8 menyatakan,
“Haruslah juga
engkau mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu
menjadi lambang di dahimu,”
Jadi orang Israel biasanya
suka melilit lengannya dan juga di dahinya ada
tanda seperti itu.
Ada
orang
lilitan
di
yang
tangan
menafsirkan
ialah
mengapa
karena
pada
dibuat
masa
itu
tidak banyak yang memiliki salinan firman Allah,
belum
banyak
membuat
selalu
tanda
barang
salinan
tulisan
dibawa-bawa,
untuk
ketika
selalu
penulis
cetakan
dan
di
ini
sehingga
atas
mencoba
kulit
berfungsi
mengingatkan
untuk
mereka
untuk
sebagai
mereka.
Tapi
mempelajarinya,
penulis yakin bahwa maksud tanda di tangan dan
lambang
di
dahi
bukan
sekadar
memiliki
makna
harafiah,
melainkan
ada
arti
yang
lebih
men-
dalam.
Pertama, “mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu”
bukan
sekadar
memiliki
memiliki
makna
melambangkan
nafkah kita.
makna
yang
hasil
karya
harafiah,
lebih
luas,
tangan
kita
namun
yakni
atau
Ayat ini menjelaskan bahwa nafkah
kita atau apa yang kita hasilkan melalui tangan
kita
harus
sesuai
dengan
firman
Allah.
Jadi
nafkah kita, haruslah jenis usaha atau pekerjaan
yang sesuai dengan firman Allah dan dilakukan
juga sesuai dengan firman Allah.
Kedua,
menjadi
“lambang di dahimu”
pemikiran
kita,
dan
adalah
itu
sesuai juga dengan firman Allah.
dalam
pemikiran
kita
ucapan-ucapan kita.
biasanya
apa
juga
yang
harus
Apa yang ada
mewujud
dalam
Jadi, apa yang ada dalam
pemikiran kita, apa yang kita ucapkan, semuanya
harus sesuai dengan firman Allah.
Kemudian
yang
ketiga
adalah
”haruslah engkau
menuliskannya pada tiang pintu rumahmu“.
Beberapa keluarga
Kristen,
tembok
biasanya
memajang
rumahnya
dengan hiasan atau plakat-plakat ayat dan itu
tidak salah. Namun “tiang pintu rumahmu” merujuk pada
rumah
kita,
apa
yang
ada
di
kehidupan keluarga kita dan
suatu
kehidupan
firman Allah.
sesuai
dengan
keluarga
dalamnya,
yaitu
ini juga haruslah
yang
sesuai
dengan
Keluarga kita harus dijalankan
prinsip-prinsip
Kekristenan kita
yang
alkitabiah.
bukan hanya sekadar sesuatu
yang terjadi atau berlaku di gereja saja, atau
di kelompok-kelompok Kristen, tapi terutama di
dalam keluarga sehingga orang luar maupun orang
dalam
bisa
merasakan
bahwa
inilah
keluarga
Kristen, keluarga yang berlandaskan Firman.
Rasul
Paulus
dalam
2
Korintus
3:2
dan
3
“Kamu adalah surat pujian kami yang tertulis dalam
mengatakan,
hati kami dan yang dikenal dan yang dapat dibaca oleh semua orang.
Karena telah ternyata, bahwa kamu adalah surat Kristus, yang ditulis
oleh pelayanan kami, ditulis bukan dengan tinta, tetapi dengan Roh dari
Allah yang hidup, bukan pada loh-loh batu, melainkan pada loh-loh
daging, yaitu di dalam hati manusia.”
Dan yang keempat adalah “pada pintu gerbangmu”.
Kita
tahu
gerbang
Jadi
bahwa
pada
merupakan
frase
ini
bersosialisasi
menyampaikan
zaman
tempat
mengacu
di
dan
Israel
kuno
masyarakat
bahwa
masyarakat
menunjukkan
pada
pun,
gaya
pintu
berkumpul.
saat
kita
kita
harus
hidup
serta
pemikiran kristiani kita pada mereka.
Dengan
demikian orang bisa membaca melalui diri kita,
perilaku
kita,
tutur
kata
kita
dan
perbuatan
kita bahwa kita adalah orang Kristen.
Kekristenan harus bisa terpampang di hadapan
orang lain atau di dalam komunitas, orang bisa
melihatnya dengan jelas.
Pada dasarnya, Ulangan 6: 7-9 terdiri dari dua
bagian.
Ulangan
6:7
berkaitan
dengan
ucapan:
berkaitan
dengan
“mengajarkan” , “membicarakan”.
Sedangkan
perbuatan:
Ulangan
6:8-9
“mengikatkannya”,
“menuliskannya”.
Hal itu berarti bahwa kita harus mendidik anak
kita
bukan hanya dengan ucapan saja, tapi juga
dilakukan melalui perbuatan kita.
Sebagai Anak
Tuhan kita tidak hanya sekadar mengerti firman
Allah,
tapi
juga
yang
utama
juga adalah pelaku Firman.
ialah
bahwa
kita
Tanggung Jawab Ayah dan Ibu
Dalam 2 Timotius 1:5, Rasul Paulus menyampaikan
sesuatu yang berkaitan dengan Timotius,
“Sebab aku teringat akan imanmu yang tulus ikhlas, yaitu iman yang
pertama-tama hidup di dalam nenekmu Lois dan di dalam ibumu Eunike
dan yang aku yakin hidup juga di dalam dirimu.”
Artinya
bahwa
Timotius
memiliki
iman
yang
tulus yang sama dengan iman yang terdapat pada
ibunya
maupun
nunjukkan
selain
pada
bahwa
juga
neneknya.
Timotius
oleh
Hal
dididik
neneknya.
itu
oleh
Jadi,
me-
ibunya,
ayat
ini
menjelaskan bahwa mendidik iman atau kerohanian
anak bukan semata-mata tugas dari ayah,
tapi
ibu juga memiliki peran yang sama.
Kalau
Minggu,
anak-anak
maka
kita
kita
sudah
ikut
harus
sadar
bahwa
Sekolah
jangan
sekali-kali kita menganggap bahwa tugas mendidik
anak secara rohani sudah diserahkan atau sudah
dilakukan oleh guru Sekolah Minggu sehingga kita
tidak perlu bertanggung jawab lagi.
Tidak, itu
juga masih menjadi tugas utama kita. Dan kelak
kepada
kita
akan
dimintakan
pertanggungjawaban
berkaitan dengan kewajiban tersebut.
Tuhan Berikhtiar Untuk Membunuh Musa
Kelalaian Musa dalam mendidik dan mempersiapkan
anaknya berdampak fatal terhadap Musa.
hampir
Musa
dibunuh
Tuhan
karena
Hampiria
lalai
menyunatkan putranya.
Kita
tahu
seorang
Mesir,
Midian.
Pada
bahwa
ia
setelah
kemudian
suatu
Musa
melarikan
hari
menggembalakan di gunung Horeb,
ketika
membunuh
diri
ke
sedang
Musa melihat
ada semak yang terbakar, tapi tidak hangus, dan
kemudian Tuhan menjumpai Musa, dan menugaskannya
untuk membawa keluar bangsa Israel dan hal itu
tercatat
di
Keluaran
3:10
Allah berfirman,
“Jadi
sekarang, pergilah, Aku mengutus engkau pada Firaun untuk membawa
umat-Ku, orang Israel, keluar dari Mesir."
Selanjutnya
Musa
membawa
keluarganya,
tanah
Midian
anak
istrinya,
meninggalkan
untuk
berangkat
ke Mesir, tapi di Keluaran 4: 24-26
dikatakan,
24 “Tapi di tengah jalan, di suatu tempat bermalam, TUHAN bertemu
dengan Musa dan berikhtiar untuk membunuhnya.”
25
Lalu Zipora mengambil pisau batu, dipotongnya kulit khatan
anaknya, kemudian disentuhnya dengan kulit itu kaki Musa sambil
berkata: "Sesungguhnya engkau pengantin darah bagiku."
26 Lalu TUHAN membiarkan Musa. "Pengantin darah," kata Zipora
waktu itu, karena mengingat sunat itu.
Di ayat 24,
Musa,
karena
Tuhan berikhtiar untuk membunuh
ia
lalai
menyunatkan
anaknya.
Mengapa hal itu dianggap suatu kesalahan yang
besar
sehingga
Tuhan
berikhtiar
untuk
mem-
bunuhnya?
Kita tahu di perjanjian lama bahwa
lambang
ketika
itu
seseorang
anaknya
belum
menjadi
belum
umat
sunat adalah
Tuhan
disunatkan,
menjadi
umat
sehingga
maka
Tuhan,
menganggap hal ini suatu kesalahan
anaknya
dan
Tuhan
yang besar
sehingga Tuhan berikhtiar untuk membunuh Musa.
Oleh
wajib
karena
itu
memperhatikan
dengan
melakukan
sebagai
atau
orang
tua,
kita
meyakinkan
diri
kita
pengecekan
berulang-ulang
apakah anak-anak kita sudah menjadi umat Tuhan
atau
belum.
kesibukan
Kita
pekerjaan
tidak
atau
bisa
bahkan
menjadikan
kesibukan
pelayanan sebagai alasannya.
kapan
Tuhan
berikhtiar
untuk
Musa?
Peristiwa itu terjadi sesudah Tuhan me-
bahwa
kita
jangan
Tuhan
Musa,
sesudah
Jadi
sebelum
membunuh
apakah
nugaskannya.
atau
Dalam kasus Musa,
ayat-ayat
sekali-kali
ini
menugaskan
menjelaskan
melalaikan
apa
yang sudah menjadi tugas serta kewajiban kita
sebagai orang tua.
Jika
kita
mengasihi
anak-anak
kita,
maka
memastikan anak-anak kita telah menerima Tuhan
Yesus sebagai Juruselamat mereka merupakan wujud
kasih kita
dari
orang
yang paling besar dan paling nyata
tua
pada
anaknya.
Jadi
kalau
kita
benar-benar mengasihi anak-anak kita, maka kita
harus membawa dan memastikan mereka benar-benar
menjadi anak Tuhan.
Bukan Hanya Mempersiapkan Anak
Menyiapkan bagi Tuhan suatu umat yang layak
bagi-Nya
kita,
rohani
tidak hanya berfokus pada
tapi
termasuk
kita
meningkatkan
sendiri.
Kita
anak-anak
kehidupan
bukan
sekadar
mempersiapkan anak kita, tapi kita sendiri harus
mempersiapkan
diri
kita,
karena
kita
sendiri
harus siap untuk menjadi umat yang layak bagi
Tuhan.
Kita
mengerti,
melainkan
Firman,
bukan
sekadar
kita
berbicara
harus
menjadi
atau
pelaku
karena di Yakobus 2:26 disampaikan,
“Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman
tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati.”
Artinya kalau kita tidak mempelajari Firman dan
menjadi
pelaku
Firman,
kalau
kita
tidak
melakukan Firman yang tertulis, maka sebenarnya
iman kita mati dan kalau iman kita mati, maka
kita tentunya tidak akan menjadi umat yang layak
bagi Tuhan.
Download