JURNAL MIKROBIOLOGI PROGRAM STUDI BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL UJI ANTIBAKTERI KOMBINASI EKSTRAK DAUN DAN BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi) TERHADAP BAKTERI Streptococcus pneumonia Antibacterial Test Of Combination Of Leaves And Extract Fruit Fruit (Averrhoa bilimbi) On Bacteria Streptococcus pneumonia Iftakhul Ulya/H012160091 Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, jl. Ahmad Yani, Surabaya, (031)8410298 e-mail korespondensi: [email protected] ABSTRACT Pneumonia is an acute respiratory infection. Worldwide, pneumonia is the leading cause of infection among children and adults. This disease can be inhibited by using antibiotics, but the use of antibiotics in a long time can cause resistance because of the ability of microorganisms to develop tolerance to the effects of antibiotics, besides that, some antibiotics also show undesirable effects for their users. So to overcome this problem, research is conducted to find out and obtain extracts of natural ingredients that have the ability as an antimicrobial. In this study revealed several extracts of natural ingredients that can inhibit the growth of bacteria, especially the bacteria Streptococcus pneumonia used by antibacterial test objects. Extracts of natural materials used in this study include herbal cough extract, siwak plant extract (Salvadora persica), honey extract and lemon juice, Averrhoa bilimbi extract, and Annona senegalensis extract. Of all the extracts used, it can be seen that the ingredients have active compounds that have the ability as an antimicrobial, only the use of levels and concentrations, as well as the composition of compounds in each extract is different, making the results obtained are also different. Keyword : pneumonia, extract, antibacterial, antibiotics ABSTRAK Pneumonia merupakan penyakit infeksi saluran pernapasan akut. Di seluruh dunia, pneumonia menjadi penyebab infeksi utama kematian diantara anak-anak dan orang dewasa. Penyakit ini dapat dihambat dengan menggunakan antibiotik, namun penggunaan antibiotik dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan resistensi karena kemampuan mikroorganisme untuk mengembangkan toleransi terhadap efek antibiotik, selain itu, beberapa antibiotik juga menunjukkan efek yang tidak diinginkan bagi penggunanya. Sehingga untuk mengatasi masalah ini, dilakukan penelitian guna mengetahui dan mendapatkan ekstrak bahan alam yang memiliki kemampuan sebagai antimikroba. Dalam penelitian ini diungkapkan beberapa ekstrak bahan alam yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri, utamanya bakteri Streptococcus pneumonia yang digunakan obyek uji antibakteri. Ekstrak bahan alam yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya adalah ekstrak batuk herbal, ekstrak tanaman siwak (Salvadora persica), ekstrak madu dan jus lemon, ekstrak Averrhoa bilimbi, dan ekstrak Annona senegalensis. Dari semua ekstrak yang digunakan, dapat diketahui bahwa bahanbahan tersebut memiliki senyawa aktif yang memiliki kemampuan sebagai antimikroba, hanya saja penggunaan kadar dan konsentrasi, serta komposisi senyawa dalam masing-masing ektrak yang berbeda, membuat hasil yang didapatkan juga berbeda. Kata Kunci: pneumonia, ekstrak, antibakteri, antibiotik PENDAHULUAN Infeksi merupakan salah satu penyakit yang sering ditemukan terutama pada daerah tropis seperti Indonesia, hal ini keadaan udara yang berdebu, memiliki temperatur yang hangat dan lembab, yang memungkinkan mikroba untuk tumbuh subur (Sari, dkk., 2017). Iftakhul Ulya, Uji Antibakteri Ekstrak Streptococcus pneumonia menjadi penyebab utama dari pneumonia dan infeksi pneumokokus lainnya (Reed et al., 2011). Di seluruh dunia, pneumonia menjadi penyebab infeksi utama kematian diantara anak-anak dan orang dewasa, dengan Streptococcus pneumonia menjadi penyebab yang paling umum (Black et al., 2010). 1 JURNAL MIKROBIOLOGI PROGRAM STUDI BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL Terapi antibiotik memengaruhi mortalitas selama periode 48 jam perawatan pneumonia. Selain itu, tingkat resistensi antibiotik meningkat seiring dengan berjalannya waktu. Beberapa isolat di AS dan bagian Eropa menunjukkan resistensi terhadap penisilin (Almaghrabi, 2018). Indonesia memiliki keragaman jenis tumbuhan yang tinggi. Sekitar 9.600 spesies tumbuhan yang ada di Indonesia memiliki khasiat sebagai obat, dan sekitar 300 diantaranya telah digunakan sebagai obat tradisional (Depkes RI, 2007). Tumbuhan mengandung senyawa bioaktif sehingga dapat dimanfaatkan sebagai obat. Beberapa senyawa metabolit sekunder yang sering ditemukan dalam tumbuhan diantaranya adalah terpenoid, flavonoid, alkaloid, tanin, saponin, glikosida. Senyawa flavonoid berperan sebagai antikanker, antioksidan, dan antiinflamasi. Senyawa alkaloid berperan sebagai antioksidan, antidiabet, dan antifungal. Senyawa tanin berperan sebagai antioksidan, anti-inflamasi, dan antidiabet. Senyawa saponin berperan sebagai antioksidan dan antifungal. Senyawa terpenoid, flavonoiad, alkaloid, tanin, dan saponin juga memiliki aktivitas antibakteri (Sun, dkk., 2015). Umumnya masyarakat dan pengobat menetapkan sendiri cara meramu tanaman obatmisalnya dengan dikunyah halus, dirajang lalu direbus sampai mendidih, ditumbuk halus kemudian direndam dengan air dingin semalam, begitu pula dalam penggunaan dosis dengan memakai ukuran yang kurang standar misalnya segenggaman orang dewasa, seibu jari, sejumput, dan sebagainya. Penggunaan tanaman obat yang tidak sesuai dengan ketentuan dapat menyebabkan bahan obat tidak bekerja efektif (Malik, 2016). Penggunaan antibiotika yang tidak rasional bisa Iftakhul Ulya, Uji Antibakteri Ekstrak membuat mikroba patogen menjadi resisten (Refdanita, 2004). Akibatadanya mikroba yang resisten dapat menjadi penyebab utama kegagalan pengobatan penyakit infeksi (Ibrahim, 2011). HASIL dan PEMBAHASAN Menurut Atuheirwe Maxine dan Jacob Stanley Iramiot (2019) dalam jurnalnya yang berjudul Antibacterial Activity of Locally Prepared Herbal Cough Extracts against Klebsiella pneumoniae and Streptococcus pneumoniae mengungkapkan bahwa semua ekstrak yang digunakan dalam penelitiannya ini yaitu MM01, MM02, MM03, MM04, MM05 memiliki efek antimikroba yang signifikan terhadap Klebsiella pneumoniae dan Streptococcus pneumoniae. MM04 (35,6 ± 0,0) mm dan MM03 (33,6 ± 1,5) mm memiliki zona hambat maksimum dibandingkan dengan ekstrak herbal lain terhadap K.pneumoniae dan S. pneumoniae. Hasil MIC rata-rata untuk ekstrak terhadap K. pneumonia menunjukkan bahwa MM01 memiliki MIC tertinggi (2,5000 mg / ml) sedangkan MM03 memiliki paling sedikit MIC (0,0625 mg/ ml). Hasil MIC rata-rata untuk ekstrak terhadap S. pneumoniae menunjukkan MM01 miliki MIC tertinggi (2.0000 mg / ml) sedangkan MM03 3 memiliki MIC paling sedikit (0,0438 mg / ml). MBC ratarata hasil untuk ekstrak terhadap K. pneumoniae menunjukkan bahwa MM01 memiliki MBC tertinggi (4.000mg / ml) sedangkan MM03 memiliki MBC paling sedikit (0,030 mg / ml). Hasil MBC ratarata untuk ekstrak terhadap S.pneumoniae menunjukkan MM01 memiliki MBC tertinggi (4.000 mg / ml) sedangkan MM03 memiliki MBC paling sedikit (0,033 mg / ml). 2 JURNAL MIKROBIOLOGI PROGRAM STUDI BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL Dari Gambar. 2, ditunjukkan bahwa di antara 5 ekstrak, MM03 (33,6 ± 1,5) memiliki yang tertinggi aktivitas antibakteri terhadap S. pneumoniae. Ini diikuti oleh MM05 (28,2 ± 1,3), MM04 (25,8 ± 1,6), MM02 (20,6 ± 1,1) dan MM01 (14,8 ± 1,3) Gambar 1. Rata-rata aktivitas antibakteru ekstrak Kabsiella pneumonia Dari gambar 1 ditunjukkan bahwa di antara 5 ekstrak, MM04 (35,6 ± 0,0) memiliki aktivitas antibakteri tertinggi terhadap K. pneumoniae. Ini diikuti oleh MM03 (29,4 ± 1,3), MM02 (23,8 ± 0,8), MM05 (23.2 ± 1.2) dan MM01 (13.4 ± 0.9) dalam urutan itu. Obat standar memiliki tindakan terbaik melawan K. pneumonia dibandingkan dengan semua 5 ekstrak, namun konsentrasi bahan aktif dari ekstrak herbal tidak dihitung / diketahui tidak seperti obat standar yang bahan aktif konsentrasinya diketahui. Gambar 2. Rata—rata aktivitas antibakteri ekstrak Streptococcus pneumonia Iftakhul Ulya, Uji Antibakteri Ekstrak Tabel 1. MBC rata-rata dari obat uji terhadap mikroorganisme S. Test drugs K. pneumoniae pneumoniae MM01 4.000 4.000 Average MM02 0.200 0.088 MBCs (mg/ml) MM03 0.030 0.033 MM04 0.563 0.704 MM05 3.806 1.775 Standard 0.0200 0.0150 drug Tabel 1. MIC rata-rata dari obat uji terhadap mikroorganisme Test drugs Averag e MICs (mg/ml) MM01 MM02 MM03 MM04 MM05 Standard drug K. pneumoniae 2.5000 0.1000 S. pneumoniae 2.0000 0.0813 0.0625 0.3871 1.9031 0.0200 0.0438 0.2815 0.8880 0.0150 MM03 memiliki MIC dan MBC terendah terhadap K. pneumoniae dan S. pneumoniae, diikuti oleh MM02, MM04, MM05 dan MM01 dalam urutan itu. Ciprofloxacin memiliki MIC terendah dibandingkan dengan obat uji. Hasil MIC dan MBC sesuai dengan hasil difusi sumur Agar yang juga menunjukkan bahwa MM03 memiliki aktivitas antibakteri terbaik terhadap K. pneumoniae dan S. pneumoniae. MIC yang rendah menunjukkan bahwa obat herbal diperlukan dalam konsentrasi kecil untuk menghambat pertumbuhan organisme (Shanmugam, 2008), sehingga memiliki khasiat yang tinggi. MBC yang rendah berarti bahwa 3 JURNAL MIKROBIOLOGI PROGRAM STUDI BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL obat herbal diperlukan dalam konsentrasi kurang untuk membunuh organisme (Adebayo, 2008). Penelitian kedua yaitu dari Mohammed K. Almaghrabi (2018) yang berjudul Antimicrobial activity of Salvadora persica on Streptococcus pneumoniae. Hal yang mendasari penelitian ini adalah karena Salvadora persica yang secara lokal disebut siwak atau sikat gigi kuno merupakan salah satu sumber antimikroba baru. Bahan ini secara ilmiah terbukti mencegah kerusakan gigi saat digunakan untuk membersihkan gigi (Walugembe, 2016). Penelitian ini meneliti dampak ekstrak akar, buah, dan ranting s. persica terhadap Streptococcus pneumonia. Hasil penelitian ini menunjukkan zona penghambatan pertumbuhan bakteri sangat jelas menggunakan semua ekstrak yang menunjukkan bahwa ekstrak S. persica memiliki efek bakterisida pada pertumbuhan Streptococcus pneumonia. Gambar 3. Efek ekstrak S. persica terhadap pertumbuhan S. pneumonia dalam kultur cair. Jumlah CFU (Colony Forming Unit) awal kultur yang diberi perlakuan adalah 107 dan dilanjutkan pada nilai yang sama menggunakan ekstrak buah selama lima jam. Pada akhir percobaan, CFU kultur yang diberi ekstrak buah sekitar 1.25 log CFU lebih rendah dari kontrol. Sedangkan jumlah dari kultur yang diberi perlakuan Iftakhul Ulya, Uji Antibakteri Ekstrak ekstrak akar dan ranting hanya 0.1 log CFU lebih rendah dari kontrol. Kultur yang diberi perlakuan ekstrak buah menunjukkan sekitar 1.25 log CFU dibandingkan dengan kontrol, sedangkan kultur yang diberi perlakuan ekstrak ranting dan akar tidak memiliki pengaruh yang signifikan pada CFU pneumokokus. Efek ekstrak pada pertumbuhan pneumokokus dalam kultur cair menunjukkan hanya ekstrak buah yang mengurangi CFU pneumokokus di sekitar satu perbedaan log dibandingkan dengan kontrol. Namun, perbedaan yang sangat kecil dalam perbedaan log CFU diperoleh dengan menggunakan ekstrak ranting dan akar. Penelitian ketiga yaitu dari Mshelia BM, Adeshina GO dan Onaolapo JA dengan judul The Antibacterial Activity of Honey and Lemon Juice against Streptococcus pneumoniae and Streptococcus pyogenes Isolates from Respiratory Tract Infections Pada penelitian ini pengambilan sampel sebanyak 126 isolat klinis dikumpulkan dari sputum (83), throat swab (26), ear swab (14) dan sekresi nasal (3) sampel. Isolat diidentifikasi dan dikonformasi dari sampel ini yaitu 15 Kabsiella pneumonia, 14 Staphylococcus aureus, 2 Haemophilus influenzae, 12 Pseudomonas aeruginosa, 7 Streptococcus pneumonia, 6 Streptococcus pyogene. Namun dalam penelitian ini akan lebih fokus pada Streptococcus pneumonia dan Streptococcus pyogene. 4 JURNAL MIKROBIOLOGI PROGRAM STUDI BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL Gambar 4. kerentanan Streptococcus pneumonia terhadap madu dan jus lemon. Gambar 5. kerentanan Streptococcus pyogenes terhadap madu dan jus lemon. Kombinasi antara ekstrak madu dan jus lemon menghasilkan zona hambat yang cukup signifikan, sedangkan zona hambat terendah terlihat dari ekstrak madu dengan konsentrasi 25% v/v. Jus lemon mempengaruhi pembunuhan total pada menit 120, seperti yang digambarkan oleh penurunan bertahap dalam populasi sel dari menit 30 ke menit 90 dan penurunan stabil pada menit 120. Sementara Ceftriaxone, Levoflaxacin, dan madu menghasilkan pembunuhan total pada menit 1440, seperti yang digambarkan oleh penurunan bertahap dalam populasi sel dari menit 30 ke menit 360 dan penurunan stabil ke menit 1440 untuk Streptococcus pneumonia yang rentan. Zona hambat terbesar termati pada campuran jus madu dan lemon, jus lemon murni, ceftriaxone. Zona terendah ditunjukkan oleh Azithromycin, Amoxicillin clavulanic acid dan 25% v/v Iftakhul Ulya, Uji Antibakteri Ekstrak konsentrasi madu. Bakteri menunjukkan kerentanan mereka terhadap madu pada konsentrasi 50% v/v, dan jus lemon konsentrasi 25% v/v, akan tetapi bakteri menunjukkan resistensi terhadap madu pada konsentrasi 25% v/v. Hal ini sesuai dengan pernyataan (Ifra & Ahmad, 2009) dan (Kawaii, et al., 2000) yang mengatakan bahwa larutan stok sampel madu menghambat pertumbuhan semua isolat bakteri, namun ketika pengenceran akan membuat efektivitasnya berkurang. Tingkat pembunuhan memberikan hasil yang lebih akurat tentang aktivitas antimikroba daripada MIC. Tingkat pembunuhan Streptococcus pneumonia menunjukkan bahwa campuran jus madu dan lemon mempengaruhi pembunuhan yang lebih baik, dibuktikan dengan penurunan tajam dalam populasi sel bakteri dan efek membunuh total dalam waktu kurang dari 24 jam. Madu dan jus lemon umumnya memiliki aktivitas antibakteri terhadap Streptococcus pneumonia dan Streptococcus pyogenes seperti yang diperoleh dari penelitian ini. Jus madu dan lemon memiliki efek penghambatan lebih terhadap isolat bakteri yang diuji daripada antibiotik yang biasa digunakan terutama Azithromycin dan Amoxycillin Clavulanic acid. Penelitian keempat yaitu dari Z.A. Zakaria et al., (2007) yang berjudul In vitro Antibacterial Activity of Averrhoa bilimbi L. Leaves and Fruits Extracts. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak buah Averrhoa bilimbi lebih efektif daripada ekstrak daunnya yang ditunjukkan oleh kemampuan sebelumnya untuk menghambat pertumbuhan empat bakteri (S. aureus, S. epidermis, B. cereus dan K. rhizophila) pada konsentrasi 50 mg mL. Ekstrak kloroform daun lebih efektif 5 JURNAL MIKROBIOLOGI PROGRAM STUDI BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL daripada buahnya yang ditunjukkan dengan kemampuan sebelumnya untuk menunjukkan aktivitas antibakteri pada konsentrasi terendah (25 mg mL) yang digunakan. Pada semua konsentrasi yang digunakan, ekstrak kloroform dari. daun Averrhoa bilimbi efektif terhadap S. aureus, B. cereus dan C. diphteriae. Pada konsentrasi 50 dan 100 mg mL ", ekstrak air dari daun dan buah-buahan dan ekstrak kloroform dari buah-buahan efektif terhadap S. aureus, C. diphteriae, K. rhizophila, S. epidermis dan B. cereus. Pada Konsentrasi 100 mg mL, ekstrak kloroform daun dan buah-buahan dan ekstrak air daun efektif terhadap K. rhizophila, S. epidermis, B. cereus dan C. diphteriae. Ekstrak kloroform dari daun Averrhoa bilimbi efektif pada semua konsentrasi yang digunakan, terhadap A. hydrophila dan P. vulgaris. Pada 100 mg mL, ekstrak agueous dan kloroform dari daun Averrhoa bilimbi dan buah-buahan efektif terhadap C. fuendii, S. typhi, A. hydrophila dan P. vulgaris. Berdasarkan data yang diperoleh, ekstrak Averrhoa bilimbi lebih efektif melawan Gram-positif daripada bakteri Gram-negatif. Sayangnya, bakteri seperti L. monocytogenes, S. enteritidis dan E. coli sangat resisten terhadap efek ekstrak air dan ekstrak kloroform Averrhoa bilimbi. Kemampuan kedua jenis ekstrak untuk menunjukkan aktivitas antibakteri terhadap beberapa bakteri menunjukkan adanya senyawa antibakteri hidrofilik / polar dan hidrofobik / non-polar. Ekstrak tampaknya menunjukkan aktivitas antimikroba moderat yang ditunjukkan oleh kemampuan mereka untuk mempengaruhi beberapa bakteri Gram-positif dan negatif. Namun, bakteri Gram-positif lebih rentan Iftakhul Ulya, Uji Antibakteri Ekstrak terhadap ekstrak jika dibandingkan dengan bakteri Gram-negatif. Penelitian kelima yaitu dari Bakarnga-Via I et al., (2016) yang berjudul Effect of Combined Extracts from Different Plant Parts of Annona senegalensis on Antibacterial and Antifungal Activities. Dalam penelitian ini, ekstrak tanaman diuji aktivitas antijamur dan antibakteri terhadap empat ragi dan empat strain bakteri. Hasil menunjukkan efek antimikroba selektif tergantung pada mikroorganisme, organ tanaman, dan pelarut ekstraksi. Ekstrak menghambat ragi dengan nilai MIC mulai dari 0,156 hingga > 5 mg/mL. Secara keseluruhan, Candida krusei adalah ragi yang paling sensitif, sedangkan Candida parapsilosis dan Cryptococcus neoformans kurang sensitif. Diantara ekstrak yang menjajikan, ekstrak air batang (StH20), ranting (TwH2O), dan kulit pohon (BH2O) dan ekstrak etanol daun (LEtOH) adalah yang paling aktif terhadap semua ragi yang diuji (Candida albicans, Candida parapsilosis, Candida krusei, Cryptococcus neoformans) dengan nilai MIC terdiri antara 0,312mg / mL dan 2,5mg / mL. Keempat ekstrak ini menunjukkan efek potensial terhadap Candida krusei. Potensi keseluruhan terbaik terhadap ragi ini diberikan oleh BEtOH dengan MIC 0,156mg / mL, diikuti oleh BH2O (MIC = 0,312mg / mL) dan StH2O (MIC = 0,625mg / mL). Ekstrak daun etanol (LEtOH) juga memberikan penghambatan yang signifikan dari ragi ini pada 0,312mg / mL. Candida parapsilosis adalah spesies Candida yang kurang sensitif dan cukup dihambat oleh BH2O, StH2O, dan LEtOH pada 1,25mg / mL. Khususnya, Cr. neoformans adalah ragi yang paling resisten 6 JURNAL MIKROBIOLOGI PROGRAM STUDI BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL dan hanya ekstrak air ranting yang menghambatnya pada 0,625 mg / mL. Dari hasil yang disajikan, Shigella flexineri menjadi strain bakteri yang paling sensitif. Ekstrak hydroethanolic dari kulit kayu (BHEtOH) paling efektif terhadap keempat bakteri di MIC = 1,25-2,5mg / mL). Ekstrak etanol daun (LEtOH) menunjukkan profil aktivitas yang sebanding terhadap Salmonella enterica, Staphylococcus aureus, dan Escherichia coli tetapi tidak efektif terhadap Shigella flexineri (MIC> 5mg / mL). Kedua ekstrak (BHEtOH dan LEtOH) dipilih dan digunakan untuk studi kombinasi antibakteri. Dari hasil yang diringkas dalam tabel 2, FICI dari kombinasi LEtOH / TwH20, StH20 / TwH20, LEtOH / BH20, dan StH20 / BH20 bervariasi dari 5,5048,09 pada empat strain ragi yang diuji, menunjukkan interaksi antagonistik (FICI> 4). Secara keseluruhan, kombinasi menyebabkan pengurangan 2-4 kali lipat aktivitas antijamur dibandingkan dengan MICs dari ekstrak individu. Dengan demikian, aplikasi kombinasi tersebut dari berbagai bagian Annona senegalensis dalam mikosis pengobatan yang disebabkan oleh Candida albicans, Candida parapsilosis, Candida krusei, dan Cryptococcus neoformans harus dihindari. Ekstrak antibakteri yang menjanjikan LEtOH dan BHEtOH dari daun dan kulit Annona senegalensis efektif terhadap bakteri yang diuji dengan FICI mulai dari 0,25 hingga 4 (tabel 2). Interaksi sinergis diamati terhadap Escherichia coli (FICI = 0,25). Selain itu, aditivitas diamati terhadap Streptococcus aureus (FICI = 1), dan ketidakpedulian atau kurangnya interaksi terhadap S. flexineri (FICI = 1,02) dan Streptococcus enterica (FICI = 4). Kombinasi LEtOH dengan BHEtOH ini Iftakhul Ulya, Uji Antibakteri Ekstrak menyebabkan peningkatan aktivitas antibakteri yang signifikan dengan efek khusus terhadap Escherichia coli. Oleh karena itu, metabolit sekunder dari dua organ tanaman (daun dan kulit kayu) harus diselidiki lebih lanjut dalam pencarian obat antibakteri. Hasil dari kelima jurnal dapat dilihat bahwa semua ekstrak yang digunakan memiliki aktivitas antimikroba masingmasing. Setiap ekstrak memiliki efektivitas daya hambat yang berbeda, hal ini dapat dikarenakan senyawa aktif yang terkandung dalam tiap tanaman tidak sama, serta konsentrasi yang digunakan dalam masingmasing penelitian juga berbeda. PENUTUP Kesimpulan yang dapat diambil dari kelima jurnal adalah bahwa penggunaan antibiotik untuk mengatasi infeksi bakteri ataupun jamur dalam jangka waktu yang lama akan dapat menimbulkan resistensi mikroba, selain itu beberapa antibiotik juga menunjukkan efek samping yang tidak diinginkan bagi penggunanya (Zakaria et al., 2007). Obat-obatan herbal telah menjadi dasar pengobatan dan penyembuhan untuk berbagai jenis penyakit atau kondisi fisiologis tertentu. Bahkan diperkirakan bahwa obat herbal memiliki kemampuan dalam menggabungkan komponen aktifnya untuk mendapatkan efek sinergis atau aditif yang memberikan efektivitas lebih unggul dari beberapa komponen yang terisolasi (Vuuren and Viljoen, 2011). Dari kelima jurnal di atas, dapat disimpulkan bahwa seluruh bahan alami yang digunakan sebagai ekstrak memiliki aktivitas antibakteri. Hanya saja penggunaan dosis atau konsentrasi yang berbeda menyebabkan hasil daya hambat atau daya bunuh yang didapatkan juga berbeda dari masing-masing penelitian. 7 JURNAL MIKROBIOLOGI PROGRAM STUDI BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL DAFTAR RUJUKAN Adebayo-Tayo BC, Adegoke AA. 2008. Phytochemical and microbial screening of herbal remedies in Akwa Ibom State, South Southern Nigeria. J Med Plant Res. 2(11):306-310. Almaghrabi, Mohammed K. 2018. Antimicrobial activity of Salvadora persica on Streptococcus pneumoniae. Journal Biomedical Research. Department of Microbiology and Clinical Parasitology, College of Medicine, King Khalid University, Abha, Saudi Arabia. 29 (19). Bakarnga, Via., H. K.Yande., RMT, Kouipou, Kanko, MIM, Arc En Ce JM., Kammalac, TN., Boyom, FF. 2016. Effect of Combined Extracts from Different Plant Parts of Annona senegalensis on Antibacterial and Antifungal Activities. International Journal of Pharmacognosy and Phytochemical Research. Department of Biochemistry, University of Yaoundé 1, Cameroon. 8(1) BM, Mshelia., GO, Adeshina., JA, Onaolapo. 2017. The Antibacterial Activity of Honey and Lemon Juice against Streptococcus pneumoniae and Streptococcus pyogenes Isolates from Respiratory Tract Infections. Department of Microbiology, Federal University Birnin Kebbi, Nigeria Depkes RI. 2007. Kebijakan Obat Tradisional Nasional. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Black RE, Cousens S, Johnson HL, Lawn JE, Rudan I, Bassani DG, Eisele T. 2010. Global, regional, and national causes of child mortality in 2008: a systematic analysis. Lancet; 375: 1969-1987. Ibrahim TA,Opawale BO, OyinloyeJMA. Antibacterial activity of herbal extracts Iftakhul Ulya, Uji Antibakteri Ekstrak against multi drug resistent strains of bacteria from clinical original. 2011. Life Sciences Leaflets. 15:490-98. Ifra G, Sheikh SA .. 2009 Antibacterial Activities of Honey, Sandal oil and Black pepper. Department of Environmental Sciences, Fatima Jinnah Women University, Rawalpindi, Pakistan. Pakistan Journal of Botany 41(1): 461-466. Malik A, Ahmad AR. 2016. Antidiarrheal activity of etanolic extract of bay leaves (Syzygium Polyanthum [Wight.] Walp.). International Research Journal Pharmacy. 4:106–8. Maxine, Atuheirwe., Iramiot, Jacob Stanley. 2019. Antibacterial Activity of Locally Prepared Herbal Cough Extracts against Klebsiella pneumoniae and Streptococcus pneumoniae. International Journal of Biochemistry Research & Review. Department of Pharmacy, Clinical and Comparative Medicine, School of Biotechnical and Bio Laboratory Sciences, Makerere University COVAB, P.O.Box 7062, Uganda. 26(2): 1-9 Refdanita R, Maksum A, Nurgani, Endang P. 2004. Pola kepekaan kuman terhadap antibiotik di ruang rawat intensif rumah sakit Fatmawati Jakarta. Makara Kesehatan. 8(2):41-8. Sari, Rafika., Muhani, Mutiara., Fajriaty, inarah. 2017. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Gaharu (Aquilaria microcarpa Baill.) Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus dan Proteus mirabilis. Program Studi Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Tanjungpura, Pontianak. Vol. 4 No. 3 Shanmugam Hemaiswarya, Anil Kumar Kruthiventi, Mukesh Doble. 2008. Synergism between natural products and antibiotics against infectious 8 JURNAL MIKROBIOLOGI PROGRAM STUDI BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL diseases. 652. Phytomedicine.15(8):639- Satoru Kawaii, Yasuhiko Tomono, Eriko Katase, Kazunori Ogawa, Masamichi Yano, et al. 2000. Quantitative study of flavonoids in leaves of Citrus plants. J Agric Food Chem 48(9): 3865-3871. Sun, D., Courtney, H. S., dan Beachey, E. H. 1988. Barberine Sulfate Blocks Adherence of Streptococcus pyogenes to Epithelial Cells, Fibronectin, and Hexadecane. Antimicrobial Agents and Chemotherapy, 32(9): 1370-1374. Reed AC Siemieniuk, Dan B Gregson, M John Gill (2011) The persisting burden of invasive pneumococcal disease in HIV patients: an observational cohort study. BioMed Central Infectious Diseases 11: 314. Iftakhul Ulya, Uji Antibakteri Ekstrak Van Vuuren S, Viljoen A. 2011. Plantbased antimicrobial studies –Methods and approaches to study the interaction between natural products. Planta Medica, 77:1168-1182. Walugembe Joel, Jacob S Iramiot, Esther Katuura. 2016. Indigenous knowledge and antibacterial activity of selected herbs used locally to treat common cold in Central Uganda. J Med Plant Res.10:520-28. akaria, Z. A., Zaiton, H., Henie, E. F. P., A. M, Mat Jais., and Zainuddin, Engku. 2007. In Vitro Antibacterial Activity of Averrhoa bilimbi L. Leaves and Fruits Extracts. International Journal of Tropical Medicine. Department of Biomedical Sciences, Faculty of Medicine and Health science, University Putra Malaysia, Serdang, Selangor, Malaysia. 2 (3) : 96-100. 9