Uploaded by lubertus.aw

Pemilihan dan Penetapan Masalah Peneliti

advertisement
MAKALAH
PEMILIHAN DAN PENETAPAN MASALAH PENELITIAN
Disusun dalam rangka memenuhi tugas
Mata kuliah Metodologi Penelitian
Dosen:
Prof. Dr. Zainal Rafli, M.Pd.
Dr. Asti Purbarini, M.Pd.
Oleh Kelompok 2:
Nada Muthia Zahrah
Qurrata A’yunin
Tri Septiarini
(Kelas B)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
TAHUN 2016
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang. Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami. Sehingga, kami dapat menyelesaikan makalah
tentang “Pemilihan dan Penetapan Masalah Penelitian”.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat, tata bahasa maupun isinya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.
Akhir kata, kami berharap semoga makalah “Pemilihan dan Penetapan Masalah
Penelitian” ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Jakarta, September 2016
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................................ i
DAFTAR ISI .......................................................................................................................................ii
BAB I ................................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN.............................................................................................................................. 1
1.1
Latar Belakang ................................................................................................................... 1
1.2
Rumusan Masalah .............................................................................................................. 2
1.3
Tujuan ................................................................................................................................ 2
BAB II ................................................................................................................................................ 3
PEMBAHASAN ................................................................................................................................ 3
Masalah dan Topik Penelitian ............................................................................................ 3
2.1.
2.1.1
Definisi Masalah Penelitian........................................................................................ 3
2.1.2
Definisi Topik ............................................................................................................ 4
2.2
Kriteria Masalah Penelitian ............................................................................................... 6
2.3
Sumber Masalah Penelitian ................................................................................................ 7
2.4
Identifikasi, Pemilihan dan Perumusan Masalah Penelitian............................................. 15
2.4.1
Identifikasi Penelitian ............................................................................................... 15
2.4.2
Pemilihan Masalah Penelitian .................................................................................. 15
2.4.3
Perumusan Masalah Penelitian................................................................................ 17
2.4.4
Model Perumusan Masalah Penelitian ..................................................................... 20
BAB III............................................................................................................................................. 23
KESIMPULAN ................................................................................................................................ 23
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................... 24
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk Tuhan yang paling sempurna. Kesempurnaan
manusia bukan hanya dari segi fisik, akan tetapi manusia juga dianugerahi
kesempurnaan akal. Akal manusia merupakan sesuatu yang khas yang
membedakan manusia dengan mahluk lainnya. Kesempurnaan akal inilah yang
menyebabkan pengetahuan manusia terus berkembang dari waktu ke waktu. Salah
satu penyebab manusia terus ingin mengembangkan pengetahuannya adalah
karena terdapat rasa keingintahuan. Dengan adanya rasa keingintahuan, manusia
dapat melakukan dua jenis usaha. Pertama, usaha yang paling sering dilakukan
adalah penalaran akal sehat (common sense). Tetapi, tidak semua keingintahuan
manusia bisa terjawab melalui penalaran akal sehat. Jika hal tersebut terjadi, maka
alternatif cara yang bisa dilakukan adalah dengan melakukan penelitian ilmiah
sebagai usaha jenis kedua.
Kedudukan masalah dalam alur prosedur penelitian sangatlah penting, bahkan
lebih penting dari solusi atau jawaban yang akan diperoleh/dicari, karena masalah
yang dipilih dapat menentukan perumusan masalah, tujuan, hipotesis, kajian
pustaka yang akan digunakan bahkan juga untuk menentukan metodologi yang
tepat untuk memecahkannya.
Dalam dunia pendidikan, banyak sekali fenomena dari suatu masalah yang
kompleks dan saling berhubungan antar satu bidang dengan bidang lainnya namun
masih janggal dan perlu dipecahkan dengan menggunakan sebuah penelitian.
Akan tetapi, tidak semua masalah tersebut dapat dan harus dipecahkan secara
ilmiah. Oleh sebab itu, makalah ini akan membahas “Pemilihan dan penetapan
masalah penelitian”.
1
1.2 Rumusan Masalah
Dengan memperhatikan latar belakang tersebut, agar dalam penulisan ini
memperoleh hasil yang diinginkan, maka masalah dalam makalah ini dibatasi
pada:
(1) Bagaimanakah masalah dan topik penelitian?
(2) Apa saja kriteria masalah penelitian?
(3) Apa sajakah sumber masalah penelitian?
(4) Bagaimanakah identifikasi, pemilihan dan penetapan masalah penelitian?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini antara lain memberikan informasi
kepada mahasiswa tentang masalah dan topik penelitian (yang meliputi pengertian
topik dan masalah, kriteria masalah, dan sumber masalah), mengidentifikasi/
fokus penelitian dan perumusan masalah/pertanyaan penelitian, serta memenuhi
tugas pada mata kuliah Metode Penelitian.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Masalah dan Topik Penelitian
2.1.1
Definisi Masalah Penelitian
Seorang peneliti akan memulai sebuah penelitian dengan mengidentifikasi
“masalah” yang akan diteliti. Mereka akan menuliskan latar belakang masalah di
awal pembahasan sebuah penelitian. Biasanya masalah akan dijabarkan sehingga
memberikan pemahaman kepada pembaca, mengapa masalah tersebut layak
diteliti dan hasil penelitiannya layak dibaca oleh banyak pihak.
Creswell menyatakan dalam Educatioal Research (2012) bahwa masalah
dalam penelitian yaitu isu-isu tentang pendidikan, hal-hal yang memicu
kontroversi dan hal-hal yang perlu untuk ditemukan solusinya.
Sedangkan menurut Kerlinger (2002),
“A problem is an interrogative sentence or statement that asks what
relation exists between two or more variable. The answer to questions will
provide what is having sought in the research”.
Yang bermakna bahwa masalah adalah sebuah kalimat tanya atau
pernyataan yang menanyakan tentang hubungan antara dua variabel atau lebih.
Jawaban dari pertanyaan akan dijabarkan dalam sebuah penelitian yang sedang
dikaji. Sedangkan variabel didefinisikan sebagai pembeda antara sesuatu dengan
yang lain.
Berbeda dengan definisi masalah diatas, Suryabrata (2000) mendefinisikan
masalah sebagai suatu kesulitan yang dirasakan, konkrit dan memerlukan solusi.
Suatu kesenjangan antara apa yang seharusnya dengan apa yang ada dalam
kenyataan atau antara apa yang diperlukan dengan apa yang tersedia atau antara
harapan dengan kenyataan dan sebagainya. Oleh karena itu, penelitian mampu
3
menyeimbangkan permasalahan antara kenyataan dan harapan, yang tersedia dan
yang diperlukan, dan memecahkannya (Scientific Research Problem).
Sejalan dengan definisi tersebut, John Dewey dan Kerlinger dalam
(Sukardi, 2009) mendefinisikan bahwa permasalahan adalah kesulitan yang
dirasakan oleh orang awam maupun para peneliti; permasalahan dapat juga
diartikan sebagai sesuatu yang menghalangi tercapainya tujuan. Hal ini berarti
masalah adalah penghalang tercapainya tujuan dari suatu kegiatan, bidang,
rencana, dan lainnya. Orang awam dan para peneliti tidak pernah mencari-cari
masalah. Mereka hanya mempunyai rasa keingintahuan yang besar untuk
memecahkan masalah yang beredar luas dimasyarakat dan mengembang ilmu
pengetahuan yang sudah ada baik dalam dunia pendidikan, sosial, ekonomi, dan
sektor lainnya.
Dalam sebuah penelitian baik penelitian kuantitatif maupun kualitatif
selalu berangkat dari masalah. Namun terdapat perbedaan mendasar antara
“masalah” dalam penelitian kuantitatif dan “masalah” dalam penelitian kualitatif.
Seperti yang dikatakan oleh Sugiyono (2014:205) dalam penelitian kuantitatif,
“masalah” yang akan dipecahkan melalui penelitian harus jelas, spesifik, dan
dianggap tidak berubah. Sedangkan di dalam penelitian kualitatif, “masalah” yang
dibawa oleh peneliti masih remang-remang, bahkan gelap, kompleks dan dinamis.
Oleh karena itu, “masalah” dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara,
tentatif dan akan berkembang atau berganti setelah peneliti berada di lapangan.
2.1.2
Definisi Topik
Menurut Gay, Mills dan Airasian (2011:61) berpendapat bahwa:
The research topic (also called the research problem) provides focus and
structure for the remaining steps in the scientific method; it is the thread that
binds everything together. Selecting and defining a topic should entail
considerable thought. An initial topic that is broad and complex often proves
unmanageable for study, and the researcher must narrow its scope to implement
4
or complete the study. When properly defined, the research topic reduces a study
to a manageable size.
Pendapat tersebut bermakna bahwa topik penelitian (disebut juga masalah
penelitian) yang memberikan fokus dan struktur untuk langkah-langkah
penelitian. Topik masalah menjadi penghubung yang mengikat semuanya secara
bersama-sama. Memilih dan mendefinisikan sebuah topik harus memerlukan
pemikiran yang cukup global. Topik awal yang luas dan kompleks sulit dikontrol
untuk dikaji, dan peneliti harus mempersempit ruang lingkup penelitian untuk
melaksanakan atau menyelesaikannya. Ketika definisi sudah tepat, topik
penelitian diturunkan menjadi sebuah penelitian yang terkontrol.
Dapat disimpulkan bahwa, topik dan masalah itu mempunyai suatu
kemiripan. Keduanya sama-sama menjadi tolak ukur sebuah penelitian. Penelitian
tidak akan ada jika tidak ada masalah atau topik dari suatu kasus/isu yang sedang
terjadi di suatu lingkungan tertentu. Namun perbedaan diantara keduanya adalah,
topik itu masih secara umum dan masalah sudah lebih khusus. Jadi masalah
adalah turunan dari sebuah topik yang sudah dikhususkan dan dilakukan kajian
terlebih dahulu, apakah topik ini sesuai dengan masalah yang ada atau tidak.
Berikut adalah contoh kasus mengenai perbedaan antara Topik dan
Masalah Penelitian menurut Creswell:
Umum
Topik: Kelas Jarak Jauh
Masalah Penelitian: Kurangnya siswa peserta kelas jarak jauh
Tujuan Penelitian: Untuk meneliti mengapa siswa tidak
mengikuti pembelajaran (kelas) jarak jauh
Rumusan
Masalah:
Apakah
penggunaan
teknologi
web
menghambat peran serta siswa dalam mengikuti kelas jarak jauh?
Khusus
5
2.2
Kriteria Masalah Penelitian
Menurut Sukardi (2009), beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
memilih masalah penelitian adalah:
1.
Memiliki nilai penelitian: Masalah yang akan dipecahkan akan berguna
atau bermanfaat yang positif. Terutama jika bermanfaat bagi masyarakat
dan kepentingan bersama. Contoh, pengembangan ilmu pengetahuan
terkait pendidikan, maka hal tersebut akan digunakan oleh praktisi
pendidikan seperti guru, dosen, pengamat pendidikan, tutor, dan lainnya.
2.
Memiliki fisibilitas: Fisibilitas artinya masalah tersebut dapat dipecahkan
atau dijawab. Contoh, banyaknya siswa bahasa Inggris yang masih
mempunyai kekurangan dalam hal penguasaan kosa kata, maka peneliti
bisa mencari solusi tersebut dengan beberapa alternatif cara yang mampu
membuat siswa mempunyai penguasaan kosa kata yang lebih baik.
3.
Sesuai dengan kualitas peneliti: Sesuai dengan kualitas peneliti artinya
tingkat kesulitan masalah disesuaikan dengan tingkat kemampuan peneliti.
Contoh, dosen bahasa Inggris yang seharusnya meneliti terkait dunia
pendidikan khususnya bahasa Inggris dan hubungan dengan bidang
lainnya, tidak mengkaji masalah tax amnesty.
4.
Actual: Actual atau Up to date, artinya permasalahan yang akan diteliti
adalah fakta perilaku yang sedang “hangat” terjadi di tengah masyarakat.
Tentu saja aktualitas sebuah fakta perilaku akan selalu dinamis dan
berubah setiap periode waktu tertentu. Contoh, permasalahan perilaku seks
bebas remaja saat ini terasa lebih aktual dibandingkan perilaku agresif.
5.
Urgent: Urgent, artinya permasalahan yang diteliti haruslah sesuatu yang
“mendesak” untuk diteliti. Dengan kata lain jika tidak segera ditemukan
“jawabannya” akan dapat menimbulkan dampak-dampak negatif yang
dapat merugikan kehidupan manusia. Contoh, rendahnya motivasi belajar
siswa kelas 3 SMA. Jika tidak mencari teknik, metode atau pendekatan
6
yang dilakukan pada siswa kelas 3, maka angka siswa tidak lulus akan
meningkat.
Faktor lainnya yang perlu diperhatikan, adalah:
1. Adanya data dan metode untuk memecahkan masalah tersebut,
2. Batas-batas masalah yang jelas,
3. Adanya alat atau instrumen untuk memecahkannya,
4. Adanya biaya yang diperlukan, dan
5. Tidak bertentangan dengan hukum.
Banyak peneliti menemukan kesulitan dalam menentukan permasalahan
penelitian sehingga menghambat perkembangan kegiatan penelitian yang akan
dilakukan.
Pada
umumnya
keadaan
berikut
ini
bisa
menjadi
penuntun mewujudkan permasalahan:
1. Bila ada informasi yang mengakibatkan munculnya kesenjangan dalam
pengetahuan kita.
2. Bila ada hasil-hasil penelitian atau kajian yang bertentangan.
3. Bila ada suatu kenyataan dan kita bermaksud menjelaskan melalui
penelitian.
2.3 Sumber Masalah Penelitian
Menurut Arikunto (2002), penemuan masalah dan sumber-sumber masalah
juga dapat dilihat melalui beberapa hal, yaitu sebagai berikut:
1. Temuan dan rekomendasi penelitian: Masalah dapat ditelusuri dari hasil
penelitian orang lain. Sebuah penelitian memiliki bagian kesimpulan dan
saran, dari bagian inilah seorang peneliti menemukan masalah dengan
menganilisis adanya kemungkinan untuk melanjutkan penelitian tersebut
sebagai upaya untuk mengkaji hal-hal yang belum terungkap, mengulang
penelitian tersebut untuk memperkaya teori, dan hal-hal yang lain yang
mungkin ditemukan dari analisis hasil penelitian orang lain. Contoh, terdapat
penelitian yang mengkaji tentang pembelajaran bahasa Inggris dengan
7
konsentrasi pengembangan kosa kata melalui Spelling Bee untuk siswa SMP
kelas 7. Pada saat diaplikasi oleh guru kelas 7, ternyata hal tersebut kurang
sesuai dengan karakteristik siswa dan menganggap teknik tersebut terlalu
childish atau kekanak-kanakan. Maka guru tersebut, mencari hasil penelitian
lain sebagai acuan penelitian baru namun tetap bertolak ukur pada hasil
penelitian yang pertama.
2. Analogi: Analogi merupakan penemuan masalah dengan cara mengadaptasi
masalah dari suatu pengetahuan dan menerapkannya ke bidang pengetahuan
seorang peneliti baru, dengan adanya persyaratan bahwa kedua bidang
tersebut harus memiliki kesesuaian dalam hal-hal yang penting. Contoh,
dalam kurikulum 2013, terkenal istilah scientific approach atau pendekatan
saintifik. Pendekatan tersebut awalnya dikembangkan dalam pelajaran yang
berkonsentrasi pada bidang ilmiah (saintifik). Namun, hal itu diterapkan dan
dikembangkan dalam pelajaran bahasa baik bahasa Indonesia maupun bahasa
asing sesuai dengan langkah-langkah dalam pendekatan tersebut.
3. Renovasi: Renovasi juga merupakan sebuah metode menemukan masalah
penelitian yakni dengan cara mengganti suatu unsur teori, untuk
meningkatkan kebenaran suatu teori. Contoh, terdapat hasil penelitian yang
mengkaji tentang penggunaan role model atau bermain peran dalam
peningkatan kemampuan berbicara siswa kelas 7 SMP. Lalu seorang peneliti
berkeinginan untuk meningkatkan kebenaran teknik tersebut pada siswa kelas
8 SMP. Jika hasilnya menunjukkan ada pengaruh, maka teknik tersebut
mampu meningkatkan kebenaran dalam teori berdasarkan hasil penelitian
yang menjadi acuan.
4. Pengalaman: Pengalaman merupakan sumber pengenalan masalah yang
peling berguna bagi peneliti pemula dalam memulai penelitian, yakni
pengalaman mereka sendiri sebagai praktisi pendidikan. Banyak keputusan
yang harus diambil setiap waktu. Pengalaman seseorang merupakan sumber
yang baik sebagai permasalahan penelitian.
8
5. Literatur: Literatur adalah referensi yang digunakan sebagai cara untuk
menemukan masalah. Contoh literatur adalah seminar, diskusi, dokumen,
buku, jurnal, artikel, prosiding dan lainnya. Setelah membaca referensi
tersebut, lalu membandingkan dengan kenyataan yang ada dan ternyata
terjadi gap. Maka hal itu mampu memunculkan masalah untuk penelitian.
Stoner dalam Sugiyono (2014) juga mengemukakan bahwa masalahmasalah dapat diketahui atau dicari apabila terdapat hal-hal sebagai berikut:
1. Penyimpangan antara pengalaman dan kenyataan,
2. Antara apa yang direncanakan dengan kenyataan,
3. Adanya pengaduan, dan
4. Kompetisi.
Sependapat dengan pendapat diatas, Suryabrata (2006:3-6) berpendapat
bahwa terdapat dua jenis pendekatan yang mampu mendapatkan masalah
penelitian, yaitu:
1. Pendekatan Non-Ilmiah
a. Akal Sehat (common sense)
Akal sehat dan ilmu adalah dua hal yang berbeda sekalipun dalam batas
tertentu keduanya memgandung persamaan. Menurut Conant yang dikutip
Kerlinger (1986:4) akal sehat adalah serangkaian konsep (concepts) dan bagan
konseptual (conceptual schemes) yang memuaskan untuk penggunaan praktis bagi
kemanusiaan.
Konsep
adalah
kata
yang
menyatakan
abstraksi
yang
digeneralisasikan dari hal-hal yang khusus. Dapat disimpulkan bahwa akal sehat
banyak digunakan oleh orang awam dalam mempersoalkan suatu hal.
Walaupun akal sehat yang berupa konsep dan bagan konsep itu dapat
menunjukkan hal yang benar, namun dapat pula menyesatkan. Contoh, akal sehat
mengenai peranan hukum dan ganjarannya dalam pendidikan. Pada abad ke-19
menurut akal sehat yang diyakini oleh banyak pendidik hukuman adalah alat
9
trauma dalam pendidikan. Penemuan ilmiah ternyata membantah kebenaran akal
sehat tersebut. Hasil-hasil penelitian dalam bidang psikologi dan pendidikan
menunjukkan bahwa bukan hukuman yang merupakan alat utama dalam
pendidikan, melainkan ganjaran.
b. Prasangka
Pencapaian pengetahuan secara akal sehat diwarnai oleh kepentingan
orang yang melakukannya. Hal yang demikian itu menyebabkan akal sehat mudah
beralih menjadi prasangka. Dengan akal sehat orang cenderung mempersenpit
pengamatannya karena diwarnai oleh pengamatannya itu, dan cenderung
mengkambing hitamkan orang lain atau menyokong suatu pendapat. Orang sering
tidak mengendalikan keadaan yang juga dapat terjadi pada keadaan lain. Orang
sering cenderung melihat hubungan antara dua hal sebagai hubungan sebab-akibat
yang langsung dan sederhana, padahal sesungguhnya gejala yang diamati itu
merupakan akibat dari berbagai hal. Dengan akal sehat orang cenderung ke arah
perbuatan generalisasi yang terlalu luas, yang lalu merupakan prasangka. Contoh
dari sumber pengetahuan ini adalah penelitian tentang stereotip (streotype)
mengenai pendidikan.
c. Pendekatan Intuitif
Dalam pendekatan intuitif orang menentukan “pendapat” mengenai
sesuatu berdasarkan “pengetahuan” yang langsung atau didapat dengan cepat
melalui proses yang tidak disadari atau yang tidak dipikirkan lebih dahulu.
Dengan intuisi, orang memberikan penilaian tanpa didahului suatu renungan.
Pencapaian pengetahuan tersebut sukar dipercaya. Di sini tidak terdapat langkahlangkah yang sistematik dan terkendali (terkontrol). Metode ini biasa disebut
metode a priori, dengan penalaran, belum tentu cocok dengan pengalaman atau
data empiris. Contoh, seorang peneliti berpendapat bahwa teknik bercerita story
telling bagus untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa. Jika itu hanya
pendapat dan tidak dilakukan dengan penelitian. Maka hal itu hanyalah sebuah
pendapat yang tidak terbukti kebenarannya. Namun berbeda halnya dengan
10
mengaplikasikan teknik tersebut dikelas, maka hal itu bisa menjadi sebuah
pengalaman dan jika dikaji lebih lanjut bersistematik dan terkontrol maka itu bisa
menjadi sebuah hasil penelitian.
d. Penemuan Kebetulan dan Coba-coba
Sepanjang sejarah manusia penemuan secara kebetulan itu banyak terjadi,
dan banyak di antaranya yang sangat berguna. Misalnya, penemuan seorang
penderita malaria pada kolam berisi air pahit yang berasal dari kulit pohon kina
yang tumbang ke dalam parit. Walaupun penemuan secara kebetulan itu berguna,
namun penemuan tersebut bukan penemuan memalui pendekatan ilmiah.
Penemuan secara kebetulan diperoleh tanpa rencana, tidak pasti, serta tidak
melalui langkah-langkah yang sistematik dan terkendali.
Penemuan coba-coba (trial and error) diperoleh tanpa kepastian akan
diperolehnya suatu kondisi tertentu atau pemecahan suatu masalah. Usaha cobacoba pada umumnya merupakan serangkaian percobaan tanpa kesadaran akan
pemecahan tertentu. Pemecahan terjadi secara kebetulan setelah dilakukan
serangkaian usaha; usaha yang berikut biasanya agak lain, yaitu lebih maju,
daripada yang mendahuluinya. Penemuan secara kebetulan pada umumnya tidak
efisien dan tidak terkontrol.
e. Pendapat Otoritas Ilmiah dan Pikiran Kritis
Otoritas ilmiah adalah orang-orang yang biasanya telah menempuh
pendidikan formal tertinggi atau yang mempunyai pengalaman kerja ilmiah dalam
suatu bidang yang cukup banyak. Pendapat-pendapat mereka sering diterima
orang tanpa diuji, karena dipandang benar. Namun, pendapat otoritas ilmiah itu
tidak selamanta benar. Ada kalanya, atau bahkan sering, pendapat mereka itu
kemudian ternyata tidak benar, karena pendapat tersebut tidak diasalkan dari
penelitian, melainkan hanya didasarkan atas pemikiran logis. Kiranya jelas, bahwa
pendapat-pendapat sebagai hasil pemikiran yang demikian itu akan benar kalau
premis-premisnya benar.
11
2. Pendekatan Ilmiah
Pengetahuan yang diperoleh dengan pendekatan ilmiah diperoleh melalui
penelitian ilmiah dan dibangun di atas teori tertentu. Teori itu berkembang melalui
penelitian ilmiah, yaitu penelitian yang sistematik dan terkontrol berdasarkan atas
data empiris. Teori itu dapat diuji (dites) dalam hal keajegan dan kemantapan
internalnya. Artinya, jika penelitian ulang dilakukan orang lain menurut langkahlengkah yang serupa pada kondisi yang sama akan diperoleh hasil yang ajeg
(consistent), yaitu hasil yang sama atau hampir sama dengan hasil terdahulu.
Langkah-langkah penelitian yang teratur dan terkontrol itu telah terpolakan dan
sampai batas tertentu diakui umum. Pendekatan ilmiah akan menghasilkan
kesimpulan yang serupa bagi hampir setiap orang, karena pendekatan tersebut
tidak diwarnai oleh keyakinan pribadi, bias, dan perasaan. Cara penyimpulannya
pun tidak subjektif, melainkan objektif.
Sebagaimana
yang
dikemukakan
diatas,
Setyosari
(2010:5-11)
menyatakan bahwa dalam kehidupan sehari-hari manusia berhadapan dengan
berbagai sumber-sumber pengetahuan dalam upaya untuk mencari atau
memperoleh jawaban terhadap suatu persoalan yang dihadapi. Jawabannya dapat
berasal dari berbagai sumber pengetahuan yakni:
1.
Pengalaman (Experience)
Pengalaman pribadi setiap orang sangat beragam dan berbeda-beda.
Kadang kala dengan berbekal pengalaman pribadi ini atau pengalaman yang
diperoleh melalui interaksi dengan orang lain, seseorang memperoleh manfaat
darinya. Namun demikian, tidak semua bentuk pengalaman sesuai untuk
mengatasi masalah yang kita hadapi. Pemecahan masalah melalu pengalaman
pribadi setiap orang berbeda-beda. Walaupun objeknya sama dan ada
kemungkinan hal yang diamati itu berbeda. Contoh, pada saat guru mengajak
siswanya menyaksikan keindahan alam suatu danau. Mereka ada yang
menyaksikan keindahan alamnya, ada yang melihat kejernihan airnya, ada yang
melihat beberapa perahu yang berlayar, dan lainnya.
12
2.
Kewenangan (Authority)
Wewenang atau otoritas dimiliki oleh seseorang yang sudah memiliki
keahlian dalam bidang tertentu. Wewenang ini sering juga dipakai sebagai
pegangan oleh seseorang dalam suatu usaha memecahkan persoalan-persoalan
yang dihadapinya. Contoh, terjadinya kolosi dan korupsi di sebuah bank atau
perusahaan
yang sering mengundang perhatian publik. Hal tersebut perlu
pembuktian oleh akuntan.
3.
Berpikir Deduktif (Deductive Thinking)
Berpikir deduktif adalah proses berpikir yang didasarkan pada pernyataanpernyataan yang bersifat umum ke hal-hal yang bersifat khusus dengan
menggunakan logika tertentu. Cara berpikir ini dilandasi dengan suatu sistem
penyusunan fakta yang sudah diketahui lebih dulu untuk sampai pada kesimpulan
yang benar. Dasar-dasar berpikir yang dipakai adalah melalui serangkaian
pernyataan atau silogisme. Tiga dasar berpikir yaitu: (1) premis mayor atau dasar
pikiran utama mengandung suatu pernyataan umum dan universal. (2) premis
minor atau dasar pikiran kedua mengandung bagian dari premis utama.
Kebenarannya tergantung pada bagian premis utamanya. (3) kesimpulan dibuat
berdasarkan kebenaran-kebenaran dalam premis mayor dan minor.
Contoh silogisme,
a.
Premis mayor, planet-planet mengitari matahari
b.
Premis minor, bumi adalah termasuk sebuah planet
c.
Kesimpulan, bumi mengitari matahari
4.
Berpikir Induktif (Inductive Thinking)
Dalam berpikir induktif seseorang harus melakukan pengamatan atau
observasi sendiri, mencari fakta-fakta untuk mencapai suatu generalisasi. Cara
berpikir induktif berbeda dengan cara deduktif yang mendasarkan pada dasar
13
pikiran harus diketahui terlebih dahulu sebelum sampai pada kesimpulan yang
benar. Dalam berpikir induktif, kesimpulan akan tercapai dengan mengamati
contoh-contoh, fakta-fakta, gejala-gejala, atau objeknya. Induktif sempurna
dicapai dengan cara mengamati semua contoh-contoh yang dijadikan objek
peneyelidikan. Namun, tidaklah mungkin kita mengamati satu per satu setiap
gejala sehingga orang hanya mengamati sebagian kecil saja. Oleh karena itu,
kesimpulan yang dicapai dikatakan sebagai induksi tidak sempurna. Contoh,
a. Setiap harimau yang diamati bertaring.
b. Hariamu dan kambing adalah binatang menyusui.
c. Oleh sebab itu, kambing adalah binatang bertaring.
Kesimpulan diatas salah, karena antara kambing dan harimau, walaupun
keduanya adalah binatang menyusui, tidak saling berhubungan karena kambing
bukan binatang bertaring. Agar mendapatkan kesimpulan yang baik dan
sempurna, fakta-fakta khusus yang diamati dan dikumpulkan benar-benar
berkaitan. Fakta khusus ini menjadi data pendukung agar sampai pada
pengambilan kesimpulan yang benar. Oleh karena itu, kesimpulan yang dicapai
sebagai induksi sempurna.
5.
Berpikir Ilmiah (Scientific Thingking)
Proses berpikir ilmiah adalah proses melakukan penalaran (reasoning)
terhadap suatu hal sesuai dengan prosedur-prosedur ilmiah. Pendekatan ilmih ini,
dalam penelitian, biasanya dilukiskan sebagai suatu proses dimana peneliti secara
induktif melakukan pengamatan dan kemudian menyusun hipotesis. Pendekatan
ilmiah menuntut langkah-langkah secara sistematis, objektif, terukur, teramati
(empiris) dan analisis. Atas dasar analisis inilah, seseorang dapat membuat
keputusan untuk menerima atau menolak hipotesis.
14
2.4
Identifikasi, Pemilihan dan Perumusan Masalah Penelitian
2.4.1
Identifikasi Penelitian
Menurut Notohadiprawiro (2006), identifikasi masalah merupakan upaya
untuk mengelompokkan, mengurutkan sekaligus memetakkan masalah-masalah
tersebut secara sistematis berdasarkan keahlian bidang peneliti. Bila daftar
pertanyaan telah dibuat dan disusun sesuai urutan yang paling mendasar, maka
perlu dipilih dan ditemukan (identifikasi) masalah yang layak untuk dilakukan
penelitian dan dicari jawabannya. Layak tidaknya suatu masalah yang diteliti
tergantung ketajaman dan kemandirian (kepekaan, kesiapan dan ketekunan)
peneliti yang bersangkutan. Identifikasi masalah perlu memperhatikan apakah
masalah/ fokus yang dipilih cukup: (1) esensial/ menduduki urutan paling penting
diantara masalah-masalah yang ada, (2) urgen/ mendesak untuk dipecahkan, (3)
bermanfaat bila dipecahkan.
2.4.2
Pemilihan Masalah Penelitian
Setelah masalah diidentifikasi, belum merupakan jaminan bahwa masalah
tersebut
layak
dan
sesuai
untuk
diteliti.
Biasanya,
dalam
usaha
mengidentifikasikan atau menemukan masalah penelitian ditemukan lebih dari
satu masalah. Dari masalah-masalah tersebut perlu dipilih salah satu, yaitu mana
yang paling layak dan sesuai untuk diteliti. Jika yang ditemukan sekiranya hanya
satu masalah, masalah tersebut juga harus dipertimbangkan layak dan tidaknya
serta sesuai dan tidaknya untuk diteliti. Menurut Suryabrata (2006:15-17),
terdapat dua arah yang digunakan untuk memilih atau menentukan apakah suatu
masalah layak dan sesuai untuk diteliti, yaitu:
1. Pertimbangan dari Arah Masalahnya
Yakni membuat pertimbangan-pertimbangan dari arah masalahnya atau
sudut objektifnya. Dari sudut ini, pertimbangan akan dibuat atas dasar sejauh
mana penelitian mengenai masalah yang bersangkutan itu akan memberi sumber
kepada pengembangan teori dalam bidang yang bersangkutan dengan dasar teori
penelitiannya dan pemecahan masalah-masalah praktis. Layak atau tidaknya akan
15
berbeda dalam konteks tertentu. Untuk itu, tidak ada kriteria dan keputusan akan
tergantung pada ketajaman calon peneliti untuk melakukan evaluasi secara kritis,
menyeluruh, dan mengjangkau ke depan.
2. Pertimbangan dari Arah Calon Peneliti
Dari segi subjektif, yaitu pertimbangan dari arah calon peneliti, perlu
dipertimbangkan apakah masalah itu sesuai dengan calon peneliti. Sesuai atau
tidaknya suatu masalah untuk diteliti tergantung pada apakah masalah tersebut
manageable (bisa dikelola) atau tidak oleh calon peneliti. Manageability
(pengelolaan) itu terutama dilihat dari lima aspek, yaitu:
a. Biaya yang tersedia,
b. Waktu yang dapat digunakan,
c. Alat-alat dan perlengkapan yang tersedia,
d. Bekal kemampuan teoritis, dan
e. Penguasaan metode yang diperlukan.
Setiap calon peneliti perlu menanyakan kepada diri sendiri apakah masalah
yang akan diteliti sesuai baginya, dilihat dari kelima aspek diatas. Jika sekiranya
tidak, sebaiknya dipilih masalah lain, atau masalah itu dimodifikasi, sehingga
sesuai dengan dirinya.
Hal ini dipertegas oleh Notohadiprawiro (2006) yang mengatakan bahwa
beberapa pertimbangan dalam pemilihan masalah diuraikan menjadi 3 hal yaitu:
1. Pertimbangan Ilmiah: (a) apakah masalah tersebut dapat diteliti secara
ilmiah? Yaitu masalah yang realitasnya dapat diamati dan datanya tersedia
dan dapat dikumpulkan. (b) Apakah masalah tersebut memberikan
manfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan? (c) Dengan metode
bagaimana masalah dapat diteliti?
16
2. Pertimbangan Non-Ilmiah: (a) Apa manfaat hasil penelitian bagi
kepentingan praktis atau masyarakat? (b) Apakah masalah terlalu peka
untuk diteliti?
3. Pertimbangan Peneliti: (a) Penguasaan teori dan metodologi. (b) Minat
peneliti terhadap masalaah. (c) Kemampuan pengumpulan dan analisis
data. (d) Ketersediaan waktu, dana dan sumberdaya.
2.4.3
Perumusan Masalah Penelitian
Setelah mengidentifikasi dan menganalisis masalah, langkah selanjutnya
yang harus dilakukan oleh peneliti adalah merumuskan masalah. Membuat
rumusan masalah menjadi langkah penting dalam sebuah penelitian. Karena
mampu menentukan langkah-langkah berikutnya. Masalah yang dirumuskan
secara baik menjadikan masalah itu dapat diteliti (researchable).
Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merumuskan
masalah penelitian seperti yang dikatakan oleh Hanafi (2007:31) yaitu sebagai
berikut.
1. Masalah dirumuskan dalam bentuk kalimat Tanya, misalnya dengan
menggunakan kata “apakah” atau “bagaimanakah”.
2. Rumusan masalah dapat diuji secara kuantitatif atau kualitatif.
3. Perumusan masalah hendaknya memberi petunjuk cara pemecahannya.
Sependapat dengan pendapat diatas, Suryabrata (2006:17), tidak ada
aturan umum mengenai cara merumuskan masalah itu, namun daoat disarankan
hal-hal berikut ini:
1.
Masalah hendaknya dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya,
2.
Rumusan itu hendaknya padat dan jelas,
17
3.
Rumusan itu hendaklah memberikan petunjuk tentang mungkinnya
mengumpukan data guna menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
terkandung dalam rumusan itu.
Selain mengetahui hal-hal apa saja yang harus diperhatikan dalam
perumusan masalah penelitian, calon peneliti juga harus mengetahui beberapa
bentuk rumusan masalah penelitian yang diungkapkan oleh Sugiyono (2014)
yaitu:
1) Rumusan Masalah Deskriptif
Rumusan masalah deskriptif adalah suatu rumusan masalah yang
berkenaan dengan pertanyaan terhadap keberadaan variabel mandiri, baik hanya
pada satu variabel atau lebih (variabel yang berdiri sendiri). Jadi dalam penelitian
ini peneliti tidak membuat perbandingan variabel itu pada sampel yang lain, dan
mencari hubungan variabel itu dengan variabel lain. Penelitian seperti ini
dinamakan penelitian deskriptif.
Contoh rumusan masalah deskriptif diantaranya sebagai berikut.
a) Seberapa baik kinerja Kabinet Bersatu?
b) Bagaimanakah sikap masyarakat terhadap perguruan tinggi negeri
Berbadan Hukum?
c) Seberapa tinggi tingkat kepuasan dan apresiasi masyarakat
terhadap pelayanan pemerintah daerah bidang kesehatan?
Dari beberapa contoh di atas terlihat bahwa setiap pertanyaan penelitian
berkenaan dengan satu variabel atau lebih secara mandiri.
2) Rumusan Masalah Komparatif
Rumusan masalah komparatif adalah rumusan masalah penelitian yang
membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau lebih sampel
yang berbeda, atau pada waktu yang berbeda. Contoh rumusan masalahnya adalah
sebagai berikut.
18
a) Adakah perbedaan kualitas manajemen antara Bank Swasta dan
Bank Pemerintah?
b) Adakah perbedaan kenyamanan naik Kereta Api dan Bus menurut
berbagai kelompok masyarakat?
c) Adakah kesamaan cara promosi antara perusahaan A dan B?
Dari beberapa contoh di atas terlihat jelas bahwa setiap pertanyaan di
dalam rumusan masalah komparatif membandingkan satu variabel atau lebih pada
dua sampel yang berbeda atau lebih.
3) Rumusan Masalah Assosiatif
Rumusan masalah assosiatif adalah rumusan masalah penelitian yang
bersifat menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih. Terdapat tiga
bentuk hubungan yaitu:
a. Hubungan simentris: yaitu suatu hubungan antara dua variabel atau lebih
yang kebetulan muncul bersama. Contoh rumusan masalahnya:
-
Adakah hubungan antara banyaknya semut di pohon dengan tingkat
manisnya buah?
-
Adakah hubungan warna rambut dengan kemampuan memimpin?
b. Hubungan Klausal: yaitu suatu hubungan yang bersifat sebab akibat. Jadi
disini ada variabel independen (variabel yang mempengaruhi) dan
dependen (variabel yang dipengaruhi). Contoh rumusan masalahnya:
-
Adakah pengaruh sistem penggajian terhadap prestasi kerja?
-
Seberapa besar pengaruh kurikulum, media pendidikan, dan kualitas
guru terhadap kualitas SDM yang dihasilkan dari suatu sekolah?
c. Hubungan Interaktif/timbal balik: yaitu suatu hubungan yang saling
mempengaruhi. Di sini tidak diketahui mana variabel independen dan
variabel dependen. Contoh rumusan masalahnya:
19
-
Bagaimanakah hubungan antara motivasi dan prestasi?
-
Bagaimanakah hubungan antara kecerdasan dan kekayaan?
Setelah paham semua hal tentang perumusan masalah, Moeleong
(2006:114-119) mengemukakan bahwa langakah-langkah perumusan masalah
adalah sebagai berikut:
a. Tentukan fokus penelitian.
b. Cari berbagai kemungkinan faktor yang ada kaitannya dengan fokus
tersebut yang dalam hal ini dinamakan sub fokus.
c. Diantara faktor-faktor yang terkait, adakan pengkajian mana yang
sangat menarik untuk ditelaah, kemudian tetapkan mana yang dipilih.
d. Kaitkan secara logis faktor-faktor sub fokus yang dipilih dengan fokus
penelitian.
2.4.4 Model Perumusan Masalah Penelitian
Model 1: Penelitian Kualitatif
Pengaruh Handphone Terhadap Prestasi Belajar Siswa SMK Negeri 2
Depok
Latar Belakang: Kemajuan teknologi ibarat pisau bermata dua, di satu
sisi ada manfaat yang dapat mempermudah dan memberikan kenyamanan dalam
kehidupan kita, namun di sisi lain, jika tidak diwaspadai kemajuan teknologi akan
menjerumuskan kita pada kemadharatan. Salah satu contohnya adalah handphone.
Disamping harga yang ditawarkan cukup terjangkau, berbagai fitur handphone
juga diberikan sebagai penunjang majunya teknologi.Namun terkadang juga
handphone dapat mengganggu atau memiliki beberapa hal negatif diantaranya
tempat untuk menyimpan gambar-gambar porno,atau menggunakan handphone
saat tengah diadakan proses belajar yang dapat mengganggu siswa atau perhatian
dan minat mereka dalam belajar menjadi berkurang di karenakan mereka lebih
sibuk untuk saling berkiriman pesan. Contoh lain yang lebih berpengaruh dalam
20
penggunaan handphone terhadap siswa pada saat belajar, para siswa kebanyakan
rela mengacuhkan pelajaran hanya demi untuk bisa smsan ataupun mendengarkan
mp3.Atas dasar itulah dalam penulisan karya tulis ini, penulis mengambil tema
sosial yang berguna untuk memberikan informasi pada semua dan memberikan
judul “Pengaruh Handphone Terhadap Prestasi Belajar Siswa SMK Negeri 2
Depok”.
Identifikasi Masalah: (a) Banyaknya remaja yang kurang memperhatikan
prestasinya di karenakan kecanduan handphone. (b) Dampak psikologi yang
dialami remaja akibat sering bermain handphone. (c) Perilaku dan sikap yang
berubah ketika sudah kecanduan bermain handphone.
Batasan Masalah: Dalam penelitian ini, peneliti membatasi pada
Pengaruh Handphone Terhadap Prestasi Belajar Siswa SMK Negeri 2 Depok.
Rumusan Masalah: (a) Seberapa besar pengaruh handphone terhadap
prestasi belajar Siswa di SMK Negeri 2 Depok ? (b) Bagaimana cara mengatasi
masalah kecanduan handphone untuk para siswa ?
Model 2: Penelitian Kuantitatif
Pengaruh Game Online dengan Motivasi Belajar Mahasiswa Fakultas
Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta.
Latar Belakang: Sekarang ini banyak kita jumpai warung internet
(warnet) dikota ataupun di desa-desa dan mereka memfasilitasi akan adanya game
online tersebut. Dalam perspektif sosiologi orang yang menjadikan game online
sebagai candu, cenderung akan menjadi egosentris dan mengedepankan
individualis. Hal ini berbahaya bagi kehidupan sosial individu tersebut, mereka
dengan sendirinya menjauh dari lingkungan sekitar dan dimungkinkan akan
memarjinalkan diri sehingga beranggapan bahwa kehidupanya adalah di dunia
maya dan lingkungannya sosialnya hanya pada dimana tempat dia bermain game
tersebut. Problematika motivasi belajar pada peserta didik sekarang ini semakin
kompleks termasuk candu game online yang berkembang pada dinamika
21
masyarakat kita khususnya Indonesia. Paradigma dalam sebuah perkembangan
tekhnologi adalah untuk membantu dan menstimulus motivasi belajar baik aspek
kognitif maupun psikomotor para peserta didik di era modernisasi sekarang.
Tetapi faktanya perkembangan tekhnologi dan adanya game online membuat arus
balik sehingga mayoritas para pecandu game online menurunkan motivasi belajar
mereka. Termasuk peserta didik (mahasiswa) di Fakultas Ilmu Sosial Universitas
Negeri Yogyakarta.
Identifikasi Masalah: (a) Intensitas bermain game online dapat
mempengaruhi motivasi belajar. (b) Domisili setiap orang tidak mempagaruhi
motivasi belajar terkait dengan candu game online dan (c) Peserta didik
mengalami kesulitan dalam membangun motivasi belajar
Batasan Masalah: (a) Intensitas bermain game online mahasiswa
terhadap motivasi belajarnya. (b) Pengaruh lingkungan sosial game center
terhadap motivasi belajar mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri
Yogyakarta.
Rumusan Masalah: (a) Bagaimana pengaruh intensitas bermain game
online terhadap motivasi belajar mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial Universitas
Negeri Yogyakarta? (b) Bagaimana pengaruh lingkungan sosial game center
terhadap motivasi belajar mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri
Yogyakarta?
22
BAB III
KESIMPULAN
Dalam melakukan suatu penelitan ada beberapa hal yang harus
diperhatikan. Pertama kita harus mengetahui masalah yang ingin di teliti. Sesuatu
disebut sebagai masalah jika itu nyata, dapat dirasakan dan membutuhkan
pemecahan masalah. Jika tidak membutuhkan solusi, maka itu tidak bisa menjadi
masalah. Masalah akan mucul jika tidak adanya kesesuaian antara kenyataan dan
harapan dan yang tersedia dan yang diperlukan.
Dalam penemuan masalah ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan
yaitu, memiliki nilai pendidikan, memiliki fisibilitas, sesuai dengan kualitas
peneliti, actual, dan urgent. Sedangkan sumber-sumber masalah yang ingin dicari
bisa dilihat melalui temuan dan rekomendasi penelitian, analogi, renovasi,
pengalaman, serta literature. Sumber masalah didapat melalui pendekatan non
ilmiah yang berupa: akal sehat; prasangka; pendekatan intuitif; penemuan
kebetulan dan coba-coba; pendapat otoritas ilmiah dan pikiran kritis, dan
pendekatan ilmiah yang berupa: pengalaman; kewenangan; berpikir deduktif;
berpikir induktif dan berpikir ilmiah.
Setelah mengetahui sumber masalah langkah selanjutnya mengidentifikasi
masalah, memilih dan merumuskan masalah penelitian. Identifikasi masalah
merupakan upaya untuk mengelompokkan, mengurutkan sekaligus memetakkan
masalah-masalah tersebut secara sistematis berdasarkan keahlian bidang peneliti.
Pertimbangan memilih masalah yaitu dari arah masalahnya dan
pertimbangan dari arah calon peneliti. Pertimbangan dalam penelitian masalah
diuraikan menjadi tiga hal yaitu pertimbangan ilmiah, pertimbangan non ilmiah
dan pertimbangan peneliti. Setelah mengidentifikasi dan menetapkan masalah
langkah selanjutnya yaitu merumuskan masalah. Dalam merumuskan masalah
terdapat beberapa bentuk yaitu rumusan masalah deskriptif, rumusan masalah
komparatif, dan rumusan masalah assosiatif.
23
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2002. Prosedur Suatu Penelitian: Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta.
Creswell, John W. 2012. Educational Research. Boston: Pearson Education, Inc.
Fergiyono, Nico. 2013. Contoh Proposal Penelitian Kuantitatif.
http://nicofergiyono.blogspot.co.id/2013/11/contoh-proposal-penelitiankuantitatif.html. (Diakses pada 21 September 2016 pukul 20:45).
Gay, R.L, Mills, E.G, and Airasian, Peter. 2012. Educational Research
(Competencies for Analysis and Applications). Pearson Education.
Hanafi, Abdul Halim. 2007. Metodelogi Penelitian Bahasa. Batusangkar: STAIN
Batu Sangkar Press.
Kerlinger., Fred N. 2002. Foundation of Behavioral Research. 3th Ed. New
Jersey: Holt, Rinehart and Winston Publishing Co.
Moeleong, J. Lexy. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Notohadiprawiro, T. 2006. Metode Penelitian dan Penulisan Ilmiah. Yogyakarta:
Universitas Gajah Mada.
Septiarini, Anisa. 2015. Proposal Karya Ilmiah “Pengaruh Handphone terhadap
Prestasi Belajar Siswa SMK Negeri 2 Depok”.
http://abisaseptiarini.blogspot.co.id/2015/03/proposal-karya-ilmiahpengaruh.html. (Diakses pada 22 September 2016 pukul 09:45).
Setyosari, Punaji. 2010. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Sugiyono.2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sukardi. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan, Kompetensi dan Praktiknya.
Jakarta: Bumi Aksara.
Suryabrata, Sumadi. 2006. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Suryabrata, I. 2000. Langkah-Langkah Penelitian.
http://ibnurusdi.wordpress.com. (Diakses pada 17 September 2016 pukul 13.25).
24
Download