BAB I TINJAUAN TEORI 1.1 Konsep Dasar Kebutuhan Eliminasi 1.1.1 Pengertian Eliminasi merupakan proses pembuangan sisa – sisa metabolisme tubuh. Pembuangan ini dapat melalui urine ataupun bowel (Wartonah, 2012). Eliminasi merupakan pengeluaran cairan. Proses pengeluaran ini sangat bergantung pada fungsi – fungsi organ eliminasi urine seperti ginjal, ureter, bladder, dan uretra (Wartonah, 2014). Gangguan eliminasi merupakan keadaan ketika individu mengalami atau berisiko mengalami disfungsi eliminasi (Carpenito, 2013). 1.1.2 Etiologi 1. Trauma sumsum tulang belakang 2. Tekanan uretra yang tinggi disebabkan oleh otot detrusor yang lemah 3. Sfingter yang kuat 4. Sumbatan (striktur uretra dan pembesaran kelenjar prostat) 5. Operasi pada daerah abdomen bawah 1.1.3 Fisiologis 1. Ginjal Ginjal merupakan organ retroperitoneal yang berperan sebagai pengatur komposisi dan volume cairan dalam tubuh serta penyaring darah untuk dibuang dalam bentuk urine sebagai zat sisa yang tidak diperlukan oleh tubuh dan menahannya agar tidak bercampur dengan zat – zat yang tidak diperlukan oleh tubuh. Pada bagian ginjal terdapat nefron yang merupakan unit dari struktur ginjal dan melalui nefron ini urine disalurkan ke dalam bagian pelvis ginjal, kemudian disalurkan melalui ureter ke kandung kemih. 1 2. Kandung kemih Kandung kemih merupakan kantong yang terdiri atas otot halus yang berfungsi menampung urine. Dalam kandung kemih terdapat lapisan jaringan otot yang paling dalam disebut dekstrusor, berfungsi mengeluarkan urine bila terjadi kontraksi. Dalam kandung kemih juga terdapat lapisan tengah jaringan otot berbentuk lingkaran bagian dalam yang disebut otot lingkar yang berfungsi menjaga saluran antara kandung kemih dengan uretra, sehingga uretra dapat menyalurkan urien dari kandung kemih ke luar tubuh. 3. Uretra Uretra merupakan oragan yang berfungsi menyalurkan urine ke bagian luar. Fungsi uretra pada wanita berbeda dengan fungsi uretra pada pria. Pada pria uretra digunakan sebagai tempat pengaliran urine dan sistem reproduksi, berukuran panjang 13,7 – 16,2 cm, dan terdiri atas tiga bagian, yaitu prostat, selaput (membran) dan bagian yang berongga (ruang). Pada wanita, uretra memiliki panjang 3,7 – 6,2 cm dan hanya berfungsi sebagai tempat menyalurkan urine ke bagian luar tubuh. Berkemih adalah proses pengosongan vesika urinaria (kandung kemih). Proses ini dimulai dengan terkumpulnya urine dalam vesika urinaria yang merangsang saraf – saraf sensorik dalam dinding vesika urinaria (bagian reseptor). Mekanisme berkemih terjadi karena vesika urinaria berisi urine yang dapat menimbulkan rangsangan, melalui medula spinalis dihantarkan ke pusat pengontrol berkemih yang terdapat di korteks serebral, kemudian otak memberikan impuls / rangsangan melalui medulla spinalis ke neuromotoris di daerah sakral, serta terjadi koneksasi otot detrusor dan relaksasi otot sfingter internal. Komposisi urine 1. Air (96 %) 2. Larutan (4 %) a. Larutan organik Urea, ammonia, kreatin, dan urine acid. b. Larutan anorganik Natrium (sodium), klorida, kalium (potasium), sulfat, magnesium dan fosfor. Natrium klorida merupakan garam anorganik yang paling banyak. 2 1.1.4 Klasifikasi Pada kebutuhan eliminasi urine, masalah yang ada diantaranya : 1. Retensi Urine Retensi urine merupakan penumpukan urine dalam kandung kemih akibat ketidakmampuan kandung kemih untuk mengosongkan isinya, sehingga menyebabkan distensi dari vesika urinaria. 2. Inkontinensia Dorongan Inkontinensia dorongan merupakan keadaan dimana seseorang mengalami pengeluaran urine tanpa sadar, terjadi segera setelah merasa dorongan yang kuat untuk berkemih. 3. Inkontinensia Total Inkontinensia total merupakan keadaan dimana seseorang mengalami pengeluaran urine yang terus menerus dan tidak dapat diperkirakan 4. Inkontinensia Stress Inkontinensia stress merupakan keadaan seseorang yang mengalami kehilangan urine kurang dari 50 ml, terjadi dengan peningkatan tekanan abdomen. 5. Inkontinensia Refleks Inkontinensia refleks merupakan keadaan dimana seseorang mengalami pengeluaran urine yang tidak dirasakan, terjadi pada interval yang dapat diperkirakan bila volume kandung kemih mencapai jumlah tertentu. 6. Enuresis Enuresis merupakan ketidaksanggupan menahan kemih (mengompol) yang diakibatkan tidak mampu mengontrol sfingter eksterna. Ini banyak terjadi pada anak atau orang jompo, umumnya pada malam hari. 1.1.5 Manifestasi Klinis 1. Ketidaknyamanan daerah pubis 2. Distensi vesika urinaria 3. Ketidaksanggupan untuk berkemih 4. Sering berkemih saat vesika urinaria berisi sedikit urine (25 - 50 ml) 5. Meningkatnya keresahan dan keinginan untuk berkemih 6. Ketidakseimbangan jumlah urine yang dikeluarkan dengan asupannya 3 1.1.6 Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan IVP (Intravenous pyelogram) Dengan membatasi jumlah asupan dapat memengaruhi produksi urine 2. Pemeriksaan urine (urinalisis) Warna (N : jernih kekuningan) Penampilan (N : jernih) Bau (N : beraroma) PH (N : 4,5 – 8,0) Berat jenis (N : 1,005 – 1.030) Glukosa (N : negatif) Keton (N : negatif) 3. Kultur urine (N : kuman patogen negatif) 1.1.7 Penatalaksanaan 1. Monitor atau observasi perubahan faktor, tanda gejala terhadap masalah perubahan eliminasi urine dan inkontinensia 2. Monitor terus perubahan retensi urine 3. Lakukan kateterisasi urine 4. Kurangi faktor yang memengaruhi / penyebab masalah 4 1.2 Tinjauan Asuhan Keperawatan 1.2.1 Pengkajian 1.2.1.1 Anamnesa 1. Kebiasaan berkemih 1) Bagaimana kebiasaan berkemih? 2) Adakah hambatan? 3) Apakah frekuensi berkemih bergantung pada kebiasaan atau kesempatan? 2. Pola berkemih 1) Frekuensi, berapa kali individu berkemih dalam waktu 24 jam? 2) Urgensi, sering ke toilet karena takut mengalami inkontinensia jika tidak berkemih? 3) Disruria, adakah rasa sakit saat berkemih atau kesulitan untuk berkemih? 4) Poliuria, apakah urine yang keluar berlebihan, tanpa ada peningkatan masukan cairan? 5) Urinaria supresi, apakah saat berkemih keadaan produksi urine yang berhenti mendadak? 6) Volume urine, berapa banyak jumlah urine yang dikeluarkan dalam waktu 24 jam? 7) Keadaan urine, bagaimana warna, bau, kejernihan dan adakah darah yang keluar saat berkemih? 1.2.1.2 Pemeriksaan Fisik 1) Abdomen Pembesaran, pelebaran pembuluh darah vena, distensi bladder, pembesaran ginjal, nyeri tekan, tenderness, bising usus 2) Genetalia wanita Inflamasi, nodul, lesi, adanya sekret dari meatus, keadaan atropi jaringan vagina. 3) Genetalia laki – laki Kebersihan, adanya lesi, tenderness, adanya pembesaran skrotum 5 1.2.2 Rencana Asuhan Keperawatan 1.2.2.1 Diagnosa Keperawatan NANDA Gangguan Eliminasi Urine 00016 Definisi : Disfungsi eliminasi urine BatasanKarakteristik Anyang – anyangan Disuria Dorongan berkemih Inkontinesia Inkontinensia urine Nokturia Retensi urine Sering berkemih Faktor yang berhubungan Gangguan sensori motorik Infeksi saluran kemih Obstruksi anatomik Penyebab multipel 1.2.2.2 Intervensi dan Rasional NOC ELIMINASI URINE 0503 Definisi: Pengumpulan dan pembuangan urine 13 Sangat terganggu Besarly Compromised Cukup terganggu Sedikit terganggu Tidak terganggu SKALA OUTCOME KESELURUHAN 1 2 3 4 5 050301 Pola eliminasi 1 2 3 4 5 NA 050302 050303 050304 050306 050307 050313 Bau urine Jumlah urine Warna urine Kejernihan urine Intake urine Mengosongkan kantong sepenuhnya Mengenali keinginan berkemih kemih 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 NA NA NA NA NA NA untuk 1 2 3 4 5 NA 050314 SKALA OUTCOME KESELURUHAN 050305 050329 050309 050330 050310 050331 050311 050332 050333 050312 050334 050335 050336 Partikel-partikel; urine terlihat Darah terlihat dalam urine Nyeri saat kencing Rasa terbakar saat berkemih Ragu untuk berkemih Frekuensi berkemih Keinginan mendesak untuk berkemih Potensi urine Nokturia Inkontinensia urine Stres inkontinensia Inkontinesia berkemih Inkontinensia fungsional Berat Cukup berat Sedang Ringan Tidak ada 1 2 3 4 5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 6 NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NIC ManajemenEliminasiPerkemihan Definisi :pemeliharaanpolaeliminasiurin yang optimal 0590 Aktivitas – aktivitas Monitor eliminasitermasukfrekuensi, konsistensi, bau, volume, danwarna Pantautandadangejalaretensiurin Identifikasifaktor-faktor yang berkontribusiterhadapterjadinyainkontinesia Ajarkanpasienmengenaitandadangejalainfeksisalurankemih Catatwaktueliminasiurinterakhir Anjurkanpasien/keluargautukmencatatoutput urin, yang sesuai Masukkansupositoriauretra, dangantepat Dapatkan specimen urinpancarantengah, dengantepat Rujukkedokterjikatandadangejalainfeksisalurankemihterjadi Ajarkanpasienuntukmendapatkan specimen urinpancarantengahpadatandapertamadarikembalinyatandadangejalainfeksi Instruksikanuntuksegerameresponkeinginanmendesakuntukberkemih Ajarkanpasienuntukminum 8 gelasperharipadasaatmakan, diantara jam makandan sore hari Bantu pasienuntukmengembakanrutinitaseliminasidengantepat Anjurkanpasienuntukmengosongkankandungkemihsebelum (pelaksanaan) prosedur yang relevansi Catawaktuberkemihpertamasetelahprosedur, dengantepat Batasicairan, sesuaikebutuhan Anjurkanpasienuntukmemantautanda-tandadangejalainfeksisalurankemih 1.2.3 Evaluasi Berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan pada asuhan keperawatan yang dilakukan dan kriteria hasil, yaitu kebutuhan eliminasi pasien terpenuhi, dan pasien mengatakan tidak ada keluhan saat buang air kecil. 7 DAFTAR PUSTAKA Alimul Aziz 2015.kebutuhan dasar manusia jakarta.Salemba Medika Carpenito LJ 20214.nursing diagnosis:Aplication to clinical practice,(edisi9),philadelphia,lippincott Wartonah Tarwoto.2012.Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan ,jakarta.Salemba Medika 8