MATERI AKIDAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH DALAM PERSPEKTIF HADIS TARBAWI MAKALAH Diajukan Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Ke-Islam-an dalam Program Pra Pasca Dosen Pengampu: Dr. H. Maslani, M.Ag. Dr. H. Tarsono, M.Pd. Disusun oleh: KELOMPOK 3 - Ayi Sasmita Devi Nur Aeni Rijki Ramdani Risma Samrotunnajah Sani Fajar Ilhami Yadi Mulyadi PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG 2019 M/1440 H KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt. yang telah memberikan kemudahan dalam menyelesaikan tugas ini. Sholawat beserta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah saw., keluarganya, sahabat, tabi’in, itbatabi’in dan kepada kita sebagai umatnya yang semoga mendapatkan syafa’at darinya, Aamiin. Kami bersyukur, karena telah menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Penyusunan makalah ini untuk memenuhi tugas keIslaman program pascasarjana mengenai “Hadis Tarbawi”. Kami mengucapkan terimakasih kepada bapak Dr. H. Maslani, M.Ag. dan Dr. H. Tarsono, M.Pd. yang telah membimbing kami dalam penyusunan makalah ini serta rekan-rekan yang telah berpartisipasi dalam menyelesaikan revisi makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, kami menerima kritik dan saran agar penyusunan selanjutnya menjadi lebih baik. Untuk itu kami mengucapkan terimakasih dan semoga makalah ini bemanfaat bagi pembaca. Bandung, 20 Agustus 2019 Tim Penyusun i DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ............................................................................................. i DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 3 A. Latar Belakang Masalah .............................................................................. 3 B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 5 C. Tujuan Penulisan Makalah .......................................................................... 5 D. Manfaat Penulisan Makalah ........................................................................ 6 E. Sistematika Penulisan Makalah ................................................................... 6 BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 7 A. Akidah dalam Islam .................................................................................... 7 1. Pengertian Akidah dalam Islam ........................................................... 7 2. Nama-Nama lain Akidah dalam Islam ................................................ 7 B. Materi Akidah dalam Pendidikan Agama Islam di Sekolah ..................... 10 C. Hubungan Materi Akidah dengan Hadis Tarbawi..................................... 13 BAB III PENUTUP .............................................................................................. 18 A. Simpulan.................................................................................................... 18 B. Saran .......................................................................................................... 19 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 20 ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam datang membawa Akidah tauhid, melepaskan manusia dari keterikatan kepada berhala, serta benda-benda lain sebagai makhluk Allah SWT. Akidah membawa manusia kepada kebebasan dari segala ketergatungan kepada apapun, menuju ketundukan kepada Allah SWT. Penanaman Akidah ini dilakukan oleh Rasulullah SAW, namun pada mulanya hanya sebagian kecil yang mampu melepaskan budaya nenek moyangnya, berani mengingkari leluhur mereka, dan menuju keyakinan baru “Akidah Islam”. Semua utusan Allah membawa pesan yang sama yakni tauhid bahwa tidak ada Tuhan selain Allah. Selain para ulama, andil orang tua tak kalah penting dalam membentuk pribadi muslim sejak dini. Orang tua sebagai seorang muslim haruslah memiliki Akidah yang kuat dan berkualitas, serta memahami materi dan metode penyampaiannya, sehingga orang tua dapat membekali anak-anaknya dengan keilmuan yang didukung oleh keyakinan yang kuat dan tepat, sehingga terbentuk kepribadian muslim sejati. Pada hakikatnya pendidikan adalah usaha untuk mempersiapkan anak didik agar mampu hidup secara mandiri dan mampu melaksanakan tugas-tugas hidupnya dengan sebaik-baiknya. Orang tua memiliki kepentingan untuk mewariskan nilai, norma hidup dan kehidupan generasi penerusnya. Pendidikan merupakan proses perubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan; proses, perbuatan dan cara mendidik. Aktivitas kependidikan Islam timbul sejak adanya manusia itu sendiri (Nabi Adam dan Hawa), bahkan ayat al-Qur’an yang pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW adalah bukan perintah tentang sholat, puasa, dan lainnya, tetapi justru perintah iqra’ (membaca, merenung, menelaah, meneliti atau mengaji) atau perintah untuk mencerdaskan kehidupan manusia yang merupakan inti dari aktivitas pendidikan. Mulai dari sinilah manusia memikirkan, menelaah dan meneliti bagaimana pelaksanaan pendidikan itu, sehingga muncullah pemikiran dan teori-teori pendidikan Islam. Oleh karena itu, menurut Abd al-Gani 3 4 ‘Ubud, seperti yang dikutip Muhaimin menyatakan bahwa tidak mungkin ada kegiatan pendidikan Islam dan sistem pengajaran Islam, tanpa teori-teori atau pemikiran pendidikan Islam.1 Dewasa ini di Indonesia khususnya di Kota Bandung menurut penelitian yang peneliti lakukan dibeberapa tempat, ini ada pergeseran pandangan sebagian umat Islam mengenai ketika orang tua mendidik atau menyekolahkan anak-anaknya kepada lembaga pendidikan Islam mereka menganggap dan khawatir anakanaknya akan ketinggalan mengenai pengetahuan umumnya atau mengenai kehidupan dunianya, salah satu contoh ketika anak-anaknya telah keluar SD tidak diperkenankan untuk mengikuti pengajian-pengajian di masjid sekitar tempat tinggal mereka dengan alasan takut keganggu sekolahnya dan bahkan ada sebagian anak-anak tersebut merasa malu ketika beranjak remaja dan dewasa mengikuti pengajian-pengajian yang berbasis pendidikan Islam tersebut, padahal pendidikan Islam lebih universal karena mempelajari urusan dunia dan akhirat. Di sini terlihat ada pergeseran pemahaman umat Islam sehingga mengikis Akidahnya menjadi lemah akhirnya timbul rasa ketidak tenangan bahkan ketakutan kalau anaknya belajar agama maka khawatir susah mencari pekerjaan setelah beres sekolahnya, padahal Alloh SWT berfirman dalam Al-Quran surat At-Thalak ayat 2 dan 3 : ..... .... Artinya : “(2) Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. (3) Dan Memberinya Rezeki Dari Arah Yang Tiada disangka-sangkanya”. (Q.S. At-Thalaq [65]: 2-3) Kemudian, di dalam Hadis Nabi Saw Bersabda : Artinya : “(Ada) tiga hal yang barangsiapa memilikinya di dalam dirinya, maka ia akan menemukan manisnya iman, (yaitu); Allah q dan Rasul-Nya lebih ia cintai daripada selain Keduanya, ia mencintai seseorang yang ia tidak mencintainya kecuali karena Allah q, dan ia merasa benci untuk kembali kepada kekufuran sebagaimana ia merasa benci jika ia dilemparkan ke dalam Neraka." 2 (HR. Bukhari) 1 Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam Mengurai Benang Kusut Dunia Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Press, 2006) hal 15. 2 Muttafaq ‘alaih. HR. Bukhari Juz 1 : 16, lafazh ini miliknya dan Muslim Juz 1 : 43. 5 Materi pendidikan Akidah dalam tulisan ini difokuskan pada kajian Hadis Tarbawi yang berkaitan dengan materi pendidikan Akidah serta usaha yang dilakukan oleh orang tua untuk menumbuhkan potensi kodrati anak melalui metode-metode tertentu, agar mereka menjadi manusia muslim yang meyakini keesaan Allah, serta dapat mengamalkan Akidah yang dimiliki dalam rangka mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Maka berangkat dari permasalahan tersebut kami mengangakat judul makalah ini dengan judul Materi Akidah Dalam Perspektif Hadis Tarbawi. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan, secara umum permasalahan yang akan diteliti adalah “Bagaimana hubungan antara materi akidah Pendidikan Agama Islam di sekolah dalam perspektif hadis tarbawi?” Masalah tersebut dijabarkan ke dalam rumusan masalah yang lebih khusus berupa pertanyaan penelitian. a. Apa yang dimaksud dengan Akidah dalam Islam dan Nama-nama lain Akidah salam Islam? b. Bagaimana materi akidah dalam Pendidikan Agama Islam di sekolah? c. Bagaimana hubungan materi akidah dengan hadis tarbawi? C. Tujuan Penulisan Makalah Berdasarkan rumusan masalah pada bagian sebelumnya, adapun tujuan penulisan ini yaitu untuk mengetahui hubungan antara materi akidah Pendidikan Agama Islam di sekolah dalam perspektif hadis tarbawi. Tujuan khusus dari penulisan ini adalah sebagai berikut: a. Untuk mengetahui pengertian akidah dalam Islam dan nama-nama lain akidah salam Islam b. Untuk mengetahui materi akidah dalam Pendidikan Agama Islam di sekolah c. Untuk mengetahui hubungan materi akidah dengan hadis tarbawi. 6 D. Manfaat Penulisan Makalah Secara teoritis makalah ini diharapkan dapat berguna untuk memberikan wawasan tentang materi akidah PAI di sekolah yang terkait dengan hadis-hadis tentang pendidikan yaitu hadis tarbawi yang kemudian dapat berguna untuk pengkajian dan pengembangan teori pembelajaran pada pendidikan Islam. E. Sistematika Penulisan Makalah Makalah ini memiliki beberapa bagian, yaitu pendahuluan, pembahasan dan penutup. Setiap bagian tersebut memiliki sistematika penulisan yang berbeda, namun semuanya masih saling berhubungan satu sama lain untuk membahas satu tema yang diangkat menjadi topik pembahasan yaitu Materi Akidah Pendidikan Agama Islam di Sekolah dalam Perspektif Haids Tarbawi. Dan penyusunan makalah ini diperoleh dari berbagai referensi yang Insya Allah terpercaya. BAB II PEMBAHASAN A. 1. Akidah dalam Islam Pengertian Akidah dalam Islam Secara etimologi kata “Akidah” berasal dari bahasa arab yaitu dari kata dasar “’aqoda – ya’qidu – ‘aqdan – waaqidatan” yang mengandung arti ar-rabth (ikatan), al- Ibraam (pengesahan), al-ihkam (penguatan), at-tawatstsuq (menjadi kokoh, kuat), asy-syaddu biquwwah (pengikatan dengan kuat), at-tamaasuk (pengokohan) dan al-itsbaatu (penetapan). Di antaranya juga mempunyai arti al-yaqiin (keyakinan) dan al-jazmu (penetapan). Menurut Abu Bakar Jabir al Jazairy, Akidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum oleh manusia berdasarakan akal, wahyu dan fitrah. Kebenaran itu dipatrikan oleh manusia di dalam hati serta diyakini kesahihan dan keberadaannya secara pasti dan ditolak segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu3. Sedangkan di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Akidah adalah kepercayaan atau keyakinan 4 . Secara terminologi Akidah adalah “Ma ‘uqida ‘alaihil qolb wad dhomir” artinya sesuatu yang diikat dalam hati dan hati nurani5. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Akidah adalah suatu keyakinan yang telah terikat dalam hati dengan kokoh, dengan kata lain tidak ada keraguan didalamnya. Akidah sebagai dasar utama ajaran Islam yang bersumber pada Al Quran dan As-sunnah. Akidah Islam mengikat seorang Muslim sehingga terikat dengan segala aturan hukum yang datang dari Islam. Oleh karena itu, menjadi seorang Muslim berarti meyakini dan melaksanakan segala sesuatu yang diatur dalam ajaran Islam, seluruh hidupnya didasarkan kepada ajaran Islam. 2. Nama-Nama lain Akidah dalam Islam a. Iman, yaitu suatu yang diyakini dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan dengan perbuatan. 1) Iman kepada Allah 3 https://www.gurupendidikan.co.id/Akidah/ M.A, H. (2005). Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Mitra Pelajar. 5 Ma'luf, L. (1986). Al-Munjid fi Al-Lughah wal-A'lam. Beirut: Dar Al- Masyriq. 4 7 8 Iman kepada malaikat )2 Iman kepada kitab-kitab )3 Iman kepada rasul-rasul )4 Iman kepada hari akhir )5 Iman kepada qadar baik dan buruk )6 ع ْن ُ س ِع ْندَ َر ُ س ْو ِل هللاِ ي هللاُ َع ْنهُ أَيْضا ً َقا َل َ :ب ْينَ َما ن َْح ُن ُجلُ ْو ٌ ع َم َر َر ِ َ ض َ ات َي ْو ٍم إِ ْذ َ ب علَ ْينَا َر ُج ٌل َ سلَّ َم ذَ َ اض الثِيَا ِ ش ِد ْيد ُ بَيَ ِ طلَ َع َ صلَّى هللاُ َ علَ ْي ِه َو َ َ س َوا ِد ال َّ سفَ ِرَ ،والَ يَ ْع ِرفُهُ ِمنَّا أ َ َحد ٌَ ،حتَّى َ علَ ْي ِه أَث َ ُر ال َّ ش ْع ِر ،الَ ي َُرى َ ش ِد ْيد ُ َ ض َع س ِإلَى النَّ ِبي ِ صلى هللا عليه وسلم فَأ َ ْسنَدَ ُر ْكبَتَ ْي ِه ِإلَى ُر ْكبَتَ ْي ِه َو َو َ َجلَ َ ع ِن اْ ِإل ْسالَ ِم ،فَقَا َل َر ُ س ْو ُل هللاِ علَى فَ ِخذَ ْي ِه َوقَا َلَ :يا ُم َح َّمد أ َ ْخ ِب ْر ِني َ َكفَّ ْي ِه َ صلى هللا عليه وسلم :اْ ِإل ِسالَ ُم أ َ ْن ت َ ْش َهدَ أ َ ْن الَ إِلَهَ إِالَّ هللاُ َوأ َ َّن ُم َح َّمدًا ي َّ ْت ِإ ِن ضانَ َوتَ ُح َّج ْال َبي َ َر ُ س ْو ُل هللاِ َوت ُ ِقي َْم ال َّ الزكاَة َ َوت َ ُ ص ْو َم َر َم َ صالَة َ َوتُؤْ ِت َ ا ْست َ َ ص ِدقُهُ ،قَا َل: صدَ ْق َ ط ْع َ ت ِإلَ ْي ِه َ ت ،فَ َع ِج ْبنَا لَهُ َيسْأَلُهُ َويُ َ س ِب ْيالً قَا َل َ : س ِل ِه َو ْال َي ْو ِم ان قَا َل :أ َ ْن تُؤْ ِمنَ بِاهللِ َو َمالَ ِئ َك ِت ِه َو ُكتُبِ ِه َو ُر ُ فَأ َ ْخبِ ْر ِني َع ِن اْ ِإل ْي َم ِ ع ِن صدَ ْق َ ِ ت ،قَا َل فَأ َ ْخ ِب ْرنِي َ اآلخ ِر َوتُؤْ ِمنَ ِب ْالقَدَ ِر َخي ِْر ِه َوش َِرهِ .قَا َل َ اك .قَا َل: ان ،قَا َل :أ َ ْن ت َ ْعبُدَ هللاَ َكأَنَّ َك تَ َراهُ فَإ ِ ْن لَ ْم تَ ُك ْن ت َ َراهُ فَإِنَّهُ َي َر َ اْ ِإل ْح َ س ِ سا ِئ ِل .قَا َل ع ِة ،قَا َلَ :ما ْال َمسْؤُ ْو ُل َع ْن َها ِبأ َ ْعلَ َم ِمنَ ال َّ ع ِن ال َّ سا َ فَأ َ ْخ ِب ْر ِني َ اراتِ َها ،قَا َل أ َ ْن ت َ ِلدَ اْأل َ َمةُ َربَّتَ َها َوأ َ ْن ت َ َرى ْال ُحفَاة َ ْالعُ َراة َ فَأ َ ْخبِ ْر ِني َ ع ْن أ َ َم َ ان ،ث ُ َّم ا ْن َ اء يَت َ َ عا َء ال َّ طلَقَ فَلَ ِبثْتُ َم ِليًّا ،ث ُ َّم قَا َل : ش ِ ْال َعالَةَ ِر َ ط َاولُ ْونَ فِي ْالبُ ْنيَ ِ س ْولُهُ أ َ ْعلَ َم .قَا َل فَإِنَّهُ ِجب ِْر ْي ُل ع َم َر أَتَد ِْري َم ِن ال َّ َيا ُ سا ِئ ِل ؟ قُ ْلتُ :هللاُ َو َر ُ أَتـَا ُك ْم يُعَ ِل ُم ُك ْم ِد ْينَ ُك ْم [رواه مسلم] Artinya : “Dari Umar radhiallahuanhu juga dia berkata : Ketika kami duduk-duduk disisi Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam suatu hari tiba-tiba datanglah seorang laki-laki yang mengenakan baju yang sangat putih dan berambut sangat hitam, tidak tampak padanya bekas-bekas perjalanan jauh dan tidak ada seorangpun diantara kami yang mengenalnya. Hingga kemudian dia duduk dihadapan Nabi lalu menempelkan kedua lututnya kepada kepada lututnya “ (Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam) seraya berkata: Ya Muhammad, beritahukan aku tentang Islam ?”, maka “ bersabdalah Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam : Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada Ilah (Tuhan yang disembah) selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah, engkau mendirikan shalat, menunaikan 9 zakat, puasa Ramadhan dan pergi haji jika mampu “, kemudian dia berkata: “ anda benar “. Kami semua heran, dia yang bertanya dia pula yang membenarkan. Kemudian dia bertanya lagi: “ Beritahukan aku tentang Iman “. Lalu beliau bersabda: “ Engkau beriman kepada Allah, malaikatmalaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk “, kemudian dia berkata: “ anda benar“. Kemudian dia berkata lagi: “ Beritahukan aku tentang ihsan “. Lalu beliau bersabda: “ Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatnya, jika engkau tidak melihatnya maka Dia melihat engkau” . Kemudian dia berkata: “ Beritahukan aku tentang hari kiamat (kapan kejadiannya)”. Beliau bersabda: “ Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya “. Dia berkata: “ Beritahukan aku tentang tanda-tandanya “, beliau bersabda: “ Jika seorang hamba melahirkan tuannya dan jika engkau melihat seorang bertelanjang kaki dan dada, miskin dan penggembala domba, (kemudian) berlomba-lomba meninggikan bangunannya “, kemudian orang itu berlalu dan aku berdiam sebentar. Kemudian beliau (Rasulullah) bertanya: “ Tahukah engkau siapa yang bertanya ?”. aku berkata: “ Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui “. Beliau bersabda: “ Dia adalah Jibril yang datang kepada kalian (bermaksud) mengajarkan agama kalian” (HR. Muslim). Hadis tersebut menjelaskan bahwa dimensi agama terbagi menjadi tiga pokok, yaitu iman, Islam, dan ihsan. Sejatinya iman adalah suatu hal yang sangat penting dan menjadi hal yang utama. Ketika seseorang memiliki iman yang kuat, maka iman tersebut akan membuahkan akhlak yang baik dan melaksanakan syariat dengan benar, begitupun sebaliknya ketika seseorang memiliki iman yang lemah, maka iman tersebut akan membuahkan akhlak yang kurang baik dan bahkan tidak melaksanakan syariat dengan benar. b. Tauhid, yaitu konsep dalam Akidah Islam yang menyatakan keesaan Allah swt. َ ص ُط ِب ْر ِل ِع َبادَتِ ِه ه َْل ت َ ْعلَ ُم لَه ِ س َم َاوا َّ َربُّ ال ْ ض َو َما َب ْينَ ُه َما فَا ْعبُ ْدهُ َوا ِ ت َو ْاأل َ ْر ً س ِميا َ Artinya : “Rabb (yang menguasai) langit dan bumi dan segala sesuatu yang ada di antara keduanya, maka sembahlah Dia dan berteguh hatilah dalam beribadah kepada-Nya. Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia (yang patut disembah)?” (QS. Maryam [19]: 65). 10 Perhatikan ayat di atas: 1) Dalam firman-Nya (ض َّ )ربُّ ال ِ اوا ِ ت َو أاْلَرأ َ س َم َ (Rabb (yang menguasai) langit dan bumi) merupakan penetapan tauhid rububiyah. 2) ( )فَا أعبُ أدهُ َوا أmaka sembahlah Dia dan Dalam firman-Nya (ص َط ِبرأ ِل ِعبَادَتِ ِه berteguh hatilah dalam beribadah kepada-Nya) merupakan penetapan tauhid uluhiyah. 3) Dan dalam firman-Nya (س ِميّا َ ُ( ) َه أل ت َ أعلَ ُم لَهApakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia?) merupakan penetapan tauhid asma’ wa shifat. c. Ushuluddin, yaitu ilmu yang membahas tentang pokok-pokok agama, seperti Akidah, tauhid, dan i’tikad B. Materi Akidah dalam Pendidikan Agama Islam di Sekolah Jika kita cermati pada keadaan sekarang ini Pendidikan Agama Islam (PAI) di sekolah atau di madrasah, dalam pelaksanaannya masih menunjukkan berbagai permasahalan yang kurang menyenangkan. Seperti halnya proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di sekolah saat ini masih sebatas sebagai proses penyampaian “pengetahuan tentang Agama Islam”. Tidak hanya itu, semakin tingginya tingkat pindahnya Akidah para peserta didik menjadi bukti bahwa pembelajaran Pendidikan Agama Islam, terutama pembelajaran Akidah yang menyangkut pembentukan keyakinan Islam peserta didik hanya terjadi sebatas transfer ilmu atau bisa dikatakan pembelajarannya berorientasi pada penyampaian tentang konsep- konsep Akidah Agama Islam saja. Belum menyentuh pada internalisasi nilai-nilai Agama yang ada di dalamnya ke dalam jiwa peserta didik. Elakrimah menyebutkan bahwa pada akhir-akhir ini dinamika umat Islam di Indonesia diramaikan dengan berkembangnya berbagai komunitas religius yang mengembangkan seperangkat ajaran yang berbeda dengan ajaran Islam yang telah dipraktikkan oleh umat Islam selama ini 6 . Berbagai pernyataan pemuka agama dan institusi keagamaan yang muncul sebagai respon terhadap komunitas tersebut, 6 Elkarimah, M. F. (2017, Agustus 1). Strategi Pendidikan Agama Islam pada Pembelajaran Akidah “Pencegahan dan Penanggulangan Penyebaran Aliran Sesat”. Jurnal SAP, 02(01), 105115. Hal. 108 11 hingga lahirnya pernyataan sikap yang mencap aliran-aliran keagamaan atau komunitas religius tersebut sebagai aliran sesat atau komunitas sesat. Apabila dirunut ke belakang, jauh sebelumnya sudah sejumlah aliran keagamaan sempalan di Indonesia, yang mungkin karena struktur masyarakat muslim Indonesia yang heterogen dan sikap akomodatif masyarakat muslim menyebabkan aliran-aliran keagamaan sempalan tersebut mudah diterima hingga tumbuh subur dan berkembang ditambah lagi dengan kurangnya efektifnya pelajaran agama Islam khususnya aspek pengajran Akidah ditingkat sekolah. Kurang efektifnya pelajaran agama Islam dilihat dari pembagian waktunya, bila kita melihat perbandingan antara banyaknya waktu pembelajaran mapel agama atau Pendidikan Agama Islam antara sekolah umum dengan madrasah akan sangat berbeda jauh. Sekolah umum hanya memiliki dua jam mapel PAI sekali dalam seminggu. Sedangkan di madrasah mapel PAI masih dipecah menjadi lima mapel yaitu Akidah akhlak, fiqih, sejarah kebudayaan Islam, qur’an Hadis dan bahasa arab. Sehingga tiap-tiap mapel pai tersebut juga mendapatkan jam masingmasing dalam setiap pertemuannya dalam seminggu. Hal ini tidak sebanding dengan jumlah jam pada mata pelajaran yang lain. Apalagi jika dibandingkan dengan mata pelajaran yang masuk dalam ujian nasional. Pendidikan Agama Islam adalah pelajaran yang paling penting dan pelajaran yang sangat diperlukan. Hal ini dilihat berdasarkan dari kacamata agama Islam. Mengingat bahwa mayoritas masyarakat Indonesia adalah beragama Islam. Mata pelajaran ini harus mendapatkan perhatian lebih dari berbagai pihak. TAP MPRS nomor XXVII/MPRS/1966 Bab I Pasal I yang berbunyi: ”Menetapkan pendidikan agama menjadi mata pelajaran di sekolah-sekolah mulai dari Sekolah Dasar sampai dengan Universitas-Universitas Negeri”. Peraturan ini keluar dengan tanpa protes, setelah penumpasan PKI7. Dengan makin kuatnya posisi Pendidikan Agama Islam di dalam sistem pendidikan Indonesia dengan lahirnya UU nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang lebih menjamin pemenuhan pendidikan agama kepada peserta didik. Dan diikuti dengan lahirnya peraturan-peraturan selanjutnya sampai 7 Fatoni, M. K. (2005). Pendidikan Islam dan Pendidikan Nasional (Paradigma Baru). Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam-Departemen Agama. Hal. 37 12 dengan terbitnya Peraturan Menteri Agama RI Nomor 16 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Pendidikan Agama pada Sekolah. Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam ditingkat sekolah, semua berkaitan dengan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara hubungan manusia dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan sesama manusia, dan ketiga hubungan manusia dengan dirinya sendiri, serta hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkungannya. Apabila dilihat dari segi pembahasannya maka ruang lingkup Pendidikan Agama Islam yang umum dilaksanakan di sekolah adalah (a) Ilmu Tauhid / Keimanan, (b) Ilmu Fiqih, (c) Al-Qur‟an, (d) Al-Hadis, (e) Akhlak dan (f) Tarikh Islam8. Dalam pengajaran Akidah pada PAI dapat diartikan sebagai pengajaran iman atau keyakinan. Kedudukannnya menjadi sangat fundamental karena iman atau tauhid menjadi inti dari segala aspek. Adapun nilai-nilai yang tergambar dalam pengajaran Akidah ini adalah rukun iman, yaitu: 1). Iman kepada Allah. 2). Iman kepada Malaikat-malaikat Allah. 3). Iman kepada kitab-kitab Allah. 4). Iman kepada Rasul Allah. 5). Iman kepada hari Akhir. 6). Iman kepada qada’ dan qadar9. Terdapat beberapa aspek dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam, ada aspek kognitif, aspek afektif, aspek psikomotorik. Aspek kognitif menyangkut pengetahuan akan keyakinan. Aspek afektif menyangkut tentang tabiat, sikap atau perasaan. Sedang aspek psikomotorik menyangkut perilaku siswa/i. Aspek-aspek ini saling mempengaruhi dan melengkapi satu sama lainnya. Maka dari itu diharapkan kita dapat menyeimbangkannya. Aspek yang paling penting dan mengawali seluruh aspek yang ada yaitu aspek kognitif. Aspek ini adalah aspek dasar yang dalam ajaran agama Islam disebut juga aspek Akidah. Akidah berarti kepercayaan atau keyakinan yang benar-benar melekat di hati manusia. Aspek kognitif akan mempengaruhi perkembangan dua aspek lainnya. Baik aspek afektif atau bisa disebut aspek akhlak dan aspek psikomotorik atau bisa disebut aspek ibadah. Jika seorang anak itu tahu mana hal yang baik dan mana hal yang buruk, maka dia akan dapat mengatur atau mengontrol dirinya dalam setiap perbuatan yang akan dilakukannya. Maka dari itu pentingnya pendidikan ini harus memiliki 8 9 Zuhairini, & Ghafir. (2004). Metodologi Pendidikan Agama Islam. Malang: UM Press. Hal. 48 Ali, & Daud, M. (2011). Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Raja Grafindo Jaya. Hal. 201 13 dasar yang kuat, dan harus mendapatkan perhatian yang serius dari banyak pihak. Khususnya dari pihak orangtua, pendidik, pemerintah dan seluruh pihak yang terkait. C. Hubungan Materi Akidah dengan Hadis Tarbawi 1. Hadits-hadits Tarbawi tentang Materi Akidah Pendidikan Akidah sangat berkaitan dengan kajian Hadis tarbawi. Ada beberapa point penting pendidikan Akidah dalam kajian Hadis tarbawi: a. Membangun Etos Kerja dengan Motivasi Iman, Islam dan Ihsan10 ع ْن أَبِي َ ي َ َحدَّثَنَا ُم ُّ يم أ َ ْخبَ َرنَا أَبُو َحيَّانَ التَّي ِْم َ سدَّدٌ قَا َل َحدَّثَنَا إِ ْس َما ِعي ُل ب ُْن إِب َْرا ِه َّ صلَّى ُاس فَأَت َاه ِ َّار ًزا َي ْو ًما ِللن َ ُاَّلل َ َ عة َ ُز ْر َ علَ ْي ِه َو َ ي ِ سلَّ َم َب ُّ ع ْن أ َ ِبي ُه َري َْرة َ قَا َل َكانَ النَّ ِب ُ اإلي َم ُ اإلي َم َّ ِان أ َ ْن تُؤْ ِمنَ ب س ِل ِه ُ اَّللِ َو َم َالئِ َكتِ ِه َو ُكتُبِ ِه َوبِ ِلقَائِ ِه َو ُر ِ ْ ان قَا َل ِ ْ ِجب ِْري ُل فَقَا َل َما َّ َاإلس َْال ُم أ َ ْن ت َ ْعبُد يم َ اَّللَ َو َال ت ُ ْش ِر َك ِب ِه ِ َوتُؤْ ِمنَ ِب ْال َب ْع ِ ْ اإلس َْال ُم قَا َل ِ ْ ث قَا َل َما َ ش ْيئًا َوت ُ ِق َّ ِي ُ س َان قَا َل أ َ ْن ت َ ْعبُد َّ ال ُ َ ضةَ َوت َ وم َر َم َ الز َكاة َ ْال َم ْف ُرو َ ْاإلح ِ ْ ضانَ َقا َل َما َ ص َ ص َالة َ َوت ُ َؤد َّ ع ْن َها َّ اك قَا َل َمت َى ال َ اَّللَ َكأَنَّ َك ت ََراهُ فَإ ِ ْن لَ ْم ت َ ُك ْن ت ََراهُ فَإِنَّهُ يَ َر َ عةُ قَا َل َما ْال َم ْسئُو ُل َ سا َ َ ت ْاأل َ َمةُ َربَّ َها َوإِذَا ت ُ عاة ْ َاط َها إِذَا َولَد َّ بِأ َ ْعلَ َم ِم ْن ال ِ ع ْن أ َ ْش َر َ ط َاو َل ُر َ سأ ُ ْخبِ ُر َك َ سائِ ِل َو َّ صلَّى َّ ان فِي خ َْم ٍس َال يَ ْعلَ ُم ُه َّن ِإ َّال علَ ْي ِه َ ُاَّلل َ ي ِ َاإل ِب ِل ْالبُ ْه ُم فِي ْالبُ ْني ِْ ُّ اَّللُ ث ُ َّم ت ََال النَّ ِب َّ سلَّ َم { ِإ َّن ش ْيئًا فَقَا َل َهذَا َ ع ِة } ْاآل َيةَ ث ُ َّم أ َ ْد َب َر فَقَا َل ُردُّوهُ فَلَ ْم َي َر ْوا َّ اَّللَ ِع ْندَهُ ِع ْل ُم ال َ سا َ َو 11 َّ عبْد ان َ اس دِينَ ُه ْم قَا َل أَبُو َ َِّجب ِْري ُل َجا َء يُ َع ِل ُم الن ِ اإلي َم ِ ْ اَّللِ َج َع َل ذَ ِلك ُكلَّهُ ِم ْن Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Musaddad berkata, Telah menceritakan kepada kami Isma'il bin Ibrahim telah mengabarkan kepada kami Abu Hayyan At Taimi dari Abu Zur'ah dari Abu Hurairah berkata; bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pada suatu hari muncul kepada para sahabat, lalu datang Malaikat Jibril 'Alaihis Salam yang kemudian bertanya: "Apakah iman itu?" Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Iman adalah kamu beriman kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitab-Nya, pertemuan dengan-Nya, Rasul-Rasul-Nya, dan kamu beriman kepada hari berbangkit". (Jibril 'Alaihis salam) berkata: "Apakah Islam itu?" Jawab Nabi shallallahu 'alaihi wasallam: "Islam adalah kamu menyembah Allah dan 10 Galuh Nasrullah Kartika Mayangsari, Pendidikan Akidah dalam Perspektif Hadis, Jurnal Transformatif Vol. 1 No. 1 April 2017, hlm. 54 11 Abu Ahmad As Sidokare, Kitab Shahih Bukhari Online, Hadis No. 36 14 tidak menyekutukannya dengan suatu apapun, kamu dirikan shalat, kamu tunaikan zakat yang diwajibkan, dan berpuasa di bulan Ramadlan". (Jibril 'Alaihis salam) berkata: "Apakah ihsan itu?" Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Kamu menyembah Allah seolah-olah melihat-Nya dan bila kamu tidak melihat-Nya sesungguhnya Dia melihatmu". (Jibril 'Alaihis salam) berkata lagi: "Kapan terjadinya hari kiamat?" Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Yang ditanya tentang itu tidak lebih tahu dari yang bertanya. Tapi aku akan terangkan tanda-tandanya; (yaitu); jika seorang budak telah melahirkan tuannya, jika para penggembala unta yang berkulit hitam berlomba-lomba membangun gedung-gedung selama lima masa, yang tidak diketahui lamanya kecuali oleh Allah". Kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wasallam membaca: "Sesungguhnya hanya pada Allah pengetahuan tentang hari kiamat" (QS. Luqman: 34). Setelah itu Jibril 'Alaihis salam pergi, kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berkata; "hadapkan dia ke sini." Tetapi para sahabat tidak melihat sesuatupun, maka Nabi bersabda; "Dia adalah Malaikat Jibril datang kepada manusia untuk mengajarkan agama mereka." Abu Abdullah berkata: "Semua hal yang diterangkan Beliau shallallahu 'alaihi wasallam dijadikan sebagai iman. (HR. Bukhari) Hadis ini merupakan Hadis yang sangat dalam maknanya, karena di dalamnya terdapat pokok-pokok ajaran Islam, yaitu Iman, Islam, dan Ihsan. Islam berbicara masalah lahir, iman berbicara masalah bati, dan Ihsan mencakup keduanya. Muhammad Abduh mengatakan bahwa iman adalah keyakinan dan kepercayaan kepada Allah, kepada Rasulullah dan kepada hari akhir tanpa terikat oleh sesuatu apapun, kecuali harus menghormati apa-apa yang telah disampaikan dengan perantara lisan para Rasul. b. Memahami Fenomena Alam dan Sosial melalui Pendekatan Sunnatullah Sebagai Refleksi Pemahaman Akidah12 ْف أ َ ْنت ْم َی ْھ َرم ِفی َھا َ ع ْن َ ش ِقیق قَا َل قَا َل َ أ َ ْخ َب َرنَا َی ْعلَى َحدَّثَنَا الْ ْع َمش َ عبْد هللا َكی ْ ت قَالوا غ ِی َِّر ْ ص ِغیر َو َیت َّ ِخذھَا النَّاس سنَّة فَإِذَا غ ِی َِّر ت َّ ْال َك ِبیر َو َی ْربو فِی َھا ال ْ َّت ق َّراؤك ْم َوقَل ْ الر ْح َم ِن قَا َل ِإذَا َكث َر ت ُّ ال َّ ع ْب ِد َ سنَّة قَالوا َو َمتَى ذَ ِل َك َیا أ َ َبا ْ ت الدُّ ْنیَا ِب َع َم ِل ْ س ْ َّت أ َم َراؤك ْم َوقَل ْ فقَ َھاؤك ْم َو َكث َر ال ِخ َر ِة َ ت أ َمنَاؤك ْم َو ْالت ِم Artinya: “Telah mengabarkan kepada kami Ya’la telah menceritakan kepada kami Al A’masy dari Syaqiq ia berkata: “Abdullah pernah 12 Galuh Nasrullah Kartika Mayangsari, Pendidikan Akidah dalam Perspektif Hadis, hlm. 57 15 berkata: “Bagaimana sikap kalian jika ditimpa kekacauan, yang tua menjadi pikun, yang kecil tiba-tiba menjadi dewasa, dan manusia menjadikan kekacauan itu sebagai sunnah, dan tiba-tiba telah diubah, mereka katakan: “sunnah telah diubah”, mereka bertanya: “kapan hal itu terjadi wahai Abu Abdur Rahman?”, ia menjawab: ”Ketika telah banyak orang yang bisa membaca, namun sedikit yang ahli fiqih (paham maknanya). Banyak orang yang duduk di pemerintahan, namun sedikit yang amanah. Dan dunia dicari dengan ilmu Akhirat”. Hadis di atas menujukkan sebuah sikap seorang muslim yang taat terhadap perintah-perintah Allah yang dapat mengimplementasikan ayat-ayat al-Quran yaitu kauniyah. Allah telah menciptakan alam semesta untuk dipikirkan oleh manusia agar dapat dimanfaatkan oleh orang banyak. Hadis di atas mengumpamakan banyak orang yang telah membaca alam semseta namun ada seorang yang belum mampu melakukan hal tersebut. Maka itu sebuah teguran untuk senantiasa berlomba dalam kebaikan. c. Pengajaran Rasulullah Saw tentang Perintah Pelihara Agama melalui Kalimat Tauhid terhadap Seorang Pemuda13 ُ يَا: فَقَا َل،اَّللِ يَ ْو ًما َّ سو ِل " ِإنِي،غ َال ُم ُ ف َر ٍ ع ِن اب ِْن َعب َ َ ُك ْنتُ خ َْل: قَا َل،َّاس ْ اح َف ْ َاَّلل َي ْحف ْ َاحف ت فَاسْأ َ ِل َ سأ َ ْل ْ ظ َك ْ :ٍع ِل ُم َك َك ِل َمات َ ُأ َ اَّلل تَ ِج ْدهُ ت ُ َجاه ََك إِذَا َ َّ ظ َ َّ ظ ْ َاجتَ َمع َّ ِت فَا ْست َ ِع ْن ب َّ وك َ ُعلَى أ َ ْن َي ْنفَع ْ َوا ْعلَ ْم أ َ َّن ْاأل ُ َّمةَ َل ِو،ِاَّلل َ اَّللَ َوإِذَا ا ْستَعَ ْن َ ت َّ ُش ْيءٍ قَ ْد َكتَبَه وك َ ِوك إِ َّال ب َ ِب َ ض ُّر ُ َعلَى أ َ ْن ي ْ َولَ ِو،اَّللُ لَ َك َ ُش ْيءٍ لَ ْم َي ْنفَع َ اجت َ َمعُوا َّ ُش ْيءٍ قَ ْد َكت َ َبه ت َ وك ِإ َّال ِب َ ِب ِ َّت ْاأل َ ْق َال ُم َو َجف ِ ُر ِف َع،علَي َْك َ ض ُّر ُ ش ْيءٍ َل ْم َي َ ُاَّلل ٌ َهذَا َحد: قَا َل،" ف ص ِحي ٌح ُّ ال ُ ص ُح َ ِيث َح َ س ٌن Artinya : “Ibnu Abbas berkata pada suatu hari ia duduk di belakang Rasulullah SAW di atas suatu kendaraan. Rasulullah memberinya nasihat, "Wahai pemuda, saya akan mengajarkan beberapa kalimat (keterangan). Yaitu: peliharalah Allah (pelihara segala perintah dan larangan-Nya), niscaya Allah akan memeliharamu. Jika kamu tetap memelihara-Nya, tentulah kamu akan tetap mendapati-Nya di hadapanmu. Kenalilah Allah di waktu senang, niscaya Ia akan mengenalimu di waktu susah. Bila kamu memohon sesuatu hajat, bermohonlah (langsung) kepada Allah." Rasulullah 13 Khon, A. M. (2012). Hadis Tarbawi: Hadis-hadis tentang Pendidikan. Jakarta: Kencana. Hal. 2 16 melanjutkan, "Ketahuilah, walaupun berkumpul seluruh manusia untuk mendatangkan suatu kemanfaatan untukmu, tiadalah mereka dapat berbuat apa-apa, kecuali sekadar yang Allah telah tetapkan kamu memperolehnya. Dan, walaupun berkumpul seluruh manusia untuk mendatangkan suatu kemudharatan kepadamu, tiadalah mereka dapat berbuat apaapa, melainkan hanya sekadar yang Allah telah tetapkan jua. Telah diangkat kalam dan telah kering segala lembaran tulisan. Ketahuilah, pertolongan Allah hanya diberikan kepada orang yang sabar, dan bahwa kelapangan diberikan kepada orang yang dalam kesusahan." (HR. Turmudzi). Hadis di atas menjelaskan keindahan pengajaran yang diberikan Rasulullah Saw kepada seorang anak yang masih usia muda belia atau usia anak-anak, yaitu Ibn Abbas yang pada waktu itu sekitar berusia 10 tahun. Pergaulan antara murid dan guru sangat akrab dan mesra, Nabi seorang guru memboncengkan muridnya di sebuah kendaraan. Di situlah terjadi proses pembelajaran atau kegiatan mengajar (KBM). Jadi proses kegiatan belajar ternyata di mana saja dapat dilaksanakan sekalipun dalam sebuah kendaraan, tidak harus dalam kelas saja. Nabi seorang guru yang penuh kasih sayang senang memanggil muridnya dengan ungkapan yang dicintai muridnya. Menurut Abdul Majid Khon bahwa mendidik manusia agar mengesakan Allah dalam berdoa terntunya dalam hal-hal yang tidak ada kemampuan selain Dia seperti masalah rezeki, penyembuhan, pengampunan dan kemenangan. Adapun menurut hemat penulis bahwa masalah yang lebih kompleks adalah di masyarakat seperti pengobatan, bisnis dan pinjam meminjam. Maka perlu ada rasa saling menolong dan saling membantu dalam hal ini merupakan implementasi dari hadis di atas. 2. Pelajaran yang dapat Dipetik dari Hadits-hadits Tarbawi tentang Materi Akidah Dalam hadis-hadis tarbawi terutama yang berkaitan dengan materi akidah yang diajarkan oleh Rasulullah Saw, maka penulis mendapatkan sebuah pelajaran yang harus dilaksanakan dalam proses pembelajaran PAI terutama dalam menginternalisasi nilai-nilai akidah terhadap peserta didik di sekolah. Berikut urainnya: 17 a. Perlu ada interaksi dan komunikasi yang hangat antara murid dan guru baik secara lahir maupun batin serta adanya kesiapan kedua belah pihak dalam proses pembelajaran sehingga tujuan pendidikan akan tercapai dengan mudah b. Materi pelajaran akidah dan tauhid merupakan materi pokok dalam Islam hendaknya diberikan sejak awal dan sejak kecil agar dapat memelihara agama dengan baik c. Meyakini sifat Allah Maha Pemelihara, Maha Pelindung dan Maha Pengaman dan lain-lain terhadap setiap orang yang memelihara agama yakni memelihara perintah agama dan segala larangannya d. Percaya kepada qada dan qadar yang telah ditentukan Allah pada setiap kejadian yang ada di sekitarnya e. Kewajiban manusia berusaha dan berikhtiar lahir dan batin untuk menentukan nasib atau takdir dan menyerahkan diri pada ketentuan Tuhan (qada qadar) selalu berusaha. BAB III PENUTUP A. Simpulan Akidah sebagai dasar utama ajaran Islam yang bersumber pada Al-Quran dan As-sunnah. Akidah Islam mengikat seorang Muslim sehingga terikat dengan segala aturan hukum yang datang dari Islam. Oleh karena itu, menjadi seorang Muslim berarti meyakini dan melaksanakan segala sesuatu yang diatur dalam ajaran Islam, seluruh hidupnya didasarkan kepada ajaran Islam. Dalam pengajaran Akidah pada PAI di sekolah dapat diartikan sebagai pengajaran iman atau keyakinan. Kedudukannnya menjadi sangat fundamental karena iman atau tauhid menjadi inti dari segala aspek. Adapun nilai-nilai yang tergambar dalam pengajaran Akidah ini adalah rukun iman, yaitu: (1). Iman kepada Allah. (2). Iman kepada Malaikat-malaikat Allah. (3). Iman kepada kitabkitab Allah. (4). Iman kepada Rasul Allah. (5). Iman kepada hari Akhir. (6). Iman kepada qada’ dan qadar . Pendidikan Akidah sangat berkaitan dengan kajian Hadis tarbawi. Ada beberapa point penting pendidikan Akidah dalam kajian Hadis tarbawi: (1) membangun etos kerja dengan motivasi iman, islam dan ihsan, (2) memahami fenomena alam dan sosial melalui pendekatan sunnatullah sebagai refleksi pemahaman akidah, (3) pengajaran Rasulullah Saw tentang perintah pelihara agama melalui kalimat tauhid terhadap seorang pemuda. Pada akhirnya terdapat beberapa aspek dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah yang dapat di relevansikan dengan kajian hadis tarbawi, yaitu aspek kognitif, aspek afektif, aspek psikomotorik. Aspek kognitif menyangkut pengetahuan akan keyakinan. Aspek afektif menyangkut tentang tabiat, sikap atau perasaan. Sedang aspek psikomotorik menyangkut perilaku siswa/i. Aspek-aspek ini saling mempengaruhi dan melengkapi satu sama lainnya. Maka dari itu diharapkan kita dapat menyeimbangkannya dengan beberapa poin yaitu: (1) perlu ada interaksi dan komunikasi yang hangat antara murid dan guru baik secara lahir maupun batin serta adanya kesiapan kedua belah pihak dalam proses pembelajaran sehingga tujuan pendidikan akan tercapai dengan mudah, (2) materi pelajaran akidah dan tauhid merupakan materi pokok dalam Islam 18 19 hendaknya diberikan sejak awal dan sejak kecil agar dapat memelihara agama dengan baik, (3) meyakini sifat Allah Maha Pemelihara, Maha Pelindung dan Maha Pengaman dan lain-lain terhadap setiap orang yang memelihara agama yakni memelihara perintah agama dan segala larangannya, (4) percaya kepada qada dan qadar yang telah ditentukan Allah pada setiap kejadian yang ada di sekitarnya, (5) kewajiban manusia berusaha dan berikhtiar lahir dan batin untuk menentukan nasib atau takdir dan menyerahkan diri pada ketentuan Tuhan (qada qadar) selalu berusaha. B. Saran Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca. Apabila ada kritik dan saran dalam penyusunaan makalah yang ingin di sampaikan, silakan sampaikan kepada kami. Apabila ada terdapat kesalahan mohon dapat memaafkannya, dan memakluminya, karena kami adalah hamba Allah yang tak luput dari salah khilaf, alfa dan lupa. DAFTAR PUSTAKA Referensi Buku: Ali, & Daud, M. (2011). Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Raja Grafindo Jaya. Fatoni, M. K. (2005). Pendidikan Islam dan Pendidikan Nasional (Paradigma Baru). Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama IslamDepartemen Agama. Khon, A. M. (2012). Hadis Tarbawi: Hadis-hadis tentang Pendidikan. Jakarta: Kencana. M.A, H. (2005). Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Mitra Pelajar. Ma'luf, L. (1986). Al-Munjid fi Al-Lughah wal-A'lam. Beirut: Dar Al- Masyriq. Muhaimin. (2006). Nuansa Baru Pendidikan Islam Mengurai Benang Kusut Dunia Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press. Zuhairini, & Ghafir, A. (2004). Metodologi Pendidikan Agama Islam. Malang: UM Press. Referensi Artikel Jurnal: Elkarimah, M. F. (2017, Agustus 1). Strategi Pendidikan Agama Islam pada Pembelajaran Akidah “Pencegahan dan Penanggulangan Penyebaran Aliran Sesat”. Jurnal SAP, 02(01), 105-115. Referensi Laman Internet: Kurniawan, A. (2019, Juni Kamis). Pengertian Aqidah dan Ruang Lingkup. Dipetik Agustus Kamis, 2019, dari Guru Pendidikan: https://www.gurupendidikan.co.id/aqidah/ Referensi Landaan Hukum: TAP MPRS nomor XXVII/MPRS/1966 Bab I Pasal I. (1966). 20