Uploaded by rijkiramdani

Makalah Materi Aqidah dalam Perspektif Hadits Tarbawi

advertisement
MATERI AKIDAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH
DALAM PERSPEKTIF HADIS TARBAWI
MAKALAH
Diajukan Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Ke-Islam-an dalam Program
Pra Pasca
Dosen Pengampu:
Dr. H. Maslani, M.Ag.
Dr. H. Tarsono, M.Pd.
Disusun oleh:
KELOMPOK 3
-
Ayi Sasmita
Devi Nur Aeni
Rijki Ramdani
Risma Samrotunnajah
Sani Fajar Ilhami
Yadi Mulyadi
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2019 M/1440 H
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt. yang telah
memberikan kemudahan dalam menyelesaikan tugas ini. Sholawat beserta salam
semoga senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah saw., keluarganya, sahabat,
tabi’in, itbatabi’in dan kepada kita sebagai umatnya yang semoga mendapatkan
syafa’at darinya, Aamiin.
Kami bersyukur, karena telah menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu. Penyusunan makalah ini untuk memenuhi tugas keIslaman program
pascasarjana mengenai “Hadis Tarbawi”. Kami mengucapkan terimakasih kepada
bapak Dr. H. Maslani, M.Ag. dan Dr. H. Tarsono, M.Pd. yang telah membimbing
kami dalam penyusunan makalah ini serta rekan-rekan yang telah berpartisipasi
dalam menyelesaikan revisi makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
dengan segala kerendahan hati, kami menerima kritik dan saran agar penyusunan
selanjutnya menjadi lebih baik. Untuk itu kami mengucapkan terimakasih dan
semoga makalah ini bemanfaat bagi pembaca.
Bandung, 20 Agustus 2019
Tim Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 3
A.
Latar Belakang Masalah .............................................................................. 3
B.
Rumusan Masalah ....................................................................................... 5
C.
Tujuan Penulisan Makalah .......................................................................... 5
D.
Manfaat Penulisan Makalah ........................................................................ 6
E.
Sistematika Penulisan Makalah ................................................................... 6
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 7
A.
Akidah dalam Islam .................................................................................... 7
1.
Pengertian Akidah dalam Islam ........................................................... 7
2.
Nama-Nama lain Akidah dalam Islam ................................................ 7
B.
Materi Akidah dalam Pendidikan Agama Islam di Sekolah ..................... 10
C.
Hubungan Materi Akidah dengan Hadis Tarbawi..................................... 13
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 18
A.
Simpulan.................................................................................................... 18
B.
Saran .......................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 20
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam datang membawa Akidah tauhid, melepaskan manusia dari keterikatan
kepada berhala, serta benda-benda lain sebagai makhluk Allah SWT. Akidah
membawa manusia kepada kebebasan dari segala ketergatungan kepada apapun,
menuju ketundukan kepada Allah SWT. Penanaman Akidah ini dilakukan oleh
Rasulullah SAW, namun pada mulanya hanya sebagian kecil yang mampu
melepaskan budaya nenek moyangnya, berani mengingkari leluhur mereka, dan
menuju keyakinan baru “Akidah Islam”. Semua utusan Allah membawa pesan
yang sama yakni tauhid bahwa tidak ada Tuhan selain Allah.
Selain para ulama, andil orang tua tak kalah penting dalam membentuk
pribadi muslim sejak dini. Orang tua sebagai seorang muslim haruslah memiliki
Akidah yang kuat dan berkualitas, serta memahami materi dan metode
penyampaiannya, sehingga orang tua dapat membekali anak-anaknya dengan
keilmuan yang didukung oleh keyakinan yang kuat dan tepat, sehingga terbentuk
kepribadian muslim sejati.
Pada hakikatnya pendidikan adalah usaha untuk mempersiapkan anak didik
agar mampu hidup secara mandiri dan mampu melaksanakan tugas-tugas
hidupnya dengan sebaik-baiknya. Orang tua memiliki kepentingan untuk
mewariskan nilai, norma hidup dan kehidupan generasi penerusnya. Pendidikan
merupakan proses perubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang
dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan;
proses, perbuatan dan cara mendidik.
Aktivitas kependidikan Islam timbul sejak adanya manusia itu sendiri (Nabi
Adam dan Hawa), bahkan ayat al-Qur’an yang pertama kali diturunkan kepada
Nabi Muhammad SAW adalah bukan perintah tentang sholat, puasa, dan lainnya,
tetapi justru perintah iqra’ (membaca, merenung, menelaah, meneliti atau
mengaji) atau perintah untuk mencerdaskan kehidupan manusia yang merupakan
inti dari aktivitas pendidikan. Mulai dari sinilah manusia memikirkan, menelaah
dan meneliti bagaimana pelaksanaan pendidikan itu, sehingga muncullah
pemikiran dan teori-teori pendidikan Islam. Oleh karena itu, menurut Abd al-Gani
3
4
‘Ubud, seperti yang dikutip Muhaimin menyatakan bahwa tidak mungkin ada
kegiatan pendidikan Islam dan sistem pengajaran Islam, tanpa teori-teori atau
pemikiran pendidikan Islam.1
Dewasa ini di Indonesia khususnya di Kota Bandung menurut penelitian yang
peneliti lakukan dibeberapa tempat, ini ada pergeseran pandangan sebagian umat
Islam mengenai ketika orang tua mendidik atau menyekolahkan anak-anaknya
kepada lembaga pendidikan Islam mereka menganggap dan khawatir anakanaknya akan ketinggalan mengenai pengetahuan umumnya atau mengenai
kehidupan dunianya, salah satu contoh ketika anak-anaknya telah keluar SD tidak
diperkenankan untuk mengikuti pengajian-pengajian di masjid sekitar tempat
tinggal mereka dengan alasan takut keganggu sekolahnya dan bahkan ada
sebagian anak-anak tersebut merasa malu ketika beranjak remaja dan dewasa
mengikuti pengajian-pengajian yang berbasis pendidikan Islam tersebut, padahal
pendidikan Islam lebih universal karena mempelajari urusan dunia dan akhirat.
Di sini terlihat ada pergeseran pemahaman umat Islam sehingga mengikis
Akidahnya menjadi lemah akhirnya timbul rasa ketidak tenangan bahkan
ketakutan kalau anaknya belajar agama maka khawatir susah mencari pekerjaan
setelah beres sekolahnya, padahal Alloh SWT berfirman dalam Al-Quran surat
At-Thalak ayat 2 dan 3 :
.....              ....
Artinya : “(2) Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan
mengadakan baginya jalan keluar. (3) Dan Memberinya Rezeki
Dari Arah Yang Tiada disangka-sangkanya”. (Q.S. At-Thalaq
[65]: 2-3)
Kemudian, di dalam Hadis Nabi Saw Bersabda :
Artinya : “(Ada) tiga hal yang barangsiapa memilikinya di dalam dirinya,
maka ia akan menemukan manisnya iman, (yaitu); Allah q dan
Rasul-Nya lebih ia cintai daripada selain Keduanya, ia mencintai
seseorang yang ia tidak mencintainya kecuali karena Allah q, dan
ia merasa benci untuk kembali kepada kekufuran sebagaimana ia
merasa benci jika ia dilemparkan ke dalam Neraka." 2 (HR.
Bukhari)
1
Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam Mengurai Benang Kusut Dunia Pendidikan, (Jakarta:
Rajawali Press, 2006) hal 15.
2
Muttafaq ‘alaih. HR. Bukhari Juz 1 : 16, lafazh ini miliknya dan Muslim Juz 1 : 43.
5
Materi pendidikan Akidah dalam tulisan ini difokuskan pada kajian Hadis
Tarbawi yang berkaitan dengan materi pendidikan Akidah serta usaha yang
dilakukan oleh orang tua untuk menumbuhkan potensi kodrati anak melalui
metode-metode tertentu, agar mereka menjadi manusia muslim yang meyakini
keesaan Allah, serta dapat mengamalkan Akidah yang dimiliki dalam rangka
mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Maka berangkat dari
permasalahan tersebut kami mengangakat judul makalah ini dengan judul Materi
Akidah Dalam Perspektif Hadis Tarbawi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan, secara umum
permasalahan yang akan diteliti adalah “Bagaimana hubungan antara materi akidah
Pendidikan Agama Islam di sekolah dalam perspektif hadis tarbawi?”
Masalah tersebut dijabarkan ke dalam rumusan masalah yang lebih khusus
berupa pertanyaan penelitian.
a.
Apa yang dimaksud dengan Akidah dalam Islam dan Nama-nama lain
Akidah salam Islam?
b.
Bagaimana materi akidah dalam Pendidikan Agama Islam di sekolah?
c.
Bagaimana hubungan materi akidah dengan hadis tarbawi?
C. Tujuan Penulisan Makalah
Berdasarkan rumusan masalah pada bagian sebelumnya, adapun tujuan
penulisan ini yaitu untuk mengetahui hubungan antara materi akidah Pendidikan
Agama Islam di sekolah dalam perspektif hadis tarbawi. Tujuan khusus dari
penulisan ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui pengertian akidah dalam Islam dan nama-nama lain
akidah salam Islam
b. Untuk mengetahui materi akidah dalam Pendidikan Agama Islam di
sekolah
c. Untuk mengetahui hubungan materi akidah dengan hadis tarbawi.
6
D. Manfaat Penulisan Makalah
Secara teoritis makalah ini diharapkan dapat berguna untuk memberikan
wawasan tentang materi akidah PAI di sekolah yang terkait dengan hadis-hadis
tentang pendidikan yaitu hadis tarbawi yang kemudian dapat berguna untuk
pengkajian dan pengembangan teori pembelajaran pada pendidikan Islam.
E. Sistematika Penulisan Makalah
Makalah ini memiliki beberapa bagian, yaitu pendahuluan, pembahasan
dan penutup. Setiap bagian tersebut memiliki sistematika penulisan yang
berbeda, namun semuanya masih saling berhubungan satu sama lain untuk
membahas satu tema yang diangkat menjadi topik pembahasan yaitu Materi
Akidah Pendidikan Agama Islam di Sekolah dalam Perspektif Haids Tarbawi.
Dan penyusunan makalah ini diperoleh dari berbagai referensi yang Insya
Allah terpercaya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
1.
Akidah dalam Islam
Pengertian Akidah dalam Islam
Secara etimologi kata “Akidah” berasal dari bahasa arab yaitu dari kata dasar
“’aqoda – ya’qidu – ‘aqdan – waaqidatan” yang mengandung arti ar-rabth (ikatan), al-
Ibraam (pengesahan), al-ihkam (penguatan), at-tawatstsuq (menjadi kokoh, kuat),
asy-syaddu biquwwah (pengikatan dengan kuat), at-tamaasuk (pengokohan) dan
al-itsbaatu (penetapan). Di antaranya juga mempunyai arti al-yaqiin (keyakinan)
dan al-jazmu (penetapan). Menurut Abu Bakar Jabir al Jazairy, Akidah adalah
sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum oleh manusia berdasarakan
akal, wahyu dan fitrah. Kebenaran itu dipatrikan oleh manusia di dalam hati serta
diyakini kesahihan dan keberadaannya secara pasti dan ditolak segala sesuatu
yang bertentangan dengan kebenaran itu3.
Sedangkan di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Akidah adalah
kepercayaan atau keyakinan 4 . Secara terminologi Akidah adalah “Ma ‘uqida
‘alaihil qolb wad dhomir” artinya sesuatu yang diikat dalam hati dan hati nurani5.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Akidah adalah suatu keyakinan
yang telah terikat dalam hati dengan kokoh, dengan kata lain tidak ada keraguan
didalamnya.
Akidah sebagai dasar utama ajaran Islam yang bersumber pada Al Quran
dan As-sunnah. Akidah Islam mengikat seorang Muslim sehingga terikat dengan
segala aturan hukum yang datang dari Islam. Oleh karena itu, menjadi seorang
Muslim berarti meyakini dan melaksanakan segala sesuatu yang diatur dalam
ajaran Islam, seluruh hidupnya didasarkan kepada ajaran Islam.
2.
Nama-Nama lain Akidah dalam Islam
a.
Iman, yaitu suatu yang diyakini dengan hati, diucapkan dengan lisan,
dan diamalkan dengan perbuatan.
1)
Iman kepada Allah
3
https://www.gurupendidikan.co.id/Akidah/
M.A, H. (2005). Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Mitra Pelajar.
5
Ma'luf, L. (1986). Al-Munjid fi Al-Lughah wal-A'lam. Beirut: Dar Al- Masyriq.
4
7
‫‪8‬‬
‫‪Iman kepada malaikat‬‬
‫)‪2‬‬
‫‪Iman kepada kitab-kitab‬‬
‫)‪3‬‬
‫‪Iman kepada rasul-rasul‬‬
‫)‪4‬‬
‫‪Iman kepada hari akhir‬‬
‫)‪5‬‬
‫‪Iman kepada qadar baik dan buruk‬‬
‫)‪6‬‬
‫ع ْن ُ‬
‫س ِع ْندَ َر ُ‬
‫س ْو ِل هللاِ‬
‫ي هللاُ َع ْنهُ أَيْضا ً َقا َل ‪َ :‬ب ْينَ َما ن َْح ُن ُجلُ ْو ٌ‬
‫ع َم َر َر ِ‬
‫َ‬
‫ض َ‬
‫ات َي ْو ٍم إِ ْذ َ‬
‫ب‬
‫علَ ْينَا َر ُج ٌل َ‬
‫سلَّ َم ذَ َ‬
‫اض الثِيَا ِ‬
‫ش ِد ْيد ُ بَيَ ِ‬
‫طلَ َع َ‬
‫صلَّى هللاُ َ‬
‫علَ ْي ِه َو َ‬
‫َ‬
‫س َوا ِد ال َّ‬
‫سفَ ِر‪َ ،‬والَ يَ ْع ِرفُهُ ِمنَّا أ َ َحد ٌ‪َ ،‬حتَّى‬
‫َ‬
‫علَ ْي ِه أَث َ ُر ال َّ‬
‫ش ْع ِر‪ ،‬الَ ي َُرى َ‬
‫ش ِد ْيد ُ َ‬
‫ض َع‬
‫س ِإلَى النَّ ِبي ِ صلى هللا عليه وسلم فَأ َ ْسنَدَ ُر ْكبَتَ ْي ِه ِإلَى ُر ْكبَتَ ْي ِه َو َو َ‬
‫َجلَ َ‬
‫ع ِن اْ ِإل ْسالَ ِم‪ ،‬فَقَا َل َر ُ‬
‫س ْو ُل هللاِ‬
‫علَى فَ ِخذَ ْي ِه َوقَا َل‪َ :‬يا ُم َح َّمد أ َ ْخ ِب ْر ِني َ‬
‫َكفَّ ْي ِه َ‬
‫صلى هللا عليه وسلم ‪ :‬اْ ِإل ِسالَ ُم أ َ ْن ت َ ْش َهدَ أ َ ْن الَ إِلَهَ إِالَّ هللاُ َوأ َ َّن ُم َح َّمدًا‬
‫ي َّ‬
‫ْت ِإ ِن‬
‫ضانَ َوتَ ُح َّج ْال َبي َ‬
‫َر ُ‬
‫س ْو ُل هللاِ َوت ُ ِقي َْم ال َّ‬
‫الزكاَة َ َوت َ ُ‬
‫ص ْو َم َر َم َ‬
‫صالَة َ َوتُؤْ ِت َ‬
‫ا ْست َ َ‬
‫ص ِدقُهُ‪ ،‬قَا َل‪:‬‬
‫صدَ ْق َ‬
‫ط ْع َ‬
‫ت ِإلَ ْي ِه َ‬
‫ت‪ ،‬فَ َع ِج ْبنَا لَهُ َيسْأَلُهُ َويُ َ‬
‫س ِب ْيالً قَا َل ‪َ :‬‬
‫س ِل ِه َو ْال َي ْو ِم‬
‫ان قَا َل ‪ :‬أ َ ْن تُؤْ ِمنَ بِاهللِ َو َمالَ ِئ َك ِت ِه َو ُكتُبِ ِه َو ُر ُ‬
‫فَأ َ ْخبِ ْر ِني َع ِن اْ ِإل ْي َم ِ‬
‫ع ِن‬
‫صدَ ْق َ‬
‫ِ‬
‫ت‪ ،‬قَا َل فَأ َ ْخ ِب ْرنِي َ‬
‫اآلخ ِر َوتُؤْ ِمنَ ِب ْالقَدَ ِر َخي ِْر ِه َوش َِرهِ‪ .‬قَا َل َ‬
‫اك ‪ .‬قَا َل‪:‬‬
‫ان‪ ،‬قَا َل‪ :‬أ َ ْن ت َ ْعبُدَ هللاَ َكأَنَّ َك تَ َراهُ فَإ ِ ْن لَ ْم تَ ُك ْن ت َ َراهُ فَإِنَّهُ َي َر َ‬
‫اْ ِإل ْح َ‬
‫س ِ‬
‫سا ِئ ِل‪ .‬قَا َل‬
‫ع ِة‪ ،‬قَا َل‪َ :‬ما ْال َمسْؤُ ْو ُل َع ْن َها ِبأ َ ْعلَ َم ِمنَ ال َّ‬
‫ع ِن ال َّ‬
‫سا َ‬
‫فَأ َ ْخ ِب ْر ِني َ‬
‫اراتِ َها‪ ،‬قَا َل أ َ ْن ت َ ِلدَ اْأل َ َمةُ َربَّتَ َها َوأ َ ْن ت َ َرى ْال ُحفَاة َ ْالعُ َراة َ‬
‫فَأ َ ْخبِ ْر ِني َ‬
‫ع ْن أ َ َم َ‬
‫ان‪ ،‬ث ُ َّم ا ْن َ‬
‫اء يَت َ َ‬
‫عا َء ال َّ‬
‫طلَقَ فَلَ ِبثْتُ َم ِليًّا‪ ،‬ث ُ َّم قَا َل ‪:‬‬
‫ش ِ‬
‫ْال َعالَةَ ِر َ‬
‫ط َاولُ ْونَ فِي ْالبُ ْنيَ ِ‬
‫س ْولُهُ أ َ ْعلَ َم ‪ .‬قَا َل فَإِنَّهُ ِجب ِْر ْي ُل‬
‫ع َم َر أَتَد ِْري َم ِن ال َّ‬
‫َيا ُ‬
‫سا ِئ ِل ؟ قُ ْلتُ ‪ :‬هللاُ َو َر ُ‬
‫أَتـَا ُك ْم يُعَ ِل ُم ُك ْم ِد ْينَ ُك ْم‬
‫[رواه مسلم]‬
‫‪Artinya : “Dari Umar radhiallahuanhu juga dia berkata : Ketika kami‬‬
‫‪duduk-duduk disisi Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam‬‬
‫‪suatu hari tiba-tiba datanglah seorang laki-laki yang‬‬
‫‪mengenakan baju yang sangat putih dan berambut sangat‬‬
‫‪hitam, tidak tampak padanya bekas-bekas perjalanan jauh‬‬
‫‪dan tidak ada seorangpun diantara kami yang mengenalnya.‬‬
‫‪Hingga kemudian dia duduk dihadapan Nabi lalu‬‬
‫‪menempelkan kedua lututnya kepada kepada lututnya‬‬
‫“ ‪(Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam) seraya berkata:‬‬
‫‪Ya Muhammad, beritahukan aku tentang Islam ?”, maka‬‬
‫“ ‪bersabdalah Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam :‬‬
‫‪Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada Ilah (Tuhan‬‬
‫‪yang disembah) selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad‬‬
‫‪adalah utusan Allah, engkau mendirikan shalat, menunaikan‬‬
9
zakat, puasa Ramadhan dan pergi haji jika mampu “,
kemudian dia berkata: “ anda benar “. Kami semua heran,
dia yang bertanya dia pula yang membenarkan. Kemudian
dia bertanya lagi: “ Beritahukan aku tentang Iman “. Lalu
beliau bersabda: “ Engkau beriman kepada Allah, malaikatmalaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari
akhir dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun
yang buruk “, kemudian dia berkata: “ anda benar“.
Kemudian dia berkata lagi: “ Beritahukan aku tentang ihsan
“. Lalu beliau bersabda: “ Ihsan adalah engkau beribadah
kepada Allah seakan-akan engkau melihatnya, jika engkau
tidak melihatnya maka Dia melihat engkau” . Kemudian dia
berkata: “ Beritahukan aku tentang hari kiamat (kapan
kejadiannya)”. Beliau bersabda: “ Yang ditanya tidak lebih
tahu dari yang bertanya “. Dia berkata: “ Beritahukan aku
tentang tanda-tandanya “, beliau bersabda: “ Jika seorang
hamba melahirkan tuannya dan jika engkau melihat seorang
bertelanjang kaki dan dada, miskin dan penggembala domba,
(kemudian) berlomba-lomba meninggikan bangunannya “,
kemudian orang itu berlalu dan aku berdiam sebentar.
Kemudian beliau (Rasulullah) bertanya: “ Tahukah engkau
siapa yang bertanya ?”. aku berkata: “ Allah dan Rasul-Nya
lebih mengetahui “. Beliau bersabda: “ Dia adalah Jibril
yang datang kepada kalian (bermaksud) mengajarkan agama
kalian” (HR. Muslim).
Hadis tersebut menjelaskan bahwa dimensi agama terbagi menjadi tiga
pokok, yaitu iman, Islam, dan ihsan. Sejatinya iman adalah suatu hal yang
sangat penting dan menjadi hal yang utama. Ketika seseorang memiliki iman
yang kuat, maka iman tersebut akan membuahkan akhlak yang baik dan
melaksanakan syariat dengan benar, begitupun sebaliknya ketika seseorang
memiliki iman yang lemah, maka iman tersebut akan membuahkan akhlak
yang kurang baik dan bahkan tidak melaksanakan syariat dengan benar.
b.
Tauhid, yaitu konsep dalam Akidah Islam yang menyatakan keesaan
Allah swt.
َ ‫ص‬
ُ‫ط ِب ْر ِل ِع َبادَتِ ِه ه َْل ت َ ْعلَ ُم لَه‬
ِ ‫س َم َاوا‬
َّ ‫َربُّ ال‬
ْ ‫ض َو َما َب ْينَ ُه َما فَا ْعبُ ْدهُ َوا‬
ِ ‫ت َو ْاأل َ ْر‬
ً ‫س ِميا‬
َ
Artinya : “Rabb (yang menguasai) langit dan bumi dan segala sesuatu
yang ada di antara keduanya, maka sembahlah Dia dan
berteguh hatilah dalam beribadah kepada-Nya. Apakah kamu
mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia (yang patut
disembah)?” (QS. Maryam [19]: 65).
10
Perhatikan ayat di atas:
1)
Dalam firman-Nya (‫ض‬
َّ ‫)ربُّ ال‬
ِ ‫اوا‬
ِ ‫ت َو أاْلَرأ‬
َ ‫س َم‬
َ (Rabb (yang menguasai)
langit dan bumi) merupakan penetapan tauhid rububiyah.
2)
‫( )فَا أعبُ أدهُ َوا أ‬maka sembahlah Dia dan
Dalam firman-Nya (‫ص َط ِبرأ ِل ِعبَادَتِ ِه‬
berteguh hatilah dalam beribadah kepada-Nya) merupakan
penetapan tauhid uluhiyah.
3)
Dan dalam firman-Nya (‫س ِميّا‬
َ ُ‫( ) َه أل ت َ أعلَ ُم لَه‬Apakah kamu mengetahui
ada seorang yang sama dengan Dia?) merupakan penetapan tauhid
asma’ wa shifat.
c.
Ushuluddin, yaitu ilmu yang membahas tentang pokok-pokok agama,
seperti Akidah, tauhid, dan i’tikad
B.
Materi Akidah dalam Pendidikan Agama Islam di Sekolah
Jika kita cermati pada keadaan sekarang ini Pendidikan Agama Islam (PAI)
di sekolah atau di madrasah, dalam pelaksanaannya masih menunjukkan berbagai
permasahalan yang kurang menyenangkan. Seperti halnya proses pembelajaran
Pendidikan Agama Islam (PAI) di sekolah saat ini masih sebatas sebagai proses
penyampaian “pengetahuan tentang Agama Islam”. Tidak hanya itu, semakin
tingginya tingkat pindahnya Akidah para peserta didik menjadi bukti bahwa
pembelajaran Pendidikan Agama Islam, terutama pembelajaran Akidah yang
menyangkut pembentukan keyakinan Islam peserta didik hanya terjadi sebatas
transfer ilmu atau bisa dikatakan pembelajarannya berorientasi pada penyampaian
tentang konsep- konsep Akidah Agama Islam saja. Belum menyentuh pada
internalisasi nilai-nilai Agama yang ada di dalamnya ke dalam jiwa peserta didik.
Elakrimah menyebutkan bahwa pada akhir-akhir ini dinamika umat Islam di
Indonesia diramaikan dengan berkembangnya berbagai komunitas religius yang
mengembangkan seperangkat ajaran yang berbeda dengan ajaran Islam yang telah
dipraktikkan oleh umat Islam selama ini 6 . Berbagai pernyataan pemuka agama
dan institusi keagamaan yang muncul sebagai respon terhadap komunitas tersebut,
6
Elkarimah, M. F. (2017, Agustus 1). Strategi Pendidikan Agama Islam pada Pembelajaran
Akidah “Pencegahan dan Penanggulangan Penyebaran Aliran Sesat”. Jurnal SAP, 02(01), 105115. Hal. 108
11
hingga lahirnya pernyataan sikap yang mencap aliran-aliran keagamaan atau
komunitas religius tersebut sebagai aliran sesat atau komunitas sesat.
Apabila dirunut ke belakang, jauh sebelumnya sudah sejumlah aliran
keagamaan sempalan di Indonesia, yang mungkin karena struktur masyarakat
muslim Indonesia yang heterogen dan sikap akomodatif masyarakat muslim
menyebabkan aliran-aliran keagamaan sempalan tersebut mudah diterima hingga
tumbuh subur dan berkembang ditambah lagi dengan kurangnya efektifnya
pelajaran agama Islam khususnya aspek pengajran Akidah ditingkat sekolah.
Kurang efektifnya pelajaran agama Islam dilihat dari pembagian waktunya,
bila kita melihat perbandingan antara banyaknya waktu pembelajaran mapel
agama atau Pendidikan Agama Islam antara sekolah umum dengan madrasah akan
sangat berbeda jauh. Sekolah umum hanya memiliki dua jam mapel PAI sekali
dalam seminggu. Sedangkan di madrasah mapel PAI masih dipecah menjadi lima
mapel yaitu Akidah akhlak, fiqih, sejarah kebudayaan Islam, qur’an Hadis dan
bahasa arab. Sehingga tiap-tiap mapel pai tersebut juga mendapatkan jam masingmasing dalam setiap pertemuannya dalam seminggu.
Hal ini tidak sebanding dengan jumlah jam pada mata pelajaran yang lain.
Apalagi jika dibandingkan dengan mata pelajaran yang masuk dalam ujian
nasional. Pendidikan Agama Islam adalah pelajaran yang paling penting dan
pelajaran yang sangat diperlukan. Hal ini dilihat berdasarkan dari kacamata agama
Islam. Mengingat bahwa mayoritas masyarakat Indonesia adalah beragama Islam.
Mata pelajaran ini harus mendapatkan perhatian lebih dari berbagai pihak.
TAP MPRS nomor XXVII/MPRS/1966 Bab I Pasal I yang berbunyi:
”Menetapkan pendidikan agama menjadi mata pelajaran di sekolah-sekolah mulai
dari Sekolah Dasar sampai dengan Universitas-Universitas Negeri”. Peraturan ini
keluar dengan tanpa protes, setelah penumpasan PKI7.
Dengan makin kuatnya posisi Pendidikan Agama Islam di dalam sistem
pendidikan Indonesia dengan lahirnya UU nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional yang lebih menjamin pemenuhan pendidikan agama kepada
peserta didik. Dan diikuti dengan lahirnya peraturan-peraturan selanjutnya sampai
7
Fatoni, M. K. (2005). Pendidikan Islam dan Pendidikan Nasional (Paradigma Baru). Jakarta:
Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam-Departemen Agama. Hal. 37
12
dengan terbitnya Peraturan Menteri Agama RI Nomor 16 Tahun 2010 tentang
Pengelolaan Pendidikan Agama pada Sekolah.
Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam ditingkat sekolah, semua berkaitan
dengan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara hubungan manusia
dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan sesama manusia, dan ketiga
hubungan manusia dengan dirinya sendiri, serta hubungan manusia dengan
makhluk lain dan lingkungannya. Apabila dilihat dari segi pembahasannya maka
ruang lingkup Pendidikan Agama Islam yang umum dilaksanakan di sekolah
adalah (a) Ilmu Tauhid / Keimanan, (b) Ilmu Fiqih, (c) Al-Qur‟an, (d) Al-Hadis,
(e) Akhlak dan (f) Tarikh Islam8.
Dalam pengajaran Akidah pada PAI dapat diartikan sebagai pengajaran
iman atau keyakinan. Kedudukannnya menjadi sangat fundamental karena iman
atau tauhid menjadi inti dari segala aspek. Adapun nilai-nilai yang tergambar
dalam pengajaran Akidah ini adalah rukun iman, yaitu: 1). Iman kepada Allah. 2).
Iman kepada Malaikat-malaikat Allah. 3). Iman kepada kitab-kitab Allah. 4).
Iman kepada Rasul Allah. 5). Iman kepada hari Akhir. 6). Iman kepada qada’ dan
qadar9.
Terdapat beberapa aspek dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam, ada
aspek kognitif, aspek afektif, aspek psikomotorik. Aspek kognitif menyangkut
pengetahuan akan keyakinan. Aspek afektif menyangkut tentang tabiat, sikap atau
perasaan. Sedang aspek psikomotorik menyangkut perilaku siswa/i. Aspek-aspek
ini saling mempengaruhi dan melengkapi satu sama lainnya. Maka dari itu
diharapkan kita dapat menyeimbangkannya. Aspek yang paling penting dan
mengawali seluruh aspek yang ada yaitu aspek kognitif. Aspek ini adalah aspek
dasar yang dalam ajaran agama Islam disebut juga aspek Akidah. Akidah berarti
kepercayaan atau keyakinan yang benar-benar melekat di hati manusia. Aspek
kognitif akan mempengaruhi perkembangan dua aspek lainnya. Baik aspek afektif
atau bisa disebut aspek akhlak dan aspek psikomotorik atau bisa disebut aspek
ibadah. Jika seorang anak itu tahu mana hal yang baik dan mana hal yang buruk,
maka dia akan dapat mengatur atau mengontrol dirinya dalam setiap perbuatan
yang akan dilakukannya. Maka dari itu pentingnya pendidikan ini harus memiliki
8
9
Zuhairini, & Ghafir. (2004). Metodologi Pendidikan Agama Islam. Malang: UM Press. Hal. 48
Ali, & Daud, M. (2011). Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Raja Grafindo Jaya. Hal. 201
13
dasar yang kuat, dan harus mendapatkan perhatian yang serius dari banyak pihak.
Khususnya dari pihak orangtua, pendidik, pemerintah dan seluruh pihak yang
terkait.
C.
Hubungan Materi Akidah dengan Hadis Tarbawi
1. Hadits-hadits Tarbawi tentang Materi Akidah
Pendidikan Akidah sangat berkaitan dengan kajian Hadis tarbawi. Ada
beberapa point penting pendidikan Akidah dalam kajian Hadis tarbawi:
a. Membangun Etos Kerja dengan Motivasi Iman, Islam dan Ihsan10
‫ع ْن أَبِي‬
َ ‫ي‬
َ ‫َحدَّثَنَا ُم‬
ُّ ‫يم أ َ ْخبَ َرنَا أَبُو َحيَّانَ التَّي ِْم‬
َ ‫سدَّدٌ قَا َل َحدَّثَنَا إِ ْس َما ِعي ُل ب ُْن إِب َْرا ِه‬
َّ ‫صلَّى‬
ُ‫اس فَأَت َاه‬
ِ َّ‫ار ًزا َي ْو ًما ِللن‬
َ ُ‫اَّلل‬
َ َ ‫عة‬
َ ‫ُز ْر‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬
َ ‫ي‬
ِ ‫سلَّ َم َب‬
ُّ ‫ع ْن أ َ ِبي ُه َري َْرة َ قَا َل َكانَ النَّ ِب‬
ُ ‫اإلي َم‬
ُ ‫اإلي َم‬
َّ ِ‫ان أ َ ْن تُؤْ ِمنَ ب‬
‫س ِل ِه‬
ُ ‫اَّللِ َو َم َالئِ َكتِ ِه َو ُكتُبِ ِه َوبِ ِلقَائِ ِه َو ُر‬
ِ ْ ‫ان قَا َل‬
ِ ْ ‫ِجب ِْري ُل فَقَا َل َما‬
َّ َ‫اإلس َْال ُم أ َ ْن ت َ ْعبُد‬
‫يم‬
َ ‫اَّللَ َو َال ت ُ ْش ِر َك ِب ِه‬
ِ ‫َوتُؤْ ِمنَ ِب ْال َب ْع‬
ِ ْ ‫اإلس َْال ُم قَا َل‬
ِ ْ ‫ث قَا َل َما‬
َ ‫ش ْيئًا َوت ُ ِق‬
َّ ‫ِي‬
ُ ‫س‬
َ‫ان قَا َل أ َ ْن ت َ ْعبُد‬
َّ ‫ال‬
ُ َ ‫ضةَ َوت‬
َ ‫وم َر َم‬
َ ‫الز َكاة َ ْال َم ْف ُرو‬
َ ْ‫اإلح‬
ِ ْ ‫ضانَ َقا َل َما‬
َ ‫ص‬
َ ‫ص َالة َ َوت ُ َؤد‬
َّ
‫ع ْن َها‬
َّ ‫اك قَا َل َمت َى ال‬
َ ‫اَّللَ َكأَنَّ َك ت ََراهُ فَإ ِ ْن لَ ْم ت َ ُك ْن ت ََراهُ فَإِنَّهُ يَ َر‬
َ ‫عةُ قَا َل َما ْال َم ْسئُو ُل‬
َ ‫سا‬
َ َ ‫ت ْاأل َ َمةُ َربَّ َها َوإِذَا ت‬
ُ ‫عاة‬
ْ َ‫اط َها إِذَا َولَد‬
َّ ‫بِأ َ ْعلَ َم ِم ْن ال‬
ِ ‫ع ْن أ َ ْش َر‬
َ ‫ط َاو َل ُر‬
َ ‫سأ ُ ْخبِ ُر َك‬
َ ‫سائِ ِل َو‬
َّ ‫صلَّى‬
َّ ‫ان فِي خ َْم ٍس َال يَ ْعلَ ُم ُه َّن ِإ َّال‬
‫علَ ْي ِه‬
َ ُ‫اَّلل‬
َ ‫ي‬
ِ َ‫اإل ِب ِل ْالبُ ْه ُم فِي ْالبُ ْني‬
ِْ
ُّ ‫اَّللُ ث ُ َّم ت ََال النَّ ِب‬
َّ ‫سلَّ َم { ِإ َّن‬
‫ش ْيئًا فَقَا َل َهذَا‬
َ ‫ع ِة } ْاآل َيةَ ث ُ َّم أ َ ْد َب َر فَقَا َل ُردُّوهُ فَلَ ْم َي َر ْوا‬
َّ ‫اَّللَ ِع ْندَهُ ِع ْل ُم ال‬
َ ‫سا‬
َ ‫َو‬
11
َّ ‫عبْد‬
‫ان‬
َ ‫اس دِينَ ُه ْم قَا َل أَبُو‬
َ َّ‫ِجب ِْري ُل َجا َء يُ َع ِل ُم الن‬
ِ ‫اإلي َم‬
ِ ْ ‫اَّللِ َج َع َل ذَ ِلك ُكلَّهُ ِم ْن‬
Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Musaddad berkata, Telah
menceritakan kepada kami Isma'il bin Ibrahim telah
mengabarkan kepada kami Abu Hayyan At Taimi dari Abu Zur'ah
dari Abu Hurairah berkata; bahwa Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam pada suatu hari muncul kepada para sahabat, lalu
datang Malaikat Jibril 'Alaihis Salam yang kemudian bertanya:
"Apakah iman itu?" Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjawab:
"Iman adalah kamu beriman kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitab-Nya, pertemuan dengan-Nya, Rasul-Rasul-Nya,
dan kamu beriman kepada hari berbangkit". (Jibril 'Alaihis
salam) berkata: "Apakah Islam itu?" Jawab Nabi shallallahu
'alaihi wasallam: "Islam adalah kamu menyembah Allah dan
10
Galuh Nasrullah Kartika Mayangsari, Pendidikan Akidah dalam Perspektif Hadis, Jurnal
Transformatif Vol. 1 No. 1 April 2017, hlm. 54
11
Abu Ahmad As Sidokare, Kitab Shahih Bukhari Online, Hadis No. 36
14
tidak menyekutukannya dengan suatu apapun, kamu dirikan
shalat, kamu tunaikan zakat yang diwajibkan, dan berpuasa di
bulan Ramadlan". (Jibril 'Alaihis salam) berkata: "Apakah ihsan
itu?" Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Kamu
menyembah Allah seolah-olah melihat-Nya dan bila kamu tidak
melihat-Nya sesungguhnya Dia melihatmu". (Jibril 'Alaihis
salam) berkata lagi: "Kapan terjadinya hari kiamat?" Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Yang ditanya tentang itu
tidak lebih tahu dari yang bertanya. Tapi aku akan terangkan
tanda-tandanya; (yaitu); jika seorang budak telah melahirkan
tuannya, jika para penggembala unta yang berkulit hitam
berlomba-lomba membangun gedung-gedung selama lima masa,
yang tidak diketahui lamanya kecuali oleh Allah". Kemudian Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam membaca: "Sesungguhnya hanya
pada Allah pengetahuan tentang hari kiamat" (QS. Luqman: 34).
Setelah itu Jibril 'Alaihis salam pergi, kemudian Nabi shallallahu
'alaihi wasallam berkata; "hadapkan dia ke sini." Tetapi para
sahabat tidak melihat sesuatupun, maka Nabi bersabda; "Dia
adalah Malaikat Jibril datang kepada manusia untuk
mengajarkan agama mereka." Abu Abdullah berkata: "Semua hal
yang diterangkan Beliau shallallahu 'alaihi wasallam dijadikan
sebagai iman. (HR. Bukhari)
Hadis ini merupakan Hadis yang sangat dalam maknanya, karena di
dalamnya terdapat pokok-pokok ajaran Islam, yaitu Iman, Islam, dan Ihsan. Islam
berbicara masalah lahir, iman berbicara masalah bati, dan Ihsan mencakup
keduanya. Muhammad Abduh mengatakan bahwa iman adalah keyakinan dan
kepercayaan kepada Allah, kepada Rasulullah dan kepada hari akhir tanpa terikat
oleh sesuatu apapun, kecuali harus menghormati apa-apa yang telah disampaikan
dengan perantara lisan para Rasul.
b. Memahami Fenomena Alam dan Sosial melalui Pendekatan Sunnatullah
Sebagai Refleksi Pemahaman Akidah12
‫ْف أ َ ْنت ْم َی ْھ َرم ِفی َھا‬
َ ‫ع ْن‬
َ ‫ش ِقیق قَا َل قَا َل‬
َ ‫أ َ ْخ َب َرنَا َی ْعلَى َحدَّثَنَا الْ ْع َمش‬
َ ‫عبْد هللا َكی‬
ْ ‫ت قَالوا غ ِی َِّر‬
ْ ‫ص ِغیر َو َیت َّ ِخذھَا النَّاس سنَّة فَإِذَا غ ِی َِّر‬
‫ت‬
َّ ‫ْال َك ِبیر َو َی ْربو فِی َھا ال‬
ْ َّ‫ت ق َّراؤك ْم َوقَل‬
ْ ‫الر ْح َم ِن قَا َل ِإذَا َكث َر‬
‫ت‬
ُّ ‫ال‬
َّ ‫ع ْب ِد‬
َ ‫سنَّة قَالوا َو َمتَى ذَ ِل َك َیا أ َ َبا‬
ْ ‫ت الدُّ ْنیَا ِب َع َم ِل‬
ْ ‫س‬
ْ َّ‫ت أ َم َراؤك ْم َوقَل‬
ْ ‫فقَ َھاؤك ْم َو َكث َر‬
‫ال ِخ َر ِة‬
َ ‫ت أ َمنَاؤك ْم َو ْالت ِم‬
Artinya: “Telah mengabarkan kepada kami Ya’la telah menceritakan
kepada kami Al A’masy dari Syaqiq ia berkata: “Abdullah pernah
12
Galuh Nasrullah Kartika Mayangsari, Pendidikan Akidah dalam Perspektif Hadis, hlm. 57
15
berkata: “Bagaimana sikap kalian jika ditimpa kekacauan, yang
tua menjadi pikun, yang kecil tiba-tiba menjadi dewasa, dan
manusia menjadikan kekacauan itu sebagai sunnah, dan tiba-tiba
telah diubah, mereka katakan: “sunnah telah diubah”, mereka
bertanya: “kapan hal itu terjadi wahai Abu Abdur Rahman?”, ia
menjawab: ”Ketika telah banyak orang yang bisa membaca,
namun sedikit yang ahli fiqih (paham maknanya). Banyak orang
yang duduk di pemerintahan, namun sedikit yang amanah. Dan
dunia dicari dengan ilmu Akhirat”.
Hadis di atas menujukkan sebuah sikap seorang muslim yang taat terhadap
perintah-perintah Allah yang dapat mengimplementasikan ayat-ayat al-Quran
yaitu kauniyah. Allah telah menciptakan alam semesta untuk dipikirkan oleh
manusia agar dapat dimanfaatkan oleh orang banyak. Hadis di atas
mengumpamakan banyak orang yang telah membaca alam semseta namun ada
seorang yang belum mampu melakukan hal tersebut. Maka itu sebuah teguran
untuk senantiasa berlomba dalam kebaikan.
c. Pengajaran Rasulullah Saw tentang Perintah Pelihara Agama melalui
Kalimat Tauhid terhadap Seorang Pemuda13
ُ ‫ يَا‬:‫ فَقَا َل‬،‫اَّللِ يَ ْو ًما‬
َّ ‫سو ِل‬
‫ " ِإنِي‬،‫غ َال ُم‬
ُ ‫ف َر‬
ٍ ‫ع ِن اب ِْن َعب‬
َ
َ ‫ ُك ْنتُ خ َْل‬:‫ قَا َل‬،‫َّاس‬
ْ ‫اح َف‬
ْ َ‫اَّلل َي ْحف‬
ْ َ‫احف‬
‫ت فَاسْأ َ ِل‬
َ ‫سأ َ ْل‬
ْ ‫ظ َك‬
ْ :ٍ‫ع ِل ُم َك َك ِل َمات‬
َ ُ‫أ‬
َ ‫اَّلل تَ ِج ْدهُ ت ُ َجاه ََك إِذَا‬
َ َّ ‫ظ‬
َ َّ ‫ظ‬
ْ َ‫اجتَ َمع‬
َّ ِ‫ت فَا ْست َ ِع ْن ب‬
َّ
‫وك‬
َ ُ‫علَى أ َ ْن َي ْنفَع‬
ْ ‫ َوا ْعلَ ْم أ َ َّن ْاأل ُ َّمةَ َل ِو‬،ِ‫اَّلل‬
َ ‫اَّللَ َوإِذَا ا ْستَعَ ْن‬
َ ‫ت‬
َّ ُ‫ش ْيءٍ قَ ْد َكتَبَه‬
‫وك‬
َ ِ‫وك إِ َّال ب‬
َ ِ‫ب‬
َ ‫ض ُّر‬
ُ َ‫علَى أ َ ْن ي‬
ْ ‫ َولَ ِو‬،‫اَّللُ لَ َك‬
َ ُ‫ش ْيءٍ لَ ْم َي ْنفَع‬
َ ‫اجت َ َمعُوا‬
َّ ُ‫ش ْيءٍ قَ ْد َكت َ َبه‬
‫ت‬
َ ‫وك ِإ َّال ِب‬
َ ‫ِب‬
ِ َّ‫ت ْاأل َ ْق َال ُم َو َجف‬
ِ ‫ ُر ِف َع‬،‫علَي َْك‬
َ ‫ض ُّر‬
ُ ‫ش ْيءٍ َل ْم َي‬
َ ُ‫اَّلل‬
ٌ ‫ َهذَا َحد‬:‫ قَا َل‬،" ‫ف‬
‫ص ِحي ٌح‬
ُّ ‫ال‬
ُ ‫ص ُح‬
َ ‫ِيث َح‬
َ ‫س ٌن‬
Artinya : “Ibnu Abbas berkata pada suatu hari ia duduk di belakang
Rasulullah SAW di atas suatu kendaraan. Rasulullah
memberinya nasihat, "Wahai pemuda, saya akan mengajarkan
beberapa kalimat (keterangan). Yaitu: peliharalah Allah
(pelihara segala perintah dan larangan-Nya), niscaya Allah
akan memeliharamu. Jika kamu tetap memelihara-Nya,
tentulah kamu akan tetap mendapati-Nya di hadapanmu.
Kenalilah Allah di waktu senang, niscaya Ia akan
mengenalimu di waktu susah. Bila kamu memohon sesuatu
hajat, bermohonlah (langsung) kepada Allah." Rasulullah
13
Khon, A. M. (2012). Hadis Tarbawi: Hadis-hadis tentang Pendidikan. Jakarta: Kencana. Hal. 2
16
melanjutkan, "Ketahuilah, walaupun berkumpul seluruh
manusia untuk mendatangkan suatu kemanfaatan untukmu,
tiadalah mereka dapat berbuat apa-apa, kecuali sekadar yang
Allah telah tetapkan kamu memperolehnya. Dan, walaupun
berkumpul seluruh manusia untuk mendatangkan suatu
kemudharatan kepadamu, tiadalah mereka dapat berbuat apaapa, melainkan hanya sekadar yang Allah telah tetapkan jua.
Telah diangkat kalam dan telah kering segala lembaran
tulisan. Ketahuilah, pertolongan Allah hanya diberikan kepada
orang yang sabar, dan bahwa kelapangan diberikan kepada
orang yang dalam kesusahan." (HR. Turmudzi).
Hadis di atas menjelaskan keindahan pengajaran yang diberikan
Rasulullah Saw kepada seorang anak yang masih usia muda belia atau usia
anak-anak, yaitu Ibn Abbas yang pada waktu itu sekitar berusia 10 tahun.
Pergaulan antara murid dan guru sangat akrab dan mesra, Nabi seorang guru
memboncengkan muridnya di sebuah kendaraan. Di situlah terjadi proses
pembelajaran atau kegiatan mengajar (KBM). Jadi proses kegiatan belajar
ternyata di mana saja dapat dilaksanakan sekalipun dalam sebuah kendaraan,
tidak harus dalam kelas saja. Nabi seorang guru yang penuh kasih sayang
senang memanggil muridnya dengan ungkapan yang dicintai muridnya.
Menurut Abdul Majid Khon bahwa mendidik manusia agar mengesakan
Allah dalam berdoa terntunya dalam hal-hal yang tidak ada kemampuan selain
Dia seperti masalah rezeki, penyembuhan, pengampunan dan kemenangan.
Adapun menurut hemat penulis bahwa masalah yang lebih kompleks adalah di
masyarakat seperti pengobatan, bisnis dan pinjam meminjam. Maka perlu ada
rasa saling menolong dan saling membantu dalam hal ini merupakan
implementasi dari hadis di atas.
2. Pelajaran yang dapat Dipetik dari Hadits-hadits Tarbawi tentang
Materi Akidah
Dalam hadis-hadis tarbawi terutama yang berkaitan dengan materi akidah
yang diajarkan oleh Rasulullah Saw, maka penulis mendapatkan sebuah
pelajaran yang harus dilaksanakan dalam proses pembelajaran PAI terutama
dalam menginternalisasi nilai-nilai akidah terhadap peserta didik di sekolah.
Berikut urainnya:
17
a. Perlu ada interaksi dan komunikasi yang hangat antara murid dan guru
baik secara lahir maupun batin serta adanya kesiapan kedua belah pihak
dalam proses pembelajaran sehingga tujuan pendidikan akan tercapai
dengan mudah
b. Materi pelajaran akidah dan tauhid merupakan materi pokok dalam Islam
hendaknya diberikan sejak awal dan sejak kecil agar dapat memelihara
agama dengan baik
c. Meyakini sifat Allah Maha Pemelihara, Maha Pelindung dan Maha
Pengaman dan lain-lain terhadap setiap orang yang memelihara agama
yakni memelihara perintah agama dan segala larangannya
d. Percaya kepada qada dan qadar yang telah ditentukan Allah pada setiap
kejadian yang ada di sekitarnya
e. Kewajiban manusia berusaha dan berikhtiar lahir dan batin untuk
menentukan nasib atau takdir dan menyerahkan diri pada ketentuan Tuhan
(qada qadar) selalu berusaha.
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Akidah sebagai dasar utama ajaran Islam yang bersumber pada Al-Quran
dan As-sunnah. Akidah Islam mengikat seorang Muslim sehingga terikat dengan
segala aturan hukum yang datang dari Islam. Oleh karena itu, menjadi seorang
Muslim berarti meyakini dan melaksanakan segala sesuatu yang diatur dalam
ajaran Islam, seluruh hidupnya didasarkan kepada ajaran Islam.
Dalam pengajaran Akidah pada PAI di sekolah dapat diartikan sebagai
pengajaran iman atau keyakinan. Kedudukannnya menjadi sangat fundamental
karena iman atau tauhid menjadi inti dari segala aspek. Adapun nilai-nilai yang
tergambar dalam pengajaran Akidah ini adalah rukun iman, yaitu: (1). Iman
kepada Allah. (2). Iman kepada Malaikat-malaikat Allah. (3). Iman kepada kitabkitab Allah. (4). Iman kepada Rasul Allah. (5). Iman kepada hari Akhir. (6). Iman
kepada qada’ dan qadar .
Pendidikan Akidah sangat berkaitan dengan kajian Hadis tarbawi. Ada
beberapa point penting pendidikan Akidah dalam kajian Hadis tarbawi: (1)
membangun etos kerja dengan motivasi iman, islam dan ihsan, (2) memahami
fenomena alam dan sosial melalui pendekatan sunnatullah sebagai refleksi
pemahaman akidah, (3) pengajaran Rasulullah Saw tentang perintah pelihara
agama melalui kalimat tauhid terhadap seorang pemuda.
Pada akhirnya terdapat beberapa aspek dalam pembelajaran Pendidikan
Agama Islam di sekolah yang dapat di relevansikan dengan kajian hadis tarbawi,
yaitu aspek kognitif, aspek afektif, aspek psikomotorik. Aspek kognitif
menyangkut pengetahuan akan keyakinan. Aspek afektif menyangkut tentang
tabiat, sikap atau perasaan. Sedang aspek psikomotorik menyangkut perilaku
siswa/i. Aspek-aspek ini saling mempengaruhi dan melengkapi satu sama lainnya.
Maka dari itu diharapkan kita dapat menyeimbangkannya dengan beberapa poin
yaitu: (1) perlu ada interaksi dan komunikasi yang hangat antara murid dan guru
baik secara lahir maupun batin serta adanya kesiapan kedua belah pihak dalam
proses pembelajaran sehingga tujuan pendidikan akan tercapai dengan mudah, (2)
materi pelajaran akidah dan tauhid merupakan materi pokok dalam Islam
18
19
hendaknya diberikan sejak awal dan sejak kecil agar dapat memelihara agama
dengan baik, (3) meyakini sifat Allah Maha Pemelihara, Maha Pelindung dan
Maha Pengaman dan lain-lain terhadap setiap orang yang memelihara agama
yakni memelihara perintah agama dan segala larangannya, (4) percaya kepada
qada dan qadar yang telah ditentukan Allah pada setiap kejadian yang ada di
sekitarnya, (5) kewajiban manusia berusaha dan berikhtiar lahir dan batin untuk
menentukan nasib atau takdir dan menyerahkan diri pada ketentuan Tuhan (qada
qadar) selalu berusaha.
B.
Saran
Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi
pembaca. Apabila ada kritik dan saran dalam penyusunaan makalah yang ingin di
sampaikan, silakan sampaikan kepada kami. Apabila ada terdapat kesalahan
mohon dapat memaafkannya, dan memakluminya, karena kami adalah hamba
Allah yang tak luput dari salah khilaf, alfa dan lupa.
DAFTAR PUSTAKA
Referensi Buku:
Ali, & Daud, M. (2011). Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Raja Grafindo Jaya.
Fatoni, M. K. (2005). Pendidikan Islam dan Pendidikan Nasional (Paradigma
Baru). Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama IslamDepartemen Agama.
Khon, A. M. (2012). Hadis Tarbawi: Hadis-hadis tentang Pendidikan. Jakarta:
Kencana.
M.A, H. (2005). Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Mitra Pelajar.
Ma'luf, L. (1986). Al-Munjid fi Al-Lughah wal-A'lam. Beirut: Dar Al- Masyriq.
Muhaimin. (2006). Nuansa Baru Pendidikan Islam Mengurai Benang Kusut
Dunia Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press.
Zuhairini, & Ghafir, A. (2004). Metodologi Pendidikan Agama Islam. Malang:
UM Press.
Referensi Artikel Jurnal:
Elkarimah, M. F. (2017, Agustus 1). Strategi Pendidikan Agama Islam pada
Pembelajaran Akidah “Pencegahan dan Penanggulangan Penyebaran
Aliran Sesat”. Jurnal SAP, 02(01), 105-115.
Referensi Laman Internet:
Kurniawan, A. (2019, Juni Kamis). Pengertian Aqidah dan Ruang Lingkup.
Dipetik Agustus Kamis, 2019, dari Guru Pendidikan:
https://www.gurupendidikan.co.id/aqidah/
Referensi Landaan Hukum:
TAP MPRS nomor XXVII/MPRS/1966 Bab I Pasal I. (1966).
20
Download