Enggar Nursasi:Pengaruh Audit Tenure, Opinion Shopping, Leverage dan Pertumbuhan Perusahaan …… 37 PENGARUH AUDIT TENURE, OPINION SHOPPING, LEVERAGE DAN PERTUMBUHAN PERUSAHAAN TERHADAP PENERIMAAN OPINI AUDIT GOING CONCERN PADA PERUSAHAAN PERBANKAN DAN PEMBIAYAAN YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA. Enggar Nursasi Dosen STIE Malangkuçeçwara Evi Maria Dosen STIE Malangkuçeçwara Abstract The purpose of this research to prove the effect of Audit Tenure, Opinion Shopping, Leverage and Growth Company on Admission Going Concern Audit Opinion on banking and finance companies that went public on the Stock Exchange. Going concern audit opinion can be said to be a sign for the company that received the auditor's assessment of the continuity of their business. In a sense the company at risk in continuing the business. Sample criteria are banking and finance company consistently listed on the Stock Exchange from 2008 to 2012 contained the independent auditor's report on the financial statements of the company in a row and had a negative return of at least one financial period. GESCA (Generalized Structured Component Analysis) is a component-based structural equation model. The purpose of GESCA is to make predictions. Results from this study is that the variable Audit Tenure, Opinion Shopping and Company Growth, a significant result and Leverage variable is not significant. This provides evidence that auditor independence may be impaired by the length of the engagement that occurs between auditors and their clients. And if the client received a going concern audit opinion then the following year proved to client opinion shopping practice that do replacement auditor. While the results indicate that the variable growth company with a significant negative coefficient, which means the higher the growth rate, the lower the likelihood of receipt of a going concern audit opinion. For variable Leverage results prove that the going-concern audit opinion is not influenced by the ability to meet debt equity in the company. But first consider the financial condition of the company as a whole and other financial factor. Keywords: Going Concern Audit Opinion, Audit Tenure, Opinion Shopping, Leverage and growth of the Company. Abstrak Tujuan dari penelitian ini untuk membuktikan pengaruh Audit Tenure, Opinion Shopping, Leverage dan Pertumbuhan Perusahaan terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern pada perusahaan perbankan dan pembiayaan yang go public di BEI. Opini audit going concern dapat dikatakan merupakan pertanda bagi perusahaan yang mendapat penilaian dari auditor mengenai kontinyuitas usahanya. Dalam arti perusahaan mempunyai resiko dalam melanjutkan bisnis. Kriteria sample adalah perusahaan perbankan dan pembiayaan yang listing secara konsisten di BEI dari tahun 2008 sampai 2012 yang terdapat laporan auditor independent atas laporan keuangan perusahaan secara berturut-turut dan mengalami laba negatif minimal satu periode laporan keuangan. GESCA (Generalized Structured Component Analysis) merupakan model persamaan structural berbasis komponen. Tujuan dari GESCA adalah untuk melakukan prediksi. Hasil dari penelitian ini yaitu bahwa variabel Audit Tenure, Opinion Shopping dan Pertumbuhan Perusahaan menunjukkan hasil yang signifikan dan variable Leverage tidak signifikan. Hal ini memberikan bukti bahwa independensi auditor dapat terganggu dengan lamanya perikatan yang terjadi antara auditor dengan kliennya. Dan apabila klien mendapat opini audit going concern maka pada tahun berikutnya terbukti klien melakukan praktik opinion shopping yaitu melakukan pergantian auditor. Sedangkan hasil menunjukkan bahwa variable pertumbuhan perusahaan signifikan dengan koefisien negative yang berarti semakin tinggi tingkat pertumbuhan perusahaan maka semakin rendah kemungkinan diterimanya opini audit going concern. Untuk variable Leverage hasil membuktikan bahwa dalam penerimaan opini audit going concern tidak dipengaruhi oleh kemampuan ekuitas dalam memenuhi hutang perusahaan. Tetapi lebih mempertimbangkan kondisi keuangan perusahaan secara keseluruhan dan faktor-faktor keuangan lainnya. Kata kunci : Opini Audit Going Concern, Audit Tenure, Opinion Shopping, Leverage dan Pertumbuhan Perusahaan. PENDAHULUAN. Kelangsungan hidup suatu perusahaan dapat ditunjukkan dengan kondisi keuangan maupun kondisi operasi yang sehat. Hal ini dapat tercipta jika manajemen melakukan pengelolaan yang baik dan berusaha agar perusahaan dapat 38 bertahan hidup dan selanjutnya berkembang. Perkembangan perusahaan dapat dilihat dari tingkat pertumbuhan, kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya dan menghasilkan laba yang positif secara konsisten. Kondisi perusahaan yang sehat akan lebih mendapat kepercayaan dari masyarakat luas dan investor khususnya jika didukung dengan opini audit independen. Seperti dalam SPAP seksi 341, 2001 menyatakan bahwa auditor juga bertanggungjawab untuk menilai apakah terdapat kesangsian besar terhadap kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya (going concern) dalam periode waktu tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan audit. Dan opini audit going concern merupakan opini audit yang dikeluarkan oleh auditor untuk memastikan apakah perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya. Audit tenure merupakan periode waktu perikatan antara Kantor Akuntan Publik (KAP) dan perusahaan klien yang sama. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Januarti (2009), Widodo (2011) serta Junaidi dan Martono (2010) menyatakan bahwa semakin lama hubungan auditor dengan klien, maka semakin kecil kemungkinan perusahaan mendapat opini audit going concern. Hal ini merupakan bukti hasil penelitian yang menunjukkan bahwa independensi auditor terganggu dengan lamanya perikatan antara auditor dengan klien. Chen et al.,(2005) menyatakan dalam hasil penelitiannya bahwa ketika perusahaan mengganti auditor (switching auditor), maka akan menurunkan kemungkinan mendapat opini audit yag tidak dikehendaki, dibandingkan dengan perusahaan yang tidak mengganti auditornya untuk beberapa periode. Jadi perusahaan yang berhasil melakukan opinion shopping, berharap mendapat unqualified opinion dari auditor yang baru. Lennox (2002) telah membuktikan dalam penelitiannya bahwa opinion shopping berpengaruh signifikan terhadap audit going concern. Kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya ke pihak lain juga dapat menunjukkan kinerja perusahaan. Hasil penelitian yang dilakukan Rudyawan dan Badera (2009) menyatakan bahwa semakin tinggi hutang perusahaan terhadap kemampuan perusahaan dalam membayarnya, semakin buruk kinerja perusahaan dan menimbulkan ketidakpastian kelangsungan hidup perusahaan sehingga berpeluang untuk mendapatkan opini audit going concern. Pertumbuhan perusahaan dapat ditunjukkan dengan peningkatan revenue atau hasil usaha yang semakin meningkat dari periode ke periode. Perusahaan yang memiliki pertumbuhan yang signifikan kemungkinan besar tidak mendapatkan opini audit going concern (Rahayu dan Pratiwi, 2011). Dari penjelasan di atas dapat Jurnal JIBEKA Volume 9 Nomor 1 Februari 2015: 37 - 43 dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Apakah faktor Audit Tenure berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern 2. Apakah faktor Opinion Shopping berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern 3. Apakah faktor Leverage berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern 4. Apakah faktor Pertumbuhan Perusahaan berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern Tinjauan Pustaka Opini Audit Going Concern Auditor dalam memberikan opini audit harus berdasarkan kondisi perusahaan yang sesungguhnya sebagai bentuk tanggungjawabnya ke publik yang memanfaatkan hasil opini audit tersebut. Sehingga diharapkan opini audit tidak memberikan informasi yang merugikan dan menyesatkan bagi pengguna laporan keuangan, seperti para investor yang akan membuat keputusan berinvestasi. Dalam penelitian Nursasi dan Maria, 2012 dinyatakan salah satu unsur untuk menguatkan kepercayaan masyarakat pada suatu perusahaan adalah dipublikasikannya laporan keuangan yang telah diaudit. Auditor dalam mengeluarkan opini atas laporan keuangan perusahaan harus benar benar memperhatikan kondisi keuangan perusahaan. Sebelum opini audit wajar tanpa pengecualian dikeluarkan, auditor bisa menambah paragraf penjelasan berupa keberlanjutan usaha perusahaan yang dapat dinyatakan dengan istilah going concern perusahaan tersebut. Opini auditor merupakan sumber informasi bagi pihak di luar perusahaan sebagai pedoman untuk pengambilan keputusan. Perusahaan yang menerima opini going concern akan berdampak terhadap kelangsungan hidup perusahaan, oleh karena itu mendorong manajemen untuk mempengaruhi auditor agar mempertimbangkan pemberian opini going concern yang akan menimbulkan konsekuensi negative (Praptitorini dan Januarti, 2011). Dalam Ardiani, Nur DP dan Azlina (2012) keberadaan entitas bisnis telah banyak diwarnai oleh kasus hukum yang melibatkan manipulasi akuntansi. Hal ini terjadi karena salah satunya kegagalan auditor untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan usahanya. Dalam SPAP (2001) dinyatakan opini audit going concern merupakan opini yang dikeluarkan oleh auditor untuk memastikan apakah perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya. Opini Audit dan Audit Tenure Enggar Nursasi:Pengaruh Audit Tenure, Opinion Shopping, Leverage dan Pertumbuhan Perusahaan …… Audit tenure merupakan periode waktu perikatan antara Kantor Akuntan Publik (KAP) dan perusahaan klien yang sama. Penelitian yang dilakukan oleh Ghos dan Moon (2003) dalam Werastuti (2013) menemukan bahwa kualitas audit semakin meningkat dengan semakin lamanya audit tenure. Hal ini akan mendukung pendapat yang menyatakan bahwa pertimbangan auditor akan lebih baik seiring dengan masa kerja yang lebih lama karena asimetri informasi antara auditor dan klien semakin berkurang. Menurut Wooten (2003) terkait dengan lamanya masa perikatan, kegagalan audit banyak terjadi pada masa kerja yang pendek atau terlalu lama. Hubungan auditor dengan perusahaan klien yang lama ini berpotensi menjadikan auditor merasa puas pada apa yang dilakukan seperti melakukan audit yang kurang tegas dan terlalu tergantung pada pernyataan manajemen (Deis dan Giroux, 1992 dalam Werastuti, 2013). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Januarti (2009), Widodo (2011) serta Junaidi dan Hartono (2010) menyatakan bahwa semakin lama hubungan auditor dengan klien, maka semakin kecil kemungkinan perusahaan mendapat opini audit going concern. Hal ini merupakan bukti hasil penelitian yang menunjukkan bahwa independensi auditor terganggu dengan lamanya perikatan antara auditor dengan klien. Sehingga hipotesisnya : H1 : Audit Tenure berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern Opini Audit dan Opinion Shopping Opinion Shopping menunjukkan pergantian auditor independen untuk tahun berikutnya apabila tahun berjalan perusahaan mendapatkan opini audit going concern. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Teoh, 1992 dalam penelitian Praptitorini dan Januarti, 2007 menyatakan bahwa untuk menghindari opini going concern perusahaan melakukan pergantian auditor (auditor switching). Terdapat dua argumen tentang opinion shopping yaitu : pertama jika auditor bekerja pada perusahaan tertentu, perusahaan dapat mengancam melakukan pergantian auditor. Kekawatiran untuk diganti mungkin dapat menghindari independensi auditor, sehingga tidak mengungkapkan masalah going concern. Kedua, ketika auditor tersebut independen, perusahaan akan menghentikan akuntan publik (auditor) yang cenderung memberikan opini going concern, atau menunjuk auditor yang cenderung memberikan opini going concern. Chen et al.,(2005) menyatakan dalam hasil penelitiannya bahwa ketika perusahaan mengganti auditor (switching auditor), maka akan menurunkan kemungkinan mendapat opini audit yang tidak dikehendaki, dibandingkan dengan perusahaan yang tidak mengganti auditornya untuk beberapa periode. Jadi perusahaan yang berhasil melakukan opinion shopping, berharap mendapat unqualified opinion dari auditor yang baru. Lennox (2002) telah membuktikan dalam penelitiannya bahwa opinion 39 shopping berpengaruh signifikan terhadp audit going concern. Sehingga hipotesisnya : H2 : Opinion Shopping berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern Opini Audit dan Leverage Leverage merupakan rasio yang menggambarkan tingkat hutang dibandingkan dengan aset perusahaan. Perusahaan dengan nilai aset lebih kecil jika dibandingkan dengan kewajibannya, akan menghadapi bahaya kebangkrutan ( Susanto, Yulius, 2009) yang juga didukung penelitian sebelumnya Chen dan Church (1992) yang mengkaji variabel kegagalan pembayaran hutang untuk menjelaskan opini audit. Kemampuan perusahaan dalam memeuhi kewajibannya ke pihak lain juga dapat menunjukkan kinerja perusahaan. Hasil penelitian yang dilakukan Rudyawan dan Badera (2009) menyatakan bahwa semakin tinggi hutang perusahaan terhadap kemampuan perusahaan dalam membayarnya, semakin buruk kinerja perusahaan dan menimbulkan ketidakpastian kelangsungan hidup perusahaan sehingga berpeluang untuk mendapatkan opini audit going concern. Sehingga hipotesisnya : H3 : Leverage berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern Opini Audit dan Pertumbuhan Perusahaan Perusahaan yang mempunyai pertumbuhan yang baik dapat dilihat dengan pertambahan pendapatan atau revenue per tahunnya. Dengan pertumbuhan yang baik perusahaan akan dapat melangsungkan usahanya dan kemungkinan besar tidak akan mendapat opini audit going concern (Rahayu dan Pratiwi, 2011). Tetapi hal tersebut bertolak belakang dengan hasil penelitian yang dilakukan Fanny dan Saputra (2005), dimana pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh terhadap kemungkinan penerimaan opini audit going concern. Pertumbuhan perusahaan dapat ditunjukkan dengan peningkatan revenue atau hasil usaha yang semakin meningkat dari periode ke periode. Perusahaan yang memiliki pertumbuhan yang signifikan kemungkinan besar tidak mendapatkan opini audit going concern (Rahayu dan Pratiwi, 2011). Sehingga hipotesisnya : H4 : Pertumbuhan Perusahaan berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini untuk membuktikan apakah perusahaan perbankan dan pembiayaan yang go publik di BEI untuk periode 2008-2012 dengan penerimaan opini wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan going 40 concern perusahaan, dipengaruhi oleh lamanya jangka waktu perikatan (audit tenure), bergantigantinya auditor (opinion shopping) dan rendahnya nilai rasio leverage perusahaan yang berarti ekuitas yang dimiliki lebih sedikit dibanding dengan hutang perusahaan dan turunnya pertumbuhan perusahaan. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini dapat memberikan tambahan wawasan bagi pembacanya tentang opini audit going concern yang dikaitkan dengan audit tenure, opinion shopping, leverage dan pertumbuhan perusahaan. Bagi calon kreditor dan investor dapat dijadikan wacana untuk tambahan wawasan dalam menentukan keputusan yang berkaitan dengan kredit dan investasi. Metode Penelitian Pemilihan Sampel dan Pengumpulan Data Populasi penelitian adalah perusahaan perbankan dan pembiayaan yang go publik di BEI untuk tahun 2008 sampai 2012. Dengan metode purposive sampling, sampel penelitian yaitu untuk perusahaan yang memenuhi kriteria sebagai berikut : 1) perusahaan perbankan dan pembiayaan untuk periode 2008-2012 minimal 1 kali mengalami laba bersih yang negatif, 2) menerbitkan secara berturut-turut laporan keuangan yang diaudit untuk periode 2008-2012 dengan periode laporan 1 Januari sampai 31 Desember. Data dikumpulkan dengan cara observasi, yaitu mengambil dari laporan keuangan yang sudah dipublikasikan oleh perusahaan di BEI. Analisis data dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan GESCA (Generalized Structured Component Analysis) merupakan model persamaan structural berbasis komponen. Tujuan dari GESCA adalah untuk melakukan prediksi. Wold (1985) menyatakan bahwa PLS maupun GESCA tidak memerlukan syarat normal distribution multivariate, variabel atau indikator bisa dalam skala kategori, ordinal, interval sampai rasio dan sampel tidak harus besar. GESCA selain dapat digunakan untuk mengkonfirmasi teori juga dapat digunakan untuk menjelaskan bentuk hubungan antar variabel. Data dalam ini beberapa variabel teridentifikasi mempunyai skala pengukuran ratio sehingga tidak bisa memenuhi asumsi normalitas. Oleh karenanya penggunaan teknik GESCA untuk menjawab hipotesis penelitian sudah sesuai. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Opini Audit merupakan pendapat yang diberikan auditor atas laporan keuangan yang diaudit. Opini audit yang diberikan atas laporan keuangan dengan kriteria tertentu, auditor wajib memberikan pernyataan atas kelangsungan hidup perusahaan di masa yang akan datang (going concern). Menurut Komalasari (2004) dalam Susanto (2009) variabel opini audit going concern ini diukur menggunaka skala nominal dengan menggunakan variabel dummy, yaitu : opini audit unqualified dengan going concern audit report (GCAR) diberi nilai 1. Opini audit audit unqualified tanpa going concern Jurnal JIBEKA Volume 9 Nomor 1 Februari 2015: 37 - 43 audit report (Non-GCAR) diberi nilai 0. Audit Tenure merupakan periode waktu perikatan antara Kantor Akuntan Publik (KAP) dan perusahaan klien yang sama.pengukuran audit tenure dilakukan dengan cara menghitung masa perikatan KAP dengan klien dalam jumlah tahun. Tahun pertama perikatan dimulai dengan angka 1 dan ditambah dengan 1 untuk tahun-tahun berikutnya. (Wirastuti, 2013) dan Ardiani, Nur DP dan Azlina (2012). Berdasarkan keputusan menteri keuangan No:17/PMK.01/2008 tentang jasa akuntan publik dan Peraturan Ketua BAPEPAM No Kep-310/BL/2008 tentang jasa akuntan publik yang mengatur tentang pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas yang dilakukan oleh KAP paling lama enam tahun buku berturutturut dan oleh seorang seorang Akuntan Publik paling lama tiga tahun buku berturut-turut. Opinion Shopping menunjukkan pergantian auditor independen untuk tahun berikutnya apabila tahun berjalan perusahaan mendapatkan opini audit going concern. Pengukuran opinion shopping menggunakan metoda yang diterapkan oleh Lennox (2002). Variable ini diukur dengan menggunakan variable dummy, angka 1 untuk perusahaan diaudit oleh auditor independen yang berbeda untuk tahun selanjutnya setelah perusahaan mendapatkan opini audit going concern, angka 0 untuk perusahaan diaudit oleh auditor independen yang sama untuk tahun selanjutnya setelah perusahaan mendapatkan opini audit going concern. Leverage merupakan rasio yang menggambarkan tingkat hutang dibandingkan dengan ekuitas perusahaan. Supaya perusahaan aman porsi hutang harus kecil dibanding ekuitas yang dimilikinya. Rasio ini seperti yang digunakan oleh Mutchler (1984) dalam penelitian Manao dan Nursetyo (2002) di penelitian Susanto (2009). Pertumbuhan perusahaan dapat ditunjukkan dengan peningkatan revenue atau hasil usaha yang semakin meningkat dari periode ke periode. Pertumbuhan perusahaan diproksikan dengan rasio pertumbuhan pendapatan. Rasio ini mengukur seberapa baik perusahaan mempertahankan posisi ekonominya, baik dalam industrinya maupun dalam kegiatan ekonomi secara keseluruhan ( Weston dan Copeland, 1992) dalam Setyarno dkk (2006) di penelitian Kartika (2012) Hasil yang dicapai Penelitian dilakukan untuk membuktikan apakah Audit Tenure, Opinion Shopping, Leverage dan Pertumbuhan Perusahaan berpengaruh terhadap pemberian Opini Audit Going Concern. Penelitian dilakukan pada perusahaan Perbankan dan Pembiayaan yang go public di BEI untuk periode 5 tahun, yaitu tahun 2008 sampai 2012. Dengan ketentuan sampel untuk penelitian ini yaitu : 1) perusahaan perbankan dan pembiayaan untuk periode 2008-2012 minimal 1 kali mengalami laba Enggar Nursasi:Pengaruh Audit Tenure, Opinion Shopping, Leverage dan Pertumbuhan Perusahaan …… bersih yang negatif, 2) menerbitkan secara berturutturut laporan keuangan yang diaudit untuk periode 2008-2012 dengan periode laporan 1 Januari sampai 31 Desember. Hasil observasi peneliti memperoleh sampel sebanyak 60. Metode analisis dalam penelitian ini dengan menggunakan GESCA (Generalized Structured Component Analysis) yang merupakan model persamaan structural berbasis komponen. Tujuan dari GESCA adalah untuk melakukan prediksi. Wold (1985) menyatakan bahwa PLS maupun GESCA tidak memerlukan syarat normal distribution multivariate, variabel atau indikator bisa dalam skala kategori, ordinal, interval sampai rasio dan sampel tidak harus besar. GESCA selain dapat digunakan untuk mengkonfirmasi teori juga dapat digunakan untuk menjelaskan bentuk hubungan antar variabel. Data dalam penelitian ini beberapa variabel teridentifikasi mempunyai skala pengukuran ratio sehingga tidak bisa memenuhi asumsi normalitas. Oleh karenanya penggunaan teknik GESCA untuk menjawab hipotesis penelitian ini sudah sesuai. Selain itu GESCA mempunyai fasilitas yang lengkap untuk uji kelayakan model. Pengujian Model dan Keseluruhan Model (Overall Model Fit) Dari uji goodness of fit model diketahui bahwa nilai FIT : 0.674 dan AFIT : 0.617 relatif baik artinya kemampuan model untuk menjelaskan variasi dari data sebesar 67,4% . Sedangkan nilai GFI sebesar 0.984 mendekati 1 dan nilai SMSR sebesar 0.292 mendekati 0 menunjukkan a good level of overall model fit. Dengan demikian model tersebut sudah memenuhi kelayakan. 41 Independent Opinion Going Concern (OGC) OGC (SE) P.value Audit Tenur (AT) Opinion Shopping (OS) 0.213 0.075 0.006312* 0.548 0.164 0.001503* Leverage (LEV) Pertumbuhan Perusahaan (PP) 0.001 0.078 0.989817 -0.203 0.107 0.063057** Keterangan: Tanda: * Signifikan pada Alpha 5%. ** signifikan pada Alpha 10% Interpretasi 1. Terdapat pengaruh positif Audit Tenure (AT) terhadap Opini Going Concern (OGC) secara statistic terbukti dengan nilai koefisien sebesar 0.213 (P.Value 0.006312) signifikan pada alpha 5%. 2. Terdapat pengaruh positif Opinion Shopping (OS) terhadap Opini Going Concern (OGC) secara statistik terbukti dengan nilai koefisien sebesar 0.548 (P.Value 0.001503) signifikan pada alpha 5%. 3. Pengaruh positif Leverage (LEV) terhadap Opini Going Concern (OGC) secara statistik tidak terbukti dengan nilai koefisien sebesar 0.001 (P.Value 0.989817) signifikan pada alpha 5%. 4. Terdapat pengaruh negatif Pertumbuhan Perusahaan (PP) terhadap Opini Going Concern (OGC) secara statistik terbukti dengan nilai koefisien sebesar -0.203 (P.Value 0.063057) signifikan pada alpha 10%. Pembahasan Gambar 1. Model Penelitian Hasil Pengujian Pengaruh antara Variabel Independen terhadap Variabel Dependen Tabel 1. Path Coefficient Variabel Variabel Dependent 1. Hasil Pengujian Hipotesis Pertama (H1) :Audit Tenure berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Audit Tenure merupakan periode waktu perikatan antara Kantor Akuntan Publik (KAP) dan perusahaan klien yang sama. Pengukuran audit tenure dilakukan dengan cara menghitung masa perikatan KAP dengan klien dalam jumlah tahun. Berdasarkan hasil pengujian menunjukkan bahwa hasilnya signifikan yang ditunjukkan dengan nilai P value 0,006312 (alpha 5%). Hal ini berarti bahwa hipotesis pertama dapat diterima yang artinya audit tenure berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Hasil ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh Ardinani, Nur DP dan Azlina (2012) yang hasilnya menyatakan bahwa audit tenure tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Tetapi hasil ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Junaidi dan Hartono (2010) dan Widodo (2012) yang menyatakan bahwa semakin lama hubungan auditor dengan klien, maka akan semakin kecil kemungkinan perusahaan untuk mendapatkan opini audit 42 Jurnal JIBEKA Volume 9 Nomor 1 Februari 2015: 37 - 43 going concern. Penelitian ini memberikan bukti empiris bahwa independensi auditor dapat terganggu dengan lamanya perikatan yang terjadi antara auditor dengan kliennya. Dengan berdasarkan keputusan menteri keuangan No:17/PMK.01/2008 tentang jasa akuntan publik dan Peraturan Ketua BAPEPAM No Kep-310/BL/2008 tentang jasa akuntan publik yang mengatur tentang pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas yang dilakukan oleh KAP paling lama enam tahun buku berturut-turut dan oleh seorang seorang Akuntan Publik paling lama tiga tahun buku berturut-turut. 2. Hasil Pengujian Hipotesis Kedua (H2) : Opinion Shopping berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Opinion Shopping menunjukkan pergantian auditor independen untuk tahun berikutnya apabila tahun berjalan perusahaan mendapatkan opini audit going concern. Hasil pengujian menunjukkan bahwa hasilnya signifikan yang ditunjukkan dengan nilai P value 0,001503 (alpha 5%). Hal ini berarti bahwa hipotesis kedua dapat diterima yang artinya Opinion Shopping berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Hasil ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh Ardinani, Nur DP dan Azlina (2012) dan Praptitorini dan Januarti (2007) yang hasilnya menyatakan bahwa Opinion Shopping tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Hasil ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Lennox (2002) yang dapat membuktikan bahwa Opinion Shopping berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Dengan koefisien positif menunjukkan bahwa perusahaan tidak menerima opini going concern ketika mempertahankan auditornya. Dan hasil ini mendukung pendapat Teoh (1992) yang membuktikan bahwa praktik opinion shopping ini digunakan oleh perusahaan mengancam untuk melakuka pergantian auditor. Dan pada akhirnya auditor mengeluarkan opini audit non going concern. Bukti empiris ini mengindikasikan kurang independennya auditor. 3. Hasil Pengujian Hipotesis Ketiga (H3) : Leverage berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Leverage merupakan rasio yang menggambarkan tingkat hutang dibandingkan dengan ekuitas perusahaan. Hasil pengujian menunjukkan bahwa hasilnya tidak signifikan yang ditunjukkan dengan nilai P value 0,989817 (alpha 5%). Hal ini berarti bahwa hipotesis ketiga dapat ditolak yang artinya Leverage tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Hasil ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Rahayu dan Pratiwi (2011) dan Susanto (2009) yang membuktikan bahwa rasio leverage tidak mempengaruhi auditor dalam memberikan opini audit going concern . Hal ini menunjukkan bahwa dalam memberikan opini audit going concern, auditor tidak berdasarkan kemampuan ekuitas dapat menutupi hutang perusahaan. Tetapi lebih mempertimbangkan kondisi keuangan perusahaan secara keseluruhan dan faktor-faktor keuangan lainnya. 4. Hasil Pengujian Hipotesis Keempat (H4) : Pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Pertumbuhan perusahaan dapat ditunjukkan dengan peningkatan revenue atau hasil usaha yang semakin meningkat dari periode ke periode. Hasil pengujian menunjukkan bahwa hasilnya signifikan yang ditunjukkan dengan nilai P value 0,063057 (alpha 10%). Hal ini berarti bahwa hipotesis keempat dapat diterima yang artinya pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Hasil ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh Rahayu dan Pratiwi (2011) yang membuktikan bahwa pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Tetapi hasil ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Kartika (2012) yang membuktikan bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Dengan koefisien yang negatife menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pertumbuhan perusahaan semakin kecil kemungkinan diterimanya opini audit going concern. Peningkatan penerimaan menunjukkan bahwa perusahaan mampu melangsungkan usahanya. Kesimpulan 1. Hasil Pengujian Hipotesis Pertama (H1) :Audit Tenure berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern membuktikan bahwa hasilnya signifikan yang ditunjukkan dengan nilai P value 0,006312 (alpha 5%). Hal ini berarti bahwa hipotesis pertama dapat diterima yang artinya audit tenure berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Penelitian ini memberikan bukti empiris bahwa independensi auditor dapat terganggu dengan lamanya perikatan yang terjadi antara auditor dengan kliennya. 2. Hasil Pengujian Hipotesis Kedua (H2) : Opinion Shopping berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern, membuktikan bahwa Opinion Shopping menunjukkan pergantian auditor independen untuk tahun berikutnya apabila tahun berjalan perusahaan mendapatkan opini audit going concern. Hasil pengujian menunjukkan bahwa hasilnya signifikan yang ditunjukkan dengan nilai P value 0,001503 (alpha 5%). Hal ini berarti bahwa hipotesis kedua dapat diterima yang artinya Enggar Nursasi:Pengaruh Audit Tenure, Opinion Shopping, Leverage dan Pertumbuhan Perusahaan …… 3. 4. Opinion Shopping berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Dengan koefisien positif menunjukkan bahwa perusahaan tidak menerima opini going concern ketika mempertahankan auditornya. Dan pada akhirnya auditor mengeluarkan opini audit non going concern. Bukti empiris ini mengindikasikan kurang independennya auditor. Hasil Pengujian Hipotesis Ketiga (H3) : Leverage berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Leverage merupakan rasio yang menggambarkan tingkat hutang dibandingkan dengan ekuitas perusahaan. Hasil pengujian menunjukkan bahwa hasilnya tidak signifikan yang ditunjukkan dengan nilai P value 0,989817 (alpha 5%). Hal ini berarti bahwa hipotesis ketiga dapat ditolak yang artinya Leverage tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Hal ini menunjukkan bahwa dalam memberikan opini audit going concern, auditor tidak berdasarkan kemampuan ekuitas dapat menutupi hutang perusahaan. Tetapi lebih mempertimbangkan kondisi keuangan perusahaan secara keseluruhan dan faktor-faktor keuangan lainnya. Hasil Pengujian Hipotesis Keempat (H4) : Pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Pertumbuhan perusahaan dapat ditunjukkan dengan peningkatan revenue atau hasil usaha yang semakin meningkat dari periode ke periode. Hasil pengujian menunjukkan bahwa hasilnya signifikan yang ditunjukkan dengan nilai P value 0,063057 (alpha 10%). Hal ini berarti bahwa hipotesis keempat dapat diterima yang artinya pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Dengan koefisien yang negatif menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pertumbuhan perusahaan semakin kecil kemungkinan diterimanya opini audit going concern. Peningkatan penerimaan menunjukkan bahwa perusahaan mampu melangsungkan usahanya. Saran Untuk penelitian berikutnya, disarankan untuk melengkapi variabel yang mempengaruhi penerimaan opini audit going concern. Dan mempertimbangkan variabel kontrol dalam proses análisis untuk lebih memberikan hasil yang lebih baik. Daftar Pustaka 1. Altman, E & T.McGouh, 1974, Evaluation of A Company as A Going Concern, Journal of Accountancy., auditing Journal Practice and Theory Fall. 2. Chen,K.C & B.K Church, 1992, Default on Debt Obligations and the Issuance of Going Concern Report. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 43 Chen, et.,al, 2005, The Information Contents of Auditor Change In Financial Distress Prediction-Empirical Findings from The TAIEX-listed firms. Fanny, Margaretta dan Saputra, S., 2005, Opini Audit Going Concern : Kajian Berdasarkan model Prediksi Kebangkrutan, Pertumbuhan Perusahaan dan Reputasi Kantor Akuntan Publik, Simpusium Nasional Akuntansi VII. Ghozali, Iman., 2008, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS Cetakan IV, Badan Penerbit Universitas Diponegoro. IAI, 2001, Standat Profesional Akuntan Publik (SPAP), Jakarta : Salemba Empat. Januarti, I, 2009, Analisis Pengaruh Faktor Perusahaan, Kualitas Auditor, Kepemilikan Perusahaan terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern, Jurnal Akuntansi. Junaidi, dan Jogiyanto Hartono, 2010, Faktor Non Keuagan pada Opini Going Concern, SNA XIII, Purwokerto. 9. Lennox, C.,2002,, Do Companies Success-fully Engage in Opinion Shopping : Evidence from the UK, Journal of Accounting and Economics 29. www.google.com. 10. Nursasi,Enggar dan Maria,Evi 2013, Analisis Opini Audit Going Concern : Kajian Prediksi Kebangkrutan, Leverage dan Pertumbuhan Perusahaan pada Perusahaan Perbankan dan Lembaga Pembiayaan yang Go Public di BEI, Hasil Penelitian akan Dipublikasikan. 11. Praptitorini dan Januarti, 2007, Analisis pengaruh kualitas Audit, Debt Default dan Opinion Shopping terhadap Penerimaan Opini Going Concern, SNA X, Unhas Makassar 26-28 Juli. 12. Rahayu, Ayu Wilujeng dan Pratiwi C.W, 2011, Pengaruh Opini Audit Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan perusahaan, Leverage, dan Reputasi Auditor terhadap Penerimaan opini Audit Going Concern, Proceeding PESAT Univiversitas Gunadarma. 13. Rudyawan, AP, 2007, Opini Audit Going Concern: Kajian Berdasarkan Model Prediksi Kebangkrutan, Pertumbuhan Perusahaan dan Reputasi Kantor Akuntan Publik. 14. Susanto, Yulius Kurnia, 2009, Faktor-Faktor yag Mempengaruhi Penerimaan opini Audit Going Concern pada Perusahaan Publik Sektor Manufaktur, Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Volume 11, No. 3. 15. Teoh, S., 1992, Auditor Independence, Dismissal Threats, and The Market Reaction to Auditor Swiches, Journal of Accounting Research 30. 16. Widodo, Dian Mustika Sari, 2011, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Auditor dalam Memberikan Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Manufaktur di BEI, Skripsi FE UNDIP, Semarang. 17. Wold,H. 1985. Partial Least Square . In S Kotz & N.L. Johnson (Eds). Encyclopedia of Statistical Sciences. Vol 8 pp. 587-599. New York Wiley.