Uploaded by User24633

6-JURNAL-ENGGAR-ABM-VOL-9-NO-1-FEB-2015

advertisement
Enggar Nursasi:Pengaruh Audit Tenure, Opinion Shopping, Leverage dan Pertumbuhan Perusahaan ……
37
PENGARUH AUDIT TENURE, OPINION SHOPPING, LEVERAGE DAN
PERTUMBUHAN PERUSAHAAN TERHADAP PENERIMAAN OPINI
AUDIT GOING CONCERN PADA PERUSAHAAN PERBANKAN DAN
PEMBIAYAAN YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA.
Enggar Nursasi
Dosen STIE Malangkuçeçwara
Evi Maria
Dosen STIE Malangkuçeçwara
Abstract
The purpose of this research to prove the effect of Audit Tenure, Opinion Shopping, Leverage and
Growth Company on Admission Going Concern Audit Opinion on banking and finance companies that went
public on the Stock Exchange. Going concern audit opinion can be said to be a sign for the company that
received the auditor's assessment of the continuity of their business. In a sense the company at risk in continuing
the business. Sample criteria are banking and finance company consistently listed on the Stock Exchange from
2008 to 2012 contained the independent auditor's report on the financial statements of the company in a row and
had a negative return of at least one financial period. GESCA (Generalized Structured Component Analysis) is a
component-based structural equation model. The purpose of GESCA is to make predictions.
Results from this study is that the variable Audit Tenure, Opinion Shopping and Company Growth, a
significant result and Leverage variable is not significant. This provides evidence that auditor independence may
be impaired by the length of the engagement that occurs between auditors and their clients. And if the client
received a going concern audit opinion then the following year proved to client opinion shopping practice that
do replacement auditor. While the results indicate that the variable growth company with a significant negative
coefficient, which means the higher the growth rate, the lower the likelihood of receipt of a going concern audit
opinion. For variable Leverage results prove that the going-concern audit opinion is not influenced by the
ability to meet debt equity in the company. But first consider the financial condition of the company as a whole
and
other
financial
factor.
Keywords: Going Concern Audit Opinion, Audit Tenure, Opinion Shopping, Leverage and growth of the
Company.
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini untuk membuktikan pengaruh Audit Tenure, Opinion Shopping, Leverage
dan Pertumbuhan Perusahaan terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern pada perusahaan perbankan
dan pembiayaan yang go public di BEI. Opini audit going concern dapat dikatakan merupakan pertanda bagi
perusahaan yang mendapat penilaian dari auditor mengenai kontinyuitas usahanya. Dalam arti perusahaan
mempunyai resiko dalam melanjutkan bisnis. Kriteria sample adalah perusahaan perbankan dan pembiayaan
yang listing secara konsisten di BEI dari tahun 2008 sampai 2012 yang terdapat laporan auditor independent
atas laporan keuangan perusahaan secara berturut-turut dan mengalami laba negatif minimal satu periode
laporan keuangan. GESCA (Generalized Structured Component Analysis) merupakan model persamaan
structural berbasis komponen. Tujuan dari GESCA adalah untuk melakukan prediksi.
Hasil dari penelitian ini yaitu bahwa variabel Audit Tenure, Opinion Shopping dan Pertumbuhan
Perusahaan menunjukkan hasil yang signifikan dan variable Leverage tidak signifikan. Hal ini memberikan
bukti bahwa independensi auditor dapat terganggu dengan lamanya perikatan yang terjadi antara auditor
dengan kliennya. Dan apabila klien mendapat opini audit going concern maka pada tahun berikutnya terbukti
klien melakukan praktik opinion shopping yaitu melakukan pergantian auditor. Sedangkan hasil menunjukkan
bahwa variable pertumbuhan perusahaan signifikan dengan koefisien negative yang berarti semakin tinggi
tingkat pertumbuhan perusahaan maka semakin rendah kemungkinan diterimanya opini audit going concern.
Untuk variable Leverage hasil membuktikan bahwa dalam penerimaan opini audit going concern tidak
dipengaruhi oleh kemampuan ekuitas dalam memenuhi hutang perusahaan. Tetapi lebih mempertimbangkan
kondisi keuangan perusahaan secara keseluruhan dan faktor-faktor keuangan lainnya.
Kata kunci : Opini Audit Going Concern, Audit Tenure, Opinion Shopping, Leverage dan Pertumbuhan
Perusahaan.
PENDAHULUAN.
Kelangsungan hidup suatu perusahaan
dapat ditunjukkan dengan kondisi keuangan
maupun kondisi operasi yang sehat. Hal ini dapat
tercipta jika manajemen melakukan pengelolaan
yang baik dan berusaha agar perusahaan dapat
38
bertahan hidup dan selanjutnya berkembang.
Perkembangan perusahaan dapat dilihat dari tingkat
pertumbuhan, kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajibannya dan menghasilkan laba
yang positif secara konsisten.
Kondisi perusahaan yang sehat akan lebih
mendapat kepercayaan dari masyarakat luas dan
investor khususnya jika didukung dengan opini
audit independen. Seperti dalam SPAP seksi 341,
2001
menyatakan
bahwa
auditor
juga
bertanggungjawab untuk menilai apakah terdapat
kesangsian besar terhadap kemampuan perusahaan
dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya
(going concern) dalam periode waktu tidak lebih
dari satu tahun sejak tanggal laporan audit. Dan
opini audit going concern merupakan opini audit
yang dikeluarkan oleh auditor untuk memastikan
apakah
perusahaan
dapat
mempertahankan
kelangsungan hidupnya.
Audit tenure merupakan periode waktu
perikatan antara Kantor Akuntan Publik (KAP) dan
perusahaan klien yang sama. Dalam penelitian yang
dilakukan oleh Januarti (2009), Widodo (2011)
serta Junaidi dan Martono (2010) menyatakan
bahwa semakin lama hubungan auditor dengan
klien, maka semakin kecil kemungkinan
perusahaan mendapat opini audit going concern.
Hal ini merupakan bukti hasil penelitian yang
menunjukkan
bahwa
independensi
auditor
terganggu dengan lamanya perikatan antara auditor
dengan klien.
Chen et al.,(2005) menyatakan dalam hasil
penelitiannya bahwa ketika perusahaan mengganti
auditor (switching auditor), maka akan menurunkan
kemungkinan mendapat opini audit yag tidak
dikehendaki, dibandingkan dengan perusahaan
yang tidak mengganti auditornya untuk beberapa
periode. Jadi perusahaan yang berhasil melakukan
opinion shopping, berharap mendapat unqualified
opinion dari auditor yang baru. Lennox (2002) telah
membuktikan dalam penelitiannya bahwa opinion
shopping berpengaruh signifikan terhadap audit
going concern.
Kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajibannya ke pihak lain juga dapat
menunjukkan kinerja perusahaan. Hasil penelitian
yang dilakukan Rudyawan dan Badera (2009)
menyatakan bahwa semakin tinggi hutang
perusahaan terhadap kemampuan perusahaan dalam
membayarnya, semakin buruk kinerja perusahaan
dan menimbulkan ketidakpastian kelangsungan
hidup perusahaan sehingga berpeluang untuk
mendapatkan opini audit going concern.
Pertumbuhan
perusahaan
dapat
ditunjukkan dengan peningkatan revenue atau hasil
usaha yang semakin meningkat dari periode ke
periode. Perusahaan yang memiliki pertumbuhan
yang signifikan kemungkinan besar tidak
mendapatkan opini audit going concern (Rahayu
dan Pratiwi, 2011). Dari penjelasan di atas dapat
Jurnal JIBEKA Volume 9 Nomor 1 Februari 2015: 37 - 43
dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Apakah faktor Audit Tenure berpengaruh
terhadap penerimaan opini audit going
concern
2. Apakah faktor Opinion Shopping berpengaruh
terhadap penerimaan opini audit going
concern
3. Apakah faktor Leverage berpengaruh terhadap
penerimaan opini audit going concern
4. Apakah faktor Pertumbuhan Perusahaan
berpengaruh terhadap penerimaan opini audit
going concern
Tinjauan Pustaka
Opini Audit Going Concern
Auditor dalam memberikan opini audit
harus berdasarkan kondisi perusahaan yang
sesungguhnya sebagai bentuk tanggungjawabnya
ke publik yang memanfaatkan hasil opini audit
tersebut. Sehingga diharapkan opini audit tidak
memberikan informasi yang merugikan dan
menyesatkan bagi pengguna laporan keuangan,
seperti para investor yang akan membuat keputusan
berinvestasi. Dalam penelitian Nursasi dan Maria,
2012 dinyatakan salah satu unsur untuk
menguatkan kepercayaan masyarakat pada suatu
perusahaan adalah dipublikasikannya laporan
keuangan yang telah diaudit. Auditor dalam
mengeluarkan opini atas laporan keuangan
perusahaan
harus
benar
benar
memperhatikan kondisi keuangan perusahaan.
Sebelum opini audit wajar tanpa pengecualian
dikeluarkan, auditor bisa menambah paragraf
penjelasan berupa keberlanjutan usaha perusahaan
yang dapat dinyatakan dengan istilah going concern
perusahaan tersebut.
Opini
auditor
merupakan
sumber
informasi bagi pihak di luar perusahaan sebagai
pedoman
untuk
pengambilan
keputusan.
Perusahaan yang menerima opini going concern
akan berdampak terhadap kelangsungan hidup
perusahaan, oleh karena itu mendorong manajemen
untuk
mempengaruhi
auditor
agar
mempertimbangkan pemberian opini going concern
yang akan menimbulkan konsekuensi negative
(Praptitorini dan Januarti, 2011).
Dalam Ardiani, Nur DP dan Azlina (2012)
keberadaan entitas bisnis telah banyak diwarnai
oleh kasus hukum yang melibatkan manipulasi
akuntansi. Hal ini terjadi karena salah satunya
kegagalan auditor untuk menilai kemampuan
perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan
usahanya. Dalam SPAP (2001) dinyatakan opini
audit going concern merupakan opini yang
dikeluarkan oleh auditor untuk memastikan apakah
perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan
hidupnya.
Opini Audit dan Audit Tenure
Enggar Nursasi:Pengaruh Audit Tenure, Opinion Shopping, Leverage dan Pertumbuhan Perusahaan ……
Audit tenure merupakan periode waktu
perikatan antara Kantor Akuntan Publik (KAP) dan
perusahaan klien yang sama. Penelitian yang
dilakukan oleh Ghos dan Moon (2003) dalam
Werastuti (2013) menemukan bahwa kualitas audit
semakin meningkat dengan semakin lamanya audit
tenure. Hal ini akan mendukung pendapat yang
menyatakan bahwa pertimbangan auditor akan
lebih baik seiring dengan masa kerja yang lebih
lama karena asimetri informasi antara auditor dan
klien semakin berkurang. Menurut Wooten (2003)
terkait dengan lamanya masa perikatan, kegagalan
audit banyak terjadi pada masa kerja yang pendek
atau terlalu lama.
Hubungan auditor dengan perusahaan
klien yang lama ini berpotensi menjadikan auditor
merasa puas pada apa yang dilakukan seperti
melakukan audit yang kurang tegas dan terlalu
tergantung pada pernyataan manajemen (Deis dan
Giroux, 1992 dalam Werastuti, 2013). Dalam
penelitian yang dilakukan oleh Januarti (2009),
Widodo (2011) serta Junaidi dan Hartono (2010)
menyatakan bahwa semakin lama hubungan auditor
dengan klien, maka semakin kecil kemungkinan
perusahaan mendapat opini audit going concern.
Hal ini merupakan bukti hasil penelitian yang
menunjukkan
bahwa
independensi
auditor
terganggu dengan lamanya perikatan antara auditor
dengan klien.
Sehingga hipotesisnya :
H1 : Audit Tenure berpengaruh terhadap
penerimaan opini audit going concern
Opini Audit dan Opinion Shopping
Opinion Shopping menunjukkan pergantian
auditor independen untuk tahun berikutnya apabila tahun
berjalan perusahaan mendapatkan opini audit going
concern. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Teoh,
1992 dalam penelitian Praptitorini dan Januarti, 2007
menyatakan bahwa untuk menghindari opini going
concern perusahaan melakukan pergantian auditor
(auditor switching). Terdapat dua argumen tentang
opinion shopping yaitu : pertama jika auditor bekerja
pada perusahaan tertentu, perusahaan dapat mengancam
melakukan pergantian auditor. Kekawatiran untuk diganti
mungkin dapat menghindari independensi auditor,
sehingga tidak mengungkapkan masalah going concern.
Kedua, ketika auditor tersebut independen, perusahaan
akan menghentikan akuntan publik (auditor) yang
cenderung memberikan opini going concern, atau
menunjuk auditor yang cenderung memberikan opini
going concern.
Chen et al.,(2005) menyatakan dalam hasil
penelitiannya bahwa ketika perusahaan mengganti
auditor (switching auditor), maka akan menurunkan
kemungkinan mendapat opini audit yang tidak
dikehendaki, dibandingkan dengan perusahaan
yang tidak mengganti auditornya untuk beberapa
periode. Jadi perusahaan yang berhasil melakukan
opinion shopping, berharap mendapat unqualified
opinion dari auditor yang baru. Lennox (2002) telah
membuktikan dalam penelitiannya bahwa opinion
39
shopping berpengaruh signifikan terhadp audit
going concern.
Sehingga hipotesisnya :
H2 : Opinion Shopping berpengaruh terhadap
penerimaan opini audit going concern
Opini Audit dan Leverage
Leverage
merupakan
rasio
yang
menggambarkan tingkat hutang dibandingkan
dengan aset perusahaan. Perusahaan dengan nilai
aset lebih kecil jika dibandingkan dengan
kewajibannya,
akan
menghadapi
bahaya
kebangkrutan ( Susanto, Yulius, 2009) yang juga
didukung penelitian sebelumnya Chen dan Church
(1992) yang mengkaji variabel kegagalan
pembayaran hutang untuk menjelaskan opini audit.
Kemampuan
perusahaan
dalam
memeuhi
kewajibannya ke pihak lain juga dapat
menunjukkan kinerja perusahaan. Hasil penelitian
yang dilakukan Rudyawan dan Badera (2009)
menyatakan bahwa semakin tinggi hutang
perusahaan terhadap kemampuan perusahaan dalam
membayarnya, semakin buruk kinerja perusahaan
dan menimbulkan ketidakpastian kelangsungan
hidup perusahaan sehingga berpeluang untuk
mendapatkan opini audit going concern.
Sehingga hipotesisnya :
H3
:
Leverage
berpengaruh
terhadap
penerimaan opini audit going concern
Opini Audit dan Pertumbuhan Perusahaan
Perusahaan yang mempunyai pertumbuhan
yang baik dapat dilihat dengan pertambahan
pendapatan atau revenue per tahunnya. Dengan
pertumbuhan yang baik perusahaan akan dapat
melangsungkan usahanya dan kemungkinan besar
tidak akan mendapat opini audit going concern
(Rahayu dan Pratiwi, 2011). Tetapi hal tersebut
bertolak belakang dengan hasil penelitian yang
dilakukan Fanny dan Saputra (2005), dimana
pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh terhadap
kemungkinan penerimaan opini audit going
concern.
Pertumbuhan
perusahaan
dapat
ditunjukkan dengan peningkatan revenue atau hasil
usaha yang semakin meningkat dari periode ke
periode. Perusahaan yang memiliki pertumbuhan
yang signifikan kemungkinan besar tidak
mendapatkan opini audit going concern (Rahayu
dan Pratiwi, 2011).
Sehingga hipotesisnya :
H4 : Pertumbuhan Perusahaan berpengaruh
terhadap penerimaan opini audit going concern
Tujuan Penelitian
Tujuan
dalam
penelitian
ini
untuk
membuktikan apakah perusahaan perbankan dan
pembiayaan yang go publik di BEI untuk periode
2008-2012 dengan penerimaan opini wajar tanpa
pengecualian dengan paragraf penjelasan going
40
concern perusahaan, dipengaruhi oleh lamanya
jangka waktu perikatan (audit tenure), bergantigantinya auditor (opinion shopping) dan rendahnya
nilai rasio leverage perusahaan yang berarti ekuitas
yang dimiliki lebih sedikit dibanding dengan
hutang perusahaan dan turunnya pertumbuhan
perusahaan.
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini dapat memberikan
tambahan wawasan bagi pembacanya tentang opini
audit going concern yang dikaitkan dengan audit
tenure,
opinion
shopping,
leverage
dan
pertumbuhan perusahaan. Bagi calon kreditor dan
investor dapat dijadikan wacana untuk tambahan
wawasan dalam menentukan keputusan yang
berkaitan dengan kredit dan investasi.
Metode Penelitian
Pemilihan Sampel dan Pengumpulan Data
Populasi
penelitian
adalah
perusahaan
perbankan dan pembiayaan yang go publik di BEI untuk
tahun 2008 sampai 2012. Dengan metode purposive
sampling, sampel penelitian yaitu untuk perusahaan yang
memenuhi kriteria sebagai berikut : 1) perusahaan
perbankan dan pembiayaan untuk periode 2008-2012
minimal 1 kali mengalami laba bersih yang negatif, 2)
menerbitkan secara berturut-turut laporan keuangan yang
diaudit untuk periode 2008-2012 dengan periode laporan
1 Januari sampai 31 Desember.
Data dikumpulkan dengan cara observasi,
yaitu mengambil dari laporan keuangan yang sudah
dipublikasikan oleh perusahaan di BEI.
Analisis data dilakukan uji hipotesis dengan
menggunakan
GESCA
(Generalized
Structured
Component Analysis) merupakan model persamaan
structural berbasis komponen. Tujuan dari GESCA
adalah untuk melakukan prediksi. Wold (1985)
menyatakan bahwa PLS maupun GESCA tidak
memerlukan syarat normal distribution multivariate,
variabel atau indikator bisa dalam skala kategori, ordinal,
interval sampai rasio dan sampel tidak harus besar.
GESCA selain dapat digunakan untuk mengkonfirmasi
teori juga dapat digunakan untuk menjelaskan bentuk
hubungan antar variabel. Data dalam ini beberapa
variabel teridentifikasi mempunyai skala pengukuran
ratio sehingga tidak bisa memenuhi asumsi normalitas.
Oleh karenanya penggunaan teknik GESCA untuk
menjawab hipotesis penelitian sudah sesuai.
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Opini Audit merupakan pendapat yang diberikan
auditor atas laporan keuangan yang diaudit. Opini
audit yang diberikan atas laporan keuangan dengan
kriteria tertentu, auditor wajib memberikan
pernyataan atas kelangsungan hidup perusahaan di
masa yang akan datang (going concern). Menurut
Komalasari (2004) dalam Susanto (2009) variabel
opini audit going concern ini diukur menggunaka
skala nominal dengan menggunakan variabel
dummy, yaitu : opini audit unqualified dengan
going concern audit report (GCAR) diberi nilai 1.
Opini audit audit unqualified tanpa going concern
Jurnal JIBEKA Volume 9 Nomor 1 Februari 2015: 37 - 43
audit report (Non-GCAR) diberi nilai 0.
Audit Tenure merupakan periode waktu perikatan
antara Kantor Akuntan Publik (KAP) dan
perusahaan klien yang sama.pengukuran audit
tenure dilakukan dengan cara menghitung masa
perikatan KAP dengan klien dalam jumlah tahun.
Tahun pertama perikatan dimulai dengan angka 1
dan ditambah dengan 1 untuk tahun-tahun
berikutnya. (Wirastuti, 2013) dan Ardiani, Nur DP
dan Azlina (2012). Berdasarkan keputusan menteri
keuangan No:17/PMK.01/2008 tentang jasa
akuntan publik dan Peraturan Ketua BAPEPAM No
Kep-310/BL/2008 tentang jasa akuntan publik yang
mengatur tentang pemberian jasa audit umum atas
laporan keuangan dari suatu entitas yang dilakukan
oleh KAP paling lama enam tahun buku berturutturut dan oleh seorang seorang Akuntan Publik
paling lama tiga tahun buku berturut-turut.
Opinion Shopping menunjukkan pergantian auditor
independen untuk tahun berikutnya apabila tahun
berjalan perusahaan mendapatkan opini audit going
concern.
Pengukuran
opinion
shopping
menggunakan metoda yang diterapkan oleh Lennox
(2002). Variable ini diukur dengan menggunakan
variable dummy, angka 1 untuk perusahaan diaudit
oleh auditor independen yang berbeda untuk tahun
selanjutnya setelah perusahaan mendapatkan opini
audit going concern, angka 0 untuk perusahaan
diaudit oleh auditor independen yang sama untuk
tahun selanjutnya setelah perusahaan mendapatkan
opini audit going concern.
Leverage merupakan rasio yang menggambarkan
tingkat hutang dibandingkan dengan ekuitas
perusahaan. Supaya perusahaan aman porsi hutang
harus kecil dibanding ekuitas yang dimilikinya.
Rasio ini seperti yang digunakan oleh Mutchler
(1984) dalam penelitian Manao dan Nursetyo
(2002) di penelitian Susanto (2009).
Pertumbuhan perusahaan dapat ditunjukkan
dengan peningkatan revenue atau hasil usaha yang
semakin meningkat dari periode ke periode.
Pertumbuhan perusahaan diproksikan dengan rasio
pertumbuhan pendapatan. Rasio ini mengukur
seberapa baik perusahaan mempertahankan posisi
ekonominya, baik dalam industrinya maupun dalam
kegiatan ekonomi secara keseluruhan ( Weston dan
Copeland, 1992) dalam Setyarno dkk (2006) di
penelitian Kartika (2012)
Hasil yang dicapai
Penelitian dilakukan untuk membuktikan apakah
Audit Tenure, Opinion Shopping, Leverage dan
Pertumbuhan Perusahaan berpengaruh terhadap
pemberian Opini Audit Going Concern. Penelitian
dilakukan pada perusahaan Perbankan dan
Pembiayaan yang go public di BEI untuk periode 5
tahun, yaitu tahun 2008 sampai 2012. Dengan
ketentuan sampel untuk penelitian ini yaitu : 1)
perusahaan perbankan dan pembiayaan untuk
periode 2008-2012 minimal 1 kali mengalami laba
Enggar Nursasi:Pengaruh Audit Tenure, Opinion Shopping, Leverage dan Pertumbuhan Perusahaan ……
bersih yang negatif, 2) menerbitkan secara berturutturut laporan keuangan yang diaudit untuk periode
2008-2012 dengan periode laporan 1 Januari
sampai 31 Desember. Hasil observasi peneliti
memperoleh sampel sebanyak 60. Metode analisis
dalam penelitian ini dengan menggunakan GESCA
(Generalized Structured Component Analysis) yang
merupakan model persamaan structural berbasis
komponen. Tujuan dari GESCA adalah untuk
melakukan prediksi. Wold (1985) menyatakan
bahwa PLS maupun GESCA tidak memerlukan
syarat normal distribution multivariate, variabel
atau indikator bisa dalam skala kategori, ordinal,
interval sampai rasio dan sampel tidak harus besar.
GESCA
selain
dapat
digunakan
untuk
mengkonfirmasi teori juga dapat digunakan untuk
menjelaskan bentuk hubungan antar variabel. Data
dalam
penelitian
ini
beberapa
variabel
teridentifikasi mempunyai skala pengukuran ratio
sehingga tidak bisa memenuhi asumsi normalitas.
Oleh karenanya penggunaan teknik GESCA untuk
menjawab hipotesis penelitian ini sudah sesuai.
Selain itu GESCA mempunyai fasilitas yang
lengkap untuk uji kelayakan model.
Pengujian Model dan Keseluruhan Model
(Overall Model Fit)
Dari uji goodness of fit model diketahui bahwa
nilai FIT : 0.674 dan AFIT : 0.617 relatif baik
artinya kemampuan model untuk menjelaskan
variasi dari data sebesar 67,4% . Sedangkan nilai
GFI sebesar 0.984 mendekati 1 dan nilai SMSR
sebesar 0.292 mendekati 0 menunjukkan a good
level of overall model fit. Dengan demikian model
tersebut sudah memenuhi kelayakan.
41
Independent
Opinion
Going
Concern
(OGC)
OGC
(SE)
P.value
Audit Tenur (AT)
Opinion Shopping
(OS)
0.213
0.075
0.006312*
0.548
0.164
0.001503*
Leverage (LEV)
Pertumbuhan
Perusahaan (PP)
0.001
0.078
0.989817
-0.203
0.107
0.063057**
Keterangan:
Tanda: * Signifikan pada Alpha 5%. ** signifikan
pada Alpha 10%
Interpretasi
1. Terdapat pengaruh positif Audit Tenure (AT)
terhadap Opini Going Concern (OGC) secara
statistic terbukti dengan nilai koefisien sebesar
0.213 (P.Value 0.006312) signifikan pada alpha
5%.
2. Terdapat pengaruh positif Opinion Shopping
(OS) terhadap Opini Going Concern (OGC)
secara statistik terbukti dengan nilai koefisien
sebesar 0.548 (P.Value 0.001503) signifikan
pada alpha 5%.
3. Pengaruh positif Leverage (LEV) terhadap
Opini Going Concern (OGC) secara statistik
tidak terbukti dengan nilai koefisien sebesar
0.001 (P.Value 0.989817) signifikan pada alpha
5%.
4. Terdapat pengaruh negatif Pertumbuhan
Perusahaan (PP) terhadap Opini Going Concern
(OGC) secara statistik terbukti dengan nilai
koefisien sebesar -0.203 (P.Value 0.063057)
signifikan pada alpha 10%.
Pembahasan
Gambar 1. Model Penelitian
Hasil Pengujian Pengaruh antara Variabel
Independen terhadap Variabel Dependen
Tabel 1. Path Coefficient
Variabel
Variabel Dependent
1. Hasil Pengujian Hipotesis Pertama (H1) :Audit
Tenure berpengaruh terhadap penerimaan opini audit
going concern.
Audit Tenure merupakan periode waktu perikatan
antara Kantor Akuntan Publik (KAP) dan perusahaan
klien yang sama. Pengukuran audit tenure dilakukan
dengan cara menghitung masa perikatan KAP dengan
klien dalam jumlah tahun. Berdasarkan hasil
pengujian menunjukkan bahwa hasilnya signifikan
yang ditunjukkan dengan nilai P value 0,006312
(alpha 5%). Hal ini berarti bahwa hipotesis pertama
dapat diterima yang artinya audit tenure berpengaruh
terhadap penerimaan opini audit going concern. Hasil
ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh
Ardinani, Nur DP dan Azlina (2012) yang hasilnya
menyatakan bahwa audit tenure tidak berpengaruh
terhadap penerimaan opini audit going concern.
Tetapi hasil ini mendukung penelitian yang
dilakukan oleh Junaidi dan Hartono (2010) dan
Widodo (2012) yang menyatakan bahwa
semakin lama hubungan auditor dengan klien,
maka akan semakin kecil kemungkinan
perusahaan untuk mendapatkan opini audit
42
Jurnal JIBEKA Volume 9 Nomor 1 Februari 2015: 37 - 43
going concern. Penelitian ini memberikan bukti
empiris bahwa independensi auditor dapat
terganggu dengan lamanya perikatan yang
terjadi antara auditor dengan kliennya. Dengan
berdasarkan keputusan menteri keuangan
No:17/PMK.01/2008 tentang jasa akuntan
publik dan Peraturan Ketua BAPEPAM No
Kep-310/BL/2008 tentang jasa akuntan publik
yang mengatur tentang pemberian jasa audit
umum atas laporan keuangan dari suatu entitas
yang dilakukan oleh KAP paling lama enam
tahun buku berturut-turut dan oleh seorang
seorang Akuntan Publik paling lama tiga tahun
buku berturut-turut.
2. Hasil Pengujian Hipotesis Kedua (H2) : Opinion
Shopping berpengaruh terhadap penerimaan
opini audit going concern.
Opinion Shopping menunjukkan pergantian
auditor independen untuk tahun berikutnya
apabila tahun berjalan perusahaan mendapatkan
opini audit going concern. Hasil pengujian
menunjukkan bahwa hasilnya signifikan yang
ditunjukkan dengan nilai P value 0,001503
(alpha 5%). Hal ini berarti bahwa hipotesis
kedua dapat diterima yang artinya Opinion
Shopping berpengaruh terhadap penerimaan
opini audit going concern. Hasil ini tidak
mendukung penelitian yang dilakukan oleh
Ardinani, Nur DP dan Azlina (2012) dan
Praptitorini dan Januarti (2007) yang hasilnya
menyatakan bahwa Opinion Shopping tidak
berpengaruh terhadap penerimaan opini audit
going concern. Hasil ini mendukung penelitian
yang dilakukan oleh Lennox (2002) yang dapat
membuktikan bahwa Opinion Shopping
berpengaruh terhadap penerimaan opini audit
going concern. Dengan koefisien positif
menunjukkan
bahwa
perusahaan
tidak
menerima opini going concern ketika
mempertahankan auditornya. Dan hasil ini
mendukung pendapat Teoh (1992) yang
membuktikan bahwa praktik opinion shopping
ini digunakan oleh perusahaan mengancam
untuk melakuka pergantian auditor. Dan pada
akhirnya auditor mengeluarkan opini audit non
going
concern.
Bukti
empiris
ini
mengindikasikan
kurang
independennya
auditor.
3. Hasil Pengujian Hipotesis Ketiga (H3) :
Leverage berpengaruh terhadap penerimaan
opini audit going concern.
Leverage
merupakan
rasio
yang
menggambarkan tingkat hutang dibandingkan
dengan ekuitas perusahaan. Hasil pengujian
menunjukkan bahwa hasilnya tidak signifikan
yang ditunjukkan dengan nilai P value 0,989817
(alpha 5%). Hal ini berarti bahwa hipotesis
ketiga dapat ditolak yang artinya Leverage
tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini
audit going concern. Hasil ini mendukung
penelitian yang dilakukan oleh Rahayu dan
Pratiwi (2011) dan Susanto (2009) yang
membuktikan bahwa rasio leverage tidak
mempengaruhi auditor dalam memberikan opini
audit going concern . Hal ini menunjukkan
bahwa dalam memberikan opini audit going
concern, auditor tidak berdasarkan kemampuan
ekuitas dapat menutupi hutang perusahaan.
Tetapi lebih mempertimbangkan kondisi
keuangan perusahaan secara keseluruhan dan
faktor-faktor keuangan lainnya.
4. Hasil Pengujian Hipotesis Keempat (H4) :
Pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap
penerimaan opini audit going concern.
Pertumbuhan perusahaan dapat ditunjukkan dengan
peningkatan revenue atau hasil usaha yang semakin
meningkat dari periode ke periode. Hasil pengujian
menunjukkan bahwa hasilnya
signifikan yang
ditunjukkan dengan nilai P value 0,063057 (alpha
10%). Hal ini berarti bahwa hipotesis keempat dapat
diterima
yang artinya pertumbuhan perusahaan
berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going
concern. Hasil ini tidak mendukung penelitian yang
dilakukan oleh Rahayu dan Pratiwi (2011) yang
membuktikan bahwa pertumbuhan perusahaan tidak
berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going
concern. Tetapi hasil ini mendukung penelitian yang
dilakukan oleh Kartika (2012) yang membuktikan
bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh
terhadap penerimaan opini audit going concern.
Dengan koefisien yang negatife menunjukkan bahwa
semakin tinggi tingkat pertumbuhan perusahaan
semakin kecil kemungkinan diterimanya opini audit
going
concern.
Peningkatan
penerimaan
menunjukkan
bahwa
perusahaan
mampu
melangsungkan usahanya.
Kesimpulan
1. Hasil Pengujian Hipotesis Pertama (H1)
:Audit
Tenure
berpengaruh
terhadap
penerimaan opini audit going concern
membuktikan bahwa hasilnya signifikan yang
ditunjukkan dengan nilai P value 0,006312
(alpha 5%). Hal ini berarti bahwa hipotesis
pertama dapat diterima yang artinya audit
tenure berpengaruh terhadap penerimaan opini
audit going concern.
Penelitian ini
memberikan
bukti
empiris
bahwa
independensi auditor dapat terganggu dengan
lamanya perikatan yang terjadi antara auditor
dengan kliennya.
2.
Hasil Pengujian Hipotesis Kedua (H2) : Opinion
Shopping berpengaruh terhadap penerimaan opini
audit going concern, membuktikan bahwa
Opinion Shopping menunjukkan pergantian auditor
independen untuk tahun berikutnya apabila tahun
berjalan perusahaan mendapatkan opini audit going
concern. Hasil pengujian menunjukkan bahwa
hasilnya signifikan yang ditunjukkan dengan nilai P
value 0,001503 (alpha 5%). Hal ini berarti bahwa
hipotesis kedua dapat diterima yang artinya
Enggar Nursasi:Pengaruh Audit Tenure, Opinion Shopping, Leverage dan Pertumbuhan Perusahaan ……
3.
4.
Opinion
Shopping
berpengaruh
terhadap
penerimaan opini audit going concern. Dengan
koefisien positif menunjukkan bahwa perusahaan
tidak menerima opini going concern ketika
mempertahankan auditornya. Dan pada akhirnya
auditor mengeluarkan opini audit non going
concern. Bukti empiris ini mengindikasikan kurang
independennya auditor.
Hasil Pengujian Hipotesis Ketiga (H3) : Leverage
berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going
concern. Leverage merupakan rasio yang
menggambarkan tingkat hutang dibandingkan
dengan ekuitas perusahaan. Hasil pengujian
menunjukkan bahwa hasilnya tidak signifikan yang
ditunjukkan dengan nilai P value 0,989817 (alpha
5%). Hal ini berarti bahwa hipotesis ketiga dapat
ditolak yang artinya Leverage tidak berpengaruh
terhadap penerimaan opini audit going concern.
Hal ini menunjukkan bahwa dalam memberikan
opini audit going concern, auditor tidak
berdasarkan kemampuan ekuitas dapat menutupi
hutang
perusahaan.
Tetapi
lebih
mempertimbangkan kondisi keuangan perusahaan
secara keseluruhan dan faktor-faktor keuangan
lainnya.
Hasil Pengujian Hipotesis Keempat (H4) :
Pertumbuhan
perusahaan
berpengaruh
terhadap penerimaan opini audit going
concern.
Pertumbuhan perusahaan dapat ditunjukkan
dengan peningkatan revenue atau hasil usaha
yang semakin meningkat dari periode ke
periode. Hasil pengujian menunjukkan bahwa
hasilnya signifikan yang ditunjukkan dengan
nilai P value 0,063057 (alpha 10%). Hal ini
berarti bahwa hipotesis keempat dapat
diterima
yang artinya pertumbuhan
perusahaan berpengaruh terhadap penerimaan
opini audit going concern. Dengan koefisien
yang negatif menunjukkan bahwa semakin
tinggi tingkat pertumbuhan perusahaan
semakin kecil kemungkinan diterimanya opini
audit going concern. Peningkatan penerimaan
menunjukkan bahwa perusahaan mampu
melangsungkan usahanya.
Saran
Untuk penelitian berikutnya, disarankan
untuk melengkapi variabel yang mempengaruhi
penerimaan opini audit going concern. Dan
mempertimbangkan variabel kontrol dalam proses
análisis untuk lebih memberikan hasil yang lebih
baik.
Daftar Pustaka
1. Altman, E & T.McGouh, 1974, Evaluation of
A Company as A Going Concern, Journal of
Accountancy., auditing Journal Practice and
Theory Fall.
2. Chen,K.C & B.K Church, 1992, Default on
Debt Obligations and the Issuance of Going
Concern Report.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
43
Chen, et.,al, 2005, The Information Contents
of Auditor Change In Financial Distress
Prediction-Empirical Findings from The
TAIEX-listed firms.
Fanny, Margaretta dan Saputra, S., 2005,
Opini Audit Going Concern : Kajian
Berdasarkan model Prediksi Kebangkrutan,
Pertumbuhan
Perusahaan
dan
Reputasi Kantor Akuntan Publik, Simpusium
Nasional Akuntansi VII.
Ghozali, Iman., 2008, Aplikasi Analisis
Multivariate dengan Program SPSS Cetakan
IV, Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
IAI, 2001, Standat Profesional Akuntan
Publik (SPAP), Jakarta : Salemba Empat.
Januarti, I, 2009, Analisis Pengaruh Faktor
Perusahaan, Kualitas Auditor, Kepemilikan
Perusahaan terhadap Penerimaan Opini Audit
Going Concern, Jurnal Akuntansi.
Junaidi, dan Jogiyanto Hartono, 2010, Faktor
Non Keuagan pada Opini Going Concern,
SNA XIII, Purwokerto.
9.
Lennox, C.,2002,, Do Companies Success-fully
Engage in Opinion Shopping : Evidence from the
UK, Journal of Accounting and Economics 29.
www.google.com.
10. Nursasi,Enggar dan Maria,Evi 2013, Analisis Opini
Audit Going Concern : Kajian Prediksi
Kebangkrutan, Leverage dan Pertumbuhan
Perusahaan pada Perusahaan Perbankan dan
Lembaga Pembiayaan yang Go Public di BEI,
Hasil Penelitian akan Dipublikasikan.
11. Praptitorini dan Januarti, 2007, Analisis pengaruh
kualitas Audit, Debt Default dan Opinion Shopping
terhadap Penerimaan Opini Going Concern, SNA
X, Unhas Makassar 26-28 Juli.
12. Rahayu, Ayu Wilujeng dan Pratiwi C.W, 2011,
Pengaruh Opini Audit Tahun Sebelumnya,
Pertumbuhan perusahaan, Leverage, dan Reputasi
Auditor terhadap Penerimaan opini Audit Going
Concern, Proceeding PESAT Univiversitas
Gunadarma.
13. Rudyawan, AP, 2007, Opini Audit Going Concern:
Kajian Berdasarkan Model Prediksi Kebangkrutan,
Pertumbuhan Perusahaan dan Reputasi Kantor
Akuntan Publik.
14. Susanto, Yulius Kurnia, 2009, Faktor-Faktor yag
Mempengaruhi Penerimaan opini Audit Going
Concern pada Perusahaan Publik Sektor
Manufaktur, Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Volume
11, No. 3.
15. Teoh, S., 1992, Auditor Independence, Dismissal
Threats, and The Market Reaction to Auditor
Swiches, Journal of Accounting Research 30.
16. Widodo, Dian Mustika Sari, 2011, Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Auditor dalam Memberikan
Opini Audit Going Concern pada Perusahaan
Manufaktur di BEI, Skripsi FE UNDIP,
Semarang.
17.
Wold,H. 1985. Partial Least Square . In S Kotz &
N.L. Johnson (Eds). Encyclopedia of Statistical
Sciences. Vol 8 pp. 587-599. New York Wiley.
Download