Uploaded by User24334

Pengembangan kegiatan kajian teknologi kesehatan health technology assesment di pusat teknologi terapan kesehatan dan epidemiologi klinik

advertisement
PS2
3
GIZI
LAPORAN AKHIR PENELITIAN
Peftgemba°:gaft Kegiataft Kajiaft Tekftologi Kesehataft
(Health Technology Assesment)
di Pusat Tekftologi Terapaft Kesehataft daft Epidemiologi Kliftik
Nama Penyusun Laporan :
Ully Adhie Mulyani
KEMENTERIAN KESEHATAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN
PUSAT TEKNOLOGI TERAPAN KESEHATAN & EPIDEMIOLOGI KLINIK
JI Percetakan Negara 29
2011
10560
LAPORAN AKHIR PENELITIAN
Pengembangan Kegiatan Kajian Teknologi Kesehatan
(Health Technology Assesnient)
di Pusat Teknologi Terapan Kesebatan dan Epidemiologi Klinik
Nama Penyusun Laporan:
Ully Adhie Mulyani
KEMENTERIAN KESEHATAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN
PUSAT TEKNOLOGI TERAPAN KESEHATAN & EPIDEMIOLOGI KLINIK
-
r.·-.�.�,"�"�:·
·
"
J1 Perq;:takan Negara
29 Jakarta 10560
·-··
2011
KEMENT ERIAN KESEBATAN R.I.
BADAN PENELITI�N DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN
PUSAT PENELITIAN DA� PENGEMBANGAN GIZI DAN MAKANAN
Telp.
: (0251) 8321763, 8326348
Fax.
: (0251) 8326348
E-mail : [email protected]
JI. DR. Sume ru No. 63
Bogor 16112
SURAT KEPUTUSAN
KEPALA PUSAT TEKNOLOGI TERAPAN KESEHATAN DAN EPIDEMIOLOGI KLINIK
NOMOR: HK.03.05N/ 3413./2011
TENTANG
PEMBENTUKAN TIM PELAKSANAAN PENELITIAN
PUSAT TEKNOLOGI TERAPAN KESEHATAN DAN EPIDEMIOLOGI KLINIK
TAHUN 2011
KEPALA PUSAT TEKNOLOGI TERAPAN KESEHATAN DAN EPIDEMIOLOGI KLINIK
MENIMBANG
:
1. Bahwa untuk melaksanal<an kegiatan penelitian pada Pusat Teknologi Terapan
Kesehatan dan Epidemiologi Klinik Tahun 2011 perlu ditunjuk Tim Pelaksanaan
Penelitian· pada Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik Tahun
2010.
2. Bahwa pembentukan tim tersebut pada butir (1) perlu ditetapkan dengan Keputusan
Kepala Pus<?t Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik Tahun 2011
MENGINGAT :
1. DIPA Pusat Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik Tahun
2011 yang disetujui oleh a.n Menteri Keuangan, Kepala Kanwil DJPB Propinsi
Jawa Barat dengan Surat Pengesahan DIPA Tahun 2011 Nomor : 0762/024-11.2.
01 /12/2011 tanggal 20 Desember 2010
2. Petunjuk Teknis Pelaksanaan Anggaran Pusat Teknologi Terapan Kehatan dan
Epidemiologi Klinik yang diterbitkan oleh Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Jakarta.
•
M E M.U T U S K A N
MENETAPKAN
Pertama:
Membentuk Tim Pelaksana Penelitian untuk melaksanakan kegiatan penelitian pada
Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik Tahun 2011
Kedua:
Menunjuk petugas yang namanya tersebut dalam Daftar Lampiran Keputusan ini
sebagai Tim Pelaksana Penelitian Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan.
Epidemiologi Klinik Tahun 2011
Ketiga:
Tim Pelaksana Penelitian bertugas untuk melaksanakan penelitian seperti tersebut
dalam Daftar Lampiran Keputusan ini sampai selesai, dengan menyerahkan
Laporan Kemajuan Penelitian, Laporan Pelaksanaan Penelitian dan Laporan Akhir
Penelitian kepada Kepala Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi
Klinik Tahun 2011
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN
PUSAT TEKNOLOGI TERAPAN KESEHATAN DAN EPIDEMIOLOGI KLINIK
Jl. Dr.
Sumeru 63
Bogor 16125
Telp
: (0251) 8321763
Fax
: (025l) 8326348
LAMPIRAN
SURAT KEPUTUSAN
KEPALA PUSAT TEKNOLOGI TERAPAN KESEHATAN DAN EPIDEMIOLOGI KLINIK
TENTANG PEMBENTUKAN TIM PELAKSANAAN PENELITIAN TAHUN 2011
NOMOR HK.03.0SN/3413/2011 TANGGAL 26 Agustus 2011
No
KEGIATAN PENELITIAN
JABATAN
dr. Siswanto; MHP., DTM.
Pengembangan Kegiatan Kajian Teknologi
Kesehatan (Health Technology Assessment)
2
SUSUNAN TIM
Pengarah
4 Bulan
Ketua Pelaksana
4 Bulan
4 Bulan
Ully Adhie Mulyani, S.Si., Apt.
Peneliti
4
5
dr. Aprildah Nur Sapardin
dr. Cicih Opitasatii
dr. Reina Mustika lndah
Peneliti
4 Bulan
Peneliti
4 Bulan
Peneliti
4 Bulan
Peneliti
4 Bulan
6
a
9
10
dr. Dona Arlinda
Syahroni, S.Si.
Sundari Wirasmi, S.Si.
Aniska Novita Sari, S.Si.
Pembantu Peneliti
4 Bulan
Pembantu Peneliti
Pembantu Peneliti
4 Bulan
4 Bulan
11
Aris Yulianto, S.Si.
Qurrotul Aini Meta PS., STP.
12
Mena Madayani S.
Pembantu Peneliti
Sekretariat
4 Bulan
4 Bulan
13
Rani Marsini
Sekretariat
2 Bulan
Dr. dr. Trihono
Pengarah
4 Bulan
2
dr. Siswanto, MHP., DTM.
Penanggung Jawab
4 Bulan
3
dr. Muhammad Karyana, M.Kes.
Ketua Pelaksana
4 Bulan
4
DR. Dewi Permaesih, M.Kes.
Peneliti
4 Bulan
5
Dr. Basuki Budiman
Peneliti
4 Bulan
6
Ora. Lucie Widowati, M.Si., Apt.
Peneliti
4 Bulan
7
dr. Lusiawati Tana, MS., SpOK.
Peneliti
4 Bulan
Peneliti
4 Bulan
Clinical Trial: Pengembangan Stroke Regisby di
Indonesia
·
3
7
2
LAMATUGAS
8
9
Peneliti
4 Bulan
drg. Lally Andayasatii, M.Kes.
Peneliti
4 Bulan
4 Bulan
12
dr. Armedy Ronny Hasugian
dr. Heni Kismayawati
Peneliti
Peneliti
4 Bulan
13
dr. Dona Arlinda
Peneliti
4 Bulan
14
15
dr. Armaji Kamaludi Syarif
Peneliti
4 Bulan
dr. Reina Mustika lndah
Peneliti
4 Bulan
16
dr. Cicih Opitasari
Peneliti
4 Bulan
17
Syahroni, S.Si.
Peneliti
4 Bulan
18
Anggita Sunga Anggraini, S.Farm
Peneliti
4 Bulan
19
Aris Yulianto, S.Si.
Qurrotul Aini Meta PS. STP.
Peneliti
4 Bulan
Peneliti
4 Bulan
Pembantu Peneliti
4 Bulan
22
Arga Yudistira, S.Sos
Agus Dwi Harso, S.Si.
Agnita Triyoga
Pembantu Peneliti
4 Bulan
23
Yessy Deviyanti
Sekretariat
4 Bulan
10
11
20
21
Mena Madayani S.
.
KEI\1ENTERIAN KESEHATAN R.I.
BADAN PENELITM.N DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GIZI DAN. MAKANAN
Telp.
: (0251) 8321763, 8326348
Fax.
: (0251) 8326348
E-mail : [email protected]
J1. DR. Sumeru No. 63
Bogor 16112
Keempat:
Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal 1 September 2011 sampai dengan
31 Desember 2011, dan akan ditinjau kembali apabila dikemudian hari ternyata
terdapat kekeliruan dalam penetapan ini.
Ditetapkan di
Pada tanggal
: Bogor
: 26 Agustus 2011
Tembusan disampaikan kepada Yth:
1. Ketua Berdan Pemeriksa Keuangan
2. Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
3. Kepala Badan Penelitian dan Pengembanga� Kesehatan
4. Sekretaris Jenderal Kemenkes RI
5. lnspektur Jenderal Kemenkes RI
6. Sekretaris Sadan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
7. Kepala Biro Keuangan Sekjen Kemenkes RI
8. Kepala Bagian Perencan�an dan Anggaran, Badan Litbang Kes.ehatan
9. Bendaharawan Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik Bogor.
1O. Masing-masing yang bersangkutan untuk dilaksanakan.
11. Arsip.
KATA PENGANTAR
Berdasarkan Permenkes no 1144/2010 maka Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan
Epidemiologi Klinik, bertanggung jawab untuk melaksanakan kegiatan terkait HTA maupun
mengkordinir jejaring untuk melaksanakan kegiatan HTA.
Health Technology Assessment
(HTA) adalah kajian terstruktur terhadap teknologi
kesehatan sebagai input dalam menentukan kebijakan kesehatan. HTA merupakan aktivitas
multidisiplin yang bertujuan agar teknologi kesehatan yang diaplikasikan/diterapkan pada
masyarakat adalah yang efektif dan aman, baik dari aspek biaya maupun dari aspek lainnya
seperti dampak organisasi, konsekuensi sosial, hukum dan
memainkan peranan penting dalam melakukan pengkajian
dengan
memberikan
dukungan
bukti-bukti
mempe1iimbangkan kine1ja teknologi,
efikasi,
pertimbangan
komprehensif
ilmiah
dan
kedokteran
efektifitas,
keamanan
etis.
HTA
sistematis
terkini
klinis,
yang
dampak
ekonomis, efisiensi, etika sosial dan legal. Hasil kajian dari suatu teknologi kesehatan sangat
berguna untuk memberikan masukan bagi pembuat keputusan dan menyusun kebijakan
kesehatan. Rua,.ng lingkup kajian teknologi kesehatan adalah obat, alat kesehatan, alat
diagnostic dan terapi, dan berbagai aspek dalam hal klinis, kesehatan masyarakat maupun
struktur organisasinya.
Penyusun
memberikan
mengucapkan
terima
kasih
kepada
pihak-pihak
terkait
yang
telah
kontribusi bagi terlaksananya penelitian ini. Semoga penelitian ini bennanfaat
bagi pihak-pihak yang berkepentingan, terutama bagi para pengambil kebijakan yang terkait
dengan
health technology asessment.
Jakarta, Desember 2011
Penyustm
111
RINGKASAN EKSEKUTIF
PENGEMBANGAN KEGIATAN KAJIAN TEKNOLOGJ KESEHATAN
I PUSAT TEKNOLOGI TERAPAN KESEHATAN DAN EPIDEIVIIOLOGl KLINIK
Ully Adhie Mulyani
(HTA) adalah kajian terstruktur terhadap teknologi
kesehatan sebagai input dalam menentukan kebijakan kesehatan. HTA merupakan aktivitas
multidisiplin yang bertujuan agar teknologi kesehatan yang diaplikasikan/diterapkan pada
masyarakat adalah yang efektif dan aman, baik dari aspek biaya maupun dari aspek lainnya
seperti
dampak
organisasi,
konsekuensi
sosial,
hukum
dan
pertimbangan
etis.
memainkan peranan penting dalam melakukan pengkajian komprehensif dan
dengan
memberikan
dukungan
bukti-bukti
ilmiah
mempertimbangkan kinerja teknologi, efi.kasi, efektifitas,
kedokteran
keamanan
sistematis
terk:ini
klinis,
HTA
yang
dan1pak
ekonomis, efisiensi, etika sosial dan legal. Hasil kajian dari suatu teknologi kesehatan sangat
berguna untuk memberikan masukan bagi pembuat keputusan dan menyusun kebijakan
kesehatan. Ruang lingkup kajian teknologi kesehatan adalah obat, alat kesehatan, alat
diagnostic dan terapi, dan berbagai aspek dalam hal klinis, kesehatan masyarakat maupun
struktur organisasinya.
Sejak tahun 2003 - 2009, pelaksanaan kajian teknologi kesehatan, menjadi tugas
pokok dan fungsi Sub Direktorat S Penapisan Teknologi Kesehatan Direktorat Bina
Pelayanan
Pennenkes
Medik
Spesialistik,
Nomor:
Kementrian
Kesehatan.
1144/Menkes!Per/VII/2010,
tetjadi
Kemudian,
reorganisasi,
dengan
terbitnya
sehingga
Pusat
Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik bertugas untuk me�aksanakan
penelitian dan pengembangan kesehatan, serta menapis teknologi di bidang teknologi terapan
kesehatan dan epidemiologi klinik. Penapisan/kajian teknologi dilaksanakan dalam konteks
Berdasarkan Pennenkes no 1144/2010 maka Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan
Epidemiologi Klinik, bertanggung jawab untuk melaksanakan kegiatan terkait HTA maupun
mengkordinir jejaring untuk mela.ksanakan kegiatan HTA.
Tujuan umum pelaksanaan pengembangan kegiatan HTA di Pusat TTK EK adalah
Mempcrkuat pelaksanaan kajian teknologi kesehatan di Pusat TTK
&
EK.
Metode
pelaksanaan adalah dengan mengundan'.lg stake holder terkait untuk bersama memaparkan dan·
·
berdiskusi dalam suatu round table discussion dan lokakarya. Pendekatan analisis secara
k:ualitatif
bernpa
narasi,
diidentifikasi
beberapa
topik
yang
dapat
diangkat
pengembangan kajian teknologi kesehatan dan disusun dalam draft roadmap.
v
terkait
ABSTRAK
Berdasarkan Pem1enkes no 1144/2010 maka Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan
Epidemiologi Klinik, bertanggung jawab untuk rnelaksanakan kegiatan terkait HTA maupun
mengkordinir jejaring untuk melaksanakan kegiatan HTA.
Tujuan umum pelaksanaan pengembangan kegiatan HTA di
Pusat TTK EK adalah
Memperkuat pelaksanaan kajian teknologi kesehatan di Pusat
ITK & EK. Metode
pelaksanaan adalah dengan mengundang stake holder terkait untuk bersama memaparkan dan
berdiskusi dalam suatu
round table discussion dan lokakarya. Pendekatan analisis secara
kualitatif berupa narasi
Hasil diskusi dan paparan stakeholder adalah bahwa Badan Litbang kesehatan memiliki
tugas, pokok dan fungsi untuk melaksanakan kegiatan kajian teknologi kesehatan, dalam hal
ini Pusat TTK EK sebagai
entry point. Perlu kordinasi lintas sektor dalam pengembangan
kegiatan kajian teknologi kesehatan, utamanya pada unit utama kementrian kesehatan yakni
Ditjen BUK dan Ditjen Binfar. Pengembangan kegiatan HTA
di
Pusat
TTK
EK
dilakukan
dengan bekerjasama dengan jejaring. Perlu dibentuk pokja yang melakukan kajian teknologi
kesehatan, yang melibatkan berbagai stake holder. Akan disusun permenkes tentang kajian
teknologi kesehatan. draft roadmap yang sudah terbentuk masih rnemerlukan penye mpumaan
dan masukan dari stake holder dan pakar di bidang HTA.
Kata kunci
..
:
health technology assessment, penapisan teknologi kesehatan
SUSUNAN TIM PENELITI
•
Ully Adhie Mulyani, Apt, M.Si
: Ketua Pelaksana
•
dr.Aprildab Nur Sapardin
: Peneliti
•
dr. Cicih Opitasari
: Peneliti
•
dr. Retna Mustika Tndah
: Peneliti
•
dr. Dona Arlinda
: Peneliti
•
Qurratul Aini Meta PS, Ssi
: Peneliti
•
Syachroni, SSi
: Peneliti
•
Sundari Wirasmi, S.Si
: Peneliti
•
Aniska Novita Sari, SSi
: Peneliti
•
Aris Yulianto, SSi
: Peneliti
•
Mena Madayani
: Sekretariat
•
Rani Marsini
: Sekretariat
v
DAFTAR ISi
s·URAT KEPUTUSAN ............................................................................................................ i
.
..
.
.
.
.
iiiKATA PENGANTAR
....................
.....
...................
... .. .............
.
.
.
..
...... ....... .......... . ...........
RINGKASAN EKSEKUTIF.......................................................................................................................................... iv
.
ABSTRAK
..............
...
...
.
...............
..
.......
..
..
..........
..
......
..............
vi
... . ... ..... ... .. ... .....
s·u
T
IM
PENELITI
DAFTAR ISi.
. . . . . . ... ... ... ... .
. . . . . . ....... .. . . . . . . . . . . . . . . . . . .
.
....
.
. . . . . . . . . . ...... .... ... .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. , ..............................viis U
N
A
..
.. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
.
viii
I.
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 1
II.
TUJUAN dan MANFAAT
III.
METODE ................................................................................................................................. 4
........................................................
IV.
HASAN
. . . . . . . . .. .. . .. .. . .. .. . .
.HASILDAN PEMBA
6
. .
. . . . . ....................... .....
... ... .. .. .. ... .
3
.
. . . . . . . . . . . . . . . ..
. . . . . . . . . . . . .. . . . . . .
A.
V.
HAS IL
..... .... . .
. . .
. ..
...
. . . . . . . . . . . . . . . .. .... .
.. .
...
. . . . ..
.
.........
. .
.. .
.
. ... . . . . . . . . ... .. .. ... ..
. .
..
. . . . . . . .. . . . . . . .
6
1.
Hasil
Hasil pertemuan Round Table Discussion ..
B.
PEMBAHASAN ........................................................................................................49
.................. ............. . . . . . ......................
. . . . . . . . . . . . . . .. .
. . . . . . . . . . . . . . . . ..
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..............
....
266
............
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................................................ 53
A.
KESJMPULAN
B.
SARAN ....................................................................................................................... 53
.
. ... .. ... ... .. . .. . .. . . . . .
UCAPAN TERIMA KASIH
LAMPIRAN
LEMBAR PENGESAHAN
Vlll
. . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . .
53
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
I.
PENDAHULUAN
Di Indonesia kompetisi antar penyedia pelayanan kesehatan untuk mcnerapkan
teknologi yang canggih dapat mcnyebabkan : i) pemanfaatan Teknologi Kesehatan (TK)
kurang tepat, ii) keraguan terhadap manfaaat dari teknologi yang digunakan, iii) ada
teknologi yang sudah tidak bennanfaat tapi tetap digunakan. Pemanfaatan teknologi
kesehatan untuk pengembangan kebijakan pelayanan kesehatan juga belum optimal. Hal ini
disebabkan 1) belum adanya studi kelayakan terhadap kepemilikan alat canggih, 2) belum
ada koordinasi, 3) belum ada persamaan persepsi terhadap pemanfaatan, 4) para profesional
kesehatan lebih mengandalkan pertimbangan dan pengalaman pribadi (tidak Evidence Based
Medicine), 5) adanya pengaruh budaya, dan 6) supply induced demand yang menonjol.
Kegiatan kajian terhadap teknologi kesehatan (Health Technology Assessment
merupakan upaya komprehensif yang mendekatkan gap diantara
pemanfaatan
=
HTA)
teknologi
dengan efektifitasnya pada suatu layanan kesehatan, kebijakan kesehatan baik bagi pasien,
penyedia layanan kesehatan dan penentu kegiatan lainnya.
Health Technology Assessment (HTA) adalah kajian terstruktur terhadap tek.nologi
kesehatan seb�ai input dalam menentukan kebijakan kesehatan. HTA merupakan aktivitas
multidisiplin yang be1tujuan agar teknologi kesehatan yang diaplikasikan/diterapkan pada
masyarakat adalah yang efektif dan aman, baik dari aspek biaya maupun dari aspek lainnya
seperti dampak organisasi, konsekuensi sosial, hukum dan pertimbangan etis. HTA
memainkan peranan penting dalam melakukan pengkajian komprehensif dan sistematis
dengan
memberikan
dukungan
bukti-bukti
ilmiah
kedokteran
terkini
mempertimbangkan kinerja teknolo , efikasi, efektifitas, keamanan klinis,
yang
dampak
ekonomis, efisiensi, etika sosial dan legal. Hasil kajian dari suatu teknologi kesehatan sangat
berguna untuk memberikan masukan bagi pembuat keputusan dan menyusun kebijakan
kesehatan. Ruang lingkup kajian teknologi kesehatan adalah obat, alat kesehatan, alat
diagnostic dan terapi, dan berbagai aspek dalam hal klinis, kesehatan masyarakat maupun
struktur organisasinya.
Dasar hukum HTA adalah Undang-Undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009 pasal 42
(1) "Teknologi dan produk teknologi kesehatan diadakan, diteliti, diedarkan, dikembangkan
dan dimanfaatkan bagi kesehatan masyaraka t"
�
Sejak tahun 2003 - 2009, Kementrian Kesehatan melalui Sub Direktorat S Penapisan
'
Teknologi Kesehatan Direktorat Bina Pelayanan Medik Spesialistik mengusulkan 3 program
1
nasional hasil kajian HTA yakni Profilaksis Vitamin Kl pada Neonatus, Skrining Hipotiroid
pada Neonatus, Perawatan Berat Bayi Lahir. Selain itu terdapat 30 topik kajian lairrnya yang
sudah didiserninasikan kepada para pencnh1 kebijakan terkait.
Dengan terbitnya Pem1enkes Noftor: 1144/Menkes/PerNII/2010, Pusat Teknologi
Terapan Kesehatan dan Epideftiologi Klinik bertugas untuk ftelaksanakan penelitian dan
pengernbangan kesehatan, serta ftenapis teknologi di bidang teknologi terapan kesehatan dan
epidemiologi
klinik.
Penapisan/kajian
teknologi
dilaksanakan
dalam
konteks
Health
Berdasarkan Pem1enkes no 1 144/2010 maka Pusat Teknologi Tera.pan Kesehatan dan
Epidemiologi Klinik, berianggung jawab untuk melaksanakan kegiatan terkait HTA rnauptm
mengkordinir jejaring untuk rnelaksanakan kegiatan HT A. Naftun perlu diidentifikasi bentuk
kegiatan HTA apa yang ftenjadi kontribusi Pusat TTK & EK dalaft fteningkatkan kualitas
jasa pelayanan kesehatan ftaupun kebijakan kesehatan juga fteftperkaya khazanah ilmu
pengetahuan utamanya dibidang teknologi terapan kesehatan.
2
II.
TUJUAN dan MANFAAT
Umum :
Memperkuat pelaksanaan kajian teknologi kesehatan di Pusat TTK & EK.
Khusus :
1. Mendapatkan gambaran mengenai pelaksanaan kegiatan H TA
2. Mendapatkan masukan tentang pelaksanaan kegiatan HTA di Pusat TTK & EK
3. Menyusun draft roadmap HTA
Manfaat
1. Meningatkan peran Pusat TTK EK dalam pelaksanaan kegiatan HTA
3
METODE
III.
Disain
Identifikasi pengembangan HTA di Pusaat TTK EK dilakukan dengan pendekatan penelitian
kualitatif. Pelaksanaan
mengundang
round table discussion
stake holder,·
dan lokakarya dilaksanakan dengan
diawali dengan paparan
dari stake holder
serta pakar;
kemudian dilanjutkan dengan diskusi.
Tempat dan waktu
Tempat pelaksanaan pertemuan di Jakarta dan Bogor.
Waktu pelaksanaan: bulan September- Desember 2011.
Narasumber
Stake holder
pengampu kegi�tan HTA i.e Ditjen BUK, Ditjen Binfar, Bada.11 Litbangkes,
SAM Global Tekkes, beberapa universitas, rumah-rumah sakit
Pengumpulan data & Instrumen
Pengumpulan .data dilakukan dengan mengikuti paparan yang disampaikan oleh
menyimak serta
key informan,
berperan aktif pada diskusi dan mengidentifikasi topik dan bahasan
yang sesuai dengan tujuan & pertanyaan penelitian.
Pelaksanaan pengumpulan data dilaksanakan dengan
1.
Mengadakan Round Table Discussion
Pelaksanaan: 24 Okt 201 1
Peserta diskusi dan pemapar: Pusat TTK EK, Pusat BTDK, Ditjen BUK, Ditjen Binfar,
Ketua Pokja HTA, SAM Global Tekkes
2. Mengadakan Workshop untuk mensinkronkan peran Pusat TTK EK dalam kegiatan HTA
Pelaksanaan
: 29
-
30 Nov 201 1
Peserta : Pusat TTK EK, Ditjen BUK, Ditjen Binfar, Ketua Pokja HTA, SAM Global
Tekkes, Pakar dari
UI,
UGM, RS Sardjito, RS Marzuki Mahdi.
Instrument : komputer dan buku catatan.
4
Analisis data
Analisis data dilakukan secara kualitatif berupa narasi. Basil dari narasi dituangkan kedalam
suatu roadmap.
Luaran yang diharnpkan dari round
l.
discussion ini adalah sebagai berikut:
Mendapatkan deskripsi peran Pusat TTK & EK dalam kegiatan HTA sesuai dengan
amanat Permenkes no
IL
table
1144/2010
Mendapatkan usulan topik-topik kegiatan HTA agar tidak te1jadi tumpang tindih
maupun duplikasi.
iii. Tersusunnya draft panduan roadmap HTA di Indonesia
5
IV.
BASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
1.
Hasil pertemuan Round Table Discussion
a) Pembicara 1: Dr. Trihono (Ka Badan Litbangkes)
Badan Litbang belum terlibat banyak dalam kegiatan HT A. Idealnya scmua produk teknologi
yang masuk ke Indonesia di kaji kemanfaatannya. Kementrian kesehatan memiliki tanggung
jawab moral w1tuk melakukan kajian terhadap teknologi kesehatan yang akan beredar di
masyarakat. Badan Litbangkes merupakan
focal point
terhadap kajian terhadap teknologi
kesehatan, dengan melakukan penelitian, pengembangan serta penapisan maupun kajian
terhadap teknologi kesehatan. Pusat ITK EK berperan sebagai
entr_y point,
dan pendelegasian
arah kajian dikordinasi oleh Pusat TTK EK. Kajian bioteknologi kesehatan di lakukan oleh
Pu.sat BTDK, kajian kesehatan masyarakat dilakukan Pusat TIKM.
Perlu disusun semacam roadmap untuk menentukan topik-topik kajian.
Pembiayaan kegiatan dapat melalui DIP A, namun untuk permintaan dari pihak non
pemerintahan perlu dikembangkan mekanisme PNBP.
Kendalanya dengan sistem pembiayaan yang
semacam
ini
adalah
adanya
konflik
kepentingan, namun hal semacam ini dapat diatasi dengan menjaga integritas peneliti, serta
dengan menandatangani pakta bebas dari konflik kepentingan.
Peran Badan litbangkes
dalam HTA sebatas mengumpulkan.bukti ilmiah, yang
kemudian
diserahkan kepada program terhadap pemanfaatannya.
Luaran dari kajian terhadap teknologi kesehatan dapat berupa grading/ranking dari teknologi
kesehatan yang akan digunakan oleh program.
Pemberian ijin terhadap suatu tekologi kesehatan bukan ranah tugas pokok dan fungsi Badan
Litbangkes.
Perlu
untuk
disusun
suatu
Pennenkes tentang
mengundang lintas program di Kemenkes.
6
kajian
teknologi
kesehatan,
dengan
b) Pembicara 2: Prof Eddy Raharjo
''HTA : How does it work (so far)"
1. HTA merupakan suatu analisis mengenai teknologi kesehatan yang terstruktur. HTA
dilakukan untuk mengkaji effectivity, safety, cost-effectiveness, dan melakukan
perbandingan terhadap altematif lainnya.
2. Misi HTA : menetapkan berdasar pengkajian yg sahih, suatu bentuk teknologi
kesehatan yg terbukti berguna, bermanfaat, dan terjangkau biayanya.
3. HTA berfungsi untuk mencegah masyarakat dati misleading infonnation
4. 10 step pelaksanaan HTA:
identify assesment topics
Specify the assesrnent problem
Determine locus of assesment
Retrieve evidence
Collect new primary data
Appraise/ interpret evidence
Integrate/ sinthesize evidence
Formulate finding and recommendation
Disseminate finding and recommendation
Monitor impact
5.
Pakar profesi yg diundang dpt rnemberikan byk masukan co:/ vit K utk bayi prematur
6.
Mekanisrne yang sudah berjalan : rnenentukan topik berdasarkan masukan dari
profesi/RS/pengguna dan penyedia teknologi kesehatan dengan memperhatikan aspek
high impact, high coverage, high risk, high
cost 7
mengkaji data dan evidence yg
ada oleh tim teknis 7 tirn expert menyusun rekornendasi (pd tahap ini butuh waktu
sekitar 3 bulan) 7 mensosialisasi sederet rekomendasi
7.
Tim teknis terdm dari dokter yang direkrut full timer.
8.
Tim expert: dokter ahli atau wakil perhirnpunan profesi.
9. Contoh hasil pemilihan topik: - skrining HIV di RS (high coverage, high impact)
Pencegahan thalasemi ( low coverage, high impact)
KB pada periode menyusui (high coverage, high impact)
Skrining kanker serviks dengan metode IVA
10.
Kajian ekonomi terhadap kemanfaatan penggunaan vaksin HPV
7
11. Salah satu contoh kajian tehadap obat adalah penggunaan Misoprostol,
yang secara
off label digunakan untuk tenninasi kehamilan.
Tanya jawab:
1.
Output HTA : HT A bisa dirangking
2.
Penentuan high coverage, high impact
7
ditentukan oleh expert dan evidence yang
ada.
3.
Tim expe1i: apakah hrs dr dokter??? 7 sesuai bidang kajian
4.
Tift teknis: saat ini msh dokter semua.
5.
Idealnya diadakan konvensi setiap tahun untuk diseminasi hasil HTA dengan
mengundang semua stakeholder.
c) Pembicara: dr. Cut Putri Arianie ( kasubdit BUK)
1.
Hasil- basil HTA sejak
2003 hingga 2010:
Primer:
17 kajian
Sekunder:
Tersier:
4
telah rnenghasilkan 33 judul kajian
33 kajian
33 kajian
kajian sdh rnenjadi program nasional, yakni profilaksis vit Kl pd neonatus,
skrinning hipotiroid pd neonatus, perawatan BBLR dgn metode kanguru, KB pd
periode rnenyusui.
2.
Rencana yg akan dikernbangkan :
Budaya research based knowledge yg diterapkan dlm praktek
klinik sehari2
Keftarnpuan staf utk memiliki evidence appraisal
Penatalaksanaan pasien ftengacu kpd spft mutakhir dan sahih
Data yg tersedia rnelalui e-health
HTA promotif preventif
-
3. Plan Of Action : pengernbangan RS model HTA 7 RS dr. Soetomo yg sdh memiliki
tim HTA
-
birnbingan teknis hasil penapisan
- sosialisasi pedoman HTA
- pengembangan HTA di daerah
8
4.
Program pada tahun
2012 adalah rapat-rapat internal.
·
5. HTA berfungsi ftenyediakan second opinion yang evidence based terhadap suatu
kebijakan.
6.
Idealnya berupa suatu unit yang separated yet connected, siapa yang meftbiayai?
Jangka panjangnya berupa badan yang independen.
7.
Perlu disusun road ftap untuk strategi jangka pendek, ftenengah, dan jangka panjang.
d) Pembicara: Narasumber Pusat TTK EK
Judul Paparan : " Arah Pengeftbangan Kegiatan HTA di Badan Litbangkes"
PENGEMBANGAN KEGIATAN HTA DI PUSAT TTK & EK
Round Table Discussion kegiatan 8:TA
•
24 Oktober
2011
•
DASAR HUKUM HTA
Undang-Undang Kesehatan No.
•
36 Tahun 2009 pasal 42 (1) " Teknologi dan produk
teknologi kesehatan diadakan, diteliti, diedarkan, dikeftbangkan dan diftanfaatkan
bagi kesehatan ftasyarakat",
•
Undang-Undang RS No. 44 Tahun
2009
pasal 4 "RS fteftpunyai tugas fteftberikan pelayanan kesehatan paripuma,
pendidikan dan pelatihan dapat juga ftelakukan penelitian dan pengeftbangan
serta penapisan teknologi bidang kesehatan
pasal 26 ayat 2 " Peralatan ftedis tertentu yang akan digunakandalarn
pelayanan kesehatan di RS harus ftelalui penapisan teknologi ".
SCIENCE & TECHNOLOGY VALUE DRIVEN
•
Amandeften U U D
1945 pasal 31(5): ''Pemerintah mema.iukan ilmu pengetahuan
dan teknologi dengan
untuk
Research
nilai-nilai
serta
dan
urnat ftanusia."
Vs
Development
Law: 18/2002 and Law: 36/2009)
•
Penelitian: kegiatan yang dilakukan ftenurut kaidah dan ftetode ilftiah secara
sistematis untuk fteftperoleh
data. dan
9
yang berkaitan dengan
?
pemahaman dan pembuktian kebenara:n atau ketidak benaran suatu asumsi dan/atau
hipotesis di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi se1ia menarik simpulan ilmiah
bagi keperluan kemajuan ilmu pengetahtmn dan teknologi.
Development
Vs
Research?
aw: 18/2002 and Law: 36/2009)
kegiatan ilrnu pengetahuan dan teknologi yang bertujuan
•
memanfaatkan kaidah dan teori ilmu
telah terbukti
untuk meningkatkan fungsi, manfaat, dan aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi
yang telah ada atau menghasilkan teknologi baru.
Amanah negara melalui UUD, UU mensyaratkan agar suatu teknologi kesehatan
•
memiliki evidence based sebelurn digunakan/diaplikasikan
PERMENKES 1144/2010
Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik mempunyai tugas
melaksanakan penelitian dan pengembangan kesehatan, serta menapis teknologi di
bidang teknologi terapan kesehatan dan epidemiologi klinik.
Fungsi
•
•
a. penyiapan penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program litbangkes di bidang
TTKEK
•
b. pelaksanaan litbangkes di bidang TTK EK;
c. pelaksanaan pembinaan, koordinasi, dan fasilitasi teknis pelaksanaan litbangkes di
•
bidang teknologi terapan kesehatan dan epidem.:iologi klinik;
d. pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan litbangkes di bidang teknologi
•
terapan kesehatan dan epidemiologi klinik; dan
e. pelaksanaan tata usaha dan rumah tangga Pusat .
•
•
•
Tugas Bidang TTK
Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan penelitian,
pengembangan, dan penapisan teknologi kesehatan serta penyiapan perurnusan dan
pelaksaan kebijakan di bidang teknologi terapan kesehatan meliputi fa1masi, gizi,
makanan, kedokteran klinik, pengkajian dan penapisan teknologi kesehatan (Health
Technology Assessment), uji obat dan va sin, dan uji obat bahan alam, serta bidang
teknologi terapan kesehatan lainnya.
10
Peran Pusat TTK EK dalam HTA
•
•
Penyedia bukti ilmiah (scientific evidence) dalam pemanfaatan teknologi kesehatan
yang sudah maupun akan digunakan di pelayanan kesehatan
Tujuan pelaksanaan HTA di Pusat TTKEK
•
•
Menyediakan evidence based pemanfaatan TK
Mendukung perkembangan/pemanfaatan teknologi kesehatan yang berbasis bukti
ilmiah
•
Memberi masukan "policy briejlpolicy memoranda" kepada Ditjen di Kementrian
Kesehatan terkait pemanfaatan/penapisan teknologi kesehatan
Memperkuat jejaring pelaksana/pelaku HTA di Indonesia
•
PENENTUAN TOPIK HTA
TOPIK ditentukan oleh Policy Users '
Topik digali oleh Penyedia Infonnasi
Model kerjasama dengan jejaring
•
•
•
OUTPUT dari Kegiatan HTA
Laporan hasil studi (systematic review studies, clinical outcome research, etc)
Policy Brief hasil studi
Kesimpulan:
1. HTA merupakan jembatan untuk dari hasil-hasil penelitian (research domain) dengan
proses pengambilan keputusan (decision making ).
2. Perlu disepakati Jembaga yang mengarnpu kegiatan HTA, yang selama ini existing
adalah: BUK, GIKIA, Binfar alkes, atau Balitbang?
3. Positioning HTA utk pusat 2.
4.
Pengembangan HTA di Pusat TTK EK dengan memanfaatkan model jeja1ing kajian
dilakukan dengan pendekatan systematic review.
5. Dalam kegiatan HTA perlu diidentifikasi :
What to do (skala prioritas): kesmas, klinis -7 dua2nya prioritas
b. Who to do (Tim HTA dan jejaring)
11
c.
Who to be focal point: ser hkan ke tim HTA (tirn teknis/ searching -7
Litbang), pengampu -7 pd tahap pertama di luar litbang ( apak h BUK?)
d. How to organize: ( dekonsentrasi, regionalisasi, RS, provinsi, ada pembina
tingkat pusat, apkesi)
e.
How to do? (syst review)
f.
How to dessiminate/ use ( upload web, policy fornm)
g.
How to regulate?
e) Pembicara: SAM
Judul Papa.ran : "Draft. Permenkes tentang HTA"
1. Dasar kegiatan HTA adalah UU Kes No.36/2009- bab V yang menjelaskan bahwa
teknologi dan produk teknologi sebagai sumber daya & SKN
2.
Penyusunan pem1enkes sebagai payung hukum untuk melindungi reviewer
3.
HTA itu "in vivo" -7 sejalan dgn puslit 2
4.
Pihak yg mengusulkan HTA : yg punya kepentingan! !
Bila banyak : ditentukan oleh Pusat4
5. Ranah: Balitbangkes cq Pusat 2 + peneliti ad hoc.
Tanya jawab:
1.
Pennenkes sbg payung hukum utk melindungi reviewer.
2.
Pernbahan pola pikir: - etik dan budaya dan hukum
3. Peraturan
hukum bukan
untuk
mengebiri
peneliti,
tapi
untuk
penyalahgunaan basil HTA
4. Legitimator: badan litbang, pelindung: BUK
5. Evidence based: pusat 1 dan 2, policy: pusat 3 dan 4
DRAFT PERMENKES TTG HEALTH TECHNOLOGICAL ASSESSMENT
•
Agus Purwadianto
•
SAM Teknologi Kesehatan & Globalisasi
Pengertian PH Law
•
Medikolegal/legal
12
mencegah
Menggunakan peraturan yg sudah ada (dibuat oleh penguasa/pejabat sah ftasa
lalu) sbg "payung hukuft"
•
Etikolegal
Meftbuat peraturan baru berbasis etika (oleh penguasa/pejabat sah masa kini
utk kepentingan ftasa depan), krn peraturan lafta sdh tak fteftadai akibat
perkeftbangan iptek, ftasyarakat dunia/lokal, kapital, dll
Bila telah disahkan : ftenjadi ftedikolegal ftasa depan
Definition of HTA
•
A ftulti-disciplinary field of policy analysis that examines the ftedical, econoftic,
social and ethical iftplications of the increftental value, diffusion and use of a
ftedical technology in health care
•
Bridging: the world ofresearch-decision-ftaking= TRANSLATIONAL? Apakah
pengeftbangan atau penapisarr ?
•
Organisasi Profesi : INAHTA (international network of agencies for HTA) - 1993
lmplikasi definisi/pengertian
•
Multidi�iplin : IPA (ftedical) - IPS (sosek) - Budaya (etik, nilai) = pendekatan IPC
(ilftu pengetahuan caftpuran)
•
Analisa kebijakan : "eks puskabangkes"
-7 kontinuuft (pasca) penelitian =
translational research
sebeluft pengaftbilan keputusan
•
Masih kategori riset
•
Tujuan: tepatnya yankes yg berbasis peftakaian & penyebaran teknologi secara
>>>,
bertahap
Health technology
•
Any intervention that maybe used to proftote health, to prevent, dia
ose or treat
disease or for rehabilitation or long term care
•
Includes : pharmaceuticals, devices, procedures and organizational systefts used in
health care
•
wikipedia
Dasar sosiologis
13
•
UU Kes No. 3612009 - Bab V -7 teknologi dan produk teknologi sbg sumber daya &
SKN
•
Dasar sosiologis
Sbg metodologi -7 intcgritas cq TANGGUNGJAWAB profesi utk nentukan
WHAT LEVEL OF EBM ? Ditengah kebebasan profesi
produk : yg portable : yg diatur adalah orangnya (profesi nakesnya) dikaitkan
dgn SPM dan otda > dp perbekalan nya -7 DELEGASI
Bila massal : perbekalan utk efisiensi -7 SENTRALISASI
Yurisdiksi
•
Jenis teknologi banyak -7 pemik2nya banyak -7 substansial beragam
•
Teknol kes juga terkait teknol umum
•
PP 39/95 -7 sepanjang digunakan utk kes -7 teknol apapun = teknol kes & dikoord o/
Balitbangkes (revisi RPP dgn "penapisan")
•
Efektivitas hukum : yg diatur SOP-nya dan atau dibatasi RL nya -7 fokus sambil
garap RPP revisi PP 39/95
•
Bagian Keempat UU Kes No. 36/09
Teknologi dan Produk Teknologi
Pasal 42
(1) Teknologi dan produk teknologi kesehatan diadakan, diteliti, diedarkan,
dikembangkan, dan dirnanfaatkan bagi kesehatan masyarakat.
(2) Teknologi kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup segala metode
dan alat yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit, mendeteksi adanya
penyakit, meringankan penderitaan akibat penyakit, menyernbuhkan, mernperkecil
komplikasi, dan mernulihkan kesehatan setelah sakit.
(3) Ketentuan mengenai teknologi dan produk teknologi kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi standar yang ditetapkan dalam peraturan
perundang-undangan.
•
Penjelasan Ps 42 (1)
14
Litbang iptek kes ditujukan untuk menghasilkan informasi kesehatan. teknologi,
produk teknologi,dan teknologi infonnasi (Tl) kesehatan untuk mendukung
pembangunan kesehatan. Pengembangan teknologi, produk teknologi, teknologi
infom1asi (Tl) dan lnformasi Kesehat.wi dilaksanakan sesuai dengan ketentuan hak
kekayaan intelektual (HKI). Untuk penelitian penyakit infeksi yang muncul baru atau
berulang (new emerging atau re emerging diseases) yang dapat menyebabkan
kepedulian kesehatan dan kedaruratan kesehatan masyarakat
emergency ofinternational concern
(public health
/PHEIC) harus dipertimbangkan kemanfaatan
(benefit sharing) dan penelusurru1 ulru1g asal muasalnya (tracking system) demi untuk
kepentingan nasional.
Health care
•
Diagnosis, treatment, and prevention of disease, illness, injury and other physical and
mental impairments in humans
•
By practitioners in medicine, chiropractic, dentistry, nursing, phannacy, allied health
and other care providers
•
In : primary, secondary, tertiary care & public health
Ruang Lingkup Teknol Kesehatan
•
•
Semlla barang produk teknol utk UKM/UKP
Termasuk teknologi informasi & informasi kes (sistem organisasi & SOPnya)
•
Dimensi lokal, nasional, global
•
Dlm dimensi ketergantungan teknol
-7
hrs utk kemanfaatan (benefit sharing) &
tracking system
•
Utk atasi infeksi : perhatikan kekayaan biodiversitas RI
Kepentingan : "in vitro" vs "in vivo"
15
Ethiolegal System
Ethico-legal System
Agus Purwadlanto, 2005
CONTEXTUALITY
New Biomedical Science & HTA
16
Biomolecular & Advanced Technology
Community
•
Minimally Invasive Surgery (MIS)
•
Reduced blood loss
•
Fewer complications
•
Shorter LOS
•
Faster recovery
•
Less scaning
Prioritas RL 7 >> draft Permenkes?
•
Yankes via UKM (usaha kesehatan masyarakat) dan UKP (usaha kesehatan
perorangan)
Teknologi UKM > Teknol UKP
•
teknol sistem kes (IT, informasi, manajemen & regulasi kes) > dp UKP
•
Teknol UKP yg dimensi publik > individual, kecuali yg utk WORLD
CLASS HEALTH CARE
TEKNOL KEDOKT SOS JAL/KOMUNITAS >>> mis : teknol
obstetrik sosial utk menurunkan AKI, teknol pediatrik sosial
utk menunmkan AKB/AKABA
17
•
Value-laden : jenis teknol dianalisis o/ Pusat 4 utk urutan sbb : kesmas > klinik
terapan > biomedik
Permasalahan sosiologis
•
HTA itu "in vivo" -7 sejalan dgn puslit 2
•
Pihak yg mengusulkan HTA : yg punya kepentingan ! ! !
Bila banyak : ditentukan Puslit 4 ! ! ! (semacam BPHN Kcmhukham) -7 skala
prioritas (penapis kepentingan)
Ada pcnnenkes khusus utk ini !
•
Penyakit rakyat
vs
kepentingan global
Sertifikasi produk dim program & era pasar bebas.
Mirip : jadwal imunisasi Pem
vs
imunisasi swasta (IDAI)
Program Intervensi Kematian Maternal
Luasnya ranah teknolkes
Pasal 43 UU Kes No. 36/09
(I) Pemerintah membentuk lembaga yang bertugas dan berwenang melakukan penapisan,
pengaturan, pemanfaatan, serta pengawasan terhadap penggunaan teknologi dan
produk teknologi.
18
(2) Pernbentukan lembaga sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1) diatur dengan Peratman
Pemerintah
Pertanyaan mendasar
•
penapisan, pengaturan, pemanfaatan, se1ia pengawasan terhadap penggunaan
teknologi dan produk teknologi =
•
ASSESMENT + POLICY OPTION ?
Unit utama & satker mana yg akan mengatur itu ( etikolegal amanah PP)
Legal : "penapisan" sdh ftasuk tupoksi Balitbangkes cq teknologi terapan
masuk ke Puslit 2
Tim HTA dari BUK (dan Binfar ?) bgmn atumya?
HTA
•
multidisciplinary field of policy analysis
•
studies h
t e implications of the development, diftiusion and use of health technology
•
Jointly deliberation of value-laden decision
•
ensuring the effectiveness and safety of new health technologies
•
effects of health technologies on organizations, as well as legal, societal and ethical
aspects oftechnologies
Health policy
•
Decisions, plans and actions that are undertaken to achieve specific health care goals
within a society
Visions of the future
Outline priorities
Expected roles of different groups
Build consensus
Informs people
Scope of health policy
•
Financing
•
Delivery of health care
•
Access of health care
19
•
Quality of care
Health equity
•
Politics of health
Evidence-based
Personal
health
care policy
Options
of health
policy
•
The rights to health care
Health care financing
•
Other HP
Medical research policy
Health workforce policy
.
Health in foreign policy
Pengaturan yg mana ?
•
What : Policy option berbasis teknologi yg telah dikaji sebelumnya (HTA) 7 in vivo
"Where : dipraktekkan di FASYANKES 7 bergantung pd RPPnya dulu
Why : Terobosan/intipan apa disitu ?
•
Utk permudah akses 7 fasyankes prom-prev di tingkat pustu (sarana
terdepan puskesmas)
•
Utk yankes primer o/ nakes praktek mandiri
•
Mengejar target MDG's
•
•
Konteks NKRI menghadapi globalisasi
HTA utk dukung kebijakan UKM basis kedokt sosial
Pengaturan "how" (2)
•
Tahap pra-rekomendasi (penapisan pengembangan ?)
=
Pembentukan Tim : intra I ekstra mural
Pengambilan keputusan : "sidang isbat?"
•
Tahap implementasi - penetapan
20
· Ke program: peran Pemda, t�mggung jwb rcnteng s/d nakes, Tim Bantuan
Hukum bila ada KTD
Ke non program :
Diseminasi, peran swasta, dll
•
Tahap simpan & olah data, advokasi, sertifikasi , binawas
Moral insights of HTA
•
implementing health technologies may have moral consequences, which justifies
adding an ethical analysis to a "traditional" assessment of cost and effectiveness.
•
technology also carries values and may challenge prevalent moral principles or rnles
of society that should be addressed by HTA.
•
a more fundamental insight, is that the whole HTA enterprise is value laden.
The domains of assessment in the HTA core model
•
•
Health problem and current use of technology
Description and technical characteristics of technology
•
Safety
•
Clinical effectiveness
•
Costs and economic evaluation
•
Ethical analysis
•
Organizational aspects
•
•
Social aspects
Legal aspects
4 phases of HTA
•
•
•
•
=
lit kes !
Identification = latar belakang & tujuan lit
primary data collection = puldat,
Synthesis = analisis data & penyimpulan -7 feasibility
Implementation = necessity (perlu atau tdk?, maslahat atau tclk ?) sd evaluasi
-7 Normative (ELSI) focus of the Health Council of the Netherlands (Gezondheidsraad)
Dondorp
W (2005)
21
Health Research can be defined as the systematic collection, description, analysis and
interpretation of data that can be used to improved health of individual or groups (MF.
Fathalla, 2004)
Draft Permenkes HTA existing plus
•
Lintas satker : sesuaikan dg tupoksi Kemkes - Perrnenkes No. 1 144/09.
•
Ranah :pengembangan"/penapisan analisis kebijakan : Balitbangkes cq Puslit 2 +
peneliti ad hoc - penentuan pilihan kebijakan sbg produk teknolkes (Ditjen BUK utk
fasyankes & P2PL/Gizkia utk program) - pengadaan, distribusi, SAS (Ditjen Binfar)
- pengawasan BPOM
•
Perekat I penjamin Kontinuitas: Tim Ahli
The User Context of HTA : Similar to Research Ethics
•
HTA/Research ethics + evidence based medicine/health (EBM/H): core of medicine
•
If patients and society put trust in medical professional competency and delegate all
kinds of responsibilities to the medical profession on behalf of that competency,
medical professionals had better make sure that their competency expresses the state
of the art of medical
•
science
What goes for the ethics of HTA also goes for the ethics of medical research and
publication ethics:
•
Anything that is scientifically doubtful is, ceteris paribus, ethically unacceptable.
22
P'roduk HTA
Rekomendasi , pembuat opini
Penetapan : pewajiban, pelarangan, pembolehan di adresat fasyankes & profesi nakes
ttt atau OTC ?
•
Pemantauan atas penetapan (aplikasi teknologi) ?
•
Binawas utk profesi khusus HTA, profesi pengguna teknolkes, produsen, pedagang ?
Penyelesai sengketa antar pihak (banding)
Tim Ahli
•
Berdasarkan teknis
(+ sosiologis)
Tim IPA
•
Tim material (alkes, obat d11) - penentu/perekomendasi spesifikasi
sensitiviitas cq : peneliti, insinyur, apoteker/farmasi, MIPA dll
•
Tim pemakai/prosedural = penentu/perekomendasi uji klinik +/biomedik cq : peneliti translasi, klinisi, dll
•
Berdasarkan etis (+ legal, filosofis)
Tim IPS
•
•
Tim bioetik I etik - ethical clearance
Tim hukum - binawas, penyelesai sengketa,
Struktur Organisasi Jaringan Kerjasama Sel Punca di dalain dan di luar RS
23
+
Koord Medis
Koord
Adm & keu
[. Pengambil n dan
Lab<>ratorium
Penyimpanan
Representasi Tim Ahli
•
•
•
Anggota individual
Wakil asosiasi profesi
Km NKRI luas -7 dan dimensi otda -7
l'irnnas yg susun NSPK dan tetapkan perencanaan HTA yg prioritas utk
Timda yg rekomendasikan "'value laden" setempat + HTA khusus bila kriteria
persyaratan tim terpenuhi
•
Mekanisme kerja & alur antar Tirnnas & da
Timlak, assesor HT A, pengadaan produk pasca HTA
•
Etikolegal :
siapa adresat HTA :
•
•
Tiap RS tipe A WAJIB punya asesor HTA ?
RS tipe B plus atau RS Dik ?
Batasan kewenangan asesor (lokal) ?
•
Kebijakan pengadaan alkes nasional yg evidence-based
Permenkes khusus : Binfar sbg focal point
Koord dg Puslit 4 dan atau 3 dg Tim Ahli (insinyur + health economics) +
LPSE dll
24
Saran konkrit etikolegal HTA
•
Selain pertimbangan di atas
HTA dikembangkan terstruktur : perkuat kaji literatur + network pakar ad hoc
sesuai bidang yg "sexy" yg dimunculkan o/ OP atau kepentingan daerah
buat sekolah peneliti utk rnenampung interaksi �ntensif peneliti ad hoc s/d
diseminasinya (web-based)
•
Mis CEEBM FKUI -7 publikasi viajejaring klinisi peneliti
•
Birokrat ilmiah di Ditjen KIA-Gizi & P2PL utk MDG's dan Ditjen
BUK utk manajemen fasyankesnya -7 s/d pengadaan murah
Perkuat etika lit-yan, dgn dasar critical appraisal peneliti dan bila perlu
asosiasi HTA dibentuk (dijadikan dosen sekolah peneliti/ pengembangan) -7
CPD IDI, magister/PhD by research
Perkuat IT km data base hrs beres : jalin dgn Pusctatin - network dgn pabrik
farmasi & alkes -7 jalin dg BUK dan Binfar - On line journal
Akreditasi profesi asesor HTA -7 utk man to man marking binawas : kritisi
standar alkes/obat dll -7 PNPK profesi
•
Bina jejaring produsen lokal
Inti Permenkes HTA
•
HTA adalah wajib sbg NSPK
•
Pilihan kebijakan obat/alkes adalah wajib berbasis HTA bagi fasyankes publik
•
Pengelola I penyelenggara HTA sd regional - delegasi ke profesi (JEJARING
ASESOR)
•
Persyaratan & Proses HTA (tahap2nya)
•
Produk HTA & penetapannya
•
Penggunaan teknol pasca penetapan, masa berlakunya
•
Binawas
•
Kriteria Pengusulan Teknolkes yg memenuhi syarat utk dilakukan HTA
•
Pengadaan produk teknolkes pasca HTA = sentralisasi
.Kesimpulan
25
•
Ada bbrp Draft Pennenkes ttg teknolkes dim menjabarkan UU Kcs cq RPP ikutannya.
•
Draft pem1enkes khusus HTA diprioritaskan utk pengaturan penerapan pengaturan
teknolkes di fasyankes daerah dim rangka pilihan kebijakan berbasis bukti utk
mencapai output Kemkes (AKI/AKB)
•
Embrio pennenkes HTA adalah juga penertiban tupoksi unit utama di Kemkes sbg
pembuat NSPK dgn kontinum : Balitbangkes - BUK/P2PL/Gizkia - Binfar disertai
pembentukan Timnas/da yg diberdayakan di fasyankes daerah.
•
Jaminan keberlanjutan Timnas/da adalah bergabungnya para ahli multi-disipliner ini
dalam APKESI - asosiasi health provider spt PERS! dkk, PKMI/PDMMI dll
2. Hasil
j)
Pembicara 1: Narasumber Pusat TTK EK
Judul Paparan : "Usulan Pengembangan Road Map HTA di Pusat TTKEK Badan
Litbangkes"
•
Mempertimbangk:an dasar hukum HTA yaitu UU Kes 36/1999 ps 4 1 ( 1 ), UU RS
44/2009 ps 4 ps 26 ayat
2,
Amandemen UUD 1945, dan Permenk:es 1 1 44/2010, serta
tupoksi Pusat TTKEK, diusulkan road map kegiatan HTA di Pusat TTKEK dalam
bentuk studi primer dan/atau studi sekunder.
•
Topik studi ditentukan oleh
policy user
high coverage, high risk, high cost
dengan memperhatikan aspek
high
impact,
untuk kepentin an n�sional.
•
Untuk perencanaan, ditentukan siapa kliennya, berapa biaya, dan tahun pelaksanaan.
•
Contoh: studi tentang tempi kanker (inte rative vs innovative).
•
Satu pengampu yaitu Ditjen BUK (thn HTA) termasuk Badan Litbangkes cq PTTKEK).
•
Modeljejaring (RS Pendidikan, FK).
•
Metodologi -7
•
Penyusunan prioritas roadmap HTA -7 draft kasar.
•
Ruang lingkup kajian: safety,
systematic review (secondary study).
ff ctiveness, economical attribute, social acceptability,
e e
legal, ethical, organizational.
26
studi primer/sekunder klien
g)
Pembicara 2:
biaya
tahun
Dra. Nasirah Bahaudin, Apt, MM
Judul Paparan : "Draft konsep pengembanganHTA di bidang farmasi dan alkes"
MEDICAL
DEVICES
,tD tn
c
lre
oo
•
tif d
c
u
d
o
r
P
n
a
Dis
trib
n D
tio
u
•/ evice Sorvlce
ic
d
e
M
The scope of medical device control system in Indonesia.
Briefly, according to the lndonesia Health Law No. 36 year 2009. MOH of Indonesia
responsible for safety, quality and pe1formance of medical device that circulate and
use in Indonesia. The mandate is implemented throu9h the supervision of medical
devices at the stage of pre-market and post market.
The supervision on pre market is carried out by certificate of production, evaluation
on circulate licence (registration number), and distribution licence. And the other
hand, supervision on post market is carried out by post market surveillance (vigilance,
monitoring and sampling).
The implementation of pre market and post market is done by the regulator. In the
stage of use, the user is also responsible for evaluating the performance of medical
device (by calibration) and report if there are any adverse effect of medical device
when being used.
27
DEFINISI HTA
HTA is "the systematic evaluation of properties, effects. and/or impacts of health-care
technology. It may address the direct, intended consequences of technologies as 'Nell as their
indirect, unintended consequences. Its main purpose is to info1m technology-related policy­
making in health care. HTA is conducted by interdisciplinary groups using explicit analytical
frameworks drawing from a variety of methods" (WHO) . Links between health technology
regulation,
health
technology
management
and
health
technology assessment
KEGIATAN DIT PROD IS ALKES T.A 201 2 UNTUK PENGEMBANGAN HTA
Kegiatan Pertemuan dan Diskusi dalam Rangka Aplikasi HTA Alat Kesehatan terkait dengan
Cost dan Benefit pada beberapa fasilitas pelayanan kesehatan di tiga regional yaitu Regional
Barat, Tengab dan Timur
Output:
Tersedianya data I informasi tentang Alat Kesehatan yang sesuai dengan
peruntukannya di fasilitas pelayanan Kesehatan RS dan Puskesmas, untuk tercapainya safety,
Quality, efficacy, dan affordable (cost-effectiveness and cost-benefit)
KEGIATAN BIDANG FARMASI KEGIATAN 2012
1. Pedoman Evaluasi Ekonomi Teknologi Kesehatan
Tujuan:
untuk menyediakan pedoman yang digunakan sebagai standar metodologi dalam
melakukan evaluasi ekonomi (baik rancangan maupun pelaksanaan evaluasi) untuk teknologi
kesehatan termasuk obat, vaksin, alat diagnostik dan alat kesehatan.
- Sasaran : tenaga kesehatan, peneliti, mahasiswa, pengambil kebijakan, dll
- Output : Pedornan Nasional
2. Pilot project aplikasi 'Pedoman Penerapan Kajian Farmakoekonomi'
Tujuan : untuk mengukur sejauh mana 'Pedoman Penerapan Kajian Farmakoekonomi'
dapat diterapkan di fasilitas pelayanan kesehatan.
Sasaran : Rumah Sak.it dan Dinas Kesehatan Propinsi!Kab/Kota terpilih
- Output : Rekomendasi untuk pelaksanaan Pedoman Penerapan Kajian Fam1akoekonomi'
3.
Pembekalan Kajian Farmakoekonomi bagi Tenaga Kesehatan
Tujuan : untuk memberikan pembekalan pengetahuan dan keterampilan dalam
melakukan kajian Fannakoekonomi dalam rangka penggunaan obat ymig rasional
28
Sasaran : tenaga kesehatan di RS Pemerintah dan Dinas Kesehatan Propinsi/Kab/Kota
-
Output :
peningkatan
pengetahuan dan
keterampilan
dalam
melakukan kajian
Famrnkoekonomi
4. Kajian Fmmakoekomi w1tuk Obat
Tujuan : untuk melakukan kajian terhadap beberapa obat terpilih yang digunakan
untuk pengobatan penyakit tertentu khususnya yang membutuhkan biaya besar.
Sasaran : obat terpilih yang digunakan untuk pengobatan penyakit tertentu klmsusnya
yang membutuhkan biaya besar
- Output : bahan masukan untuk revisi DOEN pada tahun 201 3 DLLIL FormulaRIum Jainkesmas
5. Workshop HTA
- Tujuan : untuk menyusun/menyiapkan rekomendasi dari berbagai stakeholder untuk
penerapan HTA dalam pelayanan kesehatan.
Sasaran : pengambil kebijakan di
silitas pelayanan kesehatan
- Output : rekomendasi penerapan HTA di- fasilitas pelayanan kesehatari
Diskusi
Bu Ira
•
Untuk approval suatu produk alkes beredar dan digunakan di Indonesia ada
persyaratam1ya, produk apapun yang sudah
memenuhinya
dapat
beredar
dan
digunakan. Persyaratan tersebut berlaku untuk produk dari dalam dan luar negeri
tanpa standar ganda (zero tolerance).
•
Untuk kajian farmakoekonomi -7 perlu tim
•
Penapisan berada di level user, disesuaikan dengan kondisi/tipe fasilitas kesehatan,
SDM yang mampu mengoperasikan dan mengkaliberasi.
Bu Ema
•
Butuh data alkes apa saja yang sudah beredar di Indonesia -7 minta ke Bu Ira.
•
Butuh data alkes yang over/under-used -7 dari klinisi.
•
Kajian HTA meliputi aspek kualitas, AE, dan budget/cost effectiveness.
•
Buat priority setting!
'
BUK
29
.
•
RS belum semua tahu kemana harus melaporkan alkesnya -7 usu! : dibentuk satker
untuk menarnpung keluhan RS berkaitan dengan alkes .
RS Sardjito
•
Kajian
HTA
eksplisit
-7 hitung kompetensi
SDM, untuk menghitung cost­
effectiveness banyak rumusnya sebaiknya dibakukan, aplikasi teknis/tim uji coba
bahan.
•
inf01masi HTA tidak sampai kc level operasional (gaungnya kurang).
•
Laporan AEs sudah disampaikan di PERSI
-7 laporan PERSI masuk Komite Nasional
Keselamatan Pasien yang akan dibentuk oleh Mcnkes.
•
Pertimbangan kualitas diatas pertimbangan harga.
h) Pembicara 3: Narasumber Pusat BTDK
Judul Paparan : "Usulan konsep road map HTA dalarn pengembangan vaksin"
•
HTA is a bridge between the world of research and the world of decision making, in
particular, policy making
•
•
Tiga faK:tor yang menjadi pertimbangan:
1.
Long term epidemiology
2.
Economics/disease burden
3.
Health consequences
Wilayah
Pusat 1 dalam litbang pengembangan vaksin adalah basic research (SEED,
kandidat vaksin, adjuvant technology).
•
Contoh HTA dalam pengembangan vaksin Influenza:
>
Proses -7 menentukan kesesuaian karakteristik virus/bakteri dengan vaksin yang
akan dikembangkan, surveillance berbasis laboratorium, disease burden.
>
Produk -7 surveillance berbasis laboratorium, sirkulasi virus/bakteri, kesesuaian
vaksin dengan virus/bakteri yang beredar.
•
Framework HTA dalam pengembangan vaksin:
>
Evaluasi epidemiologi penyakit infeksi.
>
Investigasi disease burden pada negara-negara berbeda (hospitalisations, excess
death, etc).
>
Studi penatalaksanaan terkilli dan pencegahannya serta adverse events imunisasi.
30
>
Elaborasi model rnatematika dalam prediksi dampak epidemiologi clan ekonorni
suatu vaksin.
>
Evaluasi cost-benefit and cost-effectiveness suatu imunisasi.
>
Investigasi aspek bioteknologi dan manufaktur.
>
Evaluasi aspek etik, legal,dan social issues dari penyakit infeksi .
>
Studi aspek organisasi dan dampak vaksinasi pada system kesehatan.
i) Diskusi
Paparan Pakar I
•
Definisi HTA : suatu assessment terhadap penerapan teknologi kesehatan dalam
pelayanan kesehatan masyarakat (user, alat, prosedur, system).
•
Rekomendasi kajian HTA bisa lebih dari satu.
•
Bisa dibuat menjadi guideline clinical practice.
•
Stakeholder adalah poli9y maker -7 hams prospective (sebelum timbul masalah).
•
HTA multidisiplin.
•
Prioritas adalah isu yang high cost high risk.
Paparan Pakar II
•
Pedoman HTA sdh ada sejakk 2 tahun yang lalu tapi Depkes tdk mengeluarkan buku
tsb sbg pedoman.
•
Model HTA yang baik di Inggris. Malaysia tennasuk baik juga karena didukung
pemerintah.
j)
•
BPOM melaksanakan HTA untuk vaksin rabies.
•
Data pustaka bisa didapat dari ECRI dan Cochrane library.
Pembicara
4: dr Eka
Judul Paparan : "Kebijakan ditjen BUK dalam pengembangan HTA"
•
Proses HTA
1.
Topic identification
2.
Spec(fication ofproblem
3.
Define scope and method ofassessment
4.
Retrieval ofevidence
5.
Collection o.fprimary data
6.
Analysis ofevidence
31
•
7.
Literature synthesis
8.
Formulation ofresult and recommendation
9.
Dissemination
10.
Monitoring & Feed
& Implementation
HTA di Indonesia saat ini masih tersebar di masing-masing institusi dan belurn
terkoordinasi.
•
Tupoksi BUK: pembinaan pelayanan primer hingga tertier/kwarterner.
•
Jejming
sangat dibutuhkan
untuk
menghindari
duplikasi
dan agar semua
sector/program terlibat penuh.
•
Hasil HTA 2003-20 10: 33 judu1 kajian, 4 diantaranya menjadi program nasional.
•
PoA HTA di Indonesia 2010-2014:
?
Pengembangan RS model HTA.
?
Bimtek basil penapisan.
?
Sosialisasi pedomm1 HTA.
?
Pengembangan HTA di daerah.
) Kesimpulan
Pembicara 5 : Prof AP
•
•
Teknologi kesehatan sangat heterogen diutamakan yang:
•
Membangun sm·ana prasarana/infrastruktur teknokrat
•
Alkes berbasis biornedik
•
Produk baru alkes sesuai program
Focus: high impact, high coverage, high ris , high cost untuk kepentingan nasional -7
MDGs -7 prioritas menurunkan AKI karena 3 terlmnbat -7 topic prioritas :Teknologi
Obstetrik Sosial.
•
Untuk kepentingan public, pemerintah punya kekuasaan untuk menentukan teknologi
kesehatan rnana yang digunakan di fasylli1kes Indonesia, hal ini dapat dipakai untuk
memajukan industry dalmn negeri.
•
BUK membuat regulasi.
•
Pusat 4 yang menentukan topic yang bermanfaat nasional.
•
Binfar mengeluarkan pre market approval, menentukan berapa persen muatan local
dari suatu teknologi dan melakukan post market surveillance.
32
•
Litbang (Pusat 2) mereview teknologi obstetric sosial, dalam konteks produk dalam
negeri yang mau dikembangkan menjadi suatu model.
•
Sehingga terjadi suatu proses kontinum.
•
HTA mencakup RS dan primmy care, klinis dan public health.
•
Draft Pennenkes Teknologi Kesehatan didalarnnya tennasuk HTA dan HTM.
•
RTL :
>
working group
-7 nama-nama
user dan technolog (untuk mngkaji aspek user, alat,
prosedur, sistem)
•
>
pemberdayaan profesi
>
buat milis
>
pengorganisasian dan pri01itas HTA
>
buat TOR
>
SKMenkes
HTA meningkatkan nasionalisme sehingga timbul peluang memajukan teknologi
nasional, namun harus ada political will untuk mengubah mindset
•
KEBIJAKAN KEMKES TENTANG TEKNOLOGI KESEHATAN
e Aspek etiko-medikolegal
•
Agus Purwadianto
•
Staf Ahli Menk.es Bid Teknolkes & Globalisasi
•
Ex Kepala Badan Litbangkes (09-10)
•
Gurubesar l.K. Forensik & Medikolegal (07)
•
Dok.tor Filsafat (03); MSi Sosio-Kriminologi (00)
•
SpF (konsultan etiko-medikolegal) (05)
•
Diplome of Forensic Med Groningen Univ (02)
•
SH (97), SpF (83), dr (79)
•
Ketua MKEK Pusat IDI, dosen IKF-ML FKUI/RSCM, Ketua Kolegium IK Forensik
Indonesia
e Ex Staf Ahli Bid Hukum & HAM Kemenkokesra RI
•
Ex Karo Hukor Depkes RI (07-08)
(08)
•
Ex Anggota WHO Global Advisory Vaccine Safety Committee
•
Ex Anggota UNESCO Global Ethics Observatory Law
•
Anggota Komisi Bioetika Nasional
•
Perintis/dosen S3 Kekhususan Bioetika FK.UI
Tujuan kebijakan
•
Menggerakkan teknolkes praktis utk kemaslahatan bangsa menuju sehat dan mandiri
serta berkeadilan : MUJARAB, MUDAH, MURAH
•
Gunakan alkes yg aman & perhatikan keselamatan pasien, klien, masyarakat &
profesi penggunanya
•
Tetapkan PRIORITAS sbg model penggerakan yg membangun budaya
Inventarisasi masalah yl
•
Konsep heterogenitas teknolkes
•
3 aspek arahan Dirjen BUK :
•
•
Bangunan sarana-prasarana
•
�lkes basis biomedik
•
Produk baru alkes sesuai program
Diskonkruen kelembagaan - SDM teknolkes; OP teknolkes blm solid, tupoksi koord
kelembagaan & kelemahan afirrnatif infrastruktur
FOKUS QUICK WINS TEKNOLKES
I.
SPM KAB/KOTA :
e
•
FASYANKES PROMOTIF PREVENTIF
FOKUS : PUSTU UTK SARANA PENGGERAKAN PEMBERDAYAAN MASY cq
PHBS YG FOKUS KE KIA (menurunkan AKI) EC "3 terlambat"
2. ANTISIPASI DAMPAK BPJS -7 FASYANKES PRIMER KURATIF REHABILITATIF
3. KESIMPULAN : TEKNOLOGI OBSTETRIK
TEKNOLOGI OBSTETRIK SOSIAL
•
ETIKOLEGAL TEKNOKRASI KESEHATAN
34
•
MEDICAL DEVICE DIRECTIVES : PENDEKATAN BARU UTK PRODUSEN
ALKES SECARA SAH MENEMPATKAN ALKES DI PASAR RI DGN PENUHI
STANDAR YG DIHARMONISASIKAN
•
LANGKAH AWAL MENUJU BADAN PENGA WAS ALKES
•
MODEL KONSEP TERPILIH
DASAR KEBIJAKAN
•
KESUKSESAN SUATU BANGSA -7 BERGANTUNG DI SDM YG PIAWAl
GUNAKAN TEKNOLOGI & BUDAYA KOKOH
•
•
Kes : portable technology & services
•
Globalisasi : RI hrs punya > 18 .000 S3 ! !!
TEKNOKRASI : A form of government where technical expert are in control of
DECISION MAKING in their respective fields (WIKIPEDIA)
•
Engineers, scientists, health professionals etc, who have knowledge, expertise or skills
would compose the governing body/
•
Selected based upon how knowledgeable and skillful they are in their field
•
Throrugh bureaucratic process cs MERITOCRACY on the basis of specialized
knowledge & performance (not democratic election) WIKIPEDIA
Pengertian PH Law
•
Medikolegal/legal
•
Menggunakan peraturan yg sudah ada (dibuat oleh penguasa/pejabat sah masa
lalu) sbg "payung hukum"
•
Etikolegal
•
Membuat peraturan baru berbasis etika (oleh penguasa/pejabat sah masa kini
utk kepentingan masa depan), km peraturan lama sdh tak memadai akibat
perkembangan iptek, masyarakat dunia/lokal, kapital, dll
•
e
Bila telah disahkan : menj adi medikolegal masa depan
TEKNOKRAT (IPA) VS TEKNOLOG (JPS)
35
•
KONSEP PlLlHAN :
e
TEKNOLOG YG TEKNOKRAT
e
KEBERIMBANGAN TEKNOKRAT YG ·'SARAT NILAI" ! ! !
Iptek
strategis
UU IPTEK
•
NO 18/2002 ps l (3)
Berbagai cabang ilmu pengetahuan dan teknologi yang memiliki keterkaitan yang luas
dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi secara menyeluruh, atau berpotensi
memberikan dukungan yang besar bagi kesejahteraan masyarakat, kemajuan bangsa,
keamanan dan ketahanan bagi perlindungan negara, pelestarian fungsi lingkungan
hidup, pelestarian nilai luhur budaya bangsa, serta peningkatan kehidupan
kemanusiaan.
Pasal 42 UU KES N0.36/09, tentang :
1) Teknologi dan produk teknologi kesehatan diadakan, diteliti, diedarkan,
dikembangkan, dan dimanfaatkan bagi kesehatan masyarakat.
2) Teknologi kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup segala metode
dan alat yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit, mendeteksi adanya
penyakit, meringankan penderitaan ftkibat penyakit, menyembuhkan, memperkecil
komplikasi, dan memulihkan kesehatan setelah sakit.
3) Ketentuan mengenai teknologi dan produk teknologi kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi standar yan� ditetftpkftn dalftm peraturan
perundang-undangan
DIFUSI & ALIH TEKNOLOGI
•
Difusi
•
kegiatan adopsi & penerapan hasil inovasi secara lbh ekstensif o/ penernunya
dan/atau pihak-pihak lain dg tujuan utk meningkatkan daya guna potensinya.
•
Alih
•
pengalihan kemampuan memanfaatkan & menguasai iptek antar lembaga,
badan, atau orang, baik yang berada di lingkungan dalam negeri maupun yg
berasal dari luar negeri ke dalam negeri dan sebaliknya.
Determinan Difusi & Inovasi
36
TEC HKOLOGIES &
DIFTI.SION
EXVL�O!'.Tr
ORGANI
Ilmovatiou
I,
TEC�OLOGY­
ON
Propagating
Co:vIBI:"ATIOX
DIFSiON A."D
j
Jm:timtion<;
Orgnuization­
ASSI\:rL.:\
Itmovn tion Fit
llmoYafion
"AdoornbilitV"
Innav. Perceptio115 &
Social Int1uence
Organizatiom1I
0RG."-''\l.1ZATION'S &
DeliYery
Svstems
''hlllovativeuess"
Innorntion
E
l\v'TRON�IE
NTS
Finn & IS
Unit
Characteristics
Karakteristik organisasi difusi teknologi
Factors
Size a:nd Relnte-d vari:11>Ies:
Rt>lated Work
Host OrgAnization
(Bretsclmeicler
Size (-). I& Unit Size (+), Scale (+). Slack
and Wittmer,
1993;
Drunanpom-. 1991; Fichman and Kemerer,
1997a; Grover. et al
Resources (+)
.. 1997: Kimberl�
and
E\·mrisko, 1981; Lind, et al. 1989; Meyer aud
.
Goes. 1988; Swanson. 1994)
(Damanpour, 199 1 ; Grover and Goslar. 1993:
Otht>r Sm1ctural Charncteri<>tics: Cemrn-
lizmion (-), Formalization (-). Specialization (-).
Ve.rtical Differentiation (-:1
Characteristics
(Ball, et al., 1 98 7; Damanpour
,
of Leadus n.nd the
Wo1·kforce: Professionalism(-).
1
1 99 :
Kimberley and Evanisko. 1981; Kwon and
Zmud, 1987; Znmd, 1982)
Fichman and Kemerer, 1997a; Grover. et al.,
Edncation
(+). Technical E:-..1Jettise (+). Technical
Specialists (+), Manage1ial Tenure (+).
1997.: Km
i oeJley ancl Evnnisko. 1981 :
ReceptiYity Towards
Swanson, 1994)
Change (+)
Comnmnication Emiromnt>nt: Infonnation
Sources and Couication Charn1els
(Ball. et al., 198i: Nilakauta and Sciunell.
(+)
1990: RaL 1995: Zmnd, 1983; Zmud. et al.,
1990)
PERALATAN RS DI UU RS
D MEMENUHI STANDAR PELAYANAN, MUTU, KEAMANAN,
KESELAMATAN, KEMANFAATAN DAN LAIK PAKAI
D PENGUJIAN DAN KALIBRASI
D PERALATAN PENGION HARUS DIAWASI LEMBAGA YBW
37
D DIOPERASIKAN OLEH PETUGAS YANG BERKOMPETEN
D
PENGGUNAAN SESUAI INDIKASI MEDIS
D DOKUMENTASI & EVALUAS I
Dasar sosiologis
•
UU Kes No. 36/2009 - Bab V -7 teknologi dan produk teknologi sbg sumberdaya &
SKN
•
Dasar sosiologis
•
Sbg metodologi -7 inte!:,1Titas cq TANGGUNGJAWAB profesi utk nentukan
WHAT LEVEL OF EBM ? Ditengah kebebasan profesi
•
produk : yg portable : yg diatur adalah orangnya (profesi nakesnya) dikaitkan
dgn SPM dan otda > dp perbekalan nya -7 DELEGASI
•
Bila massal : perbekalan utk efisiensi -7 SENTRALISASI
•
Yurisdiksi
•
Jenis teknologi banyak -7 pemik2nya banyak -7 substansial beragam
•
Teknol kes juga terkait teknol umurn
•
PP 39/95 -7 sepanjang digunakan utk kes -7 teknol apapun = teknol kes & dikoord o/
Balitbangkes (revisi RPP dgn "penapisan")
•
Efektivitas hukum : yg diatur SOP-nya dan atau dibatas'i RL nya -7 fokus sambil
garap RPP revisi PP 39/95
•
Pasal 1 1 UU IPTEK no. 1 8/02
•
(1) Sumber daya ilmu pengetahuan dan teknologi terdiri atas keahlian,
•
kepakaran, kompetensi manusia dan pengorganisasiannya, kekayaan
•
intelektual dan informasi, serta sarana dan prasarana ilmu
•
pengetahuan dan teknologi.
•
Bagian Keempat UU Kes No. 36/09
Teknologi dan Produk Teknologi
Pasal
42
38
(1) Teknologi dan produk teknologi kesehatan diadakan, diteliti, diedarkan,
dikembangkan, dan dimanfaatkan bagi kesehatan masyarakat.
(2) Teknologi kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup segala metode
dan alat yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit, mendeteksi adanya
penyakit, meringankan penderitaan akibat penyakit, menyembuhkan, memperkecil
komplikasi, dan memulihkan kesehatan setelah sakit.
(3) Ketentuan mengenai teknologi dan produk teknologi kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi standar yang ditetapkan dalam peraturan
perundang-undangan.
Landasan peran ahli
Pasal 12 UU Iptek No. 1 8/02
•
(1) Dim meningkatkan keahlian, kepakaran, serta kompetensi manusia dan
pengorganisasiannya, setiap unsur kelembagaan iptek bertanggung jawab .
mengemba:ngkan struktur dan strata keahlian, jenjang karier SDM, serta menerapkan
sistem penghargaan dan sanksi yg adil di lingkunga:nnya sesuai kebutuhan dan
kemajuan iptek.
Pasal 12 UU Iptek No. 1 8/02
•
(2) Untuk menjamin tanggung jawab dan akuntabilitas profesionalisme, organisasi
profesi wajib menentukan standar, persyaratan, dan sertifikasi keahlian, serta kode
etik profesi.
ASOSIASI PROFESI TEKNOLKES
Pasal 13 UU lptek No. 18/02
(1) Pemerintah mendorong kerja sama antara semua unsur kelembagaan iptek dalam
pengem bangan jaringan inofrmasi iptek.
(2) Perguruan tinggi dan lembaga litbang wajib mengusahakan penyebaran informasi hasil­
hasil kegiatan litbang serta kekayaan intelektual yang dimiliki selama tidak mengurangi
kepentingan perlindungan kekayaan intelektual.
Kesempatan karir ilmuwan
•
PASAL 13 UU IPTEK
39
•
(3) Dalam meningkatkan pengelolaan kekayaan intelektual, perguruan tinggi dan
lembaga litbang wajibmengusahakan pembentukan sentra HKI sesuai dengan
kapasitas dan kemampuannya.
•
(4) Setiap kekayaan intelektual dan basil kegiatan penelitian, pengembangan,
perekayasaan, dan inovasi yang dibiayai pemerintah dan/atau pemerintah daerah
wajib dikelola dan dimanfaatkan dengan baik oleh perguruan tinggi, lembaga litbang,
dan badan usaha yang
•
melaksanakannya .
Penjelasa:n Pasal 42
Penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan ditujukan
untuk menghasilkan informasi kesehatan, teknologi, produk teknologi,dan teknologi
infonnasi (TI) kesehatan untuk mendukung pembangunan kesehatan. Pengembangan
teknologi, produk teknologi, teknologi infonnasi (TI) dan Infonnasi Keseh�t�n dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan hak kekayaan intelektual (HKI).
•
Penjelasan Ps 42 (1) bag ke 2
Untuk penelitian penyakit infeksi yang muncul barn atau berulang (new emerging
atau re emerging diseases) yang dapat menyebabkan kepedulian kesehatan dan kedaruratan
kesehatan masyarakat (public health emergency of international concern /PHEIC) harus
dipertimbangkan kemanfaatan (benefit sharing) dan penelusuran ulang asal muasalnya
(tracking system) demi untuk kepentingan nasional.
•
Penjelasan Ps 42 Ayat
•
Yang dimaksud dengan teknologi kesehatan adalah earn, metode, proses, atau produk
(2)
yang dihasilkan dari penerapan clan pemanfaatan disiplin ilmu pengetahuan di bidang
kesehatan yang menghasilkan nilai bagi pemenuhan kebutuhan, kelangsungan, dan
peningkatan mutu kehidupan manusia.
Ruang Lingkup SKN - Subsistem
•
upaya kesehatan (termasuk fasyankes)
•
teknologi dan produk teknologi kesehatan; (+ fasyankes)
•
pembiayaan kesehatan; (+ fasyankes)
•
sumber daya manusia kesehatan; (+ fasyankes)
40
•
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan; (+ fasyankes)
•
manajemen , informasi, dan regulasi kesehatan; (+ fasyankes)
•
pemberdayaan masyarakat (+ fasyank:es)
Yandok & Teknologi
•
Teknologi + produk iptek : prime mover dominan utk yandok/yankes
•
Selain itu : ahlinya yg sebagian besar hrs berijin
•
Kapital -7 dlm btk modal perusahaan
KEPMENKES 377/07 STD AHLI TEKNOL LABKES
T kno i laboratorium
h tan adalah disiplln ilmu kesenatan
yang memberlkan perh
analitlk
terhadap aemua
cairan
jaringan
dan
uh , man.usia serta ilmu
kesehatan
Ii Teknologi laboratorium
tenaga
tnt ggi yang
uwan berketram
mengevatuasi
•
ur
ksanakan
laboratorium dengan memanfaatkan
berbaga i sumber daya,
R Permenkes ttg teknologi obstetrik
•
Laporan, penyelidikan dan pemantauan KTD (post-marketing surveillance) alkes
obstetrik sosial
•
•
Menapis & mensahkan sblrn dipakai & dijual
•
•
Utk deteksi : Cacat produk & cacat ijin
Jualan via internet, alkes palsu,
atur clinical trial & jejaring Dr lit-yan
•
pantau kepatuhan pabrik thd aturan
•
Promosi alkes aman
Sistern sertifikasi alkes obstetrik
41
•
Lembaga sertifikasi produk khusus ini -7 menuju ke arah WAJIB SN I
•
Etikolegal LSP SNI alkes hrs dikawal utk kemandirian produksi DN
semaksimal mungkin
•
Proteksi pasar DN ! ! !
•
Pemberdayaan kewenangan & kompetensi DN -7 lab uji produk di tingkat
pusat/propinsi saja
•
Pengawasan pra-pasar o/ unit khusus yg terdiri dari teknokrat + teknolog atas dasar
ekspertise ahli berdasar sumpah
Pemberdayaan kelembagaan
•
•
Peran BPFK sbg pemandu uji kalibrasi
•
Span of control di tkt nasional ?
•
SDM teknokrat + teknolog nya
Pemberdayaan OP insinyur utk uji kalibrasi bangunan sarana/prasarana & alkes
obstetrik
•
Kode etik
•
Dewan etik & SOP penindakan yg melanggar
•
.
Rekomendator imparsial independen
Kontinuum profesional
•
Dari HTA utk diintegrasikan ke rekomendator pra-pasar
•
Spy tak konflik kepentingan dgn pengawasan pra-pasar
•
Lingkup Balitbangkes 7 permenkes ttg HTA
•
Pemilih/penentu alkes : Binfar ? BUK ?
•
Pengadaan : Binfar
•
Pengawal : OP alkes : user (kelompok dokter ) dan teknokrat/teknolog (kelompok
insiyur di bidang teknologi kesehatan).
•
Daii HTA utk diintegrasikan ke rekomendator pra-pasar
•
Spy tak konflik kepentingan dgn pengawasan pra-pasar
•
Lingkup Balitbangkes 7 pem1enkes ttg HTA
42
•
Pemilih/penentu alkes : Binfar ? BUK ?
•
Pengadaan : Binfar
•
Pengawal : OP alkes : user (pok Dr) dan teknokrat/teknolog (pok Ir).
Definition ofHTA
•
A multi-disciplinary field of policy analysis that examines the medical, economic,
social and ethical implications of the incremental value, diffusion and use of a
medical technology in health care
•
•
wikipedia
Bridging : the world of research - decision-making
=
TRANSLATIONAL ?
pengembangan/penapisan.
•
Organisasi Profesi : INAHTA (international network of agencies for HTA) - 1993
Implikasi definisi/pengertian
IPC
•
Multidisiplin : IPA (medical) - IPS (sosek) - Budaya (etik, nilai)
•
Analisa kebijakan : "eks puskabangkes" -7 kontinuum (pasca) penelitian
=
=
translational research
•
Masih kategori riset >>>, sebelum pengambilan keputusan
•
Tujuan : tepatnya yankes yg berbasis pemakaian & penyebaran teknologi secara
bertahap
Permasalahan sosiologis
•
HTA itu "in vive( -7 sejalan dgn puslit 2
•
Pihak yg mengusulkan HTA : yg punya kepentingan ! ! !
•
Bila banyak : ditentukan Puslit 4 ! ! ! (semacam BPHN Kemhukham) -7 skala
prioritas (penapis kepentingan)
•
•
Ada permenkes khusus utk ini !
Penyakit rakyat vs kepentingan global
•
Sertifikasi produk dlm program & era pasar bebas.
•
Mirip : jadwal imunisasi Pem vs imunisasi swasta (IDAI)
Etika HTA di Saryankes
•
Etika Bisnis (Pengusaha), Etika Profesi Penilai/assessor
=
etika peneliti ("mh HTA
ranah penelitian) dan Etika Profesi Dr/nakes pengguna
•
Etika Teknologi sbg salah satu prime movers pembangunan (perubahan sosial
kemasyarakatan ke arah yang lebih baik) selain modal/kapital dan dinamika
masyarakat (determinan sosial)
•
Tidak menyebabkan alienasi khas pada masyarakat yang berkelimpahan (sekedar
makmur belaka)
•
Tidak menjadi sumber utama pemupukan (penciptaan) Rekayaan
•
Tidak mempengamhi cara pengambilan keputusan (etis)
•
Tidak menciptakan tatakelakuan manusia yang nirmanusiawi (tidak beradab)
•
Tidak menyebabkan pemiliknya mengendalikan bentuk apapun kontrol sosial
•
Tidak menyebabkan ketergantungan (terns menerus) kepada teknologi & modal itu
sendiri
44
=
l) Paparan
epala PusatBDT
Judul : Usulan Konsep Roadmap HTA Dalam Pengembangan Vaksin
HTA and Vaccine
HTA -7 innovative and effective approach to supply decision makers with a valid instrument
to improve the allocation of resources in the field of vaccine
HTA is a bridge between the world ofresearch and the world o.fdecs
i ion making, in
particular, policy making
In.formation on the vaccine 's safety needed bypolicy maker related to:
a.
Long-term epidemiology
b.
Economic
c.
Health consequences
Source: Garnett GP et all, Sex Transm Infect 2003;80(1):24-9
Clinical studies supply results
on vaccine safety and
efficacy mainly based on a
•
short term period
(Weinstein et al, Value Health 2001;4(5):348-61)
Long-term Epidemiology
Factors that could be evaluated regarding introduction ofa new vaccine in the popU1lation:
45
a. Incidence rate
b.
Mortality rate
c.
Pennanent sequelae
Complications
e. Hospitalisations
Economic
The main types of economic evaluations:
a.
Cost benefit
b.
Cost effectiveness
c. Cost utility analysis, which is a particular type of cost effectiveness analysis
Source: Szucs, Vaccine 2000;18(Suppl l ):S49-51
Health Consequences
a. Manufactures' s view
IPR
Improvement ofthe research
The partnership between industries and public sector 7 to promote the development of new
vaccine and enhance access to both patented and generic medicines
Health Consequences continued
b. Social and Legal questions
Developed Countries
Providing basic infonnation to parents regarding vaccines and vaccine preventable disease
Developing Countries
Lack of funds and access to susceptible populations 7 improving access to existing public
programs, facilitating community organization efforts assisting communities and supporting
national efforts
c.
Bioethical issues and vaccines
2 preliminary questions:
46
1.
Is an obligation to vaccinate the entire population ethically admissible?
2. Can this fundamental prevention activity be entmsted to the voluntary adhesion of the
population?
Tool: informed consent
Participants:
Researchers, pharmaceutical companies, public health agencies, health care providers and
citizens
,-------------------------------------------------------------,
I
Litbang Biomedisdan Teknologi Kesehatan
I
I
l
Malaria,Dengue;
HIV/Aids, TB,
Influenza, .Di"!re
Neglected
Bur�enofdis�
ase,
(chil<unguny a,
Host
Biosensor;
Seed Vaksin,
Leptospirosis)
Diagnostika
Primer;
�eaJWn,
Obat,
Agen t/
Saban pakU: obat
Faktor
risiko
I
I
I
� ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------ --·
Perguruan Tinggi, lembaga Litbang Pemerintah, lndustri
Possible Framework of HTA with regards to Generic Vaccine
•
Evaluation of epidemiology of disease/infection
•
Investigation of the disease burden in different countries (hospitalisations, excess
death, etc)
•
Studies of the current treatment practises of the disease/infection, ofthe preventive
measures to avoid infection and of the adverse effects of immunisation
•
Elaboration of a mathematical model predicting epidemiological and economical
impact of vaccination
•
Economic evaluation ofimmunisations by means of a cost-benefit and cost­
effectiveness analysis
•
Investigation of biotechnological aspects and manufacturers view
•
Evaluation of ethical, legal and social issues ofthe infection and related diseases
47
•
Study of the organisational aspects and of the impact of vaccination on the health
system
•
Source: Ton-e et al, IJPH 2007;4( 1 ):81-88
48
B.
PEMBAHASAN
HTA menuru t International Society for Pharmacoeconomics and Outcomes Research's
(ISPOR) Health-Care Cost, Quali�y, and Outcomes: ISPOR Book Terms [l] is "a form
of policy
research that examines short- and lo ng-term consequences of the application of a healthcare technology. Berdasarkan tenn inologi tersebut, HTA merupakan suatu rangkaian
metodologi yang bertujuan untuk mcndapatkan evidence based health policy.
Jenis-jenis kajian yg dilaksanakan
bukti
keamanan
(evidence
of safety),
kebermanfaatan/efikasi ( efficacy), patient-reported outcomes, cost and cost-effectiveness;
Aspek sosial, legal, etis dan dampak politi k.
Tujuan dilaksanakannya HTA adalah 1) improvement dalam pengambilan keputusan
baik di level klinik maupun dlm ranah public health policy, 2) menyusun fomrnlasi kebijakan
untuk: adopsi TK
yg baru, keberlangsungan pemanfaatan TK (obsolete
vs
current
'
evidence), TK yg lebih bermanfaat dlm aspek.yg lebih luas.
Peran HTA dalam pengambilan keputusan
kedokteran/klinik yg berbasis
bukti, mengacu pada penggunaan bukti terbaik, terkini;
diperoleh dari penelitian ilmiah dan mcdi s,
dalam membuat keputusan
Obyek HTA
blood
klinik langsw1g berkaitan dengan bidang
serta aplikasi pengalaman & pengamatan klinis
perawatan/pelayanan pasien
adalah 1) Obat : aspirin, antibiotik, beta-blocker, 2) Biologic : vaksin,
products, biotechnolgy-derived
kemoterapi ca, sectio caesaria,
substances,
3) Alat2 kesehatan : akupunktur,
4) Support systems : formularium obat, panduan lab klinik,
patient record system, 5) Organization, delivery & managerial system : emergency medical
system, immunization program, diseases management, health care payment system.
Tiga
unsur utama kajian teknologi kesehatan adalah 1 . Analisis efektivi tas klinis
(clinical effectiveness analysis) dengan pendekatan EBM (systematic review) maupun
clinical effectiveness
economic analysis
research; 2. Anal isis ekonorni kesehatan dengan pendekatan he alth
maupun farmakoekonomi, serta 3. Analisis dampak terhadap sistem
1ayanan kesehatan (analysis ofimpact on health care system)
Metode HTA dapat
dilakukan dengan memanfaatkan data pnmer maupun data
sekunder. Pengumpulan data primer
dapat dilakuan dengan Randomized Control Trial atau
case studies yang bersifat prospektif. Pengumpulan data primer ini dapat diintegrasikan
dengan
kajian-kajian farmakoekonomi dan ekonomi kesehatan.
49
Metode kajian integratif
(Integrative meth ods) dilaksanakan dengan memanfaatkan
data sekunder atau hasil kajian sistematis (systematic
melakuk:an
analisis
la11jut
dari
bukti/data
review). Kajian ini dilaksanakan dengan
primer,
melakukan
peer-reviewed published
literature ofprimary data studies. Kajian data sekunder dapat dilakuka dengan pendekatan
meta analisa maupun dengan pendekatan meta sintesis.
Suatu metode yang secara dapat memanfaatkan metode pengumpulan data primer atau
mengolah data sekunder, dan bahkan secara simultan juga
adalah
Cost analysis methods
dapat
mernanfaatkan
keduanya
yang terkait dengan kajian farmakockonomi /ekonomi
kesehatan .
Pentingnya pelaksanaan HTA adalah 1) perkembangan ilmu
Sehingga po
TK yg sangat cepat
liy makers kesulitan untuk penentuan TK yg bennanfaat, aman, dsb, 2) persepsi
konsumen kesehatan bhw : ada harga ada rupa (TK yg mahal adl yg bennanfaat, dan
sebaliknya), 3) kompetisi yankes sektor private & publik,
4)
kebutuhan utk memaksimalkan
sumber daya yg terbatas, 5) jaminM1/keyakinan bhw TK yg digunakan & dimanfaatkan adl yg
terbaik dr segala aspek, dan 6) Pasien mendapatkan yankes yg terbaik, berbasis bukti, sisi
manfaat lebih besar daripada resikonya, juga bennanfaat secara ekonomi.
HTA dilakukan untuk mengkaji dengan metodologi epidemiologi klinis, EBM, health
outcomes rese�
rch, clinical engineering, and health economics.
Its role in clinical decision-making is directly related to the field of evidence-based medicine,
which refers to the use of current best evidence from scientific and medical research and the
application of clinical experience and observation in making decisions about the care of
individual patients.
Evidence based medicine (EBM) adalah pemanfaatah bukti mutakhir yang sahih
dalam tata laksana pasien. Merupakan perpaduan dari (1)
physician 's competence(2) valid
evidence from studies (3) patient's preference. EBM merupakan kajian/interpretasi berbagai
hasil studi/riset saintifik, dengan suatu kerangka pikir/ilmiah kajian yg sistematis
EBM nampaknya merupakan pemanfaatan data klinis individu pasien dan bei:sifat
spesifik dan unik. namun dapat timbul paradoks individu & populasi jika serangkaian bukti
individu yang sama dengan pembatasan bias menjadi digunakan/dianalisis menjadi bukti
populasi ?? maupun sebaliknya dapatkah bukti di populasi untuk diterapkan di level individu
??
Rupanya EBM memiliki dua sisi yakni: EBID & EBO.
Evidence-based individual
decision-making (EBID). Yakni EBM focuses on the evidence pertaining to an individual
patient and his or her management. As originally proposed, it emphasizes the education of
50
physicians in how to bring evidence ·to bear on decisions about individual patients, and the
synthesis of evidence with clinical judgment.
Sisi lainnya adalah
Evidence-based guidelines (EBGs) or more generally evidence­
based policymaking. This part describes the importance of basing population-based policies
like guidelines, coverage policies, fommlary decisions, and pcrfonnance measurement on
evidence and it is this part that stresses the principle that before any population-based policy
can be promoted there should be good evidence that the policy will be effective
and
beneficial.
Empat langkah kajian tk yakni:
1.
first is an evidence analysis-a systematic evaluation of evidence
for a technology and a requirement of good evidence for such things as coverage, placement
on formulaties, and affirmative guidelines. This stage corresponds to the evidence-based
guidelines (EBGs) part of EBM.
2.
outcomes analysis.
In this stage there is an estimation of the magnitude of the effects of the technology on the
desired clini cal outcomes (the "benefits") and on potential harms such as side effects and
risks (the "risks"). This stage also includes a comparison of benefits and risks, to determine if
the "benefit-risk ratio" is sufficiently high to justify the technology.
3.
analyses of costs and cost-effectiveness;
here the researcher estimates the effect of the technology on costs and compares the clinical
effects against the costs to determine if the ratio is sufficiently high.
4. analysis ofthe ethical and legal implications ofthe technology
Peran Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik dalam HTA
Pusat TIK EK
melalui
bidang
Teknologi
Terapan
Kesehatan
melaksanakan tugas penelitian, pengembangan, dan penapisan teknologi
penyiapan perumusan
dan
pelaksanaan
kebijakan
di
bidang
meliputi fannasi, gizi, makanan, kedokteran klinik, pengkajian
kesehatan
teknologi
dan
berperan
kesehatan
untuk
serta
terapan
kesehatan
penapisan
teknologi
(Health Technology Assessment), uji obat dan vaksin, dan uji obat bahan alam,
serta bidang teknologi
terapan kesehatan lainnya.
pelaksanaan penapisan teknologi
kesehatan
Pusat TTK EK merupakan
entry point
(Health Technology Assessment) di Badan
Litbangkes.
51
-
•
Topik-topik kegiatan HTA yang dilakukan di Pusat TTK EK
Topik kegiatan HTA yang akan dilaksanakan ditentukan dengan pe1iimbangan i) aspek
high impact, high coverage, high risk, high cost; ii) mengkaji obsolete technology, dan iii)
melindungi masyarakat. Melalui pendekatan EBM dan berasal dari data sekunder.
Draft
Roadmap
HTA
Dapat dilihat pada lampiran.
52
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
l. Badan litbang kesehatan memiliki tugas, pokok dan
kegiatan kajian teknologi kesehatan, dalam hal ini
fungsi
Pusat
untuk
melaksanakan
Teknologi
Terapan
Kesehatan sebagai entry point.
2.
Perlu kordinasi lintas sektor dalam pengembangan
kegiatan
kajian
teknologi
kesehatan, utamanya pada unit utama kementrian kesehatan yakni Ditjen BUK dan
Ditjen Binfar.
3. Pengembangan kegiatan HTA di Pusat TTK EK dilakukan dengan bekerjasama
dengan jejaring.
4. Perlu diberituk p�kja yang melakukan kajian teknologi kesehatan, yang melibatkan
berbagai stake holder.
5. Akan disusun permenkes tentang kajian teknologi kesehatan
B. SARAN
1.
Pertemuan lintas sektor untuk menyempumakan roadmap masih perlu dilakukan
2.
Pertemuan untuk menyusun permenkes kajian teknologi kesehatan perlu untuk
dilakukan.
53
UCAPAN TERilVIA KASIH
Segala puji serta syukur dipanjatkan kepada Allah SWT yang telah memperkenankan
pelaksanaan kegiatan ini dengan baik dan lancar. Ucapan terima kasih sebesar-besamya
kepada para narasumber, teman-teman peneliti se1ta teman administrasi yang telah
membantu pelaksanaan kegiatan ini.
54
LAMPIRAN DRAFT ROADMAP HTA
BAB I
PENDAHULUAN
I.1
LATAR BELAK.ANG
, Inovasi teknologi tiga dekade terakhir telah
menghasilkan kemajuan dalam
pelayanan kesehatan. Dalam beberapa tahun terakhir, terobosan di bidang anti-virus,
bioteknologi, pencitraan, molekuler, organ dan penggantian jaringan, teknik bedah,
perawatan Iuka, dan teknologi komputer telah membantu meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan sehingga memberikan hasil yang bermanfaat bagi pasien. Perkembangan
teknologi kesehatan tersebut merupakan salah satu penyebab tingginya biaya yang harus
dikeluarkan pasien, namun sifat dan kekuatan dari hubungan ini sangat kompleks dan terus
berkembang [1].
Dalam rangka mengurangi biaya kesehatan, diperlukan restrukturisasi penyediaan
pelayanan kesehatan, pembayaran, dan akses memadai 'dalam perawatan pasien [l ],
sebagai contoh pengambilan keputusan dalam penatalaksanaan pasien sebagai individu
maupun kelompok di pelayanan kesehatan harus dibuat secara eksplisit dan transparan
terhadap publik, terutama jika sumber daya pendukungnya terbatas. Tekanan pada sumber
daya mengakibatkan terjadinya
transisi pada pengambilan keputusan kesehatan dan
timbulnya kewajiban dalam memberikan bukti yang melandasi setiap kebijakan
berdasarkan riset secara sistematis. Muir Gray meringkas tiga faktor yang mempengaruhi
pengambilan keputusan pada pelayanan kesehatan, yaitu harus didasarkan pada evidence
(bukti), values (nilai-nilai/manfaat) dan resources (sumber daya) (lihat Gambar 1) [2].
55
Va lues
Evidence
Resources
Gambar 1. Faktor yang berperan dalam pengamb ilan keputusan
Keputusan berbasis bukti
(evidence based)
merupakan pendekatan pengambilan
kcputusan berdasarkan bukti penelitian terakhir yang sahib (valid) dan bermanfaat. Untuk
profesi medis dikenal dengan nama
manajerial disebut
sebagai
evidence-based edicine (EBM),
evidence-based health care (EBHC),
evidence-based health policy (EBHP),
untuk pihak
untuk pembuat kebijakan dikcnal
dan sebagainya. Semua metode tersebut
bukanlah satu set teknik semata, akan tetapi merupakan satu model baru di dunia
kedokteran 9alam mcngkaji variasi ,.variasi yang berbeda dalam praktek kedokteran sehari­
hari dengan cara memadukan pengalaman klinis dan bukti saintifik yang eksplisit serta
menerapkan kaidah ilmu epidemiologi klinis yang mernpertimbangkan nilai etika. Suatu
uji atau alat
(tools)
yang signifikan dalam mcmbuat kepuh1san berbasis bukti adalah
melalui kajian teknologi kesehatan atau
I.2
•
health technology assess ent (HTA) [ 1].
DEFINISI KAHAN TEKNOLOGI KESEHATAN (HTA)
HTA adalah kaj ian terstruktur terhadap teknologi kesehatan sebagai input dalam
menentukan kebijakan kesehatan [3].
mengkaj i keefektifan, kctepatan, dan biaya suatu teknologi kesehatan dengan
•
memperhatikan earn kerjanya, siapa penggunanya, berapa biaya yang dikeluarkan,
dan apakah dapat dibandingkan dengan teknologi lain [4].
•
HTA
adalah kaj ian yang bersifat sistematis terhadap implikasi langsung maupun
tidak langsung dari suatu teknologi kesehatan yang bertuj uan untuk memberikan
masukan kcpada para pencntu kebijakan.
menggunakan bermacam-macam metode analisis [ l ] .
56
melibatkan lintas sektor dan
•
HTA merupakan suatu proses multidisiplin yang mengkaji aplikasi
tcknologi
kesehatan secara sistematis berdasarkan keamanan, keefektifan, biaya, implikasi
organisasi, konsekuensi sosial, serta pertimbangan hukum dan etis. Ditujukan
terhadap obat, alat kesehatan, atau prosedur klinis/bedah
•
[5].
HTA adalah proses multidisiplin daiarn mengumpulkan infonnasi tentang aspek
medis, sosial ekonomi, dan segi etis yang berhubungan dengan aplikasi teknologi
kesehatan, yang dilakukan secara sistematis, tidak bias, dan berdasarkan bukti yang
kuat. Tujuannya untuk memberikan masukan dalam forrnulasi kebijakan kesehatan
yang arnan dan efektif yang berorientasi pasien [6]
•
HTA adalah kajian yang bersifat sistematis dan menyeluruh terhadap dampak dari
pemanfaatan teknologi pada suatu sistem pelayanan kesehatan. Bertujuan untuk
memperoleh input yang terstruktur dan berbasis bukti bagi para penentu kebijakan
agar diperoleh rumusan kebijakan kesehatan yang aman dan efektif, berorientasi
pada pasien untuk mendapatkan manfaat yang sebanyak-banyaknya [7].
•
HTA berbasis riset dan berorientasi pasien dalarn mengkaji semua aspek
yang
relevan pada masalah yang berhubungan dengan aplikasi teknologi kesehatan dan
penyakit. Dengan memperhatikan metode riset yang digunakan dan input yang
diberikannya terhadap pengambilan keputusan, HTA berkaitan dengan perencanaan,
administrasi, dan manajemen [8].
Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam
HTA terdapat beberapa kata
kunci,
diantaranya
HTA . adalah kajian
penge1iian
yang bersifat
sistematis, berorientasi pasien, dan melibatkan multidisiplin terhadap aplikasi teknologi
kesehatan yang baru maupun yang sudah ada. Keamanan, keefektifan, biaya, aspek sosial
ekonomi, hukum, dan etis merupakan hal-hal yang dipertimbangkan dalam HTA. Hasil
kajian tersebut menj adi masukan bagi para penentu kebijakan dalam pengambilan
keputusan kesehatan.
HTA dapat menjembatani ranah pembuat kebijakan dan ranah penelitian, diagram
hubungan kedua ranah tersebut dapat dilihat dalarn Gambar
2 [9]. Topik kajian harus
didasarkan pada masalah yang ditemui dalam penggunaan suatu teknologi
kesehatan di
khalayak ramai, secara umum topik tersebut harus memiliki cakupan yang luas dan
darnpak yang besar.
57
-
,
Decision­
making domain
Research
domain
Gambar 2. Ilustrasi kedekatan hubungan antara HTA dengan pembuat kebijakan.
1.3
HTA SECARA GLOBAL
Perkembangan HTA secara intemasional dapat dilihat dari bertambahnya
keanggotaan dari International Network of Agendes for Health Technology Assessment
(INAHTA), organisasi non-profit yang berdiri pada tahun 1993 hingga sekarang, suatu
perkumpulan dari 53 organisasi HTA di 29 negara. Tujuan dari lNAHTA sendiri adalah
pertukaran informasi dan kerjasama fokus pada kepentingan bersama dari anggota
organisasi [ 1].
Organisasi dan individu yang terlibat dalam penelitian HTA juga bergabung dalam
perkumpulan internasional seperti Health Technology Assessment International (HTAi)
dan The International Society for Pharmacoeconomics and Outcomes Research (ISPOR).
Selain itu ada juga organisasi lain seperti European Network/or HTA (EUnetHTA) sebuah
proyek tiga tahun yang bertujuan untuk membangun suatu jaringan resmi HTA di Eropa
[6]. Adapun perkcmbangannya di beberapa negara adalah sepagai berikut:
1.
Di Amerika Serikat, HTA dilakukan oleh agensi swasta (rumah sakit, universitas dan
Organisasi Pemeliharaan Kesehatan sepe1ti Blue Cross, Kaiser Permanente yang
memiliki unit HTA tersendiri) dan badan profesional seperti American Medical
Association (AMA). Di Kanada terdapat dua macam lembaga HTA yaitu, Canadian
Coordinating Office/or HTA (CCOHTA) yang bertanggung jawab langsung kepada
Menteri Kesehatan dan lembaga HTA lain yang berkedudukan di provinsi/wilayah
lain. Di Amerika Latin, HTA juga berkembang di negara-negara seperti Brazil, Chili,
dan Mexico. Semua aktivitas HTA di Amerika latin berada di bawah koordi:nasi Pan
American Health Organization (PARO)
2.
[10].
Perkembangan HTA di benua eropa, bcrkembang di Swedia (SBU) yang
bertanggung jawab kepada Menteri Kesehatan yang menggunakan dana publik
Catalan Agency for Health Information, Assessment and Quality
58
(CAHTAQ) yang dahulu dikcnal sebagai Catalonian Agency for HTA and Research
(CAHTAR), mernpakan lenibaga yang bertanggungjawab terhadap penapisan
teknologi kesehatan di Spanyol
Pada mulanya lembaga ini
berada di bawah Kementerian Kesehatan namun sekarang telah berdiri sendiri dan
masih menggunakan dana publik. Lembaga pelaksana HTA di erancis beke1ja sama
dengan lembaga pelayanan kesehatan nasional. Sedangkan HTA di United Kingdom
berada di bawah koordinasi National Institute for Health and Clinical Excellence
(NICE) yang dikontrakkan pada Universitas Southampton
Namun ada beberapa negara di Eropa yang HTA-nya tidak berkcmbang dengan baik
misalnya, Polandia, Rumania, dan Ukraina [10).
3.
Pelaksanaan HTA di Australia berada di Universitas New South Wales namun saat
ini berada di bawah koordinasi Dewan Litbangkes yang menggunakan pembiayaan
nasional. Sementara di Selandia Baru dengan mengkontrakkan pada universitas
setempat, University ofOtago
4.
[10].
Kajian teknologi kesehatan tidak berkembang baik di benua Afrika. HTA hanya
berkembang di Afrika Selatan [1 OJ.
5.
HTA -di Asia berkembang di negara Jepang, aktivitasnya dibatasi pada tingkat
universitas. Di China dilakukan di tiga universitas, sementara satu universitas
didisain sebagai lembaga HTA nasional. Di Filipina, HTA dibentuk untuk menjamin
setiap warga negaranya melalui program asuransi kesehatan nasional. Sedangkan di
Singapura, HTA hanya digunakan untuk keperluan internal saja. Pada tahun 1995 di
.
Malaysia dibentuk lembaga yang melaksanakan program HTA yang bertanggung
jawab kepada CPG (Clinical Practice Guidelines) sejak April 2001 serta dirancang
sebagai Pusat Kolaborasi WHO untuk Praktik Berbasis Bukti, Juli 2004. Lembaga
HTA di Thailand berada di bawah Kementerian Kesehatan dengan nama HITAP,
Health Intervention and Technology Assessment. Sama seperti di China, HTA
di
Korea Selatan di laksanakan oleh universitas, dengan nama KAHTA (Korea
Association of Health Technology Assessment) [10). Berikut adalah negara-negara
seluruh dunia yang memiliki HTA dan telah tergabung ke dalam ISPOR [1 1]:
59
Eropa
.
Armenia
Irlandia
Austria
Italia
Belarus
Latvia
Bclgia
Lithuania
Bosnia-Herzegovina
Luxembourg
Bulgaria
Belanda
Kroasia
Norweigia
Siprus
Polandia
Repub 1ik Ceko
Portugal
Denmark
Republik Slovakia
Estonia
Slovenia
Finlandia
Spanyol
Perancis
Swedia
Georgia
Swiss
Jerman
Turki
Yunani
Inggris
Hongaria
Amerika Utara
Kanada
Amerika Serikat
Amerika Latin
Argentfoa
Ekuador
Brazil
Meksiko
Chile
·
Nikaragua
Kolombia
Peru
Kosta Rica
Uruguay
Kuba
Afrika
Asia
Afrika Selatan
Cina
Singapura
Israel
Korea Selatan
Jepang
Taiwan
Malaysia
Thailand
Filipina
Oseania
Australia
Selandia Baru
1.4
SASARAN DAN OBJEKTIVITAS HTA
Kajian teknologi kesehatan (HTA) di Indonesia harus diftulai
HTA
dikaitkan
dengan
kebutuhan
sehari-hari
(operasional)
dengan
sosialisasi
pelayanan kepada
para
pengandil yang terdiri atas:
1.
Pengaftbil keputusan di Departeften Kesehatan
2.
Pengaftbil keputusan di Pefterintah Daerah
3.
Direktur atau kepada Institusi Pe1ayanan Kesehatan
4.
Para klinisi
5.
Para pengelola asuransi kesehatan
6.
Masyarakat luas
Pengaftbil keputusan adalah sasaran utafta sosialisasi terutafta yang awaft terhadap
perkeftbangan teknologi kedokteran. Peran ruftah sakit pendidikan sangat penting karena
disitulah dilakukan berbagai jenis pelayanan kedokteran/kesehatan yang fteftpunyai
pengaruh besar kepada ftasyarakat. Ruftah sakit pendidikan fterupakan institusi yang
ftempunyai SDM pakar dalaft juftlah cukup, peralatan yang baik dan suasana akadeftik,
yang seharusnya berlandaskan kepada EBM. Ruftah sakit pendidikan adalah Jahan kerja
utafta para ·peftasar obat, diftana diberikan berbagai tawaran yang ftenarik dari biaya
penelitian hingga barang ftewah. Oleh karena itu budaya EBM harus dijalankan dengan
konsekuen di ruftah sakit pendidikan [ 1 2].
HTA dapat digunakan dalaft berbagai cara untuk fteftberi ftasukan ataupun
ftenginfonnasikan teknologi yang terkait dengan peftbuatan kebijakan. Diantaranya untuk
.
fteftberi ftasukan atau diinforftasikan kepada [I]:
1.
Badan regulasi seperti Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)
2.
Pengelola, penyedia, dan pekerja pelayanan kesehatan ftengenai teknologi yang
harus
diftasukkan
ke
dalaft
perencanaan
ftanfaat
kesehatan
atau
prograft
ftanajeften penyakit, penentuan cakupan (apakah harus fteftbayar atau tidak) dan
pengeftbalian (berapa banyak yang harus dibayar)
3.
Klinisi dan pasien ftengenai kesesuaian penggunaan intervensi pelayanan kesehatan
untuk kebutuhan dan kondisi klinis pasien tertentu
4.
Asosiasi profesi kesehatan tentang peran teknologi dalaft protokol klinik atau
pedoftan praktis
61
5.
Rumah
sakit, jaringan pelayanan kesehatan, organisasi bagian pengadaan, dan
organisasi pclayanan kesehatan laim1ya mengenai kepuh1sa.n yang berkaitan denga.n
akuisisi dan manajemen
6.
Organisasi standar untuk teknologi kesehatan dan distiibutor yang berkaitan dengan
pembuatan, pemanfaatan, kualitas
peravvatan, dan aspek lain dari
teknologi
pelayanan kesehatan.
7.
Departemen kesehatan pemerintah mengenai pengambilan program kesehatan
masyarakat (contoh: vaksinasi, skrinning, program perlindungan lingkungan)
8.
Pembuat undang-undang dan pemimpin politik tentang kebijakan yang berkaitan
dengan inovasi teknologi, penelitia.n, dan pengembangan, regulasi, pembayara.n da.n
distribusi pelayanan kesehatan.
9.
Perusahaan produk pelayanan kesehatan tentang pengembanga.n produk dan
keputusan marketing
10.
Investor dan perusahaan yang berkaitan dengan penyediaan modal, akuisi dan
divestasi,transaksi lain yang berkaitan denga.n produk pelayanan kesehatan da.n
perusahaa.n jasa.
62
BAB II
KAJIAN TEKNOLOGI KESEHATAN (HTA) DI INDONESIA
11.1
SEJARAH KAHAN TEKNOLOGI KESEHATAN (HTA) DI INDONESIA
Di Indonesia HTA mulai berkembang pada tahun
2000 dengan dibentuknya tim HTA
Departemen Kesehatan. Tim tersebut bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal
Pelayanan Medik. Sebagian besar anggota tim mengikuti pelatihan di Malaysia, yang
dilakukan oleh tim HTA Malaysia. Tim HTA itu terdiri atas
6 orang dan didukung fan
sekretariat. Pada saat reorganisasi Departemen Kesehatan
Subdirektorat Penapisan Teknologi
Spesialistik yang bertindak
di dalam
tahun
2001, terdapat
Direktorat Pelayanan Medik
dan
Gigi
leader dalam HTA. Leadership HTA, sudah nampak dalam
pemerintahan Indonesia, paling tidak secara politis sudah ada di Departemen Kesehatan.
Tujuannya adalah supaya Indonesia tidak lagi menjadi tempat pembuangan
atau
percobaan
teknologi kesehatan. Di lain pihak sesuai dengan fungsinya, Badan POM juga mempunyai
tim sejenis HTA yang tugasnya mengkaji obat yang akan diedarkan. Tim tersebut memang
sudah ada lebih awal dari tim HTA di Ditjen Pelayanan Medik. Antara kedua tim tersebut
memang jarang terjadi
pertemuan atau koordinasi, walaupun ada semacam pembatasan
kerj a sesuai dengan fungsinya dimana Tim Badan POM dikaitkan dengan perijinan edar
obat sedangkan Tim HTA Depkes mengkaji semua teknologi kesehatan yang cakupannya
lebih luas. Setelah
4
tahun didirikan HTA Departemen Kesehatan menghasilkan sejumlah
kajian, yang meliputi perbaikan program, metode terapi, dan obat. Sudah
2
(dua)
konvensi
nasional dilaksanakan di Indonesia yang merupakan wahana sosialisasi hasil dari kajian. Kaj
ian dilakukan oleh kelompok kerja yang anggotanya dipilih dari berbagai pusat pendidikan
dan penelitian kesehatan. Kelompok kerja tersebut dibantu oleh tim sekretariat untuk
mendapatkan bahan untuk assessment.
Topik kajian merupakan masukan dari masyarakat kedokteran, yang merasakan perlu
arahan yang benar. Setiap tahunnya topik yang diharapkan dikaji kemudian ditentukan
sebagai topik kajian sesuai dengan dana yang tersedia. Setiap tahunnya
topik
kajian
dilaksanakan.
Selain
menyebarluaskan pemikiran
melaksanakan
kajian
HTA,
tim
kurang lebih 6
tersebut
ingin
Evidence Based Medicine (EBM) ke berbagai institusi
pendidikan dan penelitian kesehatan, sehingga dapat melaksanakan penelitian dengan baik.
Dana yang tersedia sangat terbatas, kurang lebih hanya
63
200-400 juta setiap tahunnya,
padahal dibutuhkan kurang lebih 10 kalinya. Kegiatan tim HTA mernang tidak terikat
dengan dana yang disediakan oleh Pemerintah tetapi juga dana lain yang tidak mengikat,
terutama kontribusi dari berbagai pihak yang merasakan manfaat dari kajian tim ini [12 ].
Dengan terbitnya Pennenkes Nomor: 1 144/Menkes/PerN ll/2010, Pusat Teknologi
Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik bertugas untuk melaksanakan penelitian dan
pengembangan kesehatan, serta menapis teknologi di bidang teknologi terapan kesehatan
dan epidemiologi klinik, penapisan atau kajian teknologi tersebut dilaksanakan dalam
konteks HTA [ 13 ].
Il.2 PERSIAPAN
DAN
PERTIMBANGAN
PENGEMBANGAN
KAJIAN
TEKNOLOGI KESEHATAN (HTA)
1.
Persiapan
A.
Persiapan dasar
Upaya membangun kekuatan HTA membutuhkan advokasi yang cukup dan diskusi
antara para pemcgang kepentingan nasional atau daerah yang relevan, seperti departemen,
administrasi kesehatan atau dana asuransi. Tujuan, manfaat dan sumber daya potensial yang
diperlukan harus dinyatakan dengan jelas dalam dokumen untuk mendapatkan dukungan
politik umum dan memperoleh dana. Sebuah kelompok yang dipilih dari para profesional
yang memiliki komitmen dengan mandat yang jelas dari otoritas pemerintah yang
berwenang untuk membangun HTA hams menjadi katalisator dalam perencanaan dftn
diskusi intensif. Target advokasi dan membftngun konsensus perlu dilakukan antara para
pemegang kepe11tingan, badan pendanaan potensial, pengguna potensial dari rekornendasi
kebijakan dan lembaga penelitian yang tertarik pada masalah HTA terkait.
B.
Pengembangan sumber daya manusia
Mengingat kemungkinan kurangnya pakar HTA, salah satu fokus utama dari setiap
proyek HTA adalah identifikasi para profesional yang sesuai dan kesempatan pelatihan
HTA. Hasil survei organisasi HTA internasional menyatakan kurangnya staf khusus HTA
sebagai penghalang paling penting untuk pernbentukan HTA.
Integrasi berbagai disiplin ilmu
Konsep HTA berkembang di banyak negara di Eropa dan masyarakat intemasional.
Sifat kompleks yang menggabungkan berbagai kegiatan, yang telah begitu jauh dilakukan
secara terpisah dan independen satu sama Jain. Si fat interdisipliner HTA seharusnya
berlangsung dari awal, ditekankan dalam perumusan pernyataan misi atau adanya lembaga
64
HTA. Selain profesional dari disiplin medis, pakar kesehatan masyarakat, psikolog,
insinyur biomedis dan ekonom harus mcnjadi bagian dari tim staf HTA inti. Klien dan I
atau pasien-adalah fitur kunci dari HTA modern dan pendekatan yang relatif barn di
banyak negara [6].
2.
Pertimbangan pengembangan HTA
Perkcmbangan teknologi, khususnya teknologi kesehatan maJU dengan pesatnya,
apalagi dengan perkembangan teknologi informasi.
Perkembangan teknologi yang
sedemikian pesat dapat berdampak pada berbagai aspek kemanusiaan. Teknologi kesehatan
sangat berkaitan dengan kelangsungan hidup seseorang, dapat meningkatkan kesehatan,
menyembuhkan dari penyakit, dan dapat mengurangi kemungkinkan untuk cacat, namun
kemajuan teknologi juga dapat menyebabkan kesengsaraan karena menambah beban hidup
atau bahkan kematian dan cacat. Perkembangan teknologi seringkali menyebabkan
peningkatan pembiayaan kesehatan, sehingga menjadi beban yang cukup berat bagi pasien.
Penambahan biaya ini adakalanya tidak sesuai dengan peningkatan manfaatnya. Kemajuan
teknologi harus dimanfaatkan untuk kebaikan kemanusian, bukan saja berkaitan dengan
kemaj uan sain saja. Kemajuan teknologi harus mampu mengangkat tingkat kesehatan
masyarakat, kemampuan produksi masyarakat, dan akhirnya kesejahteraan masyarakat.
Kajian kemajuan teknologi harus mampu menghilangkan kemungkinan terjadi kerugian
bagi manusia. Dengan HTA diharapkan perkembangan teknologi menjadi transparan dan
adil, yang tidak memihak kepada pihak penemu saja, tetapi independen yang berdasar
kepada bukti suatu penelitian dan juga diharapkan perkembangan teknologi akan lebih
mudah dikawal sehingga dapat memberikan manfaat kepada masyarakat sebanyak­
banyaknya serta dapat memberikan arahan penggunaan teknologi kesehatan yang terbaik
bagi masyarakat baik berdasarkan efektifitas maupun efisiensi pendanaan [12].
3.
Tahapan untuk memulai program HTA
Dalam memulai kegiatan HTA, terdapat banyak variasi pada ruang lingkup yang
akan dikaji, pemilihan metode yang akan digunakan ataupun tingkat detail yang dalan1
prakteknya, namun demikian, untuk dalam memulai kegiatan HTA dapat disederhanakan
menjadi 10 (sepuluh) tahapan dasar seperti berikut:
•
Identifikasi topik
•
Need assessment
65
•
Priority setting
•
Penetapan lingkup, skala dan cara penilaian
•
Retrieval ofevidence
•
Pengumpulan data primer
•
Analisis bukti
•
Sintesis bukti
•
Fomrnlasi temuan dan rekomendasi
•
Disseminasi dan implementasi
•
Monitoring and feed
Tidak semua langkah tersebut dilaksanakan, dan sepuluh langkah tersebut tidak selalu
dilakukan secara linier. Banyak program HTA sebagian besar menggabungkan metode
review dan sintesa data dari studi data primer yang sudah ada seperti laporan jumal, data
epidemiologi atau administrasi [8].
..
II.3
IMPLEMENTASI DAN PELAKSANAAN
1.
Metode Kajian HTA di Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik
Systematic review ofpublished research
A.
HTA kaji melalui suatu proses critical appraisal dan review secara sistematis (baik
dengan pendekatan meta analis maupun meta sintesis) dari berbagai literatur
(data
sekunder) yang bertujuan untuk mendukung para pengmnbil kebijakan dalmn menetapkan
kebijakan yang berbasis bukti. Luaran yang dihasilkan be;upa pedoman layanan klinik,
kajian kebijakan dan sebagainya.
B.
Collection and analysis ofprimary data
Dengan melakukan pengumpulan data pnmer, studi intervensi untuk teknologi kesehatm1
baru atau novel technology; termasuk riset-riset di bidang cost effectiveness analysis,
comparable ef
f ectiveness research dm1 sebagainya.
66
2.
Anggaran
A.
Kajian
HTA
di Pusat Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik
Bersumber dana
B.
DlPA
berjalan.
tahun
Berdasarkan pennintaan pihak ketiga
Pihak ketiga
dapat mengajukan permohonan
kesehatan kepada Badan
Penelitian
Teknologi Terapan Kesehatan dan
pengkajian
dan Pengembangan
penapisan
teknologi
Kesehatan, melalui Pusat
Epidemiologi Klinik.
Swnber
dana dapat berupa:
• Donor
• Pengembangan Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP)
• Permintaan
pihak ke 3 (swake lo la) dengan penandatanganan pakta "freedom from
conflict ofinterest"
3.
Struktur anggaran
A.
Metode kajian systematic reviews
Melalui
kegiatan HTA
metode ini, anggaran akan digunakan untuk kegi atan
sebagai berikut:
• Pembiayaan untuk penelusuran literatur
• Pembiayaan untuk purchasing artikel
• Biaya
langganan jumal untuk menelusuri data awal agar tidak terjadi pengulangan
atau dupikasi
sebanyak 3 - 4
kali per kajian
uang harian, paket
meeting, jasa
• Biaya rapat; rapat dilaksanakan
penyelenggaraan rapat,
terdiri dari biaya
profesi
dengan
mengundang para pakar di bidang ilmunya.
• Diseminasi basil
B.
Metode
pen gwnpu lan dan analisis
data primer atau pelaksanaan penel_i tian dan
pengembangan HTA
Melalui metode
ini, anggaran akan
digunakan untuk kegiatan seperti
bahan non oprasional, pertemuan, pe rjalanan,
ethical clearance dan sebagainya.
Pelaksanaan HTA
A.
Metode
systematicreviews
• waktu
pelaksanaan per kajian adalah kurang lebih 4 - 5 bulan
"
67
belanja
•
Men!:,rumpulkan bukti bernpa literatur jumal hasil penelitian. Melakukan telaah
kritis terhadap artikel yang sudah dikumpulkan, rnenggabungkan
berbagai
artikel hasil telaahaan. Menformulasikan temuan dan menyusun panduan.
melakukan diserninasi dan monitoring.
B.
Studi intervensi
•
Dilakukan untuk rnengkaji tmtuk teknologi barn yang akan dipasarkan guna
mendapatkan data primer.
•
Waktu pelaksanaan 1 2
-
1 8 bulan - mulai daii penyusunan proposal hingga policy
brief
C.
Kajian berkala/rutin 5 tahunan untuk mengkaji obsolete technology.
BAB III
RUANG LINGKUP
III.1
MISI
Penentuan kebijakan kesehatan dan layanan klinis yang berbasis bukti dengan
rnernpertirnbangkan situasi dan kondisi lokal.
III.2
VISI
I.
Untuk rnernastikan kelayakan penggunaan teknologi kesehatan dalam kebijakan
kesehatan rnelalui pengurnpulan data, analisis/kajian, penyebaran infonnasi dan
diserninasi.
2.
Menyusun formulai panduan pelayanan klinis yang berbasis bukti dan'mernperkuat
penerapannya dalarn suatu
clinicalpathways.
III.3
TUJUAN
1.
MeniRgkatkan pernanfaatan teknologi kesehatan yang berbasis bukti.
2.
Meningkatkan perbaikan dan kontribusi teknologi kesehatan pada berbagai tingkat
layanan kesehatan dalarn ranah kebijakan kesehatan, rnanajemen klinik dan
penelitian.
3.
Mernformulasikan kebijakan kesehatan terhadap teknologi baru dan keseinarnbungan
penggunaan teknologi kesehatan.
III.4
MANFAAT
1.
Di tingkat penyedia layanan kesehatan
Dalarn penentuan teknologi mana yang akan diterapkan dilayanan kesehatan
B.
Dalam penentuan intervensi kesehatan yang mernadai dalarn berbagai masalah
kesehatan (panduan pelayanan klinik, algoritrna penyakit dan lainnya)
2.
Di tingkat pengguna jasa layanan kesehatan
A.
Dalarn penentuan teknologi yang dibayarkan oleh asuransi
B.
Untuk rnengetahui intervensi kesehatan yang sesuai dengan permasalahan
kesehatan pasien
69
3.
4.
D i tingkat pemerintah/kementrian
A.
Dalam penentuan alokasi pernbi ayaan kesehatan
B.
Dalam penentuan kebijakan program keschatan
Di tingkat badan pengawasan (regulat01y agencies)
Dalam pcnentuan registrasi atau pendaftaran obat dan al at kesehatan
5.
Di tingkat penyedia barang/jasa (produsen)
Dalam
penentuan teknologi kesehatan yang akan dikembangkan
atau
diproduk:si .
UI.5 FUNGSI
1.
Sebagai penyedia input kebijakan kesehatan terhadap suatu teknologi yang akan
dirnanfaatkan maupun dilanjutkan kernanfaatannya di Indonesia.
2.
Melakukan diseminasi kaj ian teknologi kesehatan kepada penyedia.
lll.6 JENIS KEGIATAN KAHAN TEKNOLOGI KESEHATAN (HTA)
Kajian teknologi kesehatan
rnendukung
(HTA)
dapat digunakan dalam banyak cara W1tuk
pembuatan kebijakan dan telah mencakup di berbagai bidang.
Kajian
teknologi kesehatan (HTA) dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu bersumber
bahan alarni, kegunaan dan tahapan penggunaan
A.
[ 1].
Bersurnber bahan alarni
Kategori yang termasuk: dalam kajian teknologi kesehatan (HTA) di bidang ini
adalah sebagai berikut:
B.
•
Obat-obatan
•
Bahan biologis
•
Alat kesehatan
•
Tatalaksana medis dan bedah
•
Sistem penduk:ung kesehatan
•
Sistem manajerial dan organisasi kesehatan
Kegunaan
Kajian teknologi kesehatan
(HTA)
juga dapat dikelompokkan menurut kegw rn an di
pelayanan kesehatan, yaitu sebagai:
70
• Preventif
• Skrining
• Diagnosis
• Terapi
• Rehabilitasi
C.
Tahapan penggunaan
Teknologi dapat dinilai pada tahap yang berbeda dari penggunaannya. Secara umum,
teknologi pelayanan kesehatan dapat digambarkan sebagai:
• Eksperimental
• Pengujian atau investigasi
• Mernperbaharui teknologi yang telah ada
• Masa yang akan datang
Sedangkan yang tidak termasuk dalam kajian teknologi kesehatan (HTA) adalah
penggantian alat yang msak, studi kelayakan gedung dan sesuatu yang pemah di analisis.
III.7 LUARAN
Luaran dari kegiatan kajian teknologi kesehatan (HTA) adalah suatu dokumen policy
brie.f!policy options yang diseminasikan kepada penentu kebijakan.
71
BAB IV
DASAR HUKUM DAN SUMBER DAYA lVIANUSJA
IV. I DA SAR HUKUM MELAKUKAN KAJIAN TEKNOLOGI KESEHATAN (HTA)
I.
Undang-Undang Kesehatan Nomor
Pasal
42 ayat 1
"Teknologi
dan produk
36 Tahun 2009 (14]
teknologi
kesehatan
diadakan,
diteliti,
diedarkan,
dikembangkan, dan dimanfaatkan bagi kesehatan masyarakat ".
Pasal
42 ayat 2
"Teknologi kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup segala
metode dan alat yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit, mendeteksi
adanya penyakit,
meringankan penderitaan
akibat penyakit,
;nenyembuhkan,
memperkecil komplikasi, dan memulihkan kesehatan setelah saldt".
Pasal 42 ayat 3
"Ketentuan mengenai teknologi dan produk teknologi kesehatan sebagaimana
dimttksud pada ayat (1) harus memenuhi standar yang ditetapkan dalam peraturan
perundang-undangan".
2.
Undang-Undang Rumah Sakit Nomor 44 Tahun 2009 [1 5]
A.
Pasal 4 : Tugas dan Fungsi
"Rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan paripurna,
pendidikan dan pelatihan, dapat juga melaku.kan penelitian, pengembangan serta
penapisan teknologi bidang kesehatan ".
B.
Pasal 26 ayat 2 : Peralatan RS
"Peralatan medis tertentu yang akan digunakan dalam pelayanan kesehatan
di rumah sakit harus melalui penapisan teknologi".
IV.2 DASAR HUKUM SUMBER DAYA MANUSIA
1.
Undang-undang llmu Pengetahuan dan Teknologi Nomor 18 Tahun 2002 [16]
A.
Pasal 12 ayat 1
72
"Dalam meningkatkan keahlian, kepakaran, serta kompetensi manusia dan
pengorganisasiannya, setiap unsur kelembagaan IPTEK bertanggung jawab
mengembangkan struktur dan strata keahlian, jenjang karier
SDM, serta
menerapkan sistem penghargaan dan sanksi yang adil dilingkungannya sesuai
kebutuhan dan kemajuan IPTEK".
8.
Pasal 12 ayat 2
"Untuk menjamin tanggung jawab dan akuntabilitas profesionalisme, organisasi
profesi wajib menentukan standar, persyaratan, dan sertifikasi keahlian, serta kode
etikprofesi''.
C.
Pasal 13 ayat 1
"Pemerintah mendorong kerjasama antara semua unsur kelembagaan IPTEKdalam
pengembanganjaringan informasi IPTEK".
D.
Pasal 13 ayat 2
"Perguruan tinggi dan lembaga litbang wajib mengusahakan penyebaran informasi
hasil-hasil kegiatan litbang serta kekayaan intelektual yang dimiliki selama tidak
mengurangi kepentingan perlindungan kekayaan intelektual".
E.
Pasal.13 ayat 3
"Dalam meningkatkan pengelolaan kekayaan intelektual, perguruan tinggi dan
lembaga litbang wajib mengusahakan pembentukan sentra HK.I sesuai dengan
kapasitas dan kemampuannya".
F.
Pasal 13 ayat 4
"Setiap kekayaan intelektual dan hasil kegiatan penelitian, pengembangan,
perekayasaan, dan inovasi yang dibiayai pemerintah dan/atau pemerintah daerah
wajib dikelola dan dimanfaatkan dengan baik oleh perguruan tinggi, lembaga
litbang, dan badan usaha yang melaksanakannya".
IV.3
SUMBER DAYA MANUS IA
Sumber daya manusia yang dapat berperan dalam melaksanakan kegiatan kajian
teknologi kesehatan (HTA) adalah scbagai berikut:
1.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan melalui Pusat Teknologi Tcrapan
Kesehatan dan Epidemiologi Klinik
2.
Direktorat Jendral Bina Upaya Kesehatan melalui POKJA HTA
Direktorat Jendral Bina Farmasi dan Alat Kesehatan
73
4.
Rumah sakit pemerintah di bawah naungan Kementerian Kesehatan RI
5.
Universitas di Fakultas Kedokteran, Fakultas Kedokteran Gigi, Fakultas Fannasi dan
lainnya
Para dokter, perawat, dokter gigi dan klinisi lainnya
7.
Manajer rumah sakit, klinik dan institusi kesehatan lainnya
8.
Teknisi radiologi, teknisi laboratorium dan teknisi kesehatan lainnya
9.
Biomedis
1 0.
Apoteker
1 1.
Pasien dan pasien yang representatif
12.
.
13.
Ahli Biostatistik
14.
Pengacara
15.
Ahli ilmu sosial
16.
Ahli etika
17.
Programer
18.
Pustakawan
Ahli Epidemiologi
74
BAB V
STRUKTUR ORGANISASI DAN FASILITAS
V. l
ORGANISASl
Struktur organisasi dalam tim HTA dapat berupa pmiisipasi dari beberapa pihak
terkait, seperti:
1.
Institusi Pemerintah
2.
Universitas/akademia
3.
Asuransi pcrawatan kesehatan wajib (publik)
4.
Perusahaan swasta
5.
Asosiasi profesi
6.
Asuransi kesehatan swasta
Dengan Inisiatif dalam pembentukan organisasi HT A diinisiasi oleh:
Pemerintah
2.
3.
A.
hanya Pemeriritah
B.
Pemerintah bersama pengambil keputusan atau peneliti kesehatan
C.
Pemerintah pengambil keputusan bersama peneliti kesehatan
Peneliti kesehatan
A.
Hanya peneliti kesehatan
B.
Peneliti bersama pengambil keputusan
Pembuat keputusan
A.
Hanya pembuat keputusan
B.
Lain-lain
Proses melembagakan program HTA nasional adalah sebuah sintesis dari top-down
dan tindakan bollom-up dan bergantung pada kegiatan jaringan yang kuat. Ini harus selalu
menyiratkan keterlibatan semua pemangku kepentingan yang relevan, bersama-sama
dengan aksi para pengambil keputusan di tingkat pusat karena mereka dapat mengatur dari
kerangka peraturan untuk pelembagaan HTA dan menyediakan sumber daya keuangan
untuk pendanaan lembaga masa dcpan. Sebuah proses bottom-up dapat diaktifkan dengan
menciptakan minat yang positif antara berbagai aktor konteks dan melibatkan keahlian di
meso dan tingkat mikro. Mereka kegiatan didasarkan pada membangun jaringan yang
75
meliputi produsen, profesional kesehatan, dokter, pengambil keputusan, asosias1 pas1en
dan lainnya. Tujuan pertama adalah mengkomunikasikan manfaat HTA untuk individu dan
seluruh populasi. Tujuan kedua adalah untuk meningkatkan
pemahaman
tentang
pentingnya HTA sebagai sarana untuk merasionalisasi penyediaan kesehatan di tingkat
manapun. Selain itu, komm1ikasi dua arah diperlukan yang membantu untuk rnemperoleh
stakeholder 'sudut pandang dan perspektif tentang HTA dan untuk menanamkan mereka,
sejauh mungkin, dalam profil organisasi akhir diberikan kepada agen HTA masa depan.
V.2
FASILITAS
Fasilitas yang umumnya digunakan untuk kegiatan HTA terbagi menjadi 2 (dua),
yaitu :
l.
2.
Kantor
A.
Kantor Individu
(individual office)
B.
Kantor bersama
(shared office)
Fasilitas lainnya
A.
Kantor yang belum terpakai (free offices)
B.
·Ruangan Training
C.
Ruangan Staff
D.
Perpustakaan
E.
Ruangan meeting
F.
Perangkat Komputer
Fasilitas tampaknya kurang penting bagi peserta HTA (berdasarkan hasil peserta
survei). Namun, harus ada jaminan bahwa organisasi HTA telah cukup memiliki akses ke
database yang diperlukan. Elemen penting dari sebuah organisasi
atau
program
adalah fleksibilitas untuk berkolaborasi dan jaringan dengan instansi HTA lainnya.
76
HTA
BABVI
ALUR KERJA
Pusat Teknologi Terapan Kesehatan
Gambar 3. Diagram alir alur kerja kahian teknologi kesehatan
77
1.
Pengajuan topik pengkajian HTA yang merupakan masukan dari masyarakat
kedokteran, yang merasakan perlu arahan yang benar. Kemudian dikeluarkan surat
perintah kepada Tim HTA untuk dilakukan telaah/kajian.
2.
Dilakukan diskusi oleh Tim HTA apakah topik tersebut tennasuk ke dalam kriteria
ruang lingkup HTA atau bukan.
3.
Diskusi dilakukan dengan presentasi mengenai alat/teknologi kesehatan
yang
diusulkan tersebut.
4.
Dalam presentasi pengusul juga hams mencantumkan hal-hal yang akan dinilai
sesuai dengan formpenilaian HTA
5.
Selanjutnya, Tim HTA melakukan analisis sesuai dengan fonn penilaian HTA dan
berdasarkan data-data maupun evidence based yang ada.
6.
Setelah dianalisis, Tim HTA menentukan derajat rekomendasi yang diberikan
terhadap usulan tersebut yang kemudian dilaporkan ke.pada pengusul dan
pihak yang terkait.
78
pihak­
BABVI
DISEMINASI, TEMUAN DAN REKOMENDASI
Diseminasi adalah cara yang efektif dalam mengkomunikasikan dan menyalurkan
laporftn HTA dan rekomendasi kepada masyarakat, juga merupakan tahapan penting untuk
meningkatkan prestise, visibilitas dan kredibilitas dari organisasi
HTA dan aktivitas
mereka. Juga diperlukan dalam meningkatkan kapasitas yang mendukung proses
pengambilan keputusan dengan pengetahuan berbasis bukti. Organisasi HTA diharapkan
menghasilkan inforrnasi yang berkualitas baik dan analisi agar efektif mendukung proses
pengambilan
keputusan
dalam
sistem
pelayanan kesehatan.
Laporan
HTA
dapat
mendorong perubahan dalam pengaturan pelayanan kesehatan dengan mempromosikan
manfaat ataupun ketidakefektifan intervensi melalui pendekatan yang berbasis bukti.
Penemuan dan rekomendasi merupakan pembuktian diri bagi para analis dan para ahli
lainnya yang berpartisipasi dalam HTA. Diseminasi dari temuan dan rekomendasi ini,
seringkali dijadikan pertimbangan untuk penggunaan internal pada organisasi yang sama
atau menjadi sumber informasi kesehatan intemasional/nasional [6].
Hasil-hasil HTA yang penting kadang tidak tersampaikan karena adanya kesalahan
identifikasi fttau ketidakmengertian pemerhati, buruknya pengemasan, media transmisi
yang salah, waktu yang tidak tepat, dan faktor yang Jainnya. Banyak penelitian diperlukan
tentang bagairnana mengoptimalkan diseminasi temuan HTA dan rekomendasinya. Upaya
sosialisasi temuan HTA ini harus bersaing dengan informasi kesehatan lain yang sedang
berkembang melalui beragam cara yang semftkin canggih. Teknologi komunikasi yang
canggih rnenyediakan sarana altematif untuk mengirimkan lebih banyak data yang dapat
mempengaruhi para pembuat keputusan. Pendekatan untuk laporan diseminasi HTA dapat
dijelaskan dalarn tiga bagian utarna, yaitu:
1.
Sasaran
A.
Praktisi klinis (individu, organisasi spesialis/ahli)
B.
Pftsien/konsurnen (individu, organisasi)
C.
Penyedi a organisasi
(rumah sakit, klinik,
organisasi manajemen kesehatan)
Pihak penyandang dana (pemerintah, swasta)
E.
Quality assurance dan organisasi penilai
F.
Pernerintah (internasional, nasional, provinsi, lokal)
79
G.
Peneliti
H.
Perusahaan penghasil produk kesehatan
I.Media
J.
2.
lnstitusi pendidikan
Media
A.
cetak: surat langsung, surat kabar, dan jurnal populer, jurnal ilmiah/profcsional
dan poster
3.
B.
E1ektronik: internet, televisi, radio, database komputer
C.
Dialog ilmiah: konsultasi infonnal, perkuliahan dan presentasi
Teknik dan strategi implementasi
A.
Orientasi terhadap pasien: kampanye media massa dan berbasis komunitas,
interaksi bersama para klinisi (tennasuk prosedur putusan terbagi, disk video
interaktif)
B.
Orientasi terhadap praktisi k1inis: Konferense dan loka karya, pendidikan
profesional yang berkelanjutan, pengembangan kurikulum profesi, opini para
pemimpin, peraturan, pembatasan fonnulasi obat, umpan balik, audit/review,
kekhususan rancangan, ketersediaan data publik, pertahanan terhadap sanksi
dan tindakan malpraktik.
C.
Orientasi terhadap institusi: akreditasi, standard, pembanding, ketersediaan
data publik.
Diseminasi harus direncanakan di awa1 kegiatan bersamaan dengan perencanaan
kegiatan yang lain. Biaya, waktu dan sumber daya lain yang diperlukan untuk diseminasi
harus dianggarkan yang sesuai. Namun hal ini tidak berarti rencana diseminasi bersifat
kaku. Diseminasi harus dirancang untuk mempengaruhi perilaku para pengambil keputusan
[6].
Diseminasi yang diharapkan dapat dilakukan adalah dengan mengadakan kegiatan
pertemuan dan diskusi dalam rangka aplikasi HTA pada beberapa fasilitas pelayanan
kesehatan di tiga regional yaitu Regional Barat, Tengah dan Timur. Menyediakan data atau
infom1asi tentang HTA yang sesuai dengan peruntukannya di fasilitas pe1ayanan kesehatan
rumah sakit dan Puskesmas, untuk tercapainya safety, quality, efficacy, dan affordable
(cost-effectiveness and cost-benefit) .
Akses untuk laporan penilaian dapat disebarkan hanya untuk a.nggota organisasi,
hanya untuk investor, ataupun dapat berbentuk akses berbayar untuk menutupi biaya
80
penilaian atau memberikan keuntungan. Sementara itu, beberapa dokumen penilaian dapat
berupa
dokumen
publik yang dibuat tersedia tanpa biaya melalui internet atau
diperpustakaan umum (6].
81
DAFTAR PUSTAKA
HTA 101: introduction to health technology assessment. Virginia
1.
Goodman, C.S.
2.
Muir Gray JA. Evidence-based
3.
US Congress, Office ofTechnology Assessment.
4.
UK National Health Service R&D Health Technology Assessment Programme,
2003. http://www.hta.nhsweb.nhs.uk/abouthta.htm.
5.
Taylor, R and R. Taylor. What
(USA), 2004. http://w\vw.nlm.nih.gov/hsrinfo/evidence_based_ practice.html.
healthcare. London (United Kingdom): Churchill
Livingstone; 1997.
Protecting privacy in computerz
i ed
medical inofrmation. Washington, DC: US Government Printing Office; 1994.
is health technology assessment?. United Kingdom:
Hayward Medical Communications; 2009
Eunethta Handbook on HTA capacity building. Barcelona (spanyol): Catalan
Agency for Health Technology Assessment and Research. 1st edition; 2008
7.
Garrido, M.V., F.B. Kristensen, C.P. Nielsen and R. Busse. Health
technology
assessment and health policy-making in Europe. Denmark (Inggris): WHO regional
Kristensen,
F.B
and
office
for Europe;
2008.Sigmund H. Health technology assessment handboo .
·
.
8.
Copenhagen (tmited kingdom): Danish Centre for Health Technology Assessment,
National Board of Health; 2008.
9.
Kristensen F.B, Matzen P, Madsen P.B. the Colorectal Cancer Health Technology
Health technology assessment of the diagnosis of
colore�tal cancer Jn a public health service system. Seminars in Colon & Rectal
Assessment Project Group.
Surgery 2002; 13(1 ):96-1 02.
10.
Sivalal,
S.
Overview of HTA in other countries. Dipresentasikan pada 2"d
international seminar on health economics and health technology assessment di
Indonesia. 201 1 ..
11.
ISPOR.
ISPOR
http://www.ispor.or
12.
Sutarjo, U.S.
global
health
care
systems
road
map.
TARoad Maps. 2011
Leardship health technology assessmtmt menghadapi perubahan.
Jakarta (Indonesia): Maj. Kedokt Indon. 2006;56(2): 41-5.
13.
Peraturan menteri kesehatan No. 1 144/20 10 tentang Tata organisasi dan tata kerja
kementerian kesehatan RI.
14.
15.
Undang-undang kesehatan No. 36 Tahun 2009
Undang-Undang Rumah Sakit Nomor 44 Tahun 2009
16.
Undang-undang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Nomor 18 Tahun 2002
82
LEMBAR PENGESAHAN
Jakarta,
Desem ber 201 I
Ketua
Panitia Pembina Ilmiah Pusat TT!( EK
Pelaksana
1 9800 I 17 20050 I 2 004
i\1lengetahui,
Kepala
Pusat Teknologi Terapan Kesehatan & Epidemiologi Klinik
L�
Dr. S isv,;anto, MHP. DTlvl
1 9600527 198803 I 00 I
Download