ASUHAN KEPERAWATAN ELIMINASI URINE Dosen Pembimbing : Andikawati Fitriasari, S.Kep Ns M.Kep Kelompok 4 Diana Kholiyah (1130018092) Alfiya (1130018093) Latifah (1130018096) Binti Nur Kholifah (1130018101) Winda Maiki Pratiwi (1130018102) Faiqotul Ilmih (1130018103) Barokaniah Rizky Dianty (1130018106) Tria Oktavia (1130018110) Tiara Julia Ferdiana (1130018113) Widya Defriani (1130018119) Arum Rahmawati (1130018120) PRODI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA I. KARAKTERISTIK DAN KOMPOSISI URINE 1. Karakteristik Urine Urin Normal mempunyai karakteristik sebagai berikut : a. Volume. Pada Orang Dewasa Rata Rata Urin yang dikeluarkan setiap berkemih berkisar 250 – 400 ml, tergantung dari intake dan kehilangan cairan. Jika pengeluaran urin kurang dari 30 ml/jam, kemungkinan terjadi gangguan fungsi ginjal. b. Warna . Urine Normal warna nya kekuning kuningan jernih. Warna ini terjadi akibar adanya urobilin. Warna lain seperti kuning gelam atau kuning cokelat dapat terjadi pada dehidrasi. Obat – obatan juga dapar mengubah warna urin seperti warna merah atau orange gelap. c. Bahu bervariasi tergantung komposisi. Bahu urine yang menyengat atau memusingkan timbul karena urine mengandung anomia. d. Kadar PH sedikit asam antara 4,5 – 8 atau rata rata 6,0. Namun demikian PH dipengaruhi oleh intake makanan. Misalnya, urine vegetarian menjadi sedikit basa. e. Berat jenis 1.003-1.030 f. Komposisi air 93-97% g. Osmolaritas (Konsentrasi Osmotik) 855-1.335 mOsm/liter. h. Bakteri tidak ada. 2. Komposisi Urine Lebih dari 99% dari 180 liter fitrat di filtrasi oleh glomerulus dan kemudian direabsorpsi kembali dalam darah. Komposisi dan konsentrasi urine sesungguhnya menggambarkan kemampuan dari aktivitas filtrasi, absorpsi, dan sekresi nefron. Urine mempunyai komposisi diantaranya adalah sebagai berikut a) Zat buangan nitrogen seperti urea yang merupakan hasil deaminasi asam amino oleh hati dan ginjal ; kreatinin yang merupakan pemecahan keratin fosfat dalam otot rangka; amonia yang merupakan pemecahan deaminasi oleh hati dan ginjal ; asam urat merupakan pemecahan dari urine ; serta urobilin dan bilirubin yang merupakan pemecahan dari hemoglobin. b) Hasil nutrien dan metabolisme seperti karbohidrat, keton, lemak,dan asam amino. c) Ion-ion seperti natrium, klorida, kalium,kalsium, dan magnesium. Zat-zat yang dikeluarkan bersama urine merupakan bahan bahan yang tidak dibutuhkan oleh tubuh bahkan dapat bersifat racun. Sementara bahan-bahan yang di filtrasi oleh glomerolus, tetapi masih digunakan kembali oleh tubuh akan di reabsorpsi sehingga tidak disekresi. 3. Faktor-faktor yang memengaruhi eliminasi urine a) Pertumbuhan dan perkembangan . Usia dan berat badan dapat memengaruhi jumlah pengeluaran urine. Pada usia lanjut, volume kandung kemih berkurang; demikian juga wanita hamil sehingga frekuensi berkemih juga akan lebih sering. b) Sosio Kultural Budaya masyarakat diamana sebagian masyarakat hanya dapat miksi pada tempat tertutup dan sebaliknya ada masyarakat yang dapat miksi pada lokasi terbuka c) Psikologis pada keadaan cemas dan stress akan meningkatkan stimulasi berkemih sehingga miksi akan lebih sering,walaupun jumlahnya lebih sedikit. d) Kebiasaan Seseorang Misalnya seseorang hanya bisa berkemih di toilet sehingga dia tidak dapat berkemih dengan menggunakan pot urine e) Tonus Otot Eliminasi urine membutuhkan tonus otot kandung kemih,otot abdomen, dan pelvis untuk berkontraksi . jika ada gangguan tonus, otot dorongan untuk berkemih juga akan berkurang f) Intake Cairan dan Makanan Alkohol menghambat antidiuretic hormone (ADH) untuk meningkatkan pembuangan urine. Kopi,teh, coklat, cola yang mengandung kafein dapat meningkatkan pembuangan dam eksresi urine. g) Kondisi penyakit beberapa contoh kondisi penyakit yang dapat mempengaruhi urine adalah pasien demam, peradangan, dan iritasi pada organ kemih, infrak miokard, serta gagal jantung. Pada pasien dalam demam akan terjadi penurunan produksi urine karena banyak cairan yang dikeluarkan melakui urine, peradangan dan iritasi pada organ kemih akan menimbulkan retensi urine, serata keadaan pasien infark miopark dengan pembatasan aktivitas akan memengaruhi pola eliminasi pasien. Demikian juga pada pasien dengan gagal jantung dengan pembatasan cairan, pola, dan eliminasi urine pasien juga dapat terganggu. h) Pembedahan Penggunaan anastesi menurunkan filtrasi glomerulus sehingga produksi urine akan menurun. i) Pengobatan Penggunaaan di uretik meningkatkan output urine, antikolinerdik, dan antihipertensi menimbulkan retensi urine. j) Pemeriksaan diagnostik Pielogram intravena dimana pasien dibatasi intake sebelum prosedur untuk mengurangi output urine. Sitoskopi dapat menimbulkan edeni lokal pada uretra dan spasno pada sfingter kandung kemih sehingga dapat menimbulkan urine. k) Trauma Pernafasan. Pasien dengan trauma medula spinalis dapat menimbulakan kerusakan saraf terutama pada daerah lumbal yang mempersarafi kandung kemih sehingga kontrol eliminasi urine juga terganggu. Pasien dapat mengalami retensi urine karena otot detrusor kandung kemih kehilangan kemampuan untuk berkotraksi sehingga pengeluaran urine juga akan terganggu. 4. Masalah-masalah eliminasi urine a) Retensi urine. Merupakan penumpukan urine dalam kandumg kemih dan ketidakmampuan kandung kemih untuk mengeluarkan urine. Retensi urine menyebabkan distensi kandung kemih,dimana urine yang terdapat dalam kandung kemih melebihi 400 ml. Normalnya adalah 250-400 ml. Retensi urine dapat disebabkan karena ketidakmampuan kontrol sistem persarafan dalam menstimulasi kemauan untuk eliminasi urine, misalnya pada trauma medula spinalis. Retensi urine juga dapat disebabkan karena ostruksi saluran kemih, seperti adanya batu saluran kemih, hipertrofi prostat, maupun struktur uretra. b) Inkontinensia urine Adalah ketidakmampuan otot spinter eksternal sementara atau menetap untuk mengontrol ekskresi urine. Ada dua jenis inkontinensia,yaitu pertama, inkontinensia stress yaitu stress yang terjadi pada saat tekana intra abdomen meningkat seperti pada saat batu atau tertawa ; kedua inkontinensia urgensi , yaitu inkontinensia yang terjadi saat klien terdesak ingin berkemih, hal ini terjadi akibat infeksi saluran kemih bagian bawah atau spasme kandung kemih. c) Enuresis Merupakan ketidaksanggupan menahan kemih ( mengompol ) yang di akibatkan ketidakmampuan untuk mengendalikan sfingter ekstrenan. Biasanya terjadi pada anak – anak atau pa da orang jompo. II. PERUBAHAN POLA PERKEMIHAN 1. Frekuensi : meningkatnya tingkat berkemih tanpa intake cairan yang meningkat , biasanya terjadi pada sistitis , stress , dan wanita hamil . 2. Urgenty : Perasaan ingin segera berkemih dan biasnaya terjadi pada anak – anak kemampuan sfingter untuk mengontrol 3. Disuria : Rasa sakit dan kesulitan dalam berkemih , mislanya pada infeksi saluran kemih, trauma , dan strikur uretra 4. Poli uria ( diuresis ) : Prosuksi urin melebihi normal tanpa peningkatan intake cairan , misalnya pada pasien diabetes miletus 5. Urinary Supression : Keadaan dimana ginjal tidak memproduksi urin secara tiba – tiba 6. Anuria : Keadaan dimana ginjal tidak mampu memproduksi gilnjal urine secara optimal , produsi urine kurang dari 100 ml / 24 jam. Keadaan ini menandakan gagal ginjal . 7. Oliguria : Merupakan keadaan dimana urine kurang dari 300 ml/jam atau berkisar antara 100 – 500 ml/ 24 jam 8. Noturia : Miksi yang sering terjadi pada malam hari, hal ini merupakan perubahan pola eliminasi. Penyebab noturia karena faktor usia , stress , penyakit tertentu , dan pengobatan . Faktor lain adalah fisiologis,psikologis , dan lingkungan . Pasien dengan kehamilan dan usia di atas 50 tahun sering terjadi nokturia III. ASUHAN KEPERAWATAN ELIMINASI URINE A. PENGKAJIAN 1. Riwayat Keperawatan a) Pola Berkemih Pasien b) Gejala dari perubahan berkemih dan sejak kapan lamanya c) Faktor yang mempengaruhi berkemih dan usia yang dilakukan selama mengalami masalah eliminasi urine 2. Pemeriksaan Fisik a) Penamipilan umum pasien seperti ekspresi wajah, pasien gelisah, atau menahan sakit b) Keadaan kulit Kulit kering , mukosa mulut kering , turgor kulit kurang , lidah menjadi kering tanda kekurangan caira . Kulit berkeringat , basah dapat disebabkan karena pasien menahan nyeri saat berkemih , kaji adanaya edema atau asites mungkin dapat terjadi . c) Abdomen Pembesaran, pelebaran pembulu darah vena, distensi kandung kemih , pembesaran ginjal , nyeri tekan , tenderness , dan bising usus . d) Genitalia Wanita Inflamasi,nodul, lesi , adanya sekret dari meatus , dan keadaan atrofi jaringan vagina e) Genitalia laki – laki Kebersihan, adanya lesi , tenderness ,dan adanya pembesaran skortum . 3. Intake dan Output Cairan a) Kaji intake dan output cairan dalam sehari (24 jam) b) Kebiasaan Minum di rumah c) Intake : Cairan infus, oral, makanan, NGT. d) Kajian perubahan volume urin untuk mengetahui ketidak seimbangan cairan e) Output Urin dari Urinal, Kantong Urin, Drainase Ureterostomi, dan Sitostomi f) Karakteristik Urin : Warna, Kejernihan, Bahu, dan Kepekatan. 4. Pemeriksaan Diagnostik a) Pemeriksaan urine (urinalisis ) : 1. Warna ( normalnya jernih kekuningan ) 2. Penampilan ( normalnya jernih ) 3. Bau ( normalnya beraroma ) 4. PH ( normalnya 4,5 – 8,0 ) 5. Berat jenis ( normalnya 1,005 – 1,030 ) 6. Glukosa ( normalnya negatif ) 7. Keton ( normalnya negatif ) b) Kultur Urine ( N : Kuman patogen negatif ) B. DIAGNOSIS KEPERAWATAN DAN INTERVENSI 1. Gangguan eliminasi urine : Inkontinensia (NANDA,2012- 2014) Definisi : kondisi dimana sesorang tidak mampu mengandalikan pengeluran urine. ( NANDA, 2012 ). Kemungkinan berhubungan dengan : a) Gangguan Neuromuskular b) Spasme kandung kemih c) Trauma pelvis d) Infeksi saluran kemih e) Trauma medula spinalis Kemungkinan data yang ditemukan : a) Inkontinensia b) Keinginan berkemih yang segera c) Sering ke toilet d) Menghindari minum e) Spasme kandung kemih f) Setiap berkemih kurang dari 100 ml atau lebih dari 550 ml Tujuan yang diharapkan a) Klien dapat mengontrol pengeluaran urine setiap 4 jam . b) Tidak ada tanda – tanda retensi dan kontinensia urine c) Klien berkemih dalam keadaan rileks Intervensi 1. Identifikasi faktor penyebab inkontinensia Rasional 1. Beberapa faktor yang menyebabkan inkontinensia diantaranya penurunan kesadaran, proses penuaan , gangguan fungsi saraf, dan kelemahan sfingter uretra. 2. Monitor frekuensi,volume , 2. Mengidentifikasi jenis inkontinensia seperti stress atau urgensi . bau ,dan nyeri saat miksi, serta pola miksi. 3. Lakukan pengaturan minum pasien secara 3. Melatih pola berkemih dengan mengatur produksi urine . berpola . 4. Lakukan bladder training secara berkala . 5. Lakukan latihan kegel 4. Bladder training bertujuan melatih menahan dan menguatkan kontraks otot kandung kemih . 5. Latihan kegel bertujuan menguatkan otot panggul dan pelvis sehingga dapat melatih kemampuan berkemih 6. Anjurkann pasien untuk tidak mengonsumsi kopi atau minum yang mengandung soda. 6. Kopi dapat meningkatkan stimuli berkemih 7. Kolaborasi dengan tim 7. Mempermudah dalam medis dalam pemasangan pengaturan pengeluaran dower atau intermitten urine kateter 2. Retensi urine ( NANDA,2012 – 2014 ) Definisi : kondisi dimana sesorang tidak mampu mengosongkan kandung kemih secara tuntas ( NANDA,2012) Kemungkinan berhubungan dengan : a) Obstruksi mekanik b) Pembesaran prostar c) Trauma d) Pembedahan e) Kehamilan Kemungkinan data yang ditemukan : a) Tidak tuntasnya pengeluaran urine b) Distensi kandung kemih c) Hipertrofi prostat d) Kanker e) Infeksi saluran kemih f) Pembedahan besar abdomen Tujuan yang diharapkan adalah : a) Pasien dapat mengintrol pengeluaran kandung kemih setiap 4 jam b) Tanda dan gejala retensi urine tidak ada Intervensi 1. Identifikasi faktor penyebab retensi urine Rasional 1. Beberapa faktor yang menyebabkan retensi urine seperti obstruksi saluran kemih , batu ginjal, striktur uretra 2. Monitor frekuensi volume,warna,bau, dan nyeri saat miksi , serta pola 2. Mengidentifikasi derajat retensi urine miksi 3. Monitor keadaan distensi 3. Ritensi urine menyebabkan bladder setiap 4 jam distensi kandung kemih 4. Tanyakan kepada pasien 4. Mengetahui jenis obstruksi bagaimana pancaran miksi 5. Lakukan pengaturan minum pasien secara berpola apakah total apa parsial 5. Melatih pola berkemih dengan mengatur produksi urine 6. Lakukan latihan bladder training secara berkala 6. Bladder training bertujuan melatih menahan dan menguatkan kontraksi otot kandung kemih 7. Monitor intake dan otput cairan 8. Anjurkan pasien untuk tidak mengkonsumsi kopi atau 7. Mengetahui keseimbangan cairan 8. Kopi dapat meningkatkan stimuli berkemih minum yang mengandung soda 9. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemasangan 9. Mempermudah dalam pengeluaran urine dower atau intermitten kateter 10. Kolaborasi dengan tim 10. Mengatasi penyebab retensi medis dalam perencanaan urine misalnya karena penanganan penyebab hipertropi prostat, batu ginjal retensi urine seperti membutuhkan tindakan tindakan oprasi sitostomi operasi C. Perencanaan Keperawatan Tujuan dari asuhan masalah kebutuhan eliminasi urine adalah : Membantu pasien memahami arti eliminasi urine Membantu mengosongkan kandung kemih secara penuh Mengembalikan fungsi kandung kemih Mencapai pengeluaran urine yang normal Mempertahankan atau mengembalikan pola berkemih yang normal Memeberikan rasa nyaman dan mencegah tekanan emosional Memulihkan kepercayaan diri Mencegah munculnya risiko terkait (misalnya infeksi, kerusakan kulit, atau ketidakseimbangan cairan dan elektrolit). Rencana keperawatan yang dapat dilakukan antara lain: A. Inkontinensia urine 1. Kaji faktor-faktor yang menyebabkan inkontinensia 2. Optimalkan hidrasi dengan cara : Berikan asupan cairan 200-300 mL/hari, kecuali jika ada kontraindikasi. Atur jarak pemberian asupan cairan, sebaiknya setiap 2 jam Anjurkan untuk tidak bergantung pada rasa haus untuk mulai minum Kurangi asupan cairan pada malam hari Kurangi minuman yang berdampak diuretik, misalnya kopi, teh, dan jus anggur 3. Pertahankan asupan nutrisi yang adekuat. 4. Tingkatkan integritas diri dan berikan motivasi untuk mengendalikan kandung kemih, misalnya dengan menghindari penggunaan bedpad atau pispot. 5. Tingkatkan higiene perseorangan 6. Ajarkan cara mengenali tanda dan gejala ISK (Infeksi Saluran Kemih), misalnya kenaikan suhu, perubahan karakteristik urine, nyeri pada saat berkemih, mual atau muntah 7. Ajarkan teknik merangsang refleks berkemih 8. Ajarkan pada pasien wanita cara untuk melatih otot-otot yang berperan pada saat berkemih B. Retensi urine Ajarkan teknik pengosongan kandungan kemih, contohnya : 1. Teknik peregangan abdomen dan manufer valsalva Sandarkan tubuh pada paha Kencangkan atau kontraksikan otot abdomen Lakukan peregangan dengan cara mengejan. Tahan napas ketika mengejan Tahan napas dan regangan sampai aliran urine terhenti. Tunggu 1 menit dan lakukan lagi selama mungkin Lakukan hingga tidak ada urine yang keluar 2. Teknik manuver crede Tempatkan kedua tangan (mendatar atau mengepal) dibawah area umbilikus Letakkan satu tangan diatas tangan yang lain Tekan dengan kuat kearah bawah dan kearah arkus pelvis Ulangi prosedur diatas sampai 6-7 kali hingga tidak ada urine yang dapat dibuang Tunggu beberapa menit dan ulangi prosedur hingga kandung kemih kosong dengan sempurna 3. Teknik manuver regangan anal Duduk diatas toilet atau commode Sandarkan tubuh pada paha Tempatkan 1 tangan (telah terpasang sarung tangan) dibelakang bokong Masukkan 1 atau 2 jari yang telah diberi pelumas kedalam anus hingga menyentuh sphinceter anal Lebarkan atau renggangkan kedua jari atau tarik ke arah posterior Regangkan sphinceter anal secara berlahan dan pertahankan distensi Lakukan mengejan dan berkemih Tarik napas dalam dan tahan ketika mengejan (manuver valsalva) Lakukan relaksasi dan ulangi prosedur hingga kandung kemih kosong D. Tindakan Keperawatan 1. Menolong buang air kecil dengan menggunakan urinal Buang air dengan menggunakan urinal diterapkan pada pasien yang tidak mampu buang air kecil sendiri di kamar mandi. Prosedur kerja menolong pasien buang air kecil dengan menggunakan urinal adalah : Cuci Tangan Jelaskan prosedur kepada pasien Pasang pengalas di bawah bokong pasien Lepas pakaian bawah pasien Atur posisi pasien (Dorsal rekumben) Pasang urinal dibawah Glutea/pinggung atau diantara kedua paha Anjurkan pasien untuk berkemih Siram genitalia pasien dengan air hangat, kemudian keringkan genitalia pasien dengan tisu. Setelah selesai, pasang kembali pakaian bawah pasien dan rapikan alat Cuci tangan Catat warna dan jumlah produksi urin 2. Melakukan Kateterisasi Adalah pemasukan kateter kedalam kandung kemih melalui uretra untuk membantu memenuhi kebutuhan eliminasi dan mengambil bahan pemeriksaan. Prosedur kerja dalam melakukan kateterisasi adalah : Cuci Tangan Jelaskan Prosedur yang akan dilakukan kepada pasien Atur ruangan, tutup jendela dan pintu, serta pasang sampiran. Pasang pengalas dibawa bokong pasien Kenakan sarung tangan steril. Pasang duk steril Untuk pasien pria : - Pegang penis dengan tangan kiri. Tarik preputium sedikit ke pangkalnya dan bersihkan dengan kapas sublimat. - Oleskan minyak pelumas pada ujung kateter (sekitar 12,5 17,5 cm) - Masukkan kateter (sekitar 17,5 – 20 cm) secara perlahan kedalam orificium urethrae sambil di anjurkan pasien untuk menarik napas dalam. Untuk pasien wanita : - Buka labiamayora dengan tangan kiri dan pegang kapas sublimat dengan tangan kanan. Bersihkan labia mayora, labia minora, dan perineum dengan kapas sublimat - Oleskan minyak pelumas pada ujung kateter (sekitar 2,5 -5 cm) - Masukkan kateter (sekitar 2,5 – 5 cm) secara perlahan kedalam orificium urethrae sambil anjurkan pasien untuk menarik napas dalam. Jika pada saat memasukkan kateter terasa ada tekanan, jangan dilanjutkan. Tampung urine yang keluar ke dalam bengkok. Setelah kateter masuk, isi balon dengan aquades dengan menggunakan spuit. Tarik sedikit kateter untuk memastikan `bahwa balon sudah terfiksasi dengan baik . Hubungkan kateter dengan urinal bag Fiksasi kateter di paha pasien dengan menggunakan plaster (untuk pasien pria) atau Fiksasi kateter ke arah samping dengan menggunakan plester (untuk pasien wanita). Gantung urinal bag dengan posisi lebih rendah daripada kandung kemih. Rapikan alat, lepaskan sarung tangan, dan cuci tangan. 3. Menggunakan kondom kateter Prosedur kerja dalam memasangkan kondom kateter pada pasien pria adalah : Cuci Tangan Jelaskan prossedur yang akan dilakukan kepada pasien Atur ruangan, tutup jendela dan pintu serta pasang sampiran. Pasang pengalas dibawah bokong pasien Kenakan sarung tangan Atur posisi pasien sehingga pasien terlentang Bersihkan daerah penis, kemudian keringkan dengan seksama ( air bilasan dapat ditampung dengan bedpan atau pisport ) Pasang kondom kateter dan sisakan ruang sekitar 2,5 – 5.0 cm antara glans penis dan ujung kondom Ikatkan perekat atau pelester yang terdapat pada kondom kebagian pangkal penis, tetapi jangan terlalu ketat Hubungkan ujung kondom kateter dengan urinal bag Apabila pasien menjalani tirah baring, pasangkan urinal bag kerangka tempat tidur Apabila pasien dapat melakukan ambulasi, tempelkan urinal bag ketangkai pasien Rapikan alat, lepaskan sarung tangan, dan cuci tangan. E. Evaluasi keperawatan Keberhasilan asukan keperawatan dapat dilihat dari adanya kemampuan dalam : a. Miksy secara norma, hal ini terlihat dari kemapuan pasien berkemih sesuai dengan asupan cairan b. Berkemih dengan menggunakan obat kompresi pada kandung kemih atau kateter c. Mencegah infeksi d. Memebri rasa nyaman e. Melakukan bladder training.