PEMBAHARUAN HUKUM ISLAM ZAKAT DI INDONESIA Oleh Satriyo Rahman Nur Pambudi (C100180352) Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta Abstrak : Pembaharuan Hukum Islam Zakat di Indonesia. Studi ini dimaksudkan untuk menganalisis aspek perkembangan hukum zakat dan di Indonesia. Studi ini menunjukan bahwa kodifikasi hukum zakat di Indonesia terjadi secara bertahap. Kodifikasi zakat baru mengatur manajemen pengelolaan zakat. Pengelolaan zakat dilakukan oleh badan amil zakat nasional (BAZNAS) dan Lembaga Amil Zakat ( LAZ). Adapun aspek perkembangan unsur zakat terdiri atas : lembaga amil zakat,muzaki,objek zakat,sanksi, dan zakat sebagai pengurang pajak. Kata Kunci : kodifikasi,perkembangan hukum zakat,amil zakat. Abstract: Islamic Law Zakat Renewal in Indonesia. This study is intended to analyze aspects of the development of zakah law and in Indonesia. This study shows that the legal codification of zakat in Indonesia occurs gradually. The new zakat codification regulates the management of zakat. The management of zakat is carried out by the national amil zakat (BAZNAS) and the Amil Zakat Institution (LAZ). The developmental aspects of the element of zakat consist of: amil zakat, muzaki, zakat, sanctions, and zakat as tax deductions. Keywords: codification, development of zakat law, amil zakat. A. Pendahuluan 1. Latar Belakang Suatu hal yang tidak bisa dipungkiri bahwa berlakunya hukum Islam di Indonesia adalah sebuah realitas bagi bangsa. Agama Islam tidak saja berisi dogma yang mengatur hubungan antara seorang makhluq dengan Kholiq-Nya,melainkan juga agama yang melahirkan peradaban melalui relasi antara sesama manusia dan alam semesta. Sejarah telah mencatat bahwa perkembangan agama Islam di wilayah nusantara Indonesia sangatlah cepat. Hukum Islam sendiri bersifat komprehensif (syamil) yang meliputi sistem kepercayaan/ibadah dan sistem kemasyarakatan, tetapi dalam pengungkapannya terdapat perbedaan antara keduanya. Sifat hukum Islam itu sendiri mencakup tentang berbagai aspek termasuk aqidah dan mu'amalah sesuai dengan definisi fikih yang disampaikan Abu Hanifah. Sementara al Syafi'i memberikan definisi fikih. Pengertian Fikih versi Abu Hanifah yang menyebutkan cakupannya yang umum memiliki arti yang sama dengan syari'ah. Dalam Islam fikih memiliki dwi fungsi yaitu sebagai hukum positif dan standar moral. Dalam arti hukum positif,fikih berfungsi seperti hukum-hukum positif lain dalam mengatur kehidupan manusia dan mendapatkan legitimasi dari badan yudikatif yaitu mahkamah. Dalam masalah hukum wajib,mubah,makruh,haram dan makdub tidak sepenuhnya dibawah juridiksi mahkamah,yang demikian fikih dalam posisi standar moral. Kedua fungsi fikih tersebut memberikan pengaruh terhadap ruang lingkup kajian dan penekanannya. Fiqh itu dapat mengalami perubahan dan berkembang seiring perubahan tempat,waktu dan sebab-sebab yang mempengaruhinya. Perubahan substansi fiqh merupakan keniscayaan dimana hukim sebagai entitas kehidupan manusia. Dalam konsep perubahan sosial,perubahan dapat berarti kemajuan,pertumbuhan,perkembangan,pengembangan,reformasi,evolusi,modernisasi,adaptasi,modifik asi dan sebagainya. Dengan perubahan memunculkan bentuk baru yang disebut dengan pembaruan. Dalam hal ini ada beberapa bentuk pembaruan hukum Islam,contohnya saja dalam pembaruan hukum Islam ini adalah termasuk pembaruan zakat. Transformasi hukum zakat sebagai kepekaan umat Islam khususnya ulama dan cendekiawan terhadap problematika sosial. 2. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam makalah ini adalah: “Bagaimana perkembangan dan perubahan zakat di Indonesia?” 3. Tujuan Penulisan Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana perkembangan dan perubahan zakat di Indonesia. B. Pembahasan Zakat merupakan salah satu rukun Islam. Sehingga keberadaan zakat sangat penting ditengah umat Islam. Oleh karena itu penting kiranya diatur dalam hukum positif berbentuk undang-undang. Pemerintah sendiri baru memperhatikan masalah zakat di awal era reformasi dengan dikeluarkan undang-undang tentang pengelolaan zakat,undang-undang no 38 tahun 1999. Dalam undang-undang tersebut dijelaskan bahwa yang menjadi wajib zakat adalah setiap warga negara Indonesia yang beragama Islam dan mampu atau badan yang dimiliki oleh orang Muslim berkewajiban menunaikan zakat. Hal tersebut dapat ditemukan dalam pasal 2 UU no 38 Tahun 1999. Lebih lanjut dijelaskan bagaimana pemerintah turut serta dalam zakat. Asas dan tujuan dalam pengelolaan zakat ini berasaskan iman dan takwa,keterbukaan dan kepastian hukum yang sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945(Pasal 4) yang bertujuan untuk : 1) Meningkatkan pelayanan bagi masyarakat dalam menunaikan zakat sesuai dengan tuntutan agama 2) Meningkatkan fungsi dan peranan pranata keagamaan dalam upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial 3) Meningkatkan hasil guna dan daya guna zakat serta dapat dipertanggungjawabkan Dalam perkembangan selanjutnya,pemerintah mengambil alih posisi amal zakat melalui organisasi pengelolaan zakat,yang kemudian dikelompokkan menjadi dua lembaga,yaitu lembaga yang dibentuk pemerintah yang dikenal dengan badan amil zakat(Baznas) dan lembaga yang dibentuk atas prakarsa masyarakat yang dikenal dengan lembaga amil zakat (LAZ). Unsur dari kedua lembaga tersebut terdiri dari unsur pertimbangan,unsur pengawas dan unsur pelaksana yang ditetapkan,dibina dan dilindungi oleh pemerintah. Kedua lembaga tersebut memiliki tugas utama berupa mengumpulkan,mendistribusikan mendayagunakan zakat sesuai dengan ketentuan hukum Islam. Hal ini termuat dalam Pasal 6,7 dan 8. Dalam melaksanakan tugasnya kedua lembaga zakat tersebut yaitu Badan Amil Zakat dan Lembaga Amil Zakat kepada pemerintah sesuai dengan tingkatannya (Pasal 9) dan sekaligus sebagai pengawas (Pasal 18) yaitu : 1) Badan Amil Zakat Nasional,dikukuhkan oleh presiden atas usul menteri 2) Badan Amil Zakat Provinsi oleh dikukuhkan gubernur atas usul Kepala Wilayah Kementrian Agama Provinsi 3) Badan Amil Zakat Kabupaten/Kota oleh bupati/walikota dikukuhkan atas usul Kepala Kementrian Agama Kabupaten/Kota 4) Badan Amil Zakat Kecamatan dikukuhkan oleh camat atas usul Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan (Pasal 6 ayat (2)) 5) Dalam melaksanakan tugasnya,tingkat badan amil zakat tersebut memiliki hubungan kerja yang bersifat koordinatif,konsultatif,dan informatif (Pasal 6 ayat (3)) Perkembangan Hukum Zakat Hukum zakat di Indonesia banyak mengalami perkembangan dalam beberapa aspek. Pertama,peraturan dan perundang-undangan. Pada saat masa penjajahan,Hindia Belanda memandang bahwa zakat itu sebagai ancaman bagi penjajah,karena pada saat itu zakat menjadi kekuatan bagi umat Islam dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Karena itu,melalui Bijblad Nomor 1892 pada tanggal 4 Agustus 1893 tentang kebijakan zakat,pemerintah Hindia Belanda pada saat itu melarang semua pegawai pemerintah dan priyayi pribumi untuk membantu pelaksanaan zakat. Larangan tersebut tertuang dalam Bijblad Nomor 6200 tanggal 28 Februari 1905. Pada saat masa penjajahan peran zakat pada sangatlah urgen disamping bernilai sebagai ibadah juga memiliki muatan politik. Setelah kemerdekaan posisi hukum zakat belum memiliki kekuatan hukum yang kuat dikarenakan BAZ dibentuk hanya melaluin peraturan menteri Agama yaitu Peraturan Menteri Agama No.4 tahun 1968. Selain itu ada Peraturan Menteri Agama No.5 tahun 1968 tentang Pembentukan Baitul Mal yang berfungsi sebagai pengumpul zakat untuk kemudian disetor ke BAZ. Selanjutnya,keluar Keppres no.44 tahun 1969 pada tanggal 21 Mei 1969 yang berisikan pembentukan Panitia Penggunaan Uang Zakat yang diketua oleh Idham Chalid selaku Menko Kesra saat itu. Kodifikasi hukum zakat di Indonesia terjadi perubahan dengan lahirnya UU RI No.23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat menggantikan peraturan sebelumnya yaitu UU RI No.38 tahun 1999. Kodifikasi hukum zakat direspon dengan lahirnya peraturan daerah tentang pegelolaan zakat di berbagai daerah di Indonesia. Kedua,substansi hukum zakat. Aspek perkembangan hukum zakat pada substansi hukum meliputi (1) Muzakki adalah seorang muslim atau badan usaha yang berkewajiban menunaikan zakat. Penetapan badan hukum sebagai mustahik merupakan salah satu bentuk tajdid dalam sistem hukum zakat, (2) Zakat yang dibayarkan ileh muzaki kepada BAZNAS ataupun LAZ dikurangkan dari penghasilan kena pajak (pasal 22),(3) Objek atau harta wajib zakat dalam zakat mal memuat berbagai sumber harta yang diperoleh manusia pada saat ini. Dasar hukumnya sesuai dengan ayat Al-Qur'an surat al-Baqarah 267. Harta zakat yang dimuat dalam pasal 4 UU RI No. 23 Tahun 2011 tentang pengelolaan zakat yaitu : emas,logam mulia dan perak dan lainnya adalah uang dan surat berharga lainnya adalah pertanian,perkebunan,peternakan dan perikanan,perindustrian,pendapatan dan jasa,dan rikaz dan lain sebagainnya. Kemudian,yang ketiga adalah kelembagaan. Kelembagaan yang ada yaitu Lembaga Amil Zakat. Amil sebagai bagian dari mustahik zakat menjadi lembaga yang memiliki otoritas dalam hal pengumpulan dan pengelolaan zakat. Secara yuridis formal ,hukum zakat pun telah dikodifikasi dan masuk dalam perundang-undangan nasional. Konsep dalam amil yang asalnya personal menjadi lembaga itu merupakan bentuk pengembangan hukum Islam sebagai bentuk tajdid. Profesionalisme amil sangatlah pentingd dalam hal upaya meningkatkan pendayagunaan harta zakat. Metode Pembaharuan Metode yang digunakan dalam perubahan dan perkembangan zakat di Indonesia ini adalah metode mu'tadil atau wasathi. Metode ini disebut juga dengan metode moderat dimana metode ini dapat diterima secara syara' maupun akal,hal ini disebabkan oleh beberapa hal yaitu 1) Metode ini memelihara apa yang sudah pasti/tetap di dalam syari'ah, 2) Penggunaan metode ini memperhatikan tuntutan atas perkembangan dasar kemaslahatan termasuk di dalamnya adat kebiasaan umum (urf) yang berlaku, sebagai bentuk pelaksanakan semangat syari'at tanpa bertentangan dengan nash atau dalil. C. Penutup Kodifikasi dalam hukum zakat di Indonesia terjadi secara bertahap dan dipengaruhi oleh kondisi sosial politik yang pada saat itu berlaku di Indonesia pada masa penjajahan Belanda hingga reformasi. Hukum zakat sendiri lahir dalam bentuk perundang-undangan dan pada masa reformasi diikuti oleh peraturan daerah tentang pengelolaan zakat diberbagai daerah. Aspek perkembangan unsur zakat meliputi sebagai berikut : Lembaga amil zakat,muzakki(perorangan dan badan hukum),objek zakat,sanksi,dan zakat yang sebagai pengurang zakat. D. Daftar Pustaka Ni'ami,Mutimatun,dkk. 2018. Pengantar Hukum Islam. Surakarta. Muhammadiyah University Press. Website : http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/ahkam/article/view/4450