PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN 2018 143 PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN 2018 BAB VIII PERANAN AGAMA DALAM MEWUJUDKAN PERSATUAN DAN KESATUAN BANGSA A. Pendahuluan Agama adalah prinsip kepercayaan kepada Tuhan dengan aturanaturan syariat tertentu. Dapat dikatakan bahwa agama adalah sebuah kepercayaan. Agama merupakan aspek yang sangat penting dalam kehidupan. Dengan adanya agama membuat hidup manusia menjadi teratur dan terarah. Agama dalam hal ini agama Islam mengatur kehidupan umatnya di berbagai aspek seperti ekonomi, sosial, budaya, politik, pendidikan, akhlak, ilmu pengetahuan dan lain sebagainya. Politik adalah hal-hal yang berkenaan dengan tata Negara, urusan yang mencakup siasat dalam pemerintahan negara atau terhadap negara lain-lain. Politik dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah siyâsah. Politik artinya adalah mengurusi urusan umat. Berkecimpung dalam dunia politik berarti memperhatikan kondisi kaum Muslim dengan cara menghilangkan kezaliman penguasa dan melenyapkan kejahatan kaum kafir atas mereka. Politik Islam berarti mengurusi urusan masyarakat melalui kekuasaan, melarang dan memerintah, dengan landasan hukum/syariah Islam. Landasan hukum Islam tersebut adalah al-Qur’an. Politik senantiasa diperlukan oleh masyarakat manapun. Ia merupakan upaya untuk memelihara urusan umat di dalam dan di luar negeri. Kalau kita memandang seseorang dalam sosoknya sebagai manusia (sifat manusiawinya), ataupun sebagai individu yang hidup dalam komunitas tertentu, maka sebenarnya ia bisa disebut sebagai seorang politikus. Di dalam hidupnya manusia tidak pernah berhenti dan mengurusi urusannya sendiri, urusan orang lain yang menjadi tanggung jawabnya, urusan bangsanya, ideologi dan pemikiran-pemikirannya. Oleh karena itu setiap individu, kelompok, organisasi ataupun negara yang memperhatikan urusan umat (dalam lingkup negara dan wilayah-wilayah mereka) bisa disebut sebagai politikus. Kita bisa mengenali hal ini dari tabiat aktivitasnya, kehidupan yang mereka hadapi serta tanggung jawabnya. Islam sebagai agama yang juga dianut oleh mayoritas umat di Indonesia selain sebagai aqidah ruhiyah (yang mengatur hubungan manusia dengan Rabb-Nya), juga merupakan aqidah siyasiyah (yang mengatur hubungan antara sesama manusia dan dirinya sendiri). Oleh karena itu Islam tidak bisa dilepaskan dari aturan yang mengatur urusan masyarakat dan negara. Islam bukanlah agama yang mengurusi ibadah mahdoh individu saja. Persatuan Islam termasuk dari maqoshid syar’iyyah (tujuan syari’at) yang paling penting yang terkandung dalam agama ini. Al-Qur’an dan Rasulullah senantiasa menyerukannya. Persatuan dalam masalah aqidah, ibadah, dan akhlak, semuanya diperhatikan dan diserukan oleh Islam. Diharapkan akan terbentuk persatuan di atas petunjuk dan kebenaran. Bukan persatuan semu, yang tidak ada kenyataan, karena 144 PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN 2018 tidak ada faidahnya. Sebenarnya telah ada fonemena persatuan di dalam perilaku kaum Muslimin, antara satu dengan yang lainnya. ْ ُ ََ َ ِي َ ْ ِم ِه ُم َاح تر ْ و ِم ِه َاد تو َ ف ِين ِن ْم ُؤ الم َل مث ْ ِ ْ ِ ََ َا ِذ ِ إ َاحِد الو َسَد الج َل َث َم ْ ك ِم ِه ُف َاط تع و ْ ُ َ ٌ َت َُى َل ُْ ِ َسَد الج ه سَا ِر داع ْو ُض ه ع ِن َى م َك اشْت ْ َ ََِّالس َّى ُم الح ِ و هر ب “Perumpamaan kaum Muslimin dalam saling mengasihi, saling menyayangi, dan saling menolong di antara mereka seperti perumpamaan satu tubuh. Tatkala salah satu anggota tubuh merasakan sakit, maka anggota tubuh yang lainnya akan merasakan pula dengan demam dan tidak bisa tidur”. (HR. Imam Muslim dalam Shahih-nya). B. Pengertian Agama, Persatuan dan Kesatuan Agama adalah ajaran, sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya.1 Agama merupakan sebuah kepercayaan yang dianut oleh seseorang. pengertian agama adalah sebuah ajaran atau sistem yang mengatur tata cara peribadatan kepada Tuhan dan hubungan antar manusia. Dalam ajaran sebuah agama, setiap penganutnya diajari agar saling hidup rukun dengan sesama manusia. Persatuan adalah gabungan (ikatan, kumpulan, dan sebagainya) beberapa bagian yang sudah bersatu.2 Sedangkan Kesatuan merupakan hasil perkumpulan tersebut yang telah menjadi satu dan utuh. Sehingga kesatuan erat hubungannya dengan keutuhan. Persatuan dan kesatuan berasal dari kata "satu" yang memiliki arti utuh atau tidak terpecah-belah. Kata Persatuan sendiri bisa diartikan sebagai perkumpulan dari berbagai komponen yang membentuk menjadi satu.3 Dengan demikian persatuan dan kesatuan memiliki makna "bersatunya berbagai macam corak yang beraneka ragam menjadi satu kebulatan yang utuh dan serasi". Persatuan dan kesatuan Bangsa Indonesia dapat diartikan sebagai persatuan bangsa/negara yang menduduki wilayah Indonesia. Persatuan itu didorong untuk mencapai kehidupan yang bebas dalam wadah negara yang merdeka dan berdaulat. Proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia merupakan awal dibentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Negara Indonesia yang diproklamasikan oleh para pendiri negara adalah negara kesatuan. Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan, “Negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang berbentuk 1 2 3 https://kbbi.web.id/agama https://kbbi.web.id/satu WJS. Poerwadarminta, 1987 145 PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN 2018 Republik”. Sila ketiga Pancasila menegaskan kembali bagaimana tekad bangsa Indonesia mewujudkan persatuan. Indonesia merupakan negara kepulauan yang penuh dengan kekayaan serta keragaman budaya, ras, suku bangsa, kepercayaan, agama, bahasa daerah, dan masih banyak lainnya. Meskipun penuh dengan keragaman budaya, Indonesia tetap satu sesuai dengan semboyan nya, Bhineka Tunggal Ika yang artinya "meskipun berbeda-beda tetapi tetap satu jua". Keragaman budaya turut serta didukung oleh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terpisah wilayah-wilayahnya oleh lautan. Keragaman merupakan suatu kondisi pada kehidupan masyarakat. Perbedaan seperti itu ada pada suku bangsa, agama, ras, serta budaya. C. Suku di Indonesia Di Indonesia sendiri, kurang lebih terdapat 300 suku bangsa yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Menurut sensus BPS tahun 2010 jumlah suku di Indonesia 1.340 suku bangsa, yang tersebar di seluruh penjuru Nusantara. Ini menjadikan Indonesia menjadi negara paling beragam di dunia, dengan berbagai jenis suku, yang masing masing memiliki tradisi, bahasa, budaya dan adat istiadat tersendiri. Mengapa kita mempunyai suku bangsa yang beraneka ragam? Pada awalnya nenek moyang kita berasal dari kelompok suku yang berbeda. Kelompok-kelompok tersebut adalah Kelompok Austro Melanesoid. Persebarannya dari Australia – Irian – Kai – Seram – Sulawesi – Timor Sumatra Utara – Aceh – Kedah – Pahang - Malaysia. Kelompok yang lain adalah Kelompok Mongoloid. Persebarannya melalui dua rute. Rute pertama, Jepang – Taiwan – Filipina – Sangir - Sulawesi. Rute kedua, Asia Tenggara - Sulawesi Utara – Halmahera - Maluku Selatan. Ada teori yang menyatakan penduduk Indonesia berasal dari daratan Cina Selatan, Provinsi Yunan sekarang. Ada juga teori “Nusantara.” Menurut teori pertama Suku bangsa Yunan datang ke Indonesia secara bergelombang. Ada dua gelombang terpenting.4 1. Gelombang pertama terjadi sekitar 3000 tahun yang lalu. Mereka yang pindah dalam pe-riode ini kemudian dikenal sebagai rumpun bangsa Proto Melayu. Proto Melayu disebut juga Melayu Polynesia. Rumpun bangsa Proto Melayu tersebar dari Madagaskar hingga Pasifik Timur. Mereka bermukim di daerah pantai. Termasuk dalam bangsa Melayu Tua adalah suku bangsa Batak di Sumatera, Dayak di Kalimantan, dan Toraja di Sulawesi. 2. Gelombang kedua terjadi sekitar 2000 tahun lalu, disebut Deutero Melayu. Mereka disebut penduduk Melayu Muda. Mereka mendesak Melayu Tua ke pedalaman Nusantara. Termasuk bangsa Melayu Muda adalah suku bangsa Jawa, Minangkabau, Bali, Makassar, Bugis, dan Sunda. 4 146 http://virgiolivia.blogspot.com/ PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN 2018 Menurut teori “Nusantara” penduduk Indonesia tidak berasal dari luar. Teori ini didukung banyak ahli, seperti J.Crawfurd, K.Himly, Sutan Takdir Alisjahbana, dan Gorys Keraf. Menurut para ahli ini penduduk Indonesia (bangsa Melayu) sudah memiliki peradaban yang tinggi pada bada ke-19 SM. Tidak diketahui secara pasti berapa jumlah suku bangsa di Indonesia. Diperkirakan ada 300 sampai 500 suku bangsa yang tinggal di Indonesia. Keragaman suku bangsa di Indonesia antara lain disebabkan oleh: 1. perbedaan ras asal, 2. perbedaan lingkungan geografis, 3. perbedaan latar belakang sejarah, 4. perkembangan daerah, 5. perbedaan agama atau kepercayaan, dan 6. kemampuan adaptasi atau menyesuaikan diri. D. Agama di Indonesia Masyarakat adalah suatu sistem sosial yang menghasilkan kebudayaan.5 Sedangkan agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem atau prinsip kepercayaan kepada Tuhan atau juga disebut dengan nama dewa atau nama lainnya dengan ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang berkaitan dengan kepercayaan tersebut. Agama di Indonesia memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Hal ini dinyatakan dalam ideologi Bangsa Indonesia, Pancasila: “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Sejumlah agama di Indonesia berpengaruh secara kolektif terhadap politik, ekonomi dan budaya. Menurut hasil sensus tahun 2010, 87,18% dari 237.641.326 penduduk Indonesia adalah pemeluk Islam, 6,96% Protestan, 2,9% Katolik, 1,69% Hindu, 0,72% Buddha, 0,05% Kong Hu Cu, 0,13% agama lainnya, dan 0,38% tidak terjawab atau tidak ditanyakan. Dasar hukum yang menjamin kebebasan beragama di Indonesia ada pada konstitusi, yaitu Pasal 28E ayat (1) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 (“UUD 1945”): “Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali.” Pasal 28E ayat (2) UUD 1945 juga menyatakan bahwa setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan. Selain itu dalam Pasal 28I ayat (1) UUD 1945 juga diakui bahwa hak untuk beragama merupakan hak asasi manusia. Selanjutnya Pasal 29 ayat (2) UUD 1945 juga menyatakan bahwa Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduknya untuk memeluk agama. Dengan banyaknya agama maupun aliran kepercayaan yang ada di Indonesia, konflik antar agama sering kali tidak terelakkan. Lebih dari itu, kepemimpinan politis Indonesia memainkan peranan penting dalam hubungan antar kelompok maupun golongan. Program transmigrasi 5 Soerjono Soekanto, 1983 147 PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN 2018 secara tidak langsung telah menyebabkan sejumlah konflik di wilayah Timur Indonesia. Berdasar sejarah, kaum pendatang telah menjadi pendorong utama keanekaragaman agama dan kultur di dalam negeri dengan pendatang dari India, Tiongkok, Portugal, Arab, dan Belanda. Bagaimanapun, hal ini sudah berubah sejak beberapa perubahan telah dibuat untuk menyesuaikan kultur di Indonesia. Dalam Penjelasan pasal 1 Undang-Undang Penodaan Agama dinyatakan bahwa agama-agama yang dipeluk oleh penduduk Indonesia ialah Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan Khong Hu Cu (Confusius). Tapi, hal demikian tidak berarti bahwa agama-agama lain dilarang di Indonesia. Penganut agama-agama di luar enam agama di atas mendapat jaminan penuh seperti yang diberikan oleh Pasal 29 ayat (2) UUD 1945 dan mereka dibiarkan keberadaanya, selama tidak melanggar peraturan perundang-undangan di Indonesia. 1. Islam Indonesia merupakan negara dengan penduduk muslim terbanyak di dunia, dengan 88% dari jumlah penduduk adalah penganut ajaran Islam. Mayoritas muslim dapat dijumpai di wilayah Barat Indonesia seperti di Jawa dan Sumatera. Masuknya agama Islam ke Indonesia melalui perdagangan sekitar abad 7 Masehi. 2. Hindu Kebudayaan dan agama Hindu tiba di Indonesia pada abad 1 Masehi, bersamaan waktunya dengan kedatangan agama Budha, yang kemudian menghasilkan sejumlah kerajaan Hindu-Budha seperti Kutai, Mataram dan Majapahit. 3. Budha Budha merupakan agama tertua kedua di Indonesia, tiba pada sekitar abad 6 Masehi. Sejarah Budha di Indonesia berhubungan erat dengan sejarah Hindu. 4. Kristen Katolik Agama Katolik untuk pertama kalinya masuk ke Indonesia pada bagian pertama abad 7 di Sumatera Utara. Dan pada abad 14 dan 15 telah ada umat Katolik di Sumatera Selatan. Kristen Katolik tiba di Indonesia dibawa oleh bangsa Portugis, yang kemudian diikuti bangsa Spanyol yang berdagang rempah-rempah. 5. Kristen Protestan Kristen Protestan masuk di Indonesia dibawa oleh Kolonial Belanda (VOC), pada sekitar abad 16. Kebijakan VOC yang mengutuk paham Katolik dengan sukses berhasil meningkatkan jumlah penganut Protestan di Indonesia. 6. Konghucu Agama Konghucu berasal dari Cina Daratan dibawa oleh para pedagang Tionghoa dan Imigran. Diperkirakan abad 3 Masehi, orang Tionghoa tiba di kepulauan nusantara. Berbeda dengan agama yang lain, konghucu lebih menitik beratkan pada kepercayaan dan praktik yang individual. E. RAS di Indonesia 148 PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN 2018 Secara bahasa ras berasal dari kata bahasa Latin, radix yang artinya asal atau akar. Didefinisikan secara luas, ras adalah salah satu sistem pengelompokkan atau penggolongan manusia yang ada di muka bumi ini berdasarkan ciri-ciri fisik secara umum. Dengan demikian, ras suatu negara bisa sama atau berbeda dengan negara lain. Dan ada beberapa negara yang memliki ras khusus yang mendiami wilayahnya. Secara umum, ras dapat didefinisikan sebagai sebuah kelompok besar manusia yang memiliki ciri fisik yang sama. Sehingga antara ras satu dengan yang lainnya akan sangat mudah terlihat dari faktor perubahan sosial sebagai penampilan fisiknya. Mulai dari warna kulit, bentuk wajah, warna mata, bentuk badan, dan masih banyak ciri fisik lainnya. Di Indonesia sendiri, keberagaman ras sangat terlihat dan tersebar ke seluruh daerah di Indonesia. Nenek moyang bangsa Indonesia sekarang berasal dari Yunan (Cina Selatan). Namun, sebelum kedatangan nenek moyang bangsa Indonesia, Kepulauan Indonesia sendiri sudah didiami oleh penduduk asli. Macammacam ras yang ada di Indonesia,6 yaitu : 1. Ras Papua Melanesia. Bangsa yang mempunyai ciri kulit hitam, rambut keriting, badan kekar, hidung mancung, dan bibir tebal ini banyak terdapat di Pulau Papua dan Kepulauan Aru yang terkenal dengan sebutan suku Tapiro. Suku Tapiro ini mempunyai ciri-ciri yang sama dengan suku Aeta di Filipina dan suku Semang di Malaysia. Ras Papua Melanesia merupakan suku bangsa asli yang mendiami Indonesia sebelum datangnya nenek moyang bangsa Indonesia. 2. Ras Veddoid Ras Veddoid merupakan ras khusus yang mempunyai ciri sendiri. Orang-orang Veddoid mempunyai ciri, antara lain perawakan kecil, rambut berombak, dan kulit sawo matang. Mereka berasal dari Sri Langka. Suku bangsa di Indonesia yang termasuk ras Veddoid, yaitu Suku Toala di Semenanjung Barat Daya Sulawesi, Suku Tomuna di Pulau Muna, Suku Gayo di sekitar Danau Toba, Suku Kubu di Jambi, Suku Sakai di Siak, dan Suku Tomuna di Kepulauan Mentawai. Suku-suku tersebut mempunyai persamaan ciri dengan Suku Senai di Malaysia. 3. Ras melayu Tua (Proto Melayu) Bangsa Proto Melayu adalah ras yang dianggap sebagai nenek moyang bangsa Indonesia. Meraka berasal dari Daratan Asia atau tepatnya Yunan di Asia Utara dan datang ke Indonesia dalam berbagai gelombang. Bangsa ini adalah bagian dari gelombang pertama yang datang sekitar tahun 200 SM dan bergerak menuju ke Selatan memasuki daerah Indonesia melalui Vietnam (Indo China). Dalam perjalanannya menuju Indonesia, ada beberapa dari mereka yang tinggal di wilayah-wilayah mereka lewati. Sehingga ras ini ada di 6 https://materiips.com/macam-macam-ras-di-indonesia 149 PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN 2018 beberapa negara selain Indonesia. Mereka tersebar di Semenanjung Melayu, Filiphina, Kepulauan Pasifik sampai Madagaskar. Mereka yang datang merupakan ras Melayu Mongoloid, yang mempunyai ciriciri rambut ikal atau lurus, muka bulat, kulit sawo matang, badan tinggi ramping, hidung sedang/lebar, kebudayaan masih asli, menganut paham animisme dan dinamisme, dan membawa kebudayaan zaman batu muda (neolithikum). Suku bangsa di Indonesia yang termasuk golongan ini adalah Suku Batak di Sumatera Utara, Suku Toraja di Sulawesi Selatan, Suku Sasak di Lombok, Suku Nias di Kepulauaun Nias, Suku Kubu di Sumatera Selatan, dan Suku Dayak di Kalimantan Tengah. 4. Ras Melayu Muda (Deutro Melayu) Deutro Melayu sebenarnya juga merupakan golongan Melayu Mongoloid dengan ciri-ciri fisik yang sama. Mereka juga datang dari Yunan (Asia Utara) pada sekitar tahun 500 SM dan dianggap sebagai gelombang kedua datangnya nenek moyang di Indonesia. Selain ciriciri fisik yang sama, Ras melayu Muda mempunyai ciri-ciri antara lain membawa kebudayaan zaman perunggu dan sudah tidak menganut paham animisme dan dinamisme. Di Indoensia mereka dipengaruhi oleh berbagai agama yang ada, seperti agama Hindu dan Budha dari penduduk Indonesia umumnya pada saat itu, agama Kristen dari bangsa Eropa, dan agama Islam dari orang-orang Aceh. Suku bangsa di Indoensia yang masih ada dan termasuk ras Melayu Muda antara lain Suku Jawa, Suku Abli, Suku Madura di Jawa Timur, Suku Banjar di Kalimantan Selatan, Suku Aceh, Suku Minangkabau di Sumatera Barat, dan Suku Bugis di Sulawesi Selatan. 5. Ras-Ras Lain Selain keempat ras yang mendominasi wilayah Indonesia, ada beberapa kelompok bangsa atau ras tertentu yang ikut tinggal di beberapa wilayah Indonesia. Di antara ras-ras tersebut adalah Cina, Jepang, Korea, orang-orang Arab, Pakistan, dan India. Orang-orang Cina, Jepang, dan Korea merupakan kelompok ras Mongoloid Induk atau Asiatic Mongoloid. Sedangkan orang-orang Arab, Pakistan dan India merupakan kelompok ras Kaukasoid. Semua ras di Indonesia tersebut menjadikan Indonesia menjadi masyarakat majemuk yang mempunyai beraneka ragam budaya, suku bangsa, dan agama. Hal ini dapat terjadi karena percampuran/pergaulan antar kelompok. Keanekaragaman ini dapat menjadi salah satu faktor pendorong dari ras itu sendiri. Diharapkan dengan berbagai suku, ras, dan agama yang terbentuk dari perpaduan yang ada menjadikan Indonesia lebih kuat dan lebih besar. Kita mempunyai kemajemukan dari ras sebagai salah satu aset pembangunan nasional. Karena Tuhan menciptakan manusia dengan berbagai bentuk untuk saling melengkapi. F. 150 Antar Golongan di Indonesia PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN 2018 Keberagaman antara golongan/kelompok dalam masyarakat merupakan suatu gejala yang selalu ada dalam setiap kehidupan manusia. Pastinya kita menyadari bahwa sejak lahir sampai meninggal dunia menjadi anggota kelompok dan terikat dengan kelompok. Sejak lahir kita menjadi anggota keluarga, menjadi warga desa, kecamatan, kabupaten, provinsi dan negara. Kita juga akan menjadi anggota berbagai macam dan jenis kelompok, mulai menjadi kelompok teman bermain, organisasi sekolah, organisasi bidang sosial, politik seni, ekonomi dan lain sebagainya. Jadi manusia itu sangat terikat dengan kelompok dan hidup bersama dalam kelompok serta tidak mungkin lepas dari suatu kelompok (menyendiri tanpa berinteraksi dengan orang lain). Oleh sebab itu para ahli sosiologi memandang kelompok/golongan tersebut merupakan unsur yang sangat penting dalam masyarakat dan tidak mungkin masyarakat tanpa ada kelompok sosial di dalamnya. Para sosiolog banyak mendefinisikan antargolongan dengan istilah kelompok sosial. Ada yang membedakan istilah golongan/kelompok dari jabatan yang dimiliki. Dalam kajian sosial, adanya perbedaan golongan/kelompok juga diakibatkan adanya status dan peranan sosial. Status/kedudukan umumnya didefinisikan sebagai suatu peringkat/ posisi seorang dalam suatu kelompok/posisi suatu kelompok dalam hubungannya dengan kelompok lainnya. Setiap orang mungkin mempunyai sejumlah status dan diharapkan mengisi peran yang sesuai dengan status itu. Dalam arti tertentu, status dan peran adalah dua aspek dari gejala yang sama. Keberagaman Antar Golongan Struktur masayarakat menurut Syarif Moeis (2008) yaitu: 1. Secara horizontal ditandai oleh kenyataan adanya kesatuan kesatuan sosial berdasarkan perbedaan perbedaan suku bangsa, agama, adat istiadat dan kedaerahan. 2. Secara vertikal ditandai oleh lapisan atas dan lapisan bawah yang cukup tajam. Dalam sosiologi, lapisan dalam masyarakat disebut “Social Statification” atau kelas sosial. 3. Kelas sosial dan kesatuan sosial membentuk golongan di masyarakat yang terdiri dari 2 orang atau lebih dan mempunyai hubungan satu sama lain dalam sebuah struktur.7 Adanya keberagaman antar golongan harus menjadi pendorong terwujudnya persatuan dan kesatuan bangsa, dan pendorong tumbuhnya kesadaran setiap warga negara akan pentingnya pergaulan demi memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa. Golongan kelas tinggi membantu golongan kelas rendah. Dalam hal ini ciri golongan tidak ditonjolkan demi kepentingan nasional. Meskipun berbeda-beda golongan namun seluruh warga negara hidup dalam satu ikatan yang kuat, tanah air Indonesia. Semboyan Bhineka Tunggal Ika, yang merupakan ciri bangsa Indonesia harus selalu 7http://hernandaachmad.blogspot.com/2017/11/keberagaman-dalam-ukuagamarasdanantar.html 151 PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN 2018 dilestarikan dan dijadikan dasar bagi persatuan dan kesatuan bangsa. Keberagaman antargolongan/antarkelompok dalam masyarakat harus dijadikan potensi untuk mempersatukan bangsa, sebab pada prinsipnya antara golongan yang satu dengan golongan lainnya saling membutuhkan. Dalam perusahaan golongan atas (atasan) akan membutuhkan golongan bawah (bawahan/karyawan) dan begitu juga dalam pemerintahan, pejabat pemerintah membutuhkan rakyat. Terhadap SARA (singkatan dari kata suku, agama, ras, dan antargolongan) yang merupakan singkatan/akronim resmi dalam Bahasa Indonesia dapat kita pahami : 1. Perilaku toleran dalam hehidupan beragama dapat dilaksanakan dengan: a. Melaksanakan ajaran agama yang dianutnya dengan baik dan benar. b. Menghormati agama yang diyakini orang lain. c. Tidak memaksakan keyakinan agama yang dianutnya kepada orang lain. d. Toleran terhadap pelaksanaan ibadah yang dianut pemeluk agama lain. 2. Perilaku toleran terhadap keberadaan Suku dan Ras di Indonesia Perilaku toleran terhadap keberagaman suku dan ras dapat dilakukan dengan berperilaku baik kepada semua orang tanpa memandang latar belakangnya. 3. Perilaku toleran terhadap keberadaan Sosial Budaya Perilaku toleran terhadap keberagaman sosial budaya dapat dilakukan dengan : a. Mengetahui keberagaman budaya yang dimiliki Bangsa Indonesia. b. Mempelajari dan menguasai salah satu seni budaya sesuai dengan minat dan kesenanganya. c. Merasa bangga terhadap budaya bangsa sendiri. d. Menyaring budaya asing yang masuk ke dalam Bangsa Indonesia G. Peranan Agama Islam dalam Mewujudkan Persatuan dan Kesatuan Bangsa Secara naluriah manusia tidak dapat hidup secara individual. Sifat sosial pada hakikatnya adalah anugerah yang diberikan oleh Allah SWT agar manusia dapat menjalani hidupnya dengan baik. Dalam faktanya manusia memiliki banyak perbedaan antara satu individu dengan individu lainnya, di samping tentunya sejumlah persamaan. Perbedaan tersebut kalau tidak dikelola dengan baik tentu akan menimbulkan konflik dan perpecahan dalam kehidupan bermasyarakat. Dari kenyataan tersebut perlu dicari sebuah cara untuk dapat mewujudkan persatuan dan kesatuan. Pendekatan terbaik untuk melakukan tersebut adalah melalui agama. Secara normatif agama Islam lebih khusus al-Qur’an banyak memberi tuntunan dalam rangka mewujudkan persatuan dan 152 PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN 2018 kesatuan dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa. Beberapa prinsip yang diajarkan al-Qur’an untuk tujuan tersebut antara lain: 1. Prinsip persatuan dan persaudaraan. 2. Prinsip persamaan. 3. Prinsip kebebasan. 4. Prinsip tolong-menolong. 5. Prinsip perdamaian. 6. Prinsip musyawarah Persatuan dan kesatuan bangsa merupakan hal yang sangat penting demi berlangsungnya kehidupan suatu bangsa. Ada beberapa hal yang dapat menjadi perekat persatuan dan kesatuan bangsa diantaranya adalah bahasa dan agama.8 Agama Islam yang merupakan agama yang dianut oleh sebagian besar penduduk Indonesia secara historis telah memberikan kontribusi yang signifikan dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa baik ketika merebut kemerdekaan maupun pasca kemerdekaan. Hal ini sangat mungkin didorong oleh ajaran Islam yang memang sangat menganjurkan persatuan dan persudaraan. Sebagaimana dikemukakan bahwa fenomena keberagaman manusia dapat dilihat dari normativitas ajaran wahyu dan historisitas, demikian pula Islam dapat dilihat segi normativitasnya dan historisitasnya, sepak terjang umat Islam dalam mengupayakan persatuan dan kesatuan bangsa.9 Di Negara Kesatuan Republik Indonesia agama dapat menjaga persatuan dan kesatuan bangsa apabila : 1. Umat berbagai agama mempunyai komitmen bersama pada persatuan bangsa dengan pemahaman yang sama (common) tentang konsep dan wawasan kebangsaan Indonesia dengan segala implikasinya 2. Jika umat berbagai agama mempunyai komitmen bersama pada citacita keadilan dan kesejahteraan. Kita bersama-sama berjuang menegakkan keadilan dan menciptakan kesejahteraan umum sebagai perwujudan cinta kasih dan pengabdian kepada sesama. Pada gilirannya, hal itu merupakan penjabaran iman, cinta kasih, dan pengabdian kepada Tuhan, sekalipun melalui agama yang berbedabeda. 3. Jika umat berbagai agama dapat mengembangkan pemahaman bersama tentang kedudukan agama dalam negara Pancasila. Ini meliputi pengertian tentang UUD 1945, terutama ideologi Pancasila, sebagai sumber hukum, dan tentang kebebasan beragama serta implementasinya secara konsisten. Mengembangkan kebersamaan dalam pengertian-pengertian itu dengan segala implikasinya yang luas merupakan masalah yang kompleks. Hal itu akan memerlukan proses dialog terus-menerus, dengan kejujuran, keterbukaan, ketekunan, kesabaran dan kehendak baik semua golongan agama. 8 9 Kartodirjo, 1999 hlm. 373 Amin Abdullah, 1996 hlm. v 153 PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN 2018 Agama memberikan penerangan kepada manusia dalam hidup bersama termasuk dalam bidang politik atau bernegara, penerangan itu antara lain. 1. Perintah untuk Bersatu Islam melalui al-Qur’an menganjurkan agar antar kelompok, antar golongan maupun antar partai saling melakukan ta’aruf (perkenalan). ََ َِّ َي َ َُّ َر َك ْ ذ ِن ْ م ُم َاك ْن لق نا خ َّاسُ إ ها الن يا أ ٍ َْ ُْ َ ًُو َا ِل َب َق با و ْ شُع ُم َاك لن َع َج ٰ و َى نث َأ و َِّ َْ ََ َّ د ِاَّلل ِ ِن ْ ع ُم مك ْر َك ن أ ۚ إ ُوا َف َار َع لت َ َِّ ْأ ٌ َّ ن ِير َب ٌ خ ِيم َل اَّللَ ع ْ إ ُۚ م َاك تق “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsabangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal“. (Qs. Al-Hujurat : 13). ًم ََ َِّ ََِاح َ ن َُّ َُّ نا َأ دً و ة و ْ أ ُم ُك مت ِ أ ِه ٰذ ه َإ و ََّا َُّ تق ْ ف ُم بك ر ُِون “Sesungguhnya (agama tauhid) ini, adalah agama kamu semua, agama yang satu, dan Aku adalah Tuhanmu, maka bertakwalah kepada-Ku”. (Qs. al-Mukminun : 52) Pemahaman terhadap dua ayat di atas menunjukkan bahwa manusia diciptakan bersuku-suku, bahwa manusia adalah umat yang satu. Ini berarti berbagai suku, berbagai golongan, berbagai kelompok, termasuk di dalamnya kelompok politik atau yang lainnya supaya tetap bersatu. Pengikat persatuan adalah takwa. Karakter takwa antara lain menjalankan semua perintah Allah sejauh yang diketahui dan menjauhi larangan-Nya. Jadi, ukurannya gampang kalau orang itu takwa pasti iman dan senang bersatu dan menjaga persatuan dan kesatun. 2. Larangan untuk Saling Curiga Islam melarang kepada semua orang baik dalam kapasitasnya sebagai individu, sebagai kelompok sosial, maupun kelompokkelompok yang lain termasuk kelompok politik untuk saling curiga, saling melecehkan atau yang semakna dengannya. َّ ها ََ آ َي َ َُّ ًا ِير َث ُوا ك ِب َن ْت ُوا اج من ِين الذ يا أ ِْ ََ َِّ َ ن َل ٌ و ۖث م َّنِ إ ْضَ الظ بع َّنِ إ َ الظ ِن م 154 PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN 2018 ََ َ َ ْ َ ْ َ َل ُّ َُ يحِب ۚ أ ًا ْض بع ُم ُك ْض بع َب ْت يغ َسَّسُوا و تج َْ َُ َ ِ َ ن ًا ْت مي َخِيه َ أ ْم َ َلح ُل ْك يأ ْ أ ُم دك َح أ َِّ َ َاَّلل َّ َ ِْ ٌ ُُو َّ ن َّ ُوا َّاب تو اَّللَ إ ۚ اتق ه و ۚ ُم هت َر َك ف ٌ َحِيم ر “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang“. (Qs. Al-Hujurat : 12). Dengan demikian, terhadap orang lain atau kelompok lain haruslah saling mengembangkan husnuzhan (berprasangka baik). Kalau masing-masing kelompok saling menaruh husnuzhan tentu akan mempererat hubungan mereka sebagaimana yang dimaksud dalam ayat 13 surat al-Hujarat tersebut. Akibatnya dari pelecehan, pasti timbul saling mencurigai di antara mereka. Saling curiga tentu mudah menigkat menjadi disintegrasi bahkan konflik di antara mereka. Sebagai bangsa akan menjadi lemah jika elemen-elemen di dalamnya saling mencurigai dan bertikai. Itulah sebabnya Allah melarang umat yang saling bercerai berai. Sebaliknya orang yang tetap istiqamah dalam kesatuan umat, mereka itulah sebagai orang yang mempererat petunjuk ilahi dan dapat merasakan kenikmatan bersaudara (bersatu). Mencermati perintah Allah agar kita bersatu dan larangan-Nya untuk bercerai berai itu ternyata akibatnya kembali kepada manusia itu sendiri. “Bersatu kita teguh bercerai kita runtuh” merupakan kesimpulan padat dari perintah untuk bersatu dan larangan bercerai. Adapun peran umat Islam dalam upaya mewujudkan integrasi bangsa maka dapat dilihat dari perjuangan politik umat Islam baik pada masa pra kemerdekaan maupun pasca kemerdekaan. 1. 10 Pra Kemerdekaan Untuk meraih kemerdekan umat Islam bersama-sama dengan umat lainnya berusaha mengusir penjajah. Kebersaman itu lahir menurut Ernes Renan karena didorong oleh perasan senasib yakni ditindas oleh penjajah asing.10 Dan satu hal yang terpenting menurut Kartodirdjo bahwa identitas kafir yang diberikan pada penjajah asing menjadi dorongan umat Islam untuk menyerukan perang sabil atau Dalam Rustam, 1999 hlm. 82 155 PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN 2018 jihad.11 Sehingga pada masa itu slogan-slogan seperti hidup mulia atau mati syahid, hubbul wathon minal iman (cinta tanah air sebagian dari iman) menggema hampir di seluruh dada bangsa Indonesia. Seperti yang dikemukakan oleh Ma’arif 12, slogan-slogan itu dikobarkan oleh umat Islam untuk membakar semangat bangsa Indonesia melawan penjajah asing. Teriakan-teriakan Allahu Akbar yang selalu mewarnai pertempuran bangsa Indonesia seakan terkesan kalau bangsa Indonesia adalah semuanya umat Islam. Dengan adanya hal-hal seperti di atas maka dapat dipahami kalau agama dapat mengokohkan semangat nasionalisme. Melihat kenyataan penindasan yang dialami bangsa Indonesia maka mendorong umat Islam untuk mendirikan organisasi yang bergerak pada sosial keagamaan, seperti Muhammadiyah (1912), Al Irsyad (1914), Persis (1923) dan NU. Dan organisasi yang bergerak di bidang politik adalah Sarekat Islam pada tahun 1911 sebagai organisasi politik Indonesia pertama.13 Adanya kesadaran pentingnya persatuan di kalangan organisasi Islam maka K.H. Mas Mansur, (Muhammadiyah). K.H.Abdul Wahab Chasbullah (NU) dan pemimpin Islam lainnya seperti dari Al Irsyad, Al Islam mendirikan federasi MIAI (Majelis Islam A’la Indonesia) di Surabaya pada tanggal 21 September 1937 dengan penyebab melihat usaha politik Islam yang belum mantap dan mewujudkan persatuan seperti yang diserukan Al Qur’an.14 Perjuangan umat Islam agar Islam memiliki kedudukan strategis dalam politik terlihat dengan adanya Piagam Jakarta. Namun akhirnya pada tanggal 18 Agustus 1945 karena adanya desakandesakan pihak lain maka wakil-wakil Islam menyetujui dihapusnya 7 kata dalam Piagam Jakarta. Sebagian orang melihat hal itu sebagai kekalahan politik umat Islam, namun pada hakekatnya seperti yang dikemukakan oleh Alamsyah (menteri agama ketika Itu) hal tersebut merupakan hadiah Umat Islam terhadap bangsa Indonesia dalam menjaga Persatuan dan Kesatuan. Ternyata pada saat yang lalu sebagian umat Islam yang diserukan oleh partai politik Islam seperti PPP, PK dan PBB menuntut kembali diberlakukannya Piagam Jakarta. Tanggapan masyarakat pun bermacam-macam, namun yang paling bijaksana jika semangat Piagam Madinah yang dikedepankan demi terjaganya persatuan bangsa ini. 2. 11 12 13 14 156 Pasca kemerdekaan. Dengan adanya kesempatan mendirikan partai politik setelah kemerdekaan sebagai sarana mewujudkan demokrasi maka umat Islam tidak menyia-nyiakannya untuk menggalang kekuatan politik umat Islam. Hal ini dibuktikan dengan didirikannya partai politik Ibid, 372 Ma’arif, 1984, hlm. 98 Benda, 1980 Maarif,1996 hlm. 16 PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN 2018 Islam yaitu Masyumi.15 Menurut Syadzali bahwa Masyumi disamping bertujuan menegakan kedaulatan rakyat Indonesia juga untuk menegakan agama Islam. Namun akhirnya dalam perjalanan selanjutnya timbul perpecahan terlihat dengan PSII keluar dari Masyumi yang kemudian diikuti oleh NU mendirikan partai politik sendiri. Kemudian partai-partai politik yang berbeda itu selanjutnya pada masa orde baru difungsikan menjadi satu yakni PPP (Partai Persatuan Pembangunan), hal ini pun tidak memuaskan umat Islam karena aspirasi politik umat Islam banyak yang tidak tertampung. Dan satu hal yang cukup penting terjadi pemerintah membentuk MUI (Majelis Ulama Indonesia) sebagai partisipasi umat Islam dalam memetakan kebijakan pemerintah, semula organisasi ini cenderung hanya sebagai alat pemerintah namun pada era reformasi ini MUI sudah mulai independen untuk menyuarakan suara Islam. Partisipasi umat Islam dalam mengisi kemerdekaan memang sangat signifikan baik dilihat dari organisasi sosial keagaamaannya maupun politiknya. Seperti muhammadiyah dengan perjuangan dalam pendidikan dan kesehatan masyarkat hal ini juga bersinergi dengan golongan muslinm lain seperti NU, Al Irsyad Persis dan lainnya. Adapun hubungan Umat Islam dalam konteks kenegaraan dapat dilihat dalam keterangan di bawah ini. Perjuangan umat Islam agar agama Islam menjadi dasar negara sudah terlihat sejak pra kemerdekaan pada sidang BPUPKI.16 Tokoh Islam seperti K.H. Wahid Hasyim, Ki Bagus hadikusumo, K.H. Ahmad Sanusi, dan Kahar Muzakar, sangat gigih memperjuangkan hal tersebut. Dengan berbagai alasan utama seperti yang dikemukakan oleh Natsir bahwa Islam memuat peraturan-peraturan dan pelaksanannya sangat memerlukan kekuasaan atau pemerintah,17 dan seperti yang dikemukakan oleh Hadikusumo bahwa al-Qur’an sangat berkepentingan dengan politik dan duniawi, pendapat ini juga didukung oleh tokoh-tokoh Islam yanga lain. persolan ini menjadi polemik dan akhirnya diperoleh kompromi dengan lahirnya Piagam Jakarta. Hal inilah yang menjadi dorongan agar hukum Islam terlegitimasi dan diaktualisasikan melalui kekuasan negara. Pandangan tersebut melahirkan perbedaan yang tajam antara kaum modernis dan kaum tradisonal. Kaum tradisionalis berpendapat bahwa untuk menjalankan syariat Islam harus ada legitimasi dari negara, bahkan kalau bisa menjadi dasar negara. Puncak dari ambisi sebagian umat Islam itu terlihat dengan adanya gerakan DI/TII, NII dan Aceh Merdeka. Sementara kaum modernis berpandangan meskipun dalam menjalankan syariat Islam perlu adanya kekuasan dalam hal ini negara namun adanya label negara Islam tidak menjamin 15 16 17 Ma’arif, 1984 hlm. 110 (Maarif, 1984 : 102). (Sjadzali, 1990:193) 157 PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN 2018 dilaksanakannya syariat Islam. oleh karena menurut mereka yang terpenting adalah nilai-nilai Islam termuat dalam peraturan negara. 3. 18 19 20 21 22 23 158 Upaya umat Islam Mewujudkan Integrasi Baik secara Internal maupun Eksternal Disamping pluralitas agama di Indonesia yang sudah menjadi kenyatan historis, dalam kehidupan umat Islam, pluralitas merupakan suatu hal yang biasa ditemui baik dalam organisasi kemasyarakatan, organisasi politik maupun pemahaman terhadap ajaran agama Islam itu sendiri. Organisasi kemasyarakatan dalam Islam sangat beragam seperti Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, Al-Jam’iyyatul Washliyyah, Persatuan Umat Islam (PUI), Mathlaul Anwar, Ar-Rabithah, Persatuan Islam (PERSIS) dan Darul Dakwah wal Irsyad.18 Demikian pula dalam organisasi politik Islam seperti Nahdlatul Ulama (NU), Muslimin Indonesia (MI), Masyumi dan Perti.19 Kemudian seiring dengan perubahan zaman organisasi politik Islam di masa orde baru difusikan menjadi PPP dan berkembang lagi di era reformasi menjadi PKB, PNU, PPP, PAN, PBB, Daulat Umat, dan lainnya. Semua keberagamaan itu semestinya menjadi sumber dinamika dalam mencapai kemajuan karena adanya kesamaan yang dimilikinya. Dalam hal itu memerlukan menejemen yang bagus dari semua pemimpin untuk mengarah terciptanya persatuan dan persatuan sebagai upaya mendukung terwujudnya integritas nasional. Selanjutnya pluralitas yang sangat menonjol dan banyak menyita perhatian umat Islam adalah perbedaan dalam pemahaman terhadap ajaran Islam terutama di sekitar fiqh. Perbedaan fiqhiyyah seringkali berubah menjadi bendera, identitas ke-Islaman suatu kelompok. Menurut Yusuf Qordhowi perbedaan masalah fiqhiyyah adalah suatu kemestian. Sebagaimana terdapat dalam ungkapan “perbedaan umatku adalah rahmat“.20 Dan semestinya perbedaan fiqhiyyah tidak menimbulkan fitnah, karena di kalangan Imam Madzhab sendiri meski banyak perbedaan namun mereka tetap saling hormat menghormati.21 Seperti yang ditulis oleh sayyed Husain Nasr,22 bahwa umat Islam dalam usahanya mengaktualisasikan nilai-nilai terbagi dalam berbagai tipe yakni muslim modernis, muslim tradisionalis, muslim mesianis dan muslim fundamentalis. Masingmasing memiliki kekhasan tersendiri dalam berekspresi di panggung sejarah kehidupan yang tak dapat dipungkiri menjadi perbedaanperbedaan. Dan menurut Fuad Ansyari,23 bahwa adanya perpedaanperbedaan yang akhirnya meimbulkan perpecahan di kalangan umat Islam di Indonesia disebabkan karena adanya perbedaan paham ( Rais , 1996 : 163 ) Maarif, 1996 hlm. 39 dan Karim, 1992 hlm. 11 Yusuf Qordhowi, 1995 hlm. 70 Kahar, 1995 hlm. 5. dalam Amin Abdullah, 1996 hlm. 67 Fuad Ansyari, 1990 hlm. 20 PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN 2018 mengenai acuan Islam terutama dalam ibadah Mahdah, visi politik dari beberapa tokoh Islam dan adanya interes pribadi yang terselubung dalam aktivitas dakwah Islamiyah. Untuk menjembatani perbedaan-perbedan yang terjadi di kalangan umat Islam menurut Nurcholis Majid diperlukan keterbukaan.24 Untuk memperkuat pendapatnya Nurcholis menyitir surat al-An’am (6) : 159, al-Qur’an mengingatkannya jangan berlebihlebihan dalam beragama. Sementara itu menurut Fananaie dan Ansyari hendaknya dialog intern umat Islam dihidupkan untuk memecahkan persolan secara bersama-sama dan lebih baik lagi agar terjalin kerja sama. Sedangkan upaya integrasi umat Islam dengan umat agama lainnya, seperti yang dituntun oleh al-Qur’an adalah mencari ttik temu (kalimatun sawa) karena menyadari adanya truth claim yang melekat dalam jiwa pemeluk-pemeluk agama. Titik temu itu menurut Amin Abdullah dapat dilakukan dengan melalui perjumpaan dan dialog yang konstruktif untuk membahas masalah-masalah di luar teologis yakni masalah kemanusian seperti kemiskinan, lingkungan hidup dan HAM, diharapkan dengan adanya dialog seperti itu maka akan timbul tolerasi terhadap perbedaan yang ada sehingga persatuan dan kesatuan umat dapat terwujud. Upaya ini terlihat dengan adanya konferensi antar umat beragama. Kerukunan umat beragama di Indonesia memang sangat tampak, hal ini merupakan bagian dari usaha pemerintah dalam mewujudkan tiga kerukunan beragama. Dengan adanya upaya-upaya diatas maka niscaya persatuan dan kesatuan bangsa akan tetap terjaga meski dalam nuansa perbedaan agama maupum perbedaan intern umat beragama. H. Kesimpulan Sara adalah singkatan dari kata suku, agama, ras, dan antargolongan. Istilah suku, agama, ras, dan antargolongan apabila disingkat yaitu menjadi sara. Merupakan singkatan/akronim resmi dalam Bahasa Indonesia. Islam sebagai agama yang dianut oleh sebagian besar penduduk Indonesia dapat berfungsi sebagai salah satu alat perekat integrasi nasional. Hal ini karena nilai-nilai universal yang terkandung dalam ajaran agama Islam. Bila nilai-nilai itu dipahami dan diaktualisasikan maka Islam benar-benar menjadi rahmat bagi seluruh alam, tidak hanya menurut orang Islam tapi seluruh umat manusia mengakuinya. Dan secara historitas umat Islam telah mengupayakan baik sebelum kemerdekaan maupun pasca kemerdekaan. Pluralitas yang biasa ditemui dalam kehidupan bangsa Indonesia menjadi sumber dinamika dalam membangun negeri ini. I. Daftar Pustaka Al-Qur’anonline.com 24 dalam Malik, 1998 hlm. 220 159 PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN 160 2018 Amin, Masyhur. 1995. Dinamika Islam. Yogyakarta : LKPSM. Ansyari Fuad. 1990. Strategi Umat Islam di Indonesia. Bandung : Mizan. Ashraf, Adudus Salam. 1995. Bahaya ashabiyyah bagi Keimanan Muslim. Panji Masyarakat No. 820.1-10 maret 1995. Assegaf, Arifin. 2001. Memahami sumber Konflik antar Iman (ed) Suwartana dan kawan–kawan dalam Pluralisme Konflik dan Pendidikan Agama di Indonesia. Yogyakrta : Pustaka Pelajar. Boisard, Marcel. 1980. Humanisme dalam Islam. Jakarta : Inter Masa. Departemen Agama RI. 1994. Al-Qur’an dan terjemahannya. Jakarta : Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-Qur’an. Fananie Zainudin. 2000. Sumber Konflik masyarakat Muslim Muhammadiyah-NU. Surakarta : Muhammadiyah Universitas Press. Harry J. 1980. Bulan Sabit dan Matahari terbit Islam Indonesia pada mmasa pendudukan Jepang. Jakarta :Pustaka Jaya Imarah. 1999. Islam dan Pluralitas. Jakarta : Gema Insani Press. Karim, Rusli. 1992. Islam dan konflik politik era orde baru. Yogyakarta : Media Widya Manelala . Kahar, Masyhur. 1965. The spirit of Islam. London : Mehtesen Press. Kartodirdjo Sartono. 1992. Pengantar Sejarah Indonesia Baru 15001990. Jakarta : Gramedia. Malik, Dedi Jamaluddin. 1989. Zaman baru Islam Indonesia. Bandung : Zaman Wacana Mulia. MR Kurnia. 2002. Al-Jamaah, Tafarruq dan Ikhtilaf. Bogor: Al Azhar Press Ma’arif, Ahmad Syafi’i. 1996. Islam dan praktek teori belah bambu masa demokrasi terpimpin. Jakarta : Gema Insani Press. ____________. 1984. Islam dan Masalah Kenegaraan. Jakarta :LP3ES. Nasr, Sayyed Husein. 1975. Ideals and realitas of Islam. Boston : Beacan Press. Nurcholish Madjid. 1999. Cita-Cita Politik Islam Era Reformasi. Jakarta: Paramadina Qardhawi, Yusuf. 1991. Al Shahwah al Islam, Baina al Ikhtilaf al masyruwa al tafaruq al madzum ( Ainur Rafiq Saleh, penerjemah ). Jakarta : Rabbani Press. Rais, Amin. 1996. Cakrawala Islam antara cita dan fakta. Bandung : Mizan. Rustam. 1999. Pengantar Ilmu Sejarah, Sejarah tentang Filsafat, Sejarah Filsafat dan Iptek. Jakarta : Rineka Cipta. Sjadzali, Munawir. 1990. Islam dan tata Negara : Ajaran Sejarah dan Pemikiran . Jakarta : UI Press