BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia memerlukan harta untuk mencukupi segala kebutuhan hidupnya. Salah satu cara memperoleh harta adalah bekerja, sedangkan salah satu ragam dari bekerja adalah berbisnis. Dalam berbisnis, manusia pasti membutuhkan dan menggunakan modal. Dengan berbisnis, amnusia dapat mengembangkan modalnya. Dalam ilmu ekonomi, modal diartikan sebagai alat yang berguna untuk produksi selanjutnya. Alat ini dalam berbagai bentuk, seperti mesin pabrik, mesin kantor, bangunan toko, bangunan yang disewakan, kendaraan dan lain sebagainya yang digunakan untuk menghasilkan lebih lanjut. Guna mencapai produksi yang lebih besar orang senantiasa memikirkan bagaimana meningkatkan modal, yaitu dengan cara melakukan bisnis, atau menabung dengan tujuan kelak akan digunakan untuk menambah kekuatan modalnya. Dalam zaman modern ini, banyak manusia yang menghalalkan segala cara untuk mengembangkan modalnya, tanpa mematuhi ajaran islam, sehingga merugikan banyak pihak, dan hanya menguntungkan sekelompok individu. Praktik pengembangan modal yang tidak sesuai dengan ajaran islam yang terjadi saat ini seperti penggunaan uang pelicin saat perizinan usaha, menyimpan uang dalam rekening koran yang berbunga, penayangan iklan yang tidak senonoh, pembuatan pub, diskotik, panti pijat, dan sebagainya. Islam memberikan solusi dengan konsepnya tentang bagaimana mengembangkan modal yang benar dan tidak merugikan diri sendiri dan orang lain. Salah satu caranya adalah berbisnis sesuai dengan ajaran islam. Dalam berbisnis, menurut islam, modal atau harta harus dikembangkan dengan memperhatikan cara perolehan dan penggunaannya (aturan halal dan haram). 1|Pengembangan Modal Dalam Islam B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana pandangan mengenai modal dalam islam ? 2. Bagaimana cara pengumpulan modal menurut syariat islam ? 3. Bagaimana pengembangan bisnis dalam bingkai syariah ? C. Tujuan 1. Dapat mengetahui pandangan islam mengenai modal dalam bisnis. 2. Dapat mengetahui cara pengumpulan modal yang sesuai dengan syariat islam. 3. Dapat mengetahui pengembangan bisnis dalam bingkai syariah. 2|Pengembangan Modal Dalam Islam BAB II PEMBAHASAN A. Modal Dalam Bisnis : Faktor Vital Dalam Produksi Secara bahasa (Arab) modal atau harta disebut al-māl (mufrad-tunggal), atau al-amwāl (jama’- jamak). Secara harfiah, al-māl (harta) adalah mā malaktahu min kulli syay. Artinya segala sesuatu yang engkau punyai. Adapun dalam istilah syar’i, harta diartikan sebagai segala sesuatu yang dimanfaatkan dalam perkara yang legal menurut syara’ (hukum islam), seperti bisnis, pinjaman, konsumsi, dan hibah (pemberian). Yang termasuk dalam kategori al-amwāl (harta kekayaan) adalah uang, tanah, kendaraan, rumah, perhiasan, perabotan rumah tangga, dan pakaian.1 Dalam ilmu fikih, dinyatakan oleh kalangan hanafiyah bahwa harta itu adalah sesuatu yang digandrungi oleh tabiat manusia dan mungkin disimpan untuk digunakan saat dibutuhkan. Namun, harta tersebut tidak akan bernilai kecuali bila dibolehkan menggunakannya secara syari’at.2 Modal merupakan aset yang digunakan untuk membantu distribusi berikutnya. Menurut Prof.Thomas, hak milik individu dan negara selain tanah digunakan dalam menghasilkan aset berikutnya disebut modal. Dikatakan bahwa modal dapat memberikan kepuasan pribadi dan membantu untuk menghasilkan kekayaan lebih banyak, asalkan dikelola dengan benar dan tepat sasaran.3 M.A. Mannan berpendapat, bahwa modal adalah sarana produksi yang menghasilkan, bukan sebagai faktor produksi pokok, melainkan sebagai sarana untuk mengadakan tanah dan tenaga kerja. Semua benda yang menghasilkan 1 Muhammad Djakfar, Hukum Bisnis – Membangun wacana integrasi Perundangan Nasional dengan Syariah, (Malang : UIN Maliki Press,2016), Hlm. 127 2 Nurul Huda dan Mustafa Edwin Nasution, Investasi Pada Pasar Modal Syariah (Jakarta: Prenadamedia Group, 2007) hlm 3 3 Djakfar, Hukum, Hal. 128 3|Pengembangan Modal Dalam Islam pendapatan selain tanah harus dianggap sebagai modal termasuk barang-barang milik umum.4 Capital (modal) adalah semua bentuk kekayaan yang dapat digunakan, langsung maupun tidak langsung, dalam produksi untuk menambah output (hasil produksi). Lebih khusus dapat dikatakan bahwa capital terdiri dari barang-barang yang dibuat untuk penggunaan produksi pada yang akan datang. Ini meliputi pabrik-pabrik dan alat-alat, bangunan dan sebaginya. Capital sebagai alat pendorong perkembangan ekonomi meliputi investasi dalam pengetahuan teknik, perbaikan-perbaikan dalam pendidikan, kesehatan dan keahlian. Selain itu, juga termasuk sumber-sumber yang menaikkan tenaga produksi, yang semuanya membutuhkan kepandaian penduduknya. Dengan kata lain, dalam pertumbuhan ekonomi jangka panjang fungsi capital yang menaikkan produktivitas itu tidak saja beerupa aset berwujud, tetapi juga berwujud human capital.5 Sehingga, dari beberapa penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan modal adalah harta baik berupa uang, barang, peralatan, kemampuan sember daya manusia, dan lain-lain yang dapat digunakan untuk menghasilkan aset berikutnya dengan memperhatikan syariat islam dalam pengolahannya. Modal menurut pengertian ekonomi adalah barang atau hasil produksi yang digunakan untuk menghasilkan produk lebih lanjut atau produk yang baru. Misalkan, orang membuat jala untuk mencari ikan. Dalam hal ini jala merupakan barang modal, karena jala merupakan hasil produksi yang digunakan untuk menghasilkan atau mendapatkan produk lain yaitu berupa ikan. Pentingnya modal dalam kehidupan manusia ditunjukkan dalam al-qur’an surat Ali Imrān ayat 14 yaitu : 4 Rozalinda, Ekonomi Islam : Teori dan Aplikasinya pada Aktivitas Ekonomi. (Jakata : PT. Raja Grafindo, 2015). Hlm. 114 5 Irawan, Supramoko, Ekonomika Pembangunan, (Yogyakarta: BPFE, 1996), Hlm. 75 4|Pengembangan Modal Dalam Islam َ ِّاء َوا ْلبَن ير ا ْل ُمقَ ْن َط َر ِّة َّ ب ال ِّ ش َه َوا ِّ س ِّ َين َوا ْلقَن َ ِّت ِّم َن الن ِّ َُّز ِّي َن ِّللن ُّ اس ُح ِّ اط َّ ب َوا ْل ِّف ع ا ْل َحيَا ِّة ُ ث ۗ َٰذَ ِّلكَ َمتَا ِّ س َّو َم ِّة َو ْاْل َ ْنعَ ِّام َوا ْل َح ْر َ ض ِّة َوا ْل َخ ْي ِّل ا ْل ُم ِّ ِّم َن الذَّ َه ب ْ َّللاُ ِّع ْن َدهُ ُح َّ ال ُّد ْنيَا ۖ َو ِّ س ُن ا ْل َمآ “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan disisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” Kata “mata’un” berarti modal karena disebut emas dan perak, kuda yang bagus dan ternak (termasuk bentuk modal yang lain). Kata “zuyyina” menunjukkan kepentingan modal dalam kehidupan manusia. Bahkan lebih jauh, betapa pentingnya nilai modal untuk mengembangkan bisnis ke depan, Sayyidina Umar r.a selalu menyuruh umat islam untuk mencari lebih banyak aset atau modal. Dalam sistem ekonomi islam mempunyai cara tersendiri dibanding dengan sistem kapitalis yang selalu berupaya memperkuat modal dengan cara memperbesar produksi. Untuk mencapai target yang diinginkan, sistem ini bisa saja menghalalkan segala macam cara tanpa memikirkan apakah cara yang ditempuh menguntungkan atau merugikan pihak lain. Dalam sistem ekonomi islam modal itu harus terus berkembang, dalam arti tidak boleh stagnan, apalagi sampai terjadi idle (menganggur).artinya hendaknya modal harus berputar. Islam dalam sistemnya sendiri, di dalam upaya memanfaatkan dan mengembangkan modal, menekankan agar tetap memikirkan kepentingan orang lain.6 B. Pengumpulan Modal : Motivasi dan Pesan Syariah Modal merupakan hasil kerja apabila pendapatan melebihi pengluaran. Untuk meningkatkan jumlah modal dalam sebuah negara, sebainya masyarakat terus berusaha meningkatkan pendapatannya, hemat dan cermat dalam membelanjakan pendapatan, menghindari pengeluaran yang berlebihan, dan adanya rasa aman bagi 6 Djakfar, Hukum, Hal. 130 5|Pengembangan Modal Dalam Islam masyarakat dalam mendapatkan aset dengan mudah. Untuk meningkatkan simpanan yang berujung pada penambahan modal ini perlu memperhatikan beberapa hal yang diajarkan dalam syariat islam, yaitu : 1. Peningkatan pendapatan a. Pembayaran zakat Secara bahasa, zakat berarti an-numu wa az-ziyadah (tumbuh dan bertambah). Kadang-kadang dipakaikan dengan makna at-thaharah (suci) albarakah (berkah). Zakat dalam pengertian suci, adalah membersihkan diri, jiwa, dan harta. Sementara dalam pengertian berkah adalah sisa harta yang sudah dikeluarkan zakatnya secara kualitatif akan mendapat berkah dan akan berkembang walaupun secara kualitatif jumlahnya berkurang.7 Zakat merupakan pengeluaran yang wajib atas ternak, tanaman, barang dagangan, emas, perak, dan uang tunai. Zakat bukanlah pajak. Zakat dikenakan kepada aset yang dimiliki sepanjang tahun. Terlepas apakah si pemilik menggunakan aset itu atau tidak. Agar harta kita tidak habis utuk membayar zakat, maka hendaknya harta itu perlu dikembangkan dengan cara yang halal. Semakin berkembang harta yang dimiliki, akan semakin banyak nominal harta zakat yang harus dikeluarkan. Dengan demikian, kewajiban menunaikan zakat bagi pemilik harta (muslim) seharausnya menjadi motivasi untuk terus meningkatkan pendapatan dalam berbagai usaha yang halal (bisnis).8 b. Larangan mengenakan bunga Islam mempertimbangkan bunga itu suatu kejahatan yang menyebarkan kesengsaraan dalam kehidupan. Oleh karena itu, al-qur’an menyatakan haram terhadap bunga bagi kalangan masyarakat islam.9 Alasan pelarangan bunga selain akan menimbulkan kesngsaraan, juga akan mendapat siksa yang pedih, yang lebih bersifat akhirat. Hal ini sesuai dengan hadits Nabi yang artinya “Dari 7 Rozalinda, Ekonomi, Hlm. 247. Ibid, Hal. 132 9 Afzalur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam Jilid III, (Yogyakarta : PT. Dana Bhakti Prima Yasa, 2002), Hlm. 76. 8 6|Pengembangan Modal Dalam Islam Jabir, Nabi saw mencela penerima dan pembayar bunga, orang yang mencatat begitupula yang menyaksikan transaksi dimaksud. Beliau bersabda : “mereka semua sama-sama berada didalam dosa.” (HR. Muslim; Tirmidzi dan Ahmad).10 Masyarakat tidak dibenarkan menghasilkan uang dari pinjaman modal dengan bunga. Oleh karena itu, seyogianya orang menanamkan modalnya kedalam hal-hal yang produktif yang dapat meningkatkan pendapatan dan keuntungan. Disini dimaksudkan oleh karena setiap muslim wajib menjauhi bunga, maka perlu dicari alternatif agar mereka meningkatkan pendapatan melalui jalur yang dihalalkan menurut syariat islam. c. Penggunaan harta anak yatim Untuk meningkatkan pertumbuhan modal dalam masyarakat, pengasuh anak yatim hendaknya tidak menyimpan harta anak yatim, tetapi memanfaatkannya untuk perdagangan atau perusahaan yang lebih menguntungkan. Mereka diminta menggunakan untuk kebaikan serta tidak memboroskannya. Hal tersebut disinggung dalam al-Qur’an surat An-Nisa’ ayat 5: َّ سفَ َها َء أَ ْم َوالَ ُك ُم الَّ ِتي َج َع َل َّللاُ لَ ُك ْم قِ َيا ًما ُّ َو ََل تُؤْ تُوا ال سو ُه ْم َوقُولُوا لَ ُه ْم قَ ْو ًَل َم ْع ُروفًا ُ ار ُزقُو ُه ْم فِي َها َوا ْك ْ َو “Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan allah sebagai pokok kehidupan. Berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik.” Qs. An-Nisa’ ayat 6 : 10 Iggi H. Achsien, Investasi Syariah di Pasar Modal – Mengagas Konsep dan Praktek Manajemen Portofolio Syariah, (Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2003), Hlm.30. 7|Pengembangan Modal Dalam Islam الن َكا َح فَإِ ْن آنَ ْست ُ ْم ِم ْن ُه ْم ُر ْشدًا ِ َوا ْبتَلُوا ْال َيتَا َم ٰى َحت َّ ٰى ِإذَا َبلَغُوا ۚ ارا أَ ْن َي ْكبَ ُروا ً َفَا ْدفَعُوا ِإلَ ْي ِه ْم أَ ْم َوالَ ُه ْم ۖ َو ََل تَأ ْ ُكلُوهَا إِ ْس َرافًا َو ِبد َ ََو َم ْن َكان يرا فَ ْليَأ ْ ُك ْل ْ غنِيًّا فَ ْليَ ْست َ ْع ِف ً ف ۖ َو َم ْن َكانَ فَ ِق علَ ْي ِه ْم ۚ َو َكفَ ٰى ِ ِب ْال َم ْع ُر َ وف ۚ فَإِذَا دَفَ ْعت ُ ْم ِإلَ ْي ِه ْم أ َ ْم َوالَ ُه ْم فَأ َ ْش ِهدُوا َّ ِب اَّللِ َحسِيبًا “Dan ujilah anak yatim piatu itu sampai mereka cukup umur untuk kawin. Kemudian jika menurut pendapatmu mereka telah cerdas (pandai memelihara harta), maka serahkanlah kepada mereka harta-hartanya. Dan janganlah kamu makan harta anak yatim lebih dari batas kepatutan dan janganlah kamu tergesa-gesa (membelanjakannya) sebelum mereka dewasa. Barang siapa (diantara pemelihara itu) mampu, maka hendaklah ia menahan diri (dari memakan harta anak yatim) dan barang siapa yang miskin, maka bolehlah ia makan harta itu menurut yang patut. Kemudian apabila kamu menyerahkan harta kepada mereka, maka hendaklah kamu adakan saksi-saksi (tentang penyerahan itu) bagi mereka. Dan cukuplah Allah sebagai pengawas (atas persaksian itu).” d. Penanaman modal secara tunai Pertumbuhan modal dianggap sangat penting dan setiap muslim diharapkan menanamkan modal secara tunai ke dalam perniagaan. Seperti sabda Rosulullah saw : “Allah swt tidak merestui hasil penjualan tanah dan rumah yang tidak ditanamkan lagi dalam perniagaan.” Dari hadist yang lain menyebutkan : Barang siapa menjual rumah atau sebidang tanah akan menghasilkan pendapatan, tetapi jika dia tidak menanamkan lagi hasilnya kepada benda-benda serupa, dia akan mendapatkan berkat dari padanya (dan asetnya tidak akan bertambah).” 8|Pengembangan Modal Dalam Islam Ini menunjukkan bahwa Rosulullah saw sangat berhati-hati dalam memelihara pertumbuhan modal dalam masyarakat. Beliau menyerukan supaya umat islam menyimpan modalnya dan tidak menjualnya tetapi boleh digunakan untuk menghasilkan lebih banyak aset lagi (sebagai modal). Seandainya orang terpaksa menjualnya dia dianjurkan supaya membeli harta benda (yang produktif) yang serupa dari uang yang diperolehnya. 11 e. Meninggalkan harta waris Untuk membantu pertumbuhan modal dalam masyarakat, islam mendorong umatnya agar meninggalkan ahli waris dalam keadaan berharta dan berkecukupan dan tidak menyerahkan semua harta mereka untuk amal kebajikan. 2. Menghindari sikap berlebih-lebihan (mubadzir) Pertumbuhan pendapatan tidak akan meningkatkan tabungan jika pada waktu yang sama pengeluaran bertambah melebihi pendapatan. Oleh karena itu, perlu dikurangi pengeluaran yang tidak perlu, seperti gaya hidup mewah dan dijaga agar tidak hidup berlebih-lebihan dalam masyarakat. Islam mengajarkan agar kita tidak berlaku boros dalam membelanjakan harta, bahkan juga dalam bersedekah. Islam menganjurkan nilai pertengahan dalam segala tingkah laku. Pemerolehan dan pendayagunaan harta secara tidak seimbang akan memunculkan ketimpangan dan krisis sosial.12 Sebagaimana firman-Nya dalam surat Al-A’raf ayat 31: يَا بَنِي آدَ َم ُخذُوا ِزينَتَ ُك ْم ِع ْندَ ُك ِل َم ْس ِج ٍد َو ُكلُوا َوا ْش َربُوا َو ََل َب ْال ُم ْس ِر ِفين ُّ ت ُ ْس ِرفُوا ۚ إِنَّهُ ََل يُ ِح 11 Afzalur Rahman. 1995. Doktrin Ekonomi Islam Jilid I. (Yogyakarta : PT. Dana Bhakti Wakaf).Hlm. 289. 12 Muhammad Nafik HR, Bursa Efek dan Investasi Syariah, (Jakarta : PT. Serambi Ilmu Semesta,2009), Hlm. 64 9|Pengembangan Modal Dalam Islam “Hai anak Adam, pekailah pakaianmu yang indah disetiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebihan.” Hemat, dalam arti proporsional dalam penggunakan dana (modal) dalam bisnis merupakan sikap yang arif dan cenderung akan menguntungkan untuk pengembangan bisnis dalam jangka panjang. Apabila tanpa adanya perencanaan penggunaa modal yang matang maka kita akan terjerumus pada penggunaan modal yang tidak efisien. Artinya pengguanaan dana yang di investasikan tidak seimbang dengan produktifitas yang diperoleh. 3. Larangan pembekuan modal Sistem ekonomi islam melarang pengumpulan harta secara berlebihan. Seorang muslim wajib mencegah dirinya dan masyarakat supaya tidak memiliki harta secara berlebihan dan mengabaikan kepentingan orang lain. Islam juga melarang umatnya untuk menjadikan harta sebagai tujuan hidup sehingga melakuakan berbagai cara untuk mendapatkannya. 13 Dalam rangka menghormati hak-hak masyarakat dalam sasuatu benda yang dimiliki seseorang maka perbuatan pembekuan harta oleh seorang pemilik barang sangat dicela oleh syariat islam karena merupakan perbuatan tercela. 14 Apabila aset tidak digunakan (idle) untuk menghasilkan kekayaan, maka akan menyebabkan berkurangnya jumlah modal kerja yang diperlukan untuk usaha dalam perdagangan, pertanian dan industri. Harta perlu dijadikan sebagai modal produktif, bukan konsumtif, apalagi berfoya-foya, demonstration effect (pamer kekayaan) yang akan menimbulkan kecemburuan sosial. 15 Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat At-Taubah ayat 34 : 13 Ibid, Hlm. 63. Suhrawardi K. Lubis dan Farid Wadji, Hukum Ekonomi Islam, (Jakarta : Sinar Grafika, 2012), Hlm. 14. 15 Djakfar, Hukum , Hlm. 135. 14 10 | P e n g e m b a n g a n M o d a l D a l a m I s l a m ان لَ َيأ ْ ُكلُونَ أ َ ْم َوا َل ُّ ار َو ً َِيا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا إِ َّن َكث ِ يرا ِمنَ ْاْل َ ْح َب ِ الر ْه َب َّ سبِي ِل َب ِ اس ِب ْال َب ُ اط ِل َو َي ِ َّالن َ َّللاِ ۗ َوالَّذِينَ َي ْكنِ ُزونَ الذَّه َ َصدُّون َ ع ْن َّ سبِي ِل ب أَ ِل ٍيم َّ َو ْال ِف ٍ َّللاِ فَبَش ِْر ُه ْم بِ َعذَا َ ضةَ َو ََل يُ ْن ِفقُونَ َها فِي “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebagian besar orang-orang alim yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. Dan orangorang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih”. Dengan begitu, modal jangan dibiarkan diam, tetapi haruslah harta itu dibuat menghasilkan (produktif). Dengan mengembangkan modal, paling tidak ada dua keuntungan yang dapat diraih oleh pemiliknya. Pertama bisa memperkuat modal, sekaligus memberdayakan bisnis yang dikelola. Yang kedua, bisa berbuat baik kepada sesama manusia dan kepada negara. Kepada sesama manusia bisa berwujud membuka lapangan pekerjaan, memperbesar jumlah zakat, infak, dan sedekah. Sedangkan kebaikan untuk negara, antara lain dapat membayar pajak yang bisa digunakan untuk memperbesar pendapatan negara. 4. Ada jaminan keselamatan dan keamanan Apabila ada jaminan keselamatan dan keamanan dalam suatu negara, rakyat akan lebih giat dalam bekerja dan mengumpulkan harta. Al-qur’an memerintahkan umat islam untuk menjaga keamanan dan kestabilan negaranya, agar rakyat dapat hidup bahagia dan sejahtera. Sebagaimana firman-Nya surat AlBaqarah ayat 193 : ُ َوقَاتِلُو ُه ْم َحت َّ ٰى ََل تَ ُكونَ فِتْنَةٌ َويَ ُكونَ الد ِين ِ ََّّللِ ۖ فَإِ ِن ا ْنتَ َه ْوا َف ََل َّ ع َلى َالظا ِل ِمين ُ َ ع ْد َوانَ ِإ ََّل 11 | P e n g e m b a n g a n M o d a l D a l a m I s l a m “Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka tidak ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap orangorang yang dzalim.” Dalam hal ini, hendaknya kita menjaga iklim yang kondusif agar iklim usaha itu berjalan dengan aman dan lancar. Bagaimanapun, faktor keamanan akan sangat menentukan terhadap keberhasilan atau pengembangan dunia usaha. C. Bisnis Yang Diharamkan Untuk Pengembangan Modal Dalam hal pengembangan modal menurut pandangan islam harus diperhatikan hak-hak masyarakat. Oleh karena itu, islam sangat mencela orang-orang yang mengembangkan harta (termasuk membelanjakan harta) terhadap hal-hal yang membahayakan masyarakat banyak. Yang dimaksud dengan membehayakan masyarakat disini adalah melakukan kegiatan ekonomi yang membahayakan kepentingan masyarakat ditinjau dari sudut pandang islam, misalnya memproduksi atau menjual barang-barang, makanan, minuman yang dilarang oleh syariat islam. 16 Maka dari itu, orang yang memiliki modal harus mempertimbangkan usaha yang akan didirikan untuk mengembangkan modal sudah sesuai dengan ketentuan syariat islam (khususnya dalam hal halal dan haram). Berikut ini akan dijelaskan mengenai bisnis haram yang harus dihindari seorang muslim dalam mengembangkan modalnya :17 a. Perdagangan alkohol Perdangangan dan konsumsi alkohol dilarang dalam islam, sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Al-Maidah ayat 90 : 16 Lubis, Ekonomi, Hlm.15. Muhammad dan Lukman Fauroni, Visi Al-Qur’an Tentang Etika dan Bisnis, (Jakarta : Salemba Diniyah, 2002), Hlm. 136-140 17 12 | P e n g e m b a n g a n M o d a l D a l a m I s l a m اب َو ْاْل َ ْز ََل ُم ُ ص َ َيا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا ِإنَّ َما ْال َخ ْم ُر َو ْال َم ْيس ُِر َو ْاْل َ ْن َ ش ْي َّ ع َم ِل ال َاجتَنِبُوهُ لَعَلَّ ُك ْم ت ُ ْف ِل ُحون ْ ان َف ٌ ِر ْج َ س ِم ْن ِ ط “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.” Hal ini juga sesuai dengan Hadist Nabi, yang artinya : “Sesungguhnya, Allah SWT membenci khamr dan membenci orang yang memproduksinya, orang yang kepadanya khamr diproduksi, orang yang meminumnya, orang yang menyediakannya, orang yang membawanya, orang yang kepadanya khamr dibawa, orang yang menjualnya, orang yang mendapat uang dari penjualannya, orang yang membelinya, serta orang yang kepadanya khamr dibeli ” (HR. Tirmidzi dan Ibn Majah). Karenanya, seorang pengusaha muslim tidak diperbolehkan menjalankan usaha apapun yang mengimpor atau mengekspor minuman beralkohol. Ia tidak diperbolehkan memiliki usaha dimana alkohol diperjualbelikan, ataupun ia juga tidak diperbolehkan bekerja dalam usaha semacam ini. b. Transaksi dan perdagangan obat-obatan terlarang Yususf Qadhrawi mengklasifikasikan obat-obatan terlarang seperti mariyuana, kokain, opium dan berbagai jenis lainnya dibawah kategori khamr yang dilarang dalam islam. Kriteria untuk mendefinisikan khamr berasal dari Umar Bin Khattab : “Khamr adalah apa yang mengaburkan pikiran” Para hakim muslim, termasuk Ibn Taimiyah, secara bulat melarang obatobatan seperti ini karena pengaruhnya yang memabukkan dan menimbulkan halusinasi. Penggunaan obat-obatan ini dapat mengakibatkan timbulnya tindak 13 | P e n g e m b a n g a n M o d a l D a l a m I s l a m kejahatan dan memiliki pengaruh yang merusak bagi orang yang menggunakannya. c. Pembuatan dan penjualan barang-barang haram Seperti dapat dilihat dari pelarangan Khamr, maka perdagangan barangbarang yang dipergunakan untuk melakukan perbuatan dosa adalah juga haram, misalnya pornografi, ganja, dan obat-obatan lainnya, pembuatan patung, dan lain-lain. Perdagangan semacam ini cenderung akan mendorong dan menyebarkan segala apa yang haram dan menyebabkan perilaku haram. d. Pelacuran Meskipun legal di banyak negara, namun islam melarang perdagangan ini. Sebenarnya, ketika islam datang, islam berusaha mengakhiri eksploitasi perempuan dalam praktek pelacuran ini. Kutipan hadist dan ayat al-Qur’an dibawah ini secara tegas mengutuk praktek prostitusi: ‘Abd Allah ibn Ubay ibn Salul terbiasa berkata kepada budak perempuannya : “Pergilah dan bawakan sesuatu bagi kami dengan melacur”. Dalam kutipan inilah Allah SWT, Yang Maha Kuasa dan Maha Mulia, menurunkan firmannya: “Dan janganlah kamu paksa budak-budak perempuanmu untuk melakukan pelacuran, sedang mereka sendiri menginginkan kesucian, karena kamu hendak mencari keuntungan duniawi. Dan barangsiapa yang memaksa mereka, maka sesungguhnya Allah SWT adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang setelah mereka dipaksa itu”. e. Al-Gharar Rasulullah SAW melarang semua bentuk perdagangan yang tidak pasti, berkaitan dengan jumlah yang tidak ditentukan secara khusus atas barang- 14 | P e n g e m b a n g a n M o d a l D a l a m I s l a m barang yang akan ditukarkan atau dikirimkan. Perdagangan masa depan dengan demikian dilarang dalam islam. Ini adalah perdagangan yang melibatkan penjualan komoditi yang belum menjadi milik sang penjual, penjualan binatang yang belum lahir, penjualan hasil pertanian yang belum pertanian yang belum dipanen, dan lain-lain. D. Pengembangan Bisnis Dalam Bingkai Syariah Islam mewajibkan setiap muslim, khususnya yang memiliki tanggungan untuk bekerja, karena bekerja merupakan salah satu pokok yang memungkinkan manusia memiliki harta kekayaan. Untuk memungkinkan manusia berusaha mencari nafkah, Allah melapangkan bumi serta menyediakan berbagai fasilitas yang dapat dimanfaatkan manusia untuk mencari rezeki. Hal ini diterangkan dalam al-Qur’an surah Al-Mulk ayat 15: ً ُُه َو الَّذِي َجعَ َل لَ ُك ُم ْاْل َ ْر َ ذَل ُ ام شوا فِي َمنَا ِك ِب َها ْ َوَل ف ُ َُّو ُكلُوا ِم ْن ِر ْزقِ ِه ۖ َوإِلَ ْي ِه الن ور ُ ش Artinya: “Dialah yang menyediakan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah disegala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan”. Disamping anjuran untuk mencari rezeki, islam sangat menekankan (mewajibkan) aspek kehalalannya, baik dari sisi perolehannya maupun pendayagunaannya (pengelolaan dan pembelanjaan). Bisnis islami merupakan serangkaian aktivitas bisnis dalam berbagai bentuknya yang tidak membatasi jumlah kepemilikan, termasuk profitnya, namun membatasi cara perolehan dan pendayagunaan hartanya (ada aturan halal dan haram). Pengembangan bisnis yang memerlukan modal dalam islam harus berorientasi syari’ah, sebagai pengendali agar bisnis itu berada dijalur yang benar sesuai dengan ajaran islam. Dengan kendali syariat, aktivitas bisnis diharapkan bisa mencapai empat hal utama : 15 | P e n g e m b a n g a n M o d a l D a l a m I s l a m 1. Target Hasil: Profit-Materi dan Benefit- non Materi Tujuan perusahaan tidak hanya untuk mencari profit (qimah madiyah atau nilai materi) setinggi-tingginya tetapi juga harus dapat memperoleh dan memberikan benefit (keuntungan atau manfaat) non materi kepada internal organisasi perusahaan dan eksternal (lingkungan), seperti terciptanya suasana persaudaraan, kepedulian social, dan sebagainya. 2. Pertumbuhan yang terus meningkat Jika profit materi dan benefit non-materi telah diraih sesuai target, perusahaan akan mengupayakan pertumbuhan atau kenaikan terus menerus dari setiap profit dan benefitnya itu. Hasil perusahaan akan terus diupayakan agar tumbuh meningkat setiap tahunnya. Upaya pertumbuhan itu tentu dijalankan dalam koridor syariat. Misalnya, dalam meningkatkan jumlah produksi seiring dengan perluasan pasar, peningkatan inovasi sehingga bisa menghasilkan produk baru dan sebagainya.18 3. Keberlangsungan, dalam kurun waktu selama mungkin. Belum sempurna orientasi suatu perusahaan bila hanya berhenti pada perencanaan target hasil dan pertumbuhan. Karena itu, perlu diupayakan terus agar pertumbuhan target hasil yang telah diraih dapat dijaga keberlangsunganya dalam kurun waktu yang cukup lama. 4. Keberkahan atau keridhoan Allah. Faktor keberkahan untuk menggapai ridho Allah SWT. Merupakan puncak kebahagiaan hidup manusia muslim. Bila ini tercapai, menandakan diterimanya dua syarat diterimanya amal manusia yakni adanya niat iklas dan cara yang sesuai dengan tuntutan syari’at. 18 Djakfar, Hukum, Hlm.138-142 16 | P e n g e m b a n g a n M o d a l D a l a m I s l a m Barokah adal suatu karunia yang tidak bisa dipantau (invisible blessing). Ini adalah sebuah pertumbuhan yang dikalkulasikan dengan hitungan dolar dan mata uang apapun. Keberkahan adalah suatu hadiah yang tidak kasat mata dari Yang Maha Memberi dan Yang Maha Rahman kepada hamba yang dicintai karena selalu mentaati segala ketentuan-Nya. 19 Namun demikian, Al-Qur’an Melarang mengembangkan harta dengan cara menyengsarakan masyarakat, dan juga memakan harta manusia dengan tidak sah, sebagai firman-Nya dalam Al-Baqarah ayat 188 yaitu: اط ِل َوت ُ ْدلُوا بِ َها ِإلَى ْال ُح َّك ِام ِلتَأ ْ ُكلُوا ِ ََو ََل تَأ ْ ُكلُوا أَ ْم َوالَ ُك ْم بَ ْينَ ُك ْم ِب ْالب َاْلثْ ِم َوأَ ْنت ُ ْم تَ ْعلَ ُمون ِ َّفَ ِريقًا ِم ْن أَ ْم َوا ِل الن ِ ْ اس ِب “ Dan jangalah sebagian kamu memakan harta sebagian diantara kamu dengan jalan yang bathil (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebagian harta daripada orang lain itu dengan (jalan bathil) dosa,” Di antara pokok-pokok penting dalam pengembangan harta adalah sebagai berikut: 1. Menghindari sentralisasi modal, artinya agar harta itu tidak terkonsentrasi hanya pada satu orang atau kelompok orang tertentu saja. 2. Mengembangkan yayasan-yayasan kemanusiaan dengan orientasi kemasyarakatan, artinya hendaknya harta yang dikuasai oleh seseorang, perlu didistribusikan pula untuk kepentingan orang lain. 3. Menguatkan ikatan persaudaraan dan kemasyarakatan melalui zakat dan infaq, artinya karena harta yang kita miliki tidaklah hanya untuk diri sendiri, namun di dalamnya ada hak kolektif yang secara hukum wajib dikeluarkan sesuai tuntutan syariat. 19 Muhammad Djakfar, Etika Bisnis Islami Tataran Teoritis dan Praksis.(Malang: UIN Malang Press, 2008), Hlm.230. 17 | P e n g e m b a n g a n M o d a l D a l a m I s l a m Sebagaimana kita pahami bahwa harta pada hakikatnya adalah milik Allah SWT. Namun karena Allah SWT telah menyerahkan kekuasaan-Nya atas harta tersebut kepada manusia, maka ia diberi kewenangan untuk memanfaatkan dan mengembangkannya. Sebab, ketika seorang memiliki harta tersebut hanya untuk dimanfaatkan dan dikembangkan. Namun demikian, dalam hal ini ia terikat dengan hukum-hukum syara’ dan tidak bebas mengelola secara mutlak. BAB III KESIMPULAN Bisnis sebagai salah satu instrumen penguatan ekonomi, baik bagi individu, keluarga maupun negara, bagaimanapun membutuhkan modal yang memadai. Tanpa modal yang mencukupi, hampir mustahil bisnis bisa dikembangkan secara 18 | P e n g e m b a n g a n M o d a l D a l a m I s l a m maksimal, kendati masih ada faktor-faktor produksi yang lain. Karena itu, islam sangat mendorong agar pelaku bisnis memperkeuat ketersediaan modal dengan meningkatkan pendapatan, hemat dan cermat dalam membelanjakan, dan selalu berupaya meningkatkan jumlah simpanan. Dengan alasan ini, islam melarang adanya pembekuan modal dan terkonsentrasinya pada segelintir orang tertentu dengan motif agar bisnis di masyarakat terus berkembang. Hanya saja dalam pengembangan itu, islam menekankan kepada pelaku bisnis agar tidak saja mengejar keuntungan yang berupa materi (profit), tetapi juga keuntungan nonmateri agar diperoleh keberkahan yang diridhoi Allah SWT. Oleh sebab itu, untuk mencapai dua keuntungan itu ditekankan pula agar didalam bisnis benar-benar memperhatikan zona halal maupun haram yang harus dihindari. Bahkan yang syubhat sekalipun. Mengelola modal (harta) dalam syariat islam identik dengan mengelola dan memanfaatkan zat benda. Hal itu bisa dilakukan karena ada hak kepemilikan yang dianugerahkan oleh tuhan yang dibenarkan dalam islam. Hak mengelola zat benda yang dimiliki juga mencakup hak untuk mengelolanya (bentuk bisnis) dalam rangka mengembangkan kepemilikan benda tersebut. Pengembangan modal dalam islam sangat tergantung pada ketentuan dan faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan harta. Sedangkan pengembangan kepemilikan harta itu terkait dengan suatu mekanisme yang dipergunakan oleh seseorang untuk menghasilkan pertambahan kepemilikan tesebut dari keadaan semula. Dikatakan bahwa pada prinsipnya sistem ekonomi dalam islam itu tidak membahas tentang pengembangan harta, melainkan hanya membahas tentang pengemabangan kepemilikannya. Islam tidak pernah mengemukakan tentang pengembangan harta, karena menyerahkan masalah itu kepada individu agar mengembangkannya sesuai dengan ketentuan dan faktor produksi apa saja yang membuatnya layak dipergunakan untuk mengembangkan harta tersebut. Namun demikian, bagaimanapun nilai-nilai syariah harus tetap dijunjung tinggi dan dihormati sebagaimana yang diajarkan di dalam islam. 19 | P e n g e m b a n g a n M o d a l D a l a m I s l a m DAFTAR PUSTAKA Achsien, Iggi H. 2003. , Investasi Syariah di Pasar Modal – Mengagas Konsep dan Praktek Manajemen Portofolio Syariah. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. Djakfar, Muhammad. 2008. Etika Bisnis Islami Tataran Teoritis dan Praksis. Malang: UIN Malang Press. 20 | P e n g e m b a n g a n M o d a l D a l a m I s l a m Djakfar, Muhammad. 2016. Hukum Bisnis – Membangun wacana integrasi Perundangan Nasional dengan Syariah. Malang : UIN Maliki Press. Huda, Nurul dan Mustafa Edwin Nasution. 2007. Investasi Pada Pasar Modal Syariah. Jakarta : Prenadamedia Group. Irawan, Supramoko, 1996. Ekonomika Pembangunan. Yogyakarta: BPFE. Lubis, Suhrawardi K dan Farid Wadji. Hukum Ekonomi Islam. Jakarta : Sinar Grafika Muhammad dan Lukman Fauroni. 2002. Visi Al-Qur’an Tentang Etika dan Bisnis. Jakarta : Salemba Diniyah. Nafik HR, Muhammad. 2009. Bursa Efek dan Investasi Syariah. Jakarta : PT. Serambi Ilmu Semesta. Rozalinda. 2015. Ekonomi Islam : Teori dan Aplikasinya pada Aktivitas Ekonomi. Jakata : PT. Raja Grafindo. Rahman , Afzalur. 1995. Doktrin Ekonomi Islam Jilid I. Yogyakarta : PT. Dana Bhakti Wakaf. Rahman , Afzalur. 2002. Doktrin Ekonomi Islam Jilid III. Yogyakarta : PT. Dana Bhakti Prima Yasa. 21 | P e n g e m b a n g a n M o d a l D a l a m I s l a m