APLIKASI PRODUKSI BERSIH (CLEANER PRODUCTION) PADA INDUSTRI NATA DE COCO Rini Hakimi(1) , Daddy Budiman(2) (1) Laboratorium Agribisnis, Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Andalas (2) Staf Pengajar Polieknik Negeri Padang ABSTRACT Nata de coco industries produce wastes in solid, semi solid and liquid which are danger for environment, so we need to apply the concept of clean production to it. After applying the clean production concept there will be analyzing of feasibility in technical, economical and environment. There are six option of clean production which can be applied to nata de coco industries. They are 1. re-using of waste of filtering, boiling, surface disposing for fertilizer. 2. Re-using of the fluid fermentation. 3. Re-using of soaking fluid, surface washing fluid, boiling fluid. 4. Re-using the waste of nata cutting for jelly industries. 5. Re-using the waste of nata cutting for fertilizer. 6. Selling the waste of packaging. The first recommendation is Re-using the waste of nata cutting for fertilizer because it is easy and give a benefit around IDR 611582, 4. The pay back period are 0.4578 month and this activity giving the highest effect for the environment. Keywords: nata de coco, clean production, technical feasibility, environment feasibility. 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelapa yang dibudidayakan di Indonesia pada umumnya adalah kelapa dalam dan kelapa hibrida. Buah kelapa terdiri dari kulit luar, sabut, tempurung, kulit daging (testa), daging buah, air kelapa dan lembaga. Setiap butir kelapa dalam dan hibrida mengandung air kelapa masing-masing sebanyak 300 dan 230 ml dengan berat jenis rata-rata 1,02 dan pH agak asam (5,6). Air kelapa mengandung sedikit karbohidrat, protein, lemak dan beberapa mineral. Kandungan zat gizi ini tergantung kepada umur buah. Disamping zat gizi tersebut, air kelapa juga mengandung berbagai asam amino bebas. Air kelapa dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku dalam pembuatan nata de coco. Usaha ini selain berpotensi untuk dikembangkan sebagai lahan usaha yang mampu menyerap tenaga kerja dan memberikan tambahan penghasilan (http://www.kanisius.co.id/store/detail.asp?id=025639). Akhir-akhir ini pemanfaatan bahan baku air kelapa untuk agroindustri nata de coco mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari banyaknya agroindustri yang membuat nata de coco. Untuk wilayah Bogor, agroindustri nata de coco terdapat di Kota Bogor dan Kabupaten Bogor, jumlah perusahaan yang terlibat dalam produksi nata de coco sebanyak 23 perusahaan di Kota Bogor dan sebanyak 15 perusahaan di Kabupaten Bogor, dimana semuanya masih merupakan industri kecil (Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota dan Kabupaten Bogor, 2003). Perkembangan jumlah agroindustri nata de coco akan mengakibatkan semakin besarnya limbah yang dihasilkan dari industri ini. Berdasarkan tinjauan di lapangan, limbah yang paling banyak dihasilkan berupa cairan (limbah cair) dan limbah padat. Limbah yang dihasilkan ini dapat menimbulkan kerusakan bagi lingkungan jika dibuang bukan pada tempatnya. Limbah ini bisa mengakibatkan terjadinya pencemaran air, pencemaran udara, pencemaran lahan pertanian dan sebagainya. Limbah yang dihasilkan dari aktivitas industri nata de coco pasti ada dan sulit untuk dihindari, untuk penanganan limbah ini biasanya butuh biaya yang besar, sehingga banyak perusahaan yang mengabaikan bahaya dari limbah ini. Sebenarnya besarnya jumlah dan intensitas limbah yang muncul bisa dikurangi dengan menerapkan konsep produksi bersih pada industri nata de coco. Penerapan konsep produksi bersih ini akan memberikan keuntungan bagi perusahaan dan mengurangi aktivitas penanganan limbah. Oleh karena itu, industri nata de coco sebagai salah satu industri yang banyak terdapat di wilayah Bogor perlu melakukan upaya untuk menerapkan konsep produksi bersih yang sebaikbaiknya. 1.2 Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui secara rinci proses pengolahan nata de coco; mengidentifikasi kemungkinan munculnya limbah pada proses pengolahan, produk yang dihasilkan, sisa produksi, kegagalan produksi dan kesalahan manajemen perusahaan; memberikan alternatif Jurnal Teknik Mesin Vol. 3, No.2, Des 2006 ISSN 1829-8958 pemecahan masalah limbah yang muncul dengan menerapkan konsep produksi bersih. tempat pemarutan kelapa (Warisno, 2004). Setiap satu liter akan mengasilkan 1 kg nata. 1.3 Ruang Lingkup Bahan Penolong Pengkajian dilakukan berdasarkan hasil peninjauan langsung di lapangan pada industri nata de coco di Kabupaten Bogor. Aspek yang dikaji lebih dititikberatkan pada penerapan produksi bersih pada industri nata de coco dengan terlebih dahulu mengkaji tentang proses produksi dan aktivitas perusahaan untuk nanti dikaitkan dengan kemungkinan penerapan produksi bersih. Bahan penolong pada pembuatan nata de coco adalah: 1. 2. 3. 4. Peralatan Produksi 2. TINJAUAN PUSTAKA Peralatan yang digunakan untuk kegiatan produksi nata de coco adalah : 2.1 Nata de Coco Gambaran Umum Nata de Coco 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Nata de coco berasal dari Filipina. Hal ini bisa dipahami karena Filipina merupakan salah satu negara penghasil kelapa yang cukup besar di dunia. Filipina termasuk negara yang paling banyak mendapatkan devisanya dari produk kelapa (Warisno, 2004). Nata de coco merupakan suatu pertumbuhan yang menyerupai gel yang terapung pada permukaan medium yang mengandung gula dan asam yang dihasilkan mikroorganisme Acetobacter xylinum. Nata de coco merupakan makanan rendah kalori yang cocok untuk penderita diabetes (Astawan dan Astawan, 1991). Nata de coco adalah selulosa bakterial yang mengandung air kurang lebih 98% dengan tekstur yang agak kenyal (Theodula, 1976). Berdasarkan hasil penelitian dari Balai Mikrobiologi Puslitbang Biologi LIPI Bogor menyebutkan bahwa nata de coco mengandung nilai nutrisi seperti pada “Tabel (1)”. Tabel 1. Nilai Nutrisi Nata de Coco per 100 gram bahan No 1. 2. 3. 4. 5. 6. Nutrisi Kalori Lemak Karbohidrat Kalsium Fosfor Fe (zat besi) Gula pasir Pupuk ZA atau Diamonium phosphat Asam cuka Bibit nata de coco (LIPI, 2000) Kandungan Nutrisi 146 kal 0,2 persen 36,1 mg 12 mg 2 mg 0,5 mg 2.2 Konsep Produksi Bersih Produksi bersih (cleaner production) merupakan suatu upaya mencegah dan mengurangi munculnya dampak lingkungan dari suatu sistem pengolahan akibat adanya penggunaan bahan-bahan berbahaya, kesalahan pada proses pengolahan, serta lemahnya pengendalian proses dan produk. Dampak yang dimaksud adalah terjadinya pencemaran lingkungan serta inefisiensi penggunaan bahan baku dan energi. Menurut UNEP (2003), produksi bersih merupakan strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat pencegahan dan terpadu yang diterapkan secara terus menerus pada proses produksi, produk dan jasa untuk meminimalkan terjadinya resiko terhadap manusia dan lingkungan. Menurut Pudjiastuti (1999), produksi bersih diterapkan pada unsur-unsur sebagai berikut : 1. Proses produksi Pada bagian proses produksi, produksi bersih mencakup peningkatan efisiensi dan efektivitas dalam pemakaian bahan baku, energi dan sumberdaya lainnya serta mengganti atau mengurangi penggunaan bahan berbahaya dan beracun sehingga mengurangi jumlah dan toksisitas limbah dan emisi yang dikeluarkan. 2. Produk Pada bagian produk, produksi bersih memfokuskan pada upaya pengurangan dampak Bahan Baku Air kelapa yang dipakai berasal dari kelapa yang sudah tua. Air kelapa yang akan dijadikan nata de coco jangan tercampur dengan benda lain. Jika bercampur dengan air, kualitas nata de coco yang dihasilkan akan rendah. Jika bercampur dengan garam, tidak akan terbentuk nata de coco karena bakteri Acetobacter xylinum tidak bisa tumbuh dalam media yang asin. Air kelapa bisa diperoleh dari pabrik-pabrik kopra, pasar tradisional dan tempat- Panci stainless steel Baki plastik Sendok sayur besar Saringan Kertas roti/kertas koran Kain kasa Karet gelang Kompor Ember Jerigen (LIPI, 2000) 90 Aplikasi Produksi Bersih (Cleaner Production) Pada Industri Nata De Coco (Rini Hakimi) keseluruhan daur hidup produk, mulai dari bahan baku sampai pembuangan akhir setelah produk tidak digunakan. 3. Jasa Untuk jasa, produksi bersih menitikberatkan pada upaya penggunaan proses 3R (Reduce, Reuse dan Recycle) pada seluruh kegiatannya, mulai dari penggunaan bahan baku sampai dengan ke pembuangan akhir. Menurut USAID (1997), manfaat yang bisa diperoleh dari pelaksanaan produksi bersih adalah : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Pengurangan biaya operasi, pengolahan dan pembuangan limbah. Peningkatan mutu produk. Penghematan bahan baku. Peningkatan keselamatan kerja. Perbaikan kesehatan umum dan lingkungan hidup. Penilaian konsumen yang positif. Pengurangan biaya penanganan limbah. Produksi bersih diperlukan sebagai cara untuk mengharmoniskan upaya perlindungan lingkungan dengan kegiatan pembangunan atau pertumbuhan ekonomi, mencegah terjadinya pencemaran lingkungan, memelihara dan memperkuat pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang, mendukung prinsip environmental equality, mencegah atau memperlambat terjadinya proses degradasi lingkungan dan pemanfaaatan sumberdaya alam melalui penerapan daur ulang limbah dan memperkuat daya saing produk dipasar internasional (Pudjiastuti, 1999). Teknologi produksi bersih merupakan gabungan teknik pengurangan limbah pada sumber pencemar (source reduction) dan teknik daur ulang (USAID, 1997). Menurut Forlink (2003), beberapa kendala dalam penerapan produksi bersih adalah : 1. Kendala ekonomi Kendala ekonomi timbul bila kalangan usaha tidak merasa akan mendapatkan keuntungan dalam penerapan produksi bersih. Contoh hambatan : Biaya tambahan peralatan Besarnya modal/investasi dibanding kontrol pencemaran secara konvensional sekaligus penerapan produksi bersih. 2. Kendala teknologi Kurangnya penyebaran informasi tentang konsep produksi bersih. Penerapan sistem baru ada kemungkinan tidak sesuai dengan yang diharapkan atau malah menyebabkan gangguan. Tidak memungkinkannya tambahan peralatan, terbatasnya ruang kerja/produksi. 3. Kendala sumberdaya manusia Kurangnya dukungan dari pihak manajemen puncak Keengganan untuk berubah baik secara individu maupun organisasi Lemahnya komunikasi intern tentang proses produksi yang baik. Pelaksanaan manajemen organisasi perusahaan yang kurang fleksibel Birokrasi yang sulit terutama dalam pengumpulan data primer. Kurangnya dokumentasi dan penyebaran informasi. 3 METODOGI 3.1 Kerangka Pemikiran Industri nata de coco merupakan salah satu industri pangan yang mengolah air kelapa untuk dijadikan nata baik yang siap dikonsumsi maupun yang dijual kembali dalam bentuk mentah untuk digunakan oleh industri lain. Kegiatan produksi dari industri nata banyak menghasilkan limbah yang jika dibuang akan membahayakan bagi lingkungan. Limbah yang dihasilkan dari industri nata dapat ditangani dengan menerapkan konsep produksi bersih, sehingga mengurangi biaya penanganan limbah, mengurangi kerusakan lingkungan dan dapat mendatangkan keuntungan bagi industri nata de coco. Upaya penerapan produksi bersih ini dapat dilakukan dalam seluruh kegiatan perusahaan. Penerapan produksi bersih dilakukan terhadap sumber timbulnya limbah ataupun terhadap limbah itu sendiri. Ketepatan dalam memperhitungkan limbah yang ditimbulkan dari suatu kegiatan produksi dapat diketahui dengan melakukan perhitungan neraca massa yang menggambarkan jumlah input-output dalam setiap tahapan proses produksi untuk menghasilkan nata de coco. Berdasarkan kegiatan produksi yang sudah diamati, maka dapat ditawarkan opsi produksi bersih yang mungkin dilaksanakan oleh industri nata de coco. Setiap opsi ini lebih lanjut harus dilakukan studi kelayakan secara teknis untuk melihat kemudahan dalam pelaksanaannya, studi kelayakan secara ekonomi untuk melihat apakah opsi tersebut menguntungkan atau tidak dan studi kelayakan secara lingkungan untuk melihat apakah opsi tersebut memberikan pengaruh yang nyata terhadap lingkungan. Opsi yang mendapat prioritas utama 91 Jurnal Teknik Mesin Vol. 3, No.2, Des 2006 merupakan opsi yang direkomendasikan untuk terlebih dahulu dilaksanakan dibandingkan opsi yang lainnya. 3.2 Pemilihan Responden Pada penelitian ini digunakan responden pakar yang dianggap memiliki pengetahuan tentang industri nata de coco. Responden pakar yang digunakan sebanyak 5 orang yang terdiri dari akademisi (1 orang), birokrat (2 orang) dan praktisi industri (2 orang). 3.3 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. b. Pengumpulan data primer, yaitu dengan melakukan wawancara dan pengisian kuisioner oleh para pakar; serta melakukan pengamatan langsung di lapangan pada industri nata de coco untuk melihat secara langsung aktivitas yang berkaitan dengan produksi bersih. Pengumpulan data sekunder, yaitu melalui penelusuran data internal dan penelusuran bukubuku, hasil-hasil penelitian, majalah, jurnal dan sumber-sumber lain yang berhubungan. 3.4 Metode Pengolahan Data Metode pengolahan data dengan menggunakan konsep produksi bersih kemudian dilakukan penilaian kelayakan secara teknis, ekonomi dan lingkungan. Konsep produksi bersih dilakukan dengan tahapan sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. 5. 6. Melakukan investigasi terhadap kegiatan perusahaan. Melakukan inspeksi keseluruh bagian produksi. Mangamati titik-titik yang diduga sebagai sumber masalah (sumber timbulnya limbah). Mengumpulkan data kuantitatif dan membuat neraca massa (kesetimbangan input-output). Mengidentifikasi dan membuat langkah-langkah penerapan produksi bersih. Melakukan studi kelayakan teknis, ekonomi dan lingkungan terhadap langkah-langkah atau opsi produksi bersih. Studi Kelayakan Teknis Studi kelayakan teknis berkaitan dengan pelaksanaan opsi tersebut, disini dilakukan analisa bagaimana cara penerapan opsi tersebut dengan menyesuaikannya dengan kondisi perusahaan. Pada analisa ini, setiap opsi dinilai dengan skala 1 = sulit untuk dilaksanakan, 3 = mudah untuk dilaksanakan dan 5 = sangat mudah untuk dilaksanakan. Skala yang digunakan ini untuk menentukan berapa skor yang diperoleh oleh setiap opsi produksi bersih. ISSN 1829-8958 Studi Kelayakan Ekonomi Studi kelayakan ekonomi dilakukan dengan menghitung keuntungan dan payback period yang diperoleh oleh setiap opsi produksi bersih. Keuntungan = Penghematan + Penghasilan - Biaya Payback period = Total Investasi / Keuntungan Opsi yang memperoleh keuntungan tertinggi akan mendapatkan skor tertinggi dan opsi yang memiliki paybackperiod tercepat memperoleh skor tertinggi. Studi Kelayakan Lingkungan Studi kelayakan lingkungan berkaitan dengan pengaruh pelaksanaan opsi tersebut terhadap lingkungan, disini dilakukan analisa manfaat penerapan opsi tersebut terhadap lingkungan. Pada analisa ini, setiap opsi dinilai dengan skala 1 = tidak ada manfaatnya (pengaruhnya) terhadap lingkungan, 3 = besar manfaatnya (pengaruhnya) terhadap lingkungan dan 5 = sangat besar manfaatnya (pengaruhnya) terhadap lingkungan 3.5 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan OktoberNovember 2004 pada suatu industri nata de coco yang terletak di Kabupaten Bogor. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan Industri nata de coco yang terletak di Kabupaten Bogor ini berdiri tahun 1994 dengan tujuan awal untuk memberikan lapangan pekerjaan bagi penduduk yang berada disekitar lokasi industri. Pada awal berdirinya, industri ini hanya berproduksi sebesar 250-300 gelas plastik dalam sehari, namun sekarang sudah memproduksi sebesar 1000-1200 gelas plastik dalam sehari dan memiliki berbagai macam pilihan rasa dan warna, yaitu rasa strawbery (warna merah), rasa nenas (warna kuning), rasa melon (warna hijau) serta rasa lyche, vanila, cocopandan dan melon (tidak bewarna atau bening). Selain dalam bentuk siap dikonsumsi (gelas plastik), industri ini juga menjual nata de coco mentah yang telah dipotong-potong. Harga jual produk nata de coco dalam bentuk kemasan gelas plastik adalah Rp. 12.000 – Rp. 12500 per dus (24 cup), sedangkan harga jual nata de coco mentah adalah Rp. 2000-2500 per kg. Produk nata de coco dari industri ini dijual ke wilayah Bogor, Tangerang, Jakarta dan Bekasi. Penjualan produk tersebut dilakukan dengan dua cara yaitu diantarkan langsung ke konsumen atau dengan cara konsumen yang datang ke lokasi pabrik untuk 92 Aplikasi Produksi Bersih (Cleaner Production) Pada Industri Nata De Coco (Rini Hakimi) membeli produk yang mereka inginkan. Selain menjual produk nata de coco, dalam kondisi tertentu, industri ini juga membeli lembaran nata de coco dari home industri yang berada di wilayah Bogor, hal ini dilakukan jika kebutuhan akan bahan baku meningkat atau terjadinya kegagalan dalam produksi. Jumlah tenaga kerja pada perusahaan ini sebanyak 20 orang yang bertugas pada pembuatan starter, pencucian peralatan, pembuatan nata de coco, pembersihan nata, pemotongan nata, pembuatan sirop nata, pengepakan dan penjualan nata atau mendistribusikan nata hasil produksi kepada konsumen diberbagai wilayah pemasaran. 4.2 Struktur Organisasi Perusahaan Struktur organisasi perusahaan nata de coco ini masih sederhana, yaitu terdisri dari seorang pimpinan yang dipegang oleh pemilik usaha dan merangkap bendahara, seorang sekretaris serta 20 orang tenaga kerja. Pimpinan perusahaan dalam hal ini memiliki peranan yang sangat dominan, karena beliaulah pengambil keputusan terhadap semua kegiatan perusahaan, mulai dari produksi sampai pemasaran produk. 4.3 Tata Letak Ruang Produksi Ruangan produksi terletak di dua tempat, yaitu tempat produksi nata de coco (mulai dari pembuatan starter dan nata sampai pemanenan) dan tempat pengemasan hasil produksi (mulai dari pemotongan sampai dengan pengepakan produk siap untuk dijual). Jarak antara kedua tempat kegiatan industri ini lebih kurang 1 km, dimana tempat produksi nata lebih dekat ke jalan raya, hal ini agar lebih memudahkan dalam penerimaan bahan baku. Adapun tata letak ruang produksi dan ruang pengemasan pada perusahaan nata de coco ini dapat dilihat pada “Gambar (1a)” dan “Gambar (1b)”. Ruang pemotongan Nata de coco Ruang Pengepakan Ruang Pembuatan Sirop nata de coco Gambar 1b. Tata Letak Ruang Pengemasan Hasil Produksi Nata de Coco 4.3 Bahan Baku Bahan baku yang digunakan pada pembuatan nata de coco adalah air kelapa. Air kelapa yang digunakan pada industri ini diperoleh dari pabrik kopra dan dari pasar-pasar tradisional. Biasanya air kelapa ini diperoleh dari wilayah Jakarta dan Bogor. Harga air kelapa ini bervariasi tergantung ketersediaan di lokasi pembelian, biasanya berkisar antara Rp. 5000 Rp. 6000 per jerigen plastik (kapasitas 40 liter). Penggunaan bahan baku air kelapa ini sebanyak 1500 liter per hari. Perusahaan memperoleh bahan baku ini dengan datang langsung ke lokasi penjualan bahan baku. Bahan baku ini dibawa dengan menggunakan jerigen plastik (kapasitas 40 liter) dengan menggunakan mobil bak terbuka untuk kemudian ditampung dalam drum plastik besar (kapasitas 150 liter). Untuk sumber bahan baku terbanyak berasal dari Jakarta yaitu dari Cipulir, Pintu Air dan Bendungan, sedangkan dari pasar-pasar tradisional di wilayah Bogor yaitu dari Pasar Bogor, Pasar Gunung Batu dan Pasar Ciampea, jumlahnya terbatas. 4.4 Bahan Penolong Bahan penolong yang digunakan dalam pembuatan nata de coco ini adalah gula pasir, pupuk ZA, asam cuka dan starter/bibit nata. Adapun jenis bahan penolong dan keguanaannya dalam pembuatan nata de coco dapat dilihat pada “Tabel (2)”. Tabel 2. Bahan Penolong yang Digunakan dalam Pembuatan Nata de Coco Ruang Perebusan KM Ruang pencucian nata Ruang peralatan No Jenis Bahan Penolong 1. Gula pasir Ruang Starter Kamar Karyawan Ruang fermentasi Ruang fermentasi Ruang fermentasi 2. Pupuk ZA Ruang fermentasi Tempat penerimaan Tempat penjemuran dan penyaringan air loyang kelapa Ruang fermentasi Gambar 1a. Tata Letak Ruang Produksi Nata de Coco 3. Asam Cuka Kegunaan - Membuat starter/bibit nata de coco (merupakan media tumbuh bakteri Acetobacter xylinum) - Bahan pencampur dalam pembuatan starter dan nata de coco - Membuat sirop nata - Membersihkan air kelapa dari berbagai kotoran - Bahan pencampur dalam pembuatan starter dan nata de coco - Menurunkan pH media menjadi pH optimum untuk bagi pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum (pH 4.0) - Bahan pencampur dalam 93 Jurnal Teknik Mesin 4. Biakan murni* 5. Starter Vol. 3, No.2, Des 2006 pembuatan starter dan nata de coco Membuat starter Menggumpalkan air kelapa hingga menjadi nata de coco *Hanya digunakan dalam pembuatan starter 4.5 Peralatan Produksi Alat-alat yang digunakan oleh perusahaan ini dalam pembuatan nata de coco dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Daftar Peralatan yang Digunakan pada Proses Produksi Nata de Coco No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Jenis Peralatan Saringan Jerigen plastik (kapasitas 40 liter) Drum plastik (kapasitas 150 liter) Dandang besar Kompor pompa minyak tanah Pengaduk Corong plastik Botol kaca Baki atau loyang plastik Gayung plastik Kertas koran bekas 12. Karet gelang 13. Mesin pemotong nata Baskom besar Kain lap 14. 15. 16. 17. 18. Gelas plastik Sealer manual Isolasi 19. Pisau silet 4.6 Proses Produksi dan Opsi Produksi Bersih Untuk produksi nata de coco, terlebih dahulu telah dipersiapkan starter yang akan digunakan dalam fermentasi. Proses produksi nata de coco itu sendiri terdiri dari penyaringan, perebusan, penempatan dalam wadah fermentasi, pendinginan, penambahan starter, fermentasi (pemeraman), pemanenan, pembersihan kulit, pemotongan, perebusan dan pengemasan. Proses produksi ini dapat dilihat pada “Gambar (2)”. Berdasarkan proses produksi pembuatan nata de coco dan starter, maka opsi produksi bersih dan limbah yang dihasilkan dapat dilihat pada “Tabel (4)”. Kegunaan Menyaring kotoran yang terdapat dalam air kelapa Mengangkut air kelapa dari pusat pembelian bahan baku. Menampung air kelapa dan mengirim nata de coco yang telah dipanen dalam bentuk lembaran ataupun nata de coco yang telah dipotong-potong. Tempat merebus air kelapa Merebus bahan-bahan pembuat starter/bibit nata dan bahan-bahan pembuat nata. Untuk mencampur semua bahan yang sedang direbus Memasukkan starter kedalam botol kaca Tempat menyimpan starter/bibit nata Sebagai wadah media tumbuh nata (wadah fermentasi) Menuangkan bahan-bahan nata de coco yang telah direbus kedalam bakibaki plastik atau loyang Menutup bahan nata de coco yang sudah diperam dalam baki atau loyang plastik di ruang fermentasi Mengikat lembaran koran bekas yang menutupi baki atau loyang plastik Memotong lembaran nata de coco menjadi bentuk kubus kecil-kecil Menampung air untuk mencuci peralatan dan lembaran nata Mengeringkan dan membersihkan baki/loyang yang telah dicuci serta untuk membersihkan kulit lembaran nata de coco. Wadah untuk kemasan gelas/cup Menutup atau merekatkan kemasan gelas plastik Menutup karton tempat pengepakan nata de coco dalam gelas plastik Memotong merek kemasan dan membuang sisa plastik dari kemasan gelas/cup. ISSN 1829-8958 Tabel 4. Opsi Produksi Bersih dan Total Limbah untuk setiap Opsi No 1. 2. 3. 4. 5. 6. Opsi Pemanfaatan kotoran hasil penyaringan, perebusan dan pembersihan kulit untuk pembuatan pupuk. 1 kg ≈ 1.25 liter 1 liter ≈ 0.8 kg Pemanfaatan kembali sisa cairan fermentasi Pemanfaatan kembali air sisa rendaman, air pembersihan kulit dan pencucian, sisa air perendam potongan nata serta air perebusan potongan nata Pemanfaatan sisa potongan nata untuk pembuatan minuman jelly drink Pemanfaatan sisa potongan nata untuk pembuatan pupuk Menjual sisa plastik pengemasan Jumlah Limbah (per hari) Proses Total Pembuatan 1.02 l starter t 0.511 lt Pembuatan 15 lt nata 7.463 lt 58.811 kg Total 78.0062 kg Pembuatan 7.704 lt nata Pembuatan 720 lt nata 1500 lt 720 lt 540 lt Total 3480 lt Pembuatan nata 167.612 kg Pembuatan nata 167.612 kg Pembuatan nata 0.8 kg Selain dari opsi-opsi di atas, terdapat juga peluangpeluang untuk menerapkan Good Housekeeping di industri nata de coco ini, yaitu : 1. Menghindari tumpahan air kelapa pada saat penyaringan, yaitu dengan tidak menggunakan gayung dalam memindahkan air kelapa dari wadah awal ke wadah penyaringan, tapi menggunakan selang atau aliran kran sehingga tumpahan air kelapa dapat dihindari. 2. Menghindari terjadinya tumpahan bahan-bahan pembuat nata de coco dan pembuat starter pada saat memasukkannya ke dalam wadah perebusan atau pada saat memasukkan ke dalam wadah fermentasi. 3. Menghemat aliran energi dengan cara mematikan aliran listrik sealer pada saat tidak digunakan, tapi tetap mempertimbangkan waktu pemanasan sealer tersebut (15 menit). 94 Aplikasi Produksi Bersih (Cleaner Production) Pada Industri Nata De Coco (Rini Hakimi) 4. Menghindari terjadinya tumpahan air rendaman nata de coco. 5. Membersihkan semua peralatan langsung pada saat telah selesai menggunakannya, tanpa menunda-nunda, agar sisa bahan atau kotoran yang ada pada alat dapat segera dihilangkan sehingga umur pakai peralatan menjadi lama. 6. Mengatur setting peralatan sesuai standar agar setiap tenaga kerja dapat mengoperasikan peralatan dengan baik. 7. 8. 9. Menjaga kebersihan ruang produksi dan ruang kantor untuk meningkatkan kenyamanan dalam bekerja. Rp. 12.000 – Rp. 12500 per dus (berisi 24 gelas atau cup). Produk nata de coco daam gelas ini memiliki aneka rasa yaitu rasa strawbery (warna merah), rasa nenas (warna kuning), rasa melon (warna hijau) serta rasa lyche, vanila, cocopandan dan melon (tidak bewarna atau bening). Air Kelapa Penyaringan Gula, Asam cuka Menstandarisasi pakaian tenaga kerja termasuk sepatu tenaga kerja untuk mengurangi terjadinya kecelakaan kerja karena kemungkinan adanya tumpahan air yang mengakibatkan ruangan menjadi licin. Memberikan pengarahan kepada tenaga kerja tentang pentingnya kebersihan pada proses produksi, karena ini juga akan mempengaruhi mutu nata de coco yang dihasilkan. 10. Melakukan material handling dengan baik untuk mencegah terjadinya tumpahan atau bahan yang tercecer. ZA Energi Penyiapan starter Starter (bibit) 12. Melakukan pemisahan limbah padat, semi padat dan cair agar memudahkan dalam proses pemanfaatannya. Air Membuat standar operasi proses produksi untuk memudahkan karyawan yang ingin meninjau ulang agar tidak terjadi kesalahan dalam proses produksi. Selain itu, melakukan pengawasan tehadap jalannya proses produksi 4.7 Deskripsi Produk Produk yang dihasilkan berupa nata de coco yang telah dipotong-potong (masih mentah) yang dijual dengan harga Rp. 2000 – Rp 2500 per kg. Selain itu juga dihasilkan produk nata de coco yang siap untuk dikonsumsi dengan dua merek (jumlahnya 10% dari hasil produksi per hari), yang dijual dengan harga Perebusan Kotoran Uap Pendinginan Penambahan Starter Fermentasi (Pemeraman) Air untuk merendam 14. Mencatat faktor-faktor penyebab terjadinya masalah dalam produksi, baik dalam pembuatan starter maupun dalam pembuatan nata de coco, untuk kemudian dicari pemecahannya. Pencampuran Penempatan dalam Wadah Fermentasi 11. Melakukan pengendalian persediaan agar tidak ada bahan baku yang menumpuk yang bisa mengakibatkan bahan baku terletak terlalu lama sehingga masam dan tidak dapat digunakan lagi. 13. Menghindari terjadinya kebocoran pada saat pengemasan dengan gelas yaitu dengan memberikan pengarahan dan pelatihan pengemasan yang baik kepada tenaga kerja bagian pengemasan. Kotoran Pemanenan dan Perendaman Pembersihan kulit dan pencucuian Air Air, Energi Plastik penutup kemasan Pemotongan Sisa cairan fermentasi Air sisa Air sisa Lapisan kulit Sisa potongan Air sisa Perebusan Air sisa, uap Pengemasan Sisa plastik Nata de Coco dalam Gelas Plastik Gambar 2. Diagram Alir Proses Pembuatan Nata de Coco 4.8 Studi Kelayakan Opsi Produksi Bersih Penerapan cleaner production (produksi bersih) pada sebuah perusahaan didasarkan kepada kelayakan dari opsi-opsi produksi bersih tersebut. Untuk pengambilan keputusan mengenai opsi produksi bersih yang akan diterapkan, maka dilakukan studi kelayakan dari opsi tersebut. Studi kelayakan yang dilakukan meliputi studi kelayakan teknis, studi 95 Jurnal Teknik Mesin Vol. 3, No.2, Des 2006 kelayakan ekonomi dan studi kelayakan lingkungan. Tujuan dari dilakukannya studi kelayakan dari berbagai aspek tersebut adalah untuk menentukan opsi-opsi produksi bersih yang mungkin diterapkan atau tidak, baik ditinjau dari kemudahan dalam melaksanakan opsi tersebut, biaya yang dikeluarkan, manfaat dari penerapan opsi dan pengaruhnya terhadap lingkungan setelah opsi diterapkan. rata, biarkan selam ± 2 jam, pupuk tersebut sudah siap digunakan. 6. Tabel 5. Cara Penerapan Masing-masing Opsi dan Skornya Opsi Cara Pelaksanaannya Skor 1. Pemanfaatan kotoran hasil penyaringan, perebusan dan limbah pembersihan kulit untuk pembuatan pupuk. Kumpulkan semua kotoran (limbah) tersebut dalam satu wadah, lalu campur dengan kapur tohor (100 kg hasil panen yang gagal dicampur dengan 10 kg kapur tohor). Fungsi kapur tohor adalah untuk menetralkan pH bahan pupuk. Setelah tercampur rata, biarkan selam ± 2 jam, pupuk tersebut sudah siap digunakan. 5 Kumpulkan semua sisa cairan fermentasi dalam dandang, kemudian direbus kembali, dimasukkan kedalam botol, didinginkan, lalu tambahkan biakan murni, setelah itu dilakukan pemeraman selama satu minggu, maka starter sudah dapat digunakan. 3 Pemanfaatan kembali air sisa rendaman, air pembersihan kulit dan pencucian, sisa air perendam potongan nata serta air perebusan potongan nata Air sisa dari berbagai proses tersebut diendapkan, kemudian dituangkan ke drum penyaringan yang sudah berisi bahan penyaringan (pasir, kerikil, ijuk, arang, batu bata, ijuk). Air hasil penyaringan ini bisa digunakan kembali. 3 Pemanfaatan sisa potongan nata untuk pembuatan minuman jelly drink Sisa potongan nata direbus hingga hilang baunya dan bersih (bewarna putih), kemudian diblender sampai halus. Hasil blenderan ini direbus kembali dengan air, ditambahkan gula dan flavour. Kemudian dikemas dalam kemasan gelas plastik. 3 Pemanfaatan sisa potongan nata untuk pembuatan pupuk Kumpulkan semua sisa potongan nata tersebut dalam satu wadah, lalu campur dengan kapur tohor (100 kg hasil panen yang gagal dicampur dengan 10 kg kapur tohor). Fungsi kapur tohor adalah untuk menetralkan pH bahan pupuk. Setelah tercampur 5 4. 5. Tabel 6. Studi Kelayakan Ekonomi pada Opsi produksi Bersih di Perusahaan Nata de Coco No 1. No 3. 5 Kumpulkan semua sisa plastik dalam kantong, kemudian jual ke tempat penjualan yang ada. Studi Kelayakan Ekonomi Adapun cara penerapan masing-masing opsi dan skornya dapat dilihat pada “Tabel (5)”. Pemanfaatan kembali sisa cairan fermentasi Menjual sisa plastik pengemasan Kelayakan opsi produksi bersih secara ekonomi dapat dilihat pada “Tabel (6)”. Studi Kelayakan Teknis 2. ISSN 1829-8958 2. 3. 4. 5. 6. Opsi dan Kelayakan Ekonomi Pemanfaatan kotoran hasil penyaringan, perebusan dan pembersihan kulit untuk pembuatan pupuk. Total limbah yang diolah 78.0062 kg/ hari = 78.0062 x 26 hari = 2028.1612 kg/bulan KEUNTUNGAN Rp. 275632.36 PAY BACK PERIOD 0.5442 bulan = 16.326 hari Pemanfaatan kembali sisa cairan fermentasi Total limbah yang diolah 7.704 liter/ hari = 7.704 liter/hari x 26 hari = 200.304 liter/bulan = 200304 ml/bulan KEUNTUNGAN Rp. 82321.44 PAY BACK PERIOD 2.92 bulan Pemanfaatan kembali air sisa rendaman, air pembersihan kulit dan pencucian, sisa air perendam potongan nata serta air perebusan potongan nata Total limbah yang diolah 3480 liter/ hari = 3480 liter/hari x 26 hari = 90480 liter/bulan PAY BACK PERIOD 27.2866 bln Pemanfaatan sisa potongan nata untuk pembuatan minuman jelly drink Total limbah yang diolah 167.612 kg/ hari = 167.612 kg/hari x 26 hari = 4357.912 kg/bulan KEUNTUNGAN Rp. 1728955.5 PAY BACK PERIOD 1.31 bulan Pemanfaatan sisa potongan nata untuk pembuatan pupuk Total limbah yang diolah 167.612 kg/ hari = 167.612 kg/hari x 26 hari = 4357.912 kg/bulan KEUNTUNGAN Rp. 611582.4 PAY BACK PERIOD 0.4578 bulan Menjual sisa plastik pengemasan Total limbah plastik yang dijual 0.8 kg/ hari = 0.8 kg/hari x 26 hari = 20.8 kg/bulan KEUNTUNGAN Rp. 3460 Studi Kelayakan Lingkungan Adapun manfaat masing-masing opsi bagi lingkungan dan penilaiannya dapat dilihat pada “Tabel (7)”. Tabel 7. Manfaat Masing-masing Opsi bagi Lingkungan dan Skonya Manfaat bagi Lingkungan No Opsi Skor 1. Pemanfaatan kotoran hasil penyaringan, perebusan dan limbah pembersihan kulit untuk pembuatan pupuk. Mengurangi pencemaran karena limbah padat dan semi padat 5 2. Pemanfaatan kembali sisa cairan fermentasi Mengurangi pencemaran karena limbah cair 3 96 Aplikasi Produksi Bersih (Cleaner Production) Pada Industri Nata De Coco (Rini Hakimi) 3. Pemanfaatan kembali air sisa rendaman, air pembersihan kulit dan pencucian, sisa air perendam potongan nata serta air perebusan potongan nata Mengurangi pencemaran karena limbah cair 5 4. Pemanfaatan sisa potongan nata untuk pembuatan minuman jelly drink Mengurangi pencemaran karena semi padat. 3 5. Pemanfaatan sisa potongan nata untuk pembuatan pupuk Mengurangi pencemaran karena semi padat. 3 6. Menjual sisa plastik pengemasan Mengurangi pencemaran karena padat. 3 4.9 Prioritas Penerapan Opsi Produksi Bersih Berdasarkan hasil analisa kelayakan dari masingmasing opsi diatas, maka dapat ditentukan prioritas dari masing-masing opsi. Prioritas dari masingmasing opsi dapat dilihat pada “Tabel (8)”. Berdasarkan “Tabel (8)”, maka opsi pemanfaatan sisa potongan nata untuk pembuatan pupuk menjadi opsi prioritas pertama untuk dilaksanakan oleh perusahaan, karena opsi ini secara teknis sangat mudah dilaksanakan, memberikan keuntungan tertinggi dengan payback period tercepat dan memberi manfaat yang sangat besar bagi lingkungan. Tabel 8. Prioritas dari Masing-masing Opsi Total Skor Prior itas 14.5 2 2. Pemanfaatan kembali sisa cairan fermentasi 9 5 3. Pemanfaatan kembali air sisa rendaman, air pembersihan kulit dan pencucian, sisa air perendam potongan nata serta air perebusan potongan nata 9 4. Pemanfaatan sisa potongan nata untuk pembuatan minuman jelly drink 11 3 5. Pemanfaatan sisa potongan nata untuk pembuatan pupuk 15.5 1 6. Menjual sisa plastik pengemasan 10 4 No Opsi 1. Pemanfaatan kotoran hasil penyaringan, perebusan dan limbah pembersihan kulit untuk pembuatan pupuk. 6 Sedangkan proses pembuatan nata de coco adalah penyaringan, pencampuran, perebusan, penempatan dalam wadah fermentasi, pendinginan, penambahan starter, fermentasi (pemeraman), pemanenan, pembersihan kulit, pemotongan, perebusan dan pengemasan. Pada proses produksi nata de coco dihasilkan limbah cair berupa sisa cairan fermentasi dan sisa penggunaan air selama proses produksi. Limbah semi padat berasal dari kotoran berbentuk lendir dari hasil perebusan, lapisan kulit nata dan sisa potongan nata de coco serta hasil panen nata yang gagal (jika terjadi kegagalan penen). Sedangkan limbah padat berasal dari kotoran pada waktu penyaringan, koran penutup loyang atau botol yang sudah tidak terpakai dan plastik sisa penutup kemasan gelas plastik/cup. Opsi produksi bersih yang bisa dilakukan adalah pemanfaatan kotoran hasil penyaringan, perebusan dan pembersihan kulit untuk pembuatan pupuk, pemanfaatan kembali sisa cairan fermentasi, pemanfaatan kembali air sisa selama proses, pemanfaatan sisa potongan nata untuk pembuatan jelly drink, pemanfaatan sisa potongan nata untuk pembuatan pupuk dan menjual sisa plastik pengemasan. Berdasarkan hasil studi kelayakan, opsi yang memperoleh prioritas tertinggi atau pertama adalah opsi pemanfaatan sisa potongan nata untuk pembuatan pupuk, dengan total skor 15.5 serta keuntungan Rp. 611582,4 dan payback period 0,4578 bulan. Sedangkan opsi yang mendapat prioritas terendah adalah pemanfaatan kembali air sisa selama proses, karena nilai ekonomi yang diberikan sangat rendah serta payback periodnya sangat lama yaitu 27.2866 bulan. 5.2 Saran Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan dan hasil penilaian yang dilakukan, maka penulis memberikan beberapa saran, yaitu : 1. Perusahaan nata de coco sebaiknya memanfaatkan limbah dari proses pembuatan nata de coco sesuai dengan opsi yang ditawarkan. 2. Opsi pertama yang sebaiknya dilaksanakan adalah pemanfaatan sisa potongan nata untuk pembuatan pupuk karena sangat mudah dilaksanakan, memberikan nilai ekonomi tertinggi dan berpengaruh sangat besar terhadap lingkungan. 3. Penerapan produksi bersih dalam bentuk good housekeeping seperti yang telah diuraikan, perlu dilakukan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas perusahaan. 5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Proses pembuatan nata de coco diawali dengan pembuatan starter atau bibit dengan tahapan proses adalah penyaringan, pencampuran, perebusan, penuangan larutas ke dalam botol, pendinginan, penambahan biakan murni dan pemeraman. 97 Jurnal Teknik Mesin Vol. 3, No.2, Des 2006 ISSN 1829-8958 PUSTAKA 1. Forlink. Paket Info Produksi http://www.forlink.dml.or.id/pinfob/ 2000. Bersih. 11.htm, 2. LIPI. Pedoman Pembuatan Nata de Coco dari Limbah Air Kelapa. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Puslitbang Bioteknologi. Bogor, 1999. 3. Lapuz, M.M., E.G. Gulardo dan M.A. Palo. The Nata Organism Cultural Requirement, Characteristic and Identity. Philipine J. of Sci. 96 (2) : 91-107, 1967. 4. Pudjiastuti, L. Produksi Bersih. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta, 1999. 5. Theodula K.A.M.S. The Productin of Nata from Coconut Water. Philipines, 1976. 6. United Nations Environment Programme (UNEP). Cleaner Production Assessment in Dairy Processing. UNEP Publications. http://www.agrifood.forum.net/publications/guide /index.html, 2000. 7. United States Agency for International Development (USAID). Panduan Pengintegrasian Produksi Bersih ke dalam Penyusunan Program Kegiatan Pembangunan Depperindag. Jakarta. Di dalam Suartama, P. W. Adi. Mempelajari Penerapan Produksi Bersih dan Penanganan Limbah di PT. Great Giant Pineaple Company, Lampung Tengah. Laporan Praktek Lapang. Fateta IPB. Bogor, 1997. 2000. 8. Warisno. Mudah dan Praktis Membuat Nata de Coco. Agromedia Pustaka. Jakarta, 2004. 98