LAPORAN PELAKSANAAN PENYULUHAN ACNE VULGARIS DISUSUN OLEH: Kelompok DM UHT 43 P I Gusti Ngurah Gede Wira A. 20190420021 Mahendi 20190420119 Maratus Sholekhah 20190420120 Maretta Wulandari 20190420121 Maria Anastasia Sidabutar 20190420122 Maryam Assegaf 20190420123 Meidy Adlina Firliyani 20190420124 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HANG TUAH SURABAYA BEKERJA SAMA DENGAN UNIT PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT RUMKITAL DR. RAMELAN SURABAYA 2019 LEMBAR PENGESAHAN Satuan acara penyuluhan (SAP) Acne vulgaris telah dikonsulkan dan telah dilaksanakan pada: Hari/tanggal : Jumat 13 September 2019 Tempat : Poli Klinik Kulit dan Kelamin Sasaran : Pasien dan Keluarga Pasien Surabaya, 13 September 2019 Dokter Penanggung Jawab Ka Klinik Kulit dan Kelamin Rumkital Dr. Ramelan Surabaya dr. Eko Riyanto, Sp.KK Masni Ritongga, A.Md. Kep Letkol Laut (K)NRP.10451/P Penata TK I III/d 196907201991032004 Mengetahui Ka. Unit PKRS Rumkital Dr. Ramelan Surabaya Dra. Mila Abdullah, M.M.,Apt Kolonel Laut (K/W)NRP.11682/P ii DAFTAR ISI COVER ............................................................................................................................... i LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................................... ii DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii SATUAN ACARA PENYULUHAN ILMU KULIT DAN KELAMIN .............................. 1 MATERI PENYULUHAN ACNE VULGARIS................................................................ 5 A. DEFINISI ................................................................................................................. 5 B. EPIDEMIOLOGI ..................................................................................................... 5 C. ETIOLOGI ............................................................................................................... 5 D. PATOGENESIS ..................................................................................................... 6 E. GEJALA KLINIS ..................................................................................................... 8 F. DIAGNOSIS ............................................................................................................ 8 G. PENATALAKSANAAN .......................................................................................... 9 H. PENCEGAHAN .................................................................................................... 11 I. PROGNOSIS ........................................................................................................ 11 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 13 DAFTAR ABSENSI ........................................................................................................ 15 LEMBAR OBSERVASI .................................................................................................. 17 LAMPIRAN 1 ................................................................................................................... 19 iii SATUAN ACARA PENYULUHAN ILMU KULIT DAN KELAMIN “Acne vulgaris” Topik : Acne Sub. Topik : Acne vulgaris Hari/tanggal : Jum’at, 13 September 2019 Pukul : 08.30-09.00 Waktu : 30 menit Tempat : Poli Klinik Kulit dan Kelamin RSAL Dr. Ramelan Surabaya Peserta : Pasien atau keluarganya 1. Tujuan umum Setelah melakukan penyuluhan, sasaran mampu mengetahui Acne vulgaris 2. Tujuan khusus Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit diharapkan pasien dan keluarga : 1. Memahami pengertian Acne vulgaris 2. Memahami epidemiologi Acne vulgaris 3. Memahami etiologi Acne vulgaris 4. Memahami patogenesis Acne vulgaris 5. Memahami gejala klinis Acne vulgaris 6. Memahami diagnosa Acne vulgaris 7. Memahami penatalaksanaan Acne vulgaris 8. Memahami pencegahan Acne vulgaris 9. Memahami prognosis Acne vulgaris 3. Materi Acne vulgaris: terlampir 4. Metode Ceramah dan tanya jawab 1 5. Media PPT dan leafleat 6. Kegiatan penyuluhan No Kegiatan Penyuluhan Peserta Waktu Menjawab salam 3 menit . 1. Pembukaa Pengucapan salam n Pembukaan Memperkenalkan diri Memperhatikan Apresepsi Mengkomunikasikan tujuan Kontrak waktu 2. Kegiatan Memahami dan Memperhatikan inti menguraikan materi penjelasan tentang : penyuluhan Acne vulgaris 1. Memperhatikan 2. Epidemiologi 2. Menanyakan Acne vulgaris hal yang belum jelas Acne 3. Memperhatikan vulgaris jawaban penyuluh 4. Patogenesis Acne vulgaris 5. Diagnosa Acne vulgaris 6. Penatalaksana an dengan cermat: 1. Pengertian 3. Etiologi 20 menit Acne vulgaris 2 7. Pencegahan Acne vulgaris 8. Prognosis Acne vulgaris 3. Penutup 1. Menyimpulkan 1. Memberikan materi kesimpulan 2. Mengucapkan dari materi penyuluhan terima kasih yang 3. Mengucapkan telah disampaikan salam penutup 7. 7 menit 2. Menjawab salam Evaluasi Diberikan setelah ceramah dengan mengacu pada tujuan yang telah ditetapkan. Kriteria Evaluasi a. Evaluasi Struktur 1) Pasien dan keluarga hadir / ikut dalam kegiatan penyuluhan. 2) Penyelenggaran penyuluhan dilakukan di Poli Klinik Kulit dan Kelamin RSAL Dr. Ramelan Surabaya. 3) Pengorganisasian penyuluhan dilakukan pada hari pelaksanaan. b. Evaluasi Proses 1) Peserta antusias terhadap materi penyuluhan. 2) Pasien tidak meninggalkan tempat sebelum kegiatan selesai. 3) Peserta terlibat aktif dalam kegiatan penyuluhan. c. Evaluasi Hasil 1) Prosedur 2) Bentuk: pertanyaan terbuka a. Memahami pengertian Acne vulgaris b. Memahami epidemiologi Acne vulgaris c. Memahami etiologi Acne vulgaris d. Memahami patogenesis Acne vulgaris e. Memahami gejala klinis Acne vulgaris f. Memahami diagnosa Acne vulgaris 3 g. Memahami penatalaksanaan Acne vulgaris h. Memahami pencegahan Acne vulgaris i. Memahami prognosis Acne vulgaris 3) Presentasi Hasil : Sasaran mampu menjawab pertanyaan 8. a. >80% = Berhasil b. 50-80% = Cukup c. <50% = Kurang berhasil Pengorganisasian Pemateri/Penyaji : Maryam Assegaf/Maretta Wulandari Moderator : dr. Densy Violina, Sp.DV Notulen : Meidy Adlina Firliyani, I Gusti Ngurah Gede Wira Adyana Fasilitator : Mar’atus Sholekhah, Mahendi, Maria Anastasia S Observer : Ka Klinik Kulit dan Kelamin 9. Denah Ruangan Poli Kulit dan Kelamin B A A = Pemateri B = Moderator F F C = Fasilitator C F F F F D = Observer E = Dokumentasi E D Ruang Dokter Keterangan : A = Pemateri, B =Moderator, C = Fasilitator, D = Observer, E = Dokumentasi 4 MATERI PENYULUHAN ACNE VULGARIS A. DEFINISI Acne vulgaris adalah penyakit radang menahun dari apparatus pilosebasea, lesi paling sering di jumpai pada wajah, dada dan punggung. Kelenjar yang meradang dapat membentuk papul kecil berwarna merah muda, yang kadang kala mengelilingi komedo sehingga tampak hitam pada bagian tengahnya, atau membentuk pustul atau kista; penyebab tak diketahui, tetapi telah dikemukakan banyak faktor, termasuk stress, faktor herediter, hormon, obat dan bakteri, khususnya Propionibacterium acnes, Staphylococcus albus, dan Malassezia furfur, berperan dalam etiologi (Adhi Djuanda, 2005). B. EPIDEMIOLOGI Karena hampir setiap orang pernah menderita penyakit ini, maka sering dianggap sebagai kelainan kulit yang timbul secara fisiologis. Baru pada masa remajalah acne vulgaris menjadi salah satu masalah. Umumnya insiden terjadi Universitas Sumatera Utara pasa umur 14-17 tahun pada wanita, 16-19 tahun pada pria dan masa itu lesi yang pradominan adalah komedo dan papul dan jarang terlihat lesi beradang. Diketahui pula bahwa ras oriental (Jepang, Cina, Korea) lebih jarang menderita acne vulgaris dibanding dengan ras Kaukasia (Eropa dan Amerika), dan lebih sering terjadi nodulo-kistik pada kulit putih daripada Negro (Wasiaatmadja, 2007). C. ETIOLOGI Acne vulgaris adalah penyakit yang disebabkan multifactor, Faktor faktor yang mempengaruhi terjadinya acne adalah: 1. Faktor genetik. Faktor genetik memegang peranan penting terhadap kemungkinan seseorang menderita acne. Penelitian di Jerman menunjukkan bahwa acne terdapat pada 45% remaja yang salah satu atau kedua orang tuanya menderita acne, dan hanya 8% bila ke dua orang tuanya tidak menderita acne. 5 2. Faktor ras. Warga Amerika berkulit putih lebih banyak menderita acne dibandingkan dengan yang berkulit hitam dan acne yang diderita lebih berat dibandingkan dengan orang Jepang. 3. Hormonal. Hormonal dan kelebihan keringat semua pengaruh perkembangan dan atau keparahan dari jerawat Beberapa faktor fisiologis seperti menstruasi dapat mempengaruhi acne. Pada wanita, 60- 70% acne yang diderita menjadi lebih parah beberapa hari sebelum menstruasi dan menetap sampai seminggu setelah menstruasi. 4. Diet. Tidak ditemukan adanya hubungan antara acne dengan asupan total kalori dan jenis makanan, walapun beberapa penderita menyatakan acne bertambah parah setelah mengkonsumsi beberapa makanan tertentu seperti coklat dan makanan berlemak. 5. Iklim. Cuaca yang panas dan lembab memperburuk acne. Hidrasi pada stratum korneum epidermis dapat merangsang terjadinya acne. Paparan sinar matahari yang berlebihan dapat memperburuk acne. 6. Lingkungan. Acne lebih sering ditemukan dan gejalanya lebih berat di daerah industri dan pertambangan dibandingkan dengan di pedesaan. 7. Stres. Acne dapat kambuh atau bertambah buruk pada penderita stres emosional. Mekanisme yang tepat dari proses jerawat tidak sepenuhnya dipahami, namun diketahui dicirikan oleh sebum berlebih, hiperkeratinisasi folikel, stres oksidatif dan peradangan. Androgen, mikroba dan pengaruh pathogenetic juga bekerja dalam proses terjadinya jerawat (Thiboutot, 2008). D. PATOGENESIS Etiologi Acne vulgaris belum jelas sepenuhnya. Patogenesis acne adalah multifaktorial, namun telah diidentifikasi empat teori sebagai etiopatogenesis acne. Keempat patogenesis tersebut adalah hiperkeratinisasi dari duktus polisebasea, produksi sebum yang berlebih, bakteri Propionibacterium acnes (P. acnes), dan inflamasi. a. Peningkatan produksi sebum Sebum disintesis oleh kelenjar sebasea secara kontinu dan disekresikan ke permukaan kulit melalui pori – pori folikel rambut. 6 Sekresi sebum ini diatur secara hormonal. Kelenjar sebasea terletak pada seluruh permukaan tubuh, namun jumlah kelenjar yang terbanyak didapatkan pada wajah, pungung, dada, dan bahu. Kelenjar sebasea mensekresikan lipid melalui sekresi holokrin. Selanjutnya, kelenjar ini menjadi aktif saat pubertas karena adanya peningkatan hormon androgen, khususnya hormon testosteron, yang memicu produksi sebum . Hormon androgen menyebabkan peningkatan ukuran kelenjar sebasea, menstimulasi produksi sebum, serta menstimulasi proliferasi keratinosit pada duktus kelenjar sebasea dan acroinfundibulum. Ketidakseimbangan antara produksi dan kapasitas sekresi sebum akan menyebabkan pembuntuan sebum pada folikel rambut . b. Penyumbatan keratin di saluran pilosebaseus Terdapat perubahan pola keratinisasi folikel sebasea, sehingga menyebabkan stratum korneum bagian dalam dari duktus pilosebseus menjadi lebih tebal dan lebih melekat dan akhinya akan menimbulkan sumbatan pada saluran folikuler. Bila aliran sebum ke permukaan kulit terhalang oleh masa keratin tersebut, maka akan terbentuk mikrokomedo dimana mikrokomedo ini merupakan suatu proses awal dari pembentukan lesi acne yang dapat berkembang menjadi lesi noninflamasi maupun lesi inflamasi. Proses keratinisasi ini dirangsang oleh androgen, sebum, asam lemak bebas dan skualen . c. Kolonisasi mikroorganisme di dalam folikel sebaseus Peran mikroorganisme penting dalam perkembangan acne. Dalam hal ini mikroorganisme Propionilbacterium acnes, yang mungkin berperan Staphylococcus epidermidis adalah dan Pityrosporum ovale. Mikroorganisme tersebut berperan pada kemotaktik inflamasi serta pada pembentukan enzim lipolitik pengubah fraksi lipid sebum. P. Acnes menghasilkan komponen aktif protease, hialuronidase, dan faktor kemotaktik yang seperti lipase, menyebabkan inflamasi. Lipase berperan dalam mengidrolisis trigliserida sebum menjadi asam lemak bebas yang berperan dalam menimbulkan hiperkeratosis, retensi, dan pembentukan mikrokomedo. 7 d. Inflamasi Propionilbacteriuum acnes mempunyai faktor kemotaktik yang menarik leukosit polimorfonuklear kedalam lumen komedo. Jika leukosit polimorfonuklear memfagosit P. acnes dan mengeluarkan enzim hidrolisis, maka akan menimbulkan kerusakan dinding folikuler dan menyebabkan ruptur sehingga isi folikel (lipid dan komponen keratin) masuk dalam dermis sehingga mengakibatkan terjadinya proses inflamasi. E. GEJALA KLINIS Lesi utama acne adalah mikrokomedo atau mikrokomedone, yaitu pelebaran folikel rambut yang mengandung sebum dan P. acnes. Sedangkan lesi acne lainnya dapat berupa papul, pustul, nodul, dan kista. Predileksi acne yaitu pada wajah, bahu, dada, punggung, dan lengan atas. Komedo yang tetap berada di bawah permukaan kulit tampak sebagai komedo white head, sedangkan komedo yang bagian ujungnya terbuka pada permukaan kulit disebut komedo black head karena secara klinis tampak berwarna hitam pada epidermis (Baumann dan Keri, 2009 ; Sukanto dkk., 2005). Acne baik itu ada atau tidak adanya inflamsi dapat menimbulkan scar. Scar karena acne terdiri dari empat tipe yaitu, scar icepick, rolling, boxcar dan hipertropik. Scar icepick adalah scar yang dalam dan sempit, dengan bagian terluasnya berada pada permukaan kulit dan semakin meruncing menuju satu titik ke dalam dermis. Scar rolling adalah scar yang dangkal, luas, dan tampak memiliki undulasi. Scar boxcar adalah scar yang luas dan berbatas tegas. Tidak seperti scar icepick, lebar permukaan dan dasar scar boxcar adalah sama. Pada beberapa kejadian yang jarang, terutama pada truncus, scar yang terbentuk dapat berupa scar hipertropik (Zaenglein dkk., 2008). F. DIAGNOSIS Diagnosis Acne vulgaris ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan klinis. Keluhan penderita dapat berupa gatal atau sakit, tetapi pada umumnya keluhan penderita lebih bersifat kosmetik. Pada pemeriksaan fisik ditemukan komedo, baik komedo terbuka maupun komedo tertutup. 8 Adanya komedo diperlukan untuk menegakkan diagnosis Acne vulgaris (Wolff dan Johnson, 2009). Selain itu, dapat pula ditemukan papul, pustul, nodul dan kista pada daerah–daerah predileksi yang mempunyai banyak kelenjar lemak. Secara umum, pemeriksaan laboratorium bukan merupakan indikasi untuk penderita Acne vulgaris, kecuali jika dicurigai adanya hyperandrogenism (Zaenglein dkk., 2008). G. PENATALAKSANAAN Pemahaman mengenai patogenesis acne dengan keempat faktor yang berperan akan mempermudah prinsip penanganan acne, yaitu memperbaiki keratinisasi folikel, menurunkan aktivitas kelenjar sebasea, menurunkan populasi bakteri P. acnes, dan menekan inflamasi. (Zaenglein AL, 2008). Akan tetapi, penentuan derajat acne untuk pengobatan tidak hanya berdasarkan jumlah lesi semata, tetapi juga ditentukan oleh beberapa faktor lain, misalnya distribusi lesi lokalisata atau generalisata, derajat inflamasi, lama sakit, respons terapi sebelumnya, dan efek psikososial. Sebagian besar acne ringan sampai sedang membutuhkan terapi topikal. Acne sedang sampai berat menggunakan kombinasi terapi topikal dan oral. Untuk menentukan jenis acne infl amasi, non inflamasi, atau campuran keduanya, sehingga dapat memberikan terapi yang tepat. (Cunliffe dkk 2001) Terapi acne dimulai dari pembersihan wajah menggunakan sabun. Beberapa sabun sudah mengandung antibakteri, misalnya triclosan yang menghambat kokus positif gram. Selain itu juga banyak sabun mengandung benzoil peroksida atau asam salisilat. (Zaenglein AL, 2008). Bahan topikal untuk pengobatan acne sangat beragam. Sulfur, sodium sulfasetamid, resorsinol, dan asam salisilat, sering ditemukan sebagai obat bebas. Asam azaleat dengan konsentrasi krim 20 persen atau gel 15 persen, memiliki efek antimikroba dan komedolitik, selain mengurangi pigmentasi dengan berfungsi sebagai inhibitor kompetitif tirosinase. Benzoil peroksida merupakan antimikroba kuat, tetapi bukan antibiotik, sehingga tidak menimbulkan resistensi. (Harper JC 2004). Antibiotik topikal yang sering digunakan adalah klindamisin dan eritromisin. Keduanya dapat digunakan dengan kombinasi bersama benzoil 9 peroksida dan terbukti mengurangi resistensi. Retinoid merupakan turunan vitamin A yang mencegah pembentukan komedo dengan menormalkan deskuamasi epitel folikular. Retinoid topikal yang utama adalah tretinoin, tazaroten, dan adapalene. (Haider A, 2004). Tretinoin paling banyak digunakan, bersifat komedolitik dan antiinfl amasi poten. Secara umum, semua retinoid dapat menimbulkan dermatitis kontak iritan. Pasien dapat disarankan menggunakan tretinoin dua malam sekali pada beberapa minggu pertama untuk mengurangi efek iritasi. Tretinoin bersifat photolabile sehingga disarankan aplikasi pada malam hari. (Zaenglein AL, 2008). Salah satu terapi sistemik acne adalah antibiotik. Tetrasiklin banyak digunakan untuk acne infl amasi. Meskipun tidak mengurangi produksi sebum tetapi dapat menurunkan konsentrasi asam lemak bebas dan menekan pertumbuhan P. acnes. (Zaenglein AL, 2008). Akan tetapi tetrasiklin tidak banyak digunakan lagi karena angka resistensi P. acnes yang cukup tinggi. (Harper JC 2004). Turunan tetrasiklin yaitu doksisiklin dan minosiklin menggantikan tetrasiklin sebagai terapi antibiotik oral lini pertama untuk acne dengan dosis 50-100 mg dua kali sehari. Eritromisin dibatasi penggunaannya, yaitu hanya pada ibu hamil, karena mudah terjadi resistensi P. acnes terhadap eritromisin. Resistensi dapat dicegah dengan menghindari penggunaan antibiotik monoterapi, membatasi lama penggunaan antibiotik, dan menggunakan antibiotik bersama benzoil peroksida jika memungkinkan. Isotretinoin oral adalah obat yang paling efektif untuk acne.Dosis isotretinoin yang dianjurkan adalah 0,5-1 mg/kg/hari dengan dosis kumulatif 120-150 mg/kg berat badan. (Zaenglein AL, 2008). Obat ini langsung menekan aktivitas kelenjar sebasea, menormalkan keratinisasi folikel kelenjar sebasea, menghambat infl amasi, dan mengurangi pertumbuhan P. acnes secara tidak langsung. Isotretinoin paling efektif untuk acne nodulokistik rekalsitran dan mencegah jaringan parut. Meskipun demikian, isotretinoin tidak bersifat kuratif untuk acne. Penghentian obat ini tanpa disertai terapi pemeliharaan yang memadai, akan menimbulkan kekambuhan acne. Selain itu, penggunaan obat ini harus berhatihati pada perempuan usia reproduksi karena bersifat teratogenik. (Kurokawa I,2009). 10 Penggunaan isotretinoin dan tetrasiklin bersamaan sebaiknya dihindari karena meningkatkan risiko pseudotumor serebri. Suntikan glukokortiokoid intralesi dapat diberikan untuk lesi acne nodular dan cepat mengurangi infl amasinya. Risiko tindakan ini adalah hipopigmentasi dan atrofi Modalitas lain yang dapat digunakan untuk mengatasi acne adalah radiasi ultraviolet yang memiliki efek antiinfl amasi terhadap acne. Radiasi UVB atau kombinasi UVB dan UVA dapat bermanfaat untuk acne infl amasi, tetapi perlu diwaspadai potensi karsinogeniknya. (Zaenglein AL, 2008). H. PENCEGAHAN 1. Cuci area bermasalah dengan pembersih yang lembut. Dua kali sehari, gunakan tangan untuk mencuci wajah dengan sabun lembut dan air hangat. 2. Hindari produk tertentu, seperti scrub wajah, astringen dan masker. Produk tersebut cenderung mengiritasi kulit, yang dapat memperburuk jerawat. Mencuci dan menggosok secara berlebihan juga bisa mengiritasi kulit. 3. Obat jerawat yang tidak diresepkan dapat menyebabkan efek samping awal seperti kemerahan, kekeringan dan pengelupasan yang sering membaik setelah bulan pertama penggunaannya. 4. Hindari gesekan atau tekanan pada kulit. Lindungi kulit yang rentan berjerawat dari kontak dengan barang-barang seperti telepon, helm, kerah ketat atau tali pengikat, dan ransel. 5. Hindari menyentuh atau menekan di area masalah. Jika dilakukan dapat memicu lebih banyak jerawat atau menyebabkan infeksi atau jaringan parut. 6. Mandi setelah beraktivitas berat. Minyak dan keringat di kulit dapat menyebabkan berjerawat. (Medscape, 2018). I. PROGNOSIS Menurut Medscape, 2019, Acne vulgaris dapat menyebabkan efek psikososial dan fisik lama serta merugikan. Ini terkait dengan depresi dan kecemasan, terlepas dari keparahan penyakit, meskipun efek psikologis 11 biasanya membaik dengan pengobatan. Selain itu, Acne vulgaris dapat menyebabkan jaringan parut permanen yang sulit untuk diperbaiki. Pada pasien pria, Acne vulgaris umumnya hilang pada awal masa dewasa. 5% pria masih memiliki Acne vulgaris pada usia 25 tahun. Acne vulgaris dewasa lebih sering terjadi pada wanita. 12% wanita masih memiliki Acne vulgaris pada usia 25 tahun. 5% wanita masih memiliki Acne vulgaris pada usia 45 tahun. Prognosis keseluruhan untuk pasien dengan Acne vulgaris adalah baik. 12 DAFTAR PUSTAKA Baumann, L., Keri J. 2009. Cosmetic Dermatology Principles and Practice. Acne (Type 1 Sensitive Skin). Second Edition. New York. pp. 121-127. Cunliff e WJ, Gollnick HPM. Topical therapy. In: Cunliff e WJ, Gollnick HPM, eds. Acne diagnosis and management. London: Martin Dunitz Ltd, 2001:107-14. Cuncliffe WJ. Inflammation in acne scarring: a comparison of the responsesin lesions from patients prone and not prone to scar. British Journal of Dermatology. London. Martin Dunitz Ltd . 150(1):72–81. 2007. Djuanda Adhi, Prof.Dr.dr.Pioderma. In: Djuand Adhi, Prof.Dr.dr.editors. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 5th ed. Jakarta: balai penerbit FKUI: 2005.p.253-259 Fulton, James Jr. Acne vulgaris in Medscape Journal; 2010. [cited 2010 june 21]. Avalaible from: http://dermatology.cdlib.org/93/commentary/acne/hanna.html. Haider A, Shaw JC. Treatment of Acne vulgaris. JAMA. 2004;292(6):726-35. Harper JC. An update on the pathogenesis and management of Acne vulgaris. J Am Acad Dermatol. 2004;51(1):S36-8. Harper JC . Acne vulgaris . Edisi Ke-4 . Jakarta. EGC . 2007 . Jacyk WK. Acne vulgaris. Grades of severity and treatment options. SA Fam Pract. 2003;45(9):32-6. Kabau S. Hubungan antara Pemakaian Jenis Kosmetik dengan Kejadian Acne vulgaris. Jurnal Media Medika Muda. 43(1) :32-6. 2012. Mayoclinic. Acne. Available at: https://www.mayoclinic.org/diseases- conditions/acne/diagnosis-treatment/drc-20368048. (Accessed : 9 September 2019) Medscape. Acne vulgaris Treatment & Management. https://emedicine.medscape.com/article/1069804-treatment. September 2019) 13 Available (Accessed at : : 9 Purwaningdyah RAK, Jusuf NK. Profil Penderita Acne vulgaris pada Siswa-Siswi di SMA Shafiyyatul Amaliyyah Medan. E-Journal FK USU. 1(1);1-8. 2013. Thiboutot D, Gollnick H, Bettoli V, Dreno B, Kang S, Leyden JJ, dkk. New insights into the management of acne: An update from the Global Alliance to Improve Outcomes in Acne Group. J Am Acad Dermatol. 2008 ;60:S1-50 Wasitaatmadja, M. Sjarif, 2007. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Penerbit Universitas AS Indonesia. UI-PRESS, Jakarta. 2007 Williams SM. Pilo Sebaceuous duct physiology, observation on the number and size of pilo sebaceuous ducts in Acne vulgaris. New York. Dermatology . 95(2);15355. 2007. Wolff K, Johnson R. 2009. Fitzpatrick’s Color Atlas and Synopsis of Clinical Dermatology. 6th ed. USA: McGraw Hill Professional. Zaenglein, A.L., Graber, E.M., Thiboutot, D.M., Strauss, J.S., 2008. Acne vulgaris and Acneiform Eruptions. In:Wolff, K., Goldsmith, L.A., Katz, S.I., Gilchrest, B.A., Paller, A.S., Leffell, D.J. eds Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine 7th ed. New York:Mc Graw Hill;2007.p: 690-703. 14 DAFTAR ABSENSI EDUKASI PKRS RUMKITAL DR. RAMELAN SURABAYA Hari/tanggal : Jumat/ 13 September 2019 Tempat : Poli Klinik Kulit dan Kelamin RSAL dr. Ramelan Surabaya Waktu : 09.00 - selesai No Nama Alamat 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 15 TTD 14. 15. Surabaya, 11 September 2019 Ka. Unit PKRS Dra. Mila Abdullah,Apt. M.M Kolonel Laut (K/W) NRP 11682/P 16 LEMBAR OBSERVASI Tema : “Acne vulgaris” Hari /Tanggal : Jumat, 13 September 2019 Tempat : Poli Klinik Kulit dan Kelamin Persiapan : Mempersiapkan proposal, leaflet, laptop, dan projector. Pelaksanaan : Organisasi Pemateri : Maryam Assegaf, Maretta Wulandari Moderator : dr. Densy Violina, Sp.DV Fasilitator :Mar’atus Sholekhah, Mahendi. Maria Anastasia Sidabutar Waktu Peserta Mulai : 09.00 WIB Penjelasan : 30 menit Jumlah : 22 orang Penyampaian : penyajiannya sangat baik dalam menyampaikan materi, bahasa dan intonasinya baik. Penyajian Interaksi antara penyaji dan pendengar baik. Kendala : Tidak ada Solusi : Tidak ada Proses diskusi : dalam proses diskusi baik, audien antusias dalam bertanya, dan memperhatikan betul apa Diskusi Daftar pertanyaan Jawaban Fasilitator yang disampaikan oleh penyaji. Kendala : Tidak ada Solusi : Tidak ada 1. 2. 1. 2. Penyuluhan ini sangat baik bagi orang-orang awam untuk Masukan / Tambahan menambah wawasan mereka mengenai penyakit yang belum pernah penanganannya 17 mereka dengar dan tahu cara Surabaya, 13 September 2019 Ka. Klinik Kulit dan Kelamin Rumkital Dr. Ramelan Surabaya Masni Ritongga, A.Md. Kep Penata TK I III/d 19690720 199103 2 004 18 LAMPIRAN 1 FOTO KEGIATAN PKRS ACNE VULGARIS 13 September 2019 19