Uploaded by adam

PAPER PEREKONOMIAN INDONESIA DEPENDENCY RATIO

advertisement
BONUS DEMOGRAFI: PENGGERAK ATAU PENGHAMBAT EKONOMI?
STUDI EMPIRIS PADA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERIODE
2007-2017
Asep Muhammad Adam ([email protected])
Program Magister Ilmu Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Padjadjaran
ABSTRAK
Pentingnya posisi penduduk dalam proses pertumbuhan ekonomi mendasari
penelitian-penelitian untuk mengetahui pengaruh faktor kependudukan terhadap
pertumbuhan ekonomi. Dalam penelitian Syamsuddin (2013), faktor kependudukan
meliputi pertumbuhan penduduk, tenaga kerja dan rasio beban tanggungan terhadap
pertumbuhan ekonomi. Penelitian ini bertujuam untuk mengetahui pengaruh tenaga
kerja dan rasio beban tanggungan terhadap jumlah PDRB di Provinsi Nusa Tenggara
Barat periode 2007-2017. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan metode regresi linier berganda atau Ordinary Least Square
(OLS) dan menggunakan pengujian koefisien determinasi, uji t, dan uji F. Dari hasil
penelitian menunjukan bahwa secara parsial variabel Tenaga kerja (TK) mempunyai
pengaruh signifikan dan positif terhadap PDRB di Provinsi Nusa Tenggara Barat
periode 2007-2017. Sedangkan variabel Rasio Beban Tanggungan (DR) mempunyai
pengaruh yang signifikan dan negative terhadap PDRB Provinsi Nusa Tenggara Barat
periode 2007-2017. Selain itu hasil perhitungan juga menunjukkan bahwa variabel
bebas yaitu Tenaga Kerja dan Rasio Beban Tanggungan secara simultan berpengaruh
signifikan terhadap Produk Domestik Regional Bruto dengan R2 sebesar 90,7%.
Kata Kunci: Produk Domestik Regional Bruto, Tenaga Kerja dan Rasio Beban
Tanggungan.
PENDAHULUAN
Pertumbuhan ekonomi merupakan proses perubahan kondisi perekonomian
suatu negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama
periode tertentu. Suatu perekonimian dapat dikatakan mengalami suatu perubahan
akan perkembangannya apabila tingkat kegiatan ekonomi lebih tinggi daripada yang
dicapai sebelumnya.
Indikator peniting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu wilayah atau
provinsi dalam suatu periode tertentu ditunjukkan oleh data Peoduk Domestik
Regional Bruto (PDRB). Nilai PDRB akan memberi suatu gambaran bagaimana
kemampuan daerah dalam mengelola serta memanfaatkan sumber daya yang ada.
Tabel 1.1 PDRB Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2007-2017 Berdasarkan
Harga Konstan Tahun Dasar 2010
PDRB ATAS DASAR HARGA KONSTAN
tahun PDRB Tahun Dasar 2010
Laju Pertumbuhan Ekonomi
2007
57185018
2008
58800320
2.82
2009
65936745
12.14
2010
70122726
6.35
2011
67379141
-3.91
2012
66340812
-1.54
2013
69766714
5.16
2014
73372964
5.17
2015
89337986
21.76
2016
94537749
5.82
2017
94644993
0.11
Sumber :Publikasi Badan Pusat Statistik
Pertumbuhan ekonomi Provinsi Nusa tenggara Barat dari tahun 2007-2017
sangat fluktuatif. Dilihat dari table diatas secara umum kinerja perekonomian Nusa
Tenggara Barat pada tahun 2011 berada pada pertumbuhan yang paling kecil pada
periode 2007-2017 yaitu sebesar -3,91 persen atau berada pada tren pertumbuhan
yang negative. Sementara pertumbuhan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat tahun
2015 mengalami pertumbuhan yang sangat tinggi yaitu mencapai 21,76 persen,
tertinggi di Nasional. Tingginya pertumbuhan ekonomi tersebut didorong oleh kinerja
ekspor khususnya komoditas tambang. Hal itu terkait dengan kebijakan relaksasi
ekspor tembaga. Sementara itu, konsumsi yang memeiliki porsi terbesar dari PDRB
mengalami perlambatan. Dibandingkan dengan taun 2014, pertumbuhan ekonomi
mengalami kenaikan.
Menurut penelitian Neni Pancawati (2000), faktor penduduk merupakan
faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi regional. Pertumbuhan
penduduk memberikan tekanan negative terhadap pertumbuhan ekonomi. Hasil yang
sama didapatkan oleh Kelley dan Schmidt (1995), bahwa pertumbuhan ekonomi
mempunyai hubungan negative dengan pertumvuhan ekonomi.
Penduduk yang bertambah dari waktu ke waktu dapat menjadi pendorong
maupun penghambat perkembangan ekonomi. Di negara maju pertumbuhan
penduduk mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi karena didukung oleh
investasi yang tinggi, teknologi yang tinggi, dan sumber daya manusia yang
berkualitas. Akan tetapi di negara berkembang, akibat pertumbuhan penduduk
terhadap pembangunan ekonomi tidakklah demikian, karena kondisi yang berlaku
sama sekali berbeda dengan kondisi negara maju. Ekonomi negara berkembang
memiliki modal yang kurang, tekonologi yang sederhana, dan tenaga kerja yang
kurang ahli. Karena itu pertumbuhan penduduk benar-benar dianggap sebagai
hambatan pembangunan ekonomi, dimana pertumbuhan penduduk yang cepat
memperberat tekanan pada lahan dan menyebabkan pengangguran dan akan
mendorong menignkatnya beban ketergantungan.
Jumlah Tenaga kerja
jumlah penduduk
4587562
4500212
4545650
2132933
1978764
1962240
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
Gambar 1. Perkembangan Jumlah Penduduk Provinsi Nusa Tenggara
Barat Tahun 2007-2017.
Sumber : Nusa Tenggara Barat dalam angka, BPS
Dilihat dari Gambar 2, pertambahan penduduk di provinsi Nusa Tenggara
Barat tidak diikuti dengan peningkatan jumlah tenaga kerja. Pada tahun 2010 jumlah
tenaga kerja sebesar 2,13 juta jiwa, mengalami penurunan pada tahun 2011 menjadi
1,96 juta jiwa. Dengan jumlah penduduk yang terus meningkat pada tahun tersebut
yaitu sebesar 4,51 juta jiwa di tahun 2010 meningkat menjadi 4,58 juta jiwa pada
tahun 2012.
Penduduk adalah sumber utama penawaran tenaga kerja, tidak semua
penduduk disebut tenaga kerja. Ada Batasan umur untuk dapat dikelompokkan
sebagai penduduk usia kerja yang disebut sebagai tenaga kerja dan dapat
menyumbangkan tenaga dalam kegiatan produksi (Budiarty, 2006).
Pentingnya posisi penduduk dalam proses pertumbuhan ekonomi mendasari
penelitian-penelitian untuk mengetahui pengaruh faktor kependudukan terhadap
pertumbuhan ekonomi. Dalam penelitian Syamsuddin (2013), faktor kependudukan
meliputi pertumbuhan penduduk, tenaga kerja dan rasio beban tanggungan terhadap
pertumbuhan ekonomi. Secara teori faktor kependudukan meliputi juga mortalitas,
fertilitas dan migrasi. Namun dalam penelitian ini ketoga variabel tersebut tidak
dilibatkan secara langsung karena telah terpresentasikan di dalam variabel jumlah
penduduk.
Pertumbuhan ekonomi juga dipengaruhi oleh beban tanggungan penduduk
usia produktif. Rasio beban tanggungan penduduk yaitu jumlah penduduk usia non
produktif dibagi dengan jumlah penduduk usia produktif.
Secara mekanisme apabila jumlah penduduk usia produktif lebih besar
daripada jumlah usia non produktif maka akan menghasilkan rasio beban tanggungan
yang rendah, sehingga lebih sedikit penduduk usia non produktif yang ditanggung
oleh usia produktif. Sebaliknya apabila usia non produktif lebih besar daripada usia
produktif maka akan menghasilkan rasio beban tanggungan yang lebih besar. Rasio
beban tanggungan yang lebih besar akan menghambat pertumbuhan ekonomi karena
pendapatan penduduk usia produktif digunakan untuk memenuhi kebutuhan
kebutuhan usia non produktif sehingga menurunkan hasil saving dan investasi.
indonesia
55,8
53,8
nusa tenggara barat
53,2
50,2
50,5
2010
48,6
2015
47,7
2020
47,2
2025
48,6
48,1
47,3
46,9
2030
2035
Gambar 2. Perbandingan Rasio Beban Tanggungan Penduduk Indonesia
dan Nusa Tenggara Barat Tahun 2010-2035.
Sumber : Proyeksi Penduduk Indonesia Tahun 2010-2035
Pada gambar 1 memperlihatkan perbandingan rasio beban tanggunan
penduduk usia produktif di Indonesia dan Nusa Tenggara Barat selama periode tahun
2010-2035. Pada tingkat nasional rasio beban tanggungan berada pada angka 50,5
persen lebih rendah daripada provinsi Nusa Tenggara Barat yaitu sebesar 55,8 persen
pada tahun 2010. Rasio beban tanggungan Indonesia mengalami penurunan dari
tahun ke tahun, sama halnya dengan Provinsi Nusa Tenggara Barat. Namun pada
tahun 2035 diproyeksikan rasio ketergantungan di Indonesia mengalami kenaikan
menjadi 47,3 persen dari lima tahun sebelumnya sebesar 46,9 persen. Berbeda halnya
dengan Provinsi Nusa Tenggara Barat yang diproyeksikan masih mengalami bonus
demografi yaitu dengan angka ketergantungan dari tahun 2030 sebesar 48,6 persren
mengalami penurunan menjadi 48,1 persen di tahun 2035.
Rasio beban tanggunngan penduduk memiliki pengaruh negative dan
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini menunjukkan bahwa semakin
kecil rasio beban ketergantungan akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi,
Syamsuddin (2013).
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka yang menjadi rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah Tenaga Kerja mempunyai pengaruh terhdadap jumlah PDRB Provinsi
Nusa Tenggara Barat?
2. Apakah Rasio Beban Tanggungan Penduduk mempunyai pengaruh terhadap
jumlah PDRB Provinsi Nusa Tenggara Barat?
KAJIAN LITERATUR
Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran keberhasilan suatu
daerah. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan kapasitas
produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaiakan pendapatan
nasional.
Adanya
pertumbuhan
pembangunan ekonomi.
ekonomi
merupakan
indikasi
keberhasilan
Pertumbuhan ekonomi klasik
Menurut pandangan para ahli ekonomi ada empat faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi, yaitu jumlah penduduk, jumlah stok barang-barang modal,
luas tanah dan kekayaan alam, serta tingkat teknologi yang digunakan. Dalam teori
pertumbuhan mereka, dimisalkan luas tanah dan kekayaan alam adalah konstan atau
tetap jumlahnya dan tingkat teknologi tidak mengalami perubahan. Namun para pakar
ekonmi klasik pada umumnya hanya menitik beratkan pada pengaruh pertambahan
penduduk terhadap pertumbuhan ekonomi.
Berdasarkan teori pertumbuhan klasik, dapat dikemukakan suatu teori yang
menjelaskan hubungan antara pendapatan perkapita dan jumlah penduduk. Teori
tersebut dinamakan teori penduduk optimum. Teori pertumbuhan klasik dapat dilihat
bahwa apabila terdapat kekurangan penduduk, produksi marjinal akan lebih tinggi
daripada pendapatan perkapita. Akan tetapi apabila penduduk semakin banyak,
hukum hasil tambahan yang semakin berkurang akan mempengaruhi fungsi produksi,
yaitu produksi marjinal akan mulai mengalami penurunan. Oleh karenanya
pendapatan
nasional
dan
pendapatan
perkapita
menjadi
semakin
lambat
pertumbuhannya.
Terdapat teori pertumbuhan menurut Adam Smith dan David Ricardo sebagai
berikut :
1. Teori pertumbuhan menurut Adam Smith yaitu “An Inquiry into the
nature and causes of the wealth of thenation”, teorinya yang dibuat dengan
teori the invisible hand. Teori pertumbuhan ekonomi Adam Smith ditandai
oleh dua faktor yang saling berkaitan :
a. Pertumbuhan penduduk
b. Pertumbuhan output total
Pertumbuhan output yang akan dicapai dipengaruhi oleh komponen berikut
ini :
1. Sumber-sumber alam
2. Tenaga kerja (pertumbuhan penduduk)
3. Jumlah persediaan
2. Teori pertumbuhan ekonomi David Ricardo dan T.R Malthus menjelaskan
bahwa faktor pertumbuhan penduduk yang semakin besar hingga menjadi
dua kali lipat pada suat saat akan menyebabkan jumlah tenaga kerja
melimpah. Pendapat Ricardo ini sejalan dengan teori yang dikemukakan
oleh Thomas Robert Malthus, menyatakan bahwa hasil produksi akan
bertambah menurut deret hitung. Sedangkan penduduk akan bertambah
menurut deret ukur sehingga pada saat perekonomian akan berada pada
taraf subsisten atau kemandegan.
Pertumbuhan Ekonomi Neoklasik
Model pertumbuhan Neoklasik dipelopori oleh Stein pada tahun 1964,
kemudian dikembangkan oleh Roman dan Siebert. Menurut teori ini pertumbuhan
ekonomi daerah akan sangat ditentukan oleh kemampuan daerah tersebut untuk
meningkatkan produksinya, sedangkan kegiatan produksi daerah tidak hanya
ditentukan oleh potensi daerah yang bersangkutan, tetapi juga mobilitas tenaga kerja
dan modal antar daerah.
Pendapat Neoklasik mengenai perkembangan ekonomi dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Adanya
akumulasi
kapitas
merupakan
faktor
penting
dalam
perkembangan ekonomi menurut ekonomi Neoklasik, tingkat bunga dan
tingkat pendapatan menentukan tingginya tingkat tabungan. Pada suatu
tingkat tertentu, tingkat bunga menentukan tingginya tingkat investasi.
2. Perkembangan merupakan proses yang harmonis dan kumulatif. Proses
perkembangan meilputi semua faktor yang terlibat tumbuh Bersama.
3. Adanaya aspek internasional dalam setiap perkembangan. Dengan adanya
pasar yang luas memungkinkan produksi sebesar-besarnya sehinngga
produktivitas semakin meningkat.
4. Perkembangan merupakan proses yang berlangsung terus menerus.
5. Aliran Neoklasik merasa optimis terhadap perkembangan ekonomi.
Aliran klasik mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi terhambat karena
terbatasnya sumber daya alam, sedangkan aliaran Neoklasik yakin bahwa
manusia mampu mengatasi keterbatasan tersebut.
Tenaga Kerja
Tenaga kerja didefinisikan sebagai penduduk berumur 15 tahun atau lebih
yang bekerja, mencari pekerjaan, dan sedang melakukan kegiatan lain, seperti sekolah
maupun mengurus rumah tangga dan penerima pendapatan. Menurut BPS penduduk
usia berumur 15 tahun keatas terbagi sebagai tenaga kerja dikatakan tenaga kerja bila
mereka melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh atau membantu
memperoleh pendapatan atau keuntungan dan lamanya bekerja paling sedikit satu jam
secara kontinu seminggu yang lalu.
Pertumbuhan tenaga kerja dan pertumbuhan penduduk dapat dikatakan
sebagai faktor positif yang akan memicu peningkatan pertumbuhan ekonomi. Jumlah
tenaga kerja yang lebih besar berarti akan menambah tingkat produksi, sedangkan
pertumbuhan penduduk yang lebih besar berarti ukuran pasar domestiknya lebih
besar. Namun pertumbuhan tenaga kerja juga dapat memberikan dampak yang
negative. Hal ini akan terjadi bila system perekonommian daerah tersebut tidak
mampu menyerap produktif peningkatan tenaga kerja.
Rasio Beban Tanggungan (Dependency Ratio)
Rasio beban tanggungan penduduk merupakan perbandingan antara penduduk
usia non produktif (usia 0-14 dan 65+) dengan penduduk usia produktif (usia 15-64).
Semakin rendah nilai rasio beban tanggungan semakin baik beban tanggungan
penduduk (Ida Bagoes Mantra, 2000).
Penduduk muda berusia dibawah 15 tahun umumnya dianggap sebagai
penduduk yang belum produktif karena secara ekonomis masih tergantung pada
orang tua atau orang lain yang menanggungnya. Seain itu, penduduk berusia diatas 65
tahun juga dianggap tidak produktif lagi karena sudah melewati masa pension.
Penduduk produktif usia 15-64 tahun adalah penduduk usia kerja yang dianggap
sudah produktif. Atas dasar konsep ini dapat digambarkan berapa besar jumlah
penduduk yang tergantung pada penduduk usia kerja. Meskipun tidak teralalu akurat,
rasio beban tanggungan semacam ini memberikan gambaran ekonomis penduduk dari
sisi demografis.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan metode kuantitatif, yaitu penelitian
berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistic (Sugiyono, 2013:7) dengan
menggunakan data sekunder time series dari tahun 2007 sampai tahun 2017 yang di
peroleh dari Badan Pusat Statistik (BPS). Berdasarkan tingkat eksplanasinya,
penelitian ini termasuk penelitian asosiatif. Penelitian asosiatif adalah penelitian
dengan memiliki pengaruh atau hubungan dua variabel atau lebih. Analisis data
menggunakan regresi linier berganda.
Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Variabel PDRB Provinsi Nusa Tenggara Barat (PDRB) menurut pengeluaran
berperan sebagai variabel dependen, yaitu variabel yang dipengaruhi atau
menjadi akibat karena adanya variabel independent.
2. Variebel Tenaga Kerja Provinsi Nusa Tenggara Barat (TK), dan Rasio Beban
Tanggungan Provinsi Nusa Tenggara Barat (DR) berperan sebagai variabel
independent, yaitu variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab
perubahannya atau timbulnya variabel terikat (dependen).
Model persamaan regresi linier berganda pada penelitian ini dirumuskan dalam
model sebai berikut :
𝑃𝐷𝑅𝐡𝑑 = 𝛽0 𝑑 + 𝛽1 𝑇𝐾𝑑 + 𝛽2 𝐷𝑅𝑑 + πœ€π‘‘
Dimana :
𝑃𝐷𝑅𝐡𝑑 = PDRB Provinsi Nusa Tenggara Barat (juta rupiah)
𝑇𝐾𝑑
= Tenaga Kerja Provinsi Nusa Tenggara Barat (juta jiwa)
𝐷𝑅𝑑
= Rasio Beban Tanggungan Provinsi Nusa Tenggara Barat (persen)
𝛽0
= Konstanta
𝛽1 … 𝛽2 = Tenaga Kerja dan Rasio Angka Ketergantungan
𝑑
= 2007-2017
πœ€
= Error term
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Jumlah Tenaga Kerja Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2007-2017
Pertumbuhan penduduk tiap tahun akan berpengaruh terhadap pertumbuhan
angkatan kerja, dimana dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk akan
memperbanyak jumlah angkatan kerja yang tersedia. Jumlah angkatan kerja di suatu
daerah merupakan faktor yang positif dalam merangsang pertumbuhan ekonomi
daerah. Dengan semakin banyak angkatan kerja yang bekerja maka tenaga kerja
tersebut semakin produktif yang pada akhirnya bisa meningkatkan pendapatan
daerah.
3000000
2000000
1000000
0
2007
2009
2011
2013
2015
2017
Gambar 4. Tenaga Kerja Provinsi Nusa Tengara Barat
Tahun 2007-2017
Sumber: BPS Nusa Tenggra Barat (diolah) 2007-2017
Pada gambar diatas dapat dilihat bahwa tenaga kerja di Provinsi Nusa
Tenggara Barat dari tahun ke tahun mengalami fluktuasi, hal ini. Jumlah tenaga kerja
Provinsi Nusa Tenggara Barat mengalami penurunan pada tahun 2011 dari tahun
sebelumnya yaitu sebesar 170.695 jiwa. Setelah mengalami penurunan jumlah tenaga
kerja Provinsi Nusa Tenggara Barat mengalami peningkatan sampai pada tahun 2016
yaitu sebesar 2,37 juta tetapi mengalami penurunan kembali pada tahun 2017 dengan
pengurangan jumlah tenaga kerja sebesar 50.590 jiwa.
Rasio Beban Tanggungan (Dependency Ratio) Provinsi Nusa Tenggara Barat
Tahun 2007-2017
Rasio beban tanggungan atau dependency ratio dapat digunakan sebagai
indikator yang secara kasar dapat menunjukkan keadaan ekonomi suatu Negara
apakah tergolong Negara maju ataukah Negara berkembang. Rasio beban tanggungan
merupakan salah satu indikator demografi yang penting, dimana semakin tingginya
persentase rasio ketergantungan menunjukkan semakin tinggi beban yang harus di
tanggung penduduk produktif (usia 15-64) untuk membiayai hidup penduduk yang
tidak produktif (usia 0-14 dan 65+). Sebaliknya apabila persentase rasio beban
tanggungan semakin rendah maka menunjukkan semakin rendanya beban yang
ditanggung penduduk produktif untuk membiayai penduduk yang belum atau tidak
produktif.
59
58
57
56
55
54
53
52
2007
2009
2011
2013
2015
2017
Gambar 5. Rasio Beban Tanggungan Provinsi Nusa Tengara Barat
Tahun 2007-2017
Sumber: BPS Nusa Tenggra Barat (diolah) 2007-2017
Terlihat pada gambar diatas bahwa rasio beban tanggungan Provinsi Nusa
tenggara Barat menurun dari tahun ke tahun pada periode waktu 2007 sampai 2017
walaupun ada kenaikan pada tahun 2010 menjadi 55,5 persen dari tahun sebelumnya
sebesar 54,3 persen. Pada tahun 2017 terdapat 53,4 persen penduduk yang ditanggung
dan 46,6 persen yang menanggung. Hal tersebut menunjukkan bahwa Provinsi Nusa
Tenggara Barat belum memasuki bonus demografi, karena suatu daerah dapat
dikatakan sudah memasuki bonus demografi ketika rasio beban tanggungan
(dependency ratio) kurang dari 50 persen. Diproyeksikan bahwa Provinsi Nusa
Tenggara Barat akan memasuki bonus demografi pada tahun 2030 mendatang dengan
rasio beban tanggungan sebesar 48,6 persen.
PDRB Atas Harga Konstan 2010 Menurut Pengeluaran Provinsi Nusa Tenggara
Barat Tahun 2007-2017
Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari besarnya PDRB yang dihasilkan
pada satu tahun tertentu dibandingkan dengan nilai tahun sebelumnya. PDRB juga
menggambarkan kemampuan wuatu wilayah menciptakan output tambahan (value
added) pada suatu waktu tertentu. Dalam konteks ini PDRB dilihat dari dua
pendekatan, yaitu produksi dan penggunaan, dimana keduanya menyajikan komposisi
data nilai tambah dirinci menurut sumber pendapatan dan menurut sumber
penggunaan. Nilai PDRB dapat dihitung berdasarkan harga berlaku dan harga
konstan.
120000000
80000000
40000000
0
2007
2009
2011
2013
2015
Gambar 5. PDRB Menurut Pengeluaran ADHK 2010
2017
Provinsi Nusa
Tengara Barat Tahun 2007-2017
Sumber: BPS Nusa Tenggra Barat (diolah) 2007-2017
Dari tahun ke tahun PDRB menunjukan peningkatan secara signifikan dari
tahun awal pada periode tersebut yaitu 2007 sebesar 57,18 juta menjadi 73,37 juta
pada tahun 2014 dan pada akhir periode yaitu tahun 2017 meningkat menjadi 94,64
juta. Pertumbuhan tertinggi pdrb terjadi pada tahun 2015 yaitu sebesar 21,76 persen,
dimana pertumbuhan ini di distribusi oleh komponen ekspor luar negeri yang
memberikan pertumbuhan tertinggi sebesar 481,95 persen. Hal ini merupakan
dampak dari diijinkannya PT NNT untuk kembali melakukan ekpsor konsentrat
setelah pada tahun 2014 terhambat oleh pemberlakuan Undang-Undang Minerba.
Hasil Pengolahan Data
Pengujian Regresi Linier Berganda
Dari hasil pengolahan data menggunakan EViews 8 didapat persamaan
regresi dalam bentukk persaman ekonometrika sebagai berikut:
𝑷𝑫𝑹𝑩𝒕 = 𝜷𝟎 𝒕 + 𝜷𝟏 𝑻𝑲𝒕 + 𝜷𝟐 𝑫𝑹𝒕 + πœΊπ’•
𝑷𝑫𝑹𝑩 = πŸ—πŸ—. πŸ—πŸ“πŸ‘πŸπŸ—πŸ– − +πŸ”πŸ‘. πŸπŸ”πŸ•πŸ–πŸ—π‘»π‘² − πŸπŸ–πŸ•πŸ”πŸŽπŸ”πŸπ‘«π‘Ή
Prob t-statistik
(0.2744)
R-Squared
(0.907808)
F Statistik
(39.38793)
Prob F-statistik
(0.000072)
(0.0007)
(0.0490)
Dari persamaan-persamaan diatas diketahui bahwa koefisien untuk setiap
variabel dan uji hipotesis adalah sebagai berikut:
•
Nilai konstanta 𝛽0 adalah 99.953198 artinya ketika variabel Tenaga
kerja dan Rasio Beban Tanggungan (Dependency Ratio) konstan atau
sama dengan 0 maka jumlah PDRB sebesar 99,95 juta.
•
Nilai koefisien TK sebesar 63.26789 artinya ketika variabel Tenaga
Kerja naik sebesar 1 juta jiwa dan variabel bebas lainnya dianggap
konstan, maka jumlah PDRB sebesar 6.33 juta.
•
Nilai koefisien DR sebesar -2876061 artinya ketika variabel Rasio
Beban Tanggungan (Dependency Ratio) naik sebesar 1% dan variabel
bebas lainnya dianggap konstan, maka jumlah PDRB menurun sebesar
2.88 juta.
•
Dari hasil regresi hasil uji parsial dengan tingkat keyakinan 95% atau
α (0,05) diperoleh bahwa variabel Tenaga Kerja mempunyai nilai
signifikansi sebesar 0,0007 yang lebih kecil dari nilai alpha yaitu α =
(0,05). Maka hipotesis nol (Ho) pada uji t ditolak atau hipotesis
alternative (Ha) tidak ditolak. Artinya secara parsial Tenaga Kerja
berpengaruh signifikan terhadap jumlah PDRB.
•
Dari hasil regresi hasil uji parsial dengan tingkat keyakinan 95% atau
α (0,05) diperoleh bahwa variabel Rasio Beban Tanggungan
mempunyai nilai signifikansi sebesar 0,0490 yang lebih kecil dari nilai
alpha yaitu α = (0,05). Maka hipotesis nol (Ho) pada uji t ditolak atau
hipotesis alternative (Ha) tidak ditolak. Artinya secara parsial Rasio
Beban Tanggungan berpengaruh signifikan terhadap jumlah PDRB.
•
Dari hasil regresi, hasil uji simultan dengan tingkat keyakinan 95%
atau α (0,05), menunjukkan bahwa
nilai Prob F-statistik sebesar
0.000072 lebih kecil dari nilai signifikansi 0,05. Maka dapat
disimpulkan bahwa secara simultan, variabel TK dan DR berpengaruh
signifikan terhadap PDRB.
•
Dari hasil analisis koefisien determinasi (R2) menggunakan EViews 8,
diperoleh bahwa nilai R2 sebesar 0.911911 yang menunjukkan bahwa
91,2% dari variasi PDRB mampu dijeaskan oleh variabel TK dan DR
dan sisanya yaitu sebesar 8,8% dijelaskan oleh variabel-variabel lain
yang tidak dimasukkan dalam model.
Uji Asumsi Klasik
Hasil analisis data setelah dilakukan uji asumsi klasik dengan menggunakan
model diatas adalah sebagai berikut:
•
Uji normalitas data, nilai Jarque-Bera kurang dari 2 yaitu 1.657 dan
Probability sebesar 0.437, dimana nilai Probability lebih besar dari
0.05 maka data berdistribusi normal.
•
Uji Heteroskedastisitas, nilai probability Obs*R-squared yang
bernilai 4.667 lebih besar dari 0.05, artinya model bersifat
homoskedastisitas.
•
Uji Multikolinieritas dapat dilihat dari nilai VIF dari masing-masing
variabel bebas. Diketahui nilai VIF TK dan DR masing-masing
mempunyai nilai yang sama yaitu sebesar 1.60 kurang dari 10. Maka
model terbebas dari pengaruh multikolinieritas.
•
Uji Autokorelasi dengan menggunakan metode Breusch-Godfrey
Serial Correlation LM Test menunjukkan bahwa nilai Prob. ChiSquared dari jumlah obervasi*R-squared sebesar 0.3498 lebih besar
dari 0.05, maka model yang digunakan bebas dari gejala autokorelasi.
PEMBAHASAN
Pengaruh Tenaga Kerja Terhadap PDRB di Provinsi Nusa Tenggara Barat
Berdasarkan hasil regresi dengan taraf signifikansi 95% atau α (0,05),
menunjukkan bahwa nilai signifikansi tenaga kerja sebesar 0.0007 lebih kecil dari
0,05, maka tenaga kerja memiliki pengaruh yang signifikan terhadap PDRB di
Provinsi Nusa Tenggara Barat periode 2007-2017. Dari hasil penelitian diketahui
juga bahwa tenaga kerja memiliki hubungan yang positif terhadap PDRB.
Maka dapat disimpulkan bahwa setiap ada penambahan tenaga kerja di setiap
proses produksi, maka akan meningkatkan produksi. Hasil ini sesuai dengan teori
Solow yang mengatakan bahwa tenaga kerja berpengaruh signifikan dan mempunyai
hubungan yang positif terhadap PDRB, yang disebabkan melalui semakin banyaknya
tenaga kerja, maka kemampuan untuk menghasilkan output semakin tinggi. Dengan
banyaknya output yang mampu dihasilkan, maka akan mendorong jumlah tenaga
kerja sehingga akan mendorong kepada pertumbuhan ekonomi. Hasil ini juga sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Nur Rahmi Hamzah (2017) dalam jurnal yang
berjudul Pengaruh Faktor-Faktor Kependudukan Terhadap Pembangunan Ekonomi di
Kota Makassar.
Pengaruh Rasio Beban Tanggungan Terhadap PDRB di Provinsi Nusa
Tenggara Barat
Berdasarkan hasil regresi dengan taraf signifikansi 95% atau α (0,05),
menunjukkan bahwa nilai signifikan rasio beban tanggungan sebesar 0.0490 lebih
besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa rasio beban tanggungan memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap PDRB di Provinsi Nusa Tenggara Barat periode
2007-2017. Dari hasil penelitian diketahui juga bahwa tenaga kerja memiliki
hubungan yang negatif terhadap PDRB.
Hasil ini menunjukkan secara makro bahwa semakin besar rasio beban
tanggungan cenderung semakin menguras daya tahan ekonomi daerah maupun
keluarga. Hal ini sangat rasional karena pendapatan penduduk produktif telah banyak
dialokasikan untuk membiayai konsumsi penduduk yang tidak produktif, sehingga
bagian pendapatan untuk di saving semakin kecil. Hasil ini juga sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh H. Syamsuddin. HM (2013) yang menyatakan bahwa
dependency ratio atau rasio beban tanggungan berpengaruh negative dan signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi.
KESIMPULAN
Berdasarkan analisis data yang dilakukan dan pembahasan yang telah
dikemukakan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1.
Tenaga Kerja mempunyai pengaruh yang signifikan dan positif terhadap
Jumlah PDRB di Provinsi Nusa Tenggara Barat periode 2007-2017. Hasil
uji statistic menunjukkan bahwa setiap ada pertambahan penduduk sebesar
1 juta jiwa maka akan menyebabkan peningkatan jumlah PDRB sebesar
6,33 juta.
2.
Rasio Beban Tanggungan mempunyai pengaruh yang signifikan dan
mempunyai hubungan yang negative terhadap jumlah PDRB di Provinsi
Nusa Tenggara Barat periode 2007-2017. Hasil uji statistic menunjukkan
bahwa setiap ada pertumbuhan rasio beban penduduk sebesar 1%, maka
jumlah PDRB akan menurun sebesar 2,88 juta.
3.
Variabel Tenaga Kerja dan Rasio Beban Tanggungan secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap jumlah PDRB di Provinsi Nusa Tenggara
Barat periode 2007-2017.
IMPLIKASI KEBIJAKAN
Berdasarkan kesimpulan yang telah diambil, maka implikasi kebijakan yang
dapat diberikan dari hasil penelitian ini adalah:
1.
Diharapkan pemerintah lebih meningkatkan kualitas sumber daya
manusianya dengan memberikan fasilitas-fasilitas yang menjamin
pendidikan bagi sumber daya manusianya, dan juga memberikan
pelatihan keterampilan terhadap tenaga kerja untuk meningkatkan
produktivitas agar output yang dihasilkan lebih besar. Selain itu
pemerintah juga harus meningkatkan peluang kesempatan kerja agar
setiap pertambahan tenaga kerja di Provinsi NTB dapat terserap.
2.
Untuk meningkatkan jumlah pdrb dengan memanfaatkan angka
dependency ratio yang diproyeksikan di Provinsi NTB akan memiliki
angka dibawah 50% pada tahun 2030 atau pada tahun tersebut Provinsi
NTB memasuki bonus demografi, maka pemerintah harus meningkatkan
strategi kependudukan dengan memperhatikan aspek kesehatan dan
pendidikan yakni dengan memberikan kemudahan-kemudahan untuk
masyarakat dalam mengakses kesehatan dan pendidikan, mengadakan
program khusus untuk mengasah keterampilan masyarakat, peningkatan
pelayanan kesehatan, dan sosialisasi mengenai angka kecukupan gizi.
DAFTAR PUSTAKA
Adam, A. M. (2016). Analisis Pertumbuhan Ekonomi Serta Faktor Yang
Mempengaruhinya (Studi Empirik) Provinsi di Indonesia Periode 2010-2016.
Afni, S., Rozani, A., & SY, F. (2013). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Pertumbuhan Ekonomi Di Kabupaten Lima Puluh Kota.
Badan Pusat Statistik Provinsi Nusa Tenggara Barat. Provinsi Nusa Tenggara Barat
Dalam Angka 2018. BPS Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Badan Pusat Statistik Provinsi Nusa Tenggara Barat. (2018). Produk Domestik
Regional Bruto Provinsi Nusa Tenggara Barat Menurut Pengeluaran 2013 2017.
BPS-Statistics. (2013). Proyeksi Penduduk Indoensia 2010 -. In Bps.
Badan Pusat Statistik Provinsi Nusa Tenggara Barat. (2001). Produk Domestik
Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun
2012 - 2016.
Hasibuan, L. S. (2013). Pengaruh faktor-faktor kependudukan terhadap pertumbuhan
ekonomi di kota medan lailan safina hasibuan. 26–37.
Rochaida, E. (2020). Capaian dan Determinan Bonus Demografi di Kalimantan
Timur Achievements and Determinants of Demographic Bonuses in East
Kalimantan. 1, 167–176.
Statistik, B. P., Nusa, P., & Barat, T. (2018). Indikator Kesejahteraan Rakyat 2017.
Syamsuddin. (2013). Analisis Pengaruh Faktor Kependudukan terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Provinsi Jambi. Jurnal Paradigma Ekonomika, 1(7), 73–84.
LAMPIRAN
Hasil Regresi
Dependent Variable: PDRB
Method: Least Squares
Date: 06/12/19 Time: 08:45
Sample: 2007 2017
Included observations: 11
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
TK
DR
99953198
63.26789
-2876061.
85182570
11.82059
1240000.
1.173400
5.352347
-2.319403
0.2744
0.0007
0.0490
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.907808
0.884761
4546830.
1.65E+14
-182.4862
39.38793
0.000072
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat
73402288
13393935
33.72476
33.83328
33.65635
2.662860
Uji Normalitas
4
Series: Residuals
Sample 2007 2017
Observations 11
3
2
1
0
-4999975
25.0000
5000025
1.0e+07
Mean
Median
Maximum
Minimum
Std. Dev.
Skewness
Kurtosis
1.93e-08
-161075.9
9284168.
-5011445.
4066809.
0.922139
3.462974
Jarque-Bera
Probability
1.657198
0.436661
Uji Multikolinieritas
Variance Inflation Factors
Date: 06/12/19 Time: 09:11
Sample: 2007 2017
Included observations: 11
Variable
Coefficient
Variance
Uncentered
VIF
Centered
VIF
C
TK
DR
7.26E+15
139.7263
1.54E+12
3860.795
320.5752
2458.213
NA
1.600087
1.600087
Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedasticity Test: White
F-statistic
Obs*R-squared
Scaled explained SS
0.736955
4.667080
3.039972
Prob. F(5,5)
Prob. Chi-Square(5)
Prob. Chi-Square(5)
0.6271
0.4578
0.6938
Uji Autokorelasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic
Obs*R-squared
0.708161
2.100710
Prob. F(2,6)
Prob. Chi-Square(2)
0.5295
0.3498
Data Variabel Dependent dan Independent
PDRB Provinsi NTB Periode 2007-2017 Menurut Pengeluaran ADHK 2010
laju
laju
pertumbuhan
PDRB adh
PDRB adh
pertumbuhan
tahun ekonomi
tahun konstan 2000
konstan 2010
ekonomi
2006
- 2006
15602137
54505251
2007
4.91 2007
16369220
57185018
4.92
2008
2.82 2008
16831601
58800320
2.82
2009
12.14 2009
18874404
65936745
12.14
2010
6.35 2010
20072641
70122726
6.35
2011
-2.69 2011
19533256
67379141
-3.91
2012
-1.54 2012
66340812
-1.54
2013
5.16 2013
69766714
5.16
2014
5.17 2014
73372964
5.17
2015
21.76 2015
89337986
21.76
2016
5.82 2016
94537749
5.82
2017
0.11 2017
94644993
0.11
Tenaga Kerja Provinsi NTB Periode 2007-2017
Tahun
Jumlah Tenaga kerja
laju pertumbuhan tenaga kerja
2007
1951182
-
2008
1904781
-2.38
2009
1967380
3.29
2010
2132933
8.41
2011
1962240
-8.00
2012
1978764
0.84
2013
1981842
0.16
2014
2094100
5.66
2015
2127503
1.60
2016
2367310
11.27
2017
2316720
-2.14
Rasio Beban Tanggungan
Tahun
Dependendy Ratio
2007
58.46
2008
54.86
2009
54.24
2010
55.55
2011
55.17
2012
55.16
2013
55.14
2014
54.06
2015
53.72
2016
53.37
2017
53.04
Download