LAPORAN HASIL KERJA INDIVIDUAL BAHASA INDONESIA TUGAS MENYUSUN ARTIKEL Bank Sampah Sebagai Solusi Atasi Darurat Sampah Plastik Menuju 2025 Clean-from-Waste Indonesia Disusun oleh: ZAMZABILA ABDILLAH SYAKUR XII IPS A / 30 SMAN 1 KEDIRI JANUARI 2019 Tema: Peduli Lingkungan Topik: Indonesia darurat sampah plastik Pertanyaan ke topik: 1. Bagaimana kondisi Indonesia darurat sampah plastik saat ini? 2. Kapan Indonesia darurat sampah plastik dimulai? 3. Darimana sumber sampah plastik di Indonesia yang mengakibatkan terjadinya darurat sampah plastik? 4. Apa dampak yang terjadi dari kondisi darurat sampah plastik di Indonesia? 5. Bagaimana cara menanggulangi kondisi darurat sampah plastik di Indonesia? Jawaban: 1. Survei yang dilakukan KLHK pada bulan April 2015 di 8 taman nasional dan gunung mendapat temuan 435 ton sampah milik 150.688 pengunjung. Sumber: https://www.hipwee.com/list/5-fakta-tentang-indonesia-darurat-sampah-yukdukung-indonesia-bebas-sampah-2020/ Data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia menyebutkan bahwa plastik hasil dari 100 anggota Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO) mencapai 10,95 juta lembar sampah kantong plastik selama setahun. Jumlah ini setara dengan 60 kali luas lapangan sepak bola dengan sampah plastik di dalamnya (Mintarsih, 2016). Sumber: Mata Garuda. 2018. Indonesia 2045. Yogyakarta: Bentang Pustaka. Minggu sore, 18 November 2018, sekitar pukul 16.00 WITA, seekor paus sperma (Physeter macrocephalus) ditemukan warga terdampar di sekitar Pulau Kapota, Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Paus sepanjang 9,5 meter dan memiliki lebar 1,85 meter itu ditemukan dalam kondisi sudah jadi bangkai. Saat ditemukan, paus malang itu dikelilingi sampah plastik dan potongan-potongan kayu. Saat perut paus dibelah, ternyata di dalamnya juga berisi beragam sampah plastik seberat kurang lebih 6 kilogram. Sampah-sampah dalam perut paus itu terdiri dari plastik keras 19 buah seberat 140 gram, botol plastik 4 buah 150 gram, kantong plastik 25 buah 260 gram. Ada pula sepasang sandal jepit seberat 270 gram hingga tali rafia 3,6 kilogram dan gelas-gelas plastik. Sumber: https://www.liputan6.com/news/read/3772521/headline-sampah-plastikindonesia-juara-2-dunia-bagaimana-mengatasinya 2. Sejak 2010, Indonesia menjadi negara nomor dua yang membuang sampah plastik terbanyak ke laut. Bahkan jika tidak segera mengambil tindakan jelas, Indonesia bisa saja menjadi “juara dunia” melampaui Tiongkok. “Kalau tidak hati-hati, bisa-bisa kita malah naik peringkatnya karena Tiongkok sudah bekerja keras mengurangi sampah,” kata Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Manusia, Iptek, dan Budaya Maritim Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Safri Burhanuddin, Sabtu (24/11). Sumber: https://www.suaramerdeka.com/smcetak/baca/148236/darurat-sampahplastik 3. Indonesia, dengan 187,2 juta penduduk di kawasan pesisir, sampah plastik yang salah urus mencapai 3,22 juta metrik ton/tahun atau 10,1% sampah plastik di dunia. Dari jumlah itu, yang dibuang ke laut setiap tahun mencapai 0,48 juta-1,29 juta ton. Sumber: https://www.suaramerdeka.com/smcetak/baca/148236/darurat-sampahplastik Ia menambahkan, berdasarkan data yang diperoleh dari Asosiasi Industri Plastik Indonesia (INAPLAS) dan Badan Pusat Statistik (BPS), sampah plastik di Indonesia mencapai 64 juta ton/ tahun dimana sebanyak 3,2 juta ton merupakan sampah plastik yang dibuang ke laut . Menurut sumber yang sama, lanjut dia, kantong plastik yang terbuang ke lingkungan sebanyak 10 milar lembar per tahun atau sebanyak 85.000 ton kantong plastik. Sumber: https://megapolitan.kompas.com/read/2018/08/19/21151811/indonesiapenyumbang-sampah-plastik-terbesar-kedua-di-dunia Dwi Sawung dari Asosiasi Zero Waste Indonesia mengatakan masalah sampah di laut di Indonesia sebenarnya berasal dari tidak adanya pengelolaan sampah di darat, terutama di kota-kota besar. Sumber: https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-40318924 4. Sampah plastik diperkirakan membutuhkan waktu 100 hingga 500 tahun hingga dapat terdekomposisi (terurai) dengan sempurna. Sampah kantong plastik dapat mencemari tanah, air, laut, bahkan udara EFENDI, dkk (2010). Adapun dampak yang diakibatkan oleh sampah plasik ini sangat banyak, anatra lain : a. Tercemarnya tanah, air tanah, dan makhluk bawah tanah. b. Racun-racun dari partikel plastik yang masuk ke dalam tanah akan membunuh hewanhewan pengurai di dalam tanah seperti cacing. c. PCB yang tidak dapat terurai meskipun termakan oleh binatang maupun tanaman akan menjadi racun berantai sesuai urutan rantai makanan. d. Kantong plastik akan mengganggu jalur air yang teresap ke dalam tanah. e. Menurunkan kesuburan tanah karena plastik juga menghalangi sirkulasi udara di dalam tanah dan ruang gerak makhluk bawah tanah yang mampu meyuburkan tanah. f. Sampah plastik ini menyumbat aliran air sungai sehingga di musim kemarau sering terjadi banjir. g. Sampah plastik mengeluarkan zat yang berbahaya bagi organisme-organisme. Sumber: https://www.academia.edu/11933996/Dampak_Pencemaran_Sampah_Plastik_dan_Pe manfaatannya 5. Tak ingin hal ini terjadi, kedua menteri ini sepakat untuk segera mengambil langkah konkret. Menko Luhut meminta semua pemangku kepentingan, yakni pemerintah pusat, daerah, perguruan tinggi, dan LSM bahu-membahu membuat langkah penanganan yang terintegrasi dan kontinyu. “Semua peraturan perundang-undangan sudah ada. Tinggal bu Siti (Menteri LHK), kita komitmen supaya langsung turun ke bawah,” tegasnya. Menambahkan, Menteri LHK meminta masyarakat juga berperan untuk mengurangi pemanfaatan plastik agar tidak mencemari lingkungan. “Pengelolaan sampah di titiktitik sumber sangat bermanfaat untuk mengurangi sumber pengeluaran pada bagian hilir dengan menggunakan prinsip 3R (reduce, reuse, recycle),” jelasnya. Bila hal tersebut dilakukan, dia berharap, pada tahun 2025, pemanfaatan sampah dapat dikurangi hingga 70%. Sumber: https://maritim.go.id/indonesia-darurat-sampah/ Sebenarnya terdapat beberapa solusi yang dapat dilakukan menurut Sekretariat Kabinet dan Republik Indonesia, yaitu: Kebijakan Manajemen sampah yang benar di darat adalah kunci utama yang secara signifikan akan berpengaruh terhadap pengurangan jumlah sampah laut. Selain itu dalam mengurangi sampah plastik di laut dapat dilakukan melalui 4 (empat) strategi, yaitu: a. Peningkatan kesadaran para pemangku kepentingan b. Pengelolaan sampah plastik terestrial c. Pengelolaan sampah plastik di pesisir dan di laut d. Serta mekanisme pendanaan, penguatan, kelembagaan, penegakan hukum, dan penelitian dan pengembangan. Sumber: http://www.greeneration.org/sampah-plastik-di-lautan/ Salah satu usaha mengurangi sampah plastik adalah dengan menghemat penggunaan kantong plastik. Caranya membawa kantong plastik belanja sendiri sejak dari rumah. Hasil jajak pendapat Kompas menunjukkan tiga dari lima responden mengakui perlunya membawa kantong belanja sendiri untuk mengurangi limbah plastik. Beberapa warga bahkan sudah membawa kantong belanja sendiri saat berbelanja ke mal. Sumber: https://properti.kompas.com/read/2016/01/27/121624921/Indonesia.Darurat.Sampah. Rumusan Judul: Bank Sampah Sebagai Solusi Atasi Darurat Sampah Plastik Menuju 2025 Clean-from-Waste Indonesia. Pertanyaan ke Judul 1. Apa yang dimaksud dengan bank sampah? 2. Apa manfaat bank sampah? 3. Bagaimana kondisi bank sampah di Indonesia saat ini? 4. Bagaimana kondisi kedaruratan sampah plastik di Indonesia saat ini? 5. Apa yang dimaksud dengan 2025 clean-from-waste Indonesia? 6. Bagaimana efektivitas bank sampah dalam mengatasi kondisi darurat sampah plastik? 7. Apa program pemberdayaan bank sampah yang dapat dilakukan untuk menghantarkan Indonesia menuju 2025 clean-from-waste Indonesia? Jawaban 1. Bank sampah adalah suatu sistem pengelolaan sampah kering secara kolektif yang mendorong masyarakat untuk berperan secara aktif di dalamnya. Sistem ini akan menampung, memilah, dan menyalurkan sampah bernilai ekonomi pada pasar sehingga masyarakat mendapat keuntungan ekonomi dari menabung sampah. Semua kegiatan dalam sistem bank sampah dilakukan dari, oleh, dan untuk masyarakat. Seperti halnya bank konvensional, bank sampah juga memiliki sistem manajerial yang operasionalnya dilakukan oleh masyarakat. Bank sampah bahkan bisa juga memberikan manfaat ekonomi untuk masyarakat. Sumber: Utami, Eka. 2013. Buku Panduan Sistem Bank Sampah dan 10 Kisah Sukses. Jakarta: Yayasan Unilever Indonesia. Pada dasarnya bank sampah merupakan konsep pengumpulan sampah kering dan dipilah serta memiliki manajemen layaknya perbankan, tetapi yang ditabung bukan uang melainkan sampah. Warga yang menabung (menyerahkan sampah) juga disebut nasabah dan memiliki buku tabungan serta dapat meminjam uang yang nantinya dikembalikan dengan sampah seharga uang yang dipinjam. Sampah yang ditabung akan ditimbang dan dihargai dengan sejumlah uang, kemudian akan dijual di pabrik yang sudah bekerja sama dengan bank sampah. Sementara plastik kemasan dapat dibeli oleh pengurus PKK setempat untuk didaur ulang menjadi barang-barang kerajinan (Anonim, 2012). Sumber: Asteria, D., dan Heruman, H. 2016. Bank Sampah Sebagai Alternatif Strategi Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat di Tasikmalaya. Tasikmalaya: J. MANUSIA DAN LINGKUNGAN, Vol. 23, No.1, Maret 2016. Bank sampah adalah salah satu strategi penerapan 3R (Reuse, Reduce, Recycle) dalam pengelolaan sampah pada sumbernya di tingkat masyarakat. Pelaksanaan bank sampah pada prinsipnya adalah satu rekayasa sosial (social engineering) untuk mengajak masyarakat memilah sampah. Pelaksanaan bank sampah dapat memberikan output nyata bagi masyarakat berupa kesempatan kerja dalam melaksanakan manajemen operasi bank sampah dan investasi dalam bentuk tabungan. (Kementerian Lingkungan Hidup, 2011). Sumber: Ramadhan, M. A. 2016. Perbandingan Efektivitas Bank Sampah di Kota Bandung dan Kota Yogyakarta. Yogyakarta: INERSIA, Vol. X II No.1, Mei 2016. 2. Bank sampah memiliki beberapa manfaat bagi manusia dan lingkungan hidup, seperti membuat lingkungan lebih bersih, menyadarkan masyarakat akan pentingnya kebersihan, dan membuat sampah menjadi barang ekonomis. Manfaat lain bank sampah untuk masyarakat adalah dapat menambah penghasilan masyarakat karena saat mereka menukarkan sampah mereka akan mendapatkan imbalan berupa uang yang dikumpulkan dalam rekening yang mereka miliki. Masyarakat dapat sewaktuwaktu mengambil uang pada tabungannya saat tabungannya sudah terkumpul banyak.Imbalan yang diberikan kepada penabung tidak hanya berupa uang, tetapi ada pula yang berupa bahan makanan pokok seperti gula, sabun, minyak dan beras;10 pembelian pulsa telepon genggam, listrik, pembayaran jasa layanan air bersih, bahkan biaya sekolah, kredit kepemilikan barang, dan asuransi kesehatan. Sumber: Suryani, Anih Sri. 2014. Peran Bank Sampah dalam Efektivitas Pengelolaan Sampah (Studi Kasus Bank Sampah Malang). Jakarta: Aspirasi Vol. 5 No. 1, Juni 2014. Bank sampah mengajarkan masyarakat untuk memilah sampah, menumbuhkan kesadaran masyarakat mengolah sampah secara bijak agar dapat mengurangi sampah yang diangkut ke TPA. Kehadiran bank sampah telah mendorong adanya capacity building bagi warga dengan mengupayakan terbentuknya kemandirian dan keswadayaan warga melalui terbentuknya kesadaran, pengetahuan, dan kemampuan yang mendorong partisipasi mengelola lingkungan di komunitasnya. Khususnya bagi warga perempuan, pengetahuan dan keterampilan mengelola sampah telah menstimulasi kreativitas dan inovasi kerajinan daur ulang sampah. Manfaat dari kemampuan warga mengelola sampah dengan menerapkan prinsip 4R dan menabung ke bank sampah telah memberikan manfaat langsung, tidak hanya secara ekonomi, juga terwujudnya kesehatan lingkungan, dengan kondisi komunitas yang bersih, hijau, nyaman, dan sehat. Sumber: Asteria, D., dan Heruman, H. 2016. Bank Sampah Sebagai Alternatif Strategi Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat di Tasikmalaya. Tasikmalaya: J. MANUSIA DAN LINGKUNGAN, Vol. 23, No.1, Maret 2016. 3. Sejak tahun 2011, keberadaan bank sampah berkembang cukup pesat di Indonesia. Sampai dengan tahun 2015, jumlah kota yang mengembangkan bank sampah meningkat dari 99 kota menjadi 129 kota dengan penambahan jumlah unit bank sampah dari 1.640 unit menjadi 2.861 unit dengan total jumlah penabung 175.413 orang. Sementara itu, jumlah sampah yang dikelola di bank sampah meningkat dari 2.347,8 ton/bulan menjadi 5.551 ton/bulan dengan total nilai transaksi rupiah meningkat dari Rp15 miliar/bulan menjadi Rp34,3 miliar/bulan (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, 2015). Sumber: Mata Garuda. 2018. Indonesia 2045. Yogyakarta: Bentang Pustaka. Direktur Jenderal Pengelolaan Limbah, Sampah, dan Bahan Beracun Berbahaya (PSLB3) KLHK Rosa Vivien Ratnawati mengatakan, perkembangan program bank sampah di seluruh Indonesia meningkat dalam kurun waktu tiga tahun terakhir. "Pada tahun 2015, jumlah bank sampah di Indonesia sebanyak 1.172 unit dan tahun 2017 jumlah bank sampah di Indonesia mencapai 5.244 unit yang tersebar di 34 provinsi dan 219 kabupaten/kota di Indonesia," kata Vivien di Grand Mercure Kemayoran, Jakarta Pusat, Senin (3/12/2018). Sumber: https://megapolitan.kompas.com/read/2018/12/03/13095821/belajar-daribank-sampah-dan-pengolahan-sampah-beromzet-rp-45-miliar. 4. Indonesia, dengan 187,2 juta penduduk di kawasan pesisir, sampah plastik yang salah urus mencapai 3,22 juta metrik ton/tahun atau 10,1% sampah plastik di dunia. Dari jumlah itu, yang dibuang ke laut setiap tahun mencapai 0,48 juta-1,29 juta ton. Sumber: https://www.suaramerdeka.com/smcetak/baca/148236/darurat-sampahplastik Ia menambahkan, berdasarkan data yang diperoleh dari Asosiasi Industri Plastik Indonesia (INAPLAS) dan Badan Pusat Statistik (BPS), sampah plastik di Indonesia mencapai 64 juta ton/ tahun dimana sebanyak 3,2 juta ton merupakan sampah plastik yang dibuang ke laut. Menurut sumber yang sama, lanjut dia, kantong plastik yang terbuang ke lingkungan sebanyak 10 milar lembar per tahun atau sebanyak 85.000 ton kantong plastik. Sumber: https://megapolitan.kompas.com/read/2018/08/19/21151811/indonesiapenyumbang-sampah-plastik-terbesar-kedua-di-dunia Survei yang dilakukan KLHK pada bulan April 2015 di 8 taman nasional dan gunung mendapat temuan 435 ton sampah milik 150.688 pengunjung. Sumber: https://www.hipwee.com/list/5-fakta-tentang-indonesia-darurat-sampah-yukdukung-indonesia-bebas-sampah-2020/ Data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia menyebutkan bahwa plastik hasil dari 100 anggota Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO) mencapai 10,95 juta lembar sampah kantong plastik selama setahun. Jumlah ini setara dengan 60 kali luas lapangan sepak bola dengan sampah plastik di dalamnya (Mintarsih, 2016). Sumber: Mata Garuda. 2018. Indonesia 2045. Yogyakarta: Bentang Pustaka. 5. Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2017 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional (JAKSTRANAS) Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga, yang baru ditetapkan pada tanggal 23 Oktober 2017 merupakan terobosan baru dalam pengelolaan sampah yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan untuk melakukan pengelolaan sampah terintegrasi mulai dari sumber sampai ke pemrosesan akhir. Adapun target pengelolaan sampah yang ingin dicapai adalah 100% sampah terkelola dengan baik dan benar pada tahun 2025 (Indonesia Bersih Sampah). Kerja bersama diperlukan dalam mencapai target pengelolaan sampah ditahun 2025 tersebut dengan melibatkan 32 kementerian/lembaga terkait, pemerintah daerah, dunia usaha dan pengelola kawasan serta masyarakat. Target pencapaian penyelenggaraan JAKSTRANAS diukur melalui pengurangan sampah sebesar 30%, dan penanganan sampah sebesar 70% pada tahun 2025. Untuk mencapai target ini, pemerintah daerah harus menyusun Dokumen JAKSTRADA (Kebijakan Strategi Daerah) dalam kurun waktu 6 bulan untuk pemerintah daerah provinsi dan 1 tahun untuk pemerintah daerah kabupaten/kota. Sumber: http://www.sitinurbaya.com/sambutan-menteri-lhk-dalam-acara-rakornasjakstranas-2018 JAKSTRADA ini akan menjadi rencana induk pengelolaan sampah di daerah (master plan) yang terukur pencapaiannya secara bertahap sampai tahun 2025 dan mendukung pencapaian target Kebijakan dan Strategi Nasional (JAKSTRANAS) Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga. JAKSTRADA sendiri merupakan turunan dari amanat Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2017 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional (JAKSTRANAS) Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga, yang baru ditetapkan pada tanggal 23 Oktober 2017. Aturan ini merupakan terobosan baru dalam pengelolaan sampah nasional yang melibatkan 32 Kementerian/Lembaga terkait, dunia usaha, asosiasi, dan komunitas terlibat dalam pengelolan sampah nasional. Sumber: https://jpp.go.id/teknologi/lingkungan-hidup/321390-klhk-mendampingipemda-agar-indonesia-bersih-sampah-2025 6. Pengembangan bank sampah yang merupakan kegiatan bersifat social engineering yang mengajarkan masyarakat untuk memilah sampah serta menumbuhkan kesadaran masyarakat dalam pengolahan sampah secara bijak, harus terus dilakukan dengan inovasi terus menerus dan pada gilirannya akan mengurangi sampah yang diangkut ke TPA. Pembangunan bank sampah ini harus menjadi momentum awal membina kesadaran kolektif masyarakat untuk memulai memilah, mendaur-ulang, dan memanfaatkan sampah, karena sampah mempunyai nilai jual yang cukup baik, sehingga pengelolaan sampah yang berwawasan lingkungan menjadi budaya baru Indonesia. Sumber: http://www.menlhk.go.id/berita-13-inovasi-pengembangan-bank-sampahsistem-online-.html Bank sampah dalam pelaksanaanya dapat mengurangi tingginya angka sampah di masyarakat dan di tempat pembuangan akhir (TPA). Dampaknya, volume sampah yang ada di masyarakat dan TPA dapat berkurang. Pengelolaan bank sampah juga mengikuti kaidah-kaidah yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, yang berprinsip 3R. Program pengelolaan sampah mandiri melalui bank sampah dewasa ini menjadi salah satu alternatif solusi bagi pemerintah maupun masyarakat, untuk mengurangi terus meningkatkanya volume sampah yang semakin tidak terkendali. Sumber: Suryani, Anih Sri. 2014. Peran Bank Sampah dalam Efektivitas Pengelolaan Sampah (Studi Kasus Bank Sampah Malang). Jakarta: Aspirasi Vol. 5 No. 1, Juni 2014. 7. Sistem bank sampah yang berjalan sesuai standarisasi memiliki potensi pengembangan yang sangat baik dan mampu memajukan lingkungan dan warga setempat. Mari kita kenali, pelajari, dan aplikasi sistem bank sampah di lingkungan setempat. Mari bergerak! 1. Sosialisasi Awal Sosialisasi awal dilakukan untuk memberikan pengenalan dan pengetahuan dasar mengenai bank sampah kepada masyarakat. Wacana yang disampaikan antara lain tentang bank sampah sebagai program nasional, pengertian bank sampah, alur pengelolaan sampah dan sistem bagi hasil dalam sistem bank sampah. Penjelasan harus menonjolkan berbagai sisi positif sistem bank sampah sehingga warga tergerak untuk melaksanakan sistem bank sampah. 2. Pelatihan Teknis Setelah warga sepakat untuk melaksanakan sistem bank sampah, maka perlu dilakukan pertemuan lanjutan. Tujuannya untuk memberi penjelasan detail tentang standarisasi sistem bank sampah, mekanisme kerja bank sampah, dan keuntungan sistem bank sampah, sehingga warga menjadi lebih siap pada saat harus melakukan pemilahan sampah hingga penyetoran ke bank. Forum ini juga dimanfaatkan untuk musyawarah penentuan nama bank sampah, pengurus, lokasi kantor dan tempat pengembangan, pengepul, hingga jadwal penyetoran sampah. 3. Pelaksanaan Sistem Bank Sampah Pelaksanaan bank sampah dilakukan pada saat hari yang telah disepakati. Pengurus siap dengan keperluan administrasi dan peralatan timbang. Nasabah datang ke kantor bank dan lokasi penimbangan dengan membawa sampah yang sudah dipilah. Nasabah akan mendapat uang yang dismpan dalam bentuk tabungan sesuai nilai sampah yang disetor. 4. Pemantauan dan Evaluasi Berbagai tantangan mungkin muncul saat penerapan bank sampah. Organisasi masyarakat harus tetap melakukan pendampingan selama sistem berjalan sehingga bisa membantu warga untuk memecahkan masalah dengan lebih cepat. Evaluasi dilakukan untuk pelaksanaan bank sampah yang lebih baik. 5. Pengembangan Sistem bank sampah bisa berkembang menjadi unit simpan pinjam, unit usaha sembako, koperasi, dan pinjaman modal usaha. Perluasan fungsi bank sampah ini bisa disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat. Misalnya, jika kebanyakan warga adalah wirausaha, pengembangan bank sampah diarahkan untuk unit pinjaman modal usaha. Salah satu bentuk bantuan dari organisasi masyarakat pada proses ini antara lain dalam pengurusan badan hukum koperasi. Sumber: Utami, Eka. 2013. Buku Panduan Sistem Bank Sampah dan 10 Kisah Sukses. Jakarta: Yayasan Unilever Indonesia. Bank sampah harus dibuat semenarik mungkin agar ada banyak nasabah dari masyarakat sekitar yang mau menyetor sampah pribadinya. Oleh karena itu, sistem bank sampah harus berfokus pada tiga aspek, yaitu pemberdayaan manusia, sistem kelola, dan pengembangan sampah berkelanjutan. Pemberdayaan manusia lebih mencakup kepada kesadaran manusia dalam menabung sampah. Adanya sosialisasi kepada masyarakat terkait bank sampah menjadi hal dasar yang harus dilakukan, seperti pemberian edukasi mengenai pemilahan sampah yang benar. Masyarakat akan tertarik mengelola sampah ketika ada manfaat yang diberikan. Ada kampanye persuasif untuk menjadikan masyarakat ikut bergabung menjadi nasabah serta ikut membantu menjaga lingkungan. Bila perlu, ada doorprize bagi masyarakat yang memiliki andil besar dalam sistem bank sampah. Sistem kelola adalah hal kedua yang harus menjadi perhatian. Ketika masyarakat sudah banyak yang menjadi nasabah bank sampah, tentunya harus ada sistem yang baik. Prinsip sistem kelola ini adalah pengelolaan bank sampah dengan sistem perbankan. Penyetor adalah warga sekitar lokasi yang ketika menyetor sampah akan mendapatkan sejumlah uang yang akan masuk ke dalam buku tabungan. Sistem yang baik harus dilengkapi setidaknya delapan poin di bawah ini: 1. Pemilahan sampah langsung dilakukan pada skala rumah tangga dengan memisahkan sampah kering dan sampah basah; 2. adanya pengurus yang mengambil sampah secara rutin untuk mencatat sampah yang dibuang beserta tabungan yang akan diperoleh; 3. menyediakan pengurus bank sampah yang mengurusi perputaran uang; 4. adanya jadwal transaksi penjualan; 5. administrasi yang baik; 6. adanya pengepul setiap RW; 7. adanya sistem transaksi jual beli kerajinan hasil bank sampah secara terbuka; dan 8. perluasan jaringan informasi kegiatan bank sampah melalui media sosial dan juga promosi kerajinan hasil olahan. Pengembangan sampah berkelanjutan mengarah pada proses olah sampah dengan prinsip “olah sampah menjadi berkah”. Sampah-sampah yang disetorkan dari masyarakat akan dipilah lagi oleh pengurus bank sampah sesuai jenisnya masingmasing. Kegiatan ini mengubah sampah menjadi produk yang lebih berguna dan memiliki nilai tambah dengan cara didaur ulang menjadi tas, dompet, topi, dan kerajinan tangan lainnya. Selain itu, sampah-sampah tersebut juga bisa dijual ke industri plastik, industri tekstil, dan industri kertas. Sumber: Mata Garuda. 2018. Indonesia 2045. Yogyakarta: Bentang Pustaka. Kerangka Artikel Ide pokok 1: Kondisi kedaruratan sampah plastik di Indonesia saat ini. Ide pokok 2: Peraturan tentang pengelolaan sampah dan pencanangan 2025 Clean-formWaste Indonesia. Ide pokok 3: Bank sampah sebagai alternatif mengatasi kondisi darurat sampah plastik. Ide pokok 4: Pemanfaatan bank sampah. Ide pokok 5: Program pemberdayaan bank sampah yang dapat dilakukan untuk mencapai 2025 Clean-form-Waste Indonesia. Pengembangan Bank Sampah Sebagai Solusi Atasi Darurat Sampah Plastik Menuju 2025 Clean-from-Waste Indonesia Indonesia saat ini dalam kondisi darurat sampah plastik. Sejak 2010, Indonesia menjadi negara nomor dua yang membuang sampah plastik terbanyak ke laut setelah Tiongkok. ( Dari 187,2 juta penduduk di kawasan pesisir Indonesia, sampah plastik yang salah urus mencapai 3,22 juta metrik ton/tahun atau 10,1% sampah plastik di dunia. Dari jumlah itu, yang dibuang ke laut setiap tahun mencapai 0,48 juta-1,29 juta ton (Suara Merdeka, 2018). Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menyebutkan, berdasarkan data yang diperoleh dari Asosiasi Industri Plastik Indonesia (INAPLAS) dan Badan Pusat Statistik (BPS), sampah plastik di Indonesia mencapai 64 juta ton/tahun dimana sebanyak 3,2 juta ton merupakan sampah plastik yang dibuang ke laut. Menurut sumber yang sama, lanjut dia, kantong plastik yang terbuang ke lingkungan sebanyak 10 milar lembar per tahun atau sebanyak 85.000 ton kantong plastik (Puspita, 2018). Jika kondisi ini terus dibiarkan saja dan tidak ada tindakan penanganan secara serius, maka pencemaran lingkungan akan terus terjadi yang berakibat pada rusaknya ekosistem di daerah Indonesia dan sekitarnya. Salah satu contoh bahwa polusi sampah laut Indonesia sudah sangat parah yaitu penemuan bangkai paus sperma di Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara pada 18 Novemer 2018 lalu. Saat ditemukan, paus sepanjang 9,5 meter dan memiliki lebar 1,85 meter itu ditemukan dalam keadaan dikelilingi sampah plastik dan potongan-potongan kayu. Saat perut paus dibelah, ternyata di dalamnya juga berisi beragam sampah plastik seberat kurang lebih 6 kilogram. Sampah-sampah dalam perut paus itu terdiri dari plastik keras 19 buah seberat 140 gram, botol plastik 4 buah 150 gram, kantong plastik 25 buah 260 gram. Ada pula sepasang sandal jepit seberat 270 gram hingga tali rafia 3,6 kilogram dan gelas-gelas plastik. Lembaga swadaya masyarakat (LSM) Greenpeace Indonesia mengatakan kalau kasus di Wakatobi hanyalah salah satu contoh kasus dari sejumlah peristiwa pencemaran akibat sampah plastik di lautan (Defianti, 2018). Menghadapi kondisi darurat tersebut, pemerintah telah mengeluarkan kebijakan untuk mengatasi sampah yang semakin hari semakin tidak dapat dikendalikan. Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2017 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional (JAKSTRANAS) Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga, yang baru ditetapkan pada tanggal 23 Oktober 2017 merupakan terobosan baru dalam pengelolaan sampah yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan untuk melakukan pengelolaan sampah terintegrasi mulai dari sumber sampai ke pemrosesan akhir. Adapun target pengelolaan sampah yang ingin dicapai adalah 100% sampah terkelola dengan baik dan benar pada tahun 2025 atau yang disebut dengan 2025 Clean-from-Waste Indonesia (Indonesia Bersih Sampah). Target pencapaian penyelenggaraan JAKSTRANAS diukur melalui pengurangan sampah sebesar 30%, dan penanganan sampah sebesar 70% pada tahun 2025. Untuk mencapai target ini, pemerintah daerah harus menyusun Dokumen JAKSTRADA (Kebijakan Strategi Daerah) dalam kurun waktu 6 bulan untuk pemerintah daerah provinsi dan 1 tahun untuk pemerintah daerah kabupaten/kota (Nurbaya, 2018). Salah satu alternatif sistem pengelolaan sampah yang sudah dikenal di Indonesia adalah bank sampah. Pada dasarnya bank sampah merupakan konsep pengumpulan sampah kering dan dipilah serta memiliki manajemen layaknya perbankan, tetapi yang ditabung bukan uang melainkan sampah. Warga yang menabung (menyerahkan sampah) juga disebut nasabah dan memiliki buku tabungan serta dapat meminjam uang yang nantinya dikembalikan dengan sampah seharga uang yang dipinjam. Sampah yang ditabung akan ditimbang dan dihargai dengan sejumlah uang, kemudian akan dijual di pabrik yang sudah bekerja sama dengan bank sampah. Sementara plastik kemasan dapat dibeli oleh pengurus PKK setempat untuk didaur ulang menjadi barang-barang kerajinan (Anonim, 2012). Sejak tahun 2011, keberadaan bank sampah berkembang cukup pesat di Indonesia. Sampai dengan tahun 2015, jumlah kota yang mengembangkan bank sampah meningkat dari 99 kota menjadi 129 kota dengan penambahan jumlah unit bank sampah dari 1.640 unit menjadi 2.861 unit dengan total jumlah penabung 175.413 orang. Sementara itu, jumlah sampah yang dikelola di bank sampah meningkat dari 2.347,8 ton/bulan menjadi 5.551 ton/bulan dengan total nilai transaksi rupiah meningkat dari Rp15 miliar/bulan menjadi Rp34,3 miliar/bulan (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, 2015). Tahun 2017 jumlah bank sampah di Indonesia mencapai 5.244 unit yang tersebar di 34 provinsi dan 219 kabupaten/kota di Indonesia (Velarosdela, 2018). Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui bahwa bank sampah semakin mengalami peningkatan jumlah yang tersebar di seluruh Indonesia. Secara otomatis, jumlah sampah yang dikelola di bank sampah juga semakin banyak sehingga sampah yang dulunya menumpuk di tempat pembuangan akhir (TPA) dan dibuang di laut kini dapat dikelola dengan lebih bijak di bank sampah. Pemberdayaan bank sampah yang baik akan memberikan berbagai dampak positif baik kepada masyarakat maupun lingkungan. Pengembangan bank sampah yang merupakan kegiatan bersifat social engineering yang mengajarkan masyarakat untuk memilah sampah serta menumbuhkan kesadaran masyarakat dalam pengolahan sampah secara bijak, harus terus dilakukan dengan inovasi terus menerus dan pada gilirannya akan mengurangi sampah yang diangkut ke TPA (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, 2015). Semakin meningkatnya jumlah masyarakat yang terlatih untuk memilah sampah dan menabung di bank sampah akan menghasilkan masyarakat yang memiliki kesadaran untuk menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan sehingga manfaat akan dirasakan secara jangka panjang. Dalam pengelolaannya, bank sampah tentu membutuhkan tenaga untuk melaksanakan kepengurusan dan pengolahan sampah menjadi barang-barang daur ulang sehingga keberadaan bank sampah dapat menyerap tenaga kerja warga di lingkungan sekitar dan mengurangi pengangguran di masyarakat. Di lain sisi, sampah-sampah yang mulanya menggunung di TPA atau menumpuk di laut yang sangat berpotensi merusak ekosistem, kini menjadi sampah yang memiliki nilai guna dan nilai jual sehingga kebersihan lingkungan terjaga dan masyarakat pun mendapatkan keuntungan berupa tambahan penghasilan dari pengelolaan sampah di bank sampah. Dalam rangka program pemberdayaan bank sampah yang baik di masyarakat, diperlukan serangkaian tahapan yang harus dilakukan agar pelaksanaan program dapat berhasil sesuai target yang diinginkan, yaitu masyarakat yang sadar akan pengolahan sampah dan menghantarkan Indonesia menjadi negara bebas sampah. Menurut Utami (2013), tahapan-tahapan yang dimaksud yaitu: 1. Sosialisasi awal yang merupakan tahapan pengenalan dan pengetahuan dasar bank sampah kepada masyarakat; 2. pelatihan teknis berupa pertemuan lanjutan untuk membahas aspek-aspek yang diperlukan dalam sistem pengelolaan bank sampah; 3. pelaksanaan sistem bank sampah; 4. pemantauan dan evaluasi guna memecahkan masalah yang ditemui selama pelaksanaan dan menghasilkan sistem yang lebih baik; 5. pengembangan bank sampah menjadi unit simpan pinjam, unit usaha sembako, koperasi, atau pinjaman modal usaha. Pengembangan sistem didasarkan pada kebutuhan masyarakat sekitar. Selain tahapan proses pemberdayaan yang tercantum di atas, menurut Mata Garuda (2018), sistem bank sampah harus berfokus pada tiga aspek, yaitu pemberdayaan manusia, sistem kelola, dan pengembangan sampah berkelanjutan. Pemberdayaan manusia lebih mencakup kepada kesadaran manusia dalam menabung sampah. Sistem kelola adalah hal kedua yang harus menjadi perhatian. Sistem yang baik harus dilengkapi setidaknya delapan poin di bawah ini: 1. Pemilahan sampah langsung dilakukan pada skala rumah tangga dengan memisahkan sampah kering dan sampah basah; 2. adanya pengurus yang mengambil sampah secara rutin untuk mencatat sampah yang dibuang beserta tabungan yang akan diperoleh; 3. menyediakan pengurus bank sampah yang mengurusi perputaran uang; 4. adanya jadwal transaksi penjualan; 5. administrasi yang baik; 6. adanya pengepul setiap RW; 7. adanya sistem transaksi jual beli kerajinan hasil bank sampah secara terbuka; dan 8. perluasan jaringan informasi kegiatan bank sampah melalui media sosial dan juga promosi kerajinan hasil olahan. Pengembangan sampah berkelanjutan mengarah pada proses olah sampah dengan prinsip “olah sampah menjadi berkah”. Sampah-sampah yang disetorkan dari masyarakat akan dipilah lagi oleh pengurus bank sampah sesuai jenisnya masing-masing. Kegiatan ini mengubah sampah menjadi produk yang lebih berguna dan memiliki nilai tambah dengan cara didaur ulang menjadi tas, dompet, topi, dan kerajinan tangan lainnya. Selain itu, sampahsampah tersebut juga bisa dijual ke industri plastik, industri tekstil, dan industri kertas. Sistem pengelolaan sampah melalui bank sampah merupakan suatu cara yang efektif mengatasi kondisi darurat sampah karena sampah-sampah (khususnya sampah rumah tangga) tidak dibuang di TPA, melainkan dikumpulkan dan diolah menjadi barang berguna atau dijual kepada industri yang membutuhkan sampah, khususnya sampah plastik. Namun sebaik apapun program yang direncanakan, jika tidak diimbangi dengan kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan sampah dan kebersihan lingkungan, maka target 2025 Clean-fromWaste Indonesia tidak akan tercapai. Daftar Pustaka 1. Mata Garuda. (2018). Indonesia 2045. Yogyakarta: Bentang Pustaka. 2. Utami, Eka. (2013). Buku Panduan Sistem Bank Sampah dan 10 Kisah Sukses. Jakarta: Yayasan Unilever Indonesia. 3. Anonim, (2012). Profil Bank Sampah Indonesia 2012. Kementerian Lingkungan Hidup. Jakarta. 4. Asteria, D., dan Heruman, H. (2016). Bank Sampah Sebagai Alternatif Strategi Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat di Tasikmalaya. Tasikmalaya: J. MANUSIA DAN LINGKUNGAN, Vol. 23, No.1, Maret 2016. 5. Suara Merdeka. (2018). Darurat Sampah Plastik. https://www.suaramerdeka.com/smcetak/baca/148236/darurat-sampah-plastik. Diakses pada 17 Januari 2019. 6. Defianti, Ika. (2018). Sampah Plastik Indonesia Juara 2 Dunia, Bagaimana Mengatasinya?. https://www.liputan6.com/news/read/3772521/headline-sampahplastik-indonesia-juara-2-dunia-bagaimana-mengatasinya. Diakses pada 17 Januari 2019. 7. Puspita, Sherly. (2018). Indonesia Penyumbang Sampah Plastik Terbesar Kedua di Dunia. https://megapolitan.kompas.com/read/2018/08/19/21151811/indonesiapenyumbang-sampah-plastik-terbesar-kedua-di-dunia. Diakses pada 17 Januari 2019. 8. Nurbaya, Siti. (2018). Sambutan Menteri LHK dalam Acara rakornas Jakstranas 2018. http://www.sitinurbaya.com/sambutan-menteri-lhk-dalam-acara-rakornasjakstranas-2018. Diakses pada 22 Januari 2019. 9. Lingkungan Hidup dan Kehutanan. (2015). Inovasi Pengembangan Bank Sampah Sistem Online. http://www.menlhk.go.id/berita-13-inovasi-pengembangan-banksampah-sistem-online-.html. Diakses pada 24 Januari 2019. 10. Velarosdela, Rindi Nuris. (2018). Belajar dari Bank Sampah dan Pengolahan Sampah Beromzet Rp 4,5 Miliar. https://megapolitan.kompas.com/read/2018/12/03/13095821/belajar-dari-banksampah-dan-pengolahan-sampah-beromzet-rp-45-miliar. Diakses pada 24 Januari 2019.