Uploaded by User21518

Bank Sampah Sebagai Solusi Atasi Darurat Sampah Plastik Menuju 2025 Clean-from-Waste Indonesia

advertisement
LAPORAN HASIL KERJA INDIVIDUAL BAHASA INDONESIA
TUGAS MENYUSUN ARTIKEL
Bank Sampah Sebagai Solusi Atasi Darurat Sampah Plastik
Menuju 2025 Clean-from-Waste Indonesia
Disusun oleh:
ZAMZABILA ABDILLAH SYAKUR
XII IPS A / 30
SMAN 1 KEDIRI
JANUARI 2019
Tema: Peduli Lingkungan
Topik: Indonesia darurat sampah plastik
Pertanyaan ke topik:
1. Bagaimana kondisi Indonesia darurat sampah plastik saat ini?
2. Kapan Indonesia darurat sampah plastik dimulai?
3. Darimana sumber sampah plastik di Indonesia yang mengakibatkan terjadinya darurat
sampah plastik?
4. Apa dampak yang terjadi dari kondisi darurat sampah plastik di Indonesia?
5. Bagaimana cara menanggulangi kondisi darurat sampah plastik di Indonesia?
Jawaban:
1. Survei yang dilakukan KLHK pada bulan April 2015 di 8 taman nasional dan gunung
mendapat temuan 435 ton sampah milik 150.688 pengunjung.
Sumber: https://www.hipwee.com/list/5-fakta-tentang-indonesia-darurat-sampah-yukdukung-indonesia-bebas-sampah-2020/
Data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia
menyebutkan bahwa plastik hasil dari 100 anggota Asosiasi Pengusaha Ritel
Indonesia (APRINDO) mencapai 10,95 juta lembar sampah kantong plastik selama
setahun. Jumlah ini setara dengan 60 kali luas lapangan sepak bola dengan sampah
plastik di dalamnya (Mintarsih, 2016).
Sumber: Mata Garuda. 2018. Indonesia 2045. Yogyakarta: Bentang Pustaka.
Minggu sore, 18 November 2018, sekitar pukul 16.00 WITA, seekor paus sperma
(Physeter macrocephalus) ditemukan warga terdampar di sekitar Pulau Kapota,
Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Paus sepanjang 9,5 meter dan memiliki
lebar 1,85 meter itu ditemukan dalam kondisi sudah jadi bangkai.
Saat ditemukan, paus malang itu dikelilingi sampah plastik dan potongan-potongan
kayu. Saat perut paus dibelah, ternyata di dalamnya juga berisi beragam sampah
plastik seberat kurang lebih 6 kilogram.
Sampah-sampah dalam perut paus itu terdiri dari plastik keras 19 buah seberat 140
gram, botol plastik 4 buah 150 gram, kantong plastik 25 buah 260 gram. Ada pula
sepasang sandal jepit seberat 270 gram hingga tali rafia 3,6 kilogram dan gelas-gelas
plastik.
Sumber: https://www.liputan6.com/news/read/3772521/headline-sampah-plastikindonesia-juara-2-dunia-bagaimana-mengatasinya
2. Sejak 2010, Indonesia menjadi negara nomor dua yang membuang sampah plastik
terbanyak ke laut. Bahkan jika tidak segera mengambil tindakan jelas, Indonesia bisa
saja menjadi “juara dunia” melampaui Tiongkok.
“Kalau tidak hati-hati, bisa-bisa kita malah naik peringkatnya karena Tiongkok sudah
bekerja keras mengurangi sampah,” kata Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya
Manusia, Iptek, dan Budaya Maritim Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman,
Safri Burhanuddin, Sabtu (24/11).
Sumber: https://www.suaramerdeka.com/smcetak/baca/148236/darurat-sampahplastik
3. Indonesia, dengan 187,2 juta penduduk di kawasan pesisir, sampah plastik yang salah
urus mencapai 3,22 juta metrik ton/tahun atau 10,1% sampah plastik di dunia. Dari
jumlah itu, yang dibuang ke laut setiap tahun mencapai 0,48 juta-1,29 juta ton.
Sumber: https://www.suaramerdeka.com/smcetak/baca/148236/darurat-sampahplastik
Ia menambahkan, berdasarkan data yang diperoleh dari Asosiasi Industri Plastik
Indonesia (INAPLAS) dan Badan Pusat Statistik (BPS), sampah plastik di Indonesia
mencapai 64 juta ton/ tahun dimana sebanyak 3,2 juta ton merupakan sampah plastik
yang dibuang ke laut . Menurut sumber yang sama, lanjut dia, kantong plastik yang
terbuang ke lingkungan sebanyak 10 milar lembar per tahun atau sebanyak 85.000 ton
kantong plastik.
Sumber: https://megapolitan.kompas.com/read/2018/08/19/21151811/indonesiapenyumbang-sampah-plastik-terbesar-kedua-di-dunia
Dwi Sawung dari Asosiasi Zero Waste Indonesia mengatakan masalah sampah di laut
di Indonesia sebenarnya berasal dari tidak adanya pengelolaan sampah di darat,
terutama di kota-kota besar.
Sumber: https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-40318924
4. Sampah plastik diperkirakan membutuhkan waktu 100 hingga 500 tahun hingga dapat
terdekomposisi (terurai) dengan sempurna. Sampah kantong plastik dapat mencemari
tanah, air, laut, bahkan udara EFENDI, dkk (2010).
Adapun dampak yang diakibatkan oleh sampah plasik ini sangat banyak, anatra lain :
a. Tercemarnya tanah, air tanah, dan makhluk bawah tanah.
b. Racun-racun dari partikel plastik yang masuk ke dalam tanah akan membunuh hewanhewan pengurai di dalam tanah seperti cacing.
c. PCB yang tidak dapat terurai meskipun termakan oleh binatang maupun tanaman
akan menjadi racun berantai sesuai urutan rantai makanan.
d. Kantong plastik akan mengganggu jalur air yang teresap ke dalam tanah.
e. Menurunkan kesuburan tanah karena plastik juga menghalangi sirkulasi udara di
dalam tanah dan ruang gerak makhluk bawah tanah yang mampu meyuburkan tanah.
f. Sampah plastik ini menyumbat aliran air sungai sehingga di musim kemarau sering
terjadi banjir.
g. Sampah plastik mengeluarkan zat yang berbahaya bagi organisme-organisme.
Sumber:
https://www.academia.edu/11933996/Dampak_Pencemaran_Sampah_Plastik_dan_Pe
manfaatannya
5. Tak ingin hal ini terjadi, kedua menteri ini sepakat untuk segera mengambil langkah
konkret. Menko Luhut meminta semua pemangku kepentingan, yakni pemerintah
pusat, daerah, perguruan tinggi, dan LSM bahu-membahu membuat langkah
penanganan yang terintegrasi dan kontinyu. “Semua peraturan perundang-undangan
sudah ada. Tinggal bu Siti (Menteri LHK), kita komitmen supaya langsung turun ke
bawah,” tegasnya.
Menambahkan, Menteri LHK meminta masyarakat juga berperan untuk mengurangi
pemanfaatan plastik agar tidak mencemari lingkungan. “Pengelolaan sampah di titiktitik sumber sangat bermanfaat untuk mengurangi sumber pengeluaran pada bagian
hilir dengan menggunakan prinsip 3R (reduce, reuse, recycle),” jelasnya. Bila hal
tersebut dilakukan, dia berharap, pada tahun 2025, pemanfaatan sampah dapat
dikurangi hingga 70%.
Sumber: https://maritim.go.id/indonesia-darurat-sampah/
Sebenarnya terdapat beberapa solusi yang dapat dilakukan menurut Sekretariat
Kabinet dan Republik Indonesia, yaitu: Kebijakan Manajemen sampah yang benar di
darat adalah kunci utama yang secara signifikan akan berpengaruh terhadap
pengurangan jumlah sampah laut. Selain itu dalam mengurangi sampah plastik di laut
dapat dilakukan melalui 4 (empat) strategi, yaitu:
a. Peningkatan kesadaran para pemangku kepentingan
b. Pengelolaan sampah plastik terestrial
c. Pengelolaan sampah plastik di pesisir dan di laut
d. Serta mekanisme pendanaan, penguatan, kelembagaan, penegakan hukum, dan
penelitian dan pengembangan.
Sumber: http://www.greeneration.org/sampah-plastik-di-lautan/
Salah satu usaha mengurangi sampah plastik adalah dengan menghemat penggunaan
kantong plastik. Caranya membawa kantong plastik belanja sendiri sejak dari rumah. Hasil
jajak pendapat Kompas menunjukkan tiga dari lima responden mengakui perlunya membawa
kantong belanja sendiri untuk mengurangi limbah plastik. Beberapa warga bahkan sudah
membawa kantong belanja sendiri saat berbelanja ke mal.
Sumber:
https://properti.kompas.com/read/2016/01/27/121624921/Indonesia.Darurat.Sampah.
Rumusan Judul: Bank Sampah Sebagai Solusi Atasi Darurat Sampah Plastik Menuju 2025
Clean-from-Waste Indonesia.
Pertanyaan ke Judul
1. Apa yang dimaksud dengan bank sampah?
2. Apa manfaat bank sampah?
3. Bagaimana kondisi bank sampah di Indonesia saat ini?
4. Bagaimana kondisi kedaruratan sampah plastik di Indonesia saat ini?
5. Apa yang dimaksud dengan 2025 clean-from-waste Indonesia?
6. Bagaimana efektivitas bank sampah dalam mengatasi kondisi darurat sampah plastik?
7. Apa program pemberdayaan bank sampah yang dapat dilakukan untuk
menghantarkan Indonesia menuju 2025 clean-from-waste Indonesia?
Jawaban
1. Bank sampah adalah suatu sistem pengelolaan sampah kering secara kolektif yang
mendorong masyarakat untuk berperan secara aktif di dalamnya. Sistem ini akan
menampung, memilah, dan menyalurkan sampah bernilai ekonomi pada pasar
sehingga masyarakat mendapat keuntungan ekonomi dari menabung sampah. Semua
kegiatan dalam sistem bank sampah dilakukan dari, oleh, dan untuk masyarakat.
Seperti halnya bank konvensional, bank sampah juga memiliki sistem manajerial yang
operasionalnya dilakukan oleh masyarakat. Bank sampah bahkan bisa juga
memberikan manfaat ekonomi untuk masyarakat.
Sumber: Utami, Eka. 2013. Buku Panduan Sistem Bank Sampah dan 10 Kisah Sukses.
Jakarta: Yayasan Unilever Indonesia.
Pada dasarnya bank sampah merupakan konsep pengumpulan sampah kering dan
dipilah serta memiliki manajemen layaknya perbankan, tetapi yang ditabung bukan
uang melainkan sampah. Warga yang menabung (menyerahkan sampah) juga disebut
nasabah dan memiliki buku tabungan serta dapat meminjam uang yang nantinya
dikembalikan dengan sampah seharga uang yang dipinjam. Sampah yang ditabung
akan ditimbang dan dihargai dengan sejumlah uang, kemudian akan dijual di pabrik
yang sudah bekerja sama dengan bank sampah. Sementara plastik kemasan dapat
dibeli oleh pengurus PKK setempat untuk didaur ulang menjadi barang-barang
kerajinan (Anonim, 2012).
Sumber: Asteria, D., dan Heruman, H. 2016. Bank Sampah Sebagai Alternatif
Strategi Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat di Tasikmalaya. Tasikmalaya: J.
MANUSIA DAN LINGKUNGAN, Vol. 23, No.1, Maret 2016.
Bank sampah adalah salah satu strategi penerapan 3R (Reuse, Reduce, Recycle)
dalam pengelolaan sampah pada sumbernya di tingkat masyarakat. Pelaksanaan bank
sampah pada prinsipnya adalah satu rekayasa sosial (social engineering) untuk
mengajak masyarakat memilah sampah. Pelaksanaan bank sampah dapat memberikan
output nyata bagi masyarakat berupa kesempatan kerja dalam melaksanakan
manajemen operasi bank sampah dan investasi dalam bentuk tabungan. (Kementerian
Lingkungan Hidup, 2011).
Sumber: Ramadhan, M. A. 2016. Perbandingan Efektivitas Bank Sampah di Kota
Bandung dan Kota Yogyakarta. Yogyakarta: INERSIA, Vol. X II No.1, Mei 2016.
2. Bank sampah memiliki beberapa manfaat bagi manusia dan lingkungan hidup, seperti
membuat lingkungan lebih bersih, menyadarkan masyarakat akan pentingnya
kebersihan, dan membuat sampah menjadi barang ekonomis. Manfaat lain bank
sampah untuk masyarakat adalah dapat menambah penghasilan masyarakat karena
saat mereka menukarkan sampah mereka akan mendapatkan imbalan berupa uang
yang dikumpulkan dalam rekening yang mereka miliki. Masyarakat dapat sewaktuwaktu mengambil uang pada tabungannya saat tabungannya sudah terkumpul
banyak.Imbalan yang diberikan kepada penabung tidak hanya berupa uang, tetapi ada
pula yang berupa bahan makanan pokok seperti gula, sabun, minyak dan beras;10
pembelian pulsa telepon genggam, listrik, pembayaran jasa layanan air bersih, bahkan
biaya sekolah, kredit kepemilikan barang, dan asuransi kesehatan.
Sumber: Suryani, Anih Sri. 2014. Peran Bank Sampah dalam Efektivitas Pengelolaan
Sampah (Studi Kasus Bank Sampah Malang). Jakarta: Aspirasi Vol. 5 No. 1, Juni
2014.
Bank sampah mengajarkan masyarakat untuk memilah sampah, menumbuhkan
kesadaran masyarakat mengolah sampah secara bijak agar dapat mengurangi sampah
yang diangkut ke TPA.
Kehadiran bank sampah telah mendorong adanya capacity building bagi warga
dengan mengupayakan terbentuknya kemandirian dan keswadayaan warga melalui
terbentuknya kesadaran, pengetahuan, dan kemampuan yang mendorong partisipasi
mengelola lingkungan di komunitasnya. Khususnya bagi warga perempuan,
pengetahuan dan keterampilan mengelola sampah telah menstimulasi kreativitas dan
inovasi kerajinan daur ulang sampah.
Manfaat dari kemampuan warga mengelola sampah dengan menerapkan prinsip 4R
dan menabung ke bank sampah telah memberikan manfaat langsung, tidak hanya
secara ekonomi, juga terwujudnya kesehatan lingkungan, dengan kondisi komunitas
yang bersih, hijau, nyaman, dan sehat.
Sumber: Asteria, D., dan Heruman, H. 2016. Bank Sampah Sebagai Alternatif
Strategi Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat di Tasikmalaya. Tasikmalaya: J.
MANUSIA DAN LINGKUNGAN, Vol. 23, No.1, Maret 2016.
3. Sejak tahun 2011, keberadaan bank sampah berkembang cukup pesat di Indonesia.
Sampai dengan tahun 2015, jumlah kota yang mengembangkan bank sampah
meningkat dari 99 kota menjadi 129 kota dengan penambahan jumlah unit bank
sampah dari 1.640 unit menjadi 2.861 unit dengan total jumlah penabung 175.413
orang. Sementara itu, jumlah sampah yang dikelola di bank sampah meningkat dari
2.347,8 ton/bulan menjadi 5.551 ton/bulan dengan total nilai transaksi rupiah
meningkat dari Rp15 miliar/bulan menjadi Rp34,3 miliar/bulan (Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan, 2015).
Sumber: Mata Garuda. 2018. Indonesia 2045. Yogyakarta: Bentang Pustaka.
Direktur Jenderal Pengelolaan Limbah, Sampah, dan Bahan Beracun Berbahaya
(PSLB3) KLHK Rosa Vivien Ratnawati mengatakan, perkembangan program bank
sampah di seluruh Indonesia meningkat dalam kurun waktu tiga tahun terakhir. "Pada
tahun 2015, jumlah bank sampah di Indonesia sebanyak 1.172 unit dan tahun 2017
jumlah bank sampah di Indonesia mencapai 5.244 unit yang tersebar di 34 provinsi
dan 219 kabupaten/kota di Indonesia," kata Vivien di Grand Mercure Kemayoran,
Jakarta Pusat, Senin (3/12/2018).
Sumber: https://megapolitan.kompas.com/read/2018/12/03/13095821/belajar-daribank-sampah-dan-pengolahan-sampah-beromzet-rp-45-miliar.
4. Indonesia, dengan 187,2 juta penduduk di kawasan pesisir, sampah plastik yang salah
urus mencapai 3,22 juta metrik ton/tahun atau 10,1% sampah plastik di dunia. Dari
jumlah itu, yang dibuang ke laut setiap tahun mencapai 0,48 juta-1,29 juta ton.
Sumber: https://www.suaramerdeka.com/smcetak/baca/148236/darurat-sampahplastik
Ia menambahkan, berdasarkan data yang diperoleh dari Asosiasi Industri Plastik
Indonesia (INAPLAS) dan Badan Pusat Statistik (BPS), sampah plastik di Indonesia
mencapai 64 juta ton/ tahun dimana sebanyak 3,2 juta ton merupakan sampah plastik
yang dibuang ke laut. Menurut sumber yang sama, lanjut dia, kantong plastik yang
terbuang ke lingkungan sebanyak 10 milar lembar per tahun atau sebanyak 85.000 ton
kantong plastik.
Sumber: https://megapolitan.kompas.com/read/2018/08/19/21151811/indonesiapenyumbang-sampah-plastik-terbesar-kedua-di-dunia
Survei yang dilakukan KLHK pada bulan April 2015 di 8 taman nasional dan gunung
mendapat temuan 435 ton sampah milik 150.688 pengunjung.
Sumber: https://www.hipwee.com/list/5-fakta-tentang-indonesia-darurat-sampah-yukdukung-indonesia-bebas-sampah-2020/
Data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia
menyebutkan bahwa plastik hasil dari 100 anggota Asosiasi Pengusaha Ritel
Indonesia (APRINDO) mencapai 10,95 juta lembar sampah kantong plastik selama
setahun. Jumlah ini setara dengan 60 kali luas lapangan sepak bola dengan sampah
plastik di dalamnya (Mintarsih, 2016).
Sumber: Mata Garuda. 2018. Indonesia 2045. Yogyakarta: Bentang Pustaka.
5. Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2017 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional
(JAKSTRANAS) Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah
Rumah Tangga, yang baru ditetapkan pada tanggal 23 Oktober 2017 merupakan
terobosan baru dalam pengelolaan sampah yang melibatkan seluruh pemangku
kepentingan untuk melakukan pengelolaan sampah terintegrasi mulai dari sumber
sampai ke pemrosesan akhir. Adapun target pengelolaan sampah yang ingin dicapai
adalah 100% sampah terkelola dengan baik dan benar pada tahun 2025 (Indonesia
Bersih Sampah). Kerja bersama diperlukan dalam mencapai target pengelolaan
sampah ditahun 2025 tersebut dengan melibatkan 32 kementerian/lembaga terkait,
pemerintah daerah, dunia usaha dan pengelola kawasan serta masyarakat.
Target pencapaian penyelenggaraan JAKSTRANAS diukur melalui pengurangan
sampah sebesar 30%, dan penanganan sampah sebesar 70% pada tahun 2025. Untuk
mencapai target ini, pemerintah daerah harus menyusun Dokumen JAKSTRADA
(Kebijakan Strategi Daerah) dalam kurun waktu 6 bulan untuk pemerintah daerah
provinsi dan 1 tahun untuk pemerintah daerah kabupaten/kota.
Sumber: http://www.sitinurbaya.com/sambutan-menteri-lhk-dalam-acara-rakornasjakstranas-2018
JAKSTRADA ini akan menjadi rencana induk pengelolaan sampah di daerah (master
plan) yang terukur pencapaiannya secara bertahap sampai tahun 2025 dan mendukung
pencapaian target Kebijakan dan Strategi Nasional (JAKSTRANAS) Pengelolaan
Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga.
JAKSTRADA sendiri merupakan turunan dari amanat Peraturan Presiden Nomor 97
Tahun 2017 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional (JAKSTRANAS) Pengelolaan
Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga, yang baru
ditetapkan pada tanggal 23 Oktober 2017. Aturan ini merupakan terobosan baru
dalam pengelolaan sampah nasional yang melibatkan 32 Kementerian/Lembaga
terkait, dunia usaha, asosiasi, dan komunitas terlibat dalam pengelolan sampah
nasional.
Sumber: https://jpp.go.id/teknologi/lingkungan-hidup/321390-klhk-mendampingipemda-agar-indonesia-bersih-sampah-2025
6. Pengembangan bank sampah yang merupakan kegiatan bersifat social engineering
yang mengajarkan masyarakat untuk memilah sampah serta menumbuhkan kesadaran
masyarakat dalam pengolahan sampah secara bijak, harus terus dilakukan dengan
inovasi terus menerus dan pada gilirannya akan mengurangi sampah yang diangkut ke
TPA. Pembangunan bank sampah ini harus menjadi momentum awal membina
kesadaran kolektif masyarakat untuk memulai memilah, mendaur-ulang, dan
memanfaatkan sampah, karena sampah mempunyai nilai jual yang cukup baik,
sehingga pengelolaan sampah yang berwawasan lingkungan menjadi budaya baru
Indonesia.
Sumber: http://www.menlhk.go.id/berita-13-inovasi-pengembangan-bank-sampahsistem-online-.html
Bank sampah dalam pelaksanaanya dapat mengurangi tingginya angka sampah di
masyarakat dan di tempat pembuangan akhir (TPA). Dampaknya, volume sampah
yang ada di masyarakat dan TPA dapat berkurang. Pengelolaan bank sampah juga
mengikuti kaidah-kaidah yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun
2008 tentang Pengelolaan Sampah, yang berprinsip 3R. Program pengelolaan sampah
mandiri melalui bank sampah dewasa ini menjadi salah satu alternatif solusi bagi
pemerintah maupun masyarakat, untuk mengurangi terus meningkatkanya volume
sampah yang semakin tidak terkendali.
Sumber: Suryani, Anih Sri. 2014. Peran Bank Sampah dalam Efektivitas Pengelolaan
Sampah (Studi Kasus Bank Sampah Malang). Jakarta: Aspirasi Vol. 5 No. 1, Juni
2014.
7. Sistem bank sampah yang berjalan sesuai standarisasi memiliki potensi
pengembangan yang sangat baik dan mampu memajukan lingkungan dan warga
setempat. Mari kita kenali, pelajari, dan aplikasi sistem bank sampah di lingkungan
setempat. Mari bergerak!
1. Sosialisasi Awal
Sosialisasi awal dilakukan untuk memberikan pengenalan dan pengetahuan dasar
mengenai bank sampah kepada masyarakat. Wacana yang disampaikan antara lain
tentang bank sampah sebagai program nasional, pengertian bank sampah, alur
pengelolaan sampah dan sistem bagi hasil dalam sistem bank sampah. Penjelasan
harus menonjolkan berbagai sisi positif sistem bank sampah sehingga warga
tergerak untuk melaksanakan sistem bank sampah.
2. Pelatihan Teknis
Setelah warga sepakat untuk melaksanakan sistem bank sampah, maka perlu
dilakukan pertemuan lanjutan. Tujuannya untuk memberi penjelasan detail
tentang standarisasi sistem bank sampah, mekanisme kerja bank sampah, dan
keuntungan sistem bank sampah, sehingga warga menjadi lebih siap pada saat
harus melakukan pemilahan sampah hingga penyetoran ke bank. Forum ini juga
dimanfaatkan untuk musyawarah penentuan nama bank sampah, pengurus, lokasi
kantor dan tempat pengembangan, pengepul, hingga jadwal penyetoran sampah.
3. Pelaksanaan Sistem Bank Sampah
Pelaksanaan bank sampah dilakukan pada saat hari yang telah disepakati.
Pengurus siap dengan keperluan administrasi dan peralatan timbang. Nasabah
datang ke kantor bank dan lokasi penimbangan dengan membawa sampah yang
sudah dipilah. Nasabah akan mendapat uang yang dismpan dalam bentuk
tabungan sesuai nilai sampah yang disetor.
4. Pemantauan dan Evaluasi
Berbagai tantangan mungkin muncul saat penerapan bank sampah. Organisasi
masyarakat harus tetap melakukan pendampingan selama sistem berjalan sehingga
bisa membantu warga untuk memecahkan masalah dengan lebih cepat. Evaluasi
dilakukan untuk pelaksanaan bank sampah yang lebih baik.
5. Pengembangan
Sistem bank sampah bisa berkembang menjadi unit simpan pinjam, unit usaha
sembako, koperasi, dan pinjaman modal usaha. Perluasan fungsi bank sampah ini
bisa disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat. Misalnya, jika kebanyakan warga
adalah wirausaha, pengembangan bank sampah diarahkan untuk unit pinjaman
modal usaha. Salah satu bentuk bantuan dari organisasi masyarakat pada proses
ini antara lain dalam pengurusan badan hukum koperasi.
Sumber: Utami, Eka. 2013. Buku Panduan Sistem Bank Sampah dan 10 Kisah Sukses.
Jakarta: Yayasan Unilever Indonesia.
Bank sampah harus dibuat semenarik mungkin agar ada banyak nasabah dari
masyarakat sekitar yang mau menyetor sampah pribadinya. Oleh karena itu, sistem
bank sampah harus berfokus pada tiga aspek, yaitu pemberdayaan manusia, sistem
kelola, dan pengembangan sampah berkelanjutan. Pemberdayaan manusia lebih
mencakup kepada kesadaran manusia dalam menabung sampah. Adanya sosialisasi
kepada masyarakat terkait bank sampah menjadi hal dasar yang harus dilakukan,
seperti pemberian edukasi mengenai pemilahan sampah yang benar. Masyarakat akan
tertarik mengelola sampah ketika ada manfaat yang diberikan. Ada kampanye
persuasif untuk menjadikan masyarakat ikut bergabung menjadi nasabah serta ikut
membantu menjaga lingkungan. Bila perlu, ada doorprize bagi masyarakat yang
memiliki andil besar dalam sistem bank sampah.
Sistem kelola adalah hal kedua yang harus menjadi perhatian. Ketika masyarakat
sudah banyak yang menjadi nasabah bank sampah, tentunya harus ada sistem yang
baik. Prinsip sistem kelola ini adalah pengelolaan bank sampah dengan sistem
perbankan. Penyetor adalah warga sekitar lokasi yang ketika menyetor sampah akan
mendapatkan sejumlah uang yang akan masuk ke dalam buku tabungan.
Sistem yang baik harus dilengkapi setidaknya delapan poin di bawah ini:
1. Pemilahan sampah langsung dilakukan pada skala rumah tangga dengan
memisahkan sampah kering dan sampah basah;
2. adanya pengurus yang mengambil sampah secara rutin untuk mencatat sampah
yang dibuang beserta tabungan yang akan diperoleh;
3. menyediakan pengurus bank sampah yang mengurusi perputaran uang;
4. adanya jadwal transaksi penjualan;
5. administrasi yang baik;
6. adanya pengepul setiap RW;
7. adanya sistem transaksi jual beli kerajinan hasil bank sampah secara terbuka; dan
8. perluasan jaringan informasi kegiatan bank sampah melalui media sosial dan juga
promosi kerajinan hasil olahan.
Pengembangan sampah berkelanjutan mengarah pada proses olah sampah dengan
prinsip “olah sampah menjadi berkah”. Sampah-sampah yang disetorkan dari
masyarakat akan dipilah lagi oleh pengurus bank sampah sesuai jenisnya masingmasing. Kegiatan ini mengubah sampah menjadi produk yang lebih berguna dan
memiliki nilai tambah dengan cara didaur ulang menjadi tas, dompet, topi, dan
kerajinan tangan lainnya. Selain itu, sampah-sampah tersebut juga bisa dijual ke
industri plastik, industri tekstil, dan industri kertas.
Sumber: Mata Garuda. 2018. Indonesia 2045. Yogyakarta: Bentang Pustaka.
Kerangka Artikel
Ide pokok 1: Kondisi kedaruratan sampah plastik di Indonesia saat ini.
Ide pokok 2: Peraturan tentang pengelolaan sampah dan pencanangan 2025 Clean-formWaste Indonesia.
Ide pokok 3: Bank sampah sebagai alternatif mengatasi kondisi darurat sampah plastik.
Ide pokok 4: Pemanfaatan bank sampah.
Ide pokok 5: Program pemberdayaan bank sampah yang dapat dilakukan untuk mencapai
2025 Clean-form-Waste Indonesia.
Pengembangan
Bank Sampah Sebagai Solusi Atasi Darurat Sampah Plastik Menuju 2025 Clean-from-Waste
Indonesia
Indonesia saat ini dalam kondisi darurat sampah plastik. Sejak 2010, Indonesia
menjadi negara nomor dua yang membuang sampah plastik terbanyak ke laut setelah
Tiongkok. ( Dari 187,2 juta penduduk di kawasan pesisir Indonesia, sampah plastik yang
salah urus mencapai 3,22 juta metrik ton/tahun atau 10,1% sampah plastik di dunia. Dari
jumlah itu, yang dibuang ke laut setiap tahun mencapai 0,48 juta-1,29 juta ton (Suara
Merdeka, 2018).
Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menyebutkan, berdasarkan data yang
diperoleh dari Asosiasi Industri Plastik Indonesia (INAPLAS) dan Badan Pusat Statistik
(BPS), sampah plastik di Indonesia mencapai 64 juta ton/tahun dimana sebanyak 3,2 juta ton
merupakan sampah plastik yang dibuang ke laut. Menurut sumber yang sama, lanjut dia,
kantong plastik yang terbuang ke lingkungan sebanyak 10 milar lembar per tahun atau
sebanyak 85.000 ton kantong plastik (Puspita, 2018). Jika kondisi ini terus dibiarkan saja dan
tidak ada tindakan penanganan secara serius, maka pencemaran lingkungan akan terus terjadi
yang berakibat pada rusaknya ekosistem di daerah Indonesia dan sekitarnya.
Salah satu contoh bahwa polusi sampah laut Indonesia sudah sangat parah yaitu
penemuan bangkai paus sperma di Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara pada 18
Novemer 2018 lalu. Saat ditemukan, paus sepanjang 9,5 meter dan memiliki lebar 1,85 meter
itu ditemukan dalam keadaan dikelilingi sampah plastik dan potongan-potongan kayu. Saat
perut paus dibelah, ternyata di dalamnya juga berisi beragam sampah plastik seberat kurang
lebih 6 kilogram. Sampah-sampah dalam perut paus itu terdiri dari plastik keras 19 buah
seberat 140 gram, botol plastik 4 buah 150 gram, kantong plastik 25 buah 260 gram. Ada
pula sepasang sandal jepit seberat 270 gram hingga tali rafia 3,6 kilogram dan gelas-gelas
plastik. Lembaga swadaya masyarakat (LSM) Greenpeace Indonesia mengatakan kalau kasus
di Wakatobi hanyalah salah satu contoh kasus dari sejumlah peristiwa pencemaran akibat
sampah plastik di lautan (Defianti, 2018).
Menghadapi kondisi darurat tersebut, pemerintah telah mengeluarkan kebijakan untuk
mengatasi sampah yang semakin hari semakin tidak dapat dikendalikan. Peraturan Presiden
Nomor 97 Tahun 2017 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional (JAKSTRANAS)
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga, yang baru
ditetapkan pada tanggal 23 Oktober 2017 merupakan terobosan baru dalam pengelolaan
sampah yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan untuk melakukan pengelolaan
sampah terintegrasi mulai dari sumber sampai ke pemrosesan akhir. Adapun target
pengelolaan sampah yang ingin dicapai adalah 100% sampah terkelola dengan baik dan benar
pada tahun 2025 atau yang disebut dengan 2025 Clean-from-Waste Indonesia (Indonesia
Bersih Sampah). Target pencapaian penyelenggaraan JAKSTRANAS diukur melalui
pengurangan sampah sebesar 30%, dan penanganan sampah sebesar 70% pada tahun 2025.
Untuk mencapai target ini, pemerintah daerah harus menyusun Dokumen JAKSTRADA
(Kebijakan Strategi Daerah) dalam kurun waktu 6 bulan untuk pemerintah daerah provinsi
dan 1 tahun untuk pemerintah daerah kabupaten/kota (Nurbaya, 2018).
Salah satu alternatif sistem pengelolaan sampah yang sudah dikenal di Indonesia
adalah bank sampah. Pada dasarnya bank sampah merupakan konsep pengumpulan sampah
kering dan dipilah serta memiliki manajemen layaknya perbankan, tetapi yang ditabung
bukan uang melainkan sampah. Warga yang menabung (menyerahkan sampah) juga disebut
nasabah dan memiliki buku tabungan serta dapat meminjam uang yang nantinya
dikembalikan dengan sampah seharga uang yang dipinjam. Sampah yang ditabung akan
ditimbang dan dihargai dengan sejumlah uang, kemudian akan dijual di pabrik yang sudah
bekerja sama dengan bank sampah. Sementara plastik kemasan dapat dibeli oleh pengurus
PKK setempat untuk didaur ulang menjadi barang-barang kerajinan (Anonim, 2012).
Sejak tahun 2011, keberadaan bank sampah berkembang cukup pesat di Indonesia.
Sampai dengan tahun 2015, jumlah kota yang mengembangkan bank sampah meningkat dari
99 kota menjadi 129 kota dengan penambahan jumlah unit bank sampah dari 1.640 unit
menjadi 2.861 unit dengan total jumlah penabung 175.413 orang. Sementara itu, jumlah
sampah yang dikelola di bank sampah meningkat dari 2.347,8 ton/bulan menjadi 5.551
ton/bulan dengan total nilai transaksi rupiah meningkat dari Rp15 miliar/bulan menjadi
Rp34,3 miliar/bulan (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, 2015). Tahun 2017
jumlah bank sampah di Indonesia mencapai 5.244 unit yang tersebar di 34 provinsi dan 219
kabupaten/kota di Indonesia (Velarosdela, 2018). Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui
bahwa bank sampah semakin mengalami peningkatan jumlah yang tersebar di seluruh
Indonesia. Secara otomatis, jumlah sampah yang dikelola di bank sampah juga semakin
banyak sehingga sampah yang dulunya menumpuk di tempat pembuangan akhir (TPA) dan
dibuang di laut kini dapat dikelola dengan lebih bijak di bank sampah.
Pemberdayaan bank sampah yang baik akan memberikan berbagai dampak positif
baik kepada masyarakat maupun lingkungan. Pengembangan bank sampah yang merupakan
kegiatan bersifat social engineering yang mengajarkan masyarakat untuk memilah sampah
serta menumbuhkan kesadaran masyarakat dalam pengolahan sampah secara bijak, harus
terus dilakukan dengan inovasi terus menerus dan pada gilirannya akan mengurangi sampah
yang diangkut ke TPA (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, 2015). Semakin
meningkatnya jumlah masyarakat yang terlatih untuk memilah sampah dan menabung di
bank sampah akan menghasilkan masyarakat yang memiliki kesadaran untuk menjaga
kebersihan dan kelestarian lingkungan sehingga manfaat akan dirasakan secara jangka
panjang. Dalam pengelolaannya, bank sampah tentu membutuhkan tenaga untuk
melaksanakan kepengurusan dan pengolahan sampah menjadi barang-barang daur ulang
sehingga keberadaan bank sampah dapat menyerap tenaga kerja warga di lingkungan sekitar
dan mengurangi pengangguran di masyarakat. Di lain sisi, sampah-sampah yang mulanya
menggunung di TPA atau menumpuk di laut yang sangat berpotensi merusak ekosistem, kini
menjadi sampah yang memiliki nilai guna dan nilai jual sehingga kebersihan lingkungan
terjaga dan masyarakat pun mendapatkan keuntungan berupa tambahan penghasilan dari
pengelolaan sampah di bank sampah.
Dalam rangka program pemberdayaan bank sampah yang baik di masyarakat,
diperlukan serangkaian tahapan yang harus dilakukan agar pelaksanaan program dapat
berhasil sesuai target yang diinginkan, yaitu masyarakat yang sadar akan pengolahan sampah
dan menghantarkan Indonesia menjadi negara bebas sampah. Menurut Utami (2013),
tahapan-tahapan yang dimaksud yaitu:
1. Sosialisasi awal yang merupakan tahapan pengenalan dan pengetahuan dasar bank
sampah kepada masyarakat;
2. pelatihan teknis berupa pertemuan lanjutan untuk membahas aspek-aspek yang
diperlukan dalam sistem pengelolaan bank sampah;
3. pelaksanaan sistem bank sampah;
4. pemantauan dan evaluasi guna memecahkan masalah yang ditemui selama
pelaksanaan dan menghasilkan sistem yang lebih baik;
5. pengembangan bank sampah menjadi unit simpan pinjam, unit usaha sembako,
koperasi, atau pinjaman modal usaha. Pengembangan sistem didasarkan pada
kebutuhan masyarakat sekitar.
Selain tahapan proses pemberdayaan yang tercantum di atas, menurut Mata Garuda
(2018), sistem bank sampah harus berfokus pada tiga aspek, yaitu pemberdayaan manusia,
sistem kelola, dan pengembangan sampah berkelanjutan. Pemberdayaan manusia lebih
mencakup kepada kesadaran manusia dalam menabung sampah. Sistem kelola adalah hal
kedua yang harus menjadi perhatian. Sistem yang baik harus dilengkapi setidaknya delapan
poin di bawah ini:
1. Pemilahan sampah langsung dilakukan pada skala rumah tangga dengan
memisahkan sampah kering dan sampah basah;
2. adanya pengurus yang mengambil sampah secara rutin untuk mencatat sampah
yang dibuang beserta tabungan yang akan diperoleh;
3. menyediakan pengurus bank sampah yang mengurusi perputaran uang;
4. adanya jadwal transaksi penjualan;
5. administrasi yang baik;
6. adanya pengepul setiap RW;
7. adanya sistem transaksi jual beli kerajinan hasil bank sampah secara terbuka;
dan
8. perluasan jaringan informasi kegiatan bank sampah melalui media sosial dan
juga promosi kerajinan hasil olahan.
Pengembangan sampah berkelanjutan mengarah pada proses olah sampah dengan
prinsip “olah sampah menjadi berkah”. Sampah-sampah yang disetorkan dari masyarakat
akan dipilah lagi oleh pengurus bank sampah sesuai jenisnya masing-masing. Kegiatan ini
mengubah sampah menjadi produk yang lebih berguna dan memiliki nilai tambah dengan
cara didaur ulang menjadi tas, dompet, topi, dan kerajinan tangan lainnya. Selain itu, sampahsampah tersebut juga bisa dijual ke industri plastik, industri tekstil, dan industri kertas.
Sistem pengelolaan sampah melalui bank sampah merupakan suatu cara yang efektif
mengatasi kondisi darurat sampah karena sampah-sampah (khususnya sampah rumah tangga)
tidak dibuang di TPA, melainkan dikumpulkan dan diolah menjadi barang berguna atau
dijual kepada industri yang membutuhkan sampah, khususnya sampah plastik. Namun sebaik
apapun program yang direncanakan, jika tidak diimbangi dengan kesadaran masyarakat akan
pentingnya pengelolaan sampah dan kebersihan lingkungan, maka target 2025 Clean-fromWaste Indonesia tidak akan tercapai.
Daftar Pustaka
1. Mata Garuda. (2018). Indonesia 2045. Yogyakarta: Bentang Pustaka.
2. Utami, Eka. (2013). Buku Panduan Sistem Bank Sampah dan 10 Kisah Sukses. Jakarta:
Yayasan Unilever Indonesia.
3. Anonim, (2012). Profil Bank Sampah Indonesia 2012. Kementerian Lingkungan
Hidup. Jakarta.
4. Asteria, D., dan Heruman, H. (2016). Bank Sampah Sebagai Alternatif Strategi
Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat di Tasikmalaya. Tasikmalaya: J.
MANUSIA DAN LINGKUNGAN, Vol. 23, No.1, Maret 2016.
5. Suara Merdeka. (2018). Darurat Sampah Plastik.
https://www.suaramerdeka.com/smcetak/baca/148236/darurat-sampah-plastik. Diakses
pada 17 Januari 2019.
6. Defianti, Ika. (2018). Sampah Plastik Indonesia Juara 2 Dunia, Bagaimana
Mengatasinya?. https://www.liputan6.com/news/read/3772521/headline-sampahplastik-indonesia-juara-2-dunia-bagaimana-mengatasinya. Diakses pada 17 Januari
2019.
7. Puspita, Sherly. (2018). Indonesia Penyumbang Sampah Plastik Terbesar Kedua di
Dunia. https://megapolitan.kompas.com/read/2018/08/19/21151811/indonesiapenyumbang-sampah-plastik-terbesar-kedua-di-dunia. Diakses pada 17 Januari 2019.
8. Nurbaya, Siti. (2018). Sambutan Menteri LHK dalam Acara rakornas Jakstranas
2018. http://www.sitinurbaya.com/sambutan-menteri-lhk-dalam-acara-rakornasjakstranas-2018. Diakses pada 22 Januari 2019.
9. Lingkungan Hidup dan Kehutanan. (2015). Inovasi Pengembangan Bank Sampah
Sistem Online. http://www.menlhk.go.id/berita-13-inovasi-pengembangan-banksampah-sistem-online-.html. Diakses pada 24 Januari 2019.
10. Velarosdela, Rindi Nuris. (2018). Belajar dari Bank Sampah dan Pengolahan Sampah
Beromzet Rp 4,5 Miliar.
https://megapolitan.kompas.com/read/2018/12/03/13095821/belajar-dari-banksampah-dan-pengolahan-sampah-beromzet-rp-45-miliar. Diakses pada 24 Januari
2019.
Download