201ϳ ȏ Ȑ Modul Validasi Peta Rencana Tata Ruang MODUL - D R A F T s// MODUL MODUL KELENGKAPAN DATA TEMATIK Peta tematik adalah peta yang menyajikan unsur-unsur tertentu dari permukaan bumi sesuai dengan topik atau tema dari peta bersangkutan. Umumnya peta ini digunakan sebagai data analisis dari beberapa unsur permukaan bumi di dalam pengambilan suatu keputusan untuk pembangunan. Data tematik yang dikumpulkan dapat berupa data statistik, deskripsi, dan peta serta informasi yang dikumpulkan berupa data tahunan (time series). Data tersebut diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai karakteristik fisik lahan maupun sosial, sehingga memperkaya informasi guna analisis pemanfaatan ruang. T A. Kelengkapan dan Spesifikasi Data Tematik Kelengkapan data tematik mengacu pada Permen PU No. 20/PRT/M/2011 tentang Pedoman Penyusunan RDTR dan Peraturan Zonasi serta disesuaikan dengan karakteristik bagian F wilayah perkotaan (BWP). Data tematik idealnya tersedia dalam skala 1 : 5.000 atau skala besar, akan tetapi sering kali tidak tersedia data tematik pada skala 1:5.000, dalam kondisi A tersebut maka data yang digunakan adalah data yang terbaik (best available data). Kelengkapan data tematik untuk RDTR adalah sebagai berikut : 1. Penggunaan lahan eksisting R 2. Sebaran fasilitas umum dan sosial 3. Kepadatan penduduk unit desa / kelurahan 4. Arahan LP2B (jika ada) D 5. Status Hak Atas Tanah (jika ada) 6. Data analisis sumber daya air: a. Air tanah b. Air permukaan 7. Data analisis sumber daya tanah: Jenis Tanah 8. Data analisis topografi dan kelerengan: a. Topografi / Ketinggian b. Kemiringan Lereng 9. Data analisis geologi lingkungan: a. Geologi b. Wilayah pertambangan 10. Data Analisis klimatologi: curah hujan 11. Data Analisis kebencanaan: Data kerawanan bencana 1 12. Data Analisis SDA (zona lindung): a. Kesesuaian lahan b. Kawasan hutan dari KLHK (menyertakan SK-nya) 13. Data Analisis SDA & fisik wilayah lain (zona budi daya): a. Kemampuan Lahan b. Sistem lahan 14. Jaringan prasarana eksisting (skala besar): a. Sistem jaringan prasarana air minum b. Sistem jaringan persampahan c. Sistem prasarana energi dan kelistrikan d. Sistem jaringan drainase dan air limbah e. Sistem jaringan transportasi f. Sistem jaringan telekomunikasi T g. Sistem jaringan lainnya 1. Data penggunaan lahan eksisting F Di bawah ini akan dibahas pengertian dan ketentuan dalam pemeriksaan data tematik. Peta penggunaan lahan menggambarkan kondisi penggunaan lahan suatu wilayah. A Penggunaan lahan merupakan wilayah yang digunakan untuk aktivitas manusia di permukaan bumi. Dalam pemetaan tata ruang, pemetaan penggunaan lahan harus sebisa Ketentuan : R mungkin menggunakan data yang relatif baru. Pemetaan dilakukan menggunakan data CSRT terkoreksi, dengan kondisi data citra terbaru, dan dengan bantuan survei / data persil batas kepemilikan lahan. Idealnya D adalah 2 tahun sebelum penyusunan peta RDTR, apabila hal tersebut tidak terpenuhi maka perlu dipertimbangkan kondisi wilayah, serta ketersediaan datanya. Dibandingkan dengan peta tutupan lahan, peta penggunaan lahan sudah dapat memberikan batasan penggunaan lahan antar pemanfaatan ruang, misalkan area sekitar bangunan yang pada peta tutupan lahan hanya disebut sebagai pekarangan / lahan kosong, pada peta penggunaan lahan terdapat pembagian menjadi beberapa potongan sesuai penggunaannya, misalkan terdapat batas jelas area antara penggunaan lahan pendidikan dengan perkantoran atau permukiman. Klasifikasi penggunaan lahan untuk keperluan penyusunan RDTR yang diberikan dalam modul ini adalah contoh klasifikasi detail skala besar yang disesuaikan guna memenuhi kebutuhan klasifikasi pola ruang (zonasi) RDTR dan kebutuhan analisis untuk RDTR. 2 Peta Tematik - Contoh Klasifikasi Penggunaan Lahan untuk RDTR Industri Pelayanan Umum Pariwisata Hankam Permukiman Perdagangan dan Jasa Perkantoran Perkantoran Swasta Industri Besar Aneka Industri Pendidikan Transportasi Kesehatan Olahraga Sosial Peribadatan Pariwisata Hankam Jalan Jalan Kereta Api Jembatan Landas Pacu Sungai Kolam Waduk Danau Gosong Sungai Embung Saluran Irigasi dan Drainase Terumbu Karang Padang Lamun Rawa Semak Belukar Padang Rumput Hamparan Pasir Lapangan Olahraga Area Parkir Pekarangan Lahan Campuran Taman Alun-alun Makam Jalur Hijau Trotoar Boulevard / Median Jalan / Pulau Jalan Jenis Hutan Tanaman Produksi Hutan Kerapatan Tinggi Hutan Kerapatan Sedang Hutan Kerapatan Rendah Hutan Hutan Rawa dan Gambut Hutan Mangrove Hutan Bambu Hutan Kota Hutan Lainnya Tempat Pembuangan Sementara Persampahan Tempat Pembuangan Akhir IPAL Perkebunan Karet Perkebunan Kopi Perkebunan Kakao Perkebunan Teh Perkebunan Kelapa Perkebunan Perkebunan Kelapa Sawit Perkebunan Tebu Perkebunan Tembakau Perkebunan Salak Perkebunan Campuran Perkebunan Lain Ladang Tegalan Pertanian dan Sawah Peternakan Peternakan Tambak Pertambangan Galian A Pertambangan Pertambangan Galian B Pertambangan Galian C D Perairan R A Transportasi Tema T Perkantoran Jenis F Tema Bangunan Permukiman Komersial Area Terbuka Cek: Ketepatan digitasi Ketepatan klasifikasi Kelengkapan atribut 3 2. Data Sebaran sarana/ fasilitas umum dan sosial Sarana wilayah merupakan fasilitas penunjang yang berfungsi untuk penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya. Sarana terdiri dari sarana tansportasi, sarana kesehatan, sarana pendidikan, sarana ekonomi, sarana ibadah, dan lain sebagainya. Tabel Spesifikasi Jenis Sarana/Fasilitas Wilayah No. Sarana Jenis 1. Sarana Transportasi Terminal, bandara, stasiun, pelabuhan 2. Sarana Kesehatan Rumah sakit, puskesmas, posyandu, pustu, klinik, dan apotek 3. Sarana Pendidikan PTN/PTS, SMA dan sederajat, SMP dan sederajat, SD dan sederajat, TK, SLB dan sarana T Playgroup, pendidikan informal Sarana Ekonomi Pasar, Pusat Perbelanjaan 5. Sarana Ibadah Mesjid, Mushola, Gereja, Pura, 6. Sarana Lainnya F 4. A Panti Asuhan, Panti Jompo, dll Cek : Ketersediaan data ✓ Ketepatan digitasi/geometris ✓ Kelengkapan atribut R ✓ 3. Data kepadatan penduduk unit desa / kelurahan Peta kepadatan penduduk menggambarkan kondisi kepadatan penduduk pada suatu D wilayah. Kepadatan merupakan jumlah penduduk yang tinggal pada suatu luasan wilayah, satuan kepadatan penduduk pada umumnya yaitu jiwa/km2. Data kepadatan penduduk dapat diambil dari data BPS yang terbaru. Cek : ✓ Ketersediaan data ✓ Ketepatan digitasi/geometris ✓ Kelengkapan atribut ✓ 4. Data arahan LP2B (jika ada) Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) adalah bidang lahan pertanian yang ditetapkan untuk dilindungi dan dikembangkan secara konsistem guna menghasilkan pangan pokok bagi kemandirian, ketahanan dan kedaulatan pangan nasional. LP2B dapat berupa lahan beririgasi, lahan reklamasi rawa pasang surut dan non pasang surut (lebak) dan/atau lahan tidak beririgasi (lahan kering). 4 Data LP2B didapatkan dari walidata yaitu Kementerian Pertanian atau dapat berupa usulan dari pemerintah daerah. Wilayah LP2B nantinya akan dimasukkan kedalam peta pola ruang. Cek : ✓ Ketersediaan data ✓ Ketepatan digitasi/geometris ✓ Kelengkapan atribut (sumber data) 5. Data Status Hak Atas Tanah (jika ada) Kegiatan perencanaan berhubungan erat dengan penguasaan lahan yang disertai hak-hak atas tanah tersebut. Status penguasaan tanah terdiri dari: o Tanah adat/tanah sertifikat menurut UU Pokok-pokok Agraria, meliputi tanah hak/adat, hak milik, hak guna bangunan, hak guna usaha, hak pakai. Tanah negara dikuasai, meliputi tanah garapan, tanah instansi, tanah dikuasai T o tanpa ijin, ijin lokasi (belum didaftar), tanah wakaf. Tanah negara bebas. Cek : F o Ketersediaan data ✓ Ketepatan digitasi/geometris ✓ Kelengkapan atribut (sumber data) A ✓ 6. Data analisis sumber daya air: R Peta Hidrologi berisi data tentang : jaringan sungai, danau, imbuhan air tanah, mata air (air permukaan), dan cekungan air tanah, akuifer (air tanah) . Data hidrologi dapat Cek : D diperoleh dari : Dinas/ Kementrian Lingkungan Hidup, Dinas PU Sumber Daya Air. ✓ Ketersediaan data ✓ Ketepatan digitasi/geometris ✓ Kelengkapan atribut (sumber data) 7. Data analisis sumber daya tanah: a. Jenis Tanah Peta jenis tanah merupakan peta yang berisi tentang informasi tentang tanah. Peta jenis tanah dapat dilihat pula dari data geologi, karena jenis batuan induk tertentu akan menghasilkan jenis tanah tertentu pula. Walaupun peta geologi tidak bisa diidentikkan dengan peta jenis tanah. Cek : ✓ Ketersediaan data ✓ Ketepatan digitasi/geometris ✓ Kelengkapan atribut (sumber data) 5 8. Data analisis topografi dan kelerengan: a. Topografi / Ketinggian Peta topografi merupakan peta yang menggambarkan ketinggian tempat. Peta topografi diturunkan secara langsung dari peta kontur, dari peta tersebut dapat diketahui klasifikasi ketinggian suatu tempat. Klasififikasi ketinggian disesuaikan dengan kondisi daerah, pemetaan dilakukan dengan mengklasifikasikan ketinggian garis kontur, dengan pewarnaan ketinggian dibuat gradasi warna. b. Kemiringan Lereng Lereng merupakan sudut yang dibentuk oleh permukaan tanah dengan bidang horizontal, dinyatakan dalam persen atau derajat. Secara umum klasifikasi kelerengan secara umum antara lain 0 – 2%, 2 – 5%, 5 – 8%, 8 – 15%, 15 – 40%, dan lebih dari 40%. Pada peta RDTR dengan skala 1:5.000 dan wilayah yang tidak T terlalu luas, maka klasifikasian peta kelerengan akan lebih di detailkan. Klasifikasi kelerengan disesuaikan dengan kebutuhan analisa. Tabel Klasifikasi interval lereng pada RDTR No. F dihubungkan dengan Morfologi Morfologi Lereng (%) * Datar 2. Landai - Bergelombang 2–5 3. Perbukitan Berelief Halus 5 - 15 4. Perbukitan Berelief Sedang 15 - 40 R A 1. 5 Cek : Perbukitan Berelief Kasar Ketersediaan data ✓ Ketepatan analisis data ✓ Kelengkapan atribut (sumber data) >40 D ✓ 0-2 9. Data analisis geologi lingkungan: a. Geologi Data geologi secara umum menggambarkan tubuh batuan, penyebaran batuan, dan kedudukan unsur struktur geologi (seperti sesar), baik yang tersingkap di permukaan bumi maupun yang berada di bawah permukaan. Data geologi ini harus dilengkapi dengan atribut formasi geologi. b. Wilayah pertambangan Peta kawasan pertambangan menggambarkan kondisi eksploitasi (daerah yang sedang terjadi kegiatan pertambangan) pada kondisi terbaru. Selain itu dapat ditambah dengan informasi daerah IUP (Ijin Usaha Pertambangan) dan kawasan yang memiliki potensi pertambangan tertentu. 6 Cek : ✓ Ketersediaan data ✓ Ketepatan digitasi/geometris ✓ Kelengkapan atribut (sumber data) 10. Data Analisis klimatologi: a. Curah hujan Peta curah hujan merupakan peta yang menggambarkan tingkat curah hujan suatu wilayah. Satuan tingkat curah hujan yang dipakai adalah mm/tahun. Data curah hujan dapat diperoleh dari : BMKG, Dinas Pengairan, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Pertanian dan lainnya. Pembuatan peta curah hujan dibuat dari rerata nilai curah hujan tahunan. Data hujan yang dipakai harus data time series dalam beberapa tahun. Metode delineasi curah hujan bisa dilakukan dengan metode T Polygon Thiessen atau Isohyet. Ketentuan : - Tidak diperkenankan menggambarkan zonasi curah hujan berdasar batas - F administrasi. Untuk daerah yang hanya memiliki satu atau sedikit stasiun hujan maka zonasi A curah hujan dapat diambil dari data wilayah administrasi yang lebih besar. Cek : Ketersediaan data ✓ Ketepatan digitasi/geometris ✓ Kelengkapan atribut (sumber data) R ✓ D 11. Data Analisis kebencanaan: a. Data kerawanan bencana Rawan bencana adalah kondisi atau karakteristik pada suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan mencegah, meredam, mencapai kesiapan, dan mengurangi kemampuan untuk menanggapi dampak buruk bahaya tertentu. Secara umum rawan bencana terdiri dari bencana alam (gunung api, longsor, gempabumi, banjir, tsunami, cuaca ekstrim, abrasi, kekeringan), bencana non alam (kebakaran hutan, kebakaran gedung dan permukiman, dll), dan bencana sosial (konflik sosial). Pemetaan kawasan rawan bencana digunakan sebagai salah satu pertimbangan kebijakan terkait penanggulangan bencana dan kegiatan penggunaan lahan. Data rawan bencana untuk skala RDTR harus dilakukan pendetailan lebih lanjut dari peta rawan bencana untuk skala RTRW. Klasifikasi rawan bencana dapat dilakukan dengan analisis kondisi fisik dan lingkungan dan atau analisis sejarah. 7 Analisis berdasarkan sejarah (history) meliputi jumlah korban, kerugian harta benda, kerusakan sarana dan prasarana, cakupan luas dan dampak sosial yg ditimbulkan. Peta rawan bencana disertai data jalur evakuasi bencana dan lokasi pengungsian yang telah tertera dalam peta rencana tata ruang wilayah. Lokasi pengungsian dan jalur evakuasi bencana pada skala RDTR dibuat lebih mendetail. Lokasi pengungsian berupa kawasan/bangunan, sedangkan jalur evakuasi bencana disesuaikan dengan jaringan jalan. Cek : ✓ Ketersediaan data ✓ Ketepatan analisis data ✓ Kelengkapan atribut (sumber data) T 12. Data Analisis SDA (zona lindung): a. Kesesuaian lahan Peta kesesuaian lahan dibuat dari hasil analisis (skoring dan klasifikasi) data : F kemiringan lereng, curah hujan, jenis tanah, penggunaan lahan, dan data tematik lainnya. Peta kesesuaian lahan dapat dibuat untuk berbagai kepentingan, A misalnya kesesuaian untuk permukiman, pertanian, industri perikanan dan lainnya. Peta kesesuaian lahan digunakan untuk rekomendasi kebijakan pemanfaatan ruang. R b. Kawasan hutan dari KLHK Peta kawasan hutan didapatkan dari dinas kehutanan atau Kementerian LHK yang terbaru, dan sebaiknya disertai dengan SK dan bukti lampirannya. D Cek : ✓ Ketersediaan data ✓ Ketepatan analisis data ✓ Kelengkapan atribut (sumber data) 13. Data Analisis SDA & fisik wilayah lain (zona budi daya): a. Kemampuan Lahan Kemampuan lahan (land capability) adalah penilaian lahan secara sistematik dan pengelompokannya ke dalam beberapa kategori berdasarkan atas sifat-sifat yang merupkan potensi dan penghambat dalam penggunaannya secara lestari. Kemampuan lahan didasarkan pada pertimbangan faktor biofisik lahan dalam pengelolaannya sehingga tidak terjadi degradasi lahan selama digunakan. Makin rumit pengelolaan yang diperlukan, makin rendah kemampuan lahan untuk jenis penggunaan yang direncanakan. 8 Menurut Notohadiprawiro (1991), kemampuan lahan menyiratkan daya dukung lahan, sedangkan kesesuaian lahan menyiratkan kemanfaatan. Sehingga yang mempengaruhi kemampuan lahan, yaitu : • Jenis tanah/ geomorfologi • Curah Hujan / iklim • Kemiringan Lahan • Bahaya Areal b. Sistem lahan Menurut konsep dari Christian dan Stewart (1968), sistem lahan didefinisikan sebagai daerah yang memiliki pola pengulangan (kesamaan karakteristik) dalam hal morfologi, material, dan iklim yang relative seragam. Berdasarkan definisi sistem lahan dari dari Christian dan Stewart (1968), terlihat bahwa pemetaan T sistem lahan lebih bersifat fisik lahan atau bentanglahan dan belum mencakup berbagai aktivitas masyarakat yang menyebabkan perubahan morfologi pada Cek : F permukaan bumi. Ketersediaan data ✓ Kelengkapan atribut (sumber data) A ✓ 14. Data jaringan prasarana eksisting: a. Sistem jaringan prasarana air minum R Jaringan air minum berupa sistem penyediaan air minum, yang terdiri atas: 1) sistem penyediaan air minum wilayah kabupaten/kota yang mencakup sistem jaringan perpipaan dan bukan jaringan perpipaan; D 2) bangunan pengambil air baku; 3) pipa transmisi air baku dan instalasi produksi; 4) pipa unit distribusi hingga persil; 5) bangunan penunjang dan bangunan pelengkap; dan 6) bak penampung. b. Sistem prasarana energi dan kelistrikan Jaringan energi/kelistrikan merupakan penjabaran dari jaringan distribusi dan pengembangannya berdasarkan prakiraan kebutuhan energi/kelistrikan di BWP yang termuat dalam RTRW terdiri atas: ✓ jaringan subtransmisi yang berfungsi untuk menyalurkan daya listrik dari sumber daya besar (pembangkit) menuju jaringan distribusi primer (gardu induk) yang terletak di BWP (jika ada); ✓ jaringan distribusi primer (jaringan SUTUT, SUTET, dan SUTT) yang 9 berfungsi untuk menyalurkan daya listrik dari jaringan subtransmisi menuju jaringan distribusi sekunder, yang dilengkapi dengan infrastruktur pendukung yang meliputi: ▪ gardu induk yang berfungsi untuk menurunkan tegangan dari jaringan subtransmisi (500 kv) menjadi tegangan menengah (20 kv); dan ▪ gardu hubung yang berfungsi untuk membagi daya listrik dari gardu induk menuju gardu distribusi; ✓ jaringan distribusi sekunder yang berfungsi untuk menyalurkan atau menghubungkan daya listrik tegangan rendah ke konsumen, yang dilengkapi dengan infrastruktur pendukung berupa gardu distribusi yang berfungsi untuk menurunkan tegangan primer (20 kv) menjadi tegangan T sekunder (220 v /380 v). c. Sistem jaringan drainase dan air limbah Sistem jaringan drainase terdiri atas: F 1) sistem jaringan drainase yang berfungsi untuk mencegah genangan; dan 2) rencana kebutuhan sistem jaringan drainase yang meliputi rencana jaringan A primer, sekunder, tersier, dan lingkungan di BWP; Jaringan air limbah meliputi sistem pembuangan air limbah setempat (onsite) dan/atau terpusat (offsite). R Sistem pembuangan air limbah setempat, terdiri atas: • bak septik (septic tank); dan • instalasi pengolahan lumpur tinja (IPLT). D Sistem pembuangan air limbah terpusat, terdiri atas: • seluruh saluran pembuangan; dan • bangunan pengolahan air limbah. d. Sistem jaringan pergerakan Jaringan pergerakan merupakan seluruh jaringan primer dan jaringan sekunder pada BWP yang meliputi jalan arteri, jalan kolektor, jalan lokal, jalan lingkungan, dan jaringan jalan lainnya yang belum termuat dalam RTRW kabupaten/kota, yang terdiri atas: 1) jaringan jalan arteri primer dan arteri sekunder; 2) jaringan jalan kolektor primer dan kolektor sekunder; 3) jaringan jalan lokal primer dan lokal sekunder; 4) jaringan jalan lingkungan primer dan lingkungan sekunder; dan 5) jaringan jalan lainnya 10 e. Sistem jaringan telekomunikasi Jaringan telekomunikasi terdiri atas: 1) infrastruktur dasar telekomunikasi yang berupa penetapan lokasi pusat automatisasi sambungan telepon; 2) jaringan telekomunikasi telepon kabel yang berupa penetapan lokasi stasiun telepon otomat, rumah kabel, dan kotak pembagi; 3) jaringan telekomunikasi telepon nirkabel yang berupa penetapan lokasi menara telekomunikasi termasuk menara Base Transceiver Station (BTS); 4) sistem televisi kabel termasuk penetapan lokasi stasiun transmisi; 5) jaringan serat optik; Sistem jaringan prasarana lainnya Sistem jaringan prasarana lainnya mencakup prasarana pengelolaan lingkungan yang terdiri atas sistem jaringan persampahan, sumber air minum kota, jalur T evakuasi bencana dan lainnya. Penyediaan prasarana lainnya dibuat sesuai kondisi BWP, misalnya BWP yang berada pada kawasan rawan bencana F biasanya ada jalur evakuasi bencana yang meliputi jalur evakuasi dan tempat evakuasi sementara yang terintegrasi baik untuk skala kabupaten/kota, kawasan, maupun lingkungan. A Cek : Ketersediaan data ✓ Ketepatan digitasi/geometris ✓ Kelengkapan atribut R ✓ D f. 11 B. Struktur Database Dalam pengaturan database harus diatur dengan baik agar tidak membingungkan dalam proses pemeriksaan. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengaturan database data tematik, yaitu: a. Penamaan file yang akan digunakan, file-file yang dipilih harus diberi nama sesuai isi dari file tersebut, sehingga memudahkan dalam penggunaannya. b. Tidak terdapat duplikasi data, hanya melampirkan data hasil perubahan terakhir. D R A F T c. Mengelompokkan data berdasar folder sesuai dengan jenis data tematiknya. 12 C. Sumber data dan tahun data Riwayat data data kelengkapan data tematik harus tercantum dengan lengkap meliputi: sumber data, tahun data, status data (untuk data tertentu). Kelengkapan riwayat data akan memperjelas asal-usul dan keakuratan data tematik. Berikut contoh pencantuman sumber F T data pada database peta RDTR. D. Kesesuaian dengan Batas BWP dan Data Dasar Batas terluar peta tematik harus sama dengan batas yang telah disepakati sebelumnya dalam A peta dasar (baik darat maupun laut). Data tematik yang memiliki batas-batas fisik alam (sungai, garis pantai, delta, igir) harus sesuai dengan batas fisik alam yang ada di peta dasar. Data tematik jaringan, penggunaan lahan, fasum-fasos dibuat geometrisnya mengikuti skala D R sumber data / peta dasar yang dipakai (1:5.000). 13 Formulir QC Tematik RDTR QC Kualitas Peta Tematik Pendukung RDTR QC ke- ..... Nama Rencana Tata Ruang : QC-T RDTR Nama Penyedia Jasa / Pelaksana Pekerjaan: PENGECEKAN DETAIL Dasar - Penggunaan lahan eksisting - Jaringan prasarana eksisting o Sistem jaringan pergerakan (transportasi) o Sistem jaringan energi o Sistem jaringan telekomunikasi o Sistem jaringan air minum o Sistem jaringan drainase o Sistem jaringan air limbah o Sistem jaringan lainnya Penarikan / peletakan garis sesuai eksisting di lapangan - Sebaran fasilitas umum dan sosial - Kepadatan Penduduk unit desa / kelurahan - Arahan LP2B (disarankan ada) - Status Hak Atas Tanah (disarankan ada) Analisis sumber daya air: - Air tanah Kelengkapan Peta Tematik - Air permukaan Analisis sumber daya tanah: - Jenis Tanah Analisis topografi dan kelerengan: - Topografi / Ketinggian - Kemiringan Lereng Analisis geologi lingkungan: - Geologi - Pertambangan Analisis klimatologi: - Curah Hujan Analisis kebencanaan: - Rawan Bencana Analisis SDA (zona lindung): - Kesesuaian Lahan - Kawasan Hutan dari KLHK Analisis SDA & fisik wilayah lain (zona budi daya): - Kemampuan Lahan - Sistem lahan Penamaan file jelas Struktur Database dan File Tidak terdapat beberapa versi file (duplikasi) yang menimbulkan kerancuan Sumber Peta dan Tahun Terdapat kolom sumber data dan tahun pembuatan Pembuatan yang jelas pada tiap peta Batas terluar peta tematik sama dengan batas yang Kesesuaian dengan BWP telah disepakati sebelumnya dalam peta dasar (baik yang Disepakati darat maupun laut) Tematik non status, yang memiliki batas-batas fisik alam (sungai, garis pantai, delta, igir) sesuai dengan Kesesuaian dengan Peta batas fisik alam yang ada di peta dasar Dasar dan Kedalaman Tematik jaringan, penggunaan lahan, fasum-fasos Informasi dibuat geometrisnya mengikuti skala sumber data / peta dasar yang dipakai (1:5.000) Nama Petugas QC: ADA/TIDAK KETERANGAN - Sesuai / Tidak T NO Tanggal: D R A F 1 2 3 4 5 Hasil Penilaian Tim QC CATATAN : - Sesuai / Tidak - Sesuai / Tidak - Sesuai / Tidak : Diterima / Ditolak *) (komentar/permasalahan/penjelasan) Tanggal Akhir QC Petugas QC Koordinator QC Keterangan: *) Pilih Salah satu yang sesuai : : : D R A F T s/// MODUL Ƭ MODUL VERIFIKASI PETA RENCANA ZONASI DAN JARINGAN PRASARANA Perencanaan Tata Ruang merupakan suatu bentuk kesepakatan bersama antar stakeholder yang berkepentingan dalam pemanfaatan ruang dalam suatu wilayah. Perencanaan Tata Ruang dimaksudkan untuk merencanakan sebuah wilayah, sebagai blueprint pembangunan dan pemanfaatan ruang yang terarah dan berkelanjutan, yang di dalamnya tertuang berbagai hasil analisis multidisiplin seperti analisis keruangan, ekonomi, sosial, dan budaya. Dalam perencanaannya, ruang, yang dalam konteks ini tentunya adalah sebuah wilayah, digambarkan secara jelas mengenai arahan fungsi pemanfaatannya menjadi kawasankawasan dan zona tertentu ke dalam sebuah peta, dan peta rencana tata ruang wilayah merupakan bagian tidak terpisahkan dari dokumen rencana tata ruang dan Peraturan Daerah (Perda). T Tentunya peta bukan hanya sekedar lampiran pelengkap tak bermakna, akan tetapi merupakan model yang menjelaskan isi dokumen perencanaan dan ketentuan pasal dalam Perda. Begitu pentingnya peran peta dalam rencana tata ruang wilayah sehingga diperlukan F suatu aturan yang jelas dalam aspek teknisnya. Peta menjadi bagian penting dalam perencanaan tata ruang, karena peta adalah instrumen A yang mampu menunjukkan peraturan pemanfaatan ruang secara spasial, terukur, dan pasti mengenai pembagian kawasan-kawasan tersebut R Pada Rencana Detail Tata Ruang, peta yang perlu dibuat terdiri dari Rencana Zonasi, Rencana Jaringan Prasarana, dan BWP yang Diprioritaskan. Secara umum Rencana Zonasi adalah peta yang menggambarkan ketetapan fungsi dari area-area pada suatu wilayah, D sedangkan Rencana Jaringan Prasarana adalah peta yang menggambarkan rencana pengembangan jaringan transportasi, energi, telekomunikasi, air minum, drainase, air limbah, dan jaringan yang menunjang infrastruktur perkotaan lainnya. Verifikasi pada peta rencana dimaksudkan untuk menjaga kualitas dan ketelitian peta Rencana Tata Ruang yang akan dihasilkan oleh Pemerintah Daerah, karena dokumen rencana tata ruang adalah dokumen yang berkekuatan hukum, tentunya proses verifikasi juga harus dilakukan secara baik dan teliti. RENCANA ZONASI A. Pengecekan Struktur Database a. Hanya terdapat satu feature class untuk Rencana Zonasi Sebagai bentuk kesepakatan, dan untuk mempermudah proses validasi topologi poligon, peta Rencana Zonasi hanya dibuat dalam satu feature class, tidak dipisahkan menjadi beberapa feature class pada tiap klasifikasinya. 1 b. Hanya terdapat satu versi Rencana Zonasi Tidak terdapat beberapa versi file yang ambigu dalam database yang diberikan. Peta yang diberikan seharusnya sudah jelas sebelum dikonsultasikan. c. Terdapat 10 Kolom Utama Dalam peta Rencana Zonasi perlu untuk memiliki 10 (sepuluh) kolom utama yaitu: Terkait wilayah administratif: - Kecamatan - Desa Terkait wilayah perencanaan: - BWP - Sub-BWP - Blok Kawasan - Zona - Sub-Zona - Kode Sub-Zona a. A B. Kesesuaian dengan Peta Dasar F - T Terkait fungsi ketetapan perencanaan: Lingkup terluar Batas BWP Batas terluar peta Rencana Zonasi adalah batas yang sama dengan database yang b. R ada dalam Peta Dasar. Batas Sub-BWP dan Blok sesuai kenampakan fisik Sesuai Permen PU 20/2011, disebutkan bahwa batas Sub-BWP dan Blok mengikuti D kenampakan fisik (jalan, sungai, penggunaan lahan, dan sebagainya). Hal ini juga dikarenakan untuk mempermudah pemerintah daerah sendiri dalam operasional pengendalian di lapangan, karena mudah untuk melakukan verifikasi di lapangan jika batasannya terlihat secara fisik di lapangan. c. Kenampakan fisik alam dalam peta rencana Poligon sungai, poligon danau, poligon jalan, dan garis pantai sama posisi geometris penarikan garisnya dengan peta yang ada dalam database Peta Dasar. Selain konsistensi, hal ini menjaga konsep kebijakan satu peta dan merupakan amanat undang-undang Informasi Geospasial bahwa peta tematik (termasuk peta rencana tata ruang) mengacu pada peta dasar. Namun terdapat pengecualian jika memang direncanakan akan terjadi perubahan dalam rencana tata ruangnya, misalnya seperti pelebaran jalan, normalisasi sungai, dan reklamasi pantai. 2 C. Standarisasi Klasifikasi Rencana Zonasi a. Klasifikasi Rencana Zonasi Klasifikasi mengenai rencana zonasi terdapat dalam Permen PU 20/2011, diharapkan dalam penyusunannya mengikuti pedoman yang ada tersebut, dan disyaratkan sampai kepada Sub-Zona, karena level perencanaan dalam RDTR bersifat rinci. Zona (II) Hutan Lindung Perlindungan Bawahan Perlindungan Setempat Ruang Terbuka Hijau Suaka Alam dan Cagar Budaya Rawan Bencana Alam Lindung Lainnya Sub-Zona (III) Kode Sub-Zona Hutan Lindung HL Perlindungan Bawahan PB Perlindungan Setempat PS Kawasan Lindung Ruang Terbuka Hijau RTH Suaka Alam dan Cagar Budaya SC Rawan Bencana Alam RB Lindung Lainnya LL Rumah Kepadatan Sangat Tinggi R-1 Rumah Kepadatan Tinggi R-2 Zona Perumahan Rumah Kepadatan Sedang R-3 Rumah Kepadatan Rendah R-4 Rumah Kepadatan Sangat Rendah R-5 Perdagangan dan Jasa Tunggal K-1 Zona Perdagangan dan Jasa Perdagangan dan Jasa Kopel K-2 Perdagangan dan Jasa Deret K-3 Perkantoran Pemerintah KT-1 Zona Perkantoran Perkantoran Swasta KT-2 Industri Kimia Dasar I-1 Industri Mesin dan Logam Dasar I-2 Zona Industri Industri Kecil I-3 Aneka Industri I-4 Kawasan Budidaya Pelayanan Pendidikan SPU-1 Pelayanan Transportasi SPU-2 Pelayanan Kesehatan SPU-3 Zona Sarana Pelayanan Umum Pelayanan Olahraga SPU-4 Pelayanan Sosial Budaya SPU-5 Pelayanan Peribadatan SPU-6 Zona Ruang Terbukan Non-Hijau Ruang Terbukan Non-Hijau RTNH Peruntukan Pertanian PL-1 Zona Peruntukan Lainnya Peruntukan Pariwisata PL-2 Peruntukan Pertahanan dan Keamanan KH-1 Zona Peruntukan Khusus Peruntukan Tempat Pembuangan Akhir KH-2 Peruntukan Instalasi Pembuangan Air Limbah KH-3 Campuran Perumahan dan Perdagangan Jasa C-1 Zona Peruntukan Campuran Campuran Perumahan dan Perkantoran C-2 Campuran Perkantoran dan Perdagangan Jasa C-3 D R A F T Kawasan (I) Namun jika memang memerlukan tambahan zonasi yang tidak ada dalam daftar tersebut, bisa dilakukan namun dengan alasan yang tepat, dan perlu dikonsultasikan kepada Kementerian terkait. b. Nomenklatur Klasifikasi Disarankan untuk mengikuti nomenklatur yang ada dalam pedoman. Jika didapati terdapat nama klasifikasi lain, namun klasifikasi tersebut sebenarnya sudah dapat terakomodir dalam daftar yang ada, sebaiknya dimasukkan / dipindah ke dalam klasifikasi yang ada dalam pedoman. Jika memang didapati keinginan untuk membuat nomenklatur sendiri yang berbeda, dapat dilakukan namun dengan alasan yang tepat, dan perlu dikonsultasikan kepada Kementerian terkait. 3 D. Konfirmasi kepentingan stakeholder a. Melakukan pengecekan terhadap SK Kehutanan Dilakukan pengecekan terhadap SK Kehutanan yang berlaku terutama pada kawasan Hutan Lindung, Suaka Alam, Cagar Alam, dan lindung lainnya yang perlu untuk diperhatikan. Pengecekan dilakukan dengan metode overlay antara peta SK Kehutanan dengan peta rencana zonasi ruang. Jika terdapat permasalahan dituangkan dalam berita acara sebagai perhatian pemerintah daerah untuk dibenahi. Melakukan konfirmasi dan penjelasan dalam Berita Acara tentang akomodasi kepentingan stakeholder Perencanaan tata ruang adalah sebuah bentuk kesepakatan bersama yang kemudian akan ditaati bersama. Untuk itu dalam pembuatannya perlu dipastikan beberapa hal ini: T • Apakah perencanaan yang dibuat telah berkesinambungan dengan level perencanaan di atasnya (RTRW Kabupaten / Kota). • Apakah mengakomodir arahan pembangunan dan investasi beberapa tahun ke F depan, baik dari RPJMN, Nawacita, kebijakan Gubernur/Bupati/Walikota? • Apakah aspek LP2B telah dimasukkan dalam perencanaannya? A • Apakah aspek perijinan eksisting telah dipertimbangkan dalam penyusunannya? Pertanyaan ini bertujuan hanya untuk mengingatkan, dan tidak dilakukan pengecekan secara spasial mengenai hal ini, walau pun sebenarnya terdapat R konsekuensi spasial dalam hal tersebut, namun hal ini adalah ranah kewenangan pemerintah daerah untuk mengatur dan merencanakan wilayahnya. Yang perlu untuk dilakukan dalam hal ini adalah mengingatkan pemerintah daerah, dan akan dituliskan dalam Berita Acara terakhir tentang klausul berikut: D b. Telah dilakukan diskusi dan penjelasan mengenai pentingnya mengakomodir kepentingan berbagai stakeholder, aspek perencanaan, dan perijinan, seperti (1) aspek kesinambungan dengan RTRW Kabupaten/Kota, (2) aspek arahan pembangunan dan investasi baik dari RPJMN, Nawacita, kebijakan Gubernur/Bupati/Walikota, (3) aspek ketahanan pangan yang diatur dalam Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B), (4) aspek perijinan eksisting yang sudah dikeluarkan oleh pemerintah daerah atau pun pusat. Mengenai kepastian dipenuhi atau tidaknya berbagai aspek tersebut bukan ranah Badan Informasi Geospasial untuk melakukan verifikasi, dan merupakan tanggung jawab dan hak pemerintah daerah dalam merencanakan wilayahnya. 4 c. Melakukan konfirmasi terkait kegiatan eksisting yang masuk dalam zona lindung Pemeriksaan ini juga bersifat mirip dengan hal sebelumnya pada point (a), namun hal ini dapat dilakukan karena telah dimiliki datanya. Yaitu mengenai konfirmasi terdapat atau tidaknya permukiman / kegiatan eksisiting saat ini yang masuk dalam kawasan lindung? Hal ini dilakukan dengan melakukan overlay dari peta rencana zonasi yang tergolong kawasan lindung (PB, PS, RTH, SC, RB) dengan peta penggunaan lahan, dan toponimi fasilitas umum dan sosial yang ada dalam database peta dasar dan tematik. Jika didapati adanya hal tersebut, perlu diingatkan supaya pemerintah daerah dapat menyusun strategi untuk penyelesaian masalah tersebut dalam matriks peraturan zonasi (ITBX). T Kedepannya pada saat penerbitan Berita Acara terakhir perlu untuk dituliskan klausul berikut: Jika ditemukan permasalahan D R A F Ditemukan beberapa permukiman dan kegiatan eksisting lainnya yang masuk dalam kawasan lindung pada rencana zonasi Perlindungan Bawahan (PB), Perlindungan Setempat (PS), Ruang Terbuka Hijau (RTH), Suaka Alam dan Cagar Budaya (SC), dan Rawan Bencana (RB), mengenai hal tersebut telah diketahui oleh pemerintah daerah dan tindak lanjut penyelesaian tentang hal ini dikembalikan pada pemerintah daerah dan bukan tanggung jawab Badan Informasi Geospasial, baik itu penyelesaiannya diakomodir dalam matriks peraturan zonasi (ITBX), atau melakukan revisi peta, atau tidak direvisi dengan konsekuensi terdapat permasalahan terkait konflik perijinan nantinya yang harus diatasi, dan insentif yang harus disiapkan. Jika tidak ditemukan permasalahan Dalam asistensi dan supervisi tidak ditemukan kegiatan eksisting yang masuk dalam kawasan lindung pada rencana zonasi Perlindungan Bawahan (PB), Perlindungan Setempat (PS), Ruang Terbuka Hijau (RTH), Suaka Alam dan Cagar Budaya (SC), dan Rawan Bencana (RB). Jika dalam perkembangannya menuju proses legalisasi Perda terdapat perubahan mengenai hal ini, dan belum terakomodir dalam peraturan zonasi (ITBX), maka hal tersebut merupakan tanggung jawab pemerintah daerah. E. Pengecekan topologi a. Tidak ada tumpang tindih rencana zonasi Rencana zonasi tidak boleh ada yang saling tumpang tindih antar fungsinya. Pengecekan topologi ini secara spesifik dilakukan untuk menghindari kesalahankesalahan luasan yang tidak konsisten, dan munculnya dua atau lebih fungsi zonasi 5 dalam satu area, yang tentunya akan menimbulkan ambiguitas dan ketidakpastian hukum. Aturan topologi yang digunakan adalah “must not overlap”. b. Tidak ada area yang kosong Rencana zonasi tidak ada area yang kosong. Aturan topologi yang digunakan adalah “must not have gaps”. c. Jalan dan kenampakan fisik masuk dalam poligon rencana zonasi Mengenai Sungai, Waduk, Danau, dan Jalan yang berbentuk poligon, perlu untuk tetap dimasukkan (tetapi tidak menumpuk / overlap) ke dalam area Rencana Zonasi, hal ini termasuk jalan yang diperlebar, sungai yang ditanggul, pantai yang direklamasi sesuai dengan rencana. Dalam data atributnya diberikan keterangan Sungai, Danau, atau Jalan. T F. Kesesuaian Peta Zonasi dengan Rancangan Peraturan Daerah Peta dan Peraturan Daerah (Perda) adalah satu kesatuan yang tidak terpisahkan, Perda seharusnya mendeskripsikan isi Peta Rencana yang dibuat. Ketidaksesuaian antar F keduanya merupakan salah satu masalah klasik dalam kualitas Peta Rencana Tata Ruang. Ketidaksesuaian ini menimbulkan ambiguitas dalam menjalankan fungsi Rencana A Tata Ruang sebagai dokumen pengendalian ruang di lapangan. Sering kali Peraturan Daerah sangat detail merinci ketentuan-ketentuan rencana zonasi atau rencana jaringan prasarana yang ada, namun secara spasial tidak dapat R dipertanggungjawabkan / tidak dapat diketahui lokasinya. Perlu dilakukan perunutan pada tiap pasal naskah dalam Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) terutama terkait Rencana Zonasi dan Rencana Jaringan prasarana supaya D dapat disesuaikan kenyataannya dengan apa yang ada di peta secara spasial. Hal yang diperhatikan dalam pengecekan tersebut adalah terkait rincian klasifikasi Rencana Zonasi. Tahapan verifikasi yang perlu dilakukan adalah: • Membaca rancangan peraturan daerah pada bagian Rencana Zonasi, kemudian menuliskan daftar klasifikasinya pada tabel dan menambahkan informasi luas, posisinya (BWP, Sub-BWP, dan Blok), dan letak pasalnya. • Setelah semuanya dituliskan, akan dibandingkan dengan peta, dan dituliskan ketidaksesuaiannya. 6 KESESUAIAN PETA RENCANA ZONASI DENGAN RANPERDA KODE PS-1 RTH-1 RTH-2 RTH-3 R-2 R-3 R-4 K-1 KT SPU-1 SPU-2 SPU-3 SPU-4 SPU-5 KH-1 PL-1.1 PL-1.2 PASAL 12 13 (2) 13 (3) 13 (4) 15 (2) 15 (3) 15 (4) 16 17 19 20 21 22 23 24 25 26 HEKTAR 96,49 8,53 18,05 8,23 365,36 607,27 310,05 64,61 25,25 13,88 13,94 3,61 11,01 5,17 2,75 572,34 373,89 KESESUAIAN OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK CATATAN Ada dan luasan sama Ada dan luasan sama Ada dan luasan sama Ada dan luasan sama Ada dan luasan sama Ada dan luasan sama Ada dan luasan sama Ada dan luasan sama Ada dan luasan sama Ada dan luasan sama Ada dan luasan sama Ada dan luasan sama Ada dan luasan sama Ada dan luasan sama Ada dan luasan sama Ada dan luasan sama Ada dan luasan sama KET (10 sd 30 m) D R A F T ZONASI Sempadan Sungai Taman Kota Jalur Hijau Pemakaman Kepadatan Tinggi Kepadatan Sedang Kepadatan Rendah Perdagangan dan Jasa Perkantoran Pendidikan Transportasi Kesehatan Olahraga Peribadatan Hankam Pertanian Lahan Basah Tambak Ikan 7 Formulir QC R-ZONASI RDTR QC Kualitas Peta Rencana Zonasi RDTR QC ke- ..... Nama Rencana Tata Ruang : QC RZONASI RDTR Nama Penyedia Jasa / Pelaksana Pekerjaan: NO PENGECEKAN DETAIL Tanggal: Nama Petugas QC: SESUAI/TIDAK KETERANGAN Hanya terdapat satu feature class untuk Rencana Zonasi Pengecekan Struktur Hanya terdapat satu versi Rencana Database Zonasi Terdapat 10 Kolom Utama Lingkup terluar Batas BWP Kesesuaian dengan Peta Dasar 2 Batas Sub-BWP dan Blok sesuai kenampakan fisik Kenampakan fisik alam dalam peta rencana Standarisasi Klasifikasi Rencana Zonasi Klasifikasi Rencana Zonasi T 3 Nomenklatur Klasifikasi F Pengecekan terhadap SK Kehutanan - Sudah / belum A 4 Melakukan konfirmasi dan penjelasan dalam Berita Acara Konfirmasi kepentingan tentang akomodasi kepentingan stakeholder stakeholder R Melakukan pengecekan dan konfirmasi terkait kegiatan eksisting yang masuk dalam zona lindung 5 D Tidak ada tumpang tindih rencana zonasi (must not overlap ) Pengecekan Topologi Tidak ada area yang tidak berlubang (must not have gaps ) Jalan dan kenampakan fisik masuk dalam poligon rencana zonasi 6 Kesesuaian dengan Rincian tiap klasifikasi Rencana Rancangan Peraturan Zonasi dalam Ranperda telah sinkron Daerah dengan peta Zonasi Hasil Penilaian Tim QC CATATAN : * Terlampir dalam matriks keseuaian Ranperda dan Peta Rencana : Diterima / Ditolak *) (komentar/permasalahan/penjelasan) Tanggal Akhir QC Petugas QC Koordinator QC Keterangan: *) Pilih Salah satu yang sesuai : : : RENCANA JARINGAN PRASARANA A. Pengecekan Struktur Database a. Penataan file berdasarkan folder jenis unsur rencana jaringan File jaringan prasarana dibagi berdasarkan jenis unsur rencana jaringan yaitu: (1) Pergerakan, (2) Energi, (3) Telekomunikasi, (4) Air Minum, (5) Drainase, (6) Air Limbah, (7) Lainnya. b. Tidak banyak versi / file yang menimbulkan kerancuan Tidak terdapat beberapa versi file yang menimbulkan ketidakpastian dalam database yang diberikan. Peta seharusnya sudah jelas sebelum dikonsultasikan. B. Kelengkapan Unsur Rencana Jaringan Prasarana Tentunya tidak semua wilayah perencanaan memiliki semua rencana jaringan yang ada dalam pedoman (Permen PU 20/2011, halaman 17-19), daftar ini bersifat sebagai cheklist 1) T dan dapat menjadi acuan jaringan apa saja yang perlu dibuat oleh pemerintah daerah. Rencana Pengembangan Jaringan Pergerakan a) Jalan arteri, jalan kolektor, jalan lokal, jalan lingkungan F b) Terminal, Stasiun, Bandara, Pelabuhan, lokasi parkir c) Jalur moda transportasi umum (bus, angkot, kereta api, pelayaran, pesawat) Rencana Pengembangan Jaringan Energi A 2) a) Jaringan sub-transmisi dari gardu induk b) Jaringan distribusi primer (jaringan SUTUT, SUTET, dan SUTT) 3) R c) Jaringan distribusi sekunder Rencana Pengembangan Jaringan Telekomunikasi a) Penetapan lokasi menara telekomunikasi D b) Pengembangan sistem televisi kabel c) Jaringan serat optik 4) Rencana Pengembangan Jaringan Air Minum a) Jaringan perpipaan b) Bak penampungan 5) Rencana Pengembangan Jaringan Drainase a) Rencana jaringan drainase primer, sekunder, tersier 6) Rencana Pengembangan Jaringan Air Limbah a) Saluran pembuangan limbah b) Bangunan pengolahan air limbah 7) Rencana Pengembangan Prasarana Lainnya a) Rencana jaringan irigasi b) Jalur evakuasi bencana dan lokasi evakuasi c) Dan lainnya, menyesuaikan kebutuhan RDTR 8 Untuk unsur yang tidak dapat dilengkapi dalam peta dikonfirmasi apakah memang tidak ada dalam rencana detail tata ruang, atau karena hanya alasan belum dipetakan. C. Kesesuaian dengan Peta Dasar a. Lingkup Terluar sama dengan BWP Batas terluar seluruh unsur peta Rencana Jaringan adalah batas yang sama dengan batas BWP. b. Penggambaran rencana jaringan bukan berupa menggeser keseluruhan Memastikan supaya hasil digitasi sesuai dengan kaidah pemetaan. Misalkan jika berada di sepanjang jalan, perlu digambarkan pada kanan / kiri / tengah jalan, bukan hanya sekedar menggeser peta jaringan jalan untuk membentuk rencana jaringan prasarana. Jika melakukan penggeseran secara select-all lalu geser beberapa meter, akan menimbulkan beberapa ketidaksesuaian pada beberapa ruas jaringan. Kedetailan deliniasi rencana jaringan prasarana T c. Secara umum, kedetailan deliniasi rencana jaringan prasarana yang dideliniasi pada skala yang sama dengan skala Peta Dasar yang diacu, yaitu pada skala besar F 1:5.000 bukan peta dari RTRW Provinsi / Kabupaten / Kota dengan skala menengah atau kecil kemudian langsung dipakai tanpa pendetailan pada skala besar A menggunakan acuan Peta Dasar skala besar yang ada. D. Kelengkapan Informasi Eksiting, Pengembangan, dan Rencana baru Memberikan keterangan Eksiting, Rencana, serta keterangan sesuai dengan Perda pada R ruas yang ada di unsur-unsur rencana jaringan prasarana. E. Konfirmasi kepentingan stakeholder Perencanaan tata ruang adalah sebuah bentuk kesepakatan bersama yang kemudian D akan ditaati bersama. Untuk itu dalam pembuatannya perlu dipastikan beberapa hal berikut ini: • Apakah perencanaan yang dibuat telah berkesinambungan dengan level perencanaan di atasnya (RTRW Kabupaten / Kota). • Apakah mengakomodir arahan pembangunan dan investasi beberapa tahun ke depan, baik dari RPJMN, Nawacita, kebijakan Gubernur/Bupati/Walikota? • Apakah aspek perijinan eksisting telah dipertimbangkan dalam penyusunannya? Pertanyaan ini bertujuan hanya untuk mengingatkan, dan tidak dilakukan pengecekan secara spasial mengenai hal ini, walau pun sebenarnya terdapat konsekuensi spasial dalam hal tersebut, namun hal ini adalah ranah kewenangan pemerintah daerah untuk mengatur dan merencanakan wilayahnya. Yang perlu untuk dilakukan dalam hal ini adalah mengingatkan pemerintah daerah, dan akan dituliskan dalam Berita Acara terakhir tentang klausul seperti berikut ini: 9 Telah dilakukan diskusi dan penjelasan mengenai pentingnya mengakomodir kepentingan berbagai stakeholder, aspek perencanaan, dan perijinan, seperti (1) aspek kesinambungan dengan RTRW Kabupaten/Kota, (2) aspek arahan pembangunan dan investasi baik dari RPJMN, Nawacita, kebijakan Gubernur/Bupati/Walikota, (3) aspek perijinan eksisting yang sudah dikeluarkan oleh pemerintah daerah atau pun pusat. Mengenai kepastian dipenuhi atau tidaknya berbagai aspek tersebut bukan ranah Badan Informasi Geospasial untuk melakukan verifikasi, dan merupakan tanggung jawab dan hak pemerintah daerah dalam merencanakan wilayahnya. F. Kesesuaian Peta Zonasi dengan Rancangan Peraturan Daerah Peta dan Peraturan Daerah (Perda) adalah satu kesatuan yang tidak terpisahkan, Perda seharusnya mendeskripsikan isi Peta Rencana yang dibuat. Ketidaksesuaian antar keduanya merupakan salah satu masalah klasik dalam kualitas Peta Rencana Tata T Ruang. Ketidaksesuaian ini menimbulkan konflik dalam menjalankan fungsi Rencana Tata Ruang sebagai dokumen pengendalian ruang di lapangan. Sering kali Peraturan Daerah sangat detail merinci ketentuan-ketentuan rencana zonasi F atau rencana jaringan prasarana yang ada, namun secara spasial tidak dapat dipertanggungjawabkan / tidak dapat diketahui lokasinya. A Perlu dilakukan perunutan pada tiap pasal naskah dalam Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) terutama terkait Rencana Zonasi dan Rencana Jaringan prasarana supaya dapat disesuaikan kenyataannya dengan apa yang ada di peta secara spasial. Hal yang R diperhatikan dalam pengecekan tersebut adalah terkait rincian klasifikasi Rencana Zonasi. Tahapan verifikasi yang perlu dilakukan adalah: Membaca rancangan peraturan daerah pada bagian Rencana Jaringan, kemudian D • menuliskan daftar unsurnya pada tabel dan menambahkan informasi pasalnya. • Setelah semuanya dituliskan, akan dibandingkan dengan peta, dan dituliskan ketidaksesuaiannya. 10 KESESUAIAN PETA RENCANA JARINGAN PRASARANA DENGAN RANPERDA KESESUAIAN CATATAN OK OK OK OK PERBAIKAN PERBAIKAN PERBAIKAN Ada di Peta Ada di Peta Ada di Peta Ada di Peta Tidak ada di peta Tidak ada di peta Tidak ada di peta PERBAIKAN PERBAIKAN PERBAIKAN Tidak ada di peta Tidak ada di peta Tidak ada di peta PERBAIKAN PERBAIKAN Belum ada gardu Tidak ada di peta OK PERBAIKAN Ada di Peta Tidak ada di peta PERBAIKAN PERBAIKAN PERBAIKAN Tidak ada ket Primer, Sekunder, Tersier di peta Tidak ada ket Primer, Sekunder, Tersier di peta Tidak ada ket Primer, Sekunder, Tersier di peta PERBAIKAN Tidak ada di peta T PASAL 29 29 (2) 29 (2) (a) 29 (2) (b) 29 (2) (c) 29 (2) (d) 29 (2) (e) 30 (2) (f) 30 (2) (g) 30 30 29 (1) (c) 31 (2) 32 32 (1) (b) 32 (2) 33 33 (2) 32 (3) 34 34 (2) 34 (2) (b) 34 (2) (b) 34 (2) (b) 34 (3) 34 (3) (b) 35 35 (b) 35 (b) 36 36 (1) 36 (4) 36 (5) 37 37 (3) PERBAIKAN PERBAIKAN Tidak ada keterangan tertutup / terbuka di peta Tidak ada keterangan tertutup / terbuka di peta PERBAIKAN PERBAIKAN PERBAIKAN OK OK Tidak ada di peta Tidak ada di peta Tidak ada di peta Ada di Peta Ada di Peta D R A F JARINGAN DALAM PERDA Jaringan Pergerakan Rencana Peningkatan dan Pembangunan Jalan Peningkatan Jalan Arteri Primer Peningkatan Jalan Lokal Primer Peningkatan Jalan Lokal Sekunder Pembangunan Jalan Arteri Primer Pembangunan Jalan Lokal Primer Pembangunan Jalan Lokal Sekunder Pembangunan Jalan Lingkungan Rencana Moda Angkutan Umum Jalur moda angkutan umum Rencana Perparkiran Rencana Jalur Pejalan Kaki dan Jalur Sepeda. Jaringan Energi dan Kelistrikan Pengembangan jaringan Sarana pengembangan Bahan Bakar Umum Jaringan Telekomunikasi Jaringan telepon Jaringan telekomunikasi seluler Sistem Penyediaan Air Minum Jaringan air bersih sistem perpipaan Pipa primer Pipa sekunder Pipa tersier Jaringan air bersih nonsistem perpipaan Instalasi pengolahan air sederhana (IPAS) dengan sumber air baku Jaringan Drainase Saluran drainase tertutup Saluran drainase terbuka Sistem Persampahan Jalur pemindahan sampah dan pengangkutan sampah TPS TPSS Jaringan air Limbah IPAL 11 Formulir QC R-JARINGAN RDTR QC Kualitas Peta Rencana Jaringan RDTR Nama Penyedia Jasa / Pelaksana Pekerjaan: PENGECEKAN SESUAI/TIDAK KETERANGAN Penataan file berdasarkan folder jenis unsur rencana jaringan Tidak banyak versi / file yang menimbulkan kerancuan Rencana Pengembangan Jaringan Pergerakan - Jalan arteri, jalan kolektor, jalan lokal, jalan lingkungan - Terminal, Stasiun, Bandara, Pelabuhan, lokasi parkir - Jalur moda transportasi umum (bus, angkot, kereta api, pelayaran, pesawat) Rencana Pengembangan Jaringan Energi - Jaringan subtransmisi dari gardu induk (jika ada) - Jaringan distribusi primer (jaringan SUTUT, SUTET, dan SUTT) - Jaringan distribusi sekunder Rencana Pengembangan Jaringan Telekomunikasi - Penetapan lokasi menara telekomunikasi - Pengembangan sistem televisi kabel - Jaringan serat optik Rencana Pengembangan Jaringan Air Minum - Jaringan perpipaan - Bak penampungan Rencana Pengembangan Jaringan Drainase - Rencana jaringan drainase primer, sekunder, tersier Rencana Pengembangan Jaringan Air Limbah - Saluran pembuangan limbah - Bangunan pengolahan air limbah Rencana Pengembangan Prasarana Lainnya - Rencana jaringan irigasi - Jalur evakuasi bencana dan lokasi evakuasi - Jalur reklame - Menyesuaikan kebutuhan rencana R A Kelengkapan Unsur Rencana Jaringan Prasarana (Mengikuti Permen PU 20/2011, halaman 17-19) Nama Petugas QC: T Pengecekan Struktur Database 1 DETAIL Tanggal: F NO 2 QC ke- ..... Nama Rencana Tata Ruang : QC RJARINGAN RDTR Lingkup Terluar sama dengan BWP Kesesuaian dengan Peta Penggambaran rencana jaringan bukan berupa menggeser Dasar keseluruhan D 3 Kedetailan deliniasi rencana jaringan prasarana Terdapat kolom yang memberikan keterangan: Eksiting, Pengembangan, dan Rencana baru 4 Kelengkapan informasi 5 Konfirmasi kepentingan Melakukan konfirmasi dan penjelasan dalam Berita Acara stakeholder tentang akomodasi kepentingan stakeholder 6 Kesesuaian dengan Rancangan Peraturan Daerah Rincian tiap unsur rencana jaringan prasarana dalam Ranperda telah sinkron dengan peta rencana jaringan prasarana Hasil Penilaian Tim QC CATATAN : - Sudah / Belum * Terlampir dalam matriks keseuaian Ranperda dan Peta Rencana : Diterima / Ditolak *) (komentar/permasalahan/penjelasan) Tanggal Akhir QC Petugas QC Koordinator QC Keterangan: *) Pilih Salah satu yang sesuai : : : D R A F T /y MODUL MODUL PEMERIKSAAN PENYAJIAN PETA RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) A. Ketentuan Umum Rencana tata ruang merupakan rencana pembangunan suatu wilayah yang memiliki referensi spasial. Referensi spasial diwujudkan dengan koordinat letak di permukaan bumi. Maka produk rencana tata ruang yang terdiri dari peta pola ruang, peta struktur ruang atau rencana infrastruktur, serta BWP prioritas selain dalam bentuk zoning text juga diwujudkan dalam bentuk zoning map. Maka dapat dikatakan bahwa peta merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari dokumen rencana tata ruang. Setelah disusun peta rencana, maka peta-peta tersebut perlu disajikan dalam T bentuk peta cetak agar mudah untuk disahkan dan disebarluaskan. Agar peta rencana tata ruang yang dicetak bersifat informatif dan tidak menimbulkan salah penafsiran, maka perlu adanya standar yang mengatur penyajiannya. Beberapa referensi yang digunakan ▪ F dalam penyajian album peta antara lain: Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2013 tentang Pedoman Ketelitian Peta ▪ A Rencana Tata Ruang; Permen PU Nomor 20 Tahun 2011 tentang Pedoman Penyusunan Peta Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dan Peraturan Zonasi (PZ); dan Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) tentang Sesifikasi Penyajian Peta RDTR. R ▪ Dalam produk rencana tata ruang, letak peta cetak terdapat pada dua lokasi, yaitu D lampiran yang masuk dalam dokumen peraturan daerah rencana tata ruang serta album peta cetak yang berupa kumpulan peta yang terdiri dari: No. Nama Peta A. Peta Profil Wilayah Perencanaan 1. Peta orientasi 2. Peta batas administrasi 3. Peta guna lahan Muatan Peta Peta skala kecil disesuaikan dengan ukuran kertas yang menunjukkan kedudukan geografis wilayah perencanaan di dalam wilayah yang lebih luas. Deliniasi wilayah perencanaan: ▪ Penyajian peta dalam wilayah perencanaan secara utuh dengan skala mengikuti ukuran kertas. ▪ setiap kabupaten atau kota serta wilayah perencanaan dan sub-wilayah perencanaan lainnya diberi warna berbeda; dan ▪ setiap delineasi wilayah perencanaan diberi nama/kode wilayah perencanaan bersangkutan. Berisi delineasi jenis guna lahan yang ada di seluruh wilayah perencanaan yang meliputi klasifikasi pemanfaatan ruangnya bebas sesuai dengan eksisting (tidak harus mengikuti klasifikasi 1 Peta rawan bencana 5. Penetapan sebaran penduduk 6. B. Peta-peta tematik lainnya yang dirasa perlu untuk ditampilkan dalam album peta. Peta RDTR 1. Peta rencana pola ruang 2. Peta jaringan prasarana T 4. untuk rencana pola ruang). Penyajian peta dalam wilayah perencanaan secara utuh dengan skala mengikuti ukuran kertas. Berisi delineasi wilayah rawan bencana menurut tingkatan bahayanya. Tingkatan bahaya bencana alam dinyatakan dalam gradasi warna. Penyajian peta dalam wilayah perencanaan secara utuh dengan skala mengikuti ukuran kertas. Berisi pola kepadatan penduduk tiap wilayah perencanaan untuk menggambarkan di mana terdapat konsentrasi penduduk: ▪ Penyajian peta dalam wilayah perencanaan secara utuh dengan skala mengikuti ukuran kertas. ▪ klasifikasi kepadatan penduduk disesuaikan dengan kondisi data, sekurangnya tiga interval dan sebanyak-banyaknya lima interval; dan ▪ gradasi kepadatan penduduk (interval) digambarkan dalam gradasi warna yang simultan. D R A F a. Skala peta 1:5.000, bila tidak dapat disajikan secara utuh dalam 1 lembar kertas, peta disajikan beberapa lembar. Pembagian lembar penyajian peta harus mengikuti Nomor Lembar Peta (NLP) Peta RBI skala 1:5.000. b. Pada setiap lembar peta harus dicantumkan peta indeks dan nomor lembar peta yang menunjukkan posisi NLP yang disajikan di dalam wilayah perencanaan. c. Setiap wilayah perencanaan dan sub wilayah perencanaan dicantumkan kode wilayahnya. d. Kandungan peta meliputi: ▪ Batas wilayah perencanaan dan sub-wilayah perencanaan yang didasarkan pada batasan fisik; ▪ jaringan jalan, jaringan jalur kereta api, dan sungai; ▪ delineasi rencana zona dan sub-zona yang merupakan pembagian pemanfaatan ruang berdasarkan fungsinya; ▪ pewarnaan zona disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan yang mengatur penyajian peta rencana tata ruang, sedangkan sub zona dibagi sesuai ketentuan dan pada peta diberi keterangan dengan sistem kode. a. Peta rencana jaringan pergerakan, menggambarkan seluruh jaringan primer dan jaringan sekunder pada wilayah perencanaan yang meliputi jalan arteri, jalan kolektor, jalan lokal, jalan lingkungan, dan jaringan jalan lainnya yang tidak termasuk dalam jaringan pergerakan yang direncanakan dalam RTRW; b. Peta rencana energi/kelistrikan, menggambarkan seluruh jaringan sub-transmisi, jaringan distribusi primer (SUTUT, SUTET, SUTT),jaringan distribusi sekunder, jaringan pipa minyak/gas bumi, dan seluruh bangunan pendukung lain yang termasuk dalam jaringan-jaringan tersebut; c. Peta rencana pengembangan jaringan telekomunikasi memuat rencana pengembangan infrastruktur dasar telekomunikasi berupa lokasi pusat otomatisasi sambungan 2 f. Peta Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya a. R 3. A g. T e. F d. telepon; jaringan telekomunikasi telepon kabel (dari jaringan kabel primer hingga jaringan kabel sekunder) termasuk penyediaan stasiun telepon otomat, rumah kabel, dan kotak pembagi; kebutuhan penyediaan telekomunikasi telepon selular termasuk infrastruktur telepon nirkabel berupa lokasi menara telekomunikasi termasuk menara Base Transceiver Station (BTS); dan sistem jaringan televisi kabel seperti stasiun transmisi dan jaringan kabel distribusi; Peta rencana pengembangan jaringan air minum memuat sistem penyediaan air minum wilayah perencanaan mencakup sistem jaringan perpipaan dan bukan jaringan perpipaan, bangunan pengambil air baku, seluruh pipa transmisi air baku dan instalasi produksi, seluruh pipa unit distribusi hingga persil, seluruh bangunan penunjang dan bangunan pelengkap, dan bak penampung; Peta rencana pengembangan jaringan drainase memuat rencana jaringan drainase primer, sekunder, tersier, lingkungan, dan apabila kondisi topografi wilayah perencanaan berpotensi terjadi genangan maka digambarkan pula pada peta terkait lokasi kolam retensi/sistem pemompaan/pintu air; Peta rencana pengembangan jaringan air limbah memuat seluruh sistem pembuangan on site dan/atau off site di wilayah perencanaan beserta seluruh bangunan pengolahan air limbah; dan Peta rencana jaringan prasarana lainnya yang disesuaikan dengan kebutuhan wilayah perencanaan, misal peta rencana jalur evakuasi bencana . Skala peta 1:5.000, bila tidak dapat disajikan secara utuh dalam 1 lembar kertas, peta disajikan beberapa lembar. Pembagian lembar penyajian peta harus mengikuti NLP peta RBI skala 1:5.000; Pada setiap lembar peta harus dicantumkan peta indeks dan nomor lembar peta yang menunjukkan posisi lembar peta yang disajikan di dalam wilayah perencanaan secara keseluruhan; dan Peta memuat delineasi lokasi yang diprioritaskan penanganannya pada wilayah perencanaan. D b. c. Album peta secara fisik memang terpisah dari dokumen peraturan daerah rencana tata ruang, namun secara fungsi masih merupakan lampiran dokumen peraturan daerah rencana tata ruang tersebut. B. Tahapan Pemeriksaan Penyajian Peta Rencana Tata Ruang Peta rencana tata ruang merupakan hasil perumusan rencana tata ruang yang telah disusun pada dokumen materi teknis atau studi yang dilakukan dengan analisis spasial maupun non spasial. Hasil rumusan tersebut digambarkan dalam peta agar memiliki referensi geografis sehingga bisa diterapkan. Agar tidak menimbulkan perbedaan penafsiran dalam penerjemahan, maka peta rencana tata ruang harus dibuat dengan mengikuti standar yang ada. Dalam hal ini, Badan Informasi Geospasial juga harus melakukan validasi peta rencana tata ruang yang disusun agar kualitas produk rencana 3 tata ruang yang akan disahkan menjadi peraturan hukum tetap terjaga. Berikut adalah langkah-langkah dalam melakukan validasi penyajian peta rencana tata ruang: 1. Cakupan Penyajian rencana tata ruang dibedakan berdasarkan skalanya. Khusus pada peta pola ruang, penyajiannya dibuat dalam satu lembar peta yang memuat wilayah perencanaan secara utuh serta penyajiannya dibuat terpotong berdasarkan Nomor Lembar Peta (NLP) pada peta Rupabumi sesuai skalanya. Pencetakan peta pola ruang sesuai skala dasarnya perlu dipertahankan agar batasan deliniasi pola ruang sebagai arahan pemanfaatan ruang dapat terlihat dengan jelas. Pada peta wilayah perencanaan utuh, skala peta akan mengikuti luas wilayah dengan ukuran kertas A1. Satuan perencanaan RDTR ada yang dibuat berdasarkan batas administrasi, ada pula yang berdasarkan fungsi kawasan perkotaan. Maka T skala tampilan peta RDTR disesuaikan dengan luas area muka peta pada lembar A1. Untuk tampilan peta wilayah perencanaan utuh setiap daerah memiliki skala yang berbeda-beda. F Sedangkan pada peta berdasarkan NLP, disesuaikan dengan skala peta dasar yang diacu. Peta RDTR setiap NLP memiliki skala 1:5.000 yang dicetak pada kertas A A1. Penomoran setiap lembar peta disesuaikan dengan penomoran peta RBI pada skala yang diacu. Jumlah cetakan peta NLP berbeda-beda tergantung luas wilayah perencanaan. R 2. Kesesuaian Informasi dalam Peta dengan Legenda Untuk memudahkan membaca muka peta maka terdapat legenda yang menjelaskan tiap simbol dan warna pada muka peta. Simbol dan warna cukup D beragam tergantung banyaknya klasifikasi objek yang dipetakan. Namun setiap peta rencana tata ruang tidak selalu memiliki semua klasifikasi objek yang ada. Sebagai contoh peta RDTR Kota Salatiga tidak memiliki deliniasi kawasan industri yang merupakan bagian dari kawasan budidaya, maka dalam legenda tidak perlu dimunculkan keterangan area yang menunjukkan warna kawasan industri. Kemudian pada peta berdasarkan NLP, pewarnaan pada legenda juga disesuaikan dengan muka peta yang ditampilkan. Sebagai contoh pada peta RDTR Kota Salatiga pada Nomor Lembar 1408-5243D terdapat zona Ruang Terbuka Hijau (RTH) maka legenda lembar tersebut terdapat simbol warna untuk RTH, berbeda dengan Nomor Lembar 1408-5246B yang tidak terdapat zona RTH maka pada legenda lembar tersebut tidak perlu diberi simbol warna untuk RTH. Hal ini perlu dilakukan agar terdapat kesesuaian antara informasi antara muka peta dengan legenda sehingga peta lebih informatif. 4 3. Inzet Terdapat 2 jenis inzet pada penyajian peta rencana tata ruang, yaitu: ▪ Cakupan peta wilayah perencanaan utuh Pada peta yang mencakup wilayah perencanaan secara utuh hanya ada satu inzet yang menerangkan posisi wilayah perencanaan terhadap unit wilayah yang lebih luas. Pada peta RDTR menerangkan posisi wilayah perencanaan terhadap kabupaten/kota dengan batas kabupaten/kota, kecamatan, kelurahan/desa di sekitarnya. ▪ Cakupan peta berdasarkan NLP Pada peta cakupan berdasarkan NLP selain terdapat inzet berdasarkan wilayah perencanaan utuh, ditambahkan inzet yang menerangkan posisi NLP pada wilayah perencanaan. Penggambaran inzet disesuaikan dengan potongan NLP terhadap wilayah perencanaan. T sehingga kita mengetahui posisi NLP yang ditampilkan pada muka peta tersebut Aturan umum penggambaran inzet peta adalah diberi keterangan asosiasi NLP, F nama administrasi, nama unsur alam penting, diberi informasi nama Bagian Wilayah Perencanaan (BWP), dan Sub BWP. Selain itu, kedua inzet juga diberi grid dan A graticule dengan interval yang sesuai berdasarkan estetika. Grid digambarkan dalam D R bentuk tick, sedangkan graticule dalam bentuk garis berwarna biru. 4. Grid dan Graticule a. Grid ▪ Cakupan peta wilayah perencanaan utuh Grid digambarkan dengan interval yang proporsional tergantung pada bentuk layout peta: - Lembar peta landscape Jumlah tick mark sebanyak 5 – 8 ke kanan dan 5 – 8 ke bawah. - Lembar peta landscape memanjang Jumlah tick mark sebanyak 5 – 9 ke kanan dan 4 – 6 ke bawah. 5 - Lembar peta portrait Jumlah tick mark sebanyak 4 – 6 ke kanan dan 5 – 9 ke bawah. ▪ Cakupan peta berdasarkan NLP Grid digambarkan dengan interval tiap 500 m, dan diberi label angka. Ketentuan umum penggambaran grid adalah dalam bentuk tick mark dengan warna hitam. Satuan grid dalam singkatan Bahasa Indonesia, yaitu Meter Timur (mT) dan Meter Utara (mU). b. Graticule ▪ Cakupan peta wilayah perencanaan utuh Graticule digambarkan dengan interval yang proporsional tergantung pada bentuk layout peta: - Lembar peta landscape - T Jumlah tick mark sebanyak 6 – 8 ke kanan dan 6 – 8 ke bawah. Lembar peta landscape memanjang - Lembar peta portrait F Jumlah tick mark sebanyak 7 – 10 ke kanan dan 5 – 7 ke bawah. Jumlah tick mark sebanyak 5 – 7 ke kanan dan 7 – 10 ke bawah. ▪ Cakupan peta berdasarkan NLP A Grid digambar dengan interval tiap 15” (detik). Ketentuan umum penggambaran graticule adalah dalam bentuk garis dengan R warna biru dan diberi label angka. Satuan graticule dalam singkatan Bahasan Indonesia, yaitu Lintang Utara (LU), Lintang Selatan (LS), dan Bujur Timur (BT). 5. Sumber Peta D Rencana tata ruang agar dapat diterapkan nantinya akan disahkan dalam bentuk peraturan hukum seperti Peraturan Pemerintah pada rencana tata ruang yang menjadi tanggung jawab pemerintah pusat, dan Peraturan Daerah pada rencana tata ruang yang menjadi tanggung jawab pemerintah daerah. Maka peta rencana tata ruang yang akan menjadi produk hukum harus memiliki sumber yang jelas agar bisa dipertanggungjawabkan. Peta rencana tata ruang merupakan sintesa dari berbagai sumber baik bersifat spasial maupun non spasial. Dalam database peta rencana tata ruang harus lengkap mulai dari sumber data, peta dasar, peta tematik, dan peta rencana. Setiap tahapan peta tersebut perlu dicantumkan sesuai masukan peta yang digunakan. Sumber data utama apabila menggunakan peta RBI perlu dicantumkan peta RBI skala dan tahun pembuatan tertentu. Apabila sumber data bukan dari peta RBI atau peta RBI yang dilakukan update dengan citra satelit atau foto udara perlu dicantumkan jenis citra satelit atau foto udara dan tahun akuisisi data. Kemudian perlu dijelaskan sudah dilakukan 6 koreksi geometris dan tahun pelaksanaannya. Sumber peta dasar yang penting untuk dimasukkan, antara lain peraturan terkait penetapan batas wilayah administrasi baik batas kabupaten/kota maupun batas yang ada dalam kabupaten/kota, sumber data bathimetry bila akan ditampilkan pada peta, dan sebagainya. Pada data tematik dicantumkan sumber perolehan data yang biasanya dari instansi wali data. Pada bagian peta rencana ditambahkan hasil analisis yang dilakukan pada tahun tertentu. T SUMBER PETA DAN RIWAYAT PETA: - Peta dasar dibuat berdasarkan interpretasi citra satelit resolusi tinggi WorldView2 perekaman tahun 2016, koreksi geometris tahun 2016, survei kelengkapan lapangan tahun 2016. - Batas administrasi Kota Bontang dengan Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kabupaten Kutai Timur berdasarkan Permendagri No. 25 Tahun 2005. - Peta bathimetry berdasarkan peta LPI skala 1:50.000. - Peta kehutanan berdasarkan SK Kemenhut No. 718 Tahun 2014. - Hasil analisis tim penyusun RDTR Kota Bontang, 2016. 6. Keterangan / Disclaimer F Disclaimer perlu dicantumkan apabila terdapat sumber data yang belum jelas dasar hukumnya atau penggambarannya (posisi geometris) belum bisa dipastikan. Terdapat dua hal pada peta rencana tata ruang yang sering kali perlu dicantumkan A disclaimer, yaitu terkait penggambaran batas wilayah administrasi apabila statusnya masih indikatif atau belum memiliki acuan hukum yang resmi, serta peta rencana R jaringan infrastruktur yang masih bersifat indikatif penarikan garis dan lokasinya. Penambahan disclaimer tidak menutup kemungkinan selain kedua hal tersebut di atas. D KETERANGAN: - Peta ini bukan referensi resmi mengenai garis-garis batas administrasi, baik batas antara Kota Malang dengan Kabupaten Malang maupun batas di dalam Kota Malang. - Penggambaran peta rencana jaringan prasarana bersifat indikatif. 7. Batas Administrasi Batas administrasi perlu digambarkan dengan simbol yang jelas untuk membedakan batas perencanaan dan batas administrasi. Garis batas yang ditampilkan disesuaikan ketebalannya sesuai hirarki yang meliputi batas provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, desa/kelurahan, batas BWP, Sub BWP, dan Blok sesuai dengan peraturan yang disepakati. 7 T F A R RSNI Penyajian Peta RDTR 8. Notasi / Label Label yang menerangkan unsur alam dan unsur penting lainnya seperti nama D laut, sungai, jalan, administrasi, dan sebagainya disesuaikan dengan format penulisan pada lampiran RSNI tentang Spesifikasi Penyajian Peta RTRW Provinsi, Kabupaten, Kota di mana ukuran huruf dibuat proporsional. Penyebutan label nama BWP, Sub BWP, dan Blok dengan ukuran yang menyesuaikan hirarki. Penggambaran zonasi pola ruang pada RDTR selain dibedakan dengan warna, juga disertakan dengan notasi huruf agar mudah dibaca, karena klasifikasinya yang beragam. Notasi dicantumkan pada muka peta ukurannya disesuaikan agar tidak mengganggu tampilan muka peta. 9. Pewarnaan dan Simbolisasi Objek pada peta digambarkan dalam 3 jenis, yaitu titik, garis, dan area. Pada peta pola ruang, penggambaran objek hanya berupa area sesuai klasifikasi pemanfaatan ruang. Sedangkan pada peta struktur ruang dan rencana jaringan infrastruktur dapat digambarkan dalam bentuk titik, garis, dan area sesuai kebutuhan. 8 Sebagai contoh pada Peta Struktur Ruang RDTR rencana Tempat Pembuangan Sampah (TPS) digambarkan dalam wujud titik, rencana distribusi listrik digambarkan dalam wujud garis, rencana pengolahan air bersih dapat digambarkan dalam bentuk area. Sedangkan pada kawasan strategis penggambaran objek juga dapat berupa titik, garis, atau area sesuai dengan kebutuhan. Pewarnaan dan simbolisasi peta rencana tata ruang mengikuti ketentuan yang disepakati. Pada peta RDTR simbolisasi mengikuti RSNI tentang Spesifikasi Penyajian Peta RDTR dan A F T pewarnaan mengikuti Permen PU Nomor 20 Tahun 2011. R RSNI Penyajian Peta RDTR 10. Format File D Penyajian peta rencana tata ruang yang siap cetak dibuat dengan format PDF atau JPG agar mudah dibuka pada dan tidak merusak file tata letak peta yang telah disusun. Agar peta yang dicetak memiliki tampilan yang bagus atau resolusi yang cukup sehingga tidak menyebabkan gambar yang blur, maka standar resolusi dalam PDF atau JPG perlu diperhatikan. Standar pencetakan peta pada kertas ukuran A1 memiliki resolusi file minimal 300 dpi. 11. Lain-lain Pada bagian lain-lain ini menjelaskan ketentuan dalam pemeriksaan penyusunan peta rencana tata ruang yang belum disebutkan pada poin sebelumnya. Berikut adalah ketentuan lain-lain: a. Ukuran muka peta dan indeks tepi peta Ukuran muka peta secara teknis dapat mengacu pada Lampiran B, Nomor 3 tentang Ketentuan Teknis, RSNI Spesifikasi Teknis Penyajian Peta RDTR. 9 T F b. Tata letak indeks tepi peta Ukuran muka peta secara teknis dapat mengacu pada Lampiran B, Nomor 3 A tentang Ketentuan Teknis, RSNI Spesifikasi Teknis Penyajian Peta RDTR. c. Ukuran dan jenis huruf pada indeks tepi peta Ukuran muka peta secara teknis dapat mengacu pada Lampiran B, Nomor 3 D R tentang Ketentuan Teknis, RSNI Spesifikasi Teknis Penyajian Peta RDTR. 10 d. Reproduksi ▪ Pencetakan Ukuran kertas yang digunakan dalam mencetak adalah ukuran A1, diberi offset dengan luas cetakan (printing area) maksimum 640 x 910 mm. ▪ Lembar khusus Penambahan cakupan lembar ke samping kiri atau ke kanan dan ke atas atau ke bawah dapat dilakukan secara proporsional. e. Bagian pengesahan peta Bagian pengesahan peta biasanya hanya terdapat pada peta yang menjadi lampiran langsung di dokumen rencana tata ruang yang meliputi peta pola ruang, peta struktur ruang dan jaringan infrastruktur, dan peta BWP prioritas. f. Penampilan bangunan pada peta rencana T Khusus pada peta RDTR, peta dasar skala 1:5.000 sudah terlihat bentuk bangunan. Pada peta pola ruang dan zonasi tidak perlu ditampilkan bentuk bangunan, karena bangunan yang terdigitasi adalah bangunan eksisting F sedangkan pola ruang dan zonasi berupa deliniasi peruntukan rencana 20 tahun D R A ke depan. 11 Formulir QC R-ALBUM RDTR QC Kualitas Album Peta QC RALBUM RDTR NO QC ke- ..... Nama Rencana Tata Ruang : Nama Penyedia Jasa / Pelaksana Pekerjaan: PENGECEKAN DETAIL Tanggal: Nama Petugas QC: SESUAI/TIDAK KETERANGAN Peta rencana utuh 1 Cakupan Peta rencana per NLP Penomoran NLP berdasarkan peta RBI 2 Legenda Peta Kesesuaian muka peta dengan legenda Inzet cakupan peta utuh Inzet per NLP 3 Inzet Kesesuaian asosiasi Grid dan Graticule Interval, bentuk, dan penulisan pada cakupan utuh Grid & Graticule Interval, bentuk, dan penulisan pada cakupan per NLP Sumber peta dasar Sumber Peta Sumber peta tematik Sumber lain (hasil analisis) 7 Disclaimer tentang batas adminitrasi Keterangan / Disclaimer Disclaimer tentang penggambaran rencana jaringan prasarana Batas administrasi A 6 F 5 T 4 Pengambaran batas sesuai ketentuan 8 Notasi / Label R Notasi unsur dasar Notasi nama BWP, SubBWP, Blok, SubBlok Notasi kode sub zona Pewarnaan zona sesuai Permen PU No 20 Tahun 2011 D 9 Pewarnaan dan Simbolisasi Simbolisasi sesuai RSNI Penyajian Peta RDTR Format PDF / JPG, resolusi minimal 300 dpi 10 Format file Ukuran muka peta dan indeks tepi Tata letak indeks tepi Ukuran dan jenis huruf indeks tepi 11 Lain-lain Reproduksi Bagian pengesahan Tidak menampilkan bangunan Hasil Penilaian Tim QC CATATAN : : Diterima / Ditolak *) (komentar/permasalahan/penjelasan) Tanggal Akhir QC Petugas QC Koordinator QC Keterangan: *) Pilih Salah satu yang sesuai : : :