Uploaded by User20892

LTA

advertisement
GAMBARAN POLA PERESEPAN ANTIHIPERTENSI PADA
PASIEN RAWAT JALAN DI PUSKESMAS RAWAT INAP SIMPUR
KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2019
Oleh:
MARIA
NIM 1548401017
LAPORAN TUGAS AKHIR
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG
JURUSAN FARMASI
TAHUN 2019
i
GAMBARAN POLA PERESEPAN ANTIHIPERTENSI PADA
PASIEN RAWAT JALAN DI PUSKESMAS RAWAT INAP SIMPUR
KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2019
Laporan tugas akhir ini diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan
Pendidikan pada Program Diploma III Farmasi
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan TanjungKarang
Oleh:
MARIA
NIM 1548401017
LAPORAN TUGAS AKHIR
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG
JURUSAN FARMASI
TAHUN 2019
ii
POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG
JURUSAN FARMASI
LaporanTugasAkhir, Juli 2019
Maria
Gambaran Pola Peresepan Pada Pasien Rawat Jalan Di Puskesmas Rawat Inap Simpur
Kota Bandar Lampung Tahun 2019.
xviii + 71 halaman,12 tabel, 2 gambar, dan 12 lampiran
ABSTRAK
Penyakit hipertensi ini menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat di
Indonesia maupun dunia. Penderita hipertensi terus meningkat tajam dan diprediksi
pada tahun 2025 sebanyak 29% orang dewasa diseluruh dunia terkena hipertensi. Pada
tahun 2017 penyakit hipertensi masuk dalam 10 penyakit terbesar dan menempati
urutan pertama diProvinsi Lampung, sedangkan di Puskesmas rawat inap Simpur
menempati urutan nomor tujuh. Pada tahun 2018 menempati urutan nomor
lima.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola peresepan antihipertensi pada
pasien di Puskesmas rawat inap Simpur kota Bandar Lampung tahun 2019. Penelitian
ini merupakan penelitian deskriptif crosseccotinal dengan studi yang didasarkan pada
pengambilan data dari resep harian pasien dengan diagnosa hipertensi Rawat Jalan Di
Puskesmas Rawat Inap Simpur Kota Bandar Lampung periode januari-maret tahun 2019
dengan teknik pengambilan sampel Purposive Sampling.Hasil penelitian menunjukan
bahwa Persentase pasien Hipertensi berusia 46-65 tahun sebesar 66%, persentase pasien
perempuan sebesar 63%, persentase rata-rata obat perlember resep adalah 45%, jenis
obat penyerta sebesar 51%, penggunaan obat generik adalah 100%, resep obat yang
sesuai formularium nasional
adalah 100%, persentase resep obat yang sesuai
formularium puskesmas adalah 100%. Pada Obat hipertensi yang sering digunakan
dipuskesmas rawat inap simpur adalah obat amlodipine sebesar 96%, dan golongan obat
hipertensi yang paling sering digunakan adalah Calcium Channel Blocker/ CCB (96%).
Kata kunci
Daftarbacaan
: Pola Peresepan , Obat Hipertensi ,Puskesmas Rawat
Inap Simpur Kota Bandar Lampung.
: 31 (2006-2018)
iii
POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG
JURUSAN FARMASI
Final Task Report, July 2019
Maria
Description Of Religious Patterns In Street Patients In Rawat Inap Simpur Puskesmas
Kota Bandar Lampung In 2019.
xviii + 71 pages, 12 tables, 2 images, 12 attachments
ABSTRACT
The main hypertension disease in public health in Indonesia and the world. Patients with
hyprtension continue to increase sharply and predicted in adults around the world
affected by hypertension. In 2017 hypertension was included in the 10 biggest diseases
and ranked first in Lampung province, while in Simpur in patient Puskesmas ranked
number seven. In 2018 ranks number five. This study aims to determine the pattern of
antihypertensive prescribing in patients at Simpur inpatient health center in Bandar
Lampung city in 2019. This research is a crosssectinal descriptive study with a study
based on data collection from daily prescriptions of patients with hypertension
diagnosis. Simpap inap Road, Bandar Lampung City, January-March 2019 with
purposive Sampling Ha Sampling method of research showed that hypertension patients
aged 46-65 years were 66%, the percentage of female patients was 63%, the average
persetage of prescription drugs per December was 45%, the type of accompanying drug
by 83%, the use of generic drugs is 100%, prescription drugs that are in accordance with
the national formulary formulalary puskesmas is 100%. The hypertension drug that is
often used in the inpatient clinic is amlodipine 96% and the hypertension drug group
most often used is Calcium Channel Blocker/ CCB (96%).
Keywords
Reading List
: Prescribing Patterns, Hypertension Medication, for Simpur Inpatient
Medicine City Bandar Lampung
: 31 (2006-2018)
iv
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirrobil’alamin.
Segala puji serta syukur penulis ucapkan atas kehadirat ALLAH SWT yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan Laporan Tugas Akhir yang berjudul “Gambaran Pola Peresepan
Antihipertensi Pada pasien Rawat Jalan Di Puskesmas Rawat Inap Simpur Kota Bandar
Lampung Tahun 2019”.
Solawat dan salam selalu tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, kepada keluarga, para sahabat dan para pengikutnya yang senantiasa
mengikuti sunnah beliau, semoga kita semua mendapatkan syafaatnya dihari kiamat
kelak amiin. Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada berbagai pihak yang
telah membantu dalam proses penulisan Laporan Tugas Akhir ini dapat disusun atas
bantuan dan bimbingan berbagai pihak. Oleh karena itu, melalui Laporan Tugas Akhir
ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Bapak Warjidin Aliyanto, S.KM, M.Kes selaku Direktur Poltekes TanjungKarang
2. Ibu Dra. Pudji Rahayu, Apt., M.Kes selaku Ketua Jurusan Poltekes TanjungKarang
3. Ibu Dra. Dias Ardini, Apt.,M.TA selaku Pembimbing utama penulis mengucapkan
terimakasih untuk setiap waktu, tenaga, pikiran dan kesabaran yang di luangkan
dalam membimbing penulis untuk menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.
4. Ibu Makhdalena, M.Farm.,Apt. selaku pembimbing pendamping penulis banyak
berterimakasih untuk setiap waktu, tenaga, pikiran, kesabarannya masukkan arahan
yang telah diluangkan dalam membimbing penulis menyelesaikan Laporan Tugas
Akhir ini.
5. Ibu Ani hartati S.si.,Apt.M.si selaku penguji yang telah memberikan bimbingan, dan
saran yang membangun untuk perbaikan hingga menyelesaikan Laporan Tugas
Akhir ini.
6. Segenap dosen serta staf di Jurusan Farmasi Poltekkes Tanjung Karang dan semua
pihak yang telah lama membantu dalam Penyusunaan Laporan Tugas Akhir
7. Rekan-rekan se-Almamater dan semua pihak yang telah banyak membantu dalam
penyusunan Laporan Tugas Akhir.
v
Semoga amal kebaikan dari semua pihak tersebut akan selalu mendapat ridho
dan pahala dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa masih banyak kelemahan dan
kekurangan dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini, untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan pada masa yang akan datang. Akhir kata
penulis mengucapkan terimakasih.Semoga Laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.
Bandar Lampung, Juli 2019
Maria
vi
BIODATA PENULIS
Nama Lengkap
: Maria
Nomor Induk Mahasisw : 15.4840.1017
Tempat Tanggal Lahir
: Kotabumi, 22 September 1997
Agama
: Islam
Jenis Kelamin
: Perempuan
Status Mahasiswa
: Reguler
Alamat
: Jl.Perintis No. 12 Tanjung Harapan Kotabumi Selatan
KabupatenLampung Utara
Riwayat Pendidikan
SD
(2003-2009)
: SDN 1 Islam Ibnurusyd Kotabumi Lampung Utara
SMP (2009-2012)
: SMPN 12 Kotabumi Lampung Utara
SMA (2012-2015)
: SMA Kemala Bhayangkari Kotabumi Lampung Utara
DIII (2015-2018)
: Politeknik Kesehatan Tanjungkarang Jurusan Farmasi
vii
viii
ix
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL LUAR ................................................................................. i
HALAMAN SAMPUL DALAM ............................................................................ ii
ABSTRAK ...............................................................................................................iii
ABSTRACT ............................................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ..............................................................................................v
BIODATA PENULIS ............................................................................................. vii
LEMBAR PERSETUJUAN....................................................................................viii
LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................... ix
LEMBAR PERNYATAAN .....................................................................................x
DAFTAR ISI............................................................................................................ xi
DAFTAR TABEL ...................................................................................................xiii
DAFTAR GAMBAR ...............................................................................................xv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... xvi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................1
B. Rumusan Masalah .......................................................................4
C. Tujuan Penelitian ........................................................................4
D. Manfaat Penelitian ......................................................................5
E. Ruang Lingkup Penelitian...........................................................6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pelayanaan Kesehatan .................................................................7
B. Puskesmas ...................................................................................7
C. Sumber Pengadaan Obat ............................................................11
D. Resep ..........................................................................................11
E. Formularium Nasional ...............................................................13
F. Hipertensi ...................................................................................13
G. Profil Puskesmas .......................................................................27
H. Kerangka Teori...........................................................................31
I. Kerangka Konsep .......................................................................32
J. Definisi Operasional...................................................................33
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian .................................................................35
B. Subjek Penelitian........................................................................35
C. Lokasi dan Waktu ......................................................................37
D. Pengumpulan Data .....................................................................37
E. Pengolahan dan Analisis Data Penelitian .................................37
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ...........................................................................40
B. Pembahasan ................................................................................44
xi
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .................................................................................48
B. Saran ............................................................................................49
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................50
LAMPIRAN .............................................................................................................53
xii
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel
Halaman
Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah........ ........................................................... 14
Tabel 2.2 Data Jumlah Penduduk, Jumlah KK, Jumlah Rumah Dan
Luas Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap Simpur Tahun
2017...................................................................................................... 28
Tabel 2.3 Definisi Operasional............................................................................. 33
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Pasien Hipertensi Berdasarkan Jenis
Kelamin di Puskesmas Rawat Inap Simpur Kota
Bandar Lampung Pada Periode Januari-Maret Tahun 2019 ................ 40
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Umur Pasien di Puskesmas Rawat Inap
Simpur Kota Bandar Lampung Pada Periode Januari-Maret
Tahun 2019........................................................................................... 40
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pasien Hipertensi dengan Jumlah Obat
Dalam satu kali peresepan di Puskesmas Rawat Inap Simpur
Kota Bandar Lampung Pada Periode Januari-Maret
Tahun 2019........................................................................................... 41
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Golongan Obat Hipertensi di Puskesmas
Rawat Inap Simpur Kota Bandar Lampung Pada Periode
Januari-Maret Tahun 2019 ................................................................... 41
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Jenis Obat Hipertensi di Puskesmas
Rawat Inap Simpur Kota Bandar Lampung Pada Periode
Januari-Maret Tahun 2019... ................................................................ 42
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Jenis Obat Penyerta dari 100 Lembar
resep di Puskesmas Rawat Inap Simpur Kota
Bandar Lampung Pada Periode Januari-Maret Tahun 2019 ................ 42
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Obat Generik di Puskesmas Rawat Inap
Simpur Kota Bandar Lampung Pada Periode Januari-Maret
Tahun 2019........................................................................................... 43
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi pasien Hipertensi sesuai dengan
Formularium nasional di Puskesmas Rawat Inap Simpur
Kota Bandar Lampung Pada Periode Januari-Maret
Tahun 2019 .......................................................................................... 43
xiii
Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi pasien Hipertensi sesuai dengan
Formularium Puskesmas di Puskesmas Rawat Inap Simpur
Kota Bandar Lampung Pada Periode Januari-Maret
Tahun 2019........................................................................................... 44
xiv
DAFTAR GAMBAR
Nomor Gambar
Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Teori.................................................................................. 31
Gambar 2.2 Kerangka Konsep .............................................................................. 32
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
Lampiran 1.
Surat Izin Penelitian Direktur Politeknik Kesehatan
Tanjungkarang .............................................................................. 53
Lampiran 2.
Surat Rekomendasi Kesbangpo (Kesatuan Bangsa
Dan Politik) Provinsi Lampung .................................................... 54
Lampiran 3.
Surat Izin Penelitian Kesbangpol (Kesatuan Bangsa
Dan Politik)Kota Bandar Lampung............................................... 55
Lampiran 4.
Surat Izin Penelitian Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung..... 56
Lampiran 5.
Surat Izin Puskesmas Rawat Inap Simpur..................................... 57
Lampiran 6.
Alur Penelitian............................................................................... 58
Lampiran 7.
Lembar Checklist........................................................................... 59
Lampiran 8.
Pengolahan Data ............................................................................ 61
Lampiran 9.
Dokuntasi....................................................................................... 64
Lampiran 10. Lembar Perbaikan Hasil LTA ........................................................ 67
Lampiran 11. Lembar Kegiatan Bimbingan LTA Pembimbing I ......................... 68
Lampiran 12. Lembar Kegiatan Bimbingan LTA Pembimbing II........................ 70
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan
yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Pancasila dan pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan
dan/atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan
berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan,
pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan/atau
masyarakat (Undang-Undang No 36 Tahun 2009:1-4).
Pola penyakit di Indonesia terbagi dalam 2 bagian yaitu penyakit menular
dan penyakit tidak menular / PTM. Penyakit menular secara umum, dapat kita
jumpai berbagai manifestasi klinik sebagai hasil proses penyakit pada individu,
mulai dari gejala klinik yang tidak tampak (inapparent infection), sampai ada
keadaan yang berat disertai komplikasi dan berakhir cacat atau meninggal
dunia. Penyakit menular masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang
menimbulkan kesakitan, kematian, dan kecacatan yang tinggi sehingga perlu
dilakukan penyelenggaraan penanggulangan melalui upaya pencegahan,
pengendaliaan dan pemberatasan yang efektif dan efisien (Permenkes, Nomor
82 Tahun, 2014:1).
Penyakit Tidak Menular yang disingkat PTM adalah penyakit yang tidak
bisa ditularkan dari orang ke orang yang berkembangannya berjalan perlahan
dalam jangka waktu yang panjang (kronis). Penggulangan PTM adalah upaya
kesehatan
yang mengutamakan aspek promotif dan preventif tanpa
mengabaikan aspek kuratif dan rehabilitative secara paliatif yang ditunjukan
untuk menurunkan
angka
kesakitan,
kecacatan, dan kematian
yang
dilaksanakan secara komprehensif, efektif, efisien, dan berkelanjutan
(Permenkes, Nomor 71 Tahun 2015:3).
1
2
Penyakit tidak menular menjadi masalah kesehatan yang menimbulkan
kesakitan, kecacatan dan kematian yang tertinggi, serta menimbulkan beban
pembiayaan kesehatan. Penanggulan PTM dapat dilakukan melalui pencegahan
pengendalin dan penanggulangan yang komprehensif, efisien, efektif dan
berkelanjutan (Permenkes Nomor 71 Tahun, 2015:1).
Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara
global. Data WHO menunjukan bahwa dari 57 juta kematian yang terjadi
didunia pada tahun 2008, sebanyak 36 juta atau hampir dua pertiganya
disebabkan oleh Penyakit Tidak Menular. Penyakit tidak menular juga dapat
membunuh remaja yang berusia muda. Negara berkembang dengan tingkat
ekonomi yang rendah dan menengah dari seluruh kematian yang terjadi pada
orang-orang berusia kurang dari 60 tahun, sebesar 29% disebabkan oleh PTM.
(pusat data dan informasi kemenkes RI, 2012:1)
Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 dan 2013,
pravelensi hipertensi di Indonesia yang didapat pada umur ≥18 tahun sebesar
25,8%. Hipertensi tertinggi di Bangka Belitung sebesar 30,9%, diikuti
Kalimatan Selatan sebesar 30,8 %, Kalimantan Timur 29,6% dan Jawa Barat
29,4 (Riskesdes, 2007 dan 2013).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah
sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg
pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan
cukup istirahat/tenang. Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam
jangka waktu lama (persisten) dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal
ginjal), jantung (penyakit jantung koroner) dan otak (menyebabkan stroke) bila
tidak dideteksi secara dini dan mendapat pengobatan yang memadai. Banyak
pasien hipertensi dengan tekanan darah tidak terkontrol dan jumlahnya terus
meningkat (Kemenkes RI, 2014:1).
Pada Profil Kesehatan Provinsi Lampung tahun 2015, sepuluh besar penyakit
terbesar yaitu hipertensi essensial primer sebanyak 30%, penyakit hipertensi
lainnya 17%, ISPA 15%, demam yang tidak diketahui sebabnya 10%, penyakit
telinga 7%, dispepsia 6%, diare dan gastro oleh penyakit tertentu 5% diabetes
melitus 4% gastritis doudenum 3% dan faringitis akut 3%. Data tersebut
3
menunjukan bahwa penyakit hipertensi menunjukkan angka yang tinggi di
Provinsi Lampung (Profil Kesehatan Provinsi Lampung, 2015:45).
Berdasarkan penelitian Heny Lutfiyati (2017) tentang pola pengobatan
hipertensi pada lansia dipuskesmas windusari kabupaten magelang yaitu
golongan obat yang paling banyak diresepkan adalah golongan ACE-I sebesar
61.18%. Obat-obat ACE-I yang banyak diresepkan adalah captopril sebanyak
79.31%, rata-rata item obat perlembar resep pada pasien hipertensi lansia
adalah 3,22% perlembar resep dan kombinasi antihipertensi yang paling
banyak adalah kombinasi 2 obat yaitu golongan ACE-I dan diuretik sebanyak
84.10%.
Berdasarkan penelitin Tarigan, dkk. (2013), data yang didapat dari hasil
penelitian pola peresepan dan kerasionalan penggunaan antihipertensi pada
pasien hipertesi dirawat jalan puskesmas simpur yaitu distribusi jenis kelamin
terbanyak adalah pada pasien perempuan sebanyak 67,7%, usia terbanyak
penderita hipertensi pada usia 56-65 tahun 40,6%, penggunaan obat
antihipertensi terbanyak adalah captopril 60,1%.
Puskesmas adalah pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama yang
menyelenggarakan
kegiatannya
secara
menyeluruh
terpadu
yang
berkesinambungan pada suatu masyarakat yang bertempat tinggal dalam suatu
wilayah tertentu. Sebagai sebuah pusat kesehatan masyarakat, Puskesmas
Simpur menyelenggarakan layanaan Kesehatan dasar bagi masyarakat
sekitarnya khususnya diwilayah Kelurahan Tanjung Karang.
Puskesmas
Simpur memiliki tujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
Tanjung karang secara Optimal.
Berdasarkan hasil survey yang peneliti lakukan di Puskesmas Rawat Inap
Simpur Kota Bandar Lampung, rata-rata resep perhari adalah 100-120 resep.
Resep yang paling banyak adalah obat hipertensi yang memasuki Kategori
sepuluh penyakit terbanyak. Ada beberapa jenis obat Hipertensi golongan
antihipertensi berdasarkan farmakologinya. Golongan hipertensi antara lain,
diuretik yang terdiri dari furosemide, hidroklortiazid, dan sporonolaktone,
golongan Angiostens onvestini enzyme inhibitor ACE-I yaitu captopril,
lisinopril, golongan calcium channel blocker yaitu amlodipine, dan nifedipine
4
dan golongan beta blocker yaitu proponolol. Obat-obat tersebut adalah
beberapa jenis obat untuk Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) yang
diatur dalam Formularium Puskesmas (Formularium Puskesmas, 2016:18).
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk menyusun Laporan
Tugas Akhir yang berjudul “Gambaran Pola Peresepan Antihipertensi Pada
Pasien Rawat Jalan Di Puskesmas Rawat Inap Simpur Kota Bandar Lampung
tahun 2019”.
B. Rumusan Masalah
Provinsi Lampung pada tahun 2015 penyakit hipertensi masuk dalam
gambaran 10 besar penyakit dan menempati urutan pertama. Sedangkan di
Puskesmas Rawat Inap Simpur penyakit hipertensi masuk ke dalam 10
penyakit terbanyak di Puskemas rawat inap Simpur, Oleh sebab itu peneliti
melakukan penelitian tentang pola peresepan Antihipertensi rawat jalan di
puskesmas rawat inap simpur Kota Bandar Lampung Periode Januari-Maret
tahun 2019.
C.Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui Gambaran
Peresepan Antihipertensi Pada Pasien Rawat Jalan di Puskesmas Rawat Inap
Simpur Kota Bandar Lampung Periode Bulan Januari-Maret Tahun 2019.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui karakteristik pasien berdasarkan jenis kelamin dan usia
yang mendapat resep obat hipertensi unit layanan rawat jalan pada Puskesmas
Rawat Inap Simpur Kota Bandar Lampung Tahun 2019.
b. Untuk mengetahui jumlah item obat per lembar resep pada pasien yang
mendapat resep obat hipetensi unit pelayanaan pada pasien rawat jalan di
Puskesmas Rawat Inap Simpur Kota Bandar Lampung periode Januari-Maret
Tahun 2019.
c. Untuk mengetahui persentase peresepan obat hipertensi berdasarkan golongan
obat pada pasien yang mendapat resep obat hipertensi unit layanan rawat jalan
di Puskesmas Rawat Inap Simpur Kota Bandar Lampung periode JanuariMaret Tahun 2019.
5
d. Untuk mengetahui persentase jenis obat hipertensi yang diresepkan pada pasien
yang mendapat obat hipertensi unit layanan rawat jalan di Puskesmas Rawat
Inap Simpur Kota Bandar Lampung periode Januari-Maret Tahun 2019.
e. Untuk mengetahui persentase jenis obat penyerta yang diresepkan pada pasien
yang mendapat resep obat hipertensi unit layanan pada pasien rawat jalan di
Puskesmas Rawat Inap Simpur Kota Bandar Lampung periode Januari-Maret
Tahun 2019.
f. Untuk mengetahui persentase obat generik yang diresepkan kepada pasien
hipertensi pada pasien rawat jalan di Puskesmas Rawat Inap Simpur Kota
Bandar Lampung periode Januari-Maret Tahun 2019.
g. Untuk mengetahui persentase obat hipertensi yang sesuai dengan Formularium
Nasional 2017.
h. Untuk mengetahui persentase obat hipertensi yang sesuai dengan Formularium
Puskesmas Tahun 2016.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi penulis
Menambah wawasan, dan pengalaman penulis tentang Gambaran Pola
Peresepan Obat Antihipertensi Pada Pasien Rawat Jalan di Puskesmas Rawat
Inap Simpur Kota Bandar Lampung Tahun 2019.
2. Bagi institusi
Sebagai bahan informasi yang hasilnya dapat digunakan untuk meningkatkan
pelayanaan peresepan
antihipertensi di puskesmas rawat inap simpur dan
sebagai bahan pertimbangan pada perencanaan pengadaan obat hipertensi
dimasa datang.
3. Bagi akademik
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan acuan dan sumber referensi bagi
peneliti lain yang akan melakukan penelitian selanjutnya berkaitan dengan
peresepan Antihipertensi.
6
E.Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dibatasi pada seluruh lembar resep yang terdapat
antihipertensi Pada Pasien Rawat Jalan di Puskesmas Rawat Inap Simpur
selama bulan januari
sampai dengan bulan maret
tahun 2019. Meliputi
persentase karakteristik pasien berdasarkan jenis kelamin dan usia, jumlah item
obat perlembar resep, persentase golongan obat hipertensi ,persentase jenis
obat hipertensi, persentase klasifikasi jenis
obat penyerta, persentase obat
generik, untuk mengetahui persentase obat hipertensi sesuai Formularium
Nasional tahun 2017, persentase kesesuaian peresapan antihipertensi dengan
formularium puskesmas tahun 2016 dengan menggunakan alat ukur Checklist.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pelayanan Kesehatan
Pelayanaan kesehatan adalah upaya yang diberikan oleh puskesmas
kepada
masyarakat,
mencakup
perencanaan,
pelaksanaan,
evaluasi,
pencatatan, pelaporan dan dituangkan dalam suatu system. Pelayanaan
Kesehatan Tingkat Pertama adalah pelayaan kesehatan perorangan yang
bersifat non spesialitik (primer) meliputi pelayanaan rawat jalan dan rawat
inap. Sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang dalam
penyelenggaraan pelayanaan kesehatan komprehensif sebagaimana dimaksud
bagian Fasilitas Kesehatan yang tidak memiliki sarana penunjang wajib
membangun jejaring dengan sarana penunjang Fasilitas Kesehatan tingkat
pertama dapat berupa : (Permenkes RI No.71 Tahun 2013:9).
1. Puskesmas atau yang setara
2. Praktik dokter
3. Praktik dokter gigi
4. Klinik pratama atau yang setara
5. Rumah Sakit Kelas D Pertama atau yang serta
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama yang berkerja sama dengan BPJS
Kesehatan
harus
menyelenggarakan
pelayanaan
kesehatan
meliputi:
(Kemenkes RI, 2014:20).
a. Promotif
: yaitu suatu rangkain kegiatan pelayanan kesehatan yang
lebih mengutamakan kegiatan yang bersifat promosi kesehatan
b. Preventif
: yaitu suatu kegiatan pencegahan terhadap suatu masalah
kesehatan atau penyakit.
c. Kuratif
: yaitu suatu kegiatan atau serangkaian kegiatan pengobatan
yang ditunjukan untuk penyembuhan penyakit atau pengendaliaan kecacatan
agar kualitas penderita dapat terjaga seoktimal mungkin.
d. Rehabilitatif : yaitu kegiatan untuk mengembalikan bekas penderita
kedalam masyarakat sehingga dapat berfungsi lagi sebagai anggota
7
8
masyarakat yang berguna untuk dirinya dan masyarakat semaksial mungkin
dengan kemampuan (Undang-undang Kesehatan RI Nomor 36 Tahun 2009:24).
B. Puskesmas
1. Definisi puskesmas
Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah
unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung
jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan disuatu wilayah kerja
masyarakat (Permenkes RI No.75 Tahun 2014:3).
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 75 Tahun 2014 Puskesmas
adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya
kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya
promotif dan preventif untuk mencapai kesehatan masyarakat yang sejahtera.
Puskesmas
merupakan
menyelenggarakan
peningkatan
fasilitas
upaya
kesehatan
pelayanan
kesehatan
(promotif),
yang
kesehatan
meliputi:
Pencegahan
dasar
yang
pemeliharaan,
penyakit
(preventif),
Penyembuhan penyakit (kuratif), Pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang
dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan. Konsep
kesatuan upaya kesehatan ini menjadi pedoman dan pegangan bagi semua
fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia termasuk Puskesmas. Pelayanan
Kefarmasian di Puskesmas merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan
dari
pelaksanaan
upaya
kesehatan,
yang
berperan
penting
dalam
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan bagi masyarakat (Permenkes RI
No.75 Tahun 2014:3).
Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas harus mendukung tiga fungsi
pokok Puskesmas, yaitu sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan
kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat, dan pusat pelayanan kesehatan
strata pertama yang meliputi pelayanan kesehatan perorangan dan pelayanan
kesehatan masyarakat. Pelayanan Kefarmasian merupakan kegiatan yang
terpadu dengan tujuan untuk mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan
masalah obat dan masalah yang berhubungan dengan kesehatan. Tuntutan
pasien dan masyarakat akan peningkatan mutu Pelayanan Kefarmasian,
9
mengharuskan adanya perluasan dari paradigma lama yang berorientasi
kepada produk (drug oriented) menjadi paradigma baru yang berorientasi
pada pasien (patient oriented) dengan filosofi Pelayanan Kefarmasian
pharmaceutical care (Permenkes Nomor 74 Tahun 2016:12).
2. Pelayanaan Kefarmasian di Puskesmas
Ada beberapa pelayanaan Kefarmasian di puskesmas yaitu :
a. Pelayanaan Farmasi Klinik
b. Pelayanaan Perbekalan Obat dan Alat Kesehatan
Pelayanaan
farmasi
klinik
merupakan
bagian
dari
pelayanaan
Kefarmasian yang berlangsung dan bertanggung jawab kepada pasien
berkaitan dengan Obat dan Bahan Habis Pakai dengan maksud mencapai
hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.
(Menurut Permenkes Nomor 74 Tahun 2016:19).
1) Pelayanaan farmasi klinik bertujuan untuk : (Permenkes Nomor 74 Tahun
2016:19-25).
b. Meningkatkan mutu dan memperluas cakupan pelayanaan Kefarmasian di
Puskesmas.
c. Memberikan pelayanan Kefarmasian yang dapat menjamin efektivitas,
kemampuan dan efisiensi Obat dan Bahan Habis Pakai.
d. Meningkatkan kerjasama dengan profesi kesehatan lain dan kepatuhan pasien
yang terkait dalam Pelayanaan Kefarmasian.
e. Melaksanakan kebijakan obat di Puskesmas dalam rangka meningkatkan
penggunaan Obat secara rasional.
1. Pelayanan Farmasi Klinis meliputi :
Kegiatan pengkajian resep, Penyerahan obat, pelayanaaninformasi
Obat/PIO, konseling dan pemantauan terapi obat/PTO.
a. Pengkajian dan pelayanaan Resep
Kegiatan pengkajian resep yaitu dimulai dari seleksi persyaratan
administrasi, persyaratan farmasetika dan persyaratan klinis baik untuk
pasien rawat inap maupun rawat jalan.
1) Nama, umur, jenis kelamin, dan berat badan pasien.
2) Bentuk dan kekuatan sediaan
10
3) Dosis dan jumlah obat
4) Stabilitas dan ketersediaan
5) Aturan dan cara penggunaan
6) Inkomatibilitas (ketidakcampuran obat)
b. Pelayanaan Informasi Obat ( PIO)
Pelayanaan informasi obat merupakan kegiatan pelayanaan yang
dilakukan oleh Apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, jelas
dan terkini kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainya dan
pasien.
1) Memberikan dan menyebarkan informasi kepada konsumen secara pro
aktip dan pasif.
2) Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatan melalui
telepon, surat atau tatap muka.
c. Konseling
Konseling merupakan suatu proses untuk mengidentifikasi dan
penyelesaian masalah pasien yang berkaitan dengan penggunaan obat pasien
rawat jalan dan rawat inap, serta keluarga pasien. Tujuan dilakukannya
konseling adalah memberikan pemahaman yang benar mengenai obat kepada
pasien/keluarga pasien antara lain tujuan pengobatan, jadwal Pengobatan,
cara dan lama penggunaan obat, efek samping, tanda-tanda toksisitas, cara
penyimpanaan dan penggunaan obat.
1) Membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien
2) Memperagakan dan menjelaskan mengenai cara penggunaan obat
d. Ronde/ Visite Pasien
Merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang dilakukan
secara mandiri atau bersama tim profesikesehatan lainnya terdiri dari dokter,
perawat, ahli gizi dan lain-lain.
1) Memeriksa obat pasien
2) Memantau perkembangan klinis pasien yang terkait dengan penggunaan
obat.
11
e. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
Monitoring Efek Samping Obat Merupakan kegiatan pemantauan setiap
respon terhadap obat yang merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada
dosis normal yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis,
diagnosis dan terapi atau modifikasi fungsi fisiologis.
1) Menemukan efek samping obat sedini mungkin terutama yang berat, tidak
dikenal dan frekuensinya jarang
2) Menganalisis laporan efek samping obat.
3) Mengisi formulir Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
f. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
Pemantauan terapi obat /PTO merupakan proses yang memastikan
bahwa seorang pasien mendapatkan terapi obat yang efektif, terjangkau
dengan memaksimalkan efikasi dan meminimalkan efek samping.
1) Mendeteksi masalah yang terkait dengan obat
2) Memberikan rekomendasi penyelesaian masalah terkait dengan obat.
g. Evaluasi Penggunaan Obat (EVO)
Merupakan kegiatan untuk mengevaluasi penggunaan obat secara
terstruktur dan berkesimbungan untuk dijamin obat yang digunakan sesuai
indikasi, efektif, aman dan terjangkau (rasional)
1) Mendapatkan gambara pola penggunaan obat pada kasus tertentu
2) Melakukan evaluasi secara berkala untuk penggunaan obat tertentu.
D. Sumber Pengadaan obat
1. PemesananObat/Alkes
Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan dengan
mempertimbangkan pola konsumsi
Sediaan Farmasi periode sebelumnya
Dan berdasarkan Formularium Puskesmas. Sediaan farmasi dan bahan medis
habis pakai yang ada di Puskesmas Rawat Inap Simpur berasal dari sumber
resmi, yaitu dari Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung.Pemesanan
obat/alkes di Puskesmas Rawat Inap Simpur sudah dijadwalkan oleh Dinas
Kesehatan Kota seperti puskesmas lainnya yaitu permintaan pertahun dan
triwulan. Puskesmas Rawat Inap Simpur akan melakukan permintaan setiap
tiga bulan. Obat-obat yang tidak diberikan oleh dinas kesehatan dapat
12
dilakukan pembelian langsung kepada Pedagang Besar Farmasi (PBF) sesuai
dengan kebutuhan perbulan atau per tiga bulan melalui Dinas Kesehatan Kota
Bandar Lampung dengan menggunakan dana yang berasal dari JKN (Profil
Puskesmas Simpur Tahun 2018:23).
D. Resep
1. Definisi Resep
Resep adalah permintaan tertulis dari seorang dokter, dokter gigi, dokter
hewan yang diberi izin berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku kepada Apoteker Pengelola Apotek (APA) untuk menyiapkan dan
atau membuat, meracik, serta menyediakan obat pada pasien (Syamsuni,
2006:18).
2. Pelayanaan Resep
Pelayanaan Resep adalah proses kegiatan yang meliputi aspek teknis dan
non teknis yang harus dikerjakan mulai dari penerimaan resep, peracikan obat
sampai dengan penyerahan obat kepada pasien, pelayanaan resep dilakukan
sebagai berikut :
a. Penerimaan resep
b. Peracikan obat
c. Penyerahan obat
d. Pelayanaan informasi obat
(Depkes RI Tahun 2006:14).
3. Peresepan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan menyebutkan bahwa “Penggunaan obat harus dilakukan secara
rasional. Penggunaan obat dikatakan rasional apabila pasien menerima
pengobatan sesuai dengan kebutuhan klinisnya, dalam dosis yang sesuai,
dalam periode waktu yang adequate dan dengan biaya yang terjangkau oleh
masyarakat. Pada modul penggunaan Obat Rasional tahun 2011, dijelaskan
dalam melakukan identifikasi masalah maupun melakukan monitoring dan
evaluasi Penggunaan Obat Rasional, WHO menyusun indikator, yang dibagi
menjadi indikator inti dan indikator tambahan yang bertujuan untuk
melakukn pengukuran terhadap capaian keberhasilan upaya dan interversi
13
dalam meningkatkan penggunaan obat yang rasional dalam pelayanaan
kesehatan.
Peresepan terdiri dari beberapa indikator inti, yaitu
a. Indikator Peresepan
1) Rerata jumlah item dalam tiap resep
2) Persentase peresepan dengan nama generik
3) Persentase peresepan dengan antibiotik
4) Persentase peresepan dengan suntikan
5) Persentase peresepan yang sesuai dengan Daftar Obat Esensial
b. Indikator Pelayanaan
1) Rata-rata waktu konsultasi
2) Rata-rata waktu penyerahan obat
3) Persentase obat yang sesungguhnya diserahkan
4) Persentase obat yang dilabel secara adekuat
c. Indikator Fasilitas
1) Pengetahuan pasien mengenai dosis yang benar
2) Ketersediaan Daftar Obat Esensial
3) Ketersediaan key drugs
d. Indikator tambahan meliputi :
1) Persentase pasien yang diterapi tanpa obat
2) Rerata biaya obat tiap peresepan
3) Persentase biaya untuk antibiotik
4) Persentase biaya untuk suntik
5) Peresepan yang sesuai dengan pedoman pengobatan
6) Persentase pasien yang puas dengan pelayanaan yang diberikan
7) Persentase fasilitas kesehatan yang mempunyai akses kepada informasi yang
obyektif (Kemenkes Tahun 2011:31).
E. Formularium Nasional
Formularium Nasional Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan perlu menjamin aksesibilitas obat yang aman, berhasiat bermutu
dan terjangkau dalam jenis dan jumlah yang cukup. Pelaksanaan Jaminan
Kesehatan Nasional perlu disusun daftar nama obat dalam bentuk
14
Formularium Nasional. Formularium Nasional sebagaimana dimaksud dalam
diktum kesatu merupakan daftar nama obat terpilih yang dibutuhkan dan
harus tersedia difasilitas pelayanan kesehatan dalam rangka pelaksanaan
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)(Kemenkes RI, 2017:1).
Pelayanan obat untuk peserta Asuransi Kesehatan, Jaminan Kesehatan
Nasional pada fasilitas kesehatan mengacu pada daftar obat yang tercantum
pada Fornas dan harga obat tercantum pada e-katalog obat yang ditujukan
untuk pasien BPJS (PMK No. 28, 2014:25).
F. Hipertensi
1. Definisi Hipertensi
Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan
darah dalam arteri. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa
gejala, dimana tekana darah yang abnormal tinggi di dalam arteri
menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke, aneurisma, gagal
jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal (Wahyu, 2009:19).
Hipertensi adalah penyakit kardiovaskular yang paling sering terjadi.
Prevalensi penyakit ini meningkat dengan bertambahnya usia. Peningkatan
tekanan arteri menyebabkan perubahan patologis pada jaringan vascular dan
hipertrofi ventrikel kiri. Hipertensi merupakan penyakit penyerta yang utama
yaitu store, faktor resiko utama penyakit arteri coroner dan komplikasinya,
dan kontribusi utama. Gagal ginjal jantung insufisiensi ginjal dan aneurisme
aorta lapah, Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah
terus-menurus sebesar ≥140/90mmHg, suatu kreteria yang menunjukan
bahwa resiko penyakit kardiovaskular yang berkaitan dengan hipertensi
cukup
sehingga
perlu
mendapat
perhatian
medis,
risiko
penyakit
kardiovaskular fatal dan Nonfatal pada orang dewasa paling rendah bila TD
sistolik <120mmHg dan TD diastrolik <80 mmHg dan meningkatkan secara
progesif bila tekanan darah sistolik dan diastrolik lebih tinggi (Goodman &
Gilman, 2014:508).
15
2.1 Tabel Klasifikasi Tekanan Darah
Klasifikasi
Tekanan Darah
Normal
Prehipertensi
Hipertensi stage I
Hipertensi stage II
Tekanan Darah
Sistolik (mmHg)
Tekanan Darah
Diastolik (mmHg)
Systole < 120 dan
Diastolik < 80
Systole 120 – 139 dan Diatolik
80 – 89
Systole 140 - 159 dan Diastolik
90 – 99
Systole >160 dan
Diastolik > 100
< 80
80 – 89
90 – 99
>100
Sumber :JNC 7 (The seventh Reposrt of the Join National Committee on
Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood
Pressure).
2. Jenis Hipertensi
a. Hipertensi Primer
Hipertensi Primer ini belum diketahui penyebabnya (terdapat kurang
lebih 90% dari seluruh hipertensi). Hipertensi primer kemungkinkan
memiliki banyak penyebab beberapa perubahan pada jantung dan pembuluh
darah kemungkinan bersama-sama menyebabkan meningkatkannya tekanan
darah. Hipertensi primer suatu kondisi dimana terjadinya tekanan darah tinggi
sebagai akibat dari gaya hidup seseorang dan faktor lingkungan. Seseorang
yang pola makanan tidak terkontrol dan mengakibatkan kelebihan berat
badan atau bahkan obesitas, Hipertensi Primer/Essensial merupakan pancetus
awal timbulnya penyakit tekanan darah tinggi.
b. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan akibat adanya
penyakit lain. Jika penyebabnya diketahui, maka disebut hipetensi, sekunder.
Sekitar 5-10% penderita hipertensi penyebabnya adalah penyakit ginjal.
Sekitar 1-2% penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat
tertentu (misalnya pil KB ). Hipertensi sekunder suatu kondisi di mana
terjadinya peningkatan tekanan darah tinggi sebagai akibat seseorang
mengalami/menderita penyakit lainnya seperti gagal jantung, gagal ginjal,
atau kerusakan system hormon tubuh.
16
c. Pregnancy-induced bypertension (PIH)
Kondisi di mana hipertensi ini menyerang pada ibu hamil yang menderita
hipertensi. Kondisi hipertensi pada ibu hamil bisa sedang ataupun tergolong
parah/ berbahaya.
d. Preeclampsia
Di mana pada kondisi wanita hamil yang mengalami hipertensi, sehingga
mereka merasa pusing, sakit kepala, gangguan penglihatan, nyeri perut, muka
yang membengkak, kurang nafsu makan. Mual bahkan muntah. Apabila
terjadi
kejang-kejang
sebagai
dampak
hipertensi
maka
disebut
‘eclamsia’(Muhammadun,AS,2010:24).
3. Gejala Hipertensi
Sebagian besar penderita hipertensi tidak menimbulkan gejala yang
khusus. Meskipun secara tidak sengaja, beberapa gejala yang terjadi
bersamaan dan percaya berhubungan dengan hipertensi. Gejala yang
dimaksud adalah sakit kepala, pendarahan dari hidung (mimisan), migren
atau sakit kepala sebelah, wajah kemerahan, mata berkunang-kunang, sakit
tengkuk, dan kelelahan. Gejala-gejala tersebut bisa saja terjadi baik pada
penderita hipertensi maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang
normal (Susilo,dkk,2011:25).
4. Faktor-faktor penyebab hipertensi
a. Faktor Genetik
Faktor Genetik yaitu ada beberapa faktor dimana pada keluarga tertentu
akan menyebabkan keluarga tersebut mempunyai resiko menderita hipertensi.
Individu dengan orang tua hipertensi mempunyai resiko dua kali lebih besar
untuk menderita hipertensi dari pada individu yang tidak mempunyai
keluarga dengan riwayat hipertensi.
b. Umur
Kepekatan
terhadap
hipertensi
akan
meningkat
seiring dengan
bertambahnya umur seseorang. Individu yang berumur diatas 60 tahun, 5060% mempunyai tekanan darah lebih besar atau sama dengan 140/90 mmHg.
17
Hal itu merupakan pengaruh degenerasi yang terjadi pada orang yang
bertambah usianya.
c. Jenis kelamin
Setiap jenis kelamin memiliki struktur organ dan hormon yang berbeda
demikian juga pada perempuan dan laki-laki mempunyai resiko lebih tinggi
untuk menderita hipertensi lebih awal. Laki-laki juga mempunyai resiko yang
lebih besar terdapat morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler. Sedangakan
pada perempuan, biasanya lebih rentan terhadap hipertensi ketika mereka
sudah berumur diatas 50 tahun.
d. Stress
Stress akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah
jantung sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatetik. Adapun stress
ini dapat berhubungan dengan pekerjaan, kelas sosial, ekonomi dan
karakteristik personal. Stress merupakan respon tubuh yang bersifatnya
nonspesifok terhadap setiap tuntutan beban atasnya. Terdapat beberapa jenis
penyakit yang berhubungan dengan stress yang dialami seseorang,
diantaranya hipertensi atau peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari
120mmHg dan tekanan diastolic lebih dari 80mmHg. Stress yang dialami
seseorang akan membangkitkan saraf simpatetis yang akan memicu kerja
jantung dan menyebabkan peningkatan tekanan darah.
e. Kegemukaan (Obesitas)
Kegemukan (obesitas) juga merupakan salah satu faktor yang
menyebabkan timbulnya berbagai macam penyakit berat, salah satunya
hipertensi. Penelitian epidemiologi menyebutkan adanya hubungan antara
berat badan seiring umur, tidak dijumpai peningkatan tekanan darah sesuai
peningkatan umur.
f. Nutrisi
Sodium adalah penyebab penting terjadinya hipertensi primer. Asupan
garam
tinggi
akan
menyebabkan
pengeluaran
berlebihan
dari
hormonnatriouretik yang secara tidak langsung akan meningkatan tekanan
darah. Asupan garam tinggi dapat menimbulkan perubahan tekanan darah
18
yang dapat terdeteksi yaitu lebih dari 14 gram per hari atau jika dikonversi
kedalam takaran sendok makan adalah lebih dari 2 sendok makan.
g. Merokok
Merokok penelitian terbaru menyatakan bahwa merokok menjadi salah
satu faktor risiko hipertensi yang dapat dimodifikasi. Merokok merupakan
faktor resiko yang berpotensial untuk tindakan dalam upaya melawan arus
peningkatan hipertensi khususnya dan penyakit kardiovaskuler secara umum
di Indonesia.
h. Alkohol
Penggunaan alkohol secara berlebihan juga akan memicu tekanan darah
seseorang. Selain tidak bagus bagi tekanan darah kita, alcohol juga membuat
kita kecanduan yang akan sangat menyulitkan untuk lepas. Menghentikan
kebiasaan mengkonsumsi alkohol sangatlah baik, tidak hanya bagi hipertensi
kita tetapi juga untuk kesehatan kita secara keseluruhan.
i. Kafein
Kopi adalah bahan minuman yang banyak mengadung kafein. Demikian
pula pada teh walaupun kandungannya tidak sebanyak pada kopi.
j. Kurang olahraga
Zaman modern seperti sekarang ini, banyak kegiatan yang dapat
dilakukan dengan cara yang cepat dan praktis. Manusia pun cenderung
mencari segala sesuatu yang mudah dan praktis sehingga secara otomatis
tubuh tidak banyak bergerak. Selain itu, dengan adanya kesibukan yang luar
biasa manusia pun merasa tidak punya waktu lagi untuk berolahraga.
Akibatnya, kita terjadi kurang bergerak dan kurang olahraga. Kondisi inilah
yang memicu kolestrol tinggi dan juga adanya tekanan darah yang terus
menguat sehingga memunculkan hipertensi.
k. Kolestrol tinggi
Kandungan lemak yang berlebihan dalam darah dapat menyebabkan
timbunan kolestrol pada dinding pembuluh darah. Hal ini dapat membuat
pembuluh darah menyempit dan akibatnya tekanan darah akan meningkat.
Sudah sangat layak kita harus mengendalikan kolestrol kita sedini mungkin
(susilo, dkk, 2011:54).
19
5. Penatalaksanaan hipertensi
Penatalaksanaan hipertensi dapat dilakukan dengan menggunakan obatobat ataupun dengan cara modifikasi gaya hidup. Modifikasi gaya hidup
dapat dilakukan dengan membatasi asupan garam tidak lebih dari 1 sendok
the (6gram/hari), menurunkan berat badan, menghindari minuman berkafein,
rokok, dan minuman beralkohol. Olahraga juga dianjurkan bagi penderita
hipertensi, dapat berupa jalan, lari, jogging, bersepeda selama 20-25 menit
dengan frekuensi 3-5 perminggu. Penting juga untuk cukup istirahat (6-8
jam) dan mengendalikan stress. Untuk pemilihan serta penggunaan obatobatan hipertensi disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter. Ada pun
makanan yang harus dihindari atau dibatasi oleh penderita hipertensi adalah:
1. Makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi (otak, ginjal, paru, minyak
kelapa, gajih).
2. Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium (biscuit, crackers,
keripik dan makanan kering yang asin).
3. Makanan dan minuman dalam kaleng (sarden, sosis, korned, sayuran serta
buah-buahan dalam kaleng, soft drink).
4. Makanan yang diawetkan (dendeng, asinan sayur/buah, abon, ikan asin,
pindang, udang kering, telur asin, selai kacang).
5. Susu full cream, mentega, margarine, keju mayonnaise, serta sumber protein
hewani yang tinggi kolesterol seperti daging merah (sapi/kambing), kuning
telur, kulit ayam).
6. Bumbu-bumbu seperti kecap manis, terasi, saus tomat, saus sambal, tauco
serta bumbu penyedap lain yang pada umumnya mengandung garam natrium.
7. Alkohol dan makanan yang mengandung alkohol seperti durian, tape.
Di Indonesia terdapat pergeseran pola makan, yang mengarah pada
makanan cepat saji dan yang diawetkan yang kita ketahui mengandung garam
tinggi, lemak jenuh, dan rendah serat mulai menjamur terutama di kota-kota
besar di Indonesia. Dengan mengetahui gejala dan faktor risiko terjadinya
hipertensi
diharapkan
penderita
dapat
melakukan
pencegahan
dan
penatalaksanaan dengan modifikasi diet/gaya hidup ataupun obat-obatan
20
sehingga
dikomplikasi
yang
akan
terjadi
dapat
dihindarkan
(Infodatin,2014:5).
6. Obat Antihipertensi
Hipertensi perlu mendapatkan pengobatan yang serius. Jika penderita
hipertensi juga mengalami komplikasi dengan diabetes, payah jantung, atau
pun penyakit ginjal, tersedia berbagai obat antihipertensi yang dipercayai
dapat menurunkan tekanan darah, setiap jenis antihipertensi mempunyai cara
kerja yang berbeda sebagai beriku : (Dr.Winarto, 2007:33).
a. Angiostensin-converting enzyme inhibitor / ACE-Inhibitor
Golongan obat ini bekerja dengan menghambat kerja enzim angiostensin
II (Angiostensin-converting enzyme/ACE-Inhibitor). Angiostensin merupakan
suatu hormon yang berperan dalam menyempitkan pembuluh darah. Dengan
pemberian obat ini, angiostensi II tidak bekerja secara aktif sehingga
pembuluh darah dapat melebar dan menurunkan tekanan darah. Beberapa
obat antihipertensi golongan penghambat ACE-Inhibitor sebagai berikut.
1) Captopril (Pediatric Dosage HandBook,2010-2011:242)
a. Farmakodinamik :
Indikasi
Gagal jantung, kongestif, disfungsi vertikel kiri setelah infark miokard,
nefropati diabetes
Kontraindikasi
Hipersensitif terhadap captopril atau komponen dari formulannya,
angioedema akibat ACE inhibitor, hiperldosteron primer, angioedema
herediter atau idiopatik, stenosis arteri ginjal bilateral
Mekanisme kerja
Menghambat secara kompetitif terhadap enzim pengubah angiostensin
(Angiostensin Converting Enzym); mencegah perubahan angiostensi I
menjadi angiostensin II; vasokonstriktor; hasilnya adalah turunnya level
angiostensi II yang menyebabkan peningkatan aktivitas rennin plasma dan
penurunan sekresi aldosteron
Efek samping
Kardiovaskular : hipotensi (1-2,5%), takikardi (1%), nyeri dada (1%),
21
Dermatologi : kemerahan (makulupapular atau urtikaria) (4%-7%), gatla
(2%); pada pasien dengan kemerahan, terdapat positif ANA dan atau
eosinofilia yang tercatat 7%-10%
Ginjal : proteinuria (1%), peningkatan kreatinin serum, memperparah fungsi
ginjal (dapat terjadi pasien dengan stenosis arteri renal bilateral atau
hipovolemia) batuk (0,5%-2%)
Aksi : penurunan dalam menit Efek maksimum :60-90 menit.
Lama kerja : tergantung dosis; membutuhkan beberapa minggu terapi
sebelum efek hipotensif penuh terlihat
b. Farmakokinetik :
Absobsi
: Oral: 60%-75%; 7 Lkg
Distribusi
: Vd: 7L/kg
Ikatan protein : 25%-30%
Metabolisme : 50% dimetabolisme paruh: Bayi dengan CHF; 3,3 jam; kisaran
: 1.2-12.4 Anak-anak: 1,5 jam; kisaran: 0,98-2,3 jam dewasa normal
Waktu paruh : dewasa normal : tergantung fungsi jantung dan ginjal: 1,9 jam
gangguan fungsi ginjal: 3,5-32 jam
Anuria
: 20-40 jam
c. Bentuk sediaan : (ISO, VOL 50, 2016:280).
Tablet 12,5 mg, 25 mg, 37,5 mg, 50 mg, 100 mg
d. Aturan pakai :
Dosis Awal
: Sehari 2x 12,5 mg sebelum makan
Pemeliharaan
: Sehari 2x 25 mg, dapat ditingkatkan setelah 2-4 minggu
Dosis Maksimal : Sehari 2x 50 mg.
Dosis Anak Awal : 0,3 mg/kgBB/hari .
Dosis Maksimum : 0.6 mg/kgBB/hari dalam 2-3 dosis terbagi
2) Benazepril
3) Enalapril
4) Fasinopril
5) Lisinopril, dll.
22
e. Agiotensin II Reseptor Blocker/ARB
Cara kerja obat ini mirip dengan ACE-inhibitor. Jika ACE-inhibitor
menghambat aktivitas enzyme angiostensi II, tetapi obat jenis ini bekerja
dengan cara menghambat reseptor Angiostensin II. Itulah sebabnya obat ini
lebih memberikan efek yang lebih efektif dalam penurunan tekanan darah.
Jika ACE-Inhibitor menimbulkan efek samping berupa batuk yang sangat
mengganggu, pemberian obat jenis ini tidak menimbulkan batuk.
Golongan Antagonis reseptor angiostensin meliputi beberapa jenis obat
berikut : (Dr.Winarto, 2007:34).
1) Irbensartan (Pediatric Dosage HandBook,2010-2011:758)
a. Farmakodinamik :
Indikasi
Hipertensi; kobinasi dengan HCT: pengobatan hipertensi yang tidak
dapat terkontrol dengan irbensartan
Kontraindikasi
Hipersensitivitas terhadap candesartan atau bahan dalam formulasi.
Mekanisme kerja
Menghasilkan onism dari efek angiostensin II. Berbeda dengan ACE
inhibitor, irbesartan menghambat pengikatan angiostensin II dengan subtipe
reseptor
AT1.
Menghasilkan
efek
penurun
tekanan
darah
dengan
antagonizing AT1 yang diinduksi vasokonstriksi, pelepasan aldosteron,
pelepasan katekolamin, pelepasan vasopresin arginin, respons hipotropik air.
Efek samping
Mual, muntah, lelah, nyeri pada otot; tidak terlalu sering; diare,
dyspepsia, kemerahan, takikardia, batuk, disfungsi seksual; jarang: ruam,
urtikaria; sangat jarang; sakit kepala, mialgia, arthalgia, telinga berdenging,
gangguan pencecap, hepatitis, disfungsi ginjal.
efek maksimum : 3-6 jam pascaposis; dengan efek maksimum dosis kronis: 2 minggu
b. Farmakokinetik
Absopsi
: cepat dan hampir lengkap
Distribusi : dewasa 53-93 L
23
Pengikat protein : terutama pada albumin dan alfa, asam gylcoprotein .
Metabolisme : dihati
Bioavabilitas : 60% -80%
Waktu paruh : 11-15 jam
c. Bentuk sediaan : (ISO, VOL 50, 2016:295).
Tablet 150 mg dan 300 mg
d. Aturan minum :
Dosis awal
: 150 mg sehari 1x. dapat ditingkatkan sampai dengan 300 mg
Pada Lansia : >75 tahun dan pasien hemodialisa dosis awal 75 mg.
2) Eprosartan
3) Losartan
4) Telmisartan
5) Candesartan
f. Beta-Blocker
Beta-blocker bekerja dengan cara memperlambat kerja jantung melalui
pengurangan kontraksi otot-otot jantung dan menurunkan tekanan darah.
Secara kimiawi komponen golongan Beta-bloker menghambat kerja
noradrenalin dan adrenalin. Kerja sama kedua senyawa kimia ini berguna
mempersiapkan tubuh saat menghadapi bahaya sehingga tubuh siap lari.
Penghambatan terhadap kerja noradrenalin dan adrenalin mengakibatkan
menurunnya kontraksi otot, memperlambat kerja jantung, dan menurunkan
tekanan darah. Beberapa contoh obat antihipertensi golongan Beta-Blocker
sebagai berikut : (Dr.Winarto, 2007:32).
1) Proponolol (Pediatric Dosage HandBook,2010-2011:1175)
a. Farmakodinamik:
Indikasi
proponolol obat terapi hipertensi, angina, aritma, pencegahan migrain.
Kontraindikasi
Hipersensitif terhadap proponolol atau komponen apa pun;CHF tanpa
kompensasi, syok bradikardia atau blok jantung, asma, penyakit jalan napas
hiperaktif, penyakit paru obstruktif kronis, sindrom raynaud.
24
Mekanisme kerja
Non-beta blocker adrenergic (kelas II antiaritmia); secara kompetitif
memblokir respon terhadap stimulasi beta, dan beta 2-adrenergik yang
menghasilkan denyut jantung, kontraktilitas tekanan darah miokard, dan
kebutuhan oksigen miokard. Efek pemblokiran beta-adrenergik disebabkan
oleh (-) enansiomer. Proponolol juga memberikan membran akior seperti
anestesi seperti quinidine pada dosis yang lebih tinggi dari yang diperlukan
untuk blockade beta; ini mempengaruhi potensi aksi jantung.
Efek samping
Kardiovaskular : insufisiensi arteri, brandikardia, CHF, hipotensi,
gangguan kontraktilitas miokardium, thrombosis arteri teric mese(jarang),
sindrom raynaud, perburukan gangguan konduksi AV.
Beta blockade : Oral (pelepasan segera); timbulnya aksi: dalam 1-2 jam
durasi: -6 jam
b. Farmakokinetik :
Absopsi : oral; rapid dan lengkap
Distribusi: Vd: dewasa: 3,9 U/kg, IV: 5-10 menit paruh
Metabolisme : efek first-passyang luas dimetabolisme dihati menjadi senyawa
aktif dan tidak aktif ;3 jalur metabolisme utama meliputi : hidroksilasi
aromatic (terutama 4-hidroksilasi), N-dealkilasi diikuti oleh oksida rantai
samping lebih lanjut dan glukuronidasi langsung.
Bioavailabilitas tablet pelepasan sebesar 50%
Eliminasi (berpanjangan dengan disfungsi hati);neonates dan inifan
waktu paruh: 3,9-6,4 jam dewasa: 4-6 jam.
c. Bentuk sediaan : (ISO, VOL 50, 2016:285).
Tablet 10 mg, 20 mg, 40 mg
d. Aturan pakai :
Dosis awal
: Sehari 2x 40 mg selanjutnya ditingkatkan menjadi 160 mg-
320 mg sehari dalam dosis terbagi
Aritmia
: Sehari 3-4x 10-80 mg
Angina pectoris : 3-4x 10-20 mg, dosis dapat ditingkatka menjadi sehari 160240 mg dalam dosis terbagi 4.
25
2) Pindolol
3) Bisoporol
g. Calcium Channel Blocker / CCB
Penghambat saluran kalsium bekerja dengan menghambat kerja kalsium
dalam otot halus pada dinding arteriol. Kalsium dapat menyebabkan
penyempitan otot halus arteriol sehingga tekanan darah meningkat (terjadi
hipertensi). Beberapa obat antihipertensi golongan Penghambat Saluran
Kalsium, sebagai berikut : (Dr.Winarto, 2007:33).
1) Amlodipin (Pediatric Dosage HandBook,2010-2011:242)
a. Farmakodinamik :
Indikasi
Terapi hipertensi tunggal atau kombinasi dengan antihipertensi lain;
angina pectoris stabil tunggal atau kombinasi dengan antiangina lain.
Kontraindikasi
Hipersensitifitas terhadap amlodipin atau komponenya atau terhadap
penghambat kalsium lain; hipotensi berat atau blok jantung derajat 2 atau 3.
Mekanisme kerja
Amlodipin menghambat ion kalsium memasuki “slow channel” pada otot
polos veskuler dan miokardium selama depolarisasi, menghasilkan relaksasi
otot polos vaskuler koroner dan vasodilatasi koroner, meningkatkan pasokan
oksigen miokard pada pasien angina vasospatik.
Efek samping
>10% : edema perifer (1,8% sampai 14,6% tergantung dosis 1%-10%.
flusing (0,7%-2,6%), palpitasi (0,7-4,5%), sakit kepala (7,3% sama dengan
placebo), kemerahan (1%-2%), gatal (1%-2%), mual (2,9), nyeri abdomen
(1%-2%), dyspepsia (1%-2%), hyperplasia gingival dispnea (1%-2%), edema
pulmonal (15% pada trial PRAISE, dengan populasi gagal jantung kongestif)
Serangan awal; Oral dalam : 30-60 menit
I.M :30 menit
i.V : 5 menit
Efek maksimum : Oral dalam : 1-2 hari
Durasi : Oral : 6-8 hari
26
I.V : 2 jam
b. Farmakokinetik :
Absopsi
: Dengan baik
Distribusi
: anak-anak; mirip per kg basis yang disesuaikan dengan berat
badan anak yang lebih muda (Usia 6 tahun) dewasa; 21L /kg
Ikatan protein : 93%
waktu paruh
: dewasa; fungsi ginjal normal : 30 menit, gagal ginjal: 9 jam
Metabolisme : 90% didalam hati
Bioavaibilitas : 64% sampai 90%
waktu paruh
: 30-50 jam
Eliminasi
: 60% dari metabolit
Ekskresi
: melalui urine
c. Bentuk sediaan : (ISO, VOL 50, 2016:286).
Tablet 2.5 mg, 5 mg, 10 mg
d. Aturan pakai :
Dosis Awal
: Sehari 1x 5 mg
Dosis Maksimal
: Sehari 1x 10 mg
Dosis Lansia Awal : Sehari 2.5 mg
2) Nifedipin
3) Nisoldipine dll.
h. Golongan diuretik
Golongan diuretik bekerja dengan cara membusng kelebihsn air dan
natrium melalui pengeluaran urine. Berkurangnya air dalam darah
mengakibatkan volume darah menurun sehingga pekerjaan jantung menjadi
ringan. Pemakaian obat diuretik mengalami banyak buang air (kecil).
Golongan obat jenis ini merupakan pilihan pertama untuk pengobatan
hipertensi. Berikut adalah obat dari golongan diuretik : (Dr.Winarto,
2007:31).
1) Furosemide (Pediatric Dosage HandBook,2010-2011:632)
a. Farmakodinamik :
27
Indikasi
Terapi edema yang berkaitan dengan gagal jantung kongestif, penyakit
liver dan ginjal, sebagai antihipertensi tunggal atau kombinasi
Kontraindikasi
Hipersensitif terhadap furosemid, komponennya, atau sulfonylurea, koma
hepatic, kekurangan elektrolit yang parah
Mekanisme kerja
Menghambat reabsorpsi natrium dan klorida pada loop ansa henle dan
tubulus distal ginjal, menyebabkan peningkatan ekresi air, natrium, florida,
magnesium dan kalsium.
Efek samping
hipotensi ortostatik, tromboflebitis, aortitis kronik, hipotensi akut, serangan
jantung , parestase, vertigo, sakit kepala, pusing, demam, dermatitis
eksfoliatif, eritma multiforme, purpara, fotosensitif, urtikaria, gatal, mual,
muntah, anoreksia, iritasi oral dan gaster, kram, diare, konsipasi, pancreatitis,
anemia aplastik (jarang), trombositopenia, agranulositosis (jarang)
Neuromoskular : spasme otot, lemah, gangguan pendengaran, tinnitus
Serangan awal; Oral dalam : 30-60 menit
I.M
: 30 menit
I.V
: 5 menit
Efek maksimum : Oral dalam : 1-2 hari
Durasi : Oral : 6-8 hari
I.V
: 2 jam
b. Farmakokinetik :
Absopsi
: 65% pada pasien dengan fungsi ginjal normal, berkurang
hingga 45% pada patierts dengan gagal ginjal
Ikatan protein : 98%
Waktu paruh
: dewasa; fungsi ginjal normal : 30 menit, gagal ginjal: 9 jam
Metabolisme : dihati
Bioavaibilitas : 64% sampai 90%
Waktu paruh
: 30-50 jam
28
Eliminasi
: 50% dosis dan 80% IV dosis diekskresi lewat ginjal, 10%
Ekskresi
: tidak berubah dalam urine dalam waktu 24 jam
c. Bentuk sediaan (ISO, VOL 50, 2016:230).
Tablet 20 mg, 40 mg, 80 mg
d. Aturan pakai :
Dewasa
: Sehari 1-2x 1-2 tab, maksimal 5 Tab sehari
Dosis Awal
: 20-40 mg IM/IV
Edema paru-paru akut pada dosis awal 40 mg IV, bisa dilanjutkan 20-40 mg
setelah 20 menit
2) Hidroklotiazid
3) Spironolaktone
G. Profil Puskesmas
Puskesmas Rawat Inap Simpur terletak di Jl. Tamin no. 121 Kel. Kelapa
Tiga dengan Wilayah Kerja3Kelurahan di Kecamatan Tanjung Karang Pusat
yaitu Kelurahan Kelapa Tiga, Kelurahan Kaliawi Persada dan Kelurahan
Pasir Gintung. Batas wilayah kerja puskesmas rawat inap simpur :
1. Sebelah Utara
: Berbatas dengan kelurahan Sidodadi Kecamatan
Kedaton
2. Sebelah Selatan : Berbatas dengan Kelurahan Durian Payung Kecamatan
TK Pusat
3. Sebelah Barat
: Berbatas dengan Kelurahan Sukadanaham Kec. TK
Barat
4. Sebelah Timur : Berbatas dengan Kelurahan Gunung Sari Kecamatan
Enggal
Secara topografi merupakan dataran rendah dan berbukit dengan aliran kali /
sungai kecil.
Tabel 2.2 Data Jumlah Penduduk, Jumlah KK, Jumlah Rumah Dan Luas
Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap Simpur Tahun 2017.
No
Kelurahan
1 Kelapa Tiga
2 Pasir Gintung
3 Kaliawi Persada
Jumlah
Jumlah
Penduduk
8.527
6.919
4.993
20.439
Jumlah
Rumah
1.352
1.006
783
3.141
Jumlah KK
3.008
1.706
1.891
6.605
Luas
Wilayah
67 Ha
56 Ha
15 Ha
138
Sumber : Profil puskesmas Rawat Inap Simpur Kota Bandar Lampung
29
1. Sejarah Puskesmas Simpur
Puskesmas Simpur berdiri sejak tahun 1958 dengan wilayah kerja 11
kelurahan dan 4 puskesmas pembantu, berlokasi di Jl. Kartini No. 24
Keluruhan Tanjung Karang. Pada tahun 1970 puskesmas ini pindah ke Jl.
Batu Sangkar No. 4 Kel. Kelapa Tiga dan tahun 1982 pindah lokasi ke Jl.
Tamin no. 121 Kel. Kelapa Tiga dengan 2 Puskesmas Pembantu dan
membina 6 kelurahan wilayah kerja. Sesuai Surat Keputusan Walikota
Bandar Lampung Nomor 184/09/HK/2009, tanggal 31 Maret 2009,
Puskesmas Simpur berubah status menjadi Puskesmas Rawat Inap Simpur
dengan membawahi 4 kelurahan wilayah kerja yakni Kelurahan Kelapa Tiga,
Kelurahan Pasir Gintung, Kelurahan Penengahan, dan Kelurahan Gunung
Sari, tanpa Puskesmas Pembantu. Dengan adanya Peraturan Daerah kota
Bandar Lampung Nomor 04 tahun 2012 yang disinergikan dengan Peraturan
Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 12 tahun 2012 Tentang Penataan dan
Pembentukan Kelurahan dan Kecamatan, maka jumlah kecamatan dari 13
kecamatan bertambah menjadi 20 kecamatan dan jumlah kelurahan dari 98
kelurahan menjadi 126 kelurahan, maka terjadi perubahan wilayah kerja
Puskesmas Rawat Inap Simpur menjadi 3 Kelurahan Wilayah Kerja yaitu
Kelurahan Kelapa Tiga, Kelurahan Kaliawi Persada, dan Kelurahan Pasir
Gintung.
1) Instalasi Farmasi Puskesmas
Visi :
terwujudnya pelayanan Puskesmas yang optimal bebas KLB, dengan
bertumpu pada pelayanan prima dan pemberdayaan masyarakat menuju
Bandar Lampung Sehat 2020.
Misi :
1) Memberikan pelayanan yang profesional dan bermutu
2) Memberikan pelayanan yang nyaman dan ramah
3) Meningkatkan sumber daya manusia
4) Meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat
5) Menggalang
kemitraan
dengan
masyarakat untuk hidup sehat.
semua
pihak
dan
pemberdayaan
30
7) Tujuan Instalasi Farmasi Puskesmas
1. Menyediakan dan memberikan sediaan farmasi, serta perbekalan kesehatan
disertai informasi yang terkait
2. Agar masyarakat memperoleh manfaat yang terbaik.
8) Fungsi Instalasi Farmasi Puskesmas
1. Managemen Kefarmasian
a. Memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan rumah sakit
b. Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal
c. Mengadakan perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan yang telah
dibuat sesuai ketentuan yang berlaku
d. Memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pelayanan
kesehatan di rumah sakit
e. Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan
yang berlaku
f. Menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan
kefarmasian
g. Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di rumah sakit
2. Pelayanan Farmasi Klinis
a. Mengkaji instruksi pengobatan/resep pasien
b. Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat dan
alatkesehatan
c. Mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat dan alat
kesehatan
d. Memantau efektifitas dan keamanan penggunaan obat dan alat kesehatan
e. Memberikan informasi kepada petugas kesehatan, pasien atau keluarga
f. Memberi konseling kepada pasien atau keluarga
g. Melakukan pencatatan setiap kegiatan
h. Melaporkan setiap kegiatan
31
H. Kerangka Teori
Pelayanaan Kesehatan
Puskesmas
Pelayanaan Kefarmasian
Pelayanaan Farmasi Klinik
a.Pengkajian
dan pelayanaan
resep
1)
2)
b.Pelayanaan
Informasi
Obat (PIO)
Pelayanan perbekalan obat dan alat
kesehatan
c. Konseling
1)Nama, umur, jenis
kelamin,
dan berat
badan pasien.
2)Bentuk dan kekuatan
sediaan
3)Dosis dan jumlah obat
4)Stabilitasdan
ketersediaan
5)Aturan
dan
cara
penggunaan
6)Inkopatibilitas
(ketidakcampuran obat)
d. Ronde/
Visite
Pasien
g. Evaluasi
Penggunaan
Obat (EVO)
Resep Hipertensi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Krakteristik pasien berdasarkan jenis kelamin dan
usia.
Jumlah item obat perlembar resep.
Golongan Antihipertensi.
Jenis obat hipertensi.
Jenis obat penyerta .
Persentase peresepan obat generik.
Persentase peresepan obat hipertensi sesuai dengan
Formularium Nasional
Persentase peresepan obat hipertensisesuai dengan
Formularium Puskesmas.
(Sumber :Permenkes Nomor 74 Tahun 2016)
Gambar 2.1 Kerangka Teori
e.Monitoring
Efek Samping
(MESO)
f.Pemantauan
terapiobat
(PTO)
32
l. Kerangka Konsep
1.
2.
Pola Peresepan pada penderita
Hipertensi padapasien Rawat
Jalan
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Krakteristik pasien
berdasarkan jenis kelamin dan
umur.
Jumlah item obat perlembar
resep
Golongan Antihipertensi.
Jenis obat hipertensi.
Jenis obat penyerta
Persentase peresepan obat
generik
Persentase peresepan obat
hipertensi sesuai dengan
Formularium Nasional
Persentase peresepan obat
hipertensi sesuai dengan
Formularium Puskesmas
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
33
J. Definisi Operasional
Tabel 2.3 Definisi Operasional
No
Variabel
Definisi
Operasional
a. Identitas gender
Cara Ukur
Penelitian
Dokumen
Alat
Ukur
Checklist
Hasil Ukur
1. Laki-Laki
2. Perempuan
Skala
Ukur
Nominal
1.
Jenis
Kelamin
2.
Usia
b. lama hidup
dihitung dari
ulang tahun
terakhir
Penelitian
Dokumen
Checklist
1. Remaja (1725 tahun)
2. Dewasa
(26- 45 tahun)
3.Lansia(4665 tahun)
4.Manula(>65
tahun)
Ordinal
3.
Jumlah item
obat
perlembar
resep
Jumlah obat
perlembar resep
Penelitian
Dokumen
Checklist
Nominal
4.
Golongan
obat
hipertensi
Antihipertensi
yang diresepkan
sesuai dengan
golongan
antihipertensi
menurut
farmakologinya
Penelitian
Dokumen
checklist
1.1
2. 2
3. 3
4.4
5.5
6.6
Dll
Antihipertensi
berdasarkan
penggolongan
1.Agiontensi
Convesting
enzyme
inhibitor/ACEI
2.Antagonis
reseptor
Blocker/ARB
3. Calcium
Channel
Blocker /CCB
4. BetaBloker/ BB
5.Diuretik
6.dll
Nominal
34
5.
Jenis obat
hipertensi
Jenis obat
hipertensi yang
paling banyak
digunakan
dipuskesmas
Penelitian
Dokumen
checklist
1.Captopril
1. irbensartan
2. Amlodipine
3. Propranolol
4. Furosemide
6.dll
Nominal
6.
Jenis obat
penyerta
Jenis obat yang
terdapat dalam
resep selain obat
hipertensi
Penelitian
Dokumen
checklist
1. Kalium
diclofenac
2. B. Complek
3. Meloxicam
4. Paracetamol
5. Cetirizine
6. allupurinol
7. Simvastatin
8.Ibuprofen
9. Metformin
Nominal
Peresepan
obat generik
Resep obat yang
mengadung obat
yang sesuai
dengan nama
kandungan zat
aktifnya
Peresepan obat
hipertensi sesuai
atau tidak dengan
daftar obat yang
disediakan
sebagai acuan
untuk penulisan
resep
Penelitian
Dokumen
Checklist
1.Generik
2.Non generik
Nominal
Penelitian
Dokumen
checklist
1. Sesuai
2. Tidak sesuai
Ordinal
Peresapan
antihipertensi
sesuai atau tidak
dengan daftar
obat dalam
formularium
puskesmas untuk
pasien dengan
diagnosa
hipertensi
Penelitian
Dokumen
checklist
1. Sesuai
2. Tidak sesuai
Ordinal
7.
8.
Peresepan
obat sesuai
Formularium
Nasional
9.
Peresapan
Obat sesuai
dengan
formularium
puskesmas
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian ini menggunakan rancangan Deskriptif kuantitatif
dengan metode Crosseccotinal. Penelitian ini menggambarkan pengobatan
hipertensi yang akan dihitung sebagai angka. Pengambilan data sekunder dari
resep obat pasien yang mendapatkan resep antihipertensi di Puskesmas Rawat
Inap Simpur Kota Bandar Lampung Periode Bulan Januari-Maret Tahun 2019.
B. Subjek Penelitian
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh resep pasien hipertensi dengan
jumlah populasi 120 resep di Puskesmas Rawat Inap Simpur Kota Bandar
Lampung periode Januari-Maret Tahun 2019.
2. Sampel
Pada Pasien hipertensi rawat jalan yang mendapat obat hipertensi dengan
atau tanpa obat penyerta dan tercatat di buku register pasien di Puskesmas
Rawat Inap Simpur Kota Bandar Lampung Tahun 2019.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan purposive sampling, dimana lembar resep yang diambil yaitu
resep rawat jalan puskesmas rawat inap simpur pada bulan Januari-Maret yang
memenuhi kriteria inkluai dan eksklusi.
a. Kriteria Inklusi
Pasien hipertensi rawat jalan yang mendapat obat hipertensi denga atau
tanpa obat penyerta dan tercatat di buku register pasien di Puskesmas Rawat
Inap Inap Simpur Kota Bandar Lampung Tahun 2019.
b. Kriteria eksklusi
Pasien rawat jalan yang tidakmendapatkan obat hipertensi di
Puskesmas Rawat Inap Inap Simpur Kota Bandar Lampung Tahun 2019.
35
36
Sampel pada penelitian ini adalah resep obat pasien yang mendapatkan
obat hipertensi yang terdaftar di Puskesmas Rawat Inap Simpur periode
Januari-Maret Tahun 2019. Menurut Imas dan Nauri 2018, bahwa besarnya
sampel tergantung dari jenis penelitian, untuk penelitian deskriprif yaitu
dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
n=
( )
Keterangan :
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
D = Densa penyimpanaan (d = 0,1/)
Perhitungan sampel dalam penelitian ini adalah :
n=
( , )
=99,1 ~ 100 resep
Jadi total sampel penelitian ini adalah 100 resep
Perhitungan sampel secara Proportional random sampling memakai rumus
alokasi proporsional (Imron dan Amrul, 2010)
Perhitungan jumlah sampel menurut bulan dalam penelitian ini adalah :
ni =
Keterangan :
ni
: jumlah sampel menurut proporsi
n
: jumlah sampel seluruhnya
Ni
: jumlah populasi menurut proporsi
Bulan Januari 2019
=
=
.n
.
.
100
Ni = 35,78 menjadi = 35 sampel
Bulan Februari 2019
=
=
.n
.
,
100
Ni = 29,98 (dibulatkan) menjadi = 30 sampel
37
Bulan Maret 2019
=
=
.n
.
,
100
Ni = 34,78 (dibulatkan) menjadi = 35 sampel
C. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan Di Puskesmas Rawat Inap Simpur Kota
Bandar Lampung periode Januari-Maret Tahun 2019.
Pengambilan data
penelitian ini dilakukan pada bulan April-Mei Tahun 2019.
D. Pengumpulan Data
Untuk pengmbilan data digunakan data pada bulan Januari-Maret Tahun
2019 Di Puskesmas Rawat Inap simpur Kota Bandar Lampung.
Pengumpulan data resep dengan cara mengumpulkan sampel resep yang ada di
Puskesmas Rawat Inap Simpur dengan langkah sebagai berikut :
1. Setelah mendapatkan izin dari Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung,
peneliti melakukan Konfirmasi kepada Kepala Puskesmas Rawat Inap Simpur.
2. Sebelum penelitian dilakukan peneliti menjelaskan tentang tujuan penelitian
tersebut.
3. Kemudian peneliti mulai mengambil data resep dan mengisi tabel checklist.
4. Lembar checklist yang telah diisi kemudian dikumpulkan dan kemudian
diperiksa kelengkapannya dulu lalu dilakukan analisis data.
E. Pengolahan Data dan Analisis Data Penelitian
Untuk mengetahui gambaran peresepan Antihipertensi Pada Paien Rawat
Jalan di Puskesmas Rawat Inap simpur Kota Bandar Lampung Tahun 2019,
maka data yang didapatkan dari penelitian selanjutnya diolah dengan
menggunakan lembar checklist. Langkah yang akan dilakukan adalah:
1. Pengolahan data
a. Editing
Pengecekan kembali data yang sudah diperoleh dari resep pasien dengan
memasukkan data dari resep dalam lembar checklist sesuai dengan resep
dokter.
38
b. Coding
Setelah dilakukan penelitian data selanjutnya memberikan kode pada
jawaban 1= sesuai 2=tidak sesuai pada Formularium Puskesmas dan pada
Formularium Nasional.
c. Entry data
Data-data yang telah selesai diedit dan coding selanjutnya dimasukan
dalam kolom-kolom dalam tabel yang terdiri dari rata-rata item obat dalam 1x
peresepan, mengetahui persentase jenis kelamin dan usia , jumlah pasien yang
menggunakan obat generik, persentase penggunaan obat hipertensi yang paling
banyak digunakan, persentase golongan obat hipertensi, klasifikasi golongan
obat peryerta, jumlah obat yang diresepkan sesuai dengan Formularium
Puskesmas.
d. Cleaning
Data yang telah di-entry selanjutnya dilakukan pengecekan ulang untuk
mengurangi kemungkinan terjadi kesalahan entry. Jika tidak terjadi kesalahan
data selanjutnya dapat dianalisis.
2. Analisis data penelitian
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data
univariat yaitu menjelaskan dan mendeskripsikan karakter setiap variable
penelitian yang menghasilkan distribusi frekwensi dan presentase dari tiap
variable. Variable pada penelitian ini adalah:
1. Persentase Pasien hipertensi berdasarkan jenis kelamin
Rumus : =
(
(
)
)
x 100%
2. Persentase jumlah pasien berdasarkan berdasarkan umur
Rumus : =
(
(
3. Rerata jumlah item obat per lembar resep
Rumus : =
(
(
)
)
x 100%
)
)
4. Peresepan obat hipertensi sesuai golongan obat
Rumus : =
(
(
)
)
100%
39
5. Persentase jenis obat hipetensi
(
Rumus : = (
)
)
100%
6. Persentase jenis obat penyerta dengan jumlah item resep
Rumus : =
(
(
)
7. Persentase peresepan obat generik
(
Rumus : = (
)
)
)
100
100%
8. Persentase peresepan yang sesuai dengan Formularium Nasional
Rumus : =
(
(
)
)
x100%
9. Persentase peresepan yang sesuai dengan Formularium Puskesmas
Rumus : =
(
(
)
)
x100%
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Puskesmas Rawat
Inap Simpur Kota Bandar Lampung diperoleh 100 sampel dengan kriteria
hipertensi dengan obat penyerta pada pasien rawat jalan. Sampel tersebut
diambil pada periode Januari-Maret Tahun 2019. Adapun rincian sampel yaitu
sebagai berikut.
1. Krakteristik Pasien
a. Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil penelitian persentase pasien hipertensi berdasarkan
jenis kelamin dapat dilihat pada table berikut.
Table 4.1 Distribusi Frekuensi Pasien Hipertensi Berdasarkan Jenis
Kelamin di Puskesmas Rawat Inap Simpur Kota Bandar Lampung
Pada Periode Januari-Maret Tahun 2019.
No
Jenis Kelamin
1
Perempuan
2
Laki – laki
Jumlah
Frekuensi
63
37
100
Persentase (%)
63%
37%
100%
Berdasarkan tabel 4.1 didapatkan bahwa persentase jenis kelamin pasien
perempuan sebesar 63% dan pasien laki-laki sebesar 37%.
b. Umur Pasien
Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa pasien hipertensi
berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pasien Hipertensi Berdasarkan Umur
Pasien di Puskesmas Rawat Inap Simpur Kota Bandar Lampung
Pada Periode Januari-Maret Tahun 2019.
No
1
2
3
4
Jumlah
Umur
Remaja ( 17 – 25 Tahun )
Dewasa ( 26 – 45 Tahun )
Lansia ( 46 – 65 Tahun )
Manula > 65 Tahun
frekuensi
0
11
66
23
100
40
Persentase (%)
0%
11%
66%
23%
100%
41
Berdasarkan tabel 4.2 didapatkan bahwa persentase tertinggi pada Lansia (4665 tahun) sebesar 66%.
2. Jumlah item obat dalam satu kali peresapan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukan bahwa
rata-rata jumlah item obat per lembar resep di Puskesmas Rawat Inap Simpur
Kota Bandar Lampung Tahun 2019, adalah 3 item obat setiap kali peresepan
dengan jumlah resep 100-120 resep perhari.
Table 4.3 Distribusi Frekuensi Pasien Hipertensi dengan Jumlah Obat dalam
satu kali peresepan di Puskesmas Rawat Inap Simpur Kota Bandar
Lampung Pada Periode Januari-Maret Tahun 2019.
No
1
2
3
4
5
6
Jumlah
Item obat
1 item obat
2 item obat
3 item obat
4 item obat
5 item obat
6 item obat
Frekuensi Resep
0
7
45
34
13
1
100
Berdasarkan tabel 4.3 didapatkan bahwa jumlah rata-rata item obat
dalam satu kali peresepan adalah 3 item obat sebanyak 45 lembar resep.
3. Golongan obat hipertensi
Berdasarkan hasil penelitian jumlah golongan obat yang paling banyak
digunakan di Puskesmas Rawat Inap Simpur Kota Bandar Lampung periode
Januari-Maret Tahun 2019 adalah.
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Golongan Obat Hipertensi di Puskesmas
Rawat Inap Simpur Kota Bandar Lampung Pada Periode JanuariMaret Tahun 2019.
No
1.
Nama Obat
Angiostensin Convesting enzyme
inhibitor / ACE-I
Antagonis reseptor Blocker / ARB
Calcium Channel Blocker / CCB
Beta-Blocker /BB
Diuretik
Angiostensin Convesting enzyme
inhibitor / ACE-I dan Diuretik
2.
3.
4.
5.
6.
Jumlah
Frekuensi
0
Persentase (%)
0%
0
96
0
0
4%
0%
96%
0%
0%
4%
100%
100%
Berdasarkan tabel 4.4 didapatkan bahwa persentase golongan obat
hipertensi di Puskesmas Rawat Inap Simpur Kota Bandar Lampung Tahun
42
2019 yang paling banyak adalah golongan obat Calcium Channel Blocker/CCB
sebesar 96 lembar resep 96%
4. Jenis Obat Hipertensi
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan jenis obat Hipertensi di
Puskesmas Rawat Inap Simpur Kota Bandar Lampung periode Januari-Maret
Tahun 2019.
Table 4.5 Distribusi Frekuensi Jenis Obat Hipertensi di Puskesmas Rawat
Inap Simpur Kota Bandar Lampung Pada Periode Januari-Maret
Tahun 2019.
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Jumlah
Nama obat
Captopril
Candesartan
Amlodipine
Proponolol
Furosemide
Captopril dan furosemide
Frekuensi
0
0
96
0
0
4
100%
Persentase (%)
0%
0%
96%
0%
0%
4%
100%
Berdasarkan tabel 4.5 didapatkan bahwa persentase jenis obat tertinggi di
Puskesmas Rawat Inap Simpur Kota Bandar Lampung periode Januari-Maret
Tahun 2019 yang paling banyak adalah obat Amlodipine sebesar 96% dari data
registrasi diagnosa.
5. Jenis Obat Penyerta
Berdasarkkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukan bahwa
jenis obat penyerta di Puskesmas Rawat Inap Simpur Kota Bandar Lampung
Tahun 2019, adalah 9 item obat.
Table 4.6 Distribusi Frekuensi jenis Obat Penyerta dari 100 Lembar resep di
Puskesmas Rawat Inap Simpur Kota Bandar Lampung Pada Periode
Januari-Maret Tahun 2019.
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Nama obat
B.complex
Kalium diclofenac
Meloxicam
Paracetamol
Cetirizine
Allupurinol
Simvastatin
Ibuprofen
Metformin
Frekuensi
83
22
8
23
4
3
6
5
8
Jumlah lembar
resep
100
100
100
100
100
100
100
100
100
Persentase (%)
83%
2%
8%
23%
4%
3%
6%
5%
8%
43
Berdasarkan tabel 4.6 didapatkan bahwa persentase obat penyerta di
Puskesmas Rawat Inap Simpur Kota Bandar Lampung periode Januari-Maret
Tahun 2019 yang paling banyak adalah B.complek sebesar 83 lembar resep
83%.
6. Peresepan Obat Generik
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan Persentase peresepan obat
generik di Puskesmas Rawat Inap Simpur Kota Bandar Lampung periode
Januari-Maret tahun 2019.
Table 4.7 Distribusi Frekuensi Obat Generik di Puskesmas Rawat Inap Simpur
Kota Bandar Lampung Pada Periode Januari-Maret Tahun 2019.
No
1.
2.
Golongan Obat
Persentase (%)
100%
0%
Generik
Non Generik
Berdasarkan tabel 4.7 didapatkan bahwa persentase obat generik dan non
generik pada pasien yang didapat adalah persentase obat pasien hipertensi
dengan nama generik sebesar 100%, dari data registrasi diagnosa, sedangkan
untuk obat hipertensi dengan Non Generik sebanyak 0%.
7. Obat yang diresepkan sesuai dengan Formularium Nasional
Berdasarakan hasil penelitian obat hipertensi yang diresepkan sesuai
dengan Formularium Nasional di Puskesmas Rawat Inap Simpur Kota Bandar
Lampung Periode Januari-Maret Tahun 2019 Adalah.
Table 4.8 Distribusi Frekuensi pasien Hipertensi sesuai dengan Formularium
Nasional di Puskesmas Rawat Inap Simpur Kota Bandar Lampung
Pada Periode Januari-Maret Tahun 2019.
No
Formularium
1
Sesuai
2
Tidak sesuai
Jumlah
Berdasarkan
tabel
Frekuensi
100
0
100
4.8
didapatkan
bahwa
Persentase(%)
100%
0%
100%
kesesuaian
dengan
Formularium Nasional sebesar 100% dari data registrasi diagnosa di
Puskesmas Rawat Inap Simpur Kota Bandar Lampung Periode Januari-Maret
Tahun 2019.
44
8. Obat yang diresepkan sesuai dengan Formularium Puskesmas
Bedasarkan Persentase obat hipertensi yang diresepkan sesuai dengan
Formularium Puskesmas Rawat Inap Simpur Kota Bandar Lampung Periode
Januari-Maret Tahun 2019 Adalah.
Table 4.9 Distribusi Frekuensi sesuai dengan Formularium Puskesmas di
Puskesmas Rawat Inap Simpur Kota Bandar Lampung Pada Periode
Januari-Maret Tahun 2019.
No
Formularium
1
Sesuai
2
Tidak sesuai
Jumlah
Frekuensi
100
0%
100
Persentase (%)
100%
0%
100%
Berdasarkan tabel 4.9 didapatkan bahwa persentase kesesuaian dengan
Formularium Puskesmas sebesar 100% dari data registrasi diagnosa, di
Puskesmas Rawat Inap Simpur Kota Bandar Lampung Periode Januari-Maret
tahun 2019.
B. Pembahasan
1. Karakteristik Pasien
a. Jenis Kelamin pasien
Berdasarkan hasil penelitian seperti yang terlihat pada tabel 4.1
menunjukan bahwa penyakit hipertensi lebih banyak dialami pada perempuan
63% dibandingkan laki-laki 37%. Hal tersebut sejalan dengan hasil
RISKESDAS (2013) yang menunjukan bahwa pasien hipertensi di Provinsi
Lampung lebih banyak dialami pada perempuan dibandingkan laki-laki.
Menurut JNC VII, perempuan yang menggunakan kontrasepsi oral
cendrung memiliki resiko penyakit hipertensi dan tekanan darah akan terus
meningkat dengan lama penggunaannya. Selain itu, perempuan yang memasuki
masa monopouse akan terjadi penurunan hormon estrogen secara tajam.
Akibatnya, pembuluh darah arteri menjadi kaku, serta merusak lapisan sel
dinding pembuluh darah (endotil) keadaan itu dapat memicu terjadinya
pembentukan plak dan mengakivsi system tubuh yang dapat meningkatkan
tekanan darah.
45
b. Umur Pasien
Berdasarkan hasil penelitian seperti yang terlihat pada tabel 4.2
menunjukan bahwa penyakit hipertensi pada pasien hipertensi pasien Lansia
66% manula 23% dan dewasa 11%. Menurut penelitian (E. rahajeng dan S.
Tuminah (2007) dalam Lutfiyati, dkk 2017:15, tekanan darah bertambah secara
perlahan dengan bertambahnya umur karena pengerasan pembuluh darah.
2. Jumlah item obat dalam satu kali peresapan
Berdasarkan data yang telah diperoleh dari data harian pasien di
Puskesmas Rawat Inap Simpur Kota Bandar Lampung Periode Januari-Maret
Tahun 2019 menunjukan bahwa jumlah obat perlembar resep adalah 3 item
obat. Sejalan dengan penelitian astri angraini tentang pola peresepan pada
penderita hipertensi usia lanjut di puskesmas tanjung sari natar kecamatan natar
lampung selatan menununjukan bahwa jumlah obat perlembar resep adalah 3
item obat. Pada penelitian WHO (1993) di indonesia pernah dilakukan tentang
peresepan Indikator peresepan adalah 3,3 dibandingkan dengan penelitian
WHO terhadap data yang dihasilkan di Puskesmas Rawat Inap Simpur Kota
Bandar Lampung Periode Januari-Maret Tahun 2019 lebih baik. Data
penelitian yang didapat menunjukan bahwa puskesmas rawat inap simpur telah
melakukan pelayanan kesehatan tersebut lewat peresepan obat yang lebih baik,
puskesmas rawat inap simpur kota Bandar lampung ini menyelenggarakan
pelayanaan pengobatan bagi pasien rawat jalan dan rawat rawat inap.
3. Golongan Obat Hipertensi
Berdasarkan data yang diperoleh golongan obat yang paling banyak
digunakan adalah golongan Calcium Channel Blocker/CCB 96%, sejalannya
dengan penelitian astri anggraini tentang tentang pola peresepan pada penderita
hipertensi usia lanjut di puskesmas tanjung sari natar kecamatan natar lampung
selatan menunjukan bahwa golongan obat hipertensi calcium channel
bloker/CCB sebanyak 54%, angiostensin-convesting enzyme inhibitor/ACE-I Diuretik 4%.
46
4. Jenis Obat Hipertensi
Berdasarkan penelitian yang telah didapat obat yang paling banyak
digunakan adalah amlodipine sebanyak 96 obat 96%, captopril dan furosemide
sebanyak 4%. Hal ini dikarnakan amlodipine memiliki terapi utama hipertensi
dan dapat digunakan sebagai obat tunggal untuk mengontrol tekanan darah
pada sebagian besar pasien. Efek samping yang ditimbulkan pada obat
amlodipin adalah sakit kepala, muntah, kelelahan, mengantuk dan pusing (ISO,
VOL 50, 2016:230). Dibandingkan efek samping captopril
Kombinasi
antihipertensi biasanya sangat efektif digunakan pada hipertensi stage 2 dan
pada kasus hipertensi dengan penyakit penyerta. Efek captopril yaitu sebagai
vasodilator dan mengurangi retensi garam serta air (Lutfiyati,dkk, 2017:17).
5. Jenis Obat Penyerta
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan menunjukan bahwa jenis obat
penyerta perlembar resep di Puskesmas Rawat Inap Simpur Kota Bandar
Lampung Tahun 2019, bahwa rata-rata jumlah item obat penyerta yang paling
banyak diresep adalah 9 item obat. Berdasarkan hasil dari penelitian 100 data
dari resep perhari pasien yang dapat menjelaskan bahwa jenis obat penyerta
yang paling banyak digunakan di Puskesmas Rawat Inap Simpur Kota Bandar
Lampung periode Maret-Mei Tahun 2019, obat penyerta yang paling banyak
digunakan pada obat B.complek sebanyak 83 atau 51,2%
paracetamol
sebanyak 23 obat 14,1% dan Kalium diclofenac 22 obat 13,5%.
6. Obat Generik Dan Non Generik
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan persentase obat generik yang
berada di Puskesmas Rawat Inap Simpur Kota Bandar Lampung Tahun 2019
sebanyak 100%. Dari penelitian WHO (1993) yang dilakukan di Indonesia
indikator obat generik sebanyak 59%. Puskesmas rawat inap simpur juga tetap
menyediakan fasilitas pasien dengan jaminan Kesehatan BPJS. Sehingga
kecendrungan lebih besar memakai obat generik, mengingat obat generik
adalah obat yang ditunjukan oleh pemerintah untuk meringankan beban pasien
dalam hal pengobatan, dan lebih efisiensi dalam meningkatkan pemerataan
kesehatan masyarakat sebagai implementasi UU No. 40 tahun 2014 tentang
Jaminan Sosial Nasional (SJSN), dibentuk badan penyelenggara jaminan sosial
47
yang terdiri dari BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenaga Kerjaan. BPJS kesehatan
mulai beroperasi tanggal 1 januari 2014, dengan keberadaan institusi baru ini
tingkat pelayanaan kesehatan mengalami perubahan paradigma dari semula
pelayanan berbasis free for service ( staff pertindakan ) menuju kemananged
care yang bertumpu pada pembayaran prospektif. Dengan adanya BPJS maka
system pembayaran berubah menjadi ansuransi sehingga pasien tidak perlu
meronggoh kantong untuk membayar jasa medis dokter.
7. Peresepan obat Hipertensi sesuai Formularium Nasional
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dari data hariaan pasien di
Puskesmas Rawat Inap Simpur Kota Bandar Lampung Periode Januari-Maret
Tahun 2019, diketahui bahwa persentase obat yang diresepkan sesuai dengan
Formularium Nasional sebanyak 100%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagaian
besar peresepan obat yang dilakukan di puskesmas rawat inap simpur telah
melaksanakan pemberian obat sesuai dengan ketetepan Formularium Nasional
dan puskesmas rawat inap simpur mengikuti obat dari dinas kesehatan. Dengan
adanya Fornas pasien akan mendapatkan obat terpilih yang tepat, berkhasiat,
bermutu, aman dan terjangkau sehingga akan mencapai derajat kesehatan yang
tinggi.
8. Peresepan obat Hipertensi kesesuain dengan Formularium Puskesmas
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dari hariaan pasien di
puskesmas Rawat Inap Simpur Kota Bandar lampung tahun 2019 menunjukan
bahwa persentase kesesuain obat dengan formularium puskesmas adalah 100%
.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan dan hasil penelitian di Puskesmas Rawat Inap Simpur Kota
Bandar Lampung dapat disimpulkan bahwa :
1. Jenis kelamin pasien pada perempuan didapati (63%).
2. Umur pasien yang tertinggi adalah Lansia(46-65 tahun) sebanyak 66 orang
(66%).
3. Jumlah obat dalam satu kali peresepan sebanyak 3 item obat.
4. Persentase golongan obat hipertensi yang tertinggi adalah golongan Calcium
Channel Blocker / CCB sebanyak 96 obat (96%).
5. Jenis obat hipertensi yang tertinggi adalah obat amlodipine sebanyak 96 obat
(96%).
6. Jenis obat penyerta yang paling banyak digunakan adalah obat B.complek
sebanyak 83 obat (83%).
7. Persentase Obat generik didapatkan (100%).
8. Persentase peresepan obat hipertensi yang sesuai dengan Formularium
Nasional adalah (100%).
9. Persentase Peresepan obat Hipertensi yang sesuai dengan Formularium
Puskesmas adalah (100%).
48
49
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, saran yang dapat diberikan adalah sebagai
berikut :
1. Bagi Puskesmas diharapkan dapat menjadi masukan untuk pengadaan jenis
obat hipertensi dipuskesmas rawat inap simpur kota bandar lampung.
2. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat meneliti interaksi obat penyerta dalam
kombinasi obat hipertensi.
50
DAFTAR PUSTAKA
AS, Muhammad. 2010. Hidup Bersama Hipertensi Seringai Darah Lengkap
Sang Pembunuh Sekejab Yogyakarta: PT.In Books. 2010, 24 halaman.
Anggarini,Astri. Pola Peresepan Pada Penderita Hipertensi Usia Lanjut Di
Puskesmas Tanjung Sari Natar Kecamatan Natar Kabupaten Lampung
Selatan. KTI DIII Jurusan Farmasi Poltekes Kemenkes Tanjung Karang
Lampung.
Anonim. 2003. JNC 7 Express, The Seventh Report Of The Join National
Committee On Prevention, Detection, Evaluation And Treatment Of High
Blood Pressure,U.S Departemen Of Health And Human Service.
Taketomo,Carol.PharmD. 2010-2011. Pediatric Dosage HandBook.Lexi-Comp.
2010-2011, 93 halaman.
Dr,susilo,Yekti,dkk. 2011. Cara Jitu Mengatasi Hipertensi.Bahayanya, Diagnosis
& Mitos Pencegahan & Terapi Penyembuha. Yogyakarta: PT.C.V Andi
Offset. 2011, 25 halaman.
Dr. Widharto. 2007. Bahaya Hipertensi, Jakarta:PT. Sunda Kelapa Pustaka. 31
halaman.
Dinas Kesehatan Provinsi Lampung. 2015. Profil Kesehatan Provinsi Lampung
Lampung.
E. Rahajeng and S. Tuminah. 2007 .”Pravalensi Hipertensi dan Determinannya di
Indonesia,”.
Goodman & Gilman. 2010. Manual Farmakologi dan Terapi Rangkuman Praktik
dari Buku Ajar Farmakologi Terbaik Dunia manual of pharmacology and
therapeutics: Jakarta :EGC. 2010, 507 halaman.
IAI.2016 ISO ( Ilmu Spesialite Obat ). 2016 Vol 50. 287 halaman.
Infodatin Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Tahun 2014, Hipertensi. 2014, 5 halaman.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Modul Penggunaan Obat
Rasional. 2011, 24 halaman.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2014, Tentang
Standar Pelayanaan Kefarmasian Di Puskesmas. 3 halaman.
51
Keputusan Menteri Kesehatan Repblik Indonesia, Nomor 659. 2017. Tentang
Formularim Nasional. 2017, 1 halaman.
Kementrian kesehatan RI. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36
Tahun 2009, Tentang Kesehatan. Jakarta. 2009, 1 halaman.
Lutfiyant, Heni. 2017. Pola penggobatan Hipertensi pada Lansia di Puskesmas
Windusari, Kabupaten Magelang.15 Halaman
Masturoh dan Anggita. 2018. Metedologi Penelitian Kesehatan Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia. 2018, 18 halaman.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metedologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT.
Rineka Cipta. 2010, 236 Halaman.
Keputusan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan. 2014.
Pedoman Penerapan Formularium Nasional. 2014, 19 halaman.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun. 2014.
Tentang Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional. 2014, 3
halaman.
Profil Puskesmas Rawat Inap Simpur Kota Bandar Lampung Tahun 2015
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun. 2014.
Tentanng Pusat Kesehatan Masyarakat. 2014, 2 halaman.
Peraturan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Nomor 82 Tahun. 2014.
Tentang Penggulangan Penyakit Menular.2014, 2 halaman.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 71 Tahun. 2015.
Penanggulangan Penyakit Tidak Menular. 2015, 1 halaman.
Peraturan menteri kesehatan republic Indonesia nomor 74 tahun. 2016.
Pelayanaan kefarmasian di Puskesmas. 2016, 19 halaman.
Pusat Data Dan Informasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2012.
Penyakit Tidak menular. 2012, 1 halaman.
Pudiastuti Ratna dewi. 2013. Penyakit-penyakit Mematikan Yogyakarta: PT. nuha
medika. 2013, 18 halaman.
Riset Kesehatan Dasar. 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kementrian Kesehatan RI tahun, 2017. 8 halaman.
Tarigan,dkk. 2013. Pola Peresepan dan Kerasionalan Penggunaan Antihipertensi
Pada Pasien Dengan Hipertensi di Rawat Jalan Puskesmas Simpur Periode
Januari-juni 2013 Bandar Lampung.
52
Syamsuni,H,A. 2006. Ilmu Resep, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran, EGC.
2006, 18 halaman.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun, 2009. Tentang Kesehatan.
2009, 1 halaman.
Wahyu, rahayu, utami ningsih. 2009. Mengenal dan Mencegah Penyakit Diabetes,
Hipertensi, Jantung dan Store untuk hidup yang lebih berkualitas
Yogyakarta: Media Ilmu. 2009, 36 halaman.
52
LAMPIRAN
53
Lampiran 1. Surat Izin Penelitian Direktur Politeknik Kesehatan Tanjung Karang
54
Lampiran 2. Surat Rekomendasi Penelitian Kesbangpol (Kesatuan Bangsa Dan Politik)
Provinsi Lampung
55
Lampiran 3. Surat Izin Penelitian Kesbangpol (Kesatuan Bangsa Dan Politik) Kota
Bandar lampung
56
Lampiran 4. Surat Izin Penelitian di Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung
57
Lampiran 5. Surat Izin Puskesmas Rawat Inap Simpur
58
Lampiran 6. Alur penelitian
Alur Penelitian
Surat keterangan pra
penelitian
Survei pra penelitian
Membuat proposal penelitian
Perizinan Penelitian
Pengumpulan data
Mengolah data
Menganalisa data
Membuat presentase
data kesimpulan
59
Lampiran 7. Lembar Pengambilan dan Pengolahan Data Penelitian
Lembar Pengambilan dan Pengolahan Data Penelitian
9
9
9
-
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Tidak sesuai
sesuai
Tidak sesuai
Sesuai
Tidak sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Obat yang sesuai dengan Formularium Nasinal
(1=sesuai,2=tidak sesuai)
8
8
8
-
Obat yang sesuai dengan Formularium Nasiona
l
7
7
-
Pereesapan obat generik (1=Generik 2= Nnon
Generik
-
9. Metformin
5
5
-
8. Ibuprofen
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
-
7. Simvastatin
6. Allupurinol
3
3
-
5. Cetirizine
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
-
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
4. Paracetamol
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
1
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
3.meloxicam
5
5
5
-
1. B.com
Diuretik
-
2.Kalium . Diclofenac
5.
Beta – Blocker / BB
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
-
Jumlah item obat hipertensi
4.
Calcium channel blocker / CCB
59
1
1
1
-
3.
5
5
5
-
Antagonis reseptor blocker / ARB
Angiostensi converting enyme
inhibitor /
ACE-I
-
-
2.
1.
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
5.Furosemide
-
4.Propranolol
3.Amlodipine
1
1
1
-
2.Candesartan
3
3
2
3
2
2
6
3
2
4
3
3
2
3
3
3
3
3
3
5
4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
2
3
5
2
3
1.Captopril
2
2
2
2
2
2
2
1
1
2
2
1
2
1
2
2
1
2
1
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
2
1
2
2
1
jumlah item obat peresep(1=1,2=2,3=3,4=4,5=5,6=6)
P
P
P
P
P
P
P
L
L
P
P
L
P
L
P
P
L
P
L
L
P
L
P
L
P
L
P
L
P
L
P
L
P
P
L
P
P
L
Jenis Kelamin (1=laki-laki,2=perempuan
2
2
4
3
3
2
4
3
3
5
3
4
4
3
3
3
3
3
4
3
4
4
3
4
3
3
3
3
3
2
4
2
3
3
3
3
3
3
Jenis Kelemin
45
42
67
64
53
45
73
61
50
66
55
71
68
58
50
52
64
50
66
48
70
72
65
71
52
53
55
63
50
44
71
39
47
52
55
64
63
58
Usia (1=17-25,2=26-45,3=46-65,4=>65)
Maryani
Tutik
Rosidah
Maria
Halimah
Sanovia
Herlina
Kliwon
Soni
Aminah
Maymunah
Djamil
Nawiyah
Edi
Katina
Herdayani
Abdullah
Nofiah
Romli
Rudiono
Ningsih
Sobari
Hasanah
Yohanes
Yurnita
Zainal
Sukarwati
Syaril
Karwiyah
Askah
Emirosidah
Syipulloh
Neni salma
Juju
Bari
Hasanah
Nuraini
Samsul
Usia
Nama
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
Obat penyerta
Obat Hipertensi
1
1
1
1
1
1
1
2
1
2
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
60
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
Sariem
Eddy
Sali
Tason
Darwati
Aipah
Nurhaeni
Musmairah
Basirom
Elimayani
Nurbaiti
M.sabir
Sanariah
Maymainah
Solibah
Cikmas
Sukidah
Yanto
Mulyani
Rohani
Suri
Endah
Rahmawati
Mira
Sodibah
Budirom
Sumiyati
Sobirin
Tasmania
Murni
Ani
Endah
Een
Hasanudin
Sobari
Rosita
Romi
Jauhari
Hendra
Fariman
Musgih
Kaswanto
Solatiah
Juriawan
Siri aisyah
M. yunus
Niati
Narul
Raman
Suhendra
Kartini
Romi
Sumiyati
Aminah
Syaidah
Ade
Efi
Ami
sushihaya
Rohmi
Marhamah
Bondan
73
69
59
70
66
42
60
43
45
47
54
74
63
43
60
49
50
57
58
73
63
52
54
34
43
70
62
71
57
54
55
42
45
45
72
58
69
56
49
58
60
53
56
60
69
68
48
75
50
58
55
47
56
40
62
52
49
55
63
60
50
70
4
4
3
4
4
2
3
2
2
3
3
4
3
2
3
3
3
3
3
4
4
4
4
2
2
3
3
4
3
3
3
2
2
2
4
3
4
3
3
3
3
3
3
3
4
4
3
4
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
4
P
L
P
L
P
P
P
P
L
P
P
L
P
P
P
L
P
L
P
P
P
P
P
P
L
L
P
L
P
P
P
P
P
L
L
P
L
L
L
L
L
L
P
L
P
L
P
L
L
L
P
L
P
P
P
P
P
P
P
P
P
L
2
1
2
1
2
2
2
2
1
2
2
1
2
2
2
1
2
1
2
2
2
2
2
2
2
1
2
1
2
2
2
2
2
1
1
2
1
1
1
1
1
1
2
1
2
1
2
1
1
1
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
3
2
3
3
3
3
2
2
2
2
2
3
3
2
2
2
2
3
3
3
2
4
2
2
3
2
2
2
2
2
2
4
3
2
3
3
3
3
3
3
2
2
2
2
3
3
2
2
3
3
2
3
3
3
3
3
4
4
2
2
2
2
1
-
-
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
-
5
-
60
1
-
--
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
-
5
-
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
-
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
-
3
3
3
3
3
3
-
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
-
5
-
6
6
-
7
7
-
8
8
-
9
9
-
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Tidak sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
61
Lampiran 8. Pengolahan data
Pengolahan Data Penelitian:
Berdasarkan penelitian yang berjudul “ pola peresepan Antihipertensi pada pasien rawat
jalan Di Puskesmas rawat inap simpur kota bandarlampung periode januari-maret tahun
2019” didapat data sebagai berikut
Jumlah responden
: 100 pasien
Persentase obat generik
: 100%
Jumlah obat yang paling banyak digunakan
: 96 obat
Jumla Jumlah obat sesuai formularium puskesmas
: 100% obat
Jumlah obat sesuai dengan formularium nasional
: 100% obat
Perhitungan :
1) Persentase jumlah pasien berdasarkan jenis kelamin.
(
100%
)

Perempuan =
100% = 63%

Laki-laki
100% = 37%
=
Persentase jumlah pasien berdasarkan umur
(
100%
)

Dewasa

Lansia
=

Manula
=
2)
Peresepan obat hipertensi sesuai golongan obat
Ʃ(

100% = 11%
=
ℎ
100% = 66%
100% = 23%
Ʃ(
ℎ
ℎ
Calcium Channel Blocker/ CCB
=
)
)
100%
100% = 96%
62

Angiostensin Convesting enyme inhibitor dan forosemide

=
100% = 4%
3) Persentase jenis obat hipetensi
Ʃ(
)
Ʃ(

Amlodipin
=

Captopril dan Furosemide
=
100%
)
100% = 96 %
100% = 4%
4) Persentase jenis obat penyerta dengan jumlah item
Ʃ(
Ʃ(
 B. complex
=
 Kaliun diclofenac
=
 Meloxicam
=
 Paracetamol
=
 Cetirizine
=
 Allupurinol
=
 Simvastatin
=
 Ibuprofen
=
 Metformin
=
)
)
100% = 83%
100
100% = 22%
100% = 8%
100% = 23%
100% = 4 %
100% = 3%
100% = 6%
100% = 5%
100% = 8%
5) Persentase peresepan obat generik
Ʃ(
)
Ʃ(

Generik
=
)
100% = 100%
100%
6) Persentase peresepan yang sesuai dengan Formularium Nasional
Ʃ(
Ʃ(
)
 Sesuai dengan Formularium Nasional =
)
x100%
100% = 100%
63
7) Persentase peresepan yang sesuai dengan Formularium Puskesmas
Ʃ(
Ʃ(

)
Sesuai dengan Formularium Puskesmas =
)
x100%
100%= 100%
64
Lampiran 9. Dokumentasi Pengambilan Data Penelitian
1. Gambar Halaman depan Puskesmas RawatInap Simpur Kota Bandar Lampung
2. Gambar Formularium Puskesmas
65
3. Gambar Formularium Puskesmas
3. Gambar Resep
66
5. Gambar Pengambilan Resep
67
Lampiran 10. Lembar Perbaikan Hasil LTA
68
Lampiran 11. Lembar Kegiatan Bimbingan LTA Pembimbing I
69
70
Lampiran 12. Lembar Kegiatan Bimbingan LTA Pembimbing II
71
Download