Dari Redaksi Salahsatu syarat membangun perubahan adalah terciptanya kesadaran rasional. Instrumen yang dibutuhkan untuk itu salahsatunya, asupan informasi yang relevan dengan kebutuhan perubahan. Untuk itulah BUMDES UPDATE lahir. BUMDES UPDATE adalah media pendidikan sosial untuk mendorong kesadaran pentingnya gerakan perubahan bagi desa menuju sejahtera. Terbit bulanan dalam bentuk digital, media ini menyuguhkan tema terpilih sesuai kebutuhan isu yang sedang menjadi kebutuhan perubahan di desa. Diracik dengan gaya penulisan yang renyah, informatif sekaligus inspiratif, BUMDES UPDATE memberikan berbagai pandangan baru mengenai bagaimana menciptakan perubahan di desa sekaligus mengisahkan berbagai langkah desa lain yang telah berhasil menjalankannya. Bumdes Update i Edisi kali ini BUMDES UPDATE mengangkat tema ‘Saatnya Anak Muda Kembali ke Desa’. Kenapa anak muda? Karena golongan ini memiliki segudang kekuatan yang sangat strategis mendorong desa mereka menjadi maju dan membahana. Kami ulas beberapa kisah sukses mereka dan bagaimana mereka melakukannya. Semuanya kami sajikan untuk Anda, karena kami ingin semua desa di seluruh nusantara terberdaya membangun diri dan sejahtera. Selamat membaca. Redaksi TIM REDAKSI Dewan Redaksi: Rudi Suryanto, Ari Aji HS Disain Grafis: Syaiful Choirudin Liputan : Tim BUMDes Update ALAMAT SYNCORE BUILDING Jl. Raya Solo Km.9,7 Yogyakarta 55282 Telp. (0274) 488599 | [email protected] Bumdes Update ii Saatnya Anak Muda Kembali ke Desa Beberapa tahun lampau bolehlah Anda menganggap perubahan di desa seperti kereta api kelas ekonomi jaman dahulu yakni bergerak lamban, selalu kalah dengan kereta lain dan fasilitas yang serba terbatas untuk para penumpangnya. Tapi buang jauh pikiran itu sekarang, sebagian desa di berbagai belahan nusantara kini telah berubah menjadi kereta cepat. Mereka melesat dengan berbagai prestasi mengagetkan berbekal potensi yang dimilikinya. Seperti Desa Nglanggeran, Kecamatan Patuk, Gunungkidul, Yogyakarta. Bumdes Update 1 Para pemuda menyulap kumpulan batuan raksasa yang selama jutaan tahun ‘tertidur’ di desa mereka menjadi obyek wisata alam menakjubkan. Itulah Gunung Api Purba Nglanggeran, gegunung batu Andesit berusia 60 juta tahun di tengah lembah permai persawahan. Kini Gunung Api Purba adalah magnit wisata dengan ratusan ribu jumlah pengunjung setiap bulan di Yogyakarta. Keramaian itu tercipta berkat kerja keras para pemuda Desa Nglanggeran dan warga. Tak kenal lelah mereka mendaki ketinggian untuk membersihkan tanah di sela-sela batuan, menanam pohon dan membuat jalan-jalan setapak untuk semua orang. Mereka tak hanya membuat tempat itu menjadi obyek wisata spektakuler sekaligus misterius tetapi juga menyulapnya menjadi penangkap air bagi area persawahan nan subur yang menghampar di bawahnya. Dalam beberapa tahun, Gunung Api Purba menempati posisi atas obyek wisata yang wajib dikunjungi para pelancong yang datang ke Jogja. Di sisi lain, lebih dari 150 pemuda bekerja menjadi pengelola tempat ini, di tambah lagi obyek wisata embung Bumdes Update 2 di puncak bukit, air terjun, rumah cokelat dan puluhan homestay yang bertebaran di seantero desa. Hasilnya, Nglanggeran ditetapkan sebagai Desa Wisata Terbaik se-ASEAN dan mendapat penghargaan bergengsi dari ASEAN Community Bases Tourism Award (ASEAN CBT Award). Prestasi menjulang juga dilahirkan Desa Ponggok, Kecamatan Polanharjo, Klaten, Jawa Tengah. Desa dengan mata air alami yang melimpah ini menjadi kondang malindang berkat Umbul Ponggok, sebuah kolam renang besar dengan air alami, berlantai alam dengan ikan-ikan bersliweran. Ribuan foto Umbul Ponggok bertebaran di berbagai laman digital karena keunikannya. Anda bahkan bisa berfoto dengan pose duduk di kursi lengkap dengan meja dan laptop di atasnya. Boleh juga berpose ngebut di atas motor kesayangan Anda. Semuanya di dalam air. Kreativitas para pemuda Ponggok-lah yang membuat kolam renang alami ini menjadi tujuan wajib semua orang terutama penggemar selfi. Jangan kaget, obyek wisata ini dan ditambah beberapa unit usaha lainnya membuat Bumdes Update 3 Ponggok membukukan pendapatan lebih dari: Rp. 9 Miliar per tahun. Tak hanya wisata yang mengukir sejarah baru di desa. Di Lampung, semangat perubahan meruap dari ruang-ruang kuliah Politeknik Negeri Lampung (Polinela). Ketika kampus lain beramai-ramai membuka program studi yang sedang laris di pasar, kampus ini justru memantapkan diri fokus menggarap pertanian sebagai ladang ilmunya. Ya, Polinela bahkan mengukuhkan diri sebagai Kampus Mitra Tani yang bertekad mengangkat kembali potensi pertanian Indonesia. Bekerjasama dengan Politeknik Eletronika Negeri Surabaya, kampus ini mengembangkan tiga langkah besar di bidang pertanian. Pertama, solusi teknologi informasi untuk pertanian. Bukan main-main, sekarang Bumdes Update 4 ini beberapa lahan pertanian di Lampung sudah bisa dikendalikan dari kotak ajaib Handphone. “ Kapan harus menyiram, kapan harus memupuk, bahkan sistem ini bisa memberitahu ketika tendon air kehabisan stok,” ujar Direktur Polinela Dr. Ir. Sarono, MSi, dalam sambutannya pada TOT Pendampingan BUMDes bersama Tim Bumdes.id dan Sekolah Manajemen BUMDes, beberapa bulan silam. Luar biasa, bukan? Kedua, kampus ini mencetak penyuluh pertanian yang saat ini mengalami kekurangan dalam jumlah besar akibat turunnya minat anak muda pada bidang pertanian. Polinela bekerjasama dengan Pemerintah Provinsi dan Perhimpunan Penyuluh Pertanian Indonesia memberikan beasiswa pada anak-anak petani yang ingin meneruskan perjuangan leluhur mereka. Hasilnya, 250 anak muda dicetak Polinela menjadi penyuluh pertanian dan kini tersebar ke seantero wilayah Indonesia. Karena lahan pertanian berada di wilayah pedesaan maka Polinela juga menempatkan pemahaman mengenai pembangunan desa sebagai fokus yang turut pula digarap. Polinela ingin lulusan yang dicetaknya tak hanya menguasai ilmu pertanian tetapi juga memahami dinamika pembangunan ekonomi pedesaan. Maka pemahaman mengenai desa ditempatkan sebagai fokus ketiga. Tak tanggung-tanggung, Polinela menggelar Bumdes Update 5 Training of Trainer (TOT) selama dua hari. 35 peserta mengikuti perhelatan ini, mereka adalah 5 orang dosen dan 30 mahasiswa pilihan penerima beasiswa anak tani. Bak gayung bersambut, para mahasiswa kampus ini juga sangat antusias membangun pertanian di Indonesia. Dengan khidmat mereka mengikuti seluruh sesi TOT. Mulai dari materi mengenai Filosofi BUMDes yang disampaikan Rudi Suryanto yang juga membedag peraturan dan perundangundangan yang terkait dengan BUMDes. Kisah sukses BUMDes Ponggok yang diberikan Yanni, salahsatu tokoh dibalik suksesnya Ponggok menjadi desa berpendapatan tinggi juga di’lahap’ dengan sungguhsungguh oleh para mahasiswa. Begitu bersemangatnya para Bumdes Update 6 mahasiswa membangun desa sehingga meski dihelat pada SabtuMinggu tapi acara ini sukses menciptakan pemahaman para mahasiswa mengenai dasar pemikiran BUMDes dan contoh praktik BUMDes yang berhasil. Pelatihan hari pertama ini juga mengundang Dr Nurdiono dan Dr. Juanidi. Dr Nurdiono yang seorang dosen sekaligus pengusaha sukses di Lampung membeber secara tuntas mengenai pemetaan potensi desa, pemilihan usaha sekaligus cara membuat studi kelayakan. Sedangkan Dr Junaidi mengupas praktik Akuntansi BUMDes yang bakal sangat dibutuhkan desa-desa dalam mengembangkan potensinya. Hari kedua para mahasiswa membuat pemetaan potensi sekaligus menyusun proposal usaha untuk dikembangkan desa sebagai unit usaha. Terbukti, meski baru mulai mengenal potensi pembangunan ekonomi desa sehari sebelumnya tetapi mereka mampu menciptakan propolan usaha dengan apik. Jelas sudah, beberapa fakta di atas menjelaskan, anak-anak muda sekarang ini sudah tak lagi memandang desa sebagai daerah Bumdes Update 7 tertinggal. Sebaliknya, kiprah para muda ini mulai memunculkan beragam karya besar di desanya masing-masing seperti yang mereka telah buktikan di Nglanggeran, Ponggok dan berbagai desa lainnya di berbagai belahan nusantara. Pada banyak sisi anak muda memang memiliki segudang keunggulan mulai dari kemampuan berpikir, penguasaan teknologi dan tentu saja energi anak muda yang luar biasa. Di tangan mereka jelas bakal lahir beragam inovasi dan lompatan menuju desa yang sejahtera. Maka inilah saatnya Anak Muda Kembali ke Desa untuk mewujudkan beragam mimpi mereka membangun desa sejahtera. Hingga suatu hari semua desa akan melesat cepat bak kereta api ekspres dan merubah wajah desa menjadi entitas yang menjanjikan masa depan yang lebih baik bagi semua penghuninya.** Bumdes Update 8 TARUNA DESA Inilah Cara Anak-anak Muda Membangun Desa Begitu UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa disahkan, nasib desa berubah total. Setelah bertahun-tahun menjadi obyek dan tidak kuasa menata dirinya sendiri, kini desa memiliki kewenangan penuh atas nasibnya. Desa menjelma menjadi subyek yang kekuatannya di akui negara dan memiliki sederet kewenangan yang tak gampang diintervensi. Ini adalah peluang sekaligus tantangan. Desa kini berhak menancapkan visinya, memiliki kekuatan penuh dalam lindungan Bumdes Update 9 Undang undang sekaligus menggenggam amunisi yang dikucurkan langsung dari kantung APBN. Tetapi jangan salah, ini berarti desa harus mandiri menjawab tantangan membangun kesejahteraan berbasis aset dan potensi lokal yang digenggamnya. Potensi? Setiap desa pasti memilikinya. Tapi masalahnya, adalah bagaimana memanfaatkan aset dan potensi itu menjadi modal untuk meningkatkan kesejahteraan warga. Pemerintah telah mendorong lahirnya Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) sebagai wahana yang paling strategis menjawab tantangan ini. Dana desa telah pula berada dalam genggaman tangan desa. Maka masalah paling penting kini adalah desa harus memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) unggul untuk menjalankannya. BUMDes membutuhkan ‘pasukan’ yang kreatif, berani dan memiliki gagasan cemerlang sesuai perkembangan jaman dan peluang yang ada. Siapakah mereka? Pemuda, ya hanya pemudalah yang memiliki kekuatan seperti ini. Pemuda tak hanya unggul karena berada pada usia yang produktif melainkan juga memiliki kemampuan adaptasi yang luar biasa terhadap perkembangan jaman. Bekal pendidikan yang mereka miliki juga bakal menjadi senjata yang hebat bagi mereka menciptakan karya gemilang. Desa harus mewadahi potensi para muda ini dengan menjadikan mereka kekuatan Bumdes Update 10 membangun desa. Sebaliknya, anak-anak muda seharusnya menangkap peluang ini; membangun desa. Kami menyebutnya Program Taruna Desa, sebuah program untuk mengundang para pemuda-pemudi desa di seluruh Indonesia untuk bergerak membangun desa dengan segenap gagasan dan kekuatan mereka. Program ini diperuntukkan bagi mereka yang berusia maksimal 30 tahun, pengurus Karang Taruna dan para pemuda pegiat desa. Bagaimana cara mengikuti program ini? Bumdes.id telah menetapkan alur program yang akan diikuti para calon Taruna Desa mulai dari seleksi berkas, wawancara, tiga hari pelatihan, implementasi program hingga pendampingan dan membangun jejaring Taruna Desa tingkat Nasional. Bumdes Update 11 Apa saja yang bakal didapatkan para calon pembaharu desa ini? Ada banyak dan sangat menantang yakni: 1. Social Entrepreneurship Adalah menciptakan anak muda yang mampu melahirkan gagasan kewirausahaan di desa dengan melihat permasalahan yang tengah terjadi di desanya. Ya, program ini akan menunjukkan bagaimana cara melihat sebuah persoalan di desa sebagai sebuah peluang usaha yang tidak hanya menghasilkan keuntungan profit saja melainkan juga melahirkan banyak manfaat untuk desa. Unik bukan? 2. Transformasional Leadership Program ini akan mencetak lahirnya anak-anak muda pemimpin. Kepemimpinan yang dibangun adalah karakter pemimpin yang memiliki kemampuan mempengaruhi lingkungan sekitar lalu melakukan perubahan di sana. 3. Management Skill Seorang pemimpin yang baik harus memiliki kemampuan memahami permasalahan, merumuskan solusi sekaligus menyusun rencana konkrit Bumdes Update 12 untuk menciptakan perubahan. Untuk itu dibutuhkan Management Skill yang memadai. Bumdes.id telah menyiapkan lima skill yang akan dikuasai para peserta Program Taruna Desa yakni: a. Pemetaan Bentang, ini adalah kemampuan melakukan pemetaan potensi wilayah terutama pedesaan. Anda bakal memiliki kemampuan mengukur, menghitung dan mengamati segala hal dalam suatu wilayah kemudian mengelompokkannya dan mengolahnya menjadi potensi-potensi yang siap dikembangkan. b. Membangun model bisnis. Setelah berhasil melakukan pemetaan, maka Taruna Desa akan memiliki kemampuan memilih model bisnis yang sesuai dengan potensi yang ada dengan pondasi usaha yang kuat. c. Studi kelayakan usaha adalah kemampuan menyusun studi kelayakan usaha sebagai cara menentukan layak dan tidaknya sebuah potensi bisnis dikembangkan. d. Membangun tata kelola dan struktur organisasi adalah kemampuan mengelola lembaga usaha yang telah ditentukan itu. Ini adalah kemampuan untuk menjalankan usaha secara terorganisir serta terstruktur sehingga usaha yang didirikan menjadi usaha yang sustain dan memberikan kemanfaatan besar. Materi ini akan memberikan kemampuan manajemen mumpuni bagi Taruna Desa mulai Bumdes Update 13 dari perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Sedangkan struktur organisasi disusun sebagai pendukung terciptanya Sistem manajemen yang baik. Dengan kemampuan seperti ini maka Taruna Desa bakal lahir sebagai ‘para pembaharu’, para pemimpin muda, senjata bagi desa-desa dalam menciptakan perubahan, melawan hantu kemiskinan yang masih gentayangan pada sebagian besar desa dan menjadikan desa sebagai tempat yang memberikan harapan besar bagi anak-anak muda di masa depan. Sudah saatnya para pemuda berpikir, kini desa juga menjanjikan masa depan cemerlang dan bakal menciptakan nilai hidup yang lebih berarti bagi masa depan. Apa yang lebih hebat dari ini?** Bumdes Update 14 BUMDES KARANGREJEK Cara Hebat Mendorong Arus Balik Pemuda ke Desa Selama bertahun-tahun desa ini dihantui tamu yang selalu datang pada masa kemarau: kekeringan. Jika hantu itu datang, jangankan mengairi sawah atau menyiram tanaman, bahkan warga kesulitan untuk sekedar mandi. Jika bencana itu datang, beberapa bulan warga harus menunggu kedatangan tanki air bantuan pemerintah yang kelewat sedikit untuk kebutuhan air yang begitu banyak. Pada akhirnya, mau tak mau, warga terpaksa merogoh kocek membeli air sendiri untuk kebutuhan keluarga. Ironisnya, situasi itu harus mereka hadapi di tengah himpitan ekonomi yang juga berat. Soalnya, desa ini termasuk dalam golongan Desa Tertinggal. Namanya Desa Karangrejek, Kecamatan Wonosari di Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta. Kalau Anda berusia 45-an tahun dan masih ingat Dunia Dalam Berita TVRI, pasti bencana kekeringan di Gunungkidul bakal selalu tampil sebagai salahsatu berita. Tetapi itu masa lalu, berkat kerja keras BUMDes-nya, desa yang dulu Bumdes Update 15 tertinggal itu kini menjadi salahsatu desa terdepan. Apa yang dilakukan Karangrejek? BUMDes Karangrejek melahirkan perusahaan sosial pengelolaan air minum. BUMDes Karangrejek menetapkan pengelolaan air minum sebagai kiprah mereka menyelesaikan masalah warga sekaligus menciptakan perusahaan yang mampu menciptakan keuntungan profit. Lompatan itu terjadi setelah desa ini menggali sumur alam, karena sesungguhnya puluhan meter di bawah tanah Gunungkidul yang berbatu itu tersimpan jutaan liter air bersih. Hanya saja karena terlalu dalam dan bebatuan yang tak mudah digali, anugerah besar itu belum bisa diangkat. Karangrejek memecahkan tantangan itu dengan menggali sumur Bumdes Update 16 sedalam 150 meter. Hasilnya, 20 liter per detik air ‘muncrat’ dari perut bumi. Di bawah kepemimpinan Ton Martono, Direktur BUMDes, perusahaan air minum desanya segera mengaliri rumah-rumah warga desa. Kerja keras BUMDes berhasil, hantu kekeringan yang gentayangan di rumah-rumah warga kini pergi jauh dan tak pernah kembali. Tercatat PDAM Karangrejek memiliki 1.348 pelanggan air minum. Bukan hanya Desa Karangrejek yang ketiban anugerah air ini melainkan juga desa-desa sebelahnya yakni Desa Duwet, Siraman dan Baleharjo. BUMDes Karangrejek dengan gemilang mengatasi masalah beberapa desa sekaligus. Tak hanya berhasil mengangkat air dari perut bumi, BUMDes ini juga berhasil menciptakan sistem manajemen usaha profesional dengan tetap memanfaatkan SDM dari desa mereka sendiri dalam menjalankan perusahaan air minumnya. Tercatat BUMDes membukukan pendapatan Rp. 700 juta per tahun. “ Dari pendapatan ini BUMDes menyumbang Rp. 74 juta setahun untuk PADes atau setara 20 persen. Sebanyak 40 persen untuk operasional, 5 persen dana pendidikan dan 5 persen dana sosial,” jelas Ton Martono. Dana pendidikan disalurkan kepada para pelajar mulai SD hingga SMU bagi para orangtua yang kurang mampu. Caranya, dana tidak dikucurkan Bumdes Update 17 dalam bentuk uang melainkan tas sekolah, buku dan berbagai kebutuhan untuk sekolah anak-anak. Sedangkan dana sosial diturunkan dalam bentuk dana kesehatan bagi para manula dan warga kurang mampu yang selama ini kesulitan mendapatkan pelayanan kesehatan. BUMDes terbukti menjawab bukan hanya masalah ekonomi tetapi juga beragam masalah sosial. Hasilnya, BUMDes Karangrejek adalah salahsatu BUMDes tempat belajar desa-desa lain dari berbagai pelosok Indonesia. Tak hanya menyemburkan air saja, PDAM desa ini juga terbukti mampu menyemburkan lowongan kerja bagi para pemuda di desanya. Para pemuda yang selama ini pergi ke kota demi mengadu nasib kini tak risau lagi. Soalnya, desa mereka yang dulu Bumdes Update 18 tertinggal kini menjelma menjadi kampung yang permai dan membuka beragam peluang pekerjaan yang bisa menghidupi. Karangrejek membuktikan, kekuatan prakarsa sosial, kemampuan konsolidasi warga yang baik dan kemauan kerja keras tak hanya akan mengatasi masalah sosial tetapi juga bisa menjadi sebuah unit usaha penghasil rupiah sekaligus menyedot kembali para pemudanya untuk pulang membangun hidup di desa dan menjadi sejahtera bersama.** Bumdes Update 19 DISKUSI TERBUKA BUMDES 3 Menggunakan Media sebagai Sarana Meningkatkan Kesejahteraan Desa Bertahun-tahun Suraji, 35 tahun, berkeliling berbagai kota menjual daun pintu kayu dan berbagai perkakas. Mereka menyewa mobil bak terbuka dan menginap di salah rumah penduduk di suatu daerah selama menjalankan pemasaran itu. Selama berhari-hari bapak dua anak ini dengan seorang warga lainnya bakal keliling perkampungan dan berharap warga akan menghentikan Bumdes Update 20 mobilnya, menawar dagangan dan membeli. Tetapi yang selalu terjadi adalah, setelah beberapa hari, setelah mengeluarkan berbagai keperluan untuk makan dan bahan bakar, dagangannya tak juga terjual. Alhasil, terpaksa mereka mengobral dagangannya sehingga keuntungan mereka benar-benar tipis ketika sampai di rumah. Suraji adalah salahsatu warga Desa Temuwuh, Dlingo, Bantul yang mengandalkan keahlian bertukang kayu membuat aneka perabotan untuk membiayai hidup dan keluarganya. Hampir seluruh warga desa ini selama bertahun-tahun menggunakan cara yang dijalankan Suraji untuk membiayai hidup mereka. Hingga kemudian mereka mengenal internet melalui HP dan merubah pola kerja mereka menjadi jauh lebih efisien. Kini mereka tak lagi keliling perkampungan di kota lain demi menjual daun pintu buatan mereka. Mereka kini memilih menjual dagangannya melalui lapak-lapak online alias melalui internet. Mereka memotret produknya, memajangnya di berbagai toko online dan aktif menggunakan media sosial untuk membangun jaringan pasar. Hasilnya? Mereka tinggal memelototi HP mereka dan mendapatkan berbagai pesanan dari sana. Sentot, pengrajin kayu yang lain bahkan seringkali harus menutup akunnya sementara Bumdes Update 21 karena kebanjiran order. Cara ini dengan cepat menciptakan perubahan mencolok di desa itu. Suraji, Sentot dan warga lainnya yang hanya lulusan SD itu sekarang menghemat hampir 80 persen biaya pemasaran konvensional yang dulu mereka jalankan dan merubahnya menjadi keuntungan untuk kantung mereka. Di Desa Tammangale, Polewali Mandar, Sulawesi Barat, para istri nelayan juga berbungah hati. Mereka yang bertahun-tahun menenun sarung ketika suaminya melaut kini bisa menjual sarung tenunannya dengan harga yang jauh lebih baik. Itu berkat penjualan melalui media sosial yang dipelopori kepala desa. Matangalle Bisa, nama BUMDes-nya kini bahkan mengucurkan penyertaan modal untuk mendorong para perempuan desa pesisir itu agar menghasilkan tenun yang lebih baik karena peluang pasar yang terus meluas. Dunia digital memang sedang merubah dunia. Bukan hanya di daerah perkotaan saja melainkan juga merambah wilayah-wilayah desa paling terpencil sekalipun. Internet yang tersambung melalui HP membuat warga desa kini tak perlu lagi merasa ketinggalan jaman. Mereka bisa mengakses apapun yang orang kota baca. Melalui HP warga desa bisa mengasup berbagai pengetahuan baru untuk meningkatkan produktivitas ekonomi. Hanya dengan menuliskan beberapa kata kunci saja mereka kini Bumdes Update 22 bisa tahu bagaimana cara beternak lele yang efektif, membuat jamur tiram dan membuat aneka jenis makanan. Illustration by freepik.com Melalui internet pula mereka kini bisa mendapatkan berbagai informasi mengenai kebijakan dan program pemerintah, membeli pakaian yang paling ‘hits’ hingga membaca berbagai peluang usaha. Tak hanya itu, melalui internet pula mereka bisa menjual aneka produk desa pada jaringan pasar nan luas hampir tidak terbatas. Pendeknya, toko online, media sosial, website, WA dan sebagainya kini bisa mereka sambangi tanpa perlu beranjak dari kursi di beranda rumahnya. Data dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) mengungkap, sepanjang tahun 2017 lalu jumlah pemakai internet di Indonesia tembus angka 143 juta Bumdes Update 23 orang. Itu artinya lebih dari separuh warga negeri ini yang berjumlah 262 juta orang telah aktif menggunakan internet dan menempatkan Indonesia sebagai Negara dengan jumlah pengguna internet ke-6 terbesar di dunia. Sayangnya, dari angka pengguna internet yang besar ini, masih kecil pengguna yang memanfaatkan saluran internet untuk meningkatkan produktivitas ekonomi seperti yang dilakukan Suraji, Sentot dan para perempuan di Tammangale sana. Sampai sejauh ini sebagian besar pengguna memelototi layar HP dan laptopnya untuk kebutuhan pertemanan saja. Dalam jagad pasar online, hingga saat ini masih dikuasai berbagai produk asing. Masih sangat kecil prosentase produk lokal terutama pedesaan pada pusaran online. Padahal sudah jelas, dengan jumlah pengguna yang sangat besar, peluang pasar online Indonesia jelaslah legit menggiurkan. Peluang raksasa inilah yang akan dibedah dalam Diskusi Terbuka BUMDes 3 dengan tema Optimalisasi Media dalam Peningkatan Bumdes Update 24 Kesejahteraan Masyarakat Desa. Dua pembicara berjam terbang tinggi akan membedah tuntas tema ini. Mereka adalah FX Rudy Gunawan, Kadeputin Bidang Komunikasi Politik dan Diseminasi Informasi Kantor Staf Presiden RI dan Muhammad Hafidullah, Co-Founder/CMO PT Rwe Binda, perusahaan Advertising Digital yang sudah malang-melintang di jagat periklanan digital Indonesia. Diskusi bakal dihelat di Kampoeng Mataraman, Desa Panggungharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta, Sabtu 8 Desember 2018. Tidak dipungut biaya alias gratis, diskusi ini digelar pukul 15.00 – 17.30 WIB. Jadi, jika Anda ingin tahu bagaimana desa memanfaatkan teknologi digital untuk membangun kesejahteraannya, inilah forum yang akan menjawab.** Bumdes Update 25 TOKOH MUDA INSPIRATIF Sugeng Handoko dan Perjalanan Menuju Jawara Desa Wisata Jumat, 20 Januari 2017 silam adalah salah satu hari istimewa bagi Sugeng Handoko. Pemuda berumur 27 tahun di hari itu, mewakili desanya yakni Nglanggran, Patuk, Gunungkidul, Yogyakarta sebagai Desa Wisata Terbaik I Indonesia dan mendapat penghargaan bergengsi dari ASEAN Community Based Tourism (CBT) Award 2017. di Singapura. Penghargaan itu diraih Nglanggeran karena berhasil mengembangkan desa wisata dengan prinsip pengelolaan Bumdes Update 26 pariwisata berbasis masyarakat. Desa ini dengan gemilang berhasil menciptakan obyek wisata yang mampu memberikan kontribusi bagi kesejahteraan sosial, melibatkan warga desa sebagai pengurus dan menjaga kualitas lingkungan. Nglanggeran juga dinilai berhasil menyediakan jasa perjalanan wisata dan pramuwisata berkualitas serta berhasil pula menyuguhkan kualitas meliputi makanan, minuman, akomodasi dan kinerja yang friendly tour operator. Sugeng Handoko mewakili desa ini karena dia salahsatu pemuda yang selama ini paling gigih mendorong Nglanggeran menjadi desa wisata paling popular di Yogyakarta. Berkat kerja keras Handoko dan para pemuda lainnya, jajaran bebatuan andesit raksasa berusia 60 juta tahun dan menggunung di salahsatu lembah desanya itu menjadi salahsatu obyek wisata paling favorit yang mampu menyedot ratusan ribu pengunjung setiap bulan. Perjuangan Sugeng bukanlah jalan yang mudah. Kerja sosial Ini mulai dia lakukan ketika lulusan Teknik Industri Bumdes Update 27 ini didapuk menjadi Ketua Karang Taruna Desa Nglanggeran. Sugeng mengajak anak-anak muda mengembangkan Gunung Api Purba yang telah jutaan tahun ‘tertidur’ di desanya itu. “ Awalnya tak banyak yang yakin ini bakal menarik sebagai obyek wisata. Soalnya, bagi warga lokal yang selama ini tinggal di desa ini, pemandangan gunung batu sudah tiap hari mereka lihat,” katanya. Kendala lainnya adalah, gegunung batu nan menakjubkan itu juga masih kotor oleh sampah dan tandus. Padahal Sugeng ingin Gunung Api Purba tak hanya indah dipandang mata tetapi juga menjadi penangkap air untuk mengairi sawah di desanya. “ Kala itu banyak warga yang masih suka menebang pohon sehingga desa ini terancam kekeringan,” katanya. Bersama para pemuda Sugeng tak kenal lelah membersihkan sela-sela bebatuan yang berukuran ratusan meter itu. “ Tadinya 40-an pemuda terlibat kegiatan ini. Namun melorot menjadi hanya 8 orang saja,” kata dia. Susutnya pasukan tak mengendorkan semangat, Sugeng dan tim-nya terus bekerja keras hingga akhirnya warga lain mulai yakin dan tertarik apa yang mereka lakukan. Langkah membangun Desa Wisata dilakukan dengan sederhana. Para pemuda membuat fotofoto indah Gunung Api Purba lalu menyusunnya dalam brosur lalu dibagikan ke sekolah-sekolah. Bumdes Update 28 Pada brosur itu mereka menawarkan paket wisata trekking alias mendaki gunung. Meski tak segera booming namun usaha ini mulai menampakkan hasil. Mereka terus memacak Gunung Api Purba menjadi obyek wisata yang menarik. Mereka membuat jalur pendakian, membersihkan sampah dan menanam sebanyak mungkin pohon agar tercipta rerimbunan. Pada saat yang sama mereka juga meyebarkan foto-foto ciamik tempat ini. Kerja keras mereka mulai membuahkan hasil. Kunjungan-kunjungan mulai mengalir, meski sebagian besar datang ke sana untuk ber-selfi saja. Maklum, virus selfi memang membuat siapa saja keranjingan. Tetapi masalah datang, para pengunjung ternyata membuang sampah sembarangan sehingga Bumdes Update 29 membuat pemandangan alam menjadi tak seindah bayangan. Tak kurang akal, Sugeng Handoko, pasukan pemuda dan warga segera bertindak, membersihkan sampah dan membuat berbagai tulisan agar pengunjung membuang sampah pada tempatnya. Beberapa tahun kemudian masa panenpun tiba. Perjuangan yang mereka lakukan sejak 1999 itu mulai mendapatkan hasilnya. Jumlah kunjungan wisatawan ke tempat berluas 48 kilometer persegi dan berjarak 25 kilometer dari pusat kota Yogyakarta ini melejit tinggi. Tahun 2014 tercatat 325.303 wisatawan melancong ke sana. Tahun itu Pokdarwis Nglanggeran mengantungi pendapatan Rp. 1,4 miliar dari pendapatan sebelumnya yang hanya Rp. 424 juta saja. Tak hanya puas dengan Gunung Api Purba yang kini kondang menjulang, Nglanggeran terus memoles potensi wisatanya. Desa ini dengan pintar membangun embung desa di puncak bukit yang berfungsi sebagai wadah air untuk persawahan sekaligus menjadi obyek wisata baru. Untuk menciptakan kenyamanan Bumdes Update 30 pengunjung Pokdarwis Nglanggeran juga menyuguhkan berbagai layanan yang memudahkan setiap orang datang menikmati kehebatan alam desa ini mulai dari transportasi hingga homestay. Hingga akhir 2017 lalu tercatat 80 homestay telah tersedia di desa ini dan mampu menampung 280 orang sekaligus dalam satu waktu. Belum termasuk beberapa pelataran camping ground yang juga mampu menampung rombongan dalam jumlah yang besar. Dari pusaran bisnis wisata desa ini para pemuda Nglanggeran tak perlu lagi pusing mencari pekerjaan. Setidaknya 150 pemuda desa ini terserap dan bekerja di sector wisata desanya sendiri. Belum lagi puluhan ibu yang kini memiliki pendapatan karena memproduksi makanan kecil, ternak, mengolah tanaman cokelat, warung makan, homestay dan banyak lagi. Wajah Nglanggeran yang dulu kondang sebagai desa penghasil TKW dan TKI, berubah total. Desa itu tak hanya mampu menciptakan peluang usaha yang mampu mensejahterakan warganya. Tetapi juga membuktikan, kekompakan warga membangun mimpi berhasil dengan hebat diwujudkan warganya. Tak perlu heran jika kemudian Sugeng Handoko pergi ke Singapura dan menerima penghargaan atas perjuangan yang dilakukannya bersama warga.** Bumdes Update 31 23 Bumdes Update