Uploaded by Holen Holay

Newsletter-Bumdes-Saatnya-Anak-Muda-Kembali-ke-Desa

advertisement
Dari Redaksi
Salahsatu syarat membangun
perubahan adalah terciptanya
kesadaran rasional. Instrumen yang
dibutuhkan untuk itu salahsatunya,
asupan informasi yang relevan dengan
kebutuhan perubahan. Untuk itulah
BUMDES UPDATE lahir. BUMDES
UPDATE adalah media pendidikan
sosial untuk mendorong kesadaran
pentingnya gerakan perubahan bagi
desa menuju sejahtera.
Terbit bulanan dalam bentuk digital,
media ini menyuguhkan tema terpilih
sesuai kebutuhan isu yang sedang
menjadi kebutuhan perubahan di desa.
Diracik dengan gaya penulisan yang
renyah, informatif sekaligus inspiratif,
BUMDES UPDATE memberikan
berbagai pandangan baru mengenai
bagaimana menciptakan perubahan di
desa sekaligus mengisahkan berbagai
langkah desa lain yang telah berhasil
menjalankannya.
Bumdes Update
i
Edisi kali ini BUMDES UPDATE mengangkat tema
‘Saatnya Anak Muda Kembali ke Desa’. Kenapa
anak muda? Karena golongan ini memiliki
segudang kekuatan yang sangat strategis
mendorong desa mereka menjadi maju dan
membahana. Kami ulas beberapa kisah sukses
mereka dan bagaimana mereka melakukannya.
Semuanya kami sajikan untuk Anda, karena
kami ingin semua desa di seluruh nusantara
terberdaya membangun diri dan sejahtera.
Selamat membaca.
Redaksi
TIM REDAKSI
Dewan Redaksi: Rudi Suryanto, Ari Aji HS
Disain Grafis: Syaiful Choirudin
Liputan : Tim BUMDes Update
ALAMAT
SYNCORE BUILDING
Jl. Raya Solo Km.9,7 Yogyakarta 55282
Telp. (0274) 488599 | [email protected]
Bumdes Update
ii
Saatnya Anak Muda
Kembali ke Desa
Beberapa tahun lampau bolehlah
Anda menganggap perubahan di desa
seperti kereta api kelas ekonomi
jaman dahulu yakni bergerak lamban,
selalu kalah dengan kereta lain dan
fasilitas yang serba terbatas untuk
para penumpangnya.
Tapi buang jauh pikiran itu sekarang,
sebagian desa di berbagai belahan
nusantara kini telah berubah menjadi
kereta cepat. Mereka melesat dengan
berbagai prestasi mengagetkan
berbekal potensi yang dimilikinya.
Seperti Desa Nglanggeran, Kecamatan
Patuk, Gunungkidul, Yogyakarta.
Bumdes Update
1
Para pemuda menyulap kumpulan
batuan raksasa yang selama
jutaan tahun ‘tertidur’ di desa
mereka menjadi obyek wisata alam
menakjubkan. Itulah Gunung Api Purba
Nglanggeran, gegunung batu Andesit
berusia 60 juta tahun di tengah lembah
permai persawahan. Kini Gunung Api
Purba adalah magnit wisata dengan
ratusan ribu jumlah pengunjung setiap
bulan di Yogyakarta.
Keramaian itu tercipta berkat kerja
keras para pemuda Desa Nglanggeran
dan warga. Tak kenal lelah
mereka mendaki ketinggian untuk
membersihkan tanah di sela-sela
batuan, menanam pohon dan membuat
jalan-jalan setapak untuk semua
orang. Mereka tak hanya membuat
tempat itu menjadi obyek wisata
spektakuler sekaligus misterius tetapi
juga menyulapnya menjadi penangkap
air bagi area persawahan nan subur
yang menghampar di bawahnya.
Dalam beberapa tahun, Gunung Api
Purba menempati posisi atas obyek
wisata yang wajib dikunjungi para
pelancong yang datang ke Jogja.
Di sisi lain, lebih dari 150 pemuda
bekerja menjadi pengelola tempat ini,
di tambah lagi obyek wisata embung
Bumdes Update
2
di puncak bukit, air terjun, rumah
cokelat dan puluhan homestay yang
bertebaran di seantero desa. Hasilnya,
Nglanggeran ditetapkan sebagai
Desa Wisata Terbaik se-ASEAN dan
mendapat penghargaan bergengsi dari
ASEAN Community Bases Tourism
Award (ASEAN CBT Award).
Prestasi menjulang juga dilahirkan
Desa Ponggok, Kecamatan Polanharjo,
Klaten, Jawa Tengah. Desa dengan
mata air alami yang melimpah ini
menjadi kondang malindang berkat
Umbul Ponggok, sebuah kolam renang
besar dengan air alami, berlantai alam
dengan ikan-ikan bersliweran.
Ribuan foto Umbul Ponggok
bertebaran di berbagai laman digital
karena keunikannya. Anda bahkan bisa
berfoto dengan pose duduk di kursi
lengkap dengan meja dan laptop di
atasnya. Boleh juga berpose ngebut
di atas motor kesayangan Anda.
Semuanya di dalam air.
Kreativitas para pemuda Ponggok-lah
yang membuat kolam renang alami
ini menjadi tujuan wajib semua orang
terutama penggemar selfi. Jangan
kaget, obyek wisata ini dan ditambah
beberapa unit usaha lainnya membuat
Bumdes Update
3
Ponggok membukukan pendapatan
lebih dari: Rp. 9 Miliar per tahun.
Tak hanya wisata yang mengukir
sejarah baru di desa. Di Lampung,
semangat perubahan meruap dari
ruang-ruang kuliah Politeknik Negeri
Lampung (Polinela). Ketika kampus
lain beramai-ramai membuka program
studi yang sedang laris di pasar,
kampus ini justru memantapkan diri
fokus menggarap pertanian sebagai
ladang ilmunya. Ya, Polinela bahkan
mengukuhkan diri sebagai Kampus
Mitra Tani yang bertekad mengangkat
kembali potensi pertanian Indonesia.
Bekerjasama dengan Politeknik
Eletronika Negeri Surabaya, kampus
ini mengembangkan tiga langkah
besar di bidang pertanian. Pertama,
solusi teknologi informasi untuk
pertanian. Bukan main-main, sekarang
Bumdes Update
4
ini beberapa lahan pertanian di Lampung sudah
bisa dikendalikan dari kotak ajaib Handphone. “
Kapan harus menyiram, kapan harus memupuk,
bahkan sistem ini bisa memberitahu ketika
tendon air kehabisan stok,” ujar Direktur Polinela
Dr. Ir. Sarono, MSi, dalam sambutannya pada
TOT Pendampingan BUMDes bersama Tim
Bumdes.id dan Sekolah Manajemen BUMDes,
beberapa bulan silam. Luar biasa, bukan?
Kedua, kampus ini mencetak penyuluh pertanian
yang saat ini mengalami kekurangan dalam
jumlah besar akibat turunnya minat anak muda
pada bidang pertanian. Polinela bekerjasama
dengan Pemerintah Provinsi dan Perhimpunan
Penyuluh Pertanian Indonesia memberikan
beasiswa pada anak-anak petani yang ingin
meneruskan perjuangan leluhur mereka.
Hasilnya, 250 anak muda dicetak Polinela
menjadi penyuluh pertanian dan kini tersebar ke
seantero wilayah Indonesia.
Karena lahan pertanian berada di wilayah
pedesaan maka Polinela juga menempatkan
pemahaman mengenai pembangunan desa
sebagai fokus yang turut pula digarap. Polinela
ingin lulusan yang dicetaknya tak hanya
menguasai ilmu pertanian tetapi juga memahami
dinamika pembangunan ekonomi pedesaan.
Maka pemahaman mengenai desa ditempatkan
sebagai fokus ketiga.
Tak tanggung-tanggung, Polinela menggelar
Bumdes Update
5
Training of Trainer (TOT) selama dua
hari. 35 peserta mengikuti perhelatan
ini, mereka adalah 5 orang dosen
dan 30 mahasiswa pilihan penerima
beasiswa anak tani. Bak gayung
bersambut, para mahasiswa kampus
ini juga sangat antusias membangun
pertanian di Indonesia.
Dengan khidmat mereka mengikuti
seluruh sesi TOT. Mulai dari materi
mengenai Filosofi BUMDes yang
disampaikan Rudi Suryanto yang juga
membedag peraturan dan perundangundangan yang terkait dengan
BUMDes. Kisah sukses BUMDes
Ponggok yang diberikan Yanni,
salahsatu tokoh dibalik suksesnya
Ponggok menjadi desa berpendapatan
tinggi juga di’lahap’ dengan sungguhsungguh oleh para mahasiswa.
Begitu bersemangatnya para
Bumdes Update
6
mahasiswa membangun desa
sehingga meski dihelat pada SabtuMinggu tapi acara ini sukses
menciptakan pemahaman para
mahasiswa mengenai dasar pemikiran
BUMDes dan contoh praktik BUMDes
yang berhasil. Pelatihan hari pertama
ini juga mengundang Dr Nurdiono
dan Dr. Juanidi. Dr Nurdiono yang
seorang dosen sekaligus pengusaha
sukses di Lampung membeber secara
tuntas mengenai pemetaan potensi
desa, pemilihan usaha sekaligus
cara membuat studi kelayakan.
Sedangkan Dr Junaidi mengupas
praktik Akuntansi BUMDes yang bakal
sangat dibutuhkan desa-desa dalam
mengembangkan potensinya.
Hari kedua para mahasiswa membuat
pemetaan potensi sekaligus menyusun
proposal usaha untuk dikembangkan
desa sebagai unit usaha. Terbukti,
meski baru mulai mengenal potensi
pembangunan ekonomi desa sehari
sebelumnya tetapi mereka mampu
menciptakan propolan usaha dengan
apik.
Jelas sudah, beberapa fakta di
atas menjelaskan, anak-anak
muda sekarang ini sudah tak lagi
memandang desa sebagai daerah
Bumdes Update
7
tertinggal. Sebaliknya, kiprah para muda ini
mulai memunculkan beragam karya besar di
desanya masing-masing seperti yang mereka
telah buktikan di Nglanggeran, Ponggok dan
berbagai desa lainnya di berbagai belahan
nusantara.
Pada banyak sisi anak muda memang memiliki
segudang keunggulan mulai dari kemampuan
berpikir, penguasaan teknologi dan tentu saja
energi anak muda yang luar biasa. Di tangan
mereka jelas bakal lahir beragam inovasi dan
lompatan menuju desa yang sejahtera.
Maka inilah saatnya Anak Muda Kembali ke Desa
untuk mewujudkan beragam mimpi mereka
membangun desa sejahtera. Hingga suatu hari
semua desa akan melesat cepat bak kereta api
ekspres dan merubah wajah desa menjadi entitas
yang menjanjikan masa depan yang lebih baik
bagi semua penghuninya.**
Bumdes Update
8
TARUNA DESA
Inilah Cara Anak-anak
Muda Membangun Desa
Begitu UU No. 6 Tahun 2014 tentang
Desa disahkan, nasib desa berubah
total. Setelah bertahun-tahun menjadi
obyek dan tidak kuasa menata dirinya
sendiri, kini desa memiliki kewenangan
penuh atas nasibnya. Desa menjelma
menjadi subyek yang kekuatannya
di akui negara dan memiliki sederet
kewenangan yang tak gampang
diintervensi.
Ini adalah peluang sekaligus
tantangan. Desa kini berhak
menancapkan visinya, memiliki
kekuatan penuh dalam lindungan
Bumdes Update
9
Undang undang sekaligus menggenggam
amunisi yang dikucurkan langsung dari kantung
APBN. Tetapi jangan salah, ini berarti desa
harus mandiri menjawab tantangan membangun
kesejahteraan berbasis aset dan potensi lokal
yang digenggamnya.
Potensi? Setiap desa pasti memilikinya. Tapi
masalahnya, adalah bagaimana memanfaatkan
aset dan potensi itu menjadi modal untuk
meningkatkan kesejahteraan warga.
Pemerintah telah mendorong lahirnya Badan
Usaha Milik Desa (BUMDes) sebagai wahana
yang paling strategis menjawab tantangan ini.
Dana desa telah pula berada dalam genggaman
tangan desa. Maka masalah paling penting
kini adalah desa harus memiliki Sumber Daya
Manusia (SDM) unggul untuk menjalankannya.
BUMDes membutuhkan ‘pasukan’ yang kreatif,
berani dan memiliki gagasan cemerlang sesuai
perkembangan jaman dan peluang yang ada.
Siapakah mereka? Pemuda, ya hanya pemudalah yang memiliki kekuatan seperti ini.
Pemuda tak hanya unggul karena berada pada
usia yang produktif melainkan juga memiliki
kemampuan adaptasi yang luar biasa terhadap
perkembangan jaman. Bekal pendidikan yang
mereka miliki juga bakal menjadi senjata
yang hebat bagi mereka menciptakan karya
gemilang. Desa harus mewadahi potensi para
muda ini dengan menjadikan mereka kekuatan
Bumdes Update
10
membangun desa. Sebaliknya, anak-anak muda
seharusnya menangkap peluang ini; membangun
desa.
Kami menyebutnya Program Taruna Desa,
sebuah program untuk mengundang para
pemuda-pemudi desa di seluruh Indonesia untuk
bergerak membangun desa dengan segenap
gagasan dan kekuatan mereka. Program ini
diperuntukkan bagi mereka yang berusia
maksimal 30 tahun, pengurus Karang Taruna dan
para pemuda pegiat desa.
Bagaimana cara mengikuti program ini?
Bumdes.id telah menetapkan alur program yang
akan diikuti para calon Taruna Desa mulai dari
seleksi berkas, wawancara, tiga hari pelatihan,
implementasi program hingga pendampingan
dan membangun jejaring Taruna Desa tingkat
Nasional.
Bumdes Update
11
Apa saja yang bakal didapatkan para
calon pembaharu desa ini? Ada banyak
dan sangat menantang yakni:
1. Social Entrepreneurship
Adalah menciptakan anak muda
yang mampu melahirkan gagasan
kewirausahaan di desa dengan
melihat permasalahan yang tengah
terjadi di desanya. Ya, program ini
akan menunjukkan bagaimana cara
melihat sebuah persoalan di desa
sebagai sebuah peluang usaha yang
tidak hanya menghasilkan keuntungan
profit saja melainkan juga melahirkan
banyak manfaat untuk desa. Unik
bukan?
2. Transformasional Leadership
Program ini akan mencetak lahirnya
anak-anak muda pemimpin.
Kepemimpinan yang dibangun
adalah karakter pemimpin yang
memiliki kemampuan mempengaruhi
lingkungan sekitar lalu melakukan
perubahan di sana.
3. Management Skill
Seorang pemimpin yang baik harus
memiliki kemampuan memahami
permasalahan, merumuskan solusi
sekaligus menyusun rencana konkrit
Bumdes Update
12
untuk menciptakan perubahan. Untuk itu
dibutuhkan Management Skill yang memadai.
Bumdes.id telah menyiapkan lima skill yang akan
dikuasai para peserta Program Taruna Desa
yakni:
a. Pemetaan Bentang, ini adalah kemampuan
melakukan pemetaan potensi wilayah terutama
pedesaan. Anda bakal memiliki kemampuan
mengukur, menghitung dan mengamati
segala hal dalam suatu wilayah kemudian
mengelompokkannya dan mengolahnya menjadi
potensi-potensi yang siap dikembangkan.
b. Membangun model bisnis. Setelah berhasil
melakukan pemetaan, maka Taruna Desa akan
memiliki kemampuan memilih model bisnis yang
sesuai dengan potensi yang ada dengan pondasi
usaha yang kuat.
c. Studi kelayakan usaha adalah kemampuan
menyusun studi kelayakan usaha sebagai cara
menentukan layak dan tidaknya sebuah potensi
bisnis dikembangkan.
d. Membangun tata kelola dan struktur
organisasi adalah kemampuan mengelola
lembaga usaha yang telah ditentukan itu. Ini
adalah kemampuan untuk menjalankan usaha
secara terorganisir serta terstruktur sehingga
usaha yang didirikan menjadi usaha yang
sustain dan memberikan kemanfaatan besar.
Materi ini akan memberikan kemampuan
manajemen mumpuni bagi Taruna Desa mulai
Bumdes Update
13
dari perencanaan, pelaksanaan, monitoring
dan evaluasi. Sedangkan struktur organisasi
disusun sebagai pendukung terciptanya Sistem
manajemen yang baik.
Dengan kemampuan seperti ini maka Taruna
Desa bakal lahir sebagai ‘para pembaharu’,
para pemimpin muda, senjata bagi desa-desa
dalam menciptakan perubahan, melawan hantu
kemiskinan yang masih gentayangan pada
sebagian besar desa dan menjadikan desa
sebagai tempat yang memberikan harapan besar
bagi anak-anak muda di masa depan. Sudah
saatnya para pemuda berpikir, kini desa juga
menjanjikan masa depan cemerlang dan bakal
menciptakan nilai hidup yang lebih berarti bagi
masa depan. Apa yang lebih hebat dari ini?**
Bumdes Update
14
BUMDES KARANGREJEK
Cara Hebat Mendorong Arus
Balik Pemuda ke Desa
Selama bertahun-tahun desa ini dihantui
tamu yang selalu datang pada masa kemarau:
kekeringan. Jika hantu itu datang, jangankan
mengairi sawah atau menyiram tanaman, bahkan
warga kesulitan untuk sekedar mandi.
Jika bencana itu datang, beberapa bulan
warga harus menunggu kedatangan tanki air
bantuan pemerintah yang kelewat sedikit untuk
kebutuhan air yang begitu banyak. Pada akhirnya,
mau tak mau, warga terpaksa merogoh kocek
membeli air sendiri untuk kebutuhan keluarga.
Ironisnya, situasi itu harus mereka hadapi di
tengah himpitan ekonomi yang juga berat.
Soalnya, desa ini termasuk dalam golongan Desa
Tertinggal.
Namanya Desa Karangrejek, Kecamatan
Wonosari di Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta.
Kalau Anda berusia 45-an tahun dan masih
ingat Dunia Dalam Berita TVRI, pasti bencana
kekeringan di Gunungkidul bakal selalu tampil
sebagai salahsatu berita. Tetapi itu masa lalu,
berkat kerja keras BUMDes-nya, desa yang dulu
Bumdes Update
15
tertinggal itu kini menjadi salahsatu
desa terdepan. Apa yang dilakukan
Karangrejek?
BUMDes Karangrejek melahirkan
perusahaan sosial pengelolaan
air minum. BUMDes Karangrejek
menetapkan pengelolaan air minum
sebagai kiprah mereka menyelesaikan
masalah warga sekaligus menciptakan
perusahaan yang mampu menciptakan
keuntungan profit.
Lompatan itu terjadi setelah desa
ini menggali sumur alam, karena
sesungguhnya puluhan meter di
bawah tanah Gunungkidul yang
berbatu itu tersimpan jutaan liter
air bersih. Hanya saja karena terlalu
dalam dan bebatuan yang tak mudah
digali, anugerah besar itu belum bisa
diangkat. Karangrejek memecahkan
tantangan itu dengan menggali sumur
Bumdes Update
16
sedalam 150 meter. Hasilnya, 20 liter per detik
air ‘muncrat’ dari perut bumi.
Di bawah kepemimpinan Ton Martono, Direktur
BUMDes, perusahaan air minum desanya
segera mengaliri rumah-rumah warga desa.
Kerja keras BUMDes berhasil, hantu kekeringan
yang gentayangan di rumah-rumah warga kini
pergi jauh dan tak pernah kembali. Tercatat
PDAM Karangrejek memiliki 1.348 pelanggan air
minum.
Bukan hanya Desa Karangrejek yang ketiban
anugerah air ini melainkan juga desa-desa
sebelahnya yakni Desa Duwet, Siraman dan
Baleharjo. BUMDes Karangrejek dengan
gemilang mengatasi masalah beberapa desa
sekaligus. Tak hanya berhasil mengangkat
air dari perut bumi, BUMDes ini juga berhasil
menciptakan sistem manajemen usaha
profesional dengan tetap memanfaatkan SDM
dari desa mereka sendiri dalam menjalankan
perusahaan air minumnya.
Tercatat BUMDes membukukan pendapatan Rp.
700 juta per tahun. “ Dari pendapatan ini BUMDes
menyumbang Rp. 74 juta setahun untuk PADes
atau setara 20 persen. Sebanyak 40 persen untuk
operasional, 5 persen dana pendidikan dan 5
persen dana sosial,” jelas Ton Martono.
Dana pendidikan disalurkan kepada para pelajar
mulai SD hingga SMU bagi para orangtua yang
kurang mampu. Caranya, dana tidak dikucurkan
Bumdes Update
17
dalam bentuk uang melainkan tas
sekolah, buku dan berbagai kebutuhan
untuk sekolah anak-anak.
Sedangkan dana sosial diturunkan
dalam bentuk dana kesehatan bagi
para manula dan warga kurang
mampu yang selama ini kesulitan
mendapatkan pelayanan kesehatan.
BUMDes terbukti menjawab bukan
hanya masalah ekonomi tetapi juga
beragam masalah sosial. Hasilnya,
BUMDes Karangrejek adalah salahsatu
BUMDes tempat belajar desa-desa lain
dari berbagai pelosok Indonesia.
Tak hanya menyemburkan air saja,
PDAM desa ini juga terbukti mampu
menyemburkan lowongan kerja
bagi para pemuda di desanya. Para
pemuda yang selama ini pergi ke kota
demi mengadu nasib kini tak risau
lagi. Soalnya, desa mereka yang dulu
Bumdes Update
18
tertinggal kini menjelma menjadi
kampung yang permai dan membuka
beragam peluang pekerjaan yang bisa
menghidupi.
Karangrejek membuktikan, kekuatan
prakarsa sosial, kemampuan
konsolidasi warga yang baik dan
kemauan kerja keras tak hanya akan
mengatasi masalah sosial tetapi
juga bisa menjadi sebuah unit usaha
penghasil rupiah sekaligus menyedot
kembali para pemudanya untuk pulang
membangun hidup di desa dan menjadi
sejahtera bersama.**
Bumdes Update
19
DISKUSI TERBUKA BUMDES 3
Menggunakan Media sebagai
Sarana Meningkatkan Kesejahteraan Desa
Bertahun-tahun Suraji, 35 tahun,
berkeliling berbagai kota menjual daun
pintu kayu dan berbagai perkakas.
Mereka menyewa mobil bak terbuka
dan menginap di salah rumah
penduduk di suatu daerah selama
menjalankan pemasaran itu.
Selama berhari-hari bapak dua anak
ini dengan seorang warga lainnya
bakal keliling perkampungan dan
berharap warga akan menghentikan
Bumdes Update
20
mobilnya, menawar dagangan dan membeli.
Tetapi yang selalu terjadi adalah, setelah
beberapa hari, setelah mengeluarkan berbagai
keperluan untuk makan dan bahan bakar,
dagangannya tak juga terjual. Alhasil, terpaksa
mereka mengobral dagangannya sehingga
keuntungan mereka benar-benar tipis ketika
sampai di rumah.
Suraji adalah salahsatu warga Desa Temuwuh,
Dlingo, Bantul yang mengandalkan keahlian
bertukang kayu membuat aneka perabotan
untuk membiayai hidup dan keluarganya. Hampir
seluruh warga desa ini selama bertahun-tahun
menggunakan cara yang dijalankan Suraji untuk
membiayai hidup mereka. Hingga kemudian
mereka mengenal internet melalui HP dan
merubah pola kerja mereka menjadi jauh lebih
efisien.
Kini mereka tak lagi keliling perkampungan
di kota lain demi menjual daun pintu buatan
mereka. Mereka kini memilih menjual
dagangannya melalui lapak-lapak online alias
melalui internet. Mereka memotret produknya,
memajangnya di berbagai toko online dan aktif
menggunakan media sosial untuk membangun
jaringan pasar. Hasilnya?
Mereka tinggal memelototi HP mereka dan
mendapatkan berbagai pesanan dari sana.
Sentot, pengrajin kayu yang lain bahkan
seringkali harus menutup akunnya sementara
Bumdes Update
21
karena kebanjiran order. Cara ini dengan cepat
menciptakan perubahan mencolok di desa itu.
Suraji, Sentot dan warga lainnya yang hanya
lulusan SD itu sekarang menghemat hampir
80 persen biaya pemasaran konvensional yang
dulu mereka jalankan dan merubahnya menjadi
keuntungan untuk kantung mereka.
Di Desa Tammangale, Polewali Mandar, Sulawesi
Barat, para istri nelayan juga berbungah hati.
Mereka yang bertahun-tahun menenun sarung
ketika suaminya melaut kini bisa menjual sarung
tenunannya dengan harga yang jauh lebih
baik. Itu berkat penjualan melalui media sosial
yang dipelopori kepala desa. Matangalle Bisa,
nama BUMDes-nya kini bahkan mengucurkan
penyertaan modal untuk mendorong para
perempuan desa pesisir itu agar menghasilkan
tenun yang lebih baik karena peluang pasar yang
terus meluas.
Dunia digital memang sedang merubah dunia.
Bukan hanya di daerah perkotaan saja melainkan
juga merambah wilayah-wilayah desa paling
terpencil sekalipun. Internet yang tersambung
melalui HP membuat warga desa kini tak perlu
lagi merasa ketinggalan jaman. Mereka bisa
mengakses apapun yang orang kota baca.
Melalui HP warga desa bisa mengasup berbagai
pengetahuan baru untuk meningkatkan
produktivitas ekonomi. Hanya dengan
menuliskan beberapa kata kunci saja mereka kini
Bumdes Update
22
bisa tahu bagaimana cara beternak
lele yang efektif, membuat jamur tiram
dan membuat aneka jenis makanan.
Illustration by freepik.com
Melalui internet pula mereka kini
bisa mendapatkan berbagai informasi
mengenai kebijakan dan program
pemerintah, membeli pakaian yang
paling ‘hits’ hingga membaca berbagai
peluang usaha. Tak hanya itu, melalui
internet pula mereka bisa menjual
aneka produk desa pada jaringan
pasar nan luas hampir tidak terbatas.
Pendeknya, toko online, media sosial,
website, WA dan sebagainya kini bisa
mereka sambangi tanpa perlu beranjak
dari kursi di beranda rumahnya.
Data dari Asosiasi Penyelenggara
Jasa Internet Indonesia (APJII)
mengungkap, sepanjang tahun
2017 lalu jumlah pemakai internet
di Indonesia tembus angka 143 juta
Bumdes Update
23
orang. Itu artinya lebih dari separuh
warga negeri ini yang berjumlah 262
juta orang telah aktif menggunakan
internet dan menempatkan Indonesia
sebagai Negara dengan jumlah
pengguna internet ke-6 terbesar di
dunia.
Sayangnya, dari angka pengguna
internet yang besar ini, masih kecil
pengguna yang memanfaatkan
saluran internet untuk meningkatkan
produktivitas ekonomi seperti
yang dilakukan Suraji, Sentot dan
para perempuan di Tammangale
sana. Sampai sejauh ini sebagian
besar pengguna memelototi layar
HP dan laptopnya untuk kebutuhan
pertemanan saja.
Dalam jagad pasar online, hingga saat
ini masih dikuasai berbagai produk
asing. Masih sangat kecil prosentase
produk lokal terutama pedesaan pada
pusaran online. Padahal sudah jelas,
dengan jumlah pengguna yang sangat
besar, peluang pasar online Indonesia
jelaslah legit menggiurkan.
Peluang raksasa inilah yang akan
dibedah dalam Diskusi Terbuka
BUMDes 3 dengan tema Optimalisasi
Media dalam Peningkatan
Bumdes Update
24
Kesejahteraan Masyarakat Desa.
Dua pembicara berjam terbang tinggi
akan membedah tuntas tema ini.
Mereka adalah FX Rudy Gunawan,
Kadeputin Bidang Komunikasi Politik
dan Diseminasi Informasi Kantor
Staf Presiden RI dan Muhammad
Hafidullah, Co-Founder/CMO PT Rwe
Binda, perusahaan Advertising Digital
yang sudah malang-melintang di jagat
periklanan digital Indonesia.
Diskusi bakal dihelat di Kampoeng
Mataraman, Desa Panggungharjo,
Sewon, Bantul, Yogyakarta, Sabtu 8
Desember 2018. Tidak dipungut biaya
alias gratis, diskusi ini digelar pukul
15.00 – 17.30 WIB. Jadi, jika Anda ingin
tahu bagaimana desa memanfaatkan
teknologi digital untuk membangun
kesejahteraannya, inilah forum yang
akan menjawab.**
Bumdes Update
25
TOKOH MUDA INSPIRATIF
Sugeng Handoko dan
Perjalanan Menuju Jawara
Desa Wisata
Jumat, 20 Januari 2017 silam adalah
salah satu hari istimewa bagi Sugeng
Handoko. Pemuda berumur 27 tahun
di hari itu, mewakili desanya yakni
Nglanggran, Patuk, Gunungkidul,
Yogyakarta sebagai Desa Wisata
Terbaik I Indonesia dan mendapat
penghargaan bergengsi dari ASEAN
Community Based Tourism (CBT)
Award 2017. di Singapura.
Penghargaan itu diraih Nglanggeran
karena berhasil mengembangkan desa
wisata dengan prinsip pengelolaan
Bumdes Update
26
pariwisata berbasis masyarakat.
Desa ini dengan gemilang berhasil
menciptakan obyek wisata yang
mampu memberikan kontribusi bagi
kesejahteraan sosial, melibatkan
warga desa sebagai pengurus dan
menjaga kualitas lingkungan.
Nglanggeran juga dinilai berhasil
menyediakan jasa perjalanan wisata
dan pramuwisata berkualitas serta
berhasil pula menyuguhkan kualitas
meliputi makanan, minuman,
akomodasi dan kinerja yang friendly
tour operator.
Sugeng Handoko mewakili desa ini
karena dia salahsatu pemuda yang
selama ini paling gigih mendorong
Nglanggeran menjadi desa wisata
paling popular di Yogyakarta. Berkat
kerja keras Handoko dan para pemuda
lainnya, jajaran bebatuan andesit
raksasa berusia 60 juta tahun dan
menggunung di salahsatu lembah
desanya itu menjadi salahsatu obyek
wisata paling favorit yang mampu
menyedot ratusan ribu pengunjung
setiap bulan.
Perjuangan Sugeng bukanlah jalan
yang mudah. Kerja sosial Ini mulai dia
lakukan ketika lulusan Teknik Industri
Bumdes Update
27
ini didapuk menjadi Ketua Karang Taruna Desa
Nglanggeran. Sugeng mengajak anak-anak
muda mengembangkan Gunung Api Purba yang
telah jutaan tahun ‘tertidur’ di desanya itu. “
Awalnya tak banyak yang yakin ini bakal menarik
sebagai obyek wisata. Soalnya, bagi warga lokal
yang selama ini tinggal di desa ini, pemandangan
gunung batu sudah tiap hari mereka lihat,”
katanya.
Kendala lainnya adalah, gegunung batu nan
menakjubkan itu juga masih kotor oleh sampah
dan tandus. Padahal Sugeng ingin Gunung Api
Purba tak hanya indah dipandang mata tetapi
juga menjadi penangkap air untuk mengairi
sawah di desanya. “ Kala itu banyak warga yang
masih suka menebang pohon sehingga desa ini
terancam kekeringan,” katanya.
Bersama para pemuda Sugeng tak kenal
lelah membersihkan sela-sela bebatuan yang
berukuran ratusan meter itu. “ Tadinya 40-an
pemuda terlibat kegiatan ini. Namun melorot
menjadi hanya 8 orang saja,” kata dia. Susutnya
pasukan tak mengendorkan semangat, Sugeng
dan tim-nya terus bekerja keras hingga akhirnya
warga lain mulai yakin dan tertarik apa yang
mereka lakukan.
Langkah membangun Desa Wisata dilakukan
dengan sederhana. Para pemuda membuat fotofoto indah Gunung Api Purba lalu menyusunnya
dalam brosur lalu dibagikan ke sekolah-sekolah.
Bumdes Update
28
Pada brosur itu mereka menawarkan
paket wisata trekking alias mendaki
gunung. Meski tak segera booming
namun usaha ini mulai menampakkan
hasil.
Mereka terus memacak Gunung Api
Purba menjadi obyek wisata yang
menarik. Mereka membuat jalur
pendakian, membersihkan sampah dan
menanam sebanyak mungkin pohon
agar tercipta rerimbunan. Pada saat
yang sama mereka juga meyebarkan
foto-foto ciamik tempat ini. Kerja keras
mereka mulai membuahkan hasil.
Kunjungan-kunjungan mulai mengalir,
meski sebagian besar datang ke sana
untuk ber-selfi saja. Maklum, virus
selfi memang membuat siapa saja
keranjingan. Tetapi masalah datang,
para pengunjung ternyata membuang
sampah sembarangan sehingga
Bumdes Update
29
membuat pemandangan alam menjadi
tak seindah bayangan. Tak kurang
akal, Sugeng Handoko, pasukan
pemuda dan warga segera bertindak,
membersihkan sampah dan membuat
berbagai tulisan agar pengunjung
membuang sampah pada tempatnya.
Beberapa tahun kemudian masa
panenpun tiba. Perjuangan yang
mereka lakukan sejak 1999 itu mulai
mendapatkan hasilnya. Jumlah
kunjungan wisatawan ke tempat
berluas 48 kilometer persegi dan
berjarak 25 kilometer dari pusat kota
Yogyakarta ini melejit tinggi. Tahun
2014 tercatat 325.303 wisatawan
melancong ke sana. Tahun itu
Pokdarwis Nglanggeran mengantungi
pendapatan Rp. 1,4 miliar dari
pendapatan sebelumnya yang hanya
Rp. 424 juta saja.
Tak hanya puas dengan Gunung Api
Purba yang kini kondang menjulang,
Nglanggeran terus memoles potensi
wisatanya. Desa ini dengan pintar
membangun embung desa di puncak
bukit yang berfungsi sebagai wadah air
untuk persawahan sekaligus menjadi
obyek wisata baru.
Untuk menciptakan kenyamanan
Bumdes Update
30
pengunjung Pokdarwis Nglanggeran juga
menyuguhkan berbagai layanan yang
memudahkan setiap orang datang menikmati
kehebatan alam desa ini mulai dari transportasi
hingga homestay. Hingga akhir 2017 lalu tercatat
80 homestay telah tersedia di desa ini dan
mampu menampung 280 orang sekaligus dalam
satu waktu. Belum termasuk beberapa pelataran
camping ground yang juga mampu menampung
rombongan dalam jumlah yang besar.
Dari pusaran bisnis wisata desa ini para
pemuda Nglanggeran tak perlu lagi pusing
mencari pekerjaan. Setidaknya 150 pemuda
desa ini terserap dan bekerja di sector wisata
desanya sendiri. Belum lagi puluhan ibu yang
kini memiliki pendapatan karena memproduksi
makanan kecil, ternak, mengolah tanaman
cokelat, warung makan, homestay dan banyak
lagi.
Wajah Nglanggeran yang dulu kondang sebagai
desa penghasil TKW dan TKI, berubah total.
Desa itu tak hanya mampu menciptakan peluang
usaha yang mampu mensejahterakan warganya.
Tetapi juga membuktikan, kekompakan warga
membangun mimpi berhasil dengan hebat
diwujudkan warganya. Tak perlu heran jika
kemudian Sugeng Handoko pergi ke Singapura
dan menerima penghargaan atas perjuangan
yang dilakukannya bersama warga.**
Bumdes Update
31
23
Bumdes Update
Download