Uploaded by Samsuji Bastian Bachtiar

GOSOK

advertisement
I.
JUDUL
Preparat Gosok Tulang Keras (bone) Gallus gallus domesticus.
II.
TUJUAN
Untuk melihat bagian-bagian preparat Tulang Keras (bone) Gallus gallus
domesticus.
III.
METODE PRAKTIKUM
3.1. Alat
1. Pisau/pinset
2. Batu asahan/ Amplas
3. Kaca benda
4. Kaca penutup
5. Mikroskop
6. Jarum ose
7. Gergaji
3.2. Bahan
1. Tulang Keras (bone) Gallus gallus domesticus
2. Aquades
3. Enthelen
4. Eter
3.3.Cara Kerja
1. Menyiapkan Tulang Keras (bone) dari Gallus gallus domesticus.
2. Merebus Tulang Keras (bone) dari Gallus gallus domesticus hingga
semua otot, lemak, ligamen bersih.
3. Memotong Tulang Keras (bone) Gallus gallus domesticus dengan
menggunakan gergaji.
4. Menggosok Tulang Keras (bone) Gallus gallus domesticus pada batu
asahan/amplas, sambil ditetesi dengan air secukupnya sampai
didapatkan preparat yang tipis.
5. Meletakkan preparat Tulang Keras (bone) yang tipis pada kaca benda.
6. Mengamati preparat Tulang Keras (bone) pada mikroskop.
7. Menetesi dengan pewarna alami (ekstrak bunga telang) selama 30
menit
8. Mengamati preparat Tulang Keras (bone) pada mikroskop.
9. Menetesi preparat Tulang Keras (bone) Gallus gallus domesticus
dengan media enthelen.
10. Menutup preparat dengan kaca penutup.
11. Memberikan label pada preparat.
3.4. Skema Cara Kerja
Menyiapkan Tulang Keras
Merebus Tulang Keras
(bone) dari Gallus gallus
(bone) dari Gallus gallus
domesticus.
domesticus hingga semua
otot,
lemak,
ligamen
bersih.
Menggosok
(bone)
Tulang
Gallus
domesticus
Keras
gallus
pada
batu
asahan/amplas, sambil ditetesi
dengan air secukupnya sampai
didapatkan preparat yang tipis.
Meletakkan
Tulang
Keras
Memotong
Tulang
Keras (bone) Gallus
gallus
dengan
domesticus
menggunakan
gergaji.
preparat
Mengamati preparat
(bone)
Tulang Keras (bone)
yang tipis pada kaca
pada mikroskop.
benda.
Mengamati preparat
Menetesi
dengan
Tulang Keras (bone)
pewarna alami (ekstrak
pada mikroskop.
bunga telang) selama 30
menit
Menetesi preparat Tulang
Menutup
Keras (bone) Gallus gallus
dengan kaca penutup.
preparat
domesticus dengan media
enthelen.
Memberikan
pada preparat.
label
IV.
DATA PENGMATAN
4.1.Foto Preparat Bahan Praktikum
Topik : Preparat Gosok Tulang Keras (bone) Gallus gallus domesticus.
Subtopik 1 : Bagian Tulang Keras (bone) Gallus gallus domesticus.
a
a
c
b
d
b
Gambar 1. Hasil pengamatan Preparat Gosok Tulang Keras (bone) Gallus
gallus domesticus.
Keterangan :
a. Osteon
b. Kanal harves
c. Osteocyte
d. Canaliculi
Potret
: Iphone 5S
Perbesaran
: 400 kali
Tanggal Pengambilan gambar
: 15 Maret 2018
4.2 Gmabar literatur
B
C
A
D
(sumber jurnal sriwahyuni 2015)
Keterangan :
A : Canalis Havers
C : Osteocyte
B : Osteon
D : Canaliculi
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Klasifikasi Ayam
Gambar ayam kampung (Gallus gallus domestic)
(Anonimous 2012)
KLASIFIKASI AYAM KAMPUNG (Gallus gallus domestic)
Kingdom : Animalia
Sub Kingdom : Metazoa
Phlum : chordata
Divisi : carinathae
Kelas : aves
Ordo : galliformes
Famili : phasiamidae
Genus : gallus
Species: Gallus gallus domestic
(Anonymous ,2015)
5.2 Preparat gosok
Metode gosok merupakan salah satu metode dalam mikroteknik yang
digunakan untuk membuat sediaan dari bahan keras dengan cara
menggosokkan sediaan tersebut pada media yang kasar seperti ampelas dan
asahan sehingga sediaan tersebut menjadi tipis dan dapat diamati di bawah
mikroskop. Metode ini tidak hanya digunakan untuk membuat preparat hewan,
tetapi juga bisa untuk preparat tumbuhan yang bersifat keras dan sulit diiris.
Metode gosok dengan cara menggergaji tulang yang sebelumnya telah
direndam dalam air dan dioven selama satu hari, kemudian tulang dipotong
kecil – kecil dan potongan tulang yang kecil digosok dengan arah yang sudah
ditentukan sebelumnya sepeti arah serong, vertikal dan horisontal (Wahyuni,
2015).
Praktikum pembuatan preparat gosok tulang digunakan untuk
mendapatkan sediaan yang sulit diiris (section) atau sulit mendapat preparat
dengan ketebalan yang merata. Metode gosok tulang bertujuan untuk
mengamati jaringan – jaringan mikroskopis yang terdapat pada tulang
(Wahyuni, 2015).
Tulang terdapat zat kapur dalam bentuk kalsium karbonat (CaCO3) dan
kalsium fosfat. Bahan - bahan tersebut tulang dibentuk dan bersifat keras dan
tidak lentur seperti tulang rawan. Tulang juga memiliki struktur yang cukup
rumit, maka perlu dilakukan preparasi dengan mengacu tahapan-tahapan yang
rumit pula, hal tersebut tujuannya agar preparat yang akan dibuat menghasilkan
tampakan yang jelas dan dapat diidentifikasi sesuai yang diharapkan (Gunarso,
1989). Kejelasan preparat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya pada
saat pengasahan dan penggosokan tulang yang kurang merata mengakibatkan
di setiap jaringan-jaringan tulang tidak terlalu jelas, kurangnya ketelitian pada
saat proses penggosokan mengakibatkan struktur tulang mengalami kerusakan
(Wahyuni, 2009).
Salah satu upaya dalam meningkatkan kualitas preparat adalah melalui
beberapa teknik pewarnaan misalnya dengan menggunakan pewarna daun jati
muda (Tectona grandis)dan kulit buah naga merah (Hylocereus polyrhizus).
Dalam teknik pewarnaan tersebut memerlukan suatu proses filtrasi dalam
pembuatan pewarnaan untuk mempermudah pengamatan suatu sel atau
jaringan dalam pembuatan preparat gosok tulang (Gresby, 2013 dan
Handayani, 2012).
5.3 Analisis hasil pembahasan
Praktikum gosok yang di lakukan menggunakan tulang keras dari ayam
kampung (Gallus gallus domesticus) dengan cara penghalusan atau
penggosokan yang di lakukan pada tulang keras yang sudah di iris secara
melintang. Pengirisan melintang pada metode gosok ini menggunakan gergaji
besi sebagai alat utama untuk pemotongan, di karenakan struktur tulang ayam
yang keras sehingga untuk pemotongan harus menggunakan alat yang bisa
memotong tulang dengan rapi.
Dalam pembuatan preparat gosok di perlukan kehati-hatian di
karenakan dalam penghalusan harus di haluskan se arah jarum atau berlawanan
yang harus satu arah dan tidak boleh berbeda arah karena struktut yang
terbentuk akan merusak di karenakan adanya goresan-goresan pada preparat
gosok tersebut.
Pada preparat gosok yang di buat tidak ada pewarnaan namun dalam
literature di jelaskan bawasannya da pewarnaan yang cocok yaitu pewarnaan
hematoksilin dan eosin yang bertujuan untuk mempermudan dalam
pengamatan dan membuat bagian atau struktur tulang dalap di amati dengan
baik (Hartiningsih. 2012)
Pada preparat gosok yang sudah di jadi dan sudah di amati di temukan
beberapa bagian yaitu Osteon, Kanal harves, Osteocyte, Canaliculi dengan
bentukan normal dan terindikasi hewan coba yang di gunakan dalam keadaan
sehat karena tidak di temukan pengeroposan tulang atau osteoporosis.
osteoporosis dapat di lihat dari struktur tulang seperti (a) spikulum tulang
trabekula berbentuk irreguler dan lebih pendek, (b) sebagian rongga sumsum
tulang didominasi jaringan adiposity (Hartiningsih. 2012).
VI. KESIMPULAN
Metode gosok merupakan salah satu metode dalam mikroteknik yang
digunakan untuk membuat sediaan dari bahan keras dengan cara
menggosokkan sediaan tersebut pada media yang kasar seperti ampelas dan
asahan sehingga sediaan tersebut menjadi tipis dan dapat diamati di bawah
mikroskop. Metode gosok ini bertujuan untuk mengamati jaringan-jaringan
mikroskopis yang terdapat pada tulang. Kelemahan dalam metode gosok ini
sulitnya mendapatkan preparat yang sangat tipis dengan ketebalan yang merata.
Pada preparat gosok tulang keras (bone) Gallus gallus domestica ditemukan
adanya bagian-bagian jaringan mikroskopisnya yaitu, osteon, kanal harves,
osteocyte, dan canaliculli.
VII.
Daftar Pustaka
Gunarso, Wisnu. 1989. Bahan Pengajaran Mikroteknik. DEPDIKBUD
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Gresby, Aknesia. K.P.C,. 2013. Pemanfaatan Filtrat Daun Jati Muda (Tectona
Grandis) Sebagai Bahan Pewarna Alternatif Pembuatan Preparat
Maserasi Batang Cincau Rambat (Cyclea barbata). Skripsi.
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan. Universitas
Muhammadiyah Malang.
Hartiningsih. 2012. Respons metafisis tulang femur distalis tikus ovariektomi
yang mengkonsumsi kalsitriol. Jurnal Kedokteran Hewan. Vol:6 (2)
: ISSN : 1978-225X
Wahyuni, 2009, Pengaruh Lama Perebusan terhadap Kualitas Preparat
Gosok Tulang Femur Ayam, Jurusan Pendidikan Biologi UMM
Wahyuni, 2015 Identifikasi preparat gosok tulang (bone) bedasarkan teknik
pewarnaan.Jurusan pendiidkan Biologi UMM. Malang
VIII. LAMPIRAN
8.1 Foto Prosedur Kerja
1
2
Menyembelih dan menyiapkan
tulang keras (bone) dari Gallus
gallus domesticus
Merebus tulang keras (bone)
dari Gallus gallus domesticus
hingga semua otot, lemak,
ligamen bersih.
4
3
Menggosok tulang keras (bone) dari
Gallus gallus domesticus pada
amplas halus, sambil ditetesi dengan
air secukupnya sampai di dapatkan
preparat yang sangat tipis dan rata
Memotong tulang keras
(bone) dengan menggunakan
gergaji
5
6
Meletakkan tulang yang sudah tipis
di atas kaca benda yang dilapisi
gelas arloji dan ditetesi alkohol
absolut selama 15 menit
Menyerap alkohol dengan
tisu dan ditetesi dengan xylol
murni selama ± 30 menit.
8
Mengamati preparat yang tanpa
pewarnaan dan yang diberi pewarnaan
dibawah mikroskop.
7
Menyerap xylol dengan tisu
dan memberi pewarna pada
preparat tulang yang akan
diwarnai kemudian ditunggu
selama ± 10 menit lalu
diserap.
9
10
Jika hasilnya sudah bagus tutup
menggunakan penutup kaca benda
kemudian enthelen.
Melabeli preparat gosok yang
telah jadi
8.2 Teknik Preparat Gosok Sebagai Media Pembelajaran
Tingkat/Kelas/Semester
Kompotensi Inti
Kompotensi Dasar
SMA/XI/1
KI 3
3.5 Menganalisis
hubungan antara struktur
Memahami,
jaringan penyusun organ
menerapkan,
pada sistem gerak dan
menganalisis
mengaitkan dengan
pengetahuan faktual,
bioprosesnya sehingga
konseptual, prosedural dapat menjelaskan
berdasarkan rasa
mekanisme gerak serta
ingintahunya tentang
gangguan fungsi yang
ilmu pengetahuan,
mungkin terjadi pada
teknologi, seni, budaya, sistem gerak manusia
dan humaniora dengan melalui studi literatur,
wawasan kemanusiaan, pengamatan, percobaan,
kebangsaan,
dan simulasi.
kenegaraan, dan
peradaban terkait
penyebab fenomena dan
kejadian, serta
menerapkan
pengetahuan prosedural
pada bidang kajian yang
spesifik sesuai dengan
bakat dan minatnya
untuk memecahkan
masalah
KI 4
4.5 Menyajikan hasil
analisis tentang kelainan
Mengolah, menalar, dan pada struktur dan fungsi
menyaji dalam ranah
jaringan gerak yang
konkret dan ranah
menyebabkan gangguan
abstrak terkait dengan
sistem gerak manusia
pengembangan dari yang melalui berbagi bentuk
dipelajarinya di sekolah media presentasi.
secara mandiri, dan
mampu menggunakan
metoda sesuai kaidah
keilmuan
Mata Kuliah Histologi
Semester II
Mahasiswa dapat
Mendeskripsikan struktur
menjelaskan macam jaringan pada tulang
macam jaringan yang ada
pada sistem gerak
(tulang)
Mata Kuliah Mikroteknik Mahasiswa dapat
Semester VI
menjelaskan dan
memahami metode
gosok
Mahasiswa dapat
menjelaskan macammacam teknik pembuatan
preparat
8.3 Jurnal Asli dan Analisis Jurnal
Nama Anggota Kelompok C1 Kelas Biologi 6C
Risca Suhariyanto
(201510070311092)
Zaenul Muttaqin (201510070311093)
Nuratika Zulpendri
(201510070311094)
Nancy Fransiska (201510070311103)
Fika Puspa Arinda
(201510070311111)
Febi Fitria Nur Aini
(201510070311117)
Anggi Ika Deshanty
(201510070311125)
Nuril Fajriani
(201510070311135)
ANALISIS JURNAL METODE GOSOK PRAKTIKUM MIKROTEKNIK
A. IDENTITAS JURNAL :
Penulis
: Hartiningsih, Devita Anggraini, dan Dhirgo Aji
Tahun/ Nomer : 2012/Nomor 2
Asal
: Ilmu Bedah dan Radiologi Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Jurnal Kedokteran
Hewan, Volume 6
B. JUDUL :
Respons Metafisis Tulang Femur Distalis Tikus Ovariektomi Yang
Mengkonsumsi Kalsitriol
C. TUJUAN PENELITIAN :
Penelitian ini bertujuan untuk mengaji respons metafisis tulang femur distalis
tikus ovariektomi yang mengkonsumsi kalsitriol selama enam minggu terus
menerus. Selain diharapkan bermanfaat untuk mencegah demineralisasi Ca tulang
pada individu pascaovariektomi (menopause), juga dapat diperoleh informasi
tentang pemanfaatan kalsitriol yang aman apabila dikonsumsi dalam waktu yang
lama.
D. METODE PENELITIAN :
Melakukan pengamatan terhadap tikus yang dibagi tiga kelompok (normal/N
sebagai kontrol, ovariektomi/Ov, dan ovariektomi + suplemen kalsitriol/OvD)
masing-masing 5 tikus. Suplemen kalsitriol (1,25-dihidroksivitamin D) diberikan
secara oral sebanyak 8 μg/hari/tikus. Seminggu pasca adaptasi pakan, dilakukan
operasi ovariektomi (pengambilan ovarium) sesuai metode yang digambarkan
Wanfort dan Flecknell (1992) yaitu dengan membuat sayatan pada linea alba
mulai dari umbilikus ke arah kaudal. Sebagai anestesi digunakan campuran
ketamin 10% dosis 50 mg/kg berat badan dan xylazine 2% dosis 5 mg/kg berat
badan yang diinjeksikan intramuskular. Hal yang sama dilakukan pada tikus
kontrol meskipun tidak dilakukan pengambilan ovarium (operasi semu). Satu hari
pascaoperasi, semua tikus diberi perlakuan selama enam minggu. Lima minggu
pascaoperasi, setiap tikus dimasukkan kandang metabolik individu untuk studi
balan selama 1 minggu. Studi balan, untuk mengetahui retensi Ca (konsumsi Ca,
ekskresi Ca feses dan urin) dimulai setelah adaptasi hari ke 4 (hari ke 4-8). Selama
studi balan, setiap hari sisa pakan dan feses dikumpulkan, ditimbang dan disimpan
pada suhu -5° C untuk pemeriksaan Ca. Pada waktu yang sama, urin juga
dikumpulkan, diukur, diasamkan (pH 1) dalam larutan HCl 37%, dan disimpan
pada suhu -5° C untuk pemeriksaan Ca. Kalsium dan fosfor pakan diperiksa
dengan alat automatic chemistry Beckman Counter synchron Cx9 Pro., metode
Arsenazo III. Pemeriksaan Ca dalam feses dilakukan dengan metode yang sama,
setelah pakan dan feses ditentukan kadar airnya, diabukan pada suhu 600° C
sesuai dengan metode yang diterangkan oleh Harris (1970). Pemeriksaan Ca urin
juga dilakukan dengan metode yang sama setelah urin diuapkan pada suhu 60° C,
dilarutkan dalam asam HCl 37% dan diencerkan dalam akuabidestilata sesuai
dengan metode Harris (1970). Data Ca yang diperoleh dianalisis dengan uji
faktorial. Pada akhir perlakuan, enam minggu pascaovariektomi tikus dieutanasia,
tulang femur kanan diambil untuk pemeriksaan histopatologis dengan pengecatan
hematoksilin dan eosin.
E. KONSEP UTAMA PENELITIAN :
Penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian suplemen kalsitriol pada tikus
Wistar ovariektomi yang mengonsumsi teri tawar selama 1,5 bulan menyebabkan
osteoporosis metafisis tulang femur distalis. Analisis terhadap retensi Ca
menunjukkan bahwa suplemen kalsitriol tidak berpengaruh terhadap retensi Ca
meskipun cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan tikus ovariektomi tanpa
suplemen kalsitriol (Tabel 1). Menurut Braun et al. (2007) dan Scholz-Ahrens et
al. (2007) retensi Ca adalah selisih dari jumlah Ca yang dikonsumsi dengan
jumlah Ca yang diekskresikan dalam feses dan urin. Menurut Toromanoff et al.
(1997) selisih dari jumlah Ca yang dikonsumsi dengan jumlah Ca yang
diekskresikan dalam feses dan urin diartikan sebagai balan Ca. Menurut
O’Loughlin dan Morris (1994) ada keterkaitan antara balan atau retensi Ca dengan
akumulasi mineral dalam tulang, sedangkan menurut Wood (2000) retensi atau
balan Ca merefleksikan terjadinya keseimbangan antara proses pembentukan dan
resorpsi tulang selama proses remodeling tulang. Retensi Ca yang lebih tinggi
menunjukkan lebih tingginya pembentukan tulang dibanding resorpsi tulang, dan
sebaliknya.
Gambaran histopatologis bagian fisis dan metafisis tulang femur distalis tikus
normal menunjukkan zona osteogenik bagian fisis, dan spikulum tulang trabekula
di bagian metafisis berbentuk normal, rongga sumsum tulang didominasi jaringan
hematopoietik (Gambar 1). Menurut Jee (1983), Doige (1988) dan Palmer (1993)
zona osteogenik bagian fisis dibagi menjadi zona kondrosit istirahat, proliferasi,
dan hipertropi yang meliputi maturasi, degenerasi dan kalsifikasi. Dalam kondisi
normal, zona kondrosit istirahat ditandai oleh kondrosit berbentuk sferis, tunggal
atau berpasangan. Zona kondrosit proliferasi tersifat dengan sel kondrosit
berbentuk pipih dan setelah beberapa kali mitosis berubah bentuk menjadi oval.
Setelah masuk zona maturasi sel-sel yang tersifat dengan susunan selnya yang
berderet memanjang, tinggi sel menjadi 4-5 kali, volume sel juga membesar
sampai 10 kali, inti sel piknotik, sitoplasma bervakuola, dan terjadi kalsifikasi
matriks. Nilson et al. (1999) dan Weise et al. (2001) melaporkan bahwa estrogen
bekerja pada kondrosit lempeng pertumbuhan atau fisis manusia melalui ERα and
ERβ. Dilaporkan Palmer (1993) bahwa penurunan estrogen menyebabkan
gangguan produksi kolagen. Rongga sumsum tulang yang lebih luas dan dominasi
oleh jaringan adiposit diduga terkait dengan rendahnya konsentrasi estrogen tikus
ovariektomi yang diberi suplemen kalsitriol dibandingkan dengan tikus
ovariektomi tanpa suplemen kalsitriol. Menurut Weisberg et al. (2003) adiposit
dalam sumsum tulang tidak hanya menekan osteoblastogenesis tetapi juga
meningkatkan resorpsi tulang.
F. KRITIK DAN SARAN :
Kritik :
Dalam jurnal ini tidak dipaparkan secara detail bagaimana metode pembuatan
preparat sehingga dapat diperoleh gambaran histopatologis bagian fisis dan
metafisis tulang femur distalis tikus. Di jurnal ini hanya dipaparkan
pewarnaan yang digunakan yaitu menggunakan hematoksilin dan eosin saja.
Saran :
Sebaiknya dalam jurnal ini dijelaskan mengenai langkah-langkah secara rinci
mengenai pembuatan preparat sehingga dapat diperoleh gambaran histopatologis
bagian fisis dan metafisis tulang femur distalis tikus. Agar nantinya jika ada yang
ingin membuktikan penelitian ini sekali lagi dan
juga sekaligus ingin
menyempurnakan penelitian sebelumnya dapat lebih mengerti dan memahami.
Dan agar para pembaca terutama golongan mahasiswa dapat lebih memahami
bagimana metode yang digunakan secara runtut dan jelas.
Download