KELOMPOK 4 INFLASI DAN KEBIJAKAN PEMERINTAH Inflasi Inflasi adalah suatu keadaan di mana terdapat kecenderungan kenaikan harga barang dan jasa secara umum serta berlangsung secara terus-menerus. Dalam ekonomi terdapat 3 macam jenis teori inflasi di antaranya: 1. Teori Kuantitas 2. Teori Keynes 3. Teori Strukturalis Mengukur Inflasi Inflasi diukur dengan menghitung perubahan tingat persentase perubahan sebuah indeks harga. Indeks harga tersebut di antaranya: Indeks harga konsumen (IHK) atau consumer price index (CPI), adalah indeks yang mengukur harga rata-rata dari barang tertentu yang dibeli oleh konsumen. Indeks biaya hidup atau cost-of-living index (COLI). Indeks harga komoditas adalah indeks yang mengukur harga dari komoditas-komoditas tertentu. Indeks harga barang-barang modal Indeks harga produsen adalah indeks yang mengukur harga rata- rata dari barang-barang yang dibutuhkan produsen untuk melakukan proses produksi. IHP sering digunakan untuk meramalkan tingkat IHK di masa depan karena perubahan harga bahan baku meningkatkan biaya produksi, yang kemudian akan meningkatkan harga barang-barang konsumsi. Deflator PDB menunjukkan besarnya perubahan harga dari semua barang baru, barang produksi lokal, barang jadi, dan jasa. Kurva Phillips yaitu terdapatnya suatu trade-off antara tingkat inflasi dan tingkat pengangguran, yaitu bila tingkat pengangguran tinggi, laju inflasi rendah; sedangkan bila tingkat pengangguran rendah, laju inflasi tinggi.Keadaan ini pertama kali dikemukakan oleh A.W. Phillips pada tahun 1958 yang mulanya melukiskan hubungan antara tingkat perubahan upah dengan tingkat perubahan kesempatan kerja. 3 Ciri Kurva Philips Mempunyai lereng yang negatif , sehingga kurva ini turun dari kiri atas ke kanan bawah. Kurva Phillips mempunyai intersep pada sumbu horizontal pada tingkat pengangguran natural, di mana pada saat itu tingkat inflasi sama degan nol. Kurva ini menunjukkan tanggapan tingkat pengangguran terhadap perubahan tingkat inflasi. Ini ditunjukkan oleh besar kecilnya lereng kurva Phillips tersebut. Kurva Phillips ini tidak selalu tetap letaknya. Kurva Phillips itu akan bergeser ke luar bila pengambil keputusan mencoba mempertahankan tingkat pengangguran di bawah tingkat pengangguran natural, dan sebaliknya bila tingkat pengangguran dibiarkan berada di atas tingkat pengangguran natural, maka kurva Phillips akan bergeser ke bawah. Semakin tinggi tingkat pengangguran semakin cepat kenaikan tingkat upah dan harga dan semakin tinggi inflasi maka akan semakin cepat kenaikannya pada tingkat upah. 1. Teori Kuantitas Teori kuantitas menjelaskan bahwa pada prinsipnya inflasi itu akan terjadi hanya disebabkan karena bertambahnya uang yang beredar, bukan karena faktor-faktor lain. Berdasarkan teori kuantitas, terdapat 2 faktor penyebab bisa terjadinya inflasi yaitu: a. Jumlah uang yang beredar b. Perkiraan masyarakat bahwa harga-harga akan naik a. Jumlah uang yang beredar Banyaknya uang yang beredar di masyarakat akan meningkatkan inflasi dan semakin besar jumlah uang yang beredar maka tingkat inflasinya pun semakin meningkat. Oleh karena itu, dalam hal ini pemerintah dituntut harus memperhitungkan atau memperkirakan kemungkinan terjadinya inflasi apabila ingin menambahkan uang baru, karena pembuatan uang baru dengan jumlah terlalu banyak akan berdampak terhadap ke tidak stabilan perekonomian. b. Perkiraan masyarakat bahwa hargaharga akan naik Ketika masyarakat menganggap harga-harga akan naik maka hal yang dilakukan masyarakat adalah membelanjakan uangnya dengan barang, sehingga permintaan akan meningkat. Dalam teori dijelaskan bahwa untuk mengatasi inflasi yaitu dengan cara mengurangi jumlah uang yang beredar di masyarakat. 2. Teori Keynes Menurut teori ini, inflasi terjadi karena masyarakat mempunyai permintaan yang melebihi jumlah uang yang tersedia.Keynes memberikan pernyataan-nya bahwa inflasi terjadi karena masyarakat menginginkan hidup yang melebihi batas kemampuan ekonominya.Teori ini juga memfokuskan bagaimana persaingan antar masyarakat dengan penghasilan dapat memicu permintaan agregat yang lebih besar daripada jumlah barang yang tersedia sehingga menimbulkan kenaikan barang. 3. Teori Strukturalis Teori ini sering disebut juga dengan teori inflasi jangka panjang karena teori tersebut mengamati sebab inflasi yang berasal dari struktur ekonomi, terkhusus bagi penyedia bahan makan dan barang ekspor. Dalam teori ini dijelaskan bahwa penambahan barang terlalu lambat sehingga tidak sebanding dengan pertumbuhan kebutuhan-nya dan berakibat kenaikan harga bahan makan serta kelangkaan devisa negara. Apabila sudah seperti itu maka akan terjadi kenaikan harga secara merata dan terjadilah inflasi. Dampak terjadinya Inflasi 1. Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi. Sebaliknya, dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali (hiperinflasi), keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu. Orang menjadi tidak bersemangat kerja, menabung, atau mengadakan investasi dan produksi karena harga meningkat dengan cepat. Dampak terjadinya Inflasi 2. Bagi produsen, inflasi dapat menguntungkan bila pendapatan yang diperoleh lebih tinggi daripada kenaikan biaya produksi. Bila hal ini terjadi, produsen akan terdorong untuk melipatgandakan produksinya (biasanya terjadi pada pengusaha besar). Namun, bila inflasi menyebabkan naiknya biaya produksi hingga pada akhirnya merugikan produsen, maka produsen enggan untuk meneruskan produksinya. Produsen bisa menghentikan produksinya untuk sementara waktu. Bahkan, bila tidak sanggup mengikuti laju inflasi, usaha produsen tersebut mungkin akan bangkrut (biasanya terjadi pada Pengusaha kecil). Dampak terjadinya Inflasi 3. Secara umum, inflasi dapat mengakibatkan berkurangnya investasi di suatu negara, mendorong kenaikan suku bunga, mendorong penanaman modal yang bersifat spekulatif, kegagalan pelaksanaan pembangunan, ketidakstabilan ekonomi, defisit neraca pembayaran, dan merosotnya tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat. JENIS-JENIS INFLASI 1. Jenis Inflasi Berdasarkan Laju Pertumbuhan IHK Inflasi Ringan (Creeping Inflation) adalah inflasi yang lajunya kurang dari 10% setahun sehingga inflasi ini tidak begitu dirasakan. Inflasi imi sering disebut dengan inflasi yang merayap atau tidak begitu mengganggu perekonomian secara nasional. Inflasi sedang adalah inflasi yang lajunya antara 10-30% setahun. Pada tangkatan ini mulai dapat dirasakan naiknya harga-harga meski tidak begitu signifikan dan jika tida segera diatasi akan menjadi inflasi berat. Inflasi berat adalah inflasi yang lajunya pada batas 30%-100% setahu. Pada tingkatan ini harga kebutuhan masyarakat naik secara signifikan dan sulit dikendalikan. Hiperinflasi adalah inflasi yang sangat dirasakan karena dapat terjadu secara besar-besaran secara signifikan secara besar-besaran dan jika diukur berada di atas 100% setahun. Di Indonesia pada tahun 1966 pernah mengalami inflasi sevesar 600% hal ini disebabka percetakan uang baru secara besar besaran untuk menutup deficit anggaran pada waktu itu. 2. Jenis Inflasi Berdasarkan penyebabnya Demand Pull Inflation Supply Shock Inflation Mixed Inflation (Inflasi Campuran) Expected Inflation Demand Pull Inflation Demand Shock Inflation atau biasanya disebut dengan inflasi guncangan yang disebabkan oleh adanya daya Tarik dari permintaan masyarakat terhadap berbagai barang yang terlalu kuat. Inflasi jenis ini biasa dikenal juga dengan istilah Philips Curve Inflation.Inflasi ini dipicu oleh adanyay interaksi antara permintaan dan penawaran terhadap baran dan jasa domestic dalam jangka Panjang yang banyak dibutuhkan masyarakat. Supply Shock Inflation Supply Shock Inflation (Guncangan penawaran/ desakan biaya) adalah inflasi yang disebabkan oleh guncangan atau dorongan kenaikan biaya factor-factor produksi secara terus menerus dalam jangka waktu tertentu. Inflasi ini terjasi akibat didesak oleh naiknya biaya dari factor produksi. Mixed Inflation (Inflasi Campuran) Inflasi campuran merupakan inflasi yang disebabkan oleh kenaikan permintaan dan kenaikan penawaran.Perilaku perminaatn dan penawaran tifak setimbang.Permintaan terhadap barang atau jasa bertambah, hal ini mengakibatkan factor produksi dan penyediaan barang menjadi turun. Expected Inflation Inflasi ekspetasi yang terjadi akibat adanya perilaku masyarakat secara umum yang bersifat relative atau forward looking. Dalam hal ini, masyarakat menilai bahwa di masa yang akan dating kondisi ekonomi menjadi lebih baik dari masa sebelumnya. INFLASI MERAYAP DAN HIPERINFLASI Inflasi Merayap Inflasi merayap adalah proses kenaikan harga-harga yang lambat jalannya. Yang digolongkan dalm inflasi ini adalah kenaikan harga-harga yang tingkatnya tidak melebihi dua atau tiga persen setahun.Segolongan ahli ekonomi berpendapat bahwa inflasi merayap adalah diperlukan untuk menggalakkan perkembangan ekonomi.Menurut mereka harga barang pada umumnya naik dengan tingkat yang lebih tinggi dari kenaikan upah.Maka dalam inflasi merayap upah tidak berubah atau naik dengan tingkat yang lebih rendah dari inflasi.Sebagai akibatnya kenaikan hargaharga yang berlaku terutama mengakibatkan pertumbuhan dalam keuntungan perusahaan-perusahaan. Untung yang sangat besar akan menggalakkan pertambahan investasi. Hiperinflasi Hiperinflasi adalah proses kenaikan harga-harga yang sangat cepat, yang menyebabkan tingkat harga menjadi dua atau beberapa kali lipat dalam masa yang sangat cepat. Hiperinflasi seringkali berlaku dalam perekonomian yang sedang menghadapi perang atau kekacauan politik didalam negeri.Dalam masa-masa seperti ini pemerintah terpaksa menambah pengeluaran yang jauh melebihi dari pajak yang dipungutnya, salah satu caranya adalah dengan meminjam dari bank sentral atau mewajibkan bank sentral mencetak uang lebih banyak. Langkah-langkah yang sering digunakan untuk menghadapi hiperinflasi adalah sebagai berikut: Mengendalikan harga (menetapkan harga maksimum) Mencatu barang-barang kebutuhan pokok Membuat peraturan-peraturan yang melarang menyimpan barang Memberi subsidi kepada produsen-produsen Inflasi yang dapat dihindari dengan menjalankan langkahlangkah diatas disebut inflasi tertekan, dan apabila langkah-langkah tidak dilakukan disebut inflasi terbuka. Kebijakan Fiskal dan Kebijakan Moneter Kebijakan Fiskal dan Efeknya Kebijakan fiskal merupakan suatu kebijakan ekonomi yang dilakukan oleh pihak pemerintah guna mengelola dan mengarahkan kondisi perekonomian ke arah yang lebih baik atau yang diinginkan dengan cara mengubah atau memperbarui penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Salah satu hal yang ditonjolkan dari kebijakan fiskal ini adalah pengendalian pengeluaran dan penerimaan pemerintah atau negara. Tujuan-tujuan dikeluarkannya kebijakan fiscal a. Mencapai kestabilan perekonomian nasional. b. Memacu pertumbuhan ekonomi. c. Mendorong laju investasi. d. Membuka kesempatan kerja yang luas. e. Mewujudkan keadilan sosial. f. Sebagai wujud pemerataan dan pendistribusian pendapatan. g. Mengurangi pengangguran. h. Menjaga stabilitas harga barang dan jasa agar terhindar dari inflasi. Kebijakan fiskal dibagi menjadi 2 (dua) yaitu menurut segi teori dan menurut jumlah penerimaan dan pengeluaran. Menurut segi teori, kebijakan fiscal dibagi menjadi : 1. kebijakan fiskal fungsional 2. kebijakan fiskal yang disengaja, dan 3. kebijakan fiskal yang tidak disengaja. Menurut jumlah penerimaan dan pengeluaran, kebijakan fiskal dibagi menjadi : 1. kebijakan fiskal seimbang 2. kebijakan fiskal surplus 3. kebijakan fiskal defisit, dan 4. kebijakan fiskal dinamis. Kebijakan Moneter dan Efeknya Mengingat tugas spesifik yang diemban oleh Bank Indonesia seperti tersebut di atas, Bank Indonesia tidak sepenuhnya dapat mengendalikan inflasi, terutama tekanan inflasi yang berasal dari sisi penawaran (cost push inflation).Bank Indonesia, melalui kebijakan moneter, dapat mempengaruhi inflasi dari sisi permintaan, seperti investasi dan konsumsi masyarakat. Misalnya, kebijakan kenaikan suku bunga dapat menge-'rem' pengeluaran masyarakat dan pemerintah sehingga dapat menurunkan permintaan secara keseluruhan yang pada akhirnya dapat menurunkan inflasi Dengan menggunakan grafik seperti yang terdapat pada gambar dibawah, efek kebijakan moneter dalam menghindari inflasi dapat ditunjukan. Hubungan antara Kebijakan Fiskal dan Moneter Kebijakan fiskal dan kebijakan moneter umumnya dianggap sebagai kebijakan yang digunakan untuk mengelola sisi permintaan akan barang dan jasa dalam suatu perekonomian. Kedua kebijakan ini menyangkut masalah pengelolaan permintaan dengan tujuan untuk mempertahankan produksi nasional suatu perekonomian atau suatu negara yang mendekti kesempatan kerja penuh dan juga mempertahankan tingkat harga barang dan jasa pada tingkat yang udah tercapai sekarng. Apabil terdapat kelebihan permintaan diatas penawaran akan menimbulkan inflasi, namun apabila terdapat kelebihan penawaran diatas permintaan akan terjadi deflasi dan pengangguran. Pemerintah dapat mempengaruhi permintaan dalam perekonomian dengan kebijakan fiskal yaitu dengan cara meningkatkan dan mengurangi pengeluaran pemerintah dan subsidi, meningkatkan dan mengurangi tingkat pajak, sedangkan dengan kebijakan oneter pemerintah dapat mengurangi atau menambah jumlah uang yang beredar, atau dengan campurn dua kebijakan fiskal dan moneter, yaitu dengan mengubah pengeluaran, pengenaan pajak ataupun jumlah uang yang beredar secara bersama-sama. Hubungan antara kebijakan moneter dengan kebijakan fiskal dapat dilukiskan sebagai berikut ini: Dari gambar tersebut dapat diuraikan sebagai berikut : Kebijakan moneter akan mempengaruhi pasar uang dan pasar surat berharga. Kedua pasar tersebut akan menentukan tinggi rendahnya tingkat bunga, dan tingkat bunga akan mempengaruhi permintaan agregat. Kebijakan fiskal akan mempunyai pengaruh terhadap permintaan agregat dan penawaran agregat. Kemudian permintaan agregat dan penawaran agregat akan menentukan keadaan di pasar barang dan jasa. Kondisi pasar barang dan jasa itu kemudian akan menentukan tingkat harga dan pengerjaan dari faktor-faktor produksi. Selanjutnya tingkat harga dan kesempatan kerja akan menentukan tingkat pendapatan dan tingkat upah yang diharapkan. Keduanya akan mempunyai umpan balik terhadap permintaan agregat, dan upah harapan mempunyai umpan balik terhadap penawaran agregat dan pasar uang serta pasar surat berharga. Kebijakan Penawaran Salah satu kebijakan segi penawaran adalah kebijakan pendapatan (incomes policy), yaitu langkah pemerintah yang bertujuan mengendalikan tuntutan kenaikan pendapatan pekerja.Tujuan ini dilaksanakan yaitu berusaha untuk mencegah kenaikan pendapatan yang berlebihan. Pemerintah akan melarang tuntutan kenaikan upah yang melebihi kenaikan produktivitas pekerja. Kebijakan seperti itu akan menghindari kenaikan biaya produksi yang berlebihan. Kebijakan segi penawaran yang lain lebih menekankan kepada : Meningkatkan kegairahan tenaga kerja untuk bekerja Meningkatkan usaha para pengusaha untuk mempertinggi efisiensi kegiatan memproduksinya. Kebijakan segi penawaran dapat dijalankan dengan cara mengembangkan infrastruktur dan peningkatan pelayanan pemerintah dalam mengembangkan kegiatan usaha sektor swasta. Infrastruktur yang lebih baik dan peraturan pemerintah yang kondusif kepada pengembangan sektor swasta sangat penting peranannya dalam mengembangkan kegiatan usaha swasta dan meningkatkan efisiensi kegiatan tersebut. Infasi dan Kebijakan Segi Penawaran Grafik diatas menggambarkan bagaimana inflasi diatasi dengan menjalankan kebijakan dari segi penawaran. Keseimbangan awal berada pada E0 pada perpotongan AD0 dengan AS0 , dimana pada keseimbangan ini tingkat harga P0 dan pendapatan nasional di Y0. Perkembangan ekonomi yang pesat, menggeser permintaan agregat dari AD0 menjadi AD1 sehingga keseimbangan baru berubah menjadi di E1, dan tingkat harga naik menjadi di P1, dengan pendaptan nsional menjadi di Y1. Dalam keadaan seperti ini, walaupun pertumbuhan perekonomian berkembang pesat, akan tetapi inflasi berefek buruk terhadap kemakmuran masyarakat, maka untuk mengatasinya pemerintah menjalankan kebijakan penawaran dengan jalan menurunkan biayabiaya perusahaan, dan mendorong penggunaan teknologi baru. Apabila langkah tersebut berhasil, maka penawaran agregat AS akan bergerak kekanan, yaitu dari AS0 menjadi AS1, sehingga keseimbangan menjadi di E2. Keseimbangan baru ini menggambarkan bahwa perekonomian semakin berkembang sehingga kesempatan kerja dicapai yaitu pendapatan nasional mencapai YF dan masalah inflasi dapat diatasi karena harga turun dari P1 menjadi P2. THANK YOU