KAJIAN MANAJEMEN OPTIMALISASI PENERANGAN JALAN UMUM KOTA SEMARANG Aris Widodo Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang (UNNES) Kampus UNNES Sekarang Gunungpati Semarang 50229 Telp. (024) 8508102 Abstract: This research mainly aims to give input to Semarang Local Government in the efficiency of electricity utilization to the street illumination and the management of income tax from the societies, so they can be utilized optimally, directly, and in integrated way in order to the management of city infrastructures service. This research using the influence of traffic passenger car unit (pcu) for optimizing in a low density of traffic condition. The data of the Average Daily Traffic (ADT) volume on Pahlawan street was gathered from 6.00 p.m-6.00 a.m in every 15 minutes. The data was analyzed using quartile technique with K1 (25%) and K2 (50 %), then the researcher designed a line chart table of a link between the ADT and the time of the electricity switching on. In working days, the results are (1) the efficient time of street illumination in K1 (25%) was between 10.30 p.m-3.45 a.m, (2) in K2 (50%) was between 9.45 p.m-4.30 a.m. Due to the security and the beauty of the town and also considering the density of the traffic, the optimization and the dimming of the electricity are not needed in holidays. The optimization using ballast dimming (40%) from 250 watt to 150 watt for all lamps, obtained a significant account 32,4 Lx for average illumination. It is still fulfill the minimal requirement of 7 Lx for the average illumination on the collector street type. The optimization with dimming system obtained an efficiency in K1 (25%) was 23.16% and in K2 (50%) was 25,05%. Keywords : optimizing, passenger car unit (pcu), efficiency, dimming Abstraksi: Kajian ini bertujuan untuk memberi masukan kepada Pemerintah Kota Semarang dalam rangka efisiensi penggunaan daya listrik untuk penerangan jalan umum dan pengelolaan pendapatan pajak dari masyarakat. Kajian ini menggunakan pengaruh dari kepadatan lalu lintas jalan dalam satuan mobil penumpang (smp), guna optimalisasi penerangan jalan umum dalam kondisi kepadatan lalu lintas jalan yang rendah. Data Volume Lalu lintas Harian Rata-rata (LHR) Jalan pahlawan dilakukan dari jam 18.00 sore hari, hingga 06.00 WIB pagi dengan pencatatan per 15 menit, kemudian dibuat tabel grafik garis hubungan antara LHR dengan waktu penyalaan lampu penerangan jalan umum Kota Semarang, pada hari kerja diperoleh : (1) waktu efisiensi penyalaan lampu pada K1 (25%) antara jam 22.30 sampai dengan 03.45 Wib, (2) waktu efisiensi penyalaan lampu pada K2 (50%) antara jam 21.45 sampai dengan 04.30 Wib. Sedangkan pada hari libur berdasarkan keamanan dan keindahan kota serta volume lalulintas kendaraan yang cukup padat maka tidak ada perlakuan optimalisasi peredupan. Optimalisasi dengan sistem peredupan ballast (40%) dari daya 250 watt menjadi 150 watt pada seluruh titik lampu penerangan, didapat perhitungan kuat penerangan rata-rata sebesar 32,4 Lx, dan masih memenuhi syarat minimal kuat penerangan rata-rata untuk jenis jalan kolektor sebesar 7 Lx. Sistem optimalisasi dengan peredupan diperoleh efisiensi pada K1 (25%) sebesar 23,16 % dan K2 (50%) sebesar 25,05%.. Kata kunci : Optimalisasi, satuan mobil penumpang (smp), efisiensi, peredupan PENDAHULUAN yang Perkembangan suatu wilayah ditandai dengan adanya pertumbuhan penduduk peningkatan dan laju mendukung peningkatan aktivitas penduduk tersebut. Salah satu sarana pendukung aktivitasnya. infrastruktur yang penting adalah energi listrik. sering kali Energi listrik secara nasional dikelola oleh menimbulkan masalah bagi pengelola suatu Perusahaan Listrik Negara (PLN). Namun kita wilayah, karena seringkali tidak diimbangi sadari bahwa penyediaan energi listrik oleh dengan peningkatan sarana dan prasarana PLN tidak secepat pertumbuhan penduduk di Peningkatan aktivitas penduduk negara kita khususnya pertumbuhan penduduk Kajian Manajemen Optimalisasi Penerangan Jalan Umum Kota Semarang – Aris Widodo 87 di kota-kota besar. Oleh karena itu selalu di pembayaran rekering listrik setiap bulannya. himbau oleh pemerintah untuk menghemat Prosentasi pajak antar daerah atau kota penggunaan energi listrik. berbeda beda tergantung dari pengelolaan Jalan merupakan sarana transportasi daerah atau kota masing-masing. yang penting. Keselamatan dan kenyamanan Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang pengguna jalan ditentukan oleh banyak faktor sebagai antara lain mutu jalan. Namun demikian penerangan jalan umum di Kota Semarang, penerangan jalan pada malam hari juga mengalami merupakan salah satu faktor yang penting penggunaan daya listrik dari PLN untuk dalam penerangan jalan umum kenyamanan dan keselamatan penanggung banyak jawab kendala, mengelola antara lain kota yang diduga pengguna jalan serta yang lebih utama adalah tidak terkontrol. Disinyalir banyak penggunaan untuk keamanan, apalagi jalan-jalan di dalam listrik untuk penerangan jalan umum yang kota yang lalu lintas harian rata-rata (LHR) ilegal cukup muhaimin penggunaan daya tersebut oleh PLN tetap (2001:184) untuk menghemat energi listrik , dibebankan kepada Pemda atau Pemkot. Oleh apabila kepadatan lalu lintas berkurang maka karena kuat penerangan jalan mengantisipasi tinggi. Namun menurut dapat di kurangi oleh masyarakat. itu dipandang hal Sedangkan perlu tersebut untuk dengan dengan jalan pemadaman sebagian lampu penggunaan daya listrik secara efisien dan atau peredupan lampu tanpa mengurangi optimal antara lain dengan cara pemasangan keamanan jalan, atau dengan menggunakan meteran listrik untuk penerangan jalan umum rangkaian ekonomis yaitu mengurangi arus di dalam kota. sekitar 40% dengan menambah impedansi balast. Kedua metode dapat Dari permasalahan tersebut maka dilakukan Pemerintah Kota Semarang dipandang perlu menggunakan saklar waktu atau otomatis mengadakan terobosan dalam penggunaan yang kerjanya tergantung kepadatan lalu lintas daya listrik sebagai penerangan jalan umum di aktual. kota Semarang, yaitu dengan optimalisasi dan Menurut Undang-Undang (UU) No 25 tahun 1999 Pendapatan Asli Daerah (PAD) efektifitas pengontrolan penerangan jalan umum. adalah penerimaan yang diperoleh daerah dari Dari uraian di atas dapat diambil pokok sumber sumber dalam wilayahnya sendiri yang permasalahan dipungut pembayaran daya listrik untuk penerangan berdasarkan Peraturan Daerah berlaku. mengoptimalkan daya lampu penerangan jalan yang Kota Semarang biaya jalan umum di penghematan sesuai peraturan perundang-undangan yang Penggelolaan penerangan jalan umum umum yaitu dipengaruhi oleh dengan kepadatan dilakukan oleh pemerintah daerah (Pemda) di lalulintas jalan. Penelitian ini mengambil ruas tingkat jalan Kabupaten atau pemerintah kota Pahlawan SemarangTujuan dari (Pemkot) di tingkat Kota. Pemda atau pemkot penelitian ini adalah menarik retribusi Pajak Penerangan Jalan seberapa besar Umum (PPJU) penggunaan daya listrik untuk penerangan 88 pada masyarakat melalui JURNAL TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN, Nomor 2 Volume 18 – Juli 2016, hal: 87 - 96 untuk mengetahui persentase optimalisasi jalan umum yang dikelola oleh Pemerintah maksimal kendaraan Kota Semarang sehingga dapat mengurangi distribusi cahaya pada tengah jalan dengan pemakaian daya listrik dari PLN, namun tetap tepi jalan dengan perbandingan 3:1, (3) memperhatikan keselamatan pengguna jalan, cahaya dan memberikan perancangan optimalisasi menyebabkan keletihan mata, mengurangi penerangan jalan umum kepada Pemerintah kenyamanan Kota Semarang. menyebabkan kecelakaan, (4) arah cahaya yang yang diizinkan, menyilaukan berkendara (2) dapat sehingga dapt Penulisan Kajian tentang Optimalisasi menyudut 5 – 15 %, (5) warna cahaya lampu Penerangan Jalan Umum Di Kota Semarang pelepasan gas berpengaruh terhadap warna dengan studi tertentu, (6) lingkungan berkabut dan berdebu Semarang kasus di Jalan Pahlawan dengan bahwa mempunyai faktor absorsi terhadap cahaya pengelolaan restribusi pajak penerangan jalan yang dipancarkan oleh lampu. (muhaimin, umum 2001: 180) dari sasaran masyarakat yang dibayarkan melalui pembayaran rekening listrik setiap Menurut Muhaimin 181), beserta kuat terdapat daya listrik yang diproduksi penerangan rata-rata sebagai berikut: (1)Jalan diefisiensikan dan dioptimalkan jalan : bulannya untuk membayar biaya penggunaan dari PLN dapat klasifikasi (2001 sehingga bebas hambatan atau jalan Tol (> 20 Lx); (2) dana penghematan dapat digunakan untuk Jalan utama (arteri), yaitu jalan yang menuju meningkatkan atau melingkar kota ( 15-20 Lx); (3) Jalan pelayanan, perawatan dan perbaikan penerangan jalan umum di Kota penghubung (Kolektor), yaitu jalan Semarang. percabangan jalan utama (7-10 Lx); (4) Jalan kampung atau Lokal (3-5 Lx); (5) Jalan PENERANGAN JALAN RAYA setapak atau gang (3-5Lx) Penerangan jalan raya mempunyai Kehilangan cahaya pada sumber dua fungsi pokok yaitu fungsi keamanan dan penerangan jalan dipengaruhi dua faktor yaitu fungsi ekonomi. Keamanan pengguna jalan : berkaitan dengan kuat penerangan sesuai penerangan (lampu dan armatur) karena umur dengan kepadatan kendaraan, serta kerataan pemakaian, penerangan pada bidang jalan. Kebutuhan armaturnya dapat menyebabkan perubahan daya (kW) penerangan pada suatu ruas jalan sifat lastik maupun prismatik perutup armatur sangat bervariasi tergantung pada geometri (Muhaimin, 2001:182). (1) penurunan (2) kemampuan pengotoran sumber terhadap permukaan jalan, lampu yang digunakan dan faktor refleksi permukaan jalan. Sedangkan fungsi ekonomi jalan berkaitan dengan distribusi barang. enam penerangan besarnya Lampu penerangan jalan harus menggunakan armatur untuk melindungi dari Penerangan bangkan LAMPU PENERANGAN JALAN jalan aspek rata-rata berdasarkan (E mempertim- air hujan, debu, atau kotoran lainnya. Lampu yaitu : (1) kuat yang dapat digunakan untuk penerangan jalan rata-rata) adalah pada yang kecepatan semua lampu pelepasan gas penerangan sedangkan untuk gang dapat Kajian Manajemen Optimalisasi Penerangan Jalan Umum Kota Semarang – Aris Widodo 89 menggunakan lampu pijar. Lampu fluorresen memberikan tingkat luminasi yang lebih tinggi hanya pada digunakan bila pergerakan persimpangan, dengan atau gang. persimpangan, dan menggunakan tipe luminer penerangan pemasangan jalan menurut lampu Muhaimin berbeda pada yang berbeda dengan luminer yang digunakan untuk jalan utama dan simpangannya. (2001:185) yaitu : 1. Pemasangan yang lampu pemakaiannya rendah, misalnya jalan lokal Posisi warna mengunakan Berdasarkan pada keputusan presiden dengan menggantung pada tengah jalan. nomor 104 tahun 2003 tentang harga jual tenaga listrik tahun 2004 yang disediakan oleh 2. Pemasangan pada satu sisi jalan. perusahaan perseroan PT. Perusahaan Listrik 3. Pemasangan pada dua sisi jalan . Negara maka besarnya tarif untuk penerangan 4. Pemasangan pada dua sisi jalan berhadapan berselang seling. adalah sebesar Rp. 635,00 per kWh. Tarif ini berlaku 5. Pemasangan pada dua sisi median jalan sama untuk seluruh sistem penerangan jalan umum di kota Semarang. 6. Pemasangan pada dua sisi median jalan PERANCANGAN PENERANGAN JALAN berselang seling. Dalam melakukan suatu perencanaan Ketika merancang penerangan jalan penerangan jalan diperlukan beberapa data maka perlu diketahui lebar dan kelas jalan, pendukung, diantaranya adalah : pengaruh lingkungannya untuk menentukan 1. Data jalan, meliputi kelas jalan, panjang jalan, dan lebar ruas jalan koefisien pemakaian, serta Kurva Distribusi Kandeka (KDK) lampu yang akan digunakan. 2. Tingkat illumminasi yang dibutuhkan 3. Tingkat keseragaman yang dibutuhkan Sedangkan data-data lainnya adalah Kuat penerangan rata-rata untuk penerangan jalan dapat ditentukan dengan persamaan (1): daya lampu yang akan dipakai, tinggi gantung ФL . KP . FKC (mounting height) bergantung pada jarak atau spasi yang akan dipakai. yang akhirnya juga Er = J.L (1) bergantung pada lebar jalan yang ada. Tipe luminer yang digunakan akan bergantung Dimana : pada lingkungan jalan dimana lampu tersebut ФL = Arus cahaya lampu (lumen) akan dipasang. KP = koefisien pemakaian. Selain pengaturan luminer pada jalur FKC = Faktor kerugian Cahaya. yang ada perlu pula diperhatikan, pengaturan Er = Kuat Penerangan ( lux ) luminer jalan J = Jarak antar lampu.(m) melingkar serta belokkan balik arah dimana L = Lebar jalan (m). pada tiap persimpangan dapat dilihat dengan (muhaimin, 2001:186). pada persimpangan jalan, jelas oleh pengguna jalan, untuk menetukan Perhitungan illuminasi dengan metode arah yang benar. Bantuan tersebut khususnya titik menggunakan pada malam sebagai berikut: 90 hari, dapat diberikan dengan JURNAL TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN, Nomor 2 Volume 18 – Juli 2016, hal: 87 - 96 persamaan (2), menjadi x3, x4 = 1.5 jarak tiang E I r2 Etot = E1 + E2 + E3 + E4 cos (2) dimana : dimana: Iαβ = intensitas cahaya pada sudut α, β En = Illuminasi di titik P oleh tiang ke- α = Sudut yang dibentuk dari garis normal n X = Jarak lampu ke titik yang dihitung luminer dengan garis lurus antara luminer dengan (perubahan α titik yang membentuk dituju putaran LALU LINTAS HARIAN RATA-RATA Sejalan vertikal secara relatif terhadap luminer) β = Sudut yang dibentuk oleh sisi depan dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi di kota Semarang maka luminer dengan garis lurus antara volume luminer mengakibatkan kebutuhan prasarana jalan dengan (perubahan horisontal β titik yang membentuk secara relatif dituju putaran terhadap lalulintas meningkat pula, yang perlu ditingkatkan. Kapasitas secara umum menunjukan jumlah maksimum kendaraan yang melintasi luminer) r = Jarak antara luminer denga titik objek suatu penampang tertentu pada suatu jalan θ = raya dalam satu-satuan waktu tertentu, yaitu Sudut antara sinar datang dengan jumlah kendaraan maksimum yang memiliki garis normal titik objek kemungkinan yang cukup untuk melewati ruas jalan tersebut ( satu maupun dua arah) pada periode waktu tertentu dan dibawah kondisi N h r jalan dan lalulintas umum Kapasitas maksimum merupakan besarnya kapasitas yang menunjukan vulome P maksimum yang dapat ditampung jalan pada keadaan lalulintas yang bergerak lancar tanpa Gambar 1. Gambaran untuk perhitungan metode titik terputus atau kemacetan serius. Kapasitas jalan Dari gambar 1 terlihat, bahwa garis normal lampu adalah sama dengan titik P E h2 faktor jalan dan faktor lalulintas. Faktor jalan antara lain : lebar jalan ideal adalah 12 feet (3,6 meter), kebebasan samping, batas jalan, sehingga Kuat penerangan (Lx) = I dipengaruhi oleh jalur tambahan, keadaan permukaan jalan, cos 3 h Cos 2 2 2 0.5 ( xn y h ) (4) alinemen dan penataan landai penerangan mempertimbangkan estetika, jalan. dan aspek Perencanaan jalan perlu aspek-aspek teknik, ekonomi. Pemilihan pada : sumber cahaya, perluasan jaringan listrik, jenis x1, x2 = 0.5 jarak tiang tiang, ornamen dan armatur lampu merupakan Kajian Manajemen Optimalisasi Penerangan Jalan Umum Kota Semarang – Aris Widodo 91 faktor penting yang harus diperhatikan dalam (kendaraan/jam, kendaraan/hari). Lalu-lintas penataan lampu Penerangan Jalan Umum Harian Rata-rata (LHR) merupakan jumlah (PJU). Selain itu faktor data lalu lintas jalan kendaraan yang melewati pada suatu titik juga perlu dipertimbangkan, seperti : dalam satu hari atau dalam satu tahun per 365 1. Keadaan dua sisi jalan hari (Kodoatie 2003:391) 2. Volume arus lalu lintas (kendaraan dan pejalan kaki) METODE LALU LINTAS HARIAN RATA- 3. Kejadian di malam hari (tabrakan antara RATA kendaraan atau manusia) Metode pengumpulan data dilakukan 4. Kejadian kejahatan di malam hari dengan metoda pengumpulan data primer dan 5. Banyak tikungan sekunder. Data primer diperoleh berdasarkan 6. Konstruksi jalan (lebar, banyak kolom, pengamatan lapangan pada kepadatan lalu permukaan jalan, tikungan dan tingkat lintas pergerakan kendaraan bermotor pada jalan, lokasi dan lebar trotoar, jenis dan malam hari dari jam 18.00 WIB sampai dengan banyak jalan akses, lebar dan lokasi pagi jalur pemisah, persimpangan, jembatan dilakukan setiap 15 menit di beberapa titik ruas dan jalan Pahlawan Semarang, untuk mengetahui terowongan, jembatan hari jam 06.00 WIB, pengamatan penyeberangan) Lalu lintas Harian Rata-rata (LHR). LHR Penyalaan dan peredupan jalan yang dibedakan untuk LHR hari kerja dan hari Libur. efisien pada waktu yang tepat sangat penting Hari kerja dari hari senin sampai hari sabtu, untuk memberikan kepuasan. Pengontrolan dan hari libur pada minggu satu persatu biasanya mahal tetapi kadang- Populasi pengamatan ini adalah semua kadang diperlukan. Hal ini dapat diatasi kendaraan yang melalui ruas Jalan Pahlawan dengan penggunaan sakelar tangan, mekanis, Semarang untuk mengetahui kurva Lalu lintas ataupun Harian Rata-rata (LHR) per 15 menitan dan sakelat fotoelektronis yang disingkronisasikan (Hobbs 1995:554). Kepadatan lalulintas semua titik lampu penerangan jalan umum di jalan dapat Jalan Pahlawan Semarang, pengamatan diketahui dari nilai lalu lintas harian rata-rata penuh dari jam 18.00 sore hari sampai dengan dengan indikator satuan mobil penumpang 06.00 pagi hari pada setiap pengamatan (smp). Berdasarkan MKJI untuk kendaraan Sedangkan teknik analisis data bermotor roda 2 (dua) dengan indek koefisien menggunakan kurva LHR dengan diagram 0,25 smp, untuk mobil atau kendaraan roda 4 garis (empat) menggambarkan data yang terus menerus dengan indek koefisien 1 smp, sedangkan untuk kendaraan dengan roda lebih dari 4(empat) memiliki indek koefisien 1,5 smp. (Sudjana 1996:26) untuk atau berkesinambungan per 15 menitan. Kemudian dihitung dengan teknik kuartil (Sudjana 1996:81) dengan persamaan : Volume lalu lintas merupakan jumlah kendaraan yang melewati pada suatu titik ruas jalan tertentu dalam satuan waktu tertentu 92 ( nb - bk ) Ki = ----------------- JURNAL TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN, Nomor 2 Volume 18 – Juli 2016, hal: 87 - 96 (5) 4 Lalu-lintas Harian Rata-rata (LHR) dimana : ,i Katagori hari kerja LHR puncak sore = 1 (25%), 2 (50%), hari diperoleh 578 smp, LHR terendah malam nb = LHR tertinggi hari diperoleh 53 smp dan LHR puncak pagi nk = LHR terendah hari diperoleh 182 smp. Sedang Kategori hari Kemudian ditarik garis dengan nilai libur LHR puncak sore hari diperoleh 680 Kuartil LHR puncak sore hari dan LHR puncak smp, LHR terendah malam hari diperoleh 96 pada pagi hari. Didapat garis linier yang smp dan LHR puncak pagi hari diperoleh 322 berpotongan smp. dengan kurva LHR untuk menentukan jam pemadaman atau peredupan. Kemudian dihitung prosentase penghematan daya dengan lampu terpakai. perhitungan Analisis Kuartil (Ki) Dieksperimenkan dimming (peredupan) Kemudian dari data LHR dihitung dengan teknik kuartil (Sudjana 1996:81) hingga batas minimal (kuat penerangan = 7 dengan persamaan (5), diperoleh : Nilai Kuartil Lx) kelas jalan lokal primer (kolektor) di Jalan Hari Kerja Pahlawan pada seluruh lampu, lalu dihitung puncak sore hari 184.25 smp, penghematan daya listriknya. hari Dari grafik diperoleh rentang waktu pemadaman lampu terpasang K1 (25%) dan pada efisiensi 85.25 smp, sedang K1 (25%) pada puncak pagi pada efisiensi K2 (50%) pada puncak sore hari 315.50 smp, puncak pagi hari 117.50 smp K2 (50%), kemudian dipergunakan untuk menghitung daya listrik yang dapat di Grafik Hubungan LHR Dengan Waktu efisiensikan dalam kurun waktu tertentu pada ruas Jalan Pahlawan Semarang. Waktu dalam kurva garis kemudian ditarik Setelah menentukan jam peredupan dilakukan percobaan perhitungan dengan : 1. 2. Dari grafik hubungan LHR dengan garis linier nilai LHR dari perhitungan kuartil K1, dan K2. Untuk K3 dan K4 nilai LHR yang Perhitungan efisiensi daya pemakaian relatif cukup tinggi sehingga tidak disertakan dengan peredupan lampu pada kondisi dalam efisiensi peredupan K1 = 25% penerangan jalan umum, maka di peroleh Perhitungan efisiensi daya pemakaian rentang waktu peredupan sebagai berikut : dengan peredupan lampu pada kondisi pada koefisien efisiensi 25 % rentang waktu K2 = 50% efisiensi peredupan dari pukul 22.30 – 03.45 perhitungan (315 menit), sedangkan pada koefisien ANALISIS LALU LINTAS HARIAN RATA- efisiensi waktu RATA peredupan dari pukul. 21.45 – 04.30 (405 Pada analisis data, diuraikan tentang 50 % rentang efisiensi menit). analisis data lalu lintas harian rata-rata ruas jalan Pahlawan Semarang, analisis kuartil, grafik dengan hubungan LHR waktu penyalaan PJU, dan optimalisasi PJU. Kajian Manajemen Optimalisasi Penerangan Jalan Umum Kota Semarang – Aris Widodo 93 Perhitungan Kuat Penerangan Rata-rata x 44 titik x 311 hari = Rp. 8.428.659,- atau (Lx) sebesar 25.05% penghematan biya per tahun Lampu PJU di Jalan Pahlawan menggunakan jenis SON 250 watt, dengan jarak 40 meter kontrol Optimalisasi sistim peredupan dapat menggunakan persamaan (1) diperoleh angka dilakukan tanpa merubah jaringan instalasi kuat penerangan sebesar 54 Lx , memenuhi kabel syarat dengan karena antar lebih tiang, besar di PEMBAHASAN dari 7 Lx titik-titik lampu investasi penerangan, pemasangan tetapi rangkaian (minimum), dan jika di kontrol menggunakan peredup lampu (dimmer) dan pengatur waktu persamaan kuat (timer). Perlakuan peredupan dilakukan pada Lx , memenuhi semua lampu terpasang pada kondisi LHR (4) diperoleh penerangan sebesar 71,11 syarat karena lebih besar angka dari 7 Lx (minimum). rendah. Peredupan dilakukan pada lampu jenis SON 250 dengan daya nominal 250 watt menjadi daya nominal 150 watt. Dalam Perhitungan Biaya Efisiensi Daya Listrik perhitungan kuat penerangan rata-rata lampu Sistem Peredupan peredupan menjadi 42,66 Lx pada titik nadir Peredupan lampu dapat dilakukan pada dengan persamaan (4). Kuat penerangan semua titik lampu dengan menggunakan dasar rata-rata masih peredupan pada LHR rendah. Peredupan kecenderungan aman karena masih di atas (dimming) dapat dilakukan dengan penurunan ketentuan penerangan jalan umum kelas jalan daya Kolektor primer sebesar 7 – 10 Lx. dari 250 watt menjadi 150 watt peredupan memiliki Dari (Pengurangan daya 100 watt) dengan kuat efisiensi yang dapat dilakukan dengan sistem penerangan rata-rata minimal 7 Lx. Dengan peredupan lampu penerangan jalan umum SON 150 diperoleh angka kuat penerangan pertahun pada perlakukan K1, menunjukan sebesar 32,4 Lx angka 23.16 % dan pada perlakukan K2 persamaan (1) dan angka sebesar 42,66 Lx menurut persamaan (4). menunjukan angka 25.05% Dari data grafik hubungan LHR dengan Pemerintah kota Semarang dalam hal waktu penyalaan lampu didapat perhitungan ini Dinas Pertamanan Kota yang menangani efisiensi pengelolaan peredupan sebagai berikut : penerangan jalan umum Peredupan K1 (25%) efisiensi biaya 0.94 kWh dipandang perlu untuk selalu meningkatkan x Rp 635,- = pelayanan kepada masyarakat, namun sering Rp. 596.9,- /titik / hari, sedang Peredupan K2 (50%) Efisiensi biaya kWh x Rp 635,- = Rp. . 615.95,- 0.97 terjadi kendala dengan keterbatasan dana dan ef dalam sistem pelayanan kepada masyarakat, efisiensi biaya total per tahun K1 (25 %) = Rp. seperti x. 596.9,- x 44 titik x 311 hari = penambahan lampu penerangan jalan umum 7.985.711.,- atau sebesar Rp. 23.16% perawatan, di Kota Semarang. perbaikan dan Dinas Pertamanan Kota penghematan biya per tahun, sedang efisiensi Semarang menurut data mengelola 30.000 biaya total per tahun K2 (50 %) = Rp. 615.95,- titik lampu penerangan jalan umum, ditambah dari pendataan PLN menyebutkan bahwa 94 JURNAL TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN, Nomor 2 Volume 18 – Juli 2016, hal: 87 - 96 terdapat kurang lebih 30.000 titik lampu Dari penelitian ini perlu ada kajian lebih penerangan jalan umum yang dipasang secara lanjut guna menghitung biaya investasi yang swadaya masyarakat yang belum terdaftar di lebih akurat dan aspek-aspek dinas pertamanan kota Semarang. Hal ini berkaitan dengan optimalisasi pengelolaan menunjukan pula bahwa beban pemakaian penerangan jalan umum sehingga akan lebih daya listrik untuk penerangan jalan umum memantapkan yang harus ditanggung oleh Pemerintah Kota lapangan. Semarang relatif cukup besar. terdaftar maupun pembayarannya pelaksanaannya di Seluruh pemakaian daya listrik baik untuk lampu yang telah dalam lain yang yang dibebankan PENUTUP belum, Dari analisis data dan pembahasan kepada dalam kajian optimalisasi penerangan jalan Pemerintah Kota Semarang yang sumbernya umum adalah dari pajak penerangan jalan umum. simpulkan sebagai berikut : (1) Optimalisasi Sehingga Penerangan Jalan Umum Kota Semarang selain mengusahakan penataan di Kota penerangan jalan umum dengan program dengan meterisasi, dinas pertamanan Kota Semarang Semarang dengan pengaruh dari Lalu-lintas dipandang Harian Rata-rata (LHR) yang menggunakan perlu untuk melakukan studi Semarang dapat penulis penghematan pemakaian daya listrik dengan sistem sistem peredupan. penghematan Keuntungan menggunakan sistem yang memiliki listrik kisaran antara 23.16% Saran yang dapat penulis sampaikan peredupan Semarang dalam hal ini Dinas Pertamanan memiliki kerataan kuat penerangan yang relatif Kota dipadang perlu untuk menggunakan merata, (3) tidak perlu mengganti jenis lampu sistem peredupan pada saat LHR rendah, terpasang, (4)pada saat LHR tinggi dan lampu sehingga dapat menghemat biaya dalam menyala semua pada kondisi kuat penerangan rangka peningkatan pelayanan dan perawatan yang penuh sehingga faktor keamanan dan penerangan jalan umum untuk kepentingan estetika kota sangat terpenuhi, (5) tidak pengguna jalan khususnya masyarakat kota memerlukan tambahan instalasi kabel pada Semarang. masing-masing tiang, karena alat peredupan lanjutan dengan dimming set dipasang di rangkaian penghematan daya listrik yang efisien untuk kWh meter. penerangan jalan umum di Kota Semarang. Adapun menggunakan diperlukan pada saat dari daya Pahlawan dari penulisan ini adalah: (1) Pemerintah Kota (2) sama peredupan jalan sistem pemadaman, relatif di sampai dengan 25.05%. peredupan adalah (1) membutuhkan waktu investasi kasus kekurangan sistem peredupan pemasangan pengatur dengan : (1) (2) guna Perlu adanya penelitian menentukan sistem Dan (3) Perlu adanya perhitungan lebih lanjut tentang perancangan sistem optimalisasi waktu penerangan jalan umum Kota Semarang, (timer) dan alat peredup (dimmer), (2) pada ditinjau dari syarat kuat penerangan minimum persimpangan memiliki kuat penerangan yang jalan. sama dengan lajur lurus jalan. Kajian Manajemen Optimalisasi Penerangan Jalan Umum Kota Semarang – Aris Widodo 95 DAFTAR PUSTAKA Christian D., Lestari P., 1991. Teknik Pencahayaan dan Tata Letak Lampu. Artolite-Grasindo. Darmawan, Bayu, 2004. Optimasi Penataan Lampu PJU Sebagai Upaya Penghematan Biaya Energi Listrik, (TA) Teknik Elektro UNDIP Direkrotat Jendral Bima Marga, 1997. Manual Kapasitas jalan Indonesia (MKJI), Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum nd Fischer, D. 1975. Lighting Manual. 2 Ed. N.V. Netherlands: Gloeilampenfabrikien Hobbs, F, D, 1995. Perencanaan dan Teknik Lalu Lintas. Yogyakarta: Gajah Mada university Press, Kodoatie, Robert J, 2003. Manajemen dan Rekayasa Infrastruktur. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Kusumo, A.S., 2002. Buku Latihan Pemrograman dengan Visual Basic 6. Jakarta: Gramedia McGuinness, William J., 1981. Mechanical and th Electrical Equipment for Buildings. 6 Ed. John Wiley and Sons. Morlok, Edward, K, 1988. Tansportasi, Surabaya.: Erlangga Muhaimin, 2001. Teknologi Pencahayaan, Bandung: Refika Aditama NN. 1983. Desain Kriteria Jaringan Distribusi Jawa Tengah. PLN Distribusi Jawa Tengah NN. 2003. Efficient Street Lighting Design Guide. Connecticut Light and Power Company. Connecticut, North America. P. Van Harten. 1991. Instalasi Arus Kuat 1,2,3. Bandung: Bina Cipta. Sudjana, 1996. Metode Statistika. Bandung: Tarsito. Turan 96 T., 1986. Electrical on Power Distribution System Engineering. New York: Mc Graw Hill Book Company. JURNAL TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN, Nomor 2 Volume 18 – Juli 2016, hal: 87 - 96