Uploaded by Muhammad Fadly

TUGAS AKHIR EM5

advertisement
TUGAS AKHIR MODUL 5
MUHAMMAD FADLY
PROSES SCANNING PADA SISTEM TELEVISI
PENDAHULUAN
Sistem Televisi atau lengkapnya sistem penyiaran televisi, adalah juga termasuk
telekomunikasi, yang bekerja dengan satu sistem modulasi, yaitu AM dan FM. Sinyal gambar
(vision) diki-rimkan dengan modulasi AM vestigial sideband, sedang sinyal suara (sound)
dipancarkan dengan modulasi FM. Kedua sinyal tersebut akhirnya dipancarkan ke udara dengan
bandwidth RF (radio frequency) sebesar 7 MHz (sistem-B, 625 garis).
Dalam hal sistem penyiaran televisi yang sampai saat ini masih dalam versi analog, kedua
sinyal informasi tersebut dikirim, baik melalui media udara (offair) maupun melalui media kabel
(televisi kabel). Pada sisi penerima, sinyal televisi yang dikirimkan tersebut diterima dengan
pesawat penerima televisi yang mempunyai ukuran layar kaca dengan perbandingan 4:3 untuk
panjang dan tingginya. Ukuran itu disebut dengan aspect ratio. Dalam perkembangan
teknologinya, ukuran layar tersebut dirancang lebih lebar, yaitu 16:9 atau 5,33 : 3, yang dikenal
dengan nama sistem televisi layar lebar atau high definition television (HDTV). Sistem layar
lebar inilah yang merupakan sistem televisi abad 21 yang sebetulnya telah mulai dikembangkan
sejak tahun 1980-an untuk versi analognya.
Selanjutnya, persoalan yang lebih banyak dibahas dalam teknik televisi adalah masalah
videonya, karena teknik audio pada umumnya sama dengan pengolahan sinyal analog. Berkaitan
dengan teknik video itu, masalah utama adalah proses scanning yang menghasilkan struktur
sinyal video dalam besaran listrik. Dalam proses menghasilkan sinyal video tersebut terjadi
transfer besaran daya, yaitu dari besaran optis ke besaran elektris yang menggunakan satu device
(transducer).
SCANNING
Di dalam proses menghasilkan sinyal video, satu frame gambar dibagi menjadi struktur
garis, sehingga satu frame tersebut seolah dipotong-potong dengan arah dari kiri ke kanan
menjadi beberapa garis. Proses pemotongan itu dimulai dari ujung kiri atas gambar ke kanan dan
kemudian untuk garis berikutnya dimulai dari sebelah kiri lagi. Demikan seterusnya sampai
keseluruhan frame terpotong. Jadi garis pemotongan itu dari kiri ke kanan mengikuti garis lurus
yang miring ke kanan seperti ditunjukkan pada Gbr-1. Proses menjadikan struktur garis itu
dinamakan scanning yang pada prakteknya dilakukan dengan menggunakan berkas sinar (beam)
yang berasal dari sistem penembak sinar katoda (cathode ray gun), sementara bayangan gambar
satu frame dilukiskan pada layar peka cahaya (bahan oksida timah hitam). Keseluruhan proses
scanning itu terjadi di dalam unit tabung pengambil gambar (pickup tube) yang ditempatkan
dibelakang lensa kamera.
Gbr-1 Sistem scanning yang berlangsung di dalam tabung pengambilan gambar (picking tube)
Terlihat pada Gbr-1, bahwa garis penuh scanning menunjukkan perioda aktif garis
scanning yang berarti pada perioda tersebut dihasilkan sinyal gambar. Sedang garis putus yang
arahnya dari kanan ke kiri menunjukkan perioda blanking sinyal gambar, yaitu saat beam
kembali (retrace) ke sebelah kiri untuk mulai menghasilkan sinyal satu garis berikutnya. Pada
saat retrace ini, beam dimatikan oleh sistem gun, sehingga pada layar tidak menghasilkan sinyal
video. Proses ini dimungkinkan karena terjadinya simpangan beam oleh sinyal sawtooth dari
sistem deflection coil, ke arah horizontal maupun vertikal. Lingkup tegangan sawtooth tersebut
pada proses scanning ditunjukkan pada Gbr-2. Pada gambar nampak, bahwa waktu scanning
aktif dinyatakan dengan TH' untuk scanning horizontal, sedang untuk scanning vertikal, perioda
aktifnya dinyatakan dengan TV'. Dengan kombinasi tegangan sawtooth tersebut, maka gerak
beam mengikuti garis lurus miring dari kiri ke kanan yang makin lama posisinya makin kebawah
untuk menghasilkan sinyal gambar garis berikutnya. Setelah menyelesaikan satu frame penuh,
maka beam kembali di sudut kiri atas untuk memulai satu frame gambar selanjutnya. Perlu
diketahui disini, bahwa arah dari kiri ke kanan adalah arah yang dilihat dari sisi pengamat
(observer) layar monitor, sehingga bila dilihat dari sisi cathode ray gun, maka beam melakukan
scanning dari arah kanan ke kiri dengan kemiringan lintasannya ke arah kiri seperti ditunjukkan
pada Gbr-1.
4
1
3
5
7
9
11
13
15
3
TV'
TV"
TH'
TH"
Gbr.2 Lingkup tegangan sawtooth pada proses scanning
Pada sistem scanning ini terdapat dua metoda, yaitu scanning dilakukan langsung satu frame
gambar dari sudut kiri atas sampai berakhir pada sudut kanan bawah. Scanning metoda ini
dinamakan sebagai progressive scanning. Metoda scanning yang kedua dilakukan dengan
membagi satu frame gambar ini menjadi dua field, yaitu field garis-garis ganjil (odd field) dan
field garis-garis genap (even field), sehingga satu frame penuh disusun dari kedua field tersebut
secara berurutan. Metoda kedua ini dinamakan interlaced scanning. Gbr-1 di atas, menunjukkan
proses progressive scanning.
1
3
5
7
9
11
13
15
4
4
3
field ganjil
2
4
6
8
10
12
14
3
field genap
Gbr-3 Sistem scanning metoda kedua, interlaced scanning
Pada sistem interlaced scanning, satu frame gambar dibagi menjadi dua field seperti
ditunjukkan pada Gbr-3, yaitu field ganjil dan field genap. Sehingga bila jumlah garis total
adalah 625 garis, maka pada field ganjil maupun field genap masing-masing dilakukan scanning
sebanyak 312,5 garis = 625/2. Scanning pada field ganjil diawali pada sudut kiri atas dan
berakhir pada tengah-tengah batas frame yang paling bawah. Sedang untuk field genap, scanning
diawali pada titik tengah batas frame yang paling atas dan berakhir pada sudut kanan bawah
seperti nampak pada gambar. Pada Gbr-3 dicontohkan jumlah garis yang tidak 625 garis sebagai
ilustrasi.
Pada Gbr-3 tidak dilukiskan jalur-jalur retrace garis (horizontal) untuk menyederhanakan
gambar. Jalur retrace vertikal pada field ganjil, lurus keatas sehingga sampai di tengah-tengah
batas frame yang paling atas untuk memulai proses scanning field genap. Sementara retrace
vertikal pada field genap mulai dari sudut kanan bawah langsung ke sudut kiri atas frame untuk
memulai proses scanning field ganjil.
Kemudian sinyal gambar kedua field tersebut diurutkan secara waktu dan dipisahkan oleh
perioda vertical blanking, yaitu perioda pada saat retrace vertikal. Pada saat reproduksi pada
layar kaca monitor video (TV receiver), garis-garis field ganjil dan genap tersebut saling mengisi
celah-celah masing-masing garis pada framenya yang disebut interlace seperti kita memadukan
jari-jari kedua tangan kita satu diantara yang lain.
 Menentukan pixel per-garis
Telah diuraikan bahwa gambar tersusun dari garis-garis seperti diuraikan diatas. Tetapi
lebih dari itu sebetulnya gambar tersebut tersusun dari elemen gambar atau biasa disebut dengan
pixel (picture element) yang mempunyai ukuran tergantung dari luasan bidang gambar. Misalnya
pickup tube ukuran 1 inci akan mempunyai pixel sebesar kurang lebih 0,00086 mm2, sementara
layar pesawat televisi ukuran 21 inci akan mempunyai pixel berukuran 0,24 mm2. Ukuranukuran luas tersebut diambil dengan anggapan bahwa, pixel berbentuk lingkaran dan ditentukan
dari formulasi πr2, dimana r adalah jari-jari pixel serta jumlah garis aktif sebanyak 575 karena
diambil sebagai contoh bahasan adalah sistem-B, 625 garis. Jumlah garis sebanyak 575 tersebut,
adalah yang nampak pada layar.
Untuk menentukan jumlah pixel pada setiap garis aktif, nilai 575 tersebut dikalikan
dengan nilai aspect ratio 4/3. Hasilnya adalah 766,67 pixel. Dengan jumlah itu, maka jumlah
pixel untuk satu frame gambar adalah 766,67 x 575 ≈ 440.833 pixel. Sementara untuk CCD yang
jumlah pixelnya ditentukan oleh ukuran elemen mosfet-nya, maka jumlah tersebut cenderung
dapat ditingkatkan. Satu contoh ilustrasi misalnya, untuk CCD jenis FT (frame transfer) yang
digunakan pada satu kamera produk Eropa, mempunyai jumlah sebesar 474.000 pixel. Jenis yang
lain, yaitu CCD jenis FIT (frame interline transfer) yang digunakan pada kamera produk Jepang,
mempunyai pixel sebanyak 600.000 pixel. Untuk tambahan informasi, bahwa jenis CCD yang
lain adalah CCD IT (interline transfer) yang juga banyak digunakan pada kamera produk Jepang.
Disamping ukuran pixel dinyatakan dalam ukuran luasannya, pixel (pe = picture element) juga dapat dinyatakan dalam ukuran waktu, yaitu dalam ns ( nanosekon = 10-9 sekon).
Nilai ini tidak berubah besarnya seperti dalam ukuran luasnya terhadap ukuran layar pickup tube
maupun layar CRT (cathode ray tube) TV receiver. Ukur- an dalam waktu tersebut berkisar
67,76 ns yang tertentu dari,
Ukuran pe
= (waktu perioda aktif garis)/(jumlah pixel per garis)
= (64 - 12) / 766,67 sekon
= 0,0678 s
≈ 70 ns
Berkaitan erat dengan jumlah pixel/garis, terdapat satu pengertian, yaitu resolusi
(resolution) yang didefinisikan sebagai kemampuan tayangan detil (detail) satu pick- up device
untuk satu frame gambar. Atau dengan kata lain kemampuan pickup de-vice menunjukkan
ketajaman gambar. Resolusi dinyatakan dengan satuan sejumlah garis televisi, misalnya 600 TV
lines, 750 TV lines, dsb. Ternyata resolusi seban- ding dengan jumlah pixel/garis. Makin tinggi
jumlah pixel/garis, makin tinggi juga tingkat resolusinya.
 Cacat Scanning
Mengapa karena proses scanning pada pickup device kemudian dapat dihasilkan sinyal
elektris, yaitu sinyal video. Hal itu dapat dijelaskan sebagai berikut. Sistem cathode gun seperti
dilukiskan pada Gbr-1 diilustrasikan kembali pada Gbr-4 dengan model rangkaian listrik untuk
lebih memudahkan uraian.
+45 volt
resistor yang
mewakili pixel
beam
katoda
Output ke
preamp
Gbr-4 Sistem scanning pada pickup tube
Beam yang melakukan scanning bermuatan negatif, keluar dari sistem katoda dengan
mendapat percepatan dari sistem anoda yang bertegangan positif tinggi untuk sampai pada layar
pickup tube. Sementara layar pickup tube sendiri yang bersifat pendar (fluorecent) mempunyai
potensial positif sebesar +45 volt. Dengan sampai-nya beam pada layar, maka akan terbentuk
lingkaran tertutup (close loop) rangkaian listrik dc, sehingga mengalir arus. Untuk setiap pixel
yang terkena bayangan gambar, adalah sebuah resistor dengan nilai resistansi tertentu yang
tergantung besarnya pada nilai intensitas sinar gambar yang jatuh padanya. Dengan demikian,
pada lingkaran tertutup yang terbentuk itu, setiap saat akan mengalir arus yang berubah-ubah
sesuai pada nilai resistansi saat itu. Dengan kata lain, arus yang mengalir sebanding dengan
bayangan yang jatuh pada pickup tube tersebut, sehingga sinyal video dapat dihasilkan. Output
pickup tube diambil dari metal yang meling-kari layar di bagian depan pickup tube.
Selanjutnya, mengenai cacat yang timbul dari proses scanning, adalah disebabkan karena
ukuran beam yang relatif lebih besar dari ukuran pixel. Karena kondisi itu, maka ketika beam
bergerak melewati batas bayangan yang tajam perubahannya (dari gelap ke terang), maka beam
akan berada diatas dua bayangan itu pada perba-tasannya seperti ditunjukkan pada Gbr-5(a).
Hasilnya adalah gambar yang tidak ta-jam atau terdapat warna abu-abu yang berubah gradasinya.
Ini terjadi pada perubahan hitam ke warna putih dan sebaliknya, seperti ditunjukkan pada Gbr5(b). Cacat scanning yang diuraikan diatas adalah cacat scanning ke arah horizontal. Demikian
juga cacat ini akan terjadi pada arah scanning vertikal. Reproduksi video yang diha-silkannya
ditunjukkan pada Gbr-6 dan Gbr-7.
Gbr-5 Ukuran beam yang lebih besar dari pixel
(a)
(b)
Gbr-6 Cacat scanning kearah vertical satu gambar balok condong : (a)asli (b) reproduksi
(a)
(b)
Gbr-7 Cacat scanning kearah vertical satu gambar balok mendatar : (a)asli (b) reproduksi
KESIMPULAN
Pada sistem scanning terdapat dua metoda, yaitu progressive scanning dan interlaced scanning.
Progressive scanning merupakan proses yang dilakukan langsung satu frame gambar dari sudut
kiri atas sampai berakhir pada sudut kanan bawah. Metoda interlaced scanning merupakan
proses yang dilakukan dengan membagi satu frame gambar ini menjadi dua field, yaitu field
garis-garis ganjil (odd field) dan field garis-garis genap (even field), sehingga satu frame penuh
disusun dari kedua field tersebut secara berurutan. Cacat yang terjadi pada proses scanning
disebabkan karena ukuran beam yang relatif lebih besar dari ukuran pixel. Karena kondisi itu,
maka ketika beam bergerak melewati batas bayangan yang tajam perubahannya (dari gelap ke
terang). Hasilnya adalah gambar yang tidak tajam atau terdapat warna abu-abu yang berubah
gradasinya
Download