DAFTAR PERTANYAAN DAN JAWABAN PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN 1. Apa yang Membedakan RKP Kumuh Perkotaan dengan Instrumen Pembangunan Lainnya? RKP Kumuh perkotaan merupakan bagian dari rencana pembanguna perumahan dan permukiman serta merupakan grand skenario dan action plan. Serta khusus pada kawasan kawasan permukiman yang dikatgorikan sebagai kumuh serta perlu ditangani segera agar ditahun 2019 menjadi nol Kumuh. Bila suatu kawasan sudah ditangani oleh instrumen pembangunan perumahan ataupun permukiman yang lain, maka Lokasi RKP Kumuh Perkotaan tidak boleh ikut menanganinya. 2. Apa perbedaan antara Kawasan Permukiman Prioritas dan Kawasan Pembangunan Tahap Pertama? ASPEK KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS KAWASAN PEMBANGUNAN TAHAP PERTAMA Lingkup Merupakan satu kesatuan fungsional tertentu Merupakan bagian dari kawasan yang tidak terpisah (memiliki kesamaan permukiman prioritas yang disepakati permasalahan/ tema penanganan) tanpa oleh masyarakat dan pihak daerah merujuk pada batas adminstrasi. Kawasan sebagai kawasan permukiman prioritas disepakati oleh pihak prioritas yang untuk memiliki dimulai daerah sebagai kawasan yang memiliki nilai pembangunannya pada tahun pertama strategis dalam konteks pembangunan kota dalam rencana pentahapan dan merupakan prioritas dalam penanganan pembangunan kawasan. permukiman kumuh perkotaan. Luasan Jumlah kawasan yang ditetapkan dan terpilih Luasan per kawasan pengembangan minimal 1 (satu) kawasan dengan luasan per tahap 1, berdasarkan kesepakatan kawasan sesuai dengan kesepakatan dengan dengan pihak daerah. Dengan pihak daerah (Pokjanis). Sebagai acuan, pertimbangan kemampuan keuangan, luasan untuk kawasan terpilih adalah hingga tingkat strategis, ataupun urgenitas.. 500 Ha atau dapat disesuaikan dengan batas deliniasi kawasan permukiman yang disepakati. Pemetaan dipetakan dengan skala 1:5.000 Dipetakan dengan skala 1:1.000 3. Apakah Dokumen RKP Kumuh Perkotaan dapat direvisi / ditinjau kembali? Meskipun kecil untuk berubah karena Dokumen RKP Kumuh Perkotaan bersifat actionplan dan jangka pendek, Dokumen RKP Kumuh Perkotaan bisa direvisi bila payung hukum yang menaunginya berubah pula. 4. Bagaimana dengan lokasi yang belum memiliki BKM/KSMnya? Dalam kegiatan penyusunan RKP Kumuh Perkotaan peran lembaga masyarakat mitra Pokjanis di tingkat sangat penting, sehingga keberadaannya wajib ada dan siap. Fasilitator Pendamping Masyarakat harus segera membentuk BKM sesuai dengan kaidah dan mekanisme P2KP. Namun mengingat waktu yang terbatas maka dapat disarankan untuk melakukan beberapa strategi percepatan pembentukan BKM/KSM ini. Selain membentuk lembaga masyarakat yang sama sekali baru salah satu opsi lain yang dapat dipilih adalah memanfaatkan lembaga lokal masyarakat tingkat kelurahan/desa yang eksisting seperti LPM dst. 5. Bagaimana dengan lokasi yang belum memiliki Fasilitator Pendamping Masyarakat karena berapa di luar lingkup wilayah cakupan P2KP? Pada Kabupaten/Kota yang lokasi sasarannya tidak sedang mendapatkan fasilitasi pendampingan P2KP, Pokjanis diharapkan segera berkoordinasi dengan pemangku kepentingan lainnya terkait dengan penyediaan tenaga Fasilitator Pendamping Masyarakat. Kondisi ini karena peran Fasilitator Pendamping Masyarakat sangat penting dalam pendampingan penyelenggaran penyusunan RKP Kumuh Perkotaan di tingkat masyarakat agar kualitas RKP Kumuh Perkotaan yang dihasilkan tetap baik dan sesuai kaidah yang ditentukan. 6. Apakah keanggotaan/komposisi Pokjanis dapat berganti selama proses penyusunan RKP Kumuh Perkotaan berlangsung? Keanggotaan/komposisi Pokjanis sebaiknya tidak berganti selama proses penyusunan RKP Kumuh Perkotaan berlangsung. Keanggotaan/komposisi Pokjanis memungkinkan berganti-ganti selama proses penyusunan RKP Kumuh Perkotaan berlangsung selama proses dan hasil yang telah disepakati dapat dipahami. Untuk mendapatkan kesamaan pemahaman terhadap proses dan hasil yang telah disepakati dapat memanfaatkan informasi yang tersedia di dalam Sistem Informasi Pengendalian Penyusunan RKP Kumuh Perkotaan. Dalam konteks keanggotaan/komposisi Pokjanis yang berganti-ganti, keberadaan Sistem Informasi Pengendalian Penyusunan RKP Kumuh Perkotaan ini dapat menjadi sarana Pokjanis dan TA Pendamping untuk membangun mekanisme sharing dan mengkomunikasikan hasil kesepakatan. 7. Apakah SK Pokjanis harus tersedia sebelum proses penyusunan RKP Kumuh Perkotaan berlangsung? SK Pokjanis RKP Kumuh Perkotaan sebaiknya telah tersedia sebelum proses penyusunan RKP Kumuh berlangsung, sehingga dapat menghindari pergantian keanggotaan Pokjanis pada pertengahan proses penyusunan RKP Kumuh. Keberadaan SK Pokjanis RKP Kumuh Perkotaan ini menjadi syarat untuk fasilitasi penyusunan RKP Kumuh Perkotaan. 8. Bagaimana menyikapi proses penyusunan RKP Kumuh Perkotaan yang didanai oleh APBD? Dari sisi substansi, RKP Kumuh Perkotaan yang dihasilkan harus tetap mengacu pada Buku Panduan Pendampingan Penyusunan RKP Kumuh Perkotaan 2015, sehingga pencapaian kualitasnya sama. KAK penyusunan RKP Kumuh Perkotaan yang didanai APBD harus dikonsultasikan dengan tim pengendalian penyusunan RKP Kumuh Perkotaan di Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum. 9. Siapa yang bertanggung jawab terhadap proses penyusunan RKP Kumuh Perkotaan? Proses penyusunan RKP Kumuh Perkotaan ini merupakan tanggung jawab dari Pemerintah Kota/Kabupaten dalam hal ini adalah Pokjanis, sehingga kewenangan tiap tahapan penyusunan hingga keberlanjutan implementasi dari RKP Kumuh Perkotaan merupakan bagian dari skenario pembangunan perkotaan. Prosedur penyusunan RKP Kumuh Perkotaan melaui APBN tersebut hanya bentuk fasilitasi dari Ditjen Cipta Karya kepada kota/kabupaten dengan tujuan menstimulasi Kota/Kabupaten dalam pembangunan perkotaannya, namun tetap tanggung jawab besarnya terdapat pada pemerintah kota/kabupaten. 10. Bagaimana kedudukan RKP Kumuh Perkotaan? RKP Kumuh perkotaan merupakan grand design permukiman kumuh perkotaan yang merupakan terjemahan dan amanah dari UU 26 2007 tentang Penataan Ruang dan UU 1 NO 2011 tentang Perumahan Dan Kawasan Permukiman 11. Bagaimanakan delineasi kawasan perkotaan di dalam RKP Kumuh Perkotaan untuk wilayah administrasi yang berupa kabupaten? Untuk wilayah administrasi kabupaten, kawasan perkotaan yang ditangani dalam RKP Kumuh Perkotaan adalah kawasan di dalam wilayah administrasi kabupaten yang didefinisikan sebagai kawasan perkotaan oleh RTRW kabupaten yang bersangkutan. Limitasi kawasan perkotaan dapat dilakukan dengan melakukan analisa terhadap semua IKK termasuk termasuk yang jauh dari ibukota kabupaten. Adapun pendekatan yang digunakan dalam proses delineasi ini, yaitu: (1) pendekatan prioritas (pemilihan kawasan dengan urutan urgensi penanganan dan dampak/manfaat yang akan diperoleh paska pembangunan dan (2) pendekatan pemerataan (pembangunan dilakukan secara merata di semua kawasan. 1. Pendekatan prioritas. Pendekatan ini adalah menggunakan prinsip seleksi/prioritas dalam pembangunan wilayah. Analisa ini prinsipnya adalah untuk menghasilkan rekomendasi atas IKK- IKK yang terseleksi memiliki kemungkinan akan berkembang/tumbuh sebagai wilayah permukiman perkotaan dalam rentang 20 tahun (sesuai waktu yang menjadi arahan RKP Kumuh Perkotaan). Wilayah perkotaan yang memiliki wilayah permukiman perkotaan sebagaimana rekomendasi tersebut, inilah yang menjadi wilayah perencanaan RKP Kumuh Perkotaan kabupaten. 2. Pendekatan pemerataan. Pendekatan ini secara otomatis memberikan konsekuensi bahwa wilayah perencanaan RKP Kumuh Perkotaan adalah semua wilayah perkotaan termasuk IKK yang "remote" atau jauh dari ibukota Kabupaten, sebagaimana amanat RTRW Kabupaten. 12. Bagaimana dengan kriteria dan indikator yang disesuaikan dengan kondisi daerah? Sesuai dengan amanat UU no.1/2011, pemerintah daerah yang beragam, khusunya kondisi alam, kemampuan maupun kelembagaannya dimungkinkan untuk menentukan kriteria kumuh diluar kriteria utama tentang kumuh perkotaan. 13. Apakah hasil dari penyusunan RKP Kumuh Perkotaan akan selalu ditindaklanjuti dengan pendanaan APBN? Hasil dari RKP Kumuh Perkotaan tidak selalu ditindaklanjuti dengan fasilitasi pendanaan APBN, tergantung dengan kualitas hasil yang dicapai. Hasil dari RKP Kumuh Perkotaan dituangkan ke dalam RPI2JM dengan readiness criteria pada masing-masing kegiatan, sehingga melalui RPI2JM ini fasilitasi APBN dapat diturunkan kepada kawasan-kawasan permukiman prioritas tersebut. Namun fasilitasi APBN tidak dapat berdiri sendiri, diperlukan komitmen keberlanjutan pembangunan serta kemandirian pembangunan dari Kota/Kabupaten dalam pelaksnaaan pembangunan permukimannya. 14. Apa yang sebaiknya dilakukan apabila peta administrasi yang dimiliki tidak memiliki skala yang sesuai dengan ketentuan di dalam panduan? Peta dengan skala 1:25.000 – 1:50.000 untuk kawasan permukiman perkotaan RKP Kumuh Perkotaan tetap harus disediakan oleh TAP dan Pokjanis, dapat diperoleh dari Badan Informasi Geospasial (BIG). Spesifikasi peta dasar dari Bakosurtanal tahun terbaru, dengan skala sesuai kebutuhan penyusunan RKP Kumuh Perkotaan. Minimal layer adalah administrasi, jalan dan sungai. Ouput data peta berbentuk shp (shapefile) dengan koordinat geografis (DMS) dan Datum WGS 84 Informasi dalam data Shp antara lain adalah Id dan Nama Provinsi, Id dan Nama Kabupaten, ID dan Nama Kecamatan, Id dan Nama Kelurahan, Keterangan sesuai tematik (Strategi, Kawasan Prioritas, tema penanganan, rencana program, dan lainnya). 15. Bagaimana jika kota/kabupaten belum memiliki dokumen perencanaan pembangunan yang dapat dijadikan acuan? Kota/kabupaten yang belum memiliki dokumen perencanaan pembangunan dan penataan ruang yang dijadikan acuan, maka dapat menggunakan hasil kesapakatan Pokjanis dan pemangku kepentingan kota/kabupaten lainnya dalam merumuskan arah pengembangan kota serta arah pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan. 16. Bagaimana jika kota/kabupaten melakukan proses penyusunan RKP Kumuh Perkotaan bersamaan dengan penyusunan dokumen perencanaan pembangunan lainnya? Kota/kabupaten yang melakukan proses penyusunan/review dokumen perencanaan pembangunan, penataan ruang, dan perencanaan sektoral lainnya pada tahun yang bersamaan dengan penyusunan RKP Kumuh Perkotaan, maka perlu melakukan koordinasi substansi yang intensif satu sama lain. 17. Bagaimana RKP Kumuh Perkotaan dapat memiliki kekuatan hukum untuk dapat dijadikan acuan pembangunan sektor permukiman? RKP Kumuh Perkotaan merupakan hasil kesepakatan dari para stakeholder pembangunan kota/kabupaten yang bersifat multisektor. Keluaran tersebut merupakan komitmen yang harus dilaporkan kepada pimpinan daerah sehingga mendapat kebijakan strategis (melalui SK, Peraturan Bupati/Walikota atau lainnya) dari pimpinan daerah tersebut dalam prioritas penanganan khususnya bidang permukiman. 18. Apa saja poin-poin yang diamati dalam proses pemantauan penyusunan RKP Kumuh Perkotaan? Pemantauan penyusunan RKP Kumuh Perkotaan akan dilakukan untuk tiap tahapan, yaitu: (1) persiapan, (2) survey dan identifikasi, (3) kajian dan perumusan I, (4) FGD dan perumusan II, serta (5) finalisasi (penyusunan Dokumen RKP Kumuh Perkotaan) 1) Persiapan. Pada tahap ini poin-poin substansi yang diamati meliputi: Kualitas dan kelayakan data dan informasi terkait dokumen perencanaan pembangunan, dokumen penataan ruang, serta dokumen perencanaan sektoral yang akan digunakan sebagai acuan. Kualitas dan kelayaka peta dasar yang digunakan, yang dilihat dari sisi skala minimal, sumber acuan, kualitas tampilan peta, dan muatan informasi minimal yang dimiliki. Daftar kelembagaan masyarakat yang siap menyelenggarakan penyusunan RKP Kumuh Perkotaan di tingkat lingkungan. 2) Survey Dan Identifikasi. Pada tahap ini poin-poin substansi yang diamati meliputi: Dasar pertimbangan, serta rumusan kriteria dan indikator yang digunakan dalam penentuan kawasan permukiman kumuh prioritas. Metodologi yang digunakan dalam penentuan kawasan permukiman kumuh prioritas berikut dengan urutan prioritasnya. Daftar, delineasi dan peta spasial kawasan permukiman kumuh prioritas yang menjadi fokus kajian di dalam RKP Kumuh Perkotaan. Rekapitulasi kebijakan, strategi, dan program permukiman dan infrastruktur perkotaan dari dokumen perencanaan pembangunan, dokumen penataan ruang, dan dokumen kebijakan sektoral yang disajikan dalam bentuk matriks. Kesimpulan arah penanganan permukiman kumuh perkotaan, baik yang disajikan dalam bentuk narasi maupun peta spasial. Rekapitulasi isu-isu pembangunan permukiman, infrastruktur permukiman perkotaan, penanganan permukiman kumuh perkotaan baik yang disajikan dalam bentuk narasi maupun peta spasial. Rekapitulasi potensi dan permasalahan pembangunan permukiman, infrastruktur permukiman perkotaan dan permukiman kumuh perkotaan, baik yang disajikan dalam bentuk narasi maupun peta spasial. Rekapitulasi hasil kegiatan SKS. 3) Kajian dan Perumusan I. Pada tahap ini poin-poin substansi yang diamati meliputi: Rumusan kebutuhan penanganan permukiman kumuh dan infrastruktur permukiman kumuh perkotaan. Rumusan tujuan dan kebijakan penanganan permukiman kumuh perkotaan beserta metodologi yang digunakan. Rumusan program dan kegiatan penanganan permukiman kumuh. Dasar pertimbangan, serta rumusan kriteria dan indikator yang digunakan dalam penentuan kawasan permukiman kumuh penganan tahun 1. Metodologi yang digunakan dalam penentuan kawasan permukiman kumuh penanganan tahun 1 berikut dengan urutan prioritasnya. Indikasi penyusunan DED Rekapitulasi hasil kegiatan di tingkat masyarakat berupa ringkasan sebab akibat permukiman kumuh, ringkasan prioritas kebutuhan penanganan, dan ringkasan proses perencanaan partisipatif. 4) FGD dan Perumusan II. Pada tahap ini poin-poin substansi yang diamati meliputi: Proses dan hasil FGD. Progres dan hasil penyusunan DED kawasan prioritas. Rumusan memorandum program CK. Rekapitulasi proses dan hasil penyusunan Draft CAP. 5) Finalisasi (Penyusunan Dokumen RKP Kumuh Perkotaan) Pada tahap ini poin-poin substansi yang diamati meliputi: Substasi output Dokumen RKP Kumuh Perkotaan Substansi output dokumen CAP. Peta spatial dari strategi dan program penanganan kumuh. 19. Bagaimana peran Tim Konsultan Manajemen Pengendalian Pusat RKP Kumuh Perkotaan dalam proses pelaksanaan di masing-masing kota/kabupaten? Tim Konsultan Manajemen Pengendalian merupakan tim yang membantu peran dari Koordinator Pusat Penyusunan RKP Kumuh Perkotaan dalam monitoring dan evaluasi rangkaian pelaksanaan tiap-tiap kota/kabupaten. Mekanisme klinik dari Tim Konsultan Manajemen Pusat ini berdasarkan dari hasil reakpitulasi proses yang ada pada sistem informasi yang diunggah oleh Pokjanis RKP Kumuh Perkotaan serta melalui proses pemantauan langsung pada saat Konsolidasi Provinsi, Pembahasan Laporan Antara, dan Pembahasan Laporan Draft Akhir, serta Kolokium Nasional.