Uploaded by apidhakartinasari

Kejang anak

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
Kejang adalah manifestasi klinis intermiten yang khas dapat berupa
gangguan kesadaran, tingkah laku, emosi, motorik, sensorik, dan atau otonom
yang disebabkan oleh lepasnya muatan listrik dineuron otak.1 Kejang (konvulsi)
merupakan hasil dari perubahan elektrolit yang tidak terkontrol pada sel-sel saraf
korteks cerebral dan ditandai dengan penurunan kesadaran, perubahan aktivitas
motorik, dan/ atau fenomena sensorik secara tiba-tiba.2
Berdasarkan International League Against Epilepsy (ILAE), kejang
diklasifikasikan menjadi kejang fokal, kejang generalisata, dan kejang yang tidak
terklasifikasi (unknown onset).3 Kejang merupakan salah satu penyebab tersering
anak-anak dirawat dirumah sakit. Kejang merupakan suatu keadaan darurat yang
memerlukan penanganan sesegera mungkin, dan sering membuat orangtua
mengalami kecemasan. Terdapat 4% sampai 10% anak berumur di bawah 16
tahun pernah mengalami sekali kejang selama hidupnya.4
Kejang yang terjadi didunia sekitar 36% merupakan kejang parsial/fokal
kompleks, kemudian 23% merupakan kejang general tonik-klonik, kejang fokal
sederhana terjadi sekitar 14%, kemudian tipe-tipe kejang general lain sekitar 8%,
kejang parsial lainnya sekitar 7%, dan sisanya adalah kejang mioklonik.5
Penyebab terbanyak kejang pada anak adalah kejang demam, kemudian
penyebab lain seperti, epilepsi, cerebral palsy, neurocysticercosis, meningitis
tuberkulosa, viral meningitis, pyogenic meningitis, dan lain-lain.6 Kejang juga
sering terjadi pada gangguan elektrolit terutama pada pasien-pasien hiponatremia,
hipokalsemia, dan hipomagnesemia. Hipokalsemia di identifikasi sebagai
penyebab
utama
dalam
kelompok
kejang
akibat
gangguan
metabolik
Ketidakseimbangan (imbalans) elektrolit dapat mempengaruhi otak diantara
banyak organ dan jaringan lain. Manifestasi neurologis yang dapat ditemukan
pada keadaan imbalans elektrolit berupa gejala neurologis progresif cepat yakni
kejang.4,7
Perubahan serum elektrolit memiliki hubungan yang erat dengan kejadian
kejang, terutama kejang demam. Pada beberapa penelitian, telah menyatakan
bahwa kadar serum elektrolit baik sodium, potasium, dan kalsium cenderung
menurun pada pasien pasien dengan kejang. Sodium merupakan ion yang
mempunyai fungsi untuk menyeimbangkan cairan didalam tubuh, meregulasi
tekanan darah, dan menyeimbangkan fungsi sistem saraf manusia. Potasium
merupakan ion kation pada intraselular yang cukup penting, berfungsi untuk
regulasi kerja otot jantung dan sistem saraf pada tubuh manusia, Kalsium
merupakan ion yang penting untuk regulasi kontraksi otot, sekresi hormon,
metabolisme glikogen, serta menyeimbangkan membran plasma dan pengaruhnya
terhadap eksitabilitas dan permeabilitas.8,9
Berdasarkan pemaparan diatas, pada laporan kasus ini, akan dipaparkan
seorang anak perempuan berusia 13 tahun yang menderita kejang et causa
imbalans elektrolit yang dirawat di ruangan bangsal anak gedung tulip lantai 2,
Rumah Sakit Umum Daerah Ulin Banjarmasin.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I.
KEJANG
A. Definisi Kejang
Kejang (konvulsi) adalah hasil dari perubahan elektrolit yang
tidak terkontrol pada sel-sel saraf korteks cerebral dan ditandai dengan
penurunan kesadaran, perubahan aktivitas motorik, dan/ atau fenomena
sensorik secara tiba-tiba. Terdapat kesulitan dalam terminologi, oleh
karena manifestasi klinis yang hampir mirip antara konvulsi dan
kejang(seizure). Konvulsi diartikan sebagai kontraksi hebat dari otototot secara berulang-ulang dan tidak beraturan. Definisi ini kurang
tepat jika kelainan yang terjadi hanya meliputi gangguan sensorik atau
gangguan kesadaran. Kejang (seizure) lebih dipilih sebagai terminologi
umum, oleh karena mencakup beberapa kelainan yang berbeda, dan
dapat diklasifikasikan, seperti kejang sensorik atau kejang psikis.2
B. Etiologi Kejang
Bharathi et al dalam penelitiannya menyatakan bahwa penyebab
kejang terbanyak pada anak adalah kejang demam (34,5%), penyebab
lain adalah kejang akibat hipokalsemia, pyogenic meningitis, epilepsi,
hipoglikemia, viral encephalitis, TB meningitis, cedera kepala, dan
late haemolytic disease of newborn.10
Penyebab kejang secara umum antara lain: struktural, genetik,
infeksi, metabolik, immune, dan idiopatik. Penyebab secara struktural
biasanya dapat dilihat melalui pencitraan otak. Secara anatomis,
kelainan struktural harus berhubungan dengan tipe kejang, karena
banyak kelainan lain yang juga memiliki hasil abnormal pada
pencitraan. Riwayat penyakit dahulu akan membantu untuk mencari
faktor struktural misalnya cedera kepala, stroke, tumor, infeksi otak,
dan lain-lain. Hal-hal tersebut mungkin akan berhubungan erat dengan
kejang yang terjadi pada pasien.11
Penyebab genetik adalah salah satu penyebab penting yang perlu
dicari pada keadaan kejang, terutama kejang akibat epilepsi. Pada
beberapa penelitian, persamaan kelainan genetik ternyata bisa
menghasilkan tipe kejang yang berbeda-beda pada setiap orangnya,
dan juga perbedaan kelainan genetik justru bisa menghasilkan bentuk
kejang yang sama.11
Infeksi otak baik akut maupun kronik bisa bermanifestasi
sebagai kejang. Kejang yang terjadi berhubungan dengan bagian yang
mengalami
infeksi.
Pada
epilepsi,,
infeksi
tersering
adalah
neurosistiserkosis. Infeksi lain sebagai penyebab kejang antara lain
seperti HIV, tuberculosis, malaria, bacterial meningitis, dan viral
encephalitis. Semakin luas kerusakan otak yang terjadi akibat infeksi,
maka semakin sulit mengontrol kejang yang terjadi.11
1.
Pustaka T. Kejang Demam. :41-44.
2.
Ropper A, Brown R. Dalam: Adams and Victor’s Principles of Neurology,
Eighth Edition. 8th ed. New York: McGraw-Hill; 2005.
3.
Scheffer IE, Berkovic S, Capovilla G, et al. ILAE POSITION PAPER
ILAE classification of the epilepsies : Position paper of the ILAE
Commission for Classification and Terminology. 2017:512-521.
doi:10.1111/epi.13709
4.
PERAN KADAR KALSIUM PADA PENDERITA KEJANG PADA
ANAK ROLE OF CALCIUM LEVEL IN CHILDREN WITH SEIZURE
Ichsan said , Hadia Angriani , Dasril Daud Ilmu Kesehatan Anak , Fakultas
kedokteran , Universitas Hasanuddin , Makassar Alamat Korespondensi :
Ichsan Said Ilmu Kesehatan Anak , Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanuddin HP : 081341038586 ( Email : [email protected].
081341038586.
5.
Engel JJ, Pedley TA. Epilepsy : A Comprehensive Text Book. 2nd ed.;
2007.
6.
Article O. Clinico-etiological profile of children with seizures admitted in a
tertiary centre. 2015;4(2):55-58.
7.
Access O, Nardone R, Brigo F, Trinka E. Acute Symptomatic Seizures
Caused by Electrolyte Disturbances. 2016;12(1):21-33.
8.
Hawas AF, Hashim H, Shalah A, Handhil A, Jothary A. The Impact of
Electrolytes in Pathogenesis of Simple Febrile Convulsions. 2018:18-21.
doi:10.4103/MJBL.MJBL
9.
Khalaf DK, Al-rawi YK, Abdulrahman MS. Relationships between serum
electrolytes and febrile seizure. 2018;7(8):227-230.
10.
Bharathi M, Penchalaiah A. Etiological evaluation of convulsions in
children between 1 month to 5 years of age. 2017;4(5):1811-1816.
11.
Brodie MJ, Zuberi SM, Scheffer IE, Fisher RS. Seminar in Epileptology
The 2017 ILAE classification of seizure types and the epilepsies : what do
people with epilepsy and their caregivers need to know ? 2018;20(2):77-87.
doi:10.1684/epd.2018.0957
Download