Uploaded by User17132

2013-1-87205-221408062-bab2-01082013094906-converted

advertisement
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1. Pengertian Pendidikan
Pendidikan pada hakekatnya adalah usaha sadar manusia untuk
mengembangkan kepribadian di dalam maupun di luar sekolah dan berlangsung
seumur hidup. Oleh karenanya agar pendidikan dapat dimiliki oleh seluruh rakyat
sesuai dengan kemampuan masyarakat, maka pendidikan adalah tanggung jawab
keluarga, masyarakat dan pemerintah. Tanggung jawab tersebut didasari
kesadaran bahwa tinggi rendahnya tingkat pendidikan masyarakat berpengaruh
pada kebudayaan suatu daerah, karena bagaimanapun juga, kebudayaan tidak
hanya berpangkal dari naluri semata-mata tapi terutama dilahirkan dari proses
belajar dalam arti yang sangat luas.
Bratanata dkk. mengartikan pendidikan sebagai usaha yang sengaja
diadakan baik langsung maupun dengan cara tidak langsung untuk membantu
anak dalam perkembangannya untuk mencapai kedewasaannya (Ahmadi dan
Uhbiyati 2007 :69). Sedangkan John Dewey mendefinisikan pendidikan sebagai
proses pembentukan kecakapan-kecakapan fondamental secara intelektual dan
emosional kearah alam dan sesama manusia.
Menurut Brown (dalam Ahmadi, 2004 :74) bahwa pendidikan adalah
proses pengendalian secara sadar dimana perubahan-perubahan didalam tingkah
laku dihasilkan didalam diri orang itu melalui didalam kelompok. Dari pandangan
ini pendidikan adalah suatu proses yang mulai pada waktu lahir dan berlangsung
sepanjang hidup.
Ahmadi dan Uhbiyati (2007 :70) mengemukakan bahwa pendidikan pada
hakekatnya merupakan suatu kegiatan yang secara sadar dan disengaja, serta
1
penuh tanggung jawab yang dilakukan oleh orang dewasa kepada anak sehingga
timbul interaksi dari keduanya agar anak mencapai kedewasaan yang dicitacitakan dan berlangsung terus menerus.
Dari beberapa pendapat para ahli di atas maka penulis dapat
menyimpulkan bahwa pendidikan merupakan sarana untuk membantu seorang
anak untuk dapat mengembangkan potensi-potensi yang ada dalam dirinya, baik
itu secara langsung maupun tidak langsung agar mampu bermanfaat bagi
kehidupannya dimasyarakat.
Masalah pendidikan adalah merupakan masalah yang sangat penting
dalam kehidupan. Bukan saja sangat penting, bahkan masalah pendidikan itu sama
sekali tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Baik dalam kehidupan keluarga,
maupun dalam kehidupan bangsa dan negara. Maju mundurnya suatu bangsa
sebagian besar di tentukan oleh maju mundurnya pendidikan di negara itu.
Mengingat sangat pentingnya pendidikan itu bagi kehidupan bangsa dan
negara, maka hampir seluruh negara di dunia ini menangani secara langsung
masalah-masalah yang berhubungan langsung dengan pendidikan. Dalam hal ini
masing-masing negara menentukan sendiri dasar dan tujuan pendidikan di
negaranya.
Pendidikan dapat di tempuh melalui tiga jalur yaitu:
1. Pendidikan Formal
Menurut Undang-Undang No 20 Tahun 2003 pendidikan formal
didefinisikan sebagai jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang
yang terdiri atas pendidikan dasar, penddikan menengah, dan pendidikan
tinggi.
2. Pendidikan Non Formal
2
Pendidikan Non formal dapat didefinisikan sebagai jalur pendidikan diluar
pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan
berjenjang (Undang-Undang No 20 TAHUN 2003)
3. Pendidikan Informal
Pendidikan menurut Undang-Undang No 20 Tahun 2003 adalah jalur
pendidikan keluarga dan lingkungan yang yang berbentuk kegiatan secara
mandiri.(Suprijanto, 2005: 6-8).
2.2. Tujuan Pendidikan
Sebagaimana kita ketahui, bahwa pendidikan adalah merupakan suatu
pekerjaan yang sangat kompleks dan membutuhkan waktu yang cukup lama.
Hasil dari suatu pendidikan tidak segera dapat kita lihat hasilnya atau kita rasakan.
Di samping itu hasil akhir dari pendidikan ditentukan pula oleh hasil-hasil dari
bagian-bagian dari pendidikan yang sebelumnya. Untuk membawa anak kepada
tujuan akhir, maka perlu anak diantar terlebih dahulu kepada tujuan dari bagianbagian pendidikan.
Menurut Langeveld dalam (Ahmadi dan Uhbiyati 2007 :105) tujuan
pendidikan bermacam-macam yaitu :
1. Tujuan Umum
Tujuan ini juga disebut tujuan total, tujuan yang sempurna atau tujuan
akhir. Apakah tujuan akhir itu? Dalam Hal ini Kongstam dan Gunning
mengatakan bahwa tujuan akhir dari pendidikan itu ialah untuk membentuk insan
kamil atau manusia sempurna.
2. Tujuan Khusus
Untuk menuju kepada tujuan umum itu, perlu adanya pengkhususan tujuan
yang disesuaikan dengan kondisi dan situasi tertentu misalnya :
3
a). Diseuaikan dengan cita-cita pembangunan bangsa.
b). Disesuaikan dengan tugas dari suatu badan atau lembaga pendidikan.
c). Disesuaikan dengan bakat kemampuan anak didik.
d). Disesuaikan dengan tingkat pendidikan dan sebagainya.
Tujuan-tujuan pendidikan yang telah disesuaikan dengan keadaan-keadaan
tertentu, dalam rangka untuk mencapai tujuan umum pendidikan inilah yang
dimaksud dengan tujuan khusus.
3. Tujuan tak lengkap
Tiap-tiap aspek pendidikan mempunyai tujuan-tujuan pendidikan sendirisendiri. Tujuan dari aspek-aspek pendidikan inilah yang dimaksud tujuan
pendidikan tak lengkap. Sebab masing-masing aspek pendidikan itu menganggap
seolah-olah dirinya terlepas dari aspek pendidikan yang lain. Pada hal masingmasing pendidikan itu hanyalah merupakan bagian-bagian dari pendidikan secara
keseluruhan. Oleh karena itu tujuan dari masing-masing aspek itu harus
dilengkapi dengan tujuan dari aspek-aspek yang lain.
4. Tujuan insidentil : (tujuan seketika atau sesaat).
Tujuan ini timbul secara kebetulan , secara mendadak dan hanya bersifat
sesaat. Misalnya : tujuan untuk mengadakan hiburan atau variasi dalam kehidupan
sekolah. Maka diadakanlah darmawisata ke suatu tempat. Dalam hai ini tujuan itu
telah selesai, setelah darmawisata itu dilaksanakan.
5. Tujuan sementara
Tujuan sementara adalah tujuan-tujuan yang ingin kita capai dalam fasefase tertentu dalam pendidikan. Misalnya : anak dimasukkan ke sekolah. Tujuanya
ialah agar anak dapat membaca dan menulis. Dapat membaca dan menulis inilah
4
yang disebut tujuan sementara. Tujuan yang lebih lanjut ialah agar anak dapat
belajar ilmu pengetahuan dari buku-buku.
Dapat belajar dari buku inipun menjadi tujuan sementara. Tujuan
sebenarnya ialah agar anak dapat memiliki iulmu pengetahuan tertentu. Memiliki
ilmu pengetahuan inipun merupan tujuan sementara. Dan begitulah seterusnya.
Demikian tujuan-tujuan sementara ini semakin meningkat untuk menuju
kepada pengetahuan umum, tujuan total atau tujuan akhir.
6. Tujuan perantara
Tujuan perantara disebut juga tujuan intermediair. Tujuan inilah adalah
merupakan alat atau sarana untuk mencapai tujuan-tujuan yang lain. Misalnya :
kita belajar bahasa Inggris atau bahasa Belanda, atau yang lain. Tujuan belajar
bahasa ini ialah, agar kita dapat mempelajari buku-buku yang tertulis dalam
bahasa Inggris atau dalam bahasa yang lain. Jadi kita belajar bahasa asing di sini
hanyalah merupakan sekedar alat saja.
Demikian macam-macam tujuan pendidikan, yang kesemuanya mengarah
kepada tujuan umum pendidikan. Yaitu menuju kehidupan sebagai insal kamil,
dimana terjamin adanya hakikat manusia secara harmonis. Berbagai macan uraian
dari tujuan pendidikan diatas maka dapat di simpulkan bahwa pendidikan
bertujuan untuk mengembangkan manusia agar supaya memiliki ketrampilan dan
mampu bersaing dan berdaya guna bagi bangsa dan negara.
2.3. Lembaga Pendidikan
Lembaga pendidikan adalah badan usaha yang bergerak dan bertanggung
jawab atas terselenggaranya pendidikan terhadap anak didik.
1. Lembaga Pendidikan Formal
a) Arti sekolah
5
Membahas masalah sekolah sebagai lembaga pendidikan perlu diketahui
di katakan formal karena diadakan di sekolah/tempat tertentu, teratur sistematis,
mempunyai jenjang dan dalam kurun waktu tertentu, serta berlangsung mulai dari
TK smapai PT, berdasarkan aturan resmi yang telah ditetapkan.
Pada umumnya lembaga formal adalah tempat yang paling memungkinkan
seseorang meningkatkan pengetahuan, dan paling mudah untuk mengubah
generasi muda yang dilaksanakan oleh pemerintah dan masyarakat (Ahmadi dan
Uhbiyati 2007 :162). Bagi pemerintah karena dalam rangka pengembangan
bangsa dibutuhkan pendidikan, maka jalur yang ditempuh untuk mengetahui
outputnya baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
Oleh karena itu apa sebetulnya sekolah itu?
Sekolah adalah lembaga dengan organisasi yang tersusun rapi dan segala
aktifitasnya direncanakan dengan sengaja yang disebut kurikulum (Ahmadi dan
Uhbiyati 2007 :162-163).
a) Membantu
Lingkungan
keluarga
untuk
mendidik dan mengajar,
memperbaiki dan memperdalam/memperluas, tingksh laku anak/peserta
didik yang dibawa dari keluarga serta membantu pengembangan bakat.
b) Mengembangkan kepribadian peserta didik lewat kurikulum:
(1) Peserta didik dapat bergaul dengan guru, karyawan dengan temannya
sendiri dan masyarakat sekitar.
(2) Peserta didik belajar taat kepada peraturan/tahu disiplin.
(3) Mempersiapkan peserta didik terjun di masyarakat berdasarkan normanorma yang berlaku.
b. Jenjang lembaga pendidikan formal
6
Jenjang lembaga pendidikan formal di mulai dari tingkat pendidikan dasar
(TK, SD), kemudian pendidikan menengah (SLTP, SLTA), dan pendidikan
tinggi atau (PT).
c. Jenis lembaga pendidikan formal
Jenis lembaga pendidikan formal di bagi dua yakni: umum dan kejuruan.
d. Tujuan pengadaan lembaga pendidikan formal.
a) Tempat sumber ilmu pengetahuan.
b) Tempat untuk mengembangkan bangsa.
c) Tempat untuk menguatkan masyarakat bahwa pendidikan itu penting
guna bekal kehidupan di masyarakat sehingga siap pakai.
2. Lembaga Pendidikan Non Formal.
Lembaga pendidikan non formal atau pendidikan luar sekolah (PLS) ialah
semua bentuk pendidikan yang diselenggarakan dengan sengaja, tertib, dan
berencana, diluar kegiatan persekolahan (Ahmadi dan Uhbiyati 2007:64).
Komponen yang diperlukan dalam lembaga pendidikan formal harus disesuaikan
dengan keadaan anak/peserta didik agar memperoleh hasil memuaskan, antara
lain; a) Guru atau tenaga pengajar atau tutor. b) Fasilitas. c) Cara menyampaikan
atau metode, dan d) Waktu yang dipergunakan.
3. Lembaga Pendidikan In formal.
Dalam lembaga pendidikan informal kegiatan pendidikan tanpa organisasi
yang ketat tanpa adanya program waktu, (tak terbatas),dan tanpa adanya evaluasi.
Adapun alasanya diatas pendidikn in formal ini tetap memberikan pengaruh kuat
terhadap pembentukan pribadi seseorang/peserta didik.
Definisi itu jelas menyebutkan bahwa pendidikan di upayakan untuk
mempersiapkan peserta didik untuk perannya di masa mendatang. Dalam unsur
7
ini jelas bahwa pengertian pendidikan yang di maksud menganut paham
pendidikan yang sering disebutkan dengan istilah rekontruksionisme (Hasan,
1996: 56).
Bertolak dari hal tersebut terasa betapa pentingnya pendidikan. Wajar
kalau pembangunan pendidikan merupakan bagian organik dari pembangunan
nasional secara keseluruhan yang pada hakekatnya adalah pembangunan manusia
seutuhnya. Pendidikan bertujuan menjadikan orang semakin menjunjung tinggi
nilai-nilai luhur manusia. Pendidikan juga mengarah kepada kreativitas. Artinya,
pendidikan harus bisa membuat orang kreatif. Pendidikan merupakan segi
peningkatan terus menerus yang bertujuan, dipertimbangkan masak-masak serta
di perlengkapi sebaik-baiknya (Paul Lengrand, 1989: 41).
Jadi, dapat di katakan bahwa pendidikan merupakan upaya untuk
menjadikan manusia menjadi warga negara yang mampu merealisasikan hak dan
kewajibannya. Melalui lembaga-lembaga pendidikan tersebut manusia sebagai
warga negara dapat di fasilitasi dibimbing dan dibina sehingga apa yang di citacitakannya dapat ia capai.
2.4. Pengertian Anak Putus Sekolah
2.4.1
Pengertian anak putus sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan tempat di mana seorang anak
untuk belajar dan menuntut ilmu. Akan tetapi sekolah tidak dapat memberikan
jaminan terhadap anak untuk terus melanjutkan pendidikannya. Hal ini dapat di
lihat dari banyaknya anak yang putus sekolah. Dalam hal ini yang dimaksud putus
sekolah ialah suatu keadaan di mana murid-murid keluar sekolah sebelum
waktunya menamatkan pelajaran yang disebabkan oleh berbagai faktor yang ada
di luar dirinya.
8
Dalam hubungan anak putus sekolah ini Djumhur dan Surya (1975: 178)
mmengatakan bahwa putus sekolah adalah kegagalan murid dalam menyelesaikan
tingkat pendidikan tertentu.
Menurut Djumhur dan Surya (1975: 179) jenis putus sekolah dapat
dikelompokkan atas tiga yaitu:
1. Putus sekolah atau berhenti dalam jenjang
Putus sekolah dalam jenjang ini yaitu seorang murid atau siswa yang
berhenti sekolah tapi masih dalam jenjang tertentu. Contohnya seoarang siswa
yang putus sekolah sebelum menamatkan sekolahnya pada tingkat SD, SLTP,
SLTA dan Perguruan Tinggi.
2. Putus sekolah di ujung jenjang
Putus sekolah di ujung jenjang artinya mereka yang tidak sempat
menamatkan pelajaran sekolah tertentu. Dengan kata lain mereka berhenti pada
tingkatan akhir dalam dalam tingkatan sekolah tertentu. Contohnya, mereka yang
sudah duduk di bangku kelas VI SD, kelas III SLTP, kelas III SLTA dan
sebagainya tanpa memperoleh ijazah.
3. Putus sekolah atau berhenti antara jenjang
Putus sekolah yang dimaksud dengan berhenti antara jenjang yaitu tidak
melanjutkan pelajaran ketingkat yang lebih tinggi. Contohnya, seorang yang telah
menamatkan pendidikannya di tingkatan SD tetapi tidak bisa melanjutkan
pelajaran ketingkat yang lebih tinggi.
Putus sekolah secara umum dapat diartikan sebagai orang/anak ataupun si
yang keluar dalam suatu sistem pendidikan sebelum mereka menamatkan
pendidikan sesuai dengan jenjang waktu sistem persekolahan yang diikuti.
Dengan demikian putus sekolah dapat pula diartikan tidak tamat/gagal dalam
9
belajar ketingkat lanjut. Dan biasanya orang yang gagal dalam suatu proses
kegiatan pendidikan yang terkait dengan tingkat jenjang maupun waktu belajar
sebagaimana telah ditetapkan dapat di kategorikan sebagai orang yang gagal
dalam pendidikan ataupun putus sekolah.
Menurut Gubali (1982 ;76) putus sekolah terjadi karena dua bentuk
kemungkinan yaitu:
1) Mengundurkan diri sekolah sebelum menamatkan pelajaran, dan
2) Gagal dalam menempuh ujian akhir.
Jadi, anak putus sekolah adalah keadaan dimana anak berhenti atau tidak
melanjutkan pendidikannya ketingkat lebih tinggi karena berbagai macam alasan.
Putus sekolah bisa juga disebabkan oleh dikeluarkannya (Droup out) seorang anak
dari lembaga pendidikan karena anak tersebut mendapatkan masalah di
sekolahnya.
Berdasarkan pengertian tersebut di atas anak putus sekolah yang penulis
maksudkan adalah anak yang tidak menamatkan sekolah di tingkat SD, SLTP,
SLTA dan Perguruan Tinggi yang ada di Desa Suka Damai Kecamatan Bulango
Utara Kabupaten Bone Bolango.
2.4.2 Faktor-faktor penyebab anak putus sekolah
a) Faktor Lingkungan
1. Lingkungan keluarga
Keluarga merupakan sekelompok manusia yang hanya terdiri dari orang
tua (ibu dan ayah), dengan anak-anaknya yang belum menikah. Menurut
Buharudin Salam (2002: 14) mengemukakan bahwa keluarga merupakan lembaga
pendidikan yang pertama dan utama, berlangsung secara wajar, dan informal serta
melalui media permainan. Dalam keluarga anak lambat laut dapat membentuk
10
konsepsi tentang pribadinya, baik tepat maupun kurang tepat, karena keluaga
merupakan dunia anak pertama yang memberiak sumbangan mental dan fisik
terhadap hidupnya.
Keadaan keluarga berlainan satu sama lain. Ada keluarga yang kaya, ada
yang kurang mampu, ada keluarga yang besar (banyak anggota keluarga), ada
pula keluarga yang kecil. Ada keluarga yang bercekcok dan gaduh dan
sebagainya. Dalam keluarga yang bermacam-macam seperti inilah yang
membawa pengaruh terhadap pendidikan dan minat sekolah anak (Purwanto, 84 :
2007).
Keluarga adalah lembaga pertama yang menjadi tempat seorang anak
bersosialisasi. Keluarga harusnya mampu memberikan kenyamanan bagi
kehidupan anak, dalam keluarga anak dapat berinteraksi tanpa ada kecanggungan
karena keluarga adalah lingkungan sosial pertama yang dikenal oleh seorang anak.
2. Lingkungan sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal memegang peranan
penting dalam pendidikan karena pengaruhnya besar sekali pada jiwa seorang
anak. Maka disamping keluarga sebagai pusat pendidikan, sekolah pun
mempunyai fungsi sebagai pusat pendidikan untuk pembentukan pribadi seorang
anak.
Ketika seorang anak mulai masuk sekolah, itu artinya ia telah masuk pada
lingkungan masyarakat yang berbeda dengan lingkungan masyarakat keluarga.
Jamaludin (2009: 156-157) mengatakan bahwa ketika menuju sekolah seorang
anak membawa beban-beban emosional yang berpotensi menghalanginya untuk
bersekolah. Jika di sekolah mereka tidak mendapat pengarahan yang baik dan
11
bahkan dibenturkan dengan peraturan-peraturan yang keras maka mereka akan
melanggar peraturan-peraturan tersebut.
Peralihan yang sangat mendadak dari kehidupan rumah tangga ke
kehidupan sekolah dan dirasakan sangat berat, terutama bagi anak-anak yang baru
saja masuk sekolah.(Purwanto, 120 : 2007)
Hal ini dapat diartikan bahwa sekolah dengan peraturan yang keras
biasanya menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi munculnya kasus-kasus
dan penyimpanagan yang menyebabkan seorang anak tidak lagi ingin pergi ke
sekolah. Maka dari sinilah awal anak putus sekolah (Jamaludin, 2009: 57).
Sekolah menjadi salah satu penyebab seorang anak tidak lagi termotivasi
untuk dikarenakan seorang anak merasa kebebasannya ditekan dengan adanya
peraturan-peraturan yang keras yang di terapkan oleh pihak sekolah.
3. Lingkungan Masyarakat
Lingkungan masyarakat merupakan lingkungan di mana seseorang hidup,
bergerak dan melakukan interaksi dengan orang lain dan saling mempengaruhi.
Lingkungan yang tidak baik akan memberikan pengaruh yang tidak baik pula
terhadap seorang anak, apalagi anak berusia sekolah.
b) Faktor Ekonomi
Pendidikan di pandang sebagai salah satu faktor pendorong untuk
pertumbuhan ekonomi, karena ekonomi merupakan faktor utama dalam
menjalankan pendidikan. Ekonomi orang tua yang yang tidak merata
menyebabkan orang tua tidak mampu membiayai anaknya untuk sekolah.
Kurangnya pendapatan keluarga menyebabkan orangtua bekerja keras
mencukupi kebutuhan sehari-hari sehingga perhatian orang tua terhadap
12
pendidikan cenderung terabaikan. Bahkan dinggap meringankan beban orang tua
anak di ajak untuk bekerja sehingga meninggalkan bangku sekolah dalam waktu
yang cukup lama. apalagi setelah merasakan betapa enaknya membelanjakan uang
hasil kerja keras sendiri akhirnya tidak terasa meninggalkan bangku sekolahnya
begitu saja.
c) Kurangnya minat bersekolah.
Anak usia wajib belajar semestinya menggebu-gebu ingin menuntut ilmu
pengetahuan namun sudah terpengaruh oleh lingkungan yang kurang baik maka
keinginan bersekolah seorang anak secara tidak langsung sedikit demi sedikit
akan berkurang, ditambah lagi kurangnya perhatian orang tua terhadap pendidikan
anaknya, kurangnya orang-orang terpelajar dalam pergaulan anak menyebabkan
seorang anak akan berhenti untuk bersekolah.
2.5 Upaya yang dilakukan lembaga pendidikan/pemerintah dalam mencegah
terjadinya anak putus sekolah.
Berbagai usaha telah dilakukan oleh pemerintah Desa Suka Damai dalam
mencegah terjadinya anak putus sekolah. Usaha tersebut dapat dilakukan dengan
berbagai macam cara yakni sebagai berikut :
1) Memberi Motivasi
Memberi motivasi meupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia
karena motivasi dianggap sebagai sesuatu yang menjadi dorongan. Sebagai
manusia sekiranya tidak lepas dari bantuan orang lain dan salah satunya adalah
motivasi.
Motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang mengerakkan dan
menggarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar (Dimyati dan
13
Mudjiono, 80 : 2006). Motivasi merupakan sebuah kegiatan (aktifitas) yang
menyebabkan seseorang melakukan sesuatu. Jucius (dalam Effendy, 64 : 2004)
menyatakan bahwa motivasi sebagai kegiatan memberikan dorongan kepada
seorang atau diri sendiri untu mengambil kegiatan yang di kehendaki.
Ada tiga komponen utama dalam motivasi, yaitu: (1) kebutuhan, (2)
dorongan,
(3)
tujuan.
Kebutuhan
terjadi
bila
individu
merasa
ada
ketidakseimbangan anatara apa yang ia miliki dan apa yang ia harapkan.
Dorongan merupakan kekuatan mental yang berorientasi pada pemenuhan
harapan dan pencapaian tujuan.. Sedangkan tujuan adalah hal yang ingin dicapai
oleh seseorang individu, Koeswara dalam (Dimiyati dan Mudjiono, 80-81, :
2006).
Secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan motivasi adalah untuk
menggerakkan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dsan kemaunnya
untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau tujuan tertentu
(Purwanto 73 : 2007).
2) Melakukan Pembinaan
Menurut Yurudik Yahya, (di akses 12 Maret 2013). Pembinaan adalah
suatu bimbingan atau arahan yang dilakukan secara sadar dari orang dewasa
kepada anak yang perlu dewasa agar menjadi dewasa, mandiri dan memiliki
kepribadian yang utuh dan matang kepribadian yang dimaksud mencapai aspek
cipta, rasa dan karsa. Istilah pembinaan atau berarti “pendidikan” yang merupakan
pertolongan yang diberikan oleh orang dewasa kepada yang belum dewasa untuk
mencapai kehidupan yang lebih tinggi. Pembinaan merupakan proses yang
dilakukan untuk merubah tingkah laku individu serta membentuk kepribadiaanya,
14
sehingga apa yang di cita-citakan dapat tercapai sesuai dengan apa yang
diharapkan.
3) Pendidikan Kesetaraan / Kejar Paket A, B dan C.
Berdasarkan Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional pasal 26 ayat (3), bahwa pendidikan kesetaraan adalah
program pendidikan nonformal yang menyelenggarakan pendidikan umum setara
SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA yang mencakup Program Paket A, Paket B, dan
Paket C.
Pendidikan Kesetaran yang meliputi program pendidikan Paket A, B dan
C ditunjukkan bagi masyarakat yang putus sekolah yang mempunyai kesulitan
sosial ekonomi seperti petani, nelayan, anak jalanan dan lain-lain. Masyarakat
yang bertempat tinggal di daerah yang terisolir seperti daerah perbatasan, daerah
rawan bencana atau daerah yang belum mempunyai fasilitas yang memadai dan
lain-lain.
Program pendidikan kesetaraan merupakan solusi bagi masyarakat yang
tidak mengikuti atau menyelesaikan pendidikan formal karena berbagai macam
faktor dan alasan. Masyarakat yang membentuk komunitas belajar sendiri serta
bagi mereka yang menentukan pendidikan kesetaraan atas pilihan sendiri.
Program pendidikan kesetaraan / kejar paket A, B dan C mempunyai tujuan yang
sama dengan pendidikan pada umumnya yakni meningkatkan pengetahuan,
keterampilan dan sikap warga belajar sehingga dapat memiliki pengetahuan yang
bermanfaat bagi diri serta bagi masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.
Selanjutnya yang dapat menyelenggarakan pendidikan kesetaraan adalah
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Sanggar Kegiatan Belajar (SKB),
15
Organisasi Kemasyarakatan, Yayasan Badan Hukum atau Badan Usaha,
Organisasi Keagamaa dan lain-lain.
16
Download