3.3 Berapa orang yang diwawancarai dan apa kedudukannya? Suatu informasi yang akan dicari dengan melakukan beberapa tindakan observasi dan mengumpulkan informasi-informasi yang diperlukan untuk mengetahui kota/kawasan (Desa Peninjoan) didalamnya dengan adanya suatu teori untuk penyusun 8 element kota. Pengumpulan suatu data dengan menggunakan media internet dan melakukan survey langsung pada Kawasan tersebut(Desa Peninjoan) dengan melakukan wawancara secara langsung kepada masyarakat sekitar. Dalam kegiatan wawancara kepada masyarakat/penduduk yang ada di Desa peninjoan ini dengan menanyakan suatu yang berhubungan dengan 8 element kota, dengan mewawancara dibeberapa titik yang berbeda. Dalam kegiatan wawancara kami melakukan pendekatan kepada narasumber dengan menggunakan 5W1H agar narasumber dapat memahami dan mengerti dengan pertanyaan. Jadi ada beberapa masyarakat yang bersedia untuk diwawancarai dengan mengetahui keadaan desa Peninjoan, dengan titik/spot di Pasar Agung Peninjoan yang kebanyakan warga desa peninjoan berdagang di pasar Agung Peninjoan, dan kebanyakan juga aktifitas pedagang dipinggiran jalan cukup banyak dengan beraneka ragam penjualan seperti:alat persembahyangan,makanan & minuman,pakaian,dsb. Selain banyaknya aktifitas penunjang seperti tempat berolahraga/gym, dan hiburan dalam Kawasan tersebut. Pada daerah jalan Cikomaria dengan melakukan wawancara dengan masyarakat asli di Desa Peninjoan ini yang mengetahui suatu sejarah yang ada diDesa Peninjoan dengan menceritakan asal jaman dulu di Desa Peninjoan dimana terdapat penempatan bangunan,sirkulasi, dan aktifitas penunjang lainnya pada jaman dulu. Selanjutnya masyarakat pendatang dan kebetulan berprofesi pedagang di pasar Agung Peninjoan yang kami wawancarai tepatnya dijalan Padma, dengan menanyak keadaan / situasi yang dirasakan pada Kawasan tersebut. Jadi data yang didapat dengan melakukan suatu observasi dengan mewawancarai beberapa penduduk yaitu rata-rata setiap penduduk asli diDesa Peninjoan berprofesi atau kedudukannya sebagai pedagang dan masyarakat pendatang kurang lebih kedudukan nya sebagai pedagang , Dengan ini proses wawancara akan menghasilkan 8 element kota. Gambar ? : 8 Element Kota Sumber: Hasil Modifikasi 2019 3.4 Bagaimana peta 3d dibuat? Tahap awal sebelum pembuatan 3d Kawasan kami melakukan survey ke untuk mencari datadata yang tidak bisa kami dapatkan melalui google map. Sebelumnya kami juga menggunakan google map untuk menentukan titik-titik yang susah dijangkau lewat google map seperti ketinggian rata-rata permukiman, letak bangunan-bangunan tradisional dan pembagian batas-batas wilayah agar nantinya bisa disatukan menjadi kawasan. Setelah mendapatkan informasi yang cukup tentang perletakan bangunan zona wilayah dan jenis-jenis bangunan kemudian masuk kedalam tahap pembuatan gambar secara 2d menggunakan autocad untuk mengetahui letak tiap bangunan agar lebih presisi dan akurat peletakannya. Setelah semua bagian telah di gambarkan secara 2d selanjutnya gambar 2d di import kedalam sketchup untuk mengembangkan kedalam bentuk 3d agar dapat memudahkan melihat leveling serta sirkulasi bangunan secara visual 3d. 4.5 Pembahasan 8 kualitas urban studi kasus 4.5.1 Tata Guna Lahan Gambar ? : tata guna lahan kawasan peninjoan Sumber: Hasil Modifikasi 2019 Perkembangan jaman yang semakin modern membuat suatu kawasan mengalami perubahan yang dapat dibilang berkembang ke sisi positif dan juga negative. Ditinjau dari tata guna lahan kawasan peninjoan ini, merupakan kawasan yang berkembang sangat cepat hal ini diperkirakan terjadi karena kawasan peninjoan ini berada di pinggiran kota yang menjadi salah satu daerah pembatas Antara kabupaten badung dan kota Denpasar. Akibatnya pada kawasan peninjoan ini banyak sekali terdapat kawasan pemukiman baru dan fasilitas yang mendukungnya, dikarenakan hal tersebut kini daerah yang dikenal sebagai desa peguyangan kangin ini menjadi sangat padat dan menimbulkan berbagai perubahan dari segi social,ekonomi dan lingkungan. Alih fungsi lahan yang marak tejadi di kawasan ini menyebabkan penduduk yang dulunya mayoritas berprofesi sebagai petani kini sudah mulai beralih menjadi pengusaha yang memfasilitasi banyaknya penduduk baru yang tinggal disana sehingga sebagian besar lahan pertanian telah beralih menjadi kawasan pemukiman dan perdagangan. Selain factor internal masyarakatnya sendiri, factor external seperti kekuasan presiden juga mempengaruhi perkembangan daerah ini, dari hasil wawancara dengan beberapa narasumber diperoleh sebuah informasi bahwa saat masa pemerintahan presiden soeharto dulu dengan ketatnya peraturan yang berlaku, kawasan ini masih sangat banyak mempunyai ruang terbuka hijau yang luas dan tidak ada yang berani menentang dengan mengubahnya menjadi fungsi lain. Ditinjau dari 8 kualitas urban, dari pembahasan mengenai tata guna lahan, kawasan peninjoan ini memiliki berbagai macam penilaian kualitas urban, dari hasil wawancara dan observasi kawasan dapat disimpulkan kawasan peninjoan ini memiliki kualitas tata guna lahan yang belum terlalu tertata dengan rapi. Hal ini dilihat dari : 1. Pemukiman tradisional Banyaknya fasilitas fasilitas pendukung pemukiman baru yang berada diantara pemukiman tradisional 2. Pemukiman baru Kualitas tata guna lahan pemukiman baru benyak yang belum sesuai aturan dimana terdapat beberapa pemukiman baru pada kawasan yang bertentangan dengan aturan sempadan sungai dan jalur hijau. 3. Perkantoran Ditinjau dari fungsi fungsi lahan diskitarnya penempatan kawasan perkantoran dinilai sudah tertata dengan baik karena berada di titik keramaian kawasan ini. Namun jika dilihat dari perspektif lain yang menyinggung konsep kawasan hulu teben, seharusnya kawasan perkantoran khususnya kantor desa berada di tengah tengah pemukiman warga. Bukan berada di area yang berdekatan dengan setra yang menjadi zona kotor dalam suatu kawasan desa di bali. 4. Pariwisata Belum terdapat fasilitas penunjang pariwisata dalam kawasan 5. Ruko/perdagangan Jika dinilai penempatan fungsi ruko dan perdagangan kurang berpusat dan cenderung mengganggu fungsi lain seperti pemukiman tradisional dari kawasan in. 6. Pasar Hampir sama dengan perkantoran penempatan pasar di zona nista dalam kawasan desa dibali dinilai kurang tepat dikarenakan pasar yang menjadi pendukung dari banyaknya aktifitas perekonomian penduduk seharusnya berada di zona madya. Namun jika dinilai dari kestrategisan site penempatan pasar tepat di pertigaan utama kawasan ini dan tepat dalam pusat keramaian, dinilai sudah tepat. Karena pasar agung yang kita kenal saat ini telah menjadi salah satu pasar utama kota Denpasar yang mefasilitasi banyak daerah yang berada di sekitarnya. 7. Budaya dan pura Dari segi kebudayaan dan tempat ibadah seperti Pura, kawasan ini tidak terlalu banyak mengalami perkembangan. Dari dulu hingga sekarang posisi Pura masih tetap berada pada tempatnya. 8. Kesehatan Belum terdapat fasilitas kesehatan yang layak untuk memfasilitasi masyarakat dengan jumlah yang banyak dan bermayoritaskan penduduk pendatang. 9. Pendidikan Fasilitas pendidikan di dalam dan disekitar kawasan sudah cukup dan telah memfasilitasi masyarakat dengan baik. 10. Ruang terbuka Terdapat sebuah taman yang tidak tepat sasaran dan saat ini lebih difungsikan sebagai parker kendaraan. 4.5.2. Bentuk Dan Massa Bangunan (Building Form And Massing) Gambar ? : tata guna lahan kawasan peninjoan Sumber: Hasil Modifikasi 2019 Perkembangan pengetahuan masyarakat akan pentingnya tempat tinggal dan tempat beraktifitas yang layak dan berfungsi secara signifikan untuk menunjang aktifitas aktifitas yang diwadahinya, membuat kebutuhan akan berbagai fungsi bangunan yang beragam tidak dapat dipungkiri. Fungsi bangunan yang beragam tentunya berpengaruh juga terhadap bentuk dan massa bangunannya. Ditinjau dari kualitas urban kualitas bentuk dan massa bangunan dapat dilihat dari beberapa hal sebagai berikut: a. Besaran Bangunan Pada kawasan peninjoan ini besaran bangunan, memiliki ukuran dan dimensi yang beragam sesuai dengan fungsi tyang diwadahinya. Sebagian besar bangunan yang difungsikan sebagai perkantoran dan industry memiliki ukuran yang lebih besar dan memiliki jumlah lantai lebih dari 1 lantai. b. Ketinggian bangunan Besaran bangunan dan fungsi bangunan yang bermacam macam membuat jumlah lantai yang dimilikinya tergantung dari banyaknya aktifitas yuang berada di dalamnya, sehingga berpengaruh akan ketinggian bangunannya. Rata rata ketinggian bangunan dalam kawasan ini sudah mentaati aturan yang tiodak memperbolehkan bangunan memiliki tinggi melebihi 15 meter. c. Sempadan Bangunan. Terdapat beberapa bangunan yang meyalahi aturan sempadan seperti bangunan bangunan pemukiman baru yang bersebelahan dengan sungai tanpa mentaati jarak yang ditetapkan oleh peraturan kota Denpasar d. Ragam – Fasade Fasad bangunan memiliki bentukan yang berbeda beda terutama pada banguna denga fungsi industry cenderung menampilkan sebuah tampilan fasad yang mewakili instansi perusahaannya. Berbeda lagi jika fungsi bangunan mewadahi fungsi pemukiman tradisional, tampilan fasad cenderung serupa dengan atap limasan dan material batu bata dan genteng tanah liat. e. Skala Skala dan proporsi bangunan tidak memiliki keseragaman dan acuan yang sama. Skala bangunan cenderung mengikuti fungsi dari bangunan tersebut. Untuk fungsi tempat tinggal yang masih tradisional skala bangunan lebih berpatokan dari pemilik bangunan itu sendiri. f. Material Material bangunan sebagian besar meiliki perbedaan tergantung dari masa pembangunan bangunan tersebut, jika bangunan dibangun di bawah tahun 2000 an, material bangunan yang digunakan masih tradisional seperti penggunaan batu bata pada dinding bangunan tersebut. Bangunan yang masih tetap menggunakan material tradisonal pada kawasan ini sebagian besar bangunan dengan fungsi tempat suci/Pura dan pemukiman tradisional. g. Warna Banyaknya material bangunan yang digunakan saat ini membuat bangunan bangunan yang ada pada kawasan ini memiliki tampilan warna yang beragam 4.5.3 Sirkulasi dan Parkir (Circulation And Parking ) Gambar ? : sirkulasi kawasan peninjoan Sumber: Hasil Modifikasi 2019 Masalah sirkulasi kota merupakan persoalan yang membutuhkan pemikiran mendasar, antara prasarana jalan yang tersedia, bentuk struktur kota, fasilitas pelayanan umum dan jumlah kendaraan bermotor yang semakin meningkat. Diperlukan suatu manajemen transportasi yang menyeluruh terkait dengan aspek-aspek tersebut. Elemen sirkulasi dalam urban design merupakan alat yang sangat menentukan struktur lingkungan urban, karena dapat membentuk, mengarahkan dan mengontrol pola aktivitas dalam kota. A. Pola, Struktur dan Perlengkapan Jalan Ditinjau dari hal ini, kawasan peninjoan sudah memiliki kelengkapan yang memadai untuk membantu pengguna jalan memahami jalur yang meraka lalui. B. Aspek lalu lintas Kelancaran, keamanan dan kenyamanan suatu jalur jalan sangat ditentukan oleh kondisi lalu lintas. Dilihat dari aspek ini lalu lintas pada titik keramaian utama tepatnya di depan kawasan pasar agung pada jam jam tertentu sperti jam pulang dan berangkat kerja, konsisinya sedikit agak padat. C. Perparkiran Perparkiran merupakan unsur pendukung system sirkulasi kota, yang menentukan hidup tidaknya suatu kawasan ( kawasan komersial, kawasan pusat kota, dll ). Berdasarkan Perencanaan tempat parkir menurut Irvine ( Shirvani, 1981 ) dapat ditarik kesimpulan bahwa : 1. Keberadaan struktur parkir di kawasan ini masih mengganggu aktivitas disekitarnya, hal ini dikarenakan beberapa area parkir pertokoan masih memanfaatkan bahu jalan dan trotoar untuk memperluas lahannya. 2. Pengadaan tempat parkir khusus bagi suatu perusahaan atau instansi yang sebagian besar karyawannya berkendaraan sudah dilakukan oleh perusahaan. 3. Kualitas keselarasan visual lingkungan pada kawasan ini dinilai masih kurang .karena belum banyak terdapat lahan terbuka di sekitar jalur sirkulasi. Gambar ? : situasi perparkiran toko toko pinggir jalan Sumber: Hasil Modifikasi 2019 4.5.4 Ruang Terbuka ( Open Space ) Ditinjau dari ruang terbuka, kawasan yang terkenal dengan nama peninjoan ini memiliki beberapa ruang terbuka hijau yang masih aktif difungsikan sebagai area pertanian. Namun kondisinya saat ini dapat dilihat bahwa pada kawasan ruang terbuka tersebut mulai berdiri beberapa rumah penduduk pendatang. Ruang terbuka aktif lainnya yang berada di sebrang jalan pasar agung saat ini dinilai kurang dimanfaatkan secara optimal melihat fungsi ruang terbuka tersebut sebagai taman desa, tidak seharusnya dimanfaatkan sebagai lahan parkir. Gambar ? : peta ruang terbuka desa Peguyangan Kangin dan sekitarnya Sumber: Hasil Modifikasi 2019 4.5.5 Pedestrian Sistem pedestrian yang baik akan mengurangi keterikatan terhadap kendaraan dikawasan pusat kota, mempertinggi kualitas lingkungan melalui sistem perancangan yang manusiawi, menciptakan kegiatan pedagang kaki lima yang lebih banyak dan akhirnya akan membantu kualitas udara di kawasan tersebut. Namun dilihat dari kualitas pedestrian pada kawasan ini khususnya kualitas trotoar yang terdapat di pinggir jalan utama, masih memiliki banyak kekurangan dapat dilihat dari benyaknya pedagang yang memanfaatkan trotoar untuk memperluas area dagangnya. Bahkan terdapat juga beberapa titik dari jalan raya yang tidak memiliki trotoar. Pada jaliur pedestrian yang telah ada saat ini belum terdapat fasilitas yang mampu menunjang kenyaman pejalan kaki yang menggunakannya seperti belum terdapatnya fasilitas penerangan dan area beristirahat seperti bangku taman di sekitarnya. Gambar ? : peta & situasi jalur pedestrian desa Peguyangan Kangin dan sekitarnya Sumber: Hasil Modifikasi 2019 4.5.5 Pedestrian