MPA 343 / APRIL 2015 Media informasi, komunikasi, dan edukasi, Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur Pemimpin Umum: H. Mahfudh Shodar Wakil Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi: H. Musta'in Wakil Pemimpin Redaksi: H. Ramin Abd. Wahid Staf Ahli: H. Husnul Maram, H. Ach. Faridul Ilmi, H. Supandi, H. Mas’ud, H. M. Syakur, H. M. Fachrur Rozi Dewan Redaksi: H. Ramin Abd. Wahid, H. Abd. Hadi AR H. Athor Subroto, H. Hartoyo H. Ahmad Husein AR Sekretaris Redaksi: Machsun Zain H. Samsul Anam Bendahara: Ahmad Hidayatullah Staf: Khusnul Khotimah Distribusi/Tata Usaha: Husnul Khotimah Staf: Sukardjito Litbang: Hj. Hikmah Rahman Staf Redaksi Editor: Choirul Mustofa Reporter: M. Hisyam, Suprianto, Dedy Kurniawan Anni Athi'ah dan Feri Ariya Santi Design-Layout: Mey Sutrisno, Muhammad Munif Korektor: Rasmanna Rahiem Khoththot: M. Midzhar Koresponden: Berkedudukan di setiap Kankemenag Kab/Ko se-Jawa Timur. Alamat Redaksi: Jl. Raya Juanda No. 26 Sidoarjo, Telp. 031 - 8680490, Fax. 031 - 8680490 e-mail: [email protected] Diterbitkan Oleh: Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur. Dicetak oleh: PT. Antar Surya Jaya, Jl. Rungkut Industri III/68 & 70 SIER Surabaya, Telp. (031) 8475000 (2200-2203) Fax. : 031-8470600 Isi di luar tanggung jawab percetakan Keberadaan madrasah dan pesantren dikoyak lagi. Isu pemindahan keduanya dari naungan Kementerian Agama kedalam pengelolaan Kemendikdasmen mencuat kembali. Tentu saja ini wacana yang sangat mengkhawatirkan bagi eksistensi pendidikan agama Islam. Sebab kalau sampai hal itu terjadi, dikhawatirkan para pengelolanya justru orang-orang yang tak memiliki kompetensi dengan madrasah dan pesantren. Nah, untuk menelusuri jejak tapak munculnya isu tersebut sekaligus mengetahui bagaimana sikap umat Islam terhadap hal itu, kami sengaja menjadikan isu ini sebagai bahan Lensa Utama kali ini. Disamping kami mendapuk cendekiawan Muslim seperti Prof. Dr. H. Abd. Haris, M.Ag (Ketua LP Ma’arif PWNU Jatim) dan Prof. DR. KH. Tholhah Hasan (mantan Menteri Agama dan kini sebagai Ketua Badan Wakaf Indonesia), kami juga menemui Ainul Yakin yang menjabat Sekretaris MUI Jawa Timur. Hasil liputan tersebut kami lengkapi dengan wawancara khusus bersama Drs. H. Mahfudh Shodar selaku Kepala Kanwil Kemenag Prov. Jawa Timur. Sementara dari pengelola madrasah, kami meminta masukan dari Bambang Wiyono, S. Ag. M. Pd (Kepala MIN Demangan Madiun), Drs. H. Kirom Rofi’i, M.Pd.I (Kepala MTsN 1 Tulungagung) dan Drs. H. Anwari Sy, MA (Kepala MAN 1 Jember). Sedangkan dari pihak pondok pesantren, kami sengaja mewawancari Ustadz Umar Fanani (Wakil Mundir bagian kurikulum pondok PERSIS Bangil), Gus Reza Ahmad Zahid (Pengasuh pesantren al-Mahrusiyah Lirboyo Kediri) dan Dr. (H.C.) Ir. KH. Salahuddin Wahid (Pengasuh pondok Tebuireng Jombang). Sementara sosok Prof. Akh. Muzakki, M.Ag, Gred. Dip. SEA, M.Phil, Ph.D yang mengaku bangga jadi anak madrasah, kami tampilkan dalam rubrik Taaruf. Meski tak pernah punya cita-cita melangit, tapi Dekan Fisip dan FEBI ini telah dikukuhkan sebagai Guru Besar termuda di UIN Sunan Ampel Surabaya. Untuk rubrik Serambi Madrasah kali ini, kami mengangkat MTs Tarbiyatul Waton Gresik. Meski yang sekolah di sana adalah anak-anak pesisiran, tetapi mereka mampu menjadi sang juara. Tak saja di kancah nasional, melainkan juga pada kompetisi robotika tingkat internasional di Tay Eng Soon Convention Centre, ITE Headquarters, Singapura. Sementara rubrik-rubrik kesayangan Anda lainnya, hadir menarik sebagaimana biasanya. Akhirnya, kami mengucapkan selamat menikmati sajian edisi kali ini. Semoga Anda senantiasa bahagia bersama keluarga dan dapat mengambil buah manfaat sajian kami. Amin. Kontak dan Pendapat --------------Teropong -----------------------------Lensa Utama -------------------------Liputan Khusus ---------------------Inspirasi ------------------------------Cahaya Hati -------------------------Agama -------------------------------Tafsir Maudlu’i ----------------------Bilik Santri ---------------------------- 4 5 6 15 18 19 20 24 26 Jendela keluarga --------------------Uswah --------------------------------Edukasi ------------------------------Serambi Madrasah -----------------Lintas Peristiwa --------------------Pesona --------------------------------LAA Remaja ------------------------Cermat -------------------------------Dunia Islam -------------------------MPA 343 / April 2015 28 34 36 42 51 58 59 62 66 3 INNA LILLAHI WAINNA ILAIHI ROJIUN SEGENAPKELUARGABESAR BALAI DIKLAT KEAGAMAAN SURABAYA IKUT BERBELASUNGKAWA SEDALAM-DALAMNYA ATAS WAFATNYA DRS.H.MASKUR HADI, MM MANTAN KEPALA BDK SURABAYA TAHUN 2003 s.d 2006 PADA HARI JUM’AT TANGGAL 27 FEBRUARI 2015 Semoga amal ibadahnya diterima oleh Allah SWT dan segala khilafnya diampuni oleh-Nya, amiin KEPALA BALAI DIKLAT KEAGAMAAN SURABAYA TTD Drs.H. RUSMAN LANGKE, M.Pd Telah meninggal dunia, 7 Maret 2015 Lasmaru, S.Ag, MM Lahir: Pasuruan, 16 September 1961 Guru PAI MTsN Prigen (1996-2011) - Guru PAI MTsN Pandaan (2011-2015) Semoga amal ibadahnya diterima di sisi Allah SWT dan segala kesalahannya diampuni oleh-Nya Amin Segenap keluarga besar kantor kementerian agama Kabupaten Lamongan Ikut belasungkawa yang dalam atas meninggalnya: H. SUMINTO, M.Ag Pengawas Pendais TINGKAT RA/TK/MI/SD/SDLB Wilayah Kecamatan Babat Pada hari Kamis 05 Pebruari 2015 Kepala Drs. H. Leksono, M.Pd.I SEGENAPKELUARGABESAR KANTOR KEMENTERIANAGAMAKABUPATEN TRENGGALEK Mengucapkan turut berbela sungkawa yang sedalam – dalamnya atas wafatnya MOKHAMAD SAIFUDIN, S.Pd ( Guru MTsN Kampak Kabupaten Trenggalek ) Wafat pada hari Sabtu, 14 Maret 2015 Semoga amal ibadahnya diterima Allah SWT dan mendapat tempat terbaik disisi-Nya Pgs. KEPALA DAMANHURI, M.Ag 4 MPA 343 / April 2014 MEMBANGUN GENERASI ROBBANI Seiring dengan masuknya Islam ke Nusantara, berdiri surausurau dan mesjid-mesjid di berbagai negeri. Tempat-tempat ibadah ini bukan hanya sebagai sarana melaksanakan sholat saja, melainkan juga tempat persemaian tunas-tunas muda bangsa. Anak-anak yang masih muda belia, sejak usia balita hingga remaja dibina, dibimbing dan dididik di tempat peribadatan ini. Lembaga pendidikan inilah yang menjadi cikal bakal madrasah dan pondok pesantren. Bentuk awalnya masih merupakan madrasah diniyah, Institusi pendidikan yang hanya mengajarkan baca tulis alQur’an dan kaifiat sholat. Dimulai dari lembaga yang sederhana ini, oleh para ulama’ dan pemuka agama Islam ditingkatkan menjadi madrasah formal dalam berbagai jenjang: Ibtidaiyah, Tsanawiyah dan Aliyah serta pondok pesaantren. Ada yang mengatakan bahwa lembaga perguruan agama ini sebagai lembaga pendidikan yang tertua. Lembaga ini didirikan jauh sebelum pemerintah kolonial Belanda masuk. Dari institusi ini lahir pemimpin-pemimpin bangsa dan pejuang kemerdekaan serta para pahlawan nasional. Mereka bukan hanya memiliki jiwa kebangsaan dan negarawan saja, melainkan juga berkeimanan dan bertakwa serta berakhlak mulia. Ketika kolonial Belanda mulai menancapkan kukunya di Indonesia, pemerintah penjajah tidak membantu penyelenggaraan madrasah dan pondok pesantren ini. Alih-alih memberikan bantuan, justru pemerintahan penjajah ini mengendalikan dan membatasi gerak lembaga pendidikan agama ini. Para ustadznya diatur dalam Ordonansi Guru, sehingga tidak semua ustadz dan ustadzah yang mampu dapat mengajar. Madrasah ini terus berkembang sejalan dengan kemajuan zaman. Ilmu pengetahuan umum yang semula tidak diajarkan mulai dimasukkan ke dalam kurikulum madrasah, sekalipun tidak seragam antara satu madrasah dengan madrasah lainnya. Setelah merdeka lembaga bentukan ulama’ dan pemuka agama ini diserahkan tanggungjawab pembinaannya dan pengawasan penyelenggaraannya kepada Kementerian Agama. Dengan penuh amanah dan tanggungjawab Kementerian Agama membina dan membimbing pengelolaan madrasah dan pondok pesantren. Hasilnya tidak mengecewakan. Dari perguruan agama lahir generasi robbani, generasi yang berkeadaban, Moral dan akhlak dijadikan tolok ukur dan indikator keberhasilan. Bila sekolah peninggalan Belanda hanya melahirkan anak-anak pintar, maka madrasah dan pondok pesantren menghasilkan putra – putri bangsa yang relijius dan berakhlak mulia. Perbedaan out comes –hasil pendidikan- dua macam model pendidikan: sekolah umum dan perguruan agama ini dinilai sebagai kepincangan. Satu pihak lahir pemimpin bangsa yang hanya menguasai ilmi pengetahuan umum tapi tidak mengenal agama. Sementara dipihak lain lahir pemimpin bangsa yang mendalam ilmu agamanya tapi minim ilmu pengetahuan umumnya. Muncullah berbagai wacana untuk menciptakan model pendidikan nasional yang dapat dijadikan acuan guna membangun generasi bangsa yang mumpuni atau memiliki kompetensi dan daya saing yang tinggi. Keputusan Presiden –Keppres 34 Tahun 74– dikeluarkan. Keputusan ini menetapkan bahwa semua lembaga pendidikan berada dalam satu atap. Timbul reaksi dari para ulama’ dan pemuka agama Islam yang kurang sepakat dengan keputusan Presiden tersebut. Sebab dengan demikian yang berhak menyelenggarakan dan membina pengelolaannya hanyalah Kementerian Pendidikan Nasional waktu itu. Sementara Kementerian Agama yang sejak awal kemerdekaan diserahi tanggungjawab membina madrasah dan pondok pesantren dicabut kewenangannya. Karena penolakan yang kuat dari para ulama dan pemuka agama Islam terhadap model system pendidikan satu atap ini maka lahirlah Inpres 15 Tahun 1975 sebagai solusinya. Isi instruksi Presiden ini, agar madrasah menyesuaikan diri baik kurikulum maupun system manajerialnya dengan sekolah-sekolah yang dibina oleh Kementerian Pendidikan Nasional saat itu. Inpres tersebut dapat dilaksanakan dengan hasil yang memuaskan. Dari upaya peningkatan mutu perguruan agama ini yang terus berkembang, sekarang banyak lahir madrasahmadrasah unggulan dengan siswa-siswanya yang berpretasi hingga tingkat nasional bahkan tingkat internasional. Dari madrasah-madrasah dan pondok pesantren ini diharapkan lahir generasi robbani, generasi bangsa yang tidak hanya memiliki jiwa nasionalisme dan patriotisme, tapi juga berakhlak mulia. Dari generasi robbani ini akan dapat dibentuk qoryah thoyyibah dan baldatun thoyyibah wa robbun ghofur, Negara adil-makmur dan bangsa yang berkeadaban. RAW MPA 343 / April 2015 5 Save Madrasah dan Pesantren Kedepankan Pelayanan dan Bukan Penguasaan Gagasan untuk memindahkan pengelolaan madrasah dan pesantren kedalam naungan Kemendikdasmen, kini mencuat kembali. Alasannya, untuk meningkatkan mutu pendidikan dan kesejahteraan para guru. Wacana itu sempat menghangat dalam pembahasan di Komisi VIII DPR RI. Secara historis, asal-muasal tumbuhnya madrasah di Indonesia tak dapat dilepaskan dari keberadaan lembaga pesantren. Maka wajar jika madrasah dan pesantren berada di bawah pembinaan Kemenag – dan bukan Kemdikdasmen. Di sisi lain, madrasah yang 90 persen adalah swasta murni tumbuh dari masyarakat dan bukan pemerintah. Prof. DR. KH. Tholhah Hasan Menurut Prof. Dr. H. Abd. Haris, M.Ag, hingga kini dualisme pendidikan masih melingkupi pendidikan nasional; Kemenag yang mengelola pendidikan agama dan Kemendikdasmen yang mengelola pendidikan umum. Hal ini dikuatkan dengan UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Disebutkan dalam Bab VI pasal 15 UU Sisdiknas, bahwa jenis pendidikan mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, advokasi dan keagamaan. Dirinya merasa heran jika dualisme tersebut lantas dibesar-besarkan hingga berujung pada wacana penggabungan yang hanya berada di Kemendikdasmen saja. Apalagi selama ini prestasi yang disuguhkan pendidikan madrasah dan pesantren cukup bertebaran. “Ter6 MPA 343 / April 2015 Untuk itulah, lelaki kelahiran Lamongan 21 Oktober 1962 ini lebih sepakat jika pendidikan agama tetap dikelola Kemenag. Sebab baginya, tarik-menarik pengelolaan pendidikan agama bukan sesuatu yang strategis untuk dipersoalkan. Justru yang harus dilakukan, adalah antara Kemenag dan Kemendikbud duduk bersama untuk mengurai segala problema demi meningkatkan kualitas pendidikan nasional. Prof. DR. KH. Tholhah Hasan mengingatkan, agar pengambilalihan madrasah dan pontren dari Kemenag ke Kemendikbud tak semata untuk menguasai saja. Harap dipertimbangkan sisi pengelolaan keduanya, karena memiliki karakteristik yang berbeda dengan sekolah. “Jadi perlu dipikirkan ulang kalau mau mengambilalih madrasah dan pesantren,” tegasnya. Karakteristik khusus yang dimiliki madrasah dan pesantren, kata Ketua Badan Wakaf Indonesia ini, pertama berciri khas Islami. Kedua, populis atau merakyat sesuai dengan kemauan dan kemampuan masyarakat. Ketiga, mempunyai Prof. Dr. H. Abd. Haris, M.Ag corak yang beragam. Ini sesuai dengan karakter Pendidikan Islam UIN Sunan Ampel masyarakat yang juga beragam. Yang keempat, memiliki watak mandiri. “MaSurabaya ini menegaskan. Kalau dalihnya hanya demi efekti- kanya, Kemendiknas jangan terlalu vitas dan efisiensi, kata pemilik 9 judul ambisi untuk mengambil alih madrasah buku ini, secara logika masih bisa dite- dan pesantren,” katanya serius. Apalagi ketidakadilan masih dirarima alasan tersebut. Tapi yang patut dihitung ulang, dengan dibawah naung- sakan oleh pendidikan Islam. Kini masih an Kemendikbud secara otomatis beban ada anggapan bahwa peringkat sekolah kementerian yang menangani bidang berada di atas madrasah. “Jadi, jangan pendidikan semakin besar. “Nah, ba- keinginan untuk menguasai yang ditongimana mungkin institusi yang terbatas jolkan. Pemerintah seharusnya justru mampu mengelola sekian banyak model membantu bagaimana meningkatkan pendidikan? Kan ada ukuran rasio an- mutu manajemen, biaya pembenahan tara birokrasi yang mengelola pendi- SDM, serta sarana di madrasah dan dikan dan jumlah yang dikelola,” tutur- pesantren,” tutur pria kelahiran Tuban nya masyghul. “Apakah ada jaminan 10 Oktober 1936 ini menyarankan. Di sisi lain, lanjut Pendiri dan Ketua jika penggabungan ini selaras dengan peningkatan kualitas?” tutur suami Dra. Dewan Pembina Universitas Islam Malang ini, kita semestinya mengapresiasi Rif’atul Choiriyah ini menambahkan. bukti Kemenag selama ini cukup baik dalam mengelola pendidikan madrasah dan pesantren,” tuturnya. “Nah, kalau sudah baik, kenapa harus diubahubah,” imbuhnya mempertanyakan. Di lain pihak, Ketua LP Ma’arif PWNU Jatim ini mengakui, bahwa secara implisit arah dari Sisdiknas adalah pendidikan satu atap. Tapi itu tak berarti pendidikan harus dikelola oleh satu kementerian saja. “Jika itu sampai terjadi, saya khawatir madrasah dan pesantren justru malah tak terurus,” ujarnya. “Kalau tetap saja dipaksakan, ini berarti pemerintah tak memberikan pelayanan akan kebutuhan pendidikan masyarakat Muslim,” tambah Guru Besar Filsafat dan meningkatkan apa yang sudah digulirkan Kemenag yang memfasilitasi guru-guru madrasah untuk menempuh jenjang pendidikan S1, S2 dan S3. “Semangat melayani inilah yang harus dikedepankan dan bukan justru menguasainya,” pintanya. Ketua Dewan Pembina Yayasan Pendidikan Ma’arif Singosari ini berharap, agar partisipasi masyarakat terhadap pendidikan Islam hendaknya lebih meningkat lagi. Ini mengingat 90 persen madrasah berstatus swasta atau milik masyarakat. Kalau diserahkan kepada pemerintah semua, nanti justru beban pendanaan pemerintah akan bertambah berat. “Pemerintah laiknya berterima kasih terhadap sumbangsih masyarakat tersebut. Dukungan dan kepercayaan masyarakat inilah, yang membuat madrasah dan pesantren tetap eksis hingga saat ini,” ungkapnya. “Kan aneh kalau masyarakat tidak boleh berpartisipasi,” tambahnya mempertanyakan. Ketua Dewan Pembina dan Pengembang Yayasan Pendidikan Sabilillah Malang ini berharap, agar madrasah dan pesantren mampu menunjukkan sebagai lembaga pendidikan Islam yang sejajar dengan lembaga pendidikan sekolah. Artinya, mampu mengikuti perkembangan masyarakat yang dinamis beserta kebutuhannya, berkualitas, profesional dalam pengelolaan, serta kompetitif dan siap bersaing menjadi lembaga pendidikan pilihan. Bagi Ainul Yakin, jika pemerintah memang ingin mensukseskan Sistem Pendidikan Nasional, seharusnya lebih mendorong madrasah dan pesantren yang berada di bawah Kemenag itu diberikan porsi anggaran yang memadai. Dengan begitu bisa berjalan dan bersinergi dengan pendidikan sekolah yang dikelola Kemendikdasmen. “Nah, kalau ini yang dilakukan pasti akan menghasilkan kualitas pendidikan sesuai dengan tujuan pendidikan itu sendiri,” ujarnya. Sekretaris MUI Jawa Timur ini berharap, agar pemerintah tidak menafikan keberadaan guru-guru atau SDM yang mengurusi madrasah tersebut. Wacana pengabilalihan pendidikan Islam berada di bawah naungan Kemendikdasmen, jelas akan menimbulkan sejumlah kekhawatiran. Khususnya, bagai orangorang yang selama ini bergelut mengurusi madrasah. Selama ini, ulas pria kelahiran Jombang 14 Januari 1969 ini, orang-orang yang menangani madrasah dan pesantren adalah mereka yang kental keislamannya. Itulah sebabnya, kehidupan peserta didik di madrasah dan pesantren sangat kentara sekali ciri keagamaannya. “Nah.. kalau dikelola Diknas, dikhawatirkan nanti akan diurus oleh orang-orang yang tak memiliki kompetensi dengan madrasah. Lantas apa jadinya madrasah nanti,” kritiknya. Untuk itulah alumnus pondok pesantren di Jombang dan Malang ini menyarankan, agar pemerintah lebih memperkuat eksistensi Kementerian Agama yang mengelola madrasah dan Ainul Yakin pesantren. “Meski saya bukan orang Kemenag, namun secara objektif saya mengkhawatirkan kaum skularis sedang melakukan upaya pelemahan terhadap Kemenag,” simpulnya. “Padahal peran Kemenag itu penting sekali. Oleh karenanya, keberadaan Kemenag harus lebih diperkuat dan bukan malah digerogoti seperti ini,” tukasnya serius. Penulis buku ‘Halal di Era Modern’ dan ‘Menolak Lieralisme Islam’ ini merasa, bahwa kalangan sekuler juga ingin menarik Indonesia ke arah ideologi sekuler. “Ini benar-benar persoalan serius. Sebab bisa jadi wacana pengambilalihan itu tak sekedar melikuidasi peran Kemenag, melainkan justru ingin mengambilalih seluruh kebijakan Ke- mentrian Agama,” paparnya. Sebab menurut Sekretaris Yayasan keluarga Alumni Masjid Kampus Indonesia (Kampusina) ini, wacana untuk menghapus Kemenag sudah sangat lama. Lantas muncul isu-isu memojokkan Kemenag, yang mewacanakan kementerian ini sangat korup dan seterusnya. Umat Islam bahkan tak menyadari kalau mereka terprovokasi di dalamnya. Alhasil, simpul peneliti di Institute Pemikiran dan Peradaban Islam (INPAS) ini, madrasah dan pesantren jelas lebih efektif kalau berada dibawah Kemenag. Dengan begitu akan tetap bisa menstressing ‘tafaqquh fiddin’ dalam porsi yang cukup besar. Sebab tujuannya adalah untuk mencetak orang yang lebif kompeten di bidang agama. “Kalau lantas ditarik ke Kemendikbud, apa mungkin orang-orang Diknas bisa mengelola pesantren dengan baik,” tukasnya meragukan. Apalagi, lanjut lelaki yang kini sedang menempuh S3 di Universitas Muhammadiyah Surabaya ini, kini masyarakat lebih mempercayakan anaknya ke madrasah dan pesantren. Alasannya, tentu madrasah dan pesantren lebih menawarkan pemahaman keagamaan yang itu tak bisa diraih di sekolah. “Intinya, di madrasah dan pesantren lebih save,” katanya bangga. Untuk itulah, Wakil Ketua Ikatan Dai Area Lokalisasi (IDIAL-MUI) ini berharap, agar ke depan Kemenag lebih bisa meyakinkan peranannya. Kita semua harus bersamasama memperjuangkan agar madrasah dan pesantren tetap berada di bawah pembinaan Kementerian Agama. Organisasi-organisasi Islam hendaknya juga mensupport Kemenag. “MUI sudah memberikan masukan pada pemerintah kenapa madrasah dan pesantren harus tetap di bawah Kemenag,” tuturnya. “Masyarakat harus lebih cermat dan kritis terhadap kebijakan pemerintah. Jangan sampai kebijakan itu menjadi blunder yang kemudian justru menggerogoti umat Islam,” tambahnya menandaskan. Laporan: Suprianto, M. Tajuddin Nurcholis (Surabaya), Syaifudin Ma’arif (Malang). MPA 343 / April 2015 7 Drs. Mahfudh Shodar, M.Ag Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur Melindungi Madrasah Agar Tetap Bertahan Wacana dipindahkannya madrasah dan pesantren ke naungan Kemendikdasmen, kini mencuat kembali. Padahal dulu isu serupa juga pernah bergulir kencang. Apa sesungguhnya yang melatarbelakangi hal tersebut? Dan bagaimana sikap Kemenag mengatasi hal itu? Untuk mengungkap seputar masalah inilah, Anni Athi’ah dari MPA mewawancarai Drs. Mahfudh Shodar, M.Ag selaku Kepala Kanwil Kemenag Prov. Jawa Timur. Berikut petikan wawancaranya: Isu pendidikan agama Islam dikelola Dikdasmen dan Perguruan Tinggi Agama Islam berada dalam naungan Kemenristek kini mencuat lagi. Tanggapan Bapak? Terkait hal tersebut, itu masih berupa isu atau wacana. Namun demikian, kita perlu memberikan perhatian mengenai hal tersebut. Saya kira tidak mudah mengubah kebijakan yang sudah ada. Ini butuh waktu, tenaga dan biaya. Lantas, bagaimana seandainya hal itu benar-benar terjadi.. Kalau sampai itu terjadi, maka pendidikan Islam akan kehilangan historisnya dan juga jati dirinya. Kita tahu dasar pendidikan di Indonesia adalah dari pondok pesantren yang notabene adalah madrasah. Melalui pesantren pula perjuangan bangsa untuk merdeka dapat diraih. Apa strategi Bapak di lingkungan Kemenag Jawa Timur untuk membendung wacana tersebut agar tidak sampai terwujud? Kita harus selalu mengevaluasi, introspeksi diri dimana kekurangan kita. Selain itu kita perlu membangun opini. Melalui prestasi-prestasi yang diraih pendidikan yang dikelola Kementerian Agama. Dan ini tak terlepas pula dari peran media. Baik media, cetak, elektronik maupun median online. Kita tunjukkan bahwa kita punya prestasi dan mampu bersaing dengan pendidikan sekolah umum. Contoh yang bisa diberikan.. Kompetisi AKSIOMA. Terbukti, kita mampu bersaing dan unjuk gigi bahwa madrasah yang dalam kurikulum pendidikan umumnya 70 persen mampu meraih juara dalam beberapa kategori lomba dengan sekolah umum. Kita berharap ada fair play dalam setiap even atau kompetisi yang ada. Jangan sampai terjadi masalah lagi seperti yang di Jawa Tengah. Maksudnya Pak.. Sewaktu pelaksanaan AKSIOMA di 8 MPA 343 / April 2015 Lantas bagaimana dengan keberadaan pendidikan agama di lingkungan pondok pesantren? Harus diakui, sekarang pondok pesantren yang benar-benar salaf berkurang. Kini bermunculan pondok modern. Indikatornya, sekarang banyak santri yang mondok mencari pesantren yang ada pendidikan formalnya. Sehingga upaya yang dilakukan pontren adalah memenuhi keinginan tersebut. Oleh karena itu, harus ada formula pendidikan dari masing-masing pondok bagaimana agar pendidikan agama yang mendalam tidak hilang di pesantrean sehingga ruhnya masih tetap bertahan. sana, anak-anak kita tidak diperkenankan ikut. Dengan alasan anggaran tersebut diperuntukkan bagi sekolah, dan tidak menyebutkan madrasah. Nah, kalau seperti itu berarti kan tidak sesuai dengan sistem pendidikan nasional yang selalu menyebutkan SD/ MI, SMP/MTs, SMA/MA dan SMAK/ MAK. Andaikan pelaksanaan dari tahap seleksi fair play, tentu anak-anak kita akan lebih mencorong lagi sinarnya sebagai generasi yang berprestasi, berintelektual dan juga mumpuni dalam ilmu agama. Lantas bagaimana kelanjutan dari AKSIOMA tersebut? Alhamdulillah, masalah tersebut akhirnya didengar oleh para petinggi. Dan kebijakan tahun 2016, AKSIOMA diperuntukkan bagi semua anak didik dari berbagai pengelola pendidikan. Begitupun sebaliknya, kompetisi yang diadakan di Kementerian Agama seperti KSMpun diperuntukkan bagi semua pengelola pendidikan. Namun kenyataan lain yang tak bisa ditampik, bahwa tak semua petinggi memahami tentang madrasah. Bagaimana kita mempertahankan agar madrasah tetap eksis? Satu hal yang patut kita syukuri, Wakil Presiden kita Bapak Yusuf Kalla adalah mantan Pengurus Besar HMI tahun 1968. Beliau juga pernah mengenyam pendidikan di madrasah. Insya Allah untuk saat ini kita punya orang yang bisa melindungi madrasah agar tetap bertahan. Dan tentunya ada banyak lagi pejabat-pejabat yang suaranya akan didengar yang mereka juga alumni madrasah. Itu juga menjadi bukti, bahwa alumni madrasah bisa menjadi pemimpin-pemimpin di negeri ini. Jadi selama madrasah ada, maka akan terlahir pula calon-calon pemimpin yang siap menggantikan pendahulunya. Kembali pada wacana pengambilalihan madrasah dan pesantren di atas. Bukankah isu semacam itu berulang kembali? Kenyataannya memang demikian. Dulu ada Pengadilan Agama yang sudah lepas dari kita. Pendidikan agama/madrasah akan masuk dalam Diknas, Perguruan Tinggi Agama Islam masuk dalam Kemenristek, KUA akan masuk dalam Catatan Sipil, Haji ada lembaga tersendiri yang sekarang sudah diUPTkan. Lantas mengapa ini terjadi lagi? Bisa jadi karena Indonesia adalah negara besar dan satu-satunya negara yang mempunyai Kementerian Agama di dunia. Implikasinya? Dengan adanya Kemenag, maka akan terbentuk yang namanya Hubbul Wathon. Di dalam Kementerian Agama ada agama Islam, Kristen, Katholik, Hindu, Buddha dan Khonghucu. Di situ ada kerukunan agama. Upaya politik luar negeri dengan segala intervensinya, agama menjadi salah satu kendalanya. Di sisi lain, penduduk Indonesia kategorinya masih beragama dan menjalankan perintah-perintah agamanya. Sehingga upaya untuk menguasai Indonesia dengan cara memecahbelah, mengadudomba antar agama maupun internal agama terus dilakukan oleh pihak asing. Bisa jadi konflik SARA yang terjadi juga karena upaya pihak asing? Ya.. bisa juga demikian. Namun kondisinya ketika ada konfilik tertentu di Indonesia, bisa diredam melalui pendekatan agama. Kementerian Agama sebagai induk organisasi yang menaungi semua permasalahan agama bekerjasama dengan institusi pemerintah yang lain dan organisasi agama masyarakat, serta para tokoh dan pemuka agamanya dapat membantu menyelesaikan konflik-konflik yang ada. Merapatkan Barisan Madrasah Mengawal Pendidikan yang Berciri Khas Agama Menyikapi wacana ditariknya Madrasah dan Pontren ke Kemendikbud, Drs. H. Kirom Rofi’i, M.Pd.I sangat merasa keberatan dengan gagasan tersebut. Sebab pendidikan madrasah tak bisa disamakan dengan pendidikan umum. “Pengelolaannya tidak bisa disatukan dengan pendidikan umum,” tegasnya. Sebagai pendidikan umum berciri khas Islam, lanjut Kepala MTsN 1 Tulungagung ini, madrasah memiliki karakteristik khusus. Diantara karakteristik itu, kurikulum madrasah mencoba menuangkan keutamaan ilmu dari aspek keutuhan ilmu. “Semua aliran ilmu berada dalam satu kerangka pemikiran dan bersumber dari Allah SWT. Semua saling terkait dan saling melengkapi, tidak berdiri sendiri,” terangnya. Praktek terbaik dari pemikiran tersebut, lanjut pria kelahiran Tulungagung 11 Oktober 1962 ini, telah dilakukan para ilmuwan Muslim terdahulu. Sebut saja Ibnu Sina yang dikenal di Barat sebagai Avicenna, disamping ahli di bidang kedokteran, filsafat, musik dan psikologi, dia juga seorang ulama’. Ibnu Kaldun yang menjadi rujukan dalam ilmu sosiologi dengan karya populernya Al-Muqaddimah, dikenal sebagai peletak dasar sosiologi modern. Mata pelajaran di madrasah, tutur ‘Guru Teladan/Berprestasi’ se-Jawa Timur tahun 2003 ini, juga berusaha menyeimbangkan antara kehidupan akhirat dan kehidupan dunia. Dengan begitu disiplin ilmu yang diajarkan tidak membedakan antara ilmu ukhrawi dan ilmu duniawi. “Semuanya bersumber dari Allah. Setiap Muslim wajib mempelajarinya,” ulasnya. Saat ini proporsi pengajaran mata- Drs. H. Kirom Rofi’i, M.Pd.I pelajaran umum dan agama berbanding 70:30 persen. Jika pengelolaan madrasah di bawah Kemendikbud, dirinya khawatir konsep keutuhan ilmu akan tereduksi. “”Dengan muatan 30 persen matapelajaran agama, diharapkan anak didik mempunyai bekal agama yang cukup. Mereka tidak hanya cerdas dalam ilmu umum, namun juga mempunyai pemahaman agama yang baik,” paparnya. Menurut suami Dra. Hj. Miftakul Qoiroh, S.Pd ini, madrasah merupakan institusi pendidikan formal yang menjembatani kebutuhan masyarakat akan pendidikan yang memiliki kekhasan agama. Banyak orangtua yang mempercayakan anaknya untuk dididik di madrasah, karena mereka yakin bahwa madrasah mampu mencerdaskan anak bangsa dengan bekal nilai-nilai agama yang mumpuni. Dalam praktek keseharian di madrasah, sebagai pendidik dirinya memahami betul tentang nilai-nilai keagamaan yang ditanamkan pada siswa didiknya. Madrasah sangat menekankan akhlakul karimah. “Ditanamkan benar kepada para siswa untuk mempraktekkan keilmuan yang dipelajari di madrasah dalam kehidupan sehari-hari,” tutur pria yang madrasahnya menjadi pilot project Kurikulum 2013 untuk MTs seKabupaten Tulungagung ini. Guru sebagai garda terdepan proses belajar mengajar di madrasah, tutur ayah empat anak ini, harus menjaga sikap dan tindakannya karena label pendidik agama yang melekat padanya. “Guru bisa menjadi teladan yang baik sesuai ajaran Ki Hajar Dewantara yakni ing ngarso sung tulhada (di depan memberi contoh),” harapnya. Itulah pasalnya Ketua K3M MTs Kab. Tulungagung ini menghimbau kepada pengambil kebijakan, agar meninjau ulang wacana penyatuan lembaga pendidikan keagamaan di Kemendikbud. Dia berharap agar konsep-konsep yang telah ditanamkan peletak dasar MPA 343 / April 2015 9 pendidikan keagamaan di tanah air tidak bergeser, sehingga misi mencerdaskan sekaligus menshalehkan anak bangsa bisa tercapai. Bagi Bambang Wiyono, S. Ag. M. Pd, sudah saatnya orang-orang yang memiliki komitmen pada madrasah merapatkan barisan. Mereka harus saling bahu-membahu mengingatkan para pemegang kebijakan untuk berhati-hati dalam mengambil sebuah keputusan. “Jangan tergesa-gesa. Semua perlu pembahasan lebih serius dan mendalam,” tegasnya. Kepala MIN Demangan Madiun ini berharap, jangan sampai karena kepentingan sesaat salah mengambil sebuah keputusan, sehingga berakibat bangsa ini menyesal di kemudian hari. Semestinya mereka memperhatikan, bahwa secara historis madrasah berdiri lebih dulu dari pendidikan nasional. Jasajasanya diakui tidak hanya masyarakat Harus ada kerjasama antara madrasah, orangtua dan masyarakat. Semua komponen memiliki satu persepsi, satu perjuangan yang sama. Jangan sampai terpecah belah. Sebab madrasah harus terus terjaga sebagai penopang moral anak bangsa negeri ini semata, tapi juga masyarakat dunia. “Madrasah terbukti telah melahirkan pemimpin-pemimpin yang tangguh meski dalam masa-masa yang sulit,” ungkapnya. Pria kelahiran Magetan 31 Mei 1971 ini mengajak insan madrasah untuk terus berjalan pada rel yang benar. Jangan terlena dengan hanya fokus pada bidang keilmuan semata, tetapi juga harus memperhatikan pendidikan karakter dan moralitas. “Madrasah harus mampu. Madrasah harus lebih baik dan lebih baik madrasah,” ujarnya. Menurut suami Siti Nurul Hidayati, S.Sos yang dikaruniai dua anak ini, madrasah harus dapat mewujudkannya sesuai amanat para orangtua siswa. “Madrasah harus sanggup mencetak 10 MPA 343 / April 2015 peserta didik yang agamis, tangguh, berbudi pakerti, serta siap bersaing di masa yang akan datang,” katanya bersemangat. Yang perlu disadari, sambung Juara 1 Widya Pakerti Nugraha Implementasi Pendidikan Karakter SD/MI se Jatim ini, kini tantangan kian hari semakin rumit. Di sisi lain, kenakalan remaja sudah marak dimana-mana. “Madrasah harus menjadi solusinya. Ini mengingat di madrasah tercukupi semua kebutuhan keilmuan dan agama,” tandasnya.. Namun demikian, lanjut lelaki yang pernah meraih juara III Kepala Sekolah berprestasi jenjang SD/MI Nasional ini, perlu juga meningkatkan pembiasaan budaya di madrasah sebagai pendukung keilmuan para siswa. Semisal membangun sikap gotongroyong, memupuk sifat tata krama dan susila, membiasakan tradisi salam, melaksanakan shalat Dhuha berjamaah dan seterusnya. Termasuk bagaimana guru dan orangtua mengecek ‘Buku Monitoring Shalat, serta memfungsikan ‘Dering Ananda’ yakni guru mengingatkan dan menanyakan kepada orangtua siswa apakah anaknya sudah bangun dan shalat Subuh. Dalam membangun sebuah kultur keagamaan, tutur alumnus STAI Madiun dan IKIP PGRI Adi Buana Surabaya ini, harus ada kerjasama antara madrasah, orangtua dan masyarakat. “Kami berharap semua komponen memiliki satu persepsi, satu perjuangan yang sama. Jangan sampai terpecah belah. Sebab madrasah harus terus terjaga sebagai penopang moral anak bangsa,” tukasnya bernada harap. Menurut Drs. H. Anwari Sy, MA, wacana penggabungan madrasah ke Kemendikbud, adalah merupakan wacana lama. Namun hingga sekarang, wacana tersebut belum ada titik temunya. “Ada kendala pada aspek akademik,” tutur Kepala MAN 1 Jember ini singkat. Dirinyapun dengan tegas menolak untuk sependapat dengan wacana tersebut. Menurut lelaki kelahiran Jember 8 Agustus 1955 ini, secara administratif dan organisatoris, memang terlihat mudah untuk melekatkan madrasah dan pesantren pada Dikbud. Tinggal me- Wiyono, S. Ag. M. Pd nambah direktorat pendidikan keagamaan saja. “Tapi itu teori dan sifatnya teknis,” kilah mantan Kepala MTsN Umbulsari ini. Kemenag sangat berbeda dengan kementerian yang lain, karena ada aspek kesejarahan. Menurut mantan Kepala MAN 3 Jember ini, berdirinya Kemenag merupakan aspirasi masyarakat pesantren. Lantas muncullah pendidikan keagamaan formal yang dikelola madrasah dan pesantren. “Secara teoritis, teknis dan kesejarahan, pengelolaan madrasah dan pesantren harus di bawah Kemenag,” ujarnya. “Madrasah dan pesanten harus dikelola oleh orang yang paham kultur dan berjiwa madrasah dan pesantren,” tandasnya. Madrasah dan pesantren, sambungnya, juga akan berubah arah jika ada dalam pengelolaan Dikbud. “Ada kekhasan madrasah dan pesantren yang hilang jika digabung dengan Dikbud. Semua lembaga di bawah Dikbud semuanya seragam,” katanya dengan nada tinggi. “Tak akan ada lagi keleluasan mengelola lembaga, jika madrasah dan pesantren dilekatkan pada Dikbud. Di Kemenag kami diberi keleluasan mengelola untuk menampilkan ciri khas masing-masing lembaga,” tambahnya. Menurut suami St. Julaikha, M.Pd ini, menggabungkan pendidikan madrasah dan pesantren ke dalam Dikbud bukanlah merupakan solusi. “Jika ada persoalan dalam pengelolaan madrasah dan pesantren, bisa ditata kembali, diperbaiki tanpa ada penyatuan,” terang- Drs. H. Anwari Sy, MA nya. “Saya tidak melihat ada urgensinya tentang wacana penyatuan tersebut,” tandas ayah tiga anak ini. Wakil Ketua Musyawarah Kelompok Kerja MAN se-Jatim ini menduga, meruncingnya wacana tersebut disebabkan hubungan Kemenag dan Diknas yang kurang harmonis. Untuk itulah, dirinya menyarankan agar pejabat di level atas mulai direktorat, wilayah hingga pejabat di daerah mewacanakan hubungan yang bersifat integratif, koordinatif dan komparatif yang wajar dan sehat, serta bisa saling bekerja sama. Ketua Forum Komunikasi Kepala MAN seBesuki ini menyarankan, agar jangan sampai Kemenag dan Dikbud memposisikan diri saling berhadapan dan berseberangan. “Kemenag dan Dikbud harus berjalan beriringan. Jadilah lembaga yang bersahabat. Hal itu harus dimulai dari kebijakan, koordinasi hingga tahap pelaksanaan,” paparnya. Laporan: Dedy Kurniawan (Surabaya), Siti Fatimah (Tulungagung), Agung Jatmiko (Madiun). MPA 343 / April 2015 11 Kaitan Erat Kemenag-Pesantren Perlunya Ormas Keagamaan Menyatukan Persepsi Gagasan untuk memindahkan madrasah dan pontren dari Kementerian Agama ke Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) membuat pondok pesantren bergeliat. “Sebab ini jelas-jelas merupakan kerugian besar bagi umat Islam,” tegas Ustadz Umar Fanani. Menurut Wakil Mundir bagian kurikulum pondok PERSIS Bangil ini, bahwa tujuan pendirian Departemen Agama oleh pendahulu kita – khususnya para Kiai – adalah untuk menegakkan ajaran Islam. “Jadi sudah tepat madrasah dan pesantren itu berada di bawah naungan Kementerian Agama. Dengan begitu bisa terjadi pembinaan karakter Islami, yakni pengamalam ajaran Islam secara benar,” jelasnya. Jika madrasah dan pondok pesantren ditangani Kemendiknas, lanjutnya, dikhawatirkan tak terjadi lagi pembinaan karakter yang Islami tersebut. Padahal pendidikan Islam itu haruslah dapat membentuk peserta didik menuju kondisi fitrah. Sebagaimana sabda Rasulullah “Kullu mauluudin yuuladu ‘ala al-fitrah. Alhasil, simpul pria kelahiran Banjarnegara 15 Nopember 1940 ini, misi madrasah dan pontren adalah pendidikan akhlak. “Maka terasa aneh jika pendidikan akhlak akan ditangani oleh Dikbud,” tukasnya sambil mengernyitkan dahi. “Apabila hal ini akan tetap saja dipaksakan, tentu akan menyeret madrasah dan pontren pada kehancuran lantaran tidak sesuai dengan proporsinya,” tandasnya. Untuk itulah, Ustadz Umar Fanani mengusulkan agar ormas keagamaan seperti Nahdlatul Ulama’, Muhammadiyah, Persis, MUI dan yang lainnya perlu menyatukan persepsi. Mereka perlu mengajak bicara DPR untuk membahas masalah penting yang sangat serius ini. Dirinya mengingatkan, bahwa pendidikan Islam itu tak saja membentuk peserta didiknya untuk pintar otaknya semata. Lebih dari itu anak-anak didik tersebut juga harus cemerlang hatinya. “Intinya, memperbaiki hati dengan mengimplementasikan rukun iman dan rukun islam dalam kehidupan seharihari, sehingga akan membentuk karakter atau akhlak mulia,” paparnya. Peranan Kemenag adalah untuk meningkatkan kualitas madrasah dan pondok pesantren, agar tercipta output yang cemerlang otak dan hatinya. De- Ustadz Umar Fanani 12 MPA 343 / April 2015 ngan begitu akan dapat mengikis sikapsikap yang kurang terpuji menuju sifat yang agung dan mulia. “Standar keberhasilan pendidikan Islam, adalah hablun minallah dan hablun minannas,” ujarnya. Menurut Gus Reza Ahmad Zahid, wacana untuk memindahkan madrasah dan pesantren berada di bawah naungan Kemendikbud sebenarnya sudah cukup lama. Tujuannya adalah untuk menghilangkan dikhotomi pendidikan umum dan agama di Indonesia. Namun yang perlu dipikirkan lebih jauh, kata pengasuh pontren al-Mahrusiyah Lirboyo Kediri ini, adalah efek yang sangat besar dari kebijakan tersebut. Efek yang pertama, adalah hilangnya jejak historis. Departemen Agama dulu dibangun para pendahulu kita – khususnya KH. A. Wahid Hasyim – dalam rangka mensejahterakan madrasah. “Istilah ini sudah mencakup pesantren, majelis taklim dan juga madrasah yang ada sekarang ini,” terangnya. Jadi, simpul Wakil Ketua IAI Tribhakti Kediri ini, antara Kementerian Agama dan madrasah & pondok pesantren itu kaitannya erat sekali. “Lha kalau keduanya justru mau dilimpahkan ke Kemendikbud, kan otomatis menghilangkan tujuan yang mulia tersebut,” ungkapnya. Efek yang kedua, sambung alumnus S1 Al Ahqaf University Hadralmaut Yaman International Islamic University (IIU) Islamabad Palestina ini, pemindahan itu tentu akan mengubah tata manajemen, administrasi dan sistem koneksi dari pusat hingga akar rumput secara signifikan. “Saya rasa ini perubahan sangat revolusioner. Jika ini benar-benar diterapkan, maka beberapa tahun ke depan pasti akan stagnan,” kata pria kelahiran Surabaya 22 September 1980 ini menegaskan. Selama ini, tutur lelaki yang kini sedang menempuh S3 di UGM Yogyakarta ini, sistem, administrasi dan manajemen yang diterapkan Kemenag untuk ma- Pendidikan Islam itu tak saja membentuk peserta didiknya untuk pintar otaknya semata, lebih dari itu juga harus cemerlang hatinya. drasah dan pontren sudah cukup bagus. Mulai dari pusat hingga daerah sudah mulai tertata. Pihak-pihak yang mengurus Madrasah Diniyah dan pondok pesantren juga sama-sama sudah menata dirinya. Kapasitas dan wawasan keilmuan merekapun cukup mumpuni. Bahkan tak sedikit dari mereka yang menempati posisi penting di negeri ini. Kalau pengelolaan madrasah dan pontren jadi dipindahkan ke Kemendikbud, ujar Ketua RMI Jawa Timur ini, yang menjadi pertanyaan besarnya apakah Kemendikbud benar-benar berkompeten. “Jangan-jangan nanti malah akan masuk ke jurang kezaliman. Sebab ini termasuk dalam kategori memasukkan sesuatu yang bukan pada tempatnya,” katanya berterus terang. Kalau cuma soal menghilangkan dikhotomi pendidikan umum dan agama, ulas anggota Dewan Fatwa MUI Kota Kediri ini, kan tidak harus mengubah sistem birokrasinya. Jadi tidak harus dengan melimpahkan madrasah dan pontren ke Kemendikbud. “Kalau dirasa sistem birokrasi madrasah dan pesantren kurang mampu, kenapa nggak sistem yang ada di Kemendikbud saja yang diterapkan di madrasah dan pontren,” tuturnya mempertanyakan. “Saya kira ini jauh lebih bijak ketimbang harus memboyong kesana,” tambahnya. Dengan tetap berada di Kementerian Agama, lanjut pengurus bidang Litbang FKUB Kota Kediri ini, maka sumbangsih pemikiran dan ide-ide dari Kemenag melalui madrasah dan pesantren buat bangsa ini tidak hilang. Di sisi lain, kita bisa tetap mempercayakan dan menggunakan tenaga yang sudah berkompeten. “Bukankah sesuatu itu kalau diserahkan yang tidak berkompeten justru akan rusak semua,” tukas suami Niswatul Arifah ini mengingatkan. Dr. (H.C.) Ir. KH. Salahuddin MPA 343 / April 2015 13 Wahid sesungguhnya kurang mempercayai jika wacana tersebut benarbenar akan diterapkan. “Jika hal itu jadi diterapkan, kita pasti menolaknya. Sebab kalau sampai madrasah dan pesantren diserahkan ke Kemendikbud, pendidikan agama akan terdiskrimi- pemerintah seharusnya justru lebih memperhatikan keberadaan pesantren sebagai lembaga pendidikan tertua di Indonesia. Sebab selama ini pemerintah sangat kecil sekali perhatian dan bantuannya. “Selama ini Kementerian Agama saja perhatiannya masih kurang be- Dr. (H.C.) Ir. KH. Salahuddin Wahid nasi,” tegasnya. “Bayangkan, berapa ribu madrasah nantinya akan hanya berada di level direktorat. Dengan dana yang makin kecil tentu tak akan bisa mengelola pendidikan agama dengan baik,” urainya. Pengasuh pontren Tebuireng Jombang ini mempertanyakan potensi Kemendikbud untuk mengelola pendidikan agama terutama pondok pesantren. “Tahu apa mereka tentang itu semua,” tukasnya serius. “Saya tegaskan sekali lagi, pondok pesantren sangat tegas menolaknya,” tandasnya. Menurut Rektor UNHASY (Universitas Hasyim Asy’ari) Tebuireng ini, 14 MPA 343 / April 2015 kriminasi lagi. “Biarkanlah pendidikan agama yang telah berjalan 70 tahunan itu berada di bawah naungan Kementerian Agama. Jangan membuat suasana yang tidak kondusif,” harapnya. Bagi pria kelahiran Jombang 11 September 1942 ini, semestinya peme- Gus Reza Ahmad Zahid sar, Apalagi jika dipindah ke Kemendiknas. Tentu perhatian dan bantuannya akan jauh semakin kecil,” ungkapnya. Menurut Gus Shalah – demikian dirinya kerap dipanggil, sebenarnya upaya tersebut sudah ada pada rancangan undang-undang Sisdiknas tahun 2003. Tapi di DPR semuanya menolak, kecuali PDI-P. “Jika sekarang ada lagi wacana seperti itu, tentu kita harus tahu apa tujuannya secara jelas,” pintanya. Lebih-lebih jika melihat keberadaan lembaga pendidikan agama tidak setara dengan pendidikan umum. Kalau itu digabungkan akan menjadikan lembaga pendidikan agama kian terdes- rintah lebih memperhatikan masalah mutu. Baik mutu guru, sarana, kesejahteraan dan lain sebagainya. Itu jauh lebih baik ketimbang mengurusi sesuatu yang belum jelas alasannya. “Penggabungan itu menjadi mungkin jika 20-30 tahun ke depan mutu pendidikan agama sudah sejajar dan setara dengan pendidikan umum sehingga tak ada diskriminasi. Yang pasti, saat ini hal itu sangat tidak mungkin,” tandasnya. Laporan: Muhammad Hisyam (Surabaya), Alfiatu Solikah (Kediri), Mohammad Farihin (Pasuruan). Mendongkrak Prestasi dengan Gerakan ‘Shubuh Berjamaah’ Keakraban masyarakat dengan ritual keagamaan, kian waktu makin berkurang – khususnya di kalangan remaja. Apalagi menyemarakkan budaya Shubuh seperti yang terjadi di masa lampau. Dulu, selepas shalat Isya’ anak-anak dan remaja masih akrab dengan lingkungan musholla atau masjid. Mereka tidak langsung pulang, tapi belajar dan tidur di sana. “Menyemarakkan kembali budaya Shubuh memang bukan perkara mudah,” tukas Drs. H. M. Anwari Sy, MA berterus terang. Peran madrasah, kata Kepala MAN 1 Jember ini, masih sangat terbatas. Sebab di madrasah mereka tidak hidup bersama selama 24 jam. Berbeda dengan di pesantren. “Jadi hal paling logis menerapkan pembiasaan itu ya lewat pesantren,” terang mantan Kepala MAN 3 Jember ini. Pembiasaan penerapan disiplin shalat pada anak, ujar lelaki kelahiran Jember 8 Agustus 1955 ini, memang diakui sangat berperan dalam pembetukan karakter mereka. Dengan disiplin shalat, akan muncul kesadaran. “Siswa yang rajin shalatnya, pasti akan mampu menyaring infiltrasi dari luar,” ujar suami St. Julaikha, M.Pd ini. “Kedisiplinan shalat akan menjadi perisai diri,” tandas mantan Kepala MTsN Umbulsari ini serius. Namun demikian, perilaku yang mencerminkan kesempurnaan shalat seseorang tak sertamerta tercipta begitu saja. Tapi perlu dilakukan pembiasaan sejak usia dini. Dan madrasah adalah pusat pendidikan yang bagus untuk membentuk karakter mereka. “Jika madrasah tak mengajarkan shalat sejak dini, maka hilanglah akhlakul karimah di lingkungan madrasah,” jelas ayah tiga anak ini. Pendidikan shalat di madrasah, diharapkannya diterapkan sesuai dengan perkembangan kejiwaan. “Kita harus membentuk kultur disiplin shalat itu dengan rasional sehingga dapat diterima siswa,” tuturnya. “Jika shalat wajib, maka dibiasaakan untuk jamaah. Tapi untuk shalat sunnah seperti Dhuha tidak perlu diwajibkan untuk jamaah,” tambah Wakil Ketua Musyawarah Kelompok Kerja MAN se-Jatim ini. Selain menggalakkan 22 ekskul pengembangan bakat dan potensi, kini MAN 1 Jember juga sudah mendirikan Ma’had. “Kyai Ahmad Shidiq pernah berpesan, agar jangan meninggalkan shalat,” tukasnya. “Lewat Ma’had ini kami ingin membangun kultur pendidikan keagamaan pada siswa secara disiplin dan penuh kesadaran,” tandasnya. Sebelum gerakan ‘Shubuh Berjamaah’ booming, MTsN 1 Tulungagung telah mengawalinya dengan ge- rakan ‘Budaya Shubuh’. Para guru dan anak-anak dibiasakan shalat Shubuh berjamaah. Gerakan yang digagas Drs. H. Kirom Rofi’i, M.Pd.I selaku Kepala MTsN 1 Tulungagung ini, sudah dimulai sejak tahun 2011. Metodenya, adalah melalui telepon seluler. Dia mengirim SMS kepada empat Waka. Lantas pesan itu diteruskan kepada para guru. Bagi guru yang merangkap wali kelas kemudian meneruskannya ke seluruh siswa yang memiliki ponsel. Gerakan ‘Budaya Shubuh’ ini bernilai plus, yakni memantik kesadaran para Waka dan guru untuk menunaikan shalat malam. Menurut Kirom – sapaan akrabnya, pesan singkat itu dikirimkan kepada empat Waka pada pukul 03.15 dini hari. Jika Waka belum membalas, maka akan diulanginya sampai tiga kali. Dari gerakan pesan berantai itulah, sehingga kini bangun di awal pagi menjadi kebiasaan. Pria yang pernah meraih penghar- gaan sebagai ‘Guru Madrasah Berprestasi’ tingkat Jawa Timur tahun 2003 ini mengakui, kebiasaan bangun sebelum Shubuh telah memberikan kontribusi positif terhadap kedisiplinan siswa. “Siswa kelas IX yang harus masuk pada jam ke nol yaitu pukul 05.30 WIB, mereka bisa tepat waktu,” tuturnya bangga. Dampak positif itupun juga tercermin dari tingkat kehadiran 100 persen siswa kelas VII dan VIII, yang datang sebelum jam pelajaran kesatu dimulai. “Dengan tidak bangun terlambat, siswa bisa datang tepat waktu dan lebih siap menerima pelajaran,” urainya. ‘Budaya Shubuh’ terbukti memberi dampak pada prestasi siswa. MTsN 1 Tulungagung menjadi langganan juara pada berbagai perlombaan yang diikuti. Tak berselang lama madrasah ini meraih juara pada KSM tingkat Kabupaten dan berhak mengirimkan wakilnya pada KSM tingkat Provinsi. Merekapun juga menonjol dalam ekstrakurikuler. Di bidang kepanduan misalnya, Pramuka MTsN 1 Tulungagung juga menjadi langganan juara pada lomba-lomba kepramukaan tingkat Kabupaten. Indikator lain, tercermin pula dari banyaknya siswa yang diterima di sekolah-sekolah favorit dan menjadi pemasok rutin siswa MAN Insan Cendekia. Menurut Bapak empat anak ini, ‘Budaya Shubuh’ telah membuat para siswa menjadi terbiasa meluangkan waktunya pada jam istirahat untuk shalat Dhuha dan tilawah al-Qu’ran. Budaya jabat tangan kepada guru sebagai penanaman rasa hormat kepada pendidik, sudah menjadi pemandangan biasa di madrasah ini. “Masyarakat juga memberikan apresiasi terhadap kesantunan budi para siswa,” ujarnya. “Kini kian banyak wali siswa yang mempercayakan anaknya untuk dididik di madrasah ini. Dengan kompetisi meraih bangku di sini yang cukup tinggi, kami bisa mendapatkan input yang berkualitas,” pungkasnya. Laporan: Dedy Kurniawan (Surabaya), Siti Fatimah (Tuluangung). MPA 343 / April 2015 15 Kongres Umat Islam Indonesia ke VI Mengkritisi Masalah Ekonomi, Politik dan Budaya Kongres Umat Islam Indonesia (KUII) ke VI usai digelar. Dari acara yang dihelat pada tanggal 8-11 Pebruari 2015 tersebut, lahir sebuah kesepakatan yang disebut dengan ‘Risalah Yogyakarta. Banyak hal yang dibahas dalam kegiatan yang bertajuk “Penguatan Peran Politik, Ekonomi dan Sosial Budaya Umat Islam untuk Indonesia yang Berkeadilan dan Berperadaban’ ini. Dalam kongres tersebut, tutur Ainul Yakin, setidaknya ada tiga hal besar yang mencoba dikritisi. Pertama, seputar persoalan ekonomi. Di Indonesia tengah terjadi gerakan kapitalisme di bidang ekonomi yang makin kuat. “Perekonomian Indonesia kini sedang ditarik ke arah kapitalisme dan liberalisme ekonomi,” ujarnya. “Pemerintah sekarang tak terlibat lagi persoalan BBM. Pemerintah sudah tidak mau campur tangan tentang hal-hal semacam itu,” katanya mencontohkan. Persoalan energi, lanjut Sekretaris MUI Jawa Timur ini, juga telah diserahkan pada mekanime pasar. Maklum jika harganya jadi fluktuatif. “Penanganan orang sakitpun masyarakat disuruh patungan sendiri melalui BPJS,” paparnya. “Jadi, pemerintah tak mau lagi ikut ambil bagian. Bahkan pihak negara justru ikut mengambil keuntungan dari orang sakit melalui asuransi BPJS,” tukasnya geram. Yang muskil, kata alumnus S1 Fak. Farmasi dan S2 PSDM PPS Universitas Airlangga Surabaya ini, penguasaan dan pengelolaan aset-aset negara justru diserahkan pada pihak swasta. Sebagai akibatnya, adalah terjadinya privatisasi. “Pengelolaan bahan-bahan pokok seperti beras dan gula, yang mengatur harganya adalah pasar. Maka tentu yang jadi korban adalah rakyat kecil,” tegasnya. “Pada musim panen para pemain kapitalis besar menurunkann harga. Dengan begitu terpaksa para petani menjual gabahnya dengan harga sangat murah,” tambahnya mengungkap fakta. 16 MPA 343 / April 2015 Di sisi lain, sambung penulis buku ‘Halal di Era Modern’ dan ‘Menolak Liberalisme Islam’ ini, kita seakan tak menyadari kian menjamurnya supermarket di pelosok-pelosok desa. “Semua itu jelas bersumber dari ekonomi kapitalis dan liberalis,” tandasnya. “Negara ini benar-benar telah didominasi kaum ka- pitalis dan liberalis. Pertarungan ideologi ekonomi bangsa ini sedang dikuasai oleh mereka,” katanya menegaskan. Kongres KUII kali ini juga menyoroti persoalan budaya dan politik yang ada di tengah-tengah bangsa ini. Repotnya, ideologi pasar juga tengah mendikte politik dan budaya yang ada. Ambil misal soal Miss World. Dulu hal itu dianggap tabu karena bertentangan dengan adat dan tradisi ketimuran. Namun kini hal tersebut dianggap wajarwajar saja. Bahkan mereka disebut sebagai anak bangsa yang telah mengharumkan nama bangsa. Bagi kandidat doktor Unmuh Surabaya ini, hal itu merupakan pergeseran paradigma akibat dimenangkannya budaya global. Alhasil, masyarakat saat ini tak lagi sensitif menikmati sajian televisi yang mengeksplorasi hiburan dan mengumbar aurat. “Sungguh kita tak menyadari kalau pola pikir kita telah tereduksi dari nilai-nilai kebenaran,” jelasnya. Pria kelahiran Jombang 14 Januari 1969 ini lantas menyodorkan contoh. Kaum perempuan kini tengah gandrung dengan tayangan ‘Jodha Akbar’. Di situ ditampilkan sosok Jodha, sebuah figur yang nyaris tak pernah salah. Padahal dia beragama Hindu yang hidup di tengah-tengah kaum Muslim yang penuh intrik politik. “Masyarakat mengira ini bagian riil dari sejarah. Padahal jelasjelas ada disain politik yang hendak meruntuhkan nilai-nilai keislaman,” terangnya. Salah satu tujuan diadakan Kongres Umat Islam kemarin, tutur alumnus beberapa pesantren di Jawa Timur ini, agar umat Islam bangkit dan menyadari bahwa kita sedang menghadapai begitu banyak tekanan dan persoalan. “Inilah yang membuat kita semakin terpuruk. Untuk itulah, kita harus segera bangun dari tidur nyenyak ini,” tegasnya. Namun demikian, auditor LPPOM MUI Jawa Timur ini menyadari jika pihak MUI selalu terbentur dengan keterbatasan. Hingga kini MUI belum memiliki media yang bisa menjadi kepanjangan tangannya. Apalagi media sekarang telah dikuasai kaum kapitalis yang tentunya tidak begitu senang terhadap perkembangan Islam. “Sehingga berita-berita seputar KUII tak terakses secara baik ke masyarakat,” tukasnya. “Bahkan tak sedikit yang justru menghembuskan kecurigaan dan mengadudomba sesama umat Islam,” tambahnya. Peneliti di Institute Pemikiran dan Peradaban Islam (INPAS) ini mengingatkan tentang tesis Huntington, bahwa tidak terelakkan terjadinya benturan antara peradaban Barat dan Islam. Kekuatan Barat akan terlikuidasi Islam jika mereka tak melakukan upayaupaya perlawanan. “Itulah sebabnya Barat terus-menerus mengamati negara mana yang mempunyai populasi masyarakat yang mayoritas Islam,” paparnya. “Indonesia adalah negara dengan pemeluk Islam terbesar di dunia. Kita memang tak dibikin perang seperti di Timur Tengah. Tapi pikiran kita sedang dirusak dan dilemahkan,” pungkasnya mengingatkan. M. Tajuddin Nurcholis Kriminalitas Pelajar Miris dan sangat memprihatinkan Angka kriminalitas yang dilakukan kaum pelajar kian hari makin memprihatinkan. Menurut data Unit Remaja, Anak dan Wanita Polda Jatim, yang menempati peringkat pertama dalam kasus kriminalitas yang melibatkan anak dan remaja, adalah kasus persetubuhan. Sementara berada di ranking kedua dan ketiga, adalah kasus percabulan dan kasus penganiayaan. Data yang pernah dirilis oleh Telepon Sahabat Anak (TeSA) 129 Jatim maupun HotLine Pendidikan Jawa Timur, juga menunjukkan gambaran yang sama tentang kasus kriminalitas yang melibatkan anak dan remaja. Tertangkapnya beberapa artis remaja dalam kasus narkoba oleh BNN, sejumlah kasus pesta miras yang melibatkan siswa, beragam berita pembegalan yang dilakukan sejumlah remaja, serta peristiwa tawuran antar pelajar, menambah panjang deretan daftar kriminalitas yang melibatkan anak dan remaja. “Miris dan sangat memprihatinkan,” tukas Drs. Istiqlal Arif Lazim. Menurut Direktur Perguruan Al Irsyad Surabaya ini, tren penyimpangan perilaku yang dilakukan pelajar dari tahun ke tahun memang semakin meningkat. Sebab anak-anak zaman sekarang memiliki akses informasi lebih bagus dan lebih cepat. “Internet, tontonan televisi, HP, hingga tayangan hiburan lainnya secara live telah mempengaruhi karakter kepribadian kaum remaja saat ini,” terangnya. “Yang sangat disayangkan, semua itu disajikan tanpa filter yang kuat, sehingga harus mencerabut identitas budaya bangsa sendiri,” ujarnya. Globalisasi yang ditunjang dengan derasnya laju teknologi informasi, menjadikan manusia di seluruh belahan bumi bisa saling berinteraksi dan bertukar gagasan tanpa batas ruang dan waktu. “Kini kita tak lagi mengenali karakter desa dan kota, mana orang yang berpendidikan tinggi maupun rendah. Sebab, baik cara berpakaian, berpikir, bahkan cara dia berbicarapun hampir tak jauh beda,” selorohnya sembari menyungging senyum. Yang dia sayangkan, perubahan Drs. Istiqlal Arif Lazim itu tak dibarengi dengan benteng diri yang kuat. Sehingga tak sedikit orang yang terseret laju roda peradaban. “Maka yang terjadi sekarang adalah, baik buruk tidak lagi dilihat dari ukuran sosial, tapi sudah menjadi urusan masing-masing individu,” kata ayah satu anak ini. “Anak-anak kini mudah saja meniru apa yang dilihatnya dari media-media tersebut tanpa ada filter sama sekali. Ini sangat memprihatinkan,” tandasnya. Tak hanya identitas budaya bangsa yang tercerabut, tapi juga karakter nilai keagamaan dalam diri seseorang yang terenggut. Yang dianut masyarakat, bukan lagi tuntutan agama, melainkan modernitas yang glamour. Sebagai pendidik, apalagi di lingkungan sekolah berbasis keagamaan, terang alumni Fakultas Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Surabaya ini, kita mesti prihatin. “Maka sudah menjadi kewajiban kita untuk membimbing para siswa, kembali pada spirit dan tanggung jawab sebagai seorang Muslim,” tukasnya. “Ini harus dimulai dari keluarga kita masing-masing, karena itu adalah hal yang mendasar. Dan itu adalah pendidikan keteladanan,” tandasnya menambahkan. Oleh karena itu, para pendidik maupun orangtua, agar lebih hati-hati dan mewaspadai tumbuh kembang anaknya. Cara terbaik untuk membentuk karakter akhlakul karimah, adalah kita harus bisa menjadi teladan yang baik bagi anak-anak kita. “Salah satu caranya, dengan mengajak anak-anak kita untuk selalu mengikuti shalat jamaah, baik di sekolah maupun di rumah,” kata alumni pondok pesantren Maskumambang Dukun Gresik ini. Pendidikan keagamaan, paparnya, harus ditanamkan kepada anak-anak sejak dini. “Salah itu wajar. Tapi harus berani bertanggung jawab dan menerima resiko,” tukasnya. “Jika pondasi keagamaan bisa mendasari kita dalam menjalani hidup, insya Allah bangsa ini akan menjadi bangsa yang bermartabat,” tandasnya. Ded MPA 343 / April 2015 17 Khatam Al-Qur’an Sebelum Lulus Sekolah Tri Budianto, S.Ag Apa yang dilakukan MIN Takeran Magetan dalam membiasakan siswasiswinya mencintai al-Qur’an, kiranya patut dicontoh. Sudah menjadi rutinan pagi hari, lantunan ayat-ayat al-Qur’an bergema dari pengeras suara di lingkungan madrasah dipandu oleh guru yang sekaligus qori’. Setahun ini, bagi setiap siswanya yang mau lulus diwajibkan mengkhatamkan al-Qur’an terlebih dahulu. “Ini merupakan bagian dari menanamkan nilai keagamaan pada anak. Karena al-Qur’an merupakan pedoman hidup umat Islam sehari-hari,” ujar Tri Budianto, S.Ag. Guna menunjang keberhasilan program pengkhataman tersebut, setiap harinya para siswa kelas 5 ditambah jam mengajinya. Jam tambahan ini dimulai seusai jam pelajaran hingga jam 13.45. Para wali muridpun merespon dengan baik dan merasa senang dengan program tersebut. Mengingat penambahan jam ini akan memberikan pembiasaan kepada anak mereka untuk membaca alQur’an. Apalagi biasanya pada jam-jam tersebut dipakai untuk bermain. Sebanyak 20 guru telah siap sedia mendampingi dan membimbing 100 siswa yang ada. Setiap guru mendampingi 5 siswa, dengan menggunakan sistem sorogan. Setiap anak menyetor satu persatu kepada guru. Tak ada rasa lelah ataupun bosan dari para siswa maupun guru, mengingat mereka sangat menikmati proses tersebut. Apalagi siswa dibebaskan menentukan tempat mengajinya, sehingga mereka merasa nyaman. “Jadi, siswa bisa mengaji di musholla, di teras kelas atau di bawah pohon,” ungkap pak Budi, sapaan akrab Kepala MIN Takeran ini seraya senyum. Pada setiap tatap muka, setiap siswa diharuskan menyetor bacaannya. Disediakan pula buku prestasi yang menjadi tolok ukur pencapaiannya. Unsur bacaan dan tajwid menjadi hal penting yang sangat ditekankan. Namun begitu, siswa juga diperbolehkan untuk menambah khataman al-Qur’an di rumah dengan didampingi orangtua dan dibuktikan dengan tanda tangan. Meski nantinya akan dicroscheck-ulang oleh guru pendamping. “Karena ada juga wali murid yang mempunyai latar belakang pengasuh pondok,” kata alumnus S1 Sunan Kalijaga Yogyakarta ini. Di tahun ini, proses tersebut dilaksanakan lebih awal, yakni saat siswa kelas 5 menginjak semester genap. Ditargetkan pada semester ganjil kelas 6, semua siswa sudah mengkhatamkan alQur’an. Dengan proses selama dua semester, diharapkan tahun ini bisa lebih sempurna karena waktu yang disediakan cukup panjang. Melihat perkembangan yang ada, menunjukkan ke arah tersebut. Banyak para siswanya yang telah lancar membaca al-Qur’an. Mereka mempunyai perkembangan yang cukup menggembirakan. “Meskipun ada beberapa siswa yang perlu pendampingan lebih. Tapi jumlahnya sangat sedikit,” kilahnya. Sebagai bentuk apresiasi dari madrasah yang salah satu siswanya pernah menjuarai MTQ tingkat Kabupaten ini, seluruh siswa yang telah khatam berhak mengikuti acara wisuda khatam al-Qur’an. Acara itu memang dikemas khusus untuk menimbulkan rasa bangga dan kecintaan kepada al-Qur’an. Tentu saja, disamping memotivasi adik kelas mereka untuk menirunya. Hal itu terbukti dengan semangat yang diperlihatkan para siswa yang mengkhatamkan pada tahun ini. Apresiasi dukungan juga mengalir dari wali murid, berupa bantuan-bantuan yang terus mengalir demi suksesnya pelaksanaan wisuda Khatmul Qur’an. Baik bantuan moril maupun materiil. “Wali murid sudah merasakan sendiri dampak dari adanya program ini. Salah satunya, anak semakin sering mengaji di rumah lantaran keinginan mereka untuk diwisuda,” paparnya. Dari proses pengkhataman alQur’an ini, tak sedikit siswa yang juga telah mampu menghafalkan salah satu juz al-Qur’an; yakni juz ‘Amma. Oleh karenanya, Madrasah Ibtidaiyah yang seringkali mewakili Kabupaten Magetan di ajang Provinsi ini punya harapan ke depan. “Mudah-mudahan setelah program khatam al-Qur’an ini sukses, kami akan kembangkan untuk tahfidz juz ‘Amma,” ujar suami Wahyuni Rahmawati ini berharap. Syam/Kurdi Para siswa dibimbing guru di tempat nyaman di teras kelas (kiri) dan prosesi wisuda khotmil qur'an (kanan) 18 MPA 343 / April 2015 PENYAKIT HATI dan SAKARATUL MAUT Saya mempunyai seorang sahabat berumur sekitar 32 tahunan bernama Muhammad, kata Pak Khalid (nama panggilan Dr.dr.Khalid bin Abdul Aziz Al-Jubair, SpJP, dokter spesialis bedah dan jantung Rumah Sakit Angkatan Bersenjata/RSAB Saudi Arabia di Riyadh) mengawali sebagian kisah nyatanya yang diperoleh selama berpraktek di rumah sakit tersebut. Ia (Muhammad) telah terkena penyakit kanker otak. Meskipun telah berobat ke luar negeri, akan tetapi Allah Swt rupanya belum menakdirkan kesembuhan untuknya. Kemudian ia dimasukkan ke RSAB di Riyadh. Pada bulan-bulan terakhir dari kehidupannya ia tidak sadarkan diri. Seluruh wajahnya membengkak, khususnya daerah hidung dan kedua matanya. Sehingga orang-orang yang menjenguknya tidak tega memandangnya. Untuk mengantisipasi jika ia meninggal saat malam hari, maka saya minta kepada rekan-rekan di RSAB untuk menghubungi keluarganya. Saya juga minta segera dihubungi jika sahabat saya itu sedang menghadapi sakaratul maut. Sampai pada waktunya, pukul 6 pagi pihak RSAB menelpon saya. Setibanya di rumah sakit saya bertanya kepada salah seorang perawat mengenai detak jantungnya. “Tiga puluh perdetik dan tekanan maksimal tiga puluh lima”, jawabnya. Saya segera memasuki ruang rawatnya (dengan cemas). Tetapi apa yang terjadi kemudian? Sungguh membuat saya ta’ajjub. Bagaimana tidak?, wajah yang kemarin dan hari-hari sebelumnya membengkak dan menakutkan, hidung yang membesar, dan mata yang menonjol keluar, saat itu semuanya telah kembali normal. Seakan tidak pernah terjadi apa-apa. Saya mendekatinya dan memutar tempat tidurnya kearah kiblat. Kemudian saya menyapanya, “Muhammad”!, Ia menyahut, “Yaa”, Lantas ia memanggil saya, “Khalid”! Saya menjawabnya, “Yaa, bagaimana keadaanmu?” Ia menyahut, “Alhamdulillah, aku dalam keadaan baik”. Lantas saya katakan kepadanya, “Ucapkanlah, “Asyhadu anlaa ilaha illallaah wa anna Muhammadar rasulullaah”. Ia mengucapkan dua kalimah syahadat itu, lalu ia pergi menghadap Rabb-nya untuk selama-lamanya. Semoga Allah Swt merahmatinya, amiin. Saya bertanya-tanya kepada diri sendiri (kata Pak Khalid), amal perbuatan apa yang telah ia lakukan, sehingga ia berhak untuk memperoleh anugerah husnul-khaatimah ini?. Lebih-lebih Rasulullah Saw pernah mengingatkan, “Man kaana aakhiru kalamihi minad dunyaa laa ilaha illallaahu dakhalal jannata; Barang siapa ucapan terakhirnya di dunia kalimat (Laa ilaha illallah) tiada tuhan selain Allah, maka ia akan masuk surga”, (HR.Ahmad 5 : 233). Saya juga menjadi heran, sebab sepengetahuan saya ia bukanlah tipe orang yang banyak beribadah, walaupun ia selalu menjaga shalat lima waktunya dan selalu berhati-hati dalam menjahui larangan-larangan Alah Swt. Saya yakin, pasti ia mempunyai suatu amalan ibadah yang istimewa sehingga ia mendapatkan kehormatan untuk mendapatkan husnul-khatimah dengan mengucapkan dua kalimah syahadat dengan lancar di penghujung hayatnya. Ketika saya bertanya kepada ayahnya, sang ayah menjelaskan bahwa, “Anak-ku itu sangatlah aneh, aku belum pernah menemui orang yang hatinya lebih mulia dari padanya; ia tidak pernah tertarik terhadap harta milik orang lain, ia tidak mengenal sifat dengki maupun iri, ia selalu membawa cinta dan kasih sayang kepada siapapun, mungkin hal-hal itulah yang telah mengantarkannya ke derajat husnul-khatimah diakhir hidupnya”. Kisah nyata diatas, mengisyaratkan adanya hubungan yang kuat / korelasi significant antara penyakit hati terhadap proses sakaratul maut. Mereka yang terbebas dari penyakit hati akan berakhir pada husnul-khatimah (akhir kehidupan yang baik). Sebaliknya mereka yang terkontaminasi penyakit hati akan berujung dalam kubangan suulkhatimah (akhir kehidupan yang jelek). Dalam peristiwa diatas, Muhammad yang berada pada maqam terbebas dari penyakit hati iri dan dengki, sehingga ia tak pernah tertarik terhadap harta milik orang lain. Bahkan mampu mengembangkan kasih sayang/silaturahim kepada siapapun. Disamping ibadah mahdhah dan amalan shalihan yang lain; kiranya telah mengundang rahmat Allah Swt berupa kesembuhan dirinya walau sesaat menjelang sakaratul maut, serta kemudahan dalam mengucapkan dua kalimah syahadat pada saat naza’ menutup pintu kehidupannya bihusnilkhatimah. Iri dan dengki, adalah dua jenis dari sejumlah penyakit hati yang sangat ber- bahaya. Pintu segala kerusakan, jalan menuju berbagai macam dosa, penyebab utama keretakan rumah tangga, dan perpecahan ummat. Ia dapat memusnahkan kebaikan, menghancurkan amal shaleh, menjerumuskan kedalam ghibah, adu domba, kebohongan, penipuan, dan kedholiman. Bahkan dalam sebuah riwayat diisyaratkan, “ia dapat membakar kebaikan sebagaimana api membakar kayu bakar”. Oleh karena itu, kita harus bekerja keras disertai doa memohon kepada Allah Swt agar terhindar dari penyakit itu, sebagaimana doa yang pernah dipanjatkan oleh orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar) : “Yaa Rabb kami, ampunilah kami dan saudarasaudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau tanamkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Yaa Rabb kami, sungguh Engkau Maha Penyantun dan Maha Penyayang”, (QS. Al-Hasyr : 10). Disamping, “memohon perlindungan Allah Swt dari kejahatan orang-orang yang dengki apabila dia dengki “(QS. Al-Falaq : 5). Seseorang yang dalam hatinya terjangkit dan tumbuh penyakit iri dan dengki, tidak akan dapat merasakan ketenangan dan ketentraman. Bahkan pertentangan batin dan gundah gulana selalu berkecamuk dalam hatinya karena maunya selalu ingin mengintai orang lain. Penyakit hati termasuk iri dan dengki disebabkan oleh keragu-raguan atau hawa nafsunya, bukan penyakit fisik. Karena itu, tidak ada seorang dokter ahli bedah jantungpun yang dapat menghilangkan penyakit ini dengan peralatan bedahnya. Satu-satunya obat adalah kembali bertaubat dan tha’at kepada Allah Swt dan selalu berdzikir kepadaNya. Shalat adalah dzikir yang paling utama. Karena, “Shalatlah yang dapat mencegah dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar”, (QS.Al-Ankabut : 45). Selanjutnya selalu berdzikir mengingat Allah Swt, dengan mentadabburi Al-Quran, membaca tasbih, tahlil, tahmid, membiasakan dzikir pagi dan sore, memperbanyak istighfar, berdoa dan bermujahadah. Karena,”Hanya dengan mengingat Allah Swt, hati menjadi tenteram”, (QS.Al-Ra’d : 28). Wallaahul A’lam. (diolah dari kesaksian seorang dokter, khalid bin abdul aziz al-jubair 2009, serta sumber lain) AHAR MPA 343 / April 2015 19 Wanita Teladan S ejarah Islam hanya mencatat sedikit saja nama ulama perempuan. Kita lebih mengenal nama ulama lelaki daripada perempuan. Malah, kita juga lebih mengenal Imam Syafii, Imam Hanafi, Imam Hanbali, Imam Maliki, dan banyak lagi. Tapi tak pernah mendengar dari siapa mereka belajar. Populariti ulama perempuan tenggelam di sebalik karisma mereka yang belajar darinya. Walhasil tak ada hilir jika tak ada hulu. Tak kenal maka tak sayang. Kita memang tak tahu mereka. Jadi, bagaimana kita menyayanginya? Ada satu nama, Sayyida Nafisa namanya. Darinya Imam Syafii memperoleh pengajaran ilmu fiqh, Quran dan hadis. Pendiri salah satu dari empat mazhab. Ia menyusul cucu Imam Hasan Ali Abi Thalib, lima tahun setelah perempuan itu berada di Kaherah, Mesir. Tapi nama Sayyida Nafisa seolah tak dikenal umat Islam. Mereka hanya tahu Imam Syafii, pendiri mazhab Syafii. Sayyida Nafisa lahir di Madinah pada tahun 145 Hijriah. Ia keturunan langsung Nabi Muhammad SAW melalui cucu beliau Imam Hasan. Putera pasangan Imam Ali dan Sayyida Fatimah itu memiliki seorang anak bernama Zaid, dan selanjutnya Zaid mempunyai anak bernama Hasan al-Anwar, ayah Nafisa. Jadi, Hasan al-Anwar adalah cucu Imam Hasan. Kerana itu, wajar jika Sayyida Nafisa juga mewarisi kecerdasan sekaligus kefasihan berbicara. Dari keluarganya, ia memperoleh pengetahuan tentang Islam. Pendeknya jalur kekeluargaan serta kehidupan keseharian yang ia jalankan membuat wawasannya tentang al-Ouran dan hadis Nabi sangat luas. Nafisa kecil selalu dibawa ayahnya ke Masjid Nabawi untuk shalat dan bermunajat. Hasan Al-Anwar yang sempat menjadi gabenor Madinah biasa berlamalama di makam datuknya Muhammad SAW. Nafisa kecil mendampingi tiap kali ayahnya ke Al Haram. Kala itu usianya masih kecil. Ia masih dituntun menuju makam Rasul sampai usianya enam tahun. Hasan Al-Anwar kerap memperkenalkan anaknya pada Rasulullah. ”Ya Rasulullah, ini aku datang bersama puteriku Nafisa.” Kunjungan itu ia lakukan 20 MPA 343 / April 2015 terus sampai satu kali ia bermimpi berjumpa datuknya yang mengatakan senang berjumpa Nafisa. Rasulullah dalam mimpi Hasan mengaku senang pada Nafisa kerana Allah juga menyukainya. Kebiasaan semasa kecil terbawa terus. Nafisa menjadi perempuan yang rajin belajar dan terus-menerus beribadah di masjid. Karena itu tak heran jika sejak kecil ia telah menghafal Al-Quran dan mengerti hukum Islam sejak belia lagi. Melanjutkan tradisi keluarga Rasul, ia juga terbiasa bermunajat di makam Rasul. Kefasihan bicara, penguasaan ilmu yang baik serta kekhusyukannya beribadah menjadikan Nafisa rujukan penduduk Madinah yang hendak bertanya. Perempuan yang sangat zuhud dan alim ini segera disukai penduduk Madinah. Ia kemudian punya beberapa gelar antara lain Nafisat Al Ilm wal Ma’rifat, Nafisat Tahira (wanita suci), Nafisat Al Abida (Nafisa ahli ibadah), Nafisat Al Darayn, Sayyidat Ahlul Fatwa, Sayyidat Al Karamat dan Umm Al Awaajiz. Kesemuanya itu merujuk pada kehidupan dan keulamaannya. Diusia 16 tahun, Nafisa menikah. Ia disunting Ishaq Mu’taman, keturunan langsung Imam Husain, saudara Imam Hasan putra Imam Ali dan Sayyida Fatimah. Dari pernikahan ini, Nafisa memiliki dua anak Al Qasim dan Ummu Kaltsum. Menikah, tak menjadikan perempuan ini menarik diri dari kegiatan belajar dan mengajar. Kerana memang itu pesan yang disampaikan datuknya Muhammad SAW. Ia juga berangkat ke Makkah untuk ibadah haji. Dan ia memilih jalan kaki sementara yang lain berkendaraan unta. ”Aku malu pada datukku Muhammad bila pergi ke Makkah berkendaraan.” Begitu dia memberi alasan. Saat berusia 44 tahun, Sayyida Nafisa hijrah ke Mesir. Tak ada penjelasan mengapa ia pindah ke negeri di seberang benua itu. Namun sebelum ia tiba, simpati masyarakat telah diperolehnya. Masyarakat Mesir sangat menghormati ulama perempuan keturunan Rasulullah SAW. Saat datang, Sayyida Nafisa disambut bak puteri. Ia diarak dengan lagu-lagu shalawat. Putri Hasan Al-Anwar ini lantas tinggal di kediaman Jamaluddin Abdullah Al Jassas, rakannya yang orang Mesir. Tiap saat rumah ini selalu dikerumuni orang. Mereka datang untuk belajar, meminta doa, bertabarruk, atau ikut beribadah. Merasa tak enak hati dengan pemilik rumah, Sayyida Nafisa pindah ke rumah temannya Ummu Hani yang sekarang berada di daerah al Hasaniyya. Namun kepindahan tak membawa perubahan. Umat Islam Mesir dari berbagai pelosok masih mengunjunginya. Pada akhirnya, Sayyida Nafisa merasa terganggu kekhusyukan dalam berdoa. Rumahnya selalu ramai. Sementara tak mungkin menolak permintaan masyarakat yang datang meminta doa, ia merasa kehilangan waktu untuk berdua saja dengan Sang Pencipta, atau saat ia hendak berbicara dengan datuknya Rasulullah SAW. Perempuan ini menyerah. Ia memutuskan untuk kembali ke Madinah Al Munawwarah. Namun, keputusannya mengecewakan rakyat Mesir. Melalui gabenor Mesir, mereka memohon salah satu keturunan Nabi itu tak meninggalkannya. Umat Islam Mesir memerlukan bimbingannya. Mereka merasa kehadiran Sayyida Nafisa membawa berkah. Lagi-lagi ia tak dapat mengelak. Sayyida Nafisa mengalah. Ia tak mungkin meninggalkan masyarakat yang begitu mencintainya. Ia memutuskan untuk tinggal. Tentu masyarakat Mesir bersukaria Sebagai rasa terima kasih, gubernur Mesir kala itu Sirri bin Hakam menghadiahkan sebuah rumah di tempat lain. Rumah itu berada di lahan yang lebih besar. Dengan begitu kerumunan dapat ditampung. Ia juga boleh mengatur waktu untuk bermunajat, mengajar dan menerima kunjungan. Pada akhirnya ia menerima masyarakat pada hari tertentu. Selebihnya adalah waktu peribadi untuk ibadah dan mengajar. Di rumah baru itu kemudian Sayyida Nafisa menerima murid. Ia khusus mengajar hukum Islam, Al-Quran dan hadis. Salah satu muridnya yang kemudian sangat terkenal adalah Imam Syafii. Imam Sayyida Nafisa lahir di Madinah pada tahun 145 Hijriah. Ia keturunan langsung Nabi Muhammad SAW melalui cucu beliau Imam Hasan. Putera pasangan Imam Ali dan Sayyida Fatimah itu memiliki seorang anak bernama Zaid, dan selanjutnya Zaid mempunyai anak bernama Hasan al-Anwar, ayah Nafisa. Jadi, Hasan alAnwar adalah cucu Imam Hasan. Syafii datang lima tahun setelah Nafisa tiba di Kaherah. Murid lain yang juga menjadi besar adalah Utsman bin Said Al Misri, Dzun Nun Al Misri, dan Masri Al Samarkandi. Imam Syafii dan Sayyida Nafisa lantas berkerjasama. Mereka mengelola majlis pembelajaran itu bersama. Di tempat Sayyida Nafisa, Imam boleh tinggal enam jam dalam sehari. Ia mengajar ilmu kalam, figh dan tafsir. Syafii Imam Syafii juga memimpin shalat di markas Sayyida Nafisa. Gurunya itu akan menjadi makmum dan berdiri di belakang. Sampai saat sakitnya, Syafii masih berkunjung ke rumah Sayyida Nafisa. Ia meminta doa. Dan saat tak mampu lagi berjalan, ia mengirim muridnya untuk duduk di majlis yang dipimpin Sayyida Nafisa. Si murid lantas menyampaikan salam Imam Syafii. ”Saudara sepupumu ini tengah terbaring sakit. Doakan aku agar segera sembuh.” Begitu pesan yang dititipkan Imam Syafii buat guru Sayyida Nafisa. Sampai satu saat, Sayyida Nafisa mengatakan kepada orang yang dipesan kata-kata ‘Mudah-mudahan Allah akan bertemu dengannya. Sebuah pertemuan yang teramat baik.’ Pesan tersebut dimaknai Imam Syafii sebagai pertanda bahwa saat kematiannya telah dekat. Ia lantas mengirimkan lagi utusan yang menyampaikan permohonan terakhir agar Sayyida Nafisa berkenan mensolatkan jenazahnya setelah ia meninggal. Sayyida Nafisa mensolatkan Imam Syafii di rumahnya, tempat mereka biasa mengaji bersama. Jenazah Imam Syafii dibawa ke rumah Sayyida Nafisa untuk disolatkan. Ulama yang satu ini hidup sebagai seorang sufi. Diriwayatkan ia hanya makan sekali tiap tiga hari. Ia bahkan menyalurkan lagi hadiah yang diberikan gubernur Mesir berupa wang kepada orang miskin di sekitarnya. Apapun yang dihadiahkan kepadanya akan ia sebar lagi kepada mereka yang memerlukannya. Ia lebih rela memilih hidup miskin meski mampu untuk hidup mewah. (dipetik dari Ummahonline, AS) MPA 343 / April 2015 21 Ibu Sebagai Agen Perubahan Dalam Kehidupan Oleh : Imam Mahmud, MHI*) Rasulullah SAW bersabda : Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, belia berkata, “Seseorang datang kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Dan orang tersebut kembali bertanya, ‘Kemudian siapa lagi?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Ibumu.’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi,’ Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Kemudian ayahmu.’” (HR. Bukhari no. 5971 dan Muslim no. 2548) Imam Al-Qurthubi menjelaskan, “Hadits tersebut menunjukkan bahwa kecintaan dan kasih sayang terhadap seorang ibu, harus tiga kali lipat besarnya dibandingkan terhadap seorang ayah. Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menyebutkan kata ibu sebanyak tiga kali, sementara kata ayah hanya satu kali. Bila hal itu sudah kita mengerti, realitas lain bisa menguatkan pengertian tersebut. Karena kesulitan dalam menghadapi masa hamil, kesulitan ketika melahirkan, dan kesulitan pada saat menyusui dan merawat anak, hanya dialami oleh seorang ibu. Ketiga bentuk kehormatan itu hanya dimiliki oleh seorang ibu, seorang ayah tidak memilikinya. (Lihat Tafsir Al-Qurthubi X : 239. al-Qadhi Iyadh menyatakan bahwa ibu memiliki keutamaan yang lebih besar dibandingkan ayah) Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa setiap tanggal 21 April dirayakan hari Kartini. Tujuannya, agar anak-anak perempuan bangsa ini –bisa menela- 22 MPA 343 / April 2015 dani kiprah pejuangannya. Dia telah berasil menjebol tembok raksasa yang menghalangi perempuan Indonesia menuntut ilmu dan berjuang demi negaranya di luar rumah. Dari perjuangan beliau, kaum perempuan berhasil untuk cancut tali wondo terjun ke dunia pendidikan dan perjuangan sebagaimana kaum lakilaki pada umumnya. Perempuan khususnya seorang ibu adalah instrumen utama yang sangat berperan sebagai agen perubahan. Ia hakikatnya sama dengan seorang bapak, yakni sama-sama sebagai manusia, yang memiliki potensi dasar yang sama berupa akal, naluri dan kebutuhan fisik. Sedangkan dalam konteks masyarakat, keberadaan ibu merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan bapak, dimana keduanya diciptakan dengan mengemban tanggungjawab yang sama dalam mengatur dan memelihara kehidupan ini sesuai kehendak penciptanya. Ibu memiliki peran utama di rumah, sebagai manager rumah tangga serta pendidik anaknya agar menjadi generasi unggul. Para perempuan ( baca: ibu ) dapat melakukan aktivitas politik dengan tidak mengabaikan kewajibannya sebagai ibu dan pengatur rumah tangga. Perannya ini akan menjaga bangunan institusi keluarga sebagai unit terkecil dari masyarakat dan negara. Peran ini bukan remeh temeh. Ini adalah peran politik dan strategis perempuan yang memiliki kontribusi sangat besar dalam pembentukan keluarga yang tangguh, generasi terbaik dan masyarakat madani, bukan posisi inferior, tersubordinasi peran suami. Tentu saja, perempuan diwajibkan cerdas dengan terus menuntut ilmu sebagai bekalnya. Darimana mendapatkan ilmu ini ?. Jika tak mampu diperoleh di rumah, dibolehkan keluar rumah seperti ke majelis ilmu atau pendidikan formal. Siapa yang mengajarkan? Bisa sesama perempuan. Karena itu, peran strategis perempuan di ranah publik juga sebagai inspirator yang berkontribusi dalam mencerdaskan kaumnya. Karena itu, semestinya pengarusutamaan peran perempuan saat ini adalah berupa pencerdasan politik pada perempuan. Ini agar mereka memahami hakikat diri dan berkiprah sesuai fitrahnya. Jangan sampai perempuan, khususnya sebagai muslimah tenggelam dalam arus pemberdayaan ala Barat yang akan menggerus dan selanjutnya menghilangkan identitasnya sebagai muslimah sejati. Kontribusi yang dapat diberikan perempuan untuk peradaban cemerlang adalah, pertama: menjadi ibu yang ideologis, yaitu ibu yang faham Islam secara kaffah baik aqidah maupun syariah. Sejarah mencatat, ibu yang ideologis seperti yang dilakukan ibu Imam Syafi’i yang mengajari putranya hingga hafal Al Qur’an pada usia tujuh tahun dan menjadikannya mujtahid, contoh lain Asma’ Binti Abu Bakar yang berhasil mendidik Abdullah Bin Zubair sebagai ahli ibadah, mapun Al Khansa’ yang mendorong empat putranya untuk mati Syahid. Para perempuan ini lahir dari peradaban yang cemerlang, yaitu Islam. Kedua, perempuan sebagai istri berdiri men-support suami guna menguatkan perannya dalam berbagai kiprah, dan ketiga senantiasa terlibat aktif dalam perjuangan mengajak masyarakat menyadari bahwa pangkal persoalan kehidupannya adalah penerapan sistem demokrasi yang rusak dan merusak. Untuk itu dibutuhkan kesungguhan dan keseseriusan pada seorang muslimah untuk tidak berhenti berperan dalam kancah politik meskipun harus menghadapi berbagai kesulitan menuju Indonesia lebih baik dengan menerapkan Syari’ah Islam di negeri ini. Hal–hal yang harus dilakukan kepada ibu 1. BERBAKTI KEPADA IBUNYA Motivasi anak untuk berbakti kepada seorang ibu harus di bangun sejak dini. Kali ini kita bisa menyimak contoh orang yang terbaik dalam berbakti kepada seorang ibu. Diceritakan oleh Abi Burdah, ia melihat Ibnu ‘Umar dan seorang penduduk Yaman yang sedang thawaf di sekitar Ka’bah sambil menggendong ibunya di punggungnya. Orang yaman itu bersenandung, Artinya “Sesungguhnya diriku adalah tunggangan ibu yang sangat patuh. Apabila tunggangan yang lain lari, maka aku tidak akan lari.” Orang itu lalu bertanya kepada Ibnu Umar, “Wahai Ibnu Umar, apakah aku telah membalas budi kepadanya?” Ibnu Umar menjawab, “Engkau belum membalas budinya, walaupun setarik napas yang ia keluarkan ketika melahirkan.” (Adabul Mufrad no. 11; Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih) Dalam sebuah riwayat diterangkan : Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma bahwasanya seseorang mendatanginya lalu berkata: bahwasanya aku meminang wanita, tapi ia enggan menikah denganku. Dan ia dipinang orang lain lalu ia menerimanya. Maka aku cemburu kepadanya lantas aku membunuhnya. Apakah aku masih bisa bertaubat? Ibnu Abbas berkata: apakah ibumu masih hidup? Ia menjawab: tidak. Ibnu Abbas berkata: bertaubatlah kepada Allah ‘Azza wa Jalla dan dekatkanlah dirimu kepadaNya sebisamu. Atho’ bin Yasar berkata: maka aku pergi menanyakan kepada Ibnu Abbas kenapa engkau tanyakan tentang kehidupan ibunya? Maka beliau berkata: ‘Aku tidak mengetahui amalan yang paling mendekatkan diri kepada Allah ta’ala selain berbakti kepada ibu’. (Hadits ini dikeluarkan juga oleh Al Baihaqy di Syu’abul Iman (7313), dan Syaikh Al Albany menshahihkannya, lihat As Shohihah (2799) Pada hadits di atas dijelaskan bahwasanya berbuat baik kepada ibu adalah ibadah yang sangat agung, bahkan dengan berbakti kepada ibu diharapkan bisa membantu taubat seseorang diterima Allah ta’ala. Seperti dalam riwayat di atas, seseorang yang melakukan dosa sangat besar yaitu membunuh, ketika ia bertanya kepada Ibnu Abbas, apakah ia masih bisa bertaubat, Ibnu Abbas malah balik bertanya apakah ia mempunyai seorang ibu, karena menurut beliau berbakti atau berbuat baik kepada ibu adalah amalan paling dicintai Allah sebagaimana sebagaimana membunuh adalah termasuk dosa yang dibenci Allah. Berbuat baik kepada ibu adalah amal sholeh yang sangat bermanfa’at untuk menghapuskan dosa-dosa. Ini artinya, berbakti kepada ibu merupakan jalan untuk masuk surga. 2. JANGAN MENDURHAKAI IBU Dalam sebuah hadits Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya Allah Ta’ala mengharamkan kalian berbuat durhaka kepada ibuibu kalian, mengubur anak perempuan hidup-hidup, menolak kewajiban dan menuntut sesuatu yang bukan menjadi haknya. Allah juga membenci jika kalian menyerbarkan kabar burung (desasdesus), banyak bertanya, dan menyianyiakan harta.” (Hadits shahih, riwayat Bukhari, no. 1407; Muslim, no. 593, AlMaktabah Asy-Syamilah) Ibnu Hajar memberi penjelasan sebagai berikut, “Dalam hadits ini disebutkan ‘sikap durhaka’ terhadap ibu, karena perbuatan itu lebih mudah dilakukan terhadap seorang ibu. Sebab,ibu adalah wanita yang lemah. Selain itu, hadits ini juga memberi penekanan, bahwa berbuat baik kepada itu harus lebih didahulukan daripada berbuat baik kepada seorang ayah, baik itu melalui tutur kata yang lembut, atau limpahan cinta kasih yang mendalam.” (Lihat Fathul Baari V : 68) Sementara, Imam Nawawi menjelaskan, “Di sini, disebutkan kata ‘durhaka’ terhadap ibu, karena kemuliaan ibu yang melebihi kemuliaan seorang ayah.” (Lihat Syarah Muslim XII : 11) 3. BUATLAH IBU TERTAWA “Seseorang datang kepada Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wa sallam dan berkata, “Aku akan berbai’at kepadamu untuk berhijrah, dan aku tinggalkan kedua orang tuaku dalam keadaan menangis.” Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Kembalilah kepada kedua orang tuamu dan buatlah keduanya tertawa sebagaimana engkau telah membuat keduanya menangis.” (Shahih : HR. Abu Dawud (no. 2528), An-Nasa-i (VII/143), Al-Baihaqi (IX/26), dan Al-Hakim (IV/152)) 4. JANGAN MEMBUAT IBU MARAH “Dari ‘Abdullah bin ‘Umar, ia berkata, “Ridha Allah tergantung ridha orang tua dan murka Allah tergantung murka orang tua.“ (Adabul Mufrod no. 2. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan jika sampai pada sahabat, namun shahih jika sampai pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam) Kandungan hadits diatas ialah kewajiban mencari keridhaan kedua orang tua sekaligus terkandung larangan melakukan segala sesuatu yang dapat memancing kemurkaan mereka. Seandainya ada seorang anak yang durhaka kepada ibunya, kemudian ibunya tersebut mendo’akan kejelekan, maka do’a ibu tersebut akan dikabulkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sebagaimana dalam hadits yang shahih, Nabi Shalallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ada tiga do’a yang dikabulkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala yang tidak diragukan tentang do’a ini: (1) do’a kedua orang tua terhadap anaknya, (2) do’a musafir-orang yang sedang dalam perjalanan-, (3) do’a orang yang dizhalimin.” (Hasan : HR. Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad (no. 32, 481/Shahiih Al-Adabil Mufrad (no. 24, 372)) Jika seorang ibu meridhai anaknya, dan do’anya mengiringi setiap langkah anaknya, niscaya rahmat, taufik dan pertolongan Allah akan senantiasa menyertainya. Sebaliknya, jika hati seorang ibu terluka, lalu ia mengadu kepada Allah, mengutuk anaknya. Cepat atau lambat, si anak pasti akan terkena do’a ibunya. Wal iyyadzubillaah. *) Penulis Staf Bimas Islam Kemenag Kab Nganjuk MPA 343 / April 2015 23 Maudlu’i Kontemporer Pengasuh : Prof. Imam Muchlas, MA 03 ONTOLOGIS - MAHA (Al-Quran=>Hadis=>Ijtihad) AD 4 WAHYU Secara ontologis maka benar yang tertinggi tidak dapat dikalahkan oleh data yang indrawi, teori ilmiah dan filsafat ialah wahyu yaitu kebenaran dari Allah. Menurut Islam maka Al-Quran adalah wahyu dari Allah yang diturunkan melalui malaikat Jibril, diterima oleh Rasulullah Muhammad Saw yang dihafal oleh Rasulullah Saw yang hafalan beliau sudah diuji oleh malaikat Jibril ditulis oleh para penulis wahyu. Maka Zaid bin Tsabit menyaksikan sendiri ujian oleh Jibril dia koreksi hafalan dan tulisannya cocok dengan ulangan dari Jibril kepada Rasulullah Saw yang terakhir ini. Oleh karena itulah maka Anslemn memutuskan suatu keyakinan bahwa dari seluruh skala prioritas deretan yang saling mengalahkan data ke-1, data ke-2, data ke-3, ke-4, ke-5, ke- ke-6 dan seluruh peringkat di atas…… Maka terakhir sampailah ke puncak yang tertinggi, terakhir bahwa ADA SATU DZAT YANG TIDAK DAPAT DIKALAHKAN OLEH APAPUN JUGA …. ITULAH TUHAN (Kata Anslemn). Menurut ajaran Islam namanya Allah. (6) Filsafat dan Masalah Filosufis Di bawah ini terurai beberapa masalah filosufis yang sangat sulit difaham, maka yang tidak ingin masuk ke dalam dipersilahkan, yang ingin masuk kedalam alam filsafat monggo!!!. (i) Hakikat AKU diri manusia Masalah: Apa sebenarnya hakikat AKU diri manusia itu? Jawaban sederhana: Hakikat AKU diri manusia itu ialah gulungan film rekaman seluruh alam indrawi dan metafisis yang masuk ke dalam akal pikiran melalui panca indra manusia di bawah kendali ruh. Kita renungkan uraian menurut teori pakar fisikawan dan ulama tafsir di bawah ini: a. Keterangan Pakar Ilmu Jiwa-kedokteran Dr Paryana dari Akademi Metafisika Yogya menggambarkan hakikat AKU diri manusia itu bagaikan gulungan film yang 24 MPA 343 / April 2015 menyimpan data & fakta hasil pengamatan indra lahir dan indra batin serta seluruh gerak gerik setiap detik seseorang. Jika kita terjemahkan teori dari Dr. Paryana tersebut adalah sebagai berikut: Bahwa bagian yang paling kecil tubuh manusia adalah atom, salah satu unsur dari atom namanya electron. Perlu diingat bahwa electron itu bukan materi tetapi makhluk gaib bahkan electron itu adalah potensi atau daya- dia adalah salah satu isi alam metafisika yang tidak dapat dicapai oleh alat indra melainkan hanya direnungkan oleh akal. Elektron ini dapat dibayangkan persis seperti wartawan surat kabar, atau media cetak-elektronik, electron bagaikan wartawan kerjanya meliput dan merekam data&fakta sampai suara bahkan gambar yang berwarna sekali dari prikel (data&fakta) yang disaksikan oleh elektron dari atom tubuh manusia. Secara metafisis (hanya dapat dibayangkan dalam pikiran) bahwa fotokopi data&fakta tersebut berwujud elektron atau elektron ini membawa sendiri foto-rekaman data&fakta sehingga deretan elektron dari setiap atom jasmani manusia ini berjalan mengalir menjadi gulungan pita film. Sampai di pangkal otak maka elektron (pita-film) ini diantar oleh instunk dan menyatu berpadu menjadi satu bahkan instink inilah yang mengendalikan eketron dan aktif berperan menentukan taktik strategi politik, perilaku dan tindakan dalam menanggapi prikel (data & fakta) yang masuk ke pusat akal (otak besar); Instink atau nafsu-nafsu ini dispekulasikan sebagai “Dalang” yang mengendalikan semua ini sehingga dapat dinamakan RUH atau jiwa yang berpadu dengan rekaman atau foto kopi data&fakta yang masuk tersebut. Di dalam otak besar seluruh data & fakta itu dikelola, dibagi-dan disalurkan ke jurusan khusus, pusat pemikiran, pusat gerak, pusat ingatan dan gudang simpanan. Proses pemikiran menghasilkan politik, taktik, strategi, metodik-dedaktik pemecahan masalah. Kemudian “dalang” atau ruh mengeluarkan perintah gerak atau tindakan dalam menanggapi atau reaksi terhadap prikel (data& fakta) yang masuk itu, selanjutmnya melalui syaraf jalurnya maka perintah gerak tadi diwujudkan dalam perbuatan nyata oleh anggota tubuh, tangan, kaki dan sebagainya menjadi tindakan lahiriyah yang dapat disaksikan oleh panca indra orang lain bertemu dan berbincang-bincang antara AKU diri manusia tadi dengan siapa yang menyaksikannya. Paduan isi gulungan film ini sangat lengkap sekali mencakup foto kopi atau rekaman seluruh peri laku, perbuatan apapun juga bahkan sampai niat, keinginan, angan-angan, program perencanaan, citacita, utopis bayangan yang paling tinggi seluruhnya menjadi satu rol film yang mengaku sebagai oknum AKU tersebut. b.1. Pandangan Qurani masalah Zat Hayat (Jiwa) Dalam berbagai ayat Al-Quran maka Allah menyebut-nyebut masalah Roh dengan beberapa istilah, yaitu: “Ruhun Minhu” (S. 4 An-Nisa’ 171), “Min Ruhina” (S. 21 Al-Anbiya’, 91) At-Tahrim 12), “Min ruhihi)” (S. 32 As-Sajdah 9), “Min ruhi” (S. 15 Al-Hijru 29, S. 38 Shad 72) Maksudnya ialah bahwa roh itu datangnya dari Allah atau rohnya Allah. Kata-kata ini jika dipikirkan terlalu jauh memang akan bertambah sulit dimengerti, misalnya : Bagaimana cara datangnya roh itu dari Allah? Bagaimana memahami roh kepunyaan Tuhan itu? Untuk memahami keterkaitan sesuatu dengan Allah maka Ibnul Qayyim menjelaskan : l Sesuatu yang menyatu dengan Allah ialah dzat dan sifat atau nama Allah seperti sifat qudrat-iradat Allah dan sifat Allah yang 20 ataupun 99 nama Al-Asmaul Husna itu. l Sesuatu yang disandarkan kepada Allah selain dzat dan sifat, atau nama mananya adalah makhluk ciptaan Allah. Oleh karena itu kata-kata “Roh dari Tuhan atau roh Kami dan dari rohKu” tersebut maksudnya ialah roh atau arwah makhluk ciptaan Allah. Kemudian dihembuskan ke dalam mudlghah atau zat awal jasmani manusia seluruh anak keturunan Nabi Adam, ketika janin berumur 120 hari, sebagaimana keterangan Rasulullah Saw. dalam hadis beliau yang disebutkan dalam hadis dari Ibnu Mas’ud yang dicatat oleh Bukhari no.2960 dan Muslim no.4781. “Dari Zaid bin Wahb berkata 'Abdullah telah bercerita kepada kami Rasulullah Saw, dia adalah orang yang jujur lagi dibenarkan, bersabda: "Sesungguhnya setiap orang dari kalian dikumpulkan dalam penciptaannya ketika berada di dalam perut ibunya selama empat puluh hari, kemudian menjadi 'alaqah (zigot) selama itu pula kemudian menjadi mudlghah (segumpal daging), selama itu pula kemudian Allah mengirim malaikat yang diperintahkan empat ketetapan dan dikatakan kepadanya, tulislah amalnya, rezekinya, ajalnya dan sengsara dan bahagianya lalu ditiupkan ruh kepadanya. Dan sungguh seseorang dari kalian akan ada yang beramal hingga dirinya berada dekat dengan surga kecuali sejengkal saja lalu dia didahului oleh catatan (ketetapan taqdir) hingga dia beramal dengan amalan penghuni neraka dan ada juga seseorang yang beramal hingga dirinya berada dekat dengan neraka kecuali sejengkal saja lalu dia didahului oleh catatan (ketetapan taqdir) hingga dia beramal dengan amalan penghuni surga"( HR Bukhari No. 2960 dan Muslim 4781). Perlu dicatat bahwa seluruh atom dalam tubuh jasmani manusia itu bekerja keras mengirimkan elektron hasil dari pengamatan atas data & fakta termasuk kegiatan pikiran ini sendiri dan semua syaraf penyalur perbuatan yang dilalui oleh electron data&fakta mengalir dari dan atau ke pangkal otak. Dan seluruh elektron (data&fakta) itu disimpan dalam pusat ingatan atau gudang penyimpanan data&fakta dalam otak. Rol gulungan film rekaman data & fakta inilah sebenarnya hakikat yang menamakan diri AKU, dan AKU inilah yang menggerakkan badan jasmani manusia itu sndiri. AKU inilah yang menjawab jika dipanggil, AKU inilah yang mengeluarkan pidato yang gegap gempita atau berbisik-bisik dengan sangat halus sekali. Dan sekali lagi INI HANYA DAPAT DIRENUNGKAN DALAM ALAM PIKIRAN sehingga terlalu sulit difahamkan para pembaca (mohon maaf). Dari sini terbayang bahwa seolaholah AKU tersebut diciptakan oleh dunia yang mengelilingi dia sejak sebelum lahir sampai detik-detik terakhir hidupnya manusia. Maka banyak pakar Ilmu Jiwa, Misalnya John Lock dan pakar psikologi lainnya mengajukan teori TABULA RASA bahwa jiwa manusia itu awalnya seperti kertas putih kemudian terserah kepada alam sekitar yang memberi isi dan warna jiwa manusia atau orang tuanya ingin menulis dan membuat gambar pada kertas putih itu dengan tulisan atau gambar menurut sesuka hatinya sehingga tampaknya jiwa itu dibentuk oleh alam sekitar. Dr Paryana menyatakan bahwa zat hayat ini datang dari langit yang tidak diketahui oleh akal. b.2. Pandangan Qurani tentang Asal Zat Hayat Tantang asal usul kehidupan, disinggung Al-Quran dalam S 21 Al-Anbiya’ 30 diperjelas dengan ayat-ayat lain bahwa dahulu di awal jaman Allah menciptakan alam raya, kemudian Allah memberi air dan dari air ini tumbuh segala jenis kehidupan. Allah berfirman dalam Al Quran : “Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air maka sebagian dari hewan itu ada yang berjalan diatas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki, sedangkan sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa saja yang dikehendakiNya” (S. 24 An-Nur 45). (ii). Roh dan masalahnya Jika lafal “Ar-Ruh” bisa diartikan nyawa maka timbul beberapa masalah pemikiran tentang nyawa ini, yaitu : 1) Apakah sebenarnya hakikat roh itu? 2) Dari manakah asalnya roh itu? 3) Apakah roh itu qadim atau hadist, kekal atau tidak? Ad 1. Hakikat Roh “….. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuhtumbuhan yang indah” (S.22 Al-Hajji 5). Dapat kita bayangkan jika sebuah benda logam misalnya kita taruh di luar rumah dalam malam hari maka paginya benda itu basah berair. Lebih dari itu jika kita mempunyai kubangan berisi air kita biarkan di sebelah rumah, maka air ini makin lama tumbuh warna hijau kemudian tumbuh lumut dan akhirnya muncul makhluk hidup dibawah lumut itu beraneka ragam bentuk dan cara gerakannya. Oleh karena adanya air inilah tanah yang tadinya kering berubah menjadi arena kegiatan kehidupan sejak tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia. Allah berfirman dalam Al Quran: “Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa dan singgasana Tuhan (sebelum itu) diatas air agar Dia menguji siapakah diantara kamu yang lebih baik amalnya” (S. 11 Hud 7). Mengenai bagaimana hakikat roh, telah dijelaskan oleh Allah swt. : “…. Dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan hanya sedikit” (s 17 Al-Isra` 85). Namun para ahli pikir telah merabaraba sebagai berikut : - Heracleitos berpendapat bahwa roh itu sejenis api yang halus sekali; - Democritus menyatakan bahwa roh itu tersusun dari suatu atom yang paling halus dan atom yang paling bersih; - Plato mengatakan bahwa roh itu suatu zat yang tak dapat ditangkap oleh panca indera yang berasal dari alam idea; - Al-Farabi seorang filosuf Islam (952 M) mengatakan bahwa roh itu timbul sebagai pancaran dari emanasi dari Tuhan yang Maha Esa. Jika roh itu lebih diidentikkan dengan makhluk halus seperti jin atau setan-iblis, maka Al Quran mengatakan bahwa iblis itu diciptakan dari api yaitu sebagai berikut: Artinya : “Allah berfirman : “Apakah yang menghalangi kamu sehingga kamu tidak bersujud (kepada Adam ketika Aku menyuruh kamu? “Iblis menjawab : “Saya lebih baik daripadanya. Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah”. (S. 7 Al-A’raf 12). Ad 2. Roh dan asalnya Ibnu Sina senada dengan Al-Farabi menandaskan bahwa roh manusia itu sesuatu yang berdiri sendiri lepas dari jasmaninya. Sehingga, jika jasmaninya hancur maka roh itu tidak turut hancur. Bersambung... MPA 343 / April 2015 25 PP. Salafiah Nahdlatul Arifin Jember Budidaya Jambu Merah di Bumi Karomah Bait Dua Belas Kyai Arjuni Sanwani PP. Salafiah Nahdlatul Arifin Jember merupakan pondok tua di Jember. Pesantren ini didirikan pada awal tahun 1900-an oleh Syekh H. Mohammad Nur yang dikenal dengan karomah Bait Duabelasnya. Syekh H. Mohammad Nur mendapatkan ilham Bait Duabelas setelah menjalankan Kholwah Suluk Mujahadah selama 9 tahun lamanya. Karena kealiman dan beragam karomah yang dimiliki, Syekh. H. Mohammad Nur lantas dipercaya sebagai Waliyyullah Quthubul Ghouts. Memulai aktivitas dakwahnya, Syekh H. Mohammad Nur membeli tanah seluas 13 hektar di lereng Gunung Argopuro, tepatnya di Desa Kemuningsari Lor Kecamatan Panti Kabupaten Jember. Kawasan pesantren ini, dulunya merupakan hutan rimba yang dikenal wingit dan angker. Banyak sekali binatang buas dan liar. Beliau pun mulai membersihkan beberapa area hutan dan mendirikan sebuah gubug sederhana yang mirip saung. Atapnya terbuat dari rumput ilalang dan daun rotan. Sedangkan tiangnya berasal dari kayu dadap yang masih basah. “Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, beliau bekerja keras dengan bercocok tanam sayur-sayuran dan palawija yang hasilnya dijual sendiri ke pasar,” terang Kyai Arjuni Sanwani. Makin lama, semakin banyak masyarakat yang berdatangan untuk belajar ilmu agama. Selain Jember, juga banyak dari Banyuwangi, Bondowoso, hingga dari Jawa Tengah, Jawa Barat, bahkan Sumatera. “Kebanyakan santrinya saat itu berasal dari Rembang Jawa Tengah,” kisah pria kelahiran tahun 1942 ini. “Karena semakin banyak yang datang, beliau lantas mendirikan penginapan yang dindingnya terbuat dari bamboo dengan alas jerambah dari bamboo untuk para tamu yang nyantri yang bermukim,” tambahnya. Pondok pesantren yang baru berdiri itu lantas diberi nama Nahdlatul Arifin, yang memiliki arti dan makna Kebangkitan Orang-Orang yang Arif. Pesantren Salafiah Nahdlatul Arifin pun kemudian lebih dikenal dengan sebutan Pesantren Syekh Haji Mohammad Nur. Di zaman keemasannya, para santri yang mondok di pesantren ini lebih banyak dari kalangan para kyai. Sejak awal berdirinya – meski tidak mengikuti aliran tariqah tertentu – pesantren ini lebih mendidik para santri untuk mengasah laku ati. Beragam kitab Tasawuf yang hingga kini masih dikaji di pesantren ini, antara lain kitab Ihya’ Ulumiddin, Minhajul Abidin, Fathul Gerbang PP Salafiah Nahdlatul Arifin 26 MPA 343 / April 2015 Uluhiyyah, Insan Kamil, Jami’u Ushulil Auliya’, Tafsir, Al-Hikam, Kifaayatul Adzkiya’, Fathul Arifina Billah, juga beberapa kitab kecil semisal Sulam Safina. Syekh H. Mohammad Nur wafat pada tahun 1946 di usia 138. Semenjak itu, santri yang mondok di pesantren ini kian menurun. Suasana pesantren menjadi sepi. Tidak lagi banyak tamu yang datang untuk menimba ilmu dan bertukar pikiran. “Dari situlah kemudian muncul ide untuk mempertemukan kembali para alumni, jamaah dan simpatisan beliau dengan menggelar Peringatan Hari Ulang Tahun Karomah setiap tanggal 26 Maulud,” jelas anak pasangan Kyai Sanwani dan Maryati ini. Jamaahnya ribuan. Kepadatan pengunjung mengular hingga radius kiloan meter dari pesantren. Tak hanya alumni, tapi juga para tokoh masyarakat dan ulama’, serta pejabat Kab. Jember juga turut hadir. Yang unik dari Peringatan Hari Ulang Tahun Karomah Syekh H. Mohammad Nur, adalah tidak adanya acara Tausiyah seperti galibnya pada acara Haul pada umumnya. “Mulai awal hingga akhir acara, kami hanya menyenandungkan tembang dari syair Bait Dua Belas,” papar suami Rohami ini. Tak ayal, tembang berirama macapatan seperti pangkur, sinom, dandanggula dan lainnya terdengar mengalun syahdu mengiringi sunyi Desa Kemuningsari Lor Kecamatan Panti. Suasana sakral amat terasa kala para jamaah melafalkan tiap baitbait dari Bait Dua Belas Syekh H. Mohammad Nur. Sepeninggal Syekh H. Mohammad Nur, PP Salafiah Nahdlatul Arifin lantas diasuh oleh para keturunnya secara bergiliran, yaitu Syekh H. Moh. Nur, Kyai Nawawi, lalu oleh Kyai Sanwani. Saat ini, PP Salafiah Nahdlatul Arifin diasuh oleh Kyai Arjun Sanwani yang merupakan Reporter MIMBAR Sri Ratna bersama Kasi PD Pontren Kab. Jember Ahmad Tholabi beserta para asatidz Hasil Panen Buah Jambu Merah generasi keempat dari Syekh H. Mohammad Nur. “Saya ini kyai timbangan, timbang tidak ada. Lha wong saya ini tidak bisa mengaji kok. Makanya model ngajinya sekarang beda dengan zaman beliau,” selorohnya sambil terkekeh. “Saya dipilih karena saya dengan Syekh H. Moh. Nur terhitung buyut. Ya.. untung saja saya tidak buyuten,” tambah sembari terus berkelar. Kyai Arjuni memang dikenal sebagai kyai yang suka guyon. Banyak nasihat yang ia sampai dengan nada kelakar, tapi penuh makna. Menurutnya, ngaji model pesulukan yang biasa diterapkan oleh Syekh H. Mohammad Nur sekarang sudah tidak lagi dilakukan. “Lha kyainya saja tak biasa puasa. Malah banyak makannya saya ini. Makanya gak sakti saya,” tukasnya sambil melepas tawa. Meski demikian, ada tradisi Syekh yang masih tetap lestari hingga sekarang. “Mbah buyut itu dikenal tak pernah meninggalkan shalat jamaah selama hidupnya,” jelas ayah lima anak ini. “Pesantren ini tidak mengikuti tariqah tertentu. Tapi sejak mbah buyut, selalu ada tradisi Mulazamah, yaitu melakukan shalat lima waktu berjamaah selama 40 hari tanpa putus,” tambahnya. Maka hingga sekarang, pada bulanbulan tertentu, tradisi ini selalu diikuti oleh masyarakat dan pengikut Syekh H. Mohammad Nur. Menurut Kyai Arjuni, laku mujahadah ini sesuai dengan tuntunan Rasulullah Saw. “Sabda Rasul Saw, siapa yang shalat berjamaah selama 40 hari tanpa ketinggalan takbiratul ikhramnya imam, maka dicatat Allah dua perkara, satu lepas munafiq dua lepas neraka,” papar alumni PP Al Misri Curah malang ini. “Siapa yang menemui takbiratul ihramnya imam, itu lebih baik dari seribu haji dan umroh tapi sunnah, pahalanya sama dengan sedekah emas segunung uhud, dan tidak akan mati sebelum melihat tempatnya di surga,” tambahnya. Meski tak lagi ada tradisi khalwah suluk untuk para santri, tapi pesantren ini tetap melestarikan kajian kitab-kitab tasafuf yang sudah ada sejak zaman Syekh H. Mohammad Nur. Tembang syair Bait Dua Belas masih disenandungkan oleh para santri. Di setiap usai shalat lima waktu, kita masih akan mendengar irama tembang yang dirapal oleh para santri. Kesakralannya masih amat terasa. Sebab keheningan pesantren ini masih terasa hingga sekarang. Dengan lokasi yang jauh masuk ke dalam alam pedesaan, pesantren ini masih terjaga kedamainnya. Untuk menuju ke pesantren ini, kita mesti melintasi jalanan berkelok dengan pemandangan pesona alam persawahan dan perkebunan yang menghijau. Tak ada sekolah formal di pesantren ini. Maka untuk membekali santri agar bisa hidup mandiri di masyarakat, pesantren memanfaatkan lahan persawahan dan perkebunan peninggalan Syekh H. Mohammad Nur. Saat ini, ada sekitar 5 kebun dengan luas yang berbeda. Ada yang berukuran 1,5 hektar, ada juga yang memiliki luas hingga 2,5 hektar. “Kebun itu ada yang kami tanami Jambu Merah, Jambu Kristal, Durian, Kelengkeng dan yang lainnya,” terang alumni PP Blok Agung Banyuwangi ini. Selain belajar menanam dan memelihara kebun-kebun itu, memproses buah pasca panen, para santri juga belajar pembibitan. Saat ini, pesantren ini telah melakukan pembibitan Jamu Merah dan Jambu Kristal, juga ada pembibitan buah Durian Morntong, Sirsak, Duku, Mangga, Kawista, maupun Kelengkeng. “Saat ini, kami juga tengah membubidayakan Jamur Tiram,” terang Ustadz Nur Hadi. Menurut Mbah Cangkok – demikian ustadz Nur Hadi ini karib disapa – usaha perkebunan milik pesantren sempat mengalami kejayaan pada pertengahan tahun 2000-an yang lalu. “Saat itu kan lagi marak Jambu Merah untuk kebutuhan obat. Dan waktu itu petani Jambu Merah belum sebanyak saat ini,” terangnya. Saat musim panen Jambu Merah tiba, Budidaya Jarum Tiram para santri akan dibuat semakin sibuk. Sebab setiap dua hari sekali mereka bisa memanen Jambu Merah sebanyak 5 Kwintal. “Panennya gantian. Tidak semuanya yang ada di pohon kita ambil,” papar mbah Cangkok. Hampir seluruh Mini Market, Carrefour bergantung pada pasokan Jambu Merah milik pesantren ini. Bahkan, kebin wisata buah petik Agrokusuma Batu dulunya juga berasal dari pesantren ini. “Dulu bisa kirim seminggu sekali. Tapi kini sudah tidak. Selain minim permintaan, harga yang diberikan oleh mereka terlalu murah. Bayarnya mundur lagi,” selorohnya sambil mengulum senyum. Kini, pesantren langsung memasarkannya dengan mengirim ke Pasar Tanjung Jember. Tiap dua hari sekali kirim sebanyak 5 kwintal. Sedangkan untuk buah Durian, dalam setiap masa panennya, pesantren bisa mendapatkan 1 ton lebih. “Tahun 2012-2013 kami panen durian sebanyak 1 ton 3 kwintal. Sayangnya, di tahun 2014 kami gagal panen karena terserang ulat,” terangnya. Ke depannya, selain mendidik santri dengan terampil membibit dan berkebun, mbah Cangkok menginginkan agar kebunkebun ini juga bisa dimanfaatkan oleh para siswa – khususnya di Jember – untuk belajar budidaya tanaman. “Di lahan pembibitan, selain untuk kepentingan budidaya, juga bisa dijadikan lab kegiatan saintifik. Selebihnya, bibit-bibit itu juga ada yang kita berikan gratis untuk pelestarian buah nusantara,” ujarnya. Saat ini, mbah Cangkok dengan dibantu para santri, tengah mencoba melakuakn rekayasa pada tanaman tembakau dan kayu sengon tanpa proses kimiawi. “Saya ingin petani tembakau bisa panen tiap dua bulan sekali bukan empat bulan,” tukasnya serius. “Kami juga tengah melakukan riset untuk rekayasa kayu sengon agar bisa dipanen pada tahun ketiga bukan tujuh tahun. Tapi hasilnya sama, mohon doanya,” tandasnya. Dedy Kurniawan, Sri Ratna MPA 343 / April 2015 27 TERSENYUM ATAU MENANGISKAH (Sebuah Refleksi di Hari Kartini) Oleh: Drs. Ahmad Zainul Arifin *) Pada tanggal 21 April 1879, di Jepara Jawa Tengah lahirlah seorang putri bernama Raden Ajeng Kartini. Meski ia seorang putri bangsawan, ia hanya mendapatkan pendidikan dibangku Sekolah Dasar karena pada saat itu wanita tidak boleh berpendidikan lebih tinggi dari laki-laki. Ia di pingit sambil menunggu di nikahkan. Ia sangat sedih dengan kondisi yang demikian. Ada keinginan yang kuat untuk menentang dan berontak tapi ia takut dikatakan sebagai anak durhaka.Untuk mengisi kesehariannya, Kartini mengumpulkan dan membaca buku-buku ilmu pengetahuan dan surat kabar. Melalui buku-buku inilah ia tertarik dengan kemajuan berpikir wanita-wanita Eropa (Belanda). Timbul keinginannya untuk memajukan wanita Indonesia. Wanita tidak hanya di dapur tetapi harus juga memiliki ilmu pengetahuan. Ia mengumpulkan teman-teman wanitanya untuk diajari tulis menulis dan ilmu pengetahuan. Kartini juga banyak menulis surat kepada teman-temannya dari negeri Belanda. Melalui surat itu ia banyak menuangkan pikirannya mengenai masalah-masalah wanita Indonesia, seperti rendahnya status sosial, tidak mendapat hak untuk menuntut ilmu, harus rela dinikahkan dan dimadu. Ia juga menulis surat kepada Mr.J.H. Abendanon untuk mendapatkan beasiswa belajar di negeri Belanda. Namun keinginannya untuk melanjutkan pendidikan di negeri Kincir Angin itu kandas, tidak dapat direalisir karena ia di nikahkan oleh orang tuanya dengan Raden Adipati Joyodiningrat pada 12 Nopember 1903. Anak pertama sekaligus terakhirnya lahir pada 13 September 1904, beberapa hari kemudian, 17 September 1904 Kartini meninggal dunia pada usia 25 tahun, di makamkan di 28 MPA 343 / April 2015 Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Kabupaten Rembang. Meski Kartini telah tiada, namun ia telah mengambil tempat tersendiri di hati masyarakat Indonesia. Cita-citanya yang tinggi, tekadnya yang kuat dan kiprahnya telah mampu mengilhami dan menggerakkan langkah dan perjuangan kaumnya dari stigma lama yang beku. Melalui keberanian dan pengorbanannya dia telah menggugah dan mengeluarkan wanita Indonesia dari belenggu kebodohan dan diskriminasi. Sebuah peradaban baru telah terbuka, sebuah tatanan yang memberikan pada wanita kesempatan dan hak yang sama dengan pria. Kini, emansipasi itu telah dinikmati oleh para wanita di negeri ini. Pada setiap sektor kehidupan tidak lagi di dominasi para pria. Tidak ada lagi bidang kehidupan yang terlarang bagi wanita untuk berkecimpung didalamnya. Dalam bidang Pendidikan, wanita memiliki hak yang sama dengan pria untuk menempuh pendidikan tinggi. Dalam bidang Olah raga, banyak dijumpai atlet wanita yang telah mengenalkan Indonesia kepada dunia. Dalam bidang Pemerintahan, tidak jarang wanita menduduki jabatan tinggi. Dalam bidang Ekonomi, banyak di temui pebisnis-pebisnis Indonesia (wanita) yang telah go-internasional. Dalam bidang Entertain, betapa peran wanita mampu membuat decak kagum praktisipraktisi dunia pada Indonesia. Demikian pula pada bidang Agama, Hak Asasi Manusia (HAM), Seni budaya, maupun bidang - bidang soaial lainnya. Kita patut berbangga pada realita yang demikian, sehingga terlintas dalam benak andai Kartini masih ada pasti beliau akan tersenyum melihat kaumnya telah mendapatkan hak setara dengan pria. Memahami hal yang demikian wajar bila Presiden Soekarno menetap- kan Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan melalui Kepres No. 108, tanggal 2 Mei 1964. Yah!.. Kartini memang tidak memanggul senjata atau bambu runcing. Namun ia telah membawa mindset yang dinilai tabu pada waktu itu, mendobrak paradigma yang hanya memposisikan wanita sekitar kasur, sumur dan dapur, serta menyodorkan peradaban yang mengangkat harkat dan martabat makhluk Allah SWT yang berpredikat wanita. Tepatlah harapan yang tergambar pada sebuah buku: Door Duisternis Tot Licht, Habis Gelap Terbitlah Terang, yang merupakan kumpulan suratsurat R.A.Kartini kepada teman-temannya di Eropa yang dibukukan oleh Mr. J.H.Abendanon. Setelah sekian dekade dilalui, Kartini-Kartini muda bermunculan, turut aktif mengisi kemerdekaan. Dari Orde Lama, Orde Baru sampai Era Reformasi telah banyak torehan sejarah yang dibuat kaum wanita di negeri ini, mulai dari bidang Olahraga, Hukum dan Peradilan, Perbankan, Keagamaan, Pemerintahan, Entertain, serta bidang-bidang lain yang membuat kita semua tertegun dan tersenyum bangga, karena wanita telah mendapatkan haknya. Namun adanya ungkapan bahwa hidup ini berpasangan benar pula adanya, ada siang ada pula malam, ada positif tentu ada negatif, berlaku pula pada wanita Indonesia. Kartini-Kartini muda yang telah berjuang mengangkat harkat dan martabat kaum wanita, KartiniKartini baru yang telah mencapai haknya dalam kesetaraan dengan kaum pria, mereka hanyut pada euforia kemerdekaannya, terperangkap hegemoni, hedonisme dan konsumerisme yang disadari atau tidak telah menjungkalkan kaum wanita pada peradaban yang hina, menyeret mereka dalam meraih prestasi semu dan menenggelamkan mereka pada kepribadian yang maya dan ambigo. Betapa mirisnya kita jika setiap hari disodori berita tentang kasus penipuan yang salah seorang pelakunya adalah wanita, pemimpin pemerintahan (wanita) yang menggelapkan uang rakyat untuk memperkaya diri dan keluarga, anggota Legislatif yang nota bene adalah wakil rakyat menjadi perantara sekaligus pelaku bagi-bagi angpao pada kolega dan kelompoknya. Ada pula wanita pengguna, pelaku penyelundupan bahkan bandar narkoba, gembong traficking. Ada lagi aparat pengayom masyarakat dan penegak hukum wanita yang terlibat tindakan amoral, juga wanita-wanita muda yang menjadi hadiah gratifikasi proyek-proyek raksasa. Demikian juga berbagai event yang dikemas sebagai pengembangan budaya dan kejuaraankejuaraan yang ternyata tidak hanya mengukur kecemerlangan otak dan atitude, tetapi mengutamakan keindahan lekuk tubuh wanita. Belum lagi bermacam-macam tontonan yang tidak mengedepankan talenta dan kemahiran seni melainkan lebih menonjolkan pornografi. Masih banyak lagi kasuskasus lain yang membuat dada terasa sesak, menahan nafas dan membuat sanubari kita tersayat meratapi sebuah pertanyaan mengapa hal demikian bisa terjadi? Adakah situasi, pergaulan dan lingkungan yang salah? Ataukah mental dan karakternya memang demikian? Jawabnya tentu beraneka ragam. Kita lalu berpikir andai Kartini masih ada, akankah ia tersenyum melihat fenomena yang demikian? Atau malah menangis menyaksikan kaumnya yang keliru dalam memaknai emansipasi dan menerapkan emansipasi secara berlebihan dan di luar batas kodrat kewanitaan? Kita berharap wanita seperti dalam frame Jawa, wanita itu wani ditoto, artinya wanita itu berada berada di garda depan dalam penerapan berbagai aturan, bisa menjadi pioner dalam persoalan etika. Karena wanita itu perempuan, kata dasarnya empu, yang berarti pokok, induk pada tanaman. Empu itu menumbuhkan akar yang menancap kuat ke dalam tanah dan menumbuhkan batang yang kokoh ke atas. Filosofi dari istilah ini adalah perempuan itu merupakan pondasi dari kokohnya sebuah keluarga, ia manager dalam mengatur biduk rumah tangganya, pendamping suami dalam berbagai suasana, pembimbing anak-anak calon penerus bangsa. Tentu ia harus berpendidikan yang layak dan berkepribadian mulia. Tidak salah bila kita menaruh harapan besar pada wanita / perempuan yang demikian ini. Wanita yang menyejukkan pandangan dan hati suami, wanita yang melahirkan, mengasuh dan membimbing generasi bangsa yang tanggap, tangguh, tranggon dan trengginas. Tepatlah kiranya ungkapan yang menyatakan bahwa kemajuan peradaban suatu bangsa ditentukan oleh wanita, bila wanitanya agung dan mulia maka mulia dan terhormatlah bangsa itu. Sebaliknya bila wanitanya tidak bermartabat tentu bangsa itu menjadi bangsa yang kehilangan wibawa. Bila ada kata bijak yang menyatakan bahwa Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati dan menghargai jasa para pahlawannya, tidak ada salahnya jika kita mengkaji cita-cita dan tujuan para pahlawan dalam berjuang meraih kemerdekaan, mendobrak kejumudan dan menguak sebuah peradaban, untuk selnjutnya kita para penerus ini yang mesti mengisi dan menghiasi kemerdekaan (dalam segala aspek) dengan perilaku yang bermakna dan bermartabat, berperan aktif dalam mewujudkan peradaban madani. Merupakan kewajiban kita untuk membuat mereka (para pahlawan) “tersenyum” melihat kiprah kita dalam berbagai bidang dengan tetap berpegang pada norma dan etika. Adalah sebuah dosa bila kita mengotori cita-cita luhur para pahlawan dengan tindakan-tindakan arogan, mengedepankan kepentingan pribadi atau kelompok dan berorientasi jangka pendek. Apa tidak terbesit keinginan meninggalkan sistem yang mapan, budaya luhur yang penuh etika dalam mengatur dan mengelola negeri gemah ripah loh jinawe ini ?! baik dalam aspek ekonomi, politik, sosial – budaya maupun pertahanan dan keamanan. Sehingga ada yang dibanggakan pada anak cucu dalam kehormatan dimata dunia. Semoga refleksi ini menggugah kita, memberi motivasi dan menjadi sumber inspirasi untuk memperindah dan mengharumkan negeri tercinta ini. *) Penulis adalah Kepala MI Muhammadiyah-2 Drajat, Baureno, Bojonegoro dan Kepala definitif MIS di lingkungan Kantor Kemenag Kab. Bojonegoro MPA 343 / April 2015 29 entrepreneurship Bila Anda berkunjung ke Jawa Timur atau khususnya ke Surabaya, jangan lupa minum kemasan alternatif pelepas dahaga, kunir asem, kunir putih, sinom, temu lawak, dan beras kencur cap “Siti Ginoek”. Walaupun kemasan itu termasuk jenis jamu tradisional, tetapi tidak akan terasa pahit karena sudah diolah sedemikian rupa, tanpa menghilangkan fungsi dan hasiyat jamunya. Syukur-syukur kalau pulangnya bawa kemasan yang banyak untuk oleh-oleh keluarga, bahkan mungkin untuk tetangga dan teman di kantor. market maupun di mall-mall”, jelas Putri, (sarjana lulusan ilmu komunikasi yang berada di blog: www.sitiginoek.blogspot.com) . Usaha ini bermula ketika di tempat kerja, Putri diberi tugas oleh atasannya untuk membeli minuman dan mengisi lemari es yang ada di ruangannya. “Hampir seminggu sekali saya belanja aneka minuman kemasan. Di deretan rak minuman tempat saya belanja, ternyata juga terdapat produk minuman tradisional seperti sinom. Di supermarket, minuman ini dibanderol dengan harga cukup mahal. Akhirnya saya beli 1 botol. Setelah mencobanya, saya dan suami sedikit kecewa dengan rasanya. Lantas produknya, saya memilih menggunakan ejaan lama. Dari ejaan Siti Ginuk yang menggunakan huruf ’U’ menjadi ’Siti Ginoek’ yang menggunakan huruf ’OE’ biar kesan klasiknya tetap ada. Karena jamu adalah minuman tradisional yang sudah ada (dari leluhur) sejak dulu”, ungkap Putri. “Produk kami, cenderung lebih segar dan tidak terasa pahit. Sehingga bisa dijadikan alternatif minuman segar penghilang dahaga. Berdasarkan testimoni dari beberapa pelanggan, produk saya ini akan lebih nikmat jika diminum dingin. Saat ini, produk kami baru tersedia dalam kemasan botol ukuran 500 ml dan 1500 ml, dengan varian produk antara lain, kunir asem, kunir putih, sinom, temu lawak, dan beras kencur. Untuk kemasan 500 ml harga perbotolnya Rp.6.500.-, sedangkan kemasan 1.500 ml dibanderol Rp.18.000,-. Mengenai bahan Adalah Putri pusparini, seorang karyawati salah satu bank di Surabaya yang sudah sekitar dua tahun lalu menekuni usahanya membuat jamu dalam kemasan itu. Usaha yang dirintis ibu muda ini, modal awalnya hanya sekitar Rp.300.000-an. Uang itu digunakan untuk membeli keperluan bahan dan botol. Tapi karena banyaknya permintaan untuk produk lain, akhirnya Putri (begitu ia biasa dipanggil) mulai membuat kemasan kunir putih, sinom, temu lawak, dan beras kencur, disamping usaha awalnya kunir asem. Dengan kemasan yang higienis, Siti Ginoek mencoba menawarkan cara baru minum jamu. Ramuan jamu tak perlu pahit, melainkan harus nikmat dan tetap kaya akan manfaat. “Melalui kemasan Siti Genoek ini, saya berharap suatu saat minuman asli Indonesia ini, bisa dipasarkan dengan cara modern dan dapat bersaing dengan produk minuman yang banyak dijual di mini saya mulai berfikir, kenapa tidak membuat produk sendiri dan mencoba menitipkannya di kantor. Jika rasanya lebih nikmat dan harganya lebih murah dari harga jual di supermarket, pasti ada yang mau beli. Setelah melalui beberapa kali eksperimen untuk menemukan komposisi yang sesuai, ternyata jamu buatan saya mendapat respon cukup bagus. Beberapa teman malah menyarankan untuk membuat dalam jumlah banyak kemudian memasarkannya di luar kantor”, ujar Putri. “Kata ’ginuk’ yang bermakna gendut atau tambun adalah kata yang biasa digunakan untuk bahan candaan di keluarga besar saya. ’Siti’, adalah nama panggilan yang diberikan rekan kerja untuk saya. Ada dua orang yang dipanggil Siti, kebetulan keduanya samasama memiliki kelebihan dalam postur tubuhnya alias ginuk-ginuk. Karena itulah ’Siti Ginuk’ dipilih sebagai nama produk kami. Untuk penulisan dalam pembuatannya, kami memilih bahan yang berkualitas, menggunakan gula aseli dan tanpa bahan pengawet. Salah satu contoh resep kunir asem misalnya, bahannya terdiri dari kunir 100 gr parut kasar, asam jawa 1 sendok makan, gula pasir 200 gr, gula jawa 100 gr, dan air 2000 ml. Cara membuatnya, air dimasak hingga mendidih. Masukkan kunyit, asam jawa, gula pasir dan gula merah. Biarkan diatas kompor hingga 15 menit dan diaduk beberapa kali, hingga asam jawa menjadi lumer dan gula merah larut dalam air. Lantas angkat, dinginkan, dan saring kemudian kemas dalam botol”, tambah Putri. Maka jadilah kemasan jamu penyegar pelepas dahaga dan siap dipasarkan di lingkugan tetangga, warung-warung, depot makan dan minuman, mini market, di kantor, di toko-toko minuman dst. Anda tertarik ? Silahkan mencoba! Karena peluang tetap ada. (diolah dari tabloid lezat edisi wira usaha volume lviii) AHAR “KUNIR ASEM SITI GINOEK” 30 MPA 343 / April 2015 MPA 343 / April 2015 31 32 MPA 343 / April 2015 MPA 343 / April 2015 33 Prof. Akh. Muzakki, M.Ag, Gred. Dip. SEA, M.Phil, Ph.D Saya Bangga Jadi Anak Madrasah Tak selamanya prestasi tinggi bermula dari impian melangit. Prof. Akh. Muzakki, M.Ag., Gred. Dip. SEA., M.Phil., Ph.D semula bercita-cita menjadi seorang guru biasa. Hal itu terispirasi dari sosok sang ayah. Pria kelahiran Sidoarjo 9 Pebruari 1974 ini sangat kagum pada (alm.) Imam Syafi’i. Ayahnya tersebut benar-benar merupakan potret figur guru ideal. Dirinya begitu ikhlas dan penuh kesabaran dalam mengabdikan hidupnya bagi dunia pendidikan. Bayangkan, sejak usia 19 tahun hingga menjelang wafatnya masih tetap berbhakti di MINU KH. Mukmin Sidoarjo. “Para siswa dan guru Nahdlhatul Ulama di Sidoarjo menjadikan Bapak sebagai figur panutan,” tuturnya bangga. Meski materi kebilang kurang berkecukupan, ayahnya masih tetap setia menjadi Kepala Madrasah yang terletak di depan kantor PCNU Sidoarjo tersebut. Dan itulah satu-satunya yang menjadi sumber pemasukan keluarga. Wajar jika sepeninggalnya hanya mewariskan sepeda angin merk Phoenix warna merah yang sudah memutih dimakan usia. Itulah yang membuat keinginan 34 MPA 343 / April 2015 Muzakki untuk nyantri di pondok sambil menimbah ilmu di MAN Sidoarjo patah lantaran tak adanya biaya. “Ayah ngerti. Tapi nggak usah neko-neko. Kamu bisa sekolah di MAN saja itu sudah untung. Lha kalau kamu mondok, rasanya ayah tak sanggup menanggung biaya- nya,” katanya dengan mata sembab menirukan ucapan sang ayah. Meski demikian, tak lantas membuat Muzakki memupus cintanya terhadap sang Ayah. Sebab tak hanya keluarga saja yang takzim kepadanya. Masyarakatpun begitu mengagumi sikap kesederhanaan hidup dan istiqamah, serta keseriusan dan kedisiplinan ayahnya dalam mengajar. Muzakki kecil kerap menyaksikan rutinitas sang Ayah ketika mentari masih terbata-bata menyemburatkan sinar merah. Ayahnya sudah duduk di depan meja sambil membuat catatan, mengoreksi, lalu berangkat mengajar. Sepulang dari mengajar, diapun masih berkutat dengan tugas keguruan dan keumatan. “Hmm.. indah sekali hidup semacam itu,” gumam alumni MINU Plipir dan MTsN Sidoarjo ini takjub. “Itulah pasalnya, sedari kecil saya sudah punya keinginan kuat menjadi guru seperti Bapak,” tukasnya berapi-api. Niatan menjadi seorang “Oemar Bakri” itu terwujud saat dirinya berhasil menyelesaikan S1nya di Jurusan Pendidikan Bahasa Arab Fakultar Tabiyah IAIN Sunan Ampel Surabaya pada tahun 1996. Tanpa canggung dan malu Prof Muzakki saat memberikan orasi ilmiah saat pengkuhan guru besarnya Berpose bersama keluarga tercinta seusai pengukuhan guru besar saban pagi Muzakki mengayuh sepeda butut peninggalan mendiang sang Ayah. Dari rumahnya ke ‘Madrasatul Alsun’ berjarak lebih dari 5 Kilometer. “Meski waktu itu banyak siswa yang bermotor dan bahkan bermobil, saya sama sekali tak merasa malu. Lha wong bapak saja mengendarainya seumur hidup kok,” kilahnya datar. Toh roda kehidupan di tahun 1998 akhirnya berubah. Muzakki diangkat menjadi dosen di UIN Sunan Ampel Surabaya. Karena saudaranya tak tega melihat dirinya bolak-balik Sidoarjo-Surabaya naik angkutan umum, mereka patungan untuk membelikan motor. “Sejak saat itu saya merasakan nyamannya naik motor,” ucap alumnus program pembibitan dosen Perguruan Tinggi Keagaman Islam Negeri angkatan X/ 1997 ini sambil melepas tawa. Seiring kegiatannnya menjadi dosen, iklim intelektual kampus membawanya untuk terus mengasah wawasan dan meningkatkan kapasitas keilmuannya. Lebih-lebih ketika lelaki berkacamata minus ini berhasil menyelesaikan program magisternya di UIN Sunan Ampel Surabaya program studi Pemikiran Islam di tahun 2001. Meski sesungguhnya, alam intelektualitas Muzakki sudah terasah sejak berada di bangku ‘Madrasatul Alsun’. Di lembaga bahasa inilah, Dekan Fak. Fisipol dan FEBI ini mulai berkenalan dengan karya ilmuwan dunia seperti Ferdinand de Saussure, Leonard Bloomfield, Avram Noam Choamsky dan Michael Halliday. Juga ilmuwan klasik seperti Sibawaih hingga Kontemporer seperti Thoha Husein, Ismail Siniy dan Ibrahim Anis. “Di sinilah pikiran intelektual saya untuk pertama kalinya ditempah,” ucapnya mengenang. Alhasil, madrasahlah yang telah menjadi kawah candradimuka penempaan jiwa ilmuwan Sekretaris PWNU Jatim ini. Sebab mulai pendidikan dasar hingga menengah diselesaikannya di madrasah. “Saya bangga jadi anak madrasah,” katanya penuh semangat. Baginya, madrasah telah memberinya fondasi yang kokoh dalam kelimuan. Madrasah pula yang telah memberi kunci dasar moralitas yang terintegrasi kedalam kehidupan. Konsep pinter sebagai simbol akademik dan bener per- Arab. Lantas dirinya berhasil menyelesaikan program master bidang Antropologi Asia Tenggara (2003) dan master bidang Sosiologi (2005) di Australian Nasional University (ANU), Canberra, Australia. Empat tahun kemudian pemilik tiga gelar master ini sukses merampungkan studi S3nya bidang Sosiologi Media dan Islam di University of Queensland, Australia. Kepakarannya kian lengkap setelah mantan pengajar di Faculty of Asian Studies ANU dan di Indonesian Culture Program di Australian Defence Force Academy (ADFA@UNSW) ini dikukuhkan sebagai Guru Besar bidang Sosiologi Pendidikan. Penganugerahan yang dilangsungkan pada 4 Maret lalu di Audotarium UIN Sunan Ampel Surabaya ini, dihadiri langsung oleh Sekretaris Jenderal Kemenang RI Prof. Dr. Nur Syam, MSi. Apa yang telah diraihnya, terutama bagi keluarganya, benar-benar merupakan sebuah keajaiban. Sebab peluang memperoleh beasiswa waktu itu masih sangat terbatas. Tak seperti sekarang, beasiswa telah dibuka lebar-lebar. “Saat ini tak boleh lagi orang menjadi Prof Muzakki bersama kedua buah hatinya saat menempuh program doktoral di Univesity of Queensland Australia lambang moralitas, telah berhasil dikom- bodoh karena alasan miskin,” tandasnya. Kini Muzakki bersyukur penuh takbinasikan dalam proses pembelajaran di madrasah. “Madrasah adalah penanam zim. Dan memang tak selamanya presbenih moralitas dan intelektualitas yang tasi tinggi bermula dari impian melangit. handal,” ujarnya serius. Terbukti, dirinya yang bercita-cita sederBekal itulah yang mengantarkan hana menjadi guru biasa, justru mengsuami Erna Mawati menjadi ilmuwan antarkannya ke puncak karir akademik lintas disiplin keilmuan. Bermula dari sebagai seorang Guru Besar termuda di spesialisasinya dalam bidang bahasa UIN Sunan Ampel Surabaya. pri MPA 343 / April 2015 35 Belajar Metodologi Pendidikan Agama Sampai ke Negeri Inggris Oleh: Bagus Mustakim* Awal desember lalu, Kementerian Agama RI, melalui Direktorat Pendidikan Agama Islam pada Sekolah, memberangkatkan 30 orang guru Pendidikan Agama Islam (PAI) beserta 6 orang Kepala Bidang Pendidikan Agama Islam pada Sekolah untuk mengikuti Training of Trainers on Teaching Methodology of Islamic Religious Education di Universitas Oxford Inggris. Kegiatan berlangsung mulai tanggal 8-12 Desember. Selama lima hari, peserta training belajar tentang metodologi pembelajaran pendidikan agama dari dosendosen Departemen Pendidikan Universitas Oxford. Peserta juga melakukan kunjungan ke beberapa sekolah di kota Oxford dan melihat langsung praktik pembelajaran pendidikan agama di dalam kelas, mulai dari tingkat dasar (primary school) sampai tingkat menengah (secondary school). Keberadaan pendidikan agama di Inggris ternyata memiliki kesamaan sejarah dengan pendidikan agama di Indonesia. Seperti Indonesia dengan pesantrennya, sejarah pendidikan agama di Inggris bermula dari pendidikan keagamaan yang diselenggarakan oleh gereja. Benturan dengan modernisasi menyebabkan peran pendidikan diambil alih pemerintah. Pendidikan keagamaan selanjutnya bermetamorfosis menjadi pendidikan agama di sekolah. Saat ini, ada dua orientasi pembelajaran agama di Inggris. Pertama, learning about religion, yakni belajar tentang agama. Ada enam agama yang diajarkan dalam kurikulum pendidikan 36 MPA 343 / April 2015 di Inggris, yakni Budha, Kristen, Hindu, Islam, Sikhisme, dan Yahudi. Dalam hal ini, pelajaran agama diarahkan pada pengembangan aspek kognitif tentang sejarah, sosiologi, filsafat, dan antropologi agama. Kedua, learning from religion, yakni belajar berbagai nilai dalam agama-agama yang dipelajari untuk digunakan sebagai pisau analisis dalam membaca berbagai isu sosial dan budaya yang dihadapi oleh masyarakat Inggris. Misalnya pandangan agama terhadap eutanasia, aborsi, pergaulan bebas, dan lain-lain. Pembelajaran Agama Berbasis Pengalaman Seorang guru mengajukan pertanyaan tentang apa saja yang biasa digunakan orang sebagai petunjuk dalam kehidupan sehari-hari. Hampir semua siswa mengangkat tangan ingin menjawab pertanyaan. Berbagai jawaban pun meluncur satu per satu dari bibir anak-anak usia 12-13 tahun itu, mulai dari orang tua, teman, buku, polisi, sampai lampu lalu lintas, bahkan anjing. Kegiatan terus berlangsung sampai ada seorang siswa memberikan jawaban dengan setengah bertanya, “kitab suci?” “Oh tentu,” kata sang guru. Dari jawaban “kitab suci” pembelajaran berbelok arah menjadi pembahasan tentang peran kitab suci dalam masyarakat beragama. Kegiatan diawali dengan memberikan lembar kerja yang menginstruksikan siswa untuk melengkapi kata-kata dalam paragraf yang dikosongkan. Paragraf ini berisi penjelasan tentang kitab suci umat beragama dan bagaimana umat beragama menggunakannya sebagai petunjuk. Kegiatan kemudian dilajutkan dengan metode market place activity. Setiap kelompok diberi tugas untuk menjelaskan paragraf-paragraf itu dalam bentuk gambar. Ada maksimal 15 kata yang boleh digunakan. Setelah gambar selesai setiap kelompok ditugaskan untuk belanja informasi ke kelompok lain dengan meninggalkan seorang ahli di kelompoknya. Setelah selesai setiap kelompok berdiskusi dalam kelompoknya masing-masing. Seperti inilah gambaran umum pembelajaran agama pada sekolahsekolah di Inggris. Kegiatan belajar tidak dimulai dari buku. Tidak pula membahas teori-teori. Semuanya bersumber dari pengetahuan dan pengalaman siswa yang digali dan dieksplorasi dalam kelompok dengan bimbingan guru. Inilah yang disebut dengan pembelajaran berbasis pengalaman (experience based learning). Kelas-kelas di sekolah yang dikunjungi oleh peserta training sungguh luar biasa. Guru tidak banyak mendominasi. Dalam satu jam pelajaran (sekitar 40-45 menit), guru berbicara tidak lebih dari 10 menit. Adapun yang dilakukan guru adalah membagikan lembar kerja kepada sekelompok siswa, mengamati pengerjaan lembar kerja itu secara berkelompok, mendengarkan komentar siswa dari berbagai kelompok, menjawab secara singkat beragam pertanyaan, dan memberikan apresiasi terhadap komentarkomentar siswa. Dalam waktu 45 menit itu ada 4 sampai 5 lembar kerja yang dikerjakan siswa secara berkelompok. Mereka antusias mengerjakan tugas yang diberikan, bertanya kepada guru tentang berbagai persoalan yang terdapat di dalam lembar kerja, dan memberikan komentar tentang tugas yang diberikan. Ada satu hal yang tidak lazim dalam kegiatan pembelajaran di Inggris jika dilihat dari kebiasaan di Indonesia. Lembar-lembar kerja yang dikerjakan oleh siswa ternyata tidak dinilai. Lembar kerja itu hanya didokumentasikan saja. Bahkan ada beberapa sekolah yang tidak mendokumentasikan lembar kerja itu. Lembar kerja hanya berfungsi sebagai sarana belajar, bukan menjadi instrumen penilaian. berupa penguasaan sekaligus pengujian kebenaran suatu teori. Karenanya meskipun pembelajaran berpusat pada siswa, ruh dari kegiatan pembelajaran itu tetap saja berorientasi pada penguasaan materi. Dus meskipun kurikulumnya berbunyi berbasis kompetensi, pada akhirnya tetap berbasis pada materi. Pada aspek penilaian, penilaian pada pembelajaran di kelas-kelas yang diobservasi di atas jauh lebih sederhana. Sementara dalam K13 guru dituntut memberikan penilaian terhadap semua proses dan hasil belajar. Penilaian berbasis pada semua kompetensi. Dalam satu bab, ada sekitar 3-4 kompetensi pengetahuan yang harus dikuasai siswa. Setiap kompetensi dikembangkan Adapun penilaian dilakukan dengan memberikan tugas kepada siswa untuk menyusun essai tentang tema tertentu. Essai ini pun tidak dinilai secara langsung oleh guru. Guru justru menanyakan kembali kepada siswa tentang kemampuan mereka dalam menyusun essai. Siswa diminta menandari sendiri kata-kata kunci dalam essai itu. Penilaian baru akan dilakukan terhadap tugas akhir. Tugas akhir berbentuk essai yang dinilai secara deskriptif berdasarkan kemampuan kognitif dalam taksonomi Bloom. Penilaian diberikan secara kualitatif dengan memberikan deskripsi untuk menunjukkan tingkat kemampuan kognitif siswa dalam kegiatan pembelajaran. Membaca Ulang Moratorium K13 Jika dibanding dengan K13, desain pembelajaran di atas terlihat lebih dinamis. Meskipun pembelajaran K13 dikembangkan berdasarkan pendekatan saintifik, rata-rata praktik pembelajaran tetap berbasis pada materi atau teoriteori tertentu. Arah pembelajaran menjadi beberapa indikator. Kalau 1 kompetensi dikembangkan menjadi 3 indikator, maka dalam satu bab guru harus menyiapkan 9-12 instrumen penilaian. Instrumen ini belum ditambah kompetensi sikap dan keterampilan. Sehingga rata-rata dalam satu bab, guru harus menyiapkan 15-20 instrumen penilaian. Setelah instrumen ini dikerjakan siswa, guru masih punya kewajiban untuk melakukan pensekoran dan penilaian. Kalau dalam satu kelas ratarata 30 orang siswa dan setiap guru memegang rata-rata 10 kelas, maka dalam satu bab guru harus melakukan pensekoran dan penilaian terhadap 4500-6000 instrumen. Belum lagi jika ada ujian tengah semester dan akhir semester. Padahal dalam satu semester ada sekitar 6-7 bab. Sungguh pekerjaan yang sangat melelahkan! Sebenarnya penilaian K13 juga mengarah pada penilaian kualitatif. Penilaian diberikan dengan memberikan deskripsi terhadap tingkap kemampuan belajar siswa. Sayang, pada praktiknya banyak guru yang terjebak pada angkaangka kuantitatif yang dikumpulkan dari instrumen penilaian. Di samping karena persoalan mindset guru, faktor banyaknya instrumen yang harus dihadirkan guru juga menjadi salah satu faktor pendukung terjadinya disorientasi penilaian. Dengan banyaknya instrumen, guru akan berpikir pragmatis. Dalam hal ini angka dapat mempermudah guru dalam menyelesaikan tugasnya. Akibatnya ketika memberikan nilai akhir, guru hanya melakukan penilaian dengan menarik rerata dari angka-angka yang sudah dikumpulkan sebelumnya. Rerata ini kemudian disusun menjadi deskripsi penilaian. Karenanya deskripsi dalam raport tidak menunjukkan tingkat kompetensi pengetahuan siswa melainkan menunjukkan rerata pencapaian nilai. Ada baiknya pada masa moratorium K13 ini, dikembangkan kajian intensif dan mendalam tentang konsep kurikulum K13, khususnya masalah penilaian. Sehingga moratorium tidak sekedar dibaca sebagai masa menunggu kesiapan teknis, melainkan juga sebagai masa perbaikan konseptual. Pertama, masalah penilaian bisa dibangun mulai dari cara memahami kompetensi dasar (KD). Penajamannya harus diarahkan pada aspek kompetensi, bukan pada penguasaan materi. Karenanya rumusan indikator pembelajaran terletak pada taksonomi kompetensi bukan pada pengembangan materi. Kedua, penyederhanaan bentuk penilaian. Guru tidak perlu disibukkan dengan ragam bentuk dan instrumen penilaian. Titik tekan kurikulum lebih baik difokuskan pada keterampilan guru dalam proses pembelajaran, yakni bagaimana guru mampu menghidupkan kelas dan memotivasi semangat belajar siswa. Ketiga, pekerjaan terberat tetap pada perubahan mindset guru. Dalam hal ini ada pepatah arab yang berbunyi althariqatu ahammu min al maddati, wa al-mudarrisu ahammu min al-thariqati, wa ruh al-mudarrisu ahammu min kulli syai’. Ruh (mindset) guru lebih penting dari materi maupun metode apapun. * Peserta Shortcourse in Teaching Methodologi for Religious Islamic Teaching at University of Oxford England, mengajar di SMP Negeri 2 Karangjati Kab. Ngawi MPA 343 / April 2015 37 Membumikan Semangat Bumi Wali Oleh : Agus A Roziqin *) jalan menuju hakikat dan makrifat. Pemerintah Daerah KabupaBukan hanya gebyar dalam gemuten Tuban mempunyai jargon ruh ibadah yang dengan mudah ingin menjadikan Tuban sebagai dihinggapi benalu riya’ atau ujub kota wali dalam pengertian yang tetapi kesungguhan dan keihlasan sebenarnya, bukan sekedar jargon yang melahirkan sikap rendah hati apalagi sekedar abang-abange (tawadhu’). Ini dimensi spiritualilambe. Secara historis Tuban tas yang harus kembangkan, saat mempunyai akar sejarah yang kuat ilmu yang menjelma menjadi persebagai kota wali, hampir di setiap buatan atau amaliah. sudut kota terdapat makam wali. Aspek spiritualitas memang Artinya, pada zaman dulu Tuban personal, tetapi ulul amri (pememempunyai peran penting dalam rintah) mempunyai kewajiban penyebaran agama Islam. Wali Masjid Aschabul Kahfi Perut Bumi Al-Maghrobi, memberikan ruang dan fasilitas identik dengan dakwah Islam, tiSemanding Tuban agar nilai-nilai itu bisa berkemdak hanya dakwah dalam pengertian konteks ilmu keagamaan tetapi juga juga nilai-nilai budaya dan sosial di bang, dengan tujuan bisa menjadi nilai dalam membangun dan mengembangkan dalamnya. Wali tidak hanya pencapaian bersama. Jika itu sudah menjadi nilai bernilai-nilai sosial. Dengan demikian sa- spirititual tetapi juga pencapai sosial. sama maka negeri yang diimpikan sebangat wajar jika Pemda Tuban menyan- Dengan kata lain tidak hanya “gelar” gaimana firman Allah “Jikalau sekiradangkan kota Tuban dengan julukan pencapaian spiritualitas tetapi penca- nya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, Pastilah kami akan Bumi Wali, karena adanya nilai historis paian sosial dan budaya. yang kuat. Yang menjadi pertanyaan baDari konsep ini, maka jargon “Buwi melimpahkan kepada mereka berkah gaimana mengimplementasikan jargon Wali” merupakan sebuah konsep yang dari langit dan bumi, tetapi mereka itu dalam kehidupan nyata !? hebat dalam membangun masarakat, dan mendustakan (ayat-ayat kami) itu, Wali dalam mayoritas tradisi Islam, sudah menjadi sesuatu yang lumrah se- Maka kami siksa mereka disebabkan termasuk di Indonesia, tidak hanya iden- suatu yang hebat membutuhkan perju- perbuatannya.” (Al-A’raf 96) akan tertik dengan ayat “Ingatlah, sesungguh- angan yang panjang. Ada beberapa fak- wujud dalam kehidupan nyata, bukan nya wali-wali Allah itu, tidak ada ke- tor yang menarik mengapa Bumi Wali hanya dalam konsep saja. Peran pemerintah dalam mengemkhawatiran terhadap mereka dan ti- menjadi sesuatu yang menarik sebagai dak (pula) mereka bersedih hati. sebuah konsep pembangunan sebuah bangkan kajian keislaman yang lebih massif ditunggu oleh masarakat, upaya (Yaitu) orang-orang yang beriman dan kota. mereka selalu bertakwa. Bagi mereka Pertama, dimensi spiritualitas, memakmurkan tempat ibadah perlu menberita gembira di dalam kehidupan di artinya harus ada upaya mengembang- jadi agenda utama, karena tidak mungkin dunia dan (dalam kehidupan) di kan kesadaran dalam nilai-nilai agama. menumbuhkembangkan spiritualitas akhirat. Tidak ada perobahan bagi Beragama dalam konsep seorang wali, tanpa adanya ghirah beribadah dalam kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. pastilah bukan sekedar ibadah yang ter- jamaah. Tempat Ibadah adalah tempat Yang demikian itu adalah kemenangan penjara dalam kesempitan ilmu fiqih dimana spiritualitas ditanamkan, nilai yang besar.”(QS Yunus 62-64) tetapi tetapi ibadah yang meniti dan merintis luhur ditebarkan, agar kelak bisa me38 MPA 343 / April 2015 manen nilai-nilai kemuliaan. Kedua, tasamuh dalam beragama. Salah satu keagungan para wali dalam mengembangkan Islam adalah tinggi sikap tasamuh, makna tasamuh adalah sikap mengedepankan mencari persamaan daripada mengembangkan perbedaan yang berujung pada konflik, ia semacam sikap toleran yang bersumber dari keinginan mencari kebersamaan atau dalam istilah agama dianggap sebagai “kalimatus sawa’ --pada tataran sosial menjadi semacam common platform atau nilai bersama yang telah diterima secara kolektif oleh suatu masyarakat. Ada yang mengkritik bahwa cara dakwah para wali adalah layyin atau dakwah yang lembek, karena memberi ruang terhadap perkembangan nilai-nilai adat dalam agama. Sehingga unsur animisme, dinamisme, serta tradisi hindu dan budha. Kritik itu mengabaikan dinamika sejarah dan budaya dalam sebuah masarakat, padahal dalam masarakat selalu ada dialektika antara agama dan budaya, para wali berdakwah dengan pendekatan seperti itu, maka Islam masuk ke Indonesia tanpa harus melewati konflik sosial, seperti perang dan berbagai macam konflik lainnya. Para wali menghargai keragamaan dalam agama dan budaya, dengan saling menghargai maka keragamaan Islam tumbuh secara perlahan namun mempunyai akar yang kuat dalam harti umat Islam. Ketiga, mengembangkan kualitas umat lewat pendidikan. Wali juga identik dengan dunia pendidikan, menjadi guru dalam mengembangkan dan mengajarkan nilai – nilai keislaman, kehidupan wali sangat dekat dengan masarakat, bagaimana mereka orang-orang mulia itu mengembangkan masarakat dengan menjadi bagian dari masarakat. Berperan sebagai sosok yang melakukan perubahan budaya dan nilai, dari budaya dan nilai yang dekat dengan animisme, dinamisme, hindu dan budha menuju budaya dan nilai Islam. Sebuah proses transformatif yang mengagumkan, dalam tradisi Jawa dikenal sebagai “memancing ikan tanpa harus membuat airnya menjadi keruh”. Ketika Pemda Tuban ingin menjadikan Tuban sebagai “Bumi Wali”, maka pendidikan yang berbasis spiritualitas harus dikembangkan, artinya mengembangkan pendidikan spirtitual bukan sekedar ilmu tetapi juga nilai – nilai agama, lebih spesifik tentunya pendidikan agama yang mampu melahirkan generasi muda yang hidup dengan nilainilai luhur para wali, sikap tawadhu’ dan tasamuh dalam beragama, sehingga melahirkan generasi qur’ani. Dan warga Tuban akan menunggu langkah-langkah menuju terwujudnya Tuban sebagai Bumi Wali. * Alumunus IAIN Sunan Ampel dan bekerja sebagai guru di SMP N 1 Merakurak Tuban MPA 343 / April 2015 39 Ketika Tidak Menjadi Penentu Kelulusan Masihkah UNAS Curang? Oleh : Ali Mujahidin *) Perlahan tapi pasti dunia pendidikan di era pemerintahan baru ini mengalami perubahan signifikan. Setelah moratorium (penghentian) Kurikulum 2013 bagi sekolah tertentu, berikutnya Ujian Nasional (unas) yang sebelumnya menjadi penentu kelulusan siswa tingkat SMP dan SMA/ SMK sederajad kini tidak lagi menjadi penentu kelulusan siswa. Dan kabar terakhir, kementerian Pendidikan dan Kebudayaan akan mendesakralisasi unas dan menjadikan sebagai sesuatu yang rileks dan tidak mengerikan. (Jawa Pos: 17/1/2015). Tentu berbagai tanggapan pro dan kontra akan mengemuka. Bagi sebagian yang pro dengan lega dan senang hati mengamini kebijakan ini. Karena unas selama ini dianggap momok yang memberikan dampak psikologis bagi siswa, orang tua, dan guru. Sebaliknya bagi mereka yang kontra menganggap apa yang dilakukan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ini sebagai langkah mundur yang jauh sekali. Pendapat pro dan kontra boleh saja, ini era kebebasan berpendapat, siapapun boleh berpendapat, toh nawaitu-nya sama, yaitu sama-sama meng40 MPA 343 / April 2015 inginkan pendidikan di Indonesia lebih baik sehingga masyarakat mendapat layanan pendidikan yang baik dan “mencerdaskan” mengingat selama ini masih ditemukan layanan pendidikan yang baik tapi “tidak mencerdaskan”. Jadi, baik pihak yang pro maupun yang kontra tidak ada maksud lain kecuali menginginkan pendidikan kita menjadi lebih baik. Untuk menjadi lebih baik memang banyak jalan yang bisa ditempuh. Keputusan mendesakralisasi ujian nasional oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anis Baswedan bukan keputusan yang ujug-ujug melainkan ada setting sosial yang cukup panjang dan “meresahkan”. Masih segar dalam ingatan kita kasus kecurangan unas di berbagai mass media. Ironisnya curang sudah dianggap sebagai suatu ‘kewajaran’. Tentu ini membahayakan bagi perkembangan bangsa dan negara ke depan dan bertolak belakang dengan hakikat dan tujuan pendidikan itu sendiri sebagai ikhtiar mulia anak bangsa dalam membangun karakter bangsa menuju bangsa yang berperadapan tinggi. Sehingga perlu dicari solusi agar unas tidak menjadi ajang latihan curang. Permasalahannya sekarang adalah apakah ketika unas tidak lagi menjadi penentu kelulusan, apakah pelaksanaan unas jujur? Jawabnya mungkin iya mungkin tidak. Keputusan unas tidak menjadi penentu kelulusan siswa paling tidak menurunkan tensi siswa, guru dan orang tua siswa. Tetapi (dalam hal ini) penulis lebih cenderung berasumsi bahwa unas belum seratus persen jujur. Mengapa? Ada sejumlah alasan; pertama, kebocoran soal unas bukan sematamata domain siswa, tetapi sudah menjadi doman institusi lembaga pendidikan yang melibatkan guru, kepala sekolah dan yang “lainnya” bahkan kecurangan itu sudah terstruktur dan sistemik (ingat kasus Lamongan). Saat itu, sekolah (lembaga pendidikan) tidak hanya menargetkan siswanya lulus seratus persen (karena itu sudah biasa), tetapi juga ada target lain yang lebih prestisius yaitu membangun prestise lembaga tersebut jika nilai rata-rata kelulusan tinggi, apalagi siswanya mendapat peringkat tertinggi, maka kepala sekolah dan guru lebih bangga, kepalanya akan mengkorok (bahasa Jawa). Kelihatannya budaya bersaing antarsekolah masih tinggi, sehingga meskipun unas tidak dijadikan penentu kelulusan magnet menjadi sekolah (yang dianggap) berprestasi masih cukup kuat, oleh karena itu kecurangan masih terjadi di sana-sini dengan intensitas rendah. Sejatinya persaingan antar lembaga pendidikan itu positif manakala dikelola dengan sistem yang baik. Tetapi akan menjadi tidak baik manakala dijalankan secara instan. Sesungguhnya bila ingin membangun prestise lembaga pendidikan harus dimulai dengan membangun sumber daya insaninya, yaitu tenaga pendidik dan kependidikannya. Bersamaan itu juga membangun sistem yang baik; adil, jujur, transparan, akuntabel, kreatif, inovatif, orientasi pelayanan, dedikatif dan kolaboratif. Secara demikian sebuah lembaga pendidikan akan menjadi baik dan secara linier output dan outcome-nya menjadi baik pula. Kedua, unas tahun 2015 masih berlangsung secara konvensional (tidak online), meskipun sudah ada sekolah/ madrasah yang menjadi piloting unas online, tetapi prosentasinya masih kecil. Secara demikian masih terbuka celah untuk tidak jujur bagi sekolah dengan berbagai modus. Berbeda dengan unas online, akan lebih baik dalam mencegah kecurangan. Oleh karena itu pelaksanaan unas online sesungguhnya harus mendapat perhatian lebih dari serius dari pengambil kebijakan agar unas online sgera terealisir. Dan kalau unas online ini dijalankan, negara menghemat APBN triliunan rupiah karena tidak usah belanja percetakan naskah soal, belanja jasa pengamanan, dan belanja jasa distribusi naskah dan belanja jasa pengawasan yang super ketat dan bertingkat-tingkat. Betul-betul efesien. Tidak ada pencetak- an naskah, tidak ada keterlambatan pengiriman soal, tidak ada penjagaan kepolisian, dan yang paling jos tidak ada lagi kebocoran soal unas. Meski demikian, ada hal perlu diwaspadai dan diantisipasi yaitu server ngadat. Disamping itu, perlu diantisipasi kemampuan siswa peserta unas dalam penggunaan software dan hardware. Ketiga, (maaf) -sudah biasa- tidak jujur. Pepatah menuturkan, abiliti from habit, bisa itu karena biasa. Tanpa kita sadari, curang dalam unas sudah menjadi kebiasaan dan dianggap biasa. Merubah pola hidup yang sudah menjadi kebiasaan bukanlah hal yang gampang. Butuh waktu dan tenaga untuk merubah mindset. Dalam pelaksanaan unas sebelumnya dilakukan pengawasan yang berlipat-lipat, mulai guru, dosen dan aparat kepolisian to masih terjadi kecurangan. Itu karena sudah biasa curang. Nah, kalau kita looking to the past, para salafus shalihin (wali songo) membutuhkan waktu bertahuntahun dan kesabaran ekstra serta metode dan pendekatan yang bermacammacam dalam merubah budaya animesme dan dinamisme yang sudah mendarah daging di masyarakat. Oleh karenanya aktivisme curang dalam unas harus dicegah. Pencegahan tidak cukup hanya dengan perintah verbal oleh guru atau; ini jangan!, itu jangan!, pokoknya jangan!. Sekali lagi, belum cukup. Tetapi membutukan suatu usaha terstruktur, terencana, terpola yang bersifat inter- play antara satu dengan lainnya. Nah, dalam tataran ini tidak cukup hanya guru dan orang tua yang bisa mencegah kebiasaan tidak terpuji ini, tetapi harus dilakukan oleh segenap stakeholder pendidikan secara sinerjik dalam membangun pendidikan yang “membelajarkan” dan “mencerdaskan”. Tidak kalah pentingnya, pemerintah daerah dan legislatif seyogianya membuat regulasi pendidikan yang komprehensif dan opesional, tidak sekedar normatif. Sebab Pemerintah Kabupaten maupun Kota sangat penting dan strategis dalam mengendalikan mutu pendidikan di era otonomi daerah sekarang ini, tetapi sangat disayangkan masih sedikit Kabupaten/Kota yang memiliki Peraturan Daerah yang bagus dan mendukung peningkatan mutu pendidikan. Kalau satu Kabupaten/Kota ingin memajukan pendidikan harus didukung dengan Perda Pendidikan yang tepat. Sekaranglah saatnya memajukan pendidikan menuju masyarakat yang cerdas, kreatif, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Bukankah telah terbukti bahwa kualitas pendidikan berpengaruh terhadap indek pembangunan manusia. Oleh karena itu, jika ingin membangun suatu daerah, bangunlah pendidikan dengan segalah perangkatnya. Wallahua’lam bisshowwab. *) Guru MIN Balenrejo Kabupaten Bojonegoro. MPA 343 / April 2015 41 MTs Tarbiyatul Waton Gresik Madrasah Robotika dari Pesisir Prestasi bisa saja bermuheran jika biaya pembuatan la dari sebuah almari. Ya, almarobot menjadi murah. Ya, sisri kayu setinggi 1,5 meter dewa MTs Tarbiyatul Wathon ngan lebar 1 meterlah yang hanya butuh sekitar Rp 1,5 menjadi saksi bisu atas presjuta untuk membuat satu rotasi yang ditorehkan Tim Robot berkualitas terbaik. Rincibotika MTs Tarbiyatul Waton, annya, PCB seharga Rp 200 Campurejo, Panceng, Gresik. ribu dan dua unit dinamo maDi almari yang sejatinya milik sing-masing Rp 200 ribu. Jadi laboratorium IPA itulah, selutotalnya Rp 400 ribu. ruh alat dan perlengkapan roSedangkan harga batebotika tersimpan. “Selama ini, rai litium Rp 200 ribu dan LCD selain almari, memang tak terRp 250 ribu. Sisanya, dipersedia ruang khusus buat Tim untukkan buat membeli bebeRobotika. Bahkan almari itu rapa resistor (R), beberapa IC, sendiri juga masih ndompleng Komplek MTs Tarbiyatul Waton Gresik yang menyatu dengan beberapa dioda led dan bebedi ruang lab,” kata Mukhlis In- pesantren rapa komponen lainnya. “Sedrawan sambil terkekeh. secara bulat. Ditambah lagi, keberadaan bagian bahan-bahan tersebut harus diMeski demikian, bukan berarti pro- ekskul ini ternyata juga benyak menye- beli di Surabaya. Ada pula bahan inti ses pembinaan robotika di madrasah dot sumber dana. Tak ayal, evaluasi be- yang harus dibeli di luar negeri melalui yang berjarak 42 kilometer dari kota sar-besaranpun dilakukan pihak madra- komunitas robotika,” terang Wawan Gresik ini mengalami kendala. Justru sah demi mengurai penyebab minimnya pangilan karib Mukhlis Indrawan ini keterbatasan inilah, yang memicu para prestasi yang diperoleh Tim Robotika. bersemangat. siswa untuk terus berkarya sejak ekstra Nah, setelah semua dirakit oleh paPadahal di atas kertas, penguasan kurikuler ini didirikan tiga tahun silam. teori dan praktek sudah dikantongi para ra siswa, baru kemudian pemogramanTak hanya itu, madrasah di bawah siswa. Jika membandingkan dengan nya dilakukan menggunakan perangkat naungan Yayasan Tarbiyatul Waton ini pembinaan robotika di lembaga lain, komputer jinjing. Laptop ini berfungsi juga aktif mengirimkan siswanya meng- pembinaan di madrsah ini jauh dari untuk mengendalikan mesin robot deikuti even robotika; seperti yang dise- cukup untuk bisa menghasilkan tropi ngan nama kode Vision AVR. Dari sini lengarakan di Unair dan ITS Surabaya. juara. Sebab di sekolah lain, umumnya lalu diunggah ke mesin perangkat keras “Tapi saat itu, prestasi robotik kami ha- siswa hanya dibentuk sebagai joki atau (hardware) robot. Sedangkan perangkat nya bisa menembus perempat final hing- operator robot tanpa mengertai bagai- lunak (software) sendiri disiapkan untuk ga semi final saja,” beber guru ekstra- mana membuatnya dari nol. Sementara memerintah robot berjalan di atas line kulikuler Robotika MTs Tarbiyatul Wa- di madrasah yang terletak tak jauh dari dan memindah barang. thon ini berterus terang. Agar robot bisa dikendalikan, maka garis pantai ini, para siswa justru tak haTak kunjungnya prestasi mem- nya diajarkan sebatas menjadi operator dibutuhkan seperangkat sensor photobanggakan yang diraih menimbulkan robot, tapi juga diarahkan hingga mam- deoda dan perangkat komparator yang suara bernada protes kian menggema. pu menyusun rangkain elekronik hingga dikontrol IC pemrograman AT Mega 16. Apalagi sedari awal, pendirian eksul robot bisa dijalankan sesuai perintah. Lantas sebagai penggeraknya adalah robotika tak memperoleh dukungan Dengan kemampuan tersebut, tak perangkat motor yang terdiri dari kompo- Faizal Mubarok, SPd, MPd serius 42 MPA 343 / April 2015 Mukhlis Indrawan nen motor 1000 RPM. “Mulai tak lain warga kampung pesisir itu proses awal hingga akhir, siswa bisa berkompetisi di luar negeri. sendiri yang mengerjakan lho.. Alhasil, kini kepercayaan maTak jarang ketika mendekati syarakat terhadap keberadan malomba mereka masih memperdrasah makin meningkat. siapkan robot di rumah saya Bukan tanpa alasan madrasah hingga larut malam,” ujar Wayang berada satu komplek dengan wan menjelaskan. Pesantren Tarbiyatul Wathon ini Sementara itu, dari hasil menjadikan Robotika sebagai salah evaluasi minimnya prestasi satu ekstra kurikuler. Hal itu dilatarTim Ronotika, ditemukan bahbelakngi oleh kesadaan madrasah wa penyebab gagalnya presyang melihat dunia modern begitu tasi robotika adalah faktor getol mengkampanyekan konsep mental siswa. Rasa minder se- Tim Robotika saat memohon restu kepada Bupati Gresik smart city. Untuk menyongsongringkali menghantui mereka. sebelum berangkat ke Singapura nya tentu harus dipersiapkan maSebab dalam tiap even robotisyarakat yang smart pula. “Nah peka, siswa MTs Tarbyatul Wathon se- petisi robot se-Jawa dan Bali di Jember ngetahuan robotika sebagai dasarnya. ringkali harus berhadapan dengan sis- Line Tracer IV. Masih di bulan yang sama, Ini agar mereka kelak tidak tumbuh menwa SMA hingga kalangan mahasiswa. tim ini juga berhasil mengungguli 59 jadi generasi gagap dengan perkembaKenyataan sebagai anak pesisir peserta kompetisi Robot Elite Competi- ngan teknologi,” ucap Faiz – panggilan yang jauh dari kota, juga disinyalir turut tion 2 (Reco 2) di Institut Teknologi Na- Faizal Mubarok – dengan hati berbunga. menciutkan nyali bertanding siswa. Apa- sional (ITENAS) Bandung. Lebih penting dari itu semua, adaTiket inilah yang mengantarkan de- lah para siswa bisa mengenali dan melagi lawan yang dihadapai rata-rata berasal dari sekolah elit perkotaan. Maka pe- legasi robotika madrasah pesisir ini ber- nyalurkan bakat serta potensinya masingnguatan mental menjadi pekerjaan utama hak mengikuti kompetisi robotika tingkat masing. Jika dulu prestasi selalu diukur untuk segera dibenahi sebelum mendu- internasional di Tay Eng Soon Conven- dengan tingginya nilai akademik, tentu itu lang prestasi siswa. “Karean itu, saya tion Centre, ITE Headquarters, Singapura tak boleh diberlakukan bagi semua siswa. mewati-wanti para siswa agar tidak cepat pada 28 hingga 30 Januari silam. Lagi-lagi Sebab prestasi tak melulu harus dari jalur puas dengan menjadi delegasi madrasah catatan manis ditorehkan siswa madrasah akademik, tapi bisa juga melalui jalur non ketika berlomba. Lebih berbanggalah jika yang beralamat di Jl. Olah Raga No.56 RT. akademik. Apalagi jika skill non akademik mampu mengharumkan nama madrasah 08 RW. 02 Campurejo ini dengan masuk seperti Robotika ini juga bisa menghadirdengan membawa juara,” tandas Faizal sebagai the best 10. “Ini adalah bukti bah- kan manfaat bagi masyarakat. wa siswa madrasah juga mampu menorehMubarok, SPd, MPd serius. Dua tahun silam, sebenarnya Tim Pesan singkat tersebut ternyata kan prestasi robotika di kanca internasio- Robotika ini sudah menggagas robot ibarat mantra yang mampu menyihir ke- nal,” tukas Kepala MTs Tarbiyatul Wa- yang bermanfaat bagi para nelayan. Tepercayaan diri siswa. Terbukti Tim Ro- thon ini bangga. patnya, pada hasil karya yang diikutserSeiring prestasi tersebut secara takan pada kompetisi di ITS. Ketika itu botika yang terdiri dari Ahmad Khoirul Hadi (15), Nabil Al Annisi (14), dan Mo- otomatis membalikkan pesimisme bebe- mereka membuat robot yang mampu menhammad Harris Riqin (13) berhasil men- rapa pihak yang sempat mempertanya- deteksi tumpahan minyak di laut. “Ini juarai lomba robot tingkat nasional pada kan eksistensi ekskul Robotika. Bahkan adalah lagkah nyata yang akan terus kami masyarkat sekitar madrasah yang sebe- dorong. Tapi persoalannya saat ini agak Nopember lalu. Dalam even yang digelar Universi- lumnya tidak mengerti seluk beluk ro- tersendat lantaran kesulitan mencari mitra tas Jember pada tanggal 1 dan 2 tersebut, botikapun dibuat terbelalak dengan to- untuk pendanaan,” pungkas lelaki kelahirTim Robotika anak pesisir ini mampu me- rehan prestasi ini. Sebagian mereka sem- an Gresik 30 September 1978 ini sambil nyingkirkan 46 kompetitornya dalam kom- pat tak percaya jika Tim Robotika yang mengehela nafas. pri Tim Robot MTs Tarbiyatul Wathon saat merlaga di Singapura dan mejuarai di Universitas Negeri Jember MPA 343 / April 2015 43 Golongan Manusia Yang Beruntung Oleh : H. Ahmad Hartoyo Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah, Marilah kita tidak bosan-bosan untuk bersyukur dan bersyukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat, nikmat dan kerunia-Nya kepada kita. Sesungguhnya Allah SWT sedikitpun tidak pernah bosan untuk mencurahkan nikmat dan kasih sayang-Nya kepada kita. Rasa syukur di samping kita ungkapkan dengan lisan, yang lebih utama adalah dengan meningkatkan amal kebajikan dan meningkatkan ibadah kepada-Nya. Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah, Dalam kesempatan yang baik ini saya berwasiat, wasiat ini saya tujukan kepada diri sendiri, dan kepada seluruh jamaah jum’at yang berbahagia, yaitu marilah kita tingkatkan taqwa kepada Allah SWT dengan melaksanakan perintah-perintahNya, dan meninggalkan larangan-larangan-Nya. Dengan begitu, kita akan 44 MPA 343 / April 2015 menjadi manusia yang berbahagia, fid diini wad dunya wal akhirah. Allah SWT berfirman dalam surat Ali Imran 102 : Artinya : “Manusia yang paling bahagia ialah orang yang memiliki hati yang mengetahui, dan badan yang sabar, serta qanaah dengan apa yang dimilikinya.“ Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenarbenar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.“ Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah, Dalam kitab Nashaihul ‘Ibad, Syekh Nawawi Al-Bantani menukil ucapan Ulama ahli hikmah yang merupakan nasehat bagaimana seseorang akan memperoleh kebahagiaan : Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah, Dalam nasehat tersebut dijelaskan apabila seseorang ingin mendapatkan kebahagiaan dalam kehidupannya, yang pertama adalah hendaklah seseorang itu memiliki hati yang mengetahui, qalbun ‘alimun. Apa maksudnya? Maksudnya tiada lain adalah, hati yang menyadari bahwa Allah SWT senantiasa bersama kita, di manapun kita berada. Dengan menyadari bahwa Allah SWT senantiasa bersama kita, melihat dan memperhatikan kita, tentu kita akan berusaha mengerjakan ibadah dengan sebaik-baiknya. Bahkan segala kewajiban kita sebagai seorang Muslim, tanpa ragu segera kita tunaikan. Begitu juga dengan larangan-larangan Allah SWT, tanpa raguragu pula kita jauhi dan kita tinggalkan. Dapat dikatakan bahwa hati yang alim atau hati yang mengetahui, adalah keadaan seseorang yang senantiasa berdzikir dan mengingat Allah SWT. Marilah kita perhatikan firman Allah SWT : Artinya : “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram“ (QS Ar Ra’du: 28). Orang yang memiliki hati yang alim, sekaligus merupakan orang yang mampu menerapkan ihsan sebagaimana jawaban Rasulullah SAW ketika beliau ditanya oleh Malaikat Jibril AS tentang ihsan : Artinya : “Bersabda Rasulullah SAW, (ihsan adalah) engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, dan jika engkau tidak mampu melihatNya, maka sesungguhnya Dia melihatmu“ (HR Muslim). Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah, Kunci kedua jika seseorang ingin mendapatkan kebahagiaan, adalah badan yang sabar, badanun shabirun. Apa maksudnya? Tiada lain adalah hendaknya badan yang kita miliki ini adalah badan yang sabar jika melaksanakan ketaatan kepada Allah SWT, bukanlah raga yang malas jika diajak beribadah. Dengan memiliki badan yang sabar, seorang Muslim berusaha sekuat tenaga untuk taat beribadah kepada Allah SWT. Sekaligus ia menahan diri serta tidak melakukan perbuatan durhaka dan maksiat kepada Allah taala. Imam Ghazali mendefinisikan sabar sebagai ketetapan hati untuk melaksanakan tuntunan agama dalam menghadapi godaan nafsu syetan. Allah SWT berfirman dalam surat alBaqarah [2]: 45 Artinya : “Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu.“ M. Quraish Shihab dalam Tafsir al-Mishbah membagi sabar menjadi dua bagian, pertama sabar jasmani yakni kesabaran dalam menerima dan melaksanakan perintah-perintah agama yang melibatkan anggota badan, dan kedua adalah sabar rohani, menyangkut kemampuan menahan godaan nafsu yang selalu mengajak kepada kejelekan. Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah, Kunci ketiga jika seseorang ingin mendapatkan kebahagiaan, adalah berlaku qonaah terhadap segala ketentuan yang telah ditakdirkan Allah SWT kepadanya. Wa qona’atun bima fil yadi. Seorang yang qona’ah akan ridha dengan apa yang diterimanya sebagai anugerah dari Allah SWT, bahkan seandainya anugerah itu hilang dari kepemilikannya, ia akan tetap tenang. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari sahabat Abdullah bin Amer RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda : Artinya : “Sungguh beruntunglah orang yang telah memeluk agama Islam dan cukup rezekinya, serta Allah memberi kepuasan kepadanya terhadap apa yang Allah karuniakan itu.“ (HR Muslim). Orang yang berlaku qanaah akan menyadari bahwa betapapun banyak harta yang dimilikinya, ia tetap yakin kebutuhan manusia yang utama hanyalah kesehatan, rasa aman dan makanan yang cukup pada hari itu. Karena itu selama kebutuhan utama itu tercukupi, orang yang berlaku qonaah akan bersyukur dan merasa puas dengan segala nikmat Allah itu. Hatinya akan tenteram dan berbahagia serta menganggap ia telah memperoleh anugerah yang teramat besar dari Allah SWT. MPA 343 / April 2015 45 Pengasuh : dr. H Rasyid M Tauhid-al-Amien, MSc., DipHPEd., AIF. Ca Cervix Tak semenakutkan Kangker Mulut Rahim? Kalau kita bicara tentang Ca cervix, mungkin banyak orang yang tidak menghiraukan; berbeda dengan jika kita membicarakan Kangker Mulut Rahim, padahal keduanya sama. Keadaan seperti itu mungkin juga kita jumpai ketika orang bicara tentang CVA ataukah stroke (baca: strok). Klinik. Untuk tidak menakutkan, kalangan medis sering hanya menuliskan Ca cervix ketika mengirim surat konsult ataupun jawaban ke dokter lain. Hal ini dilakukan untuk menjaga perasaan penderita maupun keluarganya, terutama jika dikhawatirkn pasen akan syok jika tahu penyakitnya; dokter tidak ingin terganggu oleh keributan karena ada penderita “syok” di tempatnya. Apalagi menurut “tata tertib” zaman dulu penderita memang tidak boleh tahu tentang penyakit yang di deritanya; berbeda dengan zaman sekarang yang penderita punya hak untuk memperoleh informasi tentang penyakitnya, termasuk obat yang diberikan ataupun tindakan yang dilakukan kepadanya. Ca adalah singkatan untuk carcinoma, kangker; cervix (lengkapnya cervix uteri) sebenarnya bermakna “leher rahim”. Rahim berbentuk seperti jambu air terbalik. Leher rahim dalam gambaran jambu itu adalah bagian yang dekat tangkainya, yang pada pemeriksaan dari vagina (liang sanggama) tapak seperti “mulut dengan bibir yang terkatup”; di belakang mulut ini ada saluran yang kian ke atas menjadi rongga rahim (cavum uteri). Kangker rahim seringkali bermula dengan munculnya gejala awal di mulut rahim ini; oleh karena itulah untuk kemudahan selanjutnya di sini digunakan sebutan “kangker rahim” saja. Pada awalnya kangker rahim ini berupa perubahan struktur sel-sel yang membentuk mulut rahim itu, yaitu terjadinya perubahan menjadi sel ganas (metaplasia, kangker), dari jumlah yang sedikit kemudian dapat tumbuh “menjalar” menjadi banyak ke kiri-kanannya. Lebih jauh sel-sel ganas ini dapat menyebar di dalam rahim itu saja maupun ke jaringan di sekitarnya sehingga menimbulkan perlekatan-perlekatan. Jika lebih parah lagi tidak mustahil kangker rahim ini mengalami metastase, yaitu adanya selsel kangker yang “lepas” kemudian, “bibit 46 MPA 343 / April 2015 kangker” ini terbawa oleh aliran darah, dan tumbuh di tempat lain yang jauh dari rahim, misalnya di paru-paru. Penyebab timbulnya kangker secara umum adalah rangsangan fisik ataupun kimiawi yang berulang-ulang dan lama. Infeksi mulut rahim yang tidak ditangani dengan baik berpeluang memudahkan munculnya kangker mulut rahim; 99,7% kangker ini disebabkan oleh kuman yang berupa human papilloma virus (HPV) jenis yang onkogenik (pemicu kangker). Infeksi seperti ini dapat bermula berupa munculnya keputihan yang disertai dengan sedikit perdarahan, terutama sesudah “kumpul. Jika keputihan ini tidak sembuh (berulang kali timbul) dengan pengobatan “biasa” (menggunakan antibiotika yang memadai) harus dicurigai telah terjadi proses keganasan. Data statistik yang ada menunjukkan bahwa perempuan yang sering bergonta-ganti pasangan hubungan seksual itu akan lebih besar berpeluang untuk terserang kangker rahim ini. Di Indonesia hanya 5 persen yang “bersedia” menjalani skrining (penya- ringan) untuk mencari kemungkinan adanya kangker mulut rahim; akibatnya 76,6 % pasien itu, ketika terdeteksi sudah berada dalam tingkat lanjut, yang sudah sulit menanganinya. Mungkin kenyataan ini karena kangker rahim ini di tahap awalnya memang biasa tanpa menunjukkan gejala apapun. Padahal pemeriksaan awal yang dapat dilakukan cukuplah sederhana, yaitu dengan melakukan “Pap smear”; jika ingin lebih lengkap ditambah dengan tes yang lebih baru: Inspeksi Visual Asam Asetat (Aided Visual Inspection dengan menggunakan asam cuka sebagai penguji, AAT) maupun tes HPV (untuk mencari adanya virusnya). Di negara berkembang pemeriksaan itu telah banyak dilakukan sehingga sekitar separo jumlah penderitanya dapat diketahui sejak dini, dan masih dapat ditolong. Kanker mulut rahim pada tahap awal tidak menunjukkan gejala yang khas, ataupun bahkan bisa tanpa gejala. Pada tingkat lanjut barulah muncul gejala-gejalanya, antara lain: perdarahan “sesudah kumpul”, keputihan yang tak wajar, perdarahan sesudah mati haid (menopause) disertai keluarnya cairan yang kekuning-kuningan, berbau, dan bercampur darah. Jika diperhatikan lebih lanjut dapat dikenali adanya faktor-faktor yang cenderung memudahkan munculnya kangker rahim ini, yang meliputi faktor alamiah, kebersihan, dan aktivitas seksual. Faktor alamiah ini misalnya bahwa banyak menyerang perempuan yang berusia di atas 40 tahun. Semakin tua seorang perempuan maka makin tinggi peluangnya terkena kanker rahim, walaupun yang berusia muda pun bisa terkena kanker rahim. Walaupun tidak terlalu pasti, mereka yang di dalam keluarganya ada penderita kangker rahim ini perlu waspada kalaukalau muncul gejala-gejala kangker ini. Keputihan boleh dibilang wajar jika muncul di sekitar masa haid, yang biasanya berupa lendir yang bening, tidak berbau, dan tidak gatal; keputihan ini biasanya hilang sendiri. Bila tidak demikian, segeralah berkonsultasi dengan dokter; kalau-kalau itu petunjuk akan munculnya keganasan sebagai akibat lanjut dari infeksi, terutama oleh virus HPV. Infeksi dapat juga terjadi sebagai akibat dari cebok dengan air yang tidak bersih, misalnya di toilet-toilet umum yang tidak terawat. Mereka yang berhubungan seksual pertama kali di usia terlalu muda lebih berpeluang mengidap kangker rahim ini. Berganti-ganti pasangan seks juga akan meningkatkan risiko terserang kangker rahim; mungkin ini karena penularan penyakit kelamin virus HPV. Kangker rahim ini juga banyak terdapat pada mereka yang anaknya lebih dari 5 orang. Diagnosa. Perempuan yang punya risiko tinggi untuk terserang kangker rahim perlu secara berkala memeriksakan diri untuk melihat kalau-kalau dia telah punya tanda-tanda awal menderita penyakit ini. Pemeriksaan yang “paling sederhana” adalah pemeriksaan hapusan Papanicolau (Pap smear, sering dibaca salah “semir”), yaitu mengambil contoh sel-sel selaput lendir mulut rahim dengan mengambil sedikit lendir di situ lalu “menghapuskan” (baca: mengoleskan) lendir itu ke sepotong kaca kecil untuk nantinya diperiksa dengan mikroskop. Dari pemeriksaan ini dapat disimpulkan apakah keputihan yang diderita itu merupakan keputihan oleh infeksi “biasa”, awal dari kanker, ataukah yang berpeluang dapat berkembang menjurus ke terjadinya kangker rahim. Jika hasil hapusan Pap sudah jelas menunjukkan awal kangker, maka pada tahap lanjutnya dokter akan melakukan tindakan biopsy (operasi kecil untuk mengambil contoh jaringan mulut rahim) untuk pemeriksaan dengan mikroskop Pada awalnya kangker rahim ini berupa perubahan struktur selsel yang membentuk mulut rahim itu, yaitu terjadinya perubahan menjadi sel ganas (metaplasia, kangker), dari jumlah yang sedikit kemudian dapat tumbuh “menjalar” menjadi banyak ke kiri-kanannya. guna selanjutnya menentukan sejauh mana keadaan jaringan yang diperiksa itu, serta menentukan kemungkinan tindakan lanjutnya. Pengobatan. Pengobatan kangker rahim dapat berupa operasi, radioterapi (sinar X), ataupun kemoterapi; Pada tingkat penyakit yang berbeda, tindakannya juga berbeda, dari sekedar membuang mulut rahim, mengambil sebagian rahim, ataupun membuang rahim seluruhnya. “Pengobatan” kangker rahim dapat berupa operasi kecil (pada tingkat awal), dan kemoterapi (dikenal dengan sebutan kemo), dengan ataupun radioterapi (sinar X) untuk tingkat (stadium) akhir penyakit; diterapkan sendiri-sendiri ataupun “bersamaan”.Yang disebut sebagai stadium akhir adalah jika kangker sudah menyebar sehingga tidak mungkin dilakukan pembuangan jaringan kangker itu, ataupun ternyata diketahui telah menyebar metastase ke tempat lain. Jika kangker masih kecil (kurang dari 4 cm) dan penderita masih ingin punya anak, operasi dilakukan hanya untuk memotong bagian rahim yang menjadi kangker itu saja. Jika kangker sudah besar tetapi belum menyebar biasanya ditawarkan untuk total hysterectomy (membuang seluruh rahimnya). Operasi kadang-kadang menjadi menakutkan karena dapat berbuntut perdarahan ataupun keputihan hebat. Ada juga yang kemudiannya penderita sering mengalami nyeri seperti nyeri haid padahal dia sudah tidak punya rahim. Obat yang digunakan untuk kemo ini mempunyai kemampuan untuk membunuh sel-sel muda, termasuk sel kangker yang cepat berkembang itu. Pemberian obat kemo dimaksudkan untuk membunuh sel-sel kangker yang baru tumbuh itu. Namun obat ini sering dikeluhkan karena juga “mematikan” sel-sel yang tidak seharusnya ikut mati, misalnya sel rambut (mengakibatkan kebotakan karena rambut tidak tumbuh, rontok), sel darah (mengakibatkan kurang darah, mudah mengalami perdarahan, mudah lelah), sel saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan (mulut kering, mual, muntah, nafsu makan hilang). Pengaruh lainnya meliputi munculnya ruamruam kulit yang kemerahan, kesemutan, gangguan pendengaran, keseimbangan terganggu, nyeri sendi, kaki membengkak. Pencegahan. Pencegahan terhadap kanker rahim dapat dilakukan dengan program skrining (penyaringan) dan pemberian vaksinasi. Di negara maju, kasus kanker jenis ini sudah mulai menurun berkat adanya program deteksi dini melalui pemeriksaan hapusan Pap. Vaksin HPV dapat diberikan pada perempuan usia 10 hingga 55 tahun melalui tiga kali suntikan, yaitu pada bulan ke nol, satu, dan enam. Hasil vaksinasi akan jauh lebih baik jika dilakukan pada remaja putri berusia 10 hingga 14 tahun, walaupun masih dianjurkan juga dalam umur 15 hingga 25 tahun. Vaksinasi HPV terbilang mahal (sekitar satu juta) setidaknya untuk negara berkembang. Karena virus HPV ini dapat tertularkan lewat pakaian, perlu benar berhati-hati akan kemungkinan pakaian dalam yang menjadi tercemari oleh virus dari pengidap penyakit kanker serviks, misalnya ketika mencuci bersama di laundry. Penutup. Walaupun ada juga yang menyimpang, kangker awal tergolong “mudah” diatasi; adapun yang sudah parah ada kalanya menjadi tidak dapat lagi diatasi dengan pembedahan, obat (kemo), ataupun penyinaran. Oleh karena itulah pemeriksaan dini perlu dilakukan sejak dijumpai keputihan dengan perdarahan yang berulang timbul atau yang “sulit” diatasi. Bagi yang sudah terlanjur mengidap kangker rahim dan sudah “sembuh” setelah mendapat pengobatan, perlu diingat bahwa kangker rahim dapat saja muncul kembali. Oleh karena itulah mereka ini perlu patuh menjalani pemeriksaan ulang setiap 3-6 bulan sekali; namun demikian jika sebelum itu ada terasa munculnya keadaan terganggunya kesehatan segeralah ke dokter kembali untuk pemeriksaan ulang seperlunya, misalnya hapusan Pap maupun foto ronsen. Semoga uraian di atas bermanfaat. MPA 343 / April 2015 47 Pengasuh : Drs. Ahmad Busyairi Mansur, MM A. Reading (Wacana) ACCEPTING AN INVITATION A bdullah ibn Umar r.a. narrates that the Holy Prophet said: "The person who is invited amongst you by his brother should accept the invitation whether it is a wedding invitation or anything similar to it" (Muslim). Jabir ibn Abdullah r.a. narrates that the Holy Prophet said: "If anyone of you is invited to partake of meals, he should at least accept the invitation. There after he may partake of it if he desires or he may totally abstain from it." (Muslim) Abu Hurairah r.a. narrates that the Holy Prophet said: "If anyone of you is invited for meals, he should accept the invitation. If he is fasting, he should make duaa (of goodness and blessing) for the inviter (some maintain that he should set out and perform salaah at the host's house), and if he is not fasting he should partake of the meal." (Muslim) No excuse will be entertained in declining an invitation. However, if wine and other intoxicants are provided at the invitation or food will be eaten out of gold and silver utensils or there is a fear of any other evil, one should on no account accept the invitation. If uninvited people accompany one who is invited, he should firstly seek the host's consent so that he is not annoyed and disheartened (by the arrival of an uninvited guest). Abu Masood Badri r.a. narrates: A certain person invited the Holy Prophet over for meals. Including the Prophet, food was prepared for 5 people. On the way to the invitation, a sixth person joined them. When the group arrived at the door of the host, the Holy Prophet: " This Person has also joined us, if you wish to, you may permit him or else he will return." He (the host) said: "O Prophet of Allah, I don't mind him partaking of the meal." (Muslim) Abdullah ibn Masood r.a. says that the Holy Prophet said: "Accept the invitation of he who invites you. Avoid declining a gift and refrain from annoying the muslims." (Muslim) Source: The 40 Pathways to Jannah by Sheikh Khalid Sayyid Ali B. Vocabulary (Kosakata) excuse : alasan entertained : terhibur declining : menurun however : namun intoxicants : minuman keras provided : disediakan utensils : peralatan evil : jahat account : perhitungan accept : menerima accompany : menyertai seek : mencari consent : persetujuan annoyed : jengkel disheartened : kecewa arrival : kedatangan narrates : meriwayatkan including : termasuk permit : ijin C. Dialogue Hamman Zahra : : H : Z H Z H Z : : : : : 48 AT A BANK Assalamu'alaikum. Good morning. Wa'alaikumsalam. Good morning, Sir... Welcome to Marzuqoh Bank. How can I help you? I'm very curiousabout your bank, Marzuqoh Bank. Please give me some information abaout your bank. Have a seat please. Thanks Well, Mazuqoh is an Islamic Bank. An Islamic Bank? But I'm not a moslem. Don't worry, Sir. An Islamic Bank is not exclusively for Moslem. It is operated based on MPA 343 / April 2015 H Z : : H Z : : H Z : : H : Z : H: : Z H : : Z : H Z : : the principles of shari'a or Islamic law, but it is for everybody, Moslem and non Moslem as well. I see. So what do you offer to your customers? Like any other banks, we offer financial services like saving, deposit, transfer and investment. So, what's the difference with ordinary banks? The first difference is that we do not apply the interests as interest is prohibited by Islamic law. How do you earn money then? We apply profit sharing. Our customers share a part of their profit with us. You earn money from us and you call it differently. What's the difference with interest? The second difference is that we share risk not only profit. So in our principle, Marzuqoh bank invest our money in your bussiness. If you make money, you will share it with us. But if you don't make money, then you will share risk with us. Isn't that much fairer than ordinary banking? That's great! How about my earning? If I put money inyour bank, will you share us your profit? Yes, Sir. We will share a portion of ours to you. Hmm..., It is getting more interesting. Please tellmeabout your saving and investment services. If you meet my needs then I would like to be your customer. I want to save and to invest my money in Marzuqoh Bank. By the way, what's the meaning of Marzuqoh? It's an arabic word which means people who receive provision from God. Very nice name with wonderful meaning. Thank you, Sir. As for our services, in brief we offer the following ones. Pengasuh : Ustd. Faiz Abdur Rozak Kosakata Macam / Jenisnya Mencakup / terdiri Bilangannya Terdiri Susunannya Susunan / Rangka Kecil Pengecilannya Terkait Asal, nasab Bina / Asal-usul Sebagai contoh dalam menterjeman seperti : Isim (kata nama) dilihat / ditinjau dari segi Jenisnya dan terbagi dua Lelaki (maskulin) dan Wanita (feminim). MPA 343 / April 2015 49 SAKAL Ponpes Denanyar Adakan Festival dan Pameran Kaligrafi Nasional Menpora Imam Nahrowi (dua dari kiri) menyaksikan pemberian kaligrafi dari tamu Maroko dan Arab Saudi. JOMBANG – Bertempat di auditorium Masjid Jami’ PP Mambaul Ma’arif Denanyar Kab. Jombang digelar acara Festival dan Pameran Kaligrafi Nasional yang dibuka oleh Menpora, Menteri Desa PDT Transmigrasi dan persatuan khottoth dari negara Maroko, Saudi Arabia dan Thailand, (11/03). Dalam sambutan pembukanya, Menpora menceritakan pengalaman masa kuliahnya yang menekuni bidang kaligrafi sebagai sumber biaya. Oleh karenanya, beliau menyemangati santri SAKAL (Sekolah Kaligrafi Al-Qur’an) untuk tetap bersemangat dan istiqomah dalam belajar. Sementara itu Sheh Belaid Hamid dari Maroko mengatakan bahwa seni kaligrafi merupakan hal yang sangat penting. Terutama membentuk karakter pemuda dalam mencetak jiwa kewirausahaan dan pengembangkan seni kaligrafi di kancah internasional. Sedangkan, Ketua Persatuan Khot Saudi Arabia Prof dr. Abdullah Futini Abdul mengatakan kebangkitan khot di Indonesia telah di mulai dari Jatim. Karena para pelajar khot nya melakukan pembelajaran taqlidi yang berstandar internasional. Acara yang juga dihadiri Kakankemenag Kab. Jombang ini diakhiri dengan meninjau lokasi pameran. •Tts Donor Darah Rutin Per Tiga Bulan, Bantu Masyarakat yang Membutuhkan Darah BONDOWOSO – Donor darah rutin per tiga bulan, kembali digelar di Kankemenag Kab. Bondowoso, (10/3). Menurut Miftahul Huda, SH Ketua PMI Kabupaten Bondowoso, pelaksanaan donor darah rutin per tiga bulan ini sudah masuk yang kedua. Sebelumnya, Kankemenag Kab. Bondowoso dalam pelaksanaan Hari Amal Bhakti (HAB) Kementerian Agama, juga selalu melaksanakan donor darah rutin. “Ini sangat membantu masyarakat saat ada yang membutuhkan darah sesuai golongan” ujarnya. Sementara itu, Suharyono, S.Ag, MH Kepala Penyelenggara Syariah mengatakan bahwa pelaksanaan donor darah sebenarnya rutin per tahun. Hanya saja, banyak pegawai yang meminta untuk dilaksanakan kegiatan donor darah rutin per tiga bulan. “Banyak yang merasa bahwa setelah donor darah badannya tambah segar dan sehat,” ujarnya. Perlu diketahui, jumlah donor darah pada per tiga bulan ini berjumlah 40 pegawai dan diharapkan pada tahun berikutnya akan bertambah. “Jumlah ini tidak terlalu banyak karena banyak Sebelum mendonorkan darahnya, seorang pendonor terlebih dahulu diperiksa tekanan darahnya oleh petugas. yang tidak tahu kalau Kemenag Bondowoso juga melaksanakan donor darah rutin per tiga bulan. Sebab sebelumnya, dilaksanakan donor darah rutin di BKBN,” jelasnya. •His Kakankemenag Kab. Tulungagung Melantik 23 Pejabat Baru Sebagai Penyegaran Para pejabat terlantik sedang mengikrarkan sumpah jabatan dipimpin oleh Kakankemenag Kab. Tulungagung. TULUNGAGUNG – Kandungan QS. Al Baqarah ayat 204 menggarisbawahi tentang sumpah yang disaksikan oleh Allah 50 MPA 343 / April 2015 SWT, baik sumpah itu terucap maupun yang terkandung dalam hati. Demikian disampaikan Kakankemenag Kab. Tulungagung H. Damanhuri, M.Ag saat mengambil sumpah jabatan 23 pejabat baru di lingkungan Kankemenag Kab. Tulungagung di aula Kankemenag setempat, (11/3) Saat memberikan sambutan pasca pelantikan, H. Damanhuri menerangkan bahwa mutasi ini merupakan penyegaran dan kebutuhan organisasi sehingga di tempat baru itu bisa muncul inspirasi baru, teman baru dan lingkungan yang baru. Di samping itu, mutasi ini merupakan ikhtiar yang dimaksudkan untuk menempatkan pejabat yang sesuai dengan karakteristik kebutuhannya. Pelantikan ini merupakan tindak lanjut musyawarah Baperjakat Kankemenag beberapa bulan lalu yang dipimpin oleh Kasubbag TU Drs. H. Imam Saerozi, M.HI. Sebanyak 5 orang dimutasi antar Satker, yakni MAN Tulungagung 1, MAN 2 Tulungagung, MAN Rejotangan serta MTsN Ngantru dan MTsN Pucanglaban. Sementara 18 Kepala KUA merangkap Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf (PPAIW) dirotasi ke tempat baru. •Fat Hadapi MTQ Tingkat Provinsi, Kankemenag Kab. Pasuruan Selenggarakan Seleksi Bupati Pasuruan HM. Irsyad Yusuf, SE, MMA saat memberikan pengarahan kepada para peserta seleksi. KAB. PASURUAN – Bertempat di Gedung Serba Guna Pemkab Pasuruan, Kankemenag Kab. Pasuruan bekerja sama dengan Pemkab Pasuruan (Kesra) mengadakan kegiatan Try Out Seleksi Peserta MTQ Tingkat Provinsi Jawa Timur ke XXVI Tahun 2015, (26/2). Kakankemenag Kab. Pasuruan, Drs. H. Barnoto, M.Pd.I dalam sambutannya menyampaikan bahwa seleksi ini dilaksanakan sebagai upaya untuk menentukan calon kafilah Kab. Pasuruan yang terbaik. Dan yang terpilih nantinya akan mewakili Kab. Pasuruan pada event dua tahunan yakni di Kab. Banyuwangi tahun 2015 ini. Oleh karenanya, para peserta diharapkan dapat menampilkan kemampuan terbaiknya. Karena yang terbaiklah yang akan mewakili Kab. Pasuruan. Selanjutnya Bupati Pasuruan HM. Irsyad Yusuf, SE, MMA dalam pengarahannya menyampaikan bahwa MTQ adalah ajang apresiasi untuk menggali kemampuan yang dimiliki peserta. Dan kuncinya adalah adanya kerja keras, dukungan dari orang tua, dan do’a. Oleh karena itu melalui kegiatan ini Pemkab Pasuruan memberikan perhatian yang sangat besar, sebab kegiatan ini berkaitan dengan Al-Qur’an yang notabenenya sebagai pegangan umat Islam sedunia. •Fin Sebanyak 13 Kepala Madrasah, Pengawas dan Kepala KUA Ikuti Sertijab dan Pelantikan TUBAN – Bertempat di aula Kankemenag Kab. Tuban, dilaksanakan pelantikan dan sertijab struktural dan fungsional 13 orang, (3/3). Acara dipimpin Kakankemenag Kab. Tuban, Drs. Abd. Wahib, M.Pd.I. dan dihadiri seluruh pejabat struktural dan fungsional Kankemenag Kab. Tuban. Dalam pengarahannya Kakankemenag Kab. Tuban mengatakan bahwa promosi dan mutasi adalah hal yang biasa terjadi. Ini dimaksudkan agar ada peningkatan kinerja dan juga penyegaran. Di samping itu, pejabat terlantik diharap mengadakan evaluasi terhadap apa yang telah dilaksanakan sehingga dapat diketahui hasil kinerja dan kekuranganya. Di antara pejabat terlantik adalah Dra. Afiyah sebagai Kepala MIN Sugiharjo Tuban, A. Harianto, S.Ag,M.HI sebagai Pengawas MIN Punggulrejo Rengel, Sahil, S.Ag sebagai kepala KUA dan PPAIW Kec. Parengan, Nur Puat, S.Ag sebagai Kepala KUA dan PPAIW Kec. Singgahan, Haris Rihandoko, S.Ag sebagai Kepala KUA dan PPAIW Kec. Rengel, Abd. Wahid sebagai Kepala KUA dan Salah seorang pejabat terlantik sedang membubuhkan tanda-tangan disaksikan oleh Kakankemenag Kab. Tuban. PPAIW Kec. Jenu, Drs. Salimin sebagai Kepala KUA dan PPAIW Kec. Plumpang, dan Fathur Rohman, S.Ag sebagai Kepala KUA dan PPAIW Kec.Widang. •Taar Seminar Nasional Pokjawas Kanemenag Kab. Ngawi Diikuti oleh Seribuan Guru Para guru madrasah dan guru PAIS yang ada di Kab. Ngawi sedang mengikuti dengan seksama jalannya seminar. NGAWI – Bertempat di RM. Notosuman Ngawi (4/3), telah diselenggarakan Seminar Nasional oleh Kelompok Kerja Pengawas (Pokjawas) Kankemenag Kab. Ngawi. Kegiatan ini diikuti 1.300 guru madrasah dan guru PAIS yang ada di Kab. Ngawi. Dalam kesempatan acara pembukaan, Kakankemenag Kab. Ngawi menyampaikan apresiasi yang tinggi karena seminar ini bukan hanya sekedar ajang silaturrahmi atau reuni. Tapi lebih merupakan acara syukuran dari para guru madrasah maupun guru PAIS yang telah bekerja keras sehingga penyelenggaraan pendidikan nasional berjalan baik dan sukses. Dengan tambahan kesejahteraan, guru diharapkan lebih giat bekerja, professional, kreatif, inovatif, disiplin serta ikhlas sehingga mampu mencetak generasi yang cerdas, tangguh, dan mandiri. Kegiatan yang bertema “Membangun Kecakapan Teknologi di Dunia Pendidikan Menghadapi Pembelajaran Abad 21” ini menghadirkan dua nara sumber yaitu Iqbal Fauzi Rakhmat, MM dari Education Program Coordinator Intel Indonesia Corporation, dan Ali Ishaq, S.Sos,I, Juara Nasional Bahan Ajar ATK. Dan di akhir kegiatan diadakan pembagian hadiah doorprize. •Guh MPA 343 / April 2015 51 PELANTIKAN PEJABAT STRUKTURAL SITUBONDO – Bertempat di aula Kankemenag Kab. Situbondo, Kakankemenag Kab. Situbondo, Drs. H. Moh. Bakri, M.Pd.I melantik pejabat struktural di lingkungan Kankemenag Kab. Situbondo, (12/3). Hadir dalam kesempatan tersebut para Kasi, Penyelenggara Syari’ah, Kepala KUA dan PPAI se Kab. Situbondo, Kepala MAN, MTsN, MIN, serta Karyawan/ti di lingkungan Kankemenag Kab. Situbondo. Sebanyak 10 pejabat yang dilantik sebagai Kepala KUA adalah Buhadi, S.Ag, M.HI (Jatibanteng), Abd. Rasyid, S.Ag, M.HI (Sumbermalang), Imamul Muttaqin, S.Ag, M.HI, (Suboh), Hasan Jazuli, S.Ag. M.HI (Banyuglugur), Erfandi, SH (Mlandingan), Imam Turmidzi, S.Ag. M.HI (Managaran), Zainul Hadi, S.Ag, M.HI (Situbondo), Drs. Abd. Rahem, M.Pd.I, (Jangkar), Zainuddin, S.Ag (Kendit), dan Moh. Kholid, S.Ag (Bungatan). Seusai melantik, Kakankemenag Kab. Situbondo Drs. H. Moh. Bakri, M.Pd.I menjelaskan bahwa alih tugas dalam kedinasan dimaksudkan agar pejabat yang telah mengabdi di tempat tugas selama beberapa tahun mendapat suasana yang baru sehingga tercipta kreativitas dan inovasi, karena tanpa adanya penyegaran suasana akan statis dan menjemukan. •Liz PELATIHAN KURIKULUM MADRASAH PAMEKASAN – Bertempat di MI Riyadatul Mubtadiin Sumber Batas Klompang Barat Kec. Pakong, dilaksanakan Pelatihan kurikulum Madrasah Program kemitaraan Australia Indonesia Fase 3 (19-22/2). Hadir dalam kegiatan ini, Mentor Kab Pamekasan dan trainer Distrik Fase 3. Pelatihan cluster kedua ini ditempatkan di satu titik dan diikuti oleh 4 madrasah. Masing-masing madrasah diwakili 10 guru penerima bantuan Block Grant Pendampingan Akreditasi Phase 3 Kabupaten Pamekasan. Acara ini juga didukung oleh Madrasah Development Center (MDC) Jawa Timur dan School System And Quality (SSQ) Kemitraan Pendidikan Australia Indonesia (AEPI). Dalam pengarahannya, Kakankemenag Kab. Pamekasan, Drs. H. M. Juhedi, M.M.Pd. berpesan agar seluruh peserta mengikuti pelatihan dengan bersungguh-sungguh sehingga menjadi pelatihan yang bermakna. Lebih lanjut beliau mengungkapkan, bahwa dengan kegiatan ini diharapkan madrasah memiliki dokumen KTSP 2006 untuk tahun pelajaran 2013/2014 dan Kurikulum 2013 untuk tahun 2014/2015 Semester Gasal serta dokumen kurikulum Perpaduan Kurikulum 2013 dan KTSP 2006 untuk tahun pelajaran semester genap 2014/2015. •Sri Mukti MENGAJAR ANAK DENGAN METODE BCM KAB. PASURUAN – Kankemenag Kab. Pasuruan mengadakan kegiatan Mengajar Anak dengan Memanfaatkan Metode BCM (Bermain, Cerita dan Menyanyi). Kegiatan ini dilaksanakan di MI Nidlomiyah Pasrepan dan diikuti oleh kepala dan guru TPQ seKec. Pasrepan, (11/3) Narasumber pada kegiatan ini adalah Rahmad Salahuddin, M.Pd.I (Penyuluh Agama Fungsional Kankemenag Kab. Pasuruan) yang menerangkan bahwa anak butuh kenyamanan dan rasa gembira ketika proses belajar. Karena anak memiliki dunia yang berbeda. Oleh karena itu, setiap anak memerlukan permainan yang menjadi dunia sejati mereka. Karena melalui permainan yang menyenangkan akan membantu anak belajar dengan mudah dan menghasilkan sesuatu. Di samping permainan – lanjutnya – metode bercerita juga dibutuhkan karena dengan cerita akan membangkitkan daya imajinasi juga membantu pengalaman batin seorang anak. Dan yang tak kalah pentingnya adalah metode bernyanyi. Namun dalam praktek di lapangan, seorang ustadz/dzah harus meniti syair dan teksnya terlebih dahulu. Sehingga lagu-lagu yang bertemakan Islam itu dapat mendukung tercapainya tujuan pendidikan Islam yang diinginkan. •Fin PEMBINAAN PENINGKATAN KINERJA PEGAWAI KEMENAG KOTA MALANG KOTA MALANG – Bertempat di aula Kankemenag Kota Malang, diselenggarakan kegiatan Pembinaan Peningkatan Kinerja dan Bimbingan Teknis Penilaian Prestasi Kerja PNS di lingkungan Kankemenag Kota Malang, (4/3). Nara sumber dalam kegiatan tersebut adalah Achmad Subhan, S.Kom dari Ortala Kepegawaian Kanwil Kemenag Prov. Jatim yang menyampaikan teori dan praktek serta beberapa hal yang terkait dengan penyusunan dan pembuatan SKP. Kakankemenag Kota Malang, Drs. H. Imron, M.Ag dalam sambutannya menyampaikan bahwa SKP adalah rencana kerja dan target yang akan dicapai oleh seorang PNS yang disusun dan disepakati bersama antara pegawai dengan atasan langsung. Salah satu manfaatnya adalah memotivasi serta mengukur keberhasilan seseorang. Sementara itu Kasubbag TU H. Muhajir, S.Pd. M.Ag selaku ketua Panitia dalam laporannya mengatakan bahwa tujuan diselenggarakan kegiatan ini adalah agar setiap PNS dan Pejabat Penilai dapat menyusun SKP sesuai dengan bidang tugas jabatan masing-masing, serta dapat mengetahui capaian SKP-nya. Kegiatan ini diikuti 100 peserta terdiri dari pengawas, guru serta KTU MAN dan MTsN. •BHN WORKSHOP PENGEMBANGAN MODEL-MODEL PEMBELAJARAN KELAS AKSELERASI JEMBER – Dalam rangka meningkatkan Mutu Pendidikan dan Daya Saing Madrasah dan Profesionalisme Guru, bertempat di aula MTsN Jember II dilangsungkan Workshop Pengembangan Model-model Pembelajaran Kelas Akselerasi(6/3). Acara ini dihadiri oleh guru-guru MTS se-Kab. Jember. Dalam sambutannya, Kakankemenag Kab. Jember Drs. H. Rosyadi BR, M.Pd.I menyampaikan bahwa workshop ini diselenggarakan oleh MTs Negeri Jember II dengan tujuan ihktiar memperkaya khazanah intelektual dan skill guru mengenai modelmodel pembelajaran yang relevan untuk diimplementasikan di kelas akselerasi. Model-model pembelajaran yang relevan ini akan mengeksplorasi pengetahuan dan peran aktif siswa dalam semua aktivitasnya. Dengan model pembelajaran yang tepat, jika diterapkan pada kelas akselerasi yang berisikan siswa/siswi yang ber IQ tinggi, maka hasil belajarnya akan sangat signifikan dan tentunya akan meningkatkan daya saing madrasah. Kakankemenag Kab. Jember juga berharap agar workshop ini dapat berjalan dengan lancar dan menghasilakan out put yang terbaik dalam upaya peningkatan mutu dan daya saing madrasah. •Ratna DIKLAT PENELITIAN TINDAKAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI MAN 2 KOTA PROBOLINGGO KOTA PROBOLINGGO – Dalam rangka meningkatkan kompetensi guru BK, MAN 2 Kota Probolinggo menggandeng ABKIN Cabang Kota Probolinggo selenggarakan Diklat Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling Bagi Guru MA/SMA/SMK/MTs/ SMP, (12-14/3). Kegiatan ini bertempat di aula MAN 2 Kota Probolinggo dan diikuti 73 guru BK dari 4 Kab/Kota (Kota Probolinggo, Kab. Probolinggo, Kab. Lumajang, dan Pasuruan). Menurut Kepala MAN 2 Kota Probolinggo, Syaiful Anwar, S.Ag, M.Pd, kegiatan ini untuk memfasilitasi guru mencapai standar kompetensi profesi yang telah ditetapkan. Sekaligus memutakhirkan kompetensi yang dimiliki itu. Sementara Ketua Panitia, Drs. Qabil Yazid, M.Pd menjelaskan bahwa kegiatan ini adalah pencerahan di dunia konseling dan diharapkan terwujud guru yang profesional, bermartabat dan sejahtera, sehingga bisa berpartisipasi aktif meningkatkan mutu pendidikan. Hadir dalam acara ini, Kasi Pendma Kankemenag Kota Probolinggo Samsur, S.Ag, M.Pd.I, Kadis Pendik Kota Probolinggo Adi Suhermanto, M.Pd, dan Ketua ABKIN Cabang Kota Probolinggo H. Ahmad Jazuli Afandi, S.Ag, S.Pd, S.Psi, MA. •Arb 52 MPA 343 / April 2015 Pokjaluh Kab. Madiun Bantu Terapi dan Santunan Kepada Korban Bencana Kusnan, M.Ag, salah seorang penyuluh sedang memberikan bantuan simbolis kepada salah seorang korban. KAB. MADIUN – Bencana yang menghampiri wilayah Kecamatan Dagangan Kab. Madiun khusunya Desa Mendak, Segulung dan Joho mengakibatkan korban jiwa dan kerusakan lingkungan yang sangat luar biasa. Di antaranya korban jiwa 2 orang, 2 rumah hanyut terbawa banjir, 40 rumah rusak dan hilangnya 5 ekor sapi dan 25 ekor kambing. Untuk meringankan beban, Kelompok Kerja Penyuluh Agama Islam Kabupaten Madiun mengadakan solidaritas kemanusiaan dengan memberikan bantuan, (23-26/2). Kegiatan diawali dengan memberikan terapi trauma pasca bencana melalui pendekatan tausiah dan sharing oleh Kusnan, M.Ag salah seorang Penyuluh Kec. Madiun. Dilanjutkan penyerahan santunan sembako dan pakaian layak pakai secara simbolis yang diwakili Dra. Hj. Suswinarsih (Penyuluh Kec. Kebonsari) kepada Kasun dan diteruskan mengunjungi lokasi bencana. Dalam sambutannya Haris Yusuf, S.Ag selaku Wakil Ketua Pokjaluh Kab. Madiun turut prihatin atas musibah yang ada. Namun semua harus diterima dengan sabar dan ikhlas karena ini adalah ujian Allah. Semoga adanya musibah ini, masyarakat lebih mendekatkan diri kepada Sang Khaliq dan menjaga lingkungan dan ekosistem alam. •Arf Delapan Pejabat KUA Dilantik Dalam Rangka Kepentingan Organisasi MAGETAN – Bertempat di KUA Kec. Ngariboyo, 8 pejabat KUA dilantik oleh Kakankemenag Kab. Magetan, Drs. H. Moch Amin Mahfud M.Pd.I (4/3/2015). Pelantikan yang berjalan secara sederhana ini dihadiri Kepala KUA se-Kab Magetan, Pengawas Agama Islam, Penghulu dan Penyuluh Agama Islam Fungsional. Dalam sambutannya, Amin Mahfud antara lain menekankan bahwa sebagai aparatur Kementerian Agama mulai saat ini harus mengubah mindset. Jika dulu ada semacam pandangan wilayah basah dan kering, untuk sekarang semua KUA di manapun sama. Harus siap melaksanakan tugas sebaik-baiknya. Apalagi sekarang semua KUA telah sepakat satu tekad melaksanakan penerapan zona integritas wilayah bebas dari korupsi, wilayah birokrasi bersih dan melayani. Pelantikan ini juga untuk kepentingan organisasi. Adapun 8 pejabat yang dilantik sebagai Kepala KUA adalah Bani Arrosid,S.Ag (Kec. Magetan), Drs. Sadali, M.Pd.I (Kartoharjo), Toyib Hadi Sucipto, S.Ag (Sukomoro), Drs. Nur Suja, Kakankemenag Kab. Magetan berharap agar pejabat terlantik dapat menerapkan integritas wilayah bebas dari korupsi. M.Pd.I (Sidorejo), Drs. Paimun, M.Ag (Plaosan), Farudi,S.Ag (Parang), Drs. Amin (Lembeyan), dan Rohmat Priyo Wibowo,S. Ag (Kec. Nguntoronadi). •Mkd Pembinaan PSK Kedungbanteng Ponorogo, Menyongsong Penutupan Lokalisasi Salah seorang Penyuluh Agama Islam Kemenag Kab. Ponorogo, tengah memberikan pencerahan para PSK. PONOROGO – Menindaklanjuti instruksi Gubernur Jawa Timur agar seluruh lokalisasi PSK tidak beroperasi lagi, jajaran stakeholder di Ponorogo berkomitmen menutup lokalisasi di Desa Kedungbanteng Kecamatan Sukorejo Ponorogo. Rencana penutupan ini pada bulan Juni 2015. Banyak hal yang harus dipersiapkan. Di antaranya melakukan berbagai pembinaan ekonomi oleh Indakop, pembinaan mental oleh Kementerian Agama, kesehatan, ketenaga kerjaan dan lainlain. Pembinaan tersebut diharapkan akan mampu menjadi bekal mereka dalam menjalani kehidupan dan kembali ke masyarakat, setelah tidak menjadi PSK. Rencananya, semua PSK juga akan diberi pesangon untuk modal kerja. Dalam hal pembinaan keagamaan, Kemenag Kab. Ponorogo memberi tugas kepada para Penyuluh Agama Islam untuk membimbing dan mengarahkannya. Seperti pada tanggal 19 Maret 2015 yang lalu, salah satu penyuluh agama Islam tengah memberikan pembinaan kepada sekitar 178 PSK. Dan selanjutnya, kegiatan ini akan dijadwalkan setiap hari Kamis. Dengan harapan tumbuh kesadaran dan bisa menjadi insan yang lebih baik serta meniti jalan yang benar. •Ifroh MPA 343 / April 2015 53 PELANTIKAN KEPALA KUA KECAMATAN NGAWI - Bertempat di BP. Al Falah Kankemenag Kab. Ngawi berlangsung pelantikan dan pengambilan sumpah pejabat struktural Kankemenag Kab. Ngawi. Pejabat yang dilantik adalah Kepala KUA Kecamatan Ngawi, Kepala KUA Kecamatan Widodaren dan Kepala KUA Kecamatan Karang Jati, (26/2). Pada kesempatan pembinaan pejabat yang baru dilantik, Kakankemenag Kab. Ngawi, Drs. Syahidan, MH mengharap bahwa sebagai Aparatur Sipil Negara dalam melaksanakan tugas harus memperhatikan prinsip transparansi dan kebersamaan, melaporkan hasil kerja, mempertahankan kredibilitas dan status sebagai seorang aparat negara serta menjaga kewibawaan kantor. “Semua pegawai maupun pejabat harus melaporkan hasil kinerja kepada atasan langsung secara hierarkhis setiap dua bulan sekali dalam bentuk tulisan tangan”, tegas Drs. Syahidan di hadapan para pejabat dan tamu undangan yang hadir pada acara pelantikan tersebut. Adapun tiga pejabat yang dilantik pada siang itu adalah Masrochan, S.Ag sebagai Kepala KUA Kecamatan Karangjati, Drs. Nasroni, M.Ag. sebagai Kepala KUA Kecamatan Widodaren, dan Drs. Nur Wachid, M.Pd.I, sebagai Kepala KUA Kecamatan Ngawi. •Guh SEKSI PD PONTREN DAN ISLAMADINA NGAJI TOUR KE TIGA PESANTREN SIDOARJO – Pada Harlah Islamadina (Ikatan Silaturrahmi Madrasah Diniyah) ke8, Seksi PD Pontren bersama Islamadina, pada awal Maret lalu mengadakan Ngaji Tour ke tiga ponpes yaitu Al-Ghazali Pungging Mojosari, Tebuireng Jombang dan Jampes Kediri. Kegiatan ini diikuti seluruh pengurus Islamadina plus staf seksi PD Pontren, juga KH. Turmudzi (Penasehat Islamadina) juga ikut serta. Kasi PD Pontren, Drs. Suhaji, M.Si, mengatakan, tujuan ngaji tour selain untuk bersilaturrahim dengan tiga ulama, juga mencari informasi (ngaji) tentang kiat-kiat kesuksesan mengelola lembaga madrasah diniyahnya. KH. Sonhaji Machfud (da’i di TV9 dan JTV) Pengasuh PP Al Ghozali Pungging Mojokerto memberi wejangan agar mengamalkan bacaan “hasbunallah wani’mal wakil” agar santri dan lembaga yang dikelola mendapatkan berkah dan manfaat dan dimudahkan dalam urusan. Sementara itu, KH. Sholahuddin Wahid dari Ponpes Tebuireng Jombang menekankan kesabaran ulama dalam penanaman moral pendidikan moral kepada santri. Sedangkan di PP Jampes Kediri, pengurus Islamadina ziarah ke makam Kiai Pengarang Kitab Sirajut Tholibin. •MS PEMBINAAN MTQ DI HOTEL MADINAH PAMEKASAN – Dalam rangka mempersiapkan kafilah MTQ Tingkat Prov. Jatim ke-XXVI pada bulan Mei mendatang, Kankemenag Kab. Pamekasan bekerjasama dengan Pemda Pamekasan mengadakan pembinaan dan eliminasi hasil kejuaraan MTQ tingkat Kabupaten. Kegiatan ini dilaksanakan di hotel Madinah selama 3 hari, (20-22/3). Cabang-cabang MTQ yang dibina adalah Tartil, Tilawah Anak-anak, Tilawah Remaja, Tilawah Dewasa dan Qiro’ah Sab’ah, Tahfiz 1 juz Tilawah, Tahfiz 5 juz Tilawah, Tahfiz 10 juz , 20 juz dan 30 juz, Tafsir Bahasa Arab, Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, Syarh al-Quran, Khat al-Quran dan Fahm al-Quran. Adapun pembina acara ini adalah DR. Imam Amrusi Jailani, M.Ag., Drs. Syamsul Hadi, Khairul Amin, S.Ag., HM. Syahid, M. Masduqi Alwi, RPA. Nadjibul Choiri, SH., Akh. Kusyairi, S.Pd., Akh. Syarkawi, S.Ag., Drs. HM. Munir., Drs. Salim, Drs. Baidhowi Abshor, Drs. Budi Hariyanto, Syahid Siraj, Marsuki, dan Qomaruddin, S.Ag. Drs. H. Zayyadus Zabidi, M.Ag. selaku Kasi Bimas Islam mengatakan bahwa kegiatan ini bertujuan menanamkan nilainilai al-Quran dan menciptakan kesalehan sosial bagi masyarakat bukan untuk mencari kejuaraan. •Sri Mukti KUNJUNGAN KERJA ANGGOTA KOMISI VIII DPR-RI LUMAJANG – H. Muhammad Nur Purnamasidi, S.Sos anggota Komisi VIII DPR RI Partai Golkar Dapil Jatim IV dalam masa Reses melakukan kunjungan kerja ke Kankemenag Kab. Lumajang, (3/3). Dalam kunjungannya komisi yang membidangi Kementerian Agama, Kementerian Sosial, BNPB dan KPAI ini melakukan sharing dengan Kakankemenag Kab. Lumajang dan jajarannya. Politisi Partai Golkar ini menyampaikan bahwa tujuan kunjungan kerja ini adalah untuk melakukan komunikasi, mengetahui secara langsung informasi dan aspirasi yang hasilnya nanti akan dijadikan acuan untuk disampaikan pada sidang paripurna DPR RI. Kakankemenag Kab. Lumajang, Nuril Huda, SH, S.Pd.I, MH, dalam sambutannya melaporkan keberadaan lembaga pendidikan yang sebagian besar adalah swasta mulai tingkat RA hingga MA, dan hanya ada 5 lembaga negeri. Meski demikian, animo masyarakat untuk menyekolahkan putra putrinya di madrasah tetap tinggi. Selanjutnya Kakankemenag memberi kesempatan kepada peserta untuk menyampaikan segala permasalahan yang dihadapi di wilayah kerjanya masing-masing. Kemudian ditanggapi langsung oleh H. Muhammad Nur Purnamasidi, S.Sos. •Ziza POKJAHULU KANKEMENAG KAB SIDOARJO SELENGGARAKAN RAKER SIDOARJO – Untuk menjaga soliditas internal, dibentuklah organisasi kepenghuluan yaitu Kelompok Kerja Penghulu (Pokjahulu). Bertempat di RM Joyo Taman Pinang, Pengurus Pokjahulu dikukuhkan oleh Kakankemenag Kab. Sidoarjo, Drs. H. M. Nur Sjamsuddin AM, Msi sekaligus mengadakan Raker, akhir Pebruari lalu. Usai mengukuhkan, Drs. H. M. Nur Sjamsudin AM, M.Si berharap agar Pokjahulu membantu Kemenag memberi pelayanan nikah kepada masyarakat. Di samping juga menjaga citra Kemenag Kab Sidoarjo dan menyamakan visimisi dan pola pikir dalam bekerja serta menerapkan lima budaya kerja dan juga loyal kepada instansi. Sementara itu, Kasi Bimas Islam Drs. H. Syaiful Hadi, M.Pd.I yang bertindak sebagai keynote speaker pada acara ini berharap agar penghulu bangga pada profesinya, karena tidak ada yang memajukan penghulu kecuali penghulu itu sendiri. Oleh karenanya, penghulu wajib meningkatkan profesionalismenya masing-masing Pengurus Pokjahulu Kankemenag Kab. Sidoarjo periode 2014-2017 diketuai oleh Drs. Syamsuddin, sementara Syamsul Hidayat, S.Ag sebagai sekretaris, dan H. Fuat Syakir, S.Pd.I sebagai bendahara. •Ms PELATIHAN BRONIS DAN PENCERAHAN GENDER GRESIK – Ibu rumah tangga harus dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan sehingga secara ekonomi bisa membantu meningkatkan taraf hidup keluarga. Di antaranya dengan membuat produk home industri. Karena produksi kue kering dan bronis kukus saat in diminati konsumen. Jika ini ditekuni dan dijalankan secara profesional dan dikemas dengan bagus, konsumen akan tertarik. Hal tersebut disampaikan Ketua DWP Kemenag Gresik Hj. Indah Haris Hasanudin pada kegiatan rutin yang diisi dengan pelatihan membuat bronis dan kue kering, (4/3) Selain pelatihan, pada kesempatan ini pula diberikan pencerahan gender. Karena saat ini ada banyak wanita yang berkarier bagus dan merasa mampu secara finansial, mengajukan gugatan cerai ke suami. Padahal seorang wanita juga sebagai ibu rumah tangga yang mempunyai tanggung jawab kepada keluarga. Fakta di kabupaten Gresik, lebih dari 130 PNS mengajukan perceraian, hanya 37 orang yang disetujui Bupati. Dan mayoritas adalah dari kalangan pendidik. Oleh karenanya, DWP yang beranggotakan istri PNS dan anggota aktif, harus pandai mengatur waktu sebagai pendamping suami dan pendidik anak. •Fudlla 54 MPA 343 / April 2015 SEBANYAK TIGA KEPALA KUA DIMUTASI BANYUWANGI – “Mutasi dan rolling pejabat adalah hal biasa di sebuah institusi,” kata Kakankemenag Kab. Banyuwangi H. Santoso usai melantik Kepala KUA di aula setempat, (9/3). Kepada pejabat yang dilantik, dipesankan agar segera menyesuaikan diri di tempat tugas yang baru dan segera berkoordinasi dengan instansi terkait. Tidak hanya itu, H. Santoso juga mengingatkan bahwa jabatan adalah amanah yang harus dilaksanakan dengan penuh tanggungajawab dan bisa dipertanggungjawabkan. Untuk itu pejabat terlantik diwanti-wanti agar selalu mengikuti perkembangan yang terus berkembang di institusi. Terutama yang menyangkut pembangunan zona integritas di lingkungan Kankemenag Kab. Banyuwangi. Adapun pejabat yang mengalami mutasi adalah H. Lukman Hariyanto, S.H.I dari KUA Kec. Licin dimutasi ke KUA Kec. Giri, menggantikan posisi H. Ahmad, S.PdI yang dipindah ke KUA Kec. Siliragung. Selain itu. Fathurrahman, S.Ag dimutasi ke KUA Kec. Licin, yang sebelumnya bertugas di KUA Kec. Siliragung. Acara ini dihadiri oleh seluruh pejabat Kankemenag Kab. Banyuwangi, Kepala Madrasah, Kepala KUA, Pengawas, dan ibuibu DWP se-Kab. Banyuwangi. •Yasin RAKER BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL (BAZNAS) KAB LUMAJANG TAHUN 2015 LUMAJANG – Dalam rangka intensifikasi pengumpulan ZIS dan penyusunan program kerja Badan Amil Zakat (BAZ) tahun 2015 serta penyerahan secara simbolis NPWZ, BAZNAS Kab. Lumajang menggelar rapat kerja dan pembinaan Unit Pengumpul Zakat (UPZ). Kegiatan ini bertempat di gedung PKK Kab. Lumajang, (25/2) Ketua BAZ Kab Lumajang Drs. H. Mulih Farid berterima kasih dan mengapresiasi UPZ Kab Lumajang serta semua pihak yang telah berkontribusi. Karena berkat kerjasama semuanya, perolehan ZIS meningkat mencapai Rp. 2,8 Milyar. Untuk tahun 2015 ditarget hingga 4 Milyar. Target itu didapat dari rata-rata perolehan ZIS per bulan yang mencapai Rp. 350 juta. Hasil ini dari optimalisasi pengumpululan zakat dari muzakki baru yaitu dari peningkatan perolehan ZIS dari UPT pendidikan SD, MKKS SMP, MKKS SMAN dan MKKS SMKN, SKPD, BUMN, pengusaha, pedagang dan sektor pertanian. Wabub Kab. Lumajang Drs H. As’at Malik M.Ag dalam sambutannya menghimbau kepada para kepala sekolah yang hadir agar mempergunakan waktu sebaik-baiknya untuk memotivasi muzakki, terutama kepada guru di lingkungan kerja masing-masing. •Ziza RAPAT ANGGOTA TAHUNAN (RAT) KPRI KEMENAG KAB .NGANJUK NGANJUK – Bertempat di Wisma Koperasi Jalan Raya Nganjuk-Madiun dan dihadiri oleh 700 orang pengurus dan anggota Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) Kankeemnag Kab. Nganjuk, Rapat Anggota Tahunan (RAT) Tutup Buku tahun 2014 diselenggarakan dengan lancar, (28/2). Kepala Dinas Dekopinda Kab. Ngajuk beserta Kepala Dinas Indagkoptamben Kab. Nganjuk juga berkenan hadir sekaligus memberikan sambutan pada acara tersebut. Drs. Habibunnajar Ketua KPRI Kankemenag Kabupaten Nganjuk dalam pengarahannya menyampaikan bahwa untuk mempercepat pertumbuhan, perkembangan dan meningkatkan pelayanan kesejahteran anggota, peran aktif anggota sangat diharapkan. Di antara bentuk nyata adalah simpan pinjam dan belanja pada koperasi yang dilakukan. Acara pokok RAT kali ini dipandu oleh Ketua KPRI Kemenag Kab. Nganjuk Drs. Habibunnajar, MM. Dan mulai dari pengesahan quorum rapat, pembagian doorprice, hingga pemilihan pengawas KPRI Kemenag Kab. Nganjuk Masa Bhakti 2015-2017 dapat berjalaan dengan lancar dan tidak mengalami perubahan acara. Dan acara RAT ini ditutup dengan do’a dipandu oleh H. Farid Wajdi, S.Ag. •Nur MUSYAWARAH DAERAH III PD IGRA KABUPATEN JEMBER 2015-2020 JEMBER – Bertempat di Aula IKIP PGRI Kab. Jember, IGRA Kab. Jember melaksnakan kegiatan MUSDA III PD IGRA Kab. Jember masa kepengurusan Tahun 2015 – 2020, ( 18/2 ). Acara ini dihadiri oleh Kakankemenag Kab. Jember Drs. H Rosyadi BR, M. Pd. I, Kasi Pendma Drs. H. Mahfudz M.Pd serta guru-guru RA se-Kab. Jember. Dalam sambutannya, Kakankemenag Kab. Jember menyampaikan bahwa kegiatan MUSDA ini bertujuan untuk meningkatkan wawasan, pengetahuan, dan mutu dari guru-guru RA yang akan menjadi pendidikan awal dan pencentak generasi penerus bangsa. Sehingga guru-guru RA diharapkan tetap bersabar dalam membimbing dan mendampingi anak-anak dalam belajar. Karena memang guru-guru dituntut untuk dapat bersabar, karena dengan sifat kesabaran dari guru maka akan menumbuhkan kesuksesan dan keberhasilan bagi anak-anak didik. Sementara itu, Kasi Pendma Drs. H. Mahfudz M.Pd dalam laporannya berharap agar ilmu yang yang diperoleh peserta dari MUSDA PD IGRA ini nanti dapatnya diteruskan kepada guru yang tidak mengikuti. Acara kemudian dilanjutkan dengan acara pokok yang mendatangkan nara sumber dari Surabaya. •Ratna RAKOR DAN PUBLIKASI PROGRAM KEGIATAN KEMENAG KAB. BLITAR BLITAR – Mengingat pentingnya penyusunan program kerja tahun 2015, tuntutan akuntabilitas dan profesionalitas kinerja pegawai Kementerian Agama juga sebagai upaya optimalisasi dan efektifitas kinerja Kementerian Agama serta pentingnya membangun kebersamaan, koordinasi dan bekerjasama yang efektif, Kankemenag Kab. Blitar mengadakan Rakor dan Publikasi Program Kegiatan Kemenag. Kab. Blitar, (3/3). Acara yang bertempat di aula Raudlah Kankemenag. Kab. Blitar ini dihadiri oleh Kakankemenag Kab. Blitar, Kasubbag TU, para Kasi dan Penyelenggara, Kepala KUA, Pengawas, Kepala MAN, MTsN, dan Kepala MIN di lingkungan Kankemenag. Kab. Blitar. Drs. H. Akhmad Mubasyir, MA dalam sambutannya menjelaskan bahwa tujuan dilaksanakannya acara ini adalah dalam rangka koordinasi dan publikasi program kerja Satker Kankemenag Kab. Blitar. Di sisi lain juga untuk meningkatkan akuntabilitas dan profesionalitas kinerja Kemenag Kab. Blitar, dengan sasaran terwujudnya tata kerja dan akuntabilitas Kementerian Agama dengan baik dan terukur juga terselenggaranya koordinasi yang baik di lingkungan Kankemenag Kab. Blitar. •Han KOTA PASURUAN TARGETKAN JUARA UMUM MTQ TINGKAT PROVINSI KOTA PASURUAN – Dengan tema “Melalui Pembinaan MTQ, Kita Wujudkan Kepribadian Jiwa Seni Yang Tinggi Dan Berakhlakul Qurani”, Kemenag Kota Pasuruan menggelar acara pembinaan MTQ Daerah bertempat di aula Kankemenag Kota Pasuruan, (16/3). Kegiatan yang dibuka oleh Kakankemenag Kota Pasuruan Drs. H. Ma’mur Salim, M.si, dihadiri oleh Kabag Kesra Pemkot, para pembina, juri dan juga seluruh peserta dari seluruh cabang MTQ. Dalam sambutannya, Kakankemenag Kota Pasuruan mengatakan bahwa pembinaan ini bukan hanya dilaksanakan di kantor saja, tetapi juga dilaksanakan di luar kantor. Diharapkan pembina ini bisa memaksimalkan pembinaannya dan dalam pelaksanaan MTQ tingkat provinsi di Banyuwangi bisa pulang membawa nama harum Kota Pasuruan. “Minimal juara satu 10 orang dan minimal masuk 10 besar atau menjadi Juara Umum. Apalagi Kota Pasuruan direncanakan akan dijadikan tempat MTQ Tingkat Jawa Timur selanjutnya,” ujarnya. Dikatakannya oleh Kakankemenag Kota Pasuruan bahwa Pemkot dan Kemenag Kota Pasuruan menerima dengan tangan terbuka dan siap untuk ditempati sebagai tuan rumah MTQ TK I Jatim tahun 2017 nanti. •Mdk MPA 343 / April 2015 55 Olah Raga Bersama, Ajang Silaturrahim Kemenag Kota Pasuruan dan Kota Surabaya Pegawai Kankemenag Kota Pasuruan dan Kota Surabaya melakukan foto bersama menambah keakraban kedua instansi. KOTA PASURUAN – Jumat (20/3), Kemenag Kota Pasuruan menerima tamu dari Kemenag Kota Surabaya. Rombongan dari kota pahlawan ini disambut gembira oleh seluruh pegawai Kankemenag Kota Pasuruan dengan diiringi tari gendrang dari siswa MIN Mandanrejo Kota Pasuruan. Sejurus kemudian, Kakankemenag Kota Pasuruan memberikan kalungan bunga kepada Kakankemenag Kota Surabaya yang diarahkan ke aula Kankemenag Kota Pasuruan. Kakankemenag Kota Pasuruan mengucapkan selamat datang kepada para tamu yang selain bersilaturrahim juga mengadakan olah raga persahatan yang diharapkan dapat meningkatkan perestasi kerja Olah raga yang ditandingkan adalah tenis lapangan, bola volly, bulu tangkis dan futsal. Kegiatan pertandingan ini semakin mengakrabkan keluarga besar Kankemenag Kota Pasuruan dan Kemenag Kota Surabaya. Seusai olahraga dilanjutkan dengan jamuan makan siang bersama di aula Kemenag Kota Pasuruan. Suasana semakin akrab, setelah sholat jumat diisi dengan pesta durian. Semua yang datangpun mendapatkan bagian untuk makan durian. Bau yang kuat dari durian, membuat isi kantor berbau durian. •Mdk Panitia Gandeng UIN Malik Ibrahim Malang, Jamin Netralitas KSM Kabupaten Malang MALANG - Ribuan orang memenuhi halaman MTsN Kepanjen Kabupaten Malang untuk mengikuti acara pembukaan Kompetisi Sains Madrasah (KSM) tingkat Kabupaten Malang Tahun 2015, (7/3). Kompetisi yang melibatkan 3 (tiga) tingkatan madrasah yakni MI, MTs dan MA ini merupakan ajang untuk memupuk motivasi bagi siswa madrasah dalam mengembangkan bakat dan minat di bidang agama, sains, sosial dan bahasa sehingg dapat berkreasi dan memiliki SDM yang handal di masa mendatang. “Sudah selayaknya siswa madrasah memiliki kesadaran untuk meningkatkan kemampuan intelektual, emosional dan spiritual berdasarkan nilai-nilai agama Islam”, ungkap Kakankemenag Kab. Malang, Drs. H. Moh. As’adul Anam, M.Ag pada saat membuka kegiatan tersebut di aula MTsN Kepanjen. Sementara itu, Drs. H. Nasrulloh selaku penyelenggara menyatakan bahwa KSM ini merupakan agenda rutin untuk menyiapkan kontingen Kabupaten Malang yang akan berkompetisi di tingkat provinsi yang akan digelar pada tahun yang sama. Kakankemang Kab. Malang sedang memberikan soal secara simbolis kepada ketua panitia KSM Kabupaten Malang. Sebagai jaminan netralitas dan bobot penyelenggaraan, pihak panitia menggandeng UIN Maulana Malik Ibrahim sebagai penyusun naskah soal. •Arif Sosialisasi Permenpan & RB Nomor 52 Tahun 2014, Agar Ada Keseragaman Pemahaman Kakankemenag Kab. Pacitan saat memberikan arahan terkait pentingnya Sosialisasi Permenpan & RB Nomor 52 Tahun 2014. PACITAN – Rabu (4/3), Kankemenag Kab. Pacitan menyelenggarakan Sosialisasi Permenpan dan RB Nomor 52 Tahun 2014 56 MPA 343 / April 2015 tentang Pedoman Pembangunan Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas Dari Korupsi dan Wilayah Birokrasi Bersih Melayani di Lingkungan Instansi Pemerintah. Kegiatan yang dilaksanakan di aula Kankemenag Kab. Pacitan ini diikuti seluruh pejabat struktural maupun fungsional sebagai tindak lanjut sosialisasi serupa di tingkat Kanwil Kemenag Prov. H. Zuhri. M.Si. selaku narasumber menyampaikan bahwa tahun 2014 pelaksanaan Zona Integritas berpedoman pada Permenpan & RB Nomor 60 Tahun 2012, sedangkan mulai tahun 2015 ini berpedoman pada Permenpan & RB Nomor 52 Tahun 2014. Lebih lanjut Kakankemenag Kab. Pacitan menuturkan bahwa sosialisasi ini penting dilaksanakan, karena akan menjadi pedoman dan acuan bagi instansi pemerintah sehingga dapat memberikan keseragaman pemahaman dan tindakan. Sementara itu, perbedaan mendasar Permenpan & RB dibanding sebelumnya adalah terletak pada penentuan komponen yang harus dibangun sebagai indikator keberhasilan, yaitu 60% komponen pengungkit dan 40% komponen hasil. •Cros PENGEMBANGAN DIRI APARATUR SIPIL NEGARA KAB. BLITAR – Bertempat di aula Minna Kementerian Agama Kabupaten Blitar, di gelar Diklat Di Tempat Kerja “Pengembangan Diri Aparatur Sipil Negara (ASN) oleh Balai Pendidikan dan Pelatihan Keagamaan Surabaya selama 4 hari, (10-13/3). Acara ini dihadiri 30 peserta perwakilan dari pegawai MAN, MTsN, MIN, KUA dan Kemenag. Kabupaten Blitar, dan Kota Blitar. Tujuan diadakannya DDTK Pengembangan Diri ASN ini adalah diharapkan peserta mampu merefleksikan pengalaman spiritual, emosional dan intelektual berdasarkan norma Pancasila, keagamaan dan peraturan. Sehingga meningkatkan pelayanan kepada masyarakat secara jujur, adil dan merata guna menciptakan pemerintahan yang baik dan bersih di lingkungan Kementerian Agama. Kakankemenag Kab. Blitar, Drs. H. Akhmad Mubasyir, MA dalam sambutannya menyatakan bahwa acara ini sangat penting untuk membentuk diri Aparatur Sipil Negara yang baik, taat aturan, tanggung jawab sebagai pelayan masyarakat. Sebagai Aparatur Sipil Negara Kementerian Agama seyogyanya senantiasa menerapkan 5 Budaya Kerja Kementerian Agama yaitu integritas, profesional, inovasi, tanggung jawab dan keteladanan. •Han PENGAJIAN PKK DAN DHARMA WANITA OLEH KASUBAG KEMENAG NGANJUK NGANJUK –DWP Kankemenag Kab. Nganjuk melaksanakan pengajian yang menjadi agenda rutin tiap bulan sekali. Pada pengajian kali ini dihadiri 200 jamaah pengajian dari PKK dan DWP se-Kab. Nganjuk dan bertempat di ruang Anjuk Ladang Kab. Nganjuk, (27/2). Acara pengajian diisi dengan membaca Surah Yasin bersama tahlil dan juga santunan anak yatim. Juga dimeriahkan dengan tampilan dari group rebana dari Kec. Berbek. Ketua Kelompok Pengajian PKK dan Dharma Wanita Dra. Hj. Endang Marheningsing Masduqi berterimakasih kepada peserta yang berkenan memenuhi undangan. Seraya berharap agar anggota yang belum bisa hadir, dalam kesempatan yang lain bisa mengikuti. Tema pengajian kali ini adalah Dzikir kepada Allah sebagai bentuk kehambaan diri yang disampaikan oleh Kasubag TU Kankemenag Kab. Nganjuk Drs. H. Imam Mujaib, M.HI. Dalam inti paparannya, beliau menyampaikan bahwa sebagai hamba Allah yang beriman hendaknya setiap saat berdo’a dan berdzikir kepada Allah. Sehingga apa yang kita lakukan akan selalu mendapatkan petunjuk dari-Nya. Acara kemudian dilanjutkan dengan tanya jawab dan ditutup dengan do’a. •Nur IPHI KECAMATAN WONOMERTO LAKSANAKAN MANASIK HAJI PUTARAN KETIGA PROBOLINGGO – Bertempat di aula KUA Wonomerto, dua KUA yaitu KUA Wonomerto dan KUA Lumbang melaksanakan manasik haji putaran ketiga yang diikuti puluhan CJH Kec. Wonomerto dan Lumbang. Kegiatan ini dibina langsung oleh Kepala KUA Wonomerto H. Wawan Ali Suhudi, S.Ag. M.Hum dan Kepala KUA Lumbang Imamuddin Nur Fajri, M.PdI dan Pembina IPHI Kab. Probolinggo KH. Syuhada’ Nasrullah, (17/3). Pembinaan dilaksanakan dengan cara bergantian antara pembimbing yang satu dengan pembimbing lainnya. Mulai dari pengenalan tata cara pelaksanaan ibadah haji dan umrah, penyempurnaan syarat, rukun dan wajib haji, juga mencakup tata cara memakai pakaian ihram. Kepala KUA Wonomerto bahwa kegiatan bertujuan membantu para CJH agar bisa mengetahui tata cara pelaksanaan ibadah haji dengan baik dan benar. Sehingga ketika di tanah suci bisa sempurna sesuai aturan fiqhiyah dan menjadi haji mabrur. Acara ini terselenggara dengan baik berkat kepala KUA yang bersungguhsungguh membangun komunikasi dengan berbagai pihak. Di antaranya dengan PHU Kankemenag Kab. Probolinggo, Pengurus IPHI Kabupaten serta pembimbing. •Ansori KASUBAG TU MEMBUKA PEMBINAAN PENYUSUNAN LAKIP KOTA MALANG – Kasubbag TU Kankemenag Kota Malang, H. Muhajir, S.Ag. M.Ag membuka pembinaan dan penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) di lingkungan dan jajaran Kemenag Kota Malang, (5/3). Kegiatan ini diikuti 40 orang peserta, terdiri dari Kepala Seksi & Binsyar, para Kepala KUA, para Kepala Madrasah Negeri serta JFU perwakilan seluruh Jajaran Kankemenag Kota Malang. Ketua Panitia yang juga Analis Perencana Drs. Agus Sunaryo, M.Si dalam laporannya berharap agar dengan kegiatan ini dapat tercapai laporan kinerja instansi pemerintah tahun 2014 pada Jajaran Kemenag Kota Malang. Di samping adanya kesamaan pemahaman dalam menyusun Lakip, serta adanya pembuatan pelaporan yang berkualitas. Sementara itu Kasubbag TU, H. Muhajir, S.Ag, M.Si dalam sambutan pembukaannya mengatakan bahwa dalam rangka mewujudkan good governance, penerapan akuntabilitas dan transparansi merupakan salah satu aspek yang sangat penting dan penentu dalam pelaksanaan reformasi birokrasi. Nara sumber acara ini adalah Sarwititi, S.Sos. MM (Analis Laporan Akuntabilitas Kinerja) dari Kanwil Kemenag Prov. Jatim. •Bhn PEMBINAAN KAFILAH MTQ KOTA SURABAYA SURABAYA – Bertempat di Masjid Muhajirin Pemerintah Kota Surabaya diselenggarakan pembinaan Kafilah MTQ Kota Surabaya, (11-12/3). Acara yang diikuti 75 peserta dengan 8 cabang lomba yang dipertandingkan ini merupakan salah satu persiapan Kota Surabaya untuk menyongsong event MTQ Provinsi Jatim XXVI di Kabupaten Banyuwangi bulan Mei mendatang. Dalam kesempatan ini, Kakankemenag Kota Surabaya yang diwakili Kasi Bimas Islam H. Amanulloh, S.Ag, M.HI dalam pembukaan pembinaan menuturkan bahwa seluruh yang hadir pada acara ini harus merapatkan barisan. Baik itu peserta, pembina, official dan semua yang terlibat didalamnya, yakni Pemkot Kota Surabaya dan juga Kankemenag. Semuanya harus bahu-membahu mensukseskan MTQ di Banyuwangi secara maksimal baik jasmani, maupun mental. Ini dilakukan untuk meraih prestasi yang terbaik dalam ajang kompetisi dua tahunan itu. Pembinaan kali ini juga melibatkan para pembina dari berbagai jenis profesi, sesuai dengan bidang yang dilombakan. Diharapkan dengan pembinaan ini tercipta dan terpilih kafilah MTQ Kota Surabaya yang terbaik untuk diikutkan sebagai peserta MTQ di tingkat provinsi. •Dori SOSIALISASI PROSEDUR PENDAFTARAN HAJI REGULER DAN HAJI KHUSUS BOJONEGORO – Dalam upaya memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang penyelenggaraan ibadah haji, khususnya tentang prosedur pendaftaran haji reguler dan haji khusus, Kankemenag Kab. Bojonegoro melalui Seksi PHU mengadakan Sosialisasi Prosedur Pendaftaran Haji Reguler dan Haji Khusus di aula Lapenkop Kab Bojonegoro (17/2). Kegiatan ini diikuti 40 peserta dari unsur Penyuluh Agama, KBIH dan IPHI. Dalam sambutannya Ketua panitia, H. Masrukhin, S.Ag,MHI menyampaikan bahwa calon jamaah haji harus mendapat pelayanan secara prima. Hal itu bisa tercapai jika petugas melayani dengan tepat dan cepat. Diharapkan dengan adanya sosialisasi ini, penyuluh, KBIH dan IPHI dapat meneruskan informasi tentang perhajian kepada masyarakat luas. Sehingga CJH dapat melakukan dan mengurus sendiri kebutuhannya terkait dengan pendaftaran, pelunasan, pembatalan, mutasi keberangkatan dan dokumen-dokumen haji lainnya. Tanpa bergantung pada orang lain. Acara yang digelar sehari tersebut menghadirkan nara sumber Drs. H. Munir, M.Hum (Kakankemenag Kab. Bojonegoro) dan H. Wakhid Priyono, S.Ag,MHI (Kasi PHU). •Hs MPA 343 / April 2015 57 Sari buah Kuning Tropical BAHAN : l100 gram belimbing, potong l150 gram jambu biji merah, buang bijinya, potong-potong l150 gram mangga, potongpotong l100 gram buah siwalan, potong-potong l100 gram manisan rumput laut, potong-potong l350 ml susu cair l50 ml sirup vanili lEs batu secukupnya lSusu kental manis secukupnya CARA MEMBUAT : 1. Letakkan dan susun ke dalam mangkuk/gelas saji belimbing, jambu biji, manga, buah siwalan, dan manisan rumput laut. Tuang susu cair dan sirup vanili 2. Tambahkan es batu dan susu kental manis 3. Sajikan dingin Bagar Udang BAHAN : l1 kg udang, bersihkan l1 sdt air jeruk nipis l1 sdt garam l3 sdm minyak goreng untuk menumis l500 ml santan encer l200 ml santan manis l2 cm kayu manis l2 batang serai, memarkan l5 lembar daun jeruk l2 buah cengkih BUMBU DIHALUSKAN : l 8 buah bawang merah l5 siung bawang putih l4 buah cabai merah l½ sdt merica utuh l3 butir kemiri l2 cm kunyit l2 cm jahe, iris l¼ sdt jintan lGaram secukupnya CARA MEMBUAT : 1. Lumuri udang dengan air jeruk nipis dan garam, tiriskan 2. Panskan minyak, tumis bumbu yang dihaluskan hingga harus, masukkan kayu manis, serai, daun jeruk, dan cengkih 3. Masukkan udang dan santan encer, masak hingga udang matang dan santan terserap. Tambahkan dengan santan kental dan masak hingga kuah agak mongering. Angkat 58 MPA 343 / April 2015 Sholahur Robbani Mendulang Prestasi dari Dunia Animasi S usah bagi orang lain tak berarti sulit Sholahur Robbani. Ya, bagi sebagain orang, membuat karya animasi merupakan hal yang tak mudah. Tapi bagi siswa Kelas IX MTsN III Gondanglegi Kabupaten Malang ini animasi merupakan dunia yang menyenangkan. “Sebab, animasi menjadi media menuangkan ide, kritik, gagasan maupun curahan hati yang tengah memenuhi alam pikiran,” ujar Robi - panggilan Sholahur Robbani - ini santai. Hingga kini, berbagai karya pun tercipta dari remaja kelahiran Malang 10 September 2000 ini. Jika ingin menyaksikan langsung hasil karyanya, bisa langsung mengunduhnya dari youtube. Di sana bisa ditemukan berbagai judul karya Robi seperti Hikayat Katak, Bebek Ijo, Kisah Pohon Pemberi dan beberapa karya lainnya. Kemampuan yang dimiliki Robi ini tentu tidak datang tibatiba, tapi melalui proses yang panjang nan berliku. Awal perkenalan putra kedua pasangan Supriadi dan Mutmainah ini dengan dunia animasi saat dirinya duduk di bangku kelas IV (enam) SD. Saat itu, untuk pertama kalinya sang kakak yang kuliah jurusan Desain Grafis memperkenalkannya dengan dunia animasi. “Saya senang sekali waktu itu, karena bisa membuat animasi ikan yang bisa melompat di atas air dalam waktu seminggu,” tuturnya riang. Kala itu, pelajaran pertama yang harus dikuasainya adalah 12 (dua belas) prinsip animasi dasar diantaranya staraight art, squash and staright, dan appeal. Lantaran baru pertama kali belajar, tentu banyak hambatan. “Namun, berbekal ketelitian, kesabaran dan kejelian mata dalam mengamati obyek niscaya semua hambatan bisa diatasi,” kata ramaja periang ini berbagi tips. Namun, untuk memperkaya ide dan imajinasi, bacaan buku menjadi sebuah keharus. Sebab, dalam dunia imajinasi alur cerita menjadi dasar dari terwujudnya gambar animasi. Nah, untuk menajamkan ide, sering pula dirinya berdiskusi dengan sesama komunitas animasi. Semantara itu, untuk mengasah kreatifitas, tak lupa dia pun sering mengikuti lomba. Beruntung, ada sang kakak yang selalu meng-update informasi. Ingatan Robi masih segar kala pertama kali mengikuti Anifest (Animation Festival) yang diadakan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Timur Tahun 2013. Saat itu dia mengirimkan Hikayat Negeri Katak. “Dan tak menyangka, baru pertama ikut festival ldapat juara,” bebernya sambil melapas tawa. Seakan kecanduan, di tahun yang sama Robi pun turut mengikuti INAICTA (Indonesia ICT Award). Ini merupakan ajang lomba karya cipta kreativitas dan inovasi di bidang teknologi, informasi, dan komunikasi (TIK). Di ajang yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika ini, Robi juga mujur bisa masuk nominasi. “Meski sempat grogi, tapi Alhamdulillah bisa menyabet juara I untuk kategori Student Project Animation,” tukasny sumringah. Kemengan ini tentu saja menjadi motivasi tersendiri baginya. Nyatanya, pada 2014 lalu, karyanya berjudul Bebek Ijo menjadi juara I Anifest kategori cerita terbaik. Sedangkan kreasinya bertajuk Kisah Pohon Pemberi berbuah juara katagori karakter terbaik 2 Dimensi. Selain itu, pada INAICTA 2014 dia juga mengirimkan karya berlabel Kisah Pohon Media Pentas Sifat Cahaya. Dan pada ajang Festival Film Animasi Indonesia (FFAI) yang digelar Kementerian Pariwiata dan Ekonomi Kreatif, Hikayat Negeri Katak karyanya meraih Juara III. “Semoga ke depan bisa terus berkarya dan memberikan prestasi terbaik bagi orang tua, madrasah dan masyarakat,” tandasnya. Syaifuddin Ma'arif MPA 343 / April 2015 59 Manusia Culas (Manusia yang di Serupakan dengan Anjing oleh al-Qur’an) Oleh : Moch Yusuf I a adalah Ba’lam bin Ba’ura seorang manusia yang pernah hidup dijaman Nabi Musa as. Ia juga seorang yang dekat dengan Nabi Musa dan dekat dengan Allah swt. sebagai orang yang dekat dengan Allah dan kepercayaan Nabi Musa, Ba’lam bin Ba’ura di anugrahi oleh Allah swt. sebuah keistimewaan, yaitu doa-doa mustajabah, doa-doa yang selalu dikabulkan oleh Allah swt. Suatu ketika karena kedekatannya dengan Nabi Musa as. Ia diutus oleh Nabi Musa as. kepada seorang penguasa di Madain supaya menyembah kepada Allah swt. mengajaknya supaya meninggalkan berhala serta berbagai macam takhayyul dan kesyirikan lainnya. Jika penguasa tersebut menolak seruan Nabi Musa maka Nabi Musa beserta pengikutnya akan datang memerangi mereka. Penguasa Madain mendengar akan datangnya utusan Nabi Musa. Maka ia memerintahkan kepada penduduk Madain supaya mempercatik Madain. Sesampai di daerah Madain, Ba’lam bin Ba’ura terpesona dengan berbagai macam pernak pernik keindahan didalamnya. Madain sebuah kota yang mengagumkan bagi dirinya. Keelokan kota Madain telah melupakan tugas utamanya ia datang kesana. Dihadapan penguasa Madain ia memperkenalkan diri serta menyampaikan maksud tujuan dirinya datang kesana. Penguasa Madain membaca gelagat kekaguman serta ketergodaan Ba’lam bin Ba’ura akan pesona keindahan di Madain. Maka sang penguasa menawarkan kepadanya apa saja yang ia inginkan, dari harta benda, tahta, wanita, dan keindahan serta kesenangan lainnya. Mendapat tawaran yang menggiurkan dari penguasa Madain tersebut Ba’lam bin Ba’ura menjadi alpa akan tugasnya, ia telah benar-benar mabuk oleh keindahan dan pesona dunia. Akhirnya ia melupakan Nabi Musa dan durhaka kepada Allah swt. dan menjadi manusia yang kufur. Penguasa Madain sangat senang dengan Ba’lam bin Ba’ura karena ia telah beralih berada dipihaknya. Ia merasa bahwa kota Madain akan tetap aman, terbebas dari ancaman Nabi Musa as. dan murka Allah swt. sebab Ba’lam bin Ba’ura telah berpihak kepadanya, dan ia mempunyai doa-doa yang mustajabah. Dengan doa-doanya maka penduduk Madain bisa terhindar dari berbagai gangguan yang akan datang mengancamnya. Demikian dengan Ba’lam bin Ba’ura, ia sangat yakin bahwa dengan doa-doanya ia pasti bisa menghadapi Nabi Musa as. beserta para pengikutnya. Ba’lam bin Ba’ura semakin terlena dalam tipu daya dunia, ia semakin ingkar, ia mabuk kepayang dengan kemolekan dan kelezatan duniawi. Mendengar kabar bahwa utusannya telah ingkar dan menjadi pengikut penguasa Madain, Nabi Musa as. geram, ia segera bergerak menuju ke Madain. Mengetahui hal ini, segera penguasa Madain memanggil dan meminta Ba’lam bin Ba’ura bertindak, ia meminta supaya Ba’lam bin Ba’ura berdoa supaya penduduk Madain terhindar dari ancaman Nabi Musa as. dan para pengikutnya. Maka, pada sepertiga malam Ba’lam bin Ba’ura datang 60 MPA 343 / April 2015 menghadap Allah swt. ia mulai menghaturkan doa kepadaNya, meminta supaya Nabi Musa tidak datang ke Madain sehingga penduduk Madain bisa terhindar dari ancaman Nabi Musa as. dan para pengikutnya. Selepas berdoa, Ba’lam bin Ba’ura tertidur. Didalam tidurnya ia bermimpi supaya ia kembali kejalan yang lurus, bertaubat kepada Allah dan kembali kepada Nabi Musa as. serta meninggalkan kesenangan duniawi yang hanya bersifat sementara. Didalam mimpi tersebut pula diberitakan bahwa sejak saat ini doa-doanya sudah tidak mustajabah lagi sebab ia telah berbuat culas, kemaksiatan dan kemungkaran. Bukannya sadar, tetapi Ba’lam bin Ba’ura semakin menjadijadi. Setelah ia bangun dari tidurnya, ia mengumpulkan penduduk Madain, ia bercerita bahwa Nabi Musa dan para pengikutnya akan tetap datang ke Madain sebab doa-doanya sudah tidak bisa menghalangi kedatangan Nabi Musa dan para pengikutnya, doa-doanya mulai saat ini sudah tidak mustajabah lagi. Namun ada satu cara yang bisa menghindari dari ancaman Nabi Musa dan para pengikutnya, yaitu dengan menyebarkan wanita-wanita seksi nan cantik keberbagai pintu-pintu masuk ke Madain dengan dandanan yang menarik dan penuh pesona, suruh mereka menampakkan keindahankeindahan tubuhnya, suruh mereka berbuat mesum. Para pengikut Nabi Musa akan terangsang melihat mereka, para pengikut Nabi Musa akan meninggalkan Nabi Musa dan menjadi orang-orang yang ingkar. Benar saja, sesampainya Nabi Musa as. dan para pengikutnya ke Madain para pengikut Nabi Musa as. terpancing, mereka tergoda, terlena dan jatuh dipelukan wanita-wanita tersebut. Mereka menjadi kufur, ingkar dengan ajaran-ajaran yang telah dibawa oleh Nabi Musa as. kemudian mereka meninggalkan Nabi Musa, mereka menghina serta menolak nasehatnasehatnya. Mereka bergabung bersama penduduk Madain menjadi manusia ingkar dan bermaksiat kepada Allah swt. Sebab itulah Allah swt murka kepada mereka semua, Allah kemudian menimpakan kepada mereka azab, suatu wabah penyakit tha’un, sampar dan penyakit-penyakit berbahaya lainnya sehingga mereka banyak yang mati, tidak terkecuali Ba’lam bin Ba’ura sendiri. Akan tetapi sebagian dari mereka ada yang sadar dan mengikuti jalan Nabi Musa as. Itu semua terjadi karena ulah dari Bal’am bin Ba’ura, manusia culas. Karena itu Allah swt. menjadi murka dan menyamakan penyebutan dirinya didalam al-Qur’an dengan paling buruk dan serendah rendahnya penyebutan dan sebutan itu memang pantas disandangkan kepada dirinya, ia diserupakan dengan anjing. Allah swt. berfirman; Dan sekiranya Kami menghendaki niscaya Kami tinggikan (derajat) nya dengan (ayat-ayat) itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan mengikuti keinginannya (yang rendah), maka perumpama-annya seperti anjing, jika kamu meng-halaunya dijulurkan lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia menjulurkan lidahnya (juga). (QS. AlA’raf, 176). Allahu A’lam Bish-Showab. Esensi Oleh: Mey. S Di kalangan masyarakat kita banyak mengenal peringatan serta upacara-upacara. Adat istiadat yang telah mentradisi pun mengenal yang namanya selapan, mudhun lemah, mitoni, nyewu atau ‘ulangtahun perkawinan’, ‘perkawinan perak’, Harlah organisasi ini dan itu, dan sebagainya. Masyarakat kita memang masyarakat ceremonial. Artinya masyarakat yang gemar sekali dengan peringatan-peringati, serta berupacara ria. Biasanya, semuanya bermula dari niat serta tujuan mulia. Seperti tahun-tahun sebelumnya, di kampung-kampung, sekolah-sekolah, kant or-kantor, organisasi-organisasi wanita dari pelbagai perkumpulan, menyelenggarakan beragam acara untuk memperingati hari besar. Hari apa saja. Apakah itu 17 Agustus, ulang tahun, Hari Kartini dan lainnya. Entah berapa kali hari-hari besar tersebut diperingati. Entah seberapa dalam pula makna peringatan tersebut dihayati dan mengendap dalam nurani. Rasanya itu tidaklah penting. Selama peringatan tersebut digelar, beragam acara gemebyar mengiringinya. Slogan dan tema pun dicanangkan: “Dengan Mengenang Jasa Para Pahlawan Kita Warisi Semangatnya”, atau “Dengan Semangat Proklamasi Kita Galang Persatuan dan Kesatuan”, atau “Melalui Jiwa Kartini, Wanita Indonesia Maju dan Mandiri”, dan sebagainya. Terdengar ideal dan menggetarkan memang. Seandainya saja slogan-slogan tersebut mampu mewarnai semangat berkehidupan masyarakat kita, alangkah hebatnya kita sebagai bangsa. Masih belum lepas dalam benak ketika hari Kartini diperingati. Pagi-pagi sekali para ibu mendandani putrinya agar tampil klimis dan cantik. Sementara ibu-ibu Dharma Wanita pagi-pagi sekali sibuk ke salon untuk memesan sanggul dan memoles diri, juga dalam rangka Kartini-an. Anak-anak berangkat ke sekolah dengan mengenakan pakaian adat atau kebaya dibuat semirip mungkin penampilan Kartini. Demikian pula dengan ibu-ibunya, tampak anggun dan cantik. Hari itu mereka disulap dan menyulap diri sebagai pelaku-pelaku dengan karakter yang khas serta penuh wibawa. Pesta pun digelar. Entah bergaya rock n roll, berdangdut ria, atau yang kampungan sekalipun, yang penting ada upacara, ada pesta. Peringatan Kartini pun tak lepas dari lomba-lomba kewanitaan. Berpakaian adat se hari-dua hari lantas meneriakkan emansipasi. Dan ketika itu pula kita sering alpa, apa yang sesungguhnya harus kita warisi dari tokoh wanita ini? Semangat emansipasi itu apa? Harus diterapkan di bagian mana dan dengan cara bagaimana? Untuk mengetahui itu semua, selayaknya bila kita memiliki pedoman serta kesadaran tentang diri kita sendiri sebagai anggota suatu masyarakat. Jelas, emansipasi wanita Indonesia tentu berlainan dengan emansipasi wanita Inggris atau wanita di negara Eropa. Karena watak serta latarbelakangnya memang berbeda. Dan dalam Islam pun telah memberikan pedoman yang lebih jelas. Islam itu sendiri adalah pejuang emansipasi yang tangguh pada zamannya. Ia juga memberi falsafah prinsipil tentang kewanitaan yang dapat dijadikan bekal untuk menentukan serta mengarahkan emansipasi yang bagaimana yang harus diperjuangkan wanita muslimah. Lantas, di atas itu semua, pastilah setiap wanita menginsyafi bahwa kewanitaannya adalah sebuah naluri serta karakter tersendiri yang berbeda dengan lainnya. Kesadaran serta pengenalan karakter, jatidiri sudah semestinya dikenali sejak awal. Dari sinilah kita akan dengan tenang dan senang menghirup atmosfir kehidupan yang nantinya bermuara pada penciptaan bangunan kehidupan yang berperadaban. Bukan sekadar menyerap emansipasi sebatas kata belaka tanpa mengetahui makna dan hakikatnya. Kartinah, siswi sebuah SMU di sebuah desa itu merenung sembari mencoba menghitunghitung. Seandainya masyarakat kita tak lagi terbuai pada kuantitas tetapi mengutamakan kualitas, alangkah eloknya bangsa kita. Seandainya pula, bila saja seluruh dana yang dikeluarkan untuk keperluan segala bentuk upacara itu disatukan, lantas dialokasikan demi membantu pembangunan sektor infrastruktur, lembaga pendidikan, serta kegiatan sosial, betapa bahagianya anak didik serta anak-anak penghuni panti itu. Seandainya saja...... Kartinah pun terhenyak dari lamunnya manakala ia mendengar lagu Indonesia Raya berkumandang dalam sebuah upacara. MPA 340 / Januari 2015 61 KORUPSI MERAJALELA Bentangan bahari nan eloknya alam nusantara Kekayaan alam yang tiada terhingga Budaya yang mendunia Seakan memukau setiap mata Sayang,tersimpan misteri yang tiada akhirnya Korupsi... Karena engkau rakyat menderita Terlunta - lunta, mengemis-ngemis hanya demi sesuap nasi Semakin tahun bertambah Semakin korupsi merajalela Kemiskinan... Laksana angin yang menerpa tiada akhir Laksana buih di lautan tiada habis Kemiskinan menjelma, korupsi merajalela Di tengah jeritan masyarakat kecil Akan kebutuhan yang semakin mencekik leher Koruptor terbahak - bahak Gayus – gayus pun bermunculan Koruptor... Kini sepak terjangmu bak roket yang meluncur Kau ambil miliknya Kau kacaukan negara Korupsi... Membuat resah hati Membuat negeri bergejolak api Entah sampai kapan kan terhenti Pemerintah,dimana tangguna jawabmu Kau dipercaya tapi kau berhianat Korupsi dimana - mana Namun,kau seakan menutup telinga Kau saekan lari dari kenyataan Inikah negeriku????........ Yang tiap hari kita saksikan sebuah drama tanpa episode Inikah negeriku???............. Yang anak kecilpun tahu tontonan rebutan kekuasaan Inikah negeriku… Yang bagai layar lebar…. Menyuguhkan pertengkaran para penguasa Wahai penguasa …… Bagaimana cara kami mengatakan Pada tunas bangsa yang menanyakan sejarah tentangmu Sedang engkaku dalam ego kepentinganmu Tanpa peduli ketauladanan dan perilaku Cukup akhiri drama tak berujung Mari mengukir dan memoles sejarah Tanpa catatan merah Musyarofah MI Darussalam Jalan Masjid Al-Irsyad, RT 06/RW 05 Pandanarum, Kemlokolegi, Baron, Nganjuk 64394 PERJALANANKU KEPADAMU Perjalanan.. Perjalan tak berakhir secepat ini Aku tidak akan berhenti sebelum mati Meski rintangan mulai menghalang Tekatku selalu berjuang untuk menang Dan kemenangan tidaklah menjadi kebanggaan Tetapi kepadamu lah mendapatkan kebahagiaan Sehingga aku bersyukur, berdo’a dan bertrimakasih Hanya kepadamu ya Allah yang maha pengasih Siti Khoiriyatul Ummah MAN Kediri 1 Perjalanan... Perjalananku takkan sempurna tanpa dukungan Orang tua, guru, keluarga dan teman-teman Tanpa mereka semua ini takkan berjalan Perjalanan ini menuju jalanmu ya rohman Ya Allah perjalanan ini butuh barokah Dan perjalanan ku menjadi bekal untuk masa depan Agar orang yang tidak kejalanmu Menjadi kejalan yang lurus Aku akan memperjuangkan iman ku kepada mu NEGERIKU KINI Siti Faiqotunnisa’ Madrasah Muallimat kls IVC Oh Tuhan.... Tegakkan kebenaran di persada bumi Sesungguhnya kau Maha Adil lagi Maha Menyayangi Dalam goresan sejarah Ku baca ada tetesan darah Yang membanjiri setiap langkah pejuang Yang bertahan dan merebut kemerdekaan Dalam sejarah…. Negeri ku rindang penuh tanaman Tapi kini telah gersang Terganti oleh bangunan mewah nan berasap Dalam sejarah ….. negeriku penuh pesona, Tapi kini terkoyak luka hanya untuk berebut kekuasaan 62 MPA 343 / April 2015 HUJAN YANG DARI AL-GHAZALI Demi waktu yang mengejar jiwa-jiwa yang melahap semua-mua yang tiada ujung sebab yang jauh bernama waktu yang dekat menjelma mati yang besar berbentuk nafsu yang berat memikul amanah yang mudah menelan bulat dosa yang panjang mewujud amal saleh yang indah ketika saling memaafkan Achmad Marzuki Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton, Probolinggo, Jawa Timur TITIK PENGINGAT AKHIR WAKTU Kala senja, dimana dunia berada pada titik penuh bernamakan kejenuhan dimana hari belum bernamakan malam namun tidak juga bernamakan siang seolah titik suram dan titik cerah bersatu menjadi seorang senja O, senja, kau bagai perumpamaan manusia berhura senang bagai sang siang sang siang yang tak ingat akan datangnya malam sang siang yang tak ingat akan adanya suatu waktu bernamakan akhir hingga datanglah seorang senja seorang yang membawa hadiah bernamakan penyesalan Demi masa dan kala senja saat semua penyesalan berubah menjadi kerugian dan berakhir menjadi kesia-siaan belaka saat orang-orang takut pada ketakutannya sendiri dan khawatir pada kekhawatirannya sendiri hanya hamba-hamba yang saling menasehati dalam kebenaran yang akan tersenyum bahagia di akhir permainan ini Dan kesedihan bagi si penelantar waktu di mana saat sang senja pergi dan berganti gelap mereka berada dalam keterpurukan yang begitu mendalam Titik pengingat akhir waktu semua insan saat waktu tak benar-benar siang dan tak benar-penar malam Fikita Putri Ananda Siswi kelas XI MA Al-Munawwaroh Kembangbahu Lamongan BUKU MENANGIS buku menangis bukan karena cinta buku menangis karena ilmunya orang yang baru mencari ilmu sudah merasa lebih hebat dari Tuhannya buku menangis bukan karena putus cinta buku menangis karena putus ilmunya. Lailatur Rizqi Siswi MTs Al-Anwar Paculgowang Jombang TTM EDISI 343 Bulan aPRIl 2015 TTM EDISI 342 MPA JAWABAN TTM NO. 342 MENDATAR : 1.GELAYUT 5.BALIK 6.RADAR 8.UUD 10.JIN 11.NIP 12.GENDANG 16.ADAKALA 20.SON 21.NHK 22.ARU 24.KIKIR 25.SKILL 26.TEMBANG DAFTAR PERTANYAAN MENDATAR : 2. Bubur dari buah-buahan yang dimasak dengan gula 5. Tempat sembahyang orang Hindu 6. Wakil pengganti penghulu urusan Agama Islam 7. Republik Indonesia 9. Kereta Diesel 10. Terjal dan dalam 12. Hujan rintik-rintik 15. Tepat, sesuai untuk mengerjakan sesuatu 16. Alat-alat dapur untuk memasak dibuat dari tanah liat 20. Kegiatan jual beli untuk memperoleh untung 22. Hasrat dan keinginan yang kuat untuk berbuat 26. Lawan kanan 27. Olah raga khas Jepang 28. Nama hari MENURUN : 1. Golongan orang-orang dari sebagian kaum 2. Jaringan yang mengatur kerjasama rangsangan dari/ke organ tubuh 3. Mandiri, tidak bergantung 4. Mengambil dan menahan barang-barang menurut keputusan pengadilan 5. Nama Kabupaten di provinsi Jawa Timur 8. Orang yangd atang dari negara lain dan menetap 9. Salah satu perawatan rambut 13. Tanpa nama 14. Ke/Di dalam 17. Orang yang selalu mementingkan diri sendiri 18. Mengambil, menimba air 21. Islamic State of Iraq and Syria 23. Komunikasi yang berisi saran, arahan atau menerangkan KUPON NO : 343 MENURUN : 1.GELANG 2.LIKU 3.YARD 4.TUDUNG 5.BAJA 7.RUPA 9.UGD 13.END 14.NOL 15.ISAK 16.ANGKET 17.KOR 18.ANJING 19.AKAL 22.ARUM 23.USIA PERAIH HADIAH TTM NO. 342 1. M.UBAIDILLAH AL FAROEQ JL. PEMUDA RT.02/01 ARDIREJO PANJI-SITUBONDO (68321) 2. ACHMAD ZAKI MANDALLA MBI AMANATUL UMMAH JL. KH. ABD. HALIM NO.1 KEMBANG BELOR, PACET-MOJOKERTO 3. M.HAKIM MUMTAZUL WAFA KELAS VIII AKSEL MTSN SRONO JL. RAYA SRONO NO.171 SRONO-BANYUWANGI (68471) 4. DRS. DIMYATI SMP NEGERI 3 LAMONGAN JL. MASTRIB NO.73, LAMONGAN 5. ENDAH RATNAWATI MAN NGLAWAK KERTOSONO JL. KH. ABDUL FATTAH 15 NGLAWAK KERTOSONO-NGANJUK (64351) KETENTUAN : 1. Jawaban ditulis pada kartu pos dan ditempeli kupon sesuai dengan nomornya. 2. Jawaban dikirim ke redaksi MPA paling lambat akhir April 2015 (cap pos). 3. Peraih hadiah diumumkan pada MPA edisi 344. MPA 343 / April 2015 63 Panggilan : Hana Pangilan : Najwa TTL : 20 Agustus 2011 TTL : Tuban, 1 Juli 2014 Alamat : Desa Deketagung Alamat : Sendangharjo II No 86 Tuban Sugio, Lamongan Cita-cita : Dokter Hobi : Sepak bola Orangtua : Moh. Anshori dan Cita-cita : Pilot Orangtua : Hendik Suhantono, S.Pd Dyah Kurniawati dan Eka Laili R Panggilan : Keysha Panggilan : Najwa TTL : Pontianak, 2 juli 2012 TTL : Pontianak, 4 april 2014 Alamat : Jl. Mawar No. 5 Sampang Alamat : Asrama Gatot 1 Hobi : Berenang Pontianak, Kal-Bar Cita-cita : Polwan Hobi : Menyanyi Orangtua : Achmad sholeh, S.Sos dan Yunika Puspa Dewi Cita-cita : Polwan Orangtua : H. Sumandi, SH dan Siska Yulianti, S.Pd.I Panggilan : Najwa Panggilan : Raka TTL : Mojokerto, 2 Juni 2012 Alamat : Jl. Raya Ijen 57 Mojokerto Kota Hobi : Menggambar Cita-cita : Diplomat Orangtua : Ahmad Yusron Rijal dan Rananta Zwari Sunyaranggi TTL : Sidoarjo, 23 Mei 2008 Alamat : Durungbedug RT 11 RW 03 Candi Sidoarjo Sekolah : MINU Durungbedug Candi Sidoarjo Hobi : Berenang Cita-cita : Presenter tv seperti Najwa Shihab Orangtua : Ach. Junaidi dan Khoirun Nusa’ 64 MPA 343 / April 2015 Gadis Kecil di Bawah Gedung Itu Oleh : Annisa Farida Salma *) S etapak jalan berbatu terlindas sepasang kaki yang terbalut dua bilah sepatu kulit mewah. Jubah panjangnya menyisir sepanjang jalan. Perlahan ia mulai melewati pesisir jalanan. Air wajahnya sendu. Sebuah duka terbayang jelas di wajahnya yang termakan leher. Tangannya mengepal. Mengisyaratkan sebuah emosi yang ingin membakar. Gedung di sepanjang jalan itu telah hancur menjadi sebuah mozaik kecil. Air matanya hanyut. Turun perlahan. Angin gurun mengibaskan baju yang ia kenakan. Sebuah jubah panjang dengan berbagai aksesoris pertanda kemewahan. Kepalanya terbungkus kerudung hitam yang menutup hingga separuh wajahnya. Kepalanya terangkat.Mata hijau cemerlangnya menatap lurus kedepan. Benih matanya berkabut. Dengan bulu mata terangkat lentik. Ia tak sanggup membendung sedihnya saat seorang anak kecil menghampirinya. Mengangkat sepasang tangan kecil berdebu dan menunjukkan wajah memelas. “Saya belum makan. Bolehkah meminta sedikit uang?”. Kata-kata sederhana yang selalu di ucapkan para peminta. Namun ia tak mengerti sejengkal kalimat itu membuatnya ingin mengambil beberapa lembar uang di tasnya yang terbeban di bahunya. Itulah yang ia lakukan sekarang. Selang beberapa detik, beberapa lembar uang telah sampai di tangan bocah itu yang kini tengah tersenyum lalu melangkah pergi. Entah mengapa bocah itu mengingatkannya pada seseorang di masa lalunya. Seseorang yang spesial tentunya. Ia terus melangkah dengan memikirkan siapakah orang itu. Pohon-pohon gurun di sekitarnya sedikit berguncang saat angin menerjangya yang juga menerbangkan ujung jubahnya yang berdebu. Gedung-gedung di sekitarnya telah rata dengan tanah. Sepanjang jalan yang ia ingat, gedung hanya sebuah puing. Orang-orang yang semula tinggal di tempat itu telah banyak yang menghadap sang Ilahi. Dan yang tersisa tinggal mengenaskan di bawah puing-puing itu berharap takkan ada sebuah bencana apapun. Anak kecil berlari di sekitarnya tanpa ada beban di wajah mereka. Saat ia palingkan wajahnya kearah lain, justru pandangan sedih yang didapat. Pandangan memohon yang ia benci. Amarah itu perlahan bangkit. Di otaknya yang terlindungi dua kali lipat itu, berbagai macam partanyaan hadir. Dan saat putar kearah lain ia juga hanya mendapatkan hal yang sama. Tapi ada sebuah pandangan yang sangat ia kenal. Mata hijau yang lebih tua dari yang ia miliki telah menghisap sebuah akal sehat yang ia bina dari dulu. Ia kenal pandangan itu. Pasti. Tapi siapa? Dan mengapa pandangan itu seolah ia kenal dengan baik. Seorang gadis sebaya dengannya. Tengah berdiri menyandarkan tubuh kurusnya ke sebuah reruntuhan tembok bangunan di atasnya. Meski kerudung yang ia kenakan tak menutup separuh wajah, tapi tetap tak mengenalnya. Namun entah mengapa gadis itu tersenyum sinis dan menatapnya dengan benci. Jubah gadis itu tiba-tiba berkibar. Dan gadis itu berjalan pergi dengan pelan. Kakinya tak beralas apapun. Padahal cuaca hari itu begitu menyengat. Sosok itu memalingkan wajahnya dan tersenyum. Seolah mengundangnya untuk ikut bersamanya. Dan ajaib. Kakinya melangkah dengan pasti. Mengikuti perlahan dibelakangnya. Menciptakan tatapan aneh di sekitarnya. Keadaan di bawah gedung itu sangat menjijikkan. Sampah bertebaran di bawah sepatu mahalnya. Gadis itu berpaling menghadapnya. Memberikan sebuah senyuman dan sebuah kalung yang pernah lihat sebelumnya. ‘Syafira’ nama itu terukir di atas kalung yang kini berada di genggamannya. Ia ingat. Itu nama sahabatnya yang ia tinggalkan hanya untuk sebuah keegoisan. Ia kembali meneteskan air mata. Perasaan bersalah menyelimuti hati dan pikirannya. “Syaf.” Suaranya bergetar saat nama itu meluncur dari bibirnya. Gadis itu berhenti. Badan itu menghadap dirinya. Pucat pasi. Tak ada senyuman. Mata hijaunya kelam. Seperti ada ketakutan yang mampir di hati gadis itu. saat ia mendekat. Gadis itu berlari. Nalurinya berkata ia harus mengejarnya. Dan di sadari, langit telah berubah senja. Warna biru telah luntur tergantikan warna merah orange yang indah. Bayangan hitam telah jatuh menimpa tanah. Walau buram tubuh itu tergambar dengan baik. Angin gurun kembali menerpanya. Menerbangkan dedaunan tua yang menguning. Saat ia terpejam, tubuh itu menghilang. Layaknya awan yang tertiup angin kencang. Menyisakan sebuah tubuh yang masih terpejam matanya. Kelopak matanya perlahan terbuka. Menampakkan mata hijaunya yang menawan. Nafasnya terdengar berat. Bulir air mata jatuh dan tertangkup di cadarnya yang hitam. Ia seperti ingat akan sesuatu yang membuatnya tak terkejut dengan apa yang terjadi di hadapannya saat ini. Sebuah pohon tua berdiri dengan angkuh di atas sebuah bukit yang hijau di tengah kota yang porak poranda akibat perang aneh yang mengutamakan sebuah keegoisan. Di tengah gurun panas yang membakar. Biji kenari berjatuhan di sekitar pohon itu. bebatuan berjejer rapi. Dan sebuah batu dengan lafadz arab yang menyusun sebuah nama. “Syafira”. Nama yang sama dengan nama di kalung yang tersanggah di jemarinya. Kini ia ingat semua. Anak kecil yang meminta itu. ia pernah mengerjai teman baiknya untuk melakukan hal yang sama. Dengan kalimat yang sama pula. Gedung itu adalah sekolahnya dulu. Dan kini pohon ini adalah tempatnya sering bermain dulu di masa bermainnya. Dan nisan itu adalah nisan temannya yang pergi beberapa tahun lalu karena serangan negera penuh emosi. Dan gadis itu adalah sahabatnya. *) MTs. Akselerasi Amanatul Ummah Kelas 9, Pacet, Mojokerto. MPA 343 / April 2015 65 PUSAT KEBUDAYAAN ISLAM IRLANDIA SIMBOL UKHUWWAH I rlandia, adalah sebuah negara yang terletak di kontinen Eropa. Dibanding negara-negara lain di benua Eropa, Irlandia tergolong cukup baru mengenal Islam. Diperkirakan Islam masuk kesana baru sekitar abad ke-19, melalui para imgran Timur Tengah, Afrika, dan Turki. Tetapi dalam perkembangannya, Islam berkembang cukup pesat. Hingga kini, Islam di Irlandia telah menjadi agama dengan penganut terbesar kedua setelah Katolik. Dengan semakin besarnya umat Islam ini, membuat kebutuhan masjid dan pusat-pusat kegiatan Islam menjadi keniscayaan. Oleh karena itulah, melalui ”Yayasan Islam Irlandia”, kini Muslimin Irlandia telah dapat merasakan sebuah fasilitas ibadah dan pusat aktivitas / kegiatan Muslim dengan yang cukup lengkap dengan berdirinya ”Islamic Cultural Centre of Ireland atau ICCI (Pusat Kebudayaan Islam Irlandia)”. ICCI ini berdiri, berkat dukungan dana dari pihak Uni Emirat Arab. Pada tahun 1992, Shiekh Hamdan bin Rashid Al-Maktoum Wakil Gubernur Dubai yang juga menjabat sebagai Menteri Keuangan dan Industri Uni Emirat Arab, menyetujui pembangunan kompleks aktivitas Islam di Irlandia (melalui proposal yang diajukan oleh Yayasan Islam Irlandia dan Pemerintah Irlandia). Kompleks ICCI ini berada di Clonskeagh, selatan Dublin, bersebelahan dengan University College Dublin. Berdiri diatas tanah seluas 5.573 meter persegi. Pembangunan proyeknya dimulai 1994 dengan menelan dana sekitar Rp. 661 miliar lebih. Pada 16 Nopember 1996, kompleks ICCI ini selesai dan diresmikan oleh Presiden Irlandia saat itu, Mary Therese Winifred Robinson, bersama Sheikh Hamdan bin Rashid Al-Maktoum. Akan halnya profile kompleks ICCI ini, rancangan arsitektur bangunannya, dibuat langsung oleh sebuah perusahaan arsitektur terkenal Irlandia, Michael Collins & Associates. Dalam rancang bangun kompleks ini, ada lima bangunan utama yang saling terhubung oleh sebuah koridor. Dari kelima bangunan utama itu, setidaknya terdapat sembilan bagian yang memiliki fungsi masing-masing tetapi tetap saling terkait dan saling melengkapi. Seperti bangunan masjid berlantai dua yang berdaya tampung sekitar 550-an orang jama’ah putra dan putri, yang berada tepat di tengah kompleks dengan ciri khas kubah dan menara menjulang tinggi berujung bulan sabit diatasnya yang menyimbolkan kalender lunar Islam. Bagian bangunan yang lain, adalah sekolah Islam atau madarasah, perpustakaan, perkantoran dan administrasi, ruang pertemuan, pertokoan, restoran, hingga apartemen. Secara keseluruhan kapasitas bangunan kompleks ICCI ini mampu menampung sekitar 3000-an orang dalam satu kegiatan yang bersamaan, seperti perayaan hari besar Islam misalnya. Khusus bagian pendidikan, telah dibangun Nurul Huda Qur’anic School yang berfungsi sebagai sekolah / madarasah pembelajaran Al-Qur’an dan ilmu-ilmu agama bagi anak-anak Muslaim Irlandia. Di luar ban- 66 MPA MPA 343 343 // April April 2015 2015 gunan fisik itu, hamparan rumput hijau dan aneka tanaman hias/ teduhan serta halaman parkir terbentang cukup luas mengelilingi kompleks ICCI ini. Disisi lain walaupun dalam inisiasi pembangunannya didominasi kelompok Muslim Sunny, tetapi dalam perjalanannya ICCI ini telah disepakati bersama oleh Dewan Imam Irlandia yang terdiri dari Sunny dan Syiah, sebagai pusat kebudayaan bersama bagi seluruh komunitas Muslim di Irlandia. Hal ini, tampak dengan dipilihnya Ketua Dewan Imam Irlandia, Imam Hussein Halawa, yang juga sebagai Imam dari ICCI. Presiden Irlandia, Michael Daniel Higgins (sebagaimana Presiden sebelumnya Marry T.W. Robinson), dalam kunjungannya ke ICCI pada 28 November 2012 , sangat respect dan menaruh harapan besar kepada ICCI dalam memberikan kontribusi positif terhadap persaudaraan Islam dan integrasi dengan masyarakat Irlandia, dengan menyatakan bahwa, “Pusat Kebudayaan Islam Irlandia (ICCI), merupakan simbol penting bagi integrasi dan aktivitas inklusif Muslim Irlandia”. Selanjutnya beliau menambahkan, “Irlandia dalam beberapa dekade terakhir telah menjadi masyarakat yang multi etnik dan multi agama yang telah memilih Irish sebagai warga negara dan rumah mereka”. Bagi komunitas Muslim, peran ICCI ini telah mampu memberikan kontribuasi penting dalam proses integrasi tersebut. “Saya berharap ICCI dapat berperan sebagai simbol persaudaraan Muslim Irish dan simbol integrasi inclusif Muslim Irlandia. Saya senang keberadaan Islami Centre ini,” tambah Pak Michael. Dia menekankan agar, “ICCI dapat memiliki peran penting dalam menjaga hubungan posistif dalam masyarakat, menanamkan rasa hormat dari kelompok-kelompok keagamaan yang berbeda, dan kehidupan beragama yang moderat”. Dia juga menekankan, “Multi etnik dan agama telah menjadi struktur warga Irlandia baru, dalam membentuk dan menyusun masa depan bersama.Masa depan berbagai budaya dalam masyarakat bisa datang bersama-sama dan bekerjasama untuk menawarkan kehidupan yang beragam bagi kepentingan bersama, bukan memaksakan satu budaya atau satu agama terhadap agama dan budaya yang telah ada”, demikian harapan Pak Michael. (diolah dari islam digest republika januari 2015) •Ahar