BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sosialisasi merupakan suatu proses belajar seumur hidup yang berkenaan dengan cara individu mempelajari nilai dan norma sosial yang berlaku dalam masyarakat agar ia dapat berkembang menjadi pribadi yang baik sehingga diterima oleh kelompoknya. Sosialisasi mempunyai arti pembinaan kepribadian agar seseorang dapat hidup dengan tuntutan kelompok dan kebudayaanya. Individu menerima proses sosialisasi sejak lahir sampai meninggal. Proses sosialisasi ini nantinya akan membentuk kepribadian. Adapun agen-agen yang terlibat dalam proses sosialisasi yaitu agen sosialisasi seperti keluarga, kelompok bemain, media sosial dan lain-lain. Keluarga merupakan agen utama dalam proses sosialisasi. Keluarga merupakan institusi yang paling penting pengaruhnya terhadap proses sosialisasi. Hal ini disebabkan karena keluarga merupakan kelompok primer yang selalu bertatap muka diantara anggotanya. Keluarga merupakan kelompok sosial terkecil yang terdiri atas, ibu, ayah dan anak. Melalui keluarga maka anak akan mengenal dunianya dan pola kehidupan sehari-hari. Orang tua umumnya mencurahkan perhatian untuk mendidik anak agar memperoleh dasar-dasar pergaulan hidup yang benar dan baik melalui penanaman disiplin, kebebasan dan penyeserasian.1 1 Alfin, A. 2010.Sosialisasi. http://Alfin Nitiharjo. Com/sosialisasi.Html.Di aksespadatanggal 28 oktober 2016. 1 Orang tua memiliki berbagai macam sifat dalam mendidik anakanaknya. Ada orang tua yang bersifat keras, ada yang terlalu lunak, dan ada yang demokratis. Bagi orang tua yang bersikap terlalu lunak, tidak berdaya, memberi kebebasan terhadap anak tanpa norma-norma yang harus diikuti oleh mereka. Sikap orang tua yang seperti ini akan menimbul kan gejala-gejala tingkah laku tidak senonoh pada anak-anak mereka. Misalnya agresif, suka menipu, bohong, bertindak melampiaskan hawa nafsu tanpa kekangan sehingga merusak diri dan masyarakat sekitarnya.2 Agen selanjutnya dalam proses sosialisasi yaitu teman bermain. Teman bermain dimaksudkan sebagai kelompok yang bersifat rekreatif, namun dapat pula memberikan pengaruh dalam proses sosialisasi setelah keluarga. Kelompok bermain lebih banyak berperan dalam membentuk kepribadian seorang individu. Berbeda dengan proses sosialisasi dalam keluarga yang melibatkan hubungan tidak sederajat seperti perbedaan usia, pengalaman dan peran. Sedangkan sosialisasi dalam kelompok bermain dilakukan dengan cara mempelajari pola interaksi dengan orang-orang yang sederajat dengan dirinya. Puncak pengaruh teman bermain adalah pada saat masa remaja. Apabila usia anak meningkat ke umur remaja penanaman nilai baik yang diperolehnya harus dipertahankan, tetapi dengan cara lain sesuai dengan pertumbuhan jiwa remaja tersebut. Masa remaja merupakan suatu tahap kehidupan yang bersifat peralihan dan tidak menetap. Secara psikologis remaja merupakan umur yang dianggap gawat, karena yang bersangkutan sedang 2 Willis, Sofyan S. 2010. Remaja dan Masalahnya. Bandung: Alfabeta. Hal 55-60. 2 mencari jati dirinya. Pada tahap ini, anak akan bermain dan belajar nilai-nilai dengan orang lain atau teman sepermainannya. Baik buruknya prilaku anak, tergantung dengan siapa seorang anak bergaul dalam kehidupan sehari-hari. Jika anak mempelajari penyimpangan di lingkungan luar dan anak tersebut tidak bisa meminimalisir, maka seorang anak akan melakukan penyimpangan, seperti seks bebas.3 Penyimpangan dalam kategori seks bebas meliputi hamil di luar nikah. Hamil di luar nikah merupakan salah satu bentuk kegagalan agen-agen sosialisasi dalam menanamkan nilai dan norma pada anak sehingga berdampak pada perilaku negatif yang dilakukan oleh seorang anak. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mencatat bahwa angka kehamilan anak di luar nikah mengalami peningkatan, untuk tahun 2012 pihaknya mencatat 4.8% kehamilan terjadi pada anak usia 10-11 tahun, sedangkan pada usia produktif usia 15-19 sebanyak 48.1% terutama pada usia 17 tahun. Sebagian besar penyebab remaja hamil di luar nikah karena kurangnya kontrol dari orang tua dan pengaruh teman bermain.4 Kasus yang terjadi di Kecamatan Ungar yaitu hamil di luar nikah dikalangan remaja. Pada masyarakat Ungar tidak sedikit jumlah pernikahan yang didahului oleh perzinahan yang berujung pada kehamilan. Kehamilan di luar nikah khususnya pada kalangan remaja di Kecamatan Ungar ini 3 Soekanto, Soejono.2006. Sosiologi:Suatu Pengantar, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.Hlm. 387. 4 Bkkbn, Kemenkes RI. 2012. Laporanpendahuluansurveidemografidankesehatanindonesia. Http://www. Bkkbn. Go. Id. Di aksespadatanggal 28 oktober 2016. 3 mengalami peningkatan yang signifikan sejak tiga tahun terakhir, yaitu tahun 2014 hingga tahun 2016. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan salah seorang orang tua remaja yang hamil di luar nikah yang berinisial DW yang mengungkapkan bahwa sebagai orang tua DW tidak sepenuhnya mengawasi anaknya yang berada di luar rumah karena sibuk bekerja sehingga segala hal yang dilakukan anak tidak diketahuinya. Hal ini tampak bahwa orang tua tidak mengontrol dengan baik pergaulan anak-anaknya. Lemahnya kontrol orang tua ini memberikan kebebasan kepada anak-anak mereka keluar rumah dengan teman laki-laki baik itu di waktu siang maupun malam hari sehingga terjadilah hal-hal diluar dugaan mereka. Peneliti juga melakukan wawancara dengan remaja perempuan yang hamil di luar nikah berinisial PT mengatakan bahwa mereka melakukan hubungan seks disebabkan karena pergaulannya yang cukup bebas di luar. Setiap orang tua menginginkan anak-anaknya menjadi orang yang sukses nantinya dengan mengenyam pendidikan. Kasus hamil di luar nikah menjadi pusat perhatian orang tua terhadap anak, karena hamil di luar nikah merupakan aib bagi keluarga nantinya. Bagi setiap orang tua yang anaknya mengalami hamil di luar nikah tentu suatu hal yang sangat mengecewakan dan sulit untuk diterima. Menurut salah satu tokoh masyarakat setempat yaitu bapak Sulaiman, mengatakan “ salah satu penyebab terjadinya anak hamil diluar nikah adalah lemahnya kontrol orang tua yang memberikan kebebasan anak-anak mereka 4 keluar rumah dengan teman laki-laki baik itu di waktu siang maupun malam hari sehingga terjdilah hal-hal diluar dugaan mereka. Tabel 1. Data yang penulis peroleh mengenai jumlah pernikahan di KUA KecamatanUngar No. Tahun Nikah Hamil Pra Nikah Persentase 1 2014 59 11,86 % 2 2015 45 7 9 3 2016 40 12 30 % 20 % Jumlah 144 28 19,44 % Sumber : Data Kantor Urusan Agama Kecamatan Kundur – Ungar Berdasarkan tabel di atas terjadi peningkatan hamil di luar nikah yang dilihat dari tiga tahun terakhir pada tahun 2014 sebanyak 7 pasangan yang hamil di luar nikah dengan persentase 11,86 persen, pada tahun 2015 sebanyak 9 pasangan yang hamil di luar nikah dengan persentase 20 persen, dan pada tahun 2016 sebanyak 12 pasangan hamil di luar nikah dengan persentase 30 persen, jadi dari tahun 2014, 2015, 2016 yang hamil di luar nikah 28 orang dengan persentase 19,44 persen. Penelitian yang pernah dilakukan oleh Ikhwannuddin berjudul Sikap Orang Tua Terhadap Anak yang Hamil di Luar Nikah Menurut Hukum Islam. Fokus penelitiannya pada sikap orang tua yang memberikan sanksi terhadap anaknya, yang hamil di luar nikah dan bagaimana pandangan hukum Islam 5 terhadap masalah tersebut. Isi penelitianya adalah mendeskripsikan sikap orang tua yang memberikan sanksi kepada anaknya yang mengalami hamil di luar nikah, pandangan masyarakat tentang diberlakukan sanksi orang tua terhadap anak yang hamil di luar nikah, dan pandangan Islam terhadap bentuk-bentuk sanksi orang tua terhadap anak yang hamil di luar nikah. Penelitian lain juga dilakukan oleh Fina Lizziyah Fijriani yang berjudul Pandangan Tokoh Masyarakat Terhadap Pernikahan Dini Akibat Hamil Pra Nikah. Fokus penelitianya ada dua yaitu pandangan tokoh masyarakat terhadap pernikahan dini akibat hamil pra nikah di Desa Sengon Agung Kecamatan Porwosari Kabupaten Pasuruan dan dampak sosiologis akibat hamil pra nikah. Hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa pandangan tokoh masyarakat sebagian besar memperolehkan dan sebaiknya segera dinikahkan karena sudah terlanjur hamil diluar nikah. Supaya nantinya tidak mendapatkan dampak negatif dari penilaian masyarakat kepada keluarganya dan juga kepada yang bersangkutan. Akibat dari pernikahan tersebut hanya menutup aib dan juga untuk menyelamatkan status anak pasca kelahiran. Sedangkan dampak sosiologis bagi ibu hamil pra nikah dan anak yang dilahirkan, akan terjadi ketidakseimbangan atau ketidaknormalan baik dari aspek sosial maupun psikis. Berdasarkan studi relevan di atas, penelitian yang dilakukan ini memiliki perbedaan fokus penelitian dengan yang telah diteliti sebelumnya. Penelitian yang telah dilakukan oleh Ikhwannuddin melihat sikap orang tua yang memberikan sanksi kepada anaknya yang mengalami hamil diluar 6 nikah dan pandangan hukum Islam terhadap sanksi yang diberikan orang tua kepada anaknya yang hamil di luar nikah. Penelitian yang dilakukan oleh Fina Lizziyah Fijriani memiliki dua fokus yaitu pandangan tokoh masyarakat terhadap pernikahan dini akibat hamil pra nikah di Desa Sengon Agung Kecamatan Porwosari Kabupaten Pasuruan dan dampak sosiologis akibat hamil pra nikah. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan ini berfokus pada penerimaan orang tua terhadap anak yang hamil di luar nikah. Berdasarkan latar belakang masalah di atas peneliti tertarik mengkaji lebih mendalam mengenai“Peneriman Orang tua terhadap anak yang hamil di luar nikah di Kecamatan Ungar Kabupaten Karimun.” B. Batasan dan Rumusan Masalah Keluarga merupakan agen sosialisasi primer yang membentuk kepribadian individu, namun kepribadian individu juga dapat dipengaruhi oleh agen sosialisasi seperti sekolah, teman sebaya, media dimana tidak hanya membawa kearah positif namun juga memberi dampak negatif bagi individu. Salah satu dampak negatifnya adalah terjerumusnya individu kedalam pergaulan bebas yang mengakibatkan hamil di luar nikah. Seperti yang terjadi di Kecamatan Ungar Kabupaten Karimun. Kehamilan di luar nikah khususnya terjadi pada kalangan remaja. Kehamilan di luar nikah ini mengalami peningkatan sejak tiga tahun terakhir yaitu tahun 2014 sampai tahun 2016. 7 Masalah ini menjadi perhatian di kalangan orang tua karena pada umumnya fenomena ini menimpa usia remaja. Dalam hal ini reaksi orang tua yang memiliki anak yang hamil di luar nikah tentunya berbeda-beda tergantung pada cara memandang dan menyikapi masalah yang sedang dialami. Hal inilah yang menjadikan peneliti tertarik untuk melakukan penelitian. Maka peneliti merumuskan masalah yang dijabarkan dalam bentuk pertanyaan penelitian yaitu bagaimana penerimaan orang tua terhadap anak yang hamil di luar nikah di Kecamatan Ungar Kabupaten Karimun ? C. Tujuan Penelitian Penelitian yang telah dilakukan ini bertujuan untuk menggambarkan bentuk penerimaan orang tua terhadap anak yang hamil di luar nikah di Kecamatan Ungar Kabupaten Karimun. D. Manfaat Penelitian Selain mempunyai tujuan, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat mempunyai manfaat : 1. Manfaat Teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan penulis maupun pembaca dan dapat dijadikan sebagai data kajian dibidang ilmu-ilmu sosial seperti Sosiologi Keluarga. 8 2. Manfaat Praktis, dapat mengetahui gambaran mengenai penerimaan orang tua terhadap anak yang hamil diluar nikah serta dapat menjadi saran kepada orang tua dalam mendidik anak. E. Kerangka Teoritis Dari data yang telah dipaparkan oleh peneliti pada latar belakang, menunjukkan bahwa anak yang hamil di luar nikah mengalami peningkatan di Kecamatan Ungar, Kabupaten Karimun, Provinsi Kepulauan Riau. Tentunya, dalam hal ini peneliti ingin melihat penerimaan orang tua terhadap anak yang hamil di luar nikah sesuai dengan rumusan dan batasan masalah yang telah peneliti jelaskan sebelumnya. Peneliti akan mencoba menggunakan konsep AGIL dari Talcott Parsons. Sebelum itu peneliti akan terlebih dahulu menjelaskan mengenai apa yang dikatakan keluarga dalam kajian Parsons. Masyarakat menurut Parsons, adalah sebuah sistem, di mana sistem itu terdiri dari sub-sub sistem yang saling terkait satu sama lainnya. Apabila salah satu sub sistem mengalami gangguan, maka terganggulah sub sistem yang lainnya, sehingga keseimbangan (equiblirium) terganggu. Pada penelitian ini yang peneliti maksudkan sebuah sistem adalah keluarga. Keluarga memiliki beberapa sub sistem yang saling terkait satu sama lainnya, yaitu Ayah, Ibu, dan Anak. Ayah, Ibu dan Anak memiliki fungsinya masing-masing, di mana Parsons mengatakan bahwa fungsi adalah suatu kompleks kegiatan-kegiatan yang diarahkan kepada pemenuhan suatu 9 kebutuhan atau kebutuhan-kebutuhan sistem itu. 5 Dengan menggunakan definisi tersebut, Parsons percaya bahwa ada empat imperatif fungsional yang perlu bagi (khas pada) semua sistem yang dikenal sebagai Skema AGIL. Agar dapat lestari, suatu sistem harus melaksanakan keempat fungsi tersebut. 1. Adaptasi: suatu sistem harus mengatasi kebutuhan mendesak yang bersifat situasional eksternal. Sistem itu harus beradaptasi dengan lingkunganya dan mengadaptasikan lingkungan dengan kebutuhan-kebutuhannya. 2. Pencapaian tujuan: suatu sistem harus mendefinisikan dan mencapai tujuan utamanya. 3. Integrasi: suatu sistem harus mengatur antar hubungan bagaian-bagian dari komponennya. Ia juga harus mengelola hubungan diantara tiga imperatif fungsional lainya (A, G, L) 4. Latensi (pemeliharaan pola): suatu sistem harus menyediakan, memelihara, dan memperbaharui baik motivasi para individu maupun pola-pola budaya yang menciptakan dan menopang motivasi itu. Relevansinya dengan penelitian ini adalah peneliti melihat ketika terjadinya anak hamil di luar nikah, maka pada saat itu sistem mengalami ketidakseimbangan. Maka, adaptasi adalah point pertama yang harus dilakukan oleh keluarga. Dalam hal ini, peneliti ingin memasukkan bagaimana sisi penerimaan orang tua terhadap anaknya yang hamil di luar nikah, sehingga peranan orang tua bertambah. Peneliti berasumsi bahwa orang tua yang memiliki anak hamil diluar nikah, bukan hanya ingin menjaga 5 Ritzer, George. 2012. TeoriSosiologi (Dari KlasikSampaiPerkembanganTerakhir Postmodern). Yogyakarta: PustakaPelajar. Hal 408-409 10 malunya mereka dari keluarga lain, tetapi juga ingin menjaga anak mereka serta bayi didalam kandungannya. Tentunya kebutuhan yang harus dipenuhi juga bertambah. Pada point selanjutnya mengenai pencapaian tujuan, dalam hal ini orang tua tetap bertanggung jawab dan sudi menerima anaknya memiliki tujuan-tujuan jangka panjang, yang barangkali bisa menambah keseimbangan sistem (keluarga) tersebut. Sehingga sub sistem lain juga menunjukkan jati dirinya (tugas, fungsi, peran) agar terjadi integrasi yang semakin kuat di dalam sistem. Dalam hal ini orang tua tidak lupa juga memasukkan point-point yang mana menjadikan anaknya termotivasi untuk hidup di dunia ini, dengan tetap tidak membuang anaknya, atau hal-hal yang tidak diinginkan. F. Penjelasan Konseptual 1. Penerimaan orang tua Penerimaan berasal dari kata dasar yaitu terima, yang artinya menyambut, mendapat, (memperoleh) sesuatu. Jika diluaskan lagi maka penerimaan merupakan perkembangan kata menerima yang maksudnya adalah menyambut, mengambil, (mendapat, menampung, dan sebagainya). Maka jika dikembangkan lagi menjadi penerimaan, hal ini merupakan proses, cara, perbuatan menerima, atau bisa jadi penyambutan.6 Orang tua adalah komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu, dan merupakan hasil dari sebuah ikatan perkawinan yang sah yang dapat membentuk sebuah keluarga. Orang tua memiliki tanggung jawab 6 http://kbbi.web.id/terima,menerima,penerimaan.Diakses tanggal 31 Oktober 2016. 11 untuk mendidik, mengasuh dan membimbing anak-anaknya untuk mencapai tahapan tertentu yang menghantarkan anak untuk siap dalam kehidupan bermasyarakat. Penerimaan orang tua menurut peneliti disini adalah penerimaan orang tua terhadap anak yang hamil di luar nikah di Kecamatan Ungar Kabupaten Karimun. 2. Anak yang hamil di luar nikah Anak adalah hasil perkawinan dari ayah dan ibu yang masih berada di bawah tanggung jawab orang tua. 7 Anak yang dimaksud dalam penelitian ini adalah anak yang mengalami hamil di luar nikah di Kecamatan Ungar Kabupaten Karimun. Hamil di luar nikah adalah proses pembuahan yang terjadi di dalam Rahim perempuan sebagai akibat dari hubungan biologis yang dilakukannya tanpa dilandasi ikatan perkawinan yang sah. Hal itu merupakan konsekuensi dari prilaku seks bebas yang dilakukan oleh kedua insan itu, sehingga menyebabkan terjadinya kehamilan di luar nikah. 8 Hamil di luar nikah yang dimaksud peneliti di sini adalah terjadinya kehamilan pada seorang wanita akibat hubungan seksual yang tidak sah karena belum melalui prosesi pernikahan, atau dengan kata lain kehamilan ini diperoleh akibat tindakan seks bebas atau perzinahan. G. Metodologi Penelitian 7 Yanti Sri Wahyuni. 2006. Pilihan Jodoh Anak Oleh Orang Tua (Studi Kasus : keluarga di Nagari Koto Nanduo Kecamatan Batang Kapas Kabupaten Pesisir Selatan. Skripsi. Padang: UNP. 8 Ossy Ana Prima.2004.KehidupanKeluargaPasangan yang Hamil di LuarNikah (Kasus 5 keluarga di KanagarianKajaiKecamatanTalamauKabupatenPasamanBarat.Skripsi. Padang: UNP. 12 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian adalah Kecamatan Ungar Kabupaten Karimun. Peneliti memilih lokasi ini karena di Kecamatan Ungar ditemukan meningkatnya angka hamil di luar nikah. Maka dari itu peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian serta untuk mengetahui bagaimana penerimaan orang tua terhadap anak yang hamil di luar nikah. 2. Pendekatan dan Tipe Penelitian Pendekatan penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Penelitian kualitaif adalah penelitian yang berangkat dari inkuiri naturalistik yang temuannya tidak diperoleh dari prosedur perhitungan secara statistik. Penelitian kualitatif mengungkapkan berbagai keunikan yang terdapat dalam individu, kelompok, masyarakat, atau organisasi dalam kehidupan sehari-hari secara menyeluruh, rinci, dalam, dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. 9 Peneliti dapat melihat secara mendalam tentang fenomena yang terjadi, sehingga data yang diperoleh dilapangan dapat menjelaskan permasalahan penelitian. Tipe penelitian yang dilakukan adalah studi kasus dengan Single level case study(studi kasus tunggal). Studi kasus mencoba untuk mencermati indvidu atau sebuah unit secara mendalam. Peneliti mencoba menggambarkan subjek penelitian di dalam keseluruhan tingkah laku, yakni tingkah laku itu sendiri beserta hal-hal yang melingkunginya, 9 Basrowi dan Suwandi.Memahami Penelitian Kualitatif. ( Jakarta: Rineka Cipta.2008 ) Hlm. 22 13 hubungan antara tingkah laku dengan riwayat timbulnya tingkah laku, dan segala hal yang berkaitan dengan tingkah laku tersebut.10 Dalam penelitian ini, peneliti tidak membandingkan dengan kasus lain melainkan melakukan studi pada sebuah kasus yaitu mengenai penerimaan orang tua terhadap anak yang hamil di luar nikah di Kecamatan Ungar Kabupaten Karimun. Pendekatan ini dapat dipakai dalam menggambarkan keadaan-keadaan yang terdapat dalam situasisituasi tertentu dan tepat untuk menemukan fakta yang ada di lapangan mengenai penelitian yang akan peneliti lakukan. Selain itu, studi kasus dapat memberikan akses atau peluang yang luas kepada peneliti untuk menelaah secara mendalam, detail, intensif, dan menyeluruh tentang penerimaan orang tua terhadap anak hamil di luar nikah di Kecamatan Ungar Kabupaten Karimun. 3. Teknik Pemilihan Informan Informan adalah orang dalam pada latar penelitian. Fungsinya sebagai orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian.11 Pada penelitian yang dilakukan ini, peneliti dalam memilih informan yaitu dengan cara purposive sampling. Purposive sampling dilakukan dengan mengambil orang-orang terpilih betul oleh peneliti menurut ciri-ciri spesifik yang dimiliki oleh sampel itu. 10 11 Arikunti, suharsimi.ManajemenPenelitian.( Jakarta:Rineka Cipta2010 ) Hlm. 238 Basrowi dan Suwandi.Memahami Penelitian Kualitatif. ( Jakarta: Rineka Cipta.2008) Hlm. 86 14 Sampling yang purposive adalah sampel yang dipilih dengan cermat hingga relevan dengan desain penelitian.12 Kriteria informan dalam penelitian yang dilakukan yaitu orangorang yang dipilih berdasarkan pengetahuan peneliti bahwa informan tersebut dapat memberikan data yang sesuai dengan masalah dan fokus objek penelitian. Adapun kriteria pemilihan dan subjek informan dalam penelitian yang dilakukan adalah: a. Orang tua yang anaknya hamil di luar nikah b. Keluarga dari anak yang hamil di luar nikah c. Pasangan yang hamil di luar nikah. d. Tetangga dari anak yang hamil di luar nikah 4. Pengumpulan Data Penelitian yang dilakukan menggunakan data primer dan sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung oleh peneliti dari subjek penelitian (informan). Data primer dalam penelitian ini adalah data hasil wawancara dengan informan penelitian yaitu orang tua yang anaknya hamil di luar nikah, Keluarga dari anak yang hamil di luar nikah, Pasangan yang hamil di luar nikah, Tetangga dari anak yang hamil di luar nikah. Sedangkan data sekunder adalah data resmi yang dikeluarkan oleh KUA seperti, data pernikahan, umur pasangan yang menikah. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah: 12 Nasution.Metode Research.( Jakarta: Bumi Aksara.2011.2008 ) Hlm. 98 15 a. Observasi Observasi merupakan aktifitas pencatatan fenomena yang dilakukan secara sistematis. Jenis observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi partisipasi pasif.13 Observasi partisipasi pasif ini, peneliti sewaktu pengumpulan data mendatangi lokasi penelitian terutama pada keluarga yang anaknya mengalami hamil diluar nikah, namun peneliti tidak ikut atau terlibat dalam kegiatan sehari-hari informan, tetapi hanya mengamati apa yang dilakukan oleh informan. Peneliti melihat bagaimana bentuk penerimaan orang tua terhadap anak yang hamil di luar nikah. b. Wawancara Pada penelitian yang dilakukan ini teknik pengumpulan datanya adalah wawancara. Wawancara adalah pengumpulan data yang digunakan untuk mendapatkan keterangan-keterangan lisan melalui bercakap-cakap dan berhadapan muka dengan orang yang dapat memberikan keterangan pada peneliti.14 Wawancara yang akan dilakukan adalah wawancara mendalam atau in-depth interview. Sewaktu melakukan wawancara, pewawancara tidak hanya melakukan wawancara hanya sekali saja, tetapi dilakukan secara berulang-ulang dan mendalam kepada informan. Sehingga peneliti mendapatkan data secara detail mengenai permasalahan dan fokus penelitian. 13 14 Idrus, Muhammad.MetodePenelitianIlmuSosial.( Yogyakarta: Erlangga.2009 ) Hlm. 101 Mardalis.MetodePenelitianSuatuPendekatan Proposal. ( Jakarta: BumiAksara.2010 ) Hlm. 64 16 Wawancara dapat dilakukan melalui tatap muka dan tidak terstruktur. Artinya peneliti bertemu langsung dengan informan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang dilakukan hanya garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. Pada saat wawancara peneliti akan menggunakan handphone sebagai alat perekam. Wawancara akan dilakukan di lingkungan masyarakat. Apabila informan tidak bisa melakukan wawancara pada saat itu karena berbagai hal, maka peneliti akan membuat janji untuk melakukan wawancara. c. Dokumentasi Dokumentasi merupakan suatu cara pengumpulan data yang menghasilkan catatan-catatan penting yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, sehingga akan diperoleh data yang lengkap, sah bukan berdasarkan perkiraan.15 Dokumentasi yang digunakan berupa data pernikahan dari KUA Kecamatan Kundur-Ungar. 4. Triangulasi Data Untuk mendapatkan validnya suatu data yang diperoleh dari lapangan, maka dalam penelitian yang dilakukan ini menggunakan teknik 15 Basrowi dan Suwandi.Memahami Penelitian Kualitatif. ( Jakarta: Rineka Cipta.2008 ) Hlm.158 17 tirangulasi data. Dalam teknik pengumpulan data, triangulagi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Triangulasi data terdiri yaitu triangulasi Sumber, triangulasi teknik dan triangulasi waktu.16 Triangulasi sumber adalah untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama. Teknik ini dilakukan dengan mengajukan pertanyaan yang relatif sama kepada informan yang berbeda bertujuan untuk mendapatkan data yang sama tentang penerimaan orang tua terhadap anak yang hamil di luar nikah. Pertanyaan yang dikembangkan dari daftar pertanyaan diberikan kepada informan. Data dianggap valid apabila dari pertanyaan yang diajukan sudah terdapat jawaban yang sama dari berbagai informan. a. Triangulasi teknik adalah peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Triangulasi yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan cara membandingkan data hasil pengamatan dengan wawancara. b. Triangulasi waktu adalah menguji validnya data ditentukan waktu serta kondisi lingkungan saat peneliti menggali data kelapangan, perbedaan atau kesamaan waktu serta kondisi objek penelitian mempengaruhi 16 Sugiyono.Metode Penelitian Kombinasi ( Mixed Methods ). ( Bandung: Alfabeta.2014 ) Hlm. 83 18 validnya suatu data.17 ketiga triangulasi data tersebut, akan digunakan dalam penelitian yang dilakukan guna untuk memperoleh keabsahan data penelitian. 5. Analisis Data Analisis data terdiri dari tiga jalur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi. a. Reduksi data. Reduksi data merupakan suatu bentuk analilis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan pengorganiasasian data dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulannya dapat diverifikasi. Reduksi data terjadi selama penelitian berlangsung. 18 Hasil wawancara dan observasi diklasifikasikan, kemudian peneliti memilih dan memilah kutipan dan data yang akan diperoleh dari informan sesuai dengan tujuan penelitian. Selanjutnya dibuat ringkasan sesuai dengan masalah yang diteliti tentang bagaimana penerimaan orang tua terhadap anak yang hamil di luar nikah di Kecamatan Ungar Kabupaten Karimun. b. Penyajian data. 17 18 Ibid. hlm 127 Mattew B. Miles dan A. Micahel Huberman.Analisis Data Kualitatif Buku Sumber Tentang Metode-metode Baru. ( Jakarta: UI Press.1992 ) Hlm. 16 19 Penyajian data merupakan sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data dapat berupa tulisan, grafik dan tabel. Semuanya dirancang guna menggabungkan informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang mudah dipahami. 19 Peneliti melakukan pengelompokan data secara tersusun agar memudahkan peneliti untuk melihat gambaran secara keseluruhan atau bagianbagian tertentu dari penelitian tentang bagaimana penerimaan orang tua terhadap anak hamil di luar nikah di Kecamatan Ungar Kabupaten Karimun. c. Verifikasi / menarik kesimpulan Penarikan kesimpulan merupakan kegiatan konfigurasi yang utuh. Kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangung. Verifikasi merupakan tinjauan ulang pada catatan-catatan lapangan, data yang diperoleh perlu diuji kebenarannya, kekokohannya, dan kecocokannya.20 Penarikan kesimpulan diperoleh berdasarkan informasi yang didapatkan di lapangan sehingga dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai penerimaan orang tua terhadap anak hamil di luar nikah di Kecamatan Ungar Kabupaten Karimun. Selanjutnya dilanjutkan dengan merumuskan temuan melalui penarikan kesimpulan dan 19 20 Ibid. Hlm. 17-18 Ibid.Hlm. 19 20 analisis data. Hasil penelitian yang akan diperoleh oleh peneliti dan dirangkum dalam bentuk laporan akhir atau hasil penelitian yang utuh. Model analisis data yang dipakai adalah yang dikemukakan oleh Milles dan Huberman yaitu: Pengumpulan Data Penyajian Data Reduksi Data Verifikasi/ Kesimpulan Gambar 1 : Skema Proses Analisis DataModel Interaktif 21 BAB II DESKRIPSI KECAMATAN UNGAR A. Sejarah dan Asal Usul Kecamatan Ungar Kecamatan Ungar merupakan Kecamatan Pemekaran dari Kecamatan Kundur. Yang dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 02 Tahun 2012, pemerintahan mulai efektif pada awal Tahun 2013. Pada awal terbentuknya Kecamatan Ungar dipimpin oleh Raja Jemishak sebagai Camat untuk menjalankan Pemerintahan, membina Administrasi Kecamatan Ungar. Kecamatan Ungar terdiri dari 1 Kelurahan dan 3 Desa, diantaranya Kelurahan Alai, Desa Batu Limau, Desa Ngal, Desa Sungai Buluh. Dalam menjalankan Roda Pemerintahan, camat Ungar dibantu oleh 1 (satu) orang Seketaris Kecamatan, 4(empat) orang Kasi, 1 (satu) Orang defenitif sementara yang lain hanya sebagai plt. Kantor Kecamatan Ungar saat ini masih menggunakan kantor sementara, yang menempati rumah dinas sekolah sampai dibangun Kantor yang baru. Dalam kurun waktu 1 tahun ini telah dilaksanakan berbagai kegiatan dan pembangunan yang mungkin masih minim dengan anggaran yang tidak memadai. B. Kondisi Geografis Secara geografis, Kecamatan Ungar berada pada dataran rendah , dengan perbukitan dengan ketinggian rata-rata 4 meter dari permukaan laut, memiliki wilayah pantai dan terdapat berberapa sungai. Sebagai daerah kepulauan, secara umum curah hujan cukup tinggi terutama dipenghujung Tahun disertai air pasang mencapai kepemukiman masyarakat dan 22 menggenangi perkebunan milik masyarakat apalagi disaat Musim Utara. Pada umumnya lahan yang ada di Kecamatan Ungar adalah lahan perkebunan, yaitu Kelapa, Karet, dan tanaman Buah-buahan seperti Durian, Rambutan, Duku, Sawo, Rambai dan Mangga. Pada awal terbentuknya Kecamatan Ungar, berdasarkan jumlah Penduduk dan berdasarkan Luas Wilayah dan untuk mempermudah urusan Pemerintahan di Kecamatan Ungar, maka dibagi dalam 1 ( Satu ) Kelurahan 3 ( Tiga ) Desa antara lain : 1. Kelurahan Alai : Edy Sucipto, S.Sos 2. Desa Batu Limau : Muhamad Habibi, S.Pd 3. Desa Ngal : Yusri 4. Desa Sungai Buluh : H. Ahmad, SPd, MM Kecamatan Ungar dibentuk dengan Peraturan Daerah Kabupaten Karimun Nomor : 02 Tahun 2012 dengan Luas Wilayah + 1,012 KM 2 dengan titik Koordinat -. Adapun batas-batas wilayah Kecamatan Ungar adalah sebagai berikut : 1. Sebelah Utara berbatas dengan Kec.Kundur / Kec. Belat 2. Sebelah selatan berbatas dengan Kecamatan Durai 3. Sebelah Timur berbatas dengan Kec. Durai / kec. Moro 4. Sebelah Barat berbatas dengan Kec. Kundur C. Kondisi Sosial Kecamatan Ungar 1. Bidang Agama 23 Agama merupakan suatu kepercayaan atau keyakinan seseorang terhadap yang dianutnya, sesuai dengan kepercayaan masing-masing individunya. Setiap warganya wajib menganut salah satu agama yang telah ditetapkan oleh pemerintah yang diatur dalam undang –undang dan wajib menyakini kepercayaan tersebut. Penduduk provinsi kepulauan riau pada umumnya menganut agama islam, bagi seluruh umat beragama menyakini bahwa agama merupakan pondasi awal bagi setiap orang, karena dengan adanya agama tidak hanya mempelajari masalah didunia saja tetapi masalah akhirat. Agama juga mengajarkan hubungan antara umat beragama serta hubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa. Untuk melihat jumlah penduduk menurut agama dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2. Jumlah Penduduk Kecamatan Ungar berdasarkan Agama Persentase (%) Agama Frekuensi (F) Islam 5397 93,29 Kriten 53 0,91 Budha 335 5,80 Total 5785 100 Sumber: Kantor Kecamatan Ungar 2014 Berdasarkan monografi kecamatan ungar tahun2014, di kecamatan ungar sebagian besar agama yang dianut masyarakatnya adalah agama islam dengan jumlah 93,29% adalah islam, 5,80% Budha dan 0,91% adalah Kristen. Keadaan ini mengambarkan mayoritas penduduk 24 kecamatan ungar beragama islam. Hal ini wajar, karena mayoritas tempatan adalah suku melayu. D. Tingkat Pendidikan Penduduk Pendidikan merupakan hal yang penting dimiliki oelh setiap individu, karena pendidikan merupakan modal pengetahuan yang dimiliki individu. Oleh karenanya pendidikan yang dimiliki oleh seseorang mampu menunjang kemampuan dan keahlian seseorang dalam beradaptasi terhadap lingkungan. Dibawah ini merupakan tingkat pendidikan yang ada dikecamatan ungar diantaranya sebagai berukut: Tabel 3. Jumlah Penduduk Pendidikan Kecamatan Ungar Berdasarkan Frekuensi (F) Persentase (%) Belum sekolah 560 9,680 Masih Sekolah 700 12,10 Usia 7-45 Tahun tidak pernah Sekolah 145 2,50 Tidak Tamat SD / Pernah Sekolah 63 1,08 Tamat SD 820 14,17 SLTP / Sederajat 780 13,48 SLTA / Sederajat 930 16,07 D–1 - - D–2 - - D–3 25 0,43 S–1 53 0,91 S–2 10 0,17 S–3 - - 5785 100 Tingkat Pendidikan Total Sumber: Kantor Kecamatan Ungar Tahun 2014 25 Berdasarkan tabel 1.3 di atas dapat kita lihat dengan jelas bahwa tingkat pendidikan yang paling tinggi yaitu pada kriteria pada perguruan tinggi terutama strata 2 . Namun rata-rata masyarakat di kecamatan ungar kebanyakan hanya sampai jenjang pendidikan SLTA yakni 16,07% (930 jiwa) dari keseluruhan penduduk dan terdapat, tidak tamat sekolah dasar yakni 1,08% (63 jiwa) dan ada juga yang tidak pernah sekolah terdapat 2,50% (145 jiwa) yang masih buta huruf. 26 E. Organisasi Pemerintah Kecamatan ungar 27 F. Lembaga Pendidikan Tabel 3. Jumlah Sarana dan Prasarana Jumlah Sarana Jumlah Siswa Jumlah Guru PAUD 2 87 4 TK 1 30 5 SD/ MI /Sederajat 7 1400 250 SLTP/ MTs 1 325 20 SLTA/ MA 1 350 35 Lembaga Pendidikan Agama 23 2000 180 Sarana Pendidikan Umum Sumber: Kantor Kecamatan ungar tahun 2014 G. Kondisi Ekonomi Kecamatan Ungar 1. Mata Pencarian Tabel 4. Kondisi Ekonomi Kecamatan Ungar No Mata Pencaharian 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 Penduduk masih sekolah Mengurus Rumah Tangga Guru / PNS Pegawai Swasta Buruh Petani Pedagang Penjahit Perkebunan Tukang Kayu Peternak Nelayan Montir Supir Tukang Ojek Pensiunan TNI / POLRI Wiraswasta Lain-lain Jumlah 862 975 350 35 320 480 320 160 380 160 270 315 20 25 110 250 1 280 430 Orang Orang Orang Orang Orang Orang Orang Orang Orang Orang Orang Orang Orang Orang Orang Orang Orang Orang Orang 2. Tempat Usaha Tabel 5. Tempat Usaha No Jenis Usaha 1. Pabrik pengelola Batang sagu Jumlah 5 28 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Warung Sembako Warung Lontong Pengusaha Sagu Rendang Lakse Sagu Pengusaha Kerupuk Pengusaha Telur Asin Pengusaha Batu Bata Pengrajin Anyaman Pertukangan 50 25 30 15 29 18 12 17 65 29 BAB III BENTUK PENERIMAAN ORANG TUA TERHADAP ANAK YANG HAMIL DI LUAR NIKAH Pada bab III ini peneliti akan menguraikan hasil temuan tentang bentuk penerimaan orang tua terhadap anak yang hamil di luar nikah di Kecamatan Ungar Kabupaten Karimun. Adapun bentuk penerimaan orang tua terhadap anak yang hamil di luar nikah yaitu: Menerima apa adanya kondisi anak yang hamil diluar nikah dengan cara memaafkannya, Menerima kondisi anak setelah diberikan sanksi, Menerima kondisi anak secara terpaksa, dan Orang tua menerima kondisi anaknya dengan cara menikahkan dengan laki-laki lain. A. Memberi Maaf Kepada Anak 1. Menerima dengan ikhlas Kehamilan di luar nikah tentu tidak diharapkan oleh siapapun. Namun ketika nafsu sudah menguasai segalanya, maka segala yang tidak diinginkan pun bisa terjadi. Pada kasus anak yang mengalami kehamilan di luar nikah orang tua berusaha memahami mengapa peristiwa tersebut dapat terjadi, baik kaitannya dengan pola pengasuhan, kontrol orang tua terhadap anak maupun pemahaman terhadap perilaku anaknya. Ketika kehamilan yang tidak diinginkan terjadi tentu orang tua selalu merasa bertanggung jawab terhadap kejadian yang menimpa anaknya. Di sisi lain anak juga mengalami guncangan psikis yang begitu hebat sehingga selalu menyalahkan anak bukanlah tindakan yang bijak. Peneliti melakukan penelitian untuk pertama kali pada tanggal 26 November 2016. Sebelum melakukan penelitian, peneliti membuat janji 30 dengan informan yang berinisial AT (35 tahun). Informan merupakan salah satu orang tua dari anak yang hamil di luar nikah. Wawancara dilakukan di sekolah tempat informan mengajar. Peneliti menuju lokasi penelitian di Sekolah Dasar 022 Ungar pukul 10.00 Wib dan sampai pukul 10.30 Wib. Peneliti langsung melakukan wawancara dengan informan. Berdasarkan yang diungkapkannya informan menerima anaknya yang hamil di luar nikah dengan cara memaafkan kesalahan yang dilakukan anaknya. Hal ini sebenarnya sulit dilakukan akan tetapi anak tersebut merupakan anak satu satunya perempuan dalam keluarganya. Sesuai dengan ungkapan AT (36 tahun) mengungkapkan bahwa: “...Kalau nak di ikutkan hati pakcik macam nak pak cik buang jauh-jauh. Sebab lah memalukan name keluarge kan tapi itulah ye orang tue pike-pike pulak lagi nak di buang pon anak kite sendiri, jadi pak cik nikahkan aje lahlagi...”21 Artinya : “…jika mengikuti hati, rasanya saya mau usir dia dari rumah karena sudah memalukan nama keluarga. Namun, setelah saya pikir-pikir lagi saya tidak tega mengusir dia dari rumah karena dia anak satu-satunya. Jadi baik buruknya saya harus menerimanya dan harus menikahkanya..” Hal senada juga diungkapkan oleh MM (34 Tahun) mengungkapkan bahwa: “...awalnye mak ngah keberah dengar berite budak ni mengandung, untung saje budak jantan tu hendak bertanggung jawab jadi mak ngah dengan pak ngah buatlah kesimpulan untuk nikahkan aje lah budak ni…” Artinya : 21 AT adalah Orang tua anak yang hamil di luar nikah. Wawancara dilakukan di sekolah dasar 001 Ungar pada tanggal 26 November 2016. 31 “…awalnya ibu sangat terkejut mendengar dia hamil, tetapi laki-laki yang menghamili anak ibu mau bertanggung jawab. Akhirnya ibu dan bapak menikahkan mereka…” Ungkapan yang disampaikan oleh informan berinisial AT dan MM dapat disimpulkan bahwa orang tua anak yang hamil di luar nikah menerima dengan ikhlas anaknya yang hamil. Orang tua anak yang hamil di luar nikah tidak mau memarahkan anaknya, karena SF (17 Tahun) merupakan anak satu-satunya. Sehingga orang tua SF tidak tega memarahkan anknya dan lebih memilih menikahkan anak tersebut dengan pasangannya. Penuturan yang disampaikan oleh informan berinisial AT dan MM diperkuat oleh anak kandung informan berinisial SF (17 tahun) yang hamil di luar nikah. SF (17 tahun) mengungkapkan bahwa ayahnya tidak tega memarahkan dia, kemuadian ayah dan ibunya memberikan maaf kepada anak ketika anak melakukan penyimpangan seperti yang dialami SF (17 tahun) yaitu hamil di luar nikah dengan kekasih pujaan hatinya. Berikut ini yang diungkapkan oleh SF (17 tahun): “...waktu itu ayah dan mak kecewe sangat same kami bang. Setelah itu ayah dan bertanye kepade saye siape lelaki yang menhamili saye. Setelah ayah dan mak berunding mak suruh lah budak jantan tu (kekasih saye) menikahi saye…” Artinya : “...ketika ayah dan ibu mendengar bahwa saya hamil, saya melihat raut wajah ayah dan ibu sangat kecewa dan sedih. Setelah itu ayah bertanya kepada saya orang yang menghamili saya. Kemudian ayah meminta dia (kekasih saya) untuk menikahi Saya secepatnya...” 32 Tidak hanya sampai di sini, peneliti terus menggali informasi dari kekasih informan yang berinisial GR (20 tahun) yang sekarang menjadi suaminya. Suaminya berinisial GR (20 tahun) yang mengungkapkan bahwa penyimpangan yang dilakukan terjadi karena suka sama suka dan sebagai pembuktian cinta. Saat kekasihnya hamil kedua orang tua GR (20 tahun) awalnya kecwa dan sedih. Namun, pada akhirnya kedua orang tua GR memberikan maaf atas kekhilafan yang dilakukan. Berikut ini yang diungkapkan oleh GR (20 tahun): “...kejadianye dah lame dek, ye karne suke same suke dek waktu itu pun abang tak sangke bende ni akan terjadi seperti itu. Awalnye abang cume ngetes aje apakah die cinte tak same abang ye karne rese tengah ade betambah pulak hari hujan kan karne kesadapan tadi sampai tak sadar kami boleh tebabas dek. Terus abang kasi tau lah lagi mak bapak dek. Ye setelah mendengar kejadian itu orang abang dah jelas pasti sedih dan lama kelamaan pun orang tue abang memaafkan kesalahan abang…” “...Kejadianya sudah lama dek karena suka sama suka waktu itu saya pun tidak menyangka hal ini akan terjadi seperti itu awalnya saya ingin mencoba apakah dia cinta atau tidak sama saya karena juga bercampur nafsu di waktu itu dan juga kondisi hujan deras karena merasa keenakan sampai tidak sadar kalau kami terlewat batas hingga pasangan Saya hamil. Kemudian Saya memberitahu kepada ayah dan ibu saya, setelah mendengar itu orang tua saya sedih dan memaafkan atas kesalahan Saya...” Berdasarkan yang di ungkapkan oleh AT (36 tahun), MM (34 tahun) SF (17 tahun) , dan GR (20 tahun) dapat dipahami bahwa ketika terjadi penyimpangan seperti hamil di luar nikah ini, orang tua memilih jalan untuk memaafkan anaknya. Hal ini terlihat dari sikap orang tua yang memikirkan bahwa anak satu satunya melakukan penyimpangan haruslah 33 dimaafkan. Bagaimanapun anak adalah anugerah terindah yang dimiliki oleh orang tua. Tidak hanya itu tindakan yang dilakukan sepasang kesasih hingga hamil ini dilakukan dengan dasar rasa suka sama suka dan sebagai pembuktian cinta. Data–data di atas diperkuat dengan tiga orang informan yang berinisial RI (40 tahun), MR (45 tahun), ZA (46 tahun) yang mengungkapkan bahwa sebagai orang tua tidak banyak yang bisa dilakukan. Salah satunya adalah dengan memaafkan kesalahan anak dan segera menikahkannya dengan kekasih yang telah menghamilinya. Hal ini dilakukan karena tidak ingin melihat anak melahirkan tanpa suami. Berikut ini sesuai dengan yang di ungkapkan RI (40 tahun), MR (45 tahun), ZA (46 tahun): “...Karena di kampung ya Rul mau disimpan bagaimanapun bakalan ketahuan juga jadi Saya nikahkan anak saya karna semakin hari kandunganya semakin membesar jika mengikuti hati pasti marah lah orang tua mana yang mau anaknya seperti itu...” Hal serupa juga diungkapkan oleh informan berinisial MR (45 tahun) bahwa: “...Di kampung kita ini, kejadian seperti itu udah menjadi hal biasa jadi tak perlu Saya merasa malu lagi. Waktu itu ketika anak Saya hamil, langkah yang Saya ambil, Saya nikahkan anak Saya secepatnya. Hal ini merupakan kemauan dia untuk memiliki istri. Supaya dia merasakan hidup berkeluarga...” Hal serupa juga diungkapkan oleh informan berinisial ZA (46 tahun) bahwa: “...Saya merasa malu sekali rul dengan orang-orang kampung, padahal keluarga saya bukan lah dari keluarga yang broken home tapi semua telah terjadi “nasi sudah 34 menjadi bubur” mau tidak mau saya harus terima dan Saya nikahkan anak saya lagi dialah anak satu-satunya cewek di keluarga Saya...” Tidak hanya sampai disini peneliti mencoba mewawancarai seorang tetangga yang anaknya hamil di luar nikah. Wawancara dilakukan di warung sembako pada pukul 09.00 Wib. Pada saat itu peneliti ingin membeli sayur. Inilah awal pembicaraan dimulai. Informan tidak mengetahui bahwa peneliti sedang melakukan wawancara. Dari wawancara informan LZ (40 tahun) mengungkapkan bahwa anak yang hamil di luar nikah ini kebanyakan dimaafkan oleh orang tuanya seperti yang terjadi pada tetangganya. Berikut ini sesuai dengan yang di ungkapkan LZ (40 tahun): “...disini ada beberapa anak yang hamil di luar nikah. Kebanyakan dari orang tuanya selalu memaafkan kesalahan anaknya dengan cara menikahkan anaknya sesegera mungkin. Bagaimana mau memberikan efek jera terhadap anak. Hal ini salah satunya terjadi dengan tetangga saya. Dia juga hamil diluar nikah dan hubungannya dengan orang tuanya baik-baik saja...” Hal serupa juga diungkapkan oleh SH (32 tahun) mengungkapkan bahwa: “...di dekat rumah Saya ada juga remaja yang hamil di luar nikah. Saya lihat hubungan anatara anak, menantu serta orang tu terlihat baik...” Dari 7 orang informan AT (35 tahun), SF (17 tahun), GR (20 tahun), RI (40 tahun), MR (45 tahun), ZA (46 tahun), LZ (40 tahun) dan SH (32 tahun) dapat disimpulkan bahwa penyimpangan yang dilakukan oleh remaja yaitu hamil di luar nikah. Hamil di luar nikah ini dilakukan oleh sepasang kekasih dengan alasan suka sama suka sebagai pembuktian cinta. Perilaku ini berujung pada kehamilan sang pacar. Mengetahui hal 35 yang dilakuan seorang anak orang tua tentunya tidak bisa berbuat banyak dan mereka hanya ingin mencarikan jalan terbaik buat anaknya dengan cara menikahkan anaknya dengan pria yang menghamilinya. Orang tua lebih memaafkan prilaku anaknya. Salah satu sebabnya dikarenakan bahwa yang menyimpang adalah anak satu satunya. Kewajiban orang tua adalah menikahkan anaknya. Menurut teori AGIL yang dikatakan oleh parson, sekali lagi sistem terdiri dari sub sistem. Maka jika terjadi gangguan pada salah satu sub sistem akan mempengaruhi sub sistem lain, karena sub sistem memiliki fungsinya yang saling berhubungan untuk mendapatkan sistem yang seimbang. Oleh karena itulah dilakukannya AGIL. Relvansinya dengan penelitian ini, keluarga merupakan sebuah sistem yang terdiri dari sub sistem yang ada di dalamnya, yaitu ayah, ibu, dan anak yang memiliki fungsinya masing-masing. Jika ayah, ibu dan anak menjalankan fungsinya dengan baik dan benar, maka keluarga akan tetap terjaga dan seimbang. Maka dalam penelitian ini anak yang hamil diluar nikah merupakan gangguan bagi keseimbangan keluarga. Oleh karena itu, untuk menjadikannya tetap seimbang, maka ayah dan ibu mengikhlaskan anaknya untuk menikah dengan lelaki yang telah menghamilinya. Inilah proses adaptasi dalam sistem. Setelah dinikahkan mereka tinggal dengan orang tua, jelas ini merupakan proses penyatuan tujuan, di mana tujuannya adalah agar keluarga dari pihak perempuan tidak malu, dan keluarga perempuan dapat mengawasi, menasehati, serta memberikan bimbingan kepada keluarga yang baru. Inilah yang dimaksud tahap integarasi dan 36 latensi. Sehingga tujuannya adalah agar keluarga tidak terpecah belah, tidak malu, dan tetap seimbang. 2. Menerima dengan Terpaksa Setiap orang tua ketika anaknya mengalami hamil di luar nikah pasti merasa sedih, kecewa bahkan marah terhadap perbuatan yang dilakukan oleh anaknya. Hal ini disebabkan karena anak telah mencoreng nama baik keluarga. Berbagai tindakan yang dilakukan oleh orang tua dalam menghadapi masalah hamil di luar nikah. Seperti kasus di kecamatan Ungar, bahwa pada kecamatan Unggar ini kasus anak hamil di luar niah cukup banyak. Ketika anak hamil di luar nikah sebagian orang tua terpaksa menikahkan anaknya dengan laki-laki yang menghamili anaknya. Hal ini disebabkan karena orang tua takut anaknya hamil tanpa sosok seorang ayah serta menghindari ejekan dari masyarakat. Seperti yang diungkapkan oleh informan berinisial LZ (40 tahun) mengatakan bahwa: “...ketika Saya mendengar anak Saya hamil di luar nikah, saya sangat marah karena perbutan yang dilakukannya sudah mencoreng nama baik keluarga. Waktu itu saya sangat marah dan rasanya Saya ingin mengusir anak Saya. Tetapi Saya sadar bahwa anak saya perempuan dan kemana nantinya dia harus pergi. Pada akhirnya saya terpaksa menikahkan anak saya dengan kekasihnya....” Hal senada juga diungkapkan oleh informan berinisial DW (18 tahun) bahwa: “...waktu ayah dan ibu tau Saya hamil oleh pacar saya, Saya hampir ditampar oleh ayah saya atas perbuatan yang saya lakukan. Waktu itu saya pasrah dan tidak tau apa yang harus Saya lakukan. Tetapi untung ibu saya 37 mencegah perbuatan ayah yang hmpir menmpar saya. Keesok harinya ayah berubah pikiran dan menikahkan Saya...” Berdasarkan ungkapan beberapa informan diatas dapat disimpulkan bahwa ketika orang tua mengetahui anaknya hamil di luar nikah respon orang tua sangat marah. Bahkan orang tua ingin mengusir anak tersebut dari rumah. Namun tindakan yang dilakukan oleh orang tua tidk akan menyelesaikan masalah. Pada akhirnya orang tua lebih memilih menikahkan anaknya dengan kekasihnya. Pernikahan dilakukan dengan terpaksa karena takut nanti anak yang dikandung tidak memiliki sosok ayah. Seperti yang diungkapkan oleh WH (49 tahun) bahwa “...ketika anak ibu menghamili anak orang, ibu sangat marah kapada dia. Perbuatan yang dilakukannya itu seperti orang yang tidak berpendidikan saja. Ibu tau bagaimana perasaan anak perempuan yang sudah dihamili anak ibu, maka terpaksa ibu menyuruh anak ibu menikahi dia...” Hal serupa juga diungkapkan oleh KH (45 tahun) bahwa: “...saya mengetahui anak saya telah hamil dari dia sendiri. saya melihat ada hal yang mencurigakan dari anak saya. Dia sering mual-mual. Dan saya sebagai orang tua tentu penasaran apa yang terjadi pada anak saya. Maka dari itu dites ternyata hasinya positif hamil. Sebagai orang tua tentunya saya terkejut melihat kenyataan ini. Tanpa pandang apapun saya langsung menampar anak saya dan langsung mencaci makinya dengan kata-kata yang tidak sewajarnya. Setelah saya pikir-pikirkan dengan matang tidak seharusnya saya melakukan hal yang demikian. Sebagai orang tua saya harus mencarikan solusi terbaik yaitu menikahkan anak saya dengan kekasihnya..” Berdasarkan ungkapan yang disampaikan oleh WH dan KH dapat disimpulkan bahwa ketika orang tua mengetahui anaknya hamil orang tua merasa sangat marah bahkan menghukum secara fisik dengan menampar anak. Orang tua dengan terpaksa menikahkan anaknya karena sebagian 38 anak masih berada di bangku sekolah. Orang tua menginginkan anaknya sekolah setinggi mungkin, namun dengan perbuatan yang dilakukannya membuat anak putus sekolah. Seperti yang diungkapkan oleh RJ (55 tahun) mengatakan bahwa: “...saya sangat terpaksa menikahkan anak saya dengan DW karena waktu itu nak saya masih duduk di bangku sekolah. Karena perbuatannya itu, dia putus sekolah. Akhirnya menikah dengan pacarnya...” Hal serupa juga diungkapkan oleh (DE 48 tahun) mengatakan bahwa: “...saya sebagai orang tua sangat ingin anak saya bisa sekolah setinggi mungkin, namun karena anak saya sudah terlanjur hamil oleh pacarnya. Dia sekolah hanya sampai di bangku kelas 2 SMA. Jadi waktu dia hamil saya sangat keberatan menerima kenyataan tersebut. Ya sudah terpaksa saya harus menikahka dia dan juga untuk menutup aib keluarga...” Berdasarkan ungkapan dari beberapa informan di atas, bahwa mereka menikahkan anaknya dengan terpaksa. Hal ini disebabkan karena sebagian anak yang hamil di luar nikah ada yang masih duduk di bangku sekolah. Atas perbuatan yang telah dilakukannya, mereka dinikahkan secara terpaksa serta untuk menutup aib keluarga. Hasil penelitian ini dapat di analisis dengan teori strukural fungsional dari Parsons. Masyarakat menurut Parsons, adalah sebuah sistem, salah satu sistem yang ada dalam masyarakat adalah sistem yang ada dalam keluarga. Dalam sistem ini keluarga harus menjalankan fungsi masing-masing sistem untuk menjaga keseimbangan dalam keluarga. Keseimbangan sistem ini dinamakan equilibrium. Pada penelitian ini, keluarga yang dianggap sebagai sebuah sistem yang harus memiliki kesimbangan telah mengalami goncanngan sehingga sistem yang ada di 39 dalam keluarga pada penelitian dengan kasus hamil di luar nikah ini telah mengalami ketidak seimbangan dalam sistem. Ada salah satu sub sistem yang mengalami keguncangan dalam keluarga ini yaitu masalah anak dalam keluarga yang sudah menyimpang. Kegoncangan sub sistem ini di mulai ketika anak melakukan penyimpangan dengan pacarnya yaitu melakukan hubungan suami istri hingga hamil dengan pasangan kekasihnya. Berdasarkan kasus kehamilan anak di luar nikah, keluarga sebagai unit terkecil harus menjalankan fungsi fungsi sistem agar kondisi keluarga tetap seimbang. Parsons menjelaskan untuk menjaga suatu keseimbangan sistem ada empat imperatif fungsional yang perlu bagi (khas pada) semua sistem yang dikenal sebagai Skema AGIL. Agar dapat lestari, suatu sistem harus melaksanakan keempat fungsi tersebut. Adaptasi: Sistem itu harus beradaptasi dengan lingkunganya dan mengadaptasikan lingkungan dengan kebutuhan-kebutuhannya. Maksudnya adalah pada kasus kehamilan anak di luar nikah, keluarga harus menjalankan perannya sebagai fungsi adaptasi dalam sistem keluarga. Di mana dengan masalah ini ayah, ibu serta seluruh anggota keluarga yang ada harus bisa menerima prilaku yang dilakukan oleh anaknya yang menyimpang. Maka dari itu sebagai orang tua harus mencarikan solusi agar masalah anaknya dapat terselesaikan. Solusi yang di carikan seperti memaafkan anaknya dengan cara menikahkan anaknya dengan kekasihnya. Dengan begitu tujuan yang akan di capai oleh keluarga khususnya anak akan terwujud yaitu dengan menikahkan. 40 Seorang anak akan membangun rumah tangga yang baru nantinya dengan kekasihnya ketika telah sah menjadi suami istri. Dan untuk mencapai hal itu seluruh anggota keluarga harus saling memberikan dukungan baik itu materi maupun dukungan moral kepada anak agar tujuan bisa tercapai. Hal ini tentumya dengan menjalankan pola-pola yang seharusnya maka semua tujuan akan tercapai. Tujuan yang dicapai disini adalah anak bisa menikah, ayah dan ibu pun bisa tenang karena anaknya mempunyai suami, serta menghindari kemungkinan keburukan-keburukan yang akan terjadi. B. Legalitas pernikahan Pernikahan merupakan ikatan lahir batin antara seorang laki-laki dan perempuan sebai suami istri dengan tujuan membentuk keluarag atau rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Ketika sepasang laki-laki dan perempuan yang ingin melangsungkan proses pernikahan, maka mereka harus memenuhi mengikuti prosedur terlebih dahulu dengan syarat-syarat tertentu. Setelah proses pernikahan sebagian orang ada yang merayakan pernikahannya dengan membuat suatu acara atau upacara pernikahan sesuai dengan tradisi, agama, kebudayaan dan kelas sosialnya. Upacara pernikahan ini bertujuan untuk memberitahukan kepada masyarakat setempat. Pengesahan secara hukum suatu pernikahan biasanya terjadi pada saat dokumen tertulis yag mencatatkan pernikahan dan ditandatangani. Setiap orang mengingikan pernikahannya secara resmi. Namun ketika terjadi suatu masalah seperti anak yang hamil di luar nikah pernikahan 41 tetap dilakukan secara resmi. Seperti yang dilakukan oleh masyarakat Ungar. Setelah mereka mengetahui anaknya hamil di luar nikah, mereka mengupayakan menikahkan anaknya secara resmi. Hal ini disebabkan karena sebagian anak yang hamil di luar nikah merupakan anak satu-satunya dan berasal dari keluarga mampu. Seperti yang diungkapkan oleh ZA (46 tahun) mengatakan bahwa: “...saya menikahkan mereka secara resmi. Setelah saya mengetahui anak Saya hamil saya memanggil laki-laki yang menghamili anak saya untuk menikahkan dia segera. Kemudian laki-laki tersebut bersedia menikahkan anak Saya. Keesoknya Saya bantu mereka mengurus pernikahannya ke KUA...” Hal serupa juga diungkapkan oleh MR (45 tahun) bahwa: “...waktu itu saya menikahkan anak Saya di KUA, saya ingin nak Saya menikah secara resmi dan memiliki buku nikah. Sebelum anak saya hamil, di juga sudah bilang ingin nikah, namun karena saya sibuk sehingga terjadi hal yang tidk diinginkan...” Berdasarkan ungkapan informan berinisial ZA dan MR bhwa setelah mereka mengetahui bahwa anak perempuan mereka hamil, orang tua memilih untuk menikhkan dengan resmi. Pernikahan mereka lakukan di kantor urusan agama (KUA). Hal ini dilakukan orang tua agar pernikahan anaknya diakui oleh negara. Selain itu orang tua jga melakukan upacara pernikahan untuk anaknya. Seperti ungakapan AT (35 tahun) mengatakan bahwa: “...setelah anak saya nikahkan di KUA, kami sekeluarga juga membuat acara resepsinya dengan mengundang kerabat dan masyarakat setempat. Agar masyarakat setempat mengetahui bahwa anank kami sudah menikah. Sehingga tidak menimbulkan gosip dari masyarakat. Hal ini kami lakukan karena ini anak saya satu-satunya. Jadi saya buat saja resepsinya. 42 Hal serupa juga diungkapkan oleh SF (17 tahun) mengakan bahwa: “....saya nikahnya dulu di kantor KUA, sehingga saya dan suami saya memiliki buku nikah. Saya sangat senang karena orang tua saya mu memaafkan saya. Bahkan waktu saya menikah orang tua saya juga mengundang kerabat dekat...” Hal serupa juga diungkapkan HR (50 thun) mengatakan bahwa: Waktu anak tetangga saya hamil di luar nikah, ketika menikahkan anaknya, mereka juga mengundang masyarkat yang lain. Resepsi yang mereka adakan juga meriah serta menggunakan orgen...” Berdasarkan ungakapan dari beberapa informan di atas selain mereka menikahkan anak mereka di kantor urusan agama (KUA), mereka juga membuat acara resepsi dengan meriah. Resepsi yang mereka adakan bertujuan untuk memberitahu kepada kerabat dan masyarakat setempat bahwa anak mereka sudah menikah. Alasan lain mereka membuat resepsi karena sebagian anak yang hamil di luar nikah merupakan anak satusatunya. Menurut teori AGIL yang dikatakan oleh parson, sekali lagi sistem terdiri dari sub sistem. Maka jika terjadi gangguan pada salah satu sub sistem akan mempengaruhi sub sistem lain, karena sub sistem memiliki fungsinya yang saling berhubungan untuk mendapatkan sistem yang seimbang. Oleh karena itulah dilakukannya AGIL. Relvansinya dengan penelitian ini, keluarga merupakan sebuah sistem yang terdiri dari sub sistem yang ada di dalamnya, yaitu ayah, ibu, dan anak yang memiliki fungsinya masing-masing. Jika ayah, ibu dan anak menjalankan fungsinya dengan baik dan benar, maka keluarga akan tetap terjaga dan seimbang. Dalam penelitian ini keluarga mengalami 43 ketidakseimbangan ketika anak mulai mengalami hamil di luar nikah. Saat itu goncangan yang mengenai sub sistem ayah dan ibu. Namun untuk mengatasi agar keluarga kembali seimbang, maka ayah dan ibu menikahkan anaknya dengan lelaki yang menghamilinya. Hal ini tentu merupakan adaptasi yang dilakukan keluarga dalam menjalankan AGIL. Setelah itu diadakanlah pesta pernikahan yang mengundang kerabat dan lapisan masyarakat untuk membuktikan bahwa anaknya di nikahkan secara sah. Hal ini tentu untuk mencapai integrasi sesama keluarga dan masyarakat. Yang tujuannya akhirnya adalah agar keluarga tetap terjaga keseimbangannya baik dari luar maupun dari dalam dengan cara menikahkan anaknya, sehingga hubungan keluarga dengan masyarakat akan baik-baik saja. Dalam hal ini tentunya keluarga tidak akan dikucilkan di dalam garis keturunannya ataupun masyarakatnya. C. Anak dan Menantu Tinggal bersama Orang Tua Orang tua menganggap bahwa ketika seorang anak sudah melangsungkan pernikahan, maka anak bukan menjadi tanggung jawab orang tua lagi. tetapi, tidak semua orang yang melangsung pernikahan pada usia yang sudah dewasa. Seperti kasus di kecamatan Ungar anak yang mengalami hamil di luar nikah, setelah melakukan proses pernikahan anak dan menantu tinggal bersama orang tua. Hal ini disebabkan karena anak tidak memilki pekerjaan. Sehingga mereka tidak mampu untuk hidup mandiri. Seperti yang diungkapkan oleh MR (45 tahun) mengatakan bahwa: 44 “...setelah menikah anak saya dan suaminya tinggal bersama saya. Hal ini disebabkan karena menantu saya memiliki pekerjaan. Jadi saya tidak tega melihat mereka tidak memiliki tempat tinggal, makanya saya perbolehkan mereka tinggal dengan saya...” Hal serupa juga diungkapkan oleh RS (17 tahun) bahwa: “ ...Sekarang Saya dan suami saya tinggal bersama orang tua Saya. Orang tua saya tidak keberatan saya dan suami tinggal di rumah. Orang tua saya mengerti karena suami saya belum memiliki pekerjaan. Jadi belum mampu menyewa rumah untuk tempat tinggal...” Berdasarkan ungkapan MR dan RS dapat disimpulkan bahwa setelah menikah anak dan menantu tinggal bersama orang tua. Hal ini dikarenakan anak belum memiliki pekerjaan. Sehingga orang tua tidak keberatan anak dan menantu tingal bersamanya. Selain itu orang tua juga tidak tega membiarkan anaknya ke luar dari rumah setelah menikah, karena anak itu merupakan anak mereka satu-satunya. Jadi orang tua juga mempersilahkan anak dan menantu tinggal bersama mereka. Seperti yang diungkapkan oleh AT (35 tahun) mengatakan bahwa: “...anak dan menantu saya tinggal bersama saya di ruah. Saya tidak membiarkan mereka tinggal mandiri. Soalnya yang perempuan merupakan anak saya satu-satunya. Lagi pula dia belum bisa hidup mandiri apa lagi sekarang ia sedang hamil. Jadi butuh perhatian dari saya...” Hal serupa juga diungkapkan oleh SF (17 tahun) mengatakan bahwa: “...Saya tidak diperbolehkan mengontrak rumah, karena orang tua saya menyuruh saya dan suami saya tinggal di rumh. Saya merupakan anak satu-satunya di keluarga Saya. Jadi kalau saya pergi dari rumah maka mama saya merasa kesepian di rumah...” Jadi berdasarkan ungkapan dari informan berinisial AT dan SF dapat disimpulkan bahwa orang tua melarang anaknya untuk menyewa rumah, karena SF merupakan anak satu-satunya. Sehingga orang tuanya tidak 45 membiarkan dia dan suaminya menyewa rumah. Orang tua takut karena anaknya belum cukup dewasa untuk hidup mandiri. Hubungan anak dan menantu ketika tinggal di rumah orang tua atau mertua terlihat baik. Seperti yang diungkapkan oleh RI (40 tahun) mengatakan bahwa: “...hubungan antara saya dan menantu saya baik. Saya kagum juga dengan menantu saya, karena dia mengakui kesalahannya dan menikahi anak saya. Kadang-kadang saya kalau ada rezeki saya juga memberi dia uang. Saya tau dia tidak memiliki pekerjaan...” Hal serupa juga diungkapkan GR (20 tahun) mengatakan bahwa: “...awalnya saya takut-takut dengan mertua saya, karena saya sudah menghamili anaknya. Tetapi sepertinya mertua saya sudah memaafkan saya. Tapi lama kelamaan kami saling beintraksi dngan baik. Bahkan dia sering mengajak saya ikut dengan dia untuk bekerja dengan dia....” Seperti ungkapan ZD (35 tahun) mengatakan bahwa: “... saya lihat hubungan antar BB dengan mertuanya sangat baik. Waktu itu kami sedang duduk di warung kemudian BB membelikan rokok untuk mertuanya. Tidak itu saja. Sore-sore saya sering lihat mereka beinteraksi dengan baik di teras rumah...” Berdasarkan ungkapan dari beberapa informan di atas dapat disimpulkan bahwa hubungan anak dan menantu terjalin dengan baik. Hal ini terlihat ketika mertua mengajak menantunya kerja bersama dia. begitu sebaliknya menantu membelikan sesuatu untuk mertuanya serta interaksi yang terjadi diantara mereka terjalin dengan baik. Menurut teori AGIL yang dikatakan oleh parson, sekali lagi sistem terdiri dari sub sistem. Maka jika terjadi gangguan pada salah satu sub sistem akan mempengaruhi sub sistem lain, karena sub sistem memiliki 46 fungsinya yang saling berhubungan untuk mendapatkan sistem yang seimbang. Oleh karena itulah dilakukannya AGIL. Relvansinya dengan penelitian ini, keluarga merupakan sebuah sistem yang terdiri dari sub sistem yang ada di dalamnya, yaitu ayah, ibu, dan anak yang memiliki fungsinya masing-masing. Jika ayah, ibu dan anak menjalankan fungsinya dengan baik dan benar, maka keluarga akan tetap terjaga dan seimbang. D. Ikut Membantu Biaya Kebutuhan Anak dan Menantu Setelah menikah seorang anak bukanlah tanggung jawab sepenuhnya dari orang tua. Orang yang bertanggung jawab ketika seorang anak menikah adalah suaminya. Di dalam keluarga suami menjadi tanggung jawab atas istri dan anaknya. Seorang suami wajib memberi belanja dan memenuhi kebutuhan istri dan anaknya. Namun, pada masyarakat kecamatan Ungar banyaknya remaja yang hamil di luar nikah, kemudian melangsungkan pernikahan secara mendadak membuat mereka belum siap secara finansial. Hal ini disebabkan bahwa mereka masih tergolong belum cukup umur untuk melangsung pernikahan. Sehingga mereka belum memiliki pekerjaan yang tetap bahkan belum memiliki pekerjaan. Sehingga mereka sulit memenuhi kebutuhan keluarga mereka. Namun, pada masyarakat Kecamatan Ungar anak yang hamil di luar nikah, ketika telah melangsungkan pernikahan banyak diantara mereka, untuk memenuhi kebutuhan dibantu oleh orang tua mereka masing-masing. Seperti yang diungkapkan oleh LZ (40 tahun) mengatakan bahwa: 47 “...setelah anak ibu menikah, ibu juga membantu keuangan anak ibu. Hal ini dikarenakan suaminya dulu belum memilki pekerjaan. Jadi ibu tidak tega melihat anak ibu tidak makan. Lagian pula waktu dia belum nikah semua kebutuhan selalu ibu cukupi. Maka ibu tidak tega melihat dia kalau tidak punya uang bahkan tidak makan...” Hal senada juga diungkapkan oleh RI (40 tahun) mengatakan bahwa: “...ketika anak Saya menikah dulu, anak Saya masih duduk di bangku sekolah, karena dia menghamili anak orang. Maka dia berhenti sekolah. Jadi, waktu itu dia belum memiliki pekerjaan. Jadi saya sebagai orang tua tetap memenuhi kebutuhannya. Apa lagi dia udah punya istri. Untuk sekedar makan saya bantu...” Hal senada juga diungkapkan oleh informan berinisial GG (18 tahun) mengatakan bahwa: “...Waktu abang nikah, abang belum memiliki pekerjaan. Waktu itu abang sangat pusing sekali karena abang nikah belum siap secara finansial. Abang sadar, abang harus memenuhi kebutuhan keluarga. Tetapi, untungnya orang tua abang membantu keuangan keluarga abang...” Berdasarkan ungkapan beberapa informan di atas dpat disimpulkan bahwa setelah anak menikah. Kebutuhan anak masih dibantu oleh orang tua. Hal ini disebabkan karena anak belum memiliki pekerjaan. Sehingga orang tua tidak tega melihat kondisi anaknya. Maka orang tua membantu anak secara finansial, agar mereka bisa memenuhi kebutuhan keluarganya. Menurut teori AGIL yang dikatakan oleh parson, sekali lagi sistem terdiri dari sub sistem. Maka jika terjadi gangguan pada salah satu sub sistem akan mempengaruhi sub sistem lain, karena sub sistem memiliki fungsinya yang saling berhubungan untuk mendapatkan sistem yang seimbang. Oleh karena itulah dilakukannya AGIL. 48 Relvansinya dengan penelitian ini, keluarga merupakan sebuah sistem yang terdiri dari sub sistem yang ada di dalamnya, yaitu ayah, ibu, dan anak yang memiliki fungsinya masing-masing. Jika ayah, ibu dan anak menjalankan fungsinya dengan baik dan benar, maka keluarga akan tetap terjaga dan seimbang. Dalam penelitian ini goncangan dalam keluarga tetap di mulai dari anaknya yang mengalami hamil di luar nikah, sehingga keseimbangan keluarga terganggu. Untuk mengatasi ketidakseimbangan itu maka ayah dan ibu akan menikahkan anaknya dengan laki-laki yang menghamilinya. Tentu hal ini sangat berguna bagi keluarga, yang tujuannya adalah untuk menjadikan bayi yang dikandung anaknya memiliki ayah. Sehingga keluarga tidak malu kepada kerabat dan masyarakat. Namun untuk tetap menjaga integrasi dalam keluarga baru, maka keluarga dari pihak mempelai memberikan tunjangan kepada suami dan istri agar kelangsungan hidup mereka terjaga. Hal ini disebabkan sang suami belum bekerja dan belum memiliki penghasilan. Hal yang ditakutkan adalah ketika itu terjadi perpecahan di dalam keluarga, yang berujung pada perceraian. Di luar itu untuk menjaga bayi yang ada di kandungan sang istri agar mendapatkan gizi yang cukup. Sehingga keluarga dari pihak perempuan maupun laki-laki memberikan tunjangan uang agar mereka bisa bertahan hidup. Maka ketika itulah sistem akan terjaga dan dalam keseimbangan. 49 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan mengenai bentuk penerimaan orang tua terhadap anak hamil di luar nikah. Adapun bentuk penerimaan orang tua terhadap anak yang hamil di luar nikah yaitu: Menerima apa adanya kondisi anak yang hamil diluar nikah dengan cara memaafkannya, Menerima kondisi anak setelah diberikan sanksi, Orang tua menerima kondisi anaknya dengan cara menikahkan dengan laki-laki lain, dan Menerima kondisi anak secara terpaksa. 1. Menerima apa adanya kondisi anak yang hamil diluar nikah dengan cara memaafkannya. penyimpangan yang dilakukan oleh remaja yaitu hamil di luar nikah. Hamil di luar nikah ini dilakukan oleh sepasang kekasih dengan alasan suka sama suka sebagai pembuktian cinta. Perilaku ini berujung pada kehamilan sang pacar. Mengetahui hal yang dilakuan seorang anak orang tua tentunya tidak bisa berbuat banyak dan mereka hanya ingin mencarikan jalan terbaik buat anaknya derngan cara menikahkan 50 anaknya dengna pria yan menghamilinya. Orang tua lebih memaafkan prilaku anaknya. Salah satu sebabnya dikarenakan bahwa yang menyimpang adalah anak satu satunya. Kewajiban orang tua adalah menikahkan anaknya. 2. Menerima kondisi anak setelah diberikan sanksi. Kehamilian di luar nikah sebenarnya hal yang dilarang dalam norma agama. Akan tetapi jika seseorang berbuat demikian orang tua harus bertanggung jawab terhadap perbuatan yang dilakukan oleh seorang anak. Sebagai orang tua dari sia anak kewajiban orang tua adalah mencarikan solusi terhadap permasalahan yang sedang membelenggu. Pada hasil temua ini tentang bentuk penerimaan orang tua terhadap perbuatan anak hamil di luarnikah adalah menerimanya aka tetapi sebelum diterima anak di berikan berbagai macam sanksi terlebih dahulu. Mulai dari sanksi melalui tidakan maupun perkataan. Sanksi yang terlah diberikan orang tua kepada anaknya seperti melakukan penemparan terhadap naknya dan ini merupakan kekerasan fisik yang diberikan sebagai sanksi dari orang tua. Sanksi beerupa perkataan dengan cara mencaci maki anaknya. Ada juga sanksi dengan mengusir nakanya dari rumah. 3. Menerima kondisi anak secara terpaksa. Kehamilan merupakan hal yang dinantikan oleh seorang perempuan yang menginginkan dirinya memiliki seorang buah hati 51 dambaan keluaga (family hoping). Tidak semua kehamilan yang terjadi pada anak dalam keluarga menjadi sebuah kebahagian. Dalam hasil penelitian ini kehamilan yang terjadi justru menimbulkan masalah baik bagi diri yang hamil, yang menghamili maupun keluarga kedua elah pihak. Bagaimana tidak keluarga harus menanggung malu karena perbuatan anak. Oleh karena itu keluarga memilih untuk menerimanya walaupun terpaksa. Pada hasil temuan ini keluarga menerima dengan terpaksa. Dan yang lebihnya lagi orang tua juga ada yang tidak setuju dengan pacar yang menghamili anaknya. Merasa tidak terjamin masa depan anaknya. Orangtua menikahkan anaknya dengan pemuda lain yang di anggap jau lebih baik dari pada pacar anaknya tersebut. 4. Orang tua menerima kondisi anaknya dengan cara menikahkan dengan laki-laki lain keputusan untuk menikahkan seorang anak adalah tanggungjawab orang tua. Sebagai orang tua tentunya ingin yang terbaik untuk anaknya. Jika anak sedang hamil dan yang menghamilinya dia anggap tidak mampu menbahagiakannya, maka sebagai orang tua berhak menentukan dengan siapa anak akan di nikahkan. Hal ini dilakukan demi kebaikan sang anak. B. Saran 3. Bagi orang tua yang ada di kecamatan Ungar khususnya hendaknya meningkatkan lagi pengawasan terhadap anak, meningkatkan pendidikan agama. 52 4. Bagi pihak sekolah harusnya melakukan kerjasama dengan orang tua siswa agar terjalinya kerja sama dalam mengawasi anak, memberikan program-program misalnya taklim setiap hari jumat 5. Bagi Pemerintah setempat harus tegas dalam mengambil tindakan seperti membuat peraturan terutama di desa-desa yang cakupan nya lebih kecil untuk membuat peratusan desa dalam menangani kasus hamil di luar nikah ini. Harus adanya peraturan membatasi jam untuk hiburan di malam hari misalnya pesta pernikahan yang mengadakan hiburan dalam bentuk band mau pun orgen tunggal, Harus ada sanksi yang tegas terhadap pelaku yang melanggar peraturan. 6. Bagi pemuda hendaknya membuat kegiatan-kegiatan positif seperti mengadakan seminar atau pun diskusi kepada remaja-remaja mengenai dampak pergaulan bebas, memberikan pembinaanpembinaan memberikan motivasi kepada remaja untuk melakukan hal-hal yang positif. 7. Harus ada kerja sama dari seluruh pihak-pihak baik dari pemerintahan, tokoh masyarakat, tokoh agama, pemuda dan juga masyarakat setempat agar kasus-kasus anak yang hamil di luar nikah tidak terjadi lagi 8. Bagi peneliti selanjutnya saya menyarankan agar melakukan penelitian-penelitian yang belum sempat saya lakukan seperti pandangan tokoh masyarakat terhadap anak yang hamil di luar nikah. 53 DAFTAR PUSTAKA Buku: Arikunto, Suharsimi. 2010. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Basrowi dan Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta. Fijriani, Fina Lizziyah. 2010. Pandangan Tokoh Masyarakat Terhadap Pernikahan Dini Akibat Hamil Pra Nikah (Studi Kasus di Desa Sengon Agung Kecamatan Purwosari Kabupaten Pasuruan). Skripsi. Malang: UIN Maulana Malik Ibrahim. Ikhwannuddin. 2011. Sikap Orang Tua Terhadap Anak yang Hamil di Luar Nikah Menurut Hukum Islam (Studi Kasus di Desa Harapan Kec. Kerinci Kab. Siak).skripsi. Pekanbaru: UIN SUSKA. Mardalis.2010. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal.Jakarta: Bumi Aksara. Mattew B. Miles dan A. Micahel Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif Buku Sumber Tentang Metode-metode Baru. Jakarta: UI Press. Nasution. 2011. Metode Research. Jakarta: Bumi Aksara. Prima, Ossy Ana.2004. Kehidupan Keluarga Pasangan yang Hamil di Luar Nikah (Kasus 5 keluarga di Kanagarian Kajai Kecamatan Talamau Kabupaten Pasaman Barat. skripsi. Padang: UNP. Ritzer, George. 2012. Teori Sosiologi (Dari Klasik Sampai Perkembangan Terakhir Postmodern). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Soekanto, Soerdjono. 1990. Sosiologi Keluarga. Jakarta: Rineka Cipta. Soekanto, Soerdjono.2006. Sosiologi: Suatu Pengantar, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta. T.O, Ihromi. 1999. Bunga Rampai Sosiologi Keluarga. Jakarta: Yayasan obor Indonesia. Wahyuni, Yanti Sri. 2006. Pilihan Jodoh Anak Oleh Orang Tua (Studi Kasus : keluarga di Nagari Koto Nanduo Kecamatan Batang Kapas Kabupaten Pesisir Selatan.Skripsi. Padang: UNP. Willis, Sofyan S. 2010. Remaja & masalahnya.Bandung: Alfabeta. 54 Internet: Http//makalahkumakalahmu. Wordpess.Com/2016/08/26/makalah tentang bimbingan orangtua dalam membina akhlakanak usia pra sekolah di lingkungan keluarga.Diakses pada tanggal 26 agustus 2016. Http://kbbi.web.id/terima,menerima,penerimaan.Diakses 2016. tanggal 31 Oktober 55 Lampiran: 1 PEDOMAN WAWANCARA BENTUK PENERIMAAN ORANG TUA TERHADAP ANAK YANG HAMIL DI LUAR NIKAH I. Identitas informan. a. Nama : ..................................................................... b. Umur : ..................................................................... c. Jenis kelamin : .................................................................... d. Hari / Tanggal : .................................................................... e. Status : .................................................................... II. Bentuk Penerimaan Orang Tua Terhadap Anak Yang Hamil Di Luar Nikah b. Orang tua dan keluarga yang anaknya hamil di luar nikah 1. Tanggapan orang tua terhadap anak yang hamil di luar nikah 2. Tindakan orang tua terhadap anak sebelum hamil ( pacaran ) 3. Tindakan orang tua terhadap anak setelah hamil 4. Bentukpengawasan orang tuaterhadappergaulananak 5. Anak tinggal setelah menikah 6. Hubungan dengan anak 7. Hubungan dengan menantu 8. Tindakan orang tua terhadap menantu dan cucu 9. Bentuk peneriamaan orang tua terhadap anak yang hamil di luar nikah c. Anak yang hamil di luar nikah 1. Respon pasangan setelah mengetahui berita kehamilan 2. Perasaan setelah mengetahui hamil 3. Tanggungjawabsuamiterhadapanakdanistrisetelahmenika 4. Respon orang tua atau keluarga setelah mengetahui berita kehamilan 56 d. Masyarakat 1. Tanggapan masyarakat mengenai anak yang hamil di luarnikah 2. Bentuk pengawasan masyaraka terhadap pergaulan remaja. 57 Lampiran: 2 PEDOMAN OBSERVASI Penerimaan Orang tuaTerhadap Anak Hamil Di Luar Nikah Pada Masyarakat Kecamatan Ungar Kabupaten Karimun. 1. Kondisi Geografis a. Lokasi rumah yang mempunyai anak hamil diluar nikah b. Anggota keluarga yang tinggal di rumah 2. Aktivitas yang dilakukan sehari-hari a. Aktivitas di pagi hari b. Aktivitas di siang hari c. Aktivitas di sore hari d. Aktivitas di malam hari 3. Suasana dan keadaan selama sehari-hari a. Waktu suami di rumah b. Waktu suami tidak di rumah c. Waktu orang tua dari suami di rumah d. Waktu orang tua dari suami tidak di rumah e. Waktu istri tidak di rumah, tapi suami di rumah 4. Suasana masyarakat a. Waktu orang tua bergaul dengan tetangga b. Waktu istri dan suami bergaul dengan masyarakat c. Waktu istri membawa anaknya di acara-acara masyarakat seperti posyandu dan imunisasi. d. Waktu anaknya bergaul dengan teman-teman sebayanya dimasyarakat. 58 Lampiran: 3 Daftar Rincian Jumlah Informan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Inisial AT RI MR ZA LZ KH WW JS RJ HS WS DE MN SF DW RS GR BB WH JN PP JS BJ ZD YT HR Umur 35 tahun 40 tahun 45 tahun 46 tahun 40 tahun 45 tahun 50 tahun 52 tahun 55 tahun 43 tahun 50 tahun 48 tahun 50 tahun 17 tahun 18 tahun 17 tahun 20 tahun 18 tahun 49 Tahun 58 Tahun 18 Thun 45 Tahun 30 Tahun 35 Tahun 30 Tahun 50 tahun Keterangan Orang tua anak yang hamil di luar nikah. Orang tua anak yang hamil di luar nikah. Orang tua anak yang hamil di luar nikah. Orang tua anak yang hamil di luar nikah. Orang tua anak yang hamil di luar nikah. Orang tua anak yang hamil di luar nikah. Orang tua anak yang hamil di luar nikah. Orang tua anak yang hamil di luar nikah. Orang tua anak yang hamil di luar nikah. Orang tua anak yang hamil di luar nikah. Orang tua anak yang hamil di luar nikah. Orang tua anak yang hamil di luar nikah. Orang tua anak yang hamil di luar nikah. Anak yang hamil di luar nikah Anak yang hamil di luar nikah Anak yang hamil di luar nikah Pria yang menghamili. Pria yang menghamili. Orang tua anak yang hamil di luar nikah. Paman dari anak yang hamil di luar nikah. Anak yang hamil di luar nikah Camat ungar Ketua remaja masjid kecamatan ungar Ketua pemuda ketua RT Tokoh masyarakat Sumber: Arsip peneliti 59